kementerian keuangan - djppr.kemenkeu.go.id · perkembangan pasar yang dinamis serta kompleksitas...
TRANSCRIPT
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman i
Pengantar
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal
Pengelolaan Utang (DJPU) merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja DJPU
tahun 2010 sebagai salah satu Unit Eselon I Kementerian Keuangan. LAKIP DJPU disusun
dalam rangka memenuhi ketentuan Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah dan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi, serta dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Nomor 29 Tahun 2010 tentang
Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah. Penyusunan LAKIP diharapkan dapat menjadi wujud akuntabilitas dan
transparansi dalam pelaksanaan tugas, pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi serta
sebagai alat penilaian dan pengendalian dalam rangka memacu peningkatan kinerja
organisasi.
Sejalan dengan proses reformasi birokrasi, indikator keberhasilan yang digunakan
dalam LAKIP DJPU diukur berdasarkan peta strategi (strategy map) DJPU yang disusun
dengan menggunakan metodologi Balanced Scorecard (BSC). Peta strategi tersebut
memetakan setiap Sasaran Strategis (SS) yang akan dicapai dalam rangka pencapaian tujuan
organisasi sesuai visi dan misi yang diemban. Setiap SS memiliki ukuran yang disebut
sebagai Indikator Kinerja Utama (IKU) dengan target kinerja yang telah ditentukan. Pada
tahun 2010, DJPU memiliki peta strategi dengan 12 SS dan 23 IKU yang telah ditetapkan
dalam Kontrak Kinerja Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan.
Pengukuran LAKIP dengan menggunakan IKU diharapkan sekaligus menjadi bentuk
transparansi dan pertanggungjawaban pencapaian target kinerja dalam setahun.
Reformasi birokrasi memberikan tantangan yang cukup besar bagi DJPU untuk
mengkombinasikan fungsi DJPU sebagai organisasi birokrasi dan fungsi DJPU sebagai unit
yang terkait dengan pasar keuangan (baik domestik maupun internasional) yang
berkembang sangat dinamis. Hal ini menuntut perlunya penerapan prinsip-prinsip good
governance secara konsisten untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dengan adanya
perkembangan pasar yang dinamis serta kompleksitas pekerjaan, DJPU diharapkan pula
dapat meningkatkan kualitas organisasinya.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman ii
Dalam menjalankan tugasnya, DJPU telah menetapkan visi, yaitu “Menjadi unit yang
profesional dalam mendukung pembiayaan APBN secara efisien dan aman untuk menuju
kemandirian keuangan negara”. Visi tersebut kemudian dijabarkan dalam 4 misi, yakni
sebagai berikut:
a. Mewujudkan pengelolaan portofolio utang pemerintah yang efektif, transparan, dan
akuntabel dengan strategi yang mengedepankan peningkatan daya dukung terhadap
ketahanan dan kesinambungan fiskal;
b. Mengendalikan pengadaan/penerbitan utang melalui penetapan kapasitas berutang
yang mendukung stabilitas fiskal;
c. Mewujudkan kemandirian pembiayaan pembangunan nasional melalui upaya
mengedepankan sumber-sumber dalam negeri dan pengembangan pasar keuangan
domestik yang efisien dan stabil;
d. Mewujudkan kerjasama internasional dalam rangka memperoleh sumber
pembiayaan alternatif, sekaligus mendukung stabilitas pasar keuangan regional.
Dengan mengacu pada visi dan misi yang telah ditetapkan untuk periode tahun 2010-2014,
DJPU diharapkan dapat mencapai target kinerja secara lebih terarah, transparan, dan
akuntabel, serta mampu menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan
tugas.
Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto NIP 195610031985101001
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman iii
IKHTISAR EKSEKUTIF
LAKIP DJPU Tahun 2010 disusun sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan kinerja DJPU selama tahun 2010. Pada tahun 2010 DJPU telah menetapkan
target kinerja yang akan dicapai dalam bentuk kontrak kinerja antara Direktur Jenderal
Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan yang terdiri dari 12 SS dan 23 IKU. Capaian
SS dan IKU DJPU tahun 2010 adalah: 9 SS dan 18 IKU berstatus hijau atau memenuhi dan
atau di atas target; 2 SS dan 3 IKU berstatus kuning atau kurang memenuhi target; serta 1 SS
dan 1 IKU berstatus merah atau jauh kurang memenuhi target.
Secara garis besar, uraian atas pencapaian Sasaran Strategis beserta IKU DJPU selama
tahun 2010 adalah sebagai beirkut:
1. Pencapaian SS Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal dengan IKU
Pemenuhan target pembiayaan melalui utang, relatif dapat tercapai dengan baik,
dengan IKU berupa Pemenuhan target pembiayaan melalui utang. Pada tahun 2010
IKU ditargetkan sebesar Rp199,94 triliun yang kemudian berdasarkan APBN-P dan
kebijakan Menteri Keuangan direvisi sehingga menjadi Rp191,96 triliun (100%)
dengan realisasi sebesar Rp190,95 triliun (99,47%);
2. Pencapaian SS Transparansi dengan IKU Ketersediaan informasi dalam rangka
transparansi pengelolaan utang, relatif dapat tercapai dengan baik. Pada tahun 2010
IKU ditargetkan sebesar 518 set dengan realisasi sebesar 610 set (117,76%);
3. Pencapaian SS Akuntabilitas dengan IKU Opini eksternal auditor terhadap LK BA
Pengelolaan Utang, relatif dapat tercapai dengan baik. Pada tahun 2010 IKU
ditargetkan sebesar target 100% (WTP) dengan realisasi rata-rata sebesar 87,50%,
yaitu:
a. LK BA Pengelolaan Utang memperoleh opini WTP (100%);
b. LK BA Hibah memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (75%). Opini BPK
terhadap LK BA Hibah tahun 2009 terdapat peningkatan dari tahun 2008,
semula disclaimer menjadi WDP.
4. Pencapaian SS Kredibilitas dengan IKU Pembayaran tepat waktu, tepat jumlah, dan
tepat sasaran, dapat tercapai dengan baik. Pada tahun 2010 IKU ditargetkan sebesar
100% dengan realisasi sebesar 100% atau tidak terdapat denda dalam pelaksanaan
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman iv
pembayaran, dengan realisasi pembayaran kewajiban utang pada tahun 2010
sebesar Rp230,38 triliun
5. Pencapaian SS Perumusan strategi dan kebijakan pengelolaan utang yang
berkualitas, dengan IKU Jumlah peraturan dan keputusan yang mendukung
pengelolaan utang dan Tersedianya dokumen strategi pengelolaan utang, dapat
tercapai dengan baik. Pada tahun 2010 IKU Jumlah peraturan dan keputusan yang
mendukung pengelolaan utang sebesar 36 set dengan realisasi sebesar 40 set dan
IKU Tersedianya dokumen strategi pengelolaan utang ditargetkan sebanyak 2
dokumen dengan realisasi sebanyak 2 dokumen.
6. Pencapaian SS Pengelolaan portofolio dan kewajiban utang yang optimal dan
efektif, dengan 4 IKU berupa Persentase pemenuhan struktur portofolio utang
sesuai dengan strategi, Pencapaian target effective cost, Rasio beban bunga terhadap
rata-rata outstanding utang, dan Persentase dokumen tagihan yang diverifikasi
secara tepat waktu, dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut
pada tahun 2010, adalah sebagai berikut:
a. Pencapaian IKU Persentase pemenuhan struktur portofolio utang sesuai dengan
strategi relatif sesuai dengan target, yaitu dari target sebesar 100% terealisasi
sebesar 96,04%. Realisasi tersebut disebabkan pengelolaan portofolio utang telah
mengikuti strategi pengelolaan utang.
b. Pencapaian IKU Pencapaian target effective cost ditargetkan sebesar 100% dengan
realisasi sebesar 80,02%. Kombinasi membaiknya kondisi perekonomian,
strategi penerbitan yang digunakan, dan pemilihan instrumen utang yang
diterbitkan berhasil menekan cost of fund.
c. Pencapaian IKU Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang
ditargetkan sebesar 6,94% dengan realisasi sebesar 5,33%. Sampai dengan akhir
tahun realisasi bunga utang Rp86,75 triliun, outstanding akhir tahun 2009
sebesar Rp1.590,66 triliun, dan outstanding akhir Desember 2010 sebesar
Rp1.676,1 triliun.
d. Pencapaian IKU Persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat
waktu ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi sebesar 100%, dimana pada
tahun 2010 terdapat 6.795 dokumen tagihan/NOP telah diverifikasi secara tepat
waktu, dan diproses sebelum tanggal jatuh tempo.
7. Pencapaian SS Pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid, dengan IKU
Efektivitas instrumen pembiayaan baru, Peningkatan pemahaman masyarakat dan
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman v
pelaku ekonomi terhadap pengelolaan SBN, dan Partisipasi investor dalam
penerbitan SBN, dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada
tahun 2010, adalah sebagai berikut:
a. Pencapaian IKU Efektivitas instrumen pembiayaan baru ditargetkan sebesar
100% (Rp2 triliun) untuk penerbitan SBSN Project Financing. Penerbitan
instrumen SBSN baru berupa SBSN Project Financing pada tahun 2010 belum
dapat dilakukan. Desain instrumen telah selesai dikaji, serta telah mendapatkan
persetujuan dan fatwa dari DSN-MUI, namun infrastruktur hukum yang
diperlukan belum tersedia.
b. Pencapaian IKU Peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi
terhadap pengelolaan SBN ditargetkan sebesar 67,50% (paham) dengan realisasi
sebesar 76,74% (sangat paham), yang dilakukan melalui survei terhadap peserta
sosialisasi.
c. Pencapaian IKU Partisipasi investor dalam penerbitan SBN pada tahun 2010
ditargetkan sebesar 145% dengan realisasi sebesar 265,06%. Jumlah nominal
penawaran yang diterima adalah sebesar Rp417,78 triliun dari total target
indikatif Rp146,83 triliun.
8. Pencapaian SS Monitoring dan evaluasi kepatuhan yang efektif dalam pengelolaan
utang dengan IKU Tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang sesuai dengan
ketentuan dan prosedur yang berlaku dapat tercapai dengan baik, dengan jumlah
SOP yang dipantau 31 SOP link DJPU. IKU tersebut pada tahun 2010 ditargetkan
sebesar 100% dengan realisasi sebesar 94,73%. Hasil pencapaian 94,73%
menunjukkan masih perlunya perbaikan dilakukan di DJPU, tidak hanya pada isi
SOP dan penegakan pelaksanaannya, namun juga penyempurnaan revisi terhadap
SOP secara berkelanjutan sehingga dapat mencerminkan bisnis proses yang
terintegrasi.
9. Pencapaian SS Pembentukan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi,
dengan IKU Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi
jabatannya, Jumlah pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin sedang atau berat, dan
Persentase jam pelatihan pegawai DJPU terhadap jam kerja dapat tercapai dengan
baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2010, adalah sebagai berikut:
a. Pencapaian IKU Pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya
ditargetkan sebesar 80% dengan realisasi sebesar 90%. Pejabat yang mengikuti
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman vi
assessment centre pada tahun 2010 sebanyak 70 pejabat dan yang memenuhi
angka JPM minimal 70% sebanyak 63 pejabat (90%).
b. Pencapaian IKU Jumlah pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin sedang atau
berat ditargetkan sebanyak 1 pegawai dengan realisasi sebanyak 0 pegawai.
Sampai akhir tahun tidak terdapat pegawai yang melanggar peraturan disiplin
sedang atau berat.
c. Pencapaian IKU Persentase jam pelatihan pegawai DJPU terhadap jam kerja
ditargetkan sebesar 5,77% (28.153 jamlat) dengan realisasi sebesar 5,90% (28.793
jamlat). Sampai akhir tahun telah dilaksanakan sebanyak 68 diklat dari rencana
65 diklat.
10. Pencapaian SS Pengembangan organisasi yang handal dan modern, dengan IKU
Persentase penyelesaian penataan/modernisasi organisasi, Jumlah dokumen
perencanaan dan evaluasi kinerja organisasi, dan Persentase penyelesaian SOP pada
tahun 2010 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun
2010, adalah sebagai berikut:
a. Pencapaian IKU Persentase penataan/modernisasi organisasi pada tahun 2010
ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi 100%. Konsep usulan penataan
organisasi DJPU sebagai bagian dari rancangan PMK tentang organisasi dan tata
kerja Kementerian Keuangan telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan berupa
PMK Nomor 184/PMK.01/2010 tanggal 11 Oktober 2010.
b. Pencapaian IKU Jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja organisasi
ditargetkan sebanyak 6 dokumen dengan realisasi 6 dokumen.
c. Pencapaian IKU Persentase penyelesaian SOP ditargetkan sebesar 100% dengan
realisasi sebesar 100%, yang dilaksanakan melalui 2 tahap, yaitu:
1) Pada Semester I tahun 2010 telah diselesaikan 217 SOP yang ditetapkan
dengan Keputusan Dirjen PU Nomor Kep-39/PU/2010 tanggal 9 Juli 2010;
dan
2) Pada Semester II tahun 2010 telah ditetapkan sebanyak 79 SOP melalui
Kepdirjen nomor KEP-05/PU/2011, tanggal 17 Januari 2011 Perubahan
Ketiga Atas Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Nomor Kep-
36/PU/2007 Tentang Standar Prosedur Operasi (Standard Operating
Procedures/SOP) DJPU.
11. Pencapaian SS Pembangunan sistem TIK yang terintegrasi, dengan IKU Sistem
aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi sesuai rencana
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman vii
pada tahun 2010 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU ditargetkan sebesar 100%
dengan realisasi sebesar 100%. Pada tahun 2010, rincian capain IKU tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Pembangunan Sistem Aplikasi Pendukung Pengelolaan Utang Terintegrasi-
(100%), yaitu sampai dengan tahapan penyelesaian modul Setelmen, Loan
Management, Referensi, dan Control Panel.
b. Pembangunan Aplikasi Pemantauan Feeding Data Warehouse - (100%), yaitu
sampai dengan tahapan penyediaan Sumber data dari DMFAS (Debt
Management and Financial Analysis System), PMON (Pusat Manajemen Obligasi
Negara), lelang SBN, dan Bloomberg;
c. Pembangunan Aplikasi Grant Outstanding Position (GOP) - (100%), yaitu sampai
dengan tahapan penyelesaian menu penghitungan grant outstanding, pencetakan
GOP dan reminder letter, serta pencatatan pengiriman dan respon;
d. Pembangunan Aplikasi Surat Perintah Pembukuan Penarikan Pinjaman
dan/atau Hibah Luar negeri (SP4H) - (100%), yaitu sampai dengan tahapan
pencetakan SP4H, penghapusan SP4H, cetak ulang SP4H dan revisi SP4H.
12. Pencapaian SS Pengelolaan anggaran yang optimal, dengan IKU Persentase
penyerapan DIPA dan Persentase ketepatan perencanaan anggaran dan kinerja
pada tahun 2010 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada
tahun 2010, adalah sebagai berikut:
a. Pencapaian IKU Persentase penyerapan DIPA ditargetkan 85% (Rp185,46 miliar
dari pagu Rp218,19 miliar) dengan realisasi 84,37% (Rp184,02 miliar). Realisasi
yang lebih rendah tersebut karena terdapat penghematan dana pembelian
gedung Balai Pustaka dari pagu sebesar Rp147,25 miliar dengan realisasi sebesar
Rp116,65 miliar.
b. Pencapaian IKU Persentase ketepatan perencanaan anggaran dan kinerja
ditargetkan sebesar 100% direalisasikan sebesar 114,95%.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar target kinerja DJPU
pada tahun 2010 telah berhasil dicapai. Keberhasilan pencapaian tersebut diupayakan untuk
semakin ditingkatkan, sedangkan untuk beberapa kegiatan yang belum terlaksana/terdapat
permasalahan (pending matters) akan diupayakan agar dapat diselesaikan.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman viii
Dengan disusunnya LAKIP ini diharapkan dapat memberikan informasi secara
transparan kepada seluruh pihak yang terkait dengan tugas dan fungsi DJPU dan menjadi
umpan balik peningkatan kinerja DJPU pada periode berikutnya.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman ix
DAFTAR ISI
Hal. IKHTISAR EKSEKUTIF.................................................................................................. i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1 A. Tugas, Fungsi, Organisasi, dan Sumber Daya Manusia …........................... 1 B. Mandat yang Diberikan kepada Instansi ..................................................... 4 C. Peran Strategis Instansi ................................................................................. 6 D. Sistematika Penyajian .................................................................................... 8
II. RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA ................................ 9 A. Rencana Strategis 2010-2014 ......................................................................... 9 B. Penetapan Kinerja ........................................................................................... 14
III. AKUNTABILITAS KINERJA DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN .......... 19 A. Capaian IKU ................................................................................................... 19 B. Evaluasi dan Analisis Kinerja ........................................................................ 19 C. Kinerja Lainnya ............................................................................................... 76 D. Perkembangan Pending Matters Renstra 2010-2014 ...................................... 83 E. Akuntabilitas Keuangan................................................................................... 87
IV. PENUTUP ............................................................................................................. 89 A. Kesimpulan ....................................................................................................... 89 B. Saran .................................................................................................................. 91
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman x
Hal.
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Proses Bisnis DJPU ………....……………………………………………. 2
Bagan 2 Peta Strategi DJPU Tahun 2010 …………………………………………. 15
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Komposisi Pegawai Menurut Golongan……………………………….... 3
Grafik 2. Komposisi Pegawai Menurut Unit Eselon II.…………………………… 3
Grafik 3. Komposisi Pegawai Menurut Jabatan…………………………………… 4
Grafik 4. Komposisi Pegawai Menurut Jenis Kelamin……………………………. 4
Grafik 5. Perkembangan penyerapan DIPA tahun 2008-2010 ...………………… 73
Grafik 6. Rasio Utang terhadap PDB 2005-2010 ..…………………………………. 77
Grafik 7. Perbandingan Perubahan Perkembangan Rasio Utang terhadap PDB (%) Beberapa Negara (2003-2010) …....………………………………….
78
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Target IKU Depkeu-One Tahun 2010.…………………………………. 16
Tabel 2 Capaian IKU Depkeu-One Tahun 2010 (perspektif stakeholder dan customer)…………………………………………………………………..
19
Tabel 3 Sumber, Target, dan Realisasi Pinjaman Program Tahun 2010 ..…... 21
Tabel 4 Target dan Realisasi SBN Tahun 2010 ..………………………………. 22
Tabel 5 Realisasi Pembayaran Utang antara TA 2005 – 2010 ………………... 38
Tabel 6 Realisasi peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang………………………………………………………………………
41
Tabel 7 Rasio Beban Bunga Terhadap Rata-rata Outstanding Utang, 2005-2010………………………………………………………………………..
50
Tabel 8 Pembiayaan Utang (2005-2010) …..…………………………………… 76
Tabel 9 Perkembangan Stok Utang Luar Negeri berdasarkan Mata Uang (2005-2010) …………………….…..……………………………………..
79
Tabel 10 Perkembangan Credit Rating Indonesia (2005-2010) .………………... 79
Tabel 11 Pagu dan Realiasi Anggaran Tahun 2010 (per program) …………... 87
Tabel 12 Pagu dan Realiasi Anggaran Tahun 2010 (per belanja) …………….. 87
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kontrak Kinerja dan Penetapan Kinerja Tahun 2010
2. Pengukuran Kinerja Tahun 2010
3. Kontrak Kinerja dan Penetapan Kinerja Tahun 2011
4. Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2011
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tugas, Fungsi, Organisasi, dan Sumber Daya Manusia
1. Perkembangan unit pengelola utang
Unit pengelola utang telah mengalami beberapa kali perubahan seiring dengan
semakin meningkatnya kompleksitas pengelolaan utang sebagai akibat semakin besar
dan semakin beragamnya jumlah dan jenis utang Pemerintah. Perkembangan unit
pengelola utang secara ringkas dapat disampaikan sebagai berikut:
a. Sebelum tahun 1998, sebagian besar utang pemerintah dalam bentuk pinjaman luar
negeri dikelola oleh Direktorat Dana Luar Negeri (DDLN) pada Direktorat Jenderal
Anggaran;
b. Tahun 1999, dibentuk Tim Debt Management Unit (DMU) di bawah Direktorat
Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai tugas mengelola obligasi negara yang
diterbitkan untuk menyehatkan perbankan akibat krisis tahun 1998;
c. Tahun 2001, Tim DMU diubah menjadi Pusat Manajemen Obligasi Negara (PMON)
di bawah Sekretariat Jenderal yang secara khusus mengelola Surat Utang Negara
(SUN).
d. Tahun 2004, unit pengelolaan utang disatukan dalam Direktorat Jenderal
Perbendaharaan. PMON menjadi Direktorat Pengelolaan SUN dan DDLN menjadi
Direktorat Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri; dan
e. Tahun 2006, dengan berkembangnya ruang lingkup pengelolaan utang dan dalam
rangka memusatkan pengelolaanya dalam unit tersendiri, dibentuk Direktorat
Jenderal Pengelolaan Utang.
2. Tugas dan Fungsi
Berdasarkan PMK Nomor 100/PMK.01/2008, tugas DJPU adalah menyelenggarakan
sebagian tugas pokok Departemen di bidang pengelolaan utang dan hibah sesuai
dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 2
perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, DJPU
menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan Departemen Keuangan di bidang pengelolaan utang dan
hibah;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan utang dan hibah;
c. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang pengelolaan
utang dan hibah;
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang pengelolaan utang dan hibah;
e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.
3. Organisasi
Sebagai unit pengelola utang, DJPU berupaya menerapkan international best practice
organisasi pengelola utang dengan mengkategorikan/membagi fungsi front office
(Direktorat Pinjaman dan Hibah [Dit PH], Direktorat Surat Utang Negara [Dit SUN], dan
Direktorat Pembiayaan Syariah [Dit PS]), middle office (Direktorat Strategi dan Portofolio
Utang [Dit SPU]), dan back office (Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen [Dit
EAS]) serta supporting unit (Sekretariat Direktorat Jenderal) sebagai pendukung kegiatan
teknis. Proses bisnis dari keempat fungsi tersebut tergambar dalam bagan berikut:
Bagan 1 Proses Bisnis DJPU
FRONT OFFICE(Dit. PH, Dit. SUN, Dit. PS)
Penerbitan SBN danPengadaan Pinjaman
BACK OFFICE(Dit. EAS)
Pelaksanaan Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen
MIDDLE OFFICE(Dit. SPU)
Perumusan StrategiPengelolaan Utang
SUPPORTING UNIT(SEKRETARIAT)
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 3
4. Sumber Daya Manusia
Berdasarkan data pegawai per 31 Desember 2010, komposisi pegawai DJPU adalah
sebagai berikut:
Grafik 1 Komposisi Pegawai Menurut Golongan
Grafik 2 Komposisi Pegawai Menurut Unit Eselon II
No. Golongan Pegawai Jumlah Pegawai
No. Unit Eselon II
Jumlah Pegawai
1 IV/d 2 1 Setditjen 72
2 IV/c 4 2 Dit PH 63
3 IV/b 5 3 Dit SUN 41
4 IV/a 22 4 Dit PS 40
5 III/d 38 5 Dit SPU 41
6 III/c 51 6 Dit EAS 77
7 III/b 41 JUMLAH 334
8 III/a 98
9 II/d 29
10 II/c 40
11 II/b 3
12 II/a 1
JUMLAH 334
20
40
60
80
100
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 4
Grafik 3 Komposisi Pegawai Menurut Jabatan
Grafik 4 Komposisi Pegawai
Menurut Jenis Kelamin
No. Jabatan Pegawai Jumlah Pegawai
No. Jenis Kelamin Pegawai
Jumlah Pegawai
1 Eselon I 1 1 Laki-laki 257
2 Eselon II 5 2 Perempuan 77
3 Eselon III 23 JUMLAH 334
4 Eselon IV 81
5 Pelaksana 224
JUMLAH 334
B. Mandat yang Diberikan kepada Instansi
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi DJPU berdasarkan mandat yang diberikan oleh
peraturan perundang-undangan, antara lain:
1. Pedoman umum meliputi:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit
APBN dan APBD, yang mengatur bahwa:
1). Jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD dibatasi tidak melebihi 3 persen dari
Produk Domestik Bruto (PDB) tahun bersangkutan;
2). Jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah dan Pemda dibatasi tidak melebihi 60%
dari PDB tahun yang bersangkutan.
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang
mengatur antara lain:
Laki-laki77%
Perempuan23%
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 5
1). Pembebanan biaya pengadaan utang/hibah Pemerintah pada APBN;
2). Tata cara pengadaan utang negara dan penerusan utang/hibah luar negeri
kepada Pemda dan BUMN/BUMD.
c. Undang-Undang tentang APBN yang ditetapkan setiap tahun antara lain
menyebutkan bahwa Pemerintah dapat melakukan perubahan instrumen utang
dalam hal terdapat sumber utang yang lebih menguntungkan.
2. Pedoman khusus meliputi:
a. UU Nomor 24 Tahun 2002 tentang SUN, yang antara lain mengatur tentang tujuan
penerbitan SUN;
b. UU Nomor 19 Tahun 2008 tentang SBSN yang antara lain mengatur tentang tujuan
penerbitan SBSN;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman
Dan/Atau Penerimaan Hibah Serta Penerusan Pinjaman Dan/Atau Hibah Luar
Negeri, yang antara lain mengatur tentang perencanaan dan pengadaan serta
penatausahaan pinjaman dan hibah luar negeri;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan dan
Penerusan Pinjaman Dalam Negeri Oleh Pemerintah, yang antara lain mengatur
tentang penggunaan pinjaman dalam negeri;
e. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Tahun 2010-2014;
f. PMK Nomor 33/PMK.08/2010 tentang Monitoring, Evaluasi, Pelaporan, Publikasi,
dan Dokumentasi Pinjaman dan/atau Hibah Pemerintah;
g. PMK Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat;
h. PMK Nomor 86/PMK.05/2008 tentang Sistem Akuntansi Utang Pemerintah;
i. PMK Nomor 40/PMK.05/2009 tentang Sistem Akuntansi Hibah;
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 6
j. KMK Nomor 514/KMK.08/2010 tentang Strategi Pengelolaan Utang Negara Tahun
2010-2014.
C. Peran Strategis Instansi
DJPU adalah organisasi yang memegang peranan strategis di bidang pengelolaan utang.
Peran strategis DJPU digambarkan sebagai berikut:
1. Memenuhi pembiayaan APBN yang bersumber dari utang
Selain penerimaan pajak dan bukan pajak, utang mempunyai kontribusi yang penting
dalam menjamin kesinambungan pelaksanaan kegiatan pemerintahan dalam kerangka
pembangunan nasional. Sampai saat ini peranan utang baik yang bersumber dari dalam
maupun luar negeri masih menjadi sumber utama pembiayaan APBN. Untuk memenuhi
pembiayaan APBN tersebut maka pembiayaan melalui utang harus dapat disediakan
dalam jumlah yang cukup, tersedia pada saat diperlukan dengan biaya yang efisien dan
tingkat risiko terkendali.
Utang digunakan untuk membiayai defisit dan sebagian pengeluaran pembiayaan
antara lain pelunasan pokok utang jatuh tempo, buyback, dan penerusan pinjaman.
Sumber pembiayaan dari utang, meliputi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) yaitu
Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) serta pengadaan
Pinjaman Luar Negeri (Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek) dan Pinjaman Dalam
Negeri.
2. Mewujudkan kesinambungan fiskal melalui pengelolaan portofolio dan risiko utang
Pengelolaan utang yang dilaksanakan secara profesional, akuntabel, dan transparan
dimaksudkan untuk mencapai kondisi keuangan negara yang sehat dan
mempertahankan kemampuan negara dalam melaksanakan pembiayaan secara
berkesinambungan.
Pengelolaan utang yang tidak profesional akan berdampak negatif terhadap kondisi
fiskal Pemerintah yang tercermin antara lain dalam ketidakmampuan Pemerintah
membayar kewajiban utang secara tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran,
membengkaknya kewajiban utang di luar perkiraan, dan terhambatnya kegiatan
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 7
pemerintahan akibat tidak terjaminnya sumber pembiayaan. Selain itu, dampak
selanjutnya dapat berupa menurunnya kepercayaan investor dan kreditor, terjadinya
penurunan peringkat utang (sovereign credit rating), terhambatnya perkembangan pasar
keuangan domestik, serta ekonomi biaya tinggi.
Sebagai gambaran, total jumlah nominal utang pada tanggal 31 Desember 2010
mencapai Rp1.676,1 triliun. Jumlah utang yang relatif besar tersebut memerlukan
pengelolaan secara cermat dan berhati-hati, karena utang mempunyai dimensi risiko
yang berpotensi menimbulkan masalah terhadap kesinambungan fiskal, antara lain risiko
nilai tukar, risiko tingkat bunga, dan risiko refinancing.
Oleh karena itu, pembiayaan APBN melalui utang harus didukung dengan pengelolaan
berbagai risiko dimaksud melalui upaya antara lain dengan melakukan: debt securities
buyback, loan prepayment, debt-switch/reprofiling, debt swap, restrukturisasi pinjaman, dan
hedging.
3. Pengembangan pasar yang dalam, aktif, dan likuid
Penerbitan utang dalam bentuk SBN berperan strategis dalam pengembangan pasar
keuangan khususnya pasar domestik antara lain:
a. Mendukung pengembangan institusi/lembaga keuangan domestik dengan
memberikan alternatif instrumen investasi;
b. Mendukung kebutuhan industri keuangan dalam pengelolaan ALM;
c. Yield SBN berperan sebagai benchmark bagi penerbitan instrumen keuangan lainnya;
d. Pasar SBN yang berkembang akan mendukung terbentuknya pasar repo, derivatif
yang akan semakin mengefisienkan pasar keuangan secara keseluruhan; dan
e. Memperluas basis investor domestik.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 8
D. Sistematika Penyajian
LAKIP ini bertujuan untuk mengkomunikasikan pencapaian kinerja DJPU pada tahun
2010, yaitu dengan melakukan analisis atas capaian kinerja (performance results) tahun 2010
terhadap rencana kinerja (performance plans) tahun 2010. Analisis tersebut memungkinkan
teridentifikasikannya sejumlah celah kinerja (performance gap) sebagai umpan balik
perbaikan kinerja di masa datang. Sejalan dengan hal tersebut, sistematika penyajian LAKIP
adalah sebagai berikut:
Bab I – Pendahuluan, menyajikan latar belakang, tugas dan fungsi, dan struktur
organisasi.
Bab II – Rencana Strategis dan Penetapan Kinerja, menyajikan rencana strategis tahun
2010 dan penetapan kinerja tahunan 2010.
Bab III – Akuntabilitas Kinerja dan Akuntabilitas Keuangan, menyajikan analisis
terhadap capaian kinerja dan keuangan pada tahun 2010.
Bab IV – Penutup, menyajikan simpulan terhadap pencapaian kinerja di tahun 2010.
Lampiran-lampiran
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 9
BAB II
RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
A. Rencana Strategis 2010-2014
Berdasarkan Keputusan Dirjen PU Nomor Kep-16/PU/2010 tentang Rencana Strategis
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Tahun 2010-2014, telah
ditetapkan arahan dalam pelaksanaan tugas DJPU dalam periode 5 tahun ke depan yang
dituangkan dalam Renstra. Penyusunan Renstra tersebut mempertimbangkan beberapa hal,
yaitu:
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, yang mewajibkan setiap kementerian/lembaga menyusun Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan serta tercapainya
penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
2. Salah satu prioritas bidang ekonomi dalam RPJMN tahun 2010-2014, yaitu Prioritas
Pengelolaan APBN yang Berkelanjutan dengan Fokus Prioritas Perumusan Kebijakan
Fiskal, Pengelolaan Pembiayaan Anggaran, dan Pengendalian Risiko. Fokus prioritas
tersebut ditujukan untuk mengoptimalkan pengelolaan utang pemerintah, baik yang
berasal dari SBN maupun pinjaman dengan biaya dan tingkat risiko yang terkelola
dengan baik untuk mendukung kesinambungan fiskal.
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 40/KMK.01/2010 tentang Rencana Strategis
Kementerian Keuangan Tahun 2010-2014, yang mengamanatkan penyusunan Renstra
kepada unit-unit organisasi (Eselon I, Eselon II, Instansi Vertikal, dan Unit Pelaksana
Teknis/UPT) di lingkungan Kementerian Keuangan.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 10
Dalam Renstra tersebut ditetapkan visi, misi, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai
DJPU dalam periode Tahun 2010-2014, yaitu:
1. Visi
Visi DJPU untuk periode tahun 2010-2014 sebagaimana yang telah direvisi oleh
pimpinan DJPU adalah “Menjadi unit yang profesional dalam mendukung pembiayaan
APBN secara efisien dan aman untuk menuju kemandirian keuangan negara”.
Visi tersebut merupakan penyempurnaan dari visi periode tahun 2005-2009 dengan
lebih menekankan pada pengelolaan utang secara profesional, yaitu mampu memenuhi
standar tata kelola internasional dan memperhatikan penerapan prinsip-prinsip
tatakelola yang baik (good governance principles). Penyediaan sumber pembiayaan APBN
dilakukan dengan tujuan agar dalam jangka panjang dapat dicapai biaya utang yang
minimal dengan tingkat risiko yang terkendali. Di masa yang akan datang, DJPU sebagai
unit pengelola utang diharapkan mampu mengendalikan utang agar dapat mendukung
peningkatan kemampuan kemandirian keuangan negara.
2. Misi
Misi DJPU yang dirumuskan untuk mewujudkan visi tahun 2010-2014 yaitu:
a. Mewujudkan pengelolaan portofolio utang pemerintah yang efektif, transparan, dan
akuntabel dengan strategi yang mengedepankan peningkatan daya dukung terhadap
ketahanan dan kesinambungan fiskal;
b. Mengendalikan pengadaan/penerbitan utang melalui penetapan kapasitas berutang
yang mendukung stabilitas fiskal;
c. Mewujudkan kemandirian pembiayaan pembangunan nasional melalui upaya
mengedepankan sumber-sumber dalam negeri dan pengembangan pasar keuangan
domestik yang efisien dan stabil;
d. Mewujudkan kerjasama internasional dalam rangka memperoleh sumber
pembiayaan alternatif, sekaligus mendukung stabilitas pasar keuangan regional.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 11
3. Tujuan
Berdasarkan visi dan misi DJPU tahun 2010-2014, maka ditetapkan tujuan
pengelolaan utang pada tahun 2010-2014 yaitu:
a. Mengamankan kebutuhan pembiayaan APBN melalui utang dengan biaya minimal
pada tingkat risiko terkendali sehingga kesinambungan fiskal dapat terpelihara; dan
b. Mendukung upaya untuk menciptakan pasar SBN yang dalam, aktif dan likuid.
4. Sasaran Strategis
Sasaran strategis pengelolaan utang untuk tahun 2010 adalah sebagai berikut:
a. Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal;
b. Transparansi;
c. Akuntabilitas;
d. Kredibilitas;
e. Perumusan strategi dan kebijakan pengelolaan utang yang berkualitas;
f. Pengelolaan portofolio dan kewajiban utang yang optimal dan efektif;
g. Pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid;
h. Monitoring dan evaluasi kepatuhan yang efektif dalam pengelolaan utang;
i. Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya;
j. Pengembangan organisasi yang handal dan modern;
k. Pembangunan sistem TIK yang terintegrasi;
l. Pengelolaan anggaran yang optimal;
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 12
5. Kebijakan
Kebijakan yang ditetapkan DJPU pada tahun 2010 adalah sebagai berikut:
a. Mengoptimalkan potensi pendanaan utang dari sumber domestik melalui penerbitan
SBN Rupiah maupun penarikan pinjaman dalam negeri;
b. Melakukan pengembangan instrumen utang agar diperoleh fleksibilitas dalam
memilih berbagai instrumen yang lebih sesuai, cost-efficient dan risiko yang minimal;
c. Pengadaan pinjaman luar negeri dilakukan sepanjang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan prioritas, memberikan terms & conditions yang wajar (favourable) bagi
Pemerintah, dan tanpa agenda politik dari kreditor;
d. Mempertahankan kebijakan pengurangan pinjaman luar negeri dalam periode
jangka menengah;
e. Meningkatkan koordinasi dengan otoritas moneter dan otoritas pasar modal,
terutama dalam rangka mendorong upaya financial deepening;
f. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan berbagai pihak dalam rangka
meningkatkan efisiensi pengelolaan pinjaman dan sovereign credit rating.
6. Strategi
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan strategi-strategi yang efektif dan tepat
sasaran, dimana di sisi lain dapat sekaligus mengatasi permasalahan yang ada. Strategi-
strategi yang disusun harus dapat mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki, baik
internal maupun eksternal. Adapun strategi DJPU untuk periode tahun 2010-2014
adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan pengelolaan utang secara prudent dengan tujuan untuk
meminimalkan biaya utang pada tingkat risiko yang terkendali;
b. Meningkatkan koordinasi dengan unit terkait dalam rangka pengelolaan kas dan
kebijakan fiskal serta penyediaan underlying asset penerbitan SBSN;
c. Menyelesaikan penyusunan kerangka hukum dalam pengelolaan pinjaman, hibah,
kewajiban kontinjensi, dan hedging;
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 13
d. Menyiapkan infrastruktur yang dibutuhkan untuk pelaksanaan transaksi dalam
rangka pengelolaan portofolio utang;
e. Melakukan pengembangan instrumen utang agar diperoleh fleksibilitas dalam
memilih berbagai instrumen yang lebih cost-efficient dan risiko minimal;
f. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), organisasi, teknologi informasi
dan komunikasi (termasuk sistem informasi manajemen utang), dan pengelolaan
anggaran;
g. Meningkatkan koordinasi dengan otoritas moneter dalam pelaksanaan Asset-Liability
Management (ALM);
h. Mengoptimalkan potensi pendanaan APBN melalui utang dari sumber domestik
melalui penerbitan SBN Rupiah maupun penarikan pinjaman dalam negeri agar
dapat mengurangi ketergantungan dari pembiayaan luar negeri;
i. Mempertahankan kebijakan pengurangan pinjaman luar negeri dalam periode
jangka menengah, pengadaan dilakukan sepanjang untuk memenuhi kebutuhan
prioritas, memberikan terms & conditions yang wajar (favourable) bagi Pemerintah,
dan tanpa agenda politik dari kreditor;
j. Meningkatkan koordinasi dengan otoritas moneter, otoritas pasar modal, dan pelaku
pasar dalam rangka mengembangkan pasar SBN domestik yang solid dan efisien
melalui perluasan basis investor domestik dan mengoptimalkan infrastruktur pasar
yang mendukung pasar SBN yang likuid;
k. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan berbagai pihak dalam rangka
meningkatkan efisiensi pengelolaan pinjaman dan sovereign credit rating;
l. Meningkatkan monitoring dan evaluasi kinerja pelaksanaan pengelolaan utang;
m. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 14
7. Program dan Kegiatan
Dalam pelaksanaan kegiatan operasional pada tahun 2010, DJPU memiliki program
pokok dan program penunjang. Program pokok adalah Pengelolaan dan Pembiayaan
Utang, yang dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut:
a. Pengelolaan Pinjaman;
b. Pengelolaan Surat Utang Negara;
c. Pengelolaan Pembiayaan Syariah;
d. Pengelolaan Strategi dan Portofolio Utang; dan
e. Pelaksanaan Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen.
Sedangkan tiga program penunjang yang ditujukan untuk memberikan pelayanan teknis
dan administrasi kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal, yaitu:
a. Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik;
b. Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur; dan
c. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara.
Ketiga program penunjang di atas dilaksanakan melalui kegiatan Dukungan Manajemen
dan Dukungan Teknis Lainnya DJPU.
B. Penetapan Kinerja
Pada tahun 2010, DJPU telah menetapkan target kinerja yang akan dicapai dalam bentuk
kontrak kinerja antara Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan.
Pada Kontrak kinerja tersebut terdapat peta strategi (strategy map) dengan 12 sasaran
strategis (SS) yang ingin dicapai. Untuk setiap SS yang disusun dan ditetapkan memiliki
ukuran yang disebut sebagai Indikator Kinerja Utama (IKU). Keseluruhan IKU DJPU pada
tahun 2010 untuk semua SS berjumlah 23 IKU.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 15
Peta strategi merupakan suatu dashboard (panel instrument) yang memetakan SS ke dalam
suatu kerangka hubungan sebab akibat yang menggambarkan keseluruhan perjalanan
strategi DJPU. Peta strategi memudahkan DJPU untuk mengkomunikasikan keseluruhan
strateginya kepada seluruh pejabat/pegawai dalam rangka pemahaman demi suksesnya
pencapaian visi, misi, dan tujuan DJPU. Peta strategi DJPU tahun 2010 yang disepakati
antara Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan pada tanggal 19
Februari 2010 ditunjukkan dalam bagan berikut:
Bagan 2 Peta Strategi DJPU Tahun 2010
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 16
Peta strategi DJPU memetakan setiap SS yang disusun dalam rangka pencapaian tujuan
organisasi sesuai visi dan misi yang diemban. Dengan menggunakan metodologi Balanced
Scorecard, setiap SS dikelompokan kedalam empat perspektif, yaitu stakeholders perspective,
customers perpective, internal process perspective, dan learning and growth perspective. Dari
perpektif stakeholder, terdapat SS yang disusun untuk mewujudkan pembiayaan yang aman
bagi kesinambungan fiskal. Dari perpektif customer terhadap kreditor, investor, dan donor,
terdapat SS yang disusun untuk mewujudkan nilai transparansi, akuntabilitas, dan
kredibilitas dalam pengelolaan utang.
Dari perpektif proses internal DJPU, untuk mendukung pencapaian SS pada dua layer
stakeholders perspective dan customers perpective tersebut diperlukan adanya tiga faktor
penting berupa perumusan, pengelolaan dan pengembangan serta pengawasan terhadap
core business DJPU. Dalam hal ini, proses internal yang dimaksud terkait dengan proses
perumusan strategi dan kebijakan pengelolaaan utang yang berkualitas, pengelolaan
portofolio dan kewajiban utang yang optimal dan efektif, pengembangan pasar SBN yang
dalam, aktif, dan likuid, serta monitoring dan evaluasi kepatuhan yang efektif dalam
pengelolaan utang.
Sedangkan dari perspektif learning and growth, terdapat empat faktor penting yang harus
dikelola dengan baik guna menciptakan modal utama untuk mencapai tujuan organisasi
yaitu faktor pengembangan sumber daya manusia, faktor organisasi, faktor teknologi
informasi dan komunikasi (TIK), dan faktor pengelolaan anggaran.
Sebagai alat ukur pencapaian SS, target 23 IKU DJPU yang ditetapkan pada awal tahun
2010 adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Target IKU Depkeu-One Tahun 2010
SASARAN STRATEGIS IKU Realisasi
2009
Target
2010
1. PU-1 Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal
1. PU-1.1 Pemenuhan target pembiayaan melalui utang
98,86%
(Rp173,12 T)
100%
(Rp199,94 T)
2. PU-2 Transparansi 2. PU-2.1 Ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang
489 set 518 set
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 17
SASARAN STRATEGIS IKU Realisasi
2009
Target
2010
3. PU-3 Akuntabilitas 3. PU-3.1 Opini BPK terhadap LK BA Pengelolaan Utang
100%
(WTP)
100%
(WTP)
4. PU-4 Kredibilitas 4. PU-4.1 Pembayaran utang tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran
99,99% 100%
5. PU-5 Perumusan strategi dan kebijakan pengelolaan utang yang berkualitas
5. PU-5.1 Jumlah peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang
20 set 36 set
6. PU-5.2 Tersedianya dokumen strategi pengelolaan utang
2 dokumen 2 dokumen
6. PU-6 Pengelolaan portofolio dan kewajiban utang yang optimal dan efektif
7. PU-6.1 Persentase pemenuhan struktur portofolio utang sesuai dengan strategi
87,40% 100%
8. PU-6.2 Pencapaian effective cost 80,80% 100%
9. PU-6.3 Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang
5,70% 6,94%
10. PU-6.4 Persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat waktu
N/A 100%
7. PU-7 Pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid
11. PU-7.1 Efektivitas instrumen pembiayaan baru
139,91% 100%
12. PU-7.2 Peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi terhadap pengelolaan SBN
N/A 67,50%
13. PU-7.3 Partisipasi investor dalam penerbitan SBN
250,45% 145%
8. PU-8 Monitoring dan evaluasi kepatuhan yang efektif dalam pengelolaan utang
14. PU-8. 1 Tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku
100% 100%
9. PU-9 Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya
15. PU-9.1 Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya
N/A 80%
16. PU-9.2 Jumlah pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin sedang/berat
1 orang
(0,3%)
1 orang
(0,3%)
17. PU-9.3 Persentase jam pelatihan pegawai DJPU terhadap jam kerja
N/A 3,37 %
10. PU-10 Pengembangan organisasi yang handal dan modern
18. PU-10.1 Persentase penyelesaian penataan/modernisasi organisasi
N/A 100%
19. PU-10.2 Jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja organisasi
4 dokumen 6 dokumen
20. PU-10.3 Persentase penyelesaian SOP 100% 100%
11. PU-11 Pembangunan sistem TIK yang terintegrasi
21. PU-11.1 Sistem aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi sesuai rencana
90% 100%
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 18
SASARAN STRATEGIS IKU Realisasi
2009
Target
2010
12. PU-12 Pengelolaan anggaran yang optimal
22. PU-12.1 Persentase penyerapan DIPA 85,82% 85%
23. PU-12.2 Persentase ketepatan perencanaan anggaran dan kinerja
N/A 100%
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 19
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN
A. Capaian IKU
Capaian IKU DJPU tahun 2010 pada perspektif stakeholders dan customer dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 2
Capaian IKU Depkeu-One Tahun 2010
(perspektif stakeholder dan customer)
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi Persentase Pencapaian
Target Ket
1 Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal
1.1 Pemenuhan target pembiayaan melalui utang
Persen 100,00 99,47 118,94 stabilize
2 Transparansi 2.1 Ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang
Set 518,00 610,00 117,76 maximize
3 Akuntabilitas 3.1 Opini BPK terhadap laporan keuangan pengelolaan utang
Persen 100,00 87.50 97,22 stabilize
4 Kredibilitas 4.1 Pembayaran utang tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran
Persen 100,00 100,00 120,00 stabilize
B. Evaluasi dan Analisis Kinerja
Capaian SS dan IKU DJPU tahun 2010 dari 12 SS dan 23 IKU adalah:
1. 9 SS dan 18 IKU berstatus hijau atau memenuhi dan atau di atas target;
2. 2 SS dan 3 IKU berstatus kuning atau kurang memenuhi target; serta
3. 1 SS dan 1 IKU berstatus merah atau jauh kurang memenuhi target,
secara detail capaian SS dan IKU tersebut adalah sebagai berikut:
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 20
1. SS pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal dengan indikator
pemenuhan target pembiayaan melalui utang
Pemenuhan target pembiayaan melalui utang yang menjadi IKU unit pengelola
utang dihitung dari realisasi penerbitan SBN dan pengadaan pinjaman program.
Pemenuhan pembiayaan dari pinjaman yang digunakan sebagai komponen IKU hanya
yang berasal dari pinjaman program, tidak termasuk pinjaman proyek karena sifat
pinjaman program yang relatif sama dengan SBN dalam hal pola penarikannya.
Pinjaman proyek tidak dimasukkan ke dalam komponen IKU karena penyerapan
pinjaman proyek sangat dipengaruhi Kementerian/Lembaga sebagai Executing Agency.
Dalam memenuhi target pembiayaan melalui utang, realisasi penerbitan
SBN/pengadaan pinjaman program dilakukan dengan menggunakan konsep gross
agar lebih mencerminkan upaya/kinerja Pemerintah dalam memenuhi total kebutuhan
pembiayaan APBN yang berasal dari utang.
IKU ini menggunakan polarisasi stabilize, dimana capaian yang diharapkan adalah
sesuai atau mendekati target yang ditetapkan. Adapun diskripsi capaian atas IKU ini
sebagai berikut:
a. Pemenuhan target pembiayaan melalui utang pada tahun 2010 ditargetkan sebesar
Rp199,94 triliun yang kemudian berdasarkan APBN-P dan kebijakan Menteri
Keuangan direvisi sehingga menjadi Rp191,96 triliun (100%) dengan realisasi
sebesar Rp190,95 triliun (99,47%), yang terdiri dari:
1) Penarikan Pinjaman Program ditargetkan sebesar Rp29,42 triliun (ekuivalen
USD3.208juta) dengan realisasi sebesar Rp29,05 triliun (ekuivalen USD3.187
juta). Jumlah realisasi tersebut merupakan jumlah keseluruhan kegiatan
pengelolaan pinjaman program di tahun 2010 berasal dari 11 perjanjian.
Sedangkan komitmen pinjaman program yang tidak dapat terealisasi sebesar
USD 20,4 juta dari pinjaman PNPM Refinancing–World Bank. Sumber, target,
dan realisasi pinjaman program dapat dilihat pada tabel 3.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 21
Tabel 3
Sumber, Target, dan Realisasi Pinjaman Program Tahun 2010
(dalam USD)
No Lender Nama Program
2010
APBN-P Realisasi s.d. 31 Des. 2010
%
1 World Bank
1. Development Policy Loan (DPL) 7 600,000,000 600,000,000 100.00%
2. Infrastructure Development Policy Loan (IDPL) 4
200,000,000 200,000,000 100.00%
3. BOS-KITA Refinancing 2 164,000,000 171,305,715 104.45%
4. PNPM Refinancing 544,000,000 15,760,708 2.90%
5. Climate Change 200,000,000 200,000,000 100.00%
Sub Total World Bank 1,708,000,000 1,687,066,423 98.77%
2 ADB 1. Infrastructure Reform Sector Development Program (IRSDP) 3
200,000,000 200,000,000 100.00%
2. Countercyclical Support Facility (CSF) 500,000,000 500,000,000 100.00%
Sub Total ADB 700,000,000 700,000,000 100.00%
3 JICA 1. Development Policy Loan (cofinancing dengan World Bank) VI
100,000,000 100,000,000 100.00%
2. Climate Change Program Loan III 300,000,000 300,000,000 100.00%
3. Development Policy Loan (cofinancing dengan World Bank) VII
100,000,000 100,000,000 100.00%
Sub Total JICA 500,000,000 500,000,000 100.00%
4 France Climate Change Program Loan 3 300,000,000 300,000,000 100.00%
Sub Total France 300,000,000 300,000,000 100.00%
TOTAL 3,208,000,000 3,187,066,423 99.35%
2) Dalam APBN Tahun 2010 telah ditetapkan bahwa target pembiayaan dari SBN
Neto yang terdiri dari SUN dan SBSN adalah sebesar Rp104,4 triliun. Melihat
perkembangan kondisi APBN, target ini kemudian direvisi melalui APBN
Perubahan tahun 2010 menjadi Rp107,5 triliun dan terakhir diubah sesuai
APBN-P Outlook menjadi Rp92 triliun. Realisasi penerbitan SBN pada tahun
2010 adalah sebesar Rp161,90 triliun (99,61%) lebih kecil dari target Rp162,54
triliun. Kekurangan penerbitan SBN sebesar Rp0,55 triliun terutama
diakibatkan oleh proyeksi tidak tercapainya target defisit APBN 2010, sehingga
untuk mengurangi over financing yang berdampak pada tingginya biaya utang,
maka penerbitan SBN tidak sebesar target yang ditetapkan. Target dan realisasi
SBN dapat dilihat pada tabel 4.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 22
Tabel 4
Target dan Realisasi SBN Tahun 2010
(dalam triliun rupiah)
Target APBN-P
Outlook Realisasi
(per 31 Des 2010) %
SBN jatuh tempo 2010 67.54 67.54 100.00% SBN Netto (APBN) 92.00 91.16 99.09% Rencana Buyback 3.00 3.20 106.69% Kebutuhan Penerbitan SBN 2010 162.54 161.90 99.61%
SUN 135.59 134.94 99.52%
SUN Domestik 111.04 109.90 - ON 72.70 72.10 - ZC - - - SPN 30.35 29.80 - ORI 8.00 8.00 SUN Valas 24.55 25.04
SBSN 26.94 26.96 100.07%
SBSN Domestik 26.94 26.96 -IFR 6.13 6.15
-SBSN Ritel 8.03 8.03 -SDHI 12.78 12.78 SBSN Valas - -
Rincian realisasi penerbitan SBN sebagai berikut:
a) Jumlah realisasi penerbitan SUN sebesar Rp134,94 triliun merupakan
jumlah keseluruhan kegiatan penerbitan SUN di tahun 2010 yang berasal
dari:
(1) Penerbitan SUN dalam mata uang rupiah sebesar Rp109,895 triliun.
Jumlah penerbitan tersebut terdiri dari:
(a) Penerbitan Obligasi Negara (ON) dalam denominasi Rupiah (tidak
termasuk Obligasi Negara Ritel (ORI)) sebesar Rp72,1 triliun.
Penerbitan ON secara reguler dilakukan dengan cara lelang di
pasar perdana. Pada setiap penerbitan, jumlah penawaran yang
masuk lebih besar dibandingkan dengan penawaran yang
dimenangkan dengan bid to cover ratio berkisar dari 1,07 kali
sampai 13,08 kali. Hal ini mencerminkan permintaan pasar atas
SUN yang cukup baik meskipun fluktuatif, dan dalam setiap
penerbitan SUN, Pemerintah selalu memperhatikan cost and risk of
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 23
borrowing (tidak serta merta memenangkan seluruh bid yang
masuk).
Selama tahun 2010, Pemerintah menerbitkan ON dengan jenis
Fixed Rate yang mempunyai struktur jatuh tempo berjangka
pendek, menengah dan panjang, yaitu antara tahun 2015 dan 2038.
Penerbitan ON dalam denominasi Rupiah mempertimbangkan
berbagai aspek, antara lain: (i) struktur jatuh tempo utang yang
sudah ada, (ii) pengembangan pasar sekunder SUN, (iii) usulan
seri SUN yang akan menjadi seri benchmark pada tahun 2011, dan
(iv) analisis cost and risk.
(b) Penerbitan Surat Perbendaharaan Negara (SPN) selama tahun 2010
adalah sebesar Rp29,80 triliun. Selama tahun 2010, Pemerintah
melakukan lelang penerbitan SPN bersamaan dengan penerbitan
ON secara reguler sebanyak 21 kali dari target sebanyak 23
frekuensi dengan menerbitkan seri-seri baru sekaligus juga
reopening atas seri SPN tersebut.
(c) Penjualan ORI tahun 2010 yaitu seri ORI007 sebesar Rp8 triliun.
Realisasi penjualan ORI007 tersebut sesuai dengan target
penjualan yang diputuskan oleh Menteri Keuangan dalam rapat
rencana penerbitan ORI007 dengan target maksimum sebesar
Rp8 triliun.
Dalam rangka mendukung program pelestarian lingkungan hidup,
pada penerbitan ORI007 mengangkat tema ”Bersama ORI007
Lestarikan Lingkungan Hidup”, yang ditandai dengan kegiatan
seluruh Agen Penjual ORI untuk mendonasikan sebagian
keuntungan penjualan ORI007 untuk mendukung program
pelestarian lingkungan hidup, seperti penanaman pohon di taman
nasional, pelestarian orang utan, pelestarian terumbu karang,
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 24
pembangunan rumah kompos dan instalasi biogas, uji emisi
kendaraan, dan lain sebagainya.
(d) Pada tahun 2010 terdapat satu permohonan/penawaran
pembelian SUN dengan cara Private Placement, dari salah satu
Dealer Utama. Namun demikian, dengan mempertimbangkan
pengelolaan portofolio SUN, kondisi pasar keuangan khususnya
pasar SUN yang cukup kondusif, lelang yang relatif sukses, target
pembiayaan APBN melalui penerbitan SUN yang sesuai rencana
(on-track), dan saldo kas Pemerintah yang cukup besar, maka
Pemerintah memutuskan untuk menolak tawaran tersebut.
(2) Penerbitan SUN dalam Valuta Asing di Pasar Perdana Internasional
(Global Bonds) sebanyak 2 frekuensi.
(a) Penerbitan SUN dalam denominasi US Dollar melalui program
GMTN terlaksana pada bulan Januari 2010, dengan nominal
penerbitan sebesar USD 2 miliar. Sebagaimana penerbitan
sebelumnya, penerbitan pada tahun 2010 ini juga mendapatkan
sambutan yang baik di pasar internasional. Total volume
pemesanan yang masuk mencapai USD4,5 miliar, dimana +
USD1,7 miliar dari wilayah Amerika Serikat, + USD1,2 miliar dari
wilayah Eropa dan + USD1,6 miliar dari wilayah Asia. Hasil
penerbitan Global Bonds ini menunjukkan kepercayaan yang tinggi
dari para investor internasional terhadap manajemen fiskal dan
prospek ekonomi Indonesia jangka panjang.
(b) Penerbitan SUN dalam valuta asing kedua dilaksanakan pada
bulan November tahun 2010 yaitu SUN dalam denominasi Yen
atau lebih dikenal dengan nama Samurai Bonds/Shibosai. Penerbitan
tersebut menggunakan single trances dengan volume JPY60 miliar
dengan tingkat kupon 1,60% per tahun yang jatuh tempo pada
tanggal 12 November 2020. Berdasarkan jenis investor, Samurai
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 25
Bonds ini dialokasikan antara lain ke bank sebesar 77,2%, asuransi
sebesar 20,3%, management aset sebesar 0,3% dan lain-lain sebesar
2,2%.
b) Jumlah realisasi penerbitan SBSN tahun 2010 sebesar Rp26,96 triliun,
dengan rincian sebagai berikut:
(1) Penjualan SBSN secara reguler dilakukan dengan metode lelang di
pasar perdana. Realisasi Penerbitan SBSN melalui metode ini selama
tahun 2010 sebesar Rp6,15 triliun, dengan frekuensi pelaksanaan
Lelang SBSN sebanyak 13 kali.
Selama tahun 2010, Pemerintah menerbitkan SBSN melalui metode
Lelang dengan menggunakan akad Ijarah Sale and Lease Back dan
tingkat imbal hasil tetap yang mempunyai struktur jatuh tempo
berjangka menengah dan panjang, yaitu antara tahun 2015 sampai
dengan 2030.
Sejak tahun 2010, lelang SBSN dilakukan secara reguler, rata-rata 1
kali setiap bulan, memanfaatkan waktu dimana tidak terdapat lelang
SUN. Dalam setiap lelang, Pemerintah secara konsisten menawarkan
beberapa seri SBSN dengan tenor menengah-panjang, yaitu 5, 7, 10,
15, dan 20 tahun, yaitu guna mengakomodir potensi permintaan dari
seluruh sektor jatuh tempo. Pricing dalam lelang SBSN ditetapkan at-
par dengan pricing SUN.
Jumlah penawaran pembelian yang disampaikan oleh investor
melalui lelang SBSN tahun 2010 cukup besar, yaitu mencapai Rp21,59
triliun, dengan rata-rata mencapai 66% di atas target indikatif setiap
penerbitan. Sebagian besar penawaran pembelian disampaikan oleh
Bank dan Dana Pensiun, masing-masing mencapai 67,58% dan
23,68%. Sementara itu, penawaran pembelian oleh investor syariah
masih relatif terbatas, yaitu hanya mencapai 1,60%.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 26
Meskipun belum merefleksikan harga wajar, penawaran yield yang
disampaikan oleh investor semakin rasional, cenderung menurun
mendekati owner estimate yang ditetapkan Pemerintah, yaitu dari
semula pada tahun 2009 mencapai rata-rata 60 bps di atas yield SUN
seri benchmark dan 44 bps di atas owner estimate, menjadi rata-rata 49
bps di atas yield SUN seri benchmark dan 27 bps di atas owner estimate
pada tahun 2010.
(2) Penjualan SBSN melalui metode Private Placement selama tahun 2010
sebesar Rp12,78 triliun, dengan seri SBSN berupa Sukuk Dana Haji
Indonesia (SDHI) yang merupakan bentuk kerjasama antara
Kementerian Keuangan dengan Kementerian Agama. Frekuensi
Penerbitan SDHI selama tahun 2010 sebanyak 5 kali. Pada seri ini
menggunakan akad Ijarah Al-Khadamat, dengan tingkat imbal hasil
tetap yang mempunyai struktur jatuh tempo berjangka pendek, yaitu
antara tahun 2012 sampai dengan 2014.
(3) Penjualan SBSN melalui metode bookbuilding pada tahun 2010 berupa
Sukuk Negara Ritel seri SR002 sebesar Rp8,03 triliun. Penerbitan
Sukuk Negara Ritel ini dilaksanakan pada bulan Februari, dengan
menggunakan akad Ijarah Sale and Lease Back dan tingkat imbal hasil
tetap yang mempunyai struktur jatuh tempo berjangka pendek, yaitu
pada tahun 2013.
Sukuk ritel ini adalah salah satu jenis Sukuk Negara yang didesain
khusus untuk investor individu WNI di pasar perdana. Sampai saat
ini, Pemerintah telah melakukan penerbitan sukuk ritel sebanyak dua
kali yaitu Sukuk Negara Ritel Seri SR-001 dan SR-002 yang diterbitkan
masing-masing tahun 2009 dan 2010. Dari kedua pengalaman
tersebut, Sukuk Negara Ritel sangat diminati oleh masyarakat
khususnya investor individu yang tercermin dari:
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 27
(a) Seluruh Agen Penjual baik SR-001 maupun SR-002 meminta
kenaikan kuota penjualan;
(b) Terdapat pemesanan pembelian dari beberapa Agen Penjual yang
tidak disetujui oleh Pemerintah karena jumlah pemesanan telah
melampaui kuota penjualan;
(c) Total pemesanan pembelian baik SR-001 maupun SR-002 jauh
lebih tinggi dibandingkan indikasi awal dari seluruh Agen
Penjual, masing-masing mencapai 213,9% dan 184,69%;
(d) Besarnya jumlah investor yang menyampaikan pemesanan
pembelian Sukuk Ritel, masing-masing 14.295 investor pada
penerbitan SR-001 meningkat menjadi 17.231 investor pada
penerbitan SR-002;
(e) Sebagian besar investor, yaitu 6.548 orang (45,8%) pada penerbitan
SR-001 dan 9.055 orang (52,55%) pada penerbitan SR-002,
menyampaikan pemesanan pembelian dengan nominal di bawah
Rp100 juta.
Adapun manfaat dari penerbitan Sukuk Ritel ini, selain untuk
pemenuhan kebutuhan pembiayaan APBN, juga antara lain sebagai
berikut:
(a) Diversifikasi sumber pembiayaan APBN;
(b) Memperluas basis investor SBN di pasar domestik;
(c) Memberikan alternatif instrumen ritel yang berbasis syariah bagi
investor;
(d) Mendukung pengembangan pasar keuangan syariah;
(e) Memberikan kesempatan kepada investor kecil untuk berinvestasi
dalam instrumen pasar modal yang amanah dan menguntungkan;
(f) Memperkuat pasar modal Indonesia dengan mendorong
transformasi dari savings-oriented society menjadi investment-
oriented society.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 28
Terkait penerbitan sukuk ritel, Pemerintah menetapkan kebijakan
penerbitan hanya 1 kali untuk setiap tahun, yaitu mempertimbangkan
daya serap investor ritel yang masih terbatas dan untuk memberikan
ruang waktu bagi penerbitan intrumen ritel lainnya (ORI).
(4) Pada tahun 2010 dilakukan pembatalan atas rencana penerbitan SBSN
dalam valuta asing di pasar internasional tahun 2010, dengan
pertimbangan sebagai berikut:
(a) Memaksimalkan potensi pendanaan dalam rupiah dan
memanfaatkan momentum penurunan yield;
(b) Konsisten dengan strategi pengelolaan utang yang
memprioritaskan pengurangan eksposure risiko nilai tukar;
(c) Mendukung posisi kas Pemerintah, dimana saldo rekening dalam
valas (USD) telah terakumulasi dalam jumlah yang cukup besar.
Dengan demikian, target pemenuhan pembiayaan APBN melalui utang di tahun
2010 relatif dapat terpenuhi.
b. Beberapa tantangan dalam pemenuhan pembiayaan melalui utang, antara lain:
1) Realisasi defisit yang lebih rendah dari target dan pemenuhan target
pembiayaan melalui utang yang belum dapat sepenuhnya disesuaikan dengan
kebutuhan kas, mengakibatkan realisasi pembiayaan utang melampaui
kebutuhan APBN (overfinancing);
2) Potensi daya serap pasar SBN domestik relatif masih terbatas, yang disebabkan
masih terbatasnya perkembangan industri pasar keuangan domestik;
3) Penerbitan SBN valas berpotensi meningkatkan risiko nilai tukar, akan tetapi
SBN valas tetap dibutuhkan karena pasar SBN domestik yang masih terbatas,
serta untuk menghindari crowding out effect;
4) Target penerbitan SBN yang terlalu besar dan melebihi kemampuan
penyerapan pasar SBN domestik, dapat mendorong naiknya imbal hasil yang
diminta investor;
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 29
5) Meningkatnya volatilitas pasar SBN domestik sebagai akibat tingginya
kepemilikan asing pada portofolio SBN, dapat menghambat upaya Pemerintah
untuk menyediakan pembiayaan APBN melalui penerbitan SBN dengan
tingkat biaya yang wajar;
6) Membaiknya kondisi perekonomian Indonesia yang ditunjukkan oleh
meningkatnya GDP per Kapita berdampak pada semakin terbatasnya akses
terhadap pinjaman lunak, yang dapat menyebabkan tingginya biaya pinjaman
Pemerintah;
7) Dalam pemenuhan pembiayaan melalui SBSN terdapat permasalahan yang
dihadapi antara lain:
a) Partisipasi investor, khususnya investor syariah, relatif masih rendah
karena minat beli SBSN di pasar perdana rendah, partisipasi sebagai agen
penjual/peserta lelang kurang, dan partisipasi di pasar sekunder terbatas;
b) Pasar sekunder yang belum berkembang antara lain karena likuiditas SBSN
di pasar sekunder relatif rendah, adanya perilaku buy & hold, dan belum
sempurnanya infrastruktur pasar, termasuk infrastruktur pendukung
dalam rangka price discovery untuk mendukung transparansi harga;
c) Keterbatasan jumlah dan jenis underlying assets yang siap digunakan untuk
penerbitan SBSN;
d) Ekspektasi yield dari investor masih relatif tinggi yang menyebabkan tidak
semua penawaran yang masuk untuk pembelian SBSN dapat diterima.
c. Langkah-langkah yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut,
antara lain:
1) Realisasi pemenuhan target pembiayaan melalui utang pada tahun 2011 akan
menyesuaikan dengan kebutuhan APBN 2011 dengan meningkatkan
koordinasi dengan Ditjen Anggaran, Ditjen Perbendaharaan, dan BKF (2011);
2) Bekerjasama dengan lembaga terkait (antara lain SRO, Bank Indonesia,
Bapepam-LK) dalam mengupayakan pengembangan pasar SBN domestik,
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 30
memperluas basis investor SBN domestik, dan mengembangkan instrumen
SBN;
3) Mengembangkan strategi pengelolaan risiko nilai tukar melalui instrumen
derivatif (hedging) dan penerapan konsep asset liability management dengan
Ditjen Perbendaharaan dan Bank Indonesia (natural hedging);
4) Meningkatkan koordinasi dengan lembaga keuangan baik domestik maupun
internasional dalam rangka mendapatkan sumber pembiayaan utang alternatif;
5) Menetapkan secara realistis target pembiayaan APBN melalui SBN perlu
ditetapkan secara realistis dengan mempertimbangkan daya serap pasar dan
pengelolaan portofolio dan risiko utang;
6) Mengembangkan intrumen SBN yang sesuai dengan kebutuhan investor
domestik;
7) Mempersiapkan infrastruktur dalam rangka menjaga stabilitas pasar SBN dari
potensi sudden reversal, melalui penyiapan bond stabilization fund dan
mengefektifkan pelaksanaan transaksi langsung SBN dalam kerangka CMP
(Crisis Management Protocol);
8) Mengoptimalkan penggunaan pinjaman secara efektif yang didukung
pemanfaatan pemberi pinjaman sesuai dengan expertise dan spesialisasinya.
Dengan fokus kegiatan yang sesuai dengan spesialisasinya, pemberi pinjaman
menurunkan kebutuhan untuk tambahan biaya pendampingan dan supervisi
kegiatan yang pada akhirnya akan ditransmisikan ke biaya pinjaman. Selain
itu, pemberi pinjaman juga dapat dipastikan telah memiliki pengalaman untuk
mengerjakan sebuah kegiatan tertentu sehingga kemampuan menganalisa pada
saat perencaan lebih terjamin kualitasnya dan kemungkinan gagal dalam
pelaksanaan relatif kecil. Dua hal ini akan mengurangi beban biaya baik bagi
pemberi pinjaman (overhead cost) maupun bagi Pemerintah (cost of capital);
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 31
9) Mengingat pasar SBSN domestik baru mulai terbentuk dan masih dalam tahap
pengembangan, DJPU secara konsisten akan terus melakukan berbagai
aktivitas sebagai berikut:
a) Penyempurnaan mekanisme penerbitan SBSN, khususnya dengan
mengimplementasikan Green Shoe Option dalam lelang SBSN dengan
tujuan:
(1) Mendorong partisipasi investor dalam lelang SBSN;
(2) Memaksimalkan jumlah bids yang dapat dimenangkan pada tingkat
harga wajar;
(3) Memberikan ekstra akses kepada non-sophisticated investors, khususnya
investor syariah;
(4) Mempercepat peningkatan supply SBSN ke pasar sebagai upaya untuk
meningkatkan likuiditas pasar sekunder;
(5) Bagian dari proses komunikasi antara investor & issuer dalam rangka
price discovery.
b) Penguatan infrastruktur pasar dalam rangka peningkatan kinerja pasar
sekunder SBSN, antara lain melalui publikasi calendar of issuance SBSN,
inisiasi pelaksanaan Exchange Program, penyiapan infrastruktur untuk
mendukung transaksi Repo dan Securities Lending & Borrowing, penyiapan
seri SBSN sebagai bagian dari benchmark series SBN, dan penyiapan
implementasi sistem Dealer Utama bagi SBSN untuk menjadi market maker
di pasar sekunder.
c) Penyiapan infrastruktur untuk mendukung transparansi harga dan
mekanisme price discovery, antara lain melalui penyiapan theoretical yield
curve serta penyediaan kuotasi harga bagi peserta lelang SBSN sebagai
referensi bagi investor, sehingga diharapkan ekspektasi yield dari investor
akan semakin rasional.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 32
d) Melakukan koordinasi dengan Bank Indonesia dalam rangka harmonisasi
terhadap berbagai ketentuan yang dapat membatasi aktivitas kepemilikan
dan perdagangan SBSN oleh perbankan syariah sebagai berikut:
(1) ketentuan mengenai pemindahbukuan surat berharga dari investment
book ke AFS/Trading book serta penjualan surat berharga yang selama
ini hanya dimungkinkan dalam hal: i) telah direncanakan sejak awal
tahun oleh bank syariah dan dimuat dalam Rencana Bisnis Bank, dan ii)
bank mengalami kesulitan likuiditas;
(2) Treatment akuntansi atas pendapatan yang diperoleh dari aktivitas
perdagangan surat berharga agar tidak dikategorikan sebagai
pendapatan ’non-halal’ dan dapat dibukukan sebagai pendapatan
operasional;
(3) Penempatan dana dalam SBSN oleh perbankan syariah telah diusulkan
untuk dapat diperhitungkan sebagai kegiatan pembiayaan dalam
pemenuhan ketentuan Financing to Deposit Ratio oleh Bank Indonesia.
Hal tersebut dengan pertimbangan bahwa SBSN bukan merupakan
instrumen keuangan yang sifatnya spekulatif. Selain itu, dana hasil
penerbitan SBSN, khususnya ’Project Based Sukuk’, akan di ear-marked
dan dimanfaatkan secara langsung untuk pembiayaan kegiatan/proyek
APBN yang mana sejalan dengan fungsi intermediasi perbankan
syariah dalam pembiayaan sektor riil.
e) Untuk menjamin ketersediaan Underlying Asset sesuai dengan jumlah
kebutuhan penerbitan, DJPU terus melakukan kajian diversifikasi Aset
SBSN dan mengembangkan instrumen SBSN baru menggunakan
underlying selain Barang Milik Negara:
(1) Penyiapan SBSN berbasis proyek/kegiatan, baik dengan skema project
financing maupun project underlying;
(2) Penerbitan SBSN dengan basis underlying berupa services, misalnya
SDHI;
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 33
(3) Penyiapan hybrid instrumen.
f) Penyiapan instrumen SBSN, khususnya SBSN jangka pendek dengan tenor
maksimal 12 (dua belas) bulan (SPN-S), selain untuk pembiayaan cash
mismacth juga untuk pengelolaan moneter syariah bagi Bank Indonesia.
g) Penyiapan infrastruktur hukum, antara lain berupa penyusunan/
perubahan Peraturan Menteri Keuangan terkait pelaksanaan green shoe
option dalam lelang SBSN serta penerbitan dan penjualan SPN-S.
d. Pencapaian SS pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal dengan
indikator pemenuhan target pembiayaan melalui utang dapat tercapai dengan
baik.
2. SS transparansi dengan indikator ketersediaan informasi dalam rangka transparansi
pengelolaan utang
IKU ini dimaksudkan untuk menyediakan informasi terkait pengelolaan utang
kepada publik secara transparan dalam rangka menjaga tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap pengelolaan utang yang transparan. Ketersediaan informasi
pengelolaan utang adalah jumlah publikasi atau diseminasi data dan informasi utang
kepada publik melalui berbagai media (cetak/elektronik) dalam satu tahun.
Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target (maximize),
dimana capaian yang semakin tinggi dari target adalah capaian yang
baik/diharapkan.
a. Indikator transparansi pengelolaan utang di tahun 2010 ditargetkan sebesar 518 set
dengan realisasi sebesar 610 set (117,76%).
1) Terkait dengan pengelolaan pinjaman, pada tahun 2010 ditargetkan ada 1 set
publikasi dengan realisasi 1 set publikasi, yaitu bahan publikasi terkait
pengelolaan pinjaman dan hibah tahun 2010;
2) Terkait dengan pengelolaan SUN, pelaksanaan kegiatan dalam rangka
transparansi pengelolaan SUN di tahun 2010 ditargetkan sebanyak 439 set
dengan realisasi sebanyak 525 set terdiri dari press release transaksi SUN 72 set,
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 34
publikasi kuotasi harian SUN 51 set, Publikasi kepemilikan SUN 275 set,
Publikasi outstanding SUN 69 set, Publikasi calendar of issuance 3 set, Publikasi
lainnya (Peraturan, Brosur, Presentasi, Memo Info, dll) 55 set.
Capaian kegiatan yang melebihi target ini disebabkan antara lain karena
publikasi kepemilikan SUN dilakukan 3 kali dalam seminggu dan dalam 2
versi (Indonesia dan Inggris). Selain itu selama tahun 2010 khususnya pada
triwulan IV, DJPU meningkatkan frekuensi pelaksanaan transaksi SUN secara
langsung dalam rangka pengelolaan portofolio SUN sehingga press release
transaksi SUN ikut meningkat;
3) Terkait dengan pengelolaan SBSN, pelaksanaan kegiatan dalam rangka
transparansi pengelolaan SBSN di tahun 2010 ditargetkan sebanyak 32 set
dengan realisasi sebanyak 35 set terdiri dari: 25 set press release lelang SBSN, 5
set press release penerbitan SDHI, 2 set press release hasil penjatahan dan imbal
hasil SR-002, 1 set berita Keputusan MK mengenai Uji Materiil UU 19/2008
terkait keabsahan BMN sebagai underlying asset, dan 2 set press release
pengumuman rencana dan hasil seleksi calon Agen Penjual penerbitan Sukuk
Ritel 2011 & Konsultan Hukum penerbitan SBSN 2011.
4) Terkait dengan pengelolaan strategi dan portofolio utang dan kewajiban
kontijensi, pelaksanaan kegiatan dalam rangka transparansi di tahun 2010
ditargetkan sebanyak 2 set dan terealisasi sebanyak 5 set, terdiri:
a) Publikasi Strategi pengelolaan utang jangka menengah tahun 2010-2014
melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor: KMK-380/KMK.08/2010;
b) Pengumuman kesempatan untuk menjadi calon bank pemberi kredit
dalam rangka percepatan penyediaan air minum, Nomor: Peng-
01/PU/2010;
c) Pengumuman kesempatan untuk menjadi calon bank pemberi kredit
dalam rangka percepatan penyediaan air minum dengan Nomor: Peng-
02/PU/2010;
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 35
d) Pengumuman penetapan calon bank pemberi kredit dalam rangka
percepatan penyediaan air minum dengan Nomor: Peng-03/PU/2010; dan
e) Pengumuman penetapan calon bank pemberi kredit dalam rangka
percepatan penyediaan air minum dengan Nomor: Peng-04/PU/2010.
5) Terkait dengan pengelolaan evaluasi, akuntansi, dan setelmen utang,
ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang berupa
laporan pengelolaan utang yang ditargetkan sebesar 44 laporan dengan
realisasi sebesar 44 laporan yang terdiri dari:
a) 36 set laporan bulanan (Buku Saku Perkembangan Utang, Penyampaian
Laporan Nomor register Loan/Grant Agreement, dan Statistik Utang Luar
Negeri Indonesia);
b) 4 set laporan triwulanan (Laporan Central Government Debt:Statistical
Tables); dan
c) 4 set laporan semesteran (LKPP Utang dan LKPP Hibah).
b. Tantangan yang dihadapi dalam penyajian informasi dalam rangka transparansi
pengelolaan utang antara lain:
1) Beragamnya kebutuhan informasi yang harus disediakan oleh pemerintah
disesuaikan dengan kebutuhan dari stakeholders pengelolaan utang;
2) Validitas data pinjaman masih sangat tergantung pada hasil rekonsiliasi antara
pengelola utang dan pengelola kas, serta konfirmasi dari pemberi pinjaman
yang bersangkutan. Hal ini mengakibatkan data yang up to date dan valid
belum dapat diperoleh secara tepat waktu.
c. Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:
1) Penyediaan informasi kepada stakeholders dalam rangka transparansi
pengelolaan utang, tetap dilakukan secara berkala, tepat waktu, dan
berkesinambungan disertai pula dengan peningkatan kualitas penyajian dan
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 36
materi informasi serta meningkatkan koordinasi dengan pihak terkait, untuk
selalu menyajikan data/informasi kepada stakeholders secara up to date;
2) Meningkatkan kehandalan database utang dengan melakukan updating secara
berkala dan secara rutin melakukan rekonsiliasi data utang dengan pihak-
pihak terkait secara regular, baik eksternal Kementerian Keuangan (Bank
Indonesia dan lender) maupun internal Kementerian Keuangan (Ditjen
Perbendaharaan c.q. Dit PKN dan KPPN) dalam upaya pengintegrasian data
utang.
d. Pencapaian SS transparansi dengan indikator ketersediaan informasi dalam rangka
transparansi pengelolaan utang, pada tahun 2010 dapat tercapai dengan baik.
3. SS akuntabilitas dengan indikator opini BPK terhadap LK BA Pengelolaan Utang
dan Hibah
Opini BPK terhadap LK BA Pengelolaan Utang dan Hibah adalah opini audit yang
diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap Laporan Keuangan atas
bagian anggaran pengelolaan utang dan hibah yang dikelola DJPU. Terdapat 4 jenis
opini yang dapat diberikan oleh BPK, yakni (i) opini wajar tanpa pengecualian
(WTP/unqualified opinion), (ii) opini wajar dengan pengecualian (WDP/qualified
opinion), (iii) opini tidak wajar (adversed opinion), dan (iv) pernyataan menolak
memberikan opini (disclaimer of opinion).
Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang diarahkan kepada ketepatan atas
target (stabilize), dimana capaian yang makin mendekati target adalah capaian yang
diharapkan.
a. Realisasi opini eksternal auditor terhadap LK BA Pengelolaan Utang dan Hibah
tahun 2010 adalah hasil audit BPK terhadap LK BA Pengelolaan Utang dan Hibah
tahun 2009 dengan target 100% (WTP) dengan realisasi sebesar 87,50%, yaitu:
1) LK BA Pengelolaan Utang memperoleh opini WTP (100%);
2) LK BA Hibah memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (75%).
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 37
Opini BPK terhadap LK BA Hibah tahun 2009 terdapat peningkatan dari tahun
2008, semula disclaimer menjadi WDP.
b. Hambatan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator opini BPK
terhadap LK BA Pengelolaan Utang dan Hibah antara lain:
1) Perbedaan ketentuan pencatatan baik utang maupun hibah;
2) BPK menemukan bahwa masih terdapat pendapatan hibah yang diterima
langsung oleh Kementerian/Lembaga belum dilaporkan kepada DJPU sebesar
Rp1,53 triliun;
3) Aplikasi Sistem Akuntansi Utang Pemerintah (SAUP) dan Hibah (SIKUBAH)
yang belum sempurna.
c. Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:
1) Untuk menghindari perbedaan pencatatan utang dan hibah, pemerintah telah
menerbitkan PMK No. 86/PMK.05/2008 tentang Sistem Akuntansi Utang dan
PMK No.40/PMK.05/2009 tentang Sistem Akuntansi Hibah;
2) Untuk meningkatkan tertib administrasi penata usahaan hibah terus dilakukan
harmonisasi ketentuan/kebijakan terkait pengelolaan utang dan hibah. Selain
itu juga dilakukan sosialisasi ketentuan terkait pengelolaan hibah kepada
kementerian/lembaga maupun pemerintah daerah; dan
3) Penyempurnaan Aplikasi Sistem Akuntansi Utang dan Hibah.
d. Pencapaian SS akuntabilitas dengan indikator opini eksternal auditor terhadap LK
BA Pengelolaan Utang, selama tahun 2010 dapat tercapai dengan relatif baik.
4. SS kredibilitas dengan indikator pembayaran utang tepat waktu, tepat jumlah, dan
tepat sasaran.
IKU ini dimaksudkan untuk menjaga dan meningkatkan kredibilitas pengelolaan
utang melalui pembayaran kewajiban pokok utang, bunga, dan biaya utang secara
tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran, sehingga dapat menghindari kerugian
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 38
negara. Kegiatan penyelesaian pembayaran kewajiban utang meliputi penyelesaian
pembayaran pokok, bunga dan biaya atas pinjaman dan SBN (SUN dan SBSN).
Pencapaian IKU ini diharapkan berada dalam suatu rentang target tertentu
(stabilize), dimana capaian yang makin mendekati target adalah capaian yang
diharapkan.
Perkembangan realisasi pembayaran utang antara Tahun Anggaran 2005 sampai
dengan Tahun Anggaran 2010 sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 5 Realisasi Pembayaran Utang antara TA 2005 - 2010
(dalam triliun rupiah)
No Jenis Pengeluaran
2005 2006 2007 2008 2009 2010
LKPP Realisasi
Sementara
1 Pokok dan buyback SBN 24,46 25,06 58,49 44,77 48,24 70,54
2 Cicilan pokok utang luar negeri
37,11 52,68 57,92 63,44 68,03 54,14
3 Bunga utang dalam negeri
42,60 54,91 53,47 58,93 62,70 71,90
4 Bunga utang luar negeri 22,60 24,17 25,73 28,61 30,03 33,80
J u m l a h 126,77 156,82 195,61 195,74 209,00 230,38
a. Pada tahun 2010 pembayaran utang secara tepat waktu, tepat jumlah dan tepat
sasaran tercapai sesuai target sebesar 100% disebabkan pembayaran kewajiban
utang telah dilakukan secara tepat waktu, tepat jumlah dan tepat sasaran (tidak
terdapat denda) dengan realisasi pembayaran kewajiban utang pada tahun 2010
sebesar Rp230,38 triliun yang terdiri dari:
Realisasi pembayaran utang dilaksanakan melalui kegiatan:
1) pembayaran pokok dan pembelian kembali SUN sebesar Rp70,54 triliun;
2) pembayaran cicilan pokok utang luar negeri sebesar Rp54,14 triliun;
3) pembayaran bunga utang dalam negeri sebesar Rp71,90 triliun;
4) pembayaran bunga utang luar negeri sebesar Rp33,80 triliun.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 39
b. Beberapa tantangan dalam pembayaran kewajiban utang secara tepat waktu, tepat
jumlah, dan tepat sasaran, antara lain:
1) Terdapat tagihan (Notice of Payment/NOP) dari pemberi pinjaman yang belum
diterima hingga mendekati tanggal tempo pinjaman yang bersangkutan;
2) Terdapat data penarikan (Notice of Disbursement) pinjaman luar negeri dari
pemberi pinjaman yang diterima tidak tepat waktu, sehingga berpengaruh
terhadap data outstanding pinjaman luar negeri; dan
3) Masalah dokumentasi Loan Agreement dan Grant Agreement dan filing system
yang masih dalam proses penataan.
c. Langkah-langkah yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut,
antara lain:
1) Menerbitkan NOP Pengganti untuk tagihan yang telah mendekati jatuh tempo
tetapi masih belum diterima. Selain itu juga dilakukan pengembangan sistem
informasi alat kendali NOP dan SPM untuk memonitor proses pelaksanaan
pembayaran utang;
2) Melakukan rekonsiliasi data pembayaran utang dengan Ditjen
Perbendaharaan dan Bank Indonesia, rekonsiliasi posisi utang dengan
pemberi pinjaman dan Bank Indonesia untuk meningkatkan validitas data
utang;
3) Melakukan penataan dokumentasi/kearsipan atas Loan Agreement dan Grant
Agreement telah dilakukan melalui penataan arsip dokumen Loan Agreement
dan Grant Agreement yang meliputi 4.564 copy dokumen, yang terdiri dari : 256
active loan, 1.774 fully disbursed, 2.488 fully paid, 46 cancelled loan, dan 953 grant
agreement;
4) Melakukan modernisasi filing system, yaitu dengan melakukan pengalih-
mediaan dokumen tersebut kedalam bentuk digital dan pengembangan
aplikasi e-document yang berbasis web, yang telah dilakukan terhadap 2.054
loan agreement dan 636 grant agreement, serta telah di-upload ke aplikasi e-
document; dan
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 40
5) Penatausahaan pinjaman yang dilakukan meliputi pengadministrasian
dokumen perjanjian, dokumen penarikan, penerbitan nomor registrasi dan
pengarsipan dokumen terkait pinjaman secara tepat waktu.
d. Pencapaian SS kredibilitas dengan indikator pembayaran tepat waktu, tepat
jumlah, dan tepat sasaran, selama tahun 2010 dapat tercapai dengan baik.
5. SS perumusan strategi dan kebijakan pengelolaan utang yang berkualitas dengan
indikator:
a. Jumlah peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang
Peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang bertujuan
untuk memberikan landasan dan kepastian hukum dalam pelaksanaan
pengelolaan utang. Indikator ini diukur berdasarkan tersusunnya rancangan
Peraturan dan Keputusan yang disampaikan kepada Menteri Keuangan atau yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal dalam rangka mendukung pengelolaan utang.
Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target
(maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang
diharapkan.
1) Pada tahun 2010 indikator tersedianya peraturan dan keputusan yang
mendukung pengelolaan utang ditargetkan sebesar 36 set dengan realisasi
sebesar 40 set seperti pada tabel 6.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 41
Tabel 6 Realisasi peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang
No Peraturan pendukung pengelolaan utang
a. 1 PP tentang Pendirian Perusahaan Penerbit SBSN Indonesia II;
b. 1 RPP Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah, dalam tahap finalisasi di Setneg;
c. 1 RPP tentang Pembiayaan Proyek/Kegiatan melalui Penerbitan SBSN, dalam proses harmonisasi di Kemenkum dan HAM;
d. 1 PMK Nomor 92/PMK.08/2010 tentang Perubahan PMK Nomor 170/PMK.08/2008 tentang Transaksi SUN Secara Langsung;
e. 1 PMK Nomor 90/PMK.08/2010 tanggal 21 April 2010 tentang Cara Pemilihan Calon Pemberi Pinjaman Dalam Negeri;
f. 1 PMK tentang Monitoring, Evaluasi, Pelaporan, Publikasi Dan Dokumentasi Pinjaman Dan/Atau Hibah Pemerintah;
g. 1 PMK Nomor 172/PMK.08/2010 tentang Perubahan Kedua Atas PMK Nomor 36/PMK.06/2006 Tentang Penjualan Obligasi Negara Ritel Di Pasar Perdana;
h. 1 RPMK tentang pengelolaan Kewajiban Kontinjensi, penyelesaian RPMK tersebut menunggu pengesahan RUU APBN-P 2011;
I. 25 KMK tentang Penetapan BMN Menjadi Aset SBSN;
j. 1 KMK Perubahan KMK 08/2009 Aset SBSN SR 0001;
k. 1 KMK tentang Penunjukan pejabat yang diberi wewenang untuk melakukan pengesahan dokumen Surat Pengesahan Hibah Barang dan Jasa (SPHBJ);
l. 1 KMK tentang Penunjukan pejabat KPA, Pejabat Penandatangan SPM dan Bendahara Pengeluaran untuk keperluan pembayaran kewajiban yg berkaitan dengan pengelolaan utang;
m. 1 KMK 433/KMK.08/2010 tentang Dewan Direktur PP SBSN Indonesia II;
n. 1 Peraturan Bersama DJPB dan DJPU tentang Mekanisme penggunaan dokumen sumber, pencatatan, dan rekonsiliasi realisasi penarikan dan pembayaran pinjaman dan/atau hibah luar negeri;
o. 1 Kepdirjen PU Nomor KEP-02/PU/2010 tentang SUN seri benchmark tahun 2010; dan
p. 1 Kepdirjen PU Nomor KEP-51/PU/2010 tentang Penunjukan Pejabat/Pegawai Yang Berwenang Melaksanakan Transaksi dan Pejabat Yang Berwenang Memberikan Persetujuan Batasan Nilai Transaksi Dalam Rangka Pelaksanaan Transaksi SUN Secara Langsung.
a) Selain peraturan yang telah disusun tersebut, terdapat 5 set peraturan yang
belum selesai penyusunannya, yaitu:
(1) RPP Pendirian PP SBSN Indonesia III belum selesai karena
persetujuan penyusunan RPP dari Presiden baru dikeluarkan pada
tanggal 28 Desember 2010. Persetujuan penyusunan RPP yang baru
dikeluarkan diakhir tahun mengakibatkan penarikan modal PP SBSN
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 42
Indonesia III tidak dapat direalisasikan walaupun telah dianggarkan
dalam APBN Tahun Anggaran 2010;
(2) RPMK tentang Tata Cara Penetapan Proyek sebagai Aset SBSN masih
harus menunggu RPP Pembiayaan Proyek/Kegiatan melalui
Penerbitan SBSN ditetapkan;
(3) RPMK tentang Pengusulan, Penilaian dan Penetapan Pinjaman Luar
Negeri yang akan Diteruspinjamkan kepada Pemda, BUMN, dan
BUMD, telah dilakukan pembahasan di internal Kementerian
Keuangan, namun penetapannya menunggu RPP Tata Cara
Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah ditetapkan;
(4) RKMK tentang Negosiasi, masih dalam proses pembahasan dan
masih harus menunggu RPP Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar
Negeri dan Penerimaan Hibah ditetapkan;
(5) RPMK tentang Transaksi Lindung Nilai dalam Pengelolaan Utang
Pemerintah telah disampaikan ke Biro Hukum melalui surat Direktur
SPU nomor 117/PU.5/2010 tanggal 14 Desember 2010, dengan
permintaan agar dapat dilakukan penelaahan terhadap level
peraturan, substansi dan legal drafting RPMK dimaksud.
b) Selain itu terdapat penyelesaian 9 peraturan yang sebelumnya tidak
ditargetkan, yaitu:
(1) 1 set RPMK tentang pengelolaan kewajiban kontinjensi; dan
(2) 8 set KMK tentang penetapan BMN menjadi aset SBSN.
2) Hambatan dan/atau tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target
indikator tersedianya peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan
utang antara lain:
a) Belum adanya kesepakatan mengenai kebijakan penerusan pinjaman luar
negeri diantara unit Eselon I terkait yang mengakibatkan terhambatnya
penyusunan konsepsi pengaturan mengenai tata cara penerusan pinjaman
luar negeri sebagai peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 43
tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan
Hibah;
b) Belum optimalnya penyediaan peraturan dalam rangka pengelolaan hibah;
c) Belum adanya peraturan perundang-undangan sebagai dasar hukum
operasional dan secara eksplisit mengamanatkan untuk melakukan hedging
dalam pengelolaan risiko portofolio utang;
d) Peraturan dan kebijakan terkait pengelolaan SBN bersifat dinamis
mengingat terus berkembangnya instrumen dan dinamika pasar
keuangan;
e) Belum selesainya RPP tentang Pembiayaan Proyek/Kegiatan melalui
Penerbitan SBSN karena persetujuan penyusunan RPP dari Presiden baru
dikeluarkan pada tanggal 28 Desember 2010.
3) Upaya yang dilakukan menghadapi hambatan dan/atau tantangan tersebut
adalah:
a) Melaporkan dan memohon arahan Menteri Keuangan mengenai
kebijakan-kebijakan yang perlu ditetapkan dalam pengelolaan penerusan
pinjaman luar negeri;
b) Telah ditetapkan PMK 40/PMK.05/2009 tentang SIKUBAH namun perlu
terus dilakukan sosialisasi PMK dimaksud kepada K/L;
c) Melakukan koordinasi dan diskusi dengan unit-unit terkait dalam
penyiapan peraturan operasional terkait hedging (dalam format Peraturan
Menteri Keuangan) dan secara paralel terus melakukan penyiapan
infrastruktur lainnya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan transaksi
hedging, antara lain penyusunan prosedur standar, meningkatkan
pemahaman dokumen legal (ISDA Master Agreement), dan mengadakan
workshop dengan narasumber dari para praktisi ;
d) Terus melakukan review, kajian dan penyempurnaan terhadap peraturan
dan kebijakan pengelolaan SBN sehingga menghasilkan peraturan yang
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 44
berkualitas dan dapat menjamin kepastian hukum dalam pelaksanaan
pengelolaan SBN;
e) Menyampaikan surat Direktur Jenderal Pengelolaan Utang kepada
Kementerian Hukum dan HAM nomor S-28/PU-2011 tanggal 6 Januari
2011, perihal pemberitahuan atas dikeluarkannya persetujuan Presiden
terkait penyusunan RPP tentang Pembiayaan Proyek Melalui Penerbitan
SBSN sebagai dasar dilakukannya harmonisasi RPP;
f) Melakukan koordinasi dan rapat-rapat intensif dengan Kementerian
Hukum dan HAM, Sekretariat Negara, Bappenas, dan Biro Hukum
Kementerian Keuangan dalam rangka harmonisasi dan penyelesaian RPP
tentang Pembiayaan Proyek Melalui Penerbitan SBSN.
b. Tersedianya dokumen strategi pengelolaan utang
Dokumen strategi pengelolaan utang merupakan pedoman umum kepada
setiap unit/lembaga/otoritas yang terkait dengan pengelolaan utang agar proses
pengambilan keputusan merefleksikan keselarasan antar kebijakan pengelolaan
utang, fiskal, moneter, dan pengembangan pasar keuangan serta memberikan
keyakinan kepada semua pihak yang berkepentingan dengan penyelenggaraan
keuangan negara bahwa utang Pemerintah akan dikelola secara baik dan
bertanggung jawab melalui suatu proses pengelolaan utang yang transparan dan
akuntabel.
Pencapaian IKU ini diharapkan berada dalam suatu rentang target tertentu
(stabilize), dimana capaian yang makin mendekati target adalah capaian yang
diharapkan.
1) Pada tahun 2010, penyediaan dokumen strategi pengelolaan utang ditargetkan
sebanyak 2 dokumen dengan realisasi sebanyak 2 dokumen, terdiri dari:
a) Strategi Pengelolaan Utang 2010-2014 (jangka menengah) yang telah
ditetapkan dengan KMK Nomor 380/KMK.08/2010 tanggal 14 September
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 45
2010 dan telah direvisi dengan KMK Nomor 514/KMK.08/2010 tanggal 30
Desember 2010;
b) Strategi Pembiayaan Tahunan 2011 telah ditetapkan melalui Keputusan
Dirjen PU nomor Kep-53/PU/2010 pada tanggal 31 Desember 2010.
2) Tantangan yang dihadapi dalam rangka penyediaan dokumen strategi
pengelolaan utang antara lain:
Penyusunan dokumen strategi pengelolaan utang jangka menengah
mempertimbangkan faktor-faktor antara lain dokumen rencana pembangunan
jangka menengah (RPJM) sebagai acuan untuk menyusun rencana
pembiayaan utang. Dengan demikian waktu penyelesaian penyusunan RPJM
mempengaruhi waktu penyelesaian dokumen strategi pengelolaan utang
jangka menengah;
3) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:
a) Melakukan komunikasi intensif dengan pihak-pihak yang terkait dalam
penyusunan RPJM untuk memperoleh gambaran atau asumsi awal yang
digunakan untuk selanjutnya disusun draft awal yang akan disesuaikan
dalam hal dokumen resmi RPJM telah tersedia;
b) Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dalam penyusunan pengelolaan utang dalam jangka
menengah.
c. Pencapaian SS perumusan strategi dan kebijakan pengelolaan utang yang
berkualitas, dengan indikator Jumlah peraturan dan keputusan yang mendukung
pengelolaan utang dan tersedianya dokumen strategi pengelolaan utang, selama
tahun 2010 relatif dapat tercapai dengan baik.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 46
6. SS pengelolaan portofolio dan kewajiban utang yang optimal dan efektif, dengan
indikator:
a. Persentase pemenuhan struktur portofolio utang sesuai dengan strategi
Persentase pemenuhan struktur portofolio utang sesuai dengan strategi
merefleksikan komposisi instrumen utang yang memiliki tingkat risiko yang
terkendali. Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang diarahkan kepada
ketepatan atas target (stabilize), dimana capaian yang makin mendekati target
adalah capaian yang diharapkan.
1) Pada tahun 2010, indikator persentase pemenuhan struktur portofolio utang
sesuai dengan strategi relatif sesuai dengan target, yaitu dari target sebesar
100% terealisasi sebesar 96,04%. Realisasi tersebut disebabkan pengelolaan
portofolio utang telah mengikuti strategi pengelolaan utang, yaitu dengan
rincian:
a) Realisasi utang valas sebesar 45,36% dari target sebesar 47,46%;
b) Realisasi utang variable rate (VR) sebesar 20,45% dari target sebesar 20,96%;
c) Realisasi short term debt (rata-rata jatuh tempo utang per tahun dalam lima
tahun ke depan/STD) sebesar 6,98% dari target sebesar 7,14%.
Struktur portofolio utang relatif mendekati target strategi, dimana pencapaian
struktur tersebut dilakukan melalui penerbitan/pengadaan utang baru serta
transaksi pasar sekunder seperti buyback & debt switch. Adapun pencapaian
tersebut disebabkan:
a) Penerbitan Shibosai sebesar JPY60 miliar yang lebih kecil dari rencana
sebesar JPY100 miliar;
b) Penguatan kurs rupiah terhadap valuta asing khususnya USD;
c) Tidak banyaknya permintaan atas floating rate debt di tengah situasi
penurunan suku bunga;
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 47
d) Rendahnya permintaan akan short term debt pada kondisi tingkat bunga
yang rendah.
Secara keseluruhan risiko portofolio utang lebih rendah dari yang ditargetkan
dengan tanpa meningkatkan biaya utang secara signifikan.
Keberhasilan indikator ini didukung dengan kegiatan:
a) Perumusan struktur portofolio utang yang optimal;
b) Pengurangan utang melalui pembelian kembali sebelum jatuh tempo
(buyback); dan
c) Restrukturisasi utang melalui Skema debt switching.
2) Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator persentase
pemenuhan struktur portofolio utang sesuai dengan strategi antara lain:
a) Perubahan target pembiayaan melalui utang dalam APBN-P 2011 yang
menyebabkan tidak sesuainya target struktur portofolio utang;
b) Besarnya jumlah utang yang jatuh tempo dalam jangka pendek sehingga
menyebabkan risiko refinancing.
3) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:
a) Melakukan perubahan target struktur portofolio utang sesuai dengan
perubahan target pembiayaan dalam APBN-P; dan
b) Melakukan debt switching dengan menukar utang yang jatuh tempo dalam
5 tahun dengan utang dengan jangka waktu panjang.
b. Pencapaian target effective cost
Effective cost merefleksikan biaya riil yang harus dikeluarkan oleh Pemerintah
dalam menerbitkan/menarik utang. IKU ini bertujuan agar Pemerintah dalam
menerbitkan/menarik utang dengan biaya utang yang wajar sesuai target yang
ditetapkan. Pencapaian target effective cost berarti kombinasi tingkat biaya utang
yang diterbitkan dalam satu tahun sama dengan atau di bawah target effective cost
yang ditetapkan.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 48
Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang lebih rendah dari target
(minimize), dimana capaian yang semakin rendah dari target adalah capaian yang
diharapkan.
1) Pada tahun 2010, pencapaian target effective cost ditargetkan sebesar 100%
dengan realisasi sebesar 80,02%. Kombinasi membaiknya kondisi
perekonomian, strategi penerbitan yang digunakan, dan pemilihan instrumen
utang yang diterbitkan berhasil menekan cost of fund. Rincian pencapaian
effective cost pada tahun 2010 adalah sebagai berikut:
a) realisasi effective cost IDR sebesar 8,40% dari target sebesar 10,35%;
b) realisasi effective cost USD sebesar 6,01% dari target sebesar 7,39%;
c) realisasi effective cost JPY sebesar 2,79% dari target sebesar 3,90%; dan
d) realisasi effective cost EUR sebesar 5,40% dari target sebesar 6,27%.
Keberhasilan indikator ini didukung dengan kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
a) perumusan rencana portofolio utang yang efektif untuk membiayai
kebutuhan pembiayaan tahunan;
b) penerbitan SBN dan pengadaan pinjaman secara selektif; dan
c) Penurunan guarantee fee untuk penerbitan shibosai bond.
2) Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target effective cost.
a) Kondisi pasar keuangan yang fluktuatif berpotensi dapat meningkatkan
yield SBN, sehingga biaya utang yang ditanggung pemerintah meningkat;
b) Tingginya biaya utang melalui pinjaman komersial yang disebabkan
adanya tambahan biaya-biaya terkait penarikan utang.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 49
3) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:
a) Memperhatikan kondisi pasar keuangan untuk menentukan waktu
penerbitan SBN yang optimal sehingga dapat menurunkan yield
penerbitan SBN;
b) Meningkatkan usaha negosiasi terms and conditions pinjaman untuk
menekan/mengurangi biaya-biaya terkait penarikan pinjaman komersial.
c. Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang
Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang menggambarkan
beban utang yang harus ditanggung pemerintah dalam bentuk pembayaran beban
bunga, biaya, dan imbal hasil dalam tahun berjalan dibandingkan dengan rata-rata
outstanding utang pada tahun tersebut. IKU ini merupakan salah satu alat untuk
mengukur efisiensi beban bunga yang harus ditanggung oleh Pemerintah dalam
memenuhi target pembiayaan utang dalam satu tahun anggaran. Efisiensi
dilakukan agar realisasi pembayaran bunga utang lebih rendah dari alokasi bunga
utang yang ditetapkan dalam APBN, dengan tetap mempertimbangkan risiko dan
pemenuhan target pembiayaan melalui utang. Hal ini berdampak pada rasio beban
bunga terhadap rata-rata outstanding utang yang semakin rendah dan
menunjukkan bahwa pengelolaan utang pada tahun anggaran tersebut telah
efisien.
Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang lebih rendah dari target
(minimize), dimana capaian yang makin rendah dari target adalah capaian yang
diharapkan.
1) Pada tahun 2010, rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang
ditargetkan sebesar 6,94% dengan realisasi sebesar 5,33%. Sampai dengan
akhir tahun realisasi bunga utang Rp86,75 triliun, outstanding akhir tahun
2009 sebesar Rp1.590,66 triliun, dan outstanding akhir Desember 2010 sebesar
Rp1.676,1 triliun. Rendahnya rasio beban utang terutama disebabkan oleh
pembayaran bunga utang yang lebih rendah dibandingkan target. Hal ini
disebabkan karena:
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 50
a) pemilihan instrumen SBN yang diterbitkan;
b) pengelolaan portofolio utang yang optimal sehingga menurunkan tingkat
risiko dan biaya utang;
c) penurunan target penerbitan SBN tahun 2010;
d) realisasi penarikan pinjaman proyek lebih rendah dibandingkan target;
e) kondisi pasar keuangan yang membaik sehingga yield & diskon penerbitan
SBN lebih rendah dari perkiraan semula; dan
f) nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing lebih rendah dari perkiraan
semula.
Pada periode 2008–2010, perkembangan realisasi rasio beban bunga terhadap
rata-rata outstanding utang menunjukkan indikator yang semakin baik, dalam
artian cenderung menurun. Perkembangan rasio beban bunga terhadap rata-
rata outstanding utang selama periode 2005–2010 dapat dilihat pada tabel 7 di
bawah ini.
Tabel 7 Rasio Beban Bunga Terhadap Rata-rata Outstanding Utang, 2005-2010
(dalam triliun rupiah)
No Uraian
2005 2006 2007 2008 2009 2010
LKPP Realisasi
Sementara
1 Pembayaran bunga utang 65,2 79,1 79,6 87,5 92,7 86,75
2 Rata-rata oustanding utang 1.306,4 1.307,7 1.345,8 1.513,1 1.613,4 1.627,8
Rasio (1/2) 4,99% 6,05% 5,91% 5,78% 5,75% 5,33%
2) Beberapa tantangan dalam penurunan rasio beban bunga terhadap rata-rata
outstanding utang, antara lain:
a) Kondisi pasar keuangan yang dinamis sehingga mempengaruhi antara
lain:
(1) Fluktuasi yield SBN yang berdampak pada pembayaran bunga SBN
baru yang diterbitkan;
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 51
(2) Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama
mata uang yen dan US dollar yang sangat volatile. Pergerakan nilai
tukar berdampak signifikan, baik pada pembayaran bunga utang
valas maupun outstanding utang valas;
(3) Perubahan risk appetite investor yang berpengaruh pada pemilihan
jenis instrumen SBN yang diterbitkan. Pemilihan jenis instrumen
yang diterbitkan berdampak pada pembayaran bunga utang dan
komposisi outstanding utang.
b) Realisasi penarikan pinjaman proyek tidak ditentukan oleh Kementerian
Keuangan, tetapi ditentukan oleh pelaksana kegiatan yaitu
Kementerian/Lembaga. Besaran realisasi penarikan pinjaman proyek
berdampak pada pembayaran bunga dan posisi outstanding pinjaman.
3) Langkah-langkah yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut,
antara lain:
a) Menyusun berbagai skenario analysis guna mengakomodasi perkiraan
fluktuasi dan pergerakan nilai tukar dan yield/tingkat bunga dalam
perhitungan pembayaran bunga utang;
b) Meningkatkan koordinasi dengan pihak terkait dalam penerapan readiness
criteria dan penyusunan proyeksi penarikan pinjaman proyek.
d. Persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat waktu
Indikator persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat waktu
diselesaikan paling lambat 6 hari kerja sebelum jatuh tempo. Hal ini untuk
menghindari terjadinya keterlambatan pembayaran atas tagihan utang, dimana
jumlah hari tersebut terbagi masing-masing 2 hari kerja antara DJPU (Dit EAS),
Ditjen Perbendaharaan (Dit PKN), dan Bank Indonesia.
Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang diarahkan kepada ketepatan
atas target (stabilize), dimana capaian yang makin mendekati target adalah capaian
yang diharapkan.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 52
1) Pada tahun 2010, persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat
waktu ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi sebesar 100%, dimana pada
tahun 2010 terdapat 6.795 dokumen tagihan/NOP telah diverifikasi secara
tepat waktu, yaitu paling lambat 6 hari kerja sebelum tanggal jatuh tempo.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mendukung tercapainya sasaran
pelaksanaan pembayaran sesuai tagihan, sebagai berikut:
a) memperbaiki database utang untuk menyakini validitas data;
b) memperketat kontrol jadual pembayaran;
c) melakukan komunikasi baik melalui surat, email, atau alat komunikasi
lainnya kepada kreditor sedini mungkin;
d) melakukan rekonsiliasi data posisi utang dengan Bank Indonesia dan
kreditor;
e) melakukan rekonsiliasi data pembayaran dengan DJPB dan Bank
Indonesia;
f) melakukan pengiriman surat permintaan tagihan (reminder I dan reminder
II) kepada kreditor yang belum diterima tagihannya dan telah mendekati
tanggal jatuh tempo.
2) Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator
persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat waktu antara lain:
a) Penataan dokumen dan arsip Loan / Grant Agreement masih dalam
penyempurnaan agar ke depannya tidak berpotensi menghambat
ketepatan pembayaran kewajiban utang;
b) Tingkat akurasi data utang perlu dijaga secara seksama guna
mengantisipasi perubahan data terkait posisi utang dan data pembayaran
utang yang relatif cepat.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 53
3) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:
Untuk mencapai sasaran strategis tersebut dilaksanakan beberapa upaya,
yaitu:
a) Melakukan penataan dokumentasi/kearsipan atas Loan Agreement dan
Grant Agreement melalui penataan arsip dokumen Loan Agreement dan
Grant Agreement yang meliputi 4.564 copy dokumen, yang terdiri dari : 256
active loan, 1.774 fully disbursed, 2.488 fully paid, 46 cancelled loan dan 953
grant agreement;
b) Melakukan modernisasi filing system, yaitu dengan melakukan pengalih-
mediaan dokumen tersebut kedalam bentuk digital dan pengembangan
aplikasi e-document yang berbasis web, yang telah dilakukan terhadap 2.054
loan agreement dan 636 grant agreement, serta telah di-upload ke aplikasi e-
document;
c) Penyediaan data outstanding utang yang akurat
Data utang mengandung informasi tentang data posisi utang (debt
outstanding position) dari masing-masing kreditor. Untuk meningkatkan
akurasi data utang maka dilakukan rekonsiliasi data utang melalui
pengiriman konfirmasi data utang ke masing-masing kreditor secara
triwulanan. Data utang yang akurat diukur melalui persentase konfirmasi
data outstanding utang kepada lender.
d) Koordinasi dan komunikasi dengan pihak terkait, seperti Ditjen
Perbendaharaan, Bank Indonesia, maupun lender dalam rangka
peningkatan akurasi data utang;
e) Melakukan updating database utang atas hasil rekonsiliasi data posisi utang
dan data pembayaran utang.
e. Pencapaian SS pengelolaan portofolio dan kewajiban utang yang optimal dan
efektif, dengan indikator yaitu persentase pemenuhan struktur portofolio utang
sesuai dengan strategi, pencapaian target effective cost, rasio beban bunga terhadap
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 54
rata-rata outstanding utang, dan persentase dokumen tagihan yang diverifikasi
secara tepat waktu, selama tahun 2010, dapat tercapai dengan baik.
7. SS pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid dengan indikator:
a. Efektifitas instrumen pembiayaan baru
IKU ini dimaksudkan untuk meningkatkan fleksibilitas Pemerintah dalam
pembiayaan fiskal sehingga dapat meningkatkan kapasitas sumber pembiayaan
dan mengurangi ketergantungan pembiayaan dari instrumen pembiayaan
tertentu.
Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target
(maximize), dimana capaian yang semakin tinggi dari target adalah capaian yang
baik/diharapkan.
1) Pada tahun 2010, efektifitas instrumen pembiayaan baru ditargetkan sebesar
100% (Rp2 triliun) untuk penerbitan SBSN Project Financing. Penerbitan
instrumen SBSN baru berupa SBSN Project Financing pada tahun 2010 belum
dapat dilakukan. Desain instrumen telah selesai dikaji, serta telah
mendapatkan persetujuan dan fatwa dari DSN-MUI, namun infrastruktur
hukum yang diperlukan belum tersedia. Hal ini disebabkan belum dimulainya
proses harmonisasi RPP tentang Pembiayaan Proyek/Kegiatan melalui
Penerbitan SBSN yang telah disampaikan Menteri Keuangan kepada
Kementerian Hukum dan HAM, karena permintaan ijin prinsip Presiden yang
disampaikan oleh Menteri Keuangan kepada Setneg melalui surat nomor S-
259/MK.08/2010 tanggal 8 Juni 2010, baru mendapatkan persetujuan pada
tanggal tanggal 28 Desember 2010 dan telah disampaikan oleh Dirjen PU
(kepada Kementerian Hukum dan HAM dengan Surat Nomor S-28/PU/2011
tanggal 6 Januari 2011, sebagai dasar dilakukannya harmonisasi RPP);
2) Upaya yang dilakukan menghadapi hambatan tersebut adalah melakukan
koordinasi dan rapat-rapat intensif dengan Kementerian Hukum dan HAM,
Sekretariat Negara, Bappenas, dan Biro Hukum Kementerian Keuangan dalam
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 55
rangka harmonisasi dan penyelesaian RPP tentang Pembiayaan Proyek
Melalui Penerbitan SBSN.
b. Peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi terhadap pengelolaan
SBN
Peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi terhadap
pengelolaan SBN adalah tingkat pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi
yang mengikuti forum (sosialisasi dan investor gathering) tentang pengelolaan
utang yang diukur berdasarkan kuisioner yang diberikan pada setiap forum
Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target
(maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang
diharapkan.
1) Pada tahun 2010, peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi
terhadap pengelolaan SBN ditargetkan sebesar 67,50% (paham) dengan
realisasi sebesar 76,74% (sangat paham), yang dilakukan melalui survei
terhadap peserta sosialisasi yaitu:
a) sosialisasi SBSN pada masyarakat umum di 15 kota (Semarang,
Balikpapan, Medan, Makassar, Pekanbaru, Surabaya, Yogyakarta,
Gorontalo, Kendari, Batam, Bandung, Lampung, Palangkaraya, Ambon,
Pangkal Pinang);
b) sosialisasi SBSN pada kalangan akademisi di Universitas Indonesia,
Universitas Trisakti, dan STIE Ahmad Dahlan;
c) sosialisasi SUN pada kalangan akademisi di Universitas Lambung
Mangkurat, Universitas Syiah Kuala, Universitas Brawijaya, Universitas
Sumatera Utara, Univ. Trunojoyo, Univ. Jambi, dan IPB;
d) sosialisasi SUN kepada Dharma Wanita Kemenkeu di Jakarta;
e) sosialisasi SUN kepada kalangan asosiasi, perhimpunan pengusaha, dan
investor di Medan.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 56
2) Tantangan yang dihadapi dalam penyelenggaraan kegiatan dalam rangka
peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi
pengelolaan utang antara lain:
a) Penyebarluasan informasi terkait pengelolaan utang kepada masyarakat
luas belum optimal dalam menjangkau investor di luar ibukota propinsi
terutama di wilayah timur Indonesia;
b) Masih belum dioptimalkannya penggunaan sarana informasi baik melalui
media cetak maupun elektronik untuk meningkatkan pemahaman
masyarakat tentang pengelolaan utang;
c) Kondisi dan perkembangan pasar keuangan baik secara regional dan
internasional yang dinamis menuntut keahlian dalam merespon informasi
dan dinamika pasar tersebut.
3) Langkah yang diambil adalah:
a) Terus berupaya meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak dalam
penyelenggaraan sosialisasi terkait pengelolaan utang, antara lain dengan
perguruan tinggi dan kelompok-kelompok masyarakat, khususnya
wilayah yang belum dijangkau pelaksanaan sosialisasi;
b) Mengoptimalkan penggunaan sarana informasi baik melalui media cetak
maupun elektronik terutama untuk menjangkau wilayah-wilayah yang
secara geografis sulit dijangkau untuk melakukan sosialisasi tentang
pengelolaan utang;
c) Meningkatkan kerjasama dan partisipasi secara aktif dalam kegiatan-
kegiatan yang diselenggarakan baik dalam forum regional maupun
internasional.
c. Partisipasi investor dalam penerbitan SBN
Partisipasi investor dalam penerbitan SBN adalah persentase jumlah nominal
penawaran/bid yang masuk dalam setiap transaksi SBN terhadap target nominal
indikatif yang direncanakan dalam setiap pelaksanaan transaksi SBN. Partisipasi
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 57
investor baik individu maupun institusi dalam pelaksanaan transaksi SBN di Pasar
perdana dijadikan salah satu pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dan
untuk mendukung upaya pengembangan pasar SBN.
Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target
(maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang
diharapkan.
1) Pada tahun 2010, partisipasi investor dalam penerbitan SBN pada tahun 2010
ditargetkan sebesar 145% dengan realisasi sebesar 265,06%. Jumlah nominal
penawaran yang diterima adalah sebesar Rp417,78 triliun dari total target
indikatif Rp146,83 triliun (Weighted Average antara realisasi transaksi SBN (SUN
dan SBSN)). Hal ini disebabkan terutama karena:
a) Kesesuaian SBN yang ditawarkan dengan preferensi investasi investor;
b) Sosialisasi kepada calon investor secara intensif;
c) Adanya calendar of issuance yang terencana secara baik;
d) Dinamika ekonomi global yang semakin positif dan turunnya persepsi
risiko investor terhadap instrumen SBN; dan
e) Tingginya likuiditas di pasar keuangan internasional dan besarnya arus
modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik terutama instrumen
SUN.
2) Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator partisipasi
investor dalam penerbitan SBN antara lain:
a) Masih terbatasnya perkembangan industri kelompok investor SBN
domestik khususnya dana pensiun dan asuransi;
b) Pasar SBN yang relatif belum berkembang memerlukan peran serta yang
aktif dari pelaku pasar dan pengawasan yang berkesinambungan;
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 58
c) Kemampuan untuk mengolah informasi pasar keuangan yang dapat
mempengaruhi pengelolaan SBN masih terbatas baik dari sisi SDM
maupun infrastruktur yang digunakan;
d) Rendahnya partisipasi investor khususnya investor syariah pada
penerbitan SBSN khususnya pada penerbitan dengan cara lelang.
3) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:
a) Mengembangkan basis investor dari kalangan dana pensiun dan asuransi
melalui upaya sosialisasi dan menawarkan instrumen SBN yang sesuai
dengan kebutuhan dan minat investasi dari kalangan investor tersebut,
yang umumnya memiliki horison investasi jangka panjang;
b) Terus melakukan koordinasi yang aktif dengan pelaku pasar, SROs,
regulator pasar modal dan BI dalam rangka pengembangan pasar SBN;
c) Meningkatkan kompetensi SDM melalui capacity building terkait
pengelohan data dan informasi pasar keuangan. Selain itu terus
dikembangkan infrastruktur TI yang mendukung pengumpulan dan
pengolahan informasi pasar keuangan;
d) Melanjutkan dan meningkatkan pengembangan pasar perdana SBSN
melalui peningkatan kualitas jadwal lelang dan metode penerbitan SBSN
serta peningkatan kualitas penetapan benchmark series SBSN yang dapat
mendorong pengembangan pasar sekunder SBSN.
d. Pencapaian SS pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid, dengan
indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru, peningkatan pemahaman
masyarakat dan pelaku ekonomi terhadap pengelolaan SBN, dan partisipasi
investor dalam penerbitan SBN, pada tahun 2010 dapat tercapai dengan baik.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 59
8. SS melakukan monitoring dan evaluasi dan evaluasi kepatuhan yang efektif dalam
pengelolaan utang dengan indikator tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang
sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku.
Tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang sesuai dengan ketentuan dan prosedur
yang berlaku bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan
pengelolaan utang dalam perspektif good governance serta untuk mengetahui sejauh
mana tingkat kepatuhan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan utang berdasarkan
prosedur operasi standar yang berlaku. Ketentuan dan prosedur yang dievaluasi
adalah semua tahapan yang terdapat dalam SOP yang dievaluasi oleh unit yang
bertanggung jawab terhadap kepatuhan internal.
IKU ini menggunakan polarisasi stabilize, dimana capaian yang diharapkan adalah
sesuai atau mendekati target yang ditetapkan. Adapun diskripsi capaian atas IKU ini
sebagai berikut:
a. Tahun 2010, tingkat kepatuhan diukur dari pelaksanaan Standar Operating
Procedures (SOP). SOP merupakan bentuk pertanggungjawaban pegawai dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan tata cara yang ditetapkan untuk mencapai
tujuan atau target yang ditetapkan. Monitoring kepatuhan adalah memantau
kesesuaian pelaksanaan kegiatan dalam pengelolaan utang dengan SOP yang
ditetapkan.
1) SOP yang dimonitoring dan dievaluasi adalah 31 SOP link DJPU. Hal ini
mengingat SOP link mempunyai keterkaitan proses bisnis antara unit eselon II
di DJPU. Adapun yang dimaksud sebagai SOP link adalah:
a) SOP yang merupakan substansi tugas dan fungsi atau core business Unit
Organisasi Eselon II yang bersangkutan;
b) Adanya keterikatan antara penerapan SOP di satu Unit Organisasi Eselon
II dengan SOP di Unit Eselon II lainnya di Lingkungan DJPU;
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 60
c) Output atau hasil kegiatan SOP suatu Unit Organisasi Eselon II merupakan
output antara atau merupakan input pada SOP suatu Unit Organisasi
Eselon II lainnya;
2) Dalam tahun 2010, dari 31 SOP link terdapat 19 SOP link yang dapat
dimonitoring dan dievaluasi karena pada tahun tersebut terdapat kegiatan
yang riil dilaksanakan, dengan hasil sebagai berikut:
a) Terdapat 7 SOP link yang seluruh tahapan kegiatan dilaksanakan sesuai
dengan tahapan yang ada pada SOP.
b) Terdapat 12 SOP link yang tidak seluruh tahapan kegiatan dilaksanakan
sesuai dengan tahapan yang terdapat dalam SOP. Hal ini disebabkan
karena terdapatnya kegiatan-kegiatan dalam SOP yang:
(a) tidak dilaksanakan karena sudah tidak relevan/tidak sesuai dengan
kondisi saat ini.
(b) tidak dilaksanakan karena sistem sebagai pendukung kegiatan SOP
belum dapat berfungsi secara optimal.
(c) kegiatan dilaksanakan namun tidak ada SOP-nya, dengan tujuan agar
target/output dapat tercapai.
3) Dalam pengukuran kepatuhan menggunakan uji formal yaitu kesesuaian
setiap tahapan dengan pelaksanaan, dan uji materiil yaitu pelaksanaan
kegiatan yang didasarkan pada kebutuhan riil pengelolaan utang.
b. Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator tingkat
kepatuhan pengelolaan utang yang sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang
berlaku adalah:
1) Penyusunan SOP yang valid dan reliable yang menjadi acuan dalam kegiatan
pengelolaan utang belum dapat mengikuti kecepatan perubahan peraturan dan
ketentuan serta perkembangan organisasi.
2) Adanya komitmen pimpinan Kementerian Keuangan dan tuntutan masyarakat
kepada Pemerintah untuk mewujudkan good governance, berupa pelayanan
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 61
umum yang berkualitas, transparan, dapat dipertanggungjawabkan, dan
menciptakan efisien dan efektivitas kinerja organisasi, menghindari adanya
tumpang tindih kegiatan dan kesalahan prosedur melaksanakan tugas.
c. Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:
1) Selalu melakukan penyempurnaan dan penyusunan SOP secara berkelanjutan
agar setiap pelaksanaan pekerjaan dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku serta
dapat mencerminkan proses bisnis yang terintegrasi.
2) Peningkatan pemahaman pegawai DJPU terhadap penerapan good governance
secara bertahap yang akhirnya sampai pada tingkat zero tolerance terhadap
segala bentuk penyimpangan dan kesalahan dalam kegiatan pengelolaan
utang.
d. Pencapaian SS melakukan monitoring dan evaluasi kepatuhan yang efektif dalam
pengelolaan utang dengan indikator tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang
sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku pada tahun 2010 dapat
tercapai dengan baik.
9. SS pembentukan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi, dengan
indikator:
a. Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya
Indikator persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi
jabatannya bertujuan untuk menyediakan pejabat yang mempunyai kompetensi
sesuai jabatannya dalam rangka meningkatkan dan mengamankan keuangan dan
kekayaan negara. Variabel kompetensi jabatan adalah Standar Kompetensi Jabatan
(SKJ/Jenis dan level kompetensi yang menjadi syarat keberhasilan pelaksanaan
tugas suatu jabatan) dan Job Person Match (JPM): Indeks kesesuaian antara
kompetensi pejabat dengan SKJ (untuk tahun 2010 JPM minimal adalah 70%). Data
indikator ini diukur dari hasil Assessment Center tingkat Pusat (Eselon II s.d. Eselon
IV) dan data penempatan pegawai yang menduduki jabatan sesuai SKJ.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 62
Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target
(maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang
diharapkan.
1) Pada tahun 2010, indikator pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi
jabatannya ditargetkan sebesar 80% dengan realisasi sebesar 90%. Pejabat yang
mengikuti assesment centre pada tahun 2010 sebanyak 70 pejabat dan yang
memenuhi angka JPM minimal 70% sebanyak 63 pejabat (90%)
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mendukung tercapainya indikator
pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya, adalah sebagai
berikut:
a) pelaksanaan diklat kompetensi; dan
b) pelaksanaan assesment center.
2) Kendala yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator pejabat yang
telah memenuhi standar kompetensi jabatannya adalah data untuk SKJ pada
tahun 2010 hanya mengukur soft competency (Soft competency pejabat
struktural/fungsional merupakan sikap perilaku PNS yang diperlukan untuk
masing-masing jabatan, yang diperoleh melalui Assessment Center sebagaimana
dimaksud dalam PMK yang mengatur mengenai Assessment Center
Kementerian Keuangan. Indikator ini belum maksimal dalam mencapai
tujuannya, sebab standar kompetensi jabatan yang diukur hanya berdasarkan
soft competency, yang disebabkan belum terdapatnya SKJ tentang hard
competency. Seharusnya, Standar Kompetensi meliputi hard competency dan soft
competency. Sehingga, sistem pengembangan pegawai yang dilakukan dapat
menjadi suatu rangkaian program/kegiatan yang bersifat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan serta sikap pegawai, yang dapat
mengembangkan kecakapan dan keahlian kerja serta sikap positif pegawai
terhadap pekerjaan.
3) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut untuk tahun 2011,
DJPU akan menyusun SKJ tentang hard competency.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 63
b. Jumlah pegawai yang dijatuhi hubungan disiplin sedang atau berat
Indikator jumlah pegawai yang dijatuhi hubungan disiplin sedang atau berat
bertujuan untuk menegakkan kepatuhan terhadap kode etik, menjaga integritas
tinggi pegawai, dan peningkatan good governance. Kasus pelanggaran hubungan
disiplin sedang atau berat adalah pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai sesuai
dengan PP Nomor 30 tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin PNS kecuali terhadap
disiplin yang disebabkan pelanggaran PP 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan
dan Perceraian Bagi PNS yang telah diputuskan berdasarkan Laporan Hasil Audit
Inspektorat Jenderal, Rekomendasi Majelis Kode Etik tiap-tiap unit eselon I, dan
aparat penegak hukum.
Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang kurang dari target
(minimize), dimana capaian yang makin rendah dari target adalah capaian yang
diharapkan.
1) Pada tahun 2010 indikator jumlah pegawai yang dijatuhi hubungan disiplin
sedang atau berat ditargetkan sebanyak 1 pegawai dengan realisasi sebanyak 0
pegawai. Sampai akhir tahun tidak terdapat pegawai yang melanggar
peraturan disiplin sedang atau berat.
Kegiatan yang dilakukan untuk mencegah adanya pegawai yang dijatuhi
hubungan disiplin sedang atau berat adalah melakukan sosialisasi peraturan
tentang kode etik serta peraturan lainnya yang menyangkut disiplin pegawai.
2) Kendala yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator jumlah
pegawai yang terkena kasus pelanggaran berat atau penyalahgunaan
wewenang adalah penyimpangan yang dilakukan pegawai yang
mengakibatkan terjadinya kasus pelanggaran berat atau penyalahgunaan
wewenang sangat sulit diprediksi, karena sangat tergantung kepada perilaku
individu masing-masing pegawai.
3) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 64
a) Melakukan sosialisasi peraturan tentang kode etik serta peraturan lainnya
yang menyangkut disiplin pegawai;
b) Melakukan sosialisasi Instruksi Menteri Keuangan Nomor:
01/IMK.01/2009 tanggal 9 Januari 2009 tentang Pedoman Teknis
Pelaksanaan Penegakan Disiplin PNS di Lingkungan Departemen
Keuangan kepada seluruh pegawai;
c) Melakukan monitoring pelaksanaan kode etik;
d) Melakukan pembinaan kepada pegawai terutama yang dilakukan oleh
atasan langsung secara lebih intensif.
c. Persentase jam pelatihan pelatihan pegawai DJPU terhadap jam kerja
Indikator persentase jam pelatihan pelatihan pegawai DJPU terhadap jam
kerja bertujuan untuk mengukur pengembangan SDM DJPU dalam rangka
menghasilkan SDM yang kompetitif dalam mengelola utang. Jam pelatihan
(jamlat) adalah total jam pelatihan yang diikuti oleh SDM DJPU dari diklat yang
dilaksanakan oleh DJPU, BPPK (tidak termasuk Diklatpim, DUD, UPKP), dan
lembaga pelatihan yang diakui.
Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang diarahkan kepada ketepatan
atas target (stabilize), dimana capaian yang makin mendekati target adalah capaian
yang diharapkan.
1) Pada tahun 2010, persentase jam pelatihan pegawai DJPU terhadap jam kerja
ditargetkan sebesar 5,77% (28.153 jamlat) dengan realisasi sebesar 5,90% (28.793
jamlat). Sampai akhir tahun telah dilaksanakan sebanyak 68 diklat dari rencana
65 diklat. Total jam kerja pegawai DJPU dalam tahun 2010 adalah 488.268 jam
kerja setahun (total pegawai DJPU sebanyak 324 pegawai x jam kerja normal
pegawai kementerian keuangan 1.507 jam/tahun);
2) Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator persentase
jam pelatihan pelatihan pegawai DJPU terhadap jam kerja adalah indikator ini
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 65
masih terkesan mengejar jam pelatihan tanpa melihat kepentingan peserta
pelatihan;
3) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:
a) Penyusunan SKJ, sehingga dapat diketahui kebutuhan pelatihan per
pegawai.
b) Penyusunan training need analysis (TNA) dengan menyesuaikan
kebutuhan.
d. Pencapaian SS pembentukan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi,
dengan indikator persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi
jabatannya, jumlah pegawai yang dijatuhi hubungan disiplin sedang atau berat,
dan persentase jam pelatihan pelatihan pegawai DJPU terhadap jam kerja pada
tahun 2010 dapat tercapai dengan baik.
10. SS pengembangan organisasi yang handal dan modern, dengan indikator
a. Persentase penyelesaian penataan/modernisasi organisasi
Indikator persentase penyelesaian penataan/modernisasi organisasi di
lingkungan DJPU adalah penyelesaian proses penataan/modernisasi organisasi
mulai dari pengumpulan data, analisis/telaahan, pembahasan internal DJPU, dan
penyampaian surat usulan ke Sekjen.
Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target
(maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang
diharapkan.
1) Tahun 2010, persentase penataan/modernisasi organisasi pada tahun 2010
ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi 100%. Konsep usulan penataan
organisasi DJPU sebagai bagian dari rancangan PMK tentang organisasi dan
tata kerja Kementerian Keuangan telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan
berupa PMK Nomor 184/PMK.01/2010 tanggal 11 Oktober 2010.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 66
Konsep penataan organisasi di lingkungan DJPU difokuskan pada reposisi
fungsi kepatuhan dan teknologi informasi yang menjadi unsur penting dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi DJPU yang saat ini masih belum berjalan
optimal. Reposisi tersebut juga diikuti dengan restrukturisasi dan penajaman
tugas dan fungsi dari masing-masing unit di lingkungan DJPU.
Penataan organisasi di lingkungan DJPU merupakan penataan organisasi yang
berkesinambungan dengan menekankan pada penempatan fungsi serta
pendefinisian tugas dan fungsi yang semakin baik sehingga secara bertahap
DJPU diharapkan dapat menjadi organisasi yang handal dalam mendukung
kinerja Kementerian Keuangan, khususnya dalam mengelola utang dan hibah
pemerintah.
2) Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator persentase
penataan/modernisasi organisasi antara lain:
a) Organisasi DJPU merupakan salah satu unit eselon I yang relatif baru
dibandingan dengan unit eselon I lainnya di lingkungan Kementerian
Keuangan. Selain itu sebagai sebuah organisasi, DJPU perlu
mengakomodir dinamika perkembangan tuntutan stakeholders yaitu
struktur organisasi DJPU yang lebih efektif, adaptif, sehingga proses bisnis
yang lebih efisien dan akuntabel serta pelaksanaan tugas dan fungsi yang
lebih fokus pada pencapaian tujuan organisasi melalui penerapan sistem
manajemen yang berorientasi kinerja, sehingga penataan organisasi di
DJPU merupakan suatu proses yang terus–menerus harus dilakukan;
b) Penataan organisasi DJPU lebih diarahkan pada pencapaian organisasi
pengelolaan utang yang ideal, yang sesuai dengan perubahan sistem fiskal
di Indonesia.
3) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:
Melakukan penataan organisasi DJPU dengan menyesuaikan pada dinamika
perkembangan tuntutan stakeholders dan perubahan/penataan pengelolaan
sistem fiskal di Indonesia;
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 67
b. Jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja organisasi
Indikator jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja organisasi
bertujuan untuk memberikan arah dalam menerjemahkan visi dan misi organisasi
yang disusun sehingga dapat dilaksanakan sesuai rencana dan menjadi bahan
evaluasi organisasi. Dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja adalah dokumen
perencanaan dan evaluasi kinerja yang disusun berdasarkan UU nomor 25 Tahun
2005 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional dan Inpres 7 Tahun 1999
(Rencana Strategi, Roadmap, Rencana Kerja, RKT, PK, dan LAKIP).
Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target
(maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang
diharapkan.
1) Tahun 2010, jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja organisasi
ditargetkan sebanyak 6 dokumen dengan realisasi 6 dokumen yaitu:
a) 3 dokumen bahan masukan LAKIP Kementerian Keuangan (berupa bahan
narasi LAKIP, bahan masukan Rencana Kinerja Tahunan, bahan masukan
Penetapan Kinerja Kementerian Keuangan);
b) 1 dokumen bahan masukan Renstra Kementerian Keuangan;
c) 1 dokumen bahan masukan Road Map Kementerian Keuangan; dan
d) 1 dokumen bahan masukan Rencana Kerja Kementerian Keuangan.
2) Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator jumlah
dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja organisasi, yaitu berupaya agar
dalam penyusunan dokumen dapat dilakukan pengumpulan data utang
secara aktual sehingga dokumen yang dihasilkan dapat menjadi bahan
perencanaan dan evaluasi organisasi yang valid sebagai bahan pengambilan
keputusan. Untuk itu diperlukan upaya yang cukup menyita waktu karena
pelaksanaan pengumpulan data utang harus dilakukan melalui koordinasi
dengan unit eksternal dan internal DJPU/Kementerian Keuangan;
3) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 68
a) Pelaksanaan koordinasi dilaksanakan dengan secara lebih efektif melalui
pelaksanaan forum rapat kerja yang lebih intensif, terutama dengan unit
eksternal;
b) Proses penyediaan data dan narasi diupayakan memiliki cut off date yang
sejalan dengan periode penyusunan dokumen.
c. Persentase penyelesaian SOP
Indikator persentase penyelesaian Standard Operating and Procedures (SOP)
bertujuan untuk menunjukan janji pelayanan kepada stakeholder dan untuk
menunjang terwujudnya organisasi modern. SOP merupakan pedoman/petunjuk
bagi para aparatur (pejabat/pegawai) dalam melaksanakan tugas (pelayanan) dan
bagi para pengguna jasa pelayanan (pelanggan) untuk mengetahui/memahami
prosedur pelayanan yang dilakukan oleh aparatur.
Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target
(maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang
diharapkan.
1) Tahun 2010, persentase penyelesaian SOP ditargetkan sebesar 100% dengan
realisasi sebesar 100, yang dilaksanakan melalui 2 tahap, yaitu:
a) Pada Semester I tahun 2010 telah diselesaikan 217 SOP yang ditetapkan
dengan Keputusan Dirjen PU Nomor Kep-39/PU/2010 tanggal 9 Juli 2010;
dan
b) Pada Semester II tahun 2010 telah ditetapkan sebanyak 79 SOP melalui
Kepdirjen nomor KEP-05/PU/2011, tanggal 17 Januari 2011 Perubahan
Ketiga Atas Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Nomor Kep-
36/PU/2007 Tentang Standar Prosedur Operasi (Standard Operating
Procedures/SOP) DJPU.
Jumlah SOP DJPU keseluruhan yang telah selesai disusun sampai dengan
tahun 2010 dan telah mendapat penetapan sebanyak 418 SOP.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 69
2) Kendala yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator penyelesaian
SOP di lingkungan DJPU antara lain:
a) Penyempurnaan SOP masih terus dilakukan sehubungan dengan adanya
kebutuhan stakeholders dan penataan organisasi;
b) Beberapa SOP yang telah disusun masih harus disingkronisasikan dengan
dokumen uraian jabatan, karena SOP berkaitan dengan kewenangan tugas
jabatan dalam pengambilan keputusan tertentu atau melakukan suatu
kegiatan;
3) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:
a) Melakukan identifikasi SOP yang masih harus dibuat;
b) Melakukan sinkronisasi antara uraian jabatan, SOP, dan ABK agar
keterkaitan antara ketiga dokumen tersebut serta arahan pada
kewenangan pelaksanaan setiap kegiatan menjadi lebih jelas dan waktu
pelaksanaan kegiatannya lebih terukur;
c) Melakukan koordinasi yang lebih intensif dengan unit terkait, yaitu Biro
Organisasi dan Ketatalaksanaan serta unit Eselon II di lingkungan DJPU,
dalam mempercepat penyelesaian SOP.
d. Pencapaian SS pengembangan organisasi yang handal dan modern, dengan
Persentase penyelesaian penataan/modernisasi organisasi, jumlah dokumen
perencanaan dan evaluasi kinerja organisasi, dan persentase penyelesaian SOP
pada tahun 2010 dapat tercapai dengan baik.
11. SS pembangunan sistem TIK yang terintegrasi, dengan indikator sistem aplikasi
TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi sesuai rencana.
Indikator sistem aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi
sesuai rencana bertujuan untuk memiliki sistem informasi yang dapat mendukung
pelaksanan tugas secara efektif dan efisien dalam bidang pengelolaan utang.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 70
Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang diarahkan kepada ketepatan atas
target (stabilize), dimana capaian yang makin mendekati target adalah capaian yang
diharapkan.
a. Tahun 2010, sistem aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi
sesuai rencana ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi sebesar 100%, yaitu:
1) Pembangunan Sistem Aplikasi Pendukung Pengelolaan Utang Terintegrasi-
(100%), yaitu sampai dengan tahapan penyelesaian modul Setelmen, Loan
Management, Referensi, dan Control Panel. Sehubungan dengan rencana
pengalihan pembayaran dari Dit PKN Ditjen Perbendaharaan ke KPPN Jakarta
VI dan perubahan format DIPA dan SPM TA 2011, maka implementasi sistem
dapat dilakukan setelah Ditjen Perbendaharaan menyelesaikan perubahan
sistem terkait pada KPPN Jakarta VI;
2) Pembangunan Aplikasi Pemantauan Feeding Data Warehouse - (100%), yaitu
sampai dengan tahapan penyediaan Sumber data dari DMFAS (Debt
Management and Financial Analysis System), PMON (Pusat Manajemen Obligasi
Negara), lelang SBN, dan Bloomberg;
3) Pembangunan Aplikasi Grant Outstanding Position (GOP) - (100%), yaitu sampai
dengan tahapan penyelesaian menu penghitungan grant outstanding, pencetakan
GOP dan reminder letter, serta pencatatan pengiriman dan respon;
4) Pembangunan Aplikasi Surat Perintah Pembukuan Penarikan Pinjaman
dan/atau Hibah Luar negeri (SP4H) - (100%), yaitu sampai dengan tahapan
pencetakan SP4H, penghapusan SP4H, cetak ulang SP4H dan revisi SP4H.
b. Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator kinerja sistem
aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi sesuai rencana,
antara lain:
1) Masih perlu dilakukan evaluasi terhadap SOP terkait pemberian layanan
teknologi informasi, belum adanya service catalog TI, belum adanya SLA (Service
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 71
Level Agreement) yang merupakan kesepakatan antara penyedia layanan dan
pengguna layanan mengenai tingkat (mutu) layanan;
2) Perlu membangun sistem deteksi dini terhadap kemungkinan gangguan server
yang terjadi;
3) Belum adanya data center yang berfungsi sebagai pusat data di lingkungan
DJPU;
4) Belum adanya standard tata kelola IT; dan
5) Belum adanya upaya yang terstruktur dalam mengatasi dampak risiko/bencana
yang berpotensi mengganggu kelangsungan aktivitas DJPU.
c. Upaya yang dilakukan dalam pencapaian target indikator kinerja sistem aplikasi
TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi sesuai rencana, antara lain:
1) Melakukan evaluasi terhadap SOP terkait pemberian layanan teknologi
informasi, menyusun service catalog TI, menyusun SLA yang merupakan
kesepakatan antara penyedia layanan dan pengguna layanan mengenai tingkat
(mutu) layanan;
2) Membangun aplikasi early warning system server dan proxy DJPU, yang
merupakan deteksi dini terhadap kemungkinan gangguan server yang terjadi;
3) Membangun data center yang berfungsi sebagai pusat data di lingkungan DJPU.
Data Center merupakan fasilitas yang digunakan untuk penempatan kumpulan
server atau sistem komputer dan sistem penyimpanan data yang dikondisikan
dengan pengaturan catu daya dan udara, pencegahan bahaya kebakaran, dan
dilengkapi pula dengan sistem pengamanan fisik. Layanan utama data center
terdiri atas lima komponen, yaitu: Business continuance infrastructure, Data center
security, Application optimization, Internet protocol address (IP), dan Storage
(Penyimpanan);
4) Melaksanakan penerapan standard tata kelola IT yang mengacu kepada
"Implementation Methodology Best Practices", serta keterpaduan aspek organisasi
termasuk manajemen perubahan (change management), proses bisnis, teknologi
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 72
dan manajemen proyek TI yang sesuai. Namun sebelum itu, perlu pemahaman
terlebih dahulu terhadap methodology best practices di bidang IT, yang pada
umumnya didasarkan pada kerangka IT Service Management (ITSM) dan IT
Project Management (ITPM);
5) Membuat rencana pemulihan bencana (Disaster Recovery Plan) yang teruji dalam
mengatasi dampak risiko/bencana yang berpotensi mengganggu kelangsungan
aktivitas DJPU sebagaimana telah diamanatkan dalam ketentuan Diktum
Kedelapan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 260/KMK.01/2009 tentang
Kebijakan Pengelolaan TIK di lingkungan Departemen Keuangan. Namun
demikian, perlu terlebih dahulu meningkatkan pemahaman mengenai rencana
pemulihan bencana (Disaster Recovery Plan) yang pada umumnya mengacu
kepada Information Security Management System (ISMS) atau sering disebut IT
Security Policy yang menggunakan standar ISO/IEC 27001:2005.
d. Pencapaian SS pembangunan sistem TIK yang terintegrasi, dengan indikator sistem
aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi sesuai rencana
pada tahun 2010 dapat tercapai dengan baik.
12. SS pengelolaan anggaran yang optimal, dengan indikator:
a. Persentase penyerapan DIPA.
Indikator persentase penyerapan DIPA bertujuan untuk mengukur sejauh
mana perencanaan anggaran dilaksanakan sehingga dapat dilakukan perbaikan
dalam proses perencanaan.
Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target
(maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang
diharapkan.
1) Tahun 2010, persentase penyerapan DIPA ditargetkan 85% (Rp185,46 miliar dari
pagu Rp218,19 miliar) dengan realisasi 84,37% (Rp184,02 miliar). Realisasi yang
lebih rendah tersebut karena terdapat penghematan dana pembelian gedung
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 73
Balai Pustaka dari pagu sebesar Rp147,25 miliar dengan realisasi sebesar
Rp116,65 miliar. Rincian realisasi:
a) Pagu Non Gedung Rp70,94 miliar dengan realisasi Rp67,55 miliar (95,22 %);
b) Pagu Gedung Rp147,25 miliar dengan realisasi Rp116,65 miliar (79,22 %).
Perkembangan penyerapan DIPA tahun 2008-2010 adalah sebagai berikut:
Grafik 5
Perkembangan penyerapan DIPA tahun 2008-2010
2) Tantangan yang dihadapi dalam melakukan pencapaian target indikator kinerja
persentase penyerapan DIPA adalah:
a) Proses revisi DIPA dapat mengakibatkan pergeseran jadwal penyerapan
anggaran serta penundaan pelaksanaan kegiatan;
b) Proses pelelangan dalam pengadaan barang dan jasa yang terlambat; dan
c) Implementasi Bagan Akun Standar (BAS) terlalu detail dan menyulitkan
dalam pelaksanaan anggaran.
3) Upaya yang dilakukan antara lain:
a) Penyusunan perencanaan anggaran yang tepat dan pelaksanaan
monitoring secara konsisten;
75.00%
86.00%
84.00%
68.00%
70.00%
72.00%
74.00%
76.00%
78.00%
80.00%
82.00%
84.00%
86.00%
88.00%
2008 2009 2010
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 74
b) Pembentukan panitia dan pelaksanaan kegiatan secara lebih cepat.
b. Persentase ketepatan perencanaan anggaran dan kinerja
Indikator persentase ketepatan perencanaan anggaran dan kinerja merupakan
indikator pelengkap IKU penyerapan DIPA, dimana dengan dilakukan
pengukuran anggaran dan kinerja dapat diketahui apakah anggaran yang diserap
sejalan dengan pencapaian kinerja berupa output. IKU ini mengukur ketepatan
realisasi atas perencanaan dari sisi penyerapan anggaran dan kinerja (output dalam
Petunjuk Operasional Kegiatan), dengan memformulasikan hitungan pada bobot
yang sama (masing-masing 50%) atas penyerapan anggaran dan penyelesaian
kinerja.
Target output tersebut di dapat dari hasil identifikasi produk/jasa yang
signifikan dalam mendukung keberhasilan pencapaian sasaran DJPU (berupa
antara lain dokumen SOP, dokumen LAKIP, konsep DIPA, laporan-laporan
berkaitan dengan pengelolaan utang, frekuensi kegiatan sosialisasi, dan
produk/jasa lainnya yang pendanaan untuk pembuatan/pelaksanaannya telah
dibuat paket-paket anggaran per unit output, sebagaimana dituangkan dalam
dokumen Petunjuk Operasional Kegiatan/DIPA DJPU).
Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target
(maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang
diharapkan. Indikator ini berupaya untuk menghubungkan antara ketepatan
perencanaan penyelesaian output dengan penyerapan anggaran.
1) Tahun 2010, persentase ketepatan perencanaan anggaran dan kinerja
ditargetkan sebesar 100% direalisasikan sebesar 114,95% atau melebihi target
sebesar 14,95%. Rincian realisasi, sebagai berikut:
a) Target anggaran sebesar 100% (Rp185,46 miliar atau 85% Pagu DIPA sesuai
dengan rencana penyerapan tahun 2010) dengan realisasi sebesar 99,32%
(Rp184,09 miliar);
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 75
b) Target kinerja sebesar 100% (2.520 output) dengan realisasi sebesar 130,75%
(3.329 output).
2) Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator kinerja
persentase ketepatan perencanaan anggaran dan kinerja adalah:
a) Perencanaan penyelesaian output relatif masih belum dapat dilaksanakan
dengan baik karena ouput yang dimasukan ke dalam rencana target IKU
tidak semuanya output utama, yang menyebabkan terdapatnya variasi jenis
output yang relatif cukup banyak. Disisi lain, dalam pengukuran kinerjanya
belum membedakan tingkat kesulitan penyelesaian atas masing-masing
output tersebut.
b) Ketepatan perencanaan anggaran sangat tergantung kepada kecepatan
penyelesaian berkas tagihan dari pihak ketiga/penyedia jasa;
3) Upaya yang dilakukan antara lain:
a) Melakukan perencanaan output dengan lebih baik dan terukur dan hanya
memilih output yang bersifat utama sebagai indikator kinerja penyelesaian
output;
b) Dalam pengukuran kinerja diupayakan agar output yang ditargetkan
memiliki bobot penyelesaian yang berimbang;
c) Mempercepat proses penyelesaian komitmen/kewajiban berkaitan dengan
pengadaan barang/jasa;
d) Memonitor kemajuan pelaksanaan rencana kerja DJPU agar sesuai dengan
yang telah ditetapkan;
c. Pencapaian SS pengelolaan anggaran yang optimal, dengan indikator persentase
penyerapan DIPA dan persentase ketepatan perencanaan anggaran dan kinerja
pada tahun 2010 dapat tercapai dengan baik.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 76
C. Kinerja lainnya
Disamping SS yang tersebut di atas, terdapat beberapa kinerja yang terkait dengan SS
tersebut dan lebih bersifat outcomes, namun tidak menjadi IKU DJPU, yaitu:
1. Kinerja Pembiayaan APBN melalui utang Tahun 2005-2010
Dalam periode 2005-2010 terdapat pola yang konsisten dimana pembiayaan yang
bersumber dari utang neto meningkat secara signifikan. Realisasi pembiayaan utang
neto meningkat dari sebesar Rp14,6 triliun pada tahun 2005 menjadi sebesar Rp108,34
triliun pada tahun 2010. Dari sisi instrumen utang terdapat suatu kecenderungan
pergeseran pola pembiayaan yang mengarah pada market based financing melalui
penerbitan SBN. Penerbitan SBN neto yang semakin meningkat, selain berperan
sebagai instrumen pembiayaan juga digunakan antara lain untuk pembayaran utang
jatuh tempo, penerusan pinjaman, investasi pemerintah, dan penyertaan modal negara.
Secara bertahap penerbitan SBN neto dari tahun 2005-2010 cenderung mengalami
peningkatan dengan rata-rata penerbitan sekitar Rp68,1 triliun pertahun. Sementara
penarikan pinjaman neto menunjukkan besaran negatif yang semakin mengecil selama
periode tersebut dengan rata-rata penarikan neto sekitar minus Rp13,79 triliun
pertahun. Realisasi penarikan pinjaman neto bersifat negatif, karena jumlah pinjaman
baru yang ditarik lebih kecil dibandingkan dengan jumlah pembayaran cicilan pokok.
Data pembiayaan utang periode 2005-2010 dapat dilihat pada tabel 8 berikut:
Tabel 8 Pembiayaan Utang (2005-2010)
(triliun rupiah)
KETERANGAN 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Realisasi (LKPP) APBN-P
A Surat Berharga Negara (neto) 22.6 36.0 57.2 85.9 99.4 107.50
I Penerbitan (bruto) 47.0 61.0 100.0 126.2 144.7 177.40
II Pembayaran Pokok dan Pembelian Kembali (24.5) (25.1) (42.8) (40.3) (45.3) (69.90)
B Pinjaman (neto) (8.0) (23.0) (23.9) (13.2) (15.5) (0.84)
I Penarikan Pinjaman Luar Negeri 29.1 29.7 34.0 50.2 52.4 53.98
II Penarikan Pinjaman Dalam Negeri - - - - - 1.00
III Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri (37.1) (52.7) (57.9) (63.4) (68.0) (54.14)
Total Pembiayaan Utang 14.6 13.0 33.3 72.7 83.9 108.34
Keterangan: Pinjaman neto tidak memperhitungkan pengeluaran pembiayaan dalam rangka penerusan pinjaman
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 77
2. Rasio Utang terhadap PDB
Berkaitan dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2003, pada grafik 6 terlihat bahwa rasio utang terhadap PDB (dengan komponen utang
berupa instrumen Pinjaman Luar Negeri dan SBN) menurun dari 47 persen pada akhir
tahun 2005 dan menjadi 26 persen pada akhir tahun 2010.
Grafik 6 Rasio Utang terhadap PDB 2005-2010
Catatan : RHS = Right Hand Side (sisi sumbu X sebelah kanan), LHS = Left Hand Side (sisi sumbu X sebelah kiri)
Pada grafik di atas terlihat bahwa sejak tahun 2005 rasio utang terhadap PDB
telah berada dalam posisi di bawah 50%, dan rasio tersebut cenderung menurun
selama periode 2005-2010. Rasio ini mengindikasikan bahwa jumlah utang yang
ditarik oleh pemerintah setiap tahun telah dilakukan secara hati-hati, terencana, dan
tepat sasaran sehingga kontribusinya terhadap perekonomian nasional telah
mendorong peningkatan ekonomi dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan
peningkatan utang itu sendiri. Dari grafik 7 dapat dilihat pula bahwa rasio utang
terhadap PDB Indonesia termasuk yang paling rendah bila dibandingkan dengan
47%
39% 35%
33%
28% 26%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
0.0
1,000.0
2,000.0
3,000.0
4,000.0
5,000.0
6,000.0
7,000.0
2005 2006 2007 2008 2009 2010
outstanding utang PDB rasio utang terhadap PDB
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 78
negara-negara lainnya. Indonesia termasuk negara yang berhasil mengurangi rasio
utang terhadap PDB secara signifikan.
Grafik 7 Perbandingan Perkembangan Rasio Utang terhadap PDB (%)
Beberapa Negara (2003-2010)
Sumber: Buku Perkembangan Utang Negara: Edisi Januari 2011
3. Perkembangan stok utang luar negeri
Perkembangan stok utang luar negeri secara absolut/nominal menunjukkan
sedikit kenaikan karena peningkatan stok utang dalam mata uang US dollar akibat
penerbitan SBN valas untuk memenuhi target penerbitan SBN neto dalam periode
2005-2010 yang meningkat tajam. Penerbitan SBN Valas tersebut dilakukan terutama
untuk menghindari crowding out effect di pasar keuangan domestik. Perkembangan stok
utang luar negeri berdasarkan mata uang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
-30 -10 10 30 50
Afrika Selatan
Amerika Serikat
Brasil
Filipina
India
Indonesia
Jepang
Kolombia
Malaysia
Polandia
Turki
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 79
Tabel 9 Perkembangan Stok Utang Luar Negeri berdasarkan Mata Uang
(2005-2010)
(triliun rupiah)
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Mata Uang Asli
USD 26.4 27.5 28.4 32.8 37.1 40.5
JPY 3,184.4 3,066.0 2,941.9 2,820.5 2,713.8 2,689.8
EUR 8.1 7.8 7.2 6.7 6.0 5.4
Mata Uang Lain ---------- Beragam Mata Uang ----------
Equivalen dalam Rupiah
USD 259.9 248.1 267.1 358.6 348.6 364.1
JPY 265.6 232.4 244.4 341.9 276.0 296.6
EUR 94.4 92.1 98.9 104.2 80.7 64.7
Mata uang lain 34.7 36.4 41.9 48.2 49.1 48.8
Total 654.6 609.0 652.3 852.9 754.3 774.3
Sumber: diolah dari Buku Perkembangan Utang Negara: Edisi Januari 2011
4. Perkembangan peringkat kredit
Pengelolaan fiskal dan utang yang semakin baik juga ditunjukkan melalui
perbaikan credit rating Indonesia. Selain membaiknya rating, CRC (country risk
classification) dari OECD juga mengalami perbaikan. Hal ini menunjukkan bahwa
persepsi risiko Indonesia telah menurun, sehingga biaya utang dari kredit ekspor
menjadi lebih rendah. Perkembangan peringkat kredit Indonesia tahun 2005-2010
dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10 Perkembangan Credit Rating Indonesia (2005-2010)
Tahun
Rating
S&P Fitch Moody’s CRC R&I JCRA
2010 BB BB+ Ba2 4 BB+ BBB-
2009 BB- BB Ba2 5 BB+ BB+
2008 BB- BB Ba3 5 BB+ BB
2007 BB- BB- Ba3 5 BB+ BB
2006 BB- BB- B1 5 BB- BB-
2005 B+ BB- B2 5 BB- B+ Sumber: http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/2A0CB7AD-509A-4E77-ADC1-
1F655AF24BCA/22029/historicalsovereignratingJanuary2011edit.pdf
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 80
5. Pengelolaan kewajiban kontinjensi
Kewajiban kontinjensi timbul karena adanya klausul-klausul yang secara eksplisit
tertuang dalam Peraturan perundang-undangan/perjanjian/perikatan yang
menyatakan adanya jaminan Pemerintah. Jaminan Pemerintah sangat diperlukan
untuk menarik minat investor, namun disisi lain jaminan Pemerintah dapat berpotensi
menimbulkan kewajiban kontinjensi dan risiko fiskal, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang sehingga diperlukan identifikasi risiko, mitigasi risiko dan
monitoring dalam proses pemberian dukungan Pemerintah. Proyek yang mendapatkan
jaminan Pemerintah saat ini adalah Program Percepatan 10.000 MW Tahap I dan
Program Percepatan Penyediaan Air Minum oleh PDAM.
Pemerintah melalui Perpres nomor 86 tahun 2006 tentang Pemberian jaminan
untuk percepatan pembangunan pembangkit yang menggunakan batubara yang
kemudian di revisi dengan Perpres 91 tahun 2007 dan diatur lebih lanjut melalui PMK
nomor 44/PMK.01/2008 tentang Persyaratan dan Pelaksanaan Pemberian Jaminan
Pemerintah untuk Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang
Menggunakan Batubara, memberikan jaminan penuh atas kewajiban pembayaran
pinjaman PT PLN (Persero) kepada kreditor. Jaminan dimaksud diberikan dengan
ketentuan terms & conditions pinjaman disetujui oleh Menteri Keuangan.
Proses penerbitan Surat Jaminan Pemerintah terkait proyek 10.000 MW, melalui
beberapa tahap sebagai berikut:
a. Penerbitan surat persetujuan pemenang lelang atau persetujuan harga pinjaman
(pricing), DJPU menerbitkan benchmark sebagai dasar dalam memberikan
persetujuan pricing, serta dapat dijadikan dasar bagi PT PLN (Persero) dalam
melakukan negosiasi dengan calon Lender.
b. Penerbitan surat persetujuan penandatanganan Perjanjian Kredit antara PT PLN
(Persero) dengan Kreditor. DJPU, BKF dan Biro Hukum melakukan penelitian terms
& conditions pada konsep final Perjanjian Kredit yang akan ditandatangani. Dalam
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 81
hal diperlukan, dapat meminta dilakukan perubahan konsep final Perjanjian
Kredit.
c. Penerbitan surat persetujuan terms and conditions dan Surat Jaminan Pemerintah.
Untuk Program Percepatan Penyediaan Air Minum oleh PDAM, sesuai dengan
Perpres No. 29 tahun 2009 dan PMK 229/PMK.01/2009, Pemerintah memberikan
jaminan atas pembayaran kembali kredit PDAM kepada bank sebesar 70% dan subsidi
atas bunga yang dikenakan oleh bank (paling tinggi sebesar 5% diatas BI rate). Dalam
rangka pelaksanaan program tersebut, DJPU melakukan evaluasi terhadap calon bank
pemberi kredit untuk ditetapkan sebagai calon Bank Pemberi Kredit dan review atas
term and conditions konsep akhir perjanjian kredit.
Untuk mengetahui lebih dini potensi gagal bayar pihak yang dijamin, perlu
dilakukan monitoring dengan melakukan evaluasi, pemantauan, dan mitigasi atas
risiko yang mungkin timbul. Monitoring untuk proyek percepatan 10.000 MW telah
dilakukan dengan melakukan evaluasi proyek yang telah berjalan, pemantauan
lapangan atas keberlangsungan pembangunan proyek, mitigasi risiko atas
permasalahan yang terjadi dalam pembangunan proyek maupun penyediaan bahan
bakar serta analisis kondisi keuangan untuk mengetahui potensi gagal bayar.
Sedangkan untuk program percepatan penyediaan air minum, belum dapat
dilaksanakan karena sampai akhir tahun 2010 program tersebut belum terealisasi.
Untuk mendukung pengelolaan kewajiban kontinjensi, DJPU juga telah menyusun
suatu kajian terhadap jaminan Pemerintah berdasarkan peraturan Perundang-
undangan dan perjanjian. Kajian dan masukan dilakukan terhadap usulan peraturan
perundang-undangan khususnya mengenai jaminan Pemerintah, baik jaminan yang
dilakukan oleh Badan Usaha Penjamin Infrastruktur (BUPI) maupun jaminan
Pemerintah secara langsung. Selain itu, kajian difokuskan pada jaminan Pemerintah
dengan mempertimbangkan banyaknya surat jaminan yang telah dikeluarkan oleh
Pemerintah dan semakin beragamnya perjanjian yang telah atau akan diperjanjikan
oleh Pemerintah. Kajian tersebut sangat diperlukan dalam memperkecil risiko fiskal.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 82
Dalam upaya untuk menjamin ketersediaan dana jaminan Pemerintah, DJPU
sebagai KPA mengajukan usulan alokasi dana dalam APBN berdasarkan perhitungan
bersama antara BKF dan DJPU dengan mempertimbangkan potensi gagal bayar dari
pihak yang dijamin Pemerintah. Namun demikian, mengingat kebutuhan dana yang
semakin besar untuk tahun-tahun mendatang seiring dengan meningkatnya kewajiban
pembayaran kepada kreditur, akan dilakukan pengelolaan dana kewajiban kontinjensi
dalam suatu rekening khusus yang dikelola dan diakumulasikan dari tahun ke tahun.
Pada pertengahan tahun 2010 juga telah dibahas proyek baru yang akan mendapat
jaminan Pemerintah dan berpotensi menimbulkan kewajiban kontinjensi yaitu proyek
Kerjasama Pemerintah – Swasta (KPS) Central Java Power Plant (CJPP) dan percepatan
10.000 MW tahap II. Untuk proyek CJPP, telah dilakukan kajian bersama unit terkait
atas klausul-klausul dalam Guarantee Agreement (GA) dan Power Purchase Agreement
(PPA) yang layak dijamin. Hal ini dimaksudkan agar proyek CJPP dapat memperoleh
pendanaan dengan tarif listrik yang cukup rendah namun dengan risiko yang
terkendali bagi Pemerintah. Untuk percepatan 10.000 MW tahap II sedang dalam
proses penyusunan RPMK terkait jaminan kelayakan usaha PT PLN (Persero).
6. Asset-Liability Management (ALM)
Pengelolaan keuangan negara pada saat ini dan masa yang akan datang
menghadapi tantangan yang berat dari adanya perubahan kondisi global dan
tantangan ekonomi domestik yang cukup besar. Pemerintah dituntut semakin
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan negara agar dapat
mencapai tujuan pembangunan nasional yang diharapkan. Untuk meningkatkan
kinerja pengelolaan keuangan negara yang didalamnya termasuk pengelolaan risiko
keuangan, Pemerintah perlu menerapkan ALM .
Dalam upaya menerapkan ALM dalam pengelolaan keuangan negara,
Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia pada tahun 2008 telah mengundang Tim
World Bank dan IMF untuk secara bersama dengan Kementerian Keuangan dan Bank
Indonesia melakukan diagnosa terhadap Neraca Negara Indonesia (didalamnya
termasuk neraca Pemerintah di Bank Indonesia). Hasil kerjasama antara TIM World
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 83
Bank –IMF dan Pemerintah dituangkan dalam suatu laporan yang disampaikan pada
awal tahun 2009. Dalam Laporan tersebut dimasukkan berbagai rekomendasi
penerapan ALM yang secara garis besar dikelompokkan kedalam:
a. Koordinasi pengelolaan cadangan devisa dan portofolio utang luar negeri
b. Perbaikan Neraca Negara Indonesia dan pengembangan pasar SBN domestik;
c. Koordinasi antara pengelolaan kas dan pengelolaan utang.
Sebagai tindak lanjut dari rekomendasi tersebut, pada tahun 2009 dibentuk Tim
ALM Kementerian Keuangan yang tugasnya melakukan pengkajian penerapan ALM
di Indonesia dan bekerja sama dengan Bank Indonesia mengevaluasi hal-hal yang
dibutuhkan dalam penerapan ALM. Tim ALM juga telah memulai menjajaki langkah-
langkah untuk perbaikan neraca Pemerintah dan Bank Indonesia seperti
restruktuirisasi surat utang Pemerintah yang di miliki Bank Indonesia dan pengelolaan
risiko nilai tukar (forex) secara bersama.
Pada tahun 2010 penerapan ALM semakin diintensifkan dengan melanjutkan
upaya perbaikan neraca Bank Indonesia dan pengembangan pasar SBN dengan
melakukan persiapan konversi Surat Utang Pemerintah yang dimiliki BI dengan SBN
Tradable, serta menyiapkan revisi Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan
Gubernur Bank Indonesia tentang SRBI yang memuat kesepakatan tentang jadwal
pembayaran SRBI dan mekanisme penambahan modal BI. Selain hal tersebut, pada
akhir tahun 2010 juga dilakukan diskusi dengan Tim World Bank-IMF tentang
kemajuan penerapan ALM di Indonesia, serta mulai dilakukan persiapan
pembentukan Komite ALM Kementerian Keuangan.
D. Perkembangan Pending Matters Renstra 2010-2014
Dalam hal pembiayaan APBN, tujuan dan sasaran tahun 2005-2009 sebagian besar telah
dapat dicapai dengan baik. Namun demikian, masih terdapat beberapa target yang belum
dapat terealisasikan (pending matters) antara lain penyediaan landasan hukum yang
berkaitan dengan pemenuhan pembiayaan APBN, yang sampai dengan saat ini masih
dalam proses penyelesaian. Perkembangan penyelesaian pending matters tersebut adalah
sebagai berikut:
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 84
1. Penyusunan Undang-Undang tentang Pinjaman Luar Negeri Pemerintah
Sampai dengan akhir tahun 2009, pengajuan dan pembahasan Rancangan Undang-
undang Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (RUU PHLN) kepada DPR belum dapat
terlaksana melalui Program Legislasi Nasional (Prolegnas) 2005-2009. Selama proses
pembahasan tahun 2009, Tim Kerja telah melakukan beberapa perubahan
ketentuan/pasal dalam Naskah RUU tentang Pinjaman dan Hibah Luar Negeri.
Pembahasan dan perubahan pada RUU tersebut salah satunya adalah mengenai
perubahan ruang lingkup (skema) dan judul RUU yang semula RUU Pinjaman dan
Hibah Luar Negeri menjadi RUU Pinjaman Luar Negeri Pemerintah (PLNP). Hal ini
dilakukan dengan pertimbangan bahwa hibah luar negeri cukup diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Dalam rangka penyiapan RUU PLNP, selama tahun 2010, Tim telah melaksanakan
beberapa kegiatan yaitu:
a. Rapat Pembahasan
Rapat pembahasan Penyusunan RUU PLNP i) menyusun Laporan Akhir Tahun
2009, ii) menyusun Program Kerja Tahun 2010, dan iii) membahas hasil Roundtable
Discussion Penyusunan RUU PLNP Tahun 2009.
b. Bilateral Meeting
Dalam rangka memperoleh kesepahaman bersama antara stakeholder utama
dalam pengelolaan pinjaman luar negeri pemerintah, yaitu Kementerian
PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan telah diselenggarakan Bilateral Meeting
dengan agenda utama:
1) Merumuskan pengaturan mengenai Rencana Pemanfaatan Pinjaman Luar
Negeri Pemerintah yang tercantum dalam Pasal 10 yang berbunyi:
a) Menteri Perencanaan menyusun rencana pemanfaatan Pinjaman Luar
Negeri;
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 85
b) Rencana pemanfaatan Pinjaman Luar Negeri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disusun berdasarkan RPJM dan Kebijakan Pengelolaan Pinjaman
Luar Negeri;
c) Dalam menyusun rencana pemanfaatan Pinjaman Luar Negeri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri Perencanaan berkoordinasi
dengan Menteri Keuangan.
2) Merumuskan sekaligus menegaskan kejelasan peranan, tanggung jawab, dan
mandat (clarity of roles, responsibilities, and delegations) dari semua pihak yang
terlibat dalam kegiatan yang berkenaan dengan pengadaan dan pengelolaan
pinjaman luar negeri, khususnya Kementerian Keuangan dan Kementerian
PPN/Bappenas.
c. Penyusunan Naskah Akademis
Dalam rangka penyempurnaan Naskah Akademis RUU PLNP, telah
dilaksanakan rapat intensif yang diikuti Anggota Tim Kerja. Penyempurnaan
tersebut dilakukan dalam rangka pembaruan data dan kondisi pelaksanaan
pinjaman luar negeri, sekaligus dalam rangka penyesuaian Naskah Akademis yang
ada dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-
01.PP.01.01 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Perundang-Undangan.
Berdasarkan Kegiatan Penyusunan Naskah RUU PLNP dan Naskah Akademis
Tahun 2010, agenda kerja tahun 2011 adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan Laporan Akhir Tahun Kegiatan Penyusunan Naskah RUU PLNP dan
Naskah Akademis Tahun 2010;
b. Penyampaian Laporan Akhir Tahun Kegiatan Penyusunan Naskah RUU PLNP dan
Naskah Akademis Tahun 2010 kepada Anggota Tim Kerja dan Tim Pengarah;
c. Presentasi kepada Menteri Keuangan untuk mendapatkan arahan lebih lanjut;
d. Penyelesaian Naskah RUU PLNP dan Naskah Akademis.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 86
2. Pengelolaan portofolio dan risiko utang pemerintah dengan menggunakan instrumen
derivatif
Penggunaan instrumen derivatif dalam pengelolaan portofolio dan risiko utang
Pemerintah memerlukan beberapa persiapan yang panjang bagi Pemerintah,
khususnya DJPU. Persiapan tersebut misalnya penyediaan infrastruktur dasar yang
diperlukan, antara lain landasan operasional, dokumentasi legal dan prosedur standar.
Pada tahun 2010, telah dilakukan penyusunan materi atas peraturan operasional dalam
bentuk RPMK sebagai dasar pelaksanaan transaksi lindung nilai dalam pengelolaan
utang Pemerintah. Atas konsep RPMK dimaksud, DJPU telah meminta kepada Biro
Hukum Kementerian Keuangan melalui surat nomor S-117/PU.5/2010 tanggal 14
Desember 2010 agar dapat melakukan penelaahan atas bentuk format peraturan,
substansi dan legal drafting-nya.
Selain konsep RPMK tersebut, terdapat beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti di
level pimpinan Kementerian Keuangan, antara lain:
a. Fokus utama dari tujuan pelaksanaan transaksi lindung nilai, salah satunya adalah
sebagai instrumen untuk mengendalikan beban pembayaran kewajiban utang
dalam APBN yang memerlukan koordinasi antar unit Eselon I, mengingat terdapat
kewenangan dari unit-unit lain di luar DJPU, antara lain BKF dalam hal fiscal risk
management, Ditjen Anggaran dalam hal budget management, dan Ditjen
Perbendaharaan dalam hal cash management.
b. Perlunya melakukan identifikasi dan analisis net eksposur antara asset dan liability
sebelum dilakukannya transaksi lindung nilai.
c. Penyiapan standar pencatatan akuntansi dan pelaporan, mengingat belum adanya
aturan dalam Standar Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) terkait transaksi lindung
nilai dengan instrumen derivatif oleh Pemerintah. SAPP selanjutnya dapat
dijadikan pedoman unit-unit teknis di Kementerian Keuangan dalam melakukan
transaksi lindung nilai dengan instrumen derivatif.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 87
E. Akuntabilitas Keuangan
Alokasi Pagu awal tahun 2010 yang disediakan dalam rangka pembiayaan pelaksanaan
kegiatan-kegiatan pada DJPU adalah sebesar Rp77,93 miliar. Namun, pada Semester II
terdapat revisi pagu DIPA menjadi Rp218,19 miliar, yang disebabkan pengurangan dana
karena penghematan dalam rangka optimalisasi belanja DJPU sebesar Rp6,99 miliar dan
penambahan dana sebesar Rp147,25 miliar untuk keperluan pembelian gedung Ex-Balai
Pustaka. Realisasi penyerapan DIPA pada tahun 2010 sebesar 84,37% (Rp184,09 miliar),
dengan rincian per program dan per belanja sebagai berikut:
Tabel 11 Pagu dan Realiasi Anggaran Tahun 2010
(per program)
(dalam miliar rupiah)
No Program Pagu revisi Realisasi
1 Program Penerapan Kepemerintahan yang Baik 30,09 28,76
2 Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur 2,02 1,93
3 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara
152,00 121,07
4 Program Pengelolaan dan Pembiayaan Hutang 34,07 32,33
J u m l a h 218,19 184,09
Tabel 12 Pagu dan Realiasi Anggaran Tahun 2010
(per belanja)
(dalam miliar rupiah)
No Belanja Pagu revisi Realisasi
1 Belanja Pegawai 13,45 12,86
2 Belanja Barang 52,47 49,96
3 Belanja Modal 152,28 121,26
J u m l a h 218,19 184,09
Capaian realisasi anggaran sebesar Rp184,09 miliar (84,37%) antara lain disebabkan:
1. Penghematan dana pembelian gedung Balai Pustaka dari pagu sebesar Rp147,25 miliar
dengan realisasi sebesar Rp116,65 miliar;
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 88
2. Penghematan lelang renovasi gedung AA Maramis II dari pagu sebesar Rp1,19 miliar
dengan realisasi sebesar Rp0,97 miliar;
3. Penghematan pembayaran gaji pegawai dan langganan daya dan jasa dari pagu sebesar
Rp15,29 miliar dengan realisasi sebesar Rp14,46 miliar;
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 89
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
DJPU adalah organisasi yang memiliki peranan strategis di bidang pengelolaan utang.
Peran strategis tersebut adalah:
1. Memenuhi pembiayaan APBN yang bersumber dari utang;
2. Mewujudkan kesinambungan fiskal melalui pengelolaan portofolio dan risiko utang;
3. Pengembangan pasar yang dalam, aktif, dan likuid.
Dalam rangka melaksanakan peran strategis tersebut, pada tahun 2010 DJPU telah
menetapkan target kinerja yang akan dicapai dalam bentuk kontrak kinerja antara Direktur
Jenderal Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan. Pada Kontrak kinerja tersebut
terdapat peta strategi dengan 12 sasaran strategis (SS) yang ingin dicapai. Untuk setiap SS
yang disusun dan ditetapkan memiliki ukuran yang disebut sebagai Indikator Kinerja
Utama (IKU). Keseluruhan IKU DJPU pada tahun 2010 berjumlah 23 IKU. Capaian SS dan
IKU DJPU tahun 2010 adalah: 9 SS dan 18 IKU berstatus hijau atau memenuhi dan atau di
atas target; 2 SS dan 3 IKU berstatus kuning atau kurang memenuhi target; serta 1 SS dan 1
IKU berstatus merah atau jauh kurang memenuhi target.
Disamping SS yang tersebut di atas, terdapat beberapa kinerja yang terkait dengan SS
tersebut dan lebih bersifat outcomes, namun tidak menjadi IKU DJPU, yaitu:
1. Dari sisi instrumen utang terdapat suatu kecenderungan pergeseran pola pembiayaan
yang mengarah pada market based financing melalui penerbitan SBN.
2. Berkaitan dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003, rasio
utang terhadap PDB menurun dari 47 persen pada akhir tahun 2005 dan menjadi 26
persen pada akhir tahun 2010. Rasio ini mengindikasikan bahwa jumlah utang yang
ditarik oleh pemerintah setiap tahun telah dilakukan secara hati-hati, terencana, dan
tepat sasaran sehingga kontribusinya terhadap perekonomian nasional telah
mendorong peningkatan ekonomi dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan
peningkatan utang itu sendiri.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 90
3. Perkembangan stok utang luar negeri secara absolut/nominal menunjukkan sedikit
kenaikan karena peningkatan stok utang dalam mata uang US dollar akibat penerbitan
SBN valas untuk memenuhi target penerbitan SBN neto dalam periode 2005-2010 yang
meningkat tajam. Penerbitan SBN Valas tersebut dilakukan terutama untuk
menghindari crowding out effect di pasar keuangan domestik.
4. Pengelolaan fiskal dan utang yang semakin ditunjukkan melalui perbaikan credit rating
dan country risk classification Indonesia.
5. Untuk mendukung pengelolaan kewajiban kontinjensi, DJPU juga telah menyusun
suatu kajian terhadap usulan peraturan perundang-undangan mengenai jaminan
Pemerintah, baik jaminan yang dilakukan oleh Badan Usaha Penjamin Infrastruktur
(BUPI) maupun jaminan Pemerintah secara langsung. Kajian tersebut sangat
diperlukan dalam memperkecil risiko fiskal.
6. Pada tahun 2010 penerapan ALM semakin diintensifkan dengan melanjutkan upaya
perbaikan neraca Bank Indonesia dan pengembangan pasar SBN dengan melakukan
persiapan konversi Surat Utang Pemerintah yang dimiliki BI dengan SBN Tradable,
serta menyiapkan revisi Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur
Bank Indonesia tentang SRBI yang memuat kesepakatan tentang jadwal pembayaran
SRBI dan mekanisme penambahan modal BI. Selain hal tersebut, pada akhir tahun 2010
juga dilakukan diskusi dengan Tim World Bank-IMF tentang kemajuan penerapan
ALM di Indonesia, serta mulai dilakukan persiapan pembentukan Komite ALM
Kementerian Keuangan.
Perkembangan penyelesaian pending matters Renstra 2010-2014 adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan Undang-Undang tentang Pinjaman Luar Negeri Pemerintah, sampai tahun
2010 telah dilakukan penyempurnaan Naskah Akademis RUU PLNP terkait
pembaruan data dan kondisi pelaksanaan pinjaman luar negeri.
2. Penyusunan materi atas peraturan operasional dalam bentuk konsep RPMK sebagai
dasar pelaksanaan transaksi lindung nilai dalam pengelolaan utang telah disampaikan
kepada Biro Hukum Kementerian Keuangan agar dapat melakukan penelaahan atas
bentuk format peraturan, substansi dan legal drafting-nya.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Halaman 91
B. Saran
Berbagai keberhasilan kinerja yang telah dicapai di atas kiranya dapat dipertahankan
bahkan ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang. Sementara untuk beberapa
program/kegiatan yang capaian kinerjanya belum mencapai target sebagaimana
direncanakan akan ditingkatkan kinerjanya pada tahun-tahun mendatang.
Dengan disusunnya LAKIP ini diharapkan dapat memberikan informasi secara
transparan baik kepada Pimpinan maupun seluruh pihak yang terkait dengan tugas dan
fungsi DJPU, sehingga dapat memberikan umpan balik guna peningkatan kinerja pada
periode berikutnya dalam rangka lebih memberikan manfaat kepada masyarakat maupun
kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan pengelola utang.
Pengembanganorganisasi yang handal
dan modem
TIK
711J-11Pembangunan sistemT1K yang terintegrasi
PU-12Pengelolaan anuaran,
yang optimal
KONTRAK KINERJADIREKTUR JENDERAL PENGELOLAAN UTANG
KEMENTERIAN KEUANGANTAHUN 2010
A. Pernyataan Kesanggupan
Dalam melaksanakan tugas sebagai Direktur Jenderal Pengelolaan Utang, saya akan:
Melaksanakan tugas dan fungsi dengan penuh kesungguhan untuk mencapai target kinerja
sebagaimana tercantum dalam Kontrak Kinerja ini.
Bersedia untuk dilakukan evaluasi atas capaian kinerja kapanpun diperlukan.
3. Menerima segala konsekuensi atas capaian kinerja sesuai dengan peraturan yang berlaku.
B. Peta Strategi Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
VISIMenjadi Pengelola Utang yang mampu menyediakan sumber pembiayaan APBN yang paling efisien dan amanmelalui kegiatan pengelolaan yang mengedepankan standar tats-kelola internasional, dengan mengutamakan
pemanfaatan potensi pendanaan d keuangan domestik
PU-1Pembiayaan yang aman
bagi kesinambungan fiskal
PU-3 PU-4AkUntabilitas Kredibilitas
4)>
EV
JaVI a3
Y"0.
PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGANTo 7,EY
r.PU-S
Perumusan strategi dan
,„.....,.,... PU-6
Pengelolaan portofollo
"00...„..„.
.. ii,U-7Pengembangan ,.-.-e---
.PU-8
. Monitoring dan evaluasi
kebijakan pengelolaanutangyang berkualitas
dan kewalibanutangyang optimal dan efektlf
pasar SBN yangdalam, aktif, dan
likuid
Illk kepatuhan yang efektifdaiamen eloiaanP g
utang
SONI
PU-9PernbentukanSOM
yang berinteglitas danberitompetensl tinge
C. Target Cap aian
No. Uraian IKU Realisasi2009
Target2010
Perspektifdan Bobot
PU-1.1 Pemenuhan target pembiayaanmelalui utang
98,86%(Rp173,12 T)
100%(Rp199,94 T)
StakeholderPerspective
(35%)PU-2.1 Ketersediaan informasi dalam
rangka transparansi pengelolaanu tang
489 set 518 set CustomerPerspective
(20%)PU-3.1 Opini BPK terhadap LK BA
Pengelolaan Utang100%(WTP)
100%(WTP)
PU-4.1 Pembayaran utang tepat waktu,tepat jumlah, dan tepat sasaran
99,99% 100%
PU-5.1 Jumlah peraturan dan keputusanyang mendukung pengelolaanutang
20 set 36 set Internalprocess
Perspective(25%)PU-5.2 Tersedianya dokumen strategi
pengelolaan u tang2 dokumen 2 dokumen
PU-6.1 Persentase pemenuhan strukturportofolio utang sesuai denganstrategi
87,40% 100%
PU-6.2 Pencapaian target effective cost 80,80% 100%
PU-6.3 Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang
5,70% 6,94%
PU-6.4 Persentase dokumen tagihan yangdiverifikasi secara tepat waktu
N/A 100%
PU-7.1 Efektivitas instrumen pembiayaanbaru
139,91% 100%
PU-7.2 Peningka tan pemahamanmasyarakat dan pelaku ekonomiterhadap pengelolaan SBN
N/ A 67,50%
PU-7.3 Partisipasi investor dalampenerbitan SBN
250,45% 145%
PU-8.1 Tingkat kepatuhan pengelolaanu tang yang sesuai dengan
berla kuketenluan dan prosedur yang
100% 100%
PU-9.1 Persentase pejabat yang telahmemenuhi standar kompetensijaba tannya
N/A 80% Learning &Growth
Perspective(20%)PU-9.2 Jumlah pegawai yang dijatuhi
huku man disiplin sedang atauberat
1 orang(0,3%)
1 orang(0,3%)
PU-9.3 Persentase jam pelatihan pegawaiDJPU terhadap jam kerja
N/A 3,37 %
PU-10.1 Persentase penyelesaianpenataan/modemisasi organisasi
N/A 100%
No. Uraian IKURealisasi
2009Target2010
Perspektifdan Bobot
PU-10.2 Jumlah doku men perencanaan danevaluasi kinerja organisasi
4 dokumen 6 dokumen Learning &
Growth
Perspective
(20%)PU-10.3 Persentase penyelesaian SOP 100% 100%
PU-11.1 Sistem aplikasi TIK di bidangpengelolaan u tang yangterimplementasi sesuai rencana
90% 100%
PU-12.1 Persentase penyerapan DIPA 85,82% 85%23. PU-12.2 Persentase ketepa tan perencanaan
anggaran dan kinerjaN/A 100%
Jakarta, 19 Februari 2010Menyetujui
Menteri Keuangan, Direktur Jendcral Pengelolaan Utang, CO,
C:QrrYwY1444-J Cam'
Sri Mulyani Indrawati Rahmat Waluyanto
Unit Organisasi Eselon I : Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
Tahun Anggaran : 2010
1 Pembiayaan yang aman bagi 1.1 Pemenuhan target pembiayaan Persen 100.00 99.47 118.94 stabilize
kesinambungan fiskal melalui utang
2 Transparansi 2.1 Ketersediaan informasi dalam Set 518.00 610.00 117.76 maximize
rangka transparansi pengelolaan
utang
3 Akuntabilitas 3.1 Opini BPK terhadap laporan Persen 100.00 87.50 97.22 stabilize
keuangan pengelolaan utang
4 Kredibilitas 4.1 Pembayaran utang tepat waktu, Persen 100.00 100.00 120.00 stabilize
tepat jumlah, dan tepat sasaran
5 Perumusan strategi dan 5.1 Jumlah peraturan dan keputusan Set 36.00 40.00 111.11 maximize
kebijakan pengelolaan yang mendukung
utang yang berkualitas pengelolaan utang
5.2 Tersedianya dokumen strategi Set 2.00 2.00 120.00 stabilize
pengelolaan utang
6 Pengelolaan portofolio dan 6.1 Persentase pemenuhan struktur Persen 100.00 96.04 112.08 stabilize
kewajiban utang yang optimal portofolio utang sesuai dengan
dan efektif strategi
6.2 Pencapaian target effective cost Persen 100.00 80.02 119.98 minimize
(6) (7) (8)(1) (2) (3) (4) (5)
PENGUKURAN KINERJA
TAHUN 2010
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN TARGET REALISASI
PERSENTASE
PENCAPAIAN
TARGET *)
KET
1 dari 3
(6) (7) (8)(1) (2) (3) (4) (5)
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN TARGET REALISASI
PERSENTASE
PENCAPAIAN
TARGET *)
KET
6.3 Rasio beban bunga terhadap rata- Persen 6.94 5.33 120.00 minimize
rata outstanding utang
6.4 Persentase dokumen tagihan Persen 100.00 100.00 120.00 stabilize
yang diverifikasi secara
tepat waktu
7 Pengembangan pasar SBN 7.1 Efektifitas instrumen Persen 100.00 0.00 0.00 maximize
yang dalam, aktif, dan likuid pembiayaan baru
7.2 Peningkatan pemahaman Persen 67.50 76.74 113.69 maximize
masyarakat dan pelaku ekonomi
terhadap pengelolaan SBN
7.3 Partisipasi investor dalam Persen 145.00 265.06 120.00 maximize
penerbitan SBN
8 Monitoring dan evaluasi 8.1 Tingkat kepatuhan pengelolaan Persen 100.00 94.73 109.46 stabilize
kepatuhan yang efektif dalam utang sesuai dengan ketentuan
pengelolaan utang dan prosedur yang berlaku
9 Pembentukan SDM yang 9.1 Persentase pejabat yang telah Persen 80.00 90.00 112.50 maximize
berintegritas dan memenuhi standar kompetensi
berkompetensi tinggi jabatannya
9.2 Jumlah pegawai yang dijatuhi Pegawai 1.00 0.00 120.00 minimize
hukuman disiplin sedang/berat
9.3 Persentase jam pelatihan Persen 5.70 5.90 112.98 stabilize
pegawai DJPU terhadap (revisi target
jam kerja sblm 3,37%)
2 dari 3
(6) (7) (8)(1) (2) (3) (4) (5)
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN TARGET REALISASI
PERSENTASE
PENCAPAIAN
TARGET *)
KET
10 Pengembangan organisasi 10.1 Persentase penyelesaian Persen 100.00 100.00 100.00 maximize
yang handal dan modern penataan/modernisasi organisasi
10.2 Jumlah dokumen perencanaan Dokumen 6.00 6.00 100.00 maximize
dan evaluasi kinerja organisasi
10.3 Persentase penyelesaian SOP Persen 100.00 100.00 100.00 maximize
11 Pembangunan sistem TIK 11.1 Sistem aplikasi TIK di bidang Persen 100.00 100.00 100.00 maximize
yang terintegrasi pengelolaan utang yang
terimplementasi sesuai rencana
12 Pengelolaan anggaran 12.1 Persentase penyerapan DIPA Persen 85.00 84.37 99.26 maximize
yang optimal
12.2 Persentase ketepatan Persen 100.00 114.93 114.93 maximize
perencanaan anggaran dankinerja
*) dihitung berdasarkan Nilai Kinerja Unit
No Pagu revisi
1 Penerapan Kepemerintahan Yang Baik Rp30,092,666,000.00
2 Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur Rp2,021,750,000.00
3 Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara Rp152,002,713,000.00
4 Pengelolaan dan Pembiayaan Hutang Rp34,074,382,000.00
Jumlah Anggaran Program Tahun 2010 : Rp218,191,511,000.00
Realisasi Pagu Anggaran Program Tahun 2010: Rp184,206,507,790.00
Rp121,072,256,400.00
Rp32,403,851,780.00
Program Realisasi
Rp28,799,100,610.00
Rp1,931,299,000.00
3 dari 3
Unit Organisasi : Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
Tahun Anggaran: 2011
PU-1 Pembiayaan APBN yang cukup, efisien, PU-1.1 Persentase pemenuhan target pembiayaan melalui 100.00 Persen
dan aman untuk mendukung utang yang cukup, efisien, dan aman
kesinambungan fiskal
PU-1.2 Persentase pencapaian target effective cost 100.00 Persen
PU-1.3 Persentase pemenuhan struktur portofolio utang sesuai
dengan strategi
100.00 Persen
PU-2 Transparansi pengelolaan utang PU-2.1 Persentase publikasi dalam rangka transparansi
pengelolaan utang
100.00 Persen
PU-3 Akuntabilitas pengelolaan utang PU-3.1 Opini BPK terhadap LK BA Pengelolaan Utang dan
Hibah
100.00 Persen
PU-4 Kredibilitas pengelolaan utang PU-4.1 Indeks kepuasan terhadap layanan Pengelolaan Utang 3.87 Indeks
PU-4.2 Persentase pembayaran utang tepat waktu, tepat jumlah
dan tepat sasaran
100.00 Persen
PU-5 Perumusan strategi dan kebijakan
pengelolaan utang yang berkualitas
PU-5.1 Persentase penyediaan peraturan dan keputusan yang
mendukung pengelolaan utang
100.00 Persen
PU-5.2 Persentase penyelesaian dokumen strategi pengelolaan
utang
100.00 Persen
PU-6 Pengembangan pasar SBN yang dalam, PU-6.1 Tingkat efektifitas edukasi dan komunikasi 69.00 Persen
aktif, dan likuid
PU-6.2 Persentase jumlah nominal penawaran yang masuk
dalam transaksi SBN rupiah terhadap target indikatif
151.50 Persen
PU-7 Pengelolaan portofolio utang yang optimal PU-7.1 Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang 6.60 Persen
PU-7.2 Akurasi Penetapan yield/ imbalan SBN dan biaya
pinjaman terhadap benchmark
100.00 Persen
PU-7.3 Persentase pemenuhan target pembiayaan melalui
utang yang bersumber dari dalam negeri
100.00 Persen
PU-8 Pengelolaan kewajiban utang yang efektif PU-8.1 Persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara
tepat waktu
100.00 Persen
PU-9 Monitoring dan evaluasi kepatuhan yang
efektif dalam pengelolaan utang
PU-9.1 Persentase tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang
sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku
100.00 Persen
PU-9.2 Rata-rata persentase realisasi janji layanan unggulan 100.00 Persen
RENCANA KINERJA TAHUNAN
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
(1) (2) (3)
1 dari 2
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
(1) (2) (3)
PU-10 Pembentukan SDM yang berkompetensi
tinggi
PU-10.1 Persentase pejabat yang telah memenuhi standar
kompetensi jabatannya
80.00 Persen
PU-10.2 Rasio jam pelatihan pegawai DJPU dibandingkan jam
kerja
2.18 Persen
PU-10.3 Persentase penyusunan Standard Kompetensi Jabatan
(Hard Competency )
100.00 Persen
PU-11 Penataan organisasi yang adaptif PU-11.1 Jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja
organisasi
4.00 dokumen
PU-11.2 Persentase UPR eselon II yang menerapkan manajemen
risiko
60.00 Persen
PU-11.3 Persentase penyelesaian SOP 100.00 Persen
PU-12 Perwujudan sistem TIK yang terintegrasi PU-12.1 Persentase pengembangan database utang yang
terintegrasi
45.00 Persen
PU-13 Pengelolaan anggaran yang optimal PU-13.1 Persentase penyerapan DIPA 95.00 Persen
PU-13.2 Persentase pencapaian anggaran dan kinerja output 100.00 Persen
2 dari 2