2. proses pengomposan

Upload: muharrirbadar

Post on 08-Jan-2016

34 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PROSES PENGOMPOSAN

METODE DAN TAHAPAN PENGOMPOSANDari Proses Pembuatannya, Kompos di bagi 2 :Kompos alamiKompos buatan1. Kompos AlamiYang dimaksud dengan pembuatan kompos secara alami adalah pembuatan kompos yang dalam proses pembuatannya berjalan dengan sendirinya, dengan sedikit atau tanpa campur tangan manusia. Manusia hanya membantu mengumpulkan bahan, menyusun bahan, untuk selanjutnya proses composting / pengomposan berjalan dengan sendirinya.

Kompos yang dibuat secara alami memerlukan waktu pembuatan yang lama, yaitu mencapai waktu 3 4 bulan bahkan ada yang mencapai 6 bulan dan lebih 2. Kompos BuatanYang dimaksud dengan pembuatan kompos dengan campur tangan manusia adalah pembuatan kompos yang sejak dari penyiapan bahan (pengadaan bahan dan pemilihan bahan), perlakuan terhadap bahan, pencampuran bahan, pengaturan temperatur, pengaturan kelembaban dan pengaturan konsentrasi oksigen, semua dilakukan dibawah pengawasan manusia.

Proses pembuatan kompos yang dibuat dengan campur tangan manusia biasanya dibantu dengan penambahan aktivator pengurai bahan baku kompos StarterMETODE PENGOMPOSANPengomposan secara aerobik (dengan oksigen)Pengomposan secara anaerobik (tanpa oksigen)Pada proses pengomposan secara aerobik, oksigen mutlak digunakan. Mikroorganisme yang terlibat dalam proses pengomposan membutuhkan oksigen dan air untuk merombak bahan organik dan mengasimilasikan sejumlah karbon, nitrogen, fosfor, belerang, dan unsur hara lainnya.Pengomposan secara aerobik

Pengomposan secara anaerobikProses pengomposan secara anaeronik berjalan tanpa adanya oksigen. Biasanya proses dilakukan dalam tempat tertutup hampa udara. Proses menggunakan mikroorganisme anaerob berfungsi untuk membantu dekomposisi bahan yang dikomposkan. Hasil metabolisme proses pembuatan kompos secara anaerobik adalah metan dan CO2 dan berbagai produk metabolisme seperti alkohol, asam organik mempunyai berat molekul rendah, residu mineral dan bahan yang sulit terurai.

PERBANDINGAN AEROBIK DAN ANAEROBIKDESKRIPSIAEROBIKANAEROBIKBahan organik untuk komposPemilahan dilakukan secara intensif. Bahan-bahan organik yang mengandung hewani dan penyakit sebaiknya dihindari.Hampir semuan bahan organik dapat dikomposkan dan aman aman digunakanRasio C/N bahan25 30:1Semakin tinggi C/N ratio semakin cepat perombakan bahan organik dan buangannya (sludge) akan mempunyai nitrogen yang tinggi.Kadar air (Rh) bahan40 50%50% keatasSuhu optimal45 65C55 60 CDerajat keasaman (pH)6 - 86,7 7,2Ukuran bahanBerupa potongan kecil-kecil 1 7,5 cmLebih baik lumat seperti bubur.LANJUTAN..DESKRIPSIAEROBIKANAEROBIKAerasi (kebutuhan udara)Memerlukan aerasi o,6 1,8 m udara/hari/kg bahan (proses termofilik)Tidak memerlukan aerasi karena tempat tertutupKontrol patogenDilakukan pada suhu 60 -70 C selama 4 hari pertamaTidak perlu dikontrol karena patogen akan mati setelah 3 12 bulan.Hasil akhir proteinAmonia, asam amino, H2S, CH4, CO2, H2, alkohol, asam organik, fenol.Amonia, nitrit, nitrat, H2S, H2SO4, alkohol, CO2, alkohol, asam organik, H, H2O. Hasil akhir karbo-hidratCO2, H2, alkohol, asam lemakAlkohol, asam lemak, CO2, H2O. Hasil akhir lemak/ipidAsam lemak, CO2, H2, alkoholAsam lemak, gliserol, alkohol, CO2, H2O.Lama proses40 55 hari10 80 hari (3-6 bln)Pengisian bahan baku pada saat proses komposting berlangsungTidak dapat dilakukan karena dapat mengganggu proses pengomposanPenambahan bahan baku ke bak fermentasi dapat dilakukan sewaktu-waktu.LANJUTAN..DESKRIPSIAEROBIKANAEROBIKBiaya operasional dan tingkat kesibukan kerja sehari-hariBiaya murah, cukup menyibukkan, pengontrolan dari hari ke hari relatif sulitMahal di awal pembuatan bak fermentasi, tetapi mudah dan tidak repot dalam pengawasannyaHasil akhirSeperti tanah berwarna hitam kecoklatan dan gemburBerbentuk lumpur pekat, berwarna hitam kecoklatanPemberian kapurTidak perlu karena kontrol pH dapat dilakukan dengan pembalikan dan penyiramanPerlu di tahap awal sebagai bufferPengadukan Perlu untuk mengontrol suhu apabila terlalu tinggi, yaitu dengan cara pembalikan.Perlu alat mekanis untuk mengaduk dgn tujuan homogenisasi bahan dan pembebasan gas yang terjebak dalam bahanpenyusutan50%70%Aroma Tidak berbauBerbau Ruang Butuh ruang yang kecilButuh ruang yang lebih besarTAHAPAN PENGOMPOSAN

TAHAPAN PENGOMPOSAN

Pemilahan SampahSampah yang masuk ke lokasi pengomposan tidak 100% organik. Oleh karena itu, sampah dipilah kembali untuk mendapatkan bahan organik pilihan sebagai bahan baku kompos. 2. PencacahanSampah organik yang telah terkumpul dicacah dengan ukuran 3-4 cm. Pencacahan dilakukan untuk mempercepat proses pembusukan karena pencampuran dengan bahan baku yang lain seperti kotoran ternak dan EM-4 menjadi rata sehingga mikroorganisme akan bekerja secara efektif dalam proses fermentasi.

3. Pencampuran Bahan BakuBahan baku kompos sebelum dicampur sebaiknya ditimbang untuk mengetahui takaran aktivator atau bahan pencampur lain yang diperlukan sebagai pencampur. Pencampuran/pengadukan dilakukan secara merata kemudian dicampurkan pula campuran EM-4 (bioaktivator), di atas campuran sampah dan kotoran ternak. Pencampuran dilakukan sekali lagi agar seluruh bahan bercampur secara merata. 4. PenyemprotanBahan baku yang telah ditimbang dan telah di campur dalam tumpukan kompos untuk disemprotkan bioaktivator. Penyemprotan air ke bahan kompos sebaiknya mencapai kelembaban optimum, yaitu 40-60%.

5. Penumpukan Bahan BakuSetelah dilakukan pencampuran secara merata kemudian dilakukan penumpukan sesuai wadah atau tempat sebagai komposter. Penumpukan dapat dilakukan dengan model trapesium, gunungan maupun pesegi panjang. Dalam tumpukan inilah terjadi proses fermentasi sampah organik menjadi kompos. 6. PemantauanDalam masa penumpukan akan terjadi peningkatan suhu sebagai akibat proses fermentasi. Hari pertama sampai kelima suhu biasanya mencapai 65 C atau lebih. Hal ini berguna untuk membunuh bakteri yang tidak dibutuhkan dan melunakkan bahan. Pada hari keenam dan seterusnya suhu dijaga antara 40-50 C dengan kelembaban lebih kurang 50 %. Suhu dan kelembaban dapat dipertahankan dengan perlakuan antara lain penyiraman dan pembalikan tumpukan.7. Pematangan Pengkomposan berjalan dengan baik dengan suhu rata-rata dalam bahan menurun dan bahan telah lapuk dan berubah warna menjadi coklat kehitaman. Tujuan pematangan untuk menjamin kompos benar-benar aman bagi konsumen.8. Pengeringan Setelah usia tumpukan mencapai usia 21 hari/3 minggu, maka sampah organik sudah menjadi kompos. Selanjutnya dilakukan pembongkaran untuk dikeringkan/dijemur. Pengeringan dapat dilakukan selama lebih kurang 1 minggu sampai kadar air kira-kira mencapai 20-25%.9. Penggilingan dan Pengayakan Proses selanjutnya adalah dilakukan penggilingan terhadap kompos yang sudah kering. Untuk mendapatkan butiran-butiran kompos yang siap untuk dikemas dilakukan pengayakan sesuai dengan kebutuhan. Ciri-ciri kualitas kompos yang sudah matang sebagai berikut :Bentuk fisik sudah menyerupai tanah, berwarna coklat tua hingga hitam (coklat kehitam-hitaman)Tidak mengeluarkan bau busuk (berbau tanah)Tidak mengandung asam lemak yang menguapMempunyai tekstur remah dan gembur (berupa remukan)Memiliki C/N ratio sebesar 10-20, tergantung dari bahan baku dan derajat humifikasiTingkat keasaman (pH) kompos sebesar 6,5-7,5Kapasitas pertukaran kation (KPK) tinggi, mencapai 110 me/100 gram.Suhu kompos mendekati suhu ruang atau udara sekitar (30 350C)Daya absorbsi air tinggi.Jika digunakan pada tanah, kompos dapat memberikan efek menguntungkan bagi tanah dan pertumbuhan tanaman. Ciri-ciri Kompos MatangC/N rasio mempunyai nilai 10-20Suhu sesuai dengan suhu air tanahBerwarna kehitaman dan tekstur seperti tanahBerbau tanahMUTU DAN STANDARISASI KOMPOSMUTU DAN STANDARISASI KOMPOS

Standarisasi Nasional Kompos(SNI: 17-03-2004)Memanipulasi kondisi/faktor-faktor yang berpengaruh pada proses pengomposan.Menambahkan organisme pengurai yang dapat mempercepat proses pengomposan: mikroba pendegradasi bahan organik.Menggabungkan strategi yang pertama dan kedua.STRATEGI MEMPERCEPATPROSES PENGOMPOSAN

MemanipulasiKondisiPengomposanRasio C/N yang optimum adalah 25-35:1. Untuk membuat kondisi bahan-bahan yang mengandung rasio C/N tinggi dicampur dengan bahan yang mengandung rasio rendah, supaya kadar C/N rasio menjadi stabil dan masuk dalam kategori kondisi optimum.Pencacahan bahan-bahan organik yang akan di komposkan. Semakin kecil ukuran bahan kompos, semakin cepat proses dekomposisi.Bahan yang terlalu kering, harus menyamprotkan air hingga kondisi optimum.MenggunakanAktivatorPengomposanMemanfaatkan mikroorganisme yang dapat mempercepat proses pengomposan. Organisme yang sudah banyak dimanfaatkan adalah cacing tanah (vermikompos).Pemanfaatan organisme lain yang banyak digunakan adalah mikroba, baik bakteri, aktinomicetes, maupun kapang/cendawan. Saat ini sudah banyak dipasarkan seperti promi, orgadec, superdec, acticomo, EM4, stardec, dll.PertimbanganuntukmenentukanstrategipengomposanKarakteristikbahanyangakandikomposkan.Waktuyangtersediauntukpembuatankompos.Biayayangdiperlukandanhasilyangdapatdicapai.TingkatkesulitanpembuatankomposTERIMA KASIH