20. raihan

17
ISSN 2337-3776 EFEK PEMAJANAN INTENSITAS CAHAYA TAMPAK LAMPU MERKURI TERHADAP JUMLAH SPERMA DAN MORFOLOGI SPERMA PADA MENCIT JANTAN (Mus Musculus L.) Raihan Syafiin Syakti 1) , Hendri Busman 2) Email: [email protected] 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 2) Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ABSTRAK Lampu merkuri merupakan alat elektronik yang memancarkan Radiasi gelombang elektromagnetik cahaya tampak yang bersal dari gelombang sempit diantara cahaya ultraviolet dan energi infrared. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh radiasi cahaya tampak lampu merkuri terhadap jumlah dan morfologi spermatozoa mencit jantan dewasa Penelitian ini menggunakan 20 ekor mencit jantan dewasa yang dibagi secara acak dalam 5 kelompok yaitu K ( Tidak dipajan), P1 (Pemajanan 4 jam/hari), P2 (Pemajanan 8 jam/hari), P3 (Pemajanan 12 jam / hari), P4 (Pemajanan 16 jam/hari) setelah 28 hari perlakuan dilakukan perhitungan jumlah dan morfologi spermatozoa mencit. Analisis data yang digunakan uji one way Anova yang dilanjutkan dengan uji analisis post hoc dengan metode LSD. Diperoleh hasil penelitian pemajanan radiasi lampu merkuri rerata jumlah spermatozoa mencit juta/ml pada perlakuan K: 5,51±1,38, P1: 7,79±1,2, P2: 9,23±2,1, P3: 12,28±1,68, P3: 13,53±2,09 dan rerata % morfologi normal spermatozoa mencit pada perlakuan: K: 73,63±18,38, P1:73,45±13,28, P2: 71,56±13,63, P3: 59,33±13,27 P4 36,4±5,45. Pada uji statistic post hoc jumlah sperma p=0.00 dan morfologi p=0,006 keduanya memiliki nilai bermakna (p<0,05). Dapat disimpulkan pada jumlah spermatozoa lebih tinggi di bandingkan kontrol dan pada morfologi normal spermatozoa lebih rendah dari kontrol hal ini menunjukan ada efek pengaruh dari pemajanan intensitas cahaya tampak lampu merkuri terhadap jumlah spermatozoa dan morfologi spermatozoa mencit jantan Kata kunci: Cahaya tampak, spermatozoa, mencit. EFFECT OF INTENSITY MERCURY LAMP EXPOSURE LIGHT TO APPEAR AND MORPHOLOGY OF SPERM ON MALE MICE’S SPERM 1 MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013

Upload: syahrul-habibi-nasution

Post on 27-Oct-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 20. raihan

ISSN 2337-3776

EFEK PEMAJANAN INTENSITAS CAHAYA TAMPAK LAMPU MERKURI

TERHADAP JUMLAH SPERMA DAN MORFOLOGI SPERMA PADA MENCIT

JANTAN (Mus Musculus L.)

Raihan Syafiin Syakti1), Hendri Busman2)

Email: [email protected]

1)Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 2)Staf Pengajar Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung

ABSTRAK

Lampu merkuri merupakan alat elektronik yang memancarkan Radiasi gelombang elektromagnetik cahaya tampak yang bersal dari gelombang sempit diantara cahaya ultraviolet dan energi infrared. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh radiasi cahaya tampak lampu merkuri terhadap jumlah dan morfologi spermatozoa mencit jantan dewasa Penelitian ini menggunakan 20 ekor mencit jantan dewasa yang dibagi secara acak dalam 5 kelompok yaitu K ( Tidak dipajan), P1 (Pemajanan 4 jam/hari), P2 (Pemajanan 8 jam/hari), P3 (Pemajanan 12 jam / hari), P4 (Pemajanan 16 jam/hari) setelah 28 hari perlakuan dilakukan perhitungan jumlah dan morfologi spermatozoa mencit. Analisis data yang digunakan uji one way Anova yang dilanjutkan dengan uji analisis post hoc dengan metode LSD. Diperoleh hasil penelitian pemajanan radiasi lampu merkuri rerata jumlah spermatozoa mencit juta/ml pada perlakuan K: 5,51±1,38, P1: 7,79±1,2, P2: 9,23±2,1, P3: 12,28±1,68, P3: 13,53±2,09 dan rerata % morfologi normal spermatozoa mencit pada perlakuan: K: 73,63±18,38, P1:73,45±13,28, P2: 71,56±13,63, P3: 59,33±13,27 P4 36,4±5,45. Pada uji statistic post hoc jumlah sperma p=0.00 dan morfologi p=0,006 keduanya memiliki nilai bermakna (p<0,05). Dapat disimpulkan pada jumlah spermatozoa lebih tinggi di bandingkan kontrol dan pada morfologi normal spermatozoa lebih rendah dari kontrol hal ini menunjukan ada efek pengaruh dari pemajanan intensitas cahaya tampak lampu merkuri terhadap jumlah spermatozoa dan morfologi spermatozoa mencit jantan

Kata kunci: Cahaya tampak, spermatozoa, mencit.

EFFECT OF INTENSITY MERCURY LAMP EXPOSURE LIGHT TO APPEAR AND MORPHOLOGY OF SPERM ON MALE MICE’S SPERM

Raihan Syafiin Syakti1), Hendri Busman2)

1)Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 2)Staf Pengajar Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung

ABSTRACT

Mercury lamp is an electronic device that emits visible light radiation is electromagnetic waves that rise from between narrow wave ultraviolet light and infrared energy. The purpose of this study was to determine the effect of radiation of visible light mercury lamps to the number and morphology of spermatozoa adult male mice.Subjects of this study used 20 adult male mice DD Webster strain were randomly divided into 5 groups that is K (No exposure), P1 (Exposure 4 hours / day), P2 (Exposure 8 hours / day), P3 (Exposure 12 hours / day), P4 (Exposure 16 hours / day) after 28 days of treatment was calculated number and morphology of spermatozoa of mice. Data analysis used one way ANOVA test followed by post hoc analysis test with LSD

1MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013

Page 2: 20. raihan

ISSN 2337-3776

Research results be obtained mercury lamp radiation exposure average spermatozoa amount of mice million / ml in treatment K: 5.51 ± 1.38, P1: 7.79 ± 1.2, P2: 9.23 ± 2.1, P3: 12, 28 ± 1.68, P3: 13.53 ± 2.09 and the mean% morphologically normal spermatozoa in the treated mice: K: 73.63 ± 18.38, P1: 73.45 ± 13.28, P2: 71.56 ± 13.63, P3: P4 13.27 ± 59.33 36.4 ± 5.45. In the post hoc statistical test sperm count and morphology p = 0.00 p = 0.006 both have significant value (p <0.05). It can be concluded on the number of spermatozoa is higher compared to the control and the normal morphology of spermatozoa is lower than the controls, this shows no effect of the influence of visible light exposure intensity mercury lamp to the number of spermatozoa and sperm morphology of male mice

Keywords : visible light , sperm ,mice

I. PENDAHULUAN

Teknologi masa kini sering ditemukan dalam berbagai bentuk dapat berupa microwave oven,

telepon televisi, lampu, radio, televisi dan lain lain. Sehingga interaksi antara alat alat

tersebut dengan manusia sangat sering ditemukan pada kehidupan sehari-hari. Hampir segala

bentuk alat elektronik memancarkan gelombang elektromagnetik, pada setiap gelombang

elektromagnetik pada elektronik memiliki pengaruh yang dapat merubah bentuk gen (Francis,

2008).

Sejalan perkembangan teknologi tingkat paparan gelombang elektromagnetik dari berbagai

frekuensi yang beraneka ragam, hal ini ini dapat bepengaruh buruk terhadap kesehatan

manusia. Berupa gangguan fisiologis yaitu Elektrical sensitivity dengan tanda dan gejala

neurologis maupun kepekaan, berupa gejala dan keluhan. Gangguan ini biasanya disebabkan

oleh radiasi jaringan listrik, peralatan elektronik di rumah, di kantor maupun industri. Selama

ini belum diketahui langsung akibatnya (Alit, 2009).

Penggunaan radiasi sering digunakan dan dimanfaakan oleh manusia. Gelombang energi

radiasi yang terkendali memiliki pengaruh pada sel hidup dapat mengalami perubahan

bentuk. Pemaparan radiasi terhadap sel atau jaringan akan mengakibatkan kerusakan sel dan

jaringan yang mana masih dapat diperbaiki hingga mengalami kematian (Ekawati, 2003).

Dalam beberapa penelitian epidemiologi untuk mengetahui efek medan elektromaknetik

terhadap kesehatan didapatkan medan elektromagnetik memiliki resiko tinggi buruk terhadap

kesehatan, yaitu dapat terjadinya gangguan pada sistem darah, sistem kardiovaskular, dan

sistem reproduksi yang bersifat karsinogenik (Anis, 2003).

Lampu sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari yang digunakan sebagai alat bantu

penerangan. Setiap tempat menggunakan lampu untuk mendapatkan cahaya buatan terutama

2MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013

Page 3: 20. raihan

ISSN 2337-3776

pada ruangan yang tidak mendapatkan cahaya langsung dari matahari biasanya sering

ditambah lampu pada ruangan tersebut agar terang. Pada jenis lampu tertentu banyak

terpancar gelombang elektromagnetik yang memiliki pengaruh bila terpapar dalam jangka

waktu yang lama dan dapat menimbulkan suatu efek yang belum diketahui. Dalam

gelombang elektromagnetik terdapat pengaruh yang berbeda pada setiap gelombang yang

dipancarkan

Fungsi primer dari sistem reproduksi laki-laki adalah menghasilkan spermatozoa yang sudah

matang. Spermatogenesis berlangsung terus menerus sepanjang kehidupan setelah masa

pubertas. Sperma disimpan di epididimis dan vas deferens dan kesuburanya dapat bertahan

hingga 42 hari. Pada suhu yang lebih rendah sperma dapat disimpan selama bertahun tahun

(Price and Wilson, 2005).

Lampu merkuri dalam kehidupan sehari-hari sering digunakan dimasyarakat dalam jangka

waktu yang lama misalnya lampu jalan raya, lampu pabrik industri, lampu taman dan lain

lain. Sehingga interaksi antara manusia dan gelombang yang dipancarkan oleh lampu merkuri

sering ditemui tanpa disadari efek langsungnya bagi kesehatan.

Maka penulis memiliki keinginan mengetahui pengaruh gelombang elektromagnetik lampu

merkuri terhadap jumlah sperma dan morfologi sperma, selama ini lampu merkuri sangat

sering digunakan dalam jangka waktu yang lama.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas Lampung dan

pemeriksaan sperma akan dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2012.

Penelitian ini menggunakan obyek berupa mencit jantan (Inbreed mice) dengan berat rata-

rata 30-35 gram (dewasa normal). Dua puluh ekor mencit (Mus musculus L) jantan dewasa

diperoleh dari bagian breeding BVPP Regional III Bandar Lampung berumur delapan

minggu. Mencit-mencit tersebut diadaptasikan dengan suasana tempat penelitian selama tujuh

hari.

Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain: kandang kayu standar untuk

tikus yang tutup logamnya telah diganti dengan bahan dari plastik untuk menghindari

interferensi gelombang radiasi. Kandang berbentuk kotak persegi panjang berukuran Panjang

3MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013

Page 4: 20. raihan

ISSN 2337-3776

100 cm, Lebar 15 cm dan Tinggi 6 cm sebanyak 20 kandang yang mana dimensinya diatur

agar radiasi cahaya Lampu Merkuri dapat menyebar secara merata di dalam kandang. Lampu

merkuri 16 watt dan isolatornya, alat ukur intensitas sinar UV (luxmeter), gelas kimia,

temometer, timbangan mencit, kotak mencit, papan fiksasi, makanan mencit, botol minuman

mencit dengan pipa aluminium, lampu merkuri low pressure dengan tegangan 16 watt, alat

bedah minor, kaca penutup (cover glass), stopwatch, dan mikroskop cahaya.

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, Aluminium foil, Xylol,

Paraffin, Aquades, Alkohol 80%, Alkohol 95%, Alkohol 96%, Alkohol absolute, Eosin,

Pewarna Harris,larutan PBS (Phosphat Buffer Saline) dengan pH 6,8 dan kloroform.

Variable penelitian yang digunakan yaitu, variable independent :Cahaya tampak Lampu

merkuri dan variable dependent :Jumlah Spermatozoa dan Morfologi spermatozoa.

Perlakuan pada mencit yang digunakan adalah mencit jantan galur Balb/c sebanyak 20 ekor

dengan berat rata-rata 30 - 35 gram dengan usia 3 - 4 bulan (dewasa normal) yang diperoleh

dari pembiakan di Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BVPP) Regional III Bandar

Lampung. Diberi makan pelleted komersial tikus atau hewan pengerat (makanan asupan

sekitar 15g/100g BB / hari; asupan air sekitar 15 ml/100g BB / hari) dan ditempatkan dalam

lingkungan yang terkendali (24 jam siklus gelap), suhu kamar dibiarkan secara alamiah

berkisar pada 27 ± 3 ° C dan kelembaban dibiarkan pada kisaran alamiah berkisar pada

kelembaban udara 60-85%. Pakan (pelet komersial) dan minum (Air PAM) disuplai secara

belebih. Desain penelitian Penelitian ini serta merupakan hasil modifikasi prosedur penelitian

yang telah dilakukan oleh Fidan et al. (2008) dan merupakan jenis penelitian eksperimental

dengan pendekatan Post Test Only Control Group Design. Besar sampel berdasarkan

ketentuan WHO dengan jumlah sampel minimal 5 ekor per kelompok.

Penelitian ini menggunakan pajanan gelombang elektromagnetik yang mengandung Sinar

ultraviolet yang dipancarkan oleh Lampu Merkuri sebagai bentuk perlakuan terhadap objek

penelitian. Adapun cara pajanan gelombang elektromagnetik sebagai berikut : (1)Mencit

ditempatkan pada ruangan fiksasi dan dilakukan pencahayaan dengan Lampu Merkuri yang

diletakkan pada jarak 2 meter dari mencit.(2) Dua puluh ekor mencit jantan dewasa dibagi ke

dalam lima kelompok yang masing-masing terdiri dari empat ekor mencit. Ke-lima kelompok

tersebut meliputi, Kelompok kontrol : tidak dipajankan terhadap gelombang elektromagnetik

yang dihasilkan oleh lampu merkuri. Kelompok intensitas I: dipajankan terhadap Lampu

merkuri menghasilkan radiasi maksimum pada panjang gelombang 253,7 nm dengan

intensitas 4 jam perhari selama 28 hari. Kelompok intensitas II: dipajankan terhadap Lampu

4MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013

Page 5: 20. raihan

ISSN 2337-3776

merkuri menghasilkan radiasi maksimum pada panjang gelombang 253,7 nm dengan

intensitas 8 jam perhari selama 28 hari. Kelompok intensitas II : dipajankan terhadap Lampu

merkuri menghasilkan radiasi maksimum pada panjang gelombang 253,7 nm dengan

intensitas 12 jam perhari selama 28 hari. Kelompok intensitas III : dipajankan terhadap

Lampu merkuri menghasilkan radiasi maksimum pada panjang gelombang 253,7 nm dengan

intensitas 16 jam perhari selama 28 hari.

pengamatan setelah 28 hari perlakuan, masing-masing hewan coba dikorbankan dengan cara

dislokasi leher, kemudian dibedah. Selanjutnya dilakukan pengamatan sebagai

berikut :Pengambilan sekresi kauda epididimis untuk mendapatkan spermatozoa di dalam

sekresi kauda epididimis dilakukan menurut Soehadi dan Arsyad (1983), yaitu sebagai

berikut : Setelah 28 hari perlakuan, masing-masih hewan coba dikorbankan dengan cara

dislokasi leher dan selanjutnya dibedah. Kemudian organ testis dan epididimis diambil dan

diletakan ke dalam cawan petri yang berisi NaCl 0,9%. Di bawah mikroskop bedah dengan

pembesaran 400 kali kauda epididimis dipisahkan dengan cara memotong bagian proksimal

korpus epididimis dan bagian distal vas defferen. Selanjutnya kauda epididimis dimasukan ke

dalam gelas arloji yang berisi 1 ml NaCl 0,9%, kemudian bagian proksimal kauda dipotong

sedikit dengan gunting lalu kauda ditekan dengan perlahan hingga cairan sekresi epididimis

keluar dan tersuspensi dengan NaCl 0,9%. Suspensi spermatozoa dari kauda epididimis yang

telah diperoleh dapat digunakan untuk pengamatan yang meliputi Jumlah dan Morfologi

spermatozoa.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Grafik 1 dapat dilihat jumlah rerata spermatozoa terdapat peningkatan jumlah

spermatozoa terhadap perlakuan mencit yang dipajan lampu merkuri pada kelompok P1,

P2, P3 dan pada kelompok P4 didapatkan jumlah spermatozoa paling tinggi dari pada

lainya. Peningkatan jumlah spermatozoa sebanding dengan peningkatan waktu paparan.

Tabel 1. Hasil perhitungan jumlah spermatozoa (juta/ml) mencit jantan dewasa setelah

Pemajanan lampu merkuri

Ulangan ke-Jumlah Spermatozoa (juta/ml)

K P1 P2 P3 P4

1 5,65 9,5 8,45 13,35 11.6

5MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013

Page 6: 20. raihan

ISSN 2337-3776

2 6,15 7,55 9,35 11.65 16.1

3 3,55 6,7 7.05 10,2 12.05

4 6.7 7,4 12.05 13.9 14,35

Rerata 5,51 7,79 9,23 12,28 13.53

SD 1,38 1,2 2,1 1,68 2,09

Keterangan:

Kelompok K: Tidak dipajankan lampu merkuri selama 28 hari; Kelompok P1: Diberi Pemaparan lampu

merkuri selama 4 jam setiap hari selama 28 hari; Kelompok P2: Diberi Pemaparan 8 jam per hari selama 28

hari

Kelompok P3: Diberi Pemaparan lampu merkuri 12 jam per hari selama 28 hari; Kelompok P4 : Diberi

Pemaparan lampu merkuri 16 jam per hari selama 28 hari

K P 1 P 2 P 3 P 40.002.004.006.008.00

10.0012.0014.0016.0018.0020.00

5.517.79 9.23

12.28 13.53

Grafik 1. Hasil perhitungan jumlah spermatozoa (juta/ml)

Pada grafik 2 dapat dilihat bahwa terdapat penurunan di banding kontrol pada persentase

morfologi normal spermatozoa akibat pemajanan lampu merkuri, baik pada kelompok P3 dan

pada P4 yang tertinggi. Penurunan persen morfologi normal sebanding dengan waktu

paparan.

6MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013

Rer

ata

jum

lah

Perlakuan

Page 7: 20. raihan

ISSN 2337-3776

Tabel 2. Hasil uji normalitas data jumlah spermatozoa mencit pada kelompok perlakuan

Kelompok Perlakuan p-value Keterangan

kontrol 0.377* Data normal

Perlakuan 1 0,335* Data normal

perlakuan 2 0.810 Data normal

perlakuan 3 0.655* Data normal

perlakuan 4 0.512* Data normal

Keterangan:

Kelompok K: Tidak dipajankan lampu merkuri selama 28 hari; Kelompok P1: Diberi pemaparan lampu

merkuri selama 4 jam setiap hari selama 28 hari; Kelompok P2: Diberi pemaparan 8 jam per hari selama 28

hari

Kelompok P3: Diberi pemaparan lampu merkuri 12 jam per hari selama 28 hari; Kelompok P4 : Diberi

pemaparan lampu merkuri 16 jam per hari selama 28 hari

Kontrol P 1 P 2 P 3 P 30

102030405060708090

100

73.7 73.45 71.5659.33

36.4

Grafik 3. Hasil perhitungan morfologi spermatozoa (%)

Pembahasan

Pada penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa pada variabel jumlah spermatozoa

terdapat peningkatan rerata jumlah sperma baik pada kelompok perlakuan 1 perlakuan 2,

perlakuan 3 dan pada perlakuan 4 yang tertinggi terhadap jumlah spermatozoa kontrol. hal ini

dapat diakibatkan oleh kondisi kesehatan mencit, keadaan dan suhu lingkungan, gizi dari

7MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013

Rer

ata

mor

folo

gi n

orm

al

%

Perlakuan

Page 8: 20. raihan

ISSN 2337-3776

mencit itu sendiri, stress dan lain-lain. Pada uji one-way anova didapatkan p < 0,05 sehingga

dapat ditarik kesimpulan bahwa paling tidak terdapat dua kelompok yang berbeda secara

bermakna. Selanjutnya dilakukan uji LSD, pada uji LSD terlihat adanya pengaruh perlakuan

terhadap peningkatan jumlah spermatozoa yang bermakna secara statistik terhadap

pemajanan lampu merkuri). Pada kelompok Kontrol dengan perlakuan 3, kontrol dengan

perlakuan 4, perlakuan 1 dengan perlakuan 3, perlakuan 2 dengan perlakuan 4, diperoleh

hasil bermakna secara statistic (p<0.05), tetapi pada kontrol dengan perlakuan 1, kontrol

dengan perlakuan 2, kelompok perlakuan 1 dengan perlakuan 2, perlakuan 1 dengan

perlakuan 4, perlakuan 2 dengan pelakuan 3 dan perlakuan 3 dengan perlakuan 4 diperoleh

hasil tidak bermakna secara statistik (p>0,05).

Pada penelitian ini didapatkan adanya pengaruh lampu merkuri terhadap jumlah sperma yang

terlihat terhadap lamanya pemaparan. Semakin lama pemaparan lampu merkuri maka terjadi

peningkatan jumlah sperma pada testis mencit. Dimana pada pemaparan 16 jam memiliki

pengaruh lebih tinggi jumlah sperma dibandingkan pemaparan 4 jam yang memiliki pengaruh

yang sedikit, hal ini dipengaruhi juga oleh luas permukaan, besar daya yang diterima dan

waktu pemaparan. maka akan semakin terlihat jelas pengaruh dari lampu merkuri pada waktu

pemaparan yang lama.

Adanya juga pengaruh radiasi yang ada pada lampu merkuri sehingga bisa terjadi

peningkatan jumlah sperma. Pada lampu merkuri merupakan gelombang elektromagnetik

yang memiliki spektrum elektromagnetik yang dapat dilihat berupa cahaya tampak yang

berasal dari cahaya ultraviolet dan energi infrared, semua energi berpencar dalam bentuk

spectrum yang memiliki tingkatan energi radiasi yang berbeda beda. Radiasi yang di

pancarkan setiap gelombang elektromagnetik memberikan pengaruh yang berbeda beda

( Wiyanto, 2008). Sehingga pada mencit yang diberi perlakuan pemajanan lampu merkuri

mengalami peningkatan dalam proses spermatogenesis yang mengakibatkan meningkatnya

jumlah sperma yang di produksi oleh testis karena pengaruh dari gelombang elektromagnetik

cahaya tampak lampu merkuri.

Paparan gelombang elektromagnetik menyebabkan peningkatan kadar testosterone (Nisbet et

al, 2011). Diketahui hormone testosterone sangat berpengaruh dalam proses spermatogenesis,

dapat meningkatkan proses pembentukan dalam spermatogenesis. Menurut Hardjopranoto

(1995), secara umum spermatogenesis dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap polifesasi,

tahap pertumbuhan, tahap pematangan dan tahap transformasi/spermatogenesis. Dalam

proses spermatogenesis terdapat fase poliferasi yang dapat dipengaruhi oleh peningkatan

8MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013

Page 9: 20. raihan

ISSN 2337-3776

kadar testosterone sehingga meningkatkan jumlah sperma pada mencit jantan. Paparan jangka

panjang untuk medan magnet ELF memiliki efek yang mungkin pada poliferasi dan

diferensiasi spermatogonia (Furuya et al, 1998).

Pada protein p53 sangat berperan dalam proses poliferasi sel spermatogonium, protein p53

terdapat di dalam spermatogonia setelah terkena radiasi elektromagnetik (Beumer et al,

1998). Lampu merkuri juga memancarkan radiasi cahaya tampak yang mungkin memilik efek

mengaktifkan protein p53 sehingga mengakibatkan meningkatnya proses poliferasi sel

spermatogonium. Akibatnya meningkatkan jumlah sperma pada pemajanan radiasi cahaya

tampak lampu merkuri.

Pada morfologi spermatozoa terdapat penurunan rerata jumlah morfologi normal

spermatozoa baik pada kelompok perlakuan 3 dan perlakuan 4, pada perlakuan 4 terendah di

bandingkan semuanya. Pada uji one-way anova didapatkan p value = 0,06 dimana p < 0,05

sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa paling tidak terdapat dua kelompok yang berbeda

secara bermakna. Selanjutnya dilakukan uji LSD terlihat adanya pengaruh perlakuan

(Pemaparan intensitas lampu merkuri) terhadap peningkatan jumlah spermatozoa yang

bermakna secara statistik pada kelompok kontrol dengan perlakuan 4, perlakuan 1 dengan

pelakuan 4, perlakuan 2 dengan pelakuan 4. Tetapi pada kontrol dengan perlakuan 1, kontrol

dengan perlakuan 2, kontrol dengan perlakuan 3, perlakuan 1 dengan perlakuan 2, pelakuan

1 dengan perlakuan 3, perlakuan 2 dengan perlakuan 3 dan perlakuan 3 dengan 4 diperoleh

hasil tidak bermakna secara statistik (p>0,05).

Pada penelitian ini terlihat pada pemajanan lampu merkuri pada perlakuan 1 (4 jam),

Perlakuan 2 (8 jam), tidak memiliki pengaruh yang bermakna sendangkan pada perlakuan 3 (

12 jam) sudah memiliki pengaruh perubahan bentuk morfologi dan pada Perlakuan 4 (16

jam) sangat terlihat perubahan morfologi pada sperma mencit dari bentuk kepala yang tidak

beraturan, kepala tanpa ekor dan ekor yang membengkok tidak beraturan terjadi peningkatan

jumlah. Hal ini di pengaruhi oleh radiasi gelombang elektromagnetik cahaya tampak dalam

waktu lama dapat mengakibatkan transformasi perubahan pada bentuk sperma. dimana

sperma tidak tumbuh dan berkembang secara normal. Pada pemaparan normal dibawah 12

jam pada penggunaan lampu merkuri tidak mengakibatkan perubahan bentuk morfologi

sperma..

Yatim (1982) juga mengungkapkan bahwa abnormalitas sperma disebabkan faktor hormonal,

nutrisi, obat, akibat radiasi, atau oleh penyakit. Kekurangan hormon, misalnya rendahnya

9MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013

Page 10: 20. raihan

ISSN 2337-3776

kadar testosteron yang diproduksi sel Leydig dapat menghambat spermatogenesis dan dapat

mengganggu maturasi sperma di dalam epididimis, sehingga radiasi cahaya tampak yang di

pancarkan oleh lampu merkuri bepengaruh terhadap hormon testosterone yang dapat

terjadinya gangguan pada proses spermatogenesis, atau akibat faktor lain seperti obat, nutrisi

dan penyakit yang juga dapat menganggu abnomalitas morfologi bentuk sperma. Sperma

abnormal akan menurunkan fertilitas jantan. Beberapa abnormalitas tertentu dari sperma

diketahui ada yang bersifat genetik (Nalbandov, 1990).

Dari hasil pengamatan dan analisis data yang telah dilakukan, Ternyata hipotesis dapat

diterima bahwa radiasi cahaya tampak lampu merkuri mempunyai pengaruh terhadap jumlah

dan morfologi spermatozoa mencit (Mus musculus L) jantan dewasa, sehingga dapat

mempengaruhi kualitas dan kuantitas yang dihasilkan spermatozoa.

A. Kesimpulan

Pemajanan radiasi cahaya tampak lampu merkuri berpengaruh pada jumlah spermatozoa,

dimana dengan adanya pemajanan radiasi cahaya tampak lampu merkuri, maka jumlah

spermatozoa mencit jantan dewasa lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol dengan nilai

p=0,00 dimana nilai p bermakna jika p<0,05. Demikian juga dengan morfologi spermatozoa

yang dipajan radiasi cahaya tampak lampu merkuri, lebih rendah dibandingkan kontrol

dengan nilai p=0,006 dimana nilai p bemakna jika p<0,05.

B. Saran.

1. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengganti jenis lampu yang biasa di

gunakan sehari hari terhadap jumlah morfologi spermatozoa.

2. Penggunaan Lampu merkuri Aman untuk digunakan sehari hari dalam batas waktu yang

wajar.

3. Berhati hati dalam penggunaan lampu merkuri yang terlalu lama dapat berpengaruh

terhadap morfologi sperma

4. Penelitian ini diharapkan dapat di lanjutkan pada spesies hewan yang memiliki kesamaan

gen dengan manusia seperti monyet yang terlihat keakuratan

5. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan waktu perlakuan yang sesuai dengan

lamanya proses spermatogenesis mencit (35 hari)

10MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013

Page 11: 20. raihan

ISSN 2337-3776

DAFTAR PUSTAKA

Alit S.I.B, 2009. Pengaruh Radiasi Gelombang Elektromagnetik Terhadap Kesehatan Manusia. Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran : Bali. Available in http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/alit_17_.pdf

Anies. 2005. Potensi Gangguan Kesehatan Akibat Radiasi Elektromagnetik SUTET. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Ekawati, R. 2003. Struktur dan Perkembangan Embrio Tikus Putih (Rattus Novergicus) Galur Winstar setelah Pemberian Radiasi Sinar-X . http://www.scribd.com/doc/12969690/e020204. Diakses tanggal 30 Agustus 2012

Francis ,L, 2008. Filsafat teknologi / Don Ihde tentang dunia, manusia dan alat. Kanisius : Yogyakarta. ISBN/ISSN 978-979-21-1909-1

Furuya H, Aikawa H, Hagino T, Yoshida T, Sakabe K, 1998. Flow cytometric analysis of the effects of 50 Hz magnetic fields on mouse spermatogenesis. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9757758 diakses tanggal 22 januari 2013

Hardjopranoto, S. 1995. Ilmu kemajiran Pada Ternak. Surabaya: Hlm 21-28

Nisbet H, Nisbet C, Akar A, Cevik M, Karayigit MO, 2011. Effects of exposure to electromagnetic field (1.8/0.9 GHz) on testicular function and structure in growing rats. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22130559 diakses tanggal 22 januari 2013

Price and Wilson, 2005. Patofisiologi:konsep klinik proses proses penyakit. EGC. Edisi 6: Jakarta

11MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013