2. teori penunjang 2.1. gizi 2.1.1. pengertian gizi...zat gizi makro: “zat gizi yang dibutuhkan...
TRANSCRIPT
7 Universitas Kristen Petra
2. TEORI PENUNJANG
2.1. Gizi
2.1.1. Pengertian Gizi
Istilah “gizi” dan “ilmu gizi” di Indonesia baru dikenal sekitar awal tahun
1950 sebagai terjemahan kata bahasa Inggris nutrition. Pada tahun 1952, Bapak
Ilmu Gizi Indonesia, Prof.Poerwo Soedarmo memilih kata gizi sebagai terjemahan
resmi dari kata nutrition, akar kata gizi dalam bahasa Indonesia kebanyakan
diambil dari bahasa Arab “Ghidza” dan bahasa Sanksekerta “Svastaharena” yang
keduanya memiliki arti sama makanan yang menyehatkan. Istilah atau kata gizi
resmi digunakan dalam Undang-undang di Indonesia pada tahun 1996
(Soekirman, 2000).
Menurut Almatsier (2009), “Gizi berkaitan dengan perkembangan otak,
kemampuan belajar, dan produktivitas kerja” (p.3). Almatsier, Soetardjo, Soekatri
(2011) mendefinisikan zat gizi (nutrients) adalah “bahan kimia yang ada pada
bahan pangan yang diperlukan tubuh untuk menghasilkan energi, membangun dan
memelihara jaringan, serta mengatur proses kehidupan” (p.1). Menurut
Drummond & Brefere (2010), zat gizi merupakan “bagian yang bergizi dalam
makanan yang memberikan energi dan mengembangkan pertumbuhan dan
pemeliharaan tubuh” (p.9). Ilmu gizi didefinisikan oleh Wardlaw & Smith (2006),
“ilmu yang menghubungkan makanan untuk kesehatan dan penyakit. Itu termasuk
proses dimana sistem organisme manusia, mencerna, menyerap, tansportasi dan
sisa makanan gunakan” (p.4). Menurut Drysdale & Aldrich (2002), ilmu gizi
adalah “pembelajaran tentang makanan: susunan kimiawi, dan bagaimana susunan
itu berhubungan dengan kesehatan dan pertumbuhan” (p.122).
Jadi dapat dari pengertian-pengertian diatas, disimpulkan gizi itu selalu
terkait dengan proses makanan yang dikonsumsi terhadap sistem tubuh seperti
menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur
proses-proses kehidupan dalam tubuh.
8 Universitas Kristen Petra
2.1.2. Klasifikasi Dasar Zat Gizi
Almatsier, Soetardjo, & Soekatri (2011), mengelompokkan zat gizi ke
dalam 3 kelompok yang ditinjau dari fungsinya yaitu: (p.2)
Zat energi : karbohidrat, lemak, dan protein.
Zat pembangun : protein, mineral, dan air.
Zat pengatur : protein, mineral, vitamin, dan air.
Menurut Drummond & Brefere (2010), zat gizi dibagi menjadi 2 jenis gizi
menurut jumlah untuk dikonsumsi: (p.12)
Zat gizi makro: “zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang besar
yang terdapat pada karbohidrat, lipida, dan protein”.
Zat gizi mikro: “zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang kecil
yang terdapat pada vitamin dan mineral”.
Ada banyak zat gizi yang terkandung dalam berbagai makanan. Wardlaw &
Smith (2006) mengklasifikasi 6 kelas pada zat gizi adalah: (pp.7-11)
1. Karbohidrat
Sumber utama energi atau kalori bagi tubuh. Karbohidrat masih
dipecah lagi menjadi karbohidrat sederhana (gula alami/olahan) dan
karbohidrat komplek (zat pati dan serat). Makanan yang mengandung
karbohidrat yaitu gula alami/olahan, madu, susu, yogurt, beberapa buah
(pisang), beberapa sayur, roti, mie, nasi, pasta, kacang-kacangan
(kacang polong) dan cereals (pp.128-129).
2. Lipida
Kumpulan zat lemak termasuk trigliserida dan kolesterol, yang
larut dalam lemak, bukan air, dan menyediakan sumber yang kaya
energi dan struktur sel. Umumnya, lemak adalah lipida yang berbentuk
padat pada suhu kamar dan minyak adalah lipida yang berbentuk cair
pada suhu kamar. Sumber lipida terdapat pada lemak hewani (daging
asap, daging, ham, kambing, babi, ayam, dll); minyak nabati; kacang;
lemak susu (mentega & krim); telur; dan pengembang hidronasi
(pp.163-171).
9 Universitas Kristen Petra
Drummond & Brefere (2010), “lemak berfungsi bagi tubuh untuk
mengoptimumkan temperatur tubuh di udara dingin, dan pelindungi
organ penting” (p.126).
3. Protein
Protein adalah komponen struktural utama sel-sel tubuh yang
terbuat dari nitrogen yang mengandung asam amino dirakit pada
rantaian, umumnya sangat kaya dalam makanan hewani (p.13). Fungsi
protein adalah komponen stuktural tubuh yang membangun dan
memelihara tubuh; menemukan banyak enzim, hormon, dan segala
antibody; penghantar zat besi, lemak, mineral, dan oksigen;
memelihara cairan dan dasar keseimbangan asam; menyediakan energi
akhir dan membantu pembekuan darah . Protein dapat ditemukan pada
hewan dan tumbuhan, yang berperan mengganti kulit, rambut, kuku,
otot, dan darah. Protein dibutuhkan dalam dua kualitas yaitu kualitas
tinggi / complete proteins (daging, unggas, ikan telur, susu, dan produk
susu lainnya) dan kualitas rendah / incomplete proteins (kacang, biji-
bijian, sayur) (p.169).
4. Vitamin
Drummond & Brefere (2010) mendefinisikan vitamin adalah
nutrisi organik yang tidak berkalori ditemukan dalam berbagai makanan
yang penting dalam jumlah kecil untuk mengatur proses tubuh, menjaga
tubuh, pertumbuhan dan reproduksi. Wardlaw & Smith (2006) fungsi
utama vitamin adalah memungkinkan banyak reaksi kimia terjadi dalam
tubuh. Tiga belas vitamin terbagi dalam 2 kelompok yaitu larut dalam
lemak / fat-soluble ( 4 vitamin: A , D, E, K) dan larut dalam air / water-
soluble ( 9 vitamin: C, B, dan lain-lain) (p.10).
Vitamin A berperan penting bagi tubuh, yaitu merawat mata dan
penglihatan. Sumber makanan yang kaya akan vitamin A adalah
“wortel, bayam, sayur hijau, ubi, selada, brokoli, aprikot, mangga dan
susu” (p.287).
Vitamin D berbeda dengan vitamin lain karena dapat diproduksi
dalam tubuh. Ketika cahaya ultraviolet masuk dalam kulit, senyawa
10 Universitas Kristen Petra
semacam kolesterol diubah menjadi penggerak vitamin D dan diserap
ke dalam darah. Para pakar menyarankan “seseorang hanya
membutuhkan sekitar 15 menit berjemur pada muka, tangan, dan
pergelangan; dua sampai tiga kali per minggu supaya memenuhi
vitamin D” (p.193). Fungsi utama vitamin D adalah mengatur tingkat
normal darah atas kalsium dan fosfor. Dengan mengedarkan
penyerapan kalsium, vitamin D membantu membentuk dan memelihara
kekuatan tulang. Vitamin D juga bekerja dengan vitamin lainnya,
mineral, dan hormon untuk menyebarkan material tulang. Tanpa
vitamin D, tulang menjadi mengecil, rapuh, atau cacat. Sumber terbaik
vitamin D berasal dari “sinar matahari pagi hari dan dari makanan
adalah “susu yang diperkaya dan cereals” (p.194).
Tubuh membutuhkan antioksidan seperti vitamin E untuk hati-hati
mengatur paparan radikal bebas dan dengan demikian mencegah
hancurnya sel (p.293). Sumber utama vitamin E meliputi “minyak
tanaman, salad dressing dan mayonnaise, cereals, beberapa buah dan
sayur (asparagus, tomat, dan sayur berdaun hijau), telur, mentega, biji-
bijian, kacang almond, dan biji bunga matahari” (p.294). “Perokok
adalah kelompok berisiko tinggi mengalami kekurangan vitamin E,
karena dengan merokok telah menghancurkan vitamin E” (p.296).
Drummond & Brefere (2010), Vitamin K adalah diperlukan untuk
pengumpalan darah dan juga penting untuk membentuk tulang dan
dibuat dalam tubuh. Sumber terbaik vitamin K dari sayur yang berdaun
hijau (kubis, sawi, bayam, brokoli, kecambah, bawang, sayur kol,
selada, minyak, dan mentega).
Wardlaw & Smith (2006), Vitamin B1 / thiamin berperan
“membantu melepaskan energi dari karbohidrat” (p.301). Penyakit
kekurangan vitamin B1 adalah beri-beri. Dengan gejalanya lemah,
kehilangan nafsu makan, mudah marah, kesemutan saraf di seluruh
tubuh, koordinasi lengan dan kaki buruk dan nyeri otot didalam betis.
Penderita beri-beri umumnya mengalami pembesaran jantung dan
kadang busung. Sumber utama vitamin B1 adalah “produk babi, biji-
11 Universitas Kristen Petra
bijian, cereals, kacang hijau, susu, jus jeruk, jeroan, dan kacang”
(p.302).
Vitamin C diserap dalam usus halus. “Fungsi vitamin C adalah
berperan dalam sintesis protein kolagen” (p.318). Protein terhubung erat
dengan jaringan, tulang, gigi, tendon, dan pembulu darah. Vitamin C
sangat berperan penting bagi fungsi sistem kekebalan tubuh. Sumber
utama vitamin C dapat ditemukan pada “jeruk, paprika hijau, kembang
kol, brokoli, sawi, strawberi, papaya, selada, kentang, cereals, dan
minuman yang diperkaya vitamin C” (p.319).
5. Mineral
Drummond & Brefere (2010), mineral adalah zat kimia non-
organik yang tidak berkalori terdapat dalam berbagai macam makanan,
yang diperlukan untuk mengatur proses tubuh, menjaga tubuh, dan
memungkinkan pertumbuhan dan reproduksi. Mineral dibutuhkan tubuh
dalam jumlah kecil dan tidak mengandung energi. Mineral
dikelompokkan berdasarkan kebutuhannya yaitu mineral dalam jumlah
besar (major minerals) dalam jumlah lebih dari 100 miligram per hari
seperti Kalsium, Klorida, Magnesium, Fosfor, Potassium, Sodium, dan
Sulfur. Sedangkan mineral jumlah kecil (trace minerals) dalam jumlah
kurang dari 100 miligram per hari seperti krom, tembaga, fluoride,
iodium, iron, manganese, molybdenum, selenium, dan zinc (p.226).
Menurut Wardlaw & Smith (2006), 80% mengandung sodium yang
kita konsumsi dalam makanan, dengan batas normal konsumsi sodium
200 miligram per hari (pp.348-349). Sumber sodium banyak terdapat
pada garam meja yang juga mengandung yodium bermanfaat untuk
mencegah dari sakit gondok.
Selain sodium, kalsium juga dibutuhkan semua sel tubuh lebih dari
99% yang digunakan untuk kekuatan tulang dan gigi. Fungsi peran
utama kalsium untuk “membentuk dan memelihara tulang. Sumber
kalsium yang terbaik terdapat pada produk-produk susu seperti susu dan
keju (pp.352-354).
12 Universitas Kristen Petra
Fosfor juga dibutuhkan tubuh disamping sodium dan kalsium, 70%
dari asupan makan secara efektif menyerap fosfor. Fosfor adalah
komponen enzim, kunci komponen lain, genetik, sel membran, dan
tulang. Sekitar 85% dari bagian fosfor terdapat di dalam tulang (p.357).
6. Air
Menurut Wardlaw & Smith (2006), air berperan penting bagi
kehidupan manusia, bertindak sebagai pelarut dan pelumas; sebagai
kendaraan untuk mengangkut nutrisi dan limbah; dan sebagai media
untuk pengukur suhu dan proses kimia. Air membantu membentuk
pelumas yang terdapat di lutut dan sendi lain pada tubuh. Rekomendasi
para ahli, “air dikonsumsi manusia paling sedikit 1-3 liter air atau 8-10
gelas per hari, air yang dikonsumsi mengganti kekurangan cairan dalam
sepanjang aktivitas” (p.341). Karena sekitar 60% tubuh manusia
mengandung air” (p11).
Manusia juga membutuhkan serat selain kabohidrat, protein, vitamin, dan
maupun mineral. Serat seperti zat pati yang rantai unit glukosa terikat, tetapi
bedanya unit yang berhubungan dengan ikatan kimia yang enzim pencernaan
perut tidak dapat dirusak, serat melewati perut dan usus tidak akan berubah bentuk
dan diekresikan dalam tinja. Serat terdapat berlimpah pada tanaman hingga
kacang-kacangan, buah-buahan, sayuran, biji-bijian. Daging, unggas, ikan,
produk-produk dari susu,dan telur tidak terdapat serat (Drummond & Brefere,
2010, p.92).
Menurut Klien (2003), Serat pada sayur dan buah berfungsi sangat penting
untuk mengikat koresterol jahat dalam proses pencernaan sehingga kolesterol
tidak dapat terserap kembali oleh tubuh agar tidak terjadi pengendapan dan
menimbulkan penyakit seperti diabetes, penyakit jantung, gangguan pencernaan
dan kanker usus besar.
13 Universitas Kristen Petra
2.1.3. Status Gizi
Almatsier (2009), mengartikan status gizi adalah “keadaan tubuh sebagai
akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi” (p.3).
Macam status gizi yang jabarkan Almatsier: (pp. 9-10)
Status gizi baik (gizi optimal) adalah kondisi tubuh memperoleh
cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga
memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan
kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.
Status gizi kurang adalah kondisi tubuh mengalami kekurangan satu
atau lebih zat-zat gizi esensial.
Dua Faktor gangguan gizi menurut Almatsier: (p.10)
Faktor primer: Susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan
atau kualitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan,
kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan,
kebiasaan makan yang salah, dan sebagainya.
Faktor sekunder: semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak
sampai di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi.
Almatsier menjelaskan akibat gizi lebih pada proses tubuh menyebabkan
kegemukan atau obesitas. Dan sedangkan akibat gizi kurang pada proses tubuh:
(pp. 11-12)
Pertumbuhan: pertumbuhan tidak menurut potensialnya, protein digunakan
sebagai zat pembakar sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah
rontok.
Produksi tenaga: kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan
kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas.
Pertahanan tubuh: sistem imunitas dan antibody berkurang, sehingga mudah
terserang infeksi seperti pilek, batuk, dan diare.
Struktur dan Fungsi otak: kurang gizi pada usia muda berpengaruh pada
perkembangan mental begitu pula kemampuan berpikir. Kekurangan gizi
dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.
14 Universitas Kristen Petra
Perilaku: kekurangan gizi menunjukan perilaku tidak tenang. Mudah
tersinggung, cengeng, dan apatis.
Menurut Adriani & Wirjatmadi (2012), ada beberapa faktor penyebab
masalah gizi remaja: (pp.324-325)
Kebiasaan makan yang buruk.
Pemahaman gizi yang keliru.
Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu.
Promosi yang berlebihan melalui media massa.
Masuknya produk-produk makanan baru.
2.1.4. Angka Kecukupan Gizi (AKG) Remaja
Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) atau dalam bahasa inggris
dikenal dengan istilah Recommended Dietary Allowances (RDA). AKG / RDA
didefinisikan sebagai tingkatan konsumsi energi dan zat-zat gizi esensial, yang
berdasarkan ilmu pengetahuan mutakir dinilai cukup memenuhi kebutuhan gizi
untuk pemeliharaan hampir semua penduduk sehat di suatu populasi (Almatsier,
Soetardjo & Soekatri, 2011, p.38). Angka kecukupan gizi berbeda dengan angka
kebutuhan gizi (dietary requirements). Angka kebutuhan gizi merupakan
“banyaknya zat-zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk
mempertahankan status gizi cukup” (Almatsier, 2009, p.300).
AKG ditetapkan untuk berbagai kelompok umur, gender, dan kondisi
tubuh tertentu, yaitu hamil dan menyusui. Almatsier, Soetardjo & Soekatri (2011)
berpendapat AKG tidak digunakan untuk perorangan, tetapi sebagai pedoman
untuk: (p.39)
1. Perencanaan suplai pangan penduduk / kelompok penduduk.
2. Penilaian konsumsi pangan perorangan / kelompok penduduk.
3. Penetapan standar bantuan pangan.
4. Penilaian kecukupan pangan.
5. Perencanaan pendidikan dan penyuluhan gizi.
6. Pengembangan produk pangan di industri.
7. Penetapan label gizi produk pangan.
15 Universitas Kristen Petra
AKG ditetapkan di Indonesia pada tahun 1986 dan AKG ditinjau kembali
pada tahun 1978, dan sejak itu secara berkala setiap lima tahun, dan terakhir
pada tahun 2004 (Almatsier, Soetardjo & Soekatri, 2011, p.39).
Tabel 2.1. Berat badan patokan di Indonesia, WHO, FAO, Singapura dan
Filipina (dalam Kg)
Sumber: Almatsier (2009, p.305)
16 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.2. Angka Kecukupan Gizi Usia Remaja
Sumber: Almatsier, Soetardjo, Soekatri (2011, p.324)
2.2 Perilaku Makan
2.2.1. Pengertian Perilaku Makan
Pengertian perilaku adalah sesuatu yang dilakukan oleh individu satu
dengan individu lain dan sesuatu itu bersifat nyata. Perilaku tidak seperti pikiran
atau perasaan, perilaku adalah sesuatu konkrit yang bisa diobservasi, direkam
maupun dipelajari. Perilaku dibagi menjadi dua yaitu perilaku yang tampak (overt
behavior) dan perilaku yang tidak tampak (innert behavior), demikian pula
aktifitas-aktifitas tersebut disamping aktifitas motoris, juga termasuk aktifitas
emosional dan kognitif.
17 Universitas Kristen Petra
Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik
yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo,2003, p.114).
Menurut Sunaryo (2004), memaparkan bahwa perilaku baru bisa terjadi
apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang
disebut rangsangan. Suatu rangsangan yang akan menghasilkan reaksi atau
perilaku tertentu.
2.2.2. Macam Perilaku Makan
Worthington & Williams menjabarkan macam perilaku makan ditinjau
dari tipe pola makannya: (Almatsier, Soetardjo & Soekatri, 2011, pp.332-338)
Makan tidak teratur: melewatkan waktu makan (pagi, siang, malam) yang
seharusnya di lakukan, pada umumnya remaja wanita melewatkan makan pagi
atau makan malam di bandingkan remaja laki-laki, karena ingin tampil lebih
kurus.
Pola makan khusus, seperti contoh diet vegetarian: pada umumnya remaja
ketika memutuskan untuk berdiet banyak diantaranya memutuskan untuk
mengurangi konsumsi daging merah hingga semua produk makanan hewani
dan mengkonsumsi produk makanan dari tumbuh-tumbuhan.
Karies gigi dan penyakit gigi dan mulut: kecenderungan remaja
mengkonsumsi snack yang kaya kabohidrat murni dapat menyebabkan karang
gigi bila bertumpuk menyebabkan karies gigi atau infeksi gusi pada mulut
dikemudian hari.
Peran orang tua: orang tua memberi didikan remaja untuk lebih tanggung
jawab dan memberi kebebasan untuk memilih makanan yang bergizi selama
masa pertumbuhannya.
Penyalahgunaan bahan berbahaya: masalah kesehatan remaja perlu mendapat
perhatian dan pengawasan orang tua seperti kelompok sebaya yang mudah
menggunakan obat-obat terlarang seperti sabu-sabu, ganja, kokain, tembakau
(rokok), dan alkohol atau orang tuanya juga seorang pengguna.
18 Universitas Kristen Petra
2.2.3 Pengaruh perilaku makan
Menurut Atkinson R.L., Atkinson R.C., & Hilgard (1983) berpendapat
kebiasaan dan adat sosial juga mempengaruhi perilaku makan. Perilaku makan
dipengaruhi oleh jumlah psikologi, lingkungan dan variabel sosial (p.289).
Worthington & Williams membagi faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku makan: (Almatsier, Soetardjo & Soekatri, 2011, pp.333-335)
Iklan: di televisi terdapat banyak iklan makanan berupa makanan yang kaya
gula, karbohidrat, dan lemak.
Kemudahan memperoleh makanan siap santap: makanan & minuman yang ada
di vending machines, bioskop, acara-acara olahraga, dan rumah makan cepat
saji dan mini-mart menjamur di mana-mana telah mempengaruhi perilaku
makan remaja. Puncak pertumbuhan, remaja cenderung sering makan dan
makan dalam jumlah banyak. Ketika pertumbuhan melambat sebaiknya
mengurangi jumlah dan frekuensi makan. Kebiasaan makan yang salah dan
dalam jumlah banyak selama usia remaja pada akhirnya dapat menyebabkan
penyakit-penyakit degeneratif / penyakit-penyakit yang melemahkan.
Keterbatasan nutrisi pada makanan siap saji: makanan siap saji mudah
diperoleh terutama di kota-kota besar seperti di pusat perbelanjaan, pasar
swalayan, dan sekolah. Makanan cepat saji seperti ayam goreng/fried chicken,
burger, dan pizza, makanan ini umumnya kaya energi, lemak, kabohidrat, dan
garam tetapi minim mengandung vitamin A, vitamin C, riboflavin, asam folat,
kalsium, dan serat.
Hipertensi dan hiperlipidemia: Remaja dengan kadar kolesterol darah tinggi
juga cenderung mempunyai kadar kolesterol yang tinggi pada masa dewasa.
Bila seorang remaja menderita tekanan darah tinggi, atau ada sejarah tekanan
darah tinggi di dalam keluarga, remaja perlu menetapkan diet rendah garam
dapur dan energi total. Remaja hendaknya menghindari makanan tinggi-lemak,
rendah-serat, mengkonsumsi aneka ragam makanan dan menghindari merokok
dan minuman alkohol.
19 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.3. nilai lipida darah tertentu untuk anak usia 2-19 tahun
Sumber: Almatsier, Soetardjo, Soekatri (2011, p.324)
Gambar 2.1. Diagram Skematis faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan
makan remaja
Sumber: Almatsier, Soetardjo, Soekatri (2011, p.324)
Menurut Drummond & Brefere (2010), ada delapan faktor yang
berpengaruh pada pemilihan terhadap makanan (pp.3-8):
20 Universitas Kristen Petra
Rasa
Atribut makanan yang mengkombinasikan lima indra seperti rasa, bau,
sentuhan, penglihatan dan bunyi.
Aspek lain pada makanan
Harga makanan, mudah (praktis), ketersediaaan dan kefamiliaran produk bagi
konsumen, dan nilai gizi yang terkandung.
Faktor demografi
Faktor-faktor yang melibatkan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
pendapatan, dan latar belakang budaya pada suatu daerah.
Budaya dan Agama
Kelakuan dan kepercayaan atas sosial tertentu, etnik, atau kelompok umur
seseorang yang mempengaruhi pemilihan makannya.
Kesehatan
Suatu kondisi tubuh sehat, seseorang dalam pemilihan makan yang
didasarkan untuk menjaga dari masalah kesehatan dan atau menjaga
penampilan.
Sosial dan Emosi
Mempengaruhi orang makan pada perayaan sosial tertentu dan situasi sosial
tertentu, pengaruh kelompok yang mempengaruhi dalam pemilihan makan,
makanan sebagai penanda status sosial tertentu dan emosi sangat terkait erat
dengan pemilihan makannya pula.
Industri makanan dan media
Industri yang menawarkan produk makanannya yang menarik perhatian
remaja dengan penawaran yang dilakukan pada media elektonik seperti radio,
televisi, internet, koran, papan reklame, dan lain-lain.
Keperdulian akan lingkungan
Pemahaman akan cinta lingkungan sekitar yang mempengaruhi pemilihan
makannya untuk tidak mengkonsumsinya sebagai tanda keperdulian pada
alam seperti kelompok vegetarian atau go green.
21 Universitas Kristen Petra
2.3. Remaja
2.3.1. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi
yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Pasa masa ini
sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan
anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Hal senada diungkapkan oleh
Santrock (2003), bahwa adolescene diartikan sebagai masa perkembangan transisi
antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif,
dan sosial-emosional (p.26).
Menurut Adriani & Wirjatmadi (2012) masa remaja / adolescence adalah
“waktu terjadinya perubahan-perubahan yang berlangsungnya cepat dalam hal
pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial” (p.339). Arti yang lainnya adalah
“masa peralihan dari masa anak menuju ke masa dewasa dan disertai dengan
perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa” (p.284).
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh Adriani & Wirjatmadi
(2012) adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya
dibedakan atas tiga, yaitu 10-14 tahun = masa remaja awal, 14 – 17 tahun = masa
remaja pertengahan, dan 17 – 20 tahun = masa remaja akhir.
2.3.2. Pola Makan Remaja
Pola makan (food pattern) adalah cara orang atau sekelompok orang
memanfaatkan makanan yang ada sebagai reaksi tekanan ekonomi dan sosio-budaya
yang dialami dan juga berkaitan dengan kebiasaan makan / food habit) (Almatsier
2009). Karakteristik remaja yang mengalami pertumbuhan pesat, perubahan
psikologis dramatis dan peningkatan aktivitas menyebabkan peningkatan kebutuhan
zat gizi dan terpenuhi atau tidaknya kebutuhan ini dan mempengaruhi status gizi, oleh
sebabnya asupan remaja sebaiknya mengandung jumlah zat-zat gizi yang tinggi dari
sebelumnya (Adriani & Wirjatmadi, 2012). Beliau juga berpendapat bahwa remaja
makan lebih sering dalam jumlah banyak ketika dipuncak kecepatan pertumbuhan;
kebiasaan makan yang dipengaruhi dengan meningkatnya aktivitas, kehidupan sosial,
dan kesibukan remaja; dan remaja dengan aktivitas sosial yang tinggi cenderung
22 Universitas Kristen Petra
memperlihatkan peran teman sebaya semakin tampak contohnya sekolompok remaja
menyantap makan di rumah makan fast food (p.323).
Menurut Akhmad (2011), Pola makan yang baik yaitu ”makan dengan
memperhatikan nilai gizi dari setiap kandungan makanan, mencermati tingkat
kebutuhan gizi tubuh kita, membatasi pada makanan tertentu yang menyehatkan saja,
dan membuat variasi pada menu makanan sehingga tubuh memperoleh nutrisi
lengkap” (p.11). Begitu juga Roizen, Rome & Oz (2012) berpendapat penerapan pola
makan yang sehat perlunya memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan yang juga
berpengaruh pada pengaturan selera makan” (p.77).
Berikut gambar-gambar pedoman menu seimbang yang dikenal di
Indonesia pertama kalinya yaitu pedoman 4 sehat 5 sempurna dan kemudian
berkembang dan berlaku hingga saat ini yaitu pedoman umum gizi seimbang:
Gambar 2.2. Pedoman Menu 4 Sehat 5 Sempurna
Sumber: Almatsier, Soetardjo, Soekatri (2011, p.42)
23 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.3. Logo Pedoman Umum Gizi Seimbang
Sumber: Almatsier, Soetardjo, Soekatri (2011, p.45)
Tumpeng gizi seimbang yang berbentuk seperti kerucut yang mana
melebar di bawah dan mengecil di bagian atasnya, hal ini menunjukan banyaknya
konsumsi bahan makanan. Tumpeng ini menjelaskan bahwa dengan
mengkonsumsi air paling banyak 8 gelas per hari, sumber kabohidrat (nasi, roti,
mie, jagung) dikonsumsi sebanyak 3-8 porsi per hari, Sayuran dikonsumsi
sebanyak 3-5 porsi per hari, sedangkan buah-buahan dikonsumsi sebanyak 2-3
porsi per hari, untuk protein nabati (kacang-kacangan, tahu, tempe) dikonsumsi 2-
3 porsi per hari, protein hewani (ayam, ikan, daging, telur, susu) dikonsumsi
sebanyak 2-3 porsi per hari, dan untuk minyak, gula, garam digunakan seperlunya
saja. Pedoman tumpeng gizi seimbang inilah pedoman terbaru yang menggantikan
pedoman menu empat sehat dan lima sempurna.
24 Universitas Kristen Petra
2.4. Hubungan Gizi dan Perilaku Makan Remaja
Menurut Bordi, Cranage, Lambert, & Smith (2005) perilaku remaja
berkaitan dengan sikap yang dijabarkan sebagai pandangan perilaku makan
remaja yang mencari apa yang baik, menguntungkan, menyenangkan,
ketersediaan makanan, dan lain-lain. “Presepsi remaja terbentuk dari
makanan apa yang baik untuknya, orang-orang yang mempengaruhi
kebiasaan makannya, tingkat pengetahuan gizinya, dan sumber yang
mengenalkan untuk remaja mempelajari nutrisi tersebut” (p.3). “Dampak
dari perilaku makan telah dikaitkan dengan asupan gizi yang buruk dan
kurangnya pertumbuhan optimal” (p.4). “Teori tindakan beralasan dalam
pemilihan makanan seorang remaja yang bermula dari kepercayaan lalu
terhubung dengan sikap kemudian terhubung dengan niat dan yang akhir
terkait pada perilakunya” (p.3).
Menurut Adriani & Wirjatmadi (2012) berpendapat remaja dianggap
mampu membuat keputusan dalam kehidupannya dari pada ketika masih anak-
anak. “Remaja sering menentukan sendiri makanan yang akan di konsumsi.
Makanan yang mereka pilih adalah refleksi dari berbagai faktor, meliputi
kebiasaan makan keluarga, teman sebaya, dan pengaruh iklan / media dan
ketersediaan makanan. Kualitas gizi remaja ditentukan oleh pengaruh
psikologis dan sosial” (pp.284-285).
25 Universitas Kristen Petra
Pria Wanita
2.5. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran
Sumber: Drummond & Brefere (2010) dan Wardlaw & Smith (2006)
Keterangan Kerangka Pemikiran:
Pada penelitian ini, variabel pengetahuan gizi menggunakan 7 unsur
komponen gizi, yaitu kabohidrat, lipida, protein, vitamin, mineral, air, dan
sayur (serat). Dan variabel perilaku makan dalam bentuk skala frekuensi
konsumsi dari 7 unsur komponen tersebut yang akan diteliti pada siswa-
siswi di SMP Gloria 1 Surabaya serta adakah perbedaan signifikan
pengetahuan dan perilaku makan antara remaja pria dan remaja wanita.
Remaja
Pengetahuan Gizi:
a. Zat makro
Kabohidrat
Protein (Nabati / Hewani)
Vitamin (Vit.A,D,E,K,B1,C)
b. Zat mikro
Mineral (Yodium, Kalsium, Fosfor)
Air
c. Sayur dan buah (serat)
d. Pola makan
Perilaku Makan:
a. Frekuensi mengkonsumsi zat
makro/mikro/sayur&buah
(serat) dalam sehari.
b. Frekuensi mengkonsumsi zat
makro/ zat mikro/sayur&buah
(serat) dalam seminggu.
c. Pola makan.
26 Universitas Kristen Petra
2.6. Hipotesis
Hipotesis adalah sebuah jawaban sementara untuk rumusan masalah
penelitian yang telah dinyatakan kedalam bentuk kalimat pertanyaan, karena
bersifat sementara, jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh dari
pengumpulan data atau bisa disebut pula jawaban teoritis sebuah rumusan
masalah penelitian karena belum jawaban yang empirik (Sugiono, 2008). Peneliti
merumuskan hipotesis sementara bahwa adanya perbedaaan yang signifikan
pengetahuan gizi dan perilaku makan antara remaja pria dan remaja wanita.