2 tinjauan pustaka - · pdf fileperilaku mineral ini yang dengan cepat melepaskan air bila...
TRANSCRIPT
2 Tinjauan Pustaka
2.1 Zeolit Alam
Nama zeolit berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu zeo (mendidih) dan lithos
(batu). Istilah ini dikemukakan pada tahun 1756 oleh seorang ahli mineral Swedia, Axel
Fredrik Cronstedt. Dalam penelitiannya terhadap mineral stilbit. Cronstedt menemukan
perilaku mineral ini yang dengan cepat melepaskan air bila dipanaskan sehingga terlihat
seolah-olah mendidih (Barrer, 1982).
Zeolit merupakan mineral alumina silikat berhidrat yang termasuk ke dalam kelas silikat dan
subkelas tektosilikat. Pada mineral ini, silikat yang beradisi dengan alumina merupakan
struktur dasar dari kerangka tetrahedral yang membentuk jaringan anion tak terbatas, dengan
logam dari golongan alkali atau alkali tanah sebagai kation. Setiap atom silikon dan
aluminium dikelilingi oleh 4 atom oksigen. Perbandingan antara (Al + Si) dengan O adalah
1:2 (Barrer 1987).
Berdasarkan strukturnya, mineral kelas silikat dibagi menjadi enam subkelas, yaitu:
(www.galleries.com)
a. Nesosilikat, memiliki struktur tetrahedral tunggal, yaitu terdiri dari kerangka tetrahedral
yang membentuk anion (SiO ) dan berikatan dengan kation. Beberapa mineral yang
memiliki struktur ini adalah Andalusit (Aluminium Silikat), Datolit (Kalsium Boro-
Silikat Hidroksida), dan Euclase (Berilium Aluminium Silikat Hidroksida).
44-
b. Sorosilikat, memiliki struktur tetrahedral ganda, yaitu terdiri dari kelompok tetrahedral
yang membentuk anion (Si O ) , masing-masing tetrahedral dihubungkan oleh kation.
Beberapa mineral yang memiliki struktur ini adalah Bertrandit (Berilium Silikat
Hidroksida), Danburit (Kalsium Borosilikat), dan Ilvanit (Kalsium Besi Silikat
Hidroksida).
2 76-
4
c. Inosilikat, memiliki struktur rantai tunggal dan rantai ganda, terdiri dari dua sistem
rantai tetrahedral, yaitu rantai tunggal dan rantai ganda. Pada rantai tunggal
perbandingan antara Si dan O adalah 1:3, sedangkan pada rantai ganda 4:11. Beberapa
mineral yang memiliki struktur inosilikat rantai tunggal adalah Lorenzenite (Natrium
Titanium Silikat), Neptunit (Kalium Natrium Litium Besi Mangan Titanium Silikat), dan
Okenit (Kalsium Silikat Hidrat). Sedangkan untuk beberapa mineral yang memiliki
struktur inosilikat rantai ganda adalah Astrofilit (Kalium Besi Titanium Silikat
Hidroksida), Babingtonit (Kalsium Besi Mangan Silikat Hidroksida), dan Inesit
(Kalsium Mangan Silikat Hidroksida Hidrat).
d. Siklosilikat, memiliki struktur cincin, yaitu terdiri dari jaringan tetrahedral yang
membentuk cincin anion (Si O ) dengan perbandingan antara Si dan O sebesar 1:3.
Beberapa mineral yang memiliki struktur ini adalah Aksinit (Kalsium Magnesium Besi
Mangan Aluminium Borosilikat Hidroksida), Baratofit (Kalium Litium Kalsium
Titanium Zirkonium Silikat Florida), dan Benitoit (Barium Titanium Silikat).
6 1812-
e. Filosilikat, memiliki struktur berlapis, yaitu terdiri dari jaringan tetrahedral (SiO ) yang
terjalin dalam bidang tak terhingga membentuk jaringan anion (Si O ) dengan
perbandingan antara Si dan O sebesar 2:5. Beberapa mineral yang memiliki struktur ini
adalah Apofilit (Kalium Natrium Kalsium Silikat Hidroksida Florida Hidrat), Cavansit
(Kalsium Vanadium Silikat Hidrat), dan Krisokola (Tembaga Aluminium Hidrogen
Silikat Hidroksida Hidrat).
44-
2 52-
f. Tektosilikat, memiliki struktur kerangka, yaitu terdiri dari tetrahedral yang saling
berhubungan membentuk suatu kerangka dasar. Subkelas ini terbagi menjadi beberapa
kelompok, diantaranya:
• Kelompok Feldspar, contohnya Albit (Natrium Aluminium Silikat)
• Kelompok Feldspathoid, contohnya Leusit (Kalium Aluminium Silikat)
• Kelompok Kuarsa, contohnya batu kuarsa
• Kelompok Zeolit, contohnya Mesolit (Natrium Kalsium Aluminium Silikat Hidrat)
2.1.1 Struktur Zeolit
Struktur dasar zeolit adalah kerangka SiO dan AlO yang tersusun dari rantai-rantai yang
menghubungkan atom Si dan Al dengan empat atom O yang terikat secara kovalen. Struktur
dasar ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.a. Ukuran ion aluminium terlalu kecil jika
ditempatkan di pusat empat atom O. Hal ini mengakibatkan terjadinya perbedaan
4 4
keisomorfan antara ion Si dan ion Al , sehingga kerangka tetrahedral menjadi bermuatan
negatif. Kerangka tetrahedral yang bermuatan negatif tersebut dinetralisir oleh kation yang
dapat dipertukarkan. Kation-kation yang menyusun zeolit adalah ion logam alkali dan alkali
tanah. Ikatan yang terjadi antara kerangka tetrahedral yang bermuatan negatif dengan kation
adalah ikatan ion (Fairbridge, 1972). Struktur 3 dimensi zeolit dapat dilihat pada Gambar
2.1.b.
4+ 3+
5
a. Struktur dasar
b. Struktur 3 dimensi (www.qcif.edu.au)
Gambar 2. 1 Struktur zeolit
Rumus umum zeolit adalah [AlnnxM / xSiyO2x+2y].z H2O dengan M adalah Na, K, Ca, Sr, atau
Ba. Kedudukan relatif kation serta molekul air pada kerangka tetrahedral belum diketahui
secara pasti karena mobilitas alaminya. Akan tetapi, kemungkinan besar spesi-spesi ini
menempati posisi-posisi dalam bidang dan saluran (Hers, 1961).
Kandungan rongga dan saluran yang besar pada zeolit (ρzeolit = 2,0 – 2,3; ρfeldspathoid = 2,3 –
2,5; ρfeldspar = 2,6 – 2,7) memberikan kemampuan adsorpsi dan pertukaran kation yang lebih
tinggi dari mineral-mineral lain. Keistimewaan lain yang dimiliki zeolit yang membedakan
dari mineral lain adalah kehadiran molekul-molekul air pada saluran struktural, yaitu ikatan
antara kerangka tetrahedral dan kation relatif lemah sehingga kedudukannya mudah
digantikan oleh molekul-molekul lain yang dihilangkan sama sekali tanpa mengganggu
ikatan pada kerangka tetrahedral.
Berdasarkan struktur dasarnya, zeolit dibagi menjadi tiga grup utama, yaitu:
(www.galleries.com)
a. Grup Natrolit, memiliki struktur jarum seperti kristal prisma. Bentuk kristal ini dapat
dilihat pada Gambar 2.2.a.
b. Grup Heulandit, memiliki struktur seperti lembaran yang bentuk kristalnya rata seperti
lempengan dan pada permukaannya biasanya terdapat belahan. Bentuk kristal ini dapat
dilihat pada Gambar 2.2.b.
c. Grup Kabasit, memiliki struktur kerangka yaitu kristalnya memiliki kekuatan ikatan
hampir sama pada semua arah kristalografi. Bentuk kristal ini dapat dilihat pada Gambar
2.2.c.
Zeolit dapat dianalogikan seperti sebuah rumah yang strukturnya terdiri dari pintu, jendela,
dinding, dan atap. Perkakas dan penghuni rumah dapat dianalogikan sebagai air, amonia, dan
molekul lain yang dapat keluar masuk dari struktur zeolit. Struktur seperti jarum (grup
Natrolit) dapat diibaratkan seperti sebuah menara atau sebuah tiang yang tinggi. Struktur
seperti lembaran (grup Heulandit) diibaratkan sebagai bangunan kantor yang tinggi dengan
lembarannya dianalogikan sebagai lantainya dan terdapat beberapa sekat di antara lantai.
Selanjutnya, struktur seperti kerangka (grup Kabasit) diibaratkan seperti sebuah rumah yang
dinding dan lantainya sama padat.
a. Natrolit
b. Heulandit
c. Kabasit
Gambar 2. 2 Bentuk kristal tiga kelompok utama zeolit
2.1.2 Penggunaan Zeolit
Beberapa aspek dasar dari penggunaan zeolit adalah sebagai berikut:
a. Katalis
Zeolit telah diketahui memainkan peranan penting sebagai katalis asam pada industri
pengolahan minyak dan petrokimia, termasuk dalam reaksi perengkahan dan isonerisasi
hidrokarbon (Trisunaryanti et al., 1996). Kemampuan zeolit untuk mengkatalis suatu
reaksi kimia terutama yang berhubungan dengan sifatnya sebagai padatan asam karena
adanya proton-proton yang terikat pada kerangka zeolit, baik asam Bronsted maupun
Lewis. Asam Bronsted dapat dihasilkan melalui beberapa cara sebagai berikut:
• Perlakuan termal terhadap bentuk amonium zeolit untuk menghilangkan amonia
sehingga diperoleh bentuk H-zeolit. 6
7
• Dehidrasi terhadap kation multivalen pada zeolit yang diikuti terdisosiasinya air
yang terkoordinasi dalam bentuk molekul membentuk ion H+ pada permukaan zeolit.
• Perlakuan asam pada zeolit yang stabil terhadap asam dapat secara langsung
menukar kation dengan proton.
Asam Lewis dapat diperoleh dari dehidroksilasi dua gugus hidroksil yang berdekatan
dengan perlakuan panas (T > 750 K).
Sifat lain dari zeolit yang juga berpengaruh terhadap peranannya dalam kation adalah:
• Komposisi kerangka dan struktur pori zeolit, komposisi kerangka zeolit mengatur
muatan kerangka dan mempengaruhi stabilitas termal dan asam dari zeolit.
• Kenaikan rasio Si/Al akan berpengaruh pada stabilitas zeolit terhadap temperatur
tinggi dan lingkungan yang reaktif seperti naiknya keasaman.
• Medan elektrostatis zeolit; keadaan ini menyebabkan interaksi adsorbsinya dengan
molekul lain berubah-ubah.
• Kekuatan asam dari asam Bronsted akan bertambah dengan naiknya rasio Si/Al
penurunan konsentrasi kation dalam zeolit.
Perubahan struktur unit bangun sekunder dari zeolit peran struktur pori zeolit sangat
penting dalam proses katalis karena pori inilah yang berperan sebagai mikroreaktor dan
darinya dimungkinkan untuk mendapatkan reaksi katalitik yang diinginkan menurut
aturan selektivitas bentuk.
b. Adsorpsi dan Pemisahan
Bentuk zeolit yang selektif juga merupakan dasar dari penggunaan zeolit dalam proses
adsorpsi molekular. Kemampuan zeolit dalam mengadsorpsi molekul tertentu telah
membuka banyak aplikasi. Kation yang terkandung dalam zeolit banyak digunakan
sebagai pengering karena sifat zeolit yang memiliki kemampuan menyerap air yang
tinggi. Selain itu, aplikasi yang lain adalah pemisahan gas, yaitu molekul dipisahkan
berdasarkan perbedaan interaksi elektrostatis dengan ion logam.
Pada dasarnya, zeolit dapat memisahkan molekul berdasarkan ukuran, bentuk dan
polaritasnya. Untuk keperluan adsorben, setiap spesi penembus (adsorbat) harus
berukuran lebih kecil dari saluran dan lubang yang terdapat dalam zeolit itu sendiri. Pada
zeolit dengan kandungan kation yang rendah, kation merupakan spesi yang paling mobil,
tetapi kemobilan juga tergantung pada ekivalen elektroniknya. Contohnya, Na+ lebih
mobil daripada Ca2+, karena Na+ merupakan kation monovalen dengan ikatan
elektrostatik lemah. Ilustrasi dari proses adsorpsi ini dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Ilustrasi proses adsorpsi oleh zeolit
c. Penukaran Ion
Ikatan lemah kation pada zeolit menjadikan ikatan tersebut mudah digantikan dengan
kation yang lain. Hal ini menjadi dasar dari pemurnian air, yaitu logam alkali seperti
Natrium dan Kalium akan keluar dari kerangka zeolit dan akan tergantikan oleh ion
“keras” Magnesium dan Kalsium yang terdapat dalam air. Air komersial yang
mengandung logam berat dan limbah buangan yang mengandung isotop radioaktif juga
dapat dibersihkan dengan menggunakan zeolit. Ilustrasi proses penukaran ion ini dapat
dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Ilustrasi proses penukaran ion oleh zeolit
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertukaran kation oleh zeolit adalah sebagai berikut
(www.gsaresources.com):
• Valensi dan ukuran pori
Reaksi pertukaran ion meningkat, dengan meningkatnya valensi ion. Kecenderungan
ini akan meningkat dengan menurunnya total ion dalam larutan. Untuk ion dengan
valensi sama, reaksi pertukaran meningkat dengan, menurunnya jari-jari atom dan
meningkatnya nomor atom.
• Konsentrasi ion-ion dalam larutan
8
9
Untuk larutan dengan konsentrasi ion yang tinggi, reaksi pertukaran ion tidak
mengikuti aturan umum, bahkan terjadi reaksi balik. Hal ini menjadi dasar untuk
proses regenerasi.
• Karakteristik dari zeolit
Maksudnya sifat fisik dan kimia zeolit. Walaupun komposisi kimianya serupa,
namun tiap zeolit memiliki dtruktur kristal yang berebda, sehingga sifat fisik dan
kimianya berbeda pula.
• Rasio Si/Al
Bila perbandingan Si/Al makin kecil, berarti kerapatan muatannya besar sehingga
kemampuan untuk mengikat molekul besar. Makin rendah harga rasio Si/Al, makin
banyak kation yang diikat, dan makin besar kapasitas penukaran kationnya.
• Keberadaan ion logam lain dalam larutan yang akan menyebabkan kompetisi antar
ion. Bila konsentrasi ion logam lain meningkat, maka kapasitas tukar untuk ion
logam yang diinginkan cenderung menurun.
2.2 Adsorpsi
Menurut kamus kimia (Mulyono, 2006), adsorpsi merupakan proses penyerapan atau
penggumpalan pada benda yang berlangsung hanya pada permukaan benda itu. Adsorpsi
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan konsentrasi suatu substansi
terlarut atau ion pada antarmuka antara dua fasa. Biasanya adsorpsi terjadi antara fasa padat
dengan fasa cair atau fasa gas. Substansi terlarut atau gas terkonsentrasi hanya pada
permukaan padatan. Padatan tersebut disebut adsorben, sedangkan substansi terlarut dan gas
disebut adsorbat (Hers, 1961).
Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada adsorpsi, adsorbat hanya diserap di permukaan
adsorben, dan tidak terjadi reaksi kimia. Hal yang paling berbeda adalah pada proses
adsorpsi, adsorbat diserap secara fisik, mudah lepas, dan adsorben dapat diregenerasi.
Berbeda dengan adsorpsi, pada absorpsi terjadi reaksi kimia antara adsorben zat yang diserap
dan penyerap, ikatannya lebih kuat sehingga memerlukan banyak energi untuk melepaskan
ikatan tersebut (www.epa.gov). Meskipun kedua istilah tersebut mempunyai perbedaan
sangat jelas, tetapi dalam beberapa kasus, kedua proses itu sulit dibedakan. Oleh karena itu,
penyerapan oleh zat padat kadang-kadang disebut juga sorpsi (Mulyono, 2006).
Pada partikel adsorben, molekul-molekul saling berikatan dengan molekul tetangganya. Di
bagian dalam, ikatan terjadi pada semua arah, sehingga terdapat kesetimbangan gaya antara
10
molekul-molekulnya. Sedangkan di bagian permukaan hanya terdapat satu gaya, yaitu ke
arah molekul-molekul di bagian dalam, sehingga timbul medan gaya bebas dengan
kemampuan molekulnya menarik molekul-molekul adsorbat (Alexeyev, 1963).
Untuk membedakan tipe orientasi molekul-molekul adsorbat yang terserap oleh permukaan
adsorben, terdapat dua tipe adsorpsi, yaitu (Kipping, 1965):
a. Adsorpsi Fisik
Adsorpsi tipe ini berlangsung dengan kecepatan cukup tinggi, reversibel, dan
menhasilkan kalor adsorpsi yang kecil. Gaya yang terlibat di dalamnya sama seperti gaya
yang menyebabkan kondensasi gas untuk membentuk cairan yang umumnya dikenal
gaya van der Walls. Kalor adsorpsi yang dilepaskan sebanding dengan besarnya kalor
yang dilepaskan pada proses kondensasi gas, yang besarnya sekitar 5 – 10 kkal/mol.
Banyaknya adsorbat yang teradsorpsi pada adsorben dapat membentuk beberapa lapisan
monomolekul.
Karena lemahnya gaya van der Walls, maka adsorbat tidak terikat secara kuat pada
permukaan adsorben sehingga adsorbat dapat berpindah dari satu tempat ke tempat yang
lainnya dan biasanya dapat diregenerasi. Adsorpsi fisik sangat dipengaruhi oleh suhu,
yaitu makin tinggi suhu, makin sedikit adsorbat yang teradsorpsi.
b. Adsorpsi Kimia
Adsorpsi kimia terjadi dalam bentuk reaksi kimia, sehingga terbentuk ikatan antara
adsorben dengan adsorbat dengan kalor adsorpsi yang besar, sekitar 10 – 100 kkal/mol.
Kecepatan pembentukan ikatan antara adsorben dengan adsorbat dapat berlangsung
lambat dan dapat juga cepat, bergantung pada besaarnya energi aktivasi. Banyaknya
materi teradsorpsi sebagian besar ditentukan oleh karakteristik adsorben. Selain itu,
tekanan gas atau konsentrasi zat terlarut juga sangat berpengaruh. Karena ikatan antara
adsorben dan adsorbat sangat kuat, maka spesi aslinya biasanya tidak dapat ditemukan
lagi, sehingga untuk adsorpsi tipe ini, regenerasi tidak dapat dilakukan.
2.3 Mangan
2.3.1 Mangan di Alam dan Sifat-Sifatnya
Dalam sistem periodik, mangan memiliki simbol Mn dengan nomor atom 25, nomor massa
54,93894 grsm/mol, golongan 7, periode 4, dan terdapat dalam blok-d. Dalam bahasa
Inggris, mangan bernama Manganese. Logam mangan berwarna putih abu-abu dan
penampilannya mirip besi, akan tetapi mangan lebih keras dan mudah patah. Bentuk kristal
logam Mangan dapat dilihat pada Gambar 2.5. Mangan melebur pada suhu sekitar 1.250oC.
Mangan reaktif dalam keadaan murni dan dalam keadaan serbuk akan terbakar dalam
oksigen, beraksi dengan air (berkarat seperti besi), dan larut dalam pelarut asam.
Gambar 2.5 Kristal mangan (www.webelements.com)
Mangan paling banyak terdapat di tanah dalam bentuk oksida dan hidroksida dan mengalami
perubahan bilangan oksida. Mangan paling banyak terdapat sebagai pyrolusit (MnO2), dan
tingkat paling sedikit sebagai rhodochrosit (MnCO3). Lebih dari 25 juta ton mangan
ditambang setiap tahunnya. Wilayah penambangan utama bijih mangan adalah Afrika Utara,
Rusia, Ukraina, Georgia, Gabon, dan Australia.
2.3.2 Penggunaan dan Toksisitas Mangan
Berikut ini beberapa penggunaan mangan:
a. Sebagai bahan penting dalam pembuatan besi dan baja
b. Mangan dioksida (MnO2) biasa digunakan sebagai katalis
c. Digunakan untuk mewarnai gelas dan membuat warna violet pada gelas
d. Kalium permanganat (KmnO4) adalah pengoksidasi yang baik dan digunakan sebagai
desinfektan
e. Mangan oksida (MnO) sebagai pupuk
f. Mangan karbonat (MnCO3) sebagai bahan baku pembuatan senyawa mangan yang lain.
Mangan adalah unsur yang diperlukan untuk semua makhluk hidup. Beberapa molekul
seperti diatom, moluska, dan bunga karang mengakumulasi Mangan. Pada ikan hingga 5
ppm dan mamalia 3 ppm dalam jaringannya, sedangkan kadar normalnya sekitar 1 ppm.
Mangan diperlukan untuk metabolisme tubuh manusia. Kekurangan mangan dalam tubuh
dapat mengakibatkan kegemukan, diabetes, penggumpalan darah, masalah kulit, darah
rendah, kelainan kerangka tubuh, cacat lahir, perubahan warna rambut, dan gejala saraf.
11
12
Meskipun mangan berguna untuk tubuh, akan tetapi jika terakumulasi dalam konsentrasi
tinggi, akan menjadi suatu penyakit. Mangan masuk ke dalam tubuh manusia melalui
makanan, seperti bayam, teh, dan rempah-rempah. Bahan makanan yang mengandung
mangan konsentrasi tinggi adalah padi, kacang-kacangan, telur, minyak zaitun, dan tiram.
Setelah terabsopsi dalam tubuh manusia, mangan akan ditransportasi melalui darah menuju
jantung dan ginjal, kelenjar pankreas, dan endokrin. Akumulasi mangan dalam tubuh dapat
mengakibatkan Parkinson dan Bronkhitis, bahkan pada laki-laki dapat mengakibatkan
impoten.
Senyawa mangan terdapat di alam sebagai padatan dalam tanah dan partikel kecil dalam air.
Partikel mangan dalam udara berada di partikel debu dan akan berada dalam tanah selama
beberapa hari. Manusia mempertinggi konsentrasi mangan di udara melalui aktivitas industri
dan melalui pembakaran bahan bakar fosil. Mangan yang berasal dari aktivitas manusia
dapat memasuki air permukaan, air tanah, dan air buangan. Penggunaan pestisida yang
mengandung mangan juga dapat mengakibatkan pencemaran tanah.
Konsentrasi mangan yang tinggi dalam tanah dapat menyebabkan berpengaruh terhadap
tanaman, diantaranya adalah swelling (pengembangan) dinding sel, membuat daun layu, dan
timbul bintik-bintik coklat pada daun (www.lenntech.com).
2.4 Metode Spektrofotometri Serapan Atom
Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) atau Atomic Absorption Spectrophotometry
(AAS) merupakan suatu teknik pengukuran dalam bidang kimia analitik yang didasarkan
pada perubahan tingkat energi dalam atom akibat penyerapan cahaya oleh atom tersebut.
Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika menelaah garis-garis
hitam pada spektrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip serapan atom pada
bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh pada tahun 1955 (Khopkar,
2003).
Metode ini dapat digunakan untuk mengukur konsentrasi suatu unsur. SSA memiliki
sensitivitas yang tinggi sehinngga memiliki kemampuan untuk mengukur konsentrasi dalam
rentang ppb (part per billion). Beberapa aplikasi dari metode ini dapat diterapkan dalam
bidang-bidang berikut (Levinson, 2000):
a. Analisis klinik, contohnya analisis logam dalam darah atau urine.
b. Analisis lingkungan, contohnya menganalisis unsur-unsur yang terdapat di lingkungan.
c. Farmasi, contohnya dalam pabrik obat-obatan, penentuan banyaknya logam katalis
dalam obat untuk proses pembuatan obat dianalisis pada proses terakhir dengan
menggunakan metode SSA.
d. Industri, contohnya untuk menentukan kemurnian suatu produk yang dihasilkan.
e. Pertambangan, contohnya dengan menggunakan SSA, banyaknya emas dalam batuan
dapat ditentukan.
Berikut ini adalah gambar diagram SSA:
Gambar 2.6 Rangkaian alat SSA
Berdasarkan Gambar 2.6, komponen-komponen dasar dari alat SSA adalah sebagai berikut:
a. Unit atomisasi
Atomisasi dapat dilakukan tanpa nyala maupun dengan tungku.Untuk mengubah unsur
logam menjadi uap atau hasil disosiasi, diperlukan energi panas. Temperatur harus
benar-benar terkendali agas proses atomisasinya sempurna. Ionisasi harus dihindarkan
dan ini dapat terjadi bila temperatur terlalu tinggi. Berdasarkan Gambar 2.6, bahan bakar
dan gas oksidator dimasukkan ke dalam kamar pencampur kemudian dilewatkan melalui
baffle menuju ke pembakar. Nyala akan dihasilkan, kemudian sampel dihisap masuk ke
dalam kamar pencampur. Dengan gas asetilen dan oksidator udara, temperatur
maksimum yang tercapai adalah 1200oC. 13
14
b. Sumber sinar
Lampu yang digunakan pada saat pengukuran harus disesuaikan dengan unsur yang akan
ditentukan kadarnya. Sumber sinar disebut lampu hallow cathode.Lampu ini terdiri dari
anoda tungsten dan hollow cathode yang terbuat dari unsur yang akan ditentukan
kadarnya. Lampu ini dibungkus oleh pipa gelas yang diisi oleh gas inert seperti neon
atau argon pada tekanan antara 1 Nm-2 dan 5 Nm-2.
c. Sistem optik dan detektor
Untuk mengukur kadar suatu unsur dengan menggunakan metode SSA, kita terlebih
dahulu harus menyesuaikan panjang gelombang yang dapat diserap oleh atom.
Monokromator digunakan untuk memilih panjang gelombang secara spesifik.