2 tinjauan pustaka - repository.ipb.ac.id · (12) mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di...

29
13 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Perikanan dan Perikanan Tangkap Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan jo. UU no. 45 tahun 2009, pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuat keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakkan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati. Pengelolaan perikanan menyangkut berbagai tugas yang kompleks yang bertujuan untuk menjamin adanya hasil dari sumber daya alam yang optimal bagi masyarakat setempat, daerah dan negara yang diperoleh dari memanfaatkan sumber daya ikan secara berkelanjutan. Berdasarkan definisi diatas, terdapat kata-kata kunci seperti proses, elemen-elemen, keterkaitan/ketergantungan, dan tujuan. Bila dianalogikan dalam penangkapan ikan, maka pengelolaan penangkapan ikan mengandung pengertian suatu proses dalam usaha penangkapan ikan yang terdiri dari elemen-elemen yang saling terkait yang diarahkan untuk mencapai tujuan dari penangkapan ikan. Perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling berkaitan atau berhubungan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Komponen-komponen perikanan tangkap, yakni : (1) sumberdaya manusia; (2) sarana produksi; (3) usaha penangkapan; (4) prasarana pelabuhan; (5) unit pengolahan; (6) unit pemasaran (Monintja 2001) : (1) Sumberdaya Manusia Dalam membangun dan mengembangkan usaha perikanan tangkap sangat dibutuhkan sumberdaya manusia yang tangguh, handal dan profesional. Untuk menghasilkan sumberdaya manusia tangguh, handal dan profesional terutama dalam penguasaan teknologi perikanan tangkap perlu pembinaan dan pelatihan yang merupakan langkah awal yang perlu diperhatikan agar

Upload: dangcong

Post on 03-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

13

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelolaan Perikanan dan Perikanan Tangkap

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 31 tahun 2004

tentang Perikanan jo. UU no. 45 tahun 2009, pengelolaan perikanan adalah

semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi,

analisis, perencanaan, konsultasi, pembuat keputusan, alokasi sumber daya ikan,

dan implementasi serta penegakkan hukum dari peraturan perundang-undangan di

bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang

diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati

perairan dan tujuan yang telah disepakati. Pengelolaan perikanan menyangkut

berbagai tugas yang kompleks yang bertujuan untuk menjamin adanya hasil dari

sumber daya alam yang optimal bagi masyarakat setempat, daerah dan negara

yang diperoleh dari memanfaatkan sumber daya ikan secara berkelanjutan.

Berdasarkan definisi diatas, terdapat kata-kata kunci seperti proses,

elemen-elemen, keterkaitan/ketergantungan, dan tujuan. Bila dianalogikan dalam

penangkapan ikan, maka pengelolaan penangkapan ikan mengandung pengertian

suatu proses dalam usaha penangkapan ikan yang terdiri dari elemen-elemen yang

saling terkait yang diarahkan untuk mencapai tujuan dari penangkapan ikan.

Perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

komponen yang saling berkaitan atau berhubungan dan saling mempengaruhi

satu dengan yang lainnya. Komponen-komponen perikanan tangkap, yakni : (1)

sumberdaya manusia; (2) sarana produksi; (3) usaha penangkapan; (4) prasarana

pelabuhan; (5) unit pengolahan; (6) unit pemasaran (Monintja 2001) :

(1) Sumberdaya Manusia

Dalam membangun dan mengembangkan usaha perikanan tangkap sangat

dibutuhkan sumberdaya manusia yang tangguh, handal dan profesional.

Untuk menghasilkan sumberdaya manusia tangguh, handal dan profesional

terutama dalam penguasaan teknologi perikanan tangkap perlu pembinaan

dan pelatihan yang merupakan langkah awal yang perlu diperhatikan agar

Page 2: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

14

dalam pelaksanaan kegiatan operasi penangkapan ikan dapat berjalan

optimal.

(2) Sarana Produksi

Indikator utama dan merupakan penunjang kearah berkembangnya usaha

perikanan tangkap sangat bergantung pada fungsi sarana produksi yang

tersedia. Sarana produksi tersebut antara lain penyediaan alat tangkap, pabrik

es, galangan kapal, instalasi air tawar dan listrik serta pendidikan dan

pelatihan tenaga kerja (Dahuri 2003).

(3) Usaha Penangkapan/Proses Produksi

Usaha penangkapan terdiri dari kapal, alat dan nelayan, aspek legal yang

meliputi sistem informasi dan unit sumberdaya terdiri dari spesies, habitat

dan lingkungan fisik.

(4) Prasarana Pelabuhan

Menurut Peraturan Menteri Kelautan Perikanan nomor PER.16/MEN/2006

tentang Pelabuhan Perikanan, yang dimaksud dengan pelabuhan perikanan

adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan

batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan

sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan

bersandar, berlabuh dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan

fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan.

Pelabuhan perikanan selain berfungsi sebagai tempat berlabuh kapal

perikanan dan tempat pendaratan ikan hasil perikanan, juga berfungsi sebagai

pusat pengembangan masyarakat nelayan, pusat pemasaran dan distribusi

ikan hasil tangkapan, pusat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan

serta pusat pelaksanaan penyuluhan dan pengumpulan data.

(5) Unit Pengolahan

Unit pengolahan terdiri dari handling atau penanganan, processing dan

packaging.

Bertujuan untuk mempertahankan kualitas hasil tangkapan dengan

melakukan penanganan yang tepat dan mengutamakan produksi selalu dalam

keadaan higienis dan terhindar dari sanitasi buruk. Pengolahan tersebut dapat

Page 3: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

15

dilakukan secara tradisional misalnya penggaraman, pengeringan dan

pengasapan ataupun dengan cara modern/menggunakan es, atau alat

pendingin lainnya (Moeljanto 1996).

(6) Unit Pemasaran

Hanafiah dan Saefuddin (1986) menyebutkan bahwa pemasaran merupakan

arus pergerakan barang-barang dan jasa dari produsen ke tangan konsumen.

Pengelolaan perikanan menjadi semakin penting oleh sebab perubahan-

perubahan dalam hal ekonomi, teknologi, dan lingkungan, termasuk penggunaan

cara-cara tradisional dalam penanganan sumberdaya perikanan. Contoh pengaruh

perubahan-perubahan tersebut adalah peningkatan pendapatan nelayan semakin

penting sejalan dengan meningkatnya pengeluaran untuk konsumsi dan barang.

Semakin efisien alat penangkapan berarti semakin banyak ikan yang dapat

ditangkap per satuan waktu; juga dengan adanya kemampuan sarana penyimpan

seperti freezer, maka lebih banyak ikan yang dapat disimpan. Semua itu

menunjukkan bahwa pengelolaan perikanan meliputi berbagai aspek dan sifatnya

dinamis sesuai perkembangan lingkungan.

Keberlanjutan perikanan menurut Charles (2001), diperlukan

keberlanjutan pada aspek ekologi, sosio-ekonomi, komunitas dan institusi, seperti

digambarkan pada Gambar 3 berikut ini.

Page 4: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

16

Ecological Sustainability

Socio-economic Community

Sustainability Sustainability

Gambar 3 Segitiga keberlanjutan perikanan (Charles 2001).

Pengelolaan perikanan menurut pasal 3 UU No. 31 Tahun 2004 tentang

Perikanan jo. UU No. 45 Tahun 2009, dilaksanakan dengan tujuan :

(1) Meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil;

(2) Meningkatkan penerimaan dan devisa negara;

(3) Mendorong perluasan dan kesempatan kerja;

(4) Meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan;

(5) Mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya ikan;

(6) Meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah dan daya saing;

(7) Meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan ikan;

(8) Mencapai pemanfaatan sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan

lingkungan sumberdaya ikan secara optimal; dan

(9) Menjamin kelestarian sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan

tata ruang.

 

INSTITUTIONAL         SUSTAINABILITY 

Page 5: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

17

Menurut Cochrane (2002) tujuan (goal) umum dalam pengelolaan

perikanan meliputi 4 (empat) aspek yaitu biologi, ekologi, ekonomi, dan sosial.

Tujuan sosial meliputi tujuan-tujuan politis dan budaya. Contoh masing-masing

tujuan tersebut yaitu :

(1) Untuk menjaga sumberdaya ikan pada kondisi atau diatas tingkat yang

diperlukan bagi keberlanjutan produktivitas (tujuan biologi);

(2) Untuk meminimalkan dampak penangkapan ikan bagi lingkungan fisik

serta sumberdaya non-target (by-catch), serta sumberdaya lainnya yang

terkait (tujuan ekologi);

(3) Untuk memaksimalkan pendapatan nelayan (tujuan ekonomi);

(4) Untuk memaksimalkan peluang kerja/mata pencaharian nelayan atau

masyarakat yang terlibat (tujuan sosial).

Menurut Murdiyanto (2004) tujuan umum pengelolaan sumberdaya ikan

yaitu :

(1) Mempertahankan kelestarian sumber daya ikan dan kelanjutan kegiatan

produksi ikan melalui pemanfaatan sumber daya perikanan sebagai mata

pencaharian masyarakat bersangkutan. Tanpa sumber daya ikan maka

tidak diperlukan adanya pengelolaan, karena tersedianya sumber daya ikan

merupakan alasan utama suatu negara untuk membangun perikanannya

(resource based development).

(2) Meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial nelayan.

(3) Memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri terhadap sumber makanan

dari sektor perikanan (laut).

Dalam praktek pelaksanaan pengelolaan, pihak pengelola harus dapat

menentukan pilihan terbaik mengenai : tingkat perkembangan perikanan; tingkat

pemanfaatan yang diijinkan, ukuran ikan yang boleh ditangkap; lokasi

penangkapan yang dapat dimanfaatkan; pengaturan alokasi keuangan untuk

menyusun aturan atau regulasi pengelolaan, penegakan hukum (law enforcement),

serta pengembangan produksi.

Page 6: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

18

Menurut Mann dan Lazier (1991), tujuan pengelolaan potensi kelautan

dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu yang berorientasi pada aspek

biologi, aspek ekonomi, aspek rekreasi; dan aspek sosial. Dari beberapa tujuan

pengelolaan, mungkin ada satu atau dua yang tidak dapat direalisasikan dengan

segera karena keterbatasan sumberdaya yang ada atau karena kondisi perairan

yang belum memungkinkan.

2.2 Alat Penangkapan Ikan

Secara umum perkembangan metode penangkapan ikan yang didasarkan

kepada sifat atau tingkah laku ikan antara lain (Brandt 1984) :

(1) Menggunakan tangan

(2) Menggunakan bantuan hewan yang terlatih

(3) Menjepit atau melukai obyek misal alat penjepit tombak, dan harpoon

(4) Membuat mabuk atau membius ikan, misalnya pembiusan secara mekanik,

kimiawi, dan elektrik

(5) Memikat ikan dengan mangsanya, misalnya golongan pancing (lines)

(6) Memikat ikan agar masuk ke dalam alat, setelah itu ikan sukar keluar

ataupun tidak dapat lagi keluar, misalnya penghalang, perangkap, dan set

net

(7) Memerangkap ikan yang bergerak loncat ke permukaan, beberapa jenis-

jenis ikan mempunyai kemampuan untuk loncat melewati permukaan air

misalnya untuk menangkap serangga, atau mengatasi rintangan maupun

usaha mereka dalam menghindari predator, misalnya aerial trap

(8) Menyaring kolom air dimana ikan berada dengan menggunakan alat

berkerangka, misalnya seser, stow net, dll.

(9) Melingkupi gerombolan ikan (schooling) dengan kantong, contohnya

payang dan pukat pantai (diseret ke arah pantai), dan trawl (diseret

sepanjang kapal bergerak)

(10) Melingkari gerombolan ikan dan mengurungnya tidak hanya dari arah tepi,

tetapi juga dari bagian bawah, misalnya jaring lingkar (purse-seine) dan

lampara

Page 7: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

19

(11) Menggiring ikan ke arah jaring, misalnya muro-ami

(12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring

untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan tancap

(13) Menebar jaring di atas ikan, misalnya jala

(14) Menghadang ikan dengan jaring sehingga terjerat atau terpuntal, misalnya

jaring insang (gillnet) dan jaring puntal

(15) Mengeluarkan ikan atau biota air lainnya dari suatu perairan dan

memindahkannya ke atas kapal, misalnya fish pump

Statistik perikanan tangkap Indonesia mengelompokkan alat penangkap

ikan menjadi sembilan kelompok sebagaimana diuraikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Klasifikasi alat penangkapan ikan berdasarkan Statistik Perikanan

No. Kelompok Jenis

1 Pukat tarik (trawl) 1. Pukat udang (shrimp trawl) 2. Pukat ikan (fish net) 3. Pukat tarik lainnya (other trawl)

2 Pukat kantong (seine net) 1. Payang ( pelagic danish seine) 2. Dogol (demersal danish seine) 3. Pukat pantai (beach seine)

3 Pukat cincin (purse seine) 1. Pukat cincin (purse seine)

4 Jaring insang (gillnet)

1. Jaring insang hanyut (drift gillnet), 2. Jaring insang lingkar (encircling gillnet) 3. Jaring klitik (shrimp entangling gillnet) 4. Jaring insang tetap (set gillnet) 5. Jaring tiga lapis (trammel net)

5 Jaring angkat (lift net)

1. Bagan perahu/rakit (boat lift/raft net) 2. Bagan tancap (stationary lift net) 3. Serok dan songko (scoop net) 4. Jaring angkat lainnya (other lift nets)

6 Pancing (line)

1. Rawai tuna (tuna long line/ drift long line) 2. Rawai dasar/tetap (set bottom long line) 3. Huhate (pole and line) 4. Pancing tonda (troll line) 5. Pancing ulur (handline) 6. Pancing cumi (squid jigging)

 

Page 8: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

20

Tabel 1 (lanjutan)

No Kelompok Jenis

7 Perangkap (traps)

1. Sero (guiding barrier) 2. Jermal (stow net) 3. Bubu (portable trap) 4. Perangkap lainnya (other traps)

8 Pengumpul dan penangkap (collectors and gears)

1. Alat penangkap kerang (shell fish gears) 2. Alat pengumpul rumput laut (seaweed collectors)

3. Alat penangkap teripang (sea cucumber gears) 4. Alat penangkap kepiting (crab gears) 1. Muroami (muro ami) 9 Alat tangkap lainnya 2. Jala lempar/tebar (cast net) 3. Garpu dan tombak (harpoon)

Sumber : DJPT-DKP (2008)

Dalam pemilihan alat penangkap ikan harus disesuaikan dengan kondisi

daerah penangkapan ikan serta memenuhi kesesuaian dengan aspek :

- Technology : mudah dalam proses transfer teknologi

- Biologi : tidak merusak lingkungan dan sumberdaya hayati laut

- Sosial : tidak menimbulkan friksi sosial

- Economy : menghasilkan ikan bernilai ekonomis tinggi

- Culture : menjunjung kearifan lokal

Alat tangkap potensial serta mampu mempertahankan keberlanjutan

perikanan tangkap adalah alat tangkap yang memenuhi kriteria teknologi

penangkapan ikan yang ramah lingkungan (TPIRL), jumlah hasil tangkapannya

tidak melebihi jumlah tangkapan yang diperbolehkan, menguntungkan bagi

nelayan, investasi rendah, penggunaan bahan bakar minyak rendah serta

memenuhi ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku (Monintja

2009). Alat tangkap yang digunakan di perairan Jakarta antara lain adalah

payang, pukat cincin, jaring insang hanyut, bagan perahu, rawai, muroami dan

bubu.

Page 9: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

21

2.2.1 Pukat cincin

Pukat cincin atau purse seine adalah alat penangkap ikan dari jaring yang

dioperasikan dengan cara melingkari gerombolan ikan hingga alat berbentuk

seperti mangkuk pada akhir proses penangkapan ikan. Operasi melingkar ini

dilakukan dengan cepat, kemudian secepatnya menarik purse line diantara cincin-

cincin yang ada, sehingga jaring akan membentuk seperti mangkuk. Kecepatan

tinggi diperlukan dalam hal ini agar ikan tidak dapat meloloskan diri. Setelah ikan

berada di dalam mangkuk jaring, lalu dilakukan pengambilan hasil tangkapan

menggunakan alat bantu serok atau scoop net.

Alat tangkap ini digunakan untuk menangkap ikan pelagis yang

bergerombol. Operasi pukat cincin dapat dilakukan pada siang hari maupun

malam hari. Pengoperasian pukat cincin pada siang hari sering menggunakan

rumpon atau payaos sebagai alat bantu pengumpul ikan. Alat bantu pengumpul

ikan yang sering digunakan dalam pengoperasian pukat cincin di malam hari

adalah lampu. Jaring payang dan dogol termasuk dalam kelompok pukat cincin.

2.2.2 Jaring insang

Jaring insang adalah alat penangkap ikan dari jaring, berbentuk empat

persegi panjang dengan ukuran mata jaring yang sama. Berdasarkan kontruksinya,

jaring insang dikelompokkan menjari jaring insang satu lapis, jaring insang dua

lapis, jaring insang tiga lapis atau trammel net. Berdasarkan cara pengoperasian

di perairan, jaring insang dikelompokkan menjadi jaring insang hanyut (drift

gillnet), jaring insang tetap (set gillnet), jaring insang lingkar (encyrcling gillnet)

dan jaring klitik (entangled gillnet). Berdasarkan lokasi pengoperasiannya, jaring

insang dikelompokkan menjadi jaring insang permukaan (surface gillnet), jaring

insang pertengahan (midwater gillnet) dan jaring insang dasar (bottom gillnet).

Jaring insang hanyut (drift gillnet) lebih terinci dijelaskan, dioperasikan

dengan cara dihanyutkan searah pergerakan arus atau pengoperasian alat tangkap

ini dengan cara jaring dibiarkan hanyut di bagian permukaan perairan. Alat

tangkap ini berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung,

pemberat serta tali ris atas bawah. Jaring insang hanyut cukup selektif karena

memiliki mesh size 5 cm (2 inci). Berdasarkan waktu pengoperasiannya jaring ini

Page 10: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

22

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu jaring insang hanyut siang dan jaring insang

hanyut malam. Pengoperasian alat tangkap ini dilakukan dengan menggunakan

kapal motor, dengan lama trip sekitar 3-7 hari. Setting dilakukan 3-5 kali dalam

sehari semalam dan waktu yang dibutuhkan dari setting sampai hauling sekitar 2-

3 jam. Pengoperasian jaring insang biasanya dilakukan secara pasif. Setelah

diturunkan ke perairan, kapal dan alat dibiarkan drifting, umumnya berlangsung

selama 2-3 jam. Selanjutnya dilakukan pengangkatan jaring sambil melepaskan

ikan hasil tangkapan ke palka.

2.2.3 Alat penangkap ikan dengan penggiring Prinsip pengoperasian alat penangkap ikan kelompok ini adalah

menggiring ikan agar masuk ke dalam alat tangkap yang telah dipasang. Alat

tangkap ini dapat dipasang secara menetap atau alat tangkap digerakkan atau

digeser ke arah perairan yang lebih dangkal. Dalam pengoperasiannya, kelompok

alat tangkap ini dibantu menggunakan alat penggiring yang disebut drive-in-tools

atau scareline. Alat penggiring digunakan unuk menggiring ikan yang sedang

bersembunyi agar keluar dan bergerak ke arah dan masuk ke dalam alat tangkap.

Salah satu jenis alat penangkap ikan yang termasuk kelompok ini adalah muroami

berasal dari Okinawa yang banyak dioperasikan di Kepulauan Seribu.

2.2.4 Perangkap

Pada prinsipnya pengoperasian kelompok alat ini adalah mengusahakan

sedemikian rupa agar ikan tertarik untuk masuk ke dalam alat tangkap atau ke

dalam areal penangkapan dengan sukarela, namun setelah berada di dalamnya

ikan tidak dapat keluar lagi. Salah satu jenis alat tangkap yang termasuk

kelompok ini adalah bubu (fish pots).

2.3 Usaha Perikanan Tangkap

Menurut DKP (2003), potensi dan peluang pengembangan sektor kelautan

dan perikanan meliputi perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri

pengolahan hasil perikanan, industri bioteknologi kelautan dan perikanan,

pengembangan pulau-pulau kecil, pemanfaatan benda berharga asal muatan kapal

Page 11: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

23

tenggelam, deep sea water, industri garam rakyat, pengelolaan pasir laut, industri

penunjang, pengembangan kawasan industri perikanan terpadu, dan

keanekaragaman hayati laut. Pemanfaatan potensi tersebut perlu dilakukan

melalui upaya-upaya yang bertanggung jawab dengan mengedepankan prinsip-

prinsip yang berkelanjutan. Salah satu upaya penting yang dilakukan selama ini

adalah dengan mengembangkan usaha perikanan tangkap terpadu, mulai dari

skala kecil (tradisional) hingga skala besar (industri).

Usaha perikanan tangkap baik yang dilakukan secara tradisional maupun

secara modern sangat dipengaruhi oleh banyak faktor dan hal ini sedikit berbeda

usaha produksi pada bidang-bidang lainnya. Usaha perikanan tangkap di laut

relatif lebih sulit diprediksi keberhasilannya karena sangat peka terhadap faktor

eksternal (musim dan iklim) serta faktor internal (teknologi, sarana dan prasarana

penangkapan ikan dan modal). Kerentanan dalam proses produksi akan

mengakibatkan adanya fluktuasi dalam perolehan hasil tangkapannya (Nomura

dan Yamazaki 1975).

Usaha perikanan tangkap di Indonesia memang terlalu banyak dihadapkan

dengan masalah baik yang berasal dari faktor alam, pendanaan, maupun karakter

nelayan. Secara umum dapat diangkat 4 (empat) faktor yang sangat dominan

mempengaruhi keberhasilan upaya pengembangan usaha perikanan tangkap

khususnya skala kecil (tradisional), yaitu: pemasaran, produksi, organisasi,

keuangan dan permodalan. Produk perikanan mudah rusak dan tidak tahan lama

(high perishable), sehingga pelaku usaha perikanan tangkap skala kecil dan

menengah selalu berada pada posisi sulit untuk berkembang akibat harga jual

produk yang diterima sangat rendah dan cenderung tidak sebanding dengan resiko

maupun biaya yang telah dikeluarkannya (Dahuri 2003).

Dalam kaitan dengan kelembagaan usaha perikanan, selama ini

kelembagaan tersebut baik pada usaha perikanan tangkap skala kecil dan

menengah masih berada dalam taraf mencari bentuk kelembagaan yang tepat di

dalam mengelola sumberdaya, baik ditinjau dari aspek aturan main (property

rights) maupun organisasi (Nikijuluw 2002). Hal ini tentu memberikan dampak

pada lemahnya posisi usaha skala kecil ini dalam melakukan negosiasi kepada

Page 12: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

24

pihak lain. Berbagai upaya telah dilakukan oleh berbagai pihak dalam rangka

menguatkan aspek organisasi, sehingga timbul adanya pola-pola kemitraan antara

pelaku usaha skala kecil dengan mitranya. Namun kebanyakan program

pengembangan tersebut berjalan relatif tidak lancar (terseok-seok) (Roger 1990).

Pada masyarakat pedesaan dan pesisir yang tingkat perkembangan

ekonominya masih belum maju dan didominasi oleh sektor perikanan atau

pertanian, transformasi kelompok nelayan sekaligus dapat dipandang sebagai

cerminan dari transformasi masyarakat pedesaannya (Dumont 1971). Dalam

pengertian yang lebih luas, dikaitkan dengan pembinaan kelompok nelayan

sebagai basis kegiatan ekonomi di wilayah pesisir, transformasi kelompok

nelayan dapat dipandang sebagai proses modernisasi atau pembangunan wilayah

pesisir. Dalam konteks pembangunan ini, kelompok nelayan sebagai wadah dari

pelaku bisnis di wilayah pesisir dapat dipandang sebagai penggeraknya. Proses

transformasi budaya ekonomi tradisional menuju ekonomi pasar yang terjadi di

Indonesia disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Transformasi budaya tradisional dan modern

No Penciri (indikator) Tradisional Modern

1 Orientasi ekonomi Subsisten Komersial (profit) 2 Penggerak ekonomi Padat tenaga kerja

(labour intensive) Padat modal (capital intensive)

3 Sumber kapital Tengkulak/rentenir Kredit formal Bank 4 Teknologi Sederhana Tinggi (mutahir) 5 Sumberdaya manusia Unskilled labour Terampil (skilled) 6 Manajemen Keluarga Profesional

(achievement) 7 Spirit usaha Risiko minimum,

keamanan usaha Motivasi prestasi, mandiri, berani

8 Ciri produk Mutu tidak baku, bersifat musiman

Mutu baku, terus menerus

9 Pola hubungan sosial Kontak langsung (personal communal)

Tidak langsung (impersonal contact)

10 Solidaritas sosial Mekanik ditanggung bersama (collective action)

Organik (individual action) ditanggung individu

 

Page 13: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

25

Tabel 2 (lanjutan)

No Penciri (indikator) Tradisional Modern

11 Cara mengambil keputusan

Feodalistik Demokratik

12 Interdependensi antar pelaku ekonomi

Ekstrim Moderat

13 Kemampuan kompetisi Lemah Kuat 14 Ketegangan sosial Rendah Tinggi

Sumber : Puslitbangkan Deptan (1997)

Dampak positif dari adanya transformasi dalam kegiatan usaha perikanan

tangkap tersebut adalah terjadinya pemberdayaan kelompok nelayan yang

kemudian dapat menjadikan karakteristik usaha menjadi lebih kuat, produk

perikanan dan peranannya dalam perekonomian wilayah pesisir semakin nyata,

serta masyarakat nelayan lebih sejahtera. Perubahan karakteristik usaha

menyangkut karakteristik : sumberdaya manusia (nelayan), organisasi (kelompok)

usaha produktif setempat, kegiatan usaha yang berkaitan dengan pemberdayaan

kelompok nelayan yang menggambarkan penguasaan dan penggunaan teknologi,

penguasaan modal, aset strategis, mutu dan organisasi pengelolaan tenaga kerja

keluarga (secara organik) juga sumber pendapatan keluarga. Untuk perubahan

yang berkaitan dengan produk perikanan akan menggambarkan posisi produk

utama perikanan diantara produk perikanan yang diperdagangkan dan persaingan

usaha sejenis, kemampuan mengelola modal dan perkembangan usaha. Untuk

perubahan yang berhubungan dengan industri pengolahan perikanan yaitu

kemampuan penyerapan modal, penerapan teknologi pasca panen, manajemen

usaha, sumberdaya manusia dan pengembangan (kelembagaan) kerjasama usaha.

Dampak positif dari adanya transformasi tersebut dapat mempercepat perubahan

kebidupan nelayan dan masyarakat pesisir menjadi lebih baik.

2.4 Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap

Permintaan pasar dunia untuk konsumsi ikan akan terus menguat seiring

dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan manfaat positif dari produk

perikanan. Beberapa negara maju diperkirakan menjadi importir bersih produk

perikanan pada tahun 2030 dengan volume impor mencapai 21 juta ton. Pasar

Page 14: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

26

ekspor China juga dinilai potensial dengan konsumsi diprediksi naik dari 33 juta

ton pada tahun 1997 menjadi 53 juta ton pada tahun 2020. Untuk mengimbangi

peningkatan permintaan tersebut, pemerintah berupaya meningkatkan produksi

perikanannya. Kenaikan rata-rata total produksi perikanan tangkap dari tahun

2005 – 2009 sebesar 2,95 persen, berturut-turut total produksi perikanan tangkap

dari tahun 2005 – 2009 (tahun 2009 angka sementara) adalah sebagai berikut;

4,705 juta ton, 4,806 juta ton, 5,044 juta ton, 5,196 juta ton dan 5,285 juta ton

(KKP 2010). Peningkatan yang cukup rendah pada produksi perikanan tangkap di

laut pada kurun waktu tersebut terjadi karena beberapa upaya pengendalian yang

dilakukan pemerintah seiring dengan jumlah produksi yang sudah mendekati

jumlah tangkap yang diperbolehkan (JTB) yaitu sebesar 80 persen dari nilai

potensi lestari sumber daya ikan atau sebesar 5,12 juta ton/tahun (MMAF 2009a).

Pembatas terbesar pada peningkatan produksi adalah kurangnya

peningkatan teknologi, perluasan pasar dan biaya operasional yang tinggi,

terutama bahan bakar yang mencapai 60% biaya produksi. Untuk itu diperlukan

bantuan dari berbagai pihak untuk menyediakan modal usaha atau modal

operasional yang meringankan nelayan dalam penggunaan bahan bakar sebelum

dan setelah produksi. Mengingat masih banyak lembaga keuangan yang

membatasi kredit atau penyaluran modal bagi usaha bidang perikanan, terutama

perikanan tangkap (Sparre dan Venema 1999).

Salah satu komponen pokok yang sensitif dan selalu menjadi ciri khas

pada usaha perikanan tangkap skala kecil dan menengah adalah permasalahan

permodalan. Permasalahan modal bukan disebabkan oleh tidak adanya lembaga

keuangan dan kurangnya uang beredar, namun disebabkan sebagian besar

lembaga keuangan di Indonesia kurang berminat pada kegiatan usaha perikanan,

karena dianggap beresiko tinggi (high risk) mengingat hasil tangkapan nelayan

tidak pasti. Dalam menyalurkan dana pinjamannya, lembaga keuangan pada

umumnya menetapkan syarat agunan (collateral) yang sulit untuk dapat dipenuhi

oleh para pelaku usaha penangkapan ikan skala kecil.

Dalam proses produksi di bidang perikanan, berbagai hal perlu

dilaksanakan secara sinergi sehingga kegiatan produksi berhasil maksimal.

Page 15: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

27

Terkait dengan ini ada beberapa aspek yang perlu dianalisis dan dipertimbangkan

terkait kegiatan produksi dalam bidang perikanan ini, yaitu :

(1) Analisis aspek pemasaran yang mencakup :

1) Demand masa kini dan lampau (kecenderungan dalam volume penjualan,

harga dan perilaku pembeli)

2) Permintaan dan harga dimasa datang (perubahan konsumsi masyarakat,

perkembangan populasi penduduk, pertumbuhan pendapatan, elastisitas

pendapatan, dan perilaku substitusi)

3) Persaingan pasar baik di tingkat lokal, nasional dan internasional

4) Perencanaan kebijakan pemasaran oleh pelaku usaha.

(2) Analisis sumberdaya ikan yang mencakup :

1) Deskripsi daerah penangkapan ikan (fishing ground)

2) Estimasi potensi lestari (MSY)

3) Hasil tangkapan spesies terkait dalam 10 tahun terakhir

4) Kecenderungan hasil tangkapan per satuan upaya (CPUE)

5) Distribusi (sebaran) ikan menurut daerah penangkapan dan musim

6) Proyeksi hasil tangkapan selama berlangsung proyek

7) Mobilitas ikan untuk ruaya dan migrasi

8) Karakteristik komersial dari ikan meliputi ukuran dan kualitas fisik

9) Peluang pengembangan produksi ke depan

(3) Analisis aspek teknis menyangkut operasi penangkapan ikan yang mencakup:

1) Kapal perikanan

2) Alat tangkap

3) Anak buah kapal (ABK)

4) Bahan perbekalan

5) Kondisi lingkungan fisik daerah penangkapan ikan

6) Pola operasi (lama berlangsung satu trip, hari navigasi, hari operasi, hari

darat ikan, hari doking, jumlah trip per tahun, perubahan musim, dan

alternatif daerah penangkapan ikan)

7) Hasil tangkapan (komponen spesies, ukuran, kualitas, dan hasil tangkapan

per periode waktu tertentu)

8) Penanganan hasil tangkapan di kapal

Page 16: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

28

9) Pengangkutan hasil tangkapan ke pelabuhan

10) Fasilitas pelabuhan yang menjadi tempat pendaratan ikan

(4) Aspek organisasi dan manajemen yang meliputi :

1) Aspek legal perusahaan

2) Aspek legal proyek

3) Struktur organisasi yang ada

4) Struktur manajemen per komponen

5) Uraian tanggung jawab dan kewenangan

6) Uraian tugas setiap personel

7) Rencana struktur organisasi proyek

8) Kaitan dengan perusahaan, instansi dan lembaga lain

9) Kualifikasi dan pengalaman karyawan yang ada

10) Kualifikasi dan sumber personel yang akan direkrut.

11) Pendapatan dan insentif karyawan dan ABK armada penangkapan ikan

12) Fasilitas bagi karyawan dan ABK

(5) Analisis kepekaan yang mencakup :

1) Penurunan produksi (5 – 25 %) tergantung lama musim pacekelik, kondisi

fisik daerah penangkapan yang tidak mendukung.

2) Peningkatan produksi tergantung lama musim puncak dan peningkatan

hasil tangkapan per satuan upaya (CPUE).

2.5 Landasan Hukum Pemanfaatan Sumberdaya Ikan

Di dalam Code of Conduct Responsible Fisheries (CCRF), perairan laut

merupakan sumberdaya yang bersifat common property atau milik bersama,

artinya siapa pun dapat memanfaatkan sumberdaya hayati yang terkandung di

dalam suatu perairan laut. Oleh karena itu, agar tidak terjadi konflik di antara

pemanfaat laut, maka dibuat undang-undang dan atau peraturan-peraturan

perikanan, baik yang berlaku secara lokal, nasional, regional maupun

internasional, sekaligus menjadi perangkat hukum pengendali pemanfaatan.

Masyarakat pengguna laut harus mematuhi aturan main yang berlaku. Di

Page 17: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

29

Indonesia, perangkat hukum tersebut dapat berupa undang-undang, peraturan

pemerintah, keputusan presiden, surat keputusan menteri, dan peraturan daerah.

Beberapa perangkat hukum terkait dengan pemanfaatan sumberdaya ikan

di Indonesia diantaranya adalah :

(1) Undang-Undang Dasar 1945, pasal 25A dan pasal 33

(2) Undang-Undang No. 5 tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif

Indonesia (ZEEI)

(3) Undang-Undang No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan jo. UU No. 45

tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 31 tahun 2004

tentang Perikanan

(4) Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1984 tentang Pengelolaan

Sumberdaya Alam Hayati di ZEEI

(5) Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1990 tentang Usaha Perikanan

(6) Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 39 Tahun 1980 tentang

Pelarangan Penggunaan Pukat Harimau (Trawl)

(7) Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 85 Tahun 1982 tentang

Penggunaan Pukat Udang

(8) Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 607/Kpts/UM/9/1976 tentang

Jalur-jalur Penangkapan Ikan jo. SK Mentan No. 392 tahun 1999

(9) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No.

PER.05/MEN/2008 tentang Usaha Perikanan Tangkap

(10)Peraturan lain yang telah diterbitkan oleh pemerintah daerah setempat

2.6 Pemanfaatan Ruang untuk Kegiatan Perikanan

Ruang wilayah pesisir dan laut umumnya selalu berubah-berubah seriring

terjadi pasang surut di wilayah pantai. Hal ini terkadang menyulitkan terutama

untuk justifikasi batas wilayah administrasi daerah. Untuk kepentingan

pengelolaan, batas wilayah pesisir dibagi dua macam, yaitu batas wilayah

perencanaan (planning zone) dan batas wilayah pengaturan (regulation zone) atau

pengelolaan keseharian (day-today management). Wilayah perencanaan dapat

meliputi seluruh daratan apabila terdapat aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh

Page 18: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

30

manusia yang secara nyata dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan dan

sumberdaya pesisir serta masih memungkinkan untuk dikembangkan. Untuk

wilayah keseharian, pemerintah mempunyai kewenangan yang dapat menetapkan

beberapa peraturan terkait dengan aktivitas ekonomi atau pembangunan yang

dilakukan oleh manusia.

Menurut Dahuri (2001), wilayah pesisir merupakan ruang dimana terjadi

pertemuan antara daratan dan lautan. Ruang ke arah daratan meliputi bagian

daratan baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat

laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin, sedangkan ruang ke

arah lautan terdiri dari bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses

alami yang terjadi di daratan seperti aliran air tawar dan sedimentasi. Ruang ke

arah laut ini didiami oleh berbagai jenis ikan, terumbu karang, rumput laut, dan

biota laut lainnya.

Karakterisktik wilayah pesisir dan laut terutama yang kaya dengan

sumberdaya alamnya tentu membutuhkan perhatian khusus dari pihak-pihak

terkait. Beberapa alasan perlunya pengelolaan wilayah pesisir dan laut dengan

perhatian khusus adalah :

(1) Pemanfaatan ruang pesisir secara monokultur sangat rentan terhadap

perubahan baik yang bersifat internal maupun eksternal, sehingga menjurus

pada kegagalan bila diusahakan. Hal ini karena selain karena pemanfaatan

secara monokultur dapat mengeksploitasi komponen tanah atau air, juga

karena struktural tanah maupun aliran air di wilayah pesisir yang secara

alami lembek atau tidak kuat.

(2) Di wilayah pesisir dan laut yang padat, biasanya kegiatan ekonomi

berkembang dengan pesat baik yang mengarah ke daratan maupun

mengarah ke lautan, seperti transportasi, pasar produk, pariwisata,

pertambakan, budidaya rumput laut, penangkapan ikan dan lainnya.

Akibatnya, tekanan terhadap wilayah pesisir dan laut tersebut semakin

meningkat, apalagi semua limbah kegiatan bermuara ke wilayah sekitar.

(3) Di wilayah pesisir dan laut hidup berbagai jenis biota baik dari jenis

tumbuhan maupun hewan darat dan laut. Biota tersebut mempunyai

Page 19: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

31

manfaat banyak bagi kehidupan seperti pelindung terhadap abrasi, bahan

obat-obatan, pengontrol suhu perairan dan daratan sekitar, serta manfaat

lainnya.

(4) Wilayah pesisir dan laut merupakan sumberdaya yang menjadi milik

bersama (common property resources), sehingga banyak yang bergantung

kepada wilayah tersebut. Dengan demikian, kerusakan terhadap wilayah ini

akan memberi dampak luas pada kehidupan masyarakat.

Wilayah pesisir dan laut selama ini banyak dipergunakan untuk berbagai

kegiatan masyarakat seperti untuk kegiatan industri, perdagangan, perkantoran,

pemukiman, pengembangan kegiatan perikanan, rekreasi, sumber energi, kegiatan

militer, perlindungan alam bahkan pembuangan limbah dari aktivitas manusia.

Kondisi ini memang cukup dilematis, dimana aktivitas yang bertolakbelakangpun

dampaknya dapat terjadi di wilayah ini. Hal ini dapat dipahami karena wilayah

pesisir dan laut ini merupakan penghubung aktivitas di darat dan laut, aktivitas

antar pulau, dan secara geografis berada di wilayah ruang yang rendah sehingga

menyebabkan beberapa aliran sungai bermuara di ruang/wilayah pesisir dan laut

tersebut termasuk yang membawa berbagai jenis limbah di daratan. Terkait

dengan ini, maka pemanfaatan wilayah pesisir dan laut terutama untuk kegiatan

perikanan harus diatur dengan baik. Kegiatan perikanan merupakan kegiatan

produksi yang menghasilkan bahan pangan bagi kehidupan manusia, sehingga

perlu diberi ruang aktivitas yang tepat untuk dihasilkannya produk perikanan yang

aman bagi kehidupan manusia.

2.7 Analisis SWOT

Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats)

merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi

suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal

(dalam) dan faktor eksternal (luar). Metode ini sering digunakan dalam

mengevaluasi suatu bisnis untuk merumuskan strategi dan kebijakan yang tepat.

Analisis SWOT akan menggambarkan situasi yang sebenarnya, tekniknya

Page 20: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

32

sederhana, fleksibel karena dapat disesuaikan dengan tujuan analisis serta mudah

dipahami.

Analisis SWOT juga telah menjadi salah satu alat yang berguna dalam

bidang industri. Namun demikian tidak menutup kemungkinan untuk digunakan

pada bidang-bidang yang lain karena sifatnya yang fleksibel sebagai aplikasi alat

bantu pembuatan keputusan. Proses penggunaan analisis SWOT diperlukan

suatu survei internal tentang strengths (kekuatan) dan weaknesses (kelemahan)

program, serta survei eksternal tentang opportunities (peluang) dan threats

(ancaman).

1) Kekuatan

Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau

konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang

terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

2) Kelemahan

Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau

konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang

terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

3) Peluang

Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang akan terjadi.

Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau

konsep bisnis itu sendiri, misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi

lingkungan sekitar.

4) Ancaman

Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat

mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

Analisis SWOT dimulai dengan membuat tabel matriks yang berfungsi

sebagai tabel informasi SWOT. Kemudian dilakukan pembandingan antara faktor

internal yang meliputi kekuatan dan kelemahan dengan faktor eksternal yang

meliputi peluang dan ancaman. Proses pengambilan keputusan strategis selalu

berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan

(Rangkuti 2008). Strategi yang dipilih merupakan strategi yang paling

menguntungkan dengan resiko dan ancaman yang paling kecil.

Page 21: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

33

Selain untuk pemilihan strategi dan kebijakan alternatif, analisis SWOT

dapat digunakan untuk melakukan perbaikan dan improvisasi strategi dan

kebijakan. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam kondisi saat ini,

analisis SWOT dapat menghasilkan strategi untuk melakukan perbaikan diri,

antara lain strateginya dengan meningkatkan kekuatan dan peluang atau

melakukan strategi lain yaitu mengurangi kelemahan dan ancaman.

2.8 Linear Goal Programming (LGP)

Menurut Stevenson (1989) bahwa goal programming merupakan variasi

dari model linear programming yang dapat digunakan untuk menangani masalah

yang mempunyai banyak sasaran, untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian

sumber-sumber yang terbatas seperti tenaga kerja, bahan baku, jam kerja mesin

dan sebagainya, dengan cara terbaik yang mungkin dilakukan. Menggunakan

metode ini akan diperoleh maksimasi, dapat berupa maksimasi keuntungan atau

maksimasi berupa minimisasi biaya. Cara terbaik yang dimaksud diatas adalah

keputusan yang diambil berdasarkan pilihan dari berbagai alternatif.

Metode Goal Programming telah banyak diterapkan dalam penelitian-

penelitian terdahulu sebagai solusi pemecahan masalah dalam pengambilan

masalah multi sasaran; merupakan metode yang tepat digunakan dalam

pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan-tujuan yang bertentangan di dalam

batasan-batasan yang kompleks dalam perencanaan produksi. Metode Goal

Programming juga efektif bila digunakan untuk menentukan kombinasi produk

yang optimal dan sekaligus mencapai sasaran yang diinginkan.

2.9 Sistem Informasi Geografis (SIG)

SIG merupakan salah satu sistem informasi yang menekankan pada

informasi geografis, yang merupakan bagian dari keruangan (spatial).

Penggunaan kata “geografis” mengandung pengertian suatu persoalan mengenai

bumi secara tiga dimensi yaitu tempat-tempat yang terletak di permukaan bumi,

informasi mengenai posisi dimana suatu obyek terletak dan informasi mengenai

Page 22: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

34

keterangan-keterangan (atribut) yang terdapat dipermukaan bumi dimana

posisinya diketahui (Prahasta 2001). SIG pada dasarnya adalah suatu sistem

informasi yang bereferensi dan berbasis komputer, yang mampu menampung,

menyimpan, mengolah dan mensimulasi data spasial, sehingga menghasilkan

output sesuai tujuan.

SIG bermanfaat untuk melakukan perencanaan agar karakteristik potensi

suatu wilayah dapat digambarkan dengan baik, karena SIG mampu

mengintegrasikan beberapa data/peta dan mempunyai kemampuan sebagai

pangkalan data yang selalu dapat diperbaharui dan ditambah isinya sedemikian

rupa, sehingga data tersebut dapat dipilih dan dipergunakan bagi berbagai

kepentingan dalam suatu perencanaan dan pengambilan keputusan. Dalam SIG

data disimpan dalam dua bentuk, yaitu data spasial dan data atribut. Untuk

keperluan analisis data spasial, data atribut disimpan secara terpisah yang

selanjutnya diintegrasikan (Maguire et al. 1991, diacu dalam Soebagio 2004).

Dengan menggunakan data yang diperoleh dari fasilitas citra satelit dan foto udara

yang dapat dihubungkan secara langsung, maka data diperoleh dari periode

tertentu pada area yang sama, dipakai untuk mengetahui perubahan yang terjadi di

rona muka bumi.

SIG berperan dalam penyusunan data dasar dan model analisis spasial

sehingga akan didapatkan model dasar. Model dasar dan data dasar yang dibuat

digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk menyusun skenario perencanaan dan

identifikasi kegiatan-kegiatan pembangunan dengan menentukan kriteria-kriteria

setiap kegiatan. Selanjutnya dengan SIG dapat diperoleh suatu kesesuaian

pemanfaatan ruang yang terkoordinasi yang melibatkan sejumlah data dan

informasi yang bervariasi.

2.10 Analisis Location Quotient (LQ)

Menurut Hood (1998), Location Quotient adalah suatu alat pengembangan

ekonomi yang lebih sederhana dengan segala kelebihan dan keterbatasannya.

Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model

Page 23: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

35

ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang

menjadi pemicu pertumbuhan.

Menurut Moineddin et al. (2002), analisis Location Quotient (LQ) banyak

digunakan sebagai metode utama dalam menganalisis ekonomi basis suatu

wilayah (Isserman 1977 diacu dalam Moineddin et al. 2002). Dalam penelitian

ini analisis LQ digunakan untuk menentukan wilayah yang dapat dijadikan basis

pengembangan alat tangkap potensial di perairan Jakarta sehingga dapat memacu

ekonomi wilayah tersebut dalam skala kecamatan.

2.11 Analytical Hierarchy Process (AHP)

Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan dalam proses

pengambilan keputusan atau pemilihan alternatif kebijakan dalam suatu proses

pengembangan. AHP merupakan suatu teori umum tentang pengukuran yang

digunakan untuk menentukan skala ratio baik pembandingan pasangan yang

diskrit maupun kontinyu (Mulyono 1991).

AHP merupakan suatu metode yang sederhana dan fleksibel yang

menampung kreativitas dalam rancangannya terhadap suatu masalah (Saaty

1991). Metode menstruktur masalah dalam bentuk hierarki dan memasukkan

pertimbangan-pertimbangan untuk menghasilkan skala prioritas relatif. AHP

dapat berfungsi dengan baik selama pemakai memiliki pemahaman yang baik

mengenai masalah yang dihadapi.

Selanjutnya dinyatakan bahwa, kekuatan AHP terletak pada struktur

hierarki yang memungkinkan dimasukkannya semua faktor penting dan

mengaturnya sampai ketingkat alternatif. Setiap masalah dapat dirumuskan

sebagai keputusan berbentuk hierarki, kadang-kadang dengan ketergantungan

untuk menunjukkan bahwa beberapa elemen bergantung pada yang lain dan pada

saat yang sama elemen yang lain tergantung padanya. Elemen pada setiap tingkat

digunakan sebagai sifat bersama untuk membandingkan elemen-elemen yang

berada setingkat dibawahnya.

AHP memberikan kerangka yang memungkinkan untuk mengambil

keputusan yang efektif untuk persoalan yang kompleks dengan jalan

Page 24: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

36

menyederhanakan dan mempercepat pengambilan keputusan. Pada dasarnya

metode AHP memecah suatu situasi yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam

bagian komponennya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan

hierarki, memberi pertimbangan numerik pada pertimbangan subyektif tentang

relatif pentingnya setiap variabel dan mensintesa berbagai pertimbangan untuk

menetapkan variabel yang memiliki prioritas relatif yang lebih tinggi (Saaty

1991).

Penetapan prioritas berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif

dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya

(Mulyono 1991). Langkah pertama untuk menyusun prioritas adalah

membandingkan kepentingan relatif dari masing-masing unsur dan menduga

prioritas untuk sub faktornya. Sintesis prioritas dilakukan untuk mendapatkan

prioritas menyeluruh subsektor dan langkah berikutnya.

2.12 Penelitian Terdahulu di Perairan Jakarta

Telah banyak penelitian terdahulu di bidang perikanan yang menjadikan

perairan Jakarta sebagai obyek maupun wilayah studi, sebagai gambaran

penelitian terdahulu, dalam Tabel 3 dapat dilihat masing-masing tujuan dari setiap

penelitian serta gasir besar hasil penelitian.

Page 25: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

37

Tabel 3 Matriks penelitian terdahulu di perairan Jakarta

Peneliti/Tahun/Judul Tujuan Penelitian Hasil Penelitian Anna. 2003. Model Embedded Dinamik Ekonomi Interaksi Perikanan– Pencemaran

Membangun model embedded dinamik ekonomi interaksi perikanan-pencemaran

Model paling fit untuk interaksi perikanan-pencemaran adalah model Gompertz

Menghitung pengaruh aktivitas produksi terhadap nilai biomass, produksi dan rente sumberdaya perikanan pada kondisi aktual, lestari dan optimum.

Perairan Teluk Jakarta mengalami overfishing untuk perikanan demersal baik secara biologi maupun ekonomi

Menghitung depresiasi sumberdaya ikan (SDI) akibat kegiatan produksi dan non-produksi (pencemaran).

Telah terjadi depresiasi SDI di perairan Teluk Jakarta yang cukup signifikan, yaitu dengan nilai Rp 1,903 milyar per tahun untuk kondisi baseline dan Rp 4,605 milyar per tahun untuk kondisi pencemaran

Menghitung besar dampak kegiatan non-produksi (pencemaran) terhadap total benefit (kesejahteraan) yang dirasakan masyarakat.

Kondisi pencemaran menyebabkan penurunan total benefit sekitar Rp 691,46 juta per tahun

Menghitung laju degradasi / depresiasi sumberdaya ikan.

Terjadi degradasi ikan demersal sebesar 18 % per tahun untuk kondisi baseline dan 21 % per tahun untuk kondisi pencemaran

Menganalisis efisiensi dari perbaikan kerusakan sumberdaya ikan terhadap peningkatan upaya (effort) pemanfaatan dari tahun ke tahun

Potensi perbaikan dari efisiensi Decision Making Unit menunjukkan tidak ada ruang untuk peningkatan effort dari tahun ke tahun

Menganalisis implikasi kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan yang optimal berkaitan dengan tangkap lebih dan pencemaran perairan.

Diperlukan kebijakan lingkungan terpadu dengan perikanan (envo-fishery) yang ditunjang oleh institutional policy dan green fishery policy.

Page 26: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

38

Tabel 3 (lanjutan)

Peneliti/Tahun/Judul Tujuan Penelitian Hasil Penelitian Rudianto. 2004. Analisis Konflik Pemanfaatan Lahan Wilayah Pesisir (studi Kasus Pantai Utara Jakarta)

Mengkaji konflik pemanfaatan lahan antara squatter (pemukim liar) dan pemilik lahan berdasarkan pendekatan lokasi pemukiman squatter

Konflik pemanfaatan lahan yang ada mencakup penyerobotan lahan secara illegal dengan cara (a) pembayar preman, (b) membayar kepada pemilik lama, (c) mendirikan bangunan tanpa ijin. Berdasarkan tempatnya, konflik terjadi dalam bentuk pemanfaatan lahan di sungai, rawa, pemanfaatan yang belum termanfaatkan, pemanfataan lahan reklamasi, lahan konservasi, pemanfaatan lahan sepanjang jalan kereta api, dan lahn sepanjang jetty.

Mengkaji tipologi konflik pemanfaatan lahan antara squatter dan pemilik lahan secara sosial ekonomi

Hasil kajian secara sosial ekonomi menunjukkan bahwa ada konflik yang menyebabkan lahan harus dipertahankan, harus dikurangi, dan perlu ditambah squatternya. Lahan yang perlu dikurangi squatternya mencakup Kapuk Muara, Penjaringan, Pluit I, Ancol, Tanjung Priok, dan Tugu Selatan. Lahan yang perlu ditambah squatternya mencakup Pluit II, Kalibaru, Marunda, Kamal Muara, dan Cilincing.

Memformulasikan resolusi konflik pemanfaatan lahan berdasarkan optimasi lahan

Formula/program resolusi yang diperoleh mencakup program pulang kampung, program pemberdayaan squatter, program konsolidasi lahan, dan program pembangunan rumah susun

 

 

 

Page 27: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

39

Tabel 3 (lanjutan)

Peneliti/Tahun/Judul Tujuan Penelitian Hasil Penelitian Saksono. 2008. Kajian Pembangunan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Berbasis Industri Perikanan.

Menguji dan menganalisis interaksi antarfaktor pembangunan perikanan dalam pembangunan kabupaten dan/atau kota yang berbasis industri perikanan

Beberapa komponen utama yang saling berinteraksi dan berkorelasi secara signifikan positif dalam pembangunan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, yaitu: antara implementasi kewenangan bagi Pemerintah (KBP) dan kewenangan bagi Pemerintah Daerah Otonom (KBO) dengan lingkup usaha perikanan (LUP) maupun terhadap kegiatan usaha perikanan yang berkembang berupa kegiatan perikanan tangkap (TKP), perikanan budidaya (BDY), dan pengolahan hasil perikanan (PROS). Keadaan ini memberikan efek ganda terhadap tujuan pembangunan perikanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.

Merancang suatu model pembangunan bagi Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu berbasis industri perikanan.

Secara umum, model pembangunan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu mencakup dua aksi penting, yaitu (1) Perlu segera mengkaji kembali berbagai kebijakan pembangunannya agar lebih berorientasi pada pemanfaatan potensi laut yang berbasis industri perikanan, terutama pada wilayah yang juga berfungsi sebagai kawasan konservasi, sehingga terwujud sinkronisasi dan harmoninasi antara kegiatan pembangunan wilayah dengan terjaminnya kelestarian fungsi lindung wilayah.

 

Page 28: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

40

Tabel 3 (lanjutan)

Peneliti/Tahun/Judul Tujuan Penelitian Hasil Penelitian (2) Pelaku bisnis perikanan

dalam pengembangan kegiatan industri perikanan perlu mengembangkan rencana bisnisnya yang bertanggung jawab baik dalam penerapan fungsi lindung dan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemanfaatannya. Hal ini penting supaya pengelolaan wilayah pesisir dan lautan dapat bermanfaat secara optimal dan berkelanjutan, demi peningkatan kesejahteraan masyarakat tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan dan terjaminnya kelangsungan hidup generasi yang akan datang.

Sumber : Anna (2003), Rudianto (2004) dan Saksono (2008)

Bila hasil penelitian-penelitian tersebut dibandingkan dengan apa yang

diteliti dalam disertasi ini, maka aspek yang diteliti dalam disertasi ini merupakan

hal baru dan belum pernah diteliti pada kegiatan penelitian terdahulu di perairan

Jakarta, yang mencakup Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu. Secara umum,

penelitian dalam disertasi ini bertujuan untuk menyusun strategi kebijakan

pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di perairan Jakarta, Provinsi DKI

Jakarta. Tujuan umum ini sangat bersesuaian dan mendukung penelitian

sebelumnya yang pernah ada terutama penelitian Anna (2003) dalam pengelolaan

perikanan tangkap berkelanjutan menganggap perlunya kebijakan envo-fishery

yaitu kebijakan yang memadukan lingkungan dan perikanan, yang salah satu

penunjangnya adalah green fishery policy yaitu kebijakan yang mengarah kepada

pengendalian output dengan pengendalian eksternalitas antara lain pencemaran

perairan.

Tujuan khusus penelitian dalam disertasi ini adalah (1) mengevaluasi

tingkat keberlanjutan pengelolaan perikanan tangkap di perairan Jakarta, (2)

menentukan alokasi optimum dari berbagai jenis alat tangkap potensial di perairan

Jakarta dan wilayah basis pengembangannya, (3) Menganalisis kesesuaian ruang

Page 29: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · (12) Mengkondisikan ikan dengan cahaya atau umpan di atas cakupan jaring untuk selanjutnya diangkat, contohnya bagan perahu dan bagan

41

untuk aktivitas perikanan di perairan Jakarta berdasarkan rencana tata ruang

wilayah, dan (4) menganalisis faktor internal dan eksternal dalam rangka

menyusun strategi pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di perairan

Jakarta. Keempat tujuan secara khusus tersebut diatas belum pernah dilakukan

sebelumnya. Tujuan pertama dan kedua dari penelitian ini dapat melengkapi

penelitian tentang tangkap lebih (overfishing) dan efisiensi dari perbaikan

kerusakan sumberdaya ikan terhadap peningkatan upaya pemanfaatan potensi

perikanan yang dilakukan Anna (2003).

Tujuan ketiga dari penelitian ini membantu mempertegas upaya

pemecahan konflik pemanfaatan lahan/wilayah dalam penelitian Rudianto (2004)

dan potensi perikanan yang mengundang ketertarikan masyarakat termasuk

squatter yang terlibat pada kegiatan perikanan. Tujuan ketiga ini pula

menyempurnakan penelitian Saksono (2008) tentang pembangunan daerah

Kepulauan Seribu yang berbasis industri perikanan, yaitu sebagai tambahan

rujukan pengembangan daerah berdasarkan kesesuaian ruang dan penentuan

wilayah basis alat tangkap potensial.

Tujuan keempat penelitian ini merumuskan lebih aplikatif tentang

strategi pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di perairan Jakarta dan

sebelumnya belum pernah dilakukan di lokasi. Namun tujuan keempat ini dapat

menjadi rujukan implementatif bagi model pembangunan berbasis industri

perikanan yang dilakukan Saksono (2008).