kementerian keuangan - djppr.kemenkeu.go.id · perkembangan pasar yang dinamis serta kompleksitas...

127
KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG

Upload: trinhnhu

Post on 30-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KEMENTERIAN KEUANGAN

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman i

Pengantar

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal

Pengelolaan Utang (DJPU) merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja DJPU

tahun 2010 sebagai salah satu Unit Eselon I Kementerian Keuangan. LAKIP DJPU disusun

dalam rangka memenuhi ketentuan Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah dan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan

Pemberantasan Korupsi, serta dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Nomor 29 Tahun 2010 tentang

Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah. Penyusunan LAKIP diharapkan dapat menjadi wujud akuntabilitas dan

transparansi dalam pelaksanaan tugas, pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi serta

sebagai alat penilaian dan pengendalian dalam rangka memacu peningkatan kinerja

organisasi.

Sejalan dengan proses reformasi birokrasi, indikator keberhasilan yang digunakan

dalam LAKIP DJPU diukur berdasarkan peta strategi (strategy map) DJPU yang disusun

dengan menggunakan metodologi Balanced Scorecard (BSC). Peta strategi tersebut

memetakan setiap Sasaran Strategis (SS) yang akan dicapai dalam rangka pencapaian tujuan

organisasi sesuai visi dan misi yang diemban. Setiap SS memiliki ukuran yang disebut

sebagai Indikator Kinerja Utama (IKU) dengan target kinerja yang telah ditentukan. Pada

tahun 2010, DJPU memiliki peta strategi dengan 12 SS dan 23 IKU yang telah ditetapkan

dalam Kontrak Kinerja Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan.

Pengukuran LAKIP dengan menggunakan IKU diharapkan sekaligus menjadi bentuk

transparansi dan pertanggungjawaban pencapaian target kinerja dalam setahun.

Reformasi birokrasi memberikan tantangan yang cukup besar bagi DJPU untuk

mengkombinasikan fungsi DJPU sebagai organisasi birokrasi dan fungsi DJPU sebagai unit

yang terkait dengan pasar keuangan (baik domestik maupun internasional) yang

berkembang sangat dinamis. Hal ini menuntut perlunya penerapan prinsip-prinsip good

governance secara konsisten untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dengan adanya

perkembangan pasar yang dinamis serta kompleksitas pekerjaan, DJPU diharapkan pula

dapat meningkatkan kualitas organisasinya.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman ii

Dalam menjalankan tugasnya, DJPU telah menetapkan visi, yaitu “Menjadi unit yang

profesional dalam mendukung pembiayaan APBN secara efisien dan aman untuk menuju

kemandirian keuangan negara”. Visi tersebut kemudian dijabarkan dalam 4 misi, yakni

sebagai berikut:

a. Mewujudkan pengelolaan portofolio utang pemerintah yang efektif, transparan, dan

akuntabel dengan strategi yang mengedepankan peningkatan daya dukung terhadap

ketahanan dan kesinambungan fiskal;

b. Mengendalikan pengadaan/penerbitan utang melalui penetapan kapasitas berutang

yang mendukung stabilitas fiskal;

c. Mewujudkan kemandirian pembiayaan pembangunan nasional melalui upaya

mengedepankan sumber-sumber dalam negeri dan pengembangan pasar keuangan

domestik yang efisien dan stabil;

d. Mewujudkan kerjasama internasional dalam rangka memperoleh sumber

pembiayaan alternatif, sekaligus mendukung stabilitas pasar keuangan regional.

Dengan mengacu pada visi dan misi yang telah ditetapkan untuk periode tahun 2010-2014,

DJPU diharapkan dapat mencapai target kinerja secara lebih terarah, transparan, dan

akuntabel, serta mampu menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan

tugas.

Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto NIP 195610031985101001

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman iii

IKHTISAR EKSEKUTIF

LAKIP DJPU Tahun 2010 disusun sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban

pelaksanaan kinerja DJPU selama tahun 2010. Pada tahun 2010 DJPU telah menetapkan

target kinerja yang akan dicapai dalam bentuk kontrak kinerja antara Direktur Jenderal

Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan yang terdiri dari 12 SS dan 23 IKU. Capaian

SS dan IKU DJPU tahun 2010 adalah: 9 SS dan 18 IKU berstatus hijau atau memenuhi dan

atau di atas target; 2 SS dan 3 IKU berstatus kuning atau kurang memenuhi target; serta 1 SS

dan 1 IKU berstatus merah atau jauh kurang memenuhi target.

Secara garis besar, uraian atas pencapaian Sasaran Strategis beserta IKU DJPU selama

tahun 2010 adalah sebagai beirkut:

1. Pencapaian SS Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal dengan IKU

Pemenuhan target pembiayaan melalui utang, relatif dapat tercapai dengan baik,

dengan IKU berupa Pemenuhan target pembiayaan melalui utang. Pada tahun 2010

IKU ditargetkan sebesar Rp199,94 triliun yang kemudian berdasarkan APBN-P dan

kebijakan Menteri Keuangan direvisi sehingga menjadi Rp191,96 triliun (100%)

dengan realisasi sebesar Rp190,95 triliun (99,47%);

2. Pencapaian SS Transparansi dengan IKU Ketersediaan informasi dalam rangka

transparansi pengelolaan utang, relatif dapat tercapai dengan baik. Pada tahun 2010

IKU ditargetkan sebesar 518 set dengan realisasi sebesar 610 set (117,76%);

3. Pencapaian SS Akuntabilitas dengan IKU Opini eksternal auditor terhadap LK BA

Pengelolaan Utang, relatif dapat tercapai dengan baik. Pada tahun 2010 IKU

ditargetkan sebesar target 100% (WTP) dengan realisasi rata-rata sebesar 87,50%,

yaitu:

a. LK BA Pengelolaan Utang memperoleh opini WTP (100%);

b. LK BA Hibah memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (75%). Opini BPK

terhadap LK BA Hibah tahun 2009 terdapat peningkatan dari tahun 2008,

semula disclaimer menjadi WDP.

4. Pencapaian SS Kredibilitas dengan IKU Pembayaran tepat waktu, tepat jumlah, dan

tepat sasaran, dapat tercapai dengan baik. Pada tahun 2010 IKU ditargetkan sebesar

100% dengan realisasi sebesar 100% atau tidak terdapat denda dalam pelaksanaan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman iv

pembayaran, dengan realisasi pembayaran kewajiban utang pada tahun 2010

sebesar Rp230,38 triliun

5. Pencapaian SS Perumusan strategi dan kebijakan pengelolaan utang yang

berkualitas, dengan IKU Jumlah peraturan dan keputusan yang mendukung

pengelolaan utang dan Tersedianya dokumen strategi pengelolaan utang, dapat

tercapai dengan baik. Pada tahun 2010 IKU Jumlah peraturan dan keputusan yang

mendukung pengelolaan utang sebesar 36 set dengan realisasi sebesar 40 set dan

IKU Tersedianya dokumen strategi pengelolaan utang ditargetkan sebanyak 2

dokumen dengan realisasi sebanyak 2 dokumen.

6. Pencapaian SS Pengelolaan portofolio dan kewajiban utang yang optimal dan

efektif, dengan 4 IKU berupa Persentase pemenuhan struktur portofolio utang

sesuai dengan strategi, Pencapaian target effective cost, Rasio beban bunga terhadap

rata-rata outstanding utang, dan Persentase dokumen tagihan yang diverifikasi

secara tepat waktu, dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut

pada tahun 2010, adalah sebagai berikut:

a. Pencapaian IKU Persentase pemenuhan struktur portofolio utang sesuai dengan

strategi relatif sesuai dengan target, yaitu dari target sebesar 100% terealisasi

sebesar 96,04%. Realisasi tersebut disebabkan pengelolaan portofolio utang telah

mengikuti strategi pengelolaan utang.

b. Pencapaian IKU Pencapaian target effective cost ditargetkan sebesar 100% dengan

realisasi sebesar 80,02%. Kombinasi membaiknya kondisi perekonomian,

strategi penerbitan yang digunakan, dan pemilihan instrumen utang yang

diterbitkan berhasil menekan cost of fund.

c. Pencapaian IKU Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang

ditargetkan sebesar 6,94% dengan realisasi sebesar 5,33%. Sampai dengan akhir

tahun realisasi bunga utang Rp86,75 triliun, outstanding akhir tahun 2009

sebesar Rp1.590,66 triliun, dan outstanding akhir Desember 2010 sebesar

Rp1.676,1 triliun.

d. Pencapaian IKU Persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat

waktu ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi sebesar 100%, dimana pada

tahun 2010 terdapat 6.795 dokumen tagihan/NOP telah diverifikasi secara tepat

waktu, dan diproses sebelum tanggal jatuh tempo.

7. Pencapaian SS Pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid, dengan IKU

Efektivitas instrumen pembiayaan baru, Peningkatan pemahaman masyarakat dan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman v

pelaku ekonomi terhadap pengelolaan SBN, dan Partisipasi investor dalam

penerbitan SBN, dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada

tahun 2010, adalah sebagai berikut:

a. Pencapaian IKU Efektivitas instrumen pembiayaan baru ditargetkan sebesar

100% (Rp2 triliun) untuk penerbitan SBSN Project Financing. Penerbitan

instrumen SBSN baru berupa SBSN Project Financing pada tahun 2010 belum

dapat dilakukan. Desain instrumen telah selesai dikaji, serta telah mendapatkan

persetujuan dan fatwa dari DSN-MUI, namun infrastruktur hukum yang

diperlukan belum tersedia.

b. Pencapaian IKU Peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi

terhadap pengelolaan SBN ditargetkan sebesar 67,50% (paham) dengan realisasi

sebesar 76,74% (sangat paham), yang dilakukan melalui survei terhadap peserta

sosialisasi.

c. Pencapaian IKU Partisipasi investor dalam penerbitan SBN pada tahun 2010

ditargetkan sebesar 145% dengan realisasi sebesar 265,06%. Jumlah nominal

penawaran yang diterima adalah sebesar Rp417,78 triliun dari total target

indikatif Rp146,83 triliun.

8. Pencapaian SS Monitoring dan evaluasi kepatuhan yang efektif dalam pengelolaan

utang dengan IKU Tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang sesuai dengan

ketentuan dan prosedur yang berlaku dapat tercapai dengan baik, dengan jumlah

SOP yang dipantau 31 SOP link DJPU. IKU tersebut pada tahun 2010 ditargetkan

sebesar 100% dengan realisasi sebesar 94,73%. Hasil pencapaian 94,73%

menunjukkan masih perlunya perbaikan dilakukan di DJPU, tidak hanya pada isi

SOP dan penegakan pelaksanaannya, namun juga penyempurnaan revisi terhadap

SOP secara berkelanjutan sehingga dapat mencerminkan bisnis proses yang

terintegrasi.

9. Pencapaian SS Pembentukan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi,

dengan IKU Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi

jabatannya, Jumlah pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin sedang atau berat, dan

Persentase jam pelatihan pegawai DJPU terhadap jam kerja dapat tercapai dengan

baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2010, adalah sebagai berikut:

a. Pencapaian IKU Pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya

ditargetkan sebesar 80% dengan realisasi sebesar 90%. Pejabat yang mengikuti

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman vi

assessment centre pada tahun 2010 sebanyak 70 pejabat dan yang memenuhi

angka JPM minimal 70% sebanyak 63 pejabat (90%).

b. Pencapaian IKU Jumlah pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin sedang atau

berat ditargetkan sebanyak 1 pegawai dengan realisasi sebanyak 0 pegawai.

Sampai akhir tahun tidak terdapat pegawai yang melanggar peraturan disiplin

sedang atau berat.

c. Pencapaian IKU Persentase jam pelatihan pegawai DJPU terhadap jam kerja

ditargetkan sebesar 5,77% (28.153 jamlat) dengan realisasi sebesar 5,90% (28.793

jamlat). Sampai akhir tahun telah dilaksanakan sebanyak 68 diklat dari rencana

65 diklat.

10. Pencapaian SS Pengembangan organisasi yang handal dan modern, dengan IKU

Persentase penyelesaian penataan/modernisasi organisasi, Jumlah dokumen

perencanaan dan evaluasi kinerja organisasi, dan Persentase penyelesaian SOP pada

tahun 2010 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun

2010, adalah sebagai berikut:

a. Pencapaian IKU Persentase penataan/modernisasi organisasi pada tahun 2010

ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi 100%. Konsep usulan penataan

organisasi DJPU sebagai bagian dari rancangan PMK tentang organisasi dan tata

kerja Kementerian Keuangan telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan berupa

PMK Nomor 184/PMK.01/2010 tanggal 11 Oktober 2010.

b. Pencapaian IKU Jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja organisasi

ditargetkan sebanyak 6 dokumen dengan realisasi 6 dokumen.

c. Pencapaian IKU Persentase penyelesaian SOP ditargetkan sebesar 100% dengan

realisasi sebesar 100%, yang dilaksanakan melalui 2 tahap, yaitu:

1) Pada Semester I tahun 2010 telah diselesaikan 217 SOP yang ditetapkan

dengan Keputusan Dirjen PU Nomor Kep-39/PU/2010 tanggal 9 Juli 2010;

dan

2) Pada Semester II tahun 2010 telah ditetapkan sebanyak 79 SOP melalui

Kepdirjen nomor KEP-05/PU/2011, tanggal 17 Januari 2011 Perubahan

Ketiga Atas Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Nomor Kep-

36/PU/2007 Tentang Standar Prosedur Operasi (Standard Operating

Procedures/SOP) DJPU.

11. Pencapaian SS Pembangunan sistem TIK yang terintegrasi, dengan IKU Sistem

aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi sesuai rencana

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman vii

pada tahun 2010 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU ditargetkan sebesar 100%

dengan realisasi sebesar 100%. Pada tahun 2010, rincian capain IKU tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Pembangunan Sistem Aplikasi Pendukung Pengelolaan Utang Terintegrasi-

(100%), yaitu sampai dengan tahapan penyelesaian modul Setelmen, Loan

Management, Referensi, dan Control Panel.

b. Pembangunan Aplikasi Pemantauan Feeding Data Warehouse - (100%), yaitu

sampai dengan tahapan penyediaan Sumber data dari DMFAS (Debt

Management and Financial Analysis System), PMON (Pusat Manajemen Obligasi

Negara), lelang SBN, dan Bloomberg;

c. Pembangunan Aplikasi Grant Outstanding Position (GOP) - (100%), yaitu sampai

dengan tahapan penyelesaian menu penghitungan grant outstanding, pencetakan

GOP dan reminder letter, serta pencatatan pengiriman dan respon;

d. Pembangunan Aplikasi Surat Perintah Pembukuan Penarikan Pinjaman

dan/atau Hibah Luar negeri (SP4H) - (100%), yaitu sampai dengan tahapan

pencetakan SP4H, penghapusan SP4H, cetak ulang SP4H dan revisi SP4H.

12. Pencapaian SS Pengelolaan anggaran yang optimal, dengan IKU Persentase

penyerapan DIPA dan Persentase ketepatan perencanaan anggaran dan kinerja

pada tahun 2010 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada

tahun 2010, adalah sebagai berikut:

a. Pencapaian IKU Persentase penyerapan DIPA ditargetkan 85% (Rp185,46 miliar

dari pagu Rp218,19 miliar) dengan realisasi 84,37% (Rp184,02 miliar). Realisasi

yang lebih rendah tersebut karena terdapat penghematan dana pembelian

gedung Balai Pustaka dari pagu sebesar Rp147,25 miliar dengan realisasi sebesar

Rp116,65 miliar.

b. Pencapaian IKU Persentase ketepatan perencanaan anggaran dan kinerja

ditargetkan sebesar 100% direalisasikan sebesar 114,95%.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar target kinerja DJPU

pada tahun 2010 telah berhasil dicapai. Keberhasilan pencapaian tersebut diupayakan untuk

semakin ditingkatkan, sedangkan untuk beberapa kegiatan yang belum terlaksana/terdapat

permasalahan (pending matters) akan diupayakan agar dapat diselesaikan.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman viii

Dengan disusunnya LAKIP ini diharapkan dapat memberikan informasi secara

transparan kepada seluruh pihak yang terkait dengan tugas dan fungsi DJPU dan menjadi

umpan balik peningkatan kinerja DJPU pada periode berikutnya.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman ix

DAFTAR ISI

Hal. IKHTISAR EKSEKUTIF.................................................................................................. i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1 A. Tugas, Fungsi, Organisasi, dan Sumber Daya Manusia …........................... 1 B. Mandat yang Diberikan kepada Instansi ..................................................... 4 C. Peran Strategis Instansi ................................................................................. 6 D. Sistematika Penyajian .................................................................................... 8

II. RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA ................................ 9 A. Rencana Strategis 2010-2014 ......................................................................... 9 B. Penetapan Kinerja ........................................................................................... 14

III. AKUNTABILITAS KINERJA DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN .......... 19 A. Capaian IKU ................................................................................................... 19 B. Evaluasi dan Analisis Kinerja ........................................................................ 19 C. Kinerja Lainnya ............................................................................................... 76 D. Perkembangan Pending Matters Renstra 2010-2014 ...................................... 83 E. Akuntabilitas Keuangan................................................................................... 87

IV. PENUTUP ............................................................................................................. 89 A. Kesimpulan ....................................................................................................... 89 B. Saran .................................................................................................................. 91

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman x

Hal.

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Proses Bisnis DJPU ………....……………………………………………. 2

Bagan 2 Peta Strategi DJPU Tahun 2010 …………………………………………. 15

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Komposisi Pegawai Menurut Golongan……………………………….... 3

Grafik 2. Komposisi Pegawai Menurut Unit Eselon II.…………………………… 3

Grafik 3. Komposisi Pegawai Menurut Jabatan…………………………………… 4

Grafik 4. Komposisi Pegawai Menurut Jenis Kelamin……………………………. 4

Grafik 5. Perkembangan penyerapan DIPA tahun 2008-2010 ...………………… 73

Grafik 6. Rasio Utang terhadap PDB 2005-2010 ..…………………………………. 77

Grafik 7. Perbandingan Perubahan Perkembangan Rasio Utang terhadap PDB (%) Beberapa Negara (2003-2010) …....………………………………….

78

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Target IKU Depkeu-One Tahun 2010.…………………………………. 16

Tabel 2 Capaian IKU Depkeu-One Tahun 2010 (perspektif stakeholder dan customer)…………………………………………………………………..

19

Tabel 3 Sumber, Target, dan Realisasi Pinjaman Program Tahun 2010 ..…... 21

Tabel 4 Target dan Realisasi SBN Tahun 2010 ..………………………………. 22

Tabel 5 Realisasi Pembayaran Utang antara TA 2005 – 2010 ………………... 38

Tabel 6 Realisasi peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang………………………………………………………………………

41

Tabel 7 Rasio Beban Bunga Terhadap Rata-rata Outstanding Utang, 2005-2010………………………………………………………………………..

50

Tabel 8 Pembiayaan Utang (2005-2010) …..…………………………………… 76

Tabel 9 Perkembangan Stok Utang Luar Negeri berdasarkan Mata Uang (2005-2010) …………………….…..……………………………………..

79

Tabel 10 Perkembangan Credit Rating Indonesia (2005-2010) .………………... 79

Tabel 11 Pagu dan Realiasi Anggaran Tahun 2010 (per program) …………... 87

Tabel 12 Pagu dan Realiasi Anggaran Tahun 2010 (per belanja) …………….. 87

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kontrak Kinerja dan Penetapan Kinerja Tahun 2010

2. Pengukuran Kinerja Tahun 2010

3. Kontrak Kinerja dan Penetapan Kinerja Tahun 2011

4. Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2011

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Tugas, Fungsi, Organisasi, dan Sumber Daya Manusia

1. Perkembangan unit pengelola utang

Unit pengelola utang telah mengalami beberapa kali perubahan seiring dengan

semakin meningkatnya kompleksitas pengelolaan utang sebagai akibat semakin besar

dan semakin beragamnya jumlah dan jenis utang Pemerintah. Perkembangan unit

pengelola utang secara ringkas dapat disampaikan sebagai berikut:

a. Sebelum tahun 1998, sebagian besar utang pemerintah dalam bentuk pinjaman luar

negeri dikelola oleh Direktorat Dana Luar Negeri (DDLN) pada Direktorat Jenderal

Anggaran;

b. Tahun 1999, dibentuk Tim Debt Management Unit (DMU) di bawah Direktorat

Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai tugas mengelola obligasi negara yang

diterbitkan untuk menyehatkan perbankan akibat krisis tahun 1998;

c. Tahun 2001, Tim DMU diubah menjadi Pusat Manajemen Obligasi Negara (PMON)

di bawah Sekretariat Jenderal yang secara khusus mengelola Surat Utang Negara

(SUN).

d. Tahun 2004, unit pengelolaan utang disatukan dalam Direktorat Jenderal

Perbendaharaan. PMON menjadi Direktorat Pengelolaan SUN dan DDLN menjadi

Direktorat Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri; dan

e. Tahun 2006, dengan berkembangnya ruang lingkup pengelolaan utang dan dalam

rangka memusatkan pengelolaanya dalam unit tersendiri, dibentuk Direktorat

Jenderal Pengelolaan Utang.

2. Tugas dan Fungsi

Berdasarkan PMK Nomor 100/PMK.01/2008, tugas DJPU adalah menyelenggarakan

sebagian tugas pokok Departemen di bidang pengelolaan utang dan hibah sesuai

dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 2

perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, DJPU

menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan Departemen Keuangan di bidang pengelolaan utang dan

hibah;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan utang dan hibah;

c. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang pengelolaan

utang dan hibah;

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang pengelolaan utang dan hibah;

e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.

3. Organisasi

Sebagai unit pengelola utang, DJPU berupaya menerapkan international best practice

organisasi pengelola utang dengan mengkategorikan/membagi fungsi front office

(Direktorat Pinjaman dan Hibah [Dit PH], Direktorat Surat Utang Negara [Dit SUN], dan

Direktorat Pembiayaan Syariah [Dit PS]), middle office (Direktorat Strategi dan Portofolio

Utang [Dit SPU]), dan back office (Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen [Dit

EAS]) serta supporting unit (Sekretariat Direktorat Jenderal) sebagai pendukung kegiatan

teknis. Proses bisnis dari keempat fungsi tersebut tergambar dalam bagan berikut:

Bagan 1 Proses Bisnis DJPU

FRONT OFFICE(Dit. PH, Dit. SUN, Dit. PS)

Penerbitan SBN danPengadaan Pinjaman

BACK OFFICE(Dit. EAS)

Pelaksanaan Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen

MIDDLE OFFICE(Dit. SPU)

Perumusan StrategiPengelolaan Utang

SUPPORTING UNIT(SEKRETARIAT)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 3

4. Sumber Daya Manusia

Berdasarkan data pegawai per 31 Desember 2010, komposisi pegawai DJPU adalah

sebagai berikut:

Grafik 1 Komposisi Pegawai Menurut Golongan

Grafik 2 Komposisi Pegawai Menurut Unit Eselon II

No. Golongan Pegawai Jumlah Pegawai

No. Unit Eselon II

Jumlah Pegawai

1 IV/d 2 1 Setditjen 72

2 IV/c 4 2 Dit PH 63

3 IV/b 5 3 Dit SUN 41

4 IV/a 22 4 Dit PS 40

5 III/d 38 5 Dit SPU 41

6 III/c 51 6 Dit EAS 77

7 III/b 41 JUMLAH 334

8 III/a 98

9 II/d 29

10 II/c 40

11 II/b 3

12 II/a 1

JUMLAH 334

20

40

60

80

100

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 4

Grafik 3 Komposisi Pegawai Menurut Jabatan

Grafik 4 Komposisi Pegawai

Menurut Jenis Kelamin

No. Jabatan Pegawai Jumlah Pegawai

No. Jenis Kelamin Pegawai

Jumlah Pegawai

1 Eselon I 1 1 Laki-laki 257

2 Eselon II 5 2 Perempuan 77

3 Eselon III 23 JUMLAH 334

4 Eselon IV 81

5 Pelaksana 224

JUMLAH 334

B. Mandat yang Diberikan kepada Instansi

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi DJPU berdasarkan mandat yang diberikan oleh

peraturan perundang-undangan, antara lain:

1. Pedoman umum meliputi:

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit

APBN dan APBD, yang mengatur bahwa:

1). Jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD dibatasi tidak melebihi 3 persen dari

Produk Domestik Bruto (PDB) tahun bersangkutan;

2). Jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah dan Pemda dibatasi tidak melebihi 60%

dari PDB tahun yang bersangkutan.

b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang

mengatur antara lain:

Laki-laki77%

Perempuan23%

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 5

1). Pembebanan biaya pengadaan utang/hibah Pemerintah pada APBN;

2). Tata cara pengadaan utang negara dan penerusan utang/hibah luar negeri

kepada Pemda dan BUMN/BUMD.

c. Undang-Undang tentang APBN yang ditetapkan setiap tahun antara lain

menyebutkan bahwa Pemerintah dapat melakukan perubahan instrumen utang

dalam hal terdapat sumber utang yang lebih menguntungkan.

2. Pedoman khusus meliputi:

a. UU Nomor 24 Tahun 2002 tentang SUN, yang antara lain mengatur tentang tujuan

penerbitan SUN;

b. UU Nomor 19 Tahun 2008 tentang SBSN yang antara lain mengatur tentang tujuan

penerbitan SBSN;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman

Dan/Atau Penerimaan Hibah Serta Penerusan Pinjaman Dan/Atau Hibah Luar

Negeri, yang antara lain mengatur tentang perencanaan dan pengadaan serta

penatausahaan pinjaman dan hibah luar negeri;

d. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan dan

Penerusan Pinjaman Dalam Negeri Oleh Pemerintah, yang antara lain mengatur

tentang penggunaan pinjaman dalam negeri;

e. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Tahun 2010-2014;

f. PMK Nomor 33/PMK.08/2010 tentang Monitoring, Evaluasi, Pelaporan, Publikasi,

dan Dokumentasi Pinjaman dan/atau Hibah Pemerintah;

g. PMK Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Pemerintah Pusat;

h. PMK Nomor 86/PMK.05/2008 tentang Sistem Akuntansi Utang Pemerintah;

i. PMK Nomor 40/PMK.05/2009 tentang Sistem Akuntansi Hibah;

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 6

j. KMK Nomor 514/KMK.08/2010 tentang Strategi Pengelolaan Utang Negara Tahun

2010-2014.

C. Peran Strategis Instansi

DJPU adalah organisasi yang memegang peranan strategis di bidang pengelolaan utang.

Peran strategis DJPU digambarkan sebagai berikut:

1. Memenuhi pembiayaan APBN yang bersumber dari utang

Selain penerimaan pajak dan bukan pajak, utang mempunyai kontribusi yang penting

dalam menjamin kesinambungan pelaksanaan kegiatan pemerintahan dalam kerangka

pembangunan nasional. Sampai saat ini peranan utang baik yang bersumber dari dalam

maupun luar negeri masih menjadi sumber utama pembiayaan APBN. Untuk memenuhi

pembiayaan APBN tersebut maka pembiayaan melalui utang harus dapat disediakan

dalam jumlah yang cukup, tersedia pada saat diperlukan dengan biaya yang efisien dan

tingkat risiko terkendali.

Utang digunakan untuk membiayai defisit dan sebagian pengeluaran pembiayaan

antara lain pelunasan pokok utang jatuh tempo, buyback, dan penerusan pinjaman.

Sumber pembiayaan dari utang, meliputi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) yaitu

Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) serta pengadaan

Pinjaman Luar Negeri (Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek) dan Pinjaman Dalam

Negeri.

2. Mewujudkan kesinambungan fiskal melalui pengelolaan portofolio dan risiko utang

Pengelolaan utang yang dilaksanakan secara profesional, akuntabel, dan transparan

dimaksudkan untuk mencapai kondisi keuangan negara yang sehat dan

mempertahankan kemampuan negara dalam melaksanakan pembiayaan secara

berkesinambungan.

Pengelolaan utang yang tidak profesional akan berdampak negatif terhadap kondisi

fiskal Pemerintah yang tercermin antara lain dalam ketidakmampuan Pemerintah

membayar kewajiban utang secara tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran,

membengkaknya kewajiban utang di luar perkiraan, dan terhambatnya kegiatan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 7

pemerintahan akibat tidak terjaminnya sumber pembiayaan. Selain itu, dampak

selanjutnya dapat berupa menurunnya kepercayaan investor dan kreditor, terjadinya

penurunan peringkat utang (sovereign credit rating), terhambatnya perkembangan pasar

keuangan domestik, serta ekonomi biaya tinggi.

Sebagai gambaran, total jumlah nominal utang pada tanggal 31 Desember 2010

mencapai Rp1.676,1 triliun. Jumlah utang yang relatif besar tersebut memerlukan

pengelolaan secara cermat dan berhati-hati, karena utang mempunyai dimensi risiko

yang berpotensi menimbulkan masalah terhadap kesinambungan fiskal, antara lain risiko

nilai tukar, risiko tingkat bunga, dan risiko refinancing.

Oleh karena itu, pembiayaan APBN melalui utang harus didukung dengan pengelolaan

berbagai risiko dimaksud melalui upaya antara lain dengan melakukan: debt securities

buyback, loan prepayment, debt-switch/reprofiling, debt swap, restrukturisasi pinjaman, dan

hedging.

3. Pengembangan pasar yang dalam, aktif, dan likuid

Penerbitan utang dalam bentuk SBN berperan strategis dalam pengembangan pasar

keuangan khususnya pasar domestik antara lain:

a. Mendukung pengembangan institusi/lembaga keuangan domestik dengan

memberikan alternatif instrumen investasi;

b. Mendukung kebutuhan industri keuangan dalam pengelolaan ALM;

c. Yield SBN berperan sebagai benchmark bagi penerbitan instrumen keuangan lainnya;

d. Pasar SBN yang berkembang akan mendukung terbentuknya pasar repo, derivatif

yang akan semakin mengefisienkan pasar keuangan secara keseluruhan; dan

e. Memperluas basis investor domestik.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 8

D. Sistematika Penyajian

LAKIP ini bertujuan untuk mengkomunikasikan pencapaian kinerja DJPU pada tahun

2010, yaitu dengan melakukan analisis atas capaian kinerja (performance results) tahun 2010

terhadap rencana kinerja (performance plans) tahun 2010. Analisis tersebut memungkinkan

teridentifikasikannya sejumlah celah kinerja (performance gap) sebagai umpan balik

perbaikan kinerja di masa datang. Sejalan dengan hal tersebut, sistematika penyajian LAKIP

adalah sebagai berikut:

Bab I – Pendahuluan, menyajikan latar belakang, tugas dan fungsi, dan struktur

organisasi.

Bab II – Rencana Strategis dan Penetapan Kinerja, menyajikan rencana strategis tahun

2010 dan penetapan kinerja tahunan 2010.

Bab III – Akuntabilitas Kinerja dan Akuntabilitas Keuangan, menyajikan analisis

terhadap capaian kinerja dan keuangan pada tahun 2010.

Bab IV – Penutup, menyajikan simpulan terhadap pencapaian kinerja di tahun 2010.

Lampiran-lampiran

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 9

BAB II

RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA

A. Rencana Strategis 2010-2014

Berdasarkan Keputusan Dirjen PU Nomor Kep-16/PU/2010 tentang Rencana Strategis

Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Tahun 2010-2014, telah

ditetapkan arahan dalam pelaksanaan tugas DJPU dalam periode 5 tahun ke depan yang

dituangkan dalam Renstra. Penyusunan Renstra tersebut mempertimbangkan beberapa hal,

yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional, yang mewajibkan setiap kementerian/lembaga menyusun Rencana Strategis

Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara

perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan serta tercapainya

penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

2. Salah satu prioritas bidang ekonomi dalam RPJMN tahun 2010-2014, yaitu Prioritas

Pengelolaan APBN yang Berkelanjutan dengan Fokus Prioritas Perumusan Kebijakan

Fiskal, Pengelolaan Pembiayaan Anggaran, dan Pengendalian Risiko. Fokus prioritas

tersebut ditujukan untuk mengoptimalkan pengelolaan utang pemerintah, baik yang

berasal dari SBN maupun pinjaman dengan biaya dan tingkat risiko yang terkelola

dengan baik untuk mendukung kesinambungan fiskal.

3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 40/KMK.01/2010 tentang Rencana Strategis

Kementerian Keuangan Tahun 2010-2014, yang mengamanatkan penyusunan Renstra

kepada unit-unit organisasi (Eselon I, Eselon II, Instansi Vertikal, dan Unit Pelaksana

Teknis/UPT) di lingkungan Kementerian Keuangan.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 10

Dalam Renstra tersebut ditetapkan visi, misi, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai

DJPU dalam periode Tahun 2010-2014, yaitu:

1. Visi

Visi DJPU untuk periode tahun 2010-2014 sebagaimana yang telah direvisi oleh

pimpinan DJPU adalah “Menjadi unit yang profesional dalam mendukung pembiayaan

APBN secara efisien dan aman untuk menuju kemandirian keuangan negara”.

Visi tersebut merupakan penyempurnaan dari visi periode tahun 2005-2009 dengan

lebih menekankan pada pengelolaan utang secara profesional, yaitu mampu memenuhi

standar tata kelola internasional dan memperhatikan penerapan prinsip-prinsip

tatakelola yang baik (good governance principles). Penyediaan sumber pembiayaan APBN

dilakukan dengan tujuan agar dalam jangka panjang dapat dicapai biaya utang yang

minimal dengan tingkat risiko yang terkendali. Di masa yang akan datang, DJPU sebagai

unit pengelola utang diharapkan mampu mengendalikan utang agar dapat mendukung

peningkatan kemampuan kemandirian keuangan negara.

2. Misi

Misi DJPU yang dirumuskan untuk mewujudkan visi tahun 2010-2014 yaitu:

a. Mewujudkan pengelolaan portofolio utang pemerintah yang efektif, transparan, dan

akuntabel dengan strategi yang mengedepankan peningkatan daya dukung terhadap

ketahanan dan kesinambungan fiskal;

b. Mengendalikan pengadaan/penerbitan utang melalui penetapan kapasitas berutang

yang mendukung stabilitas fiskal;

c. Mewujudkan kemandirian pembiayaan pembangunan nasional melalui upaya

mengedepankan sumber-sumber dalam negeri dan pengembangan pasar keuangan

domestik yang efisien dan stabil;

d. Mewujudkan kerjasama internasional dalam rangka memperoleh sumber

pembiayaan alternatif, sekaligus mendukung stabilitas pasar keuangan regional.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 11

3. Tujuan

Berdasarkan visi dan misi DJPU tahun 2010-2014, maka ditetapkan tujuan

pengelolaan utang pada tahun 2010-2014 yaitu:

a. Mengamankan kebutuhan pembiayaan APBN melalui utang dengan biaya minimal

pada tingkat risiko terkendali sehingga kesinambungan fiskal dapat terpelihara; dan

b. Mendukung upaya untuk menciptakan pasar SBN yang dalam, aktif dan likuid.

4. Sasaran Strategis

Sasaran strategis pengelolaan utang untuk tahun 2010 adalah sebagai berikut:

a. Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal;

b. Transparansi;

c. Akuntabilitas;

d. Kredibilitas;

e. Perumusan strategi dan kebijakan pengelolaan utang yang berkualitas;

f. Pengelolaan portofolio dan kewajiban utang yang optimal dan efektif;

g. Pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid;

h. Monitoring dan evaluasi kepatuhan yang efektif dalam pengelolaan utang;

i. Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya;

j. Pengembangan organisasi yang handal dan modern;

k. Pembangunan sistem TIK yang terintegrasi;

l. Pengelolaan anggaran yang optimal;

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 12

5. Kebijakan

Kebijakan yang ditetapkan DJPU pada tahun 2010 adalah sebagai berikut:

a. Mengoptimalkan potensi pendanaan utang dari sumber domestik melalui penerbitan

SBN Rupiah maupun penarikan pinjaman dalam negeri;

b. Melakukan pengembangan instrumen utang agar diperoleh fleksibilitas dalam

memilih berbagai instrumen yang lebih sesuai, cost-efficient dan risiko yang minimal;

c. Pengadaan pinjaman luar negeri dilakukan sepanjang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan prioritas, memberikan terms & conditions yang wajar (favourable) bagi

Pemerintah, dan tanpa agenda politik dari kreditor;

d. Mempertahankan kebijakan pengurangan pinjaman luar negeri dalam periode

jangka menengah;

e. Meningkatkan koordinasi dengan otoritas moneter dan otoritas pasar modal,

terutama dalam rangka mendorong upaya financial deepening;

f. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan berbagai pihak dalam rangka

meningkatkan efisiensi pengelolaan pinjaman dan sovereign credit rating.

6. Strategi

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan strategi-strategi yang efektif dan tepat

sasaran, dimana di sisi lain dapat sekaligus mengatasi permasalahan yang ada. Strategi-

strategi yang disusun harus dapat mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki, baik

internal maupun eksternal. Adapun strategi DJPU untuk periode tahun 2010-2014

adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan pengelolaan utang secara prudent dengan tujuan untuk

meminimalkan biaya utang pada tingkat risiko yang terkendali;

b. Meningkatkan koordinasi dengan unit terkait dalam rangka pengelolaan kas dan

kebijakan fiskal serta penyediaan underlying asset penerbitan SBSN;

c. Menyelesaikan penyusunan kerangka hukum dalam pengelolaan pinjaman, hibah,

kewajiban kontinjensi, dan hedging;

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 13

d. Menyiapkan infrastruktur yang dibutuhkan untuk pelaksanaan transaksi dalam

rangka pengelolaan portofolio utang;

e. Melakukan pengembangan instrumen utang agar diperoleh fleksibilitas dalam

memilih berbagai instrumen yang lebih cost-efficient dan risiko minimal;

f. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), organisasi, teknologi informasi

dan komunikasi (termasuk sistem informasi manajemen utang), dan pengelolaan

anggaran;

g. Meningkatkan koordinasi dengan otoritas moneter dalam pelaksanaan Asset-Liability

Management (ALM);

h. Mengoptimalkan potensi pendanaan APBN melalui utang dari sumber domestik

melalui penerbitan SBN Rupiah maupun penarikan pinjaman dalam negeri agar

dapat mengurangi ketergantungan dari pembiayaan luar negeri;

i. Mempertahankan kebijakan pengurangan pinjaman luar negeri dalam periode

jangka menengah, pengadaan dilakukan sepanjang untuk memenuhi kebutuhan

prioritas, memberikan terms & conditions yang wajar (favourable) bagi Pemerintah,

dan tanpa agenda politik dari kreditor;

j. Meningkatkan koordinasi dengan otoritas moneter, otoritas pasar modal, dan pelaku

pasar dalam rangka mengembangkan pasar SBN domestik yang solid dan efisien

melalui perluasan basis investor domestik dan mengoptimalkan infrastruktur pasar

yang mendukung pasar SBN yang likuid;

k. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan berbagai pihak dalam rangka

meningkatkan efisiensi pengelolaan pinjaman dan sovereign credit rating;

l. Meningkatkan monitoring dan evaluasi kinerja pelaksanaan pengelolaan utang;

m. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 14

7. Program dan Kegiatan

Dalam pelaksanaan kegiatan operasional pada tahun 2010, DJPU memiliki program

pokok dan program penunjang. Program pokok adalah Pengelolaan dan Pembiayaan

Utang, yang dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut:

a. Pengelolaan Pinjaman;

b. Pengelolaan Surat Utang Negara;

c. Pengelolaan Pembiayaan Syariah;

d. Pengelolaan Strategi dan Portofolio Utang; dan

e. Pelaksanaan Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen.

Sedangkan tiga program penunjang yang ditujukan untuk memberikan pelayanan teknis

dan administrasi kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal, yaitu:

a. Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik;

b. Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur; dan

c. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara.

Ketiga program penunjang di atas dilaksanakan melalui kegiatan Dukungan Manajemen

dan Dukungan Teknis Lainnya DJPU.

B. Penetapan Kinerja

Pada tahun 2010, DJPU telah menetapkan target kinerja yang akan dicapai dalam bentuk

kontrak kinerja antara Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan.

Pada Kontrak kinerja tersebut terdapat peta strategi (strategy map) dengan 12 sasaran

strategis (SS) yang ingin dicapai. Untuk setiap SS yang disusun dan ditetapkan memiliki

ukuran yang disebut sebagai Indikator Kinerja Utama (IKU). Keseluruhan IKU DJPU pada

tahun 2010 untuk semua SS berjumlah 23 IKU.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 15

Peta strategi merupakan suatu dashboard (panel instrument) yang memetakan SS ke dalam

suatu kerangka hubungan sebab akibat yang menggambarkan keseluruhan perjalanan

strategi DJPU. Peta strategi memudahkan DJPU untuk mengkomunikasikan keseluruhan

strateginya kepada seluruh pejabat/pegawai dalam rangka pemahaman demi suksesnya

pencapaian visi, misi, dan tujuan DJPU. Peta strategi DJPU tahun 2010 yang disepakati

antara Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan pada tanggal 19

Februari 2010 ditunjukkan dalam bagan berikut:

Bagan 2 Peta Strategi DJPU Tahun 2010

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 16

Peta strategi DJPU memetakan setiap SS yang disusun dalam rangka pencapaian tujuan

organisasi sesuai visi dan misi yang diemban. Dengan menggunakan metodologi Balanced

Scorecard, setiap SS dikelompokan kedalam empat perspektif, yaitu stakeholders perspective,

customers perpective, internal process perspective, dan learning and growth perspective. Dari

perpektif stakeholder, terdapat SS yang disusun untuk mewujudkan pembiayaan yang aman

bagi kesinambungan fiskal. Dari perpektif customer terhadap kreditor, investor, dan donor,

terdapat SS yang disusun untuk mewujudkan nilai transparansi, akuntabilitas, dan

kredibilitas dalam pengelolaan utang.

Dari perpektif proses internal DJPU, untuk mendukung pencapaian SS pada dua layer

stakeholders perspective dan customers perpective tersebut diperlukan adanya tiga faktor

penting berupa perumusan, pengelolaan dan pengembangan serta pengawasan terhadap

core business DJPU. Dalam hal ini, proses internal yang dimaksud terkait dengan proses

perumusan strategi dan kebijakan pengelolaaan utang yang berkualitas, pengelolaan

portofolio dan kewajiban utang yang optimal dan efektif, pengembangan pasar SBN yang

dalam, aktif, dan likuid, serta monitoring dan evaluasi kepatuhan yang efektif dalam

pengelolaan utang.

Sedangkan dari perspektif learning and growth, terdapat empat faktor penting yang harus

dikelola dengan baik guna menciptakan modal utama untuk mencapai tujuan organisasi

yaitu faktor pengembangan sumber daya manusia, faktor organisasi, faktor teknologi

informasi dan komunikasi (TIK), dan faktor pengelolaan anggaran.

Sebagai alat ukur pencapaian SS, target 23 IKU DJPU yang ditetapkan pada awal tahun

2010 adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Target IKU Depkeu-One Tahun 2010

SASARAN STRATEGIS IKU Realisasi

2009

Target

2010

1. PU-1 Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal

1. PU-1.1 Pemenuhan target pembiayaan melalui utang

98,86%

(Rp173,12 T)

100%

(Rp199,94 T)

2. PU-2 Transparansi 2. PU-2.1 Ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang

489 set 518 set

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 17

SASARAN STRATEGIS IKU Realisasi

2009

Target

2010

3. PU-3 Akuntabilitas 3. PU-3.1 Opini BPK terhadap LK BA Pengelolaan Utang

100%

(WTP)

100%

(WTP)

4. PU-4 Kredibilitas 4. PU-4.1 Pembayaran utang tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran

99,99% 100%

5. PU-5 Perumusan strategi dan kebijakan pengelolaan utang yang berkualitas

5. PU-5.1 Jumlah peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang

20 set 36 set

6. PU-5.2 Tersedianya dokumen strategi pengelolaan utang

2 dokumen 2 dokumen

6. PU-6 Pengelolaan portofolio dan kewajiban utang yang optimal dan efektif

7. PU-6.1 Persentase pemenuhan struktur portofolio utang sesuai dengan strategi

87,40% 100%

8. PU-6.2 Pencapaian effective cost 80,80% 100%

9. PU-6.3 Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang

5,70% 6,94%

10. PU-6.4 Persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat waktu

N/A 100%

7. PU-7 Pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid

11. PU-7.1 Efektivitas instrumen pembiayaan baru

139,91% 100%

12. PU-7.2 Peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi terhadap pengelolaan SBN

N/A 67,50%

13. PU-7.3 Partisipasi investor dalam penerbitan SBN

250,45% 145%

8. PU-8 Monitoring dan evaluasi kepatuhan yang efektif dalam pengelolaan utang

14. PU-8. 1 Tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku

100% 100%

9. PU-9 Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya

15. PU-9.1 Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya

N/A 80%

16. PU-9.2 Jumlah pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin sedang/berat

1 orang

(0,3%)

1 orang

(0,3%)

17. PU-9.3 Persentase jam pelatihan pegawai DJPU terhadap jam kerja

N/A 3,37 %

10. PU-10 Pengembangan organisasi yang handal dan modern

18. PU-10.1 Persentase penyelesaian penataan/modernisasi organisasi

N/A 100%

19. PU-10.2 Jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja organisasi

4 dokumen 6 dokumen

20. PU-10.3 Persentase penyelesaian SOP 100% 100%

11. PU-11 Pembangunan sistem TIK yang terintegrasi

21. PU-11.1 Sistem aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi sesuai rencana

90% 100%

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 18

SASARAN STRATEGIS IKU Realisasi

2009

Target

2010

12. PU-12 Pengelolaan anggaran yang optimal

22. PU-12.1 Persentase penyerapan DIPA 85,82% 85%

23. PU-12.2 Persentase ketepatan perencanaan anggaran dan kinerja

N/A 100%

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 19

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN

A. Capaian IKU

Capaian IKU DJPU tahun 2010 pada perspektif stakeholders dan customer dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:

Tabel 2

Capaian IKU Depkeu-One Tahun 2010

(perspektif stakeholder dan customer)

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi Persentase Pencapaian

Target Ket

1 Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal

1.1 Pemenuhan target pembiayaan melalui utang

Persen 100,00 99,47 118,94 stabilize

2 Transparansi 2.1 Ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang

Set 518,00 610,00 117,76 maximize

3 Akuntabilitas 3.1 Opini BPK terhadap laporan keuangan pengelolaan utang

Persen 100,00 87.50 97,22 stabilize

4 Kredibilitas 4.1 Pembayaran utang tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran

Persen 100,00 100,00 120,00 stabilize

B. Evaluasi dan Analisis Kinerja

Capaian SS dan IKU DJPU tahun 2010 dari 12 SS dan 23 IKU adalah:

1. 9 SS dan 18 IKU berstatus hijau atau memenuhi dan atau di atas target;

2. 2 SS dan 3 IKU berstatus kuning atau kurang memenuhi target; serta

3. 1 SS dan 1 IKU berstatus merah atau jauh kurang memenuhi target,

secara detail capaian SS dan IKU tersebut adalah sebagai berikut:

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 20

1. SS pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal dengan indikator

pemenuhan target pembiayaan melalui utang

Pemenuhan target pembiayaan melalui utang yang menjadi IKU unit pengelola

utang dihitung dari realisasi penerbitan SBN dan pengadaan pinjaman program.

Pemenuhan pembiayaan dari pinjaman yang digunakan sebagai komponen IKU hanya

yang berasal dari pinjaman program, tidak termasuk pinjaman proyek karena sifat

pinjaman program yang relatif sama dengan SBN dalam hal pola penarikannya.

Pinjaman proyek tidak dimasukkan ke dalam komponen IKU karena penyerapan

pinjaman proyek sangat dipengaruhi Kementerian/Lembaga sebagai Executing Agency.

Dalam memenuhi target pembiayaan melalui utang, realisasi penerbitan

SBN/pengadaan pinjaman program dilakukan dengan menggunakan konsep gross

agar lebih mencerminkan upaya/kinerja Pemerintah dalam memenuhi total kebutuhan

pembiayaan APBN yang berasal dari utang.

IKU ini menggunakan polarisasi stabilize, dimana capaian yang diharapkan adalah

sesuai atau mendekati target yang ditetapkan. Adapun diskripsi capaian atas IKU ini

sebagai berikut:

a. Pemenuhan target pembiayaan melalui utang pada tahun 2010 ditargetkan sebesar

Rp199,94 triliun yang kemudian berdasarkan APBN-P dan kebijakan Menteri

Keuangan direvisi sehingga menjadi Rp191,96 triliun (100%) dengan realisasi

sebesar Rp190,95 triliun (99,47%), yang terdiri dari:

1) Penarikan Pinjaman Program ditargetkan sebesar Rp29,42 triliun (ekuivalen

USD3.208juta) dengan realisasi sebesar Rp29,05 triliun (ekuivalen USD3.187

juta). Jumlah realisasi tersebut merupakan jumlah keseluruhan kegiatan

pengelolaan pinjaman program di tahun 2010 berasal dari 11 perjanjian.

Sedangkan komitmen pinjaman program yang tidak dapat terealisasi sebesar

USD 20,4 juta dari pinjaman PNPM Refinancing–World Bank. Sumber, target,

dan realisasi pinjaman program dapat dilihat pada tabel 3.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 21

Tabel 3

Sumber, Target, dan Realisasi Pinjaman Program Tahun 2010

(dalam USD)

No Lender Nama Program

2010

APBN-P Realisasi s.d. 31 Des. 2010

%

1 World Bank

1. Development Policy Loan (DPL) 7 600,000,000 600,000,000 100.00%

2. Infrastructure Development Policy Loan (IDPL) 4

200,000,000 200,000,000 100.00%

3. BOS-KITA Refinancing 2 164,000,000 171,305,715 104.45%

4. PNPM Refinancing 544,000,000 15,760,708 2.90%

5. Climate Change 200,000,000 200,000,000 100.00%

Sub Total World Bank 1,708,000,000 1,687,066,423 98.77%

2 ADB 1. Infrastructure Reform Sector Development Program (IRSDP) 3

200,000,000 200,000,000 100.00%

2. Countercyclical Support Facility (CSF) 500,000,000 500,000,000 100.00%

Sub Total ADB 700,000,000 700,000,000 100.00%

3 JICA 1. Development Policy Loan (cofinancing dengan World Bank) VI

100,000,000 100,000,000 100.00%

2. Climate Change Program Loan III 300,000,000 300,000,000 100.00%

3. Development Policy Loan (cofinancing dengan World Bank) VII

100,000,000 100,000,000 100.00%

Sub Total JICA 500,000,000 500,000,000 100.00%

4 France Climate Change Program Loan 3 300,000,000 300,000,000 100.00%

Sub Total France 300,000,000 300,000,000 100.00%

TOTAL 3,208,000,000 3,187,066,423 99.35%

2) Dalam APBN Tahun 2010 telah ditetapkan bahwa target pembiayaan dari SBN

Neto yang terdiri dari SUN dan SBSN adalah sebesar Rp104,4 triliun. Melihat

perkembangan kondisi APBN, target ini kemudian direvisi melalui APBN

Perubahan tahun 2010 menjadi Rp107,5 triliun dan terakhir diubah sesuai

APBN-P Outlook menjadi Rp92 triliun. Realisasi penerbitan SBN pada tahun

2010 adalah sebesar Rp161,90 triliun (99,61%) lebih kecil dari target Rp162,54

triliun. Kekurangan penerbitan SBN sebesar Rp0,55 triliun terutama

diakibatkan oleh proyeksi tidak tercapainya target defisit APBN 2010, sehingga

untuk mengurangi over financing yang berdampak pada tingginya biaya utang,

maka penerbitan SBN tidak sebesar target yang ditetapkan. Target dan realisasi

SBN dapat dilihat pada tabel 4.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 22

Tabel 4

Target dan Realisasi SBN Tahun 2010

(dalam triliun rupiah)

Target APBN-P

Outlook Realisasi

(per 31 Des 2010) %

SBN jatuh tempo 2010 67.54 67.54 100.00% SBN Netto (APBN) 92.00 91.16 99.09% Rencana Buyback 3.00 3.20 106.69% Kebutuhan Penerbitan SBN 2010 162.54 161.90 99.61%

SUN 135.59 134.94 99.52%

SUN Domestik 111.04 109.90 - ON 72.70 72.10 - ZC - - - SPN 30.35 29.80 - ORI 8.00 8.00 SUN Valas 24.55 25.04

SBSN 26.94 26.96 100.07%

SBSN Domestik 26.94 26.96 -IFR 6.13 6.15

-SBSN Ritel 8.03 8.03 -SDHI 12.78 12.78 SBSN Valas - -

Rincian realisasi penerbitan SBN sebagai berikut:

a) Jumlah realisasi penerbitan SUN sebesar Rp134,94 triliun merupakan

jumlah keseluruhan kegiatan penerbitan SUN di tahun 2010 yang berasal

dari:

(1) Penerbitan SUN dalam mata uang rupiah sebesar Rp109,895 triliun.

Jumlah penerbitan tersebut terdiri dari:

(a) Penerbitan Obligasi Negara (ON) dalam denominasi Rupiah (tidak

termasuk Obligasi Negara Ritel (ORI)) sebesar Rp72,1 triliun.

Penerbitan ON secara reguler dilakukan dengan cara lelang di

pasar perdana. Pada setiap penerbitan, jumlah penawaran yang

masuk lebih besar dibandingkan dengan penawaran yang

dimenangkan dengan bid to cover ratio berkisar dari 1,07 kali

sampai 13,08 kali. Hal ini mencerminkan permintaan pasar atas

SUN yang cukup baik meskipun fluktuatif, dan dalam setiap

penerbitan SUN, Pemerintah selalu memperhatikan cost and risk of

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 23

borrowing (tidak serta merta memenangkan seluruh bid yang

masuk).

Selama tahun 2010, Pemerintah menerbitkan ON dengan jenis

Fixed Rate yang mempunyai struktur jatuh tempo berjangka

pendek, menengah dan panjang, yaitu antara tahun 2015 dan 2038.

Penerbitan ON dalam denominasi Rupiah mempertimbangkan

berbagai aspek, antara lain: (i) struktur jatuh tempo utang yang

sudah ada, (ii) pengembangan pasar sekunder SUN, (iii) usulan

seri SUN yang akan menjadi seri benchmark pada tahun 2011, dan

(iv) analisis cost and risk.

(b) Penerbitan Surat Perbendaharaan Negara (SPN) selama tahun 2010

adalah sebesar Rp29,80 triliun. Selama tahun 2010, Pemerintah

melakukan lelang penerbitan SPN bersamaan dengan penerbitan

ON secara reguler sebanyak 21 kali dari target sebanyak 23

frekuensi dengan menerbitkan seri-seri baru sekaligus juga

reopening atas seri SPN tersebut.

(c) Penjualan ORI tahun 2010 yaitu seri ORI007 sebesar Rp8 triliun.

Realisasi penjualan ORI007 tersebut sesuai dengan target

penjualan yang diputuskan oleh Menteri Keuangan dalam rapat

rencana penerbitan ORI007 dengan target maksimum sebesar

Rp8 triliun.

Dalam rangka mendukung program pelestarian lingkungan hidup,

pada penerbitan ORI007 mengangkat tema ”Bersama ORI007

Lestarikan Lingkungan Hidup”, yang ditandai dengan kegiatan

seluruh Agen Penjual ORI untuk mendonasikan sebagian

keuntungan penjualan ORI007 untuk mendukung program

pelestarian lingkungan hidup, seperti penanaman pohon di taman

nasional, pelestarian orang utan, pelestarian terumbu karang,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 24

pembangunan rumah kompos dan instalasi biogas, uji emisi

kendaraan, dan lain sebagainya.

(d) Pada tahun 2010 terdapat satu permohonan/penawaran

pembelian SUN dengan cara Private Placement, dari salah satu

Dealer Utama. Namun demikian, dengan mempertimbangkan

pengelolaan portofolio SUN, kondisi pasar keuangan khususnya

pasar SUN yang cukup kondusif, lelang yang relatif sukses, target

pembiayaan APBN melalui penerbitan SUN yang sesuai rencana

(on-track), dan saldo kas Pemerintah yang cukup besar, maka

Pemerintah memutuskan untuk menolak tawaran tersebut.

(2) Penerbitan SUN dalam Valuta Asing di Pasar Perdana Internasional

(Global Bonds) sebanyak 2 frekuensi.

(a) Penerbitan SUN dalam denominasi US Dollar melalui program

GMTN terlaksana pada bulan Januari 2010, dengan nominal

penerbitan sebesar USD 2 miliar. Sebagaimana penerbitan

sebelumnya, penerbitan pada tahun 2010 ini juga mendapatkan

sambutan yang baik di pasar internasional. Total volume

pemesanan yang masuk mencapai USD4,5 miliar, dimana +

USD1,7 miliar dari wilayah Amerika Serikat, + USD1,2 miliar dari

wilayah Eropa dan + USD1,6 miliar dari wilayah Asia. Hasil

penerbitan Global Bonds ini menunjukkan kepercayaan yang tinggi

dari para investor internasional terhadap manajemen fiskal dan

prospek ekonomi Indonesia jangka panjang.

(b) Penerbitan SUN dalam valuta asing kedua dilaksanakan pada

bulan November tahun 2010 yaitu SUN dalam denominasi Yen

atau lebih dikenal dengan nama Samurai Bonds/Shibosai. Penerbitan

tersebut menggunakan single trances dengan volume JPY60 miliar

dengan tingkat kupon 1,60% per tahun yang jatuh tempo pada

tanggal 12 November 2020. Berdasarkan jenis investor, Samurai

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 25

Bonds ini dialokasikan antara lain ke bank sebesar 77,2%, asuransi

sebesar 20,3%, management aset sebesar 0,3% dan lain-lain sebesar

2,2%.

b) Jumlah realisasi penerbitan SBSN tahun 2010 sebesar Rp26,96 triliun,

dengan rincian sebagai berikut:

(1) Penjualan SBSN secara reguler dilakukan dengan metode lelang di

pasar perdana. Realisasi Penerbitan SBSN melalui metode ini selama

tahun 2010 sebesar Rp6,15 triliun, dengan frekuensi pelaksanaan

Lelang SBSN sebanyak 13 kali.

Selama tahun 2010, Pemerintah menerbitkan SBSN melalui metode

Lelang dengan menggunakan akad Ijarah Sale and Lease Back dan

tingkat imbal hasil tetap yang mempunyai struktur jatuh tempo

berjangka menengah dan panjang, yaitu antara tahun 2015 sampai

dengan 2030.

Sejak tahun 2010, lelang SBSN dilakukan secara reguler, rata-rata 1

kali setiap bulan, memanfaatkan waktu dimana tidak terdapat lelang

SUN. Dalam setiap lelang, Pemerintah secara konsisten menawarkan

beberapa seri SBSN dengan tenor menengah-panjang, yaitu 5, 7, 10,

15, dan 20 tahun, yaitu guna mengakomodir potensi permintaan dari

seluruh sektor jatuh tempo. Pricing dalam lelang SBSN ditetapkan at-

par dengan pricing SUN.

Jumlah penawaran pembelian yang disampaikan oleh investor

melalui lelang SBSN tahun 2010 cukup besar, yaitu mencapai Rp21,59

triliun, dengan rata-rata mencapai 66% di atas target indikatif setiap

penerbitan. Sebagian besar penawaran pembelian disampaikan oleh

Bank dan Dana Pensiun, masing-masing mencapai 67,58% dan

23,68%. Sementara itu, penawaran pembelian oleh investor syariah

masih relatif terbatas, yaitu hanya mencapai 1,60%.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 26

Meskipun belum merefleksikan harga wajar, penawaran yield yang

disampaikan oleh investor semakin rasional, cenderung menurun

mendekati owner estimate yang ditetapkan Pemerintah, yaitu dari

semula pada tahun 2009 mencapai rata-rata 60 bps di atas yield SUN

seri benchmark dan 44 bps di atas owner estimate, menjadi rata-rata 49

bps di atas yield SUN seri benchmark dan 27 bps di atas owner estimate

pada tahun 2010.

(2) Penjualan SBSN melalui metode Private Placement selama tahun 2010

sebesar Rp12,78 triliun, dengan seri SBSN berupa Sukuk Dana Haji

Indonesia (SDHI) yang merupakan bentuk kerjasama antara

Kementerian Keuangan dengan Kementerian Agama. Frekuensi

Penerbitan SDHI selama tahun 2010 sebanyak 5 kali. Pada seri ini

menggunakan akad Ijarah Al-Khadamat, dengan tingkat imbal hasil

tetap yang mempunyai struktur jatuh tempo berjangka pendek, yaitu

antara tahun 2012 sampai dengan 2014.

(3) Penjualan SBSN melalui metode bookbuilding pada tahun 2010 berupa

Sukuk Negara Ritel seri SR002 sebesar Rp8,03 triliun. Penerbitan

Sukuk Negara Ritel ini dilaksanakan pada bulan Februari, dengan

menggunakan akad Ijarah Sale and Lease Back dan tingkat imbal hasil

tetap yang mempunyai struktur jatuh tempo berjangka pendek, yaitu

pada tahun 2013.

Sukuk ritel ini adalah salah satu jenis Sukuk Negara yang didesain

khusus untuk investor individu WNI di pasar perdana. Sampai saat

ini, Pemerintah telah melakukan penerbitan sukuk ritel sebanyak dua

kali yaitu Sukuk Negara Ritel Seri SR-001 dan SR-002 yang diterbitkan

masing-masing tahun 2009 dan 2010. Dari kedua pengalaman

tersebut, Sukuk Negara Ritel sangat diminati oleh masyarakat

khususnya investor individu yang tercermin dari:

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 27

(a) Seluruh Agen Penjual baik SR-001 maupun SR-002 meminta

kenaikan kuota penjualan;

(b) Terdapat pemesanan pembelian dari beberapa Agen Penjual yang

tidak disetujui oleh Pemerintah karena jumlah pemesanan telah

melampaui kuota penjualan;

(c) Total pemesanan pembelian baik SR-001 maupun SR-002 jauh

lebih tinggi dibandingkan indikasi awal dari seluruh Agen

Penjual, masing-masing mencapai 213,9% dan 184,69%;

(d) Besarnya jumlah investor yang menyampaikan pemesanan

pembelian Sukuk Ritel, masing-masing 14.295 investor pada

penerbitan SR-001 meningkat menjadi 17.231 investor pada

penerbitan SR-002;

(e) Sebagian besar investor, yaitu 6.548 orang (45,8%) pada penerbitan

SR-001 dan 9.055 orang (52,55%) pada penerbitan SR-002,

menyampaikan pemesanan pembelian dengan nominal di bawah

Rp100 juta.

Adapun manfaat dari penerbitan Sukuk Ritel ini, selain untuk

pemenuhan kebutuhan pembiayaan APBN, juga antara lain sebagai

berikut:

(a) Diversifikasi sumber pembiayaan APBN;

(b) Memperluas basis investor SBN di pasar domestik;

(c) Memberikan alternatif instrumen ritel yang berbasis syariah bagi

investor;

(d) Mendukung pengembangan pasar keuangan syariah;

(e) Memberikan kesempatan kepada investor kecil untuk berinvestasi

dalam instrumen pasar modal yang amanah dan menguntungkan;

(f) Memperkuat pasar modal Indonesia dengan mendorong

transformasi dari savings-oriented society menjadi investment-

oriented society.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 28

Terkait penerbitan sukuk ritel, Pemerintah menetapkan kebijakan

penerbitan hanya 1 kali untuk setiap tahun, yaitu mempertimbangkan

daya serap investor ritel yang masih terbatas dan untuk memberikan

ruang waktu bagi penerbitan intrumen ritel lainnya (ORI).

(4) Pada tahun 2010 dilakukan pembatalan atas rencana penerbitan SBSN

dalam valuta asing di pasar internasional tahun 2010, dengan

pertimbangan sebagai berikut:

(a) Memaksimalkan potensi pendanaan dalam rupiah dan

memanfaatkan momentum penurunan yield;

(b) Konsisten dengan strategi pengelolaan utang yang

memprioritaskan pengurangan eksposure risiko nilai tukar;

(c) Mendukung posisi kas Pemerintah, dimana saldo rekening dalam

valas (USD) telah terakumulasi dalam jumlah yang cukup besar.

Dengan demikian, target pemenuhan pembiayaan APBN melalui utang di tahun

2010 relatif dapat terpenuhi.

b. Beberapa tantangan dalam pemenuhan pembiayaan melalui utang, antara lain:

1) Realisasi defisit yang lebih rendah dari target dan pemenuhan target

pembiayaan melalui utang yang belum dapat sepenuhnya disesuaikan dengan

kebutuhan kas, mengakibatkan realisasi pembiayaan utang melampaui

kebutuhan APBN (overfinancing);

2) Potensi daya serap pasar SBN domestik relatif masih terbatas, yang disebabkan

masih terbatasnya perkembangan industri pasar keuangan domestik;

3) Penerbitan SBN valas berpotensi meningkatkan risiko nilai tukar, akan tetapi

SBN valas tetap dibutuhkan karena pasar SBN domestik yang masih terbatas,

serta untuk menghindari crowding out effect;

4) Target penerbitan SBN yang terlalu besar dan melebihi kemampuan

penyerapan pasar SBN domestik, dapat mendorong naiknya imbal hasil yang

diminta investor;

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 29

5) Meningkatnya volatilitas pasar SBN domestik sebagai akibat tingginya

kepemilikan asing pada portofolio SBN, dapat menghambat upaya Pemerintah

untuk menyediakan pembiayaan APBN melalui penerbitan SBN dengan

tingkat biaya yang wajar;

6) Membaiknya kondisi perekonomian Indonesia yang ditunjukkan oleh

meningkatnya GDP per Kapita berdampak pada semakin terbatasnya akses

terhadap pinjaman lunak, yang dapat menyebabkan tingginya biaya pinjaman

Pemerintah;

7) Dalam pemenuhan pembiayaan melalui SBSN terdapat permasalahan yang

dihadapi antara lain:

a) Partisipasi investor, khususnya investor syariah, relatif masih rendah

karena minat beli SBSN di pasar perdana rendah, partisipasi sebagai agen

penjual/peserta lelang kurang, dan partisipasi di pasar sekunder terbatas;

b) Pasar sekunder yang belum berkembang antara lain karena likuiditas SBSN

di pasar sekunder relatif rendah, adanya perilaku buy & hold, dan belum

sempurnanya infrastruktur pasar, termasuk infrastruktur pendukung

dalam rangka price discovery untuk mendukung transparansi harga;

c) Keterbatasan jumlah dan jenis underlying assets yang siap digunakan untuk

penerbitan SBSN;

d) Ekspektasi yield dari investor masih relatif tinggi yang menyebabkan tidak

semua penawaran yang masuk untuk pembelian SBSN dapat diterima.

c. Langkah-langkah yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut,

antara lain:

1) Realisasi pemenuhan target pembiayaan melalui utang pada tahun 2011 akan

menyesuaikan dengan kebutuhan APBN 2011 dengan meningkatkan

koordinasi dengan Ditjen Anggaran, Ditjen Perbendaharaan, dan BKF (2011);

2) Bekerjasama dengan lembaga terkait (antara lain SRO, Bank Indonesia,

Bapepam-LK) dalam mengupayakan pengembangan pasar SBN domestik,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 30

memperluas basis investor SBN domestik, dan mengembangkan instrumen

SBN;

3) Mengembangkan strategi pengelolaan risiko nilai tukar melalui instrumen

derivatif (hedging) dan penerapan konsep asset liability management dengan

Ditjen Perbendaharaan dan Bank Indonesia (natural hedging);

4) Meningkatkan koordinasi dengan lembaga keuangan baik domestik maupun

internasional dalam rangka mendapatkan sumber pembiayaan utang alternatif;

5) Menetapkan secara realistis target pembiayaan APBN melalui SBN perlu

ditetapkan secara realistis dengan mempertimbangkan daya serap pasar dan

pengelolaan portofolio dan risiko utang;

6) Mengembangkan intrumen SBN yang sesuai dengan kebutuhan investor

domestik;

7) Mempersiapkan infrastruktur dalam rangka menjaga stabilitas pasar SBN dari

potensi sudden reversal, melalui penyiapan bond stabilization fund dan

mengefektifkan pelaksanaan transaksi langsung SBN dalam kerangka CMP

(Crisis Management Protocol);

8) Mengoptimalkan penggunaan pinjaman secara efektif yang didukung

pemanfaatan pemberi pinjaman sesuai dengan expertise dan spesialisasinya.

Dengan fokus kegiatan yang sesuai dengan spesialisasinya, pemberi pinjaman

menurunkan kebutuhan untuk tambahan biaya pendampingan dan supervisi

kegiatan yang pada akhirnya akan ditransmisikan ke biaya pinjaman. Selain

itu, pemberi pinjaman juga dapat dipastikan telah memiliki pengalaman untuk

mengerjakan sebuah kegiatan tertentu sehingga kemampuan menganalisa pada

saat perencaan lebih terjamin kualitasnya dan kemungkinan gagal dalam

pelaksanaan relatif kecil. Dua hal ini akan mengurangi beban biaya baik bagi

pemberi pinjaman (overhead cost) maupun bagi Pemerintah (cost of capital);

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 31

9) Mengingat pasar SBSN domestik baru mulai terbentuk dan masih dalam tahap

pengembangan, DJPU secara konsisten akan terus melakukan berbagai

aktivitas sebagai berikut:

a) Penyempurnaan mekanisme penerbitan SBSN, khususnya dengan

mengimplementasikan Green Shoe Option dalam lelang SBSN dengan

tujuan:

(1) Mendorong partisipasi investor dalam lelang SBSN;

(2) Memaksimalkan jumlah bids yang dapat dimenangkan pada tingkat

harga wajar;

(3) Memberikan ekstra akses kepada non-sophisticated investors, khususnya

investor syariah;

(4) Mempercepat peningkatan supply SBSN ke pasar sebagai upaya untuk

meningkatkan likuiditas pasar sekunder;

(5) Bagian dari proses komunikasi antara investor & issuer dalam rangka

price discovery.

b) Penguatan infrastruktur pasar dalam rangka peningkatan kinerja pasar

sekunder SBSN, antara lain melalui publikasi calendar of issuance SBSN,

inisiasi pelaksanaan Exchange Program, penyiapan infrastruktur untuk

mendukung transaksi Repo dan Securities Lending & Borrowing, penyiapan

seri SBSN sebagai bagian dari benchmark series SBN, dan penyiapan

implementasi sistem Dealer Utama bagi SBSN untuk menjadi market maker

di pasar sekunder.

c) Penyiapan infrastruktur untuk mendukung transparansi harga dan

mekanisme price discovery, antara lain melalui penyiapan theoretical yield

curve serta penyediaan kuotasi harga bagi peserta lelang SBSN sebagai

referensi bagi investor, sehingga diharapkan ekspektasi yield dari investor

akan semakin rasional.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 32

d) Melakukan koordinasi dengan Bank Indonesia dalam rangka harmonisasi

terhadap berbagai ketentuan yang dapat membatasi aktivitas kepemilikan

dan perdagangan SBSN oleh perbankan syariah sebagai berikut:

(1) ketentuan mengenai pemindahbukuan surat berharga dari investment

book ke AFS/Trading book serta penjualan surat berharga yang selama

ini hanya dimungkinkan dalam hal: i) telah direncanakan sejak awal

tahun oleh bank syariah dan dimuat dalam Rencana Bisnis Bank, dan ii)

bank mengalami kesulitan likuiditas;

(2) Treatment akuntansi atas pendapatan yang diperoleh dari aktivitas

perdagangan surat berharga agar tidak dikategorikan sebagai

pendapatan ’non-halal’ dan dapat dibukukan sebagai pendapatan

operasional;

(3) Penempatan dana dalam SBSN oleh perbankan syariah telah diusulkan

untuk dapat diperhitungkan sebagai kegiatan pembiayaan dalam

pemenuhan ketentuan Financing to Deposit Ratio oleh Bank Indonesia.

Hal tersebut dengan pertimbangan bahwa SBSN bukan merupakan

instrumen keuangan yang sifatnya spekulatif. Selain itu, dana hasil

penerbitan SBSN, khususnya ’Project Based Sukuk’, akan di ear-marked

dan dimanfaatkan secara langsung untuk pembiayaan kegiatan/proyek

APBN yang mana sejalan dengan fungsi intermediasi perbankan

syariah dalam pembiayaan sektor riil.

e) Untuk menjamin ketersediaan Underlying Asset sesuai dengan jumlah

kebutuhan penerbitan, DJPU terus melakukan kajian diversifikasi Aset

SBSN dan mengembangkan instrumen SBSN baru menggunakan

underlying selain Barang Milik Negara:

(1) Penyiapan SBSN berbasis proyek/kegiatan, baik dengan skema project

financing maupun project underlying;

(2) Penerbitan SBSN dengan basis underlying berupa services, misalnya

SDHI;

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 33

(3) Penyiapan hybrid instrumen.

f) Penyiapan instrumen SBSN, khususnya SBSN jangka pendek dengan tenor

maksimal 12 (dua belas) bulan (SPN-S), selain untuk pembiayaan cash

mismacth juga untuk pengelolaan moneter syariah bagi Bank Indonesia.

g) Penyiapan infrastruktur hukum, antara lain berupa penyusunan/

perubahan Peraturan Menteri Keuangan terkait pelaksanaan green shoe

option dalam lelang SBSN serta penerbitan dan penjualan SPN-S.

d. Pencapaian SS pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal dengan

indikator pemenuhan target pembiayaan melalui utang dapat tercapai dengan

baik.

2. SS transparansi dengan indikator ketersediaan informasi dalam rangka transparansi

pengelolaan utang

IKU ini dimaksudkan untuk menyediakan informasi terkait pengelolaan utang

kepada publik secara transparan dalam rangka menjaga tingkat kepercayaan

masyarakat terhadap pengelolaan utang yang transparan. Ketersediaan informasi

pengelolaan utang adalah jumlah publikasi atau diseminasi data dan informasi utang

kepada publik melalui berbagai media (cetak/elektronik) dalam satu tahun.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target (maximize),

dimana capaian yang semakin tinggi dari target adalah capaian yang

baik/diharapkan.

a. Indikator transparansi pengelolaan utang di tahun 2010 ditargetkan sebesar 518 set

dengan realisasi sebesar 610 set (117,76%).

1) Terkait dengan pengelolaan pinjaman, pada tahun 2010 ditargetkan ada 1 set

publikasi dengan realisasi 1 set publikasi, yaitu bahan publikasi terkait

pengelolaan pinjaman dan hibah tahun 2010;

2) Terkait dengan pengelolaan SUN, pelaksanaan kegiatan dalam rangka

transparansi pengelolaan SUN di tahun 2010 ditargetkan sebanyak 439 set

dengan realisasi sebanyak 525 set terdiri dari press release transaksi SUN 72 set,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 34

publikasi kuotasi harian SUN 51 set, Publikasi kepemilikan SUN 275 set,

Publikasi outstanding SUN 69 set, Publikasi calendar of issuance 3 set, Publikasi

lainnya (Peraturan, Brosur, Presentasi, Memo Info, dll) 55 set.

Capaian kegiatan yang melebihi target ini disebabkan antara lain karena

publikasi kepemilikan SUN dilakukan 3 kali dalam seminggu dan dalam 2

versi (Indonesia dan Inggris). Selain itu selama tahun 2010 khususnya pada

triwulan IV, DJPU meningkatkan frekuensi pelaksanaan transaksi SUN secara

langsung dalam rangka pengelolaan portofolio SUN sehingga press release

transaksi SUN ikut meningkat;

3) Terkait dengan pengelolaan SBSN, pelaksanaan kegiatan dalam rangka

transparansi pengelolaan SBSN di tahun 2010 ditargetkan sebanyak 32 set

dengan realisasi sebanyak 35 set terdiri dari: 25 set press release lelang SBSN, 5

set press release penerbitan SDHI, 2 set press release hasil penjatahan dan imbal

hasil SR-002, 1 set berita Keputusan MK mengenai Uji Materiil UU 19/2008

terkait keabsahan BMN sebagai underlying asset, dan 2 set press release

pengumuman rencana dan hasil seleksi calon Agen Penjual penerbitan Sukuk

Ritel 2011 & Konsultan Hukum penerbitan SBSN 2011.

4) Terkait dengan pengelolaan strategi dan portofolio utang dan kewajiban

kontijensi, pelaksanaan kegiatan dalam rangka transparansi di tahun 2010

ditargetkan sebanyak 2 set dan terealisasi sebanyak 5 set, terdiri:

a) Publikasi Strategi pengelolaan utang jangka menengah tahun 2010-2014

melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor: KMK-380/KMK.08/2010;

b) Pengumuman kesempatan untuk menjadi calon bank pemberi kredit

dalam rangka percepatan penyediaan air minum, Nomor: Peng-

01/PU/2010;

c) Pengumuman kesempatan untuk menjadi calon bank pemberi kredit

dalam rangka percepatan penyediaan air minum dengan Nomor: Peng-

02/PU/2010;

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 35

d) Pengumuman penetapan calon bank pemberi kredit dalam rangka

percepatan penyediaan air minum dengan Nomor: Peng-03/PU/2010; dan

e) Pengumuman penetapan calon bank pemberi kredit dalam rangka

percepatan penyediaan air minum dengan Nomor: Peng-04/PU/2010.

5) Terkait dengan pengelolaan evaluasi, akuntansi, dan setelmen utang,

ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang berupa

laporan pengelolaan utang yang ditargetkan sebesar 44 laporan dengan

realisasi sebesar 44 laporan yang terdiri dari:

a) 36 set laporan bulanan (Buku Saku Perkembangan Utang, Penyampaian

Laporan Nomor register Loan/Grant Agreement, dan Statistik Utang Luar

Negeri Indonesia);

b) 4 set laporan triwulanan (Laporan Central Government Debt:Statistical

Tables); dan

c) 4 set laporan semesteran (LKPP Utang dan LKPP Hibah).

b. Tantangan yang dihadapi dalam penyajian informasi dalam rangka transparansi

pengelolaan utang antara lain:

1) Beragamnya kebutuhan informasi yang harus disediakan oleh pemerintah

disesuaikan dengan kebutuhan dari stakeholders pengelolaan utang;

2) Validitas data pinjaman masih sangat tergantung pada hasil rekonsiliasi antara

pengelola utang dan pengelola kas, serta konfirmasi dari pemberi pinjaman

yang bersangkutan. Hal ini mengakibatkan data yang up to date dan valid

belum dapat diperoleh secara tepat waktu.

c. Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

1) Penyediaan informasi kepada stakeholders dalam rangka transparansi

pengelolaan utang, tetap dilakukan secara berkala, tepat waktu, dan

berkesinambungan disertai pula dengan peningkatan kualitas penyajian dan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 36

materi informasi serta meningkatkan koordinasi dengan pihak terkait, untuk

selalu menyajikan data/informasi kepada stakeholders secara up to date;

2) Meningkatkan kehandalan database utang dengan melakukan updating secara

berkala dan secara rutin melakukan rekonsiliasi data utang dengan pihak-

pihak terkait secara regular, baik eksternal Kementerian Keuangan (Bank

Indonesia dan lender) maupun internal Kementerian Keuangan (Ditjen

Perbendaharaan c.q. Dit PKN dan KPPN) dalam upaya pengintegrasian data

utang.

d. Pencapaian SS transparansi dengan indikator ketersediaan informasi dalam rangka

transparansi pengelolaan utang, pada tahun 2010 dapat tercapai dengan baik.

3. SS akuntabilitas dengan indikator opini BPK terhadap LK BA Pengelolaan Utang

dan Hibah

Opini BPK terhadap LK BA Pengelolaan Utang dan Hibah adalah opini audit yang

diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap Laporan Keuangan atas

bagian anggaran pengelolaan utang dan hibah yang dikelola DJPU. Terdapat 4 jenis

opini yang dapat diberikan oleh BPK, yakni (i) opini wajar tanpa pengecualian

(WTP/unqualified opinion), (ii) opini wajar dengan pengecualian (WDP/qualified

opinion), (iii) opini tidak wajar (adversed opinion), dan (iv) pernyataan menolak

memberikan opini (disclaimer of opinion).

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang diarahkan kepada ketepatan atas

target (stabilize), dimana capaian yang makin mendekati target adalah capaian yang

diharapkan.

a. Realisasi opini eksternal auditor terhadap LK BA Pengelolaan Utang dan Hibah

tahun 2010 adalah hasil audit BPK terhadap LK BA Pengelolaan Utang dan Hibah

tahun 2009 dengan target 100% (WTP) dengan realisasi sebesar 87,50%, yaitu:

1) LK BA Pengelolaan Utang memperoleh opini WTP (100%);

2) LK BA Hibah memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (75%).

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 37

Opini BPK terhadap LK BA Hibah tahun 2009 terdapat peningkatan dari tahun

2008, semula disclaimer menjadi WDP.

b. Hambatan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator opini BPK

terhadap LK BA Pengelolaan Utang dan Hibah antara lain:

1) Perbedaan ketentuan pencatatan baik utang maupun hibah;

2) BPK menemukan bahwa masih terdapat pendapatan hibah yang diterima

langsung oleh Kementerian/Lembaga belum dilaporkan kepada DJPU sebesar

Rp1,53 triliun;

3) Aplikasi Sistem Akuntansi Utang Pemerintah (SAUP) dan Hibah (SIKUBAH)

yang belum sempurna.

c. Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

1) Untuk menghindari perbedaan pencatatan utang dan hibah, pemerintah telah

menerbitkan PMK No. 86/PMK.05/2008 tentang Sistem Akuntansi Utang dan

PMK No.40/PMK.05/2009 tentang Sistem Akuntansi Hibah;

2) Untuk meningkatkan tertib administrasi penata usahaan hibah terus dilakukan

harmonisasi ketentuan/kebijakan terkait pengelolaan utang dan hibah. Selain

itu juga dilakukan sosialisasi ketentuan terkait pengelolaan hibah kepada

kementerian/lembaga maupun pemerintah daerah; dan

3) Penyempurnaan Aplikasi Sistem Akuntansi Utang dan Hibah.

d. Pencapaian SS akuntabilitas dengan indikator opini eksternal auditor terhadap LK

BA Pengelolaan Utang, selama tahun 2010 dapat tercapai dengan relatif baik.

4. SS kredibilitas dengan indikator pembayaran utang tepat waktu, tepat jumlah, dan

tepat sasaran.

IKU ini dimaksudkan untuk menjaga dan meningkatkan kredibilitas pengelolaan

utang melalui pembayaran kewajiban pokok utang, bunga, dan biaya utang secara

tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran, sehingga dapat menghindari kerugian

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 38

negara. Kegiatan penyelesaian pembayaran kewajiban utang meliputi penyelesaian

pembayaran pokok, bunga dan biaya atas pinjaman dan SBN (SUN dan SBSN).

Pencapaian IKU ini diharapkan berada dalam suatu rentang target tertentu

(stabilize), dimana capaian yang makin mendekati target adalah capaian yang

diharapkan.

Perkembangan realisasi pembayaran utang antara Tahun Anggaran 2005 sampai

dengan Tahun Anggaran 2010 sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.

Tabel 5 Realisasi Pembayaran Utang antara TA 2005 - 2010

(dalam triliun rupiah)

No Jenis Pengeluaran

2005 2006 2007 2008 2009 2010

LKPP Realisasi

Sementara

1 Pokok dan buyback SBN 24,46 25,06 58,49 44,77 48,24 70,54

2 Cicilan pokok utang luar negeri

37,11 52,68 57,92 63,44 68,03 54,14

3 Bunga utang dalam negeri

42,60 54,91 53,47 58,93 62,70 71,90

4 Bunga utang luar negeri 22,60 24,17 25,73 28,61 30,03 33,80

J u m l a h 126,77 156,82 195,61 195,74 209,00 230,38

a. Pada tahun 2010 pembayaran utang secara tepat waktu, tepat jumlah dan tepat

sasaran tercapai sesuai target sebesar 100% disebabkan pembayaran kewajiban

utang telah dilakukan secara tepat waktu, tepat jumlah dan tepat sasaran (tidak

terdapat denda) dengan realisasi pembayaran kewajiban utang pada tahun 2010

sebesar Rp230,38 triliun yang terdiri dari:

Realisasi pembayaran utang dilaksanakan melalui kegiatan:

1) pembayaran pokok dan pembelian kembali SUN sebesar Rp70,54 triliun;

2) pembayaran cicilan pokok utang luar negeri sebesar Rp54,14 triliun;

3) pembayaran bunga utang dalam negeri sebesar Rp71,90 triliun;

4) pembayaran bunga utang luar negeri sebesar Rp33,80 triliun.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 39

b. Beberapa tantangan dalam pembayaran kewajiban utang secara tepat waktu, tepat

jumlah, dan tepat sasaran, antara lain:

1) Terdapat tagihan (Notice of Payment/NOP) dari pemberi pinjaman yang belum

diterima hingga mendekati tanggal tempo pinjaman yang bersangkutan;

2) Terdapat data penarikan (Notice of Disbursement) pinjaman luar negeri dari

pemberi pinjaman yang diterima tidak tepat waktu, sehingga berpengaruh

terhadap data outstanding pinjaman luar negeri; dan

3) Masalah dokumentasi Loan Agreement dan Grant Agreement dan filing system

yang masih dalam proses penataan.

c. Langkah-langkah yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut,

antara lain:

1) Menerbitkan NOP Pengganti untuk tagihan yang telah mendekati jatuh tempo

tetapi masih belum diterima. Selain itu juga dilakukan pengembangan sistem

informasi alat kendali NOP dan SPM untuk memonitor proses pelaksanaan

pembayaran utang;

2) Melakukan rekonsiliasi data pembayaran utang dengan Ditjen

Perbendaharaan dan Bank Indonesia, rekonsiliasi posisi utang dengan

pemberi pinjaman dan Bank Indonesia untuk meningkatkan validitas data

utang;

3) Melakukan penataan dokumentasi/kearsipan atas Loan Agreement dan Grant

Agreement telah dilakukan melalui penataan arsip dokumen Loan Agreement

dan Grant Agreement yang meliputi 4.564 copy dokumen, yang terdiri dari : 256

active loan, 1.774 fully disbursed, 2.488 fully paid, 46 cancelled loan, dan 953 grant

agreement;

4) Melakukan modernisasi filing system, yaitu dengan melakukan pengalih-

mediaan dokumen tersebut kedalam bentuk digital dan pengembangan

aplikasi e-document yang berbasis web, yang telah dilakukan terhadap 2.054

loan agreement dan 636 grant agreement, serta telah di-upload ke aplikasi e-

document; dan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 40

5) Penatausahaan pinjaman yang dilakukan meliputi pengadministrasian

dokumen perjanjian, dokumen penarikan, penerbitan nomor registrasi dan

pengarsipan dokumen terkait pinjaman secara tepat waktu.

d. Pencapaian SS kredibilitas dengan indikator pembayaran tepat waktu, tepat

jumlah, dan tepat sasaran, selama tahun 2010 dapat tercapai dengan baik.

5. SS perumusan strategi dan kebijakan pengelolaan utang yang berkualitas dengan

indikator:

a. Jumlah peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang

Peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang bertujuan

untuk memberikan landasan dan kepastian hukum dalam pelaksanaan

pengelolaan utang. Indikator ini diukur berdasarkan tersusunnya rancangan

Peraturan dan Keputusan yang disampaikan kepada Menteri Keuangan atau yang

ditetapkan oleh Direktur Jenderal dalam rangka mendukung pengelolaan utang.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target

(maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang

diharapkan.

1) Pada tahun 2010 indikator tersedianya peraturan dan keputusan yang

mendukung pengelolaan utang ditargetkan sebesar 36 set dengan realisasi

sebesar 40 set seperti pada tabel 6.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 41

Tabel 6 Realisasi peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang

No Peraturan pendukung pengelolaan utang

a. 1 PP tentang Pendirian Perusahaan Penerbit SBSN Indonesia II;

b. 1 RPP Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah, dalam tahap finalisasi di Setneg;

c. 1 RPP tentang Pembiayaan Proyek/Kegiatan melalui Penerbitan SBSN, dalam proses harmonisasi di Kemenkum dan HAM;

d. 1 PMK Nomor 92/PMK.08/2010 tentang Perubahan PMK Nomor 170/PMK.08/2008 tentang Transaksi SUN Secara Langsung;

e. 1 PMK Nomor 90/PMK.08/2010 tanggal 21 April 2010 tentang Cara Pemilihan Calon Pemberi Pinjaman Dalam Negeri;

f. 1 PMK tentang Monitoring, Evaluasi, Pelaporan, Publikasi Dan Dokumentasi Pinjaman Dan/Atau Hibah Pemerintah;

g. 1 PMK Nomor 172/PMK.08/2010 tentang Perubahan Kedua Atas PMK Nomor 36/PMK.06/2006 Tentang Penjualan Obligasi Negara Ritel Di Pasar Perdana;

h. 1 RPMK tentang pengelolaan Kewajiban Kontinjensi, penyelesaian RPMK tersebut menunggu pengesahan RUU APBN-P 2011;

I. 25 KMK tentang Penetapan BMN Menjadi Aset SBSN;

j. 1 KMK Perubahan KMK 08/2009 Aset SBSN SR 0001;

k. 1 KMK tentang Penunjukan pejabat yang diberi wewenang untuk melakukan pengesahan dokumen Surat Pengesahan Hibah Barang dan Jasa (SPHBJ);

l. 1 KMK tentang Penunjukan pejabat KPA, Pejabat Penandatangan SPM dan Bendahara Pengeluaran untuk keperluan pembayaran kewajiban yg berkaitan dengan pengelolaan utang;

m. 1 KMK 433/KMK.08/2010 tentang Dewan Direktur PP SBSN Indonesia II;

n. 1 Peraturan Bersama DJPB dan DJPU tentang Mekanisme penggunaan dokumen sumber, pencatatan, dan rekonsiliasi realisasi penarikan dan pembayaran pinjaman dan/atau hibah luar negeri;

o. 1 Kepdirjen PU Nomor KEP-02/PU/2010 tentang SUN seri benchmark tahun 2010; dan

p. 1 Kepdirjen PU Nomor KEP-51/PU/2010 tentang Penunjukan Pejabat/Pegawai Yang Berwenang Melaksanakan Transaksi dan Pejabat Yang Berwenang Memberikan Persetujuan Batasan Nilai Transaksi Dalam Rangka Pelaksanaan Transaksi SUN Secara Langsung.

a) Selain peraturan yang telah disusun tersebut, terdapat 5 set peraturan yang

belum selesai penyusunannya, yaitu:

(1) RPP Pendirian PP SBSN Indonesia III belum selesai karena

persetujuan penyusunan RPP dari Presiden baru dikeluarkan pada

tanggal 28 Desember 2010. Persetujuan penyusunan RPP yang baru

dikeluarkan diakhir tahun mengakibatkan penarikan modal PP SBSN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 42

Indonesia III tidak dapat direalisasikan walaupun telah dianggarkan

dalam APBN Tahun Anggaran 2010;

(2) RPMK tentang Tata Cara Penetapan Proyek sebagai Aset SBSN masih

harus menunggu RPP Pembiayaan Proyek/Kegiatan melalui

Penerbitan SBSN ditetapkan;

(3) RPMK tentang Pengusulan, Penilaian dan Penetapan Pinjaman Luar

Negeri yang akan Diteruspinjamkan kepada Pemda, BUMN, dan

BUMD, telah dilakukan pembahasan di internal Kementerian

Keuangan, namun penetapannya menunggu RPP Tata Cara

Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah ditetapkan;

(4) RKMK tentang Negosiasi, masih dalam proses pembahasan dan

masih harus menunggu RPP Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar

Negeri dan Penerimaan Hibah ditetapkan;

(5) RPMK tentang Transaksi Lindung Nilai dalam Pengelolaan Utang

Pemerintah telah disampaikan ke Biro Hukum melalui surat Direktur

SPU nomor 117/PU.5/2010 tanggal 14 Desember 2010, dengan

permintaan agar dapat dilakukan penelaahan terhadap level

peraturan, substansi dan legal drafting RPMK dimaksud.

b) Selain itu terdapat penyelesaian 9 peraturan yang sebelumnya tidak

ditargetkan, yaitu:

(1) 1 set RPMK tentang pengelolaan kewajiban kontinjensi; dan

(2) 8 set KMK tentang penetapan BMN menjadi aset SBSN.

2) Hambatan dan/atau tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target

indikator tersedianya peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan

utang antara lain:

a) Belum adanya kesepakatan mengenai kebijakan penerusan pinjaman luar

negeri diantara unit Eselon I terkait yang mengakibatkan terhambatnya

penyusunan konsepsi pengaturan mengenai tata cara penerusan pinjaman

luar negeri sebagai peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 43

tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan

Hibah;

b) Belum optimalnya penyediaan peraturan dalam rangka pengelolaan hibah;

c) Belum adanya peraturan perundang-undangan sebagai dasar hukum

operasional dan secara eksplisit mengamanatkan untuk melakukan hedging

dalam pengelolaan risiko portofolio utang;

d) Peraturan dan kebijakan terkait pengelolaan SBN bersifat dinamis

mengingat terus berkembangnya instrumen dan dinamika pasar

keuangan;

e) Belum selesainya RPP tentang Pembiayaan Proyek/Kegiatan melalui

Penerbitan SBSN karena persetujuan penyusunan RPP dari Presiden baru

dikeluarkan pada tanggal 28 Desember 2010.

3) Upaya yang dilakukan menghadapi hambatan dan/atau tantangan tersebut

adalah:

a) Melaporkan dan memohon arahan Menteri Keuangan mengenai

kebijakan-kebijakan yang perlu ditetapkan dalam pengelolaan penerusan

pinjaman luar negeri;

b) Telah ditetapkan PMK 40/PMK.05/2009 tentang SIKUBAH namun perlu

terus dilakukan sosialisasi PMK dimaksud kepada K/L;

c) Melakukan koordinasi dan diskusi dengan unit-unit terkait dalam

penyiapan peraturan operasional terkait hedging (dalam format Peraturan

Menteri Keuangan) dan secara paralel terus melakukan penyiapan

infrastruktur lainnya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan transaksi

hedging, antara lain penyusunan prosedur standar, meningkatkan

pemahaman dokumen legal (ISDA Master Agreement), dan mengadakan

workshop dengan narasumber dari para praktisi ;

d) Terus melakukan review, kajian dan penyempurnaan terhadap peraturan

dan kebijakan pengelolaan SBN sehingga menghasilkan peraturan yang

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 44

berkualitas dan dapat menjamin kepastian hukum dalam pelaksanaan

pengelolaan SBN;

e) Menyampaikan surat Direktur Jenderal Pengelolaan Utang kepada

Kementerian Hukum dan HAM nomor S-28/PU-2011 tanggal 6 Januari

2011, perihal pemberitahuan atas dikeluarkannya persetujuan Presiden

terkait penyusunan RPP tentang Pembiayaan Proyek Melalui Penerbitan

SBSN sebagai dasar dilakukannya harmonisasi RPP;

f) Melakukan koordinasi dan rapat-rapat intensif dengan Kementerian

Hukum dan HAM, Sekretariat Negara, Bappenas, dan Biro Hukum

Kementerian Keuangan dalam rangka harmonisasi dan penyelesaian RPP

tentang Pembiayaan Proyek Melalui Penerbitan SBSN.

b. Tersedianya dokumen strategi pengelolaan utang

Dokumen strategi pengelolaan utang merupakan pedoman umum kepada

setiap unit/lembaga/otoritas yang terkait dengan pengelolaan utang agar proses

pengambilan keputusan merefleksikan keselarasan antar kebijakan pengelolaan

utang, fiskal, moneter, dan pengembangan pasar keuangan serta memberikan

keyakinan kepada semua pihak yang berkepentingan dengan penyelenggaraan

keuangan negara bahwa utang Pemerintah akan dikelola secara baik dan

bertanggung jawab melalui suatu proses pengelolaan utang yang transparan dan

akuntabel.

Pencapaian IKU ini diharapkan berada dalam suatu rentang target tertentu

(stabilize), dimana capaian yang makin mendekati target adalah capaian yang

diharapkan.

1) Pada tahun 2010, penyediaan dokumen strategi pengelolaan utang ditargetkan

sebanyak 2 dokumen dengan realisasi sebanyak 2 dokumen, terdiri dari:

a) Strategi Pengelolaan Utang 2010-2014 (jangka menengah) yang telah

ditetapkan dengan KMK Nomor 380/KMK.08/2010 tanggal 14 September

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 45

2010 dan telah direvisi dengan KMK Nomor 514/KMK.08/2010 tanggal 30

Desember 2010;

b) Strategi Pembiayaan Tahunan 2011 telah ditetapkan melalui Keputusan

Dirjen PU nomor Kep-53/PU/2010 pada tanggal 31 Desember 2010.

2) Tantangan yang dihadapi dalam rangka penyediaan dokumen strategi

pengelolaan utang antara lain:

Penyusunan dokumen strategi pengelolaan utang jangka menengah

mempertimbangkan faktor-faktor antara lain dokumen rencana pembangunan

jangka menengah (RPJM) sebagai acuan untuk menyusun rencana

pembiayaan utang. Dengan demikian waktu penyelesaian penyusunan RPJM

mempengaruhi waktu penyelesaian dokumen strategi pengelolaan utang

jangka menengah;

3) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

a) Melakukan komunikasi intensif dengan pihak-pihak yang terkait dalam

penyusunan RPJM untuk memperoleh gambaran atau asumsi awal yang

digunakan untuk selanjutnya disusun draft awal yang akan disesuaikan

dalam hal dokumen resmi RPJM telah tersedia;

b) Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan pihak-pihak yang

berkepentingan dalam penyusunan pengelolaan utang dalam jangka

menengah.

c. Pencapaian SS perumusan strategi dan kebijakan pengelolaan utang yang

berkualitas, dengan indikator Jumlah peraturan dan keputusan yang mendukung

pengelolaan utang dan tersedianya dokumen strategi pengelolaan utang, selama

tahun 2010 relatif dapat tercapai dengan baik.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 46

6. SS pengelolaan portofolio dan kewajiban utang yang optimal dan efektif, dengan

indikator:

a. Persentase pemenuhan struktur portofolio utang sesuai dengan strategi

Persentase pemenuhan struktur portofolio utang sesuai dengan strategi

merefleksikan komposisi instrumen utang yang memiliki tingkat risiko yang

terkendali. Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang diarahkan kepada

ketepatan atas target (stabilize), dimana capaian yang makin mendekati target

adalah capaian yang diharapkan.

1) Pada tahun 2010, indikator persentase pemenuhan struktur portofolio utang

sesuai dengan strategi relatif sesuai dengan target, yaitu dari target sebesar

100% terealisasi sebesar 96,04%. Realisasi tersebut disebabkan pengelolaan

portofolio utang telah mengikuti strategi pengelolaan utang, yaitu dengan

rincian:

a) Realisasi utang valas sebesar 45,36% dari target sebesar 47,46%;

b) Realisasi utang variable rate (VR) sebesar 20,45% dari target sebesar 20,96%;

c) Realisasi short term debt (rata-rata jatuh tempo utang per tahun dalam lima

tahun ke depan/STD) sebesar 6,98% dari target sebesar 7,14%.

Struktur portofolio utang relatif mendekati target strategi, dimana pencapaian

struktur tersebut dilakukan melalui penerbitan/pengadaan utang baru serta

transaksi pasar sekunder seperti buyback & debt switch. Adapun pencapaian

tersebut disebabkan:

a) Penerbitan Shibosai sebesar JPY60 miliar yang lebih kecil dari rencana

sebesar JPY100 miliar;

b) Penguatan kurs rupiah terhadap valuta asing khususnya USD;

c) Tidak banyaknya permintaan atas floating rate debt di tengah situasi

penurunan suku bunga;

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 47

d) Rendahnya permintaan akan short term debt pada kondisi tingkat bunga

yang rendah.

Secara keseluruhan risiko portofolio utang lebih rendah dari yang ditargetkan

dengan tanpa meningkatkan biaya utang secara signifikan.

Keberhasilan indikator ini didukung dengan kegiatan:

a) Perumusan struktur portofolio utang yang optimal;

b) Pengurangan utang melalui pembelian kembali sebelum jatuh tempo

(buyback); dan

c) Restrukturisasi utang melalui Skema debt switching.

2) Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator persentase

pemenuhan struktur portofolio utang sesuai dengan strategi antara lain:

a) Perubahan target pembiayaan melalui utang dalam APBN-P 2011 yang

menyebabkan tidak sesuainya target struktur portofolio utang;

b) Besarnya jumlah utang yang jatuh tempo dalam jangka pendek sehingga

menyebabkan risiko refinancing.

3) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

a) Melakukan perubahan target struktur portofolio utang sesuai dengan

perubahan target pembiayaan dalam APBN-P; dan

b) Melakukan debt switching dengan menukar utang yang jatuh tempo dalam

5 tahun dengan utang dengan jangka waktu panjang.

b. Pencapaian target effective cost

Effective cost merefleksikan biaya riil yang harus dikeluarkan oleh Pemerintah

dalam menerbitkan/menarik utang. IKU ini bertujuan agar Pemerintah dalam

menerbitkan/menarik utang dengan biaya utang yang wajar sesuai target yang

ditetapkan. Pencapaian target effective cost berarti kombinasi tingkat biaya utang

yang diterbitkan dalam satu tahun sama dengan atau di bawah target effective cost

yang ditetapkan.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 48

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang lebih rendah dari target

(minimize), dimana capaian yang semakin rendah dari target adalah capaian yang

diharapkan.

1) Pada tahun 2010, pencapaian target effective cost ditargetkan sebesar 100%

dengan realisasi sebesar 80,02%. Kombinasi membaiknya kondisi

perekonomian, strategi penerbitan yang digunakan, dan pemilihan instrumen

utang yang diterbitkan berhasil menekan cost of fund. Rincian pencapaian

effective cost pada tahun 2010 adalah sebagai berikut:

a) realisasi effective cost IDR sebesar 8,40% dari target sebesar 10,35%;

b) realisasi effective cost USD sebesar 6,01% dari target sebesar 7,39%;

c) realisasi effective cost JPY sebesar 2,79% dari target sebesar 3,90%; dan

d) realisasi effective cost EUR sebesar 5,40% dari target sebesar 6,27%.

Keberhasilan indikator ini didukung dengan kegiatan-kegiatan sebagai

berikut:

a) perumusan rencana portofolio utang yang efektif untuk membiayai

kebutuhan pembiayaan tahunan;

b) penerbitan SBN dan pengadaan pinjaman secara selektif; dan

c) Penurunan guarantee fee untuk penerbitan shibosai bond.

2) Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target effective cost.

a) Kondisi pasar keuangan yang fluktuatif berpotensi dapat meningkatkan

yield SBN, sehingga biaya utang yang ditanggung pemerintah meningkat;

b) Tingginya biaya utang melalui pinjaman komersial yang disebabkan

adanya tambahan biaya-biaya terkait penarikan utang.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 49

3) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

a) Memperhatikan kondisi pasar keuangan untuk menentukan waktu

penerbitan SBN yang optimal sehingga dapat menurunkan yield

penerbitan SBN;

b) Meningkatkan usaha negosiasi terms and conditions pinjaman untuk

menekan/mengurangi biaya-biaya terkait penarikan pinjaman komersial.

c. Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang

Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang menggambarkan

beban utang yang harus ditanggung pemerintah dalam bentuk pembayaran beban

bunga, biaya, dan imbal hasil dalam tahun berjalan dibandingkan dengan rata-rata

outstanding utang pada tahun tersebut. IKU ini merupakan salah satu alat untuk

mengukur efisiensi beban bunga yang harus ditanggung oleh Pemerintah dalam

memenuhi target pembiayaan utang dalam satu tahun anggaran. Efisiensi

dilakukan agar realisasi pembayaran bunga utang lebih rendah dari alokasi bunga

utang yang ditetapkan dalam APBN, dengan tetap mempertimbangkan risiko dan

pemenuhan target pembiayaan melalui utang. Hal ini berdampak pada rasio beban

bunga terhadap rata-rata outstanding utang yang semakin rendah dan

menunjukkan bahwa pengelolaan utang pada tahun anggaran tersebut telah

efisien.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang lebih rendah dari target

(minimize), dimana capaian yang makin rendah dari target adalah capaian yang

diharapkan.

1) Pada tahun 2010, rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang

ditargetkan sebesar 6,94% dengan realisasi sebesar 5,33%. Sampai dengan

akhir tahun realisasi bunga utang Rp86,75 triliun, outstanding akhir tahun

2009 sebesar Rp1.590,66 triliun, dan outstanding akhir Desember 2010 sebesar

Rp1.676,1 triliun. Rendahnya rasio beban utang terutama disebabkan oleh

pembayaran bunga utang yang lebih rendah dibandingkan target. Hal ini

disebabkan karena:

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 50

a) pemilihan instrumen SBN yang diterbitkan;

b) pengelolaan portofolio utang yang optimal sehingga menurunkan tingkat

risiko dan biaya utang;

c) penurunan target penerbitan SBN tahun 2010;

d) realisasi penarikan pinjaman proyek lebih rendah dibandingkan target;

e) kondisi pasar keuangan yang membaik sehingga yield & diskon penerbitan

SBN lebih rendah dari perkiraan semula; dan

f) nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing lebih rendah dari perkiraan

semula.

Pada periode 2008–2010, perkembangan realisasi rasio beban bunga terhadap

rata-rata outstanding utang menunjukkan indikator yang semakin baik, dalam

artian cenderung menurun. Perkembangan rasio beban bunga terhadap rata-

rata outstanding utang selama periode 2005–2010 dapat dilihat pada tabel 7 di

bawah ini.

Tabel 7 Rasio Beban Bunga Terhadap Rata-rata Outstanding Utang, 2005-2010

(dalam triliun rupiah)

No Uraian

2005 2006 2007 2008 2009 2010

LKPP Realisasi

Sementara

1 Pembayaran bunga utang 65,2 79,1 79,6 87,5 92,7 86,75

2 Rata-rata oustanding utang 1.306,4 1.307,7 1.345,8 1.513,1 1.613,4 1.627,8

Rasio (1/2) 4,99% 6,05% 5,91% 5,78% 5,75% 5,33%

2) Beberapa tantangan dalam penurunan rasio beban bunga terhadap rata-rata

outstanding utang, antara lain:

a) Kondisi pasar keuangan yang dinamis sehingga mempengaruhi antara

lain:

(1) Fluktuasi yield SBN yang berdampak pada pembayaran bunga SBN

baru yang diterbitkan;

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 51

(2) Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama

mata uang yen dan US dollar yang sangat volatile. Pergerakan nilai

tukar berdampak signifikan, baik pada pembayaran bunga utang

valas maupun outstanding utang valas;

(3) Perubahan risk appetite investor yang berpengaruh pada pemilihan

jenis instrumen SBN yang diterbitkan. Pemilihan jenis instrumen

yang diterbitkan berdampak pada pembayaran bunga utang dan

komposisi outstanding utang.

b) Realisasi penarikan pinjaman proyek tidak ditentukan oleh Kementerian

Keuangan, tetapi ditentukan oleh pelaksana kegiatan yaitu

Kementerian/Lembaga. Besaran realisasi penarikan pinjaman proyek

berdampak pada pembayaran bunga dan posisi outstanding pinjaman.

3) Langkah-langkah yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut,

antara lain:

a) Menyusun berbagai skenario analysis guna mengakomodasi perkiraan

fluktuasi dan pergerakan nilai tukar dan yield/tingkat bunga dalam

perhitungan pembayaran bunga utang;

b) Meningkatkan koordinasi dengan pihak terkait dalam penerapan readiness

criteria dan penyusunan proyeksi penarikan pinjaman proyek.

d. Persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat waktu

Indikator persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat waktu

diselesaikan paling lambat 6 hari kerja sebelum jatuh tempo. Hal ini untuk

menghindari terjadinya keterlambatan pembayaran atas tagihan utang, dimana

jumlah hari tersebut terbagi masing-masing 2 hari kerja antara DJPU (Dit EAS),

Ditjen Perbendaharaan (Dit PKN), dan Bank Indonesia.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang diarahkan kepada ketepatan

atas target (stabilize), dimana capaian yang makin mendekati target adalah capaian

yang diharapkan.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 52

1) Pada tahun 2010, persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat

waktu ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi sebesar 100%, dimana pada

tahun 2010 terdapat 6.795 dokumen tagihan/NOP telah diverifikasi secara

tepat waktu, yaitu paling lambat 6 hari kerja sebelum tanggal jatuh tempo.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mendukung tercapainya sasaran

pelaksanaan pembayaran sesuai tagihan, sebagai berikut:

a) memperbaiki database utang untuk menyakini validitas data;

b) memperketat kontrol jadual pembayaran;

c) melakukan komunikasi baik melalui surat, email, atau alat komunikasi

lainnya kepada kreditor sedini mungkin;

d) melakukan rekonsiliasi data posisi utang dengan Bank Indonesia dan

kreditor;

e) melakukan rekonsiliasi data pembayaran dengan DJPB dan Bank

Indonesia;

f) melakukan pengiriman surat permintaan tagihan (reminder I dan reminder

II) kepada kreditor yang belum diterima tagihannya dan telah mendekati

tanggal jatuh tempo.

2) Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator

persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat waktu antara lain:

a) Penataan dokumen dan arsip Loan / Grant Agreement masih dalam

penyempurnaan agar ke depannya tidak berpotensi menghambat

ketepatan pembayaran kewajiban utang;

b) Tingkat akurasi data utang perlu dijaga secara seksama guna

mengantisipasi perubahan data terkait posisi utang dan data pembayaran

utang yang relatif cepat.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 53

3) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

Untuk mencapai sasaran strategis tersebut dilaksanakan beberapa upaya,

yaitu:

a) Melakukan penataan dokumentasi/kearsipan atas Loan Agreement dan

Grant Agreement melalui penataan arsip dokumen Loan Agreement dan

Grant Agreement yang meliputi 4.564 copy dokumen, yang terdiri dari : 256

active loan, 1.774 fully disbursed, 2.488 fully paid, 46 cancelled loan dan 953

grant agreement;

b) Melakukan modernisasi filing system, yaitu dengan melakukan pengalih-

mediaan dokumen tersebut kedalam bentuk digital dan pengembangan

aplikasi e-document yang berbasis web, yang telah dilakukan terhadap 2.054

loan agreement dan 636 grant agreement, serta telah di-upload ke aplikasi e-

document;

c) Penyediaan data outstanding utang yang akurat

Data utang mengandung informasi tentang data posisi utang (debt

outstanding position) dari masing-masing kreditor. Untuk meningkatkan

akurasi data utang maka dilakukan rekonsiliasi data utang melalui

pengiriman konfirmasi data utang ke masing-masing kreditor secara

triwulanan. Data utang yang akurat diukur melalui persentase konfirmasi

data outstanding utang kepada lender.

d) Koordinasi dan komunikasi dengan pihak terkait, seperti Ditjen

Perbendaharaan, Bank Indonesia, maupun lender dalam rangka

peningkatan akurasi data utang;

e) Melakukan updating database utang atas hasil rekonsiliasi data posisi utang

dan data pembayaran utang.

e. Pencapaian SS pengelolaan portofolio dan kewajiban utang yang optimal dan

efektif, dengan indikator yaitu persentase pemenuhan struktur portofolio utang

sesuai dengan strategi, pencapaian target effective cost, rasio beban bunga terhadap

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 54

rata-rata outstanding utang, dan persentase dokumen tagihan yang diverifikasi

secara tepat waktu, selama tahun 2010, dapat tercapai dengan baik.

7. SS pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid dengan indikator:

a. Efektifitas instrumen pembiayaan baru

IKU ini dimaksudkan untuk meningkatkan fleksibilitas Pemerintah dalam

pembiayaan fiskal sehingga dapat meningkatkan kapasitas sumber pembiayaan

dan mengurangi ketergantungan pembiayaan dari instrumen pembiayaan

tertentu.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target

(maximize), dimana capaian yang semakin tinggi dari target adalah capaian yang

baik/diharapkan.

1) Pada tahun 2010, efektifitas instrumen pembiayaan baru ditargetkan sebesar

100% (Rp2 triliun) untuk penerbitan SBSN Project Financing. Penerbitan

instrumen SBSN baru berupa SBSN Project Financing pada tahun 2010 belum

dapat dilakukan. Desain instrumen telah selesai dikaji, serta telah

mendapatkan persetujuan dan fatwa dari DSN-MUI, namun infrastruktur

hukum yang diperlukan belum tersedia. Hal ini disebabkan belum dimulainya

proses harmonisasi RPP tentang Pembiayaan Proyek/Kegiatan melalui

Penerbitan SBSN yang telah disampaikan Menteri Keuangan kepada

Kementerian Hukum dan HAM, karena permintaan ijin prinsip Presiden yang

disampaikan oleh Menteri Keuangan kepada Setneg melalui surat nomor S-

259/MK.08/2010 tanggal 8 Juni 2010, baru mendapatkan persetujuan pada

tanggal tanggal 28 Desember 2010 dan telah disampaikan oleh Dirjen PU

(kepada Kementerian Hukum dan HAM dengan Surat Nomor S-28/PU/2011

tanggal 6 Januari 2011, sebagai dasar dilakukannya harmonisasi RPP);

2) Upaya yang dilakukan menghadapi hambatan tersebut adalah melakukan

koordinasi dan rapat-rapat intensif dengan Kementerian Hukum dan HAM,

Sekretariat Negara, Bappenas, dan Biro Hukum Kementerian Keuangan dalam

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 55

rangka harmonisasi dan penyelesaian RPP tentang Pembiayaan Proyek

Melalui Penerbitan SBSN.

b. Peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi terhadap pengelolaan

SBN

Peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi terhadap

pengelolaan SBN adalah tingkat pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi

yang mengikuti forum (sosialisasi dan investor gathering) tentang pengelolaan

utang yang diukur berdasarkan kuisioner yang diberikan pada setiap forum

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target

(maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang

diharapkan.

1) Pada tahun 2010, peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi

terhadap pengelolaan SBN ditargetkan sebesar 67,50% (paham) dengan

realisasi sebesar 76,74% (sangat paham), yang dilakukan melalui survei

terhadap peserta sosialisasi yaitu:

a) sosialisasi SBSN pada masyarakat umum di 15 kota (Semarang,

Balikpapan, Medan, Makassar, Pekanbaru, Surabaya, Yogyakarta,

Gorontalo, Kendari, Batam, Bandung, Lampung, Palangkaraya, Ambon,

Pangkal Pinang);

b) sosialisasi SBSN pada kalangan akademisi di Universitas Indonesia,

Universitas Trisakti, dan STIE Ahmad Dahlan;

c) sosialisasi SUN pada kalangan akademisi di Universitas Lambung

Mangkurat, Universitas Syiah Kuala, Universitas Brawijaya, Universitas

Sumatera Utara, Univ. Trunojoyo, Univ. Jambi, dan IPB;

d) sosialisasi SUN kepada Dharma Wanita Kemenkeu di Jakarta;

e) sosialisasi SUN kepada kalangan asosiasi, perhimpunan pengusaha, dan

investor di Medan.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 56

2) Tantangan yang dihadapi dalam penyelenggaraan kegiatan dalam rangka

peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi

pengelolaan utang antara lain:

a) Penyebarluasan informasi terkait pengelolaan utang kepada masyarakat

luas belum optimal dalam menjangkau investor di luar ibukota propinsi

terutama di wilayah timur Indonesia;

b) Masih belum dioptimalkannya penggunaan sarana informasi baik melalui

media cetak maupun elektronik untuk meningkatkan pemahaman

masyarakat tentang pengelolaan utang;

c) Kondisi dan perkembangan pasar keuangan baik secara regional dan

internasional yang dinamis menuntut keahlian dalam merespon informasi

dan dinamika pasar tersebut.

3) Langkah yang diambil adalah:

a) Terus berupaya meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak dalam

penyelenggaraan sosialisasi terkait pengelolaan utang, antara lain dengan

perguruan tinggi dan kelompok-kelompok masyarakat, khususnya

wilayah yang belum dijangkau pelaksanaan sosialisasi;

b) Mengoptimalkan penggunaan sarana informasi baik melalui media cetak

maupun elektronik terutama untuk menjangkau wilayah-wilayah yang

secara geografis sulit dijangkau untuk melakukan sosialisasi tentang

pengelolaan utang;

c) Meningkatkan kerjasama dan partisipasi secara aktif dalam kegiatan-

kegiatan yang diselenggarakan baik dalam forum regional maupun

internasional.

c. Partisipasi investor dalam penerbitan SBN

Partisipasi investor dalam penerbitan SBN adalah persentase jumlah nominal

penawaran/bid yang masuk dalam setiap transaksi SBN terhadap target nominal

indikatif yang direncanakan dalam setiap pelaksanaan transaksi SBN. Partisipasi

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 57

investor baik individu maupun institusi dalam pelaksanaan transaksi SBN di Pasar

perdana dijadikan salah satu pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dan

untuk mendukung upaya pengembangan pasar SBN.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target

(maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang

diharapkan.

1) Pada tahun 2010, partisipasi investor dalam penerbitan SBN pada tahun 2010

ditargetkan sebesar 145% dengan realisasi sebesar 265,06%. Jumlah nominal

penawaran yang diterima adalah sebesar Rp417,78 triliun dari total target

indikatif Rp146,83 triliun (Weighted Average antara realisasi transaksi SBN (SUN

dan SBSN)). Hal ini disebabkan terutama karena:

a) Kesesuaian SBN yang ditawarkan dengan preferensi investasi investor;

b) Sosialisasi kepada calon investor secara intensif;

c) Adanya calendar of issuance yang terencana secara baik;

d) Dinamika ekonomi global yang semakin positif dan turunnya persepsi

risiko investor terhadap instrumen SBN; dan

e) Tingginya likuiditas di pasar keuangan internasional dan besarnya arus

modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik terutama instrumen

SUN.

2) Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator partisipasi

investor dalam penerbitan SBN antara lain:

a) Masih terbatasnya perkembangan industri kelompok investor SBN

domestik khususnya dana pensiun dan asuransi;

b) Pasar SBN yang relatif belum berkembang memerlukan peran serta yang

aktif dari pelaku pasar dan pengawasan yang berkesinambungan;

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 58

c) Kemampuan untuk mengolah informasi pasar keuangan yang dapat

mempengaruhi pengelolaan SBN masih terbatas baik dari sisi SDM

maupun infrastruktur yang digunakan;

d) Rendahnya partisipasi investor khususnya investor syariah pada

penerbitan SBSN khususnya pada penerbitan dengan cara lelang.

3) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

a) Mengembangkan basis investor dari kalangan dana pensiun dan asuransi

melalui upaya sosialisasi dan menawarkan instrumen SBN yang sesuai

dengan kebutuhan dan minat investasi dari kalangan investor tersebut,

yang umumnya memiliki horison investasi jangka panjang;

b) Terus melakukan koordinasi yang aktif dengan pelaku pasar, SROs,

regulator pasar modal dan BI dalam rangka pengembangan pasar SBN;

c) Meningkatkan kompetensi SDM melalui capacity building terkait

pengelohan data dan informasi pasar keuangan. Selain itu terus

dikembangkan infrastruktur TI yang mendukung pengumpulan dan

pengolahan informasi pasar keuangan;

d) Melanjutkan dan meningkatkan pengembangan pasar perdana SBSN

melalui peningkatan kualitas jadwal lelang dan metode penerbitan SBSN

serta peningkatan kualitas penetapan benchmark series SBSN yang dapat

mendorong pengembangan pasar sekunder SBSN.

d. Pencapaian SS pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid, dengan

indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru, peningkatan pemahaman

masyarakat dan pelaku ekonomi terhadap pengelolaan SBN, dan partisipasi

investor dalam penerbitan SBN, pada tahun 2010 dapat tercapai dengan baik.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 59

8. SS melakukan monitoring dan evaluasi dan evaluasi kepatuhan yang efektif dalam

pengelolaan utang dengan indikator tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang

sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku.

Tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang sesuai dengan ketentuan dan prosedur

yang berlaku bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan

pengelolaan utang dalam perspektif good governance serta untuk mengetahui sejauh

mana tingkat kepatuhan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan utang berdasarkan

prosedur operasi standar yang berlaku. Ketentuan dan prosedur yang dievaluasi

adalah semua tahapan yang terdapat dalam SOP yang dievaluasi oleh unit yang

bertanggung jawab terhadap kepatuhan internal.

IKU ini menggunakan polarisasi stabilize, dimana capaian yang diharapkan adalah

sesuai atau mendekati target yang ditetapkan. Adapun diskripsi capaian atas IKU ini

sebagai berikut:

a. Tahun 2010, tingkat kepatuhan diukur dari pelaksanaan Standar Operating

Procedures (SOP). SOP merupakan bentuk pertanggungjawaban pegawai dalam

melaksanakan tugas sesuai dengan tata cara yang ditetapkan untuk mencapai

tujuan atau target yang ditetapkan. Monitoring kepatuhan adalah memantau

kesesuaian pelaksanaan kegiatan dalam pengelolaan utang dengan SOP yang

ditetapkan.

1) SOP yang dimonitoring dan dievaluasi adalah 31 SOP link DJPU. Hal ini

mengingat SOP link mempunyai keterkaitan proses bisnis antara unit eselon II

di DJPU. Adapun yang dimaksud sebagai SOP link adalah:

a) SOP yang merupakan substansi tugas dan fungsi atau core business Unit

Organisasi Eselon II yang bersangkutan;

b) Adanya keterikatan antara penerapan SOP di satu Unit Organisasi Eselon

II dengan SOP di Unit Eselon II lainnya di Lingkungan DJPU;

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 60

c) Output atau hasil kegiatan SOP suatu Unit Organisasi Eselon II merupakan

output antara atau merupakan input pada SOP suatu Unit Organisasi

Eselon II lainnya;

2) Dalam tahun 2010, dari 31 SOP link terdapat 19 SOP link yang dapat

dimonitoring dan dievaluasi karena pada tahun tersebut terdapat kegiatan

yang riil dilaksanakan, dengan hasil sebagai berikut:

a) Terdapat 7 SOP link yang seluruh tahapan kegiatan dilaksanakan sesuai

dengan tahapan yang ada pada SOP.

b) Terdapat 12 SOP link yang tidak seluruh tahapan kegiatan dilaksanakan

sesuai dengan tahapan yang terdapat dalam SOP. Hal ini disebabkan

karena terdapatnya kegiatan-kegiatan dalam SOP yang:

(a) tidak dilaksanakan karena sudah tidak relevan/tidak sesuai dengan

kondisi saat ini.

(b) tidak dilaksanakan karena sistem sebagai pendukung kegiatan SOP

belum dapat berfungsi secara optimal.

(c) kegiatan dilaksanakan namun tidak ada SOP-nya, dengan tujuan agar

target/output dapat tercapai.

3) Dalam pengukuran kepatuhan menggunakan uji formal yaitu kesesuaian

setiap tahapan dengan pelaksanaan, dan uji materiil yaitu pelaksanaan

kegiatan yang didasarkan pada kebutuhan riil pengelolaan utang.

b. Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator tingkat

kepatuhan pengelolaan utang yang sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang

berlaku adalah:

1) Penyusunan SOP yang valid dan reliable yang menjadi acuan dalam kegiatan

pengelolaan utang belum dapat mengikuti kecepatan perubahan peraturan dan

ketentuan serta perkembangan organisasi.

2) Adanya komitmen pimpinan Kementerian Keuangan dan tuntutan masyarakat

kepada Pemerintah untuk mewujudkan good governance, berupa pelayanan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 61

umum yang berkualitas, transparan, dapat dipertanggungjawabkan, dan

menciptakan efisien dan efektivitas kinerja organisasi, menghindari adanya

tumpang tindih kegiatan dan kesalahan prosedur melaksanakan tugas.

c. Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

1) Selalu melakukan penyempurnaan dan penyusunan SOP secara berkelanjutan

agar setiap pelaksanaan pekerjaan dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku serta

dapat mencerminkan proses bisnis yang terintegrasi.

2) Peningkatan pemahaman pegawai DJPU terhadap penerapan good governance

secara bertahap yang akhirnya sampai pada tingkat zero tolerance terhadap

segala bentuk penyimpangan dan kesalahan dalam kegiatan pengelolaan

utang.

d. Pencapaian SS melakukan monitoring dan evaluasi kepatuhan yang efektif dalam

pengelolaan utang dengan indikator tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang

sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku pada tahun 2010 dapat

tercapai dengan baik.

9. SS pembentukan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi, dengan

indikator:

a. Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya

Indikator persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi

jabatannya bertujuan untuk menyediakan pejabat yang mempunyai kompetensi

sesuai jabatannya dalam rangka meningkatkan dan mengamankan keuangan dan

kekayaan negara. Variabel kompetensi jabatan adalah Standar Kompetensi Jabatan

(SKJ/Jenis dan level kompetensi yang menjadi syarat keberhasilan pelaksanaan

tugas suatu jabatan) dan Job Person Match (JPM): Indeks kesesuaian antara

kompetensi pejabat dengan SKJ (untuk tahun 2010 JPM minimal adalah 70%). Data

indikator ini diukur dari hasil Assessment Center tingkat Pusat (Eselon II s.d. Eselon

IV) dan data penempatan pegawai yang menduduki jabatan sesuai SKJ.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 62

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target

(maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang

diharapkan.

1) Pada tahun 2010, indikator pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi

jabatannya ditargetkan sebesar 80% dengan realisasi sebesar 90%. Pejabat yang

mengikuti assesment centre pada tahun 2010 sebanyak 70 pejabat dan yang

memenuhi angka JPM minimal 70% sebanyak 63 pejabat (90%)

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mendukung tercapainya indikator

pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya, adalah sebagai

berikut:

a) pelaksanaan diklat kompetensi; dan

b) pelaksanaan assesment center.

2) Kendala yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator pejabat yang

telah memenuhi standar kompetensi jabatannya adalah data untuk SKJ pada

tahun 2010 hanya mengukur soft competency (Soft competency pejabat

struktural/fungsional merupakan sikap perilaku PNS yang diperlukan untuk

masing-masing jabatan, yang diperoleh melalui Assessment Center sebagaimana

dimaksud dalam PMK yang mengatur mengenai Assessment Center

Kementerian Keuangan. Indikator ini belum maksimal dalam mencapai

tujuannya, sebab standar kompetensi jabatan yang diukur hanya berdasarkan

soft competency, yang disebabkan belum terdapatnya SKJ tentang hard

competency. Seharusnya, Standar Kompetensi meliputi hard competency dan soft

competency. Sehingga, sistem pengembangan pegawai yang dilakukan dapat

menjadi suatu rangkaian program/kegiatan yang bersifat meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan serta sikap pegawai, yang dapat

mengembangkan kecakapan dan keahlian kerja serta sikap positif pegawai

terhadap pekerjaan.

3) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut untuk tahun 2011,

DJPU akan menyusun SKJ tentang hard competency.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 63

b. Jumlah pegawai yang dijatuhi hubungan disiplin sedang atau berat

Indikator jumlah pegawai yang dijatuhi hubungan disiplin sedang atau berat

bertujuan untuk menegakkan kepatuhan terhadap kode etik, menjaga integritas

tinggi pegawai, dan peningkatan good governance. Kasus pelanggaran hubungan

disiplin sedang atau berat adalah pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai sesuai

dengan PP Nomor 30 tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin PNS kecuali terhadap

disiplin yang disebabkan pelanggaran PP 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan

dan Perceraian Bagi PNS yang telah diputuskan berdasarkan Laporan Hasil Audit

Inspektorat Jenderal, Rekomendasi Majelis Kode Etik tiap-tiap unit eselon I, dan

aparat penegak hukum.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang kurang dari target

(minimize), dimana capaian yang makin rendah dari target adalah capaian yang

diharapkan.

1) Pada tahun 2010 indikator jumlah pegawai yang dijatuhi hubungan disiplin

sedang atau berat ditargetkan sebanyak 1 pegawai dengan realisasi sebanyak 0

pegawai. Sampai akhir tahun tidak terdapat pegawai yang melanggar

peraturan disiplin sedang atau berat.

Kegiatan yang dilakukan untuk mencegah adanya pegawai yang dijatuhi

hubungan disiplin sedang atau berat adalah melakukan sosialisasi peraturan

tentang kode etik serta peraturan lainnya yang menyangkut disiplin pegawai.

2) Kendala yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator jumlah

pegawai yang terkena kasus pelanggaran berat atau penyalahgunaan

wewenang adalah penyimpangan yang dilakukan pegawai yang

mengakibatkan terjadinya kasus pelanggaran berat atau penyalahgunaan

wewenang sangat sulit diprediksi, karena sangat tergantung kepada perilaku

individu masing-masing pegawai.

3) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 64

a) Melakukan sosialisasi peraturan tentang kode etik serta peraturan lainnya

yang menyangkut disiplin pegawai;

b) Melakukan sosialisasi Instruksi Menteri Keuangan Nomor:

01/IMK.01/2009 tanggal 9 Januari 2009 tentang Pedoman Teknis

Pelaksanaan Penegakan Disiplin PNS di Lingkungan Departemen

Keuangan kepada seluruh pegawai;

c) Melakukan monitoring pelaksanaan kode etik;

d) Melakukan pembinaan kepada pegawai terutama yang dilakukan oleh

atasan langsung secara lebih intensif.

c. Persentase jam pelatihan pelatihan pegawai DJPU terhadap jam kerja

Indikator persentase jam pelatihan pelatihan pegawai DJPU terhadap jam

kerja bertujuan untuk mengukur pengembangan SDM DJPU dalam rangka

menghasilkan SDM yang kompetitif dalam mengelola utang. Jam pelatihan

(jamlat) adalah total jam pelatihan yang diikuti oleh SDM DJPU dari diklat yang

dilaksanakan oleh DJPU, BPPK (tidak termasuk Diklatpim, DUD, UPKP), dan

lembaga pelatihan yang diakui.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang diarahkan kepada ketepatan

atas target (stabilize), dimana capaian yang makin mendekati target adalah capaian

yang diharapkan.

1) Pada tahun 2010, persentase jam pelatihan pegawai DJPU terhadap jam kerja

ditargetkan sebesar 5,77% (28.153 jamlat) dengan realisasi sebesar 5,90% (28.793

jamlat). Sampai akhir tahun telah dilaksanakan sebanyak 68 diklat dari rencana

65 diklat. Total jam kerja pegawai DJPU dalam tahun 2010 adalah 488.268 jam

kerja setahun (total pegawai DJPU sebanyak 324 pegawai x jam kerja normal

pegawai kementerian keuangan 1.507 jam/tahun);

2) Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator persentase

jam pelatihan pelatihan pegawai DJPU terhadap jam kerja adalah indikator ini

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 65

masih terkesan mengejar jam pelatihan tanpa melihat kepentingan peserta

pelatihan;

3) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

a) Penyusunan SKJ, sehingga dapat diketahui kebutuhan pelatihan per

pegawai.

b) Penyusunan training need analysis (TNA) dengan menyesuaikan

kebutuhan.

d. Pencapaian SS pembentukan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi,

dengan indikator persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi

jabatannya, jumlah pegawai yang dijatuhi hubungan disiplin sedang atau berat,

dan persentase jam pelatihan pelatihan pegawai DJPU terhadap jam kerja pada

tahun 2010 dapat tercapai dengan baik.

10. SS pengembangan organisasi yang handal dan modern, dengan indikator

a. Persentase penyelesaian penataan/modernisasi organisasi

Indikator persentase penyelesaian penataan/modernisasi organisasi di

lingkungan DJPU adalah penyelesaian proses penataan/modernisasi organisasi

mulai dari pengumpulan data, analisis/telaahan, pembahasan internal DJPU, dan

penyampaian surat usulan ke Sekjen.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target

(maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang

diharapkan.

1) Tahun 2010, persentase penataan/modernisasi organisasi pada tahun 2010

ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi 100%. Konsep usulan penataan

organisasi DJPU sebagai bagian dari rancangan PMK tentang organisasi dan

tata kerja Kementerian Keuangan telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan

berupa PMK Nomor 184/PMK.01/2010 tanggal 11 Oktober 2010.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 66

Konsep penataan organisasi di lingkungan DJPU difokuskan pada reposisi

fungsi kepatuhan dan teknologi informasi yang menjadi unsur penting dalam

pelaksanaan tugas dan fungsi DJPU yang saat ini masih belum berjalan

optimal. Reposisi tersebut juga diikuti dengan restrukturisasi dan penajaman

tugas dan fungsi dari masing-masing unit di lingkungan DJPU.

Penataan organisasi di lingkungan DJPU merupakan penataan organisasi yang

berkesinambungan dengan menekankan pada penempatan fungsi serta

pendefinisian tugas dan fungsi yang semakin baik sehingga secara bertahap

DJPU diharapkan dapat menjadi organisasi yang handal dalam mendukung

kinerja Kementerian Keuangan, khususnya dalam mengelola utang dan hibah

pemerintah.

2) Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator persentase

penataan/modernisasi organisasi antara lain:

a) Organisasi DJPU merupakan salah satu unit eselon I yang relatif baru

dibandingan dengan unit eselon I lainnya di lingkungan Kementerian

Keuangan. Selain itu sebagai sebuah organisasi, DJPU perlu

mengakomodir dinamika perkembangan tuntutan stakeholders yaitu

struktur organisasi DJPU yang lebih efektif, adaptif, sehingga proses bisnis

yang lebih efisien dan akuntabel serta pelaksanaan tugas dan fungsi yang

lebih fokus pada pencapaian tujuan organisasi melalui penerapan sistem

manajemen yang berorientasi kinerja, sehingga penataan organisasi di

DJPU merupakan suatu proses yang terus–menerus harus dilakukan;

b) Penataan organisasi DJPU lebih diarahkan pada pencapaian organisasi

pengelolaan utang yang ideal, yang sesuai dengan perubahan sistem fiskal

di Indonesia.

3) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

Melakukan penataan organisasi DJPU dengan menyesuaikan pada dinamika

perkembangan tuntutan stakeholders dan perubahan/penataan pengelolaan

sistem fiskal di Indonesia;

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 67

b. Jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja organisasi

Indikator jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja organisasi

bertujuan untuk memberikan arah dalam menerjemahkan visi dan misi organisasi

yang disusun sehingga dapat dilaksanakan sesuai rencana dan menjadi bahan

evaluasi organisasi. Dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja adalah dokumen

perencanaan dan evaluasi kinerja yang disusun berdasarkan UU nomor 25 Tahun

2005 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional dan Inpres 7 Tahun 1999

(Rencana Strategi, Roadmap, Rencana Kerja, RKT, PK, dan LAKIP).

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target

(maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang

diharapkan.

1) Tahun 2010, jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja organisasi

ditargetkan sebanyak 6 dokumen dengan realisasi 6 dokumen yaitu:

a) 3 dokumen bahan masukan LAKIP Kementerian Keuangan (berupa bahan

narasi LAKIP, bahan masukan Rencana Kinerja Tahunan, bahan masukan

Penetapan Kinerja Kementerian Keuangan);

b) 1 dokumen bahan masukan Renstra Kementerian Keuangan;

c) 1 dokumen bahan masukan Road Map Kementerian Keuangan; dan

d) 1 dokumen bahan masukan Rencana Kerja Kementerian Keuangan.

2) Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator jumlah

dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja organisasi, yaitu berupaya agar

dalam penyusunan dokumen dapat dilakukan pengumpulan data utang

secara aktual sehingga dokumen yang dihasilkan dapat menjadi bahan

perencanaan dan evaluasi organisasi yang valid sebagai bahan pengambilan

keputusan. Untuk itu diperlukan upaya yang cukup menyita waktu karena

pelaksanaan pengumpulan data utang harus dilakukan melalui koordinasi

dengan unit eksternal dan internal DJPU/Kementerian Keuangan;

3) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 68

a) Pelaksanaan koordinasi dilaksanakan dengan secara lebih efektif melalui

pelaksanaan forum rapat kerja yang lebih intensif, terutama dengan unit

eksternal;

b) Proses penyediaan data dan narasi diupayakan memiliki cut off date yang

sejalan dengan periode penyusunan dokumen.

c. Persentase penyelesaian SOP

Indikator persentase penyelesaian Standard Operating and Procedures (SOP)

bertujuan untuk menunjukan janji pelayanan kepada stakeholder dan untuk

menunjang terwujudnya organisasi modern. SOP merupakan pedoman/petunjuk

bagi para aparatur (pejabat/pegawai) dalam melaksanakan tugas (pelayanan) dan

bagi para pengguna jasa pelayanan (pelanggan) untuk mengetahui/memahami

prosedur pelayanan yang dilakukan oleh aparatur.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target

(maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang

diharapkan.

1) Tahun 2010, persentase penyelesaian SOP ditargetkan sebesar 100% dengan

realisasi sebesar 100, yang dilaksanakan melalui 2 tahap, yaitu:

a) Pada Semester I tahun 2010 telah diselesaikan 217 SOP yang ditetapkan

dengan Keputusan Dirjen PU Nomor Kep-39/PU/2010 tanggal 9 Juli 2010;

dan

b) Pada Semester II tahun 2010 telah ditetapkan sebanyak 79 SOP melalui

Kepdirjen nomor KEP-05/PU/2011, tanggal 17 Januari 2011 Perubahan

Ketiga Atas Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Nomor Kep-

36/PU/2007 Tentang Standar Prosedur Operasi (Standard Operating

Procedures/SOP) DJPU.

Jumlah SOP DJPU keseluruhan yang telah selesai disusun sampai dengan

tahun 2010 dan telah mendapat penetapan sebanyak 418 SOP.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 69

2) Kendala yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator penyelesaian

SOP di lingkungan DJPU antara lain:

a) Penyempurnaan SOP masih terus dilakukan sehubungan dengan adanya

kebutuhan stakeholders dan penataan organisasi;

b) Beberapa SOP yang telah disusun masih harus disingkronisasikan dengan

dokumen uraian jabatan, karena SOP berkaitan dengan kewenangan tugas

jabatan dalam pengambilan keputusan tertentu atau melakukan suatu

kegiatan;

3) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

a) Melakukan identifikasi SOP yang masih harus dibuat;

b) Melakukan sinkronisasi antara uraian jabatan, SOP, dan ABK agar

keterkaitan antara ketiga dokumen tersebut serta arahan pada

kewenangan pelaksanaan setiap kegiatan menjadi lebih jelas dan waktu

pelaksanaan kegiatannya lebih terukur;

c) Melakukan koordinasi yang lebih intensif dengan unit terkait, yaitu Biro

Organisasi dan Ketatalaksanaan serta unit Eselon II di lingkungan DJPU,

dalam mempercepat penyelesaian SOP.

d. Pencapaian SS pengembangan organisasi yang handal dan modern, dengan

Persentase penyelesaian penataan/modernisasi organisasi, jumlah dokumen

perencanaan dan evaluasi kinerja organisasi, dan persentase penyelesaian SOP

pada tahun 2010 dapat tercapai dengan baik.

11. SS pembangunan sistem TIK yang terintegrasi, dengan indikator sistem aplikasi

TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi sesuai rencana.

Indikator sistem aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi

sesuai rencana bertujuan untuk memiliki sistem informasi yang dapat mendukung

pelaksanan tugas secara efektif dan efisien dalam bidang pengelolaan utang.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 70

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang diarahkan kepada ketepatan atas

target (stabilize), dimana capaian yang makin mendekati target adalah capaian yang

diharapkan.

a. Tahun 2010, sistem aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi

sesuai rencana ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi sebesar 100%, yaitu:

1) Pembangunan Sistem Aplikasi Pendukung Pengelolaan Utang Terintegrasi-

(100%), yaitu sampai dengan tahapan penyelesaian modul Setelmen, Loan

Management, Referensi, dan Control Panel. Sehubungan dengan rencana

pengalihan pembayaran dari Dit PKN Ditjen Perbendaharaan ke KPPN Jakarta

VI dan perubahan format DIPA dan SPM TA 2011, maka implementasi sistem

dapat dilakukan setelah Ditjen Perbendaharaan menyelesaikan perubahan

sistem terkait pada KPPN Jakarta VI;

2) Pembangunan Aplikasi Pemantauan Feeding Data Warehouse - (100%), yaitu

sampai dengan tahapan penyediaan Sumber data dari DMFAS (Debt

Management and Financial Analysis System), PMON (Pusat Manajemen Obligasi

Negara), lelang SBN, dan Bloomberg;

3) Pembangunan Aplikasi Grant Outstanding Position (GOP) - (100%), yaitu sampai

dengan tahapan penyelesaian menu penghitungan grant outstanding, pencetakan

GOP dan reminder letter, serta pencatatan pengiriman dan respon;

4) Pembangunan Aplikasi Surat Perintah Pembukuan Penarikan Pinjaman

dan/atau Hibah Luar negeri (SP4H) - (100%), yaitu sampai dengan tahapan

pencetakan SP4H, penghapusan SP4H, cetak ulang SP4H dan revisi SP4H.

b. Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator kinerja sistem

aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi sesuai rencana,

antara lain:

1) Masih perlu dilakukan evaluasi terhadap SOP terkait pemberian layanan

teknologi informasi, belum adanya service catalog TI, belum adanya SLA (Service

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 71

Level Agreement) yang merupakan kesepakatan antara penyedia layanan dan

pengguna layanan mengenai tingkat (mutu) layanan;

2) Perlu membangun sistem deteksi dini terhadap kemungkinan gangguan server

yang terjadi;

3) Belum adanya data center yang berfungsi sebagai pusat data di lingkungan

DJPU;

4) Belum adanya standard tata kelola IT; dan

5) Belum adanya upaya yang terstruktur dalam mengatasi dampak risiko/bencana

yang berpotensi mengganggu kelangsungan aktivitas DJPU.

c. Upaya yang dilakukan dalam pencapaian target indikator kinerja sistem aplikasi

TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi sesuai rencana, antara lain:

1) Melakukan evaluasi terhadap SOP terkait pemberian layanan teknologi

informasi, menyusun service catalog TI, menyusun SLA yang merupakan

kesepakatan antara penyedia layanan dan pengguna layanan mengenai tingkat

(mutu) layanan;

2) Membangun aplikasi early warning system server dan proxy DJPU, yang

merupakan deteksi dini terhadap kemungkinan gangguan server yang terjadi;

3) Membangun data center yang berfungsi sebagai pusat data di lingkungan DJPU.

Data Center merupakan fasilitas yang digunakan untuk penempatan kumpulan

server atau sistem komputer dan sistem penyimpanan data yang dikondisikan

dengan pengaturan catu daya dan udara, pencegahan bahaya kebakaran, dan

dilengkapi pula dengan sistem pengamanan fisik. Layanan utama data center

terdiri atas lima komponen, yaitu: Business continuance infrastructure, Data center

security, Application optimization, Internet protocol address (IP), dan Storage

(Penyimpanan);

4) Melaksanakan penerapan standard tata kelola IT yang mengacu kepada

"Implementation Methodology Best Practices", serta keterpaduan aspek organisasi

termasuk manajemen perubahan (change management), proses bisnis, teknologi

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 72

dan manajemen proyek TI yang sesuai. Namun sebelum itu, perlu pemahaman

terlebih dahulu terhadap methodology best practices di bidang IT, yang pada

umumnya didasarkan pada kerangka IT Service Management (ITSM) dan IT

Project Management (ITPM);

5) Membuat rencana pemulihan bencana (Disaster Recovery Plan) yang teruji dalam

mengatasi dampak risiko/bencana yang berpotensi mengganggu kelangsungan

aktivitas DJPU sebagaimana telah diamanatkan dalam ketentuan Diktum

Kedelapan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 260/KMK.01/2009 tentang

Kebijakan Pengelolaan TIK di lingkungan Departemen Keuangan. Namun

demikian, perlu terlebih dahulu meningkatkan pemahaman mengenai rencana

pemulihan bencana (Disaster Recovery Plan) yang pada umumnya mengacu

kepada Information Security Management System (ISMS) atau sering disebut IT

Security Policy yang menggunakan standar ISO/IEC 27001:2005.

d. Pencapaian SS pembangunan sistem TIK yang terintegrasi, dengan indikator sistem

aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi sesuai rencana

pada tahun 2010 dapat tercapai dengan baik.

12. SS pengelolaan anggaran yang optimal, dengan indikator:

a. Persentase penyerapan DIPA.

Indikator persentase penyerapan DIPA bertujuan untuk mengukur sejauh

mana perencanaan anggaran dilaksanakan sehingga dapat dilakukan perbaikan

dalam proses perencanaan.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target

(maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang

diharapkan.

1) Tahun 2010, persentase penyerapan DIPA ditargetkan 85% (Rp185,46 miliar dari

pagu Rp218,19 miliar) dengan realisasi 84,37% (Rp184,02 miliar). Realisasi yang

lebih rendah tersebut karena terdapat penghematan dana pembelian gedung

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 73

Balai Pustaka dari pagu sebesar Rp147,25 miliar dengan realisasi sebesar

Rp116,65 miliar. Rincian realisasi:

a) Pagu Non Gedung Rp70,94 miliar dengan realisasi Rp67,55 miliar (95,22 %);

b) Pagu Gedung Rp147,25 miliar dengan realisasi Rp116,65 miliar (79,22 %).

Perkembangan penyerapan DIPA tahun 2008-2010 adalah sebagai berikut:

Grafik 5

Perkembangan penyerapan DIPA tahun 2008-2010

2) Tantangan yang dihadapi dalam melakukan pencapaian target indikator kinerja

persentase penyerapan DIPA adalah:

a) Proses revisi DIPA dapat mengakibatkan pergeseran jadwal penyerapan

anggaran serta penundaan pelaksanaan kegiatan;

b) Proses pelelangan dalam pengadaan barang dan jasa yang terlambat; dan

c) Implementasi Bagan Akun Standar (BAS) terlalu detail dan menyulitkan

dalam pelaksanaan anggaran.

3) Upaya yang dilakukan antara lain:

a) Penyusunan perencanaan anggaran yang tepat dan pelaksanaan

monitoring secara konsisten;

75.00%

86.00%

84.00%

68.00%

70.00%

72.00%

74.00%

76.00%

78.00%

80.00%

82.00%

84.00%

86.00%

88.00%

2008 2009 2010

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 74

b) Pembentukan panitia dan pelaksanaan kegiatan secara lebih cepat.

b. Persentase ketepatan perencanaan anggaran dan kinerja

Indikator persentase ketepatan perencanaan anggaran dan kinerja merupakan

indikator pelengkap IKU penyerapan DIPA, dimana dengan dilakukan

pengukuran anggaran dan kinerja dapat diketahui apakah anggaran yang diserap

sejalan dengan pencapaian kinerja berupa output. IKU ini mengukur ketepatan

realisasi atas perencanaan dari sisi penyerapan anggaran dan kinerja (output dalam

Petunjuk Operasional Kegiatan), dengan memformulasikan hitungan pada bobot

yang sama (masing-masing 50%) atas penyerapan anggaran dan penyelesaian

kinerja.

Target output tersebut di dapat dari hasil identifikasi produk/jasa yang

signifikan dalam mendukung keberhasilan pencapaian sasaran DJPU (berupa

antara lain dokumen SOP, dokumen LAKIP, konsep DIPA, laporan-laporan

berkaitan dengan pengelolaan utang, frekuensi kegiatan sosialisasi, dan

produk/jasa lainnya yang pendanaan untuk pembuatan/pelaksanaannya telah

dibuat paket-paket anggaran per unit output, sebagaimana dituangkan dalam

dokumen Petunjuk Operasional Kegiatan/DIPA DJPU).

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target

(maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang

diharapkan. Indikator ini berupaya untuk menghubungkan antara ketepatan

perencanaan penyelesaian output dengan penyerapan anggaran.

1) Tahun 2010, persentase ketepatan perencanaan anggaran dan kinerja

ditargetkan sebesar 100% direalisasikan sebesar 114,95% atau melebihi target

sebesar 14,95%. Rincian realisasi, sebagai berikut:

a) Target anggaran sebesar 100% (Rp185,46 miliar atau 85% Pagu DIPA sesuai

dengan rencana penyerapan tahun 2010) dengan realisasi sebesar 99,32%

(Rp184,09 miliar);

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 75

b) Target kinerja sebesar 100% (2.520 output) dengan realisasi sebesar 130,75%

(3.329 output).

2) Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator kinerja

persentase ketepatan perencanaan anggaran dan kinerja adalah:

a) Perencanaan penyelesaian output relatif masih belum dapat dilaksanakan

dengan baik karena ouput yang dimasukan ke dalam rencana target IKU

tidak semuanya output utama, yang menyebabkan terdapatnya variasi jenis

output yang relatif cukup banyak. Disisi lain, dalam pengukuran kinerjanya

belum membedakan tingkat kesulitan penyelesaian atas masing-masing

output tersebut.

b) Ketepatan perencanaan anggaran sangat tergantung kepada kecepatan

penyelesaian berkas tagihan dari pihak ketiga/penyedia jasa;

3) Upaya yang dilakukan antara lain:

a) Melakukan perencanaan output dengan lebih baik dan terukur dan hanya

memilih output yang bersifat utama sebagai indikator kinerja penyelesaian

output;

b) Dalam pengukuran kinerja diupayakan agar output yang ditargetkan

memiliki bobot penyelesaian yang berimbang;

c) Mempercepat proses penyelesaian komitmen/kewajiban berkaitan dengan

pengadaan barang/jasa;

d) Memonitor kemajuan pelaksanaan rencana kerja DJPU agar sesuai dengan

yang telah ditetapkan;

c. Pencapaian SS pengelolaan anggaran yang optimal, dengan indikator persentase

penyerapan DIPA dan persentase ketepatan perencanaan anggaran dan kinerja

pada tahun 2010 dapat tercapai dengan baik.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 76

C. Kinerja lainnya

Disamping SS yang tersebut di atas, terdapat beberapa kinerja yang terkait dengan SS

tersebut dan lebih bersifat outcomes, namun tidak menjadi IKU DJPU, yaitu:

1. Kinerja Pembiayaan APBN melalui utang Tahun 2005-2010

Dalam periode 2005-2010 terdapat pola yang konsisten dimana pembiayaan yang

bersumber dari utang neto meningkat secara signifikan. Realisasi pembiayaan utang

neto meningkat dari sebesar Rp14,6 triliun pada tahun 2005 menjadi sebesar Rp108,34

triliun pada tahun 2010. Dari sisi instrumen utang terdapat suatu kecenderungan

pergeseran pola pembiayaan yang mengarah pada market based financing melalui

penerbitan SBN. Penerbitan SBN neto yang semakin meningkat, selain berperan

sebagai instrumen pembiayaan juga digunakan antara lain untuk pembayaran utang

jatuh tempo, penerusan pinjaman, investasi pemerintah, dan penyertaan modal negara.

Secara bertahap penerbitan SBN neto dari tahun 2005-2010 cenderung mengalami

peningkatan dengan rata-rata penerbitan sekitar Rp68,1 triliun pertahun. Sementara

penarikan pinjaman neto menunjukkan besaran negatif yang semakin mengecil selama

periode tersebut dengan rata-rata penarikan neto sekitar minus Rp13,79 triliun

pertahun. Realisasi penarikan pinjaman neto bersifat negatif, karena jumlah pinjaman

baru yang ditarik lebih kecil dibandingkan dengan jumlah pembayaran cicilan pokok.

Data pembiayaan utang periode 2005-2010 dapat dilihat pada tabel 8 berikut:

Tabel 8 Pembiayaan Utang (2005-2010)

(triliun rupiah)

KETERANGAN 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Realisasi (LKPP) APBN-P

A Surat Berharga Negara (neto) 22.6 36.0 57.2 85.9 99.4 107.50

I Penerbitan (bruto) 47.0 61.0 100.0 126.2 144.7 177.40

II Pembayaran Pokok dan Pembelian Kembali (24.5) (25.1) (42.8) (40.3) (45.3) (69.90)

B Pinjaman (neto) (8.0) (23.0) (23.9) (13.2) (15.5) (0.84)

I Penarikan Pinjaman Luar Negeri 29.1 29.7 34.0 50.2 52.4 53.98

II Penarikan Pinjaman Dalam Negeri - - - - - 1.00

III Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri (37.1) (52.7) (57.9) (63.4) (68.0) (54.14)

Total Pembiayaan Utang 14.6 13.0 33.3 72.7 83.9 108.34

Keterangan: Pinjaman neto tidak memperhitungkan pengeluaran pembiayaan dalam rangka penerusan pinjaman

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 77

2. Rasio Utang terhadap PDB

Berkaitan dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun

2003, pada grafik 6 terlihat bahwa rasio utang terhadap PDB (dengan komponen utang

berupa instrumen Pinjaman Luar Negeri dan SBN) menurun dari 47 persen pada akhir

tahun 2005 dan menjadi 26 persen pada akhir tahun 2010.

Grafik 6 Rasio Utang terhadap PDB 2005-2010

Catatan : RHS = Right Hand Side (sisi sumbu X sebelah kanan), LHS = Left Hand Side (sisi sumbu X sebelah kiri)

Pada grafik di atas terlihat bahwa sejak tahun 2005 rasio utang terhadap PDB

telah berada dalam posisi di bawah 50%, dan rasio tersebut cenderung menurun

selama periode 2005-2010. Rasio ini mengindikasikan bahwa jumlah utang yang

ditarik oleh pemerintah setiap tahun telah dilakukan secara hati-hati, terencana, dan

tepat sasaran sehingga kontribusinya terhadap perekonomian nasional telah

mendorong peningkatan ekonomi dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan

peningkatan utang itu sendiri. Dari grafik 7 dapat dilihat pula bahwa rasio utang

terhadap PDB Indonesia termasuk yang paling rendah bila dibandingkan dengan

47%

39% 35%

33%

28% 26%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

50%

0.0

1,000.0

2,000.0

3,000.0

4,000.0

5,000.0

6,000.0

7,000.0

2005 2006 2007 2008 2009 2010

outstanding utang PDB rasio utang terhadap PDB

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 78

negara-negara lainnya. Indonesia termasuk negara yang berhasil mengurangi rasio

utang terhadap PDB secara signifikan.

Grafik 7 Perbandingan Perkembangan Rasio Utang terhadap PDB (%)

Beberapa Negara (2003-2010)

Sumber: Buku Perkembangan Utang Negara: Edisi Januari 2011

3. Perkembangan stok utang luar negeri

Perkembangan stok utang luar negeri secara absolut/nominal menunjukkan

sedikit kenaikan karena peningkatan stok utang dalam mata uang US dollar akibat

penerbitan SBN valas untuk memenuhi target penerbitan SBN neto dalam periode

2005-2010 yang meningkat tajam. Penerbitan SBN Valas tersebut dilakukan terutama

untuk menghindari crowding out effect di pasar keuangan domestik. Perkembangan stok

utang luar negeri berdasarkan mata uang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

-30 -10 10 30 50

Afrika Selatan

Amerika Serikat

Brasil

Filipina

India

Indonesia

Jepang

Kolombia

Malaysia

Polandia

Turki

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 79

Tabel 9 Perkembangan Stok Utang Luar Negeri berdasarkan Mata Uang

(2005-2010)

(triliun rupiah)

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Mata Uang Asli

USD 26.4 27.5 28.4 32.8 37.1 40.5

JPY 3,184.4 3,066.0 2,941.9 2,820.5 2,713.8 2,689.8

EUR 8.1 7.8 7.2 6.7 6.0 5.4

Mata Uang Lain ---------- Beragam Mata Uang ----------

Equivalen dalam Rupiah

USD 259.9 248.1 267.1 358.6 348.6 364.1

JPY 265.6 232.4 244.4 341.9 276.0 296.6

EUR 94.4 92.1 98.9 104.2 80.7 64.7

Mata uang lain 34.7 36.4 41.9 48.2 49.1 48.8

Total 654.6 609.0 652.3 852.9 754.3 774.3

Sumber: diolah dari Buku Perkembangan Utang Negara: Edisi Januari 2011

4. Perkembangan peringkat kredit

Pengelolaan fiskal dan utang yang semakin baik juga ditunjukkan melalui

perbaikan credit rating Indonesia. Selain membaiknya rating, CRC (country risk

classification) dari OECD juga mengalami perbaikan. Hal ini menunjukkan bahwa

persepsi risiko Indonesia telah menurun, sehingga biaya utang dari kredit ekspor

menjadi lebih rendah. Perkembangan peringkat kredit Indonesia tahun 2005-2010

dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10 Perkembangan Credit Rating Indonesia (2005-2010)

Tahun

Rating

S&P Fitch Moody’s CRC R&I JCRA

2010 BB BB+ Ba2 4 BB+ BBB-

2009 BB- BB Ba2 5 BB+ BB+

2008 BB- BB Ba3 5 BB+ BB

2007 BB- BB- Ba3 5 BB+ BB

2006 BB- BB- B1 5 BB- BB-

2005 B+ BB- B2 5 BB- B+ Sumber: http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/2A0CB7AD-509A-4E77-ADC1-

1F655AF24BCA/22029/historicalsovereignratingJanuary2011edit.pdf

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 80

5. Pengelolaan kewajiban kontinjensi

Kewajiban kontinjensi timbul karena adanya klausul-klausul yang secara eksplisit

tertuang dalam Peraturan perundang-undangan/perjanjian/perikatan yang

menyatakan adanya jaminan Pemerintah. Jaminan Pemerintah sangat diperlukan

untuk menarik minat investor, namun disisi lain jaminan Pemerintah dapat berpotensi

menimbulkan kewajiban kontinjensi dan risiko fiskal, baik dalam jangka pendek

maupun jangka panjang sehingga diperlukan identifikasi risiko, mitigasi risiko dan

monitoring dalam proses pemberian dukungan Pemerintah. Proyek yang mendapatkan

jaminan Pemerintah saat ini adalah Program Percepatan 10.000 MW Tahap I dan

Program Percepatan Penyediaan Air Minum oleh PDAM.

Pemerintah melalui Perpres nomor 86 tahun 2006 tentang Pemberian jaminan

untuk percepatan pembangunan pembangkit yang menggunakan batubara yang

kemudian di revisi dengan Perpres 91 tahun 2007 dan diatur lebih lanjut melalui PMK

nomor 44/PMK.01/2008 tentang Persyaratan dan Pelaksanaan Pemberian Jaminan

Pemerintah untuk Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang

Menggunakan Batubara, memberikan jaminan penuh atas kewajiban pembayaran

pinjaman PT PLN (Persero) kepada kreditor. Jaminan dimaksud diberikan dengan

ketentuan terms & conditions pinjaman disetujui oleh Menteri Keuangan.

Proses penerbitan Surat Jaminan Pemerintah terkait proyek 10.000 MW, melalui

beberapa tahap sebagai berikut:

a. Penerbitan surat persetujuan pemenang lelang atau persetujuan harga pinjaman

(pricing), DJPU menerbitkan benchmark sebagai dasar dalam memberikan

persetujuan pricing, serta dapat dijadikan dasar bagi PT PLN (Persero) dalam

melakukan negosiasi dengan calon Lender.

b. Penerbitan surat persetujuan penandatanganan Perjanjian Kredit antara PT PLN

(Persero) dengan Kreditor. DJPU, BKF dan Biro Hukum melakukan penelitian terms

& conditions pada konsep final Perjanjian Kredit yang akan ditandatangani. Dalam

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 81

hal diperlukan, dapat meminta dilakukan perubahan konsep final Perjanjian

Kredit.

c. Penerbitan surat persetujuan terms and conditions dan Surat Jaminan Pemerintah.

Untuk Program Percepatan Penyediaan Air Minum oleh PDAM, sesuai dengan

Perpres No. 29 tahun 2009 dan PMK 229/PMK.01/2009, Pemerintah memberikan

jaminan atas pembayaran kembali kredit PDAM kepada bank sebesar 70% dan subsidi

atas bunga yang dikenakan oleh bank (paling tinggi sebesar 5% diatas BI rate). Dalam

rangka pelaksanaan program tersebut, DJPU melakukan evaluasi terhadap calon bank

pemberi kredit untuk ditetapkan sebagai calon Bank Pemberi Kredit dan review atas

term and conditions konsep akhir perjanjian kredit.

Untuk mengetahui lebih dini potensi gagal bayar pihak yang dijamin, perlu

dilakukan monitoring dengan melakukan evaluasi, pemantauan, dan mitigasi atas

risiko yang mungkin timbul. Monitoring untuk proyek percepatan 10.000 MW telah

dilakukan dengan melakukan evaluasi proyek yang telah berjalan, pemantauan

lapangan atas keberlangsungan pembangunan proyek, mitigasi risiko atas

permasalahan yang terjadi dalam pembangunan proyek maupun penyediaan bahan

bakar serta analisis kondisi keuangan untuk mengetahui potensi gagal bayar.

Sedangkan untuk program percepatan penyediaan air minum, belum dapat

dilaksanakan karena sampai akhir tahun 2010 program tersebut belum terealisasi.

Untuk mendukung pengelolaan kewajiban kontinjensi, DJPU juga telah menyusun

suatu kajian terhadap jaminan Pemerintah berdasarkan peraturan Perundang-

undangan dan perjanjian. Kajian dan masukan dilakukan terhadap usulan peraturan

perundang-undangan khususnya mengenai jaminan Pemerintah, baik jaminan yang

dilakukan oleh Badan Usaha Penjamin Infrastruktur (BUPI) maupun jaminan

Pemerintah secara langsung. Selain itu, kajian difokuskan pada jaminan Pemerintah

dengan mempertimbangkan banyaknya surat jaminan yang telah dikeluarkan oleh

Pemerintah dan semakin beragamnya perjanjian yang telah atau akan diperjanjikan

oleh Pemerintah. Kajian tersebut sangat diperlukan dalam memperkecil risiko fiskal.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 82

Dalam upaya untuk menjamin ketersediaan dana jaminan Pemerintah, DJPU

sebagai KPA mengajukan usulan alokasi dana dalam APBN berdasarkan perhitungan

bersama antara BKF dan DJPU dengan mempertimbangkan potensi gagal bayar dari

pihak yang dijamin Pemerintah. Namun demikian, mengingat kebutuhan dana yang

semakin besar untuk tahun-tahun mendatang seiring dengan meningkatnya kewajiban

pembayaran kepada kreditur, akan dilakukan pengelolaan dana kewajiban kontinjensi

dalam suatu rekening khusus yang dikelola dan diakumulasikan dari tahun ke tahun.

Pada pertengahan tahun 2010 juga telah dibahas proyek baru yang akan mendapat

jaminan Pemerintah dan berpotensi menimbulkan kewajiban kontinjensi yaitu proyek

Kerjasama Pemerintah – Swasta (KPS) Central Java Power Plant (CJPP) dan percepatan

10.000 MW tahap II. Untuk proyek CJPP, telah dilakukan kajian bersama unit terkait

atas klausul-klausul dalam Guarantee Agreement (GA) dan Power Purchase Agreement

(PPA) yang layak dijamin. Hal ini dimaksudkan agar proyek CJPP dapat memperoleh

pendanaan dengan tarif listrik yang cukup rendah namun dengan risiko yang

terkendali bagi Pemerintah. Untuk percepatan 10.000 MW tahap II sedang dalam

proses penyusunan RPMK terkait jaminan kelayakan usaha PT PLN (Persero).

6. Asset-Liability Management (ALM)

Pengelolaan keuangan negara pada saat ini dan masa yang akan datang

menghadapi tantangan yang berat dari adanya perubahan kondisi global dan

tantangan ekonomi domestik yang cukup besar. Pemerintah dituntut semakin

meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan negara agar dapat

mencapai tujuan pembangunan nasional yang diharapkan. Untuk meningkatkan

kinerja pengelolaan keuangan negara yang didalamnya termasuk pengelolaan risiko

keuangan, Pemerintah perlu menerapkan ALM .

Dalam upaya menerapkan ALM dalam pengelolaan keuangan negara,

Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia pada tahun 2008 telah mengundang Tim

World Bank dan IMF untuk secara bersama dengan Kementerian Keuangan dan Bank

Indonesia melakukan diagnosa terhadap Neraca Negara Indonesia (didalamnya

termasuk neraca Pemerintah di Bank Indonesia). Hasil kerjasama antara TIM World

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 83

Bank –IMF dan Pemerintah dituangkan dalam suatu laporan yang disampaikan pada

awal tahun 2009. Dalam Laporan tersebut dimasukkan berbagai rekomendasi

penerapan ALM yang secara garis besar dikelompokkan kedalam:

a. Koordinasi pengelolaan cadangan devisa dan portofolio utang luar negeri

b. Perbaikan Neraca Negara Indonesia dan pengembangan pasar SBN domestik;

c. Koordinasi antara pengelolaan kas dan pengelolaan utang.

Sebagai tindak lanjut dari rekomendasi tersebut, pada tahun 2009 dibentuk Tim

ALM Kementerian Keuangan yang tugasnya melakukan pengkajian penerapan ALM

di Indonesia dan bekerja sama dengan Bank Indonesia mengevaluasi hal-hal yang

dibutuhkan dalam penerapan ALM. Tim ALM juga telah memulai menjajaki langkah-

langkah untuk perbaikan neraca Pemerintah dan Bank Indonesia seperti

restruktuirisasi surat utang Pemerintah yang di miliki Bank Indonesia dan pengelolaan

risiko nilai tukar (forex) secara bersama.

Pada tahun 2010 penerapan ALM semakin diintensifkan dengan melanjutkan

upaya perbaikan neraca Bank Indonesia dan pengembangan pasar SBN dengan

melakukan persiapan konversi Surat Utang Pemerintah yang dimiliki BI dengan SBN

Tradable, serta menyiapkan revisi Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan

Gubernur Bank Indonesia tentang SRBI yang memuat kesepakatan tentang jadwal

pembayaran SRBI dan mekanisme penambahan modal BI. Selain hal tersebut, pada

akhir tahun 2010 juga dilakukan diskusi dengan Tim World Bank-IMF tentang

kemajuan penerapan ALM di Indonesia, serta mulai dilakukan persiapan

pembentukan Komite ALM Kementerian Keuangan.

D. Perkembangan Pending Matters Renstra 2010-2014

Dalam hal pembiayaan APBN, tujuan dan sasaran tahun 2005-2009 sebagian besar telah

dapat dicapai dengan baik. Namun demikian, masih terdapat beberapa target yang belum

dapat terealisasikan (pending matters) antara lain penyediaan landasan hukum yang

berkaitan dengan pemenuhan pembiayaan APBN, yang sampai dengan saat ini masih

dalam proses penyelesaian. Perkembangan penyelesaian pending matters tersebut adalah

sebagai berikut:

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 84

1. Penyusunan Undang-Undang tentang Pinjaman Luar Negeri Pemerintah

Sampai dengan akhir tahun 2009, pengajuan dan pembahasan Rancangan Undang-

undang Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (RUU PHLN) kepada DPR belum dapat

terlaksana melalui Program Legislasi Nasional (Prolegnas) 2005-2009. Selama proses

pembahasan tahun 2009, Tim Kerja telah melakukan beberapa perubahan

ketentuan/pasal dalam Naskah RUU tentang Pinjaman dan Hibah Luar Negeri.

Pembahasan dan perubahan pada RUU tersebut salah satunya adalah mengenai

perubahan ruang lingkup (skema) dan judul RUU yang semula RUU Pinjaman dan

Hibah Luar Negeri menjadi RUU Pinjaman Luar Negeri Pemerintah (PLNP). Hal ini

dilakukan dengan pertimbangan bahwa hibah luar negeri cukup diatur dalam

Peraturan Pemerintah.

Dalam rangka penyiapan RUU PLNP, selama tahun 2010, Tim telah melaksanakan

beberapa kegiatan yaitu:

a. Rapat Pembahasan

Rapat pembahasan Penyusunan RUU PLNP i) menyusun Laporan Akhir Tahun

2009, ii) menyusun Program Kerja Tahun 2010, dan iii) membahas hasil Roundtable

Discussion Penyusunan RUU PLNP Tahun 2009.

b. Bilateral Meeting

Dalam rangka memperoleh kesepahaman bersama antara stakeholder utama

dalam pengelolaan pinjaman luar negeri pemerintah, yaitu Kementerian

PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan telah diselenggarakan Bilateral Meeting

dengan agenda utama:

1) Merumuskan pengaturan mengenai Rencana Pemanfaatan Pinjaman Luar

Negeri Pemerintah yang tercantum dalam Pasal 10 yang berbunyi:

a) Menteri Perencanaan menyusun rencana pemanfaatan Pinjaman Luar

Negeri;

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 85

b) Rencana pemanfaatan Pinjaman Luar Negeri sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) disusun berdasarkan RPJM dan Kebijakan Pengelolaan Pinjaman

Luar Negeri;

c) Dalam menyusun rencana pemanfaatan Pinjaman Luar Negeri

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri Perencanaan berkoordinasi

dengan Menteri Keuangan.

2) Merumuskan sekaligus menegaskan kejelasan peranan, tanggung jawab, dan

mandat (clarity of roles, responsibilities, and delegations) dari semua pihak yang

terlibat dalam kegiatan yang berkenaan dengan pengadaan dan pengelolaan

pinjaman luar negeri, khususnya Kementerian Keuangan dan Kementerian

PPN/Bappenas.

c. Penyusunan Naskah Akademis

Dalam rangka penyempurnaan Naskah Akademis RUU PLNP, telah

dilaksanakan rapat intensif yang diikuti Anggota Tim Kerja. Penyempurnaan

tersebut dilakukan dalam rangka pembaruan data dan kondisi pelaksanaan

pinjaman luar negeri, sekaligus dalam rangka penyesuaian Naskah Akademis yang

ada dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-

01.PP.01.01 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Naskah Akademik

Rancangan Peraturan Perundang-Undangan.

Berdasarkan Kegiatan Penyusunan Naskah RUU PLNP dan Naskah Akademis

Tahun 2010, agenda kerja tahun 2011 adalah sebagai berikut:

a. Penyusunan Laporan Akhir Tahun Kegiatan Penyusunan Naskah RUU PLNP dan

Naskah Akademis Tahun 2010;

b. Penyampaian Laporan Akhir Tahun Kegiatan Penyusunan Naskah RUU PLNP dan

Naskah Akademis Tahun 2010 kepada Anggota Tim Kerja dan Tim Pengarah;

c. Presentasi kepada Menteri Keuangan untuk mendapatkan arahan lebih lanjut;

d. Penyelesaian Naskah RUU PLNP dan Naskah Akademis.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 86

2. Pengelolaan portofolio dan risiko utang pemerintah dengan menggunakan instrumen

derivatif

Penggunaan instrumen derivatif dalam pengelolaan portofolio dan risiko utang

Pemerintah memerlukan beberapa persiapan yang panjang bagi Pemerintah,

khususnya DJPU. Persiapan tersebut misalnya penyediaan infrastruktur dasar yang

diperlukan, antara lain landasan operasional, dokumentasi legal dan prosedur standar.

Pada tahun 2010, telah dilakukan penyusunan materi atas peraturan operasional dalam

bentuk RPMK sebagai dasar pelaksanaan transaksi lindung nilai dalam pengelolaan

utang Pemerintah. Atas konsep RPMK dimaksud, DJPU telah meminta kepada Biro

Hukum Kementerian Keuangan melalui surat nomor S-117/PU.5/2010 tanggal 14

Desember 2010 agar dapat melakukan penelaahan atas bentuk format peraturan,

substansi dan legal drafting-nya.

Selain konsep RPMK tersebut, terdapat beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti di

level pimpinan Kementerian Keuangan, antara lain:

a. Fokus utama dari tujuan pelaksanaan transaksi lindung nilai, salah satunya adalah

sebagai instrumen untuk mengendalikan beban pembayaran kewajiban utang

dalam APBN yang memerlukan koordinasi antar unit Eselon I, mengingat terdapat

kewenangan dari unit-unit lain di luar DJPU, antara lain BKF dalam hal fiscal risk

management, Ditjen Anggaran dalam hal budget management, dan Ditjen

Perbendaharaan dalam hal cash management.

b. Perlunya melakukan identifikasi dan analisis net eksposur antara asset dan liability

sebelum dilakukannya transaksi lindung nilai.

c. Penyiapan standar pencatatan akuntansi dan pelaporan, mengingat belum adanya

aturan dalam Standar Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) terkait transaksi lindung

nilai dengan instrumen derivatif oleh Pemerintah. SAPP selanjutnya dapat

dijadikan pedoman unit-unit teknis di Kementerian Keuangan dalam melakukan

transaksi lindung nilai dengan instrumen derivatif.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 87

E. Akuntabilitas Keuangan

Alokasi Pagu awal tahun 2010 yang disediakan dalam rangka pembiayaan pelaksanaan

kegiatan-kegiatan pada DJPU adalah sebesar Rp77,93 miliar. Namun, pada Semester II

terdapat revisi pagu DIPA menjadi Rp218,19 miliar, yang disebabkan pengurangan dana

karena penghematan dalam rangka optimalisasi belanja DJPU sebesar Rp6,99 miliar dan

penambahan dana sebesar Rp147,25 miliar untuk keperluan pembelian gedung Ex-Balai

Pustaka. Realisasi penyerapan DIPA pada tahun 2010 sebesar 84,37% (Rp184,09 miliar),

dengan rincian per program dan per belanja sebagai berikut:

Tabel 11 Pagu dan Realiasi Anggaran Tahun 2010

(per program)

(dalam miliar rupiah)

No Program Pagu revisi Realisasi

1 Program Penerapan Kepemerintahan yang Baik 30,09 28,76

2 Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur 2,02 1,93

3 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara

152,00 121,07

4 Program Pengelolaan dan Pembiayaan Hutang 34,07 32,33

J u m l a h 218,19 184,09

Tabel 12 Pagu dan Realiasi Anggaran Tahun 2010

(per belanja)

(dalam miliar rupiah)

No Belanja Pagu revisi Realisasi

1 Belanja Pegawai 13,45 12,86

2 Belanja Barang 52,47 49,96

3 Belanja Modal 152,28 121,26

J u m l a h 218,19 184,09

Capaian realisasi anggaran sebesar Rp184,09 miliar (84,37%) antara lain disebabkan:

1. Penghematan dana pembelian gedung Balai Pustaka dari pagu sebesar Rp147,25 miliar

dengan realisasi sebesar Rp116,65 miliar;

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 88

2. Penghematan lelang renovasi gedung AA Maramis II dari pagu sebesar Rp1,19 miliar

dengan realisasi sebesar Rp0,97 miliar;

3. Penghematan pembayaran gaji pegawai dan langganan daya dan jasa dari pagu sebesar

Rp15,29 miliar dengan realisasi sebesar Rp14,46 miliar;

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 89

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

DJPU adalah organisasi yang memiliki peranan strategis di bidang pengelolaan utang.

Peran strategis tersebut adalah:

1. Memenuhi pembiayaan APBN yang bersumber dari utang;

2. Mewujudkan kesinambungan fiskal melalui pengelolaan portofolio dan risiko utang;

3. Pengembangan pasar yang dalam, aktif, dan likuid.

Dalam rangka melaksanakan peran strategis tersebut, pada tahun 2010 DJPU telah

menetapkan target kinerja yang akan dicapai dalam bentuk kontrak kinerja antara Direktur

Jenderal Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan. Pada Kontrak kinerja tersebut

terdapat peta strategi dengan 12 sasaran strategis (SS) yang ingin dicapai. Untuk setiap SS

yang disusun dan ditetapkan memiliki ukuran yang disebut sebagai Indikator Kinerja

Utama (IKU). Keseluruhan IKU DJPU pada tahun 2010 berjumlah 23 IKU. Capaian SS dan

IKU DJPU tahun 2010 adalah: 9 SS dan 18 IKU berstatus hijau atau memenuhi dan atau di

atas target; 2 SS dan 3 IKU berstatus kuning atau kurang memenuhi target; serta 1 SS dan 1

IKU berstatus merah atau jauh kurang memenuhi target.

Disamping SS yang tersebut di atas, terdapat beberapa kinerja yang terkait dengan SS

tersebut dan lebih bersifat outcomes, namun tidak menjadi IKU DJPU, yaitu:

1. Dari sisi instrumen utang terdapat suatu kecenderungan pergeseran pola pembiayaan

yang mengarah pada market based financing melalui penerbitan SBN.

2. Berkaitan dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003, rasio

utang terhadap PDB menurun dari 47 persen pada akhir tahun 2005 dan menjadi 26

persen pada akhir tahun 2010. Rasio ini mengindikasikan bahwa jumlah utang yang

ditarik oleh pemerintah setiap tahun telah dilakukan secara hati-hati, terencana, dan

tepat sasaran sehingga kontribusinya terhadap perekonomian nasional telah

mendorong peningkatan ekonomi dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan

peningkatan utang itu sendiri.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 90

3. Perkembangan stok utang luar negeri secara absolut/nominal menunjukkan sedikit

kenaikan karena peningkatan stok utang dalam mata uang US dollar akibat penerbitan

SBN valas untuk memenuhi target penerbitan SBN neto dalam periode 2005-2010 yang

meningkat tajam. Penerbitan SBN Valas tersebut dilakukan terutama untuk

menghindari crowding out effect di pasar keuangan domestik.

4. Pengelolaan fiskal dan utang yang semakin ditunjukkan melalui perbaikan credit rating

dan country risk classification Indonesia.

5. Untuk mendukung pengelolaan kewajiban kontinjensi, DJPU juga telah menyusun

suatu kajian terhadap usulan peraturan perundang-undangan mengenai jaminan

Pemerintah, baik jaminan yang dilakukan oleh Badan Usaha Penjamin Infrastruktur

(BUPI) maupun jaminan Pemerintah secara langsung. Kajian tersebut sangat

diperlukan dalam memperkecil risiko fiskal.

6. Pada tahun 2010 penerapan ALM semakin diintensifkan dengan melanjutkan upaya

perbaikan neraca Bank Indonesia dan pengembangan pasar SBN dengan melakukan

persiapan konversi Surat Utang Pemerintah yang dimiliki BI dengan SBN Tradable,

serta menyiapkan revisi Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur

Bank Indonesia tentang SRBI yang memuat kesepakatan tentang jadwal pembayaran

SRBI dan mekanisme penambahan modal BI. Selain hal tersebut, pada akhir tahun 2010

juga dilakukan diskusi dengan Tim World Bank-IMF tentang kemajuan penerapan

ALM di Indonesia, serta mulai dilakukan persiapan pembentukan Komite ALM

Kementerian Keuangan.

Perkembangan penyelesaian pending matters Renstra 2010-2014 adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan Undang-Undang tentang Pinjaman Luar Negeri Pemerintah, sampai tahun

2010 telah dilakukan penyempurnaan Naskah Akademis RUU PLNP terkait

pembaruan data dan kondisi pelaksanaan pinjaman luar negeri.

2. Penyusunan materi atas peraturan operasional dalam bentuk konsep RPMK sebagai

dasar pelaksanaan transaksi lindung nilai dalam pengelolaan utang telah disampaikan

kepada Biro Hukum Kementerian Keuangan agar dapat melakukan penelaahan atas

bentuk format peraturan, substansi dan legal drafting-nya.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 91

B. Saran

Berbagai keberhasilan kinerja yang telah dicapai di atas kiranya dapat dipertahankan

bahkan ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang. Sementara untuk beberapa

program/kegiatan yang capaian kinerjanya belum mencapai target sebagaimana

direncanakan akan ditingkatkan kinerjanya pada tahun-tahun mendatang.

Dengan disusunnya LAKIP ini diharapkan dapat memberikan informasi secara

transparan baik kepada Pimpinan maupun seluruh pihak yang terkait dengan tugas dan

fungsi DJPU, sehingga dapat memberikan umpan balik guna peningkatan kinerja pada

periode berikutnya dalam rangka lebih memberikan manfaat kepada masyarakat maupun

kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan pengelola utang.

KEMENTERIAN KEUANGAN

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG

Pengembanganorganisasi yang handal

dan modem

TIK

711J-11Pembangunan sistemT1K yang terintegrasi

PU-12Pengelolaan anuaran,

yang optimal

KONTRAK KINERJADIREKTUR JENDERAL PENGELOLAAN UTANG

KEMENTERIAN KEUANGANTAHUN 2010

A. Pernyataan Kesanggupan

Dalam melaksanakan tugas sebagai Direktur Jenderal Pengelolaan Utang, saya akan:

Melaksanakan tugas dan fungsi dengan penuh kesungguhan untuk mencapai target kinerja

sebagaimana tercantum dalam Kontrak Kinerja ini.

Bersedia untuk dilakukan evaluasi atas capaian kinerja kapanpun diperlukan.

3. Menerima segala konsekuensi atas capaian kinerja sesuai dengan peraturan yang berlaku.

B. Peta Strategi Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

VISIMenjadi Pengelola Utang yang mampu menyediakan sumber pembiayaan APBN yang paling efisien dan amanmelalui kegiatan pengelolaan yang mengedepankan standar tats-kelola internasional, dengan mengutamakan

pemanfaatan potensi pendanaan d keuangan domestik

PU-1Pembiayaan yang aman

bagi kesinambungan fiskal

PU-3 PU-4AkUntabilitas Kredibilitas

4)>

EV

JaVI a3

Y"0.

PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGANTo 7,EY

r.PU-S

Perumusan strategi dan

,„.....,.,... PU-6

Pengelolaan portofollo

"00...„..„.

.. ii,U-7Pengembangan ,.-.-e---

.PU-8

. Monitoring dan evaluasi

kebijakan pengelolaanutangyang berkualitas

dan kewalibanutangyang optimal dan efektlf

pasar SBN yangdalam, aktif, dan

likuid

Illk kepatuhan yang efektifdaiamen eloiaanP g

utang

SONI

PU-9PernbentukanSOM

yang berinteglitas danberitompetensl tinge

C. Target Cap aian

No. Uraian IKU Realisasi2009

Target2010

Perspektifdan Bobot

PU-1.1 Pemenuhan target pembiayaanmelalui utang

98,86%(Rp173,12 T)

100%(Rp199,94 T)

StakeholderPerspective

(35%)PU-2.1 Ketersediaan informasi dalam

rangka transparansi pengelolaanu tang

489 set 518 set CustomerPerspective

(20%)PU-3.1 Opini BPK terhadap LK BA

Pengelolaan Utang100%(WTP)

100%(WTP)

PU-4.1 Pembayaran utang tepat waktu,tepat jumlah, dan tepat sasaran

99,99% 100%

PU-5.1 Jumlah peraturan dan keputusanyang mendukung pengelolaanutang

20 set 36 set Internalprocess

Perspective(25%)PU-5.2 Tersedianya dokumen strategi

pengelolaan u tang2 dokumen 2 dokumen

PU-6.1 Persentase pemenuhan strukturportofolio utang sesuai denganstrategi

87,40% 100%

PU-6.2 Pencapaian target effective cost 80,80% 100%

PU-6.3 Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang

5,70% 6,94%

PU-6.4 Persentase dokumen tagihan yangdiverifikasi secara tepat waktu

N/A 100%

PU-7.1 Efektivitas instrumen pembiayaanbaru

139,91% 100%

PU-7.2 Peningka tan pemahamanmasyarakat dan pelaku ekonomiterhadap pengelolaan SBN

N/ A 67,50%

PU-7.3 Partisipasi investor dalampenerbitan SBN

250,45% 145%

PU-8.1 Tingkat kepatuhan pengelolaanu tang yang sesuai dengan

berla kuketenluan dan prosedur yang

100% 100%

PU-9.1 Persentase pejabat yang telahmemenuhi standar kompetensijaba tannya

N/A 80% Learning &Growth

Perspective(20%)PU-9.2 Jumlah pegawai yang dijatuhi

huku man disiplin sedang atauberat

1 orang(0,3%)

1 orang(0,3%)

PU-9.3 Persentase jam pelatihan pegawaiDJPU terhadap jam kerja

N/A 3,37 %

PU-10.1 Persentase penyelesaianpenataan/modemisasi organisasi

N/A 100%

No. Uraian IKURealisasi

2009Target2010

Perspektifdan Bobot

PU-10.2 Jumlah doku men perencanaan danevaluasi kinerja organisasi

4 dokumen 6 dokumen Learning &

Growth

Perspective

(20%)PU-10.3 Persentase penyelesaian SOP 100% 100%

PU-11.1 Sistem aplikasi TIK di bidangpengelolaan u tang yangterimplementasi sesuai rencana

90% 100%

PU-12.1 Persentase penyerapan DIPA 85,82% 85%23. PU-12.2 Persentase ketepa tan perencanaan

anggaran dan kinerjaN/A 100%

Jakarta, 19 Februari 2010Menyetujui

Menteri Keuangan, Direktur Jendcral Pengelolaan Utang, CO,

C:QrrYwY1444-J Cam'

Sri Mulyani Indrawati Rahmat Waluyanto

KEMENTERIAN KEUANGAN

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG

Unit Organisasi Eselon I : Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Tahun Anggaran : 2010

1 Pembiayaan yang aman bagi 1.1 Pemenuhan target pembiayaan Persen 100.00 99.47 118.94 stabilize

kesinambungan fiskal melalui utang

2 Transparansi 2.1 Ketersediaan informasi dalam Set 518.00 610.00 117.76 maximize

rangka transparansi pengelolaan

utang

3 Akuntabilitas 3.1 Opini BPK terhadap laporan Persen 100.00 87.50 97.22 stabilize

keuangan pengelolaan utang

4 Kredibilitas 4.1 Pembayaran utang tepat waktu, Persen 100.00 100.00 120.00 stabilize

tepat jumlah, dan tepat sasaran

5 Perumusan strategi dan 5.1 Jumlah peraturan dan keputusan Set 36.00 40.00 111.11 maximize

kebijakan pengelolaan yang mendukung

utang yang berkualitas pengelolaan utang

5.2 Tersedianya dokumen strategi Set 2.00 2.00 120.00 stabilize

pengelolaan utang

6 Pengelolaan portofolio dan 6.1 Persentase pemenuhan struktur Persen 100.00 96.04 112.08 stabilize

kewajiban utang yang optimal portofolio utang sesuai dengan

dan efektif strategi

6.2 Pencapaian target effective cost Persen 100.00 80.02 119.98 minimize

(6) (7) (8)(1) (2) (3) (4) (5)

PENGUKURAN KINERJA

TAHUN 2010

NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN TARGET REALISASI

PERSENTASE

PENCAPAIAN

TARGET *)

KET

1 dari 3

(6) (7) (8)(1) (2) (3) (4) (5)

NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN TARGET REALISASI

PERSENTASE

PENCAPAIAN

TARGET *)

KET

6.3 Rasio beban bunga terhadap rata- Persen 6.94 5.33 120.00 minimize

rata outstanding utang

6.4 Persentase dokumen tagihan Persen 100.00 100.00 120.00 stabilize

yang diverifikasi secara

tepat waktu

7 Pengembangan pasar SBN 7.1 Efektifitas instrumen Persen 100.00 0.00 0.00 maximize

yang dalam, aktif, dan likuid pembiayaan baru

7.2 Peningkatan pemahaman Persen 67.50 76.74 113.69 maximize

masyarakat dan pelaku ekonomi

terhadap pengelolaan SBN

7.3 Partisipasi investor dalam Persen 145.00 265.06 120.00 maximize

penerbitan SBN

8 Monitoring dan evaluasi 8.1 Tingkat kepatuhan pengelolaan Persen 100.00 94.73 109.46 stabilize

kepatuhan yang efektif dalam utang sesuai dengan ketentuan

pengelolaan utang dan prosedur yang berlaku

9 Pembentukan SDM yang 9.1 Persentase pejabat yang telah Persen 80.00 90.00 112.50 maximize

berintegritas dan memenuhi standar kompetensi

berkompetensi tinggi jabatannya

9.2 Jumlah pegawai yang dijatuhi Pegawai 1.00 0.00 120.00 minimize

hukuman disiplin sedang/berat

9.3 Persentase jam pelatihan Persen 5.70 5.90 112.98 stabilize

pegawai DJPU terhadap (revisi target

jam kerja sblm 3,37%)

2 dari 3

(6) (7) (8)(1) (2) (3) (4) (5)

NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN TARGET REALISASI

PERSENTASE

PENCAPAIAN

TARGET *)

KET

10 Pengembangan organisasi 10.1 Persentase penyelesaian Persen 100.00 100.00 100.00 maximize

yang handal dan modern penataan/modernisasi organisasi

10.2 Jumlah dokumen perencanaan Dokumen 6.00 6.00 100.00 maximize

dan evaluasi kinerja organisasi

10.3 Persentase penyelesaian SOP Persen 100.00 100.00 100.00 maximize

11 Pembangunan sistem TIK 11.1 Sistem aplikasi TIK di bidang Persen 100.00 100.00 100.00 maximize

yang terintegrasi pengelolaan utang yang

terimplementasi sesuai rencana

12 Pengelolaan anggaran 12.1 Persentase penyerapan DIPA Persen 85.00 84.37 99.26 maximize

yang optimal

12.2 Persentase ketepatan Persen 100.00 114.93 114.93 maximize

perencanaan anggaran dankinerja

*) dihitung berdasarkan Nilai Kinerja Unit

No Pagu revisi

1 Penerapan Kepemerintahan Yang Baik Rp30,092,666,000.00

2 Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur Rp2,021,750,000.00

3 Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara Rp152,002,713,000.00

4 Pengelolaan dan Pembiayaan Hutang Rp34,074,382,000.00

Jumlah Anggaran Program Tahun 2010 : Rp218,191,511,000.00

Realisasi Pagu Anggaran Program Tahun 2010: Rp184,206,507,790.00

Rp121,072,256,400.00

Rp32,403,851,780.00

Program Realisasi

Rp28,799,100,610.00

Rp1,931,299,000.00

3 dari 3

KEMENTERIAN KEUANGAN

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG

Unit Organisasi : Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Tahun Anggaran: 2011

PU-1 Pembiayaan APBN yang cukup, efisien, PU-1.1 Persentase pemenuhan target pembiayaan melalui 100.00 Persen

dan aman untuk mendukung utang yang cukup, efisien, dan aman

kesinambungan fiskal

PU-1.2 Persentase pencapaian target effective cost 100.00 Persen

PU-1.3 Persentase pemenuhan struktur portofolio utang sesuai

dengan strategi

100.00 Persen

PU-2 Transparansi pengelolaan utang PU-2.1 Persentase publikasi dalam rangka transparansi

pengelolaan utang

100.00 Persen

PU-3 Akuntabilitas pengelolaan utang PU-3.1 Opini BPK terhadap LK BA Pengelolaan Utang dan

Hibah

100.00 Persen

PU-4 Kredibilitas pengelolaan utang PU-4.1 Indeks kepuasan terhadap layanan Pengelolaan Utang 3.87 Indeks

PU-4.2 Persentase pembayaran utang tepat waktu, tepat jumlah

dan tepat sasaran

100.00 Persen

PU-5 Perumusan strategi dan kebijakan

pengelolaan utang yang berkualitas

PU-5.1 Persentase penyediaan peraturan dan keputusan yang

mendukung pengelolaan utang

100.00 Persen

PU-5.2 Persentase penyelesaian dokumen strategi pengelolaan

utang

100.00 Persen

PU-6 Pengembangan pasar SBN yang dalam, PU-6.1 Tingkat efektifitas edukasi dan komunikasi 69.00 Persen

aktif, dan likuid

PU-6.2 Persentase jumlah nominal penawaran yang masuk

dalam transaksi SBN rupiah terhadap target indikatif

151.50 Persen

PU-7 Pengelolaan portofolio utang yang optimal PU-7.1 Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang 6.60 Persen

PU-7.2 Akurasi Penetapan yield/ imbalan SBN dan biaya

pinjaman terhadap benchmark

100.00 Persen

PU-7.3 Persentase pemenuhan target pembiayaan melalui

utang yang bersumber dari dalam negeri

100.00 Persen

PU-8 Pengelolaan kewajiban utang yang efektif PU-8.1 Persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara

tepat waktu

100.00 Persen

PU-9 Monitoring dan evaluasi kepatuhan yang

efektif dalam pengelolaan utang

PU-9.1 Persentase tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang

sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku

100.00 Persen

PU-9.2 Rata-rata persentase realisasi janji layanan unggulan 100.00 Persen

RENCANA KINERJA TAHUNAN

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

(1) (2) (3)

1 dari 2

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

(1) (2) (3)

PU-10 Pembentukan SDM yang berkompetensi

tinggi

PU-10.1 Persentase pejabat yang telah memenuhi standar

kompetensi jabatannya

80.00 Persen

PU-10.2 Rasio jam pelatihan pegawai DJPU dibandingkan jam

kerja

2.18 Persen

PU-10.3 Persentase penyusunan Standard Kompetensi Jabatan

(Hard Competency )

100.00 Persen

PU-11 Penataan organisasi yang adaptif PU-11.1 Jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kinerja

organisasi

4.00 dokumen

PU-11.2 Persentase UPR eselon II yang menerapkan manajemen

risiko

60.00 Persen

PU-11.3 Persentase penyelesaian SOP 100.00 Persen

PU-12 Perwujudan sistem TIK yang terintegrasi PU-12.1 Persentase pengembangan database utang yang

terintegrasi

45.00 Persen

PU-13 Pengelolaan anggaran yang optimal PU-13.1 Persentase penyerapan DIPA 95.00 Persen

PU-13.2 Persentase pencapaian anggaran dan kinerja output 100.00 Persen

2 dari 2