implementasi penilaian autentik kompetensi berbicara kelas ...eprints.ums.ac.id/42879/15/naskah...

14
i IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK KOMPETENSI BERBICARA KELAS VII DI SMP NEGERI 1 TERAS Artikel Publikasi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Diajukan Oleh : LAILA FITRI NUR HIDAYAH A310120229 PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA MARET, 2016

Upload: vudien

Post on 02-Mar-2019

260 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK KOMPETENSI BERBICARA KELAS ...eprints.ums.ac.id/42879/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dan Asesmen Autentik Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP

i

IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK

KOMPETENSI BERBICARA KELAS VII

DI SMP NEGERI 1 TERAS

Artikel Publikasi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Diajukan Oleh :

LAILA FITRI NUR HIDAYAH

A310120229

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

MARET, 2016

Page 2: IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK KOMPETENSI BERBICARA KELAS ...eprints.ums.ac.id/42879/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dan Asesmen Autentik Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP

ii

Page 3: IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK KOMPETENSI BERBICARA KELAS ...eprints.ums.ac.id/42879/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dan Asesmen Autentik Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP

iii

Page 4: IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK KOMPETENSI BERBICARA KELAS ...eprints.ums.ac.id/42879/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dan Asesmen Autentik Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP

0

Page 5: IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK KOMPETENSI BERBICARA KELAS ...eprints.ums.ac.id/42879/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dan Asesmen Autentik Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP

1

IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK

KOMPETENSI BERBICARA KELAS VII

DI SMP NEGERI 1 TERAS

Laila Fitri Nur Hidayah, Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Email: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan penilaian autentik dan implementasinya, menganalisis dan menemukan solusi dari kendala pelaksanaan penilaian autentik kompetensi berbicara kelas VII di SMP Negeri 1 Teras. Penelitian ini termasuk penelitian studi kasus. Peneliti mencari penjelasan mengenai masalah, kejadian, atau situasi yang berkenaan dengan implementasi penilaian kompetensi berbicara kelas VII di SMP Negeri 1 Teras kemudian peneliti mencari solusi sebagai pemecahan masalah tersebut. Data dalam penelitian ini bersifat kualitatif. Teknik analisis data yang digunakan deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, kurang bervariasinya instrumen penilaian yang digunakan oleh guru mapel juga menjadi faktor kurang efektifnya implementasi penilaian autentik kompetensi berbicara di SMP Negeri 1 Teras. Padahal, tidak seluruh SK KD menyamaratakan semua nilai aspek yang diujikan. Kendala yang dihadapi langsung dalam implementasi penilaian autentik adalah alokasi waktu. Kompetensi berbicara membutuhkan waktu yang lebih karena perlu mempersiapkan penampilan sebelum penilaian. Jadi, dalam proses penilaian, guru harus cermat memilih strategi pembelajaran yang tepat.

Kata kunci : Implementasi,penilaian autentik, kompetensi berbicara.

ABSTRACT

The purpose of this study to investigate the implementation of authentic assessment and implementation, analyze and find solutions to implementation constraints authentic assessment of competence speak in class VII SMP Negeri 1 terrace. This research was a case study. Researchers are looking for an explanation of the issues, events, or circumstances relating to the implementation of competency assessment speak in class VII SMP Negeri 1 Terrace then researchers look for a solution as the solution of the problem. The data in this study is qualitative. Data analysis techniques used qualitative descriptive. Based on the results of the study, less varied assessment instruments used by subject teachers also contribute to the lack of effective implementation of authentic assessment of competence to speak in SMP Negeri 1 terrace. In fact, not all SK KD generalize all grades aspects tested. Constraints faced directly in the implementation of authentic assessment is the allocation of time. Competence talk takes much as it needs to prepare for the appearance before the vote. In the assessment process, teachers must carefully choose appropriate learning strategies.

Keywords:Implementation , authentic assessment, competence speak.

Page 6: IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK KOMPETENSI BERBICARA KELAS ...eprints.ums.ac.id/42879/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dan Asesmen Autentik Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP

2

1. PENDAHULUAN

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013:231) menyebutkan bahwa dalam ruang lingkup

mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra

yang melingkupi aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Empat aspek dalam mata

pelajaran tersebut hanya kemampuan membaca dan menulis saja yang sering diujikan oleh guru karena

mudah dalam penilaiannya. Penilaian kompetensi berbicara sering dihindari guru karena tidak ada

ketentuan baku atau bersifat terlalu abstrak. Hanya ada beberapa kompetensi berbicara yang jelas

ketentuan penilainnya salah satunya adalah pidato, sedangkan kompetensi berbicara tidak dapat hanya

diujikan dengan tertulis atau hanya sekedar menjawab pertanyaan melainkan siswa harus unjuk tampil dan

dinilai secara berkelanjutan.

Rahmawati dan Nuraini (2014:4-5) mengatakan bahwa sebelum adanya kajian dan perubahan

silabus di lingkungan PBSID FKIP UMS, pemahaman tentang macam-macam keterampilan berbicara

tersebut biasanya dinilai dengan teknik tes, sedangkan keterampilan berbicara yang dinilai dengan teknik

unjuk kerja khusus hanya keterampilan berpidato. Hal ini menunjukkan bahwa penilaian berbicara

belum dilakukan sepenuhnya dengan model penilaian autentik. Setelah ada perubahan kurikulum PBSID

sekaligus diikuti silabus, penilaian keterampilan berbicara yang dinilai dengan teknik unjuk kerja

disesuaikan dengan kurikulum 2006 yang sedang berlaku di sekolah menengah, meskipun teknik tes tetap

dilaksanakan saat UTS untuk mengukur pemahaman teori mahasiswa.

Majid (2012: 186) mengkaji bahwa penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh

para guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui

berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa

tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai.

Penilaian dapat dilakukan dengan teknik tes dan nontes. Menurut Dirman dan Cicih (2014:64)

penilaian tes dapat berupa tertulis dan lisan, sedangkan nontes dapat berupa observasi, wawancara, skala,

sikap, angket, chek list, dan ranting scale.

Pentingnya kompetensi berbicara juga dikemukakan Tarigan (2008:15) yang mendefinisikan

berbicara adalah kemampuan dalam mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi untuk mengekspresikan,

menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara merupakan sutau bentuk

prilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik,

secara luas berbicara dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol manusia.

Penelitian-penelitian sebelumnya juga telah mengemukakan pentingnya penilaian autenti

kompetensi berbicara. Antara lain adalah Bruce B. Frey, Schmitt, dan Justin (2012:12) dalam penelitiannya

yang berjudul “Defining Authentic Classroom Assessment” mendeskripsikan bahwa “The authenticlabel

is often placed on assessments that are performance-based or involve cognitively-complex tasks, without

regard to whether the tasks are similar to those valued outside the classroom.” Pendapat Bruce ini sejalan

dengan penelitian ini karena kompetensi berbicara di dalam kelas oleh sebagian guru bisa diteskan dengan

instrumen tes tulis. Namun, di luar kelas hal itu tidak dapat diterima karena tuntutan di luar kelas

kompetensi berbicara memang harus dipraktikkan secara langsung.

Sukma, dkk (2013:9) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Alat Evaluasi Bahan Ajar

Bahasa Bali SMP Kelas VII Semester Genap Berdasarkan Karakteristik Penilaian Autentik” dapat

disimpulkan bahwa hasil kualitas alat evaluasi dipengaruhi oleh ketidaksesuaian alat evaluasi dengan

karakteristik penilaian autentik. Penyebab ketidaksesuaian alat evaluasi dengan karakteristik penilaian

autentik adalah penyebab pertama, soal yang dibuat belum mengarah ke kompetensi yang akan diukur.

Misalnya, latihan dalam kompetensi menyimak diberikan tugas menyalin aksara latin ke aksara Bali.

Jadi, penyebab pertama ketidakkonsistenan alat evalusi tersebut menimbulkan penyebab kedua yaitu

soal tersebut belum sesuai dengan rumusan indikator mata pelajaran. Penyebab ketiga, guru lebih

cenderung membuat tes uraian, tes menjodohkan, tes menandai kata, tes mengenai proses pembentukan

kata, dan tes sebagian besar berbentuk tes objektif. Perbedaan dengan penelitian ini adalah mata pelajaran

yang digunakan adalah Bahasa Indonesia dan penelitian ini mengkhususkan kompetensi berbicara.

Page 7: IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK KOMPETENSI BERBICARA KELAS ...eprints.ums.ac.id/42879/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dan Asesmen Autentik Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP

3

Anggreni, dkk (2014:9) dalam penelitain yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Master

dan Asesmen Autentik Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Payangan” bahwa

siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan assesmen autentik mempunyai hasil belajar

IPA yang lebih baik dibandingkan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan assesmen

konvensional. Persamaan dalam penelitian ini adalah assesmen autentik yang digunakan memperhitungkan

bahan ajar dan kompetensi yang akan dicapai, sedangkan konvensional tidak keseluruhan

memperhitungkan aspek kompetensi dalam penilaian yang dilakukan.

Nik Azmah Nik Yusuff, dkk (2014:27) dalam penelitiannya yang berjudul “Primary School

Pupils: Acquisition of Science Process Skills Via Hands on Activities and Authentic Assessment”. The

pupils acquisition of science process skills have increased tremendously and their interests and motivation

in science were high. They were able to put into application the skills and knowledge gained from hands-

on learning to solve and understand real life problems. Therefore science teachers should perceive hands

on experimentation as a vehicle to capture pupils‟ interests and favourable attitudes toward science.

Science teachers should be trained on how to implement authentic assessment creatively in their

classroom assessment.Dalam hal ini, guru juga harus mengikuti perkembangan zaman seperti yang terjadi

pada siswa sehingga keduanya saling berkesinambungan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan penilaian autentik dan implementasinya,

menganalisis dan menemukan solusi dari kendala pelaksanaan penilaian autentik kompetensi berbicara

kelas VII di SMP Negeri 1 Teras. Penelitian ini juga bermanfaat untuk mengembangkan penilaian autentik

kompetensi berbicara di mata pelajaran Bahasa Indonesia agar penilaian dapat dilakukan secara optimal.

Selain itu, penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh para mahasiswa calon pendidik dan para guru untuk

dapat mengimplemantasikan secara langsung penilaian autentik kompetensi berbicara.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian studi kasus. Subjek penelitian dalam studi kasus bisa individu,

kelompok, lembaga, atau golongan masyarakat tertentu. Peneliti mencari penjelasan mengenai masalah,

kejadian, atau situasai yang berkenaan dengan imlementasi penilaian kompetensi berbicara kelas VII di

SMP Negeri 1 Teras kemudian peneliti mencari solusi sebagai pemecahan masalah tersebut. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, penelitian lapangan, simak dan catat,

dokumentasi, pustaka, dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.

Pertama, mencermati SK KD yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Kedua, merumuskan aspek-aspek

penilaian berdasarkan kompetensi yang ingin dicapai. Ketiga, menentukan instrumen penilaian yang tepat.

Keabsahan data ini dilakukan proses triangulasi. Dari tiga jenis triangulasi, dipilih keabsahan data dengan

pendekatan triangulasi sumber untuk mengungkap dan menganalisis masalah-masalah yang dijadikan

obyek penelitian.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penilaian autentik kompetensi berbicara di SMP N 1 Teras seperti yang telah dikemukakan

sebelumnya bahwa guru Bahasa Indonesia hanya menggunakan penilaian unjuk kerja dan tes tulis. Di sisi

lain, menurut Puskur Balitbang Depdiknas dalam Sufanti dan Laili (2012:23-43) berdasarkan dokumen

KTSP, ada tujuh teknik penilaian yang dapat digunakan dalam penilaian kelas yaitu: penilaian unjuk kerja,

penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penilaian portofolio, dan penilaian

diri. Masih banyak penilaian autentik lain yang dapat digunakan selain unjuk kerja. SMP N 1 Teras pada

semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 menerima mahasiswa PPL dari UMS. Banyak inovasi penilaian

autentik yang dilakukan.

Page 8: IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK KOMPETENSI BERBICARA KELAS ...eprints.ums.ac.id/42879/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dan Asesmen Autentik Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP

4

3.1 Penilaian autentik kompetensi berbicara yang digunakan oleh mahasiswa PPL UMS kelas VII semester ganjil di SMP N 1 Teras.

SK :2. Mengungkapkan pengalaman dan informasi melalui kegiatan bercerita dan

menyampaikan pengumuman.

KD : 2.1 Menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan

kata dan kalimat efektif.

Skala Penilaian

Nama Siswa : __________ Kelas : _________

No Aspek yang dinilai Nilai

1 2 3 4

1. a. Suara b. Lafal c. Intonasi d. Jeda e. Tempo

2. Pilihan kata

3. Penggunaan kalimat efektif

4. Isi cerita

5. Keruntutan cerita

Jumlah

Skor Maksimum

Nilai = Skor yang dicapai x 100

Skor maksimal

KD : 2.2 Menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan

kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana.

Daftar cek (Chek-list)

Siswa : __________ Kelas : _________

No. Aspek yang Dinilai Baik Tidak Baik

1. a. Suara b. Lafal c. Intonasi d. Jeda e. Tempo

2. Pengunaan kalimat lugas

3. Kesederhanaan kalimat

4. Isi

Skor yang dicapai

Skor maksimum

Keterangan:

Baik mendapat skor 2

Tidak baik mendapat skor 1

Sangat tidak baik 0

Belum maju Ø (kosong)

Nilai = Skor yang dinilai x 100

Skor maksimal

Page 9: IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK KOMPETENSI BERBICARA KELAS ...eprints.ums.ac.id/42879/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dan Asesmen Autentik Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP

5

Kelas VII, Semester I

SK : 6. Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui kegiatan bercerita.

KD : 6.1 Bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang

tepat.

Skala Penilaian

Nama Siswa : __________ Kelas : _________

N

No

Aspek yang dinilai Nilai

1 2 3 4

1. a. Suara b. Lafal c. Intonasi

2. Gestur

3. Mimik wajah

4. Isi cerita (pokok-pokok cerita)

5. Keruntutan cerita

Jumlah

Skor Maksimum

Nilai = Skor yang dicapai x 100

Skor maksimal

KD : 6.2 Bercerita dengan alat peraga

Skala Penilaian Fleksibel

N

No.

Nama Siswa Nilai Jumlah

1

(1-50)

2

(1-25)

3

(1-25)

1.

2.

3.

4.

Keterangan :

Penggunaan alat peraga

Sikap dan penampilan

Isi cerita (pokok-pokok cerita)

Penilaian yang dia atas jelas penekanannya, jika dibanding unjuk kerja yang memukul rata segala

aspek kemampuan dalam kompetensi berbicara, dengan penilaian di atas maka dapat disesuaikan dengan

KD yang mengutamakan aspek tertentu. Contohnya pada KD 6.2 yang dinilai bukan hanya kemampuan

siswa secara lisan dalam bercerita, tetapi kemampuan siswa menggunakan alat peraga. Hal tersebut sesuai

dengan tuntutan KD 6.2. Penilaian tersebut tidak dapat dilakukan dengan tes tulis, tetapi hanya bisa

dilakukan dengan tes lisan.

Pada pemilihan instrumen penilaian autentik, pendidik harus memperhatikan indikator

pencapaian kompetensi sehinggga aspek yang dinilai dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Penilaian

autentik yang dapat diterapkan meliputi penilaian ujuk kerja, penilaian sikap, dan penilaian produk. Jenis

penilaian autentik yang lain dapat pula diterapkan tergantung kebutuhan penilaian. Aspek ujuk kerja yang

digunakan dalam pengembangan instrumen penilaian pada penelitian ini adalah daftar cek (check-list),

skala penilaian, dan skala penilaian fleksibel.

Page 10: IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK KOMPETENSI BERBICARA KELAS ...eprints.ums.ac.id/42879/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dan Asesmen Autentik Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP

6

Daftar cek (check-list) dapat digunakan jika aspek yang nilai secara umum dan tidak memerlukan

penilaian secara terperinci. Skala penilaian dapat digunakan untuk menampilkan rentang nilai yang lebih

banyak sehingga dapat digunakan untuk menggambarkan kemampuan siswa. Skala penilaian fleksibel

pendidik dapat menentukan skor maksimal dari masing-masing aspek. Penilaian sikap digunakan untuk

menggambarkan perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam

merespon sesuatu atau objek. Terakhir adalah penilaian produk, penilaian ini digunakan terhadap proses

pembuatan dan kualitas suatu produk.

3.2 Kekurangan implementasi penilaian penilaian autentik kompetensi berbicara kelas VII semester ganjil di SMP N 1 Teras.

KD 6.1 bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepat di

silabus yang disusun oleh guru mapel, menggunakan teknik penilaian tes tulis dan bentuk penilaian uraian.

Jika dicermati, pada KD tersebut jelas bahwa harus diujikan secara lisan. Pada implementasinya tetap

dilakukan penilaian lisan, tetapi penilaan yang dilakukan menggunakan skala penilaian. Seperti yang telah

dikemukanan sebelumnya, bahwa skala penilaian digunakan untuk mengukur aspek yang bobotnya sama.

Pada penilaian ini aspek yang dinilaioleh guru mapel adalah (1) ketepatan siswa menyebutkan pokok-

pokok cerita, (2) ketepatan siswa merangkai pokok-pokok cerita, (3) kemampuan siswa urutan yang baik,

suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepat. Pada KD 6.1 jelas bahwa dari ketiga aspek tersebut,

lebih ditekankan pada aspek ke tiga. Skala penilaian tidak tepat digunakan pada KD ini karena instrumen

penilaian yang tepat ialah skala penilaian fleksibel.

KD 6.2 bercerita dengan alat peraga pada silabus instrumen penilaian siswa diminta bercerita

berdasarkan gambar sebuah gunung meletus. Hal tersebut bisa saja dilakukan, tetapi kurang tepat. Siswa

seharusnya bercerita dengan wayang kreasi, tongkat, boneka dan lain-lain. Pedoman penskoran juga

mengalami kesalahan yang hampir seruma dengan KD 6.1, bahkan lebih fatal pada KD 6.2.

Aspek yang dinilai pada KD 6.2 (1) pokok-pokok cerita, (2) rangkaian pokok-pokok cerita, dan

(3) Alur cerita. Indikator nomor 3 tertulis mampu bercerita dengan menggunakan alat peraga berdasarkan

pokok-pokok cerita. Aspek penilaian nomor tiga seharusnya berisi kemampuan siswa bercerita

menggunakan alat peraga. Aspek alat peraga justru ditiadakan dalam aspek penilaian. Pada 6.2 dari ketiga

aspek yang telah dikemukakan, masing-masing memiliki bobot skor yang berbeda. Aspek utama ialah

kemampuan siswa menggukanan alat peraga, sedangkan aspek lain hanya penunjang.

3.3 Kesimpulan implementasi penilaian autentik kompetensi berbicara kelas VII semester ganjil di SMP N 1 Teras.

Impementasi penilaian autentik yang digunakan guru mapel Bahasa Indonesia di SMP N 1 Teras

sudah terlaksana meski ada beberapa kekurangan. Dari 2 SK 4 KD yang diajarkan 50% penilaian autentik

yang digunakan kurang tepat, sehingga penilaian kompetensi berbicara tidak efektif. Kesalahan yang

terjadi hampir serupa yaitu tidak sesuainya KD, indikator, dan aspek penilaian yang digunakan.

3.4 Kutipan dan Acuan 3.4.1 Penilaian Autentik

Majid (2012: 186) mengatakan bahwa penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi

oleh para guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui

berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa

tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Senada dengan

Majid, menurrut Muslich dalam Sufanti dan Laili (2012:12) penilaian autentik adalah proses pengumpulan

berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar

siswa.

Page 11: IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK KOMPETENSI BERBICARA KELAS ...eprints.ums.ac.id/42879/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dan Asesmen Autentik Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP

7

Penilaian kompetensi berbicara dapat dilakukan dengan penilaian autentik. Nurgiyantoro

(2008:251) mendefinisikan istilah “penilaian” dalam bahasa Indonesia dapat bersinonim dengan “evaluasi”

(evaluation) dan kini juga populer istilah “asesmen” (assessment). Ada banyak definisi penilaian yang

dikemukakan orang yang walau berbeda rumusan, pada umumnya menunjuk pada pengertian yang

hampir sama. Dalam penilaian autentik siswa tidak hanya dituntut memahami aspek pengetahuan,

melainkan juga apa yang dapat dilakukan dengan pengetahuannya itu. Model penilaian autentik,

yang di dalamnya terdapat model portofolio, kini menjadi sesuatu yang harus dilakukan. Penilaian

autentik mementingkan penilaian proses dan hasil sekaligus. Dengan demikian, seluruh tampilan siswa

dalam rangkaian kegiatan pembelajaran dapat dinilai secara objektif, apa adanya, dan tidak semata-

mata hanya berdasarkan hasil akhir (produk) saja. Lagi pula amat banyak kinerja siswa yang ditampilkan

selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran sehingga penilaiannya haruslah dilakukan selama dan

sejalan dengan berlangsungnya kegiatan proses pembelajaran.

Ada beberapa manfaat lain penggunaan penilaian autentik, sebagaimana dikemukakan Mueller

dalam Nurgiyantoro (2008: 255-256) yaitu sebagai berikut. Pertama, penggunaan penilaian autentik

memungkinkan dilakukannya pengukuran secara langsung terhadap kinerja pembelajar sebagai indikator

capain kompetensi yang dibelajarkan. Kedua, penilaian autentik memberi kesempatan pembelajar untuk

mengkonstruksikan hasil belajarnya. Penilaian haruslah tidak sekadar meminta pembelajar mengulang apa

yang telah dipelajari karena hal demikian hanyalah melatih mereka menghafal dan mengingat saja yang

kurang bermakna. Ketiga, penilaian autentik memungkinkan terintegrasikannya kegiatan pengajaran,

belajar, dan penilaian menjadi satu paket kegiatan yang terpadu. Keempat, penilaian autentik memberi

kesempatan pembelajar untuk menampilkan hasil belajarnya, unjuk kerjanya, dengan cara yang dianggap

paling baik.

Penilaian dapat dilakukan dengan teknik tes dan nontes. Menurut Dirman dan Cicih (2014:64)

penilaian tes dapat berupa tertulis dan lisan, sedangkan nontes dapat berupa observasi, wawancara, skala,

sikap, angket, chek list, dan ranting scale. Dirman dan Cicih (2014: 109) menambahkan bahwa asesemen

autetik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum

dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah

atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya.

3.4.2 Penilaian Menurut Kurikulum 2006

Kurikulum sekolah di Indonesia mulai tahun ajaran 2004/2005 menggunakan kurikulum 2004

yang berbasis kompetensi. Tahun 2006/2007 kurikulum yang dipakai berganti dengan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan. Dalam penyusunan kurikulum, membutuhkan visi misi sebagai dasar penyusunannya.

Mulyadi dalam TIM MKDK (2011:43-44) mengemukakan bahwa perumusan misi adalah suatu usaha

untuk menyusun peta perjalanan, sedangkan visi adalah jalan pikiran yang melampaui realitas sekarang,

sesuatu yang kita ciptakan yang belum pernah ada sebelumya, suatu keadaan yang akan kita wujudkan yang

belum pernah kita alami sebelumnya. Perumusan visi misi tersebut untuk mencapai tujuan pendidikan.

Menurut TIM MKDK (2011:26-47) secara hierarkis tujuan pendidikan ada empat, yaitu: tujuan

pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional. Salah satu tujuan

pendidikan adalah tujuan instruksional, yaitu tujuan yang ingin dicapai setelah siswa mempelajari suatu

pokok bahasan tertetu. Penilaian kelas dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut. Penilaian kelas yang

dikenal dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) secara substansial sama dengan Penilaian

Berbasis Kelas (PBK) dalam Kurikulum Berbasis Kompensi (KBK) atau Kurikulum 2004 Standar

Kompetensi.

Wahyuni dan Abd Syukur (2012:2) mengemukakan bahwa asesmen (dalam kurikulum 2006

disebut dengan penilaian) adalah proses pengumpulan informasi tentang peserta didik (melalui berbagai

Page 12: IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK KOMPETENSI BERBICARA KELAS ...eprints.ums.ac.id/42879/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dan Asesmen Autentik Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP

8

sumber bukti), berkenaan dengan apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka dapat dilakukan.

Informasi ini digunakan sebagai dasar untuk membuat suatu keputusan. Asesmen harus memenuhi dua

persyaratan, yaitu mengukur kompetensi dan harus mempunyai efek yang menguntungkan terhadap

proses belajar.

Penilaian kelas merupakan suatu kegiatan guru yang berkaitan dengan pengambilan keputusan

tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran

(Puskur Balitbang Depdiknas dalam Sufanti dan Laili, 2012:11). Sementara itu, Supranata dan Muhammad

dalam Sufanti dan Laili (2012:11) mendefinisikan penilaian kelas adalah penilaian yang dilakukan guru

dalam rangka pembelajaran. Puskur Balitbang Depdiknas dalam Sufanti dan Laili (2012:21)

mengemukakan bedasarkan dokumen KTSP, ada tujuh teknik penilaian yang dapat dilakukan dalam

penilaian kelas, yaitu: penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian

produk, penilaian portofolio, dan penilaian diri.

Suwandi dalam Sufanti dan Laili (2012:11) menyatakan bahwa penilaian kelas merupakan proses

pengumpulan dan penggunaan informasi serta hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru untuk

menentapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang

diterapkan, yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar yang

terdapat dalam kurikulum. Penilaian kelas dapat dilakukan di dalam kelas dan atau di luar kelas, seperti

laboratorium maupun lapangan.

Penilaian kelas merupakan proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan,

penyusunan alat evaluasi, pengumpulan informasi melalui bukti yang menunjukkan pencapaian hasil

belajar, pengolahan, dan penggunaan informasi hasil belajar (Puskur Balitbang Depdiknas dalam Sufanti

dan Laili, 2012:12). Kegiatan perencanaan meliputi kegiatan pemahaman dengan cermat tentang KD,

indikator, dan penentuan teknik evaluasi yang digunakan untuk mengukur ketercapaian KD tersebut. Jika

guru memilih teknik penilaian unjuk kerja, maka alat penilaian yang disusun adalah petunjuk atau perintah,

lembar pengamatan, dan pedoman penskoran, dan sebagainya.

Penilaian kelas memiliki beberapa fungsi, menurut Puskur Balitbang Depdiknas dalam Sufanti

dan Laili (2012:16) sebagai berikut. (1) Menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah

menguasai suatu kompetensi. (2) Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta

didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program,

pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan (sebagai bimbingan). (3) Menemukan kesulitan

belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang

membantu guru menentukan apakah seseorang perlu mengikuti remidial atau pengayaan. (4) Menemukan

kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang berlangsung guna perbaikan proses

pembelajaran berikutnya. (5) Sebagai kontrol bagi guru dan sekolah tentang perkembangan peserta didik

3.4.3 Kompetensi Berbicara

Tarigan (2008:15) mendefinisikan berbicara adalah kemampuan dalam mengucapkan bunyi-

bunyi artikulasi untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

Berbicara merupakan sutau bentuk prilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis,

neurologis, semantik, dan linguistik, secara luas berbicara dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling

penting bagi kontrol manusia. Setiap orang yang berbicara tentu mempunyai tujuan yakni menyampaikan

pikiran dan perasaan secara efektif. Tarigan (2008:15) mengatakan bahwa sebagai alat sosial, pada dasarnya

berbicara mempunyai tiga maksud umum yaitu sebagai berikut:

1. memberitahukan dan melaporkan (to inform);

2. menjamu dan menghibur (to entertain);

3. membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade).

Page 13: IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK KOMPETENSI BERBICARA KELAS ...eprints.ums.ac.id/42879/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dan Asesmen Autentik Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP

9

4. PENUTUP

Penelitian yang berjudul „Implementasi Penilaian Autentik Kompetensi Berbicara di SMP Negeri

1 Teras‟ ini dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi penilaian kompetensi berbicara pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Teras sudah diimplementasikan dengan baik. Namun, masih

kurang karena sarana dan prasarana yang ada tidak dimanfaatkan dengan baik seperti laboratorium bahasa.

Kurang bervariasinya instrumen penilaian yang digunakan oleh guru mapel juga menjadi faktor kurang

efektifnya implementasi penilaian autentik kompetensi berbicara di SMP Negeri 1 Teras. Ada beberapa

KD yang tidak efektif menggunakan instrumen tersebut, dampaknya alokasi waktu pembelajaran tidak

sesuai dengan RPP yang telah disusun. Padahal, tidak seluruh SK KD menyamaratakan semua nilai aspek

yang diujikan.

Kendala yang dihadapi langsung dalam implementasi penilaian autentik adalah alokasi waktu.

Kompetensi berbicara membutuhkan waktu yang lebih dibanding kompetensi lain karena peserta didik

perlu mempersiapkan penampilannya sebelum dinilai. Pada proses penilaian, guru harus cermat memilih

strategi pembelajaran yang tepat agar penilaian kompetensi berbicara dapat dilakukan dengan

maksimal.

5. DAFTAR PUSTAKA

Anggreni, Ni Made Dyan. Nyoman Dantes dan I Made Candiasa. 2014.“Pengaruh Model Pembelajaran Master dan Asesmen Autentik Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Payangan”. e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan.Volume 4 Tahun 2014. Halaman 1-11.

Dirman. Cicih Juarsih. 2014. Penilaian dan Evaluasi: dalam rangka implementasi standar proses pendidikan siswa. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Frey, Bruce B.Schmitt, dan Justin. 2012. “Defining Authentic Classroom Assessment”. Practical Assessment, Research & Evaluation. Vol. 17. No. 2, Januari 2012. Halaman 1-18.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.

Majid, Abdul. 2012. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdaskarya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2008. “Penilaian Otentik”. Dalam Cakrawala Pendidikan, November 2008, Th. XXVII, No. 3. Halaman 250-161.

Rahmawati, Laili Etika dan Nuraini Fatimah. 2014. “Pengembangan Model Penilaian Autentik Kompetensi Berbicara”. Varia Pendidikan. Vol. 26. No. 1, Juni 2014. Halaman 1-10.

Sufanti, Main dan Laili Etika Rahmawati. 2012. Teori Evaluasi Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Page 14: IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK KOMPETENSI BERBICARA KELAS ...eprints.ums.ac.id/42879/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · dan Asesmen Autentik Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP

10

Sukma, Wirani. Nengah Martha dan M Sutama. 2013. “Analisis Alat Evaluasi Bahan Ajar Bahasa Bali SMP Kelas VII Semester Genap Berdasarkan Karakteristik Penilaian Autentik.e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Volume 2 tahun 2013. Halaman 1-10.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

TIM MKDK. 2011. Manajemen Pendidikan: Konsep dan Implementasi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Yusuff, Nik Azmah Nik. dkk. 2014. “Primary School Pupils: Acquisition of Science Process Skills Via Hands on Activities and Authentic Assessment”.Jurnal Pendidikan Sains & Matematik Malaysia. Vol.4 No.1 Juni 2014. Halaman 15-28 / ISSN 2232-0393

Wahyuni. Abd Syukur. 2012. Asesmen Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Refika Aditama.