2. landasan teori · 2. landasan teori 2.1 nilai pemanfaatan lahan lahan adalah sumber daya alam...

63
2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang ekonomi maupun non ekonomi. Di bidang ekonomi khususnya produksi, lahan adalah faktor produksi yang sangat penting selain faktor manusia dan modal (Mubyarto, 1979; Northam, 1975). Di bidang non ekonomi lahan memiliki makna struktur penguasaan dan pemilikan lahan. Lahan merupakan tempat dimana terjadi pelbagai kegiatan dengan pelbagai manfaat yang akan menentukan tingkat kompetisi dan harga, terutama 1 daerah perkotaan dimana lahan adalah input lokal yang langka dan apabila terjadi kapitalisasi dari manfaat nilai lahan yang pemilikannya diberi kan secara hibah maka dipastikan tidak cukup untuk memperbaiki manajemen sumberdaya alamnya (Turner, 1993; Husein, 1997). Kompetisi lahan yang terjadi didaerah perkotaan biasanya sangat kompleks, karena kelangkaan lahan memaksa penduduk memusatkan banyak kegiatannya dan setiap kegatan yang dilakukan dengan pelbagai cara yang akan mempengaruhi daerah sekitarnya. Agar nilai lahan tetap bisa dipertahankan manfaatnya, maka diperlukan perencanaan lahan yang baik yang disesuaikan dengan nilai fungsional lahan. Pemikiran dan tindakan untuk menyelamatkan nilai ekonomi lahan dilahirkan pada saat manusia sudah merusakkan atau merosotkan nilai lahan. Kompetisi pemanfaatan lahan makin meningkat di suatu kawasan dimana kegiatan penduduk cenderung makin meningkat pula. Lahan-lahan yang mempunyai nilai lebih seperti: Tingkat kesuburan yang tinggi, iklim yang menunjang tingkat kesuburan lahan serta lokasi yang dekat dengan akses pasar dan lokasi akan dipengaruhi oleh "locul external economics" yang pada umurnnya sangat diminati. Harga lahan merupakan ukuran utarna bagi tingkat permintaan dan kompetisi untuk memperolehnya. Dengan tingkat kualitas lahan yang bervariasi, akses-akses yang dimiliki, maka lahan dikawasan perkotaan menjadi sasaran utama bagi migran untuk berusaha menempati dan memiliki lahan-lahan perkotaan tersebut, khususnya di kawasan pesisir yang masih terbuka dan hak kepemilikannya banyak yang belum jelas. Manusia berusaha sedemikian rupa untuk memanfaatkan lahan secara maksimal

Upload: vandat

Post on 08-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

2. LANDASAN TEORI

2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan

Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam

setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang ekonomi maupun non ekonomi.

Di bidang ekonomi khususnya produksi, lahan adalah faktor produksi yang sangat

penting selain faktor manusia dan modal (Mubyarto, 1979; Northam, 1975).

Di bidang non ekonomi lahan memiliki makna struktur penguasaan dan pemilikan

lahan. Lahan merupakan tempat dimana te rjadi pelbagai kegiatan dengan pelbagai

manfaat yang akan menentukan tingkat kompetisi dan harga, terutama 1 daerah

perkotaan dimana lahan adalah input lokal yang langka dan apabila terjadi

kapitalisasi dari manfaat nilai lahan yang pemilikannya diberi kan secara hibah

maka dipastikan tidak cukup untuk memperbaiki manajemen sumberdaya

alamnya (Turner, 1993; Husein, 1997). Kompetisi lahan yang terjadi didaerah

perkotaan biasanya sangat kompleks, karena kelangkaan lahan memaksa

penduduk memusatkan banyak kegiatannya dan setiap kegatan yang dilakukan

dengan pelbagai cara yang akan mempengaruhi daerah sekitarnya. Agar nilai

lahan tetap bisa dipertahankan manfaatnya, maka diperlukan perencanaan lahan

yang baik yang disesuaikan dengan nilai fungsional lahan. Pemikiran dan tindakan

untuk menyelamatkan nilai ekonomi lahan dilahirkan pada saat manusia sudah

merusakkan atau merosotkan nilai lahan. Kompetisi pemanfaatan lahan makin

meningkat di suatu kawasan dimana kegiatan penduduk cenderung makin

meningkat pula. Lahan-lahan yang mempunyai nilai lebih seperti: Tingkat

kesuburan yang tinggi, iklim yang menunjang tingkat kesuburan lahan serta lokasi

yang dekat dengan akses pasar dan lokasi akan dipengaruhi oleh "locul external

economics" yang pada umurnnya sangat diminati. Harga lahan merupakan ukuran

utarna bagi tingkat permintaan dan kompetisi untuk memperolehnya. Dengan

tingkat kualitas lahan yang bervariasi, akses-akses yang dimiliki, maka lahan

dikawasan perkotaan menjadi sasaran utama bagi migran untuk berusaha

menempati dan memiliki lahan-lahan perkotaan tersebut, khususnya di kawasan

pesisir yang masih terbuka dan hak kepemilikannya banyak yang belum jelas.

Manusia berusaha sedemikian rupa untuk memanfaatkan lahan secara maksimal

Page 2: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

(bukan optimal) sehingga menimbulkan banyak masalah pemanfaatan lahan.

Permasalahan ini diakibatkan oleh sistem monokultur dan penanaman yang tidak

sesuai dengan lahannya. Penderitaan manusia akibat erosi, longsor dan

menurunnya unsur hara, membuat manusia mulai memunculkan suatu gerakan

pelestarian lahan yang kini menjadi contoh terkenal dari suatu rencana pelestarian

yang melibatkan penduduk setempat, universitas negeri, dan pemerintah.

Partisipasi dari pelbagai stukeholder ini sangat diperlukan terlebih di tingkat

pemerintahan lokal.

2.1.1 Sejarah Pemanfaatan Lahan

Dalam sejarah dunia tentang pemanfaatan lahan baik yang terjadi di

Amerika, Jepang, Eropa dan Indonesia menunjukkan bahwa nilai lahan makin

tinggi harga sewanya sesuai dengan kebutuhan lahan yang makin meningkat.

Misalnya: lahan industri harga sewanya lebih tinggi, karena nilai hasil

produksinya juga lebih tinggi. Dengan demikian proses urbanisasi dan

industrialisasi inilah yang menjadi faktor penting untuk mendorong kenaikan

sewa dan harga lahan. Dengan berkembangnya penduduk nilai lahan akan tens

menaik dan tidak mungkin turun, karena lahan adalah merupakan satu-satunya

faktor produksi yang tidak dapat dibuat oleh manusia (Mubyarto, 1979).

2.1.1.1 Sejarah Pemanfaatan Lahan di Amerika

Menurut Field (1994), isu pemanfaatan lahan di Amerika Serikat dimulai

dari inisiatif pemerintah federal yang berkaitan dengan preservasi lahan basah di

tingkat lokal. Isu preservasi lahan basah tersebut diakibatkan karena te~jadinya

konversi lahan pertanian secara besar-besaran menjadi lahan untuk industri dan

perumahan. Menurut Jackson (2001) isu yang mudah meledak saat ini adalah

bahwa lahan pertanian sudah banyak yang menjal lahan perumahan terutarna di

Wisconsin. Pembangunan perumahan sudah jelas menjadi isu paling besar dalam

menentukan keputusan pembangunan lahan-lahan pertanian. Data tahun 1959

menunjukkan bahwa di Wisconsin terdapat 130.000 peternakan dimana kira-kira

80% adalah peternak susu sapi. Pada tahun 1997 diperkirakan jumlahnya

mencapai separuhnya dan sepertiganya hanya bergerak sebagai peternak harian.

Wisconsin telah kehllangan 80% dari peternak hariannya dalam kurun waktu

Page 3: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

empat puluh tahun terakhir. Kuminoff (2001) mengajukan data-data perubahan

konversi lahan pertanian di California, dimana diperkirakan 497.000 acre lahan

pertanian terkena imbas urbanisasi sejak decade tahun 1988 sampai tahun 1998

atau sekitar 49.700 acre telah mengalami konversi. Dalam kaitan tersebut

diperlukan penanganan kebijakan secara lokal termasuk isu-isu lingkungan

tentang manajemen aliran sisa produksi dan konsumsi. Permasalahannya menjadi

berbeda jika didaratan. Permukaan burni adalah tetap secara kuantitas, dan

manusia menyebar dan sesuai dengan pola insentif yang beragam dan dengan

darnpak yang berbeda. Kunci permasalahannya adalah lahan bagi suatu kegiatan

untuk kepentingan manusia dan pemanfaatannya bagi kegiatan konservasi. Jika

semua eksternalitas lingkungan memiliki dimensi spasial, maka dapat dilakukan

pencegahan dari kerusakan sumberdaya lahan. Menurut Clawson (1968) bahwa

sistem lahan di Amerika serikat dipengaruhi oleh sistem sosial yang berhubungan

erat dengan era kolonisasi, era revolusi dan era kemerdekaan atau federal. Pada

era kolonisasi kelompok kecil penjajah telah menguasai lahan di pesisir dimana

mereka pertama kali mendarat. Alasan yang dikemukakan adalah bahwa pada saat

mereka mendarat lahan pesisir tidak berpenghuni. Para penjajah yang datang di

lahan baru tersebut berasal dari Eropa, kemudian membentuk masyarakat baru

dimana mereka telah meninggalkan masyarakat yang lama yang dianggap sudah

tidak berkenan di hati mereka. Akibat dari kondisi ini, mereka saling berebut

untuk menduduki atau memilila lahan pesisir yang tidak berpenghuni tersebut.

Akibatnya timbul konflik untuk menentukan "ranking" siapa yang terlebih dahulu

harm menempati lahan kosong tersebut. Pada saat itu muncul suatu pandangan

bahwa yang langka bukan hanya lahannya tetapi juga manusianya yang mau

datang ke lahan pesisir. Di sarnping itu terjah juga kelangkaan terhadap kapital

termasuk proporsi antara tenaga kerja dan lahan. Serbuan untuk bertempat tinggal

di barat misalnya dari Ohio ke California menghasilkan beberapa karakteristik

bagi orang-orang Arnerika, dimana kepemilikan pribadi (private property) sangat

kuat mewarnai jenis kepemilikan lahan di kawasan pesisir. Lahan di Amerika

utara diklaim sebagai daerah orang yang berasal dari pelbagai orang Eropa.

Implikasi dari kedatangan pelbagai macam orang Eropa tersebut, maka timbul

senantiasa peperangan diikuti dengan perjanjian yang silih berganti. Hal ini selalu

Page 4: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

terjadi di kawasan tersebut. Banyak raja-raja Eropa menarik garis batas yang

dianggap menjadi kawasan mereka dan relatif kawasan tersebut mudah untuk

dikendalikan terutama keterkaitannya dengan penduduk indian. Para raja-raja

Eropa banyak menghadiahkan lahannya ke para permukim dengan pelbagai

macam jalur. Misalnya Massachusetts, Rhode Island dan Connecticut dihlbahkan

kepada perusahaaddeveloper yang akan membangun permukiman. Sedangkan

New York setelah diambil dari Belanda dan Virginia dipertimbangkan sebagai

kawasan koloni para raja-raja Eropa dan hak terhadap lahan pada umumnya

berasal dari tangan pertama yaitu para raja.

Pada era revolusi, para penjajah telah mencapai tingkat kemakrnuran

ekonomi yang cukup tinggi sesuai standard pada masa itu. Namun jumlah

populasinya masih kecil yaitu berkisar tidak lebih dari 3 juta penduduk. Namun

jumlah penduduk semakin meningkat dengan cepat dan dengan cerdas pula

diantisipasi tingkat perkembangannya yaitu pada hari dimana penjajah Inggns

mempunyai lebih banyak penduduk daripada di negara Inggris sendiri. Sensus

pertama pada tahun 1790 tercatat jumlah penduduk 4 juta orang, kemudian sensus

kedua pada tahun 1800 jumlah penduduk sudah mencapai di atas 5 juta.

Diperkirakan 90 persen dari jumlah penduduk adalah petani yang sangat erat

sekali dengan tanah. Pada kawasan pesisir dimana terletak kota-kota yang dinilai

kotanya relatif kecil dan relatif penduduknya tergolong klas yang makmur.

Mereka tergolong para pedagang yang tinggal di rumah-rumah yang permanen

dan bagus dan menikmati minuman anggur impor. Terjadinya spekulasi lahan dan

perdagangan dengan penghasil pertanian merupakan sumber utama kemakmuran

kota. Terjadinya revolusi Qakibatkan adanya kesenjangan kemakrnuran, sehingga

munculnya revolusi yang melibatkan penduduk yang masih loyal dengan penjajah

Inggris dan para pemukim yang ingin merdeka. Pada saat revolusi, para penduduk

yang menginginkan kemerdekaan dibantu oleh penduduk dengan pendapatan

tinggi yang pro dengan revolusi dan menjual tanahnya untuk kepentingan

revolusi. Dengan revolusi tersebut diharapkan terjadi kebebasan dalam

kepemilikan lahan tennasuk hibah kepada para prajurit militer yang ikut dalam

pertempuran.

Page 5: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

Pada era kemerdekaan yaitu pada abad ke sembilan belas, pembahasan

mengenai penyelesaian lahan milik negara atau milik pemerintah federal menjadi

fokus pembahasan utama baik secara politik maupun ekonomi. Hal tersebut juga

menjadi elemen dasar dari kebudayaan bangsa. Debat di Konggres dan kampanye

politik sering berfokus kepada issue lahan negara. Pada saat Amerika

dideklarasikan pada tahun 1788, diperkirakan 150 juta are lahan suatu luasan yang

sama dengan besarnya Texas atau Perancis dimililu oleh negara. Pada tahun 1850

luas lahan yang dimiliki oleh pemerintah meningkat menjadi 1.500 juta are. Pada

gambar grafik dibawah ini terlihat perbandingan antara luas total area dan 48

negara federal yang luas wilayahnya mencakup 1.900 juta are. Tiga perempat dari

total luas lahan tersebut adalah lahan milik pemerintah.

2.1.1.2 Sejarah Pemanfaatan Lahan di Jepang

Sejarah pemanfaatan lahan di Jepang dimulai pada saat dilakukan

penyesuaian kembali lahan yang bersamaan dengan dimulainya proyek

perencanaan kota pada tahun 1873. Penyesuaian pemanfaatan lahan dimulai

secara besar-besaran akibat terjadinya kebakaran kota yang melanda kawasan

Tsukiji, Kiban-cho dan kawasan Ginza Q Tokyo yang terjaQ pada bulan Pebruari

1873 (Dwianto, 2001). Penyebab utama terjadinya penyesuaian pemanfaatan

lahan adalah bahwa Tokyo telah berkembang menjadi kota yang tidak jelas

arahnya sehingga mudah sekali terjadi bencana kebakaran. Untuk itu Tokyo mulai

melakukan pembangunan kembali dengan menggunakan bangunan yang tahan

terhadap bencana seperti api, gempa selama hampir 30 tahun. Biaya yang telah

dikeluarkan diperkirakan mencapai 50 juta yen untuk pembangunan sarana dan

prasarana perkotaan. Undang-undang yang telah ditetapkan untuk mulai

menyesuaikan pemanfaatan lahan dalarn konteks perencanaan kota ditetapkan

pada tanggal 16 Agustus 1889. Selanjutnya Undang-undang tersebut direvisi pada

tahun 191 8 dan pada tahun berikutnya dibuat khusus undang-undang mengenai

perencanaan kota. Undang-undang tersebut kemudian direvisi lagi pada bulan

Desember 1923 disebabkan terjadi bencana gempa bumi "Kanto". Pada bulan

September 1946 undang-undang tersebut direvisi kembali setelah terjadi perang

dunia ke 2. Di samping ada undang-undang penyesuaian lahan yang lmulai sejak

bulan Agustus 1889, disusun pula undang-undang untuk pengelolaan lahan dan

Page 6: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

gedung dalam rangka perencanaan Kota Tokyo pada bulan Januari 1890 yang

kemudian disempurnakan melalui undang-undang pembangunan kota pada tahun

1 9 19. Berdasarkan undang-undang tersebut disusun kembali undang-undang

tentang standar bangunan pada bulan Mei 1950. Undang-undang mengenai

perbaikan lahan ditetapkan pada tahun 1898 dan selanjutnya disesuaikan pada

bulan pebruari 190 1 dan kemudian disempurnakan kembali pada bulan April 19 10

yang selanjutnya disesuaikan kembali pada bulan Juni 1949. Gambar 1 di bawah

ini menunjukkan sejarah perundang-undangan dan peraturan penyesuaian

pemanfaatan lahan 1 Jepang (Dwianto,200 1).

Revis~on of the above law

City Planning Law (1919)

Regulation for Management of Land and Building in Tokyo Town Planning

(Januaw 1890)

Former Arable Land Readiustment Law (Februaaw 1910). Later on abolished

Urban Construction Law Arable Land Readjustment Law (April 19 10). Later on abolished

Land Re?djusment I 1 I

I

Special City Planning Law Building Standard Law

Article 12 in City Planning Law +

+ 2 3 e

- .3

Land Adjustment Law (Mav 1954)

(Mav 1950)

(December 1923, for disaster damage reconstruction after Kanto Earthquake. The law was later on abolished) (September 1946, for war damage reconstruction. The law was later on abolished)

Gambar 1 Hukum dan Peraturan Proyek Penyesuaian Ulang Lahan Sumber : Toshi Seibi Kenkyukai (191 1) yang diacu dalam Dwianto (2001)

2.1.1.3 Sejarah Pemanfaatan Lahan di Eropa

Sejarah pemanfaatan lahan di Eropa akan difokuskan kepada pembahasan

mengenai latar belakang bangsa Anglo-Saxon yaitu Inggris. Bangsa Inggris

menurut Richter (1993) dapat mewakili gambaran pemanfaatan lahan di Eropa

yaitu dengan melihat hubungan antara kepemilikan lahan dengan para raja-raja di

Inggns. Hubungan ini akan ditinjau khusus pada abad ke-9 dan ke-10 yaitu

Page 7: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

berkisar antara tahun 10 16 - 1035, karena pada masa itu ada peraturan hukurn

untuk pertama kalinya dibuat oleh raja Edward sebelum invasi bangsa Norman ke

Inggris. Peraturan hukum tersebut mencakup suatu sistem dalam bingkai

feodalisme, dimana pada sistem kepemilikan lahan termasuk kewajiban-

kewajiban yang menyertainya merupakan jawaban atas pertanyaan dimana

sebenarnya kekuasaan yang ada di Inggris sebelum periode penaklukan oleh

bangsa Norman. Dalam kaitan tersebut diperlukan pemahaman mengenai hirarki

sosial di antara struktur kekuasaan di Inggns. Dalarn Garnbar 2 di bawah ini akan

diperlihatkan struktur hubungan antara raja sampai dengan lapisan masyarakat

paling bawah.

r EM 4 P PE 0

r- ROR K P

1 E

- * N 4 1 4 G

B A * R 0 N

T KNI i

Gf ITS N

s

4

I

PEA - SANT - S

L

I

Gambar 2 Struktur Sistem Feodal

Maitland (1921) menyebutkan bahwa sifat feodal bangsa Norman sangat

dominan berpengaruh terhadap kepemilikan lahan bangsa Inggris dengan

mengabaikan kepemilikan oleh masyarakat. Sistem tersebut sangat

memperhatikan kepemilikan lahan oleh para Baron. Pengaruh bangsa Norman ini

Page 8: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

kedepan masih diakui dalam sistem Bangsa Angla Saxon. Struktur kepemilikan

lahan tersebut terkait dengan sistem Feodalisme.

Menurut Gabriel (1998) Feodalisme akan mencakup semua kondisi

budaya dan politik dengan sistem ekonomi. Feodalisme Eropa Barat adalah

budaya spesifik dan kondisi politik dimana para kaum bangsawan menempatkan

posisinya sebagai "monopolis". Dengan demiluan feodalisme merupakan satu

sistem politik yang bekerja untuk memelihara strata sosial. Dalam banyak hal,

organisasi politik pada sistem feodalisme dipimpin oleh keluarga besar dengan

sistem loyalitas politik dan aliansi. Sangat menarik hubungan antara negara feodal

dengan pimpinan kerajaan.

Feodalisme adalah satu hubungan kontraktual antara kelas atas yang

dipimpin oleh seorang tuan tanah (land lo r4 kepada orang-orang bawahannya

setelah kembali untuk tugas militer. Feodalisme dicirikan oleh adanya kekuatan

ekonomi dan kekuatan politik lokal yang dipegang oleh tuan tanah dan

pengikutnya dengan berbasis kepada istana atau kerajaan yang masing-masing

dicirikan oleh adanya distrik (wilayah-wilayah). Struktur ini membentuk satu

hirarki piramid. Dengan demikian istilah feodalisme melibatkan suatu pembagian

kekuasaan pemerintah yang meluas meliputi pelbagai wilayah di dalam istana.

Feodalisme tidak mempengaruhi hubungan sosial ekonomi antara petani dan tuan

tanahnya. Feodalisme di Inggns didorong oleh para bangsawan dimana raja pada

tingkat yang paling atas mengatur semua kekuasaannya.

Sejarah pemanfaatan lahan di masa feodalisme sangat terkait dengan

hubungan antara struktur kekuasaan di atas yaitu raja yang mempunyai variasi

yang berbeda di bangsa-bangsa Eropa. Sebagai contoh di Jerman, struktur

pirarnida berakhir 1 tingkat raja yang paling bawah yaitu putra raja dengan kata

lain raja-raja Jerman tidak pernah dapat mendorong pada tingkat sistem di atas

yang telah dikembangkan di luar kerajaan. Di Eropa Barat (Perancis), raja

menemui beberapa kesulitan dengan menggunakan posisinya untuk menjadi

kekuasaan feodal.

Perluasan sistem feodalisme tidak hams dilebih-lebihkan namun demikian

banyak bagan di Eropa tidak pernah menggunakan sistem feodal. Kelembagaan

feodalisme bervariasi dari wilayah ke wilayah dan secara urnurn bahwa hubungan

Page 9: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

antara tuan tanah dengan para petani merupakan suatu sistem proteksi yang

sifatnya timbal balik. Namun pada tahun 1000 SM lahan-lahan dikembalikan

kepemilikannya oleh pemerintah dengan mempunyai yurisdiksi yang jelas.

Pemanfaatan lahan pada sistem feodalisme sangat dipengaruhi oleh raja

dan para bangsawan yang mempunyai otoritas penuh kepada lahan-lahan yang

telah diberikan oleh raja, sehingga pengaruh sistem feodalisme terhadap status

kepemilikan lahan sangat dominan. Feodalisme adalah sistem loyalitas dan

proteksi pada pertengahan abad dlmana pada sistem tersebut dapat digambarkan

sebagai suatu pirarnid. Raja berada pada bagian atas. Setiap orang mempunyai

loyalitas dan melayani raja. Tingkatan di bawah raja ada yang disebut sebagai

bangsawan yang mengontrol hampir semua lahan.

Di bawah bangsawan ada para pembantu yang mempunyai loyalitas tinggi

kepada para bangsawan yang berkuasa. Raja dan bangsawan memberikan lahan

kepada bangsawan yang lebih rendah yang disebut dengan lahan yang dikuasai

kaum feodal setelah kembali dari tugas militer. Budak belian berada pada posisi

paling bawah dari bangunan piramida. Para budak tersebut bekerja pada lahan

yang dimiliki oleh para bangsawan. Para budak ini diperlakukan dengan tidak

baik dan kebebasan mereka sangat terkekang. Jika suatu saat para budak keluar

dari sistem, maka ha1 tersebut disebut dengan pelanggaran perjanjian. Pelanggaran

perjanjian berarti telah terjadi pengngkaran terhadap perjanjian. Pada saat para

petani atau para pembantu gaga1 melaksanakan tugas dari para bangsawan, maka

para bangsawan akan membawa ke pengadilan.

Para bangsawan memiliki sebidang lahan yang diberikan oleh raja. Raja

memberikan lahan kepada bangsawan dengan persyaratan bahwa bangsawan

berjanji untuk menghasilkan para ksatria untuk berperang dan mendukung militer.

Setiap bangsawan mempunyai penggilingan dan mendapatkan pendapatan pada

saat petani membeli kepada bangsawan. Bangsawan mendapatkan uang dari hasil

penggilingan dan sewaktu-waktu bangsawan yang memiliki lahan tersebut akan

mengalihkan kepemilikannya kepada bangsawan lain dengan maksud untuk

proteksi. Semua orang yang tinggal di lahan bangsawan mempunyai layolitas

kepada bangsawan. Bangsawan yang mempunyai kedudukan lebih rendah disebut

pembantu dan bangsawan tersebut sangat kuat, sehingga mereka sangat loyal

Page 10: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

kepada bangsawan di atasnya. Baik raja maupun bangsawan memberikan kepada

para pembantu sebidang lahan yang dikembalikan untuk pelayanan militer.

Lahan-lahan tersebut adalah lahan yang dikuasai para bangsawan. Para pembantu

yang kedudukannya di atas budak belian dapat dikatakan tidak begitu kaya. Para

pembantu memberikan kepada para bangsawan ksatria untuk melindungi lahannya

termasuk keselamatan para bangsawan itu sendiri.

Para pembantu bangsawan berhutang kepada bangsawannya di bidang

militer. Para pembantu harus menyediakan sejumlah ksatria setiap tahun. Para

pembantu adalah tuan dari para ksatria. Sewaktu-waktu pembantu bangsawan

memberikan hibah kepada para ksatrianya bagian dari lahannya. Kemudian para

ksatria juga pada akhirnya dapat menjadi pembantu bangsawan. Kejadian ini

disebut sub-sub feodal ("subinfeudation"). Setelah beberapa waktu ada banyak

lapisan feodal yang saling berhubungan dan terpisah dengan para ksatria dan raja.

Di antara lapisan feodal ada banyak perbedaan tingkat bangsawan. Masing-

masing dari pembantu bangsawan mempunyai kedudukan lebih tinggi. Implikasi

dari sistem ini memberikan warna kepada pertumbuhan kota-kota dan industri

yang mengacu kepada sistem feodal.

Para petani bekerja pada lahan-lahan bangsawan dan para petani disebut

dengan budak belian. Para petani tersebut hams mengikuti bangsawannya secara

lengkap dengan tidak ada kebebasan dan hams bekerja mengolah lahannya. Para

budak belian dapat membeli kebebasannya dari majikannya atau mereka

melarikan diri, tetapi pada akhirnya mereka akan tertangkap. Tugas para petani

adalah membajak, memanen, memandikan domba dan mengangkut barang-

barang. Hal-ha1 yang berkenaan dengan pertanian memerlukan banyak tenaga

kerja dan banyak petani hams bekerja kepada lahan bangsawan. Para petani bukan

bagian dari feodalisme. Kehidupan para bangsawan dihitung dari seberapa banyak

petani yang dimiliki, sementara kehidupan para petani tergantung pada

keselamatan yang diberikan oleh majikannya. Bangsawan mengatakan kepada

para petani mengenai apa yang akan dikerjakan untuk setiap harinya. Pada saat

kembali dari pekerjaannya, bangsawan memberikan kepada para petani sebuah

gubuk yang berdekatan dengan lahan bangsawan. Petani menukar tenaganya

untuk perlindungan dari majikannya.

Page 11: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

Dengan demikian feodalisme adalah suatu organisasi yang menganut azas

desentralisasi yang timbul pada saat kewenangan yang terpusat tidak dapat

melakukan fungsinya dan tidak dapat mencegah munculnya kekuatan lokal. Pada

saat masa isolasi dan kerusuhan di abad ke-9 dan ke-10, para pemimpin Eropa

tidak lagi berupaya untuk melakukan perbaikan pada institusi romawi, namun

menyesuaikan apapun yang akan dikerjakan. Hasilnya adalah bahwa Eropa

berkembang secara relatif baru dan efektif dengan seperangkat kelembagaan,

menyesuaikan dengan konlsi ekonomi yang sedang menurun, transportasi yang

belurn memadai termasuk fasilitas komunikasinya, pemerintah pusat yang tidak

efektif dan hambatan yang konstan dari penyerangan kaum barbar seperti bangsa

Viking, Magyars dan Saracens. Kelembagaan yang paling terkenal adalah apa

yang disebut dengan "Manorialism" (organisasi para petani), "Monasticism"

(organisasi gerej a) dan feodalisme (institusi aristokrat). Ciri ini akan

mempengaruhi pemanfaatan lahan termasuk penggunaan nilai-nilai lahannya.

Proses sistem feodal ini adalah satu dari banyak cara yang berbeda dari

surplus tenaga kerja yang disediakan dan didistribusikan. Hal tersebut sama

dengan sistem kapitalisme yang pelakunya berasal dari surplus tenaga kerja yang

akan mewujudkan surplus barang dan jasa yang berbeda dengan orang-orang yang

memiliki barang dan jasa. Proses klas feodal ini dibedakan dari proses klas

kapitalis dengan kekurangan terletak pada pemilihan majikan pada waktu yang

lalu.

Pada feodalisme seperti yang sudah dijelaskan di atas mempunyai hak

monopoli atas semua alat produksi yang diperlukan buruh untuk bekerja.

Pengendalian hak monopoli ini memungkinkan raja-raja untuk menarik sewa

secara monopoli dari semua tenaga kerja yang menghasilkan. Sebaliknya pada

sistem kapitalisme para pekerja mempunyai pilihan untuk menentukan siapa yang

menjadi majikannya. Pemilikan lahan pada sistem feodalisme pada bangsa Anglo

Saxon ini dapat dicermati melalui metoda yang digunakan dalam penanganan

lahan di bawah Undang-undang Inggris sebelum penaklukan oleh bangsa Norman.

Pada prinsipnya bahwa pengelolaan semua lahan tergantung kepada raja

yang memiliki semua lahan. Ada 2 (dua) konsep dalam pemilikan lahan ini yaitu

konsep "Laenland' dan konsep "Bookland'. Menurut Abels (1988) bahwa konsep

Page 12: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

"Laenland" adalah lahan yang diberikan oleh raja sebagai bantuan kepada para

bangsawan (baron) atau kepada ksatria atau para serdadu militer yang dianggap

mempunyai loyalitas dalam menjaga keselamatan raja. Dengan menghibahkan

lahannya tersebut, Raja berharap dapat memelihara loyalitas bawahannya agar

lebih "powerful/". Sistem kepemilikan lahan ini sangat ditentukan oleh faktor

status perorangan yang telah ditentukan oleh Raja. Pada saat seseorang

memperoleh lahan dari raja, maka raja mengharapkan memperoleh manfaat dari

warga negara dari klas yang paling bawah dan bekerja pada lahan tersebut.

Namun demikian, Raja hanya memperoleh kekuasaan terbatas, karena lahan yang

sudah dimiliki bergeser menjadi hibah. Hal yang sangat menarik dari "Laenland'

ini adalah bahwa lahan tidak dapat dihibahkan secara turun temurun. Pada saat

bawahan raja meninggal maka lahan yang dihibahkan tersebut akan kembali

kepada raja. Namun demikian, kondisi tersebut tergantung kepada proses generasi

yang akan datang. Apakah keturunan bawahan raja tersebut masih setia kepada

raja. Dengan kata lain konsep "Laenland' adalah pemilikan lahan yang didasarkan

semata-mata oleh kesetiaan kepada raja dan hak mewariskan di luar yang tidak

dinegoisasikan.

Jenis kedua dari sistem kepemilikan lahan adalah "bookland' yang

merupakan format awal pada pemegang lahan di Anglo Saxon. Konsep

"bookland" adalah bahwa setiap lahan yang dihibahkan kepada kepemilikan

permanen dengan menggunakan catatan di buku, sebenarnya salah satu perubahan

yang sangat besar dalam praktek pemerintahan Anglo Saxon dapat dilacak melalui

"bookland" untuk mengetahui peningkatan penggunaan lahan yang tertulis.

2.1.1.4 Sejarah Pemanfaatan Lahan di Indonesia

Anwar (1995) menyatakan bahwa sejarah di Indonesia menunjukkan

pemanfaatan lahan yang dimulai dari sebelum Republik Indonesia lahir, penduduk

asli di daerah-daerah secara lokal dengan cara turun temurun mewarisi hak-hak

@roper& right) untuk memungut atau memanfaatkan sumberdaya alam di sekitar

lokasi tempat tinggalnya (baik sekitar hutan maupun perairan) yang dijamin oleh

hak-hak ulayat (territorial use right) meskipun tidak tertulis, hak-hak tersebut

diakui dan dihormati oleh masyarakatnya termasuk sumberdaya lahan. Mac

Page 13: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

Andrews (1986) membagi periode kebijakan lahan di Indonesia menjadi periode

pada masa kolonial, periode paska kemerdekaan yaitu pada tahun 1947 - 1960

dan periode pada saat diundangkannya UUPA tahun 1960. Pada periode

penjajahan yang dimulai pada abad 17, terjadi konsolidasi kekuasaan perusahaan

Kompeni pada abad 17 adalah langkah awal untuk memperkenalkan sistem wajib

pajak dari penguasa lokal ke penguasa asing yang secara tidak langsung

menyebabkan sangat kesulitan menarik pajak kepada petani individual, yang

sering meninggalkan lahan yang sudah ditanami dan berpindah ke tempat lain.

Tekanan untuk mengubah sistem tanam ini pada abad ke delapan belas,

namun sampai kedatangan Raffles pada permulaan tahun abad ke sembilan belas

yang dengan pengalaman sebelumnya dengan masalah-masalah lahan di India

terutama di Madras. Raflles mengambil langkah awal untuk melakukan reformasi

pada sistem tersebut. Raffles pada mulanya menghubungi komisi Mc Kenzie pada

tahun 181 1 untuk menguji latar belakang masalah agraria dan kemuQan

merekomendasikan pemerintah kolonial dengan cara terbaik untuk

memaksimalkan penggunaan lahan. Setelah menemukan hasil pengujiannya

mengenai lahan di Indonesia baik yang dimiliki oleh Pemerintah maupun Raja.

Komisi menentukan lahan-lahan yang dapat dikenakan pajak untuk manfaat

pemerintah kolonial. Hal ini yang mulai diperkenalkan oleh Raffles untuk

mengenakan pajak dua perlima dari produk petani. Pajak tersebut sangat

berpengaruh pada abad ke sembilan belas. Selama periode kolonial pemerintah

sangat tergantung kepada para petani di pulau Jawa. Produksi yang dianggap

potensial oleh pemerintah kolonial tidak hanya mencakup penanaman padi, tetapi

juga tanaman untuk andalan ekspor.

Di samping itu ada kebutuhan yang tetap dari pemerintah kolonial

mengenai buruh tani yang dipergunakan untuk meningkatkan produksi.

kembalinya pemerintah Belanda, organisasi kolonial dari buruh setelah tahun

1830 diorganisasi dibawah sistem pananaman, dimana pada sistem ini disamping

membayar sewa tanah atau pajak, petani diwajibkan juga membayar seperlima

dari hasil lahannya dan petani diharuskan menanam tanaman ekspor.

Sebagai bagian dari penanaman untuk tanaman ekspor yang hams menjadi

kewajiban, mereka juga harus menyediakan tenaga buruh baik untuk kantor,

Page 14: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

pekerjaan umum dan buruh untuk mengisi kebutuhan pedesaan. Sistem ini tidak

menguntungkan yang menyebabkan waktu petani sangat sedikit sekali untuk

mengurus pekerjaannya sendiri dan waktu para petani lebih banyak dihabiskan

untuk menanam tanaman kewajiban yang telah ditentukan oleh pemerintah

kolonial Belanda. Hal ini menyebabkan terjadinya kelaparan seperti yang terjadi

di Cirebon pada awal tahun 1840 an. Sistem tersebut membangkrutkan perusahaan

perusahaan yang memiliki lahan yang sangat besar yang masih mengandalkan

kepada kebutuhan buruh.

Kebangkrutan tersebut dilakukan dengan mengklasifikasi kembali lahan

yang statusnya warisan kepada keluarga individu petani kepada masyarakat atau

lahan-lahan desa sehingga ha1 tersebut dibagi kepada sejumlah besar masyarakat.

Hasil penting dari sistem ini dan kebutuhan untuk efisiensi yang lebih besar

dibawah aturan kolonial pada abad sembilan belas adalah membentuk secara

bertahap kampung-kampung Jawa ke dalam suatu entitas masyarakat Jawa yang

lebih baik. Pada era setelah kemerdekaan di Indonesia dicirikan oleh sistem ganda

("dual system") dari undang-undang lahan yang dilaksanakan juga pada masa

kolonial.

Kewarganegaraan pada dasarnya ditentukan oleh sistem undang-undang

lahan yang menguasai kepemilikan dan pengendalian lahan. Untuk warganegara

yang bukan orang Indonesia, lahan bersambung seperti zaman kolonial untuk

disurvey, didaftar dan diberi penamaan didasarkan kepada prosedur undang-

undang sipil barat. Untuk orang indonesia lahan-lahan adat tetap diikuti, sedang

untuk "landholdings" biasanya tidak untuk dilakukan survey, tidak tercatat dan

tidak ada penanaman.

Kepemilikan lahan dan "landholdings" di bawah hukum adat yang

didasarkan kepada pengakuan masyarakat dari penentuan batas-batas lahan baik

secara pengakuan 1 isan maupun tertulis. Sangat sedikit sekali pengakuan tanah

adat yang tertulis, sehingga sangat sedikit sekali bukti-bukti kepemilikan secara

tertulis. Sebaliknya lahan yang di bawah undang-undang barat biasanya tertuang

dalam peta kadastral yang sudah disurvey dan didokumentasikan dan mempunyai

diskripsi legal, khusus dokumentasinya tertulis dan lengkap dengan pencatatan

tennasuk nomor dan dokumen pengendalinya, serta bukti-bukti tertulis untuk

Page 15: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

spesifik kepemilikan dan pencatatan setiap parcel lahan. Diperkirakan kurang

lebih 5 persen lahan diseluruh Indonesia telah dilegendakan dengan sistem barat

clan sisanya 95 persen lahan belum terlegendakan, namun diakui oleh kepemilikan

adat dan pengendaliannya. Selanjutnya dengan masih kurangnya penglegendaan

lahan, sangat tidak mungkin untuk menentukan jumlah lahan yang diklaim

kepemilikannya dan ha1 tersebut dapat dikatakan sebagai tanah-tanah negara (state

land).

Wiradi dan Makali (1983) menyatakan bahwa kepemilikan lahan di

Indonesia tidak terlepas dari bentuk penguasaan lahan tradisional dan pelapisan

masyarakat desa. Pemilikan lahan terkait erat dengan status sosial, baik bentuk-

bentuk secara tradisional sebelum UUPA 1960, maupun sesudahnya. Disadari

bahwa status sosial seseorang akan turut menentukan tingkah laku politiknya,

tingkah laku budaya dan tingkah laku ekonominya. Ciri kepemilikan tanah

didasarkan kepada hukum formal maupun yang berdasarkan hukum adat. Hal ini

tentu saja akan mempengaruhi konsep-konsep mengenai hak atas tanah menurut

hukum adat dengan konsep-konsep mengenai hak atas tanah menurut hukum

formal barat. Pengertian hak milik mutlak (eigendom, property) tidak dikenal

sebelum adanya Undang-undang Agraria Kolonial 1870. Pada Undang-undang

tersebut dikenal istilah hak perorangan turun tenurun, hak komunal, hak milik dan

hak ulayat. Hak-hak ulayat ini sebenarnya secara lebih jelas telah diakui dan lebih

rinci dalam UU Pokok Agraria tahun 1960. Tetapi kelihatannya, karena kesalahan

interpretasi terhadap UUD 1945, terutama yang menyangkut daerah diambil alih

oleh negara, yang oleh para penguasa pengambil keputusan di departemen-

departemen atau Direktorat Jenderal diterjemahkan serta diartikan sebagai

penguasaan oleh pemerintah pusat, sehingga merekalah yang merasa dan

menganggap untuk mewakili negara.

Kejadian pengambilan hak-hak dari masyarakat komunal daerah oleh

pemerintah pusat sebenarnya bukanlah khas te rjadi di Indonesia, melainkan terjadi

juga di beberapa negara lain seperti di Asia. Sebagai akibatnya, maka hak-hak

masyarakat lokal untuk memungut atau memanfaatkan sumberdaya alam yang

bersangkutan menjadi hilang karena diambil alih oleh para pejabat/penguasa

pusat. Kesalahan interpretasi ini sangat jelas terjadi dengan lahirnya UU Pokok

Page 16: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

Kehutanan dan UU Pokok Perikanan yang sangat mengabaikan hak-hak ulayat

(terrltorzul use rlght) dan kepentingan penduduk lokal yang diambil alih oleh

penguasa di pusat. Padahal pihak yang sangat mengetahui cam-cara pengelolaan

sumberdaya alam lokal atau regional termasuk pemanfaatan lahan yang mengarah

kepada sistem yang berkelanjutan adalah penduduk lokal tersebut yang didasarkan

atas pengetahuan mereka yang telah diwarisi oleh nenek moyang mereka beratus-

ratus tahun yang lalu; dan atas kepentingan pemeliharaan sumberdaya yang

bersangkutan, karena sumberdaya tersebut menjadi sumber pendapatan untuk

mendukung kehidupan mereka. Tetapi para penguasa di pusat, sebenarnya lupa

bahwa pemanfaatan sumberdaya alam yang sesuai dengan pasal 33 itu, juga

ditujukan : ". . . . . . , untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat", termasuk

masyarakat rakyat komunal lokal untuk memungut dan memanfaatkan sumber-

sumberdaya alam di sekitar lokasi tempat tinggalnya. Tetapi ironisnya, setelah

pemerintahan Orde Baru, justru Dirjen Departemen Kehutanan dan Dirjen

Perikanan bersama Dewan Perwakilan Rakyat, telah menyetujui dan mengesahkan

sebagai undang-undang, dengan lahirnya UU Pokok Kehutanan No. 5 tahun 1976

dan UU Pokok Perikanan No. 9 tahun 1985; yang kelihatannya lebih

mengantisipasi kehadiran para investor besar daripada memberikan manfaat

sumberdaya kepada rakyat setempat yang memerlukan sumberdaya alam sebagai

sumber pendapatan dan dukungan kehidupannya.

Sebagai akibat dari tidak dihormatinya hak-hak ulayat masyarakat

komunal tersebut, maka hak-hak mereka menjadi tidak menentu (uncertain

property rlght) yang pada dasarnya akan mengarah kepada terjadinya kerusakan

sumberdaya hutan maupun sumberdaya perairan (laut). Di lain pihak, penguasaan

dan pengelolaan sumberdaya alam yang lokasinya tersebar sangat luas Q wilayah

nusantara ini, sangat sulit untuk melaksanakan pengendalian, karena biaya-biaya

transaksi (biaya pemantauan, enforcement) dari klaim negara atas sumberdaya

alam tersebut sangat mahal, sehingga tidak mungkin dapat diwujudkan. Dengan

demikian, sumberdaya alam tersebut mengalami "akses terbuka" (open access

resources) yang pada akhirnya akan mengalami degradasi, seperti yang

diramalkan oleh Garret Hardin sebagai apa yang disebut "Tragedy of Commons/

Open Access Resources" (Suparmoko, 1 994).

Page 17: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

Contoh nilai tanah yang memiliki harga dalam liberalisasi pasar di

Indonesia seperti yang dinyatakan oleh Husein (1997) bahwa dalam memasuki

tahap penentuan harga tanah, bagi panitia pembebas untuk seterusnya,

keberadaannya akan bener-benar diuji, sejauh mana pemihakan-pemihakan pada

suatu kepentingan. Trik-trik penentuan harga tanah, dalam banyak kasus dalam

praktiknya dilakukan setelah ada usulan untuk membebaskan dari si pemohon

atau pengguna tanah. Sebelum itu hampir tidak diketahui dengan pasti seberapa

besar nilai tambah dl daerah tersebut, meskipun seandainya harga tanah di pasar

tanah dapat dimonitor per daerah. Penentuan harga tanah yang terburu-buru dan

parsial, per daerah, serta belum mantapnya kerjasama secara sinergis - misalnya

antara Dinas Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) dengan instansi lain pengatur dan

pengguna seperti BPN, Departemen Pertanian, dan Depdagri - membuat harga

tanah secara real dan potensial belum dapat ditentukan dengan tepat. Salah satu

penyebab utama ketidakmampuan tersebut adalah nilai tanah yang sangat

spekulatif dan subyektif yang mengandung unsur-unsur sosial-psikologis yang

sangat dalam dan sulit dihtung.

Dari penentuan harga tanah ini, selanjutnya akan ditentukan seberapa

besar ganti rugi yang akan diberikan kepada tergusur. Melalui harga tanah ini

maka bentuk dan sifat konflik pertanahan (kepentingan) yang akan timbul relatif

mudah dipetakan, meskipun samar-samar. Harga tanah yang biasanya ditetapkan

panitia pembebas itu hanyalah "nilai tanah dalam lingkup yang sempit, yaitu

hanya harga fisik-ekonomis tanah saat itu, serta benda-benda fisik yang melekat di

atasnya, seperti tumbuh-tumbuhan dan rumah. Padahal nilai hak atas tanah jauh

lebih luas dari nilai fisik-ekonomis, karena yang dijadikan pertimbangan orang

dalam menguasai tanah adalah sangat banyak dan mungkin sulit dlhitung. Hal ini

dikarenakan adanya aspek-aspek lain yang memancar dari tanah itu yang

dijadikan pertimbangan. Masalahnya adalah keberadaan aspek-aspek dimaksud

sangat sulit dikalkulasikan dan dinilai dengan sejumlah uang.

Lalu bagaimana panitia pembebas menentukan harga hak atas tanah.

Memang secara formal sudah dijelaskan oleh beberapa peraturan mengenai

bagaimana langkah-langkah yang hams dikerjakan. Seperti halnya yang tertuang

dalam Surat Juklak Depdagn Cq. Ditjen Agraria, No. Ba. 8123718172, Tanggal

8 Agustus 1972 mengenai pengumpulan data harga tanah secara berkala dengan

Page 18: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

mencatat harga tanah untuk berbagai jenis dan keperluan yang berlaku di masing-

masing daerah. Harga tanah tersebut adalah harga pasaran, dalam arti harga yang

benar-benar terjadi dalam jual beli (rata-rata) selama triwulan sebelumnya.

Kemudian juga secara berkala tiap akhir triwulan melaporkan hasil pencatatannya

kepada BPN setempat.

Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah penentuan harga-harga tanah

yang selama ini banyak didasarkan pada harga jual tanah yang sempat dipantau

oleh BPN dan Pinas PBB. Caranya dengan meminjam tangan pencatatan pajak

yang dilakukan Dinas PBB dan peralihan tanah yang dicatatkan melalui Pejabat

Pembuat Akta Tanah (PPAT), yaitu Camat, yang mendata jual beli tanah yang ada

di wilayahnya. Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah seberapa besar dan

seberapa tinggi akurasi data-data tanah yang diperoleh lewat pencatatan tersebut.

Karena kita hams menengok ke belakang bahwa sebagian besar tanah yang

pendaftaran dan peralihannya dibuatkan akta otentik oleh PPAT, adalah tanah-

tanah yang ada di perkotaan, tanah yang ada di kawasan strategis dan

pengembangan serta tanah-tanah untuk perurnahan yang diperkirakan tidak akan

tergusur. Sementara itu tanah yang menjadi incaran investor adalah tanah-tanah

yang ada di pinggiran kota, di pedesaan, tanah pertanian, tanah-tanah yang belum

ada tanda buktinya berupa sertifikat dan tanah-tanah lain yang kurang jelas

statusnya berdasarkan PP. No. 10 Tahun 1961 dan UU No. 51Prp11960.

Kalaupun harga tanah itu didata melalui jual beli tanah yang ada di kelurahan,

dengan akta di bawah tangan, namun biasanya harga tanahnya sudah

dimanipulasi. Demikian pula kepala desa seringkali tidak melaporkan ha1 itu

kepada instansi di atasnya, apalagi ke BPN. Demikian halnya dengan arsip-arsip

mengenai jual beli itu seringkali jika telah menurnpuk akan dibuang, hilang, atau

tidak diinventarisir.

Jika penentuan harga tanah memakai kriteria obyek pajak. Maka pertama-

tama yang hams dicermati adalah tata cara penentuan harga obyek pajak yang

kurang obyektif, sejalan dengan sifat dan nilai tanah yang subyektif dan

spekulatif. Demikian juga pihak Dinas PBB yang masih belum mempunyai data

akurat tentang harga tanah dan perkembangannya tiap tahun. Terbukti sampai saat

ini Dinas PBB masih belum mampu mengenakan pajak progresif atau regresif atas

sebidang tanah yang seharusnya dikenakan ketentuan itu. Bahkan seringkali

Page 19: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

penentuan NJOP (Nilai Jual Obyek Pajak) didasarkan pada perhtungan secara

pukul rata, berdasarkan nilai suatu kawasan daerah tertentu. Sehingga seringkali

sangat memberatkan pihak-pihak yang belum mampu mengoptimalkan nilai

tanahnya.

Di sisi lain, tanah-tanah yang terancam digusur dikenakan pajak yang

"kebetulan" sangat rendah, atau jauh di bawah manfaat riil dan potensial yang

diperoleh pemiliknya. Namun kecilnya penentuan pajak tersebut, bukan karena

nilai tanahnya yang rendah, tetapi ada faktor lain yang menentukannya, misalnya

karena sarana dan prasarana pembangunan yang dihasilkan pemerintah belum

benar-benar menyentuh pada daerah atau belum banyak dinikmati oleh mereka.

Sehingga wajar saja bila mereka mendapatkan pajak yang rendah, berbeda dengan

mereka yang menikmati hasil pembangunan secara langsung yang membuat

tanahnya menjadi naik beratus-ratus kali lipat. Atau tanahnya berubah menjadi

basis atau tambang kekayaan yang tidak habis dikeruk. Sehngga terlalu "nalf'

jika ditanyakan mengapa di kawasan atau daerah seperti ini tidak pernah digusur,

bahkan semakin mendapat fasilitas dan kemudahan karena alasan tujuan

penggusuran adalah untuk mengoptimalkan nilai tanah.

Mungkin yang berperan memberikan masukan nilai tanah adalah pihak

aparat desa dan kecamatan, karena mereka ini yang terlibat langsung dan melihat

sehari-hari "arus lalu lintas" tanah itu terjadi. Demikian juga kepada mereka ini

sering dimintai oleh para pihak untuk menguatkan perjanjiannya.

Jadi persoalan sebenarnya adalah bermuara pada penentuan ganti rugi hak

atas tanah dalam arti yang luas. Karena persoalan mengenai ganti rugi dalam arti

sempit yang meliputi tanaman, dan bangunan bagi lembaga yang terkait adalah

relatif lebih mudah menentukan jumlahnya. Berbeda halnya dengan hak-hak dan

kenikmatan yang memancar dari tanah.

Nilai penggunaan lahan yang paling tinggi menurut Northam (1975)

adalah pada lokasi terdekat yang mempunyai aksesibilitas maksimum dan

pengguna lahan berkemampuan untuk membayar rente yang paling besar. Lokasi

tersebut merupakan lokasi yang hams dibayar dengan harga tinggi. Tabel 1

berikut ini adalah tabel yang menunjukkan jenis lokasi yang mempunyai pelbagai

nilai lahan dan penggunaan lahan.

Page 20: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

Tabel 1 Hirarki dari Penggunaan Lahan "Central Business Distric" dan Nilai Lahan

Penggunaan Lahan

Kantor multi-sewa pusat Kantor pemilik tunggal utama Retail bergengsi Keuangan Mixed use lainnya Pelayanan Pangan (makanan dan minuman)

Lokasi

Inti (Kantor)

Inti (retail) Retail besar (swalayan) Retail khusus dan gabungan Kantor sewa multi dan tunggal Hotel Hiburan Bank Pelayanan dan pendukung Apartemen mewah

Nilai Lahan (per kaki persegi)

$50-$25

$25-$15

Retail kedua Pusat komersial lain Kantor kedua

Perdagangan umum Apartemen kelas menengah Retail perumahan

2.1.2 Rente Lahan

Menurut Suparmoko (1994), lahan merupakan sumberdaya alam yang

dapat diperbaruhi dalam arti dapat diperbaruhi kesuburannya. Pemanfaatan lahan

untuk pelbagai macam pengunaan bertujuan untuk menghasilkan barang-barang

pemuas kebutuhan manusia yang terus meningkat sebagai akibat dari penduduk

yang terus bertambah dan ekonomi yang berkembang. Untuk mengejar

pemenuhan alat-alat pemuas kebutuhan manusia yang terus berkembang clan

untuk maksud mengejar perturnbuhan ekonomi yang tinggi, pemanfaatan lahan

seringkali tidak rasional dan kurang bijaksana untuk jangka pendek, sehingga

kurang mempertimbangkan kelestarian sumberdaya lahan tersebut Akibat

pemanfaatan yang tidak rasional tersebut, lahan mengalami penurunan persediaan

dan manusia semakin tergantung pada sumberdaya lahan yang rendah kualitasnya.

Fauzi (2000) menyebutkan bahwa tekanan pembangunan ekonomi yang

dilakukan dinegara-negara berkembang khususnya sering menimbulkan dilemma

bagi kelestarian sumberdaya alam. Hal ini mengingat kebutuhan konsumsi untuk

Page 21: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

masyarakat sering tidak ditunjang oleh pengelolaan yang baik dan kesadaran

masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian sumberdaya alam, sehingga

penurunan kualitas lingkungan sering dianggap sebagai biaya yang hams dibayar

untuk suatu proses pembangunan ekonomi. Lahan yang dikelola oleh masyarakat

sebagai "common property" dapat disebut dengan "open access". Dalam istilah

ekonomi, lahan tersebut disebut "extensive economic margin" yang artinya bahwa

pengetrapan tenaga kerja dan kapital per satuan lahan adalah sangat rendah dan

jika lahan yang open access tersebut diperluas maka "economic returnm-nya juga

sama rendahnya. Menurut Mubyarto (1972) bahwa balas jasa (return to land)

yang diterima oleh lahan dibandingkan dengan faktor-faktor produksi mempunyai

kedudukan yang paling penting.

Lahan sebagai faktor produksi seperti halnya modal dan tenaga kerja dapat

dibuktikan dengan tinggi rendahnya balas jasa (return to land) yang sesuai dengan

permintaan dan penawaran. Sebagai faktor produksi, lahan mendapat bagian dari

hasil produksi karena jasanya dalam produksi itu. Pembayaran atas jasa produksi

ini disebut sewa tanahllahan (rent). Menurut Suparmoko (1989) bahwa land rent

secara sederhana dapat didefinisikan sebagai surplus ekonomi yaitu merupakan

kelebihan nilai produksi total di atas biaya total. Surplus ekonomi dari

sumberdaya lahan dapat dlihat dari surplus ekonomi karena kesuburan lahannya.

Menurut Blair ( 199 1 ) menyatakan bahwa rent merupakan keuntungan bagi lahan.

Pengertian rent dan lahan berbeda dari definisi ekonomi. Lahan merupakan faktor

alam dari produksi dan oleh karena itu suplai Iahan tidak dipengaruhi oleh harga.

Kuantitas lahan tidak dapat ditingkatkan sebagai respon dari harga yang

meningkat atau menurun karena menurunnya harga. Lahan meliputi bahan bakar,

sinar matahari, hujan clan semua faktor produksi sumberdaya alam. Para ahli

ekonomi sangat berhati-hati dalam membedakan antara lahan dan property.

Property terdiri dari lahan dan bangunan. Kent merupakan keuntungan bagi lahan

dan ditentukan oleh hubungan antara supply dan demand terhadap lahan seperti

pada Gambar 3 di bawah ini.

Page 22: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

I

Jumlah Lahan

Gambar 3 Suplay dan demand lahan Sumber : Blair, J.P. (1991)

Meningkatnya harga lahan (rent) tidak diikuti dengan meningkatnya

suplay. Dengan kata lain, lahan merupakan suplai yang tetap, sehingga perubahan

dalam pennintaan akan mempengaruhi rent dan bukan kuantitas dari lahan

tersebut. Suplai untuk jenis lahan tertentu, seperti lahan komersial, mungkin dapat

ditingkatkan dengan tekanan pasar dan oleh keputusan politik, seperti perubahan

zonasi. Meskipun demikian, penambahan lahan untuk tujuan tertentu akan lebih

mahal dibandingkan dengan jenis penggunaan lahan lainnya.

Perrnintaan akan lahan didasarkan atas kontribusi lahan terhadap

keuntungan. Produk marjinal suatu unit lahan ekstra (MYi) merupakan output

yang dihasilkan dari penggunaan suatu unit lahan ekstra dalam suatu proses

produksi. Jika suatu pabrik menjual outputnya dalam suatu pasar yang kompetitif,

maka akan menerima suatu harga yang konstan dari setiap unit ekstra yang dijual.

Pertanian atau pabrik tidak akan mampu membayar lebih untuk penambahan

lahan dibandingkan dengan nilai dari atribut output yang meningkat dari lahan

tersebut. Mereka akan membayar sekecil mungkin untuk lahan ekstra. Jika

terdapat kompetisi di antara produser, maka mereka akan menawar satu sama lain

hingga rent lahan sama dengan kontribusi lahan terhadap keuntungan pabrik.

Ketika suatu pabrik berjualan dalam suatu pasar yang kompetitif, harga produk

tidak dipengaruhi oleh output dari pabrik. Dalam kasus ini, pennintaan akan lahan

sama dengan nilai dari produk marjinal, V h P . Jika semua input non-lahan tetap

Page 23: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

konstan, nilai dari produk marjinal dapat dinyatakan sebagai harga output dikali

dengan produk marjinal dari unit lahan tambahan :

dimana :

VMPi = nilai produk marjinal dari unit lahan ke-i,

Po = net price dari output (setelah dikurangi biaya transportasi), dan

MI', = produk marjinal dari unit lahan ke-i,

Fungsi VMP menyatakan kuantitas dari penggunaan lahan dalam produksi

yang meningkat karena produk marjinal dari lahan turun seperti yang dinyatakan

pada hukum penurunan produktivitas marjinal. Ketika V W lebih besar

dibandingkan dengan market rent untuk suatu unit lahan, pabrik akan

menggunakan lebih lahan yang berakibat pada menurunnya MP dan VMP. VMP

akan menurun hingga sama dengan rental rate.

Jika suatu pabrik memilil kekuatan monopoli di dalam pasar output,

maka V M dari lahan akan menurun lebih cepat dibandingkan dengan kasus

produser yang kompetitif, karena harga produk akan menurun ketika output

meningkat. Penurunan dalam produk marjinal lahan akan menyebabkan

menurunnya VMP. Kemudian VMP lahan akan menurun karena dua alasan

tersebut.

David Ricardo seorang ahli ekonomi berkebangsaan Inggris dikenal sebagai

salah seorang penulis terkemuka dalam soal sewa tanah dengan teorinya mengenai

land rent deferensial, dimana ditunjukkan bahwa tinggi rendahnya land rent

disebabkan oleh perbedaan kesuburan lahan, makin subur lahannya makin tinggi

land renmya. Adapun land rent itu dapat naik atau turun mempunyai hubungan

langsung dengan harga komoditi yang diproduksi oleh lahan. Meskipun teorinya

dibuat untuk menjelaskan rent dari pertanian yang mengimplikasikan lahan pasar

di perkotaan. Ricardo percaya bahwa keuntungan bagi lahan adalah sisa. Ketika

tenaga kerja dan kapital memiliki suplai yang elastis, mereka dibayar dengan rate

yang kompetitif. Apapun yang terjadi setelah membayar faktor-faktor produksi

yang bergerak adalah sisa dari lahan yang selanjutnya disebut rent. Menurut

Rachbini (2002) bahwa sewa (rent) merupakan bentuk pendapatan yang paling

Page 24: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

mudah dibandingkan dengan upah dan laba, karena tidak perlu menghadapi risiko

dan tidak perlu mengerahkan ketrampilan untuk memperolehnya.

Dalam Blair (1991), Ricardo menyatakan bahwa beberapa tempat

menerima rent yang berbeda karena perbedaan produktivitas. Produktivitas lahan

ditandai dengan kesuburan dan kedekatannya dengan pasar (di pasar perkotaan,

kedekatan dengan pasar lebih penting dari pada kesuburan). Lahan yang paling

produktif menerima rent tertinggi karena memiliki sisa yang tertinggi, dan

marjinal lahan dimana nilai tanaman sama dengan biaya sumberdaya non-lahan

yang diperlukan untuk produksi dan transportasi dari output terhadap pasar tidak

memperoleh rent. Ricardo percaya bahwa lahan yang paling produktif hams

dipupuk dulu. Perkembangan ekonomi dan populasi bertambah karena harga dari

hasil pertanian meningkat, yang menyebabkan lahan tambahan digunakan dalam

produksi dan rent pada peningkatan produktivitas lahan. Pada Gambar 4 di bawah

ini terlihat adanya perbedaan kualitas lokasi dari produsen yang menyebabkan

adanya perbedaan dalam "land rent". Hal ini disebabkan rata-rata biaya produksi

per unit sma, harga output yang diterima produsen didaerah pasar proporsional

dengan harga jual output. Sedang pada lokasi 250 Km dari pasar harga yang

diterima produsen lebih rendah. Untuk lokasi 500 Km, harga lahan lebih rendah

lagi disebabkan adanya biaya transpor. Perbedaan harga yang diterima produsen

tersebut, "land rent" tertinggi adalah lokasi dekat pasar dan semakin menurun bila

semakin jauh dari pasar.

Gambar 4 Perbedaan "Land Rent" dari Tiga Luas Lahan yang Berbeda Kualitas Lokasi dan Jarak dari Pasar (Sumber: Suparmoko, 1989)

Page 25: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

Menurut Hartwick, et al. (1986) bahwa antara lokasi dan nilai lahan sangat

berkaitan erat. Hal ini berkaitan dengan harga setiap luas per acre lahan. Lahan

bersifat heterogen, karena perbedaan sebidang lahan dipelbagai lokasi, sehingga

mempunyai nilai yang berbeda.

2.2 Wilayah dan Lahan Pesisir

2.2.1 Definisi Wilayah Pesisir

Menurut Bengen (2000) menyatakan bahwa wilayah pesisir adalah

wilayah dimana daratan berbatasan dengan laut, batas di daratan meliputi daerah-

daerah yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air dan yang masih

dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti : pasang surut, angin laut dan intrusi

garam, sedangkan batas di laut ialah daerah-daerah yang dipengaruhi oleh proses-

proses alami di daratan seperti sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut,

serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di

daratan. Untuk keperluan pengelolaan, penetapan batas-batas wilayah pesisir yang

sejajar dengan garis pantai relatif mudah, misalnya batas wilayah pesisir antara

Sungai Brantas dan Sungai Bengawan Solo, atau batas wilayah pesisir Kabupaten

Kupang adalah antara Tanjung Nasikonis dan Pulau Sabu, dm batas wilayah

pesisir DKI Jakarta adalah antara Sungai Dadap di sebelah barat dan Tanjung

Karawang di sebelah timur.

Akan tetapi penetapan batas-batas suatu wilayah pesisir yang tegak lurus

terhadap garis pantai, sejauh ini belurn ada kesepakatan. Dengan perkataan lain,

batas wilayah pesisir berbeda dari satu negara ke negara lain. Hal ini dimengerti,

karena setiap negara memiliki karakteristik lingkungan, sumberdaya dan

pemerintahan sendiri (khas).

Pada Gambar 5 di bawah diperlihatkan beberapa alternatif (pilihan) dalam

menentukan batas ke arah darat dan ke arah laut dari suatu wilayah pesisir.

batasan ekstrim, suatu wilayah pesisir dapat meliputi suatu kawasan yang sangat

luas mulai dari batas lautan (terluar) Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) sampai

daratan yang masih dipengaruhi oleh iklim laut. Batasan ekstrim lainnya, suatu

wilayah pesisir hanya meliputi kawasan peralihan antara ekosistem laut dan

daratan yang sangat sempit, yaitu dari garis rata-rata pasang tertinggi sampai

Page 26: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

200 m ke arah darat dan ke arah laut meliputi garis pantai pada saat rata-rata

pasang terendah.

. . P r u : n m Wil.lp111 Pes~zir &

.., Progrdnl Pen:elnlaa

Teritlxial Ratas Lurdn dn Tepl buran Pan\ .h\ntlra @ok arh~rrer

l'uridikrsi Prop~ml clrrnpk p n g daim!nllka Zon:l dP Pinpasan [ldn Garls P~sang nwsll, kTng,,,,h Ekonnm~ Iknua ardc Nqara Baaian 'iuN1 K!ds~k I _ &nJuRslll .~Nashrul I terhadap

___) ~ v ~ l a p l i psirir

Gambar 5 Batas program pengelolaan wilayah pesisir dan lautan yang berlaku sekarang dan masa akan datang (Sorensen dan Mc Creary, 1990 yang diacu dalam Dahuri, 2000).

Batas wilayah pesisir ke arah darat pada umumnya adalah jarak yang

selalu berubah-ubah dari rata-rata pasang tinggi (mean high tide), dan batas ke

arah laut umumnya adalah sesuai dengan batas jurislksi propinsi. Untuk

kepentingan pengelolaan, batas ke arah darat dari suatu wilayah pesisir dapat

ditetapkan sebanyak dua macam, yaitu batas untuk wilayah perencanaan

(planning zone) dan batas untuk wilayah pengaturan (regulation mne) atau

pengelolaan keseharian (day-to-day management). Wilayah perencanaan

sebaiknya meliputi seluruh daerah daratan (hulu) apabila terdapat kegiatan

manusia (pembangunan) yang dapat menimbulkan dampak secara nyata

(significant) terhadap lingkungan dan sumberdaya di pesisir. Oleh karena itu,

batas wilayah pesisir ke arah darat untuk kepentingan perencanaan (planning

zone) dapat sangat jauh ke arah hulu, misalnya Kota Bandung untuk kawasan

pesisir DAS Citarum. Jika suatu program pengelolaan wilayah pesisir menetapkan

dua batasan wilayah pengelolaannya (wilayah perencanaan dan wilayah

pengaturan), maka wilayah perencanaan selalu lebih luas daripada wilayah

pengaturan.

Dalam pengelolaan wilayah sehari-hari, pemerintah (pihak pengelola)

memiliki kewenangan penuh untuk mengeluarkan atau menolak izin kegiatan

Page 27: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

pembangunan. Sementara itu, kewenangan semacam ini di luar batas wilayah

pengaturan (regulation zone) sehingga menjadi tanggung jawab bersama antara

instansi pengelolaan wilayah pesisir dapat berubah. Contohnya negara bagian

California yang pada tahun 1972 menetapkan batas ke arah darat wilayah

pesisirnya sejauh 1.000 m dari garis rata-rata pasang tinggi, kemudian sejak tahun

1977 batas tersebut menjadi batas arbitrer yang bergantung pada isu pengelolaan.

Menurut Soegiarto (1976) dalam Dahuri (2000), definisi wilayah pesisir

yang digunakan di Indonesia adalah daerah pertemuan antara darat dan laut; ke

arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam

air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan

perembesan air asin; sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut

yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti

sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia

di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.

Definisi wilayah pesisir di atas memberikan suatu pengertian bahwa

ekosistem pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan

habitat yang beragam, di darat maupun di laut, serta saling berinteraksi antara

habitat tersebut. Selain mempunyai potensi yang besar, wilayah pesisir juga

merupakan ekosistem yang paling mudah terkena dampak kegiatan manusia.

Umumnya kegatan pembangunan, secara langsung maupun tidak langsung

berdampak merugikan ekosistem pesisir.

Untuk kepentingan pengelolaan, penetapan batas-batas fisik suatu wilayah

pesisir secara kaku (rigid) kurang begitu penting. Akan lebih berarti, jika

penetapan batas-batas suatu wilayah pesisir didasarkan atas faktor-faktor yang

mempengaruhi pembangunan (pemanfaatan) dan pengelolaan ekosistem pesisir

dan lautan beserta segenap sumberdaya yang ada di dalamnya, serta tujuan dari

pengelolaan itu sendiri.

2.2.2 Karakteristik Wilayah Pesisir

Keunikan wilayah pesisir dan laut serta beragamnya sumberdaya yang ada,

mengisyaratkan pentingnya pengelolaan wilayah tersebut untuk dikelola secara

terpadu bukan secara sektoral. Hal ini dapat dijelaskan minimal dengan alasan

sebagai berikut :

Page 28: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

Yertarna, secara empiris, terdapat keterkaitan ekologis (hubungan

fungsional) baik antar ekosistem di dalam kawasan pesisir maupun antara

kawasan pesisir dengan lahan atas dan laut lepas. Dengan demikian perubahan

yang te rjadi pada suatu ekosistem pesisir (mangrove, misalnya), cepat atau lambat

akan mempengaruhi ekosistem lainnya. Begitu pula halnya, jika pengelolaan

kegiatan pembangunan (industri, pertanian, pemuluman dan lain-lain) di lahan

atas suatu DAS (Daerah Aliran Sungai) tidak dilakukan secara arif (benvawasan

lingkungan), maka dampak negatifnya akan merusak tatanan clan fungsi ekologis

kawasan pesisir dan laut. Fenomena inilah yang kemungkinan besar merupakan

faktor penyebab utama bagi kegagalan panen tambak udang yang pernah

menimpa kawasan Pantai Utara Jawa. Karena untuk kehidupan dan perturnbuhan

udang secara optimal diperlukan kualitas perairan yang baik.

Kedua, dalam suatu kawasan pesisir (misa1nya:Kalianda - Bandar

Lampung) biasanya terdapat lebih dari dua macam sumberdaya alam dan jasa-jasa

lingkungan yang dapat dikembangkan untuk kepentingan pembangunan. Terdapat

keterkaitan langsung yang sangat kompleks antara proses-proses dan fungsi

lingkungan dengan pengguna sumberdaya alam.

Ketigu, dalam suatu kawasan pesisir, pada umumnya terdapat lebih dari

satu kelompok masyarakat (orang) yang memiliki keterampiladkeahlian dan

kesenangan @reference) bekerja yang berbeda misalnya sebagai petani, nelayan,

petani tambak, petani rumput laut, pendamping pariwisata, industri dan kerajinan

rumah tangga, dan sebagainya. Padahal sangat sukar atau hampir tidak mungkin

untuk mengubah kesenangan beke rja atau profesi dari sekelompok orang yang

sudah secara tradisi menekuni suatu bidang pekerjaan.

Keempat, baik secara ekologis maupun ekonomis, pemanfaatan suatu

kawasan pesisir secara monokultur (single use) adalah sangat rentan terhadap

perubahan internal maupun eksternal yang menjurus pada kegagalan usaha.

Contohnya, pembangunan tambak udang di Pantai Utara Jawa, yang sejak tahun

1982 mengkonversi hampir semua pesisir termasuk mangrove (sebagai kawasan

lindung) menjadi tambak udang. Sehingga pada akhir 1983 ketika Jepang

menghentikan impor udang Indonesia selama sekitar 3 bulan, karena kematian

kaisarnya (rakyat Jepang berkabung, tidak makan udang), mengakibatkan

Page 29: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

penurunan harga udang secara drastis dari rata-rata Rp. 14.000,- per kg menjadi

Rp. 7.000,- per kg, sehingga banyak petani tambak yang merugi dan frustasi.

Kelima, kawasan pesisir pada urnunya merupakan sumberdaya milik

bersama (common property resources) yang dapat dimanfaatkan oleh semua orang

(open access). Padahal setiap pengguna sumberdaya pesisir biasanya berprinsip

untuk memaksimalkan keuntungan. Oleh karenanya, wajar jika pencemaran, over

eksploitasi sumberdaya alam dan konflik pemanfaatan ruang seringkali terjadi

termasuk konflik pemanfaatan lahan di wilayah pesisir.

2.2.3 Lahan Wilayah Pesisir

Wilayah pesisir dengan pelbagai sumberdayanya memiliki produktivitas

yang tinggi dan mempunyai peran penting dalam pembangunan ekonomi. Peran

penting ini diwujudkan dalam penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan

Pendapatan Asli Daerah, peningkatan devisa dan perbaikan kesejahteraan

penduduk pesisir (Dahuri, 2001). Potensi sumberdaya pesisir ini memiliki

keunggulan komparatif karena wilayah pesisir khususnya di Indonesia memiliki

kekayaan surnberdaya pesisir dan lautan tropis yang dapat diunggulkan dengan

biaya produksi dan tenaga kerja yang relatif murah, sehingga dapat memperkuat

kapasitas penawaran yang tinggi terhadap permintaan pasar.

Mengingat potensi yang sangat menjanjikan di wilayah pesisir ini, maka

wilayah pesisir ini dipergunakan untuk pelbagai kegiatan antara lain: kawasan

permukiman dan rekreasi, kawasan industri dan perdagangan, perkantoran,

kawasan pembuangan limbah (padat dan cair), kawasan untuk tumbuh dan

berkembang biakan perikanan, sumber energi, kawasan militer dan kawasan untuk

perlindungan alam. Pelbagai kegiatan tersebut memerlukan lahan yang sangat

luas, sehingga sering terjadi pelanggaran pemanfaatan lahan. Pelanggaran

pemanfaatan lahan berakibat kepada makin menurunnya kualitas lingkungan dan

penurunan ini berdampak kepada kinerja perekonomian wilayah pesisir. Lahan

wilayah pesisir tidak hanya dilihat dari segi pemanfaatannya saja, tetapi juga

terkait dengan semua proses yang terjadi di wilayah pesisir. Perencanaan

pemanfaatan lahan terkait dengan proses alokasi sumberdaya agar dapat

dioptimalkan pemanfaatannya. Namun dalam proses pelaksanaannya lahan dapat

menjaQ ancaman proses pembangunan dan sebaliknya dapat menjadi faktor

Page 30: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

pendorong pembangunan. Lahan dapat menjadi ancaman, jika produktivitas lahan

merosot, sehingga untuk memulihkan kepada kondisi awal memerlukan biaya

yang tidak sedikit. Lahan akan menjadi faktor pendorong, jika memang lahan

dapat dipelihara secara bijaksana sesuai dengan fungsinya. Yang menjadi

persoalan adalah jika lahan yang sebenarnya mempunyai nilai produktivitas tinggi

dan dimanfaatkan untuk yang bukan fungsinya. Untuk itu dalam penataan

kawasan pesisir lahan merupakan faktor produksi yang menjadi bagian penting

dan tidak dapat diabaikan dalam proses manajemen.

2.3 Kajian Literatur Tentang Pemanfaatan Lahan

Kajian literatur tentang konflik pemanfaatan lahan khusus di wilayah

pesisir belum pernah penulis ketemukan. Kalaupun ada penulisan pemanfaatan

lahan wilayah pesisir hanya merupakan bagian sebuah paragraf saja dan tidak

mendalam sampai terinci mengenai pembahasan nilai pemanfaatan lahan. Untuk

itu dalam rangka menggali lebih dalam ide pemanfaatan lahan ini akan diberikan

beberapa uraian singkat mengenai pengalaman pemanfaatan lahan di daratan yang

sebenarnya inti persoalannya tidak terlalu jauh dengan pemanfaatan lahan di

wilayah pesisir.

(1) Jackson, D. (1999) mengamati konflik pemanfaatan lahan pertanian dan

merumuskan suatu kebijakan publik yang dapat diimplementasikan sesuai

dengan kebutuhan masyarakat terrnasuk didalamnya keseimbangan

kepentingan antara swasta dan masyarakat. Pengamatan konflik yang

dilakukannya secara khusus lebih ke arah penjelasan visi tentang bagaimana

lahan pertanian di Wisconsin perlu dipertahankan. Hal ini mengingat hampir

50°h luas lahan pertanian berada di kawasan tersebut. Disamping itu petani di

kawasan ini menghasilkan US $ 4 - 5 milyar penghasilan penjualan kotor

setiap tahunnya. Namun keberadaan lahan pertanian tersebut, terancam oleh

pertumbuhan permukiman yang sangat pesat terutama di daerah pinggiran

Winsconsin. Sehingga Smith menilai bahwa pembangunan permukiman

merupakan issu paling besar yang mengancam keberadaan lahan pertanian.

Jika proses pembangunan kawasan permukiman term berlanjut, maka dapat

diprediksi bahwa 5 sampai 10 tahun ke depan akan terjadi krisis khususnya

produk-produk pertanian. Untuk mengatasi masalah-masalah perubahan

Page 31: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

pemanfaatan lahan dan konflik yang terjadi disarankan ada 2 (dua) ha1 pokok

yaitu: (a) Pertama terkait dengan proses atau strategi melibatkan masyarakat

petani dalam sebuah dialog khususnya berkaitan dengan rencana tata guna

lahan. Masyarakat perlu difasilitasi dengan baik agar dapat mengetahui dan

menjabarkan pemikiran-pemikirannya; (b) berkaitan dengan kebijakan khusus

mengenai kebijakan khusus dan perangkat untuk meminimasi konflik,

mengendalikan pembangunan, menghindari "outcome" yang tidak

di kehendalu masyarakat.

(2) Bachriadi, D. (1999) menulis mengenai akar sengketa agraria dan penguasaan

tanah serta sumber-sumber agraria di Indonesia yang terjadi pada saat ini.

Dalam UUPA tahun 1960 hak-hak Rakyat atas tanah di Indonesia telah

dijamin kepemilikannya secara khusus dalam U W A tersebut. Namun dalam

kenyataannya, bahwa banyak sekali tanah dikuasai oleh sekelompok

pengusaha besar dengan cara mudah dan tanpa birokrasi berbelit, sementara

banyak para petani atau para pemukim mengalami penggusuran dari tanah-

tanah pertanian, kawasan permukiman. Hal ini berakibat kepada sebuah drama

sengketa agraria yang sangat hebat, padahal kita mempunyai payung hukum.

Ketimpangan penguasaan tanah terlihat dari adanya kosentrasi penguasaan

tanah oleh perusahaan-perusahaan besar melalui konsesi-konsesi seperti Kuasa

pertambangan, Hak Pengusahaan Hutan (HPH), HGU perkebunan. Pelbagai

macam hak-hak tersebut merupakan bentuk kosentrasi penguasaan lahan di

Indonesia. Bachriadi mencatat data yang berasal dari sensus perkebunan besar

bahwa sampai dengan 1993 diperkirakan sekitar 3,80 juta hektar lahan

perkebunan dikuasai oleh 1.206 perusahaan dan 2 1 koperasi. Jika diambil rata-

rata maka setiap perusahaan menguasai lebih kurang 3.097 Ha. Konsentrasi

penguasaan lahan juga terjadi lewat transformasi lahan-lahan subur menjadi

kawasan industri. Badan Pertanahan Nasional mencatat bahwa saat ini ada

sejumlah 124 kawasan industri dengan luas areal keseluruhannya meliputi

53.650 Ha.

Hal yang menarik dari proses perturnbuhan kawasan-kawasan industri

selama ini adalah pemanfaatan lahannya mengkonversi lahan-lahan pertanian

yang pada umumnya subur. Bachriadi mengamati bahwa lahan-lahan

Page 32: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

pertanian di sepanjang garis pantai yang landai dari pulau besar, seperti pantai

utara Pulau Jawa. Kawasan pantai ini dinilai merupakan daerah paling subur

di Jawa dan sudah memiliki saluran irigasi teknis yang paling baik di seluruh

Indonesia. Namun kawasan pantai utara ini juga memiliki keunggulan

komparatif bagi pengembangan kawasan industri. Hal ini disebabkan karena

konturnya lebih baik serta dekat dengan pantai dan pada kawasan ini terdapat

banyak pelabuhan yang telah siap pakai.

Akses untuk pelbagai fasilitas di kawasan ini mudah diperoleh seperti:

transportasi dan komunikasi. Pada awalnya kawasan ini justru merupakan

lumbung pangan khususnya beras bagi Indonesia. Namun saat ini menuju

kepada kelangkaan kawasan pertanian, sehingga tingkat kehilangan pekerjaan

di sektor pertanian di kawasan ini sangat besar. Proses konversi lahan di

daerah pertanian subur menjadi kawasan industri, kawasan perumahan terus

berjalan. Bachriadi juga mencatat, selain terjadi konversi lahan, banyak juga

lahan yang sudah diijinkan untuk Qpakai kawasan perumahan, kawasan

industri, kawasan wisata dan rekreasi yang perolehannya dengan cara

menggusur, ditelantarkan begitu saja. Banyak sekali lahan tidur di kawasan

Jabodetabek. Menurut Pusat Studi properti Indonesia diperkirakan hingga

bulan Desember tahun 1997 terdapat sekitar 87.500 Ha lahan yang

ditelantarkan. Perkiraan sementara harga nilai lahan tersebut setara dengan

Rp. 65 trilyun rupiah. Bachriadi mencoba menelaah persoalan konversi lahan

secara kualitatif dengan melihat akar-akar ketimpangan penguasaan lahan dan

sengketa lahan dan dirumuskan ada 3 (tiga) corak dan watak sengketa agraria

& Indonesia yang berhubungan erat, yaitu: (1) proses ekspansi dan perluasan

skala akurnulasi modal baik modal domestik maupun modal internasional;

(2) watak otoritarian pemerintahan Orde baru; (3) perubahan strategi dan

orientasi pengembangan sumber-sumber agraria dari strategi agraria yang

populis (membangun masyarakat populis) menjadi strategi agraria yang

kapitalitik (mengintegrasikan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari

perkembangan kapitalisme Internasional).

Page 33: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

2.4 Konflik Pemanfaatan Lahan

Konflik dapat didefinisikan sebagai hubungan antara dua pihak atau lebih

(individu atau kelompok) yang memiliki, atau yang merasa memiliki sasaran-

sasaran yang tidak sejalan (Fisher, et al., 2000). Untuk memperjelas pemahaman

mengenai konflik, maka menurut Miall (2000) pengertian konflik adalah aspek

intrinsik dan tidak mungkin dihindarkan dalam perubahan sosial. Konflik adalah

sebuah ekspressi heterogenitas kepentingan, nilai dan keyakinan yang muncul

sebagai formasi baru yang ditimbulkan oleh perubahan sosial yang muncul

bertentangan dengan hambatan yang diwariskan. Hal ini berarti bahwa terjadlnya

konflik pemanfaatan lahan disatu kawasan pesisir akan mempunyai nilai konflik

yang berbeda dengan kawasan pesisir lainnya. Sebagai contoh kawasan konflik

dikawasan pesisir di Serang. Hal ini disebabkan karena karakteristik fisik yang

berbeda, termasuk kondisi sosial budayanya, sehingga konfliknya berbeda-beda.

Konflik penggunaan lahan pesisir merupakan bentuk hubungan antara stakeholder

yang memiliki tujuan yang sama yaitu memanfaatkan sumberdaya pesisir secara

pareto optimal untuk meningkatkan pendapatannya yang kadang kala tidak

memperhatikan kepentingan orang lain. Artinya biaya sosial (social cost) yang

ditimbulkan oleh biaya pribadi (przvate cost) tidak diperhatikan sehingga kondisi

ini menyebabkan kegagalan pasar. Konflik juga dapat diartikan sebagai

ketidaksetaraan distribusi akses terhadap sumberdaya dan pelbagai pengguna.

Terminologi konflik mengandung pengertian adanya perbedaan persepsi tentang

kondisi ideal yang diinginkan oleh lebih dari satu pihak.

Menurut Anwar (2000) dan Fisher (2000) bahwa konflik pada urnumnya

disebabkan oleh karena akar pennasalahan yang bersifat ganda dan biasanya

merupakan kombinasi dari masalah dalam hubungan antara pihak-pihak yang

bertikai yang mengarah kepada konflik tersembunyi, konflik semi terbuka dan

konfl i k terbuka. Konflik dapat dikelompokkan dan dianalisis dengan

menggunakan kriteria-kriteria sebagai berikut:

(1 ) Konflik Data terjadi jika orang kekurangan informasi yang dibutuhkan untuk

mengambil keputusan yang bijaksana, mendapat informasi yang salah, tidak

sepakat mengenai apa saja data yang relevan, menterjemahkan informasi

dengan cara yang berbeda atau memakai tata cara pengkajian yang berbeda.

Page 34: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

Beberapa konflik data mungkin tidak perlu terjadi karena ha1 ini disebabkan

karena kurangnya komunikasi diantara 2 orang atau lebih yang konflik.

(2) Konflik Kepentingan disebabkan oleh persaingan kepentingan yang dirasakan

atau secara nyata memang tidak bersesuaian dengan yang dinginkan. Terjadi

ketika satu atau lebih meyakini bahwa untuk memuaskan kebutuhannya,

pihak-pihak lain hams berkorban. Konflik yang berdasarkan kepentingan ini

terjadi karena masalah yang mendasar (uang, sumberdaya, fisik, waktu), atau

menyangkut masalah tata cara (sikap dalam menangani masalahnya) atau

masalah psikologis (persepsi atau rasa percaya diri, mempertahankan keadilan,

rasa hormat).

(3) Konflik Hubungan Antar Manusia te rjadi karena adanya emosi-emosi negatif

yang kuat, salah persepsi (stereo~pe), salah komunikasi atau tingkah laku

negatif yang berulang (repetit~j). Masalah ini sering menghasilkan konflik

yang realistik atau mungkin tidak perlu, karena konflik ini bisa terjadi bahkan

ketika kondisi obyektif untuk terjadinya konflik seperti terbatasnya

sumberdaya manusia atau tujuan bersama yang ekslusif, tidak ada. Masalah

hubungan antar manusia seperti yang tersebut di atas, seringkali memicu

terjadinya pertikaian dan menjurus kepada lingkaran-spiral dari suatu konflik

destruktif yang tidak perlu.

(4) Konflik Nilai disebabkan oleh sistem-sistem kepercayaan yang tidak

bersesuaian, mungkin ha1 itu hanya dirasakan atau memang sesungguhnya

ada. Nilai adalah kepercayaan yang dipakai orang untuk memberi arti pada

hidupnya, menjelaskan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang

benar dan mana yang salah, mana yang adil dan tidak adil. Perbedaan nilai

sebenarnya tidak harus menjadi penyebab terjadinya konflik. Oleh karena itu

manusia dapat hidup saling berdampingan dan harmonis dengan sedikit

perbedaan nilai.

(5) Konflik struktural terjadi ketika kepentingan untuk melakukan akses dan

kontrol terhadap sumberdaya. Pihak yang berkuasa dan memiliki wewenang

formal untuk menetapkan kebijakan urnum, biasanya lebih memiliki peluang

untuk menguasai akses dan melakukan kontrol sepihak terhadap pihak lain. Di

Page 35: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

sisi lain persoalan geografis dan faktor sejarah atau waktu sering kali dijadikan

alasan untuk memusatkan kekuasaan serta pengambilan keputusan hanya

menguntungkan satu pihak tertentu.

Menurut Mubyarto (2000) bahwa manusia tidak hanya bersemangat untuk

"bersaing" tetapi juga "bekerjasama", sehingga bukan hanya pengertian

"competitive advantage", tetapi juga perlu dianggap penting konsep "cooperative

advantage" untuk mencapai efisiensi ekonomi.

Konflik pemanfaatan lahan kawasan pesisir ini akan ditinjau dari beberapa

aspek yaitu aspek ekonomi, aspek ruang, aspek sosial, aspek Geopolitik untuk

memberikan wacana bahwa konflik pemanfaatan lahan kawasan pesisir itu sangat

kompleks dan bersifat menyeluruh.

2.4.1 Konflik Pemanfaatan Lahan Yang Berpengaruh Terhadap Aspek Ekonomi

Deininger (2000) menyatakan bahwa konflik lahan yang berpengaruh

terhadap aspek ekonomi meliputi issue tentang efisiensi, dan distribusi.

Pengalaman di Nicaragua menunjukkan bahwa orang yang tidak memiliki lahan

kemudian mereka bertempat tinggal disuatu kawasan yang dianggap tidak

berpenghuni, padahal kawasan tersebut lahannya dimiliki oleh para tuan tanah,

maka konflik yang timbul adalah pasar yang tidak efisien dan akan berbahaya

terhadap pendapatan kedua stakeholder termasuk issue mengenai equity.

Pemanfaatan lahan pada wilayah pesisir menunjukkan pemanfaatan yang

berbeda-beda. Menurut Blair (1991) bahwa tipologi pemanfaatan lahan untuk

kawasan perkotaan adalah 10% untuk manufaktur, 5% untuk kegiatan

perdagangan dan 35% digunakan untuk pelbagai pemanfaatan seperti gedung

pemerintahan dan lahan kosong, sedang 30% hanya digunakan untuk pemukiman.

Pemanfaatan lahan yang berbeda-beda tersebut ditinjau dari segi ekonomi akan

menimbulkan pengaruh, mengingat terjadinya perubahan lahan ke arah yang tidak

fungsional seperti lahan pertanian berubah menjadi lahan untuk industri atau

untuk pemukiman. Cheshire (1995) dalam papernya yang berjudul The Welfare

t.Jconomics of Land Use Regulation menyebutkan bahwa perubahan penggunaan

lahan berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan keseimbangan struktur

pasar lahan didalam kota. Pendapatan yang eqivalen dengan biaya dari

Page 36: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

pembatasan penggunaan lahan berpengaruh terhadap peningkatan harga lahan dan

rumah. Dengan demikian pengaruh pemanfaatan lahan dikawasan pesisir yang

ditelaah dari aspek ekonomi meliputi : (a) efisiensi pemanfaatan lahan dan

(b) alokasi dan distribusi.

2.4.1.1 Efisiensi

Menurut McEachern (2000) bahwa yang dimaksud dengan effisiensi

adalah suatu keadaan bila sumberdaya tidak dapat direalokasikan untuk

meningkatkan produksi suatu barang tanpa menurunkan produksi barang yang

lain. Effesiensi adalah kriteria utama untuk mengevaluasi perubahan. Effisiesi

mengacu kepada kemampuan menggunakan sumberdaya untuk menghasilkan

sesuatu nilai. Kalau sumberdaya digunakan untuk menghasilkan banyak barang

dan pelayanan dengan menggunakan tingkat input yang sama maka karakteristik

ekonomi akan lebih efisien.

Efisiensi pemanfaatan lahan tergantung kepada sampai seberapa besar

ongkos produksi yang dikeluarkan oleh pengguna lahan dalam meningkatkan

produksinya. Makin sedikit biaya produksi yang dikeluarkan dan makin besar

produktivitas yang dihasilkan maka akan terjadi efisiensi pemanfaatan lahan.

Namun efisiensi ini dapat ditelaah dari pelbagai macam aspek. Salah satu yang

dinyatakan oleh David Ricardo bahwa salah satu aspek yang perlu dianalisis

adalah "rente lahan". Ricardo meyakini bahwa manfaat lahan dihitung dari rente

yang dihasilkan dari hasil produksi lahan dikurangi dengan pengeluaran kemudian

beberapa komponen pengeluaran untuk pemulihan dan pemeliharaan produktivitas

lahan. Hal ini mengingat aspek produktivitas tenaga kerja dan buruh merupakan

suplai yang "elastis", dimana variabel-variabel tersebut hams dibayar dengan

harga yang kompetitif. Ricardo yakin bahwa lahan yang paling produktif adalah

yang pertama kali dipupuk. Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan penduduk

menyebabkan harga pertanian meningkat dan ha1 ini menyebabkan penambahan

lahan menyebabkan produksi dan rente pada lahan meningkat. Hal inilah yang

menyebabkan berpengaruh pada efisiensi. Menurut Suparmoko (1989) bahwa

efisiensi ekonomi sering disebut juga sebagai pareto optimal yaitu suatu kriteria

yang sangat banyak digunakan untuk menilai kebijakan pemerintah hsamping

dari segi distribusi. Efisiensi dikatakan ada apabila kebijakan pemerintah itu

Page 37: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

memberikan pengaruh ekonomi yang lebih baik dalam bentuk kesejahteraan

masyarakat yang lebih tinggi. Selanjutnya kebijakan itu dikatakan sudah efisien

atau mencapai pareto optimum apabila dalam perekonomian itu tidak mungkin

lagi untuk mengadakan alokasi faktor produksi yang menyebabkan disatu pihak

ada yang dibuat lebih sejahtera, sedangkan dilain pihak ada yang menjadi lebih

menderita.

2.4.1.2 Alokasi dan Distribusi

Alokasi berhubungan dengan kegiatan dari fungsi pemerintah dalam

menyediakan barang (Blair, 1991). Alokasi yang berhubungan dengan bagaimana

lahan dapat ditingkatkan produksinya. Hoover, et al. (1985) menyebutkan bahwa

alokasi suatu lahan didasarkan secara murni oleh maksimalisasi keuntungan

(profit) individu, bahkan kalau kompetisi bekerja lebih efisien daripada

sebelumnya, maka ha1 tersebut tidak dapat menghasilkan pola sosial yang

optimum dari penggunaan lahan, bahkan bukan dalam rangka maksimasi produk

nasional bruto untuk dkaitkan dengan lcnteria kesejahteraan yang lebih

komprehensif. Hak kepemilikan swasta merupakan kepentingan nyata bagaimana

setiap individu menggunakan lahan seoptimal mungkin diserahkan dengan

kebutuhan pasar. Hal inilah yang menjadi konflik kepentingan antara pemilik

lahan yang sudah jelas kepemilikannya dengan pengguna lahan yang tidak jelas

batas kepemilikannya. Hal ini menjadi makin jelas dengan penjelasan dari

Chistaller yang dikutip oleh Northam (1975) bahwa proses aglomerasi akan

mempengaruhi pola pemanfaatan lahan, dimana tingkat lokasi atau penyebaran

sumberdaya dimana pusat kegiatan baik secara langsung maupun tidak langsung

mempengaruhi pemanfaatan lahan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ada bentuk

perbedaan te rjadinya sumberdaya lahan sebagai hasil dari distribusi lahan yang

berbeda atau konsentrasi keruangan dari lahan yang dapat menyebabkan distorsi

dari lahan yang selanjutnya berakibat pada distorsi pola pemukiman kota yang

disebabkan karena lokalisasi sumberdaya lahan.

Pada urnumnya untuk menilai apakah suatu kegiatan itu layak atau tidak,

disamping dilihat dari sudut efisiensi juga dilihat dari sudut distribusi atau equity

(keadilan) dari kenaikan hasil produksi. Masalah dstribusi dapat dpandang dalam

kaitannya dengan distribusi antar anggota masyarakat pada saat ini dan yang akan

Page 38: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

datang. Dalam kaitannya dengan pemanfaatan lahan di kawasan pesisir yang perlu

dipahami adalah bahwa persoalan pemanfaatan lahan oleh masyarakat saat ini

tentu saja akan berpengaruh dengan generasi yang akan datang. Tingkat bunga

yang positif akan dipunyai pula tingkat diskonto yang positif pula. Dalam kaitan

tersebut program pemanfaatan lahan yang dipandang efisien oleh generasi saat ini

akan berakibat berpengaruh kepada pemanfaatan lahan bagi generasi yang akan

datang.

Untuk itu maka pola pemanfaatan lahan khususnya di kawasan pesisir

hams direncanakan sedemikian rupa agar lstribusinya dapat berorientasi kepada

kesinambungan pemanfaatan lahan yang akan datang. Hal ini mengingat

pemanfaatan lahan yang menyangkut kepada penyebarannya yang dalam

implementasinya tidak sesuai dengan peruntukannya. Hal ini beralubat pada

terjadinya kerusakan tanah. Menurut Budianto (1999), tanah kntis ditandai dengan

kerusakan tanah yang terjadi karena penggunaan tanah (lahan tertutup) yang tidak

sesuai dengan peruntukannya. Soemanvoto (1975) yang diacu dalarn Budianto

(1999) menyatakan bahwa masalah kritis, erosi dan banjir merupakan masalah

demografi yang luas. Berdasarkan sudut pandang ekologi, pertambahan penduduk

telah melampaui daya dukung lingkungan. Pengaruh distribusi ini akan

berpengaruh kepada inefiensi, ketimpangan pendapatan, dan kesenjangan

pertumbuhan antara daerah.

2.4.2 Konflik Pemanfaatan Lahan yang Berpengaruh Terhadap Aspek Ruang (Spasial)

Budiharsono (2001) menyatakan bahwa aspek ruang merupakan ha1 yang

sangat penting dalam pembangunan wilayah pesisir, dimana di dalamnya terdapat

wilayah homogen, wilayah modal, wilayah administrasi dan wilayah perencanaan.

Disebut wilayah homogen karena wilayah pesisir merupakan wilayah yang

memproduksi ikan atau dapat disebut sebagai wilayah dengan tingkat pendapatan

penduduknya yang tergolong dibawah garis kemiskinan. Wilayah nodal

merupakan wilayah pesisir yang seringkali sebagai wilayah belakang, dan daerah

perkotaan sebagai intinya. Bahkan seringkali wilayah pesisir dianggap sebagai

halaman belakang yang merupakan tempat membuang segala macam limbah.

Sebagai wilayah belakang, wilayah pesisir merupakan penyedia input bagi inti dan

Page 39: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

merupakan pasar bagi barang jadi (output) dari inti. Sebagai wilayah administrasi,

wilayah pesisir dapat berupa wilayah administrasi yang relatif kecil yaitu

kecamatan atau desa namun juga dapat berupa kabupatenfkota. Sebagai wilayah

perencanaan, batas wilayah pesisir lebih ditentukan dengan kriteria ekologis. Hal

ini disebabkan batasan kriteria ekologis tersebut sering melewati batas-batas

satuan wilayah administratif.

Pengaruh konflik pemanfaatan lahan terhadap aspek ruang (spasial) dapat

meliputi :

(1) Pengaruh pada keberadaan kawasan konservasi yang makin lama makin

berkurang luasannya. Hal ini disebabkan sudah banyak terjadi perubahan

fungsional lahan yang sebelumnya lahan untuk pertanian dijadikan industri

atau untuk pusat perdagangan dan jasa-jasa.

(2) Kawasan terbangun makin lama malun bertambah luas, sedang kawasan tidak

terbangun makin lama makin sempit sehingga akan mengurangi resapan

sehingga volume aliran air permukaan menjadi bertambah besar yang pada

akhirnya menjadi banj ir.

(3) Terjadinya pengelompokan pemukiman pada penduduk yang berpendapatan

rendah (low income group} akan meningkatkan pencemaran laut maupun

pencemaran air permukaan dan air tanah akibat makin meningkatnya buangan

domestik. Perencanaan ini akan mengakibatkan penurunan produktivitas

perairan laut.

(4) Terjadinya kawasan industri yang menempati lahan-lahan pesisir dapat

menyebabkan meningkatnya beban daya dukung lingkungan akibat buangan

limbah industri yang tidak menggunakan "wastewater treatment" menjadi

surnber pencemaran bagi biota laut.

Menurut Sugiarti dkk. (2000) bahwa berdasarkan arahan Rencana Induk

Kota (RIK) dan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Kota Pasuruan, serta hukum

dan peraturan dan perundang-undangan yang ada dikaitkan dengan kondisi nyata

di lapangan, maka permasalahan utama yang terjadi dalam pemanfaatan ruang

adalah konflik penggunaan lahanlpemanfaatan lahan dan alih fungsi (konservasi)

lahan, penyimpangan pemanfaatan ruang dari rencana tata ruang dan pemanfaatan

ruang yang tidak sesuai dengan peruntukannya.

Page 40: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

Pengaruh konflik pemanfaatan ruang terhadap aspek spasial dari studi

Sugiarti, et al. (2000) adalah :

a) Persepsi yang berbeda antar stakeholder yang memanfaatkan lahan

- Pemerintah dan swasta beranggapan bahwa prioritas penggunaan lahan

wilayah pesisir di Kelurahan Gudugrejo dan Desa Trajeng Kabupaten

Pasuruan adalah industri dengan pertumbuhan aspek ekonomi.

- Masyarakat lebih dominan untuk kegiatan tambak dengan perkembangan

aspek sosial, karena pengusahaan tambak merupakan tralsi dan kebiasaan

turun temurun.

b) Rencana Tata Ruang yang dibuat tahun 1994 sudah tidak sesuai lagi dengan

kondisi dan perkembangan wilayah, sehingga perlu dilakukan revisi rencana

tata ruang.

c) Penentuan prioritas kegiatan penggunaan lahan untuk industri, tambak dan

permukiman ditentukan berdasarkan evaluasi kesesuaian peruntukannya dan

sesuai arahan rencana tata ruang.

d) Aspek ekonomi lebih dominan dalam penentuan prioritas kegiatan

penggunaan lahan dibandingkan aspek lingkungan , sosial dan teknologi.

2.4.3 Konflik Pemanfaatan Lahan Yang Berpengaruh Terhadap Aspek Sosial

Pemanfaatan lahan yang mempengaruhi aspek sosial sering berhubungan

dengan tingkat kemudahan (akses) untuk mencapai pusat-pusat kegiatan. Ada

kecenderungan masyarakat yang tidak memiliki lahan menempati lahan-lahan

yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah. Sebagai contoh di negara-

negara berkembang masyarakat lebih banyak memilih bertempat tinggal di

bantaran sungai, situ atau badan-badan air yang dekat dengan akses dibatasi oleh

kendala sosial, politik dan geografis.

Menurut Fraiser (1999) dari hasil studi yang dia lakukan di masyarakat

Cabato Manabo di Philipina, menunjukkan bahwa masyarakat tradisional yang

termarginalkan oleh sebuah perusahaan kayu yang meng"c1aim" lahan-lahan milik

perusahaan, bahwa akses oleh masyarakat tradisional tetap diperlukan kepada

lahan yang dianggap masyarakat lokal merupakan lahan warisan melalui sebuah

bentuk persetujuan (agreement). Persetujuan tersebut hams juga memberikan

Page 41: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

jaminan untuk mendapatkan keuntungan akibat hadirnya perusahaan kayu

tersebut. Selain faktor jarak para individu berusaha mencari akses ke tempat-

tempat kegiatan lainnya.

Asong, et ul. (2000) menyebutkan bahwa di samping masyarakat pantai

yang tidak mempunyai lahan dan bertempat tinggal di lahan-lahan ilegal, akses

yang dituju oleh mereka di samping sumberdaya perikanan yang ada di sekitar

pantai, mereka ingin meraih akses yang lainnya seperti penjual makanan, buruh

pabrik, guru dan sebagai vendor. Pengaruh pemanfaatan lahan terhadap aspek

sosial lain yang sangat berpengaruh meliputi: struktur geografis, umur, jenis

kelarnin dan tingkat pendidikan akan mempengaruhi prospek pembangunan

ekonomi. Namun banyak para ahli memperkirakan bahwa pada suatu periode akan

terjadi kekurangan tenaga kerja yang diakibatkan oleh tingkat perturnbuhan

angkatan kerja yang semakin menurun. Selanjutnya umur bayi akan meningkatkan

produktivitas. Untuk faktor demografi, pendapatan diperkirakan standar biaya

hidup tinggi dapat diprediksi.

Beberapa aspek sosial yang akan terkena pengaruh dari pemanfaatan lahan

adalah sebagai berikut :

(1) Terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan masyarakat mengenai aspek-

aspek infrastruktur sosial seperti : puskesmas, pendidikan, tempat olah raga

akibat jumlah lahan yang terbatas, sementara kebutuhan akan infrastruktur

sosial tersebut makin meningkat.

(2) Terjadi perpindahan mata pencaharian lahan yang dipakai untuk bercocok

tanam dijadikan tempat yang tidak fungsional seperti kegiatan lain yang

mengarah mendapatkan keuntungan yang seluas-luasnya sehingga terjadi

"perbenturan" kepentingan antara lahan yang dipertahankan karena

mempunyai nilai sosial tinggi dibandingkan dengan upaya mengejar efisiensi.

(3) Terjadi benturan budaya lokal dan pendatang akibat pemiliklpengguna lahan

akan mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang ada. Apalagi banyak tanah

negara tidak termanfaatkan secara lebih baik. Adanya kesepakatan antar

pemilik dan non pemilik yang terkategorikan.

(4) Terjadi banyak pelanggaran hukum akibat ketidakjelasan pemanfaatan lahan

yang ada, sehingga banyak sekali munculnya mafia tanah terhadap kaurn

Page 42: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

Squatters yang ingin menempati lahan yang bukan miliknya dengan cara

membayar sewa.

Menurut Roger (1971) bahwa pemahaman identitas masyarakat sangat

penting karena ha1 ini menyangkut pemahaman struktur masyarakat. Dimana

dalam struktur masyarakat ini tergambar struktur komunikasi inter-personal.

2.4.4 Konflik Pemanfaatan Lahan Yang Berpengaruh Terhadap Aspek Geo-Politik

Menurut Foundation for Middle East Peace (2002) bahwa persoalan

Palestina menjadi masalah internasional pada akhir perang dunia kedua pada

waktu terjadi disintegrasi kerajaan Ottoman Turki. Palestina merupakan salah satu

dari wilayah kerajaan Ottoman Turki yang diletakkan di bawah adrninistrasi

kerajaan Inggris sebagai mandat dari Liga Bangsa-bangsa telah menjadi negara

merdeka, kecuali Palestina. Hal ini disebabkan karena adanya "Ralfour

Declaration" yang diterbitkan oleh Inggris bahwasanya Inggris mendukung

sepenuhnya negara Palestina untuk orang-orang Yahudi. Pada tahun 1922 sampai

1947 pada waktu tahun-tahun mandat Palestina, imigran Yahudi dalam jumlah

besar yang datang dari luar negeri terutama yang berasal dari Eropa Timur.

Mereka pada tahun 1930-an melarikan diri dari kerajaan Nazi Jerman.

Permohonan rakyat Palestina untuk merdeka dan perlawanannya kepada imigrasi

Yahudi yang menimbulkan pemberontakan pada tahun 1937 diikuti oleh pelbagai

kegiatan kekerasan dari para imigran Yahudi dengan penduduk asli Palestina yang

terus berlangsung sampai perang dunia ke 11.

lnggris mencoba untuk mengimplementasikan pelbagai macam formula

untuk membawa kemerdekaan kepada lahan yang telah rusak dengan kekerasan.

Pada 1947, Inggris sangat frustasi dan akhirnya membawa masalah ini kepada

PBB.

Konflik pemanfaatan lahan di Palestina ini merupakan konflik yang

sampai dengan saat ini belum dapat terselesaikan dan berumur sangat tua yaitu

kurang lebih berumur 85 tahun (1917 - 2002). Sejarah mencatat bahwa pada

awalnya orang-orang Palestina yang menempati lahan di wilayah Palestina,

namun setelah melalui proses sekian lama, orang Israel ingin kembali ke tempat

asalnya yang pada saat ituproperty right-nya dimiliki oleh orang Palestina.

Page 43: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

Terjadinya pengakuan sepihak oleh orang-orang Israel dengan menduduki

secara paksa tanah yang sudah diduduki oleh orang-orang Palestina secara turun-

temurun. Pengakuan property rrght secara sepihak inilah yang menjadi

pertempuran secara terus menerus sampai saat ini. Konflik lahan yang ditinjau

dari aspek geopolitik akan berpengaruh pada ketidakjelasan hak-hak kepemilikan

yang sangat sulit diberikan legalitasnya karena menyangkut persoalan sejarah. Hal

ini berakibat kepada konflik terbuka secara turun-temurun dan tidak jelas kapan

berakhirnya. Pengakuan kepemilikan hanya dapat ditegakkan dengan kekuatan

militer, sehingga yang kuat clan unggul di bidang militer akan mempunyai otoritas

menguasai lahan.

2.5 Konflik Pemanfaatan Lahan di Wilayah Pesisir

Karena lahan pesisir memiliki nilai ekonomi, maka banyak individu,

masyarakat dan pemerintah menggunakan lahan pesisir secara tidak rasional

seperti : wilayah konservasi diserobot untuk permukiman, wilayah reklamasi

menjadi kumuh oleh para "Squatters", wilayah bantaran sungai di hilir pertemuan

dengan laut dipakai untuk permukiman, wilayah rawa digunakan untuk olah raga

air.

Penggunaan lahan pesisir yang tidak rasional tersebut menimbulkan

konflik antar stakeholder dalam wilayah, yaitu konflik antara lahan yang

dipergunakan untuk industri dan lahan untuk konservasi hutan bakau, konflik

lahan wilayah pesisir untuk tambak dan pemukiman, lahan di bantaran hilir sungai

yang menurut aturan tidak boleh untuk permhman, turnbuh subur menjadi

permukiman, lahan rawa yang sudah dijadikan wilayah permukiman penduduk

yang berpendapatan rendah akan dipakai untuk olahraga air oleh pemerintah.

Beberapa kemungkinan akibat konflik lahan yang terjadi di wilayah pesisir

antara lain: (1) Pertumbuhan ekonomi wilayah pesisir yang distorsif dimana angka

pengangguran semakin tinggi, daya beli masyarakat makin berkurang, daya

produktivitas lahan makin menurun akibat terlalu banyaknya dilakukan kegiatan

yang sangat berkelebihan (over exploited), harga kebutuhan baik primer maupun

sekunder makin tinggi dan distribusi pendapatan yang makin tidak merata;

(2) Meningkatnya angka kemiskinan di wilayah pesisir; (3) Kesenjangan

pendapatan makin tinggi berakibat makin tajamnya golongan masyarakat yang

Page 44: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

berpenghasilan tinggi dan berpenghasilan rendah; (4) Biaya yang diperlukan

untuk pemulihan lingkungan yang rusak sangat tinggi. Keseluruhan akibat-akibat

tersebut menyebabkan inefisiensi ekonomi yang pada gilirannya menyebabkan

pendapatan rendah dan kesenjangan tinggi. Hal ini kemudian juga meningkatkan

konflik selanjutnya sehingga konflik semakin tajam.

Beberapa sebab terjadinya konflik di wilayah pesisir, antara lain :

(1) batas-batas status tanah kepemilikan yang tidak jelas (seperti hak milik, hak

guna usaha, hak bangunan, hak pakai, hak membuka tanah clan hak memungut

hasil hutan); (2) terjadi "transfer of ownership"; (3) eksklusivisme penggunaan

lahan karena adanya "power of money"; (4) pemerintah daerah tidak konsisten

menerapkan rencana tata ruang wilayah; dan (5) lemahnya penegakan hukum (law

enforcement).

Konflik penggunaan lahan tersebut mengarah kepada penurunan kualitas

sumberdaya alam wilayah pesisir yang pada akhirnya berujung kepada inefisiensi

ekonomi (harga lebih tinggi daripada biaya marginal), keputusan alokasi lahan

yang tidak efektif terutama untuk menentukan siapa yang berhak mendapatkan

akses bertempat tinggal dekat dengan pusat-pusat pertumbuhan di wilayah pesisir,

penurunan distribusi pendapatan bagi pelaku ekonomi (individu, masyarakat dan

pemerintah).

Masalah penggunaan lahan wilayah pesisir Jakarta Utara yang tidak

rasional menyebabkan terjadinya konflik antar stakeholder. Penggunaan lahan

yang tidak rasional tersebut disebabkan karena laju perturnbuhan penduduk sangat

cepat, sehingga memberikan tekanan kepada wilayah pesisir dan menimbulkan

dilema bagi kelestarian sumberdaya alam. Konflik yang terjadi mengakibatkan

penurunan kinerja ekonomi wilayah pesisir Jakarta Utara dan berdampak kepada

inefisiensi ekonomi, misalokasi dan distribusi ekonomi yang tidak merata.

Konflik lahan pesisir yang berakibat kepada penurunan kegiatan ekonomi

wilayah perlu dilakukan kajian untuk dapat mengidentifikasi penyebab konflik,

bentuk konflik, jenis konflik yang menjadi pemicu utama penurunan pertumbuhan

ekonomi wilayah, sehingga dapat diformulasikan resolusi konflik penggunaan

lahan yang optimal.

Page 45: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

Pada dasarnya kerusakan lingkungan dan sumberdaya alam yang terjadi di

kawasan pesisir bersurnber dari :

(I) Terus meningkatnya permintaan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan

pesisir akibat peningkatan jumlah penduduk danlatau peningkatan kualitas

hidup penduduk;

(2) Praktek-praktek pengelolaan yang tidak berkelanjutan (un.sustainable

management practises).

Atas dasar perilaku manusia (human behavior), kerusakan lingkungan

pesisir bersumber dari :

(1) Ketidaktahuan (rendahnya kesadaran) manusia akan implikasi kerusakan

lingkungan baik terhadap ekosistem pesisir maupun terhadap dirinya sendiri;

(2) Keterpaksaan karena kemiskinan absolut dan tidak ada alternatif mata

pencaharian lain;

Kerusakan lingkungan pesisir dapat juga disebabkan karena 3 jenis

kegagalan yang saling berkaitan :

(1) Kegagalan pasar dan hak kepemilikan (market failure andproperty rights);

(2) Kegagalan kebijakan ('policy failure);

(3) Kegagalan informasi (information failure).

2.6 Resolusi Konflik

Di dalam resolusi konflik akan didekati secara kuantitatif dan kualitatif.

Secara kuantitatif dipergunakan 2 (dua) pendekatan yaitu: dengan Nash-

Equilibrium yang dasar-dasarnya berasal dari Teori permainan. Implementasi dari

Nash-Equilibrium ini diwujudkan dalam persamaan garis-garis regersi liniar untuk

menentukan sebuah kawasan efisien atau tidak efisien pemanfaatan lahannya.

Sedang pendekatan kuantitatif lainnya dengan menggunakan teori Optimasi

melalui GAMS (Genaral Algebraic Model Sistem). Melalui GAMS ini akan

muncul sebuah solusi optimal pemanfaatan lahan yang efisien. Mengingat dalam

GAMS ini optimasinya adalah bebas nilai, maka optimasinya tidak memberikan

solusi dari aspek sosial. Untuk itu maka aspek sosial secara kualitatif dibahas pada

aspek instutusional.

Page 46: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

Resolusi konflik yang ditawarkan dalam disertasi ini seperti yang

disebutkan menggunakan "Game Theory". Perhitungan optimasi dengan

menggunakan GAMS dan penyusunan alternatifnya berbasis kepada :

a. Bahwa kebutuhan squatter, pemerintah dan swasta (baik individu maupun

perusahaan) hams diakomodasikan memjuk kepada kompromi dan kolaborasi;

b. Bahwa squatter memerlukan "survival needs" seperti sandang, pangan, papan,

kesehatan dan keamanan yang hams menjadi bahan pemikiran utama dalam

bernegosiasi dengan squatter baik oleh pemerintah maupun swasta;

c. Untuk mewujudkan adanya saling kesepahaman antara squatter yang

memanfaatkan lahan secara illegal dan pemerintah serta swasta sebagai

pemilik lahan hams dapat menyediakan kompensasi (apakah dalam bentuk

uang, penyediaan rumah susun, mencarikan lahan barn) dengan memberikan

pengakuan dan penyelesaian yang tulus oleh pemilik lahan, bahwasanya

squatter tersebut adalah masyarakat Indonesia yahg hams diselesaikan

masalahnya.

2.6.1 Teori Permainan (Game Theory)

Game theory berkaitan dengan aksi dari individu-individu yang khawatir

bahwa kegiatan mereka akan mempengaruhi satu dengan yang lainnya

(Rasmusen, 1989). Game theory tidak berguna ketika keputusan yang dibuat

mengabaikan reaksi yang lainnya atau memperlakukan yang lain sebagai tekanan

pasar.

Menurut King (2001), game theory merupakan suatu pendekatan khusus

dan interdisiplin yang berkaitan dengan studi perilaku manusia. Beberapa disiplin

ilmu yang sering digunakan di dalam game theory adalah matematika, ekonomi

dan ilmu sosial dan tingkah laku. Game theory diciptakan oleh seorang ahli

matematika bernama John van Neumann. Bukunya yang terpenting berjudul "The

Theory of Games and Economic Behavior7', yang berkolaborasi dengan seorang

ahli matematika ekonomi Oskar Morgenstern. Morgenstern membawa ide-ide dari

ekonomi neoklasik, tetapi von Neumann sadar akan ha1 itu dan memberikan

kontribusi lain bagi ekonomi neoklasik.

Game theory telah menjadi suatu metafora ilmiah bagi interaksi manusia

secara luas yang hasilnya tergantung pada strategi interaktif dari dua orang atau

Page 47: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

lebih, yang memililu motivasi yang bertentangan atau campuran. Beberapa ha1

yang dibahas di dalam game theory antara lain :

1) Apa artinya memilih sebuah strategi yang rasional ketika hasilnya tergantung

pada strategi yang tidak lengkap informasinya?

2) Di dalam game theory ada pilihan yang memperbolehkan keuntungan timbal

balik atau kerugian timbal balik yang rasional untuk bekerja sama dengan

mencapai keuntungan timbal balik (atau menolak kerugian timbal balik) atau

melakukan tindakan agresif rasional mencari keuntungan individu dengan

mengabaikan keuntungan atau kerugian timbal balik?

3) Jika jawaban No. 2 adalah "kadang-kadang", dalam kondisi seperti apa agresi

bersifat rasional dan dalam kondisi apa terjadl kerjasama yang rasional?

4) Dalam ha1 tertentu, apakah hubungan yang berkelanjutan berbeda dengan

orang lain dalam hubungan ini?

5) Dapatkah aturan moral tentang kerjasama muncul secara spontan dari interaksi

orang-orang egois yang rasional?

6) Bagaimana perilaku manusia sesuai dengan perilaku yang "rasional" dalam

kasus ini?

7) Jika berbeda, pada arah yang bagaimana? Apakah orang-orang lebih

kooperatif dibandingkan yang masuk akal? Lebih agresif? atau keduanya?

Kunci yang menghubungkan antara ekonomi neoklasik dengan game

theory adalah rusionalitas. Ekonomi neoklasik didasarkan atas asumsi bahwa

manusia sangat rasional dalam pilihan ekonominya. Asumsinya adalah bahwa

masing-masing orang memaksimumkan penghargaan-keuntungan, pendapatan

atau keuntungan subyektif - dari kondisi yang dihadapinya. Hipotesis ini

memberikan tuj uan ganda dalam studi alokasi sumberdaya alam. Pertumu,

membatasi kisaran kemungkinan sedikit banyaknya. Perilaku yang sangat rasional

lebih dapat diprediksi dibandingkan dengan perilaku yang tidak rasional. Kedua,

memberikan suatu knteria bagi evaluasi efisiensi dari suatu sistem ekonomi. Jika

suatu sistem mengarah ke arah pengurangan penghargaan terhadap beberapa

orang, tanpa menghasilkan kompensiasi lebih kepada yang lainnya (biaya lebih

besar daripada keuntungan) maka telah terjadi sesuatu yang salah. Polusi,

Page 48: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

eksploitasi berlebih pada sektor perikanan, dan sumberdaya yang tidak cukup

dapat dijadikan sebagai salah satu contohnya.

Dalam ekonomi neoklasik, individu yang rasional menghadapi suatu

sistem institusi, termasuk property right, uang dan pasar yang kompetitif. Ini

merupakan satu keadaan dimana seseorang melakukan pertimbangan dalam

memaksimumkan keuntungannya. Implikasinya terhadap property right, suatu

ekonomi uang dan pasar yang kompetitif secara ideal merupakan kebutuhan

individu yang tidak mempertimbangkan interaksinya dengan kebutuhan individu

orang lain. Dia hanya mempertimbangkan keadaannya sendiri dm konQsi pasar.

Tetapi ha1 ini akan mengarah pada dua masalah. Pertama, membatasi cakupan

dari teori. Dimana kompetisi dibatasi (tetapi tidak ada monopoli), atau property

right tidak secara penuh digambarkan, teori ekonomi neoklasik konsensus tidak

dapat digunakan, dan ekonomi neoklasik belurn pernah menghasilkan suatu

perluasan teori yang secara umum dapat menyelesaikan masalah ini. Keputusan

mengambil ekonomi uang dari luar juga menjadi masalah bagi ekonomi neoklasik.

&me theory merupakan pendekatan matematis untuk merumuskan situasi

persaingan dan konflik di antara stakeholder atas pelbagai kepentingan.

Pendekatan ini dipergunakan untuk menganalisis proses pengambilan keputusan

dari persaingan yang berbeda-beda dan melibatkan dua atau lebih dari suatu

kelompok untuk suatu kepentingan yang semuanya terlibat dalam usaha untuk

memenangkan permainan. Anggapan yang mendasari teori permainan ini adalah

bahwa setiap permainan baik individu maupun kelompok mempunyai kemampuan

untuk mengambil keputusan secara bebas dan rasional. Dengan demikian Game

theory ini dimaksudkan untuk menghadapi suatu masalah yang memberikan suatu

teori tentang perilaku strategis dan ekonomi, manakala orang saling berhubungan

secara langsung, dibandingkan melalui pasar. Dalam game theory, "game"

merupakan suatu kiasan untuk interaksi yang lebih serius dalam masyarakat.

Menurut Anwar (200 1) bahwa bekerjasama (cooperation) diantara anggota

masyarakat digambarkan dalam suatu model sederhana dari satu kali (one-shot)

keadaan yang terjadi pada persoalan yang disebut Dilemma Narapidana (The

Prisoner's Dilemma Game) yang digambarkan oleh keadaan terjadinya interaksi

antara dua agents atau kelompok dimana kedua kelompok masing-masing

Page 49: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

sebenarnya mempunyai kesempatan untuk memperoleh manfaatlkeuntungan

(benefit) dari adanya kerjasama yang jujur antara mereka dengan saling

menguntungkan. Namun jika salah satu atau kedua pihak yang berinteraksi

masing-masing secara sendiri-sendiri mencoba untuk berlaku curang kepada pihak

yang lainnya, maka yang terjadi akan merugikan pihak lainnya. Jika ada lembaga

pengendali bagi adanya kecurangan atau ketidakjujuran, maka pertukaran jasa dan

barang antar kelompok akan mempunyai potensi untuk saling menguntungkan

bagi kedua belah pihak

Pilihan rasional di dalam teori ekonomi neoklasik akan memaksimalkan

penghargaan seseorang. Dari pandangan tersebut, ha1 ini merupakan masalah

matematika: memilih aktivitas yang memaksimalkan penghargaan. Pilihan

ekonomi yang rasional merupakan "solusi" bagi suatu permasalahan matematika.

Dalam game theory, dimana suatu kasus menjadi lebih kompleks, hasilnya tidak

tergantung hanya pada "kondisi pasar", tetapi juga secara langsung pada strategi

yang dipilih oleh orang lain, tetapi kita dapat berpilur tentang pilihan strategi yang

rasional sebagai masalah matematika yaitu memaksimalkan penghargaan dari

suatu kelompok pembuat keputusan yang saling berinteraksi.

Tabel 2 Konsekwensi Pahala (PayofJ) dari permainan Pertukaran (jasa)

I Pihak agen B I

Pada Tabel 2 di atas menyatakan tentang hasil-hasil pahala (pay o n yang

diperoleh bagi kedua belah pihak yang bertukar jasaharang (exchange of goods)

dari suatu pertikaran yang dilaksanakan sekali (tunggal) dan hasil payof -nya

tergantung pada kombinasi dari strategi-strategi yang mereka pilih. Dari Tabel 2

di atas dapat dilihat bahwa angka pertama di dalam sel-sel matriks yang tesedia

menunjukkan pahala yang dapat diperoleh bagi pemain A, sedangkan pahala yang

kedua didapat oleh A untuk pilihan jika ia bermain tidak jujur. Jika keduanya

saling bermain jujur, maka keuntungan bersih dari pertukaran (jasa, tenaga kerja

atau barang) secara jujur adalah T , yang dapat dibagi sama rata kepada kedua

Pihak agen A

Jujur

T/2,T/2

a, -P Juj ur

Tidak j uj ur

Tidak jujur

- P, a

-Y, - Y

Page 50: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

belah pihak A dan B sebesar Tl2. Tetapi jika salah satu pihak secara tersendiri

mencoba berlaku curang (tidak jujur) kepada yang lainnya, maka dia akan

memperoleh keuntungan pribadi yang diukur sebesar a, > Tl2. Kondisi ini akan

menyebabkan keadaan menjadi rusak yang ditimpakan secara eksternal kepada

pihak lainnya, dengan pahala yang diukur oleh -P < T. Dalam keadaan ini, akan

terjadi kerugian sosial (social loss) yang dapat diukur sebesar T - (a - P) > 0.

masing-masing pemain dalam keadaan ini mempunyai suatu pilihan unuk tidak

bertukaran (tak berinteraksi) atau "no-exchange option" yang akan menghasilkan

pahala yang nilainya masing-masing hanya sebesar 0 yang akan diperoleh kedua

belah pihak. Kemudian jika salah satu pihak berharap bahwa yang lainnya akan

bermain tidak jujur, maka dia akan cenderung untuk tidak bekerjasama (tidak

terjadi pertukaran).

Keadaan inilah yang disebut suatu keadaan yang mencapai keseimbangan

dari Nash (Nash equilibrium). Pada keadaan ini tidak ada insentif (tidak

memberikan manfaat) bagi kedua belah pihak untuk merubah strateginya, apabila

permainan dimainkan hanya dalam satu kali saja (one shot only game) dan

dicirikan mereka dalarn situasi yang terisolasi, karena mereka saling tidak percaya

satu dengan lainnya (mistrusting each other). Tetapi jika kedua belah pihak A dan

B sering bertemu secara berulang-ulang untuk setiap waktu (misalnya setiap

minggu), maka ancaman terhadap penghentian terjadinya pertukaran Cjasaltenaga

atau barang) yang menguntungkan mereka di masa depan bag setiap pihak dapat

dilakukan. Jika didalam setiap peristiwa, dimana pihak lainnya kemungkinan akan

berbuat tidak jujur akan dapat dihindari, sehingga terjadinya tindakan saling

curang mncurangi antara mereka tidak terjadi. Hal ini dapat dilakukan dengan

syarat bahwa mereka tidak mendiskonto (no discounting for the future)

keuntungan dikemudian hari dari kegiatan pertukaran yang nilainya tidak besar

(yaitu mereka dapat bersabar) dan bahwa keuntungan yang diperoleh dari

tindakan C (hanya sekali) berlaku curang itu tidak terlalu besar. Seandainya kita

mengasumsi bahwa pertukaran dalam permainan tersebut dapat diulang-ulang

(repetitive game) dan dilakukan pada setiap minggu dan kedua pemain

mendiskonto satu unit utilitas yang tersedia setelah satu minggu oleh suatu faktor

diskonto (6), dan andaikan juga bahwa masing-masing pihak mengadopsi strategi

Page 51: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

berjaga-jaga (contingent strategy): dengan bermain jujur selama pihak lainnya

juga bermain jujur. Namun jika pihak lainnya bermain tidak jujur minggu ini,

maka permainan akan berubah kearah strategi untuk tidak bermain atau tidak

melakukan untuk selamanya.

Agar dapat dilihat profil keadaan apabila strategi semacam itu diambil,

maka ha1 tersebut akan merupakan suatu keseimbangan Nash. Untuk itu perlu kita

telaah dampak dari penyelewengan tidak jujur (curang) secara sepihak dari

strategi ini untuk satu minggu. Misalkan bahwa seorang pemain bermain tidak

jujur, sementara yang lainnya bermain jujur. Keuntungan (net benefit) yang

diperoleh waktu ini untuk yang pertama bermain tidak jujur adalah a - T/2;

sementara dia menderita kerugian dengan memperoleh pahala 0 untuk selamanya,

mulai dari periode berikutnya dan seterusnya sehingga nilai sekarang (present

vulue) dari kecurangan tersebut akan menjadi :

Oleh karena itu jika semua pihak-pihak yang bertukar (agents) cukup

sabar (yaitu dicirkan oleh faktor diskonto 6 yang besar) dan keuntungan satu kali

dari berbuat bohong adalah 6 yang tidak terlalu besar relatif terhadap keuntungan

dari bertukar secara jujur Tl2, sehingga 6 > (a - T/2)la, maka pemain tersebut

tidak akan beruntung dengan cara bermain tidak jujur. Keadaan ini merupakan

suatu keadaan hukuman untuk tidak bertukar jasalbarang (yang sebenarnya

menguntungkan) secara permanen.

Strategi yang diuraikan di atas, tentunya menimbulkan biaya yang sangat

tinggi yaitu setinggi biaya yang diderita oleh pihak yang terhukum yang diderita

oleh para agents yang terhukum karena perbuatannya sendiri, meski jika strategi

tidak jujur dipilih secara tidak sengaja oleh pihak yang bertukar. Andaikan bahwa

pihak pemain yang bermain tidak jujur sekali akan dihukum untuk berminggu-

minggu T selanjutnya oleh mitra bermain yang bermain tidak jujur. Jika pemain

pertama kebetulan bermain jujur dengan saling menguntungkan akan dihidupkan

kembali pada waktu itu. Tetapi jika pada setiap waktu selama fase penghukuman

pernah bermain tidak jujur lagi, maka fase hukurnan berikutnya akan mulai.

Andaikan bahwa seseorang partner pemain bermain dengan pilahan tidak jujur

dalam satu minggu sementara yang lainnya bermain jujur. Jika pihak laninnya

Page 52: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

bersikeras untuk melakukan strategi yang dianggap sebagai hukuman, maka

pembohong tidak akan hanya merugi dari pertukaran sebesar Tl2, tetapi dia juga

akan menderita dari biaya hukuman sebesar $ dari periode berikutnya dan

selanjutnya untuk T periode-periode yang lain. Nilai sekarang dari jumlah biaya-

biaya dari penyelewengan adalah S(l - ST)(T/2 + &)/(I- 6). Jika 6 dan T cukup

besar sehingga jumlah ini akan lebih besar dari keuntungan penyelewengan satu

kali, yaitu a-Tl2, maka tidaklah akan menguntungkan untuk pemain dengan

bermain memilih tidak jujur. Sebaliknya untuk nilai T yang lainnya tidak terlalu

besar sehingga menimbulkan insentif yang sebanding bagi penyeleweng untuk

menerima hukuman dengan cara bermain jujur sementara yang lain membalas

terhadap lawannya. Keadaan ini dinyatakan oleh :

- (6+ ...+ ST)$+ (ST+ 1 + S T + 2)T/2>O

Kedua persyaratan ini secara simultan memenuhi beberapa nilai T yang

positif jika 6 > (a - T/2)/a seperti sebelumnya. Sebaliknya jika pemain bermain

strategi tidak jujur, maka respon terbaik dari partner bermainnya akan membalas

untuk minggu-minggu T*, dimana T* merupakan maksimurn nilai T yang

memenuhi persyaratan-persyaratan di atas (dengan menganggap bahwa hanya

strategi-strategi murni yang diperbolehkan dipilih). Apabila pertukaran yang

menguntungkan terjadi pada setiap minggu dalam mekanisme reputasi bilateral,

para pemain akan saling mempercayai satu sama lain bahwa perbuatan berbohong

tidak pernah terjadi, karena akan mengundang pembalasan yang meminta biaya

tinggi oleh mitra lainnya; keadaan ini disebut sebagai saling percaya mempercayai

(personal trust).

Sekarang kita bayangkan bahwa kelompok tertentu dari pihak yang

bertukar mengurnpulkan barang dm jasa yang dipertukarkan pada pasar lokal

yang dibuka setiap minggu. Masing-masing pihak yang bertukar bertemu

berpasangan dengan pihak lainnya setiap minggu dan mereka bermain permainan

pertukaran yang sama, yang menurut Tabel 2 sebagai tahap permainan yang

dispesifikasikan dalarn tabel tersebut. Jika dua pihak yang bertukar bertemu setiap

minggu secara berulang-ulang, maka kepercayaan pribadi masing-masing dari

mereka dapat mendukung kerjasama yang saling menguntungkan. Tetapi

andaikata kedua belah pihak yang bertukar berubah secara random dan mitra

Page 53: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

bertukarnya setiap minggu. Andaikata pula bahwa mereka bennain dengan

menggunakan strategi jujur selama pengalaman bertukar mereka telah

memuaskan, tetapi jika suatu kecurangan yang kebetulan terjadi dalam pasar lokal

maka akan tersebar berita secara sangat cepat dan semua pihak yang bertukar akan

berhenti pergi ke pasar lokal untuk selamanya (A tidak terjadi pilihan untuk

bertukar). Kemudian struktur insentif bagi setiap pemain adalah sarna dengan

keadaan solusi yang tidak bertukar secara permanen di dalam permainan bertukar

dua orang yang berulang-ulang. Tetapi solusi ini merupakan sesuatu yang ekstrim

dalam pengertian bahwa setiap penyelewengan dari bertukar jujur yang dilakukan

oleh seseorang yang bertukar, meski jika karena kesalahan, akan mengarah

kepada penutupan sama sekali keseluruhan pasar lokal dan karenanya akan

menderita biaya kerugian yang tinggi pada semua pihak.

Tetapi jika orang-orang yang curang dapat diidentifikasi secara benar dan

diumumkan kepada semua pihak yang bertukar dipasar lokal, kemudian strategi

hukuman terbatas yang telah diuraikan di atas sebelumnya dapat secara selektif

dipakai kepada seseorang yang berbuat curang. Yaitu andaikan bahwa apabila

orang yang bertukar bertemu secara random mereka dapat mengidentifikasi

melalui rumor apakah pihak lainnya berbuat curang, dan apabila memang

demikian, kemudian mereka dapat menolak untuk melakukan pertukaran secara

jujur, dengan mitra tersebut dan meminta bahwa mitranya mau berrnain jujur (jika

pemain lainnya mencoba berbuat curang sementara seseorang pemain dihukum,

maka yang dihukum akan dimaafkan dan hanya pihak yang paling curang

akhirnya dihukum). Hukuman secara selektif ini diperlukan inforrnasi yang tidak

cukup untuk semua orang yang bertukar mengetahui bahwa berbuat curang telah

terjadi tetapi perlu untuk diketahui siapa yang berbuat curang itu. Tetapi

kelebihannya bahwa biayanya jauh berkurang yang dikenakan kepada pihak yang

jujur untuk menghukum pihak-pihak yang curang apabila kecurangan terjadi.

Sementara orang-orang yang curang berpotensi untuk mengalami hukuman yang

tingkatannya sama seperti dibawah mekanisme kepercayaan pribadi.

Dari uraian di atas nash equlibrium yang juga merupakan "Domtmnt

Strategy Equilibrium" dimana setiap pemain memililu pilihan optimal yang sama

yang bebas terhadap pilihan pemain lain, walaupun strategi ini bersifat pareto

Page 54: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

inefisien; dalam arti bahwa hasil (outcome) yang terjadi akan tidak memuaskan

(mengecewakan) semua pihak-pihak yang terlibat didalarn permainan. Untuk

mengatasi kekecewaan inilah maka agar mengarah kepada terjadinya

keseimbangan baru yang lebih baik, permainan hams dilakukan berulang-ulang,

(repetitive games). Jika mereka telah melakukan secara berulang-ulang, maka

diharapkan mereka akan mengalami proses "belajar" (learning by doing) ke arah

mana suatu kemantapan pengaturan baru (kelembagaan baru) akan terbentuk lebih

baik dan menguntungkan.

Sumber &in hasil yang tidak memuaskan bagi semua pihak-pihak yang

berkonflik dalam Keseimbangan Nash yang digambarkan pada permainan.

Dilema narapidana merupakan model dimana para agents saling terpisah dan

karenanya mereka tidak saling percaya (mistrust each other). Di samping itu,

masing-masing pihak (dari narapidana) itu terlalu mementingkan diri sendiri

(sewsh), sehingga hasil keseimbangan tidak memuaskan semua pihak. Tetapi, jika

masing-masing dapat mempercayai pihak yang lainnya meraka dapat membuat

keputusan yang lebih baik. Untuk mencapai keadaan ini diperlukan adanya suatu

kepemimpinan (leadershzp) yang piawai dan benvibawa sehingga tindakan-

tindakan pilihannya akan menimbulkan harapan menfaat kepada semua pihak-

pihak yang terlibat di dalamnya. Keputusan yang lebih baik ini akan memuaskan

semua pihak yang mengarah kepada terbentuknya keseimbangan kelembagaan

baru yang lebih baik efisien dan berkelanjutan. Dengan demikian, jika permainan

ini dilakukan secara berulang-ulang (Repeated Prisioner's Dilemma Games)

dalam permainan berulang tersebut, masing-masing mengalami pembelajaran

(learnmng process) secara evolutif yang jangka panjang pengalaman dari

keseimbangan stochastic itu ternyata akan mengarah kepada keadaan kestabilan

yang saling menguntungkan bagi semua pihak.

2.6.2 Teori Optimasi

Teori Optimasi berangkat dari perumusan seperangkat parameter yang

diperlukan untuk melakukan optimasi. Amman et al. (2001) merumuskan

seperangkat parameter yang diperlukan dalam menganalisis kebutuhan optimasi.

Untuk itu perlu terlebih dahulu dirumuskan fungsi tujuan untuk masing-masing

pelaku (stakeholder) dengan persamaan fungsi tujuan sebagai berikut:

Page 55: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

Dimana "intertemporal revenue" masing-masing pelaku ditentukan berdasarkan

persamaan:

Fungsi "revenue" diatas terdiri dari tiga bagian:

a. Bagian pertama berhubungan dengan revenue yang berasal dari "lund sules".

DS:, adalah jurnlah "land sold" oleh pelaku i ke pelaku j pa& waktu t. Harga

(ps), harga lahan (p) adalah harga tetap.

b. Bagian kedua menunjuk kepada "leuse revenue", dimana dl:, adalah sejurnlah

lahan yang disewa oleh pelaku i ke pelaku j pada waktu t.

c. Bagian ketiga berhubungan dengan perolehan revenue dari kegiatan ekonomi

oleh pelaku i dengan menggunakan sebidang lahannya. Tingkat degradasi

lahan diukur dengan variabel Q I , ~ clan q 1 , menunjuk kepada hasil per hektar

yang dapat dilakukan oleh pelaku i.

Tingkat penggunaan lahan oleh pelaku i di lahan miliknya didefinisikan sebagai:

dU1,t = dOl,t - 2 dl:$ dUIlt 2 0

Kendala lain yang dihadapi adalah jurnlah lahan yang digunakan oleh

pelaku i sama dengan total lahan yang dimiliki dikurangi atau ditambah semua

lahan yang disewa secara berturut-turut. Konsekwensinya, persamaan

keseimbangan dari "land sale" sama dengan

Disini, total lahan yang dijual hams sama dengan nol. Sesuai dengan ha1 tersebut

keseimbangan persamaan lahan yang disewa adalah:

Page 56: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

Berdasarkan model teori permainan (game theoretic model) tersebut di

atas, maka dibuat resolusi konflik pemanfaatan lahan di kawasan pesisir dengan

menggunakan konsep pemikiran seperti di atas dan dioperasionalkan dengan

metode GAMS.

2.6.3 Kebijakan Publik Pemanfaatan Lahan

Dalam ekonomi kapitalis klasik, lahan dimiliki sacara pribadi.

Kepentingan akan lahan dilindungi dan merupakan hak yang ada di bawah konsep

hukum sendiri dan property. Para pemilik lahan berhak atas lahan miliknya.

Gangguan pelanggaran hukum dan sebagainya membatasi pilihan dari pemilik

lahan yang mungkin akan mempengaruhi kesejahteraan para pemilik lahan

lainnya, memberikan perlindungan bagi para pemilik lahan terhadap gangguan

yang dialaminya.

Sejak Revolusi Industri, pembangunan cenderung mengurangi efektifitas

hukum dalam menyelesaikan konflik tentang penggunaan lahan. Inovasi industri

dan teknologi telah meningkatkan kapasitas para pemilik lahan menyebabkan

gangguan satu dengan para pemilik lahan yang lain dan dengan bukan para

pemilik lahan. Dalarn usahanya untuk menghindari gangguan dalam kemajuan

industri, interpretasi gangguan dan pelanggaran hukurn dari pengadilan menjadi

dipersempit, sehingga menjadi tidak efektif untuk mengendalikan eksternalitas

dalam masyarakat modem. Pada saat yang sama, bertambahnya kekayaan yang

karena kemajuan teknologi disebabkan oleh meningkatnya permintaan akan

sumberdaya untuk memuaskan konsumen. Tempat tinggal dari suatu keluarga

menjadi biasa dan dengan meningkatnya kesejahteraan, keinginan akan lahan

menjadi bertambah dari waktu ke waktu. Bertambahnya permintaan akan lahan

untuk tujuan rekreasi dan estetik. Suatu konsep modem tentang "the good lfe"

termasuk taman kota, tempat terbuka, lingkungan yang alami dan sungai-sungai.

Karena alasan-alasan di atas, konsep kebijakan penggunaan lahan (land-

use policy), perencanaan penggunaan lahan (land-use planning) dan pengendalian

penggunaan lahan (land-use control) yang akan membatasi konsep kepemilikan

Page 57: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

lahan secara pribadi yang menjadi menonjol dalam diskusi publik dan di dalam

kegiatan-kegiatan birokrasi, legislasi dan pengadilan.

Empat (4) ha1 yang dianggap sebagai masalah dalam penggunaan lahan,

antara lain :

(1) Penggunaan yang tidak sesuai

Hal ini terjadi dimana keputusan penggunaan lahan dari para pemilik lahan

akan menyebabkan external diseconomy bagi pemilik lahan yang lain. Banyak

penggunaan lahan menyebabkan external diseconomy terhadap lahan

pemukiman, seperti kebisingan atau pencemaran industri; lahan pertanian

seperti peternakan babi yang menyebabkan kebisingan, bau dan aliran air yang

tercemar; tempat-tempat komersial seperti kedai minum, bioskop dan pompa

bensin, yang menciptakan kebisingan dan kemacetan, dan banyak fasilitas

umum yang kotor, seperti bandara udara, penjara dan tempt pembuangan

sampah. Penggunaan lahan untuk pemuluman juga menyebabkan external

diseconomy terhadap tempt pemukiman lainnya; pemukiman rumah yang

kurnuh akan menurunkan nilai perurnahan yang lebih besar; tempat tinggal

yang dihuni lebih dari keluarga akan menambah kerumitan dan masalah

buangan limbah, yang selanjutnya akan mengurangi nilai perurnahan di

dekatnya, mahal, rumah yang dihuni keluarga tunggal, lebih umurn lagi

perumahan manapun yang tidak mampu mengendalikan kebisingan dan

penampakannya dibandingkan tetangga nya.

Terdapat konflik antara penggunaan lahan untuk industri dan perdagangan,

diantara pengguna lahan untuk industri yang berbeda-beda, dan diantara

pengguna lahan untuk perdagangan yang berbeda-beda. Teknologi tinggi,

industri yang "bersih", seperti industri komunikasi dan pengolahan data,

menjauh dari teknologi lama yang terdekat, industri yang "kotor", seperti

pengolahaan baja dan pertambangan minyak.

(2) Masalah keuangan publik di pinggiran kotaldesa

Terdapat suatu kelas layanan yang disuplai kepada konsumen di seltar tempat

tinggalnya. Meliputi gas dan listrik untuk perumahan, buangan kotoran dan air

minum, pengumpulan sampah, transportasi m u m , dan transportasi sekolah

Page 58: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

bagi anak-anak. Jenis layanan ini sering disediakan oleh sektor publik, atau

oleh aparat publik. Biaya total untuk menyediakan layanan ini lebih rendah

jika tempat tinggal penduduk padat. Sebaliknya, biaya total akan lebih tinggi

jika penduduk tinggal pada suatu daerah yang luas. Pola yang terakhir disebut

juga "urban sprawl".

Masing-masing customer dikenakan biaya untuk semua layanan tersebut,

pengembang perumahan atau pembeli tidak ada insentif bagi kontribusi

pengembangan penduduk yang padat. Kenyataannya, insentif beke rja pada

arah yang berlawanan. Lahan, yang jauh dengan daerah perkotaan biasanya

tidak mahal. Pengembang bangunan pada suatu lahan dan para pembeli nunah

menikmati keuntungan dari lahan yang murah, setidaknya keuntungan estetik

tempat tinggal yang dikelilingi kegiatan pertanian. Pola "leupJi.og

development" ini disebabkan oleh layanan dengan biaya yang lebih tinggi.

Tarnbahan biaya ini hanya untuk tingkat yang tidak signifikan oleh

pengembang atau pembeli melalui harga biaya rata-rata.

Jenis inefisiensi dalam finansial layanan publik dan sarana ini

disebabkan karena biaya distribusi yang tidak merata, sehingga pemukiman

yang dekat dengan pusat kota terkena dampak urban spruwl dan leapfrog

development di pinggiran kotafdesa. Pola pembangunan yang terjadi dapat

membuat external diseconomy (yaitu penurunan kualitas estetik daerah

pinggiran, atau oleh dampak buangan yang menyebabkan masalah polusi dan

banjir) dan mengubah pertanian di pinggiran desalkota, yang disebabkan oleh

pengubahan lahan dari penggunaan pertanian.

(3) Perusakan estetika lingkungan

Beberapa jenis lahan dengan penggunaan yang berbeda, akan

menimbulkan eksternalitas ekonomi, seperti timbulnya ketidaknyarnanan bagi

orang lain yang ingin menikmati keindahan alam atau ingin mencari suasana

yang menyegarkan. Sedangkan pemilik lahan berorientasi untuk

memanfaatkan sebesar-besarnya lahan bagi kesejahteraannya. Konflik

kepentingan ini terjadi antara pemilik lahan dan pengguna lahan yang

menginginkan estetika. Penggunan lahan yang bukan pemilik lahan menuntut

Page 59: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

"public interest" terhadap pemilik lahan. Perubahan pemanfaatan lahan akan

memunculkan keinginan publik untuk mempertahankan lahan tertentu untuk

penggunaan estetik. Contoh yang jelas adalah pada keinginan masyarakat

untuk mempertahan bangunan bersejarah, atau kawasan bersejarah yang

memiliki arsitektur yang unik. Muncul tekanan untuk mempertahankan lahan

yang alami dan lahan-lahan bantaran sungai yang mempunyai fenomena untuk

diubah menjadi lahan yang dimanfaatkan untuk perdagangan, industri atau

bahkan pertanian intensif. Lebih banyak yang ingin menjaga lahan untuk

pertanian, sebagai contoh : daerah pertanian Pennsylvania Dutch yang berada

di daerah Pennsylvania Selatan yang padat penduduknya, dan peternakan kuda

di sekitar Lexington, Kentucky. Di banyak daerah perkotaan, ada keinginan

untuk menjaga lahan pertanian yang berada di sekeliling kota, karena alasan

lahan pertanian dan peternakan mencerminkan daya tarik budaya estetika bagi

perumahan di kota. Namun karena kepentingan ekonomi lahan-lahan irigasi

dikeringkan untuk dialihfungsikan menjadi lahan perdagangan.

(4) Degradasi produktivitas biologi lahan

Penduduk desa dan praktisi pertanian, termasuk petani, merasa bahwa

fenomena urban sprawl merupakan bentuk pemborosan pemanfaatan lahan.

Mereka berpendapat bahwa pada saat seseorang menyesali terjadinya konversi

lahan primer menjadi perkotaan, maka dia akan masuk dalam sistem

pemanfaatan lahan yang tidak dapat diperbaruhi (unrenewable resources).

Dengan meningkatnya permintaaan akan makanan dan serat, maka nilai lahan

primer untuk pertanian dan hutan akan meningkat dengan cepat. Ketika terjad

konversi lahan pertanian clan hutan menjadi perkotaan, maka diperlukan

kearifan dan tinjauan ke masa depan akan kota yang padat dan perumahan

untuk mempertahankan produktivitas biologi dari lahan sebaik mungkin.

Proses alam yang sedianya berjalan sebagaimana mustinya telah diintervensi

oleh manusia sedemikian rupa, sehingga alam dipaksa untuk berproduksi

diluar kemampuannya. Banyak lahan yang dimanfaatkan secara berkelebihan

tanpa mengindahkan kaidah-kaidah (norma) yang berlaku dialam sendiri.

Page 60: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

Pendapat lain menyatakan bahwa manusia hendaknya jangan terlalu

memaksa memanfaatkan lahan secara berkelebihan. Mereka berpendapat

bahwa penggunaan lahan untuk pemukiman adalah logis dalam masalah

ekonomi, seperti penggunaan lahan untuk pertanian, dimana keberadaan pasar

telah membuktikan bahwa lahan menyediakan utilitas bagi masyarakat di

perurnahan tersebut. Beberapa orang yang menentang gagasan penggunaan

lahan jangka pendek untuk produksi makanan dan serat. Sebagai contoh,

menurut Sterling Brubaker, pada tahun 1973 seluruh lahan untuk perkotaan

dan transportasi diperkirakan hanya 2,3 % dari seluruh lahan di Amerika. Pada

periode 1967-1975, tiga juta are tanah dialihkan setiap tahun menjadi kota,

transportasi dan waduk. Dari tiga juta are tanah ini, seperempatnya merupakan

lahan tanaman. Lahan untuk tanarnan beberapa kali lebih besar dibandingkan

konversi lahan tanaman menjadi kota dan penggunaan lainnya, tetapi sebagian

diimbangi kira-kira 1,3 juta are lahan menjadi lahan tanarnan setiap tahunnya.

Brubaker berharap laju perubahan lahan menjadi kota akan berkurang di masa

depan sebagai urbanisasi yang lengkap, pertumbuhan populasi yang lambat

dan meningkatnya harga untuk energi akan memadatkan penduduk di pusat

kota.

Berdasarkan statistik di atas, menunjukkan bahwa Amerika tidak segera

mengalami krrsis yang ditandai dengan konversi lahan tanaman menjadi kota dan

penggunaan lainnya. Meskipun demikian, terdapat pola pengalihan lahan tanaman

seperti yang lsebutkan l atas. Hal yang tidak diharapkan adalah jika seluruh

lahan pertanian dan hutan utama dikoversi menjadi perkotaan. Hal itu merupakan

sesuatu yang beralasan bagi para ahli ekonomi bahwa ha1 tersebut memiliki harga

relatif, sesuai dengan perubahan yang terjadi, yang akan memberikan insentif

yang besar.

Selain pertanian tradisional dan industri kayu hutan, terdapat beberapa

ha1 yang berkaitan dengan pemeliharaan produktivitas biologi lahan. Setelah

berabad-abad terjadinya perkembangan industri dan pertanian, maka eksistensi

habitat daratan, perairan dan kelautan menjadi barang langka. Untuk

mempertahankan keanekaragaman ekologi, sangat penting untuk mempertahankan

Page 61: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

habitat yang khas tersebut. Daratan basah memiliki peranan yang penting dalam

drainase permukaan dan siklus air. Perairan estuari sangat penting untuk

penyediaan produksi sumber makanan laut, namun menjad tertekan karena

konversi lahan tersebut menjadi perkotaan, kawasan wisata (resort) dan

pembangunan tempat rekreasi. Pemeliharaan lahan ini menjadi prioritas yang

penting.

Beberapa jenis lahan yang status lahannya merupakan milik umum.

Menjumpai kendala terutama dalam rangka melindungi lahan tersebut, baik

karena tekanan pembangunan maupun pemeliharaan. Beberapa dari lahan tersebut

masih menjadi milik perseoranganlpribadi. Pemeliharaannya akan menyebabkan

eksternalitas ekonomi. Jika tidak ada cara untuk menginternalisasi eksternalitas

ekonomi tersebut, akan menyebabkan timbulnya opportunity cost yang penuh dari

pemilik lahan tersebut.

Dalam kaitan tersebut resolusi konflik yang ditawarkan adalah

bagaimana meningkatkan kinerja ekonomi wilayah agar penduduk lokal dapat

menikmati akses yang telah diberikan insentif oleh pemerintah yaitu dengan

memperluas kesempatan kerja, pasar berjalan normal, meningkatkan kinerja

kelembagaan baik pemerintah dan non pemerintah. Insentif tersebut dimaksudkan

agar fungsi dapat berjalan sesuai mekanisme pasar. Untuk itu perhatian kepada

aspek ruang termasuk kesesuaiannya, kemampuan masyarakat untuk membayar,

estetika lingkungan dan peningkatan produktivitas lahan secara efisien dapat

diwujudkan termasuk alokasi dan distribusinya.

2.6.3.1 Redistribusi Lahan

Kepemilikan lahan baik yang dimiliki oleh pemerintah maupun swasta

mulai dipertimbangkan untuk direstribusi dalarn kaitannya dengan distribusi

manfaat dan peningkatan produksi pangan. Hal ini untuk menghindari terjadinya

konflik pemanfaatan lahan yang tidak rasional.

Menurut Todaro (1984) bahwa redistribusi hak-hak kepemilikan dan atau

penggunaan lahan dapat dilakukan dengan pelbagai rnacam cara yaitu pemindahan

kepemilikan (transfer of ownership) kepenyewa lahan (seperti di Cuba,Ethiopia,

Jepang dan Taiwan), pemindahan lahan, (transfer of land) dari sebidang lahan

Page 62: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

yang luas yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang kepada para petani

kecil (seperti di Mexico), sumbangan sebidang lahan yang luas kepada pemukim

baru (seperti di Kenya) dan perbaikan infrastruktur clan irigasi dan pembangunan

yang akan datang dari kepemilikan lahan milik swasta atau negara kepada

koperasi petani (seperti di China dan Tanzania).

Schrnid (1996) menyatakan bahwa redistribusi lahan akan lebih berdaya

guna dan berhasil apabila mempunyai hak-hak kepemilikan (property right). Hak

kepemilikan dapat diartikan sebagai himpunan dari kehendak atau keinginan di

antara orang-orang yang mendefinisikan kesempatan, keterbukaan terhadap

aktivitas tertentu, hak-hak dan tanggung jawab mereka. Hak kepemilikan juga

dapat berarti hak yang berhubungan dengan penggunaan sumberdaya - hak untuk

akses ke sumberdaya dan hak untuk mendapatkan manfaat dari penggunaan dan

kewajiban membayar segala bentuk biaya penggunan sumberdaya (Kula, 1995).

Hak kepemilikan ini dapat dtmiliki oleh perorangan (private property righl),

maupun dimiliki oleh publik (public common property righf). Menurut Anwar

(1995) bahwa penegasan hak-hak akses atau kepemilikan (property right)

merupakan aspek fundamental dalam sistem ekonomi khususnya dalam ekonomi

pertukaran (exchange economy). Hak-hak tersebut memberikan makna bahwa

akses dalam bentuk hak-hak pemanfaatan yang dilakukan oleh seseorang atau

kelompok orang terhadap sumberdaya (uccess to resource) menjadi sangat

penting. Hal ini berbeda dengan sifat barang-barang dan jasa swasta (private

goads) yang pada urnumnya dapat dipilah-pilah dan transaksi pertukarannya dapat

dilakukan dalarn suatu ekonomi pasar yang bersaing. Dengan demikian komoditas

dan jasa sumberdaya alam seiring memperlihatkan sifat tidak terpilahkan dimana

konsumsi sumberdaya alam yang dilakukan oleh seseorang tidak mengurangi

konsumsi oleh orang-orang lainnya. Sifat khusus sumberdaya alam ini sering

menyebabkan terjadinya kegagalan pasar (market failure).

2.6.3.2 Institusi Ekonomi

Resolusi konflik yang berkenaan dengan institusional mencakup

bagaimana pentingnya peran pemerintah dalam mengatur hak kepemilikan umum

secara rasional. Suatu pertanyaan sentral untuk pengelolaan dan pemanfaatan

Page 63: 2. LANDASAN TEORI · 2. LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Pemanfaatan Lahan Lahan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia baik di bidang

lahan di wilayah pesisir adalah bagaimana pemerintah melakukan

pengorganisasian dan pengimplementasian program kepada masyarakat dan

bagaimana interaksinya dengan perusahaan swasta dan masyarakat yang lebih luas

(Kay and Alder, 1999). Isu pokok dalam mengorganisasi kelembagaan pemerintah

secara lebih efektif dan efisien adalah menyampaikan program pemanfaatan lahan

yang berfokus kepada kegiatan dari pelbagai sektor pemerintah secara lebih

terpadu dengan merujuk kepada acuan Rencana Tata Ruang Wilayah atau kepada

yang lebih terinci seperti Rencana Rinci Tata Ruang. Persoalan institusi yang

paling besar dalam kelembagaan pemerintah adalah sangat banyaknya pembagian

tugas pokok dan fungsi masing-masing kelembagaan yang ada dengan pelbagai

macam tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Konsep pembedaan (dzferentiutzon) adalah salah satu elemen pokok

tentang bagaimana pelayanan sektor publik diorganisasi. Sebagai contoh

pemerintah Indonesia tidak mempunyai organisasi yang mandiri dan bertanggung

jawab terhadap pengelolaan pantai tetapi menggunakan kombinasi garis

kelembagaan, mengkoordinasikan kelembagaan dan non-kelembagaan (LSM).

Kelembagaan struktural mempunyai tanggung jawab secara legislasi untuk

mengelola pelbagai macam sektor sumberdaya pantai atau sektor. Field (1994)

menyatakan bahwa masyarakat membuat keputusan produksi, konsumsi dalam

seperangkat kelembagaan ekonomi dan sosial tertentu. Struktur insentif

kelembagaan ini menyebabkan masyarakat membuat keputusan dalam satu arah.

Dalam pengorganisasian lembaga pemerintahan dan pengimplementasian

managemen pemanfaatan lahan, issu yang berkembang adalah bukan bagaimana

institusi dipersiapkan, tetapi apa yang akan dicapai melalui penyiapan

kelembagaan yang memadai. Fokus perhatian ini adalah dari hasil kinerja

(outcome) bahwa tidak ada cara yang terbaik untuk mengorganisasi pemerintahan

dalam rangka mengelola lahan. Secara praktek, penyebaran perbedaan budaya,

sosial, politik dan faktor administratif mengkonfirmasikan bahwa tentu saja tidak

ada cara yang terbaik jika hanya melihat dalam satu aspek saja. Para perencana

dalam mempersiapkan aspek administratif mengambil keuntungan dari aspek

budaya, sosial dan faktor politik dalam batas-batas kewenangannya.