2. asesmen autentik dalam penulisan karya ilmiah_susilo
TRANSCRIPT
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 1/29
Asesmen Autentik dalam Penulisan Karya Ilmiah1
Herawati Susilo2
Asesmen Autentik dalam penulisan karya ilmiah dapat berupa hasil
pemikiran, hasil penelitian, atau hasil pengembangan. Karya ilmiah
hasil pemikiran, secara umum berisi: 1) judul; 2) nama peneliti; 3)abstrak dan kata kunci; 4) pendahuluan; 5) gagasan hasil pemikiran
penulisnya; 6) penutup; dan 7) daftar rujukan. Karya ilmiah hasil
penelitian, secara umum berisi: 1) judul; 2) nama peneliti; 3) abstrak
dan kata kunci; 4) pendahuluan; 5) metode; 6) hasil; 7) pembahasan;
8) penutup; dan 9) daftar rujukan. Karya ilmiah hasil pengalaman
pengembangan secara umum berisi: 1) judul; 2) nama peneliti; 3)
abstrak dan kata kunci; 4) pendahuluan; 5) uraian pengalaman
penulis dalam mengembangkan sesuatu yang digunakan; 6) hasil
penggunaan; 7) pembahasan; 8) penutup; dan 9) daftar rujukan.
Sebelum mengirimkan naskah ke suatu jurnal selain memperhatikan
isi secara umum itu juga harus membaca gaya selingkung yang
dipilih jurnal yang akan dikirimi, dan menyesuaikan penulisannaskahnya dengan gaya selingkung tersebut.
Kata-kata kunci: asesmen autentik, penulisan karya ilmiah, artikel
hasil pemikiran, artikel hasil PTK,
Salah satu hal yang perlu dilaksanakan guru dan dosen sebagai praktisi pendidikan
adalah mengembangkan pembelajaran untuk mata pelajaran atau mata kuliah yang dibinanya.
Pengembangan pembelajaran dilakukan agar pembelajaran efisien dan tujuan pembelajaran
tercapai, yaitu peserta didik mencapai kompetensi dasar yang diharapkan. Hal ini dilakukan
dalam bentuk penyusunan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) setiap kali sebelum
melaksanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran yang dirancangnya, dan melakukanrefleksi mengenai bagaimana keefektifan RPP yang diimplementasikannya tersebut. Kalau
hal ini dilakukan terus menerus dan secara sadar, saya menyebut kegiatan pengembangan
semacam ini sebagai Pengembangan Pembelajaran Bidang Studi, disingkat PBS (Subject
Matter Pedagogy/SMP).
Dalam rangka menyusun RPP, ada banyak cara membelajarkan peserta didik
mengenai suatu topik, tetapi cara yang akan dipilih seorang pendidik itu bergantung
pendidik, dengan memperhatikan kemampuan pendidik, peserta didik, sarana prasarana yang
ada, dan kondisi situasi tempat membelajarkan. Kalau pendidik mempertimbangkan ini
semua, maka dapat diharapkan bahwa tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam rangka
mengembangkan RPP, pendidik selalu harus mempertimbangkan asesmen sebagai salah satu
komponen pembelajaran.
1Makalah disajikan dalam Workshop Penulisan Karya Ilmiah di Universitas Negeri Malang, 23 Juli 2011.
2Prof. Dra. Herawati Susilo, M. Sc., Ph. D. adalah dosen jurusan Biologi FMIPA dan PPs Universitas Negeri
Malang. Nomor HP. 08123271741, alamat email: [email protected]
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 2/29
Asesmen dapat dibedakan menjadi dua yaitu Asesmen formatif (disebut juga
Assessment for Learning ) dan Asesmen sumatif (disebut juga Assessment of Learning, yang
umumnya berupa tes akhir unit. Asesmen formatif, adalah strategi pedagodis apapun yang
digunakan pendidik untuk memeriksa seberapa banyak peserta didik memahami
pembelajaran pada berbagai kesempatan dalam proses pembelajaran. Menurut Nare dan Buck
(2011) agar asesmen formatif itu dapat dimanfaatkan dengan sukses, pendidik harusmenggunakan hasil asesmen sebagai landasan untuk merancang pembelajaran berikutnya
dan memberi masukan kepada peserta didik bagaimana belajar berikutnya.
Asesmen yang diharapkan digunakan pendidik adalah asesmen autentik yang
digunakan pendidik untuk mengases bagaimana peserta didik melaksanakan tugas-tugas
autentik, yaitu tugas-tugas yang menuntut peserta didik untuk mengintegrasikan pengetahuan
dan kemampuan, yang sudah menyatu dengan kondisi mereka dan mungkin untuk dijumpai
di dalam kehidupan mereka sehari-hari, karena bermanfaat, penting dan bermakna (Ibrahim,
2002a).
Pada saat sekarang banyak strategi yang dapat dipilih pendidik untuk membelajarkan peserta didik. Beberapa strategi yang sering disebut adalah “inkuiri”, problem based learning
(PBL), dan project based science (PBS). Lainnya lagi adalah pembelajaran kooperatif dengan
berbagai tipenya seperti Jigsaw, Team Games Tournament (TGT), Think Pair Share (TPS),
Group Investigation (GI), dan lain-lain. Walaupun banyak pilihan strategi, semua itu belum
bermanfaat bila belum dipraktikkan. Kalau strategi itu sudah dipraktikkan, strategi baru bisa
jadi “milik” orang yang mempraktikkan, yang “membumikan” prosedur bagaimana
melaksanakan strategi itu ke dalam praktik. Orang yang mempraktikkan itu perlu
men” share”kan milik itu ke orang lain, dengan tujuan orang lain lebih mudah mencobanya di
kelas dan melanjutkan pengembangan pembelajaran bidang studinya.
Demikian pula halnya dengan penggunaan asesmen autentik. Ada berbagai macam
asesmen autentik yang dapat dipilih guru untuk digunakan dalam pengembangan
pembelajaran bidang studinya, maupun dalam membantu siswanya belajar. Walaupun banyak
pilihan asesmen autentik, semua itu belum bermanfaat bila belum dipraktikkan. Kalau
asesmen autentik itu sudah dipraktikkan, asesmen itu baru bisa menjadi “milik” orang yang
mempraktikkan, yang “membumikan” prosedur bagaimana melaksanakan asesmen autentik
itu ke dalam praktik. Orang yang mempraktikkan itu perlu men” share”kan milik itu ke orang
lain, dengan tujuan orang lain lebih mudah mencobanya di kelas dan melanjutkan
pengembangan pembelajaran bidang studinya.
Bagaimana Menggunakan Asesmen Autentik dalam Penulisan Karya Ilmiah?
Penggunaan asesmen autentik dalam pembelajaran dapat ditulis oleh para pendidik
dalam bentuk karya ilmiah. Karya ilmiah ini akan merupakan suatu sarana untuk berbagi ide
dengan para pendidik yang menjadi pembaca tulisan kita itu. Karya ilmiah yang ditulis bisa
berupa suatu hasil pemikiran misalnya bagaimana peranan asesmen formatif dalam
pembelajaran, atau suatu hasil penelitian, yaitu bagaimana penggunaan asesmen autentik
dalam suatu rangkaian kajian pembelajaran ( Lesson Study) ataupun penelitian tindakan kelas
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 3/29
(PTK), atau suatu hasil pengembangan berdasarkan pengalaman penulisnya dalam mengukur
salah satu aspek tujuan pembelajaran sebagai bagian dari upaya mengembangkan
pembelajaran bidang studi (PBS) yang terus menerus.
Karya ilmiah yang dapat ditulis pendidik dapat berupa artikel untuk dikirim ke suatu
jurnal atau berupa makalah yang akan disajikan dalam suatu temu ilmiah. Secara umum isi
karya ilmiah itu dapat berupa hasil pemikiran, hasil penelitian, atau hasil pengembangan.
Kalau karya ilmiah itu berupa hasil pemikiran, isinya secara umum adalah sebagai berikut: 1)
judul; 2) nama peneliti; 3) abstrak dan kata kunci; 4) pendahuluan; 5) gagasan hasil
pemikiran penulisnya; 6) penutup; dan 7) daftar rujukan. Kalau karya ilmiah itu berupa hasil
penelitian, isinya secara umum adalah sebagai berikut: 1) judul; 2) nama peneliti; 3) abstrak
dan kata kunci; 4) pendahuluan; 5) metode; 6) hasil; 7) pembahasan; 8) penutup; dan 9)
daftar rujukan. Kalau karya ilmiah itu berupa hasil pengalaman penulisnya, isinya secara
umum adalah sebagai berikut: 1) judul; 2) nama peneliti; 3) abstrak dan kata kunci; 4)
pendahuluan; 5) uraian pengalaman penulis dalam mengembangkan sesuatu yang digunakan;
6) hasil penggunaan; 7) pembahasan; 8) penutup; dan 9) daftar rujukan. Pendidik yang akan
mengirimkan naskahnya ke suatu jurnal selain memperhatikan isi secara umum itu juga harus
membaca gaya selingkung yang dipilih jurnal yang akan dikiriminya, dan menyesuaikan
penulisan naskahnya dengan gaya selingkung tersebut. Pendidik yang akan menulis makalah
untuk suatu pertemuan ilmiah selain memperhatikan tema umum pertemuan ilmiah juga
harus membaca petunjuk penulisan makalah yang ditentukan oleh penyelenggaranya.
Umumnya jurnal memuat lebih banyak artikel hasil penelitian dibandingkan artikel
jenis lainnya. Hal ini menjadi sangat penting karena melalui hasil-hasil penelitian, Iptek dapat
berkembang dengan pesat. Jurnal diterbitkan secara berkala artinya terbit secara teratur dalam
interval waktu tertentu, dapat bulanan, dua bulanan, triwulan, atau setengah tahunan. Ciri
khas jurnal terletak pada kadar keilmiahan tulisan yang dimuat. Sebagai publikasi ilmiah,
jurnal mempunyai sasaran terbatas yakni para ilmuwan, sejawat-seprofesi, pemerintah dan
pihak-pihak lain dalam lingkup bidang kajian sejenis. Temuan-temuan baru hasil penelitian
perlu dikomunikasikan ke pihak lain agar dapat diketahui, bermanfaat, tidak terjadi duplikasi
penelitian, dan dapat terus mendukung perkembangan Iptek. Lewat artikel-artikel dalam
jurnal dijalin komunikasi antar ilmuwan dan sejawat seprofesi dan pihak-pihak lain demi
perkembangan Iptek.
Bagi pemula penulis makalah atau artikel, penulisan makalah atau artikel sangat
bermanfaat untuk: (1) belajar dan berlatih tertib pikiran; (2) belajar dan berlatih membuat
penemuan (kreatif); (3) legitimasi keintelektualan akademiknya; (4) dan peningkatan kredit
prestasinya. Belajar dan berlatih tertib pikiran mengandung arti bahwa sebagai karya tulisilmiah, artikel harus ditulis dengan: (1) bahasa yang baik dan benar; (2) gaya penulisan yang
lugas; (3) penyajian dengan jalan pikiran yang logis (rasional), runtut; (4) dan penulisan
dalam format yang berlaku.
Sebagai karya tulis ilmiah, penyajian informasi dalam makalah atau artikel harus
komunikatif, mudah dibaca dan dipahami. Atas dasar hal ini penulisan makalah atau artikel
seringkali tidak dapat sekali jadi baik itu oleh penulis yang mahir sekalipun sehingga
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 4/29
diperlukan penulisan kembali (rewriting ). Selama proses penulisan tersebut muncullah
kreativitas penulis dengan gagasan, inspirasi dan wawasan baru untuk perbaikan tulisan
artikelnya. Jadi selama proses penulisan makalah atau artikel tersebut didapatkan penemuan-
penemuan baru yang tidak ada dalam khasanah pikiran sebelumnya.
Kemahiran menulis makalah atau artikel dapat menunjukkan kemampuan seseorang
untuk berpikir tertib, jernih dan menggunakan bahasa yang baik dan benar untuk
mengungkapkan gagasannya. Makalah atau artikel yang bermutu dapat menjadi indikator
(pertanda) tingkat keintelektualan penulisnya.
Di kalangan peneliti, artikel hasil penelitian yang dimuat di dalam jurnal yang
“bergengsi” dapat meningkatkan kredit prestasi penulisnya. Melalui jurnal, peneliti dikenal
dari artikel-artikel penelitiannya dan menjalin komunikasi dengan sejawatnya. Selama ini
belum banyak artikel-artikel hasil penelitian dari peneliti-peneliti kita yang dimuat di dalam
jurnal tingkat internasional. Dalam makalah ini selanjutnya akan dibahas mengenai
sistematika dan isi penulisan artikel hasil penelitian tindakan kelas (PTK) dan sistematika dan
isi penulisan artikel hasil pengalaman pengembangnya dalam rangka pengembangan pembelajaran bidang studi (PBS).
SISTEMATIKA DAN ISI ARTIKEL HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Setelah melaksanakan penelitian tindakan kelas, salah satu tugas utama pelaksananya
adalah menuliskan hasilnya agar dapat dibaca dan diketahui oleh orang lain. Menurut
Arikunto (2006) proses penyusunan laporan ini tidak akan dirasakan sulit apabila sejak awal
peneliti sudah disiplin mencatat apa saja yang sudah ia lakukan. Sebaiknya hasil PTK ini
ditulis dalam bentuk makalah untuk pertemuan ilmiah atau artikel untuk dikirim ke majalah
atau jurnal ilmiah. Jumlah halaman yang tersedia untuk menulis artikel hasil PTK dalam
sebuah jurnal terbatas, yakni antara 10-20 halaman saja. Atas dasar hal ini maka hanya hal-hal yang sangat esensial saja dari PTK yang harus ditulis di dalam artikel. Komponen-
komponen pokok yang harus ada dalam artikel hasil PTK dan sistematikanya adalah: (1)
judul artikel; (2) nama peneliti; (3) abstrak dan kata-kata kunci; (4) pendahuluan; (5) metode;
(6) hasil; (7) pembahasan; (8) penutup; (9) dan daftar rujukan. Penjelasan dari masing-masing
komponen tersebut adalah sebagai berikut.
1. Judul Artikel
Judul artikel umumnya terdiri 15-20 kata. Judul hendaknya dapat memberi gambaran
mengenai penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan. Judul ini spesifik; cukup jelas
menggambarkan masalah yang diteliti, tindakan untuk mengatasi masalah, hasil yangdiharapkan, dan tempat penelitian. Perlu diperhatikan bahwa ada juga jurnal yang membatasi
jumlah kata dalam judul menjadi hanya 15 kata saja.
2. Nama Peneliti
Nama peneliti ditulis tanpa gelar kesarjanaan atau gelar lainnya. Untuk melengkapi
identitas peneliti, nama peneliti dan nama lembaga tempat peneliti bekerja ditulis sebagai
catatan kaki di halaman pertama. Jika penelitian dilakukan lebih dari tiga peneliti, maka
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 5/29
hanya nama peneliti utama saja yang dicantumkan di bawah judul. Nama peneliti lainnya
dituliskan dalam catatan kaki.
3. Abstrak dan Kata-kata Kunci
Panjang abstrak 50-100 kata. Abstrak memuat uraian mengenai masalah dan tujuan
penelitian, metode yang digunakan dan hasil penelitian. Tekanan penulisan abstrak terutama pada hasil PTK. Pengetikan abstrak dilakukan dengan spasi tunggal dengan margin yang
lebih sempit dari margin kanan dan kiri teks utama. Kata-kata kunci perlu dicantumkan untuk
menggambarkan ranah masalah yang diteliti dan istilah-istilah pokok yang mendasari
pelaksanaan penelitian. Kata-kata kunci dapat berupa kata tunggal atau gabungan kata.
Jumlah kata-kata kunci sekitar 3-5 kata. Kata-kata kunci ini diperlukan untuk komputerisasi.
Pencarian judul penelitian dan abstraknya dipermudah dengan kata-kata kunci tersebut.
4. Pendahuluan
Pendahuluan lazimnya ditulis tanpa judul dan langsung ditulis setelah abstrak. Bagian
ini terutama berisi tentang: (1) permasalahan penelitian; (2) wawasan dan rencana pemecahanmasalah; (3) rumusan tujuan penelitian; (4) rangkuman kajian teoritik yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti. Pada bagian ini kadang-kadang juga dimuat harapan akan hasil dan
manfaat penelitian. Panjang bagian pendahuluan sekitar 2-3 halaman kuarto dan diketik
dengan spasi ganda. PTK dilakukan untuk memecahkan permasalahan pendidikan dan
pembelajaran. Masalah yang diteliti merupakan masalah yang nyata terjadi di kelas.
Diagnosis masalah dilakukan oleh guru bersama guru dan/atau tenaga kependidikan lainnya
di sekolah. Masalah yang diteliti merupakan masalah penting, mendesak untuk dipecahkan,
dan dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya, dan daya dukung lainnya.
Secara kolaboratif (antaranggota peneliti) masalah penelitian diidentifikasi, dianalisis, dan
dideskripsikan secara cermat akar penyebabnya. Prosedur yang digunakan dalam
mengidentifikasi masalah perlu dikemukakan secara jelas dan sistematis. Masalah penelitian
dirumuskan dalam bentuk suatu rumusan penelitian tindakan kelas. Rumusan masalahsebaiknya menggunakan kalimat tanya. Masalah perlu dijelaskan secara operasional dan
ditetapkan lingkup penelitiannya. Contoh rumusan masalah: “”Bagaimanakah peningkatan
kemampuan menulis laporan praktikum biologi siswa kelas VIII SMPN 3 Surabaya melalui
pembelajaran inkuiri?”. Secara operasional, kemampuan siswa dalam menulis laporan
praktikum biologi meliputi kemampuan menulis isi laporan, penggunaan bahasa dalam
laporan, dan sistematika laporan. Contoh lain rumusan masalah: “Apakah strategi
pembelajaran think pair share yang berorientasi pada proses dapat meningkatkan kemampuan
metakognitif siswa?” Pada bagian ini diidentifikasi alternatif tindakan yang dapat dilakukan
untuk memecahkan masalah. Perlu dikemukakan argumentasi yang logis mengenai pilihan
tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah (misalnya: karena kesesuaiannya
dengan masalah, kemutakhirannya, keberhasilannya dalam penelitian sejenis, dll.). Cara
pemecahan masalah ditentukan berdasarkan ketepatannya dalam mengatasi akar penyebab
masalah dan dirumuskan dalam bentuk tindakan (action) yang jelas dan terarah. Hipotesis
tindakan dapat dikemukakan bila diperlukan. Indikator keberhasilan tindakan yang dilakukan
perlu dirumuskan. Perlu pula dikemukakan cara pengukuran indikator dan cara
mengevaluasinya sehingga dapat diukur tingkat pencapaian keberhasilannya.
Tujuan penelitian yang merujuk pada hasil yang ingin dicapai hendaknya
dikemukakan secara singkat dan jelas dengan mendasarkan pada permasalahan yang
dikemukakan.
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 6/29
Hasil PTK mengenai peningkatan kualitas pendidikan dan/atau pembelajaran
hendaknya menampakkan manfaat bagi siswa, guru, komponen pendidikan terkait di sekolah.
Dalam hal ini perlu dikemukakan hal-hal baru sebagai hasil kreativitas pembelajaran yang
dihasilkan.
Kajian teoretis dan empiris yang menumbuhkan gagasan yang mendasari PTK
hendaknya sejalan dengan rumusan masalah dan hipotesis tindakan (bila ada). Teori dan hasil
penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian
diuraikan dengan rinci. Uraian itu digunakan untuk menyusun kerangka berpikir yang
digunakan dalam penelitian.
5. Metode Penelitian
Pada dasarnya bagian ini menguraikan bagaimana penelitian itu dilakukan. Atas dasar
hal ini seringkali muncul istilah lain untuk bagian ini yakni “prosedur penelitian”, “cara
penelitian” dan “metodologi penelitian”. Materi pokok bagian ini adalah: (1) rancangan
penelitian; (2) subjek penelitian; (3) teknik pengumpulan data; (4) dan teknik analisis data.
Untuk penelitian kualitatif seperti penelitian tindakan kelas, perlu ditambahkan kehadiran
peneliti, informan yang ikut membantu beserta cara-cara menggali data-data penelitian, lokasi
dan lama penelitian serta uraian mengenai pengecekan keabsahan hasil penelitian.
Pada bagian ini, rancangan penelitiannya disebutkan penelitian tindakan kelas (PTK).
Subjek penelitian, waktu dan lamanya tindakan, serta tempat penelitian diuraikan secara jelas.
Prosedur hendaknya dirinci mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi,
evaluasi-refleksi, yang bersifat siklis. Dalam tahap perencanaan diuraikan secara rinci hal-hal
yang diperlukan sebelum pelaksanaan tindakan (misalnya: penyiapan perangkat pembelajaran
berupa skenario pembelajaran, media, bahan dan alat, instrumen observasi, evaluasi, dan
refleksi). Dalam tahap pelaksanaan tindakan diuraikan tahap-tahap tindakan yang dilakukan
oleh guru maupun siswa pada awal, pertengahan, dan akhir pembelajaran. Dalam tahap
observasi diuraikan objek amatan dan prosedurnya. Dalam tahap evaluasi diuraikan caraasesmen dan penyekorannya. Dalam tahap refleksi diuraikan pemikiran mengenai prosedur,
alat, pelaku, dan sumber informasi.
6. Hasil Penelitian
Bagian ini merupakan bagian utama artikel hasil PTK dan biasanya merupakan bagian
terpanjang dari suatu artikel. Hasil penelitian yang disajikan dalam bagian ini adalah hasil
“bersih”. Proses analisis data seperti perhitungan statistik tidak perlu disajikan. Proses
pengujian hipotesis juga tidak perlu disajikan. Dengan demikian hanya hasil analisis dari
hasil pengujian hipotesis saja yang perlu dilaporkan. Tabel dan grafik dapat digunakan untuk
memperjelas penyajian secara verbal. Tabel dan grafik harus diberi komentar atau dibahas.
Untuk melaporkan dengan mantap hasil tindakan, tiap-tiap siklus dilaporkan
dilaksanakan dalam berapa kali pertemuan. Desain tindakan bersifat fleksibel, karenanya
laporkan perkembangan yang terjadi sesuai dengan situasi dan kondisi di tempat penelitian
dengan tidak mengubah fokus penelitian. Di samping guru sebagai pelaksana tindakan,
sebaiknya dilaporkan juga siapa dan bagaimana observer , dan siapa pula guru yang
melakukan tindakan dan/atau melaksanakan observasi proses (perekaman kegiatan
pembelajaran) dan hasil dalam PTK. Dalam hal ini, peran guru dapat bergantian: pada suatu
saat dapat sebagai pengajar dan pada saat yang lain sebagai pengamat. Dalam realisasi
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 7/29
pelaksanaan tindakan hendaknya digambarkan peran dan intensitas kegiatan ketua dan para
anggota peneliti sehingga tampak jelas tingkat dan kualitas kolaborasi dalam penelitian
tersebut.
Menurut Arikunto (2006) satu hal yang dicermati penilai KTI dalam laporan PTK
adalah bagaimana siklus dilaksanakan, dan penjelasan tentang proses yang berlangsung.
Kesalahan yang sering terjadi adalah guru hanya menyebutkan sedikit saja dari tindakan
yang dilakukan, dan langsung menunjukkan data yang dikumpulkan melalui tes. DalamPTK, guru tidak diharuskan menonjolkan analisis data, tetapi harus menekankan pada proses.
Jadi guru perlu menguraikan bagaimana bentuk tindakannya sesuai dengan apa yang
sesungguhnya terjadi.
7. Pembahasan
Bagian ini merupakan bagian terpenting dari keseluruhan isi makalah atau artikel
hasil penelitian. Pembahasan ini bertujuan untuk: (1) menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian; (2) menunjukkan bagaimana temuan-temuan itu diperoleh; (3) menafsirkan
temuan-temuan; (4) mengaitkan hasil temuan penelitian dengan struktur pengetahuan yang
telah mapan dan dengan realita di lapangan.
Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, harus disimpulkan hasil
penelitian secara eksplisit. Penafsiran terhadap temuan dilakukan dengan menggunakan
logika dan teori-teori yang ada. Temuan diintegrasikan/dikaitkan dengan hasil-hasil
penelitian sebelumnya atau dengan teori yang sudah ada dan kenyataan di lapangan. Untuk
keperluan ini harus ada rujukan.
Menurut Supardi (2006) perlu dibahas setiap aspek yang diketahui adanya
peningkatan, atau kalau tidak ada perubahan sertai alasan yang rasional dan logis. Jika dapat
dikuatkan dengan teori yang relevan, dapat meningkatkan kualitas pembahasan hasil
penelitian.
8. Penutup.
Bagian ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan menyajikan ringkasan dari uraian
mengenai hasil dan pembahasan. Dalam menyimpulkan perlu memerhatikan perumusan
masalah dan tujuan penelitiannya. Berdasarkan kedua hal tersebut dikembangkan pokok-
pokok pikiran baru yang merupakan esensi dari temuan penelitian.
Saran disusun berdasarkan kesimpulan yang telah ditarik, dapat mengacu pada
tindakan praktis, pengembangan teori baru dan penelitian lanjutan.
9. Daftar Rujukan
Daftar rujukan harus lengkap dan sesuai dengan rujukan yang disajikan dalam batang
tubuh artikel. Untuk menunjukkan kualitas artikel ilmiah, daftar yang dimasukkan dalam
daftar pustaka harus cukup banyak. Daftar pustaka disusun secara alfabetis dan cara
penulisannya disesuaikan dengan aturan yang ditentukan dalam jurnal. Penulisan daftar
pustaka dilakukan pada halaman terakhir artikel, bukan pada halaman baru.
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 8/29
Di bagian akhir makalah ini dilampirkan contoh suatu artikel hasil PTK yang
merupakan ringkasan tesis S2 yang ditulis oleh Juli Setianto di SMP Negeri 1 Blitar yang
akan dikirimkan ke suatu jurnal (Lampiran 1). Sebagai salah satu “aturan main” dalam
kegiatan penulisan karya ilmiah semacam ini, kedua nama pembimbingnya juga dicantumkan
sebagai penulis kedua dan ketiga karena pengembangan tesis seorang mahasiswa tidak
terlepas dari hasil pemikiran kedua pembimbingnya juga.
SISTEMATIKA DAN ISI ARTIKEL HASIL PENGALAMAN PENGEMBANGAN
Artikel hasil pengalaman pengembangan pembelajaran bidang studi juga dapat ditulis
sebagai karya ilmiah. Bahkan beberapa jurnal pendidikan Sains di luar negeri banyak sekali
berisi artikel jenis ini. Menurut pedoman yang tertulis dalam Write for the Science Teacher
(2011: 46) sebaiknya yang ditulis dalam naskah karya ilmiah itu adalah pengalaman langsung
sebagai praktisi pendidik, termasuk apa yang dilakukan, apa yang berhasil diperoleh sesuai
harapan, dan apa yang ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dalam mendeskripsikan
kegiatan, perlu diperjelas bagaimana posisinya dalam kurikulum, untuk kelas berapa,
bagaimana teknik asesmen yang dipilih, dan apa saja hal-hal yang harus dipertimbangkan dandiperhatikan. Penulis diminta menjelaskan bagaimana kegiatan ini terkait dengan standar
nasional pendidikan. Selain itu perlu dijelaskan juga apa yang menjadi masalah peserta didik
yang mendorong penulis melaksanakan kegiatan tersebut. Hal penting yang perlu ditekankan
adalah bagaimana kita tahu bahwa peserta didik telah belajar materi yang dibelajarkan, dalam
hal ini bagaimana asesmen dilaksanakan dan bagaimana hasilnya. Juga perubahan apa yang
akan dilakukan bila melaksanakan kegiatan semacam itu di masa yang akan datang.
Kalau karya ilmiah itu berupa hasil pengalaman penulisnya, saya mengusulkan agar
isinya secara umum adalah sebagai berikut: 1) judul; 2) nama peneliti; 3) abstrak dan kata
kunci; 4) pendahuluan; 5) uraian pengalaman penulis dalam mengembangkan sesuatu yang
digunakan; 6) hasil penggunaan; 7) pembahasan; 8) penutup; dan 9) daftar rujukan. Berikut
ini diuraikan apa saja bagian-bagian artikel hasil pengalaman pengembangan pembelajaran
bidang study (PBS) dilengkapi dengan sajian satu contoh isi tulisan yang disajikan dalam
jurnal untuk guru Sains di tingkat SMA di Amerika Serikat, yaitu the Science Teacher.
Artikel yang dipilih adalah yang berkaitan dengan lokakarya hari ini, yaitu mengenai
asesmen.
1. Judul: hendaknya menggambarkan apa yang ingin dibagikan ( share) oleh penulis
mengenai pengalamannya mengembangkan sesuatu. Contoh: Assessment for Learning,
dengan subjudul Using formative assessment in problem- and project-based learning.
2. Nama peneliti: ditulis tanpa gelar, apabila akan dilengkapi dengan gelar dan tempat kerja
dapat dituliskan di catatan kaki. Contohnya: Amy Trauth-Nare dan Gayle Buck.
3. Abstrak dan Kata kunci: berisi ringkasan isi artikel. Contoh dalam jurnal yang dirujuk ini
tidak ditulis abstrak dan kata kuncinya, ini adalah gaya selingkung jurnal ini. Untuk JPB,
tetap dapat diatur agar abstrak dan kata kunci tetap ada.
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 9/29
4. Pendahuluan: isinya adalah pengantar atau latar belakang yang menguraikan mengapa
penulis melakukan pengembangan pembelajaran bidang studi seperti itu, dikaitkan dengan
masalah di kelasnya. Dalam contoh ini ada empat alinea pendahuluan, alinea pertama
berisi pengenalan mengenai PBL dan PBS, ditulis lengkap sebagai berikut: pembelajaran
berbasis masalah ( problem based learning disingkat PBL) dan pembelajaran sains berbasis
projek ( project-based science disingkat PBS) adalah pendekatan yang makin populer untuk membelajarkan siswa berinkuiri. Meskipun kedua pendekatan ini asalnya berbeda,
ada kesamaan dalam praktiknya. Keduanya berpusat pada masalah autentik atau
pertanyaan yang bermakna yang berfungsi sebagai pengorganisasi kegiatan belajar.
Keduanya berpusat pada siswa dan memberikan pengalaman langsung, siswa
memecahkan masalah dengan menerapkan konsep sains dalam praktik. Alinea kedua
berisi apa yang dilakukan siswa selama PBL dan PBS. Dalam alinea ketiga dibahas
mengenai kecenderungan guru untuk TIDAK memberi siswa masukan yang cukup dan
dukungan yang memadai untuk mendorong kegiatan berpikir kritis karena ciri PBL dan
PBS yang diuraikan dalam alinea kedua. Berikutnya dirujuk hasil penelitian terkait
mengenai PBL dan PBS yang efektif yaitu apabila didefinisikan tujuan pembelajaran yang
cocok, diberikan dukungan dan masukan sebagai bagian dari pembelajaran, dan diberikan
berbagai kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri (self-assessment) dan
revisi. Dalam alinea keempat dituliskan bahwa ada banyak dukungan instruksional yang
dapat diberikan ke siswa, dan dalam artikel tersebut akan dideskripsikan bagaimana
asesmen formatif dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan PBL dan PBS agar
dapat dimaksimalkan hasil belajar siswa.
5. Uraian pengalaman penulis dalam mengembangkan sesuatu yang digunakan. Uraian
pengalaman penulis ini diberi beberapa subjudul bergantung dari isinya. Bagian yang
menonjol adalah adanya bukti-bukti pengembangan berupa tabel, diagram, atau contoh-
contoh hasil pengembangan yang digunakannya dalam pembelajaran. Saya mendapat
kesan bahwa pemberian contoh ini akan memudahkan pembacanya mengembangkan hal
yang serupa bila terinsprirasi dari hasil pengembangan tersebut. Dalam contoh ini,
sebelum menguraikan pengalamannya, penulis terlebih dahulu memberikan uraian
mengenai dua macam asesmen, yaitu assessment for learning dan assessment of learning ,dan membedakan antara keduanya, dan melengkapinya dengan diagram yang
diadaptasinya dari tulisan orang lain (Figure 1). Bagian berikutnya diberi judul Embedding formative assessment yaitu bagaimana memanfaatkan asesmen ini menurut pengalaman
penulisnya. Bagian ini dibagi menjadi 3 bagian yang masing-masing diberi subjudul lagi.
Subjudul pertama berisi bagaimana memulai (Beginning with the end in mind). Di bagian
ini penulis menuliskan bahwa merancang suatu PBL atau PBS itu lumayan sulit, namun
pendidik dapat memulai dengan menetapkan suatu fokus umum (misalnya rekayasa
genetika, bayi tabung), kemudian pendidik dapat mengidentifikasi minat peserta didik danapa yang sudah mereka ketahui dengan menggunakan asesmen formatif untuk merancang
pembelajarannya. Dalam hal ini dapat digunakan beberapa strategi pedagogik, seperti
charta KWL yaitu What I K now (apa yang sudah diketahui siswa), What I W ant to Know
(apa yang siswa ingin ketahui), dan What I Learned (apa yang sudah siswa pelajari), yang
di dalam kelas yang berbasis proyek sering dimodifikasi. Versi modifikasi ini berupa
pertanyaan ingin tahu yang harus dijawab pada awal suatu projek, seperti:
• Apa yang saya ketahui mengenai masalah ini?
• Apa yang saya ingin tahu agar dapat memperoleh jalan memecahkan masalahnya?
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 10/29
• Bagaimana saya menemukan apa yang saya ketahui?
Pertanyaan-pertanyaan itu memberi arah kepada siswa dan memberi wawasan yang berharga
kepada guru mengenai apa yang diketahui siswa, apa konsepsi alternatif yang mereka
miliki, dan apa masalah yang mungkin muncul selama pembelajaran. Penulis juga
menguraikan bahwa ada strategi lain yang dapat dipakai yaitu strategi think pair share dan
penggunaan Charta T (Figure 2). Subjudul kedua menguraikan apa yang dilakukan selama pembelajaran ( During the learning) yaitu dengan menggunakan asesmen formatif,
misalnya berupa permintaan untuk menulis apa yang sudah mereka ketahui dan untuk
mencek apakah terjadi salah konsep. Diberikan contoh bagaimana guru meminta siswa
memilih jawaban yang benar mengenai fosil (Figure 3). Penulis memperingatkan juga
bahwa seringkali siswa kehilangan pandangan mengenai tujuan pembelajaran sehingga
siswa perlu diminta melakukan refleksi metakognitif secara teratur dengan menggunakan
salah satu strategi seperti meminta siswa menulis dalam jurnal belajar siswa, atau tugas
apa yang diberikan selama lima menit terakhir pembelajaran.Selama melakukan refleksi
metakognitif, siswa berpikir mengenai isi pelajaran yang telah mereka pelajari, dan
bagaimana hal itu terkait dengan pernyataan atau pertanyaan yang ada. Sekali lagi
dicontohkan bagaimana penulis menggunakan asesmen formatif untuk membantu siswa
sesuai kebutuhan mereka saat itu (Figure 4). Dicontohkan bahwa karena saat itu dijumpai
salah konsep, penulis memberi tugas agar siswa membaca artikel yang tertulis dalam
beberapa alamat web, kemudian menjawab pertanyaan yang diberikan (Figure 5). Selain
itu diberikan juga contoh permintaan laporan harian atau laporan mingguan mengenai
hasil investigasi atau hasil inkuirinya (Figure 6). Laporan ini dapat diberikan secara
individual ataupun dalam kelompok. Laporan ini memberikan masukan mengenai
kemajuan yang dicapai siswa dan kemungkinan kebutuhan siswa saat itu, sehingga
pendidik dapat mengambil keputusan instruksional yang tepat sebelum siswa terlalu jauh
melenceng dari yang diharapkan. Di subjudul ketiga (Close to the end) dijelaskan perlunya
menyajikan rubrik yang berisi kriteria evaluasi hasil karya (Figure 7). Agar PBL atau PBS
dapat diselesaikan dengan baik siswa harus memiliki pemahaman yang jelas mengenai
tujuan pembelajaran dan standar kinerja mereka. Jadi, sebelum mendekati waktu
penyelesaian projek atau inkuirinya pendidik perlu memberi waktu kepada siswa agar
merefleksikan hasil karyanya. Siswa diminta untuk melakukan penilaian diri dan penilaian
teman mengenai manakah aspek-aspek karyanya yang sudah dilakukan dengan baik dan
mana yang masih memerlukan perbaikan. Mereka juga diminta memberikan kritik dan
saran membangun untuk teman-temannya. Berdasarkan penilaian diri dan penilaian teman
ini siswa diberi kesempatan untuk merancang kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas
projeknya sebelum penyerahan terakhir.
Ada kesan bahwa dalam artikel yang saya contohkan ini hanya diuraikan secara sekilas
hasil penggunaan dan pembahasannya.
6. Penutup. Bagian ini juga diberi judul (Making Formative Assessment effective). Di bagian
ini penulis menekankan kesimpulan yang diperolehnya setelah melaksanakan kegiatan
tersebut. Contoh yang diberikan di sini adalah bahwa siswa memerlukan dorongan yang
terus menerus agar berbagi mengenai apa yang mereka pikirkan. Juga bahwa diperlukan
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 11/29
cukup waktu bagi siswa agar dapat memahami isi Sains. Penggunaan asesmen formatif
bukan untuk menilai apa yang sudah dipelajari, namun mencari apa yang sudah dipahami
dan yang belum dipahami siswa. Jadi perlu ditegaskan bahwa siswa tidak akan dihukum,
karena kalau seperti itu mereka tidak akan berani mengungkapkan kebingungan mereka
mengenai hal yang dipelajari, yang kemudian menghentikan proses asesmen formatifnya.
Pendidik harusmemberikan masukan untuk mengarahkan siswa menuju pencapaian tujuanPBL dan PBS. Hal ini haruslah positif dan spesifik dan berfokus pada kemajuan yang
dicapai siswa, tidak mengadili kemamapuan mereka. Masukan akan mengarahkan siswa
yang kesasar agar kembali ke jalan yang benar, memperjelas tujuan pembelajaran bagi
siswa yang bingung, memfokuskan siswa yang tenggelam dalam informasi, dan membantu
siswa berpikir mendalam mengenai masalah atau pertanyaannya.
7. Daftar Rujukan: berisi semua sumber yang tadinya dirujuk di dalam naskah.
Macam-Macam Penggunaan Asesmen Autentik yang Mungkin Dilaporkan dalam
Bentuk Karya Ilmiah.
Berbagai macam penggunaan asesmen autentik dapat ditulis dalam bentuk karya
ilmiah. Berikut ini dicontohkan beberapa judul artikel dan sedikit komentar mengenai isinya.
1. William, K. Kurtek, K, and Sampson, V. 2011. The Affective Elements of Science
Learning. The Science Teacher 78 (1): 40-45. Penulisnya menjelaskan bagaimana
penelitian pengembangan yang dilakukan dalam rangka mengases dan meningkatkan
sikap siswa terhadap Sains. Dalam pendahuluan ditekankan betapa sikap siswa dapat
memberikan pengaruh positif atau negatif terhadap belajar, hal yang mendorong
mereka melakukan pengembangan kuesioner AESL ini, yaitu adanya siswa yang
sikapnya jelek terhadap Sains. Dalam artikel dideskripsikan berbagai konstruk yang
diukur, proses pengembangan instrumen, dan apa yang mereka pelajari mengenaisikap siswa terhadap sains.
2. Siegel, M.A; Halverson, K; Freyermuth, S; dan Clark, C.G. 2011. Beyond Grading.
The Science Teacher 78 (1): 28-33. Dalam artikel ini dideskripsikan serangkaian
rubrik untuk mata kuliah biologi umum dan biologi khusus. Mereka menjelaskan
dengan berbagai contoh bagaimana rubrik dapat digunakan untuk membantu siswa
belajar melalui tiga hal yaitu: mengklarifikasi tujuan belajar; membangun pemahaman
yang kompleks, dan mendorong agar siswa berani mengambil risiko secara
intelektual.
3. Singer, R.K. 2011. Deconstructing to Instruct: the Role of Deconstruction ininstruction and Assessment in Middle School Science Classroom. Science Scope 34
(5): 12-15. Pembaca diharapkan belajar bagaimana mendekonstruk pendekatan
pembelajaran sehingga pendidik yakin bahwa dia mengajukan perta nyaan yang
benar, dan siswa mengembangkan jawaban mereka yang benar.
4. Britton, T. 2011. Using Formative and Alternative Assessment to Support Instruction
and Measure Student Learning. Science Scope 34 (5): 16-21. Pembaca diajak
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 12/29
menemukan strategi dalam menggunakan asesmen formatif dan sumatif untuk
membantu pendidik mengarahkan pembelajarannya.
5. Jackson, J. Dan Castro, A. 2011. A High Stakes Test-Intervention: Moon Phase
Models as Viewed from Earth and Space.Science Scope 34 (5): 22-28. Artikel ini
mendeskripsikan bagaimana melakukan intervensi bentuk-bentuk bulan secara
interaktif yang dirancang untuk meningkatkan pemahaman siswa dan membantu
mereka mengerjakan asesmen sains.
6. Crumrine T, and Demers, C. 2007. Formative Assessment: Redirecting the Plan. The
Science Teacher 74 (6): 64-68. Artikel ini mendeskripsikan bagaimana sekelompok
guru Sains menggunakan asesmen formatif untuk membelajarkan siswa agar
memahami Sains dengan cara terus menerus memeriksa pemahaman siswa.
7. Aronin, S. and O’Neal, M. 2011. Twenty Ways to Assess Students Using
Technology. Science Scope 34 (9): 25-31. Artikel ini berisi ide-ide dan program
(website) yang gratis (atau ada percobaan gratis), yang mudah dipelajari, dan dapat
diunduh. Program-program itu dapat digunakan untuk asesmen formatif dan sumatif.
Pembaca yang berminat dapat mengunduh tabel yang berisi daftar program ini pada
www.nsta.org/middleschool/connections.aspx
8. Fisher, D. and Frey, N. 2011. Feed Up, Feedback, and Feed Forward. Science and
Children 48 (9): 26-30. Artikel ini menguraikan bagaimana seorang guru TK
menggunakan pendekatan berbasis inkuiri sampai ke asesmennya pada pembelajaran
konservasi sumber daya alam.
9. Schiller, E. and Melin, J. 2011. Who Knew? Assessment strategies for Inquiry
Science. Science and Children 48 (9): 31-37. Artikel ini berisi beberapa strategi
asesmen yang dapat digunakan dan diadaptasi untuk membelajarkan Sains berbasis
inkuiri dengan menggunakan contoh pembelajaran selama 5 minggu mengenai burung
hantu, yang memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan asesmen hasil
belajar dirinya sendiri
10. Schrementi, L. N. 2011. Museum Connections. Science and Children 48 (9)” 38-43.
Artikel ini berisi alat penilaian diri sendiri untuk siswa prasekolah dan siswa kelas
rendah di SD untuk digunakan dalam menentukan seberapa baiknya keterampilan
proses Sains dapat diintegrasikan ke dalam materi dan kurikulum Sains.
11. Devitt, A. 2011.Capitalizing on Curiousity. Science and Children 48 (9): 44-47.
Artikel ini menguraikan bagaimana merancang inkuiri ilmiah sehingga siswa
mengalami belajar Sains, dalam arti memaknai secara personal fenomena alam yang
diamati dengan menggunakan pengetahuan awal dan rasa ingin tahu mengenai gejala
alam tersbut.
12. Keeley, P. 2011. With a Purpose. Science and Children 48 (9): 22-25. Artikel ini
membahas bagaimana menggunakan Formative Assessment Probes (FAP) untuk
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 13/29
membantu siswa belajar Sains. Penekanannya adalah FAP dapat digunakan pada
tahap pembelajaran Sains, yang penting dengan tujuan yang jelas.
PENUTUP
Macam tulisan mengenai asesmen autentik dalam karya ilmiah sangatlah bergantung
pada kreativitas para pendidik dalam mencoba menggunakan macam-macam asesmen
autentik yang ada. Pendidik yang sudah mencoba menggunakan asesmen autentik tertentu
dan merasa berhasil membantunya membelajarkan peserta didiknya, tentulah diharapkan
bersedia menuliskan pengalamannya agar dapat dimanfaatkan oleh para pendidik lainnya
sebagai sumber informasi.
Penulisan artikel hasil PTK untuk jurnal mengikuti tata cara penulisan artikel yang
lazim berlaku dalam jurnal yang dianggap telah mapan. Salah satu indikator kemapanan suatu
jurnal ialah penerbitannya yang berjalan secara teratur sesuai dengan jadwal penerbitannya.
Di bagian belakang dari setiap jurnal biasanya selalu terdapat petunjuk bagi penulis. Petunjuk ini berisi aturan-aturan penulisan artikel yang harus dipenuhi penulis sebagai syarat agar
artikelnya dapat dimuat dalam jurnal yang bersangkutan.
Oleh karena artikel hasil penelitian dalam jurnal dimaksudkan untuk
mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian kepada masyarakat akademik yang sudah
mengetahui prosedur penelitian, materi yang disajikan hanyalah hal-hal penting-penting saja.
Bagian yang dianggap paling penting dalam penulisan artikel hasil PTK adalah metode,
hasil, dan pembahasan.
Cara terbaik untuk belajar menulis artikel adalah dengan melaksanakannya. Tentu
saja agar dapat dilakukan penelitian menurut kaidah ilmiah yang lazim dan agar dapatmenulis artikel PTK terlebih dahulu harus dilakukan analisis secara kritis artikel dan
pemikiran orang-orang selain menganalisis kritis pemikiran sendiri.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmadi, Muksin. 1998. Penyusunan Karya Ilmiah Malang:LPM IKIP MALANG.
Aronin, S. Dan O’Neal, M. 2011. Twenty Ways to Assess Students Using Technology.
Science Scope 34 (9): 25-31.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Bagian Pertama: Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research-CAR) dari Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; dan Supardi. 2006. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Britton, T. 2011. Using Formative and Alternative Assessment to Support Instruction and
Measure Student Learning. Science Scope 34 (5): 16-21.
Crumrine T, and Demers, C. 2007. Formative Assessment: Redirecting the Plan. The Science
Teacher 74 (6): 64-68.
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 14/29
Devitt, A. 2011.Capitalizing on Curiousity. Science and Children 48 (9): 44-47.
Fisher, D. and Frey, N. 2011. Feed Up, Feedback, and Feed Forward. Science and Children
48 (9): 26-30.
Huda, Nuril. 1994. Kebijakan dan Ketentuan Tentang Penerbitan Jurnal. Makalah
disajikan dalam Seminar dan Lokakarya Penyuntingan Jurnal Angkatan II di IKIPMALANG tanggal 24 Juni-23 Juli 1994.
Ibnu, Suhadi. 1994. Isi dan Format Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan dalam Seminar dan
Lokakarya Penyuntingan Jurnal Angkatan II di IKIP MALANG tanggal 24 Juni-23
Juli 1994.
Ibnu, Suhadi. 2000. Penulisan Artikel Konseptual/Non Penelitian dan Artikel Hasil
Penelitian dalam Saukah Ali dan Waseso, M.G. 2000. Menulis Artikel untuk Jurnal
Ilmiah: UM Press.
Jackson, J. Dan Castro, A. 2011. A High Stakes Test-Intervention: Moon Phase Models asViewed from Earth and Space.Science Scope 34 (5): 22-28.
Keeley, P. 2011. With a Purpose. Science and Children 48 (9): 22-25.
Nare A.T. and Buck, G. 2011. Assessment for Learning, Using formative assessment in
problem- and project-based learning. The Science Teacher 78 (1): 34-39.
Saukah, Ali. 1994. Isi dan Format Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan dalam Seminar dan
Lokakarya Penyuntingan Jurnal Angkatan II di IKIP MALANG tanggal 24 Juni-23
Juli 1994.
Schiller, E. and Melin, J. 2011. Who Knew? Assessment strategies for Inquiry Science. Science and Children 48 (9): 31-37.
Schrementi, L. N. 2011. Museum Connections. Science and Children 48 (9)” 38-43.
Singer, R.K. 2011. Deconstructing to Instruct: the Role of Deconstruction in instruction and
Assessment in Middle School Science Classroom. Science Scope 34 (5): 12-15.
Soebagio dan Susilo, Herawati. 2003. Penulisan artikel Hasil Penelitian dan Artikel
Konseptual untuk Jurnal. Makalah disampaikan dalam Seminar Exchange
Experience dan Workshop Pembelajaran MIPA Kontekstual Menyongsong
Implementasi KBK di Malang tanggal 9-12 Juli 2003.
Supardi. 2006. Bagian Ketiga: Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research-CAR)
Beserta Sistematika Proposal dan Laporannya dari Arikunto, Suharsimi;
Suhardjono; dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Suparno. 1996. Bahasa Laporan Penelitian. Makalah Disampaikan pada Lokakarya Tingkat
Lanjut Penelitian Kualitatif, Angkatan IV Th. 1995-1996.
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 15/29
Universitas Negeri Malang.2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Skripsi, Tesis,
Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian Edisi keempat. Malang:
Universitas Negeri Malang
William, K. Kurtek, K, and Sampson, V. 2011. The Affective Elements of Science Learning.
The Science Teacher 78 (1): 40-45.
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 16/29
Lampiran 1.
PEMBELAJARAN KOOPERATIF NHT DENGAN TUGAS MENULIS
JURNAL BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI,
KETERAMPILAN METAKOGNITIF, DAN HASIL BELAJAR
Juli Setyanto (SMP Negeri 1 Blitar, Jl. Ahmad Yani No. 8 Blitar)
E-mail : [email protected]
Herawati Susilo (Jurusan Biologi, FMIPA UM)
E-mail : [email protected]
Ibrohim (Jurusan Biologi, FMIPA UM)
E-mail : [email protected]
Abstract: The objectives of this research were to know how the application of NHT cooperative learning type with writing learning journal task increases the students’
learning motivation, the students’ metacognitive skills, and the students’ learning
achievement and also the students’ response towards the application of NHT cooperative learning type with writing learning journal task. Tthe type of this
research was CAR. The results of this research showed that students’ learning
motivation, students’ metacognitive skill, and students’ learning achievement were
increased. Application of NHT cooperative learning type with writing learning journal
task also got positive students response.
Key words: NHT cooperative learning type , learning journal , learning
motivation, meta-cognitive skill, learning achievement
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan
pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan tugas menulis jurnal belajar dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa, keterampilan metakognitif siswa dan hasil
belajar siswa serta bagaimana respons siswa terhadap penerapan pembelajaran
kooperatif tipe NHT dengan tugas menulis jurnal belajar. Jenis penelitian ini adalah
PTK. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa,
keterampilan metakognitif siswa dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan tugas menulis jurnal belajar
mendapatkan respons positif dari siswa.
Kata kunci: Pembelajaran kooperatif tipe NHT, jurnal belajar , motivasi
belajar, keterampilan metakognitif, hasil belajar
Permasalahan kegiatan pembelajaran yang terjadi di SMP Negeri 1 Blitar adalah
adanya kecenderungan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered )walaupun guru sudah berusaha untuk menggunakan multimedia untuk kegiatan
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 17/29
pembelajarannya. Metode ini kurang bisa memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar,
karena meskipun guru sudah berusaha dengan menggunakan animasi-animasi tetapi siswa
belum terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan
masih menunjukkan adanya kecenderungan bahwa siswa dianggap sebagai individu yang
pasif dan reseptif. Siswa hanya sebagai penerima ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh
seorang guru. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Drost (1998), yang menyatakan
bahwa sebagian besar pendidik belum menyusun secara serius pembelajaran yang didasarkan pada premis proses belajar mengajar, karena memang kita masih kekurangan pengetahuan
tentang proses belajar. Pola kegiatan pembelajaran yang seperti ini akan menimbulkan
perasaan bosan pada diri siswa, sehingga siswa beranggapan bahwa proses pembelajaran
sebagai sesuatu yang membosankan, kurang menyenangkan, terlalu banyak hafalan, kurang
variatif, dan berbagai macam keluhan lainnya. Masalah tersebut akan berdampak pada diri
siswa antara lain berupa rendahnya motivasi belajar siswa, rendahnya keterampilan
metakognitif siswa, dan rendahnya hasil belajar siswa. Kenyataan ini dapat terlihat dari
rendahnya minat siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas, banyaknya siswa yang tidak
memiliki catatan pelajaran harian dan rendahnya nilai raport pelajaran biologi pada semester
I. Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat mengatasi dan meningkatkan rendahnya
motivasi belajar siswa, rendahnya keterampilan metakognitif siswa, dan rendahnya hasil
belajar siswa.Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together ( NHT) dengan tugas menulis
jurnal belajar menjadi pilihan untuk mengatasi masalah pembelajaran yang terjadi di SMP
Negeri 1 Blitar karena pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bekerja bersama dan mengalami kemajuan bersama dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT menerapkan kerja kelompok siswa yang anggotanya
heterogen berdasarkan jenis kelamin maupun berdasarkan kemampuan akademik, sehingga
dengan demikian diharapkan siswa akan saling bekerjasama dan saling membantu di antara
anggota kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki empat tahap yaitu
penomoran/numbering , pemberian pertanyaan/questioning , berpikir bersama/heads together, dan tahap penyampaian jawaban/answering .
Tahap berpikir bersama akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat
aktif di dalam kegiatan pembelajaran karena pada tahap berpikir bersama siswa dituntut
untuk memahami setiap jawaban yang benar dari pertanyaan yang diberikan oleh guru pada
tahap pemberian pertanyaan. Siswa dapat saling bertukar pikiran, pendapat, solusi, maupun
informasi yang dimiliki untuk menentukan satu jawaban yang benar. Siswa yang
berkemampuan rendah diharapkan antusias dalam memahami jawaban yang benar,
sedangkan siswa yang berkemampuan tinggi diharapkan mau memberikan bantuan kepada
anggota kelompok lain yang berkemampuan rendah untuk memahami jawaban yang benar.
Kerjasama tersebut dapat meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dan
juga dapat menumbuhkan rasa saling menghargai di antara anggota kelompok.
Tahap pemberian jawaban memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk
memberikan jawaban yang benar atas pertanyaan yang diberikan oleh guru. Jawaban yang
diberikan oleh siswa akan membawa nama baik siswa baik secara kelompok maupun secaraindividu. Siswa akan merasa percaya diri dalam menjawab karena jawaban yang diberikan
merupakan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan. Dua tahap dalam NHT inilah yang
sangat diharapkan membantu siswa dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Menurut Azizah (2007) (online) pembelajaran kooperatif NHT akan menciptakan lingkungan
belajar kooperatif dalam kelompok kecil yang menekankan keterlibatan total siswa dalam
pembelajaran sehingga akan meningkatkan pemahaman siswa, sedangkan menurut Maheady
(2006) (online) NHT adalah salah satu teknik instruksi yang efektif dan efisien untuk
meningkatkan respons siswa dan untuk meningkatkan ketercapaian siswa dalam belajar.
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 18/29
Diskusi dan komunikasi dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif ini dengan
tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling
menyampaikan pendapat, saling memberikan kesempatan menyalurkan kemampuan, saling
membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain.
NHT mendorong pemfungsian keberhasilan kelompok karena semua anggota perlu
mengetahui jawaban kelompoknya dan ketika siswa membantu kelompok pasangannya, maka
mereka membantu dirinya dan keseluruhan kelompok yang ada (Jacobs and Hill, 1994)dalam Sarumaha (2009).
Setiap tim dalam metode struktural ini terdiri dari siswa yang berkemampuan
bervariasi, yaitu berkemampuan tinggi, berkemampuan sedang dan berkemampuan rendah.
Siswa yang berkemampuan tinggi bersedia membantu, meskipun mungkin mereka tidak
dipanggil untuk menjawab. Bantuan yang diberikan dengan motivasi dan tanggung jawab
atas nama baik kelompok. Siswa yang berkemampuan rendah diharapkan sangat antusias
dalam memahami permasalahan dan jawabannya karena merasa merekalah yang akan
ditunjuk untuk menjawab (Kagan, (1985 ) dalam Krismanto (2000).
NHT sebagai salah satu tipe pembelajaran kooperatif juga diharapkan dapat
meningkatkan keterampilan metakognitif yang menjadi dasar bagi siswa untuk menjadi
seorang yang ahli berstrategi dalam belajar. Keterampilan metakognitif merupakan
keterampilan yang diperlukan oleh siswa untuk memahami tugas-tugas yang dihadapi yangmeliputi tiga aspek yaitu kemampuan perencanaan diri/ self planning , kemampuan
pemantauan diri/ self monitoring, dan kemampuan penilaian diri/ self evaluation. Keterampilan
metakognitif merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa untuk memahami apa
yang sedang dipikirkan dan apa yang sedang dipelajari. Guru dapat melatih atau
mengembangkan keterampilan metakognitif untuk membantu anak menjadi siswa yang ahli
berstrategi dalam belajar melalui pembelajaran kooperatif yang dirancangnya (Woolfolk,
(1993:261) dalam Depdiknas (2005). Dalam pembelajaran kooperatif dapat dikembangkan
keterampilan metakognitif siswa karena dalam pembelajaran kooperatif terjadi komunikasi di
antara anggota kelompok (Abdurrahman, 1999:178) dalam Miranda (2010) (online).
Pemberian tugas menulis jurnal belajar dalam penerapan pembelajaran kooperatif
NHT diharapkan akan lebih memberikan pengaruh positif dalam upaya mengembangkan
keterampilan metakognitif siswa. Jurnal belajar merupakan salah satu media yang dapat
digunakan untuk mengembangkan keterampilan metakognitif siswa karena dengan jurnal
belajar siswa dapat berlatih untuk membuat refleksi tentang dirinya sendiri. Sesuai dengan
pendapat Trianto (2006:113), bahwa refleksi dapat berupa pertanyaan langsung tentang apa-
apa yang diperolehnya hari itu, catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran mengenai
pembelajaran hari itu, diskusi dan hasil karya. Refleksi merupakan respons terhadap kejadian,
aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.
Maria (2008) (online), berpendapat bahwa merefleksikan pada saat yang diminta
sebagai alat untuk mendukung metakognitif. Metode refleksi mendorong terjadinya intervensi
yang memadai seperti mendorong siswa untuk merefleksikan atas proses belajar mereka dan
untuk menerapkan keterampilan metakognitif mereka, mendorong perhatian siswa untuk
fokus pada pikiran mereka sendiri dan memahami kegiatan mereka selama terlibat dalam proses belajar. Oleh karena itu diasumsikan bahwa mendorong siswa untuk merefleksikan
cara mereka sendiri dalam belajar akan memungkinkan mereka untuk mengaktifkan pikiran
mereka terhadap keterampilan dan pengetahuan kognitif mereka. Berdasarkan berbagai
pendapat mengenai pembelajaran kooperatif NHT dan mengenai jurnal belajar sebagai
sarana refleksi seperti yang telah diuraikan di atas, maka penerapan pembelajaran kooperatif
NHT dengan tugas menulis jurnal belajar diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa,
meningkatkan keterampilan metakognitif siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa.
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 19/29
Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk meningkatkan motivasi belajar IPA siswa
kelas VIII C SMP Negeri 1 Blitar melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan tugas menulis jurnal belajar, (2) untuk meningkatkan keterampilan metakognitif
siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Blitar melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe
NHT dengan tugas menulis jurnal belajar, (3) untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa
kelas VIII C SMP Negeri 1 Blitar melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT
dengan tugas menulis jurnal belajar, dan (4) untuk mengetahui respons siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan tugas menulis jurnal belajar.
METODEPendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif menjadi satu pilihan karena dalam mencari solusi permasalahan
pembelajaran di kelas memanfaatkan suatu tindakan nyata terhadap siswa sebagai subjek
pebelajar dengan mengutamakan makna dan kelebihan dari proses pembelajaran yang
dilakukan untuk meningkatkan motivasi siswa, meningkatkan keterampilan metakognitif
siswa, dan meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe
NHT dengan tugas menulis jurnal belajar.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK menjadi suatu
pilihan karena penelitian ini bermula dari adanya permasalahan pembelajaran yang terjadi dikelas. PTK dilakukan oleh guru sebagai usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja
guru dalam merancang kegiatan pembelajaran yang lebih baik, karena guru merupakan orang
yang paling mengetahui segala permasalahan dalam kegiatan pembelajaran. PTK memiliki
karakteristik antara lain: (1) masalah yang diteliti berupa masalah praktik pembelajaran
sehari-hari di kelas yang dihadapi oleh guru, (2) diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk
memecahkan masalah tersebut dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas, (3) terdapat perbedaan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan PTK,
(4) guru sendiri yang berperan sebagai peneliti, baik secara perorangan maupun kelompok
(Susilo, 2008: 5). Prosedur pelaksanaan PTK terdiri dari 4 tahap pada setiap siklus. Keempat
tahap itu meliputi: perencanaan ( planning ), pelaksanaan tindakan (action), observasi
(observation), dan refleksi (reflection).
Berdasarkan pendekatan dan jenis penelitian, yaitu pendekatan kualitatif dengan jenis
PTK maka kehadiran peneliti di lapangan sangat diperlukan, karena peneliti bertindak
sebagai penyusun instrumen, perancang tindakan, dan pelaksana tindakan. Peneliti juga
berperan sebagai penganalisis dan penafsir data serta pembuat laporan penelitian. Selama
pelaksanaan tindakan guru mitra dilibatkan sebagai kolaborator dan sebagai observer dengan
maksud agar dapat bekerjasama dengan peneliti dalam melakukan observasi terhadap
keterlaksanaan kegiatan pembelajaran dan motivasi belajar siswa di dalam kelas serta dalam
pelaksanaan refleksi. Kerjasama antara peneliti dengan guru mitra dapat ditindaklanjuti
dengan memanfaatkan data yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini untuk
kepentingan penelitian lanjutan yang mungkin dilakukan oleh guru mitra.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Blitar Tahun Pelajaran
2009/2010 yang berjumlah 24 siswa. Penentuan subjek penelitian ini berdasarkan pada hasil pengamatan dan hasil diskusi dengan guru-guru IPA yang telah dilakukan oleh peneliti yang
menunjukkan bahwa kelas VIII C kurang memiliki motivasi belajar dan kurang kondusif
dalam kegiatan pembelajaran, selain itu guru belum pernah menerapkan pembelajaran
kooperatif NHT dengan tugas menulis jurnal belajar sebelumnya.
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data motivasi belajar siswa, data
keterampilan metakognitif siswa, dan data hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Negeri 1
Blitar Tahun Pelajaran 2009/2010. Secara lebih rinci, data yang diperoleh dalam penelitian
ini meliputi: (1) data keterlaksanaan kegiatan pembelajaran oleh guru dan siswa, (2) data
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 20/29
motivasi belajar siswa berdasarkan angket motivasi belajar siswa, (3) data motivasi belajar
siswa berdasarkan lembar observasi motivasi belajar siswa, (4) data keterampilan
metakognitif siswa berdasarkan inventori keterampilan metakognitif, (5) data keterampilan
metakognitif siswa berdasarkan rubrik, (6) data hasil belajar kognitif siswa, (7) data hasil
pemantauan jurnal belajar siswa, dan data respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran.
Sumber data adalah guru dan seluruh siswa yang menjadi subjek penelitian yaitu
siswa kelas VIII C yang berjumlah 24 siswa. Data dalam penelitian ini dikumpulkan denganmenggunakan instrumen-instrumen yang meliputi lembar keterlaksanaan kegiatan
pembelajaran oleh guru dan siswa, lembar observasi motivasi belajar siswa, angket motivasi
belajar siswa, inventori keterampilan metakognitif siswa, tes esai terstruktur dengan rubrik,
angket respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran dan catatan lapangan.
Observasi dilakukan untuk memperoleh data pada subjek penelitian yang meliputi
tingkat keterlaksanaan kegiatan belajar siswa dan motivasi belajar siswa. Observasi dilakukan
dengan bantuan observer atau guru mitra. Angket digunakan untuk memperoleh data dari
subjek penelitian yang berupa motivasi belajar siswa dan respons siswa terhadap kegiatan
pembelajaran. Inventori digunakan untuk memperoleh data dari subjek penelitian yang
berupa tingkat keterampilan metakognitif siswa. Tes esai terstruktur dengan rubrik digunakan
untuk memperoleh data penelitian yang meliputi keterampilan metakognitif siswa dan hasil
belajar kognitif siswa. Catatan lapangan digunakan untuk melengkapi data yang yang belumtermuat di dalam lembar observasi maupun angket. Catatan lapangan diisi selama kegiatan
pembelajaran berlangsung yang mencakup semua kegiatan guru dan siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Catatan lapangan diisi oleh observer atau pengamat. Pengamat dalam
penelitian ini adalah guru IPA-Biologi SMP Negeri 1 Blitar yang berjumlah 2 orang dan 4
orang mahasiswa program Pascasarjana program studi Pendidikan Dasar Universitas Negeri
Malang.
Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul, baik data yang bersumber dari
lembar observasi, angket, maupun data yang bersumber dari catatan lapangan. Analisis data
dalam penelitian ini meliputi tiga tahap kegiatan yaitu: (1) mereduksi data. Kegiatan
mereduksi data meliputi penyelesaian , penyederhanaan, dan pengklasifikasian data. Kegiatan
ini dilakukan dengan membuat ringkasan, membuang data yang tidak diperlukan dan menata
sesuai dengan masalah penelitian, (2) penyajian data. Penyajian data menurut jenisnya sesuai
dengan masalah penelitian dan dilakukan setelah pegklasifikasian data. Penyajian data
dilakukan dengan mengorganiasikan data yang sudah direduksi sehingga diperoleh informasi
tentang proses penelitian, dan (3) penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan
berdasarkan sajian data dengan cara menafsirkan makna seluruh temuan yang terjadi selama
tindakan berlangsung, penarikan kesimpulan sesuai dengan target penelitian.
Analisis data terhadap kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menghitung
persentase keterlaksanaan kegiatan pembelajaran oleh guru dan siswa dalam pembelajaran
kooperatif tipe NHT yang meliputi 4 tahap yaitu: penomoran/numbering , pemberian
pertanyaan/questioning , berpikir bersama/heads together dan penyampaian
jawaban/answering . Analisis data terhadap motivasi belajar siswa dilakukan dengan
menghitung persentase skor yang diperoleh siswa yang meliputi empat komponen motivasiyaitu perhatian/attention, keterkaitan/relevance, kepercayaan diri/confidence dan
kepuasan/ satisfaction. Analisis yang sama juga dilakukan terhadap angket respons siswa
terhadap kegiatan pembelajaran. Analisis data terhadap hasil belajar kognitif dilakukan
dengan menghitung persentase ketuntasan belajar siswa baik secara individu maupun secara
klasikal. Ketuntasan belajar siswa secara individu dihitung berdasarkan keberhasilan siswa
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 76, sedangkan ketuntasan belajar
klasikal dihitung dengan membandingkan jumlah siswa yang tuntas dengan jumlah siswa
yang mengikuti tes dikalikan 100%. Kelas dikatakan tuntas apabila ketuntasan kelas
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 21/29
mencapai 85%. Analisis data terhadap keterampilan metakognitif siswa dilakukan dengan
menghitung skor yang diperoleh siswa pada tiap-tiap komponen keterampilan metakognitif
yang meliputi perencanaan/ planning , managemen informasi/information management strategies, pemantauan/comprehension monitoring , revisi/debbuging strategies, dan
penilaian/evaluation. Skor total yang diperoleh siswa selanjutnya dikategorikan ke dalam
empat kategori yaitu; super, okay, developing, can not really, at risk dan not yet .
HASIL
Siklus IPada siklus I dilaksanakan beberapa tahapan tindakan. Tahap-tahap tindakan pada
siklus I terdiri dari: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dan
refleksi. Perencanaan tindakan pada siklus I dilakukan dengan menyusun perangkat
pembelajaran siklus I yang meliputi silabus, RPP, LKS, format jurnal belajar, instrumen tes
kognitif, inventori keterampilan metakognitif, rubrik keterampilan metakognitif, lembar
observasi kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran, lembar observasi motivasi belajar
siswa, angket motivasi belajar siswa, angket respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran
dan format catatan lapangan. Perencanaan tindakan pada siklus I juga dilakukan dengan
pembagian tugas antara peneliti dan guru mitra atau observer. Peneliti bertugas sebagai
penyusun instrumen, perancang tindakan, pelaksana tindakan, penganalisis dan penafsir dataserta pembuat laporan penelitian. Observer bertugas sebagai pengamat untuk mengisi lembar
observasi terhadap keterlaksanaan kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran dan lembar
observasi terhadap motivasi belajar siswa.
Pelaksanaan tindakan pada siklus I terbagi menjadi 4 kali pertemuan, di mana alokasi
waktu setiap pertemuan adalah 2 x 40 menit. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari
Kamis tanggal 15 April 2010. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin tanggal 26
April 2010. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Senin tanggal 29 April 2010 dan
pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 6 Mei 2010. Tes kognitif akhir
siklus I baru diberikan pada hari Senin tanggal 20 Mei 2010, hal ini karena adanya beberapa
kendala berupa kegiatan sekolah yang tidak memungkinkan untuk diadakannya tes akhir
siklus I tepat waktu seperti yang telah direncanakan.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung diadakan pengamatan terhadap
keterlaksanaan kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan
terhadap kegiatan guru dalam pembelajaran diperoleh data rata-rata persentase
keterlaksanaan sebesar 96. Hal ini karena ada beberapa tahapan kegiatan pembelajaran pada
pertemuan 1 dan pertemuan 4 yang tidak dapat terlaksana. Hasil pengamatan terhadap
kegiatan belajar siswa diperoleh data rata-rata persentase keterlaksanaan sebesar 96,9. Seperti
halnya keterlaksanaan kegiatan pembelajaran oleh guru, kegiatan belajar siswa juga tidak
dapat berjalan seutuhnya khususnya pada pertemuan 1.
Berdasarkan hasil analisis data motivasi belajar siswa berdasarkan angket diperoleh
data rata-rata motivasi belajar siswa adalah 77,4 dalam kategori baik. Rata-rata motivasi
belajar siswa berdasarkan lembar observasi motivasi belajar siswa adalah 77,1 dalam kategori
baik.Berdasarkan analisis data yang dilakukan terhadap keterampilan metakognitif siswa
dengan inventori keterampilan metakognitif diperoleh data rata-rata skor keterampilan
metakognitif siswa adalah 74,5 dalam kategori okay. Rata-rata keterampilan metakognitif
siswa yang diukur berdasarkan tes esai terstruktur dengan rubrik adalah 85,8 dalam kategori
super .Analisis data yang dilakukan terhadap hasil belajar kognitif menunjukkan bahwa
persentase ketuntasan klasikal adalah 66,7%. Data hasil pemantauan jurnal belajar
menunjukkan rata-rata kemampuan menulis jurnal belajar siswa adalah pada kategori cukup.
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 22/29
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama pelaksanaan siklus I, ada beberapa
hal penting yang perlu diperhatikan dan diperbaiki untuk rencana tindakan pada siklus
berikutnya. Hal-hal yang perlu diperbaiki antara lain: (1) guru belum bisa memberi motivasi
secara maksimal kepada siswa dalam pelaksanaan pembelajaran NHT terutama pada saat
pertemuan awal, oleh karena itu pada pelaksanaan siklus II guru harus lebih intensif dalam
membangkitkan motivasi siswa khususnya kepada siswa yang memiliki kemampuan
akademik rendah, (2) kegiatan diskusi masih belum berjalan dengan optimal, hal ini terlihatdari adanya beberapa siswa yang mengambil peran lebih besar sedangkan siswa lain terlihat
pasif dan mengharapkan jawaban dari teman dalam kelompoknya, oleh karena itu pada
pelaksanaan siklus II guru harus lebih intensif dalam membimbing diskusi kelompok maupun
diskusi kelas, (3) pelaksanaan praktikum belum bisa optimal karena adanya beberapa kendala
yang terkait dengan waktu dan peralatan, oleh karena itu pada pelaksanaan siklus II guru
harus lebih baik dalam merencanakan kegiatan praktikum dan mencari alternatif-alternatif
peralatan yang mungkin menjadi kendala dalam pelaksanaan praktikum, (4) keaktifan siswa
dalam menyampaikan jawaban dan menanggapi jawaban dari teman masih rendah dan
terkesan hanya untuk menggugurkan kewajiban, oleh karena itu pada pelaksanaan siklus II
guru harus lebih menekankan pentingnya tanggung jawab siswa baik secara individual
maupun secara kelompok, (5) adanya dua kelompok yang tidak bisa bekerjasama secara
optimal karena komposisi anggota kelompok yang tidak seimbang antara jumlah siswa laki-laki dan siswa perempuan, oleh karena itu pada pelaksanaan siklus II guru perlu mengadakan
perombakan anggota kelompok agar lebih heterogen berdasarkan jenis kelamin dan
kemampuan akademik siswa, (6) tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal masih
belum mencapai 85%, oleh karena itu pada pelaksanaan siklus II guru harus lebih
mengintensifkan setiap tahap pembelajaran dan lebih mengintensifkan peran aktif siswa
dalam pembelajaran sehingga hasil belajar bisa ditingkatkan pula, dan (7) hampir semua
siswa mengalami kesulitan dalam penulisan jurnal belajar karena masalah bahasa dan waktu,
oleh karena itu pada pelaksanaan siklus II, penulisan jurnal belajar akan diberikan waktu
yang lebih panjang dan siswa diperbolehkan menulis jurnal belajar dalam bahasa Indonesia.
Siklus IIBerdasarkan hasil refleksi pelaksanaan siklus I, maka rencana tindakan pada siklus II
adalah sebagai berikut: menyusun perangkat pembelajaran siklus II yang terdiri dari silabus,
RPP, LKS, instrumen tes hasil belajar kognitif, serta mengubah kelompok siswa dengan lebih
memperhatikan heterogenitas terutama berdasarkan jenis kelamin. Pelaksanaan tindakan
selama siklus II terbagi menjadi 3 kali pertemuan dan alokasi waktu setiap pertemuan adalah
2 x 40 menit.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 22 Mei 2010, pertemuan
kedua dilaksanakan pada hari Senin tanggal 31 Mei 2010, dan pertemuan ketiga
dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 3 Juni 2010. Tes hasil belajar kognitif akhir siklus II
diberikan pada tanggal 6 Juni 2010.
Berdasarkan hasil observasi terhadap keterlaksanaan kegiatan pembelajaran NHT oleh
guru dan siswa, diperoleh data persentase keterlaksanaan kegiatan pembelajaran NHT oleh
guru dan siswa sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa pada pelaksanaan siklus II semuatahapan pembelajaran NHT telah dilaksanakan sepenuhnya baik oleh guru maupun oleh
siswa.
Analisis data yang dilakukan terhadap motivasi belajar siswa berdasarkan angket
motivasi belajar siswa menunjukkan rata-rata motivasi belajar siswa sebesar 82,9 dalam
kategori sangat baik. Rata-rata motivasi belajar siswa berdasarkan lembar observasi motivasi
belajar siswa adalah 86 dalam kategori sangat baik.
Berdasarkan analisis data yang dilakukan terhadap keterampilan metakognitif siswa
berdasarkan inventori keterampilan metakognitif diperoleh data bahwa skor rata-rata
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 23/29
keterampilan metakognitif siswa adalah 78,7 dalam kategori okay. Skor rata-rata
keterampilan metakognitif siswa berdasarkan tes esai terstruktur dengan rubrik adalah 87,9
dalam kategori super. Tes hasil belajar kognitif yang diberikan di akhir siklus II menunjukkan persentase
ketuntasan belajar klasikal sebesar 87,5 %. Berdasarkan data ini maka dapat dikatakan bahwa
kelas yang menjadi subjek penelitian sudah tuntas karena sudah melampaui batas ketuntasan
minimal yaitu 85%. Hasil pemantauan jurnal belajar siswa menunjukkan bahwa rata-ratakemampuan menulis jurnal belajar siswa pada siklus II adalah dalam kategori baik. Analisis
data yang dilakukan terhadap respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran menunjukkan
bahwa penerapan pembelajaran NHT dengan tugas menulis jurnal belajar mendapat respons
yang posistif dari siswa dengan rata-rata skor 71,8 dalam kategori baik.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pelaksanaan siklus II, dapat diketahui bahwa
telah terjadi peningkatan dalam hal keterlaksanaan kegiatan pembelajaran NHT oleh guru dan
oleh siswa, peningkatan motivasi belajar siswa, peningkatan keterampilan metakognitif siswa
serta terjadi peningkatan hasil belajar kognitif siswa yang menjadi tujuan penelitian, dan
ketuntasan belajar klasikal telah melampaui batas ketuntasan kelas minimal. Berdasarkan
data dari siklus II ini maka peneliti menghentikan penelitian tindakan kelas ini pada siklus II.
Temuan Penelitian1. Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Keterlaksanaan kegiatan pembelajaran dapat dilihat dari dua aspek yaitu,
keterlaksanaan kegiatan pembelajaran oleh guru dan keterlaksanaan kegiatan belajar oleh
siswa, di mana berdasarkan kedua alat ukur yang digunakan semua menunjukkan adanya
peningkatan. Peningkatan keterlaksanaan kegiatan pembelajaran oleh guru dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Persentase Peningkatan Keterlaksanaan Kegiatan Guru dalam Pembelajaran
pada Siklus I dan Siklus II
Tindakan Nilai Rata-rata(%) Peningkatan(%)
Siklus I 96,02
Siklus II 100,003,98
Peningkatan keterlaksanaan kegiatan belajar oleh siswa dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Persentase Peningkatan Keterlaksanaan Kegiatan Belajar Siswa pada Siklus I
dan Siklus II
TindakanNilai Rata-rata
%
Peningkatan
%
Siklus I 96,9Siklus II 100
3,1
2. Motivasi Belajar Siswa
Motivasi belajar siswa juga diukur dengan dua alat ukur yaitu angket motivasi belajar
siswa dan lembar observasi motivasi belajar siswa, di mana keduanya menunjukkan adanya
peningkatan. Peningkatan motivasi belajar siswa yang diukur berdasarkan angket motivasi
belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 3.
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 24/29
Tabel 3 Persentase Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Tiap Indikator Berdasar-
kan Angket Motivasi Belajar Siswa
Awal Siklus I Akhir Siklus II
No Deskriptor Skor TotalSkor
Rata-rata
% Skor TotalSkor
Rata-rata
%
Peningkatan
(%)
1 Attention 772 960 4,0 80.4 804 960 4.2 83.8 3.3
2 Relevance 642 840 3,8 76.4 695 840 4.1 82.7 6.3
3 Confidence 628 840 3,7 74.8 688 840 4.1 81.9 7.1
4 Satisfaction 750 960 3,9 78.1 798 960 4.2 83.1 5.0
Rata-rata 3,9 77.4 4.1 82.9 5.5
Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa aspek relevance dan confidence
mengalami peningkatan yang lebih besar daripada aspek-aspek motivasi yang lainnya.
Peningkatan motivasi belajar siswa yang diukur berdasarkan lembar observasi
motivasi belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Persentase Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Berdasarkan Lembar
Observasi Motivasi Belajar Siswa
Tindakan Skor Rata-rata Persentase KriteriaPeningkatan
(%)
Siklus I 3,5 70,2 Baik Siklus II 3,9 78,6 Baik 8,4
3. Keterampilan Metakognitif Siswa
Keterampilan metakognitif siswa diukur dengan menggunakan dua cara yaitu
dengan inventori keterampilan metakognitif dan tes esai dengan rubrik. Peningkatan tingkat
keterampilan metakognitif siswa berdasarkan inventori keterampilan metakognitif siswa
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Peningkatan Skor Keterampilan Metakognitif Siswa Berdasarkan InventoriKeterampilan Metakognitif
Tindakan ∑ Sekor ∑ Max X Kategori Peningkatan
Siklus I 2503 3360 74.5 Okay
SiklusII 2645 3360 78.7 Okay4.2
X: Keterampilan Metakognitif
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 25/29
Peningkatan keterampilan metakognitif siswa antara siklus I dan siklus II untuk tiap-
tiap komponen keterampilan metakognitf dapat dilhat pada Tabel 6.
Tabel 6 Peningkatan Skor Keterampilan Metakognitif untuk Tiap Komponen
Keterampilan Metakognitif
TindakanNo. Komponen DeskriptorSiklus I Siklus II
Peningkatan
1 Perencanaan 1-7 78 81 3
2 Managemen
Informasi 8-1772
77 5
3 Monitoring 18-24 75 82 7
4 Revisi 25-29 77 80 3
5 Evaluasi 30-35 71 74 3
Total 373 394 21
Rata-rata X 74.5 78.7 4.2
Peningkatan tingkat keterampilan metakognitif siswa juga terjadi pada keterampilan
metakognitif siswa yang diukur berdasarkan rubrik. Peningkatan keterampilan metakognitif
siswa berdasarkan rubrik dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Peningkatan Skor Keterampilan Metakognitif Siswa Berdasarkan Rubrik
TindakanRata
2
Y1
Rata2
Y2X Kategori Peningkatan
Siklus I 41.6 28.1 85.8 Super
Siklus II 42.6 28.8 87.9 Super
2.1
Ket: Y1 = Skor gabungan antara pemahaman konsep dan keterampilan metakognitif
Y2 = Skor pemahaman konsep tidak memperhatikan keterampilan metakognitif
4. Hasil Belajar
Peningkatan hasil belajar kognitif siswa dapat dilihat dari persentase ketuntasan
klasikal yang secara jelas dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Persentase Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa
Tindakan Nilai Rata-rata Persentase
Ketuntasan
Peningkatan
(%)Siklus I 79,8 66,7
Siklus II 82,1 87,520,8
PEMBAHASANPeningkatan keterlaksanaan kegiatan pembelajaran NHT baik oleh guru maupun oleh
siswa dapat terjadi karena adanya usaha guru untuk memberikan penjelasan kepada siswa
dengan lebih rinci mengenai teknik pembelajaran kooperatif serta makna dan manfaat dari
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 26/29
pembelajaran kooperatif khususnya tipe NHT. Menurut Azizah (2007), pembelajaran
kooperatif tipe NHT akan menciptakan lingkungan belajar kooperatif dalam kelompok kecil
yang menekankan keterlibatan total siswa dalam pembelajaran, sehingga akan meningkatkan
pemahaman siswa. Penjelasan ini diberikan dengan lebih mendalam kepada siswa dengan
harapan pada pertemuan berikutnya dalam kelompok kerja siswa akan terbentuk
ketergantungan positif/ positive interpendency sehingga mengalami peningkatan baik
keaktifan dalam diskusi kelompok maupun pemahamannya terhadap materi atau konsep-konsep yang dipelajari. Johnson & Johnson (2010) menyatakan bahwa interdependensi
positif akan muncul apabila para siswa memandang bahwa mereka saling terhubung dengan
teman sekelompoknya dalam suatu cara yang membuat tidak mungkin bagi siapapun untuk
berhasil kecuali bila seluruh anggota kelompok berhasil (demikian juga sebaliknya) dan
bahwa mereka harus mengkoordinasikan usaha mereka bersama teman sekelompok mereka
untuk menyelesaikan tugas.
Peningkatan motivasi belajar antara siklus I dan siklus II dapat terjadi karena adanya
pembenahan dan perbaikan serta penambahan tugas menulis jurnal belajar yang dilakukan
oleh guru serta dengan pemantapan kembali mengenai manfaat pembelajaran kooperatif dan
manfaat penulisan jurnal belajar. Pembenahan dan pemantapan yang dilakukan oleh guru ini
menyebabkan pada diri siswa muncul perubahan sikap terhadap pembelajaran kooperatif tipe
NHT dan perubahan ini dinyatakan dengan tumbuhnya minat atau motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran kooperatif tipe NHT serta minat siswa untuk menulis jurnal belajar
pada pertemuan–pertemuan selanjutnya sehingga pada akhir pelaksanaan siklus II terjadi
peningkatan motivasi belajar siswa. Data yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa
penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan tugas menulis jurnal belajar
memberikan konstribusi yang lebih besar terhadap kedua aspek motivasi tersebut, yakni
aspek keterkaitan/relevance dan kepercayaan diri/confidence. Hal ini sangat mungkin terjadi
karena di dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT khususnya tahap berpikir
bersama /heads together dan tahap penyampaian jawaban /answering memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling bekerjasama dan saling membantu di antara anggota
kelompok dengan kemampuan akademik yang berbeda-beda, sehingga dalam kelompok
siswa terbentuk interdependensi positif.
Interdependensi positif yang terbentuk dapat berupa saling kerjasama antar siswa
dalam kelompok untuk saling bertukar informasi, saling bertukar jawaban dan saling
membantu untuk memahami suatu materi serta mengaitkan materi yang dipelajari dengan
materi yang telah dikuasai oleh siswa sebelumnya dan sesuai dengan keinginan serta
kebutuhan siswa. Kerjasama ini juga dapat dilakukan dengan saling membantu antar siswa
untuk mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata sehari-hari. Kerjasama
yang terbentuk dalam kelompok siswa akan mendorong pemahaman siswa bahwa
keberhasilan kelompok adalah tujuan bersama.
Johnson & Johnson (2010) menyatakan bahwa interdependensi positif mendorong
terciptanya sebuah situasi di mana para siswa (1) dapat melihat bahwa pekerjaan mereka
berguna bagi teman kelompok dan bahwa pekerjaan teman sekelompok berguna bagi mereka,
dan (2) bekerja secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk memaksimalkan pembelajaran bagi semua anggota dengan saling berbagi sumber daya yang mereka miliki,
memberikan dukungan dan semangat kepada satu sama lain, serta merayakan keberhasilan
bersama. Berdasarkan uraian mengenai tahap berpikir bersama/heads together dan tahap
penyampaian jawaban /answering dengan segala situasi yang tercipta, maka dapat dikatakan
bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan konstribusi yang lebih
besar terhadap aspek keterkaitan/relevance dan kepercayaan diri /confidence.Peningkatan keterampilan metakognitif siswa antara siklus I dan siklus II juga dapat
diamati pada tiap-tiap komponen keterampilan metakognitif. Berdasarkan data peningkatan
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 27/29
keterampilan metakognitif antara siklus I dan siklus II pada tiap-tiap komponen keterampilan
metakognitif siswa dapat diketahui bahwa komponen managemen informasi/informationmanagement dan pemantauan/monitoring mengalami peningkatan yang lebih besar
dibandingkan komponen-komponen keterampilan metakognitif lainnya.
Komponen managemen informasi mengalami peningkatan lebih besar setelah
penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan tugas menulis jurnal belajar karena
dalam tahap berpikir bersama/heads together terjadi interdependensi positif di antara siswadalam satu kelompok. Interdependensi positif yang tercipta mendorong siswa mampu untuk
mengurutkan kegiatan atau strategi yang digunakan untuk memproses informasi secara lebih
efisien. Misalnya mengorganisasi, menggabungkan (elaborasi), menyimpulkan,
memfokuskan dan menentukan prioritas. Kemampuan ini diperoleh siswa pada saat siswa
berelaborasi dalam tahap berpikir bersama/heads together.Komponen pemantauan/monitoring mengalami peningkatan yang paling besar.
Peningkatan ini lebih disebabkan karena adanya tugas menulis jurnal belajar yang terintegrasi
dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT. Jurnal belajar yang menjadi sarana bagi
siswa untuk melakukan refleksi mendorong siswa untuk memiliki kemampuan dalam
memantau proses belajarnya sendiri dan menilai strategi belajar yang sedang digunakan.
Siswa dapat menuliskan di dalam jurnal belajar mengenai segala sesuatu tentang dirinya
sendiri terkait dengan kegiatan belajar yang dilakukan (Trianto, 2006).Peningkatan hasil belajar kognitif dari akhir siklus I ke akhir siklus II sangat
mungkin terjadi karena dalam melakukan kegiatan pembelajaran dari satu pertemuan ke
pertemuan berikutnya baik guru ataupun siswa sama–sama melakukan perubahan dan
perbaikan, sehingga semakin sering pembelajaran kooperatif tipe NHT itu dilakukan akan
menyebabkan siswa menjadi terlatih dengan kegiatan pembelajaran kooperatif dan semakin
merasakan manfaat dari kegiatan pembelajaran kooperatif tersebut. Berdasarkan alasan ini
maka dapat dinyatakan bahwa peningkatan hasil belajar kognitif yang terjadi adalah karena
pengaruh tindakan atau proses pembelajaran yang diterapkan dan bukan karena pengaruh
tingkat kesukaran materi, karena meskipun materi yang dipelajari pada siklus I dan siklus II
berbeda tetapi tingkat kesukaran dari materi tersebut relatif sama.
Peningkatan hasil belajar kognitif dari akhir siklus I ke akhir siklus II sangat
mungkin terjadi karena dalam melakukan kegiatan pembelajaran dari satu pertemuan ke
pertemuan berikutnya baik guru ataupun siswa sama–sama melakukan perubahan dan
perbaikan, sehingga semakin sering pembelajaran kooperatif tipe NHT itu dilakukan akan
menyebabkan siswa menjadi terlatih dengan kegiatan pembelajaran kooperatif dan semakin
merasakan manfaat dari kegiatan pembelajaran kooperatif tersebut. Berdasarkan alasan ini
maka dapat dinyatakan bahwa peningkatan hasil belajar kognitif yang terjadi adalah karena
pengaruh tindakan atau proses pembelajaran yang diterapkan dan bukan karena pengaruh
tingkat kesukaran materi, karena meskipun materi yang dipelajari pada siklus I dan siklus II
berbeda tetapi tingkat kesukaran dari materi tersebut relatif sama.
Secara matematika dapat dilihat bahwa peningkatan tingkat ketuntasan kelas adalah
sangat besar yaitu 20,8% akan tetapi bila dilihat peningkatan rata-rata kelas hanya 2,3, yaitu
dari 79,2 menjadi 82,1. Angka ini tentunya dapat menjadi dasar bahwa tingkat kemampuanakademik (kognitif) siswa pada akhir siklus II telah menyebar atau merata. Hasil belajar
seperti inilah yang diharapkan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif khususnya tipe
NHT , karena pada dasarnya tujuan dari penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah
membantu siswa untuk mengalami kemajuan bersama dalam mencapai hasil belajar yang
diharapkan. Pernyataan ini sangat beralasan karena menurut Kagan (1985) dalam Krismanto
(2000), bahwa setiap tim dalam metode struktural ini terdiri dari siswa yang memiliki
kemampuan bervariasi, yaitu berkemampuan tinggi, berkemampuan sedang dan
berkemampuan rendah. Maheady dkk. (2006) (online) menyatakan bahwa pembelajaran
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 28/29
kooperatif tipe NHT adalah salah satu teknik instruksi yang efektif dan efisien untuk
meningkatkan respons siswa dan untuk meningkatkan ketercapaian siswa dalam belajar.
Berdasarkan indikator-indikator respons yang diberikan secara positif dan baik
terhadap kegiatan pembelajaran, maka dapat dinyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe
NHT dengan tugas menulis jurnal belajar adalah disukai dan menguntungkan siswa.
Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Hill (1993) dalam Arief (2004), yang menyatakan
bahwa sebagai salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif, NHT memiliki beberapakelebihan. Kelebihan-kelebihan itu uraikan sebagai berikut:(1) meningkatkan prestasi siswa,
(2) memperdalam pemahaman siswa, (3) menyenangkan siswa dalam belajar, (4)
mengembangkan sikap positif siswa, (5) mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, (6)
mengembangkan rasa percaya diri siswa, (7) mengembangkan rasa saling memiliki, dan (8)
mengembangkan keterampilan untuk masa depan.
KESIMPULAN DAN SARAN
KesimpulanBerdasarkan analisis data yang telah dilakukan maka kesimpulan dalam penelitian ini
adalah: (1) penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan tugas menulis jurnal belajar
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, (2) penerapan pembelajaran kooperatif tipe
NHT dengan tugas menulis jurnal belajar dapat meningkatkan keterampilan metakognitif siswa, (3) penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan tugas menulis jurnal belajar
dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa, dan (4) penerapan pembelajaran kooperatif
tipe NHT dengan tugas menulis jurnal belajar mendapatkan respons positif dari siswa.
SaranSaran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah: (1) penerapan
pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan tugas menulis jurnal belajar merupakan salah satu
variasi dari model pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru, (2) guru dapat
membiasakan diri atau melatih siswa untuk menulis jurnal belajar karena jurnal belajar
sebagai sarana refleksi dapat meningkatkan keterampilan metakognitif, (3) bagi guru atau
peneliti yang akan meneliti atau mengukur keterampilan metakognitif siswa hendaknya
juga menggunakan tes kognitif dalam bentuk esai terstruktur dengan rubrik karena dengan
alat ukur ini lebih bisa dipercaya hasilnya daripada hanya menggunakan inventori
keterampilan metakognitif saja.
DAFTAR RUJUKAN
Arief. 2004. Pembelajaran Kooperatif dengan Penerapan Pendekatan Struktural untuk Pemahaman Konsep Statistik Siswa Kelas II SLTP Lab. UM . Tesis Tidak
Diterbitkan. Malang: PPs UM.
Azizah, Noor. 2007. Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
(Numbered-Heads-Together) Dengan Pemanfaatan LKS (Lembar Kerja Siswa) pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus dan Balok) Siswa Kelas VIII Semester 2 SMPN 6 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi. (Online). Semarang: Universitas Negeri Semarang.
(http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01d8/e207de66.dir/doc.pd
f , diakses 5 April 2010).
Bannert, Maria, Mengelkamp Christoph.2008. Assessment of Metacognitive
Skill by means of Instruction to Think Aloud and Reflect when Prompted.
5/8/2018 2. Asesmen Autentik Dalam Penulisan Karya Ilmiah_Susilo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/2-asesmen-autentik-dalam-penulisan-karya-ilmiahsusilo 29/29
Does The Verbalization Method Affect Learning? Journal of Metacognition Learning. (Online), Vol. 3: 39-58,
(http://www.springerlink.com/content/?k=Metacognitive&o=80, diakses 5
April 2010).
Depdiknas. 2005. Ilmu Pengetahuan Alam. Materi Pelatihan Terintegrasi.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Drost, J.I.G.M. 1998. Sekolah: Mengajar atau Mendidik . Yogyakarta: Kanisius &
Universitas Sanata Dharma.
Johnson &Johnson. 2010. Colaborative Learning Strategi Pembelajaran untuk Sukses Bersama. Bandung: Nusamedia.
Krismanto. 2000. Belajar Secara Kooperatif sebagai Salah Satu Pembelajaran Aktif . Yogyakarta: PPPG Matematika.
Maheady, L. dkk. 2006. The Effects of Numbered Heads Together With and
Without an Incentive Package on the Science Test Performance of a DiverseGroup of Sixth Graders. Journal of Behavioral Education, (Online), Vol. 15,
No. 1, March 2006, pp. 25–39.
(http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/search/detailmini.jsp?_nfpb=true&_&ERICE
xtSearch_SearchValue_0=EJ748127&ERICExtSearch_SearchType_0=no&accno=EJ7
48127, diakses 5 April 2010)
Miranda, Yula. 2010. Pembelajaran Metakognitif dalam Strategi Kooperatif Think-Pair-Share dan Think-Pair-Share+Metakognitif terhadap Kemampuan Metakognitif Siswa
pada Biologi di SMA Negeri Palangkaraya
Skripsi. Palangkaraya: Universitas Palangkaraya.(Online),( http://www.ilmupendidikan.net/2010/03/16/pembelajaran-metakognitif.php, diakses
10 Desember 2010
Sarumaha, Abdiel Ranesaro. 2009. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran NHT dan NHT + Metakognitif terhadap Pemahaman Konsep dan Keterampilan Metakognitif Siswa Kelas X SMAN 1 dan SMAN 2 Teluk Dalam Nias Selatan. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPs UM.
Susilo, H., Chotimah, H. & Sari D.Y. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Malang:
Bayumedia Publishing.
Trianto. 2006. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik .
Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: PrestasiPustaka.