20090310058-bab-i
DESCRIPTION
disinfektanTRANSCRIPT
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Alergi adalah suatu keadaan hipersensitivitas yang diinduksi oleh pajanan
suatu antigen tertentu yang menimbulkan reaksi imunologi yang berbahaya pada
pajanan berikutnya (Dorland, 2002). World Allergy Organization (WAO)
menunjukkan prevalensi alergi terus meningkat dengan angka 30-40% populasi
dunia. Di Indonesia sendiri, walaupun belum ada angka pastinya, namun beberapa
peneliti memperkirakan bahwa peningkatan kasus alergi di Indonesia mencapai
30% per tahunnya (Mardiani, 2012). Anak usia sekolah lebih 40% mempunyai 1
gejala alergi, 20% mempunyai asma, 6 juta orang mempunyai dermatitis (alergi
kulit). Penderita hay fever lebih dari 9 juta orang (Clinical for children, 2009).
Alergi terjadi melalui tahap-tahap aktivasi sel-sel imunokompeten, aktivasi
sel-sel struktural, aktivasi dan rekrutmen sel-sel mast, eosinofil dan basofil, reaksi
mediator dengan target organ dan tahap timbulnya gejala (Kapsenberg, 2003).
Alergi terjadi akibat adanya paparan alergen, salah satunya ovalbumin.
Ovalbumin (OVA) adalah bahan yang dipakai pada banyak penelitian, dapat
merangsang pembentukan respon imun ke arah TH2 dominan. Ovalbumin
merupakan protein utama yang berasal dari putih telur ayam berupa glikoprotein
dengan berat molekul 45.000 dalton (Sugimoto, 1999).
Alergen yang berhasil masuk tubuh akan diproses oleh Antigen Presenting
Cells (APC). Peptida alergen yang dipresentasikan oleh APC menginduksi
-
2
aktivasi Limfosit T. Aktivasi Limfosit T oleh APC yang memproses alergen akan
mengaktivasi Limfosit TH2 untuk memproduksi sitokin-sitokinnya (Kapsenberg,
2003). Sel makrofag berperan sebagai sel yang mempresentasikan antigen
(antigen presenting cell = APC) (Siregar, 2008).
Makrofag diaktifkan oleh berbagai rangsangan, dapat menangkap,
memakan, dan mencerna antigen eksogen, seluruh mikroorganisme, partikel tidak
larut dan bahan endogen seperti sel penjamu yang cedera atau mati
(Baratawidjaja & Rengganis, 2009). Proses yang memerlukan pengenalan
antigen/mikroba, menelan, mencerna, dan degradasi disebut fagositosis (Siregar,
2008). Antibodi seperti halnya dengan komplemen (C3b) dapat meningkatkan
fagositosis (Pantas, 2009). Aktivitas fagositosis makrofag dapat dinilai dari
persentase makrofag yang memfagositosis partikel lateks, dihitung dari 100
makrofag yang terlihat di bawah mikroskop cahaya, dan rerata jumlah partikel
lateks yang difagositosis oleh setiap makrofag (Tjahajati et al 2004).
Makrofag merupakan salah satu bentuk imunitas bawaan pada sistem
tubuh manusia yang diciptakan Allah SWT, bekerja dengan terkoordinasi secara
rumit dan lengkap seperti firman Allah dalam surat An-Naml ayat 93 :
Artinya : 'DQNDWDNDQODK 6HJDODSXMLEDJL$OODK'LDDNDQPHPSHUOLKDWNDQNHSDGDPXtanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiDGDODODLGDULDSD\DQJNDPXNHUMDNDQ
-
3
Alergi secara tidak langsung memberikan dampak buruk seperti,
menurunnya kualitas hidup dan besarnya biaya pengobatan. Pada anak,
pengaruhnya bahkan sampai pada terganggunya kemampuan belajar. Untuk itu
pencegahan efektif sangat diperlukan. Pencegahan primer sangat efektif namun
masih sulit dilaksanakan, karena menyangkut rekayasa in-utero, sedangkan
pencegahan sekunder, misalnya diet eliminasi, tidak mudah diterapkan di
masyarakat luas, karena setiap masyarakat atau bangsa telah mempunyai
kepercayaan kuat mengenai apa yang menjadi kebiasaan tentang jenis makanan
(Endaryanto & Harsono, 2011).
Negara Indonesia kaya akan jenis makanan dan tanaman, salah satunya
adalah umbi uwi ungu (Dioscorea alata). Dioscorea alata merupakan sumber
hayati umbi-umbian yang belum banyak dimanfaatkan secara optimal untuk
membuat aneka pangan olahan enak, bergizi, dan menyehatkan. Potensi
Dioscorea alata adalah sebagai sumber karbohidrat dan mengandung antosianin
yang tinggi antioksidannya (Budiharjo, 2009). Antioksidan adalah senyawa yang
dapat menunda, memperlambat, dan mencegah proses oksidasi lipid (Arissandi,
2009). Menurut Ververidis et al. (2007) antosianin adalah bagian dari flavonoid,
merupakan senyawa-senyawa yang dapat ditemukan pada batang, daun, bunga,
dan buah. Flavonoid berfungsi sebagai antiinflamasi, antialergi, dan antioksidan.
Di mata masyarakat, Dioscorea alata masih dianggap kurang bermanfaat,
oleh karena itu umbi tersebut tidak dijumpai di pasar tradisional, lebih-lebih di
pasar swalayan. Secara empiris, umbi Dioscorea alata di desa-desa hanya
dianggap sebagai sumber pangan minor. Namun, Dioscorea alata dipercaya
-
4
memiliki khasiat untuk menyembuhkan gatal-JDWDO DWDX ELGXUHQ DNLEDW UHDNVL
alergi.
Berdasarkan teori diatas, penelitian tentang aktivitas antialergi ekstrak
umbi Dioscorea alata perlu dilakukan karena sejauh ini belum pernah dilakukan
penelitian tersebut. Penelitian ini akan diuji cobakan pada mencit model alergi
sebagai dasar bukti ilmiah aktivitas antialergi ekstrak umbi Dioscorea alata.
B. Rumusan Masalah
Apakah pengaruh ekstrak etanol umbi uwi ungu (Dioscorea alata) terhadap
aktivitas fagositosis makrofag pada mencit (Mus musculus) model alergi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh ekstrak etanol umbi
uwi ungu (Dioscorea alata) terhadap aktivitas fagositosis makrofag pada mencit
(Mus musculus) model alergi.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah:
1. Dapat dijadikan referensi ilmiah untuk penelitian lebih lanjut mengenai
pengaruh pemberian ekstrak etanol umbi uwi ungu (Dioscorea alata)
terhadap aktivitas fagositosis makrofag pada mencit (Mus musculus)
model alergi.
2. Apabila pemberian ekstrak etanol umbi uwi ungu (Dioscorea alata)
terbukti efektif secara ilmiah sebagai agen antialergi yang aman, selektif,
-
5
aplikatif, relevan dan rasional, maka penelitian ini sangat potensial untuk
dikembangkan guna untuk mendapatkan obat antialergi alternatif yang
terjangkau untuk masyarakat.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian dengan judul Pengaruh Ekstrak Etanol Umbi Uwi Ungu
(Dioscorea alata) terhadap Aktivitas Fagositosis Makrofag pada Mencit (Mus
musculus) Model Alergi, sejauh ini belum diteliti. Namun demikian, terdapat
penelitian serupa dengan judul:
1. Antiosteoporotic Activity of Dioscore alata L. cv. Phyto through Driving
Mesenchymal Stem Cells Differentiation for Bone Formation oleh Peng et al.
tahun 2011. Penelitian ini menganalisis tentang umbi uwi ungu sebagai
antiosteoporotik. Perbedaan penelitian peneliti dengan penelitian Peng et al.
adalah penelitian peneliti menggunakan ekstrak etanol umbi uwi ungu untuk
antialergi sedangkan Peng et al. menggunakan umbi uwi ungu untuk
antiosteoporotik.
2. Antidiabetic Activity of Ethanolic Extract of Tubers of Dioscorea alata in
Alloxan Induced Diabetic Rats oleh Maithili et al. tahun 2011. Penelitian ini
menganalisis tentang ekstrak etanol umbi uwi ungu sebagai antidiabetik.
Perbedaan penelitian peneliti dengan penelitian Maithili et al. adalah
penelitian peneliti menggunakan ekstrak etanol umbi uwi ungu untuk
antialergi sedangkan Maithili et al. menggunakan ekstrak etanol umbi uwi
ungu untuk antidiabetes.
-
6
3. Peningkatan Aktivitas Fagositosis Makrofag Peritoneum Kucing yang
Diinfeksi dengan M. tuberculosis oleh Tjahajati et al. tahun 2004. Penelitian
ini menganalisis tentang peningkatan aktivitas fagositosis makrofag pada
peritoneum kucing setelah diinduksi dengan M. tuberculosis. Perbedaan
penelitian peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh Tjahajati et al.
adalah penelitian peneliti menggunakan mencit yang diinduksi alergi
sedangkan Tjahajati et al. menggunakan kucing yang diinduksi dengan M.
tuberculosis.
4. Penurunan Aktivitas Fagositosis Sel Makrofag Mencit setelah Distimulasi
Minyak Atsiri Kencur Terhadap Actinobacillus Actinomycetemcomitans oleh
Haniastuti tahun 2009. Penelitian ini menganalisis tentang penurunan
aktivitas fagositosis sel makrofag setelah distimulasi minyak atsiri kencur.
Perbedaan penelitian peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh
Haniastuti adalah penelitian peneliti menganalisis aktivitas fagositosis
makrofag setelah diberikan ekstrak etanol umbi uwi ungu (Dioscorea alata).