2012_10_01_17_50_48.pdf
DESCRIPTION
bps dki jakartaTRANSCRIPT
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 44/10/31/Th. XIV, 1 Oktober 2012 1
Laju pertumbuhan ekonomi yang diukur dari PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan
total PDRB Kabupaten/Kota di DKI Jakarta yang tercipta pada tahun 2011 meningkat 6,63
persen bila dibandingkan dengan tahun 2010, yakni dari Rp 391,64 triliun menjadi Rp 417,49
triliun.
Wilayah dengan pertumbuhan tercepat adalah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
dengan pertumbuhan sebesar 8,17 persen kemudian diikuti oleh Jakarta Selatan dan Jakarta
Pusat yang masing-masing tumbuh 6,98 persen dan 6,95 persen.
Pada tahun 2011, sekitar 71,3 persen dari nilai tambah yang tercipta di Jakarta berasal dari
sektor tersier. Sementara dari sektor sekunder sebesar 28,1 persen dan dari sektor primer
sebesar 0,6 persen.
Struktur perekonomian DKI Jakarta secara spasial, yang dihitung dari PDRB atas dasar harga
berlaku, menunjukkan sekitar 48,62 persen perekonomian Jakarta masih terkonsentrasi di
Kota Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan, yang masing-masing masing-masing sebesar 26,57
persen (Rp 259,68 triliun) dan 22,15 persen (Rp 216,38 triliun).
No. 44/10/31/Th. XIV, 1 Oktober 2012
PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA
TAHUN 2011
I. Laju Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Menurut Kabupaten/Kota
Laju pertumbuhan ekonomi, yang diukur dari PDRB atas dasar harga konstan, menunjukkan total
PDRB kabupaten/kota di DKI Jakarta yang tercipta pada tahun 2011 meningkat sebesar 6,63 persen bila
dibandingkan dengan tahun 2010, yakni dari Rp 391,64 triliun menjadi Rp 417,49 triliun. Nilai ini sedikit
berbeda dengan nilai PDRB Provinsi DKI Jakarta yang menunjukkan peningkatan 6,71 persen pada
periode yang sama, yaitu dari Rp 395,63 triliun menjadi Rp 422,16 triliun. Perbedaan ini terjadi karena
adanya perbedaan sumber data, cakupan, dan diskrepansi statistik dalam penghitungan nilai tambah.
Wilayah dengan pertumbuhan tercepat adalah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dengan
pertumbuhan sebesar 8,17 persen. Tingginya pertumbuhan yang dicapai oleh wilayah ini didorong oleh
meningkatnya produksi minyak mentah hingga lebih dari 10 persen pada tahun 2011 yang dipicu oleh
peningkatan harga minyak dunia pada saat itu. Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat sebagai pusat
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 44/10/31/Th. XIV, 1 Oktober 2012 2
perekonomian Jakarta masing-masing tumbuh 6,98 persen dan 6,95 persen. Sementara wilayah lainnya
juga mampu menunjukkan pertumbuhan diatas 6 persen meskipun masih dibawah rata-rata
pertumbuhan total PDRB Kabupaten/Kota yang sebesar 6,63 persen.
Tabel 1. PDRB adh Konstan menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010-2011, Pertumbuhan Ekonomi dan Sumber
Pertumbuhan Tahun 2011
Wilayah
PDRB Konstan (Milyar Rp)
Pertumbuhan Ekonomi Tahun
2011 (%)
Sumber Pertumbuhan (%)
2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5)
Jakarta Selatan 88.730,44 94.920,21 6,98 1,58 2
Jakarta Timur 66.725,67 70.918,90 6,28 1,07
Jakarta Pusat 102.859,74 110.007,95 6,95 1,83 1
Jakarta Barat 58.720,17 62.389,55 6,25 0,94
Jakarta Utara 73.383,11 78.046,75 6,36 1,19 3
Kep. Seribu 1.118,49 1.209,86 8,17 0,02
Total Kab/Kota 391.537,62 417.488,61 6,63 6,63
DKI Jakarta 395.633,58 422.162,57 6,71 xxxx
Catatan: Perbedaan antara total PDRB Kab/Kota dengan PDRB DKI Jakarta disebabkan oleh perbedaan sumber data, cakupan, dan diskrepansi Statistik.
Lebih lanjut, untuk mengetahui kontribusi nyata yang diberikan setiap wilayah dalam
pertumbuhan ekonomi total maka dilihat dari wilayah mana yang menjadi sumber pendorong
pertumbuhan total perekonomian enam wilayah kabupaten/kota tersebut. Sumber pertumbuhan terbesar
berasal dari wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan, yang masing-masing menyumbang 1,83 poin dan
1,58 poin dari laju pertumbuhan yang sebesar 6,63 persen. Hal ini dirasakan wajar, mengingat
perekonomian di kedua wilayah tersebut didorong oleh sektor tersier yang merupakan sektor dominan
dalam perekonomian Jakarta. Sumber pertumbuhan terbesar berikutnya berasal dari Kota Jakarta Utara
dengan kontribusi 1,19 poin. Kontribusi ini tentunya berasal dari kinerja sektor industri pengolahan yang
cukup baik di wilayah tersebut, terutama industri kendaraan bermotor. Sementara itu, Kabupaten
administrasi Kepulauan Seribu yang mencapai pertumbuhan tertinggi (8,17 persen) ternyata hanya
menyumbang 0,02 poin dalam pertumbuhan ekonomi yang dicapai pada tahun 2011. Ini menunjukkan
kontribusi Kepulauan Seribu belum cukup signifikan untuk ikut menentukan arah perekonomian Jakarta
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 44/10/31/Th. XIV, 1 Oktober 2012 3
Tabel 2.
Laju Pertumbuhan PDRB adh Konstan menurut Kabupaten/Kota dan Sektor Tahun 2011 (Persen)
Wilayah Primer Sekunder Tersier Total
(1) (2) (3) (4) (5)
Jakarta Selatan 0,21 7,25 6,92 6,98
Jakarta Timur 1,34 4,87 7,30 6,28
Jakarta Pusat 1,55 7,12 6,93 6,95
Jakarta Barat 0,82 4,36 6,75 6,25
Jakarta Utara 1,75 4,36 8,64 6,36
Kepulauan Seribu 8,50 6,65 5,51 8,17
Total Kab/Kota 6,92 5,21 7,15 6,63
DKI Jakarta 6,74 4,61 7,46 6,71
Catatan: Perbedaan antara total PDRB Kab/Kota dengan PDRB DKI Jakarta disebabkan oleh perbedaan sumber data, cakupan, dan diskrepansi Statistik.
II. Profil Spasial Ekonomi DKI Jakarta
Struktur perekonomian DKI Jakarta secara spasial, yang dihitung dari PDRB atas dasar harga
berlaku, menunjukkan sekitar 48 persen perekonomian Jakarta masih terkonsentrasi di Kota Jakarta
Pusat dan Jakarta Selatan. Pada tahun 2011 kedua wilayah tersebut memberikan rata-rata kontribusi
terhadap total Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota se-DKI Jakarta masing-masing sebesar
26,57 persen (Rp 259,68 triliun) dan 22,15 persen (Rp 216,38 triliun) dari total PDRB Kabupaten/Kota
yang sebesar 977,08 triliun rupiah. Setelah itu diikuti oleh Kota Jakarta Utara 18,74 persen (Rp 183,06
triliun), Kota Jakarta Timur 16,96 persen (Rp 165,71 triliun), Kota Jakarta Barat 15,01 persen (Rp 146,7
triliun) dan sisanya 0,57 persen (Rp 5,5 triliun) dari Kabupaten Kepulauan Seribu.
Tabel 3. PDRB adh Berlaku menurut Kabupaten/Kota dan Sektor Tahun 2011
(Milyar Rp)
Wilayah Primer Sekunder Tersier Total
Kab/Kota Kontribusi
Wilayah (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Jakarta Selatan 154,75 41.532,83 174.697,74 216.385,33 22,15
Jakarta Timur 134,41 70.455,13 95.120,47 165.710,01 16,96
Jakarta Pusat 38,25 30.416,64 229.225,50 259.680,39 26,57
Jakarta Barat 129,10 31.426,95 115.142,22 146.698,27 15,01
Jakarta Utara 258,48 100.877,94 81.925,07 183.061,49 18,74
Kepulauan Seribu 5.258,32 55,89 230,69 5.544,89 0,57
Total Sektor 5.973,30 274.765,38 696.341,69 977.080,37 100,00
DKI Jakarta 6.058,72 275.873,20 700.608,12 982.540,04 xxx
Catatan: Perbedaan antara total PDRB Kab/Kota dengan PDRB DKI Jakarta disebabkan oleh perbedaan sumber data, cakupan, dan diskrepansi Statistik.
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 44/10/31/Th. XIV, 1 Oktober 2012 4
Apabila perekonomian DKI Jakarta dipetakan menurut wilayah kabupaten/kota dan sektor
ekonomi maka akan dapat diketahui penyebaran kekuatan ekonomi Jakarta menurut wilayah. Sektor
ekonomi yang dimaksud merupakan pengelompokkan kegiatan ekonomi yang dibedakan menjadi: sektor
primer (Sektor Pertanian dan Sektor Pertambangan), sektor sekunder (Sektor Industri, Sektor Listrik,
Gas, dan Air Bersih, dan Sektor Konstruksi), dan sektor tersier (Sektor Perdagangan, Sektor
Pengangkutan, Sektor Keuangan, dan Sektor Jasa-Jasa). Ditinjau dari konstribusi sektoral, perekonomian
Jakarta masih didominasi oleh sektor tersier. Pada tahun 2011, sekitar 71,3 persen dari nilai tambah
yang tercipta di Jakarta berasal dari sektor tersier. Sementara dari sektor sekunder sebesar 28,1 persen
dan dari sektor primer sebesar 0,6 persen.
Lebih jauh lagi bila kontribusi sektoral tersebut dipetakan dalam PDRB Kabupaten/Kota, maka
wilayah penyumbang terbesar dalam pembentukan nilai tambah sektor tersier yang sebesar 71,3 persen
adalah Jakarta pusat dengan kontribusi sebesar 23,46 poin, kemudian diikuti oleh Kota Jakarta Selatan
dan Jakarta Barat yang masing-masing memberi kontribusi sebesar 17,88 poin dan 11,78 poin.
Sementara 14,51 poin lainnya berasal dari Jakarta timur, Jakarta Utara, dan Kepulauan Seribu.
Selanjutnya, kontribusi terbesar pada pembentukan nilai tambah sektor sekunder yang sebesar 28,1
persen berasal dari Jakarta Utara dengan kontribusi 10,32 poin diikuti oleh Jakarta Timur sebesar 7,21
poin. Wilayah lainnya memberi kontribusi dibawah 5 poin dalam pembentukan nilai tambah sektor
sekunder. Sementara itu, pada sektor primer, dari 0,61 persen kontribusi yang diberikan sektor primer,
Kepulauan Seribu menjadi wilayah dengan kontribusi terbesar. Besarnya nilai kontribusi oleh Kepulauan
Seribu didorong oleh nilai tambah sektor pertambangan minyak dan gas bumi yang memang hanya
berada di wilayah Kepulauan Seribu.
Tabel 4. Distribusi PDRB adh Berlaku menurut Kabupaten/Kota dan Sektor Tahun 2011
(persen)
Wilayah Primer Sekunder Tersier Total Kab/Kota
(1) (2) (3) (4) (5)
Jakarta Selatan 0,02 4,25 17,88 22,15
Jakarta Timur 0,01 7,21 9,74 16,96
Jakarta Pusat 0,00 3,11 23,46 26,57
Jakarta Barat 0,01 3,22 11,78 15,01
Jakarta Utara 0,03 10,32 8,39 18,74
Kepulauan Seribu 0,54 0,01 0,02 0,57
Total Kab/Kota 0,61 28,12 71,27 100,00
Catatan: Perbedaan antara total PDRB Kab/Kota dengan PDRB DKI Jakarta disebabkan oleh perbedaan sumber data, cakupan, dan diskrepansi Statistik.
Dalam ruang yang lebih kecil, kekuatan ekonomi yang ditunjukkan oleh setiap wialayah
kabupaten/kota tentunya tidak semua memiliki struktur ekonomi yang sama dengan DKI Jakarta sebagai
provinsi. Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan memiliki kekuatan sektor tersier yang lebih besar dari rata-
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 44/10/31/Th. XIV, 1 Oktober 2012 5
rata Jakarta dalam perekonomian di wilayahnya, yakni masing-masing sebesar 88,27 persen dan 80,73
persen. Demikian pula dengan sektor tersier di Jakarta Barat yang memberikan kontribusi 78,49 persen
dalam perekonomian Jakarta Barat.
Lain halnya dengan Jakarta Timur dan Jakarta Utara yang memiliki struktur ekonomi yang relatif
berimbang antara sektor tersier dan sekunder. Di Jakarta timur sektor tersier juga menjadi penyumbang
terbesar dalam pembentukan PDRB Jakarta Timur, hanya saja proporsinya tidak sebesar tiga wilayah
terdahulu. Kontribusi sektor tersier di Jakarta timur sekitar 57,4 persen. Nilai ini tidak terlalu jauh bila
dibandingkan dengan kontribusi sektor sekunder yang sebesar 42,52 persen. Demikian pula dengan Kota
Jakarta Utara. Kontribusi terbesar pada perekonomian Jakarta Utara diberikan oleh sektor sekunder,
yaitu sebesar 55,11 persen dari total PDRB Jakarta Utara. Setelah itu disusul oleh sektor tersier dengan
kontribusi sebesar 44,75 persen. Sementara itu, perekonomian Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
sangat tergantung pada sektor primer dengan kontribusi 94,83 persen terhadap total PDRB Kepulauan
Seribu. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, kontribusi terbesar diberikan oleh sektor
pertambangan-penggalian dengan kegiatan utama pertambangan minyak dan gas bumi yang memang
hanya terdapat di wilayah Kepulauan Seribu.
Tabel 5. Kontribusi PDRB adh Berlaku menurut sektor di setiap Kabupaten/Kota Tahun 2011
(persen)
Wilayah Primer Sekunder Tersier Total
(1) (2) (3) (4) (5)
Jakarta Selatan 0,07 19,19 80,73 100,00
Jakarta Timur 0,08 42,52 57,40 100,00
Jakarta Pusat 0,01 11,71 88,27 100,00
Jakarta Barat 0,09 21,42 78,49 100,00
Jakarta Utara 0,14 55,11 44,75 100,00
Kepulauan Seribu 94,83 1,01 4,16 100,00
Total Kab/Kota 0,61 28,12 71,27 100,00
Catatan: Perbedaan antara total PDRB Kab/Kota dengan PDRB DKI Jakarta disebabkan oleh perbedaan sumber data, cakupan, dan diskrepansi Statistik.
III. PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota di DKI Jakarta
Besaran PDRB Per Kapita suatu daerah bergantung pada besaran PDRB dan jumlah penduduk.
PDRB perkapita adalah besaran kasar yang menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk di suatu
wilayah pada suatu waktu tertentu. Pada tahun 2011, berdasarkan PDRB per kapita harga Berlaku
dengan migas wilayah dengan PDRB per Kapita tertinggi adalah Jakarta Pusat dengan nilai Rp 283,99
juta. Setelah itu diikuti oleh Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu sebesar Rp 259 juta rupiah.
Namun bila diukur dengan menggunakan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku tanpa migas,
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 44/10/31/Th. XIV, 1 Oktober 2012 6
Kepulauan Seribu menempati peringkat keenam dengan nilai sekitar Rp 18,97 juta. Jakarta Utara dan
Jakarta Selatan menempati urutan berikutnya dengan nilai masing-masing Rp 109,85 juta dan Rp 103,62
juta. Keempat wilayah tersebut memiliki PDRB per kapita yang lebih tinggi dari rata-rata Provinsi DKI
Jakarta yang sebesar Rp 100,98 juta. Sementara PDRB Per Kapita harga berlaku Jakarta Barat dan
Jakarta Timur masing-masing sebesar Rp 63,48 juta dan Rp 60,74 juta.
Tabel 6. PDRB Per Kapita DKI Jakarta Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011
(Rupiah)
Kabupaten/Kota Berlaku Konstan
Dengan Migas Tanpa Migas Dengan Migas Tanpa Migas
(1) (2) (3) (4) (5)
Jakarta Selatan 103.614.757 103.614.757 45.451.947 45.451.947
Jakarta Timur 60.743.424 60.743.424 25.996.360 25.996.360
Jakarta Pusat 283.985.266 283.985.266 120.304.188 120.304.188
Jakarta Barat 63.482.082 63.482.082 26.998.401 26.998.401
Jakarta Utara 109.847.090 109.847.090 46.832.396 46.832.396
Kepulauan Seribu 259.725.984 18.969.256 56.670.346 8.325.445
DKI Jakarta 100.985.324 100.457.044 43.389.808 43.283.728
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 44/10/31/Th. XIV, 1 Oktober 2012 7
BPS PROVINSI DKI JAKARTA
Informasi lebih lanjut hubungi:
Ir. Dwi Paramita Dewi, ME Bidang Neraca Wilayah & Analisis Statistik
Telepon : 021-42877301 Fax : 021-42877350 e-mail : [email protected] Homepage : http://jakarta.bps.go.id/