2. aai uns materi ok pmd

126
Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 << 15 MATERI ASISTENSI AGAMA ISLAM Mengenal Hakikat Penciptaan Manusia Mengenal Hakikat Penciptaan Manusia Mengenal Hakikat Penciptaan Manusia Mengenal Hakikat Penciptaan Manusia Mengenal Hakikat Penciptaan Manusia (Ma’rifatul Insan) (Ma’rifatul Insan) (Ma’rifatul Insan) (Ma’rifatul Insan) (Ma’rifatul Insan) “Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari saripati yang (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami balut dengan daging. Lalu Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (Al-Mukminun : 12-14) Nama-nama manusia Allah SWT dalam Al-Qur’an memberikan nama lain untuk manusia dengan berbagai sebutan dalam bahasa arab. Diantaranya adalah - Al-Ihsan - Bani Adam - An-nas - Al-Basyar

Upload: kartika-kushendrahayu

Post on 10-Aug-2015

58 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

15

MATERI ASISTENSI AGAMA ISLAM

Mengenal Hakikat Penciptaan ManusiaMengenal Hakikat Penciptaan ManusiaMengenal Hakikat Penciptaan ManusiaMengenal Hakikat Penciptaan ManusiaMengenal Hakikat Penciptaan Manusia

(Ma’rifatul Insan)(Ma’rifatul Insan)(Ma’rifatul Insan)(Ma’rifatul Insan)(Ma’rifatul Insan)

“Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari saripati

yang (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air

mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).

Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu

segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal

daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu

Kami balut dengan daging. Lalu Kami jadikan ia makhluk yang

(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling

baik.”

(Al-Mukminun : 12-14)

Nama-nama manusia

Allah SWT dalam Al-Qur’an memberikan nama lain untuk manusia

dengan berbagai sebutan dalam bahasa arab. Diantaranya adalah

- Al-Ihsan

- Bani Adam

- An-nas

- Al-Basyar

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

16

PROSES PENCIPTAAN MANUSIA

“Hai manusia jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan

(dari kubur), maka ketahuilah sesungguhnya Kami telah menjadikan

kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal

darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya

dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan

Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu

yang telah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,

kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai pada

kedewasaan, dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan ada pula

yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak

mengetahui lagi sesuatupun yang dulu diketahuinya. Dan kamu lihat

bumi ini kering, kemudian apabila telah kami turunkan air di atasnya,

hidup dan suburlah bumi itu dan menumbuhkan berbagai macam

tumbuh-tumbuhan yang indah.” (Al-Hajj : 5)

“…Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi

kejadian dalam tiga kegelapan. Yang berbuat demikian itu adalah

Allah…” (Az-Zumar: 6)

Tiga kegelapan yang dimaksud ayat tersebut adalah kegelapan dalam

perut, kegelapan dalam rahim dan kegelapan dalam selaput yang menutup

janin dalam rahim. Seperti yang telah dijelaskan dalam QS. Az-Zumar

ayat 6. Hal ini juga tidak terbantahkan secara ilmiah.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

17

Lebih jelas lagi, ayat Al-Quran yang menggambarkan proses

penciptaan manusia adalah pada QS. Al-Mukminun ayat 12-14, yang

artinya :

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari

saripati yang (berasal ) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati

itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).

Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal

darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu

Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami balut

dengan daging. Lalu Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain.

Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (Al-

Mukminun: 12-14)

Dari ayat diatas ada 2 kesimpulan isi kandungan ayat tersebut,

yaitu :

a. Penegasan Allah swt. bahwa manusia merupakan makhluk ciptaan-

Nya yang asal kejadiannya berasal dari saripati tanah. Bagaimana

menurut ilmu pengetahuan mengenai asal kejadian manusia? Menurut

ilmu Biologi, manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan asal kejadiannya

adalah dari tanah. Hal ini telah dibuktikan dengan menggunakan metode

abu bekas bakaran dari makhluk hidup tersebut. Hasil penelitian abu

bekas bakaran tersebut diketahui bahwa unsur-unsur asli yang terdapat

dalam diri manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan sama dengan unsur-

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

18

unsur yang terdapat dalam tanah, yaitu, oksigen, hidrogen, zat belerang,

zat arang, kalium, natrium, iodium, asam arang, air, dan zat-zat lainnya

yang berfungsi sebagai pelengkap.

b. Informasi dari Allah swt. tentang proses kejadian manusia ketika masih

berada dalam kandungan.

Sesuai ayat tersebut, proses kejadian manusia dalam kandungan yaitu

:

• Allah swt menjadikan saripati tanah yang terdapat dalam tubuh

manusia sebagai nutfah (air yang berisi spermatozoa), yang

kemudian ditumpahkan ke dalam qarar (rahim)

• Allah swt. menjadikan nutfah sebagai alaqah yang berbentuk

gumpalan darah menyerupai buah lecis atau lintah.

• Dari alaqah, Allah swt. menjadikannya sebagai mudghoh, yaitu

segumpal daging yang menyerupai daging hancur yang telah

dikunyah.

• Dari mudghoh, Allah swt. menjadikannya sebagai idzam, yaitu

tulang atau rangka.

• Kemudian tulang atau rangka itu dibalut oleh daging.

• Setelah itu Allah swt. menjadikannya sebagai makhluk dalam

bentuk lain yaitu dalam bentuk manusia yang telah berkepala,

berbadan, bertangan dan berkaki.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

19

Bagaimana menurut pandangan ilmu pengetahuan tentang proses

kejadian manusia?

Menurut ilmu biologi, spermatozoa yang berasal dari laki-laki (suami)

melalui proses senggama masuk ke dalam qarar (rahim) wanita (istri). Di

dalam rahim, spermatozoa ini bertemu dengan sel telur atau ovum istri

sehingga terjadi pembuahan. Sel telur yang telah dibuahi disebut zigot,

kemudian mengalami nidasi atau menempal pada salah satu dinding rahim.

Pada titik itulah ia membesar dengan sistem perkembangan sel, yaitu

membelah diri dari satu menjadi 2, 4, 8, 16, 32, dan seterusnya menurut

deret ukur, menjadi berkas sel-sel yang berbentuk seperti buah murbei.

Kemudian tumbuh memanjang, gepeng seperti lintah, kedua ujungnya

melekat pada dua titik pada dinding rahim, lalu salah satu ujungnya lepas

dan terbentuklah segumpal daging yang dihubungkan dengan seutas tali ke

dinding rahim ibunya. Dalam proses selanjutnya, daging itu tumbuh menjadi

tulang yang beruas-ruas panjang, kemudian berkembang menjadi kerangka

badan yang lengkap serta otot menutupi tulang-tulang itu. Sesudah 120

hari atau 4 bulan masa kandungan, maka jabang bayi sudah lengkap dengan

segala organ-organ tubuh sebagai manusia dan setelah sembilan bulan

sepluh hari bayi tersebut siap dilahirkan.

Unsur Manusia

Manusia hidup dari rangkaian unsur-unsur tertentu yang menyusun

struktur kepribadiannya. Allah menciptakan manusia melalui dua tahap.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

20

Allah pertama kali menciptakan jasadnya, kemudian meniupkan ruh ke

dalam jasad itu, sebagaimana pernyataan Allah swt. dalam ayat di bawah

ini :

“Maka apabila Aku telah menyempurnakan (penciptaan

jasadnya), lalu Kutiupkan dari ruh-Ku ke dalamnya, maka

bersujudlah kamu sekalian kepadanya.” (Shaad: 72)

Jadi, dua unsur utama dalam kepribadian manusia adalah unsur materi

yaitu fisik manusia dan unsur ruh yaitu hati dan jiwa manusia. Selain dua

unsur tersebut ada satu unsur yang membuat manusia menjadi makhluk

Allah yang sempurna dibandingkan hewan dan tumbuhan, unsur tersebut

adalah akal.

Ruh merupakan zat yang tak terlihat, tetapi hakekat ruh itu terasa

eksistensinya dalam jiwa manusia. Fungsi utama ruh untuk merasakan,

meyakini, menghendaki, dan memutuskan. Rasulullah saw mengatakan

bahwa di dalam jasad ada segumpal daging. Bila daging itu baik, maka

baiklah seluruh jasad. Namun bila daging itu rusak, maka rusaklah seluruh

jasad. Segumpal daging itu adalah hati manusia, dalam hal ini konteks

pembahasan hati bukanlah hati secara fisik, walaupun hepar juga sangat

menentukan kesehatan tubuh.

Akal adalah unsur dalam diri manusia yang berfungsi untuk

menampung dan memahami informasi yang disimpan dalam otak, kemudian

diproses dalam hati. Karena itulah Al-Quran sering menyatakan bahwa

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

21

kerja akal itu dalam hati, sebab memang tidak ada jeda waktu dari proses-

proses itu. Selanjutnya hasil keputusan hati itu akan menjadi tekad. Dari

tekad akan turun ke wilayah fisik menjadi sikap dan tindakan.

Fisik atau jasad memiliki tugas utama yaitu mengekspresikan

kehendak dalam bentuk sikap dan tindakan yang diarahkan oleh akal dan

keputusan jiwa. Oleh karena itu fisik adalah kendaraan bagi akal dan jiwa

kita. Para ulama Islam mengatakan, “Jika engkau mempunyai jiwa besar,

niscaya ragamu akan lelah mengikuti kehendaknya.” Jadi kendaraan ini

harus di up-grade kemampuannya dan dipelihara terus menerus, agar

sanggup membawa beban akal dan jiwa kita. Sebab setiap masalah yang

menimpa kendaraan ini akan mempengaruhi kondisi akal dan jiwa kita.

Ketiga unsur manusia tersebut, adalah kesatuan yang tidak bisa

dipisahkan dan pemenuhan kebutuhannya pun harus seimbang.

POTENSI MANUSIA

Manusia menyimpan potensi dalam dirinya. Potensi tersebut

mengarah pada dua kecenderungan yang berlawanan. Dua kecenderungan

tersebut mengarahkan manusia untuk berbuat takwa atau berbuat fujur.

“Maka Dia (Allah) mengilhamkan kepada manusia (jalan) fujur

dan taqwa.” (Asy-Syams: 8)

Fujur adalah representasi semua kebatilan, kejahatan dan

keburukan yang semua itu akan menghasilkan dosa dan kesengsaraan dan

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

22

muaranya adalah neraka. Sementara takwa adalah representasi kebenaran,

kebaikan dan keindahan yang semua itu menghasilkan pahala dan

kebahagiaan yang muaranya adalah surga. Nah, kita jadi tahu bukan apa

yang menyebabkan seseorang bisa masuk surga atau neraka?

Sesungguhnya potensi fujur dan potensi takwa tidak akan pernah

bertemu pada satu waktu dalam diri manusia. Tidaklah seseorang berbuat

maksiat ketika ia dalam keadaan beriman. Sebaliknya, orang-orang yang

sedang kafir tidak sekali-kali melakukan ketaatan kepada Allah. Demikian

hadits Nabi menuturkan. Maka, Allah swt. menjanjikan kepada orang-

orang yang bertakwa, balasan sesuatu yang tidak diberikan kepada orang-

orang kafir yang berbuat fujur.

Sebagaimana Allah swt berfirman :

“Sesungguhnya orang kafir, ahli kitab, dan orang musyrik masuk

ke dalam neraka jahanam dan mereka kekal di dalamnya, mereka

itulah sejelek-jelek makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang

beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itulah sebaik-baik

makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga Adn

yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya

selama-lamanya….” (Al-Bayyinah: 6-8)

Maka keputusan untuk memilih yang baik (surga) atau yang buruk

(neraka) ada pada diri kita. Dan tentu saja, kita ingin berada dalam

kebaikan yang selalu kekal di sisi Allah swt.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

23

KEISTIMEWAAN MANUSIA

Ada banyak kelebihan atau keistimewaan manusia dibandingkan dengan

makhluk lainnya, diantaranya adalah:

1. Dalam segi penciptaan

2. Dalam segi Ilmu

3. Dalam segi kehendak

4. Dalam segi posisi

5. Dalam segi kemampuan berbicara

6. Dalam segi tendensi moral

MISI MANUSIA DI MUKA BUMISetidaknya, ada tiga misi diciptakannya manusia di bumi ini, yaitu :

1. Beribadah kepada Allah swt

Allah memerintahkan manusia untuk beribadah sebagai bentuk rasa

syukur atas karunia dan nikmat yang diberikan-Nya seperti disampaikan

dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56 berikut.

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka menyembah-Ku.”

Jadi tugas utama manusia adalah menyembah (beribadah) kepada

Allah, bukan untuk yang lainnya. Ibadah disini dalam arti luas yang tidak

melulu shalat, zakat, puasa, naik haji dan sebagainya, namun bermakna

luas. Segala sesuatu yang diperbuat seseorang karena ketaatan dan

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

24

ketundukannya kepada Allah adalah ibadah. Saat kita kuliah dengan niat

bismillah mencari ilmu Allah, maka itu bisa dihitung ibadah. Ketika kita

tersenyum ikhlas pada saudara seiman itu juga ibadah. Bahkan sekedar

menyingkirkan duri/rintangan di jalan pun dikatakan Rasulullah sebagai

ibadah. Ibnu Taimiyah mengartikan ibadah adalah segala sesuatu yang

dicintai Allah dan diridhoi-Nya. Prinsip “hidup hanya untuk beribadah”

jangan dimaknai meninggalkan berbagai aktivitas untuk melaksanakan ritual

ibadah tapi dimaknai dengan menjadikan seluruh aktivitas kehidupan bernilai

ibadah.

2. Sebagai pemimpin di muka bumi (khalifah fil ardhi)

Allah swt. memilih manusia untuk memimpin dan mengelola bumi

dengan seluruh isinya. Hal ini karena kelebihan manusia atas kehendak

Allah swt. yang tidak dimiliki oleh makhluk lain, yakni kecerdasan yang

dimilikinya. Perhatikan firman Allah swt berikut:

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat,

“sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi.

“Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah

di bumi ini orang yang akan membuat kerusakan padanya dan

menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan

memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman,

“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang engkau tidak ketahui.”

(Al-Baqarah: 30)

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

25

3. Misi Peradaban (Al ‘Imarah)Manusia dengan berbagai potensi yang dianugerahkan Allah, adalah

makhluk berperadaban. Dengan otaknya, manusia mampu menciptakankarya-karya besar dalam kehidupan ini untuk meramaikan danmemakmurkan kehidupan agar lebih nyaman ditinggali. Allah swt berfirman

dalam QS. Hud ayat 61, yaitu “Dan kepada Samud (Kami utus) saudara

mereka, Salih. Salih berkata, “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-

kali tidak ada bagimu tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu

dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu

mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya.

Sesungguhnya Tuhan-ku amat dekat (rahmat-Nya) lagi

memperkenankan (doa hamba-Nya).” (Hud : 61)

Bersamaan dengan itu, Islam hadir dengan tuntunan syariatnya yang

komprehensif dan integral, yang memungkinkan manusia memberdayakan

seluruh potensinya untuk mengemban misi agung sebagai makhluk yang

berperadaban, untuk membangun kehidupan dengan bimbingan nilai-nilai

luhur Islam.

Mengenal Allah (Ma’rifatulloh)Mengenal Allah (Ma’rifatulloh)Mengenal Allah (Ma’rifatulloh)Mengenal Allah (Ma’rifatulloh)Mengenal Allah (Ma’rifatulloh)

“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk

dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala

agama-agama meskipun orang musyrik membenci”

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

26

(Ash-Shaff : 9)

“Tiga perkara bagi siapa yang mendapatkan hal itu pada dirinya

maka ia akan dapat menikmati manisnya iman. Pertama, Allah

dan Rasulnya lebih ia cintai dari pada yang lainnya; Kedua, tidak

mencintai seseorang kecuali karena Allah; Ketiga, ia benci kembali

kepada kekufuran setelah Allah selamatkan ia dari kekufuran itu,

sebagaimana ia benci apabila dicampakkan ke dalam api neraka”.

(HR Muttafaqun’alaih dari Anas bin Malik)

• Allah, kebutuhan fitrah manusia

Manusia sadar bahwa dirinya dan apapun yang ada di alam ini

pasti ada yang mencipatakan. Keserasian dan keharmonisan roda

kehidupan di alam ini merupakan bukti bahwa di atas semua itu, ada

zat yang luar biasa. Tak heran jika muncul berbagai aliran animisme,

dinamisme, hindu, budha dan lain sebagainya. Itulah sebenarnya nurani

kemanusiaa manusia, fitrah manusia yang telah Allah tetapkan dalam

ketentuannya. Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (Ar Rum:

30).

• Bagaimana mengenal Allah

A. Bukti yang didasarkan dan dibenarkan oleh akal (dalil aqli)

Akal kita (asal kita tidak sombong dan ingkar) sebenarnya

bisa merasakan keberadaan Allah. Orang bisa mengatakan bahwa

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

27

alam ini tercipta dengan sendirinya, tapi pernyataan ini bisa

langsung dipatahkan dengan argumentasi yang sangat sederhana.

Ustadz Hasan Al-Banna rahimahullah, pernah mendapat

sanggahan bahwa alam ini tercipta dengan sendirinya. Sedangkan

Allah atau apapun yang menciptakan alam, itu tidak ada. Beliau

dengan tenang menjawab: ’’Jika Anda meletakkan sebuah buku

di atas meja kemudian Anda keluar dari kamar dan tak lama

kemudian mendapati buku tersebut berada di dalam laci, maka

secara logis Anda akan berpendapat bahwa pasti ada orang yang

memindahkannya karena Anda tahu sifat-sifat buku yang tidak

mungkin berpindah dengan sendirinya. Lalu jika suatu ketika Anda

melihat seseorang duduk di kursi kemudian Anda

meninggalkannya. Ketika Anda kembali orang tersebut tak ada

lagi di kursinya melainkan duduk di karpet, secara logis pula Anda

tidak akan bertanya siapa yang memindahkannya dari kursi ke

karpet karena Anda tahu sifat-sifatnya, bahwa ia bisa berpindah

dengan sendirinya. Jadi, sifat-sifat alam semesta ini sebagaimana

sifat buku yang tadi saya umpamakan, tidak mungkin terjadi

dengan sendirinya. Sedangkan sifat-sifat Allah sejalan dengan

perumpamaan kedua. Ia pasti ada dengan sendirinya karena

demikianlah sifatnya, Ia tidak membutuhkan sesuatu yang lain di

luar dirinya.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

28

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan

silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi

orang-orang yang berakal, (Ali Imran: 190)

Akal pikiran merupakan anugerah terdahsyat yang dimiliki

manusia, dan Allah tidak menganugerahkannya kepada makhluk

selainnya. Dengan akal pikiran ini manusia dapat belajar,

mengamati, dan akhirnya menyimpulkan. Penjelajahan inderawi

manusia hanya akan menjadi data-data empiris yang tidak memberi

arti apa-apa jika tidak dibaca dengan akal pikiran manusia. Akal

pikiran (logika)-lah yang memberi arti data-data alam itu,

menghubung-hubungkan, lalu menyimpulkannya. Maka dengan

mengamati fenomena alam yang terbentang ini (ayat kauniyah),

manusia dengan logikanya sesungguhnya mampu mendapatkan

pengetahuan yang sangat luas.

Para ahli filsafat abad-abad silam melakukan penjelajahan

filosofinya untuk mendapatkan sebuah hakikat maha penting, yaitu

hakikat sumber dari segala alam wujud ini. Ada beragam

kesimpulan, namun banyak diantara mereka akhirnya

menyimpulkan bahwa dibalik fenomena alam ini ada sebuah

“kekuatan” yang Maha Dahsyat, yang menciptakan alam yang

maha luas ini. Jika mereka telah mendapatkan kesimpulan adanya

tuhan (what), namun mereka tidak mampu lagi memperoleh

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

29

informasi lebih lanjut tentang siapakah tuhan itu (who)? Meskipun

demikian, kesimpulan awal dari penjelajahan logika ini sudah

sangat memberi arti bagi kegelisahan jiwa manusia tatkala mereka

belum mendapatkan tuntunan wahyu dari langit yang memberi

penjelajahan lebih terperinci. Mungkin, jika para filosof ini

berjumpa Nabi dengan wahyu yang dibawanya, merekalah yang

akan memberi respon positif pertama kali untuk menerimanya.

Ini persis seperti kisah petualangan Ibrahim mencari tuhan, atau

kisah beberapa sahabat yang mencari agama yang benar dan

akhirnya dipertemukan dengan baginda Rasulullah saw.

B. Bukti yang berasal dari Al-Qur’an (dalil naqli)

Ada seorang profesor dari Jerman yang juga seorang dokter

ahli bedah. Ia seorang yang masih kafir, tapi suka mempelajari

ilmu agama (orientalis: belajar untuk diilmui saja, bukan untuk

diimani), diantara yang dipelajarinya adalah Islam. Pada suatu

hari ia menemukan ayat 92 dari surat Yunus(10) yang berbunyi;

’’Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya

kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang

sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia

lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”

Profesor itu kemudian mencari tahu badan siapa yang

diselamatkan Allah seperti yang dimaksudkan dalam ayat itu?

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

30

Akhirnya dia menemukan jawabannya pada surat Al Baqarah

ayat 50,

’’Dan (ingatlah) ketika Kami belah laut untukmu, lalu

Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir’aun)

dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri

menyaksikan.”

Dari ayat itu, sang Profesor berkesimpulan bahwa yang

dimaksudkan Allah itu adalah Fir’aun yang pernah tenggelam di

Laut Merah. Setelah mati tenggelam, Allah menyelamatkan

jasadnya dengan tidak membuatnya remuk membusuk. Menurut

sejarah Mesir, mayat yang tenggelam itu ditemukan di tepi pantai

dan oleh rakyatnya, mayat Fir’aun itu dibalsem dan dimusiumkan

di Mesir. Pada tradisi Mesir kuno, mayat-mayat para raja memang

biasanya diawetkan dengan cara dibalsem menjadi mummi dan

disemayamkan di Piramida, sebuah bangunan yang tersusun dari

batu berbentuk limas.

Setelah tahu hal itu, sang profesor ingin membuktikan

kebenaran ayat tersebut dengan keahlian yang ia miliki, yaitu ilmu

bedah. Ia lalu pergi ke Mesir, tempat tersimpannya mummi Fir’aun.

Ternyata, disana ia tidak hanya menemukan satu Fir’aun atau

yang sering dikenal dengan sebutan raja Ramses. Ia menemukan

tiga mummi raja Ramses, yakni Ramses I, II dan III. Lalu manakah

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

31

yang dimaksud dalam surat Yunus ayat 92 itu? Untuk

menemukannya, sang Profesor menggunakan ilmu yang dimilikinya

untuk membedah ketiga mummi tersebut. Ternyata, mayat Ramses

II-lah yang memiliki tanda-tanda pernah tenggelam. Itu terlihat

dari otot-otot tubuhnya yang menegang seperti orang yang mati

tenggelam. Bukti lain yang menguatkan adalah adanya salah satu

spesies ganggang laut yang ada di Laut Merah terdapat dalam

tubuh mummi tersebut.

Setelah kejadian itu, sang Profesor yang semula kafir itu

mendapat hidayah. Ia tidak lagi sekadar mempelajari agama,

namun sekaligus mengimaninya dan mengamalkan Islam. Ini salah

satu contoh yang menunjukkan bahwa dalil naqli (ayat-ayat Al-

Qur’an) membuktikan keberadaan Allah swt.

C. Bukti Fitrah (dalil fitri)

Fitrah artinya hati nurani, nurani adalah bisikan hati yang

paling dalam. Mungkin kita sering merasakan hal-hal yang

berkaitan dengan ini, nurani tidak bisa berbohong kecuali kita

mengingkarinya atau menolaknya. Nah, keberadaan Allah itu

sesuatu yang sulit disangkal oleh nurani. Sebab, kita sejak awal

sudah dibekali kesaksian tentang Allah seperti dalam ayat berikut

ini,

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

32

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari

sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka

dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya

berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu? “Mereka

menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami

bersaksi,”(Kami lakukan yang demikian itu) agar dihari

Kiamat kamu tidak mengatakan, “ Sesungguhnya ketika itu

kami lengah terhadap ini,”. (Al-A’raaf:172)

Jadi, nurani kita sebenarnya telah terisi kesaksian bahwa

ternyata ada Dzat yang Maha Lebih Segalanya dibandingkan kita.

Ada kekuatan yang luar biasa kuat menguasai hidup kita. Ada

hal-hal yang tidak terjangkau indera kita tetapi nurani kita mengakui

adanya.

Al-Quran juga menyebutkan bahwa keimanan kepada Allah

swt merupakan pokok atau dasar, dimana setiap rukun akidah

bersandar kepadanya atau mengikutinya.

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman

kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah

turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan

sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-

malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

33

kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-

jauhnya.” (An-Nisa’: 136)

Adapun keimanan kita kepada Rasulullah merupakan

konsekuensi dari keyakinan kepada Allah. Tidak mungkin

seseorang meyakini adanya Rasulullah, apabila mereka tidak

beriman kepada Allah. Demikian juga, keimanan kepada kitab-

kitab dan adanya hari akhir, berdiri di atas pondasi keimanan

kepada Allah. Tidak dibenarkan secara logika bahwa seseorang

mengingkari Allah tetapi meyakini kitab-kitab Allah. Keseluruhan

rukun keimanan berdiri di atas landasan iman kepada Allah. Begitu

banyak kehancuran melanda masyarakat paganis yang

mengagung-agungkan berhala. Karena kehidupan manusia hanya

akan bisa berjalan lurus dan benar apabila berada dalam bimbingan

iman kepada Allah swt.

• Tauhidullah

Pengenalan kepada Allah menuntutu pengetahuan tentang tauhid.

At-tauhid berasal dari kata kerja wahhada-yuwahhidu yang berarti

sikap mengesakan. Tauhidullah dibagi menjadi 3 macam tauhid pokok.

1) Tauhid Rububiyah (Allah sebagai Rabb)

Kata rububiyah berasal dari akar rabb, yaitu zat yang

menghidupkan, mematikan, menciptakan, memberi rezeki,

mengelola, mengatur, dan menguasai alam semesta. Tauhid

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

34

rububiyah menunjukkan sebuah keyakinan terhadap keesaan Allah,

bahwa Allah adalah satu-satunya zat yang melakukan perbuatan

(af’al) tersebut. Didalam Al Qur’an, banyak dijelaskan Allah

berkaitan dengan rububiyah yang meliputi fenomena penciptaan,

pemberian rejeki, juga pengelolan dan penguasaan alam semesta

ini. Seseorang yang mempunyai tauhid yang matang, maka tidak

akan terjerumus dalam perbuatan syirik, misalnya menganggap

suatu benda memiliki kekuatan gaib, atau meyakini dukun, meyakini

hari-hari tertentu, atau isyarat-isyarat tertentu (dari binatang, burung,

cuaca)sebagai pertanda terjadinya sesuatu. Tauhid rububiyah Allah

SWT (1:2, 7:54), menurut fuungsinya terbagi atas 3:

- Khaliqan (pencipta) (25:2, 2:21-22)

- Razikan (pemberi rizki) (51:57-58)

- Malikan (pemilik) (2:284, 1:4, 114:2, 62:2)

2) Tauhid Mulkiyah

Kata mulkiyah berasal dari akar kata mulk, yang dengannya

terbentuk pula kata malik. Tauhid mulkiyah berarti sebuah

keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya zat yang menguasai

alam semesta ini, dengan hak penuh penetapan peraturan atas

kehidupan. Tidak ada sekutu dalam kekuasaan Allah di alam

semesta ini. Dengan sifat mulkiyahnya, Allah berhak menentukan

apa saja untuk makhlukNya. Sebagai malik (Yang Memiliki) maka

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

35

Allah adalah raja atau penguasa. Tauhid mulkiyah Allah SWT (3:2,

3:189) meliputi:

- Waliyan (pemimpin) (7:196)

- Hakiman (pembuat hukum) (51:57-58)

- A,miran (pemerintahan) (3:54)

3) Tauhid Uluhiyah

Jika telah memiliki keyakinan tauhid rububiyah dan uluhiyah, maka

tauhid uluhiyah adalah pengejawantahan dari sikap kepasrahan

dan penghambaan yang paripurna hanya kepada Allah SWT.

Uluhiyah atau ilahiyah berasal dari kata ilah. Dalam bahasa arab

kata ilah memiliki akar kata a-la-ha yang memiliki arti atara lain

tentram, tenang, lindungan, cinta dan sembah. Semua makna ini

sesuai dengan sifat-sifat dan kekhususan zat Allah SWT. Makna

tauhid uluhiyah adalah sebuah keyakinan bahwa Allah adalah satu-

satunya zat yang memiliki dan menguasai langit, bumi dan seisinya,

satu-satunya yang wajib ditaati, yang menentukan segala hukum

dan aturan, yang melindungi dan Dialah yang menjadi tumpuan

harapan dab kepadaNya ditujukan semua amalan, dan pada

puncaknya Dialah satu-satunya Ilah yang Maha berhak disembah.

4) Tauhid Asma wa Sifat

Asma adalah jamak dari kata ismun, yaitu nama-nama. Dengan

demikian, tauhid asma wa sifat berarti keyakinan bahwa Allah

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

36

adalah esa dalam nama-nama-Nya. Kita diperintahkan untuk

menerima dan mengimani nama serta sifat Allah sebagaimana yang

disampaikan sendiri oleh Allah didalam Al Qur’an dan Rosulullah

SAW dalam sunah, apa adanya, tanpa menambah, mengurangi,

menolak, mentakwilkan ataupun mengandaikan. Memahami dan

mendalami asma dan sifat Allah merupakan hal yang penting bagi

kita sebagi hamba-Nya yang beriman. Karena sebuah sikap

biasanya akan ditentukan oleh sejauh mana pengenalan seseorang

terhadap pihak yang disikapi.

• Urgensi mengenal Allah

1) Istiqomah di jalan Allah

2) Stabil dan optimis

3) Berani dan tidak pengecut

4) Hidup penuh berkah

5) Ikhlas dalam beramal

6) Tidak mudah putus asa

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

37

Mengenal Rasululloh (Ma’rifaturrosul)Mengenal Rasululloh (Ma’rifaturrosul)Mengenal Rasululloh (Ma’rifaturrosul)Mengenal Rasululloh (Ma’rifaturrosul)Mengenal Rasululloh (Ma’rifaturrosul)

“ Dan sesungguhnya engkau Muhammad berakhlak sangat mulia”

(Al Qalam : 4)

“Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu rasul diantara

kamu yang membacakan ayat – ayat Kami kepadamu dan

mensucikanmu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan hikmah,

juga mengajarkan kepadamu apa-apa yang belum kamu ketahui.”

(Al Baqarah : 151)

MENGENAL RASUL

Secara etimologi (bahasa), kata “rasul” memiliki akar kata arsala-

yursilu, yang berarti mengutus. Maka rasul juga disebut “mursal” yang

berarti “orang yang diutus”, yang jamaknya mursaluun. Sedangkan secara

terminologi (istilah) rasul didefinisikan sebagai “Seorang laki-laki pilihan

yang diberi wahyu oleh Allah swt dengan kewajiban untuk mengamalkan

dan menyampaikannya kepada umat manusia.”

Definisi rasul ini menggambarkan kepada kita bahwa Rasul adalah

manusia terbaik diantara manusia lainnya. Apa yang dibawa, diajarkan

dan diperjuangkan adalah sesuatu yang terpilih dan mulia.

Namun, bagaimanapun istimewanya, rasul tidak pernah menjadi

tuhan, tidak pernah mengaku sebagai tuhan dan tidak mau dipertuhankan.

Karena tidak ada tuhan selain Allah. Ia adalah manusia biasa yang tidak

lepas dari sifat-sifat kemanusiaan.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

38

“Dan Kami tidak peernah mengutus rasul-rasul sebelummu

melainkan mereka juga memakan makanan dan berjalan di pasar-

pasar.” (Al Furqan: 20)

Rasulullah Muhammad saw. adalah rasul terakhir yang di utus Allah

swt. untuk manusia seluruhnya dan menjadi penutup para nabi. Beliau

sebagai penyempurna ajaran-ajaran yang dibawa rasul-rasul sebelumnya.

Dengan risalah Islam yang universal, beliau mengeluarkan manusia dari

gelapnya jahiliyah menuju terang benderangnya Islam. Hal ini telah

ditegaskan Allah dalam Al Qur’an:

“Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad)

melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.”

(Al Anbiya: 107)

KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP RASUL

Setiap manusia diciptakan oleh Allah swt. dengan fitrah, dimana

manusia bersih, suci dan mempunyai kecenderungan yang baik dan ke

arah positif yaitu ke arah Islam.

“Tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia

menurut fitrah itu.”

(Ar-Ruum: 30)

Fitrah manusia diantaranya adalah mengakui keberadaan Allah sebagai

pencipta, keinginan untuk beribadah dan menghendaki kehidupan yang

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

39

teratur. Fitrah demikian perlu diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-

hari melalui petunjuk Al-Qur’an (firman-firman dan panduan dari Allah

swt.) dan panduan sunnah (sabda Nabi dan perbuatannya). Semua panduan

ini memerlukan petunjuk dari Rasul khususnya dalam mengenal pencipta

dan sebagai panduan kehidupan manusia. Dengan cara mengikuti panduan

Rasul kita akan mendapati ibadah yang shohih.

Secara fitri manusia juga menginginkan kehidupan yang teratur,

selaras, dan harmonis. Manusia pasti tidak menginginkan kerusakan,

kesemrawutan dan kekacauan. Manusia ingin hidup tenang dan damai

dalam naungan kasih sayang dan cinta kasih. Manusia tidak ingin hidup

dengan kondisi jiwa yang terancam. Namun, setan selalu berusaha

menimbulkan kekacauan dan keributan di antara manusia sehingga mereka

pun bermusuhan dan saling bunuh.

Fitrah yang suci itu apabila terawat dengan baik dan mendapatkan

bimbingan yang benar akan melahirkan kebaikan bagi diri manusia dan

alam semesta. Untuk merawat fitrah, melawan nafsu, dan memerangi setan,

manusia membutuhkan petunjuk dan bimbingan Allah swt. Akan tetapi

Allah yang Maha Ghaib tidak dapat ditemui secara langsung bahkan

manusia tak kuasa untuk berhadapan langsung dengan-Nya. Oleh karena

itulah Allah swt mengutus para utusan berupa malaikat dan manusia pilihan

untuk memberi petunjuk dan membimbing manusia bagaimana mengenal

penciptanya dan bagaimana menjalani kehidupan ini dengan baik. Para

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

40

Rasul diberi wahyu sebagai pedoman hidup yang terjamin kebenarannya,

sedangkan manusia dibimbing untuk melakukan ibadah yang benar.

FUNGSI RASUL

Rasulullah saw. yang diutus oleh Allah swt. kepada seluruh manusia

memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Membawa risalah dari Allah swt.

Rasulullah diberi amanah untuk menyampaikan apa saja yang Allah

kehendaki kepada umat manusia, tidak menambah ataupun mengurangi.

“Hai Rasul sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari

Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan

itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah

memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah

tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (Al

Maidah: 67)

2. Teladan dalam menerapkan risalah

Dalam menjalankan dan mengamalkan Islam, tidak akan mungkin

seorang mnusia dapat memahami langsung apa-apa yang ada di dalam

Al-Qur’an kecuali apabila mendapat petunjuk dan contoh dari Nabi.

Muhammad dan para rasul lainnya mempunyai peranan dalam

menjembatani pesan-pesan Allah agar dapat diaplikasikan kepada

manusia.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

41

“Sesungguhnya telah ada pada (diri)Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)

Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut

Allah.” (Al Ahzab: 21)

TANDA-TANDA KERASULAN

Kita tentu pernah mendengar ada orang yang mengaku sebagai nabi

atau rasul. Kasus Lia Eden yang dibawa hingga ke pengadilan karena

dianggap melecehkan agama Islam adalah salah satu contohnya. Sebelum

itu, banyak juga kasus-kasus seperti itu. Rasulullah sudah ‘mewanti-wanti’

kita bahwa nantinya akan ada segolongan orang yang mengaku sebagai

rasul, padahal tidak ada lagi rasul sesudah Muhammad saw.

Kenabian dan kerasulan adalah karunia Allah, diberikan kepada

siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang Allah kehendaki. Karena

kedudukannya yang mulia itu maka kemudian banyak manusia yang

mengklaim dirinya sebagai nabi dan rasul. Padahal yang telah diangkat

sebagai nabi dan rasul saja tidak pernah memimpikannya. Agar kita tidak

salah dan keliru, maka kita harus mengenali tanda-tanda kerasulan tersebut.

Adapun tanda-tanda kerasulan tersebut, yaitu:

a. Memiliki sifat-sifat dasar sebagai rasul. Sifat-sifat ini adalah sifat-sifat

standar yang harus melekat pada seorang Rasul Allah. Dengan sifat

inilah tugas-tugas kerasulan bisa tertunaikan dengan baik dan misi yang

diemban bisa diwujudkan dengan sebaik-baiknya. Secara umum, sifat-

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

42

sifat standar kerasulan ini adalah sifat-sifat mulia yang harus dimiliki

oleh umumnya orang beriman, ditambah dengan sifat khusus sebagai

tambahan yang dengannya risalah kenabian dan kerasulan bisa

tertunaikan.

Para ulama menyebutkan empat sifat yang harus dimiliki seorang rasul,

dengan asumsi bahwa sifat-sifat dasar lainnya telah terpenuhi, yaitu :

shidq (kejujuran), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan

seutuhnya), dan fathanah (cerdas).

b. Mendapat mukjizat. Mu’jizat secara bahasa berarti “sesuatu yang

menundukkan”. Secara terminologi, mu’jizat berarti suatu kemampuan

yang luar biasa yang dimiliki oleh nabi dan rasul, yang dianugerahkan

Allah untuk mendukung misinya sebagai utusan Allah.

Perlu digarisbawahi kata “luar biasa”. Sekarang ini dengan kemampuan

akal manusia, pengetahuan telah mampu pula menghasilkan karya

peradaban yang luar biasa, yang bahkan tidak pernah terbayangkan

oleh manusia sebelumnya. Namun seluruh produk yang luar biasa ini

sesungguhnya masih tunduk kepada hukum alam. Keluarbiasaan

mukjizat adalah pada sifatnya yang tidak tunduk, bahkan bertentangan,

dengan hukum alam. Seperti Nabi Musa membelah air laut dengan

tongkatnya dan Nabi Isa bisa menghidupkan orang mati.

Karena mukjizat dianugerahkan Allah kepada Rasul sebagai pendukung

tugasnya sebagai Rasul, maka bentuknyapun disesuaikan dengan

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

43

kebutuhan di masa rasul diutus. Jika Nabi Musa dana Nabi Isa

didukung dengan mukjizat yang beraroma “keanehan”, seperti

membelah lautan atau mengubah tongkat jadi ular raksasa, ini karena

pada masa-masanya orang masih sangat mengagungkan yang aneh-

aneh seperti ini. Pada masa Nabi Muhammad saw. dimana beliau diutus

untuk era peradaban modern manusia, mukjizatnya adalah “kekuatan

argumentasi” yang tidak tertandingi oleh ilmu pengetahuan manusia.

Maka mukjizat utama beliau yang dijadikan alat untuk menundukkan

kaumnya adalah Al-Qur’an itu sendiri, yang berisi ajaran yang

komprehensif sekaligus ilmiah dan argumentatif.

Karena itu jika pun Rasulullah saw pernah menunjukkan beberapa

mukjizat yang “aneh-aneh” seperti air yang keluar dari jemari beliau,

menjadikan kurma sewadah tak habis-habis dimakan orang banyak,

mengusap dada langsung mengubah sifat seseorang, itu tidak

dijadikannya mukjizat andalan untuk menghadapi orang kafir, namun

sekadar untuk meneguhkan keimanan para sahabat dan sekaligus

menghibur mereka.

“Dan orang-orang kafir Makkah berkata, “Mengapa tidak

diturunkan kepadanya mukjizat-mukjizat dari Tuhannya?”

Katakanlah: “Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu terserah

kepada Allah. Dan sesungguhnya aku hanya seorang pemberi

peringatan yang nyata. Dan apakah tidak cukup bagi mereka

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

44

bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-

Qur’an), sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya

dalam (Al-Qur’an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran

bagi orang-orang yang beriman.” (Al Ankabut: 50-51)

c. Bisyarah. Bisyarah berarti berita gembira, yaitu kabar gembira akan

kehadiran seorang rasul terakhir di Makkah. Ini telah dituliskan dalam

wahyu Allah sebelum Al-Qur’an, sebagaimana dalam surat Ash-Shaff:

6, yaitu : “Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, “Hai

Bani Isra’il, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu,

membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan

memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang

akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).”

Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa

bukti-bukti yang nyata, mereka berkata,”Ini adalah sihir yang

nyata.” (Ash-Shaff: 6)

Selain itu, kisah Waraqah bin Naufal, salah satu paman Khadijah yang

beragama Nasrani ketika mendengar Muhammad menerima wahyu

sangatlah jelas menunjukkan bukti hal ini. Khadijah mendatangi Naufal

dan menceritakan apa yang pernah dilihat dan didengar Muhammad

dan menceritakan pula apa yang dikatakan Muhammad kepadanya,

dengan menyebutkan juga rasa kasih dan harapan yang ada dalam

dirinya. Waraqa menekur sebentar, kemudian katanya: “Maha Kudus

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

45

Ia, Maha Kudus. Demi Dia yang memegang hidup Waraqah. Khadijah,

percayalah, dia telah menerima Namus Besar seperti yang pernah

diterima Musa. Dan sungguh dia adalah Nabi umat ini. Katakan

kepadanya supaya tetap tabah.”

Khadijah pulang. Dilihatnya Muhammad masih tidur. Dipandangnya

suaminya itu dengan rasa kasih dan penuh ikhlas, bercampur harap

dan cemas. Dalam tidur yang demikian itu, tiba-tiba ia menggigil,

napasnya terasa sesak dengan keringat yang sudah membasahi

wajahnya. Ia terbangun, manakala didengarnya malaikat datang

membawakan wahyu kepadanya:

“Wahai orang yang berselimut! Bangunlah dan sampaikan

peringatan. Dan agungkan Tuhanmu. Dan pakaianmu, maka

hendaklah engkau bersihkan. Dan hindarkan perbuatan dosa.

Jangan kau memberi, kerana ingin menerima lebih banyak. Dan

demi Tuhanmu, tabahkan hatimu.” (Al Muddatstsir: 1 - 7)

d. Nubuaat. Nubuaat berarti berita atau kabar dari sesuatu kejadian

yang belum berlangsung. Yaitu bahwa salah satu ciri seorang Rasul

Allah adalah mampu menyampaikan berita tentang berbagai hal yang

belum terjadi. Dalam kisah perjuangan Rasulullah kita jumpai beberapa

kisah dimana Nabi saw menyampaikan berita kepada para sahabat

hal-hal yang sekian tahun kemudian baru terjadi, bahkan jauh setelah

Rasulullah sendiri wafat. Misalnya adalah ungkapan beliau ketika

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

46

terjadinya perang Khandaq, saat para sahabat menggali parit dan

kesulitan untuk memecahkan sebuah batu. Dalam sirah nabawiyahdisebutkan ketika umat Islam kesulitan dalam penggalian parit, sepertiadanya potongan benda keras yang berada di antara batu dan tanah,Rasulullah saw. Meminta seember air. Beliau meludah di ember tersebutdan berdoa sesuai dengan kehendak Allah. Kemudian beliaumemercikkan air tersebut kepada benda keras, maka benda tersebutdapat digeser dengan mudah seperti memindahkan pasir.

e. Tsamarat. Yaitu buah, produk, atau output dari perjuangan Rasulullah

saw. Betulkah bahwa setelah sekian lama Rasulullah berjuang

menghasilkan sesuatu uyang besar? Jika ternyata hasilnya minim, tentu

kita boleh meragukannya, apakah ia benar-benar seorang rasul. Namun

yang kita saksikan adalah bahwa Rasulullah saw. yang berjuang hanya

dalam waktu 22 tahun lebih sedikit, mampu menghasilkan sesuatu

produk yang luar biasa. Produk ini bukan produk peradaban materi

atau yang sejenisnya, yang tentu saja membutuhkan waku yang lama.

Namun produk istimewa ini adalah lahirnya manusia-manusia unggul

secara moral dan mental dalam waktu yang bersamaan. Inilah yang

disebut oleh Ustad Sayyid Qutb sebagai “jail al-farid” (generasi unik).

Keunikannya karena mereka lahir dengan keunggulan moral yang

puncak, di waktu dan tempat yang sama. “Sebuah generasi yang tidak

pernah akan terlahir kembali di dunia ini, “ demikian simpul akhir beliau

Sayyid Qutb. Bagi kita tentu ini sebuah “pesimisme” yang menentang.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

47

Dan memang harus dibuktikan bahwa statemen itu salah. Dengan apa?

Tanyakan pada dirimu sendiri.

SIFAT – SIFAT RASUL ALLAH

Rasulullah memiliki sifat-sifat syakhsiyah yang mendasar sebagai seorang

rasul. Sifat-sifat tersebut yaitu

1) Shidiq yaitu benar atau jujur

Untuk menyelidiki sifat shidiq (kejujuran) ini, bisa kita lacak dari

kesaksian-kesaksian orang sezamannya, baik pengikut maupun

musuh-musuhnya, serta kesaksian realita. Berikut beberapa

kesaksian mereka.

• Kesaksia musuh

• Kesaksian pengikut

• Kesaksian realitas

2) Al-iltizamul kamil atau komitmen yang penuh

Sifat mendasar lain yang dimiliki Rosulullah adalah komitmen yang

penuh terhadap perintah-perintah Allah. Kita menyaksikan ketaaan

yang luar biasa dalam pelaksanaan perintah dan kedisiplinan yang

tinggi dalam menunaikan kewajiban. Sehingga tidak berlebihan

ungkapan bahwa Rosulullah adalah Al Qur’an yang berjalan (The

living Qur’an), sebagaimana yang Aisyah ra sifatkan pada beliau,

“Sesungguhnya akhlak beliau adalah Al Qur’an”.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

48

3) Tabligh yaitu menyampaikan misi islam

Kita juga mendapatkan kualitas pribadi beliau sebagai penyampai

ajaran islam kepada manusia yang lurus jalannya. Rosulullah sejak

di mekkah melakukan tabligh dengan gigih. Belaiau menghubungi

orang per orang secara individu, juga kabilah-kabilah arab,

mendatangi tempat-tempat yang biasa dijadikan pertemuan umum,

demi tersampaikannya islam.

4) Fathonah yaitu cemerlang akalnya

Sifat ini sangat diperlukan oleh seorang pembawa risalah. Dengan

kecerdasan yang kuat dalam menyerukan ajaran islam, diharapkan

dapat memberikan argumen yang kuat dan gamblang sehingga

Rosulullah mampu menguasai orang yang didakwahinya. QS. An-

Nisa:165

KEWAJIBAN KITA KEPADA RASULULLAH SAW

Orang yang bersyahadat rasul mengakui bahwa Muhammad bin

Abdullah adalah nabi dan utusan Allah. Persaksian ini menuntut komitmen

darinya. Kewajiban kita kepada Rasulullah saw, adalah:

a. Mengimaninya dengan iman yang benar

Kewajiban pertama kita terhadap nabi adalah mengimaninya.

“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku

tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

49

azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-

Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah

yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (Ash Shaf: 10-

11)

b. Mencintainya dengan cinta yang tulus

“Dari Anas ra, dari Nabi saw. bersabda: tiga perkara jika kalian

memilikinya, maka akan didapati manisnya iman. Pertama, siapa

yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari

selainnya. Kedua, mencintai seseorang semata-mata karena Allah

swt. Ketiga, tidak senang kembali kepada kekufuran setelah

diselamatkan oleh Allah swt, sebagaimana ketidaksenangannya

dilempar ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari-Muslim)

c. Menghormati dan mengagungkannya

Jasa dan pengorbanan Rasulullah untuk umat ini membuatnya layak

untuk diagungkan. Namun pengagungan ini tidak boleh melampaui

batas, karena Islam melarang mengkultuskan seseorang.

d. Membelanya jika keadaan menuntut untuk itu

Memang para rasul tidak akan meminta-minta pertolongan kepada

manusia, karena Allah swt. telah memberikan jaminan bahwa Allah

akan membela Rasul saw. Namun demikian sebagai pengikut Nabi

saw. tidak mungkin kita tidak membelanya apabila sunah nabi dan

ajaran Islam dilecehkan dan dipermainkan orang. Untuk itu sebagai

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

50

suatu kewajiban terhadap rasul, membelanya sebagai suatu ciri cinta

kepadanya.

e. Mencintai mereka yang mencintainya

Rasul saw. memiliki pengikut yang banyak dan setia. Tergambar dalam

sirah nabi tentang hubungan mahabbah di antara mereka yang diikat

dengan tali aqidah Islamiyah. Rasul saw. amat sangat mencintai para

sahabatnya, bahkan menjadikan suatu kekuatan Islam yang tak

terkalahkan dan membuat gentar tentara-tentara Romawi. Mencintai

Rasul tentunya juga mencintai para sahabat yang dicintainya. Tanpa

mencintai para sahabat yang dicintai Rasul tidak menjadikan sempurna

kita mengamalkan nilai-nilai Islam yang dicontohkan oleh Nabi saw.

Hadits, dari Abu Hurairah ra. mengatakan Rasulullah saw. bersabda,

“Janganlah kalian mencaci maki para sahabatku. Karena demi jiwa

ku yang berada dalam gengaman-Nya, kalau saja salah seorang

diantara kalian menginfakkan emas sebesar Gunung Uhud, maka

tidak akan menyamai satu mud gandum dari mereka dan tidak pula

setengahnya.” (HR. Muslim)

f. Menghidupkan sunah-sunahnya

Kewajiban lainnya kita kepada Rasul adalah menghidupkan sunahnya.

Sunah nabi tidak saja dalam perkataan dan perintahnya, tetapi perbuatan

sehari-hari yang mengandung nilai pedoman hidup. Menghidupkan berarti

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

51

mengamalkan sehingga amalan nabi tidak akan hilang tetapi selalu melekat

di hati dan tingkah laku setiap muslim.

Hadits, dari Anas ra. berkata Rasulullah saw, “Siapa yang membenci

sunahku, maka ia bukan dari golonganku.” (HR. Muslim)

g. Memperbanyak shalawat kepadanya

Allah dan para malaikat saja bershalawat kepada nabi, tentunya perintah

Allah agar kita bershalawat kepada Nabi merupakan suatu kewajiban.

Begitu agung dan besarnya Nabi sehingga Allah dan malaikat bershalawat

kepada Nabi. Oleh karena itu kewajiban kita adalah memperbanyak

membaca shalawat, salam dan penghormatan kepada Nabi.

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk

Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk

Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

(Al Ahzab: 56)

h. Mengikuti manhaj-nya

Menjadi muslim yang baik tidak akan tercapai tanpa mengikuti manhaj

Islam yang dicontohkan oleh Nabi saw. Mengikuti rasul berarti

mengikuti manhaj (pedoman) Islam. Kewajiban muslim terhadap

rasulnya adalah mengikuti segala yang diperintahnya dan meninggalkan

semua yang dilarangnya. “Katakanlah: “Jika kamu benar-benar

mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan

mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

52

Penyayang. Katakanlah: “Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika

kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-

orang kafir.” (Ali Imran: 31)

i. Mewarisi risalahnya

Adanya Islam di sekitar kita dan diri kita adalah karena dakwah Islam

yang disampaikan oleh para dai. Islam akan membawa kedamaian di

lingkungannya dan keharmonisan keluarga. Allah swt. telah mengutus

rasul agar nilai Islam menjadi menang atas nilai-nilai lainnya di muka

bumi ini. Kemenangan nilai Islam hanya dapat dicapai dengan

menyampaikan risalah Nabi kepada masyarakat. Kita wajib mewarisi

risalah Nabi kepada manusia sebagai wujud dari kecintaan kita kepada

Nabi saw.

HIKMAH MENGIKUTI RASULULLAH SAW

Dengan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mengikuti sunahnya,

maka seorang mukmin akan mendapat dua kebaiakn, yaitu kebaikan di

dunia dan kebaikan di akhirat.

1. Kebaikan di dunia

a. Memperoleh kecintaan Allah

Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai Allah. Jika Allah

sudah mencintai, semua hamba-hamba-Nya pasti akan

mencintainya.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

53

b. Mendapatkan rahmat Allah

“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,

pastilah Kami limpahkan kepadanya keberkahan dari langit

dan bumi.” (Al A’raf: 96)

c. Memperoleh petunjuk Allah

Orang yang beriman dan beramal shalih akan mendapat petunjuk

dan petunjuk tambahan sehingga kehidupannya menjadi lebih baik.

d. Mendapatkan kemuliaan

Kemuliaan adalah milik Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang

beriman. Orang yang paling mulia disisi Allah adalah yang paling

bertakwa.

e. Memperoleh kemenangan

Allah telah menjamin dalam kitab suci-Nya bahwa tentara-Nya

adalah yang akan menang. Sebab, orang-orang yang beriman

berperang di jalan Allah sedang orang-orang kafir berperang di

jalan Allah sedang orang-orang kafir berperang di jalan thagut

2. Kebaikan di akhirat

a. Mendapatkan syafa’at

Tidak ada yang dapat memberikan syafa’at di hadapan Allah

kecuali orang yang diizinkan-Nya. Hanya Nabi Muhammad saw.

yang diberi izin untuk memberi syafa’at kubra di akhirat kelak.

b. Keceriaan wajah

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

54

Orang-orang yang beriman dan beramal salih tampak ceria karena

Allah memberi jaminan kehidupan mulia setelah kematiannya.

Bekas-bekas wudhu dan amal shalih mereka di dunia akan

memancarkan cahaya yang menerangi.

c. Berdampingan dengan Rasulullah

Mereka yang menaati Allah dan rasul-Nya akan bersama para

nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang yang shalih.

Mereka adalah sebaik-baik teman.

d. Bersama dengan orang-orang pilihan

Allah memilih di antara hamba-hamba-Nya orang-orang yang

terbaik. Mereka itu adalah para nabi, para shiddiqin, para syuhada,

dan orang-orang shalih.

e. Memperoleh keberuntungan

Allah akan senantiasa membalas setiap amal perbuatan kita,

meskipun itu hanya kecil. Balasan yang akan Allah berikan jauh

lebih besar dan abadi.

Mengenal Islam (Ma’rifatul Islam)Mengenal Islam (Ma’rifatul Islam)Mengenal Islam (Ma’rifatul Islam)Mengenal Islam (Ma’rifatul Islam)Mengenal Islam (Ma’rifatul Islam)

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam

secara kaffah (keseluruhan). Dan janganlah kalian mengikuti

langkah-langkah syaithan, karena sesungguhnya syaithan itu

adalah musuh yang nyata bagimu.”

(Al-Baqarah: 208)

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

55

Makna Islam

1. Secara etimologi, kata islam berasal dari kata aslama-yuslimu-

islam. Kata ini memiliki akar kata: salima, dari kata salima muncul

beberapa istilah dengan makna yang beraneka ragam namun memiliki

keterkaitan. Adapun beberapa istilah itu adalah sebagai berikut:

a. Tasliim yang berarti tunduk dan menyerahkan diri. Kata ini

terdapat dalan QS. An-Nisa: 65 di ujung ayat: wayusallimuu

tasliima (dan mereka menerima dengan sepenuhnya).

b. Salaam yang berarti keselamatan. Kata ini terdapat dalam QS.

Al-Maidah: 15; subulas salaam (jalan-jalan keselamatan)

c. Salm yang berarti perdamaian. Kata ini terdapat dalam QS. Al-

Anfal: 61; wain janahu lis salm.... (jika mereka condong kepada

perdamaian....)

d. Salaam yang berarti ucapan sejahtera. Ini terdapat dalan QS.

Al-An’am: 54; salaamun alaikum (kesejahteraan buat kalian

semua). Juga dalam QS. Yunus: 10; watahiyyatuhum fiha

salaam (dan ucapan penghormatan mereka adalah salaam)

2. Secara terminologi, Islam didefinisikan sebagai, “Agama yang

diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir, Muhammad saw,

sebagai penyempurna dari agama yang diturunkan kepada nabi-nabi

sebelumnya.”

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

56

Karakteristik Islam

1) Robbaniyyah (ketuhanan)

Yang dimaksud dengan robbaniyyah disini adalah berorientasi

kepada Allah dalam setiap aspeknya. Orientasi ini meliputi

• Robbaniyyah ghayah wa mijhah (orientasi ketuhanan dalam

tujuan dan sudut pandang) bahwa Islam menjadikan tujuan

akhir dan sasarannya jauh ke depan, yaitu dengan menjaga

hubungan dengan Allah secara baik untuk mencapai ridho-

Nya.

• Robbaniyyah masdar wa manhaj (orientasi ketuhanan dalam

sumber hukum dan sistem) bahwa sistem yang telah ditetapkan

oleh Islam guna mencapai sasaran dan tujuan itu dalh sistem

robbani yang murni, sistem yang berasal dari Allah. Sebab

sumbernya adalah Wahyu Allah.

2) Al insaniyah

Bahwa selain berorientasi ketuhanan, Islam adalah ajaran yang

sangat manusiawi. Islam itu istimewa dengan kecenderungan

kemanusiaannya yang jelas, tetap, orisinil dalam akidah, ibadah,

syariat dan orientasi-orientasinya.

3) Syumul (universal)

Risalah Islam adalah risakah yang panjang, sehingga meliputi semua

abad sepanjang zaman, terbentang luas hingga cakrawala umat

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

57

dan begitu mendalam sehingga memuat urusan-urusan dunia dan

akhirat.

• Risalah sampai akhir zaman

• Risalah bagi alam semesta

• Risalah untuk segala sektor kehidupan

4) Al Wasthiyyah (moderat)

Moderat atau dal arti yang lain adalah at tawazun, keseimbangan

adalh keseimbangan di antara dua jalan atau dua arah yang saling

berhadapan atau bertentangan, dimana salah satu dari dua jalan

tadi tidak bisa berpengaruh dengan sendirinya dan mengabaikan

yang lain.

• Moderat dalam ideologi

• Moderat diantara rasionalis dan naturalis.

• Moderat dalam memperlakukan nabi.

• Moderat dalam meletakkan akal dan wahyu

• Moderat dalam sisi ketuhanan dan kemanusiaan

beribadah

• Moderat di antara orientasi dunia dan akhirat.

5) Al Waqi’iyyah (kontekstual)

Islam adalah serangkaian kalam Allah yang abadi bagi manusia.

Sebagai rahmat yang menyeluruh bagi sekalian alam.

Beberapa hal yang mencakup hal Al Waqi’iyyah ini adalah:

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

58

• Kontekstual dalam akidah

• Kontekstual dalam ibadah

• Kontekstual dalam akhlak

• Kontekstual dalam syari’at

6) Al wudhuh (jelas)

Kejelasan ini mencakup:

• Kejelasan dalam masalah ibadah

• Kejelasan dalam masalah akhlak/adab

• Kejelasan dalam masalah hukum

• Kejelasan dalam tujuan beragama

• Kejelasan sistem dan jalan penyelesaian masalah

Universalitas Ajaran Islam

Allah menurunkan islam ini secara sempurna dan menyeluruh,

sehingga tidak ada satu persoalanpun yang menyangkut kehidupan yang

tidak diatur oleh Islam. Inilah ciri universalitas ajaran Islam.Jika islam

diibaratkan sebagai sebuah bangunan rumah, maka ada beberapa bagian

yang pokok serta bagian yang melengkapinya, yaitu

7) Pondasi Islam

8) Bangunan Islam.

Dalam setiap sistem, semua harus mendapatkan perhatian yang sama

didalam penegakan bangunan islam.

• Sistem Sosial dalam Islam

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

59

• Sistem Politik Dalam Islam

• Sistem Ekonomi Dalam Islam

• Sistem Pendidikan Islam

9) Penguat Bangunan Islam

Penguat bangunan islam adalah amar ma’ruf nahi munkar serta jihad

Problematika Umat Islam KontemporerProblematika Umat Islam KontemporerProblematika Umat Islam KontemporerProblematika Umat Islam KontemporerProblematika Umat Islam Kontemporer

“Saya cemas bahwa suatu saat nanti umat akan

diperebutkan sebagaimana hidangan di atas meja makan yang

diperebutkan.”

Lalu para sahabat bertanya, “Apakah karena bilangan

kita sedikit, wahai Rasulullah?”

“Tidak,” jawab Rasul,

“Bahkan kalian ketika itu lebih banyak. Hanya saja

kalian menjadi buih seperti buihnya banjir.”

Selanjutnya beliau bersabda, “Sungguh perasaan gentarakan dicabut dari musuh-musuh kalian dan wahn akan

ditanamkan dalam dada kalian.”Para sahabat bertanya, “Apa wahn itu, wahai

Rasulullah?”“Cinta dunia dan takut mati,” jawab Rasul.

(HR. Abu Daud)

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

60

Kejayaan Islam

Nabi Muhammad saw. yang diutus oleh Allah swt sebagai nabi dan

rasul bagi umat manusia. Beliau bertugas membimbing umat manusia agar

mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat dengan ajaran Islam. Nabi

Muhammad saw telah mengajarkan dan menyebarkan ajaran Islam untuk

memperbaiki masyarakat yang pada waktu itu masih dalam keadaan

jahiliyah (bodoh). Hasilnya, terciptalah suatu masyarakat Islam yang penuh

dengan kemuliaan dengan menjalankan ajaran Islam yang berpedoman

pada Al-Quran dan Sunah. Kemudian, setelah Nabi Muhammad saw

wafat, penyebaran nilai-nilai Islam dilanjutkan oleh para sahabat Nabi

(khulafaurasyidin) yang terdiri dari Abu Bakar As-Sidiq, Umar bin

Khaththab, Utsman Bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib. Setelah itu,

dilanjutkan oleh orang-orang yang mengikuti Nabi dan para sahabat hingga

sekarang ini.

Pada waktu masyarakat Islam dipimpin oleh sahabat Nabi, Umar

Bin Khaththab, Islam telah berkembang sampai menguasai daerah Persia,

Syam, dan Maroko. Masyarakat muslim saat itu benar-benar hidup

makmur dan merasakan keadilan Islam. Setelah itu, Islam semakin

berkembang lagi di bawah naungan Bani Umayah dan Bani Abasiyah yang

kemudian diteruskan oleh khilafah Turki Utsmani.

Ketika di bawah naungan Bani Umayah dan Bani Abasiyah, Islam

mencapai puncak kejayaan. Wilayah Islam terbentang dari Arab, Persia,

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

61

Romawi, Eropa, dan daratan Asia. Semua wilayah tersebut berada di

bawah naungan Islam selama empat abad. Saat itu masyarakat berpegang

teguh pada Al-Qur’an dan Sunah sehingga Islam benar-benar bisa

diterapkan pada seluruh aspek kehidupan secara menyeluruh. Kondisi

kehidupan masyarakat Islam pada waktu itu bisa digambarkan sebagai

berikut: hukum Islam bisa ditegakkan, kehidupan masyarakat tertata rapi,

bangunan masjid berdiri megah, pusat-pusat kesehatan bertebaran di mana-

mana, pusat-pusat keilmuan berdiri di setiap sudut kota. Kebutuhan hidup

rakyat berupa pendidikan dan kesehatan diperoleh secara gratis, biayanya

ditanggung oleh pemimpin Islam saat itu.

Ternyata dengan berpegang teguh pada Al-Quran dan Sunnah dan

menerapkannya secara keseluruhan di semua aspek kehidupan, umat Islam

bisa mencapai puncak kejayaan dan kehidupan yang begitu menakjubkan

seperti telah diuraikan di atas. Satu lagi bukti yang menakjubkan pada

masa kejayaan Islam yaitu di bidang kesehatan yang tampak begitu maju.

Ini terjadi pada masa kepemimpinan Sultan Malik Mansur tahun 931 M.

Pada waktu itu di setiap kota terdapat rumah sakit. Di Cordoba (kota

kecil di Spanyol) terdapat 50 rumah sakit. Setiap rumah sakit merupakan

sekolah kedokteran. Bahkan, di rumah sakit Ibnu Thoulan di Kairo terdapat

perpustakaan yang berisikan 100.000 buku dari segala jenis ilmu. Para

dokter muda dilarang praktek sebelum diuji oleh dokter ahli yang ditunjuk

oleh khalifah (pemimpin umat Islam waktu itu). Pada saat itu, hampir 4000

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

62

orang setiap hari keluar masuk dari rumah sakit itu. Bahkan, bagi pasien

yang baru sembuh diberi pakaian dan uang agar pasien beristirahat, tidak

bekerja dulu.

Allahu Akbar! Kita bisa membayangkan betapa makmur dan

terjamin kehidupan umat Islam pada saat itu. Kita semua pasti sepakat

bahwa prestasi besar seperti yang digambarkan di atas tidak mungkin bisa

diraih tanpa sistem yang sempurna seperti yang terdapat dalam ajaran Islam.

Jadi, sekarang kita bisa melihat betapa sempurna dan mulia kehidupan

umat manusia ketika ajaran Islam diterapkan secara menyeluruh.

Eropa merupakan tempat berkembangnya peradaban Yunani dan

Romawi. Namun, pada saat yang bersamaan dengan kejayaan Islam,

masyarakat Eropa sedang terlena oleh doktrin-doktrin gereja. Apalagi saat

itu muncul fatwa gereja (700 M) yang meramalkan akan terjadi kiamat

pada tahun 1000 M. Akibatnya menjadi fatal, Eropa menjadi benua yang

mati. Di sisi lain, perkembangan peradaban Islam mulai masuk ke Eropa.

Hal ini membuka mata orang Eropa (baca: Kristen) dan bangkit kembali

dari keterlenaan terhadap doktrin-doktrin gereja. Masa bangkitnya orang

Eropa saat itu sering disebut dengan masa Renaisance. Kebangkitan orang

Eropa ini sebenarnya dilandasi oleh dua hal, yaitu :

1. Keinginan mengembalikan kejayaan Yunani (paganisme) dan Romawi

(filsafati)

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

63

2. Rasa dendam terhadap pemimpin gereja yang dianggap telah

membohongi mereka dan dendam terhadap umat Islam yang telah

menghancurkan peradaban Yunani dan Romawi.

Dengan latar belakang di atas, akhirnya Eropa mendapat kejayaan

kembali dengan meninggalkan gereja (berketuhanan) dan memusuhi umat

Islam yang telah mengajari mereka (Eropa) tentang peradaban. Sejak saat

itu, muncullah perang yang berkepanjangan antara umat Islam dan Eropa

sampai sekarang.

Keruntuhan Islam

Setelah kita menyimak sejarah zaman keemasan umat Islam di atas,

kita jadi tahu bahwa umat Islam bisa mencapai puncak kejayaannya dengan

menjalankan Al-Qur’an dan Sunah. Pada saat itu, umat Islam mampu

menjalankan ajaran dan tuntunan Islam dalam seluruh dimensi kehidupannya

sehingga peradaban manusia mencapai kemuliaannya.

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa pada zaman

keemasannya, umat Islam mendapatkan puncak kesejahteraan dan

kemakmuran. Sayangnya, setelah itu umat Islam terlena dengan kenikmatan

hidup yang mereka miliki. Akhirnya, lambat laun umat Islam meninggalkan

Al-Qur’an dan Sunah yang menjadi pedoman hidup dan telah mengantarkan

pada kejayaan mereka. Mereka tenggelam dalam kemewahan harta dunia

dan kekuasaan. Umat Islam sudah mulai mengabaikan sunah-sunah Rasul.

Bahkan, banyak yang mulai haus dengan pangkat dan jabatan sehingga

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

64

muncullah perpecahan antar-umat Islam sendiri yang melemahkan kekuatan

umat Islam. Permasalahan menjadi semakin besar karena kekuatan orang-

orang yang memusuhi Islam senantiasa mengancam eksistensi umat Islam

dan menjadikan lemahnya internal umat Islam.

Perang Salib yang terjadi sampai tujuh kali yang berlangsung selama

hampir satu abad selalu dimenangkan oleh umat Islam karena pada saat

itu umat Islam masih berpegang pada Al-Qur’an sekalipun saat itu kekuatan

Nasrani dan Yahudi bersatu untuk memadamkan cahaya Islam. Namun,

kemudian umat Islam semakin jauh dari Al-Qur’an sehingga lebih

mementingkan dunia. Maka, muncullah banyak kelemahan di internal umat

Islam. Puncak kelemahan dan kekalahan umat Islam adalah terjadinya

peristiwa bersejarah pada tanggal 3 Maret 1924, dimana Khilafah Turki

Utsmani telah dihapuskan oleh Musthofa Kemal Pasha. Turki yang saat itu

merupakan simbol kekuatan Islam runtuh dan digantikan dengan sistem

Barat yang dianggap lebih modern dan maju yaitu dengan meruntuhkan

pelaksanaan ajaran Islam. Saat itu, di Turki, sekolah Islam ditutup, simbol-

simbol Islam (jilbab, bahasa arab, adzan masjid, dll) dihapus.

Jadi, dengan cara seperti itulah Islam akhirnya terkalahkan. Sebagai

buktinya saat ini umat Islam telah jauh dari ajaran Islam yang menyebabkan

mereka kehilangan identitasnya sebagai muslim, mulai dari penampilan,

perilaku, pedoman hidup, maupun segi kehidupan yang lain. Sungguh

fenomena ini sangat memprihatinkan, bukan? Parahnya lagi, sekarang

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

65

permasalahan umat Islam telah terakumulasi menjadi sebuah permasalahan

yang sangat kompleks. Sebenarnya solusi untuk menjawab semua

permasalahan umat Islam tersebut adalah dengan kembali berpegang pada

Al-Qur’an dan Sunah.

Problematika Umat Islam

Syarat utama untuk bisa menyeleseaikan permasalahan adalah

mengetahui dengan tepat apa saja permasalahan yang muncul.

a) Realitas Individu

• Lemahnya komitmen akidah

• Lemahnya wawasan

• Lemahnya spiritualitas

• Lemahnya kemauan dan cita-cita

• Lemahnya harga diri

b) Realitas Masyarakat Islam

Kita tidak hanya dihadapkan pada permasalahan individu, tetapi

juga permasalahan yang terjadi di masyarakat.

• Lemahnya kepemimpinan

• Lemahnya persaudaraan

• Lemahnya jaringan

• Lemah dalam perencanan dakwah

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

66

Tantangan Umat Islam

Selain problematika yang bersifat internal, kita juga dihadapakan

pada tantangan eksternal yang tak bisa dianggap remeh. Ada sejumlah

invasi yang dilakukan berbagai pihak. Ada 2 invasi, yaitu fisik dan

pemikiran. Penjajahan secara pemikiran dilakukan dengan invasi pemikiran

dan ideologi. Ada beberapa cara yang digunakan, antara lain:

a. Pertama, tasykik (menanamkan keraguan), yaitu menciptakan

keragu-raguan terhadap Islam dengan cara pendangkalan ajaran

Islam. Tahukah kita apa dampak dari metode tasykik tersebut?

Hasilnya, terjadilah krisis keyakinan di tengah-tengah umat Islam

terhadap kebenaran agamanya. Contohnya: hukum warisan sekarang

sudah tidak relevan diterapkan karena penerapannya dahulu lebih

disebabkan para wanita terlalu sedikit yang bekerja sedangkan

sekarang wanita sudah banyak yang bekerja bahkan sangat sukses

karirnya. Akibatnya, banyak umat Islam yang tidak mau lagi hukum

warisan secara Islam.

b. Kedua, tasywih (pengkaburan persepsi). Cara ini bertujuan

menghilangkan kebanggan umat terhadap agamanya dengan

memberikan gambaran yang buruk terhadap Islam. Di antaranya

dengan mendistorsi sejarah Islam yang akan menghilangkan

kebanggaan umat terhadap agamanya. Contoh lain dengan

mempropagandakan bahwa Islam identik dengan teroris, Islam adalah

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

67

pembunuhan dan peperangan, dan sebagainya. Padahal itu semua

tidak benar.

Hilangnya kebanggaan ini menyebabkan umat Islam kurang beranimemunculkan Islam dalam bentuk sistem Islam, kehidupan politik,ekonomi, dan sebagainya. Akibatnya, Islam hanya sebatas di masjid,mushala, dan pesantren-pesantren. Padahal ajaran Islam adalahmenyeluruh dan seharusnya diterapkan dalam semua aspekkehidupan untuk mencapai kemuliaan.

c. Ketiga, tadzwib (pelarutan), yaitu mengeliminasi ajaran Islam dengan

melakukan akulturasi nilai Islam dengan budaya dan pemikiran

setempat yang bertentangan dengan Islam. Sebagai hasilnya, batasan

antara Islam dengan syirik (menyekutukan Allah dengan makhluk-

Nya) tidak jelas. Hal ini menyebabkan kebenaran dan kebatilan pun

juga menjadi kabur. Bahkan, umat akan terjebak dengan banyak

kesyirikan seperti yang banyak kita jumpai di masyarakat, misalnya

sesajen, meminta berkah kepada kuburan, dll.

d. Keempat, taghrib (pembaratan) adalah upaya agar umat menerimasemua pemikiran barat yang jahiliyah tanpa terkecuali. Hal ini akanmemunculkan sosok muslim yang jauh dari sosok muslim yangsempurna. Bagaimana mau menjadi sosok muslim yang sempurnajika secara penampilan, pemikiran, dan perilaku mengekor kepadaBarat yang sangat berkebalikan dengan ajaran Islam?

Demikianlah langkah-langkah perang pemikiran (ghazwul fikr) yang

dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani untuk memadamkan

cahaya Islam. Mereka melakukannya dengan sangat rapi dan

mungkin tidak dirasakan oleh umat Islam yang menjadi sasaran

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

68

mereka. Bahkan, mungkin kita sendiri telah menjadi korban dari

penyerangan secara pemikiran tersebut. Sesungguhnya mereka

memang tidak akan pernah berhenti memerangi umat Islam sampai

umat Islam mau mengikuti milah mereka.

Tarbiyah IslamiyahTarbiyah IslamiyahTarbiyah IslamiyahTarbiyah IslamiyahTarbiyah Islamiyah

“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang

Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada

mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka

kitab dan hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka

sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”

(Al-Jumuah : 2)

“Tarbiyah memang bukan segala–galanya, tetapi segala–galanya

takkan bisa diraih kecuali melalui tarbiyah”. (Musthafa Masyhur)

“Dahulu kami adalah orang–orang yang hina, kemudian Allah

memuliakan kami dengan Islam”. (Umar bin Khaththab)

Pengertian Tarbiyah Islamiyah

Tarbiyah berasal dari kata:

a. Raba-yarbu yang artinya bertambah dan berkembang

b. Rabiyya-yarba yang artinya tumbuh dan berkembang

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

69

c. Rabba-yarubbu yang artinya memperbaiki, mengurusi,. Mengatrur,

menjaga dan mempersiapkan.

Urgensi tarbiyah islamiyah

1. Membentuk kepribadian Islami (syakhsiyah islamiyah) yang

ideal

Pribadi yang Islami adalah pribadi yang menjadikan nilai–nilai

Islam sebagai unsur–unsur pembentuk kepribadiannya, sehingga ia

benar–benar mencerminkan keislamannya. Kepribadian seseorang

terbentuk dengan adanya keyakinan, pendirian, perasaan, pemikiran,

watak, performa, dan perilaku. Dan kesemuanya itu ada karena adanya

aqidah Islamiyah. Dengan tarbiyah islamiyah diharapkan akan

terbentuk sosok seorang muslim ideal yang mampu mengaplikasikan

nilai–nilai islam secara keseluruhan (kaffah). Ciri seorang muslim yang

ideal yaitu :

a. Benar akidahnya (salimul akidah)

Perbaikan akidah adalah hal pertama yang dilakukan oleh

Rasulullah saw ketika menyebarkan ajaran Islam. Dan ayat–ayat

Al-Quran yang pertama diturunkan adalah ayat–ayat tentang

akidah, yaitu penegakan kalimat laa ilaaha illallah. Hal terpenting

bagi setiap muslim adalah kelurusan akidahnya, karena kelurusan

akidah inilah yang akan menentukan arah gerak kemana seseorang

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

70

akan melangkah, sehingga secara langsung ia akan melaksanakan

syariat islam.

b. Benar ibadahnya (shohihul ibadah)

Ibadah merupakan kebutuhan dan kepentingan manusia. Ibadah

seorang muslim harus benar, yaitu senantiasa niat ikhlas karena

Allah semata dan berdasarkan syariat islam. Ibadah disini adalah

segala sesuatu yang dicintai oleh Allah swt, baik perkataan,

kepasrahan dan ketundukan yang sempurna serta membebaskan

diri dari segala hal yang bertentangan dan salah.

c. Kokoh akhlaknya (matinul khuluq)

“Sesungguhnya yang paling sempurna imannya dari orang–

orang mukmin adalah yang paling baik akhlaknya”. (HR.

Abu Daud dan Tirmidzi dari Abu Huroiroh) Kalimat di atas

adalah sabda dari Rasulullah saw, manusia yang paling sempurna

akhlaknya. Akhlak dan perilaku seseorang merupakan cerminan

dari kesempurnaan imannya. Untuk itu, kita harus senantiasa

menjaga akhlak kita, karena akhlak ini yang menentukan arah

kehidupan kita. Dan islam telah mengatur setiap perilaku manusia

dalam setiap aspek kehidupan ini.

d. Berwawasan luas (mutsaqoful fikr)

Wawasan yang luas adalah hal yang penting yang harus di miliki

setiap muslim, sehingga kita sebagai seorang muslim wajib untuk

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

71

menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu yang lain. Sehingga

kita akan bisa memberikan kontribusi untuk agama dan bangsa

kita melalui ilmu dan pikiran–pikiran kita.

e. Kuat fisiknya (qowwiyyul jism)

Rasulullah telah menegaskan betapa pentingnya seorang muslim

untuk menjaga kesehatan tubuhnya. Karena dengan tubuh yang

kuat dan sehatlah kita bisa melaksanakan ibadah dan kewajiban–

kewajiban kita dengan baik dan sempurna. Sedangkan jika kondisi

kita sedang sakit, maka aktivitas–aktivitas kita tidak akan berjalan

maksimal.

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah

daripada mukmin yang lemah, pada keduanya ada

kebajikan.” (HR. Muslim)

f. Mandiri kehidupannya/bisa mencari nafkah (qadirun ‘alal kasbi)

Seorang muslim haruslah bisa kreatif, inovatif dan produktif

sehingga ia mampu untuk memenuhi kebutuhan materinya sendiri

tanpa harus bergantung pada orang lain. Rasulullah dan para

sahabat telah memberikan contohnya. Di sela–sela aktivitas

dakwahnya yang berat, beliau mampu memanfaatkan peluang

ekonomi yang ada. Sehingga seorang muslim harus bisa

menunjukkan potensinya dalam dunia ekonomi juga.

g. Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighairihi)

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

72

“Khairunnas anfa’uhum linnas”,(HR. Ahmad dan Thobrani)

sebaik–baik manusia ialah yang paling bermanfaat untuk orang

lain. Seorang muslim yang ideal adalah seorang yang bisa jadi

problem solver bukan trouble maker apalagi lari dari

permasalahan. Tapi buat diri kita menjadi seorang muslim ideal

yang bisa memberikan kontribusi terhadap masyarakat sekecil

apapun itu.

h. Menjaga dengan sungguh-sungguh waktunya (harishun ‘ala

waqtihi)

Allah swt menegaskan bahwa manusia yang melalaikan waktunya

akan berada dalam kerugian yang besar. Waktu sangat penting

untuk kita jaga. Karena seorang muslim yang ideal selayaknya

mampu untuk memanfaatkan dan memelihara waktunya untuk hal–

hal yang produktif agar kita terhindar dari kelalaian yang akan

membawa kita pada hal yang sia–sia dan tidak bermanfaat.

Pepatah bilang waktu ibarat pedang, jika tidak ditebaskan dengan

tepat, maka justru pedang itulah yang akan menebasnya.

i. Bersungguh-sungguh mengendalikan hawa nafsu (mujahidun

Linafsihi)

Kita semua tentu masih ingat, bahwa manusia memiliki dua potensi,

yaitu fujur dan taqwa. Karena itulah, diri manusia harus senantiasa

dikontrol, agar apa yang dikerjakannya sesuai dengan nilai-nilai

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

73

ajaran Islam. Tidak menyimpang mengikuti hawa nafsunya belaka.

Dan sesungguhnya seseorang yang kuat ialah yang paling bisa

menahan hawa nafsunya.

j. Teratur segala urusannya (munazham fii syu’unihi)

Kita sebagai seorang muslim hendaknya bisa memberikan yang

terbaik untuk Islam. Untuk itu, kita harus bisa memberikan citra

positif. Islam itu akan dilihat dari orang-orang yang ada di dalamnya.

Nah, kita adalah bagian tersebut, maka mulai dari diri kita masing-

masing, kita harus bisa mencitrakan Islam dan salah satu caranya

adalah dengan senantiasa memperbaiki diri kita, baik pemahamn

terhadap Islam sendiri maupun secara fisiknya. Selain itu, kita juga

harus senantiasa berhati-hati terhadap lembaga-lembaga yang

menentang Islam.

2. Membentuk jiwa kebersamaan

Melalui tarbiyah islamiyah, maka kita akan dikumpulkan dalam

sebuah bentuk kerjasama (amal jama’i), dimana merupakan sebuah

amal kerjasama yang akan menghasilkan kekuatan yang lebih besar

jika dibandingkan ketika kita beramal sendiri–sendiri (infiradhi).

Rasulullah telah membuktikan keberhasilan amal jama’i, dimana

Rasulullah telah mempersatukan kaum Muhajirin dan kaum Anshar,

sehingga terbentuk kekuatan Islam yang lebih besar. Rasulullah telah

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

74

mentarbiyah kaum–kaum tersebut sehingga tercipta masyarakat yang

islami yang senantiasa saling membantu dan bekerjasama.

3. Membentuk kepribadian da’i (syakhsiyah da’iyah)

“Dialah yang telah mengurus Rasul-Nya (dengan membawa)

petunjuk Al-Quran dan dien al-haq untuk dimenangkan-Nya atas

segala agama walaupun orang–orang musyrik tidak menyukai.”

(At-Taubah : 33)

Islam adalah agama yang komprehensif dan integral (syamil dan

mutakamil) sehingga setiap dai harus memiliki pemahaman yang

komprehensif terhadap apa yang akan di dakwahkannya. Dai pertama

dien ini adalah Rasulullah Muhammad saw. dan dakwah yang

dibawanya adalah Islam. Perintah berdakwah ini telah sering Allah

swt sampaikan kepada Rasulullah saw secara terus–menerus.

“Dan serulah kepada (dien) Rabb-mu. Karena sesungguhnya

kamu benar–benar berada di jalan yang lurus.” (Al-Hajj : 67)

Jelaslah bahwa dakwah ini harus dipikul setiap muslim dan muslimah.

Sehingga salah satu tujuan dari tarbiyah Islamiyah ialah untuk

mencetak seorang muslim menjadi dai yang memiliki pemahaman yang

benar dan luas, iman yang mantap, dan hubungan yang kokoh dengan

Allah swt. Maka ia akan mampu melaksanakan tugas–tugas amal islami

dan juga mampu memikul beban serta berani menghadapi resiko.

4. Mengembangkan potensi individu

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

75

Kualitas diri merupakan sebuah tuntutan dan kebutuhan di dalam proses

tarbiyah. Kita tidak boleh merasa puas dan menganggap sempurna

apa yang sudah kita miliki, namun hendaknya kita senantiasa

meningkatkan potensi yang ada dalam diri kita. Dengan tarbiyah,

kekurangan dan kelemahan akan diperbaiki, potensi dan wawasan

kita akan ditingkatkan. Sehingga kita akan menjadi pribadi-pribadi

yang siap menjadi problem solver dari setiap permasalahan yang ada.

5. Memberdayakan dan mengarahkan potensi individu

“Di antara orang-orang yang beriman itu ada orang–orang yang

menepati apa yang mereka telah janjikan kepada Allah, maka di

antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada pula

yang menunggu–nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah

janjinya.” (Al-Ahzab: 23)

Tarbiyah mengarahkan, memfungsikan dan memberdayakan potensi

individu sesuai dengan kapasitasnya, sehingga mampu memberikan

kontribusi yang riil bagi dakwah, umat, serta tidak ragu untuk berjuang

dan berkorban demi tegaknya dinul Islam.

Karakteristik tarbiyah isalmiyah

Tarbiyah Islamiyah memiliki karakter yang berbeda dengan sistem

pendidikan yang lain, yaitu:

1. Integral (Syumuliyah)

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

76

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah membuat

perumpamaan kalimat yang baik, akarnya teguh dan cabangnya

(menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap

musim dengan seizin Tuhan-Nya. Allah membuat perumpamaan–

perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.”

(Ibrahim : 24-25)

Ibarat pohon diatas, seperti itulah kepribadian yang akan dibentuk di

dalam Tarbiyah Islamiyah, yaitu seseorang yang memiliki kepribadian

yang kokoh, tahan terhadap segala tantangan hidup dan berguna bagi

orang lain. Tarbiyah Islamiyah akan menjaga keseimbangan

pertumbuhan potensi manusia (fisik, hati, akal) agar dapat berkembang

dengan baik. Seperti yang dicontohkan Rasulullah. Selain menanamkan

akidah pada diri para sahabat, beliau juga membina jasad dan akal

para sahabat, sehingga terbentuk individu–individu yang memiliki

kepribadian Islami yang menyeluruh.

2. Bertahap (Mutadarrijah)

“…Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi

kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu

adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan.

Tidak ada Tuhan selain Dia; maka bagaimana kamu dapat

dipalingkan?” (Az-Zumar: 6)

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

77

Setiap sesuatu memerlukan proses, setahap demi setahap, tidak bisa

terjadi begitu saja. Demikian pula dengan Tarbiyah Islamiyah. Proses

pembentukan individu tidak bisa secara instan, tapi butuh proses yang

panjang, sehingga harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan fase–

fase kehidupannya. Ibarat seorang bayi, ia awalnya hanya minum ASI,

kemudian bubur atau pisang, lalu beranjak besar mencoba nasi. Ketika

dewasa, maka ia bisa mencicipi makanan apa saya yang halal dan

toyyib.

3. Terus–menerus (Istimrarriyah)Kondisi keimanan seseorang tidak selamanya stabil. Adakalanya imanitu naik sebagaimana ia juga sewaktu-waktu turun, karena ada berbagaihal yang mempengaruhinya. Kondisi demikian yang menyebabkan

tarbiyah harus dilakukan secara terus menerus. Manakala keimanan

seseorang turun, dia tidak mudah terbawa arus penurunan moral,

karena ia selalu terjaga dalam proses tarbiyah. Akan tetapi kala

seseorang memutuskan berhenti atau melepaskan diri dari proses

tarbiyah Islamiyah barang sekejap saja, akan teramat sulit baginya

untuk mencapai kepribadian yang islami (syakhsiyah islamiyah).

Dengan demikian, tarbiyah Islamiyah harus senantiasa dilaksanakan

secara terus-menerus untuk memperbaiki setiap kekurangan yang adapada setiap individu dan menyempurnakan kelebihan yang dimilikinya.

4. Penuh kesungguhan (Jiddiyah)

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

78

Tarbiyah Islamiyah bukanlah sekedar kegiatan untuk mengisi

waktu senggang di tengah kesibukan, namun ia adalah suatu kebutuhan

yang harus dilaksanakan secara sungguh-sungguh, dan kesungguhan

ini harus dimiliki oleh yang membina maupun yang dibina.

Kesungguhan ini harus senantiasa dimunculkan dan dijaga, sebab

proses tarbiyah akan selalu berjalan sepanjang masa bersama segala

rintangan dan hambatan yang akan selalu mengiringinya. Andaikan

tarbiyah Islamiyah ini dilalui tanpa kesungguhan, niscaya setiap

individu akan mudah sekali berguguran. Dan tujuan tarbiyah Islamiyah

tidak akan tercapai.

Tanpa adanya tarbiyah Islamiyah, selamanya tidak akan

tercapai predikat umat Islam sebagai khairu ummah (umat terbaik),

ummatan wasathan (umat yang menjadi tolak ukur umat yang lain).

Sudah selayaknya kita selalu berusaha untuk terus berjalan bersama

tarbiyah Islamiyah. Berusaha sungguh-sungguh mendapatkan

tarbiyah yang diajarkan Rasulullah saw kemudian bersama menggapai

predikat pribadi muslim yang memiliki syakhsiyah Islamiyah dan

bersama-sama pula menegakkan kembali peradaban Islam.

Mengingat pentingnya tarbiyah Islamiyah yang demikian itu,

wajar ada sebagian orang berkomentar , “Tarbiyah bukan segala-

galanya”. Dengan tarbiyah saja kita takkan bisa meraih kemenangan.”

Maka, Musthafa Mansyur menjawab, “Tarbiyah memang bukan

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

79

segala-galanya, tetapi segala-galanya takkan bisa diraih kecuali melalui

tarbiyah.”

Alasan perlunya tarbiyah dari aspek ajaran islam

Rosul mengambil murobi dan da’iyah membimbing umat manusia untuk

keluar dari jahiliyah. Ciri-ciri jahiliyah:

a. Jahl (kebodohan)

b. Djillah (kehinaa)

c. Fakr (kefakiran)

d. Tanafur (penciptaan)

Inti jahiliyah adalah dhalul mubin (kesetsatan yang nyata) (3:164)

Jalan keluar dari kesesatan adalah tarbiyah atau pembinaan yang

didalamnya diajarkan (2:151):

- Tilawah (membaca atau dibacakan)

- Tazkiyah (pembersihan diri)

- Ta’limun kitab wal hikmah/sunah (Al Qur’an dan hadist)

Dengan tarbiyah kita memperoleh nikmat yang dapat mengatur kita

menuju khairu ummah (3:110) dengan ciri-ciri:

- Ilmu (berpengetahuan)

- Izzah (terhormat)

- Ghina (kekayaan)

- Ukhuwah (persaudaraan)

Urgensi Tarbiyah ada 2:

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

80

- Hakikat jiwa yang memerlukan pembinaan (91:8-9)

- Waqi’ul ummat (kekayaan umat)

Pedoman HidupPedoman HidupPedoman HidupPedoman HidupPedoman Hidup

Rasulullah saw bersabda : “Aku telah meninggalkan kepada kalian

dua perkara, yang kamu tidak akan tersesat selama kamu

berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah Al Qur’an

dan Sunnah Rasulullah.”

(HR. Malik)

AL-QUR’AN

Secara bahasa, kata Al Qur’an berasal dari kata dasar qa-ra-a,

yang berarti membaca. Dari kata ini terbentuklah kata benda: qar’, qira’ah,

dan qur’an yang berarti bacaan. Secara terminologi, Al Qur’an berarti

firman Allah yang mengandung mukjizat yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad saw secara berangsur-angsur sebagai petunjuk bagi manusia

yang membacanya bernilai ibadah.

FUNGSI AL QUR’AN

Allah menurunkan Al Qur’an agar manusia mengambil manfaat

darinya.Al Qur’an akan berfungsi ketika nilai-nilainya diterapkan dalam

kehidupan nyata. Adapun fungsi dari Al Qur’an adalah:

1) Al Qur’an sebagai minhajul hayah (pedoman hidup) bagi

seluruh manusia tanpa kecuali

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

81

2) Al Qur’an sebagai an-nur (cahaya)

3) Al Qur’an sebagi ad-dzikr (pemberi peringatan)

4) Al Qur’an sebagi al-furqon (pembeda)

5) Al Qur’an sebagai al-burhan (bukti)

6) Al Qur’an sebagai al basyir (kabar gembira) dan an-nadzir

(pemberi peringatan)

7) Al Qur’an sebagai ruh

8) Al Qur’an sebagai asy-syifa’ (obat)

9) Al Qur’an sebagai ar-rahmah

10) Al Qur’an sebagai al-huda (petunjuk)

11) Al Qur’an sebagai al-mau’izhah (pengajaran)

12) Al Qur’an sebagai al-kitab

13) Al Qur’an sebagai al-basyir (mata hati)

KEISTIMEWAAN AL QUR’AN

Al Qur’an adalah satu-satunya kitab Allah yang diturunkan sebagai

pedoman hidup manusia yang memiliki keistimewaan yang tak tertandingi

oleh kitab manapun. Diantara keistimewaan Al Qur’an adalah sebagai

berikut:

1) Satu-satunya kitab yang terjaga kesalihanya sampai akhir zaman.

2) Kelengkapan peraturan yang termuat dalam Al Qur’an dan selalu

sesuai untuk manusia di semua zaman.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

82

3) Keindahan penyampaian, ketinggian bahasanya dan kerapihan

susunan ayatnya yang sampai saat ini tidak seorangpun sanggup

menandinginya.

4) Pemberitahuan Al Qur’an tentang kejadian yang akan datang.

5) Penemuan ilmiah yang tercantum didalam Al Qur’an.

Tidak hanya sebatas itu saja, A Qur’an juga menggambarkan tentang

kajadian alam semesta, bumi yang bulat, bintang, bulan, planet, laut, matahari

dan banyak hal lain yang kesemuanya kemudian dibuktiksn kebenarannya

oleh orang-orang yang menentang kebenaran Al Qur’an. Subhanallah.

KEWAJIBAN SEORANG MUSLIM TERHADAP AL QUR’AN

1) Meyakini dan mengimani Al Qur’an

2) Membaca Al Qur’an

3) Tadabbur Al Qur’an

4) Mengamalkan isi ajaran Al Qur’an

5) Belajar dan mengajarkanya

Belajar dan mengajarkan Al Qur’an adalah kewajiban yang suci dan mulia.

Di dalam mengajarkan Al Qur’an terkandung 3 kemuliaan, yaitu kemuliaan

mengajar (yang merupakan tugas para nabi), kemuliaan membaca Al

Qur’an ketika mengajarkanya, kemudian men-taddabur-inya. Dengan

mengajarkan secara terus-menerus, selain untuk belajar, menjadikan

seseorang lebih mahir dalam pemahamanya.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

83

ADAB MEMBACA AL QUR’AN

Hendaklah seorang muslim mewarnai hari-harinya dengan tilawah

(membaca) AL Qur’an. Sebagaimana ibaah-ibadah lain, tilawatil Qur’an

memiliki adab-adab yang harus diperhatikanoleh setiap muslim. Adab-

adab dalam membaca Al Qur’an:

1) Pertama, adab yang berhubungan dengan batiniyah, diantarnya adalah

sebagai berikut:

- Ikhlas

- Konsentrasi

- Khusyuk

2) Kedua, adab yang berhubungan dengan lahiriyah yaitu dengan

- Memilih waktu, tempat dan kondisi yang tepat.

- Suci dari hadast dan najis.

- Membaca dimulai dengan ta’awudz dan basmallah.

KEUTAMAAN MEMBACA AL QUR’AN

Allah swt menurunkan kitab-Nya yang kekal dan abadi berupa Al

Qur’an, agar dibaca oleh lidah-lidah manusia, didengarkan oleh telinga-

telinga mereka, di taddabur-I oleh akal mereka dan menjadi ketenangan

bagi kegundahan dan kegersangan hati mereka. Seorang muslim yang

senantiasa menghiasi hari-harinya dengan membaca Al Qur’an, maka akan

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

84

memperoleh keutamaan dan kebaikan sebagaimana disebutkan dalam Al

Qur’an dan hadist. Diantara Keutamaan membaca Al Qur’an adalah:

- Seperti di dalam surat Fthir ayat 29-30.

- Al Qur’an memberi syafaat kepada pembacanya kelak di hari

kiamat. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Umamah Al Bahili,

bahwa Rosulullah saw bersabda: “Bacalah Al Qur’an, karena

sesungguhnya,akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi

syafaat bagi pembacanya (HR.Muslim)

- Diberikan yang terbaik oleh Allah serta mendapat kebaikan. Dar

Ibnu Mas’ud bahwasanyaRosulullah bersabda: “Siapa yang

membaca satu huruf dari kitab Allah akan mendapatkan satu

kebaikan dan satu kebaikan beripat sepuluh kali. Aku tidak

mengatakan Aliif Lam Miim satu huruf, namun Aliif satu huruf,

Laam satu huruf, dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi).

Subhanallah, begitu besar keutamaan yang Allah berikan kepada

para pembaca Al Qur’an, sekualitas apapun mereka. Coba bayangkan

seandainya salah seorang diantara kita membaca Al Qur’an beberapa waktu

saja, berapa jumlah huruf yang habis terbaca? Dan jika dalam setiap huruf

terdapat sepuluh kebaikan, maka berpakah pahala yang kita dapatkan?

Hanyalah orang-orang yang keras hatinya, sehingga tidak terketuk dengan

panggilan membaca Al Qur’an.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

85

HaditsHaditsHaditsHaditsHadits

1. Secara Lughowi (Harfiyah)

Hadits adalah ism masdar, yang fi’il madhi dan mudhori’nya, hadatsa

– yahdutsu.

Hadist mempunyai 4 makna, yaitu:

a. Af’al (Perbuatan)

Ahdasa diambil dari kata hadits, mengikuti wazan af’ala, yang artinya

’amila ’amalan la minar rasul (mengada-adakan atau melakukan

perbuatan lain yang tidak ada di zaman rasul). Jadi hadits disini

bermakna perbuatan, dan kalau berubah menjadi ahdasa, maka

maknanya berbuat-buat atau mengadakan perbuatan.

b. Akhbar/aqwal (Cerita atau perkataan atau kabar)

Dalam sejarah dikenal istilah haditsul ifki (cerita bohong) berkenaan

dengan tuduhan keji terhadap ibunda Aisyah ra. Di dalam Al Qur’an

terdapat 220 kata hadits serta pecahannya yang berarti cerita atau

menceritakan. Misalnya dalam surat Adh Dhuha ayat 11, Allah

berfirman, “Dan terhadap nikmat Robbmu maka hendaklah engkau

menceritakannya”.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

86

c. Jadid (baru)

Dalam aqidah menurut imam mazhab Asyar’iyah, dikenal ada 20 sifat

wajib Allah, 20 sifat muhal (mustahil) Allah dan ada satu sifat jaiz.

Dan yang kedua dari sifat wajib Allah setelah wujud adalah

Qidam. Lawannya qidam adalah hadits. Qidam artinya dahulu,

sedangkan hadits artinya baru atau ada permulaan. Jadi hadits disini

artinya adalah baru, atau ada permulaan

d. Qorib (dekat)

Dalam bahasa arab, ada kalimat antum haditsun minni bil islam

(kamu terasa dekat dengan saya karena islam). Jadi hadits disini, artinya

dekat perasaan/hati.

2. Hadits Secara istilah (definisi)

Hadits adalah segala perkataan (aqwal), perbuatan (af’al) dan

persetujuan (taqrir) dari Nabi Muhammad saw. yang dijadikan

ketetapan ataupun hukum dalam agama serta sifat dari Rasulullah

lahiriah maupun batiniah .

Hadits-hadits Nabi saw. itu dinamakan dengan “Al Hadits” karena

ada persesuaian dengan arti dari segi bahasanya yang memberi makna

“baharu” lawan kepada “Al Qadim”. Seolah-olahnya apa yang

disandarkan kepada Nabi s.a.w. yang dikenali dengan Al Hadits itu

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

87

adalah sesuatu yang lain daripada Al Quran yang qadim – demikian

kata Syeikhul Islam Hafidz Ibnu Hajar.

Sementara Allamah Syabir Ahmad Utsmani berpendapat bahwa hadits-

hadits Rasulullah s.a.w. itu sebenarnya merupakan pernyataan Nabi

s.a.w. akan nikmat Allah s.w.t. yang paling besar yaitu Islam seperti

yang terdapat dalam firman Allah s.w.t. bermaksud : “Pada hari ini aku

sempurnakan untuk kamu agamamu, aku lengkapkan kepadamu

nikmatku dan aku redhai Islam sebagai agama untukmu”. (Surah Al

Maaidah : 3)

PEMBAGIAN HADITS

Dilihat dari konsekuensi hukumnya :

1. Hadits Maqbul (diterima) : terdiri dari Hadits sohih dan Hadits

Hasan

Hadits Sohih :

Yaitu Hadits yang memenuhi 5 syarat berikut ini :

1. Sanadnya bersambung (telah mendengar/bertemu antara para

perawi).

2. Melalui penukilan dari perawi-perawi yang adil.

Perawi yang adil adalah perawi yang muslim, baligh (dapat

memahami perkataan dan menjawab pertanyaan), berakal,

terhindar dari sebab-sebab kefasikan dan rusaknya

kehormatan (contoh-contoh kefasikan dan rusaknya

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

88

kehormatan adalah seperti melakukan kemaksiatan dan bid’ah,

termasuk diantaranya merokok, mencukur jenggot, dan

bermain musik).

3. Tsiqoh (yaitu hapalannya kuat).

4. Tidak ada syadz (syadz adalah seorang perawi yang tsiqoh

menyelisihi perawi yang lebih tsiqoh darinya.)

5. Tidak ada illat atau kecacatan dalam Hadits

Tingkatan Hadits Shohih

1. Hadits muttafaqqun ‘alaihi yang dikeluarkan oleh imam

Bukhori dan imam Muslim pada kitab shohih mereka

masing-masing.

2. Hadits shohih yang dikeluarkan oleh imam Bukhori saja

3. Hadits shohih yang dikeluarkan oleh imam Muslim saja

4. Hadits yang sesuai dengan syarat Bukhori dan Muslim,

serta tidak dicantumkan pada kitab-kitab shohih mereka.

5. Hadits yang sesuai dengan syarat Bukhori

6. Hadits yang sesuai dengan syarat Muslim

7. Hadits yang tidak sesuai dengan syarat Bukhori dan Muslim

Syarat Bukhori dan Muslim : perawi-perawi yang dipakai adalah

perawi-perawi Bukhori dan Muslim dalam shohih mereka.

Hukum Hadits sohih : dapat diamalkan dan dijadikan hujjah.

Hadits Hasan :

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

89

Yaitu Hadits yang apabila perawi-perawinya yang hanya

sampai pada tingkatan soduq (tingkatannya berada dibawah

tsiqoh). Soduq : tingkat kesalahannya 50: 50 atau di bawah 60%

tingkat ke tsiqoan-nya. Soduq bisa terjadi pada seorang perawi

atau keseluruhan perawi pada rantai sanad.

Para ulama dahulu meneliti tingkat ketsiqo-an seorang

perawi adalah dengan memberikan ujian, yaitu disuruh

membawakan 100 hadits berikut sanad-sanadnya. Jika sang

perawi mampu menyebutkan lebih dari 60 hadits (60%) dengan

benar maka sang perawi dianggap tsiqoh.

Hukum Hadits Hasan : dapat diamalkan dan dijadikan hujjah.

Hadits Hasan Shohih

Penyebutan istilah Hadits hasan shohih sering disebutkan

oleh imam Thirmidzi. Hadits hasan shohih dapat dimaknai dengan

2 pengertian :

- Imam Thirmidzi mengatakannya karena Hadits tersebut

memiliki 2 rantai sanad/lebih. Sebagian sanad hasan dan

sebagian lainnya shohih, maka jadilah dia Hadits hasan

shohih.

- Jika hanya ada 1 sanad, Hadits tersebut hasan menurut

sebagian ulama dan shohih oleh ulama yang lainnya.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

90

2. Hadits Mardud (ditolak) : yaitu Hadits dhoif

Hadits Dhoif

Yaitu hadits yang tidak memenuhi salah satu/lebih syarat Hadits shohih

dan Hasan.

Hukum Hadits dhoif : tidak dapat diamalkan dan tidak boleh

meriwayatkan Hadits dhoif kecuali dengan menyebutkan kedudukan

Hadits tersebut.Hadits dhaif berbeda dengan hadits palsu atau hadits

maudhu‘. Hadits dhaif itu masih punya sanad kepada Rasulullah SAW,

namun di beberapa rawi ada dha‘f atau kelemahan. Kelemahan ini

tidak terkait dengan pemalsuan hadits, tetapi lebih kepada sifat yang

dimiliki seorang rawi dalam masalah dhabit atau al-‘adalah. Mungkin

sudah sering lupa atau ada akhlaqnya yang kurang etis di tengah

masyarakatnya. Sama sekali tidak ada kaitan dengan upaya

memalsukan atau mengarang hadits.

Yang harus dibuang jauh-jauh adalah hadits maudhu‘, hadits

mungkar atau matruk. Dimana hadits itu sama sekali memang tidak

punya sanad sama sekali kepada Rasulullah SAW. Wlau yang paling

lemah sekalipun. Inilah yang harus dibuang jauh-jauh. Sedangkan kalau

baru dha‘if, tentu masih ada jalur sanadnya meski tidak kuat. Maka

istilah yang digunakan adalah dha‘if atau lemah. Meski lemah tapi masih

ada jalur sanadnya.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

91

Karena itulah para ulama berbeda pendapat tentang

penggunaan hadits dha‘if, dimana sebagian membolehkan untuk

fadha‘ilul a‘mal. Dan sebagian lagi memang tidak menerimanya. Namun

menurut iman An-Nawawi dalam mukaddimahnya, bolehnya

menggunakan hadits-hadits dhaif dalam fadailulamal sudah merupakan

kesepakatan para ulama.

FUNGSI HADIST

Dalam hubungan dengan Al Qur’an, maka As-Sunnah (hadist)

berfungsi sebagai penafsir, pensyarah, penjelas atas ayat-ayat tertentu.

Apabila disimpulkan tentang fungsi As-Sunnah dalam hubungan dengan Al

Qur’an itu adalah sebagai berikut:

a. Bayan tafsiri, yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat umum mujmal

dan musytarak.

Seperti hadits: “Shallukama ra’aitumuni ushalli” (shalatlah kamu

sebagaimana kamu melihatku shalat) adalah merupakan tafsiran dari

ayat Al Qur’an yang umum, yaitu: “Aqimush-shalah” (kerjakan shalat).

Demikian pula dengan hadits: “khudzu ‘annimanasikakum” (ambillah

dariku perbuatan hajiku) adalah tafsiran ayat Al Qur’an

“Waatimmulhajja” (dan sempurnakan hajimu).

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

92

Termasuk bayan tafisiri adalah:

- Ayat-ayat Al Qur’an yang tersebut secara mujmal diperincikan

oleh hadits, misalnya hukum-hukum di dalam Al Qur’an yang

disebut secara umum dengan tidak menyebutkan kaifiat, sebab-

sebab, syarat-syarat dan lainnya semuanya diperjelaskan oleh

hadits, seperti dalil halal haram dalam makanan, dalam masalah

ibadah sholat dll.

- Ayat-ayat yang mutlaq kemudian dimuqayyadkan oleh hadits

sesuai dengan tempat dan keadaan yang menghendakinya. Seperti

ayat tentang muamalah, munakahat, siyasiyah, dll.

- Ayat-ayat yang musykil diterangkan oleh hadits, contoh ayat-ayat

yang terkait dengan masalah aqidah, ayat yang memiliki makna

khusus, dll.

b. Bayan taqriri, yaitu berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat

pernyataan al-Qur’an.

Misalnya ada hadits yang berbunyi: “Shaumul liru’yatihi

wafthiruliru’yatihi” (berpuasalah karena melihat bulan dan berbukalah

karena melihatnya) adalah memperkokoh ayat al-Qur’an dalam surat

Al-Baqarah: 185.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

93

Termasuk bayan taqriri adalah hadits yang menyatakan hukum-hukum,

saluran dan saranan bagi sesuatu perkara sesuai dengan masa atau

situasi dan kondisi bagi berlakunya perkara-perkara itu berlandaskan

prinsip dan objektif Al Qur’an. Dan hadits-hadits menarik kaedah

prinsipal daripada keterangan-keterangan Al Qur’an yang boleh

dijadikan sebagai panduan untuk mengqiaskan persoalan-persoalan

yang baru timbul.

c. Bayan taudhihi, yaitu menerangkan maksud dan tujuan suatu ayat

Al-Qu r’an.

Seperti pernyataan Nabi: “Allah tidak mewajibkan zakat melainkan

supaya menjadi baik harta-hartamu yang sudah dizakati” adalah

taudhih (penjelasan) terhadap ayat Al-Qur’an dalam surat At-Taubah

ayat 34 yang berbunyi sebagai berikut:

“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak yang

kemudian tidak membelanjakannya di jalan Allah maka

gembirakanlah mereka dengan azab yang sangat pedih”.

Pada waktu ayat ini turun banyak para sahabat yang merasa berat

untuk melaksanakan perintah ini, maka mereka bertanya kepada Nabi

yang kemudian dijawab dengan hadits tersebut.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

94

Termasuk dalam bayan taudhihi, adalah hadits-hadits yang

menceritakan sebab-sebab, hikmat dan maslahat-maslahat di sebalik

ketentuan hukum dalam Al Qur’an yang boleh dijadikan kaedah dan

prinsip dalam menentukan hukum-hukum yang tidak tersebut di

dalamnya. Nabi saw. mengambil hikmat ilahi daripada bimbingan,

panduan dan misi Al Quran, kemudian menjelaskannya ke dalam

kehidupan amali manusia.

SholatSholatSholatSholatSholat

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak

mengerjakan shalat, maka basuhlah muka dan tangan kalian

sampai ke siku. Kemudian sapulah kepada kailan dan basuhlah kai

kalian sampai pada ke dua mata kaki.”

(QS. Al Maidah : 6)

“Allah tidak akan menerima shalat seseorang diantara kalian

apabila berhadats, sehingga ia berwudhu.”

(HR. Bukhari Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

A. WUDHU

PENGERTIAN WUDHU

Salah satu syarat sahnya shalat yang merupakan ibadah wajib bagi kita

seorang muslim, adalah suci badan. Mensucikan badan sebelum kita sholat

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

95

kita kenal dengan wudhu. Mungkin setiap hari kita memang sudah

berwudhu. Namun apakah wudhu yang selama ini telah kita lakukan itu

sudah sesuai dan benar dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah? Pada

lembaran-lembaran berikutnya kita akan memperdalam kembali ilmu kita

tentang aktivitas wudhu ini.

Wudhu adalah membasuh bagian tertentu dari anggota badan dengan

air sebagai persiapan bagi seorang muslim untuk menghadap Allah swt.

(mendirikan shalat). Dalam hal ini Allah Azza Wa Jalla sendiri

memerintahkannya dan telah menetapkan bagian-bagian anggota badan

yang harus dibasuh pada saat berwudhu.

Dalil yang menunjukkan kewajiban berwudhu antara lain :

1. Allah swt berfirman :

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak

mengerjakan shalat, maka basuhlah muka dan tangan kalian

sampai ke siku. Kemudian sapulah kepada kalian dan basuhlah

kaki kalian sampai pada kedua mata kaki.” (Al-Maidah : 6)

2. Hadits Rasulullah yang diriwatkan dari Abu Hurairah, dimana Nabi

saw. bersabda :

“Allah tidak akan menerima shalat seseorang diantara kalian

apabila berhadats, sehingga ia berwudhu.” (HR. Bukhari Muslim,

Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

96

Jelaslah bagi kita bahwa memang tata cara wudhu itu telah ditetapkan,

jadi wajib bagi kita untuk menyempurnakan wudhu kita.

Wudhu itu memiliki beberapa fardhu dan rukun yang ditertibkan

secara berurutan . Jika ada salah satu rukun itu yang tertinggal, maka

wudhunya tidak sah menurut syari’at.

RUKUN WUDHU

1. Niat, adalah kemauan dan keinginan hati untuk berwudhu, sebagai

wujud mentaati perintah Allah swt.

2. Membasuh wajah, yaitu membasuh dengan air pada bagian atas dahi

sampai bagian dagu yang bawah dan dari bagian bawah satu telinga

ke bagian bawah telinga lain. Air wudhu tersebut harus mengalir pada

wajah.

3. Membasuh kedua tangan, yaitu membasahi kedua tangan dari ujung

jari sampai ke siku.

4. Membasuh kepala. Pengertian mengusap di sini adalah membasahi

kepala dengan air, lalu mengusapnya dari arah depan ke belakang.

5. Membasuh ke dua kaki, yaitu membasuh kaki hingga mencapai kedua

mata kaki.

6. Tertib dalam membasuh anggota-anggota tubuh di atas. Membasuh

muka terlebih dahulu, lalu kedua tangan, kemudian mengusap kepala

dan selanjutnya membasuh ke dua kaki.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

97

7. Berwudhu satu kali (sekaligus) dalam satu waktu, yaitu tidak berselang

waktu yang terlalu lama antara satu rukun wudhu dengan rukun yang

lain.

SUNNAH WUDHU

Sunnah adalah ketetapan dari Rasulullah saw. baik berupa perbuatan

maupun perkataan . Adapun Sunnah wudhu itu antara lain adalah sebagai

berikut :

a. Membaca basmalah

b. Membersihkan kedua telapak tangan tiga kali

c. Bersiwak atau menggosok gigi

Disunatkan ketika bau mulut mengalami perubahan, baik karena

bangun tidur maupun saat hendak melaksanakan shalat.

d. Berkumur tiga kali

e. Istinsyaq dan istintsar tiga kali

- Istinsyaq adalah memasukkan atau menghirup air sampai ke dalam

rongga hidung. (disunahkan dengan tangan kanan)

- Istintsar berarti mengeluarkan air tersebut dari dalam hidung.

(disunatkan dengan tangan kiri)

f. Membersihkan sela-sela jari

g. Mendahulukan yang kanan

h. Memperlebar basuhan pada dahi, lengan dan kaki

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

98

i. Membaca do’a setelah wudhu.

CARA WUDHU YANG SEMPURNA

1. Berniat di dalam hati

2. Membaca basmalah

3. Mencuci telapak tangan sampai pergelangan tangan sebanyak tigakali

4. Berkumur tiga kali

5. Bersiwak

6. Istinsyaq dan istintsar tiga kali

7. Membasuh muka sebanyak tiga kali.

Dalam membasuh muka ini dimulai dari tempat tumbuhnya rambut

kepala sampai ke ujung dagu paling bawah dan dari bagian bawah

telinga satu ke telinga yang lain.

8. Selanjutnya basuhlah tangan sebelah kanan sampai siku sebanyak

tiga kali, lalu tangan sebelah kiri juga tiga kali. Dalam membasuh

tangan ini, hendaklah dimulai dari jari-jari, yaitu dengan menyela-

nyela antara jari-jari tersebut.

9. Kemudian usaplah kepala secara keseluruhan atau seperempat kepala

pada bagian depan satu kali saja, yaitu dengan menggunakan kedua

telapak tangan setelah membasuh keduanya dengan air. Air sisanya

boleh digunakan untuk mengusap kedua telinga baik bagian dalam

maupun bagian luar sebanyak satu kali saja.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

99

10. Kemudian basuhlah kaki sebelah kanan sebanyak tiga kali dan sebelah

kiri juga tiga kali. Keduanya sampai mata kaki. Hal ini dilakukan dengan

disertai penyelaan terhadap jari-jari kaki dan meratakan basuhannya

mencapai tumit.

Urutan-urutan ini harus benar-benar diperhatikan dan berhati-hatilah

untuk tidak membiarkan sedikitpun dari bagian anggota wudhu yang

harus dibasuh tidak terkena basuhan air, sehingga wudhu dan shalat

yang kita lakukan menjadi sah, dan tidak batal. Di dalam membasuh

dan mengusap bagian-bagian yang harus dibasuh dan diusap, tidak

diperbolehkan menyelang waktu yang terlalu lama antara bagian satu

dengan yang lain, sehingga bagian sebelumnya telah menjadi kering.

Juga tidak di perbolehkan berbicara ketika berwudhu kecuali adanya

suatu kepentingan yang diperbolehkan.

11. Setelah selesai wudhu ucapkanlah do’a.

HAL-HAL YANG MEMBATALKAN WUDHU

Berikut adalah hal-hal yang membatalkan wudhu :

1. Mengeluarkan sesuatu melalui dua jalan keluar, misal: kencing, kotoran,

angin, baik berjumlah sedikit atau banyak.

2. Tidur, dalam hal ini ada dua macam tidur :

a. Tidur telentang: jelas membatalkan wudhu

b. Tidur bersandar/duduk. Dalam hal ini ada dua pendapat, yaitu :

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

100

• Menurut Imam Malik dan Ats-Tsauri, apabila tidur bersandar

dilakukan dalam waktu yang lama, maka wudhunya dianggap batal,

tetapi bila tidurnya tidak lama maka wudhunya tidak batal.

• Menurut Imam Asy Syafi’i bahwa tidur dalam posisi bersandar itu

tidak membatalkan wudhu, meskipun dilakukan dalam waktu yang

lama. Dengan catatan, jika orang yang duduk tersebut tetap pada

posisi semula dan menjaga agar tidak ada sesuatu pun yang keluar

dari duburnya, dengan cara menempelkannya ke lantai.

3. Pingsan

4. Tidur dalam shalat.

5. Murtad. (keluar dari islam)

6. Menyentuh kemaluan (dengan telapak tangan dengan sengaja)

7. Memakan daging hewan sembelihan (tidak membatalkan, tetapi

memang dianjurkan berwudhu setelahnya)

Dari hadits Jabir bin Samurah radhiallahu ‘anhu, seseorang pernah

bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Apakah

aku berwudhu setelah makan daging kambing?” Beliau menjawab:

“Kalau engkau mau engkau berwudhu, kalau mau maka engkau tidak

perlu berwudhu.” Beliau ditanya lagi: “Apakah aku berwudhu karena

makan daging unta?” Beliau menjawab: “Ya, berwudhulah setelah

makan daging unta.” (Shahih HR. Muslim)

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

101

KEUTAMAAN-KEUTAMAAN WUDHU

Wudhu mempunyai beberapa keutamaan seperti beberapa hadits

yang telah disabdakan Rasulullah saw. antara lain:

1. Menyempurnakan wudhu dari hal-hal yang makruf, banyak

melangkahkan menuju masjid dan menunggu-nuggu waktu shalat, dosa-

dosanya akan dihapuskan Allah dan ditinggikan derajatnya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam bersabda, “Maukah kutunjukkan kepada kalian sesuatu

yang dapat menjadi sebab Allah menghapuskan dosa-dosa dan

meninggikan derajat.” Mereka -para sahabat- menjawab, “Tentu

saja mau, wahai Rasulullah.” Maka beliau menjawab, “Yaitu

menyempurnakan wudhu dalam kondisi yang tidak

menyenangkan, memperbanyak langkah menuju masjid, dan

menunggu sholat berikutnya sesudah mengerjakan sholat, maka

itulah ribath.” (HR. Muslim dalam Kitab at-Thaharah)

An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksud isbaghul

wudhu’ adalah menyempurnakannya. Adapun yang dimaksud kondisi

yang tidak menyenangkan adalah dingin yang sangat menusuk, luka

yang ada di badan, dan lain sebagainya.” (SyarAh Muslim [3/41] cet.

Dar Ibn al-Haitsam). Yang dimaksud ar-ribath (ikatan) adalah karena

amalan- amalan itu mengikat yang bersangkutan dari berbagai

kemaksiatan dan dosa. Sebagian lagi ada yang mengatakan bahwa

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

102

selalu ingat tali yang melingkar dileher musuh, karena ingin mendapat

kan syahid dan ampunan Allah. Wallahu a’lam.

2. Dapat memberikan pengaruh positif pada jiwa untuk senantiasa

berusaha suci, dan jauh dari perbuatan maksiat.

3. Wajah dan tubuh mereka (orang yang menjaga wudhunya) bersinar

dan bercahaya cemerlang kelak di hari akhir dan disambut

kedatangannya oleh Rasulullah.

Abu Hurairah Radhiallaahu anhu, berkata, “Aku mendengar Rasulullah

Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, “Sesungguhnya umatku

dipanggil pada hari kiamat dalam keadaan ghurran muhajjilin

(wajahnya bercahaya dan badannya bersinar) karena bekas

wudhu, maka barang siapa mampu untuk memanjangkan ghurrah

hendaklah melakukannya.” (HR al Bukhari dan Muslim).

4. Kesalahan-kesalahan dari seorang yang berwudhu dari bagian anggota

wudhunya akan keluar bersamaan dengan jatuhnya air wudhu dari

bagian anggota wudhunya itu.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam bersabda, “Apabila seorang hamba muslim atau mukmin

berwudhu, kemudian dia membasuh wajahnya maka akan keluar

dari wajahnya bersama air itu -atau bersama tetesan air yang

terakhir- segala kesalahan yang dia lakukan dengan pandangan

kedua matanya. Apabila dia membasuh kedua tangannya maka

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

103

akan keluar dari kedua tangannya bersama air itu -atau bersama

tetesan air yang terakhir- segala kesalahan yang dia lakukan

dengan kedua tangannya. Apabila dia membasuh kedua kakinya

maka akan keluar bersama air -atau bersama tetesan air yang

terakhir- segala kesalahan yang dia lakukan dengan kedua

kakinya, sampai akhirnya dia akan keluar dalam keadaan bersih

dari dosa-dosa.” (HR. Muslim dalam Kitab at-Thaharah)

B. TAYAMUM

1. Pengertian Tayamum

Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi wajib yang tadinya

seharusnya menggunakan air bersih digantikan dengan menggunakan

tanah atau debu yang bersih. Yang boleh dijadikan alat tayamum adalah

tanah suci yang ada debunya. Dilarang bertayamum dengan tanah

berlumpur, bernajis atau berbingkah. Pasir halus, pecahan batu halus

boleh dijadikan alat melakukan tayamum.

Orang yang melakukan tayamum lalu shalat, apabila air sudah

tersedia maka ia tidak wajib mengulang sholatnya. Namun untuk

menghilangkan hadas, harus tetap mengutamakan air daripada tayamum

yang wajib hukumnya bila sudah tersedia. Tayamum untuk hadas hanya

bersifat sementara dan darurat hingga air sudah ada.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

104

Tayamum yang telah dilakukan bisa batal apabila ada air dengan alasan

tidak ada air atau bisa menggunakan air dengan alasan tidak dapat

menggunakan air tetapi tetap melakukan tayamum serta sebab musabab

lain seperti yang membatalkan wudu dengan air.

2. Sebab melakukan Tayamum :

a. Dalam perjalanan jauh

b. Jumlah air tidak mencukupi karena jumlahnya sedikit

c. Telah berusaha mencari air tapi tidak diketemukan

d. Air yang ada suhu atau kondisinya mengundang

kemudharatan

e. Air yang ada hanya untuk minum

f. Air berada di tempat yang jauh yang dapat membuat telat

shalat

g. Pada sumber air yang ada memiliki bahaya

h. Sakit dan tidak boleh terkena air

3. Syarat Sah Tayamum :

a. Telah masuk waktu salat

b. Memakai tanah berdebu yang bersih dari najis dan kotoran

c. Memenuhi alasan atau sebab melakukan tayamum

d. Sudah berupaya / berusaha mencari air namun tidak

ketemu

e. Menghilangkan najis yang yang melekat pada tubuh.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

105

4. Sunah Ketika Melaksanakan Tayamum :

a. Membaca basmalah

b. Menghadap ke arah kiblat

c. Membaca doa ketika selesai tayamum

d. Medulukan kanan dari pada kiri

e. Meniup debu yang ada di telapak tangan

f. Menggodok sela jari setelah menyapu tangan hingga siku.

5. Rukun Tayamum :

a. Niat Tayamum.

b. Menyapu muka dengan debu atau tanah.

c. Menyapu kedua tangan dengan debu atau tanah hingga

ke siku.

6. Tata Cara Tayamum :

a. Membaca basmalah

b. Renggangkan jari-jemari, tempelkan ke debu, tekan-tekanhingga debu melekat.

c. Angkat kedua tangan lalu tiup telapat tangan untuk

menipiskan debu yang menempel, tetapi tiup ke arah

berlainan dari sumber debu tadi.

d. Niat tayamum : Nawaytuttayammuma listibaa hatishhalaati

fardhollillahi ta’aala (Saya niat tayammum untuk

diperbolehkan melakukan shalat karena Allah Ta’ala).

e. Mengusap telapak tangan ke muka secara merata

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

106

f. Bersihkan debu yang tersisa di telapak tangan

g. Ambil debu lagi dengan merenggangkan jari-jemari,tempelkan ke debu, tekan-tekan hingga debu melekat.

h. Angkat kedua tangan lalu tiup telapat tangan untuk

menipiskan debu yang menempel, tetapi tiup ke arah

berlainan dari sumber debu tadi.

i. Mengusap debu ke tangan kanan lalu ke tangan kiri.

C. SHOLAT

PERINTAH SHALAT

Shalat merupakan salah satu pilar agama yang menduduki peringkat

ke dua setelah syahadat. Mengerjakannya pada awal waktu merupakan

amalan yang terbaik, sedang meninggalkannya merupakan perbuatan dosa

dan kufur. Sebagaimana yang Allah swt telah berfirman :

“Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan

waktunya atas orang-orang yang beriman.” (An-Nisa’ : 103)

Sedang Rasulullah saw pernah bersabda :

“Sesungguhnya tanda-tanda yang ada di antara seorang hamba

dengan syirik maupun kufur itu adalah perbuatan meninggalkan

shalat.” (HR. Muslim)

Selain dalil-dalil yang tertulis di atas masih banyak dalil lain yang

menyampaikan atau menegaskan bahwa posisi shalat dalam agama islam

itu sangat penting dan wajib dikerjakan oleh seorang yang telah berikrar

sebagai muslim, antara lain :

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

107

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang

yang tetap mendirikan shalat; ya Tuhan kami perkenankanlah doaku.”

(Ibrahim: 40)

“Hai Maryam taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuuklah

bersama orang-orang yang rukuk.” (Ali-Imran : 43)

“dan Dia menjadikan aku orang yang diberkahi dimana saja

aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat

dan (menunaikan) zakat selama aku hidup.” (Maryam: 31)

Secara etimologis shalat berarti do’a, sedangkan menurut syari’at,

shalat berarti ibadah yang terdiri dari ucapan-ucapan dan gerakan-gerakantertentu, yang diawali dengan takbiratul ihram, dan diakhiri dengan salam.

Shalat lima waktu hukumnya adalah wajib. Shalat lima waktu mampumembawa pelakunya berbuat adil dan mensucikan serta mendekatkan dirikepada Allah, sebagai upaya mempersiapkan diri menghadapi hari kiamat

kelak. Sebagaimana shalat juga mencegah pelakunya dari perbuatan keji

dan munkar.

PEMBAGIAN SHALAT

Shalat yang telah disyariatkan oleh Allah swt. sebagai penyuci hati

dan ungkapan rasa syukur atas berbagai nikmat yang telah diberikan-Nya

terbagi tiga yaitu:

a. Shalat Wajib

Shalat yang apabila dikerjakan berpahala, apabila ditinggalkan

merupakan dosa besar. Shalat wajib adalah shalat lima waktu,

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

108

hukumnya wajib dilaksanakan oleh muslim yang sudah baligh

(dewasa ).

b. Shalat Sunah

Shalat yang apabila dikerjakan berpahala, namun apabila tidak

dikerjakan tidak berdosa. Misal shalat witir, dhuha, dua rakat

setelah wudhu, tarawih, qiyamulail/tahajud.

c. Shalat Nafiah/Rawatib

Shalat sunnat yang menyertai shalat fardhu, baik malam maupun

siang hari, mempunyai waktu tertentu, yang tidak dapat dikerjakan

kecuali pada waktunya.

SYARAT WAJIB SHALAT

1. Shalat itu tidak diwajibkan kecuali bagi seorang yang telah

mengucapkan syahadatain

2. Shalat itu hanya diwajibkan bagi mereka yang berakal sehat dan

telah mencapai usia baligh.

3. Shalat juga diwajibkan setelah mencapai waktunya

4. Suci dari hadats besar, seperti haid, nifas dan junub. Disamping itu

juga suci dari hadats kecil seperti buang angin atau lainnya yang

dapat disucikan dengan cara berwudhu.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

109

RUKUN SHALAT

Dalam shalat ada yang dinamakan rukun shalat yang tanpa

terpenuhinya pelaksanaanya shalat dianggap tidak sah. Hal ini

akan disampaikan agar dapat membedakan antara rukun shalat

dengan sunnat shalat. Rukun shalat adalah sebagai berikut:

a. Niat

b. Takbiratul Ikhram

c. Membaca Al Fatihah

d. Ruku’

Yaitu membungkukkan punggung dengan meletakkan kedua telapak

tangan pada kedua lutut. Kemudian beri’tidal dan bertuma’ninah

(berdiam sebentar), dan membaca doa ruku’.

e. Berdiri dari ruku’. Setelah ruku’ hendaklah berdiri tegak dan

tuma’ninah

f. Sujud.

Yaitu meletakkan dahi dan hidung di atas tempat shalat setelah kedua

telapak tangan, lutut serta ujung jari jemari kaki dan bertuma’ninah.

g. Bangkit dari sujud atau duduk diantara dua sujud..

h. Salam.

Setelah selesai membaca tasyahud akhir. Dengan menolehkan wajah

ke kanan dan ke kiri dalam posisi duduk, dengan mengucap

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

110

i. Tertib.

Harus tertib atau urut dalam melaksanakan rukun shalat.

SUNNAH SHALAT

Sunnah sholat perlu diketahui karena melaksanakannya akan

mendapatkan pahala. Adapun sunnah sholat adalah sebagai berikut :

a. Mengangkat kedua tangan. Disunnahkan mengangkat kedua tangan

pada empat hal yaitu :

1. Takbiratul Ikhram

2. Ruku’

3. Bangun dari ruku’

4. Ketika bangun dari tasyahud pertama.

b. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri

c. Posisi kedua tangan. Ada beberapa pendapat sebagai berikut:

1. Abu Hanifah: posisi kedua tangan adalah di bawah pusar

2. Asy- Syafi’i : Posisi kedua tangan adalah di bawah dada.

3. Imam Ahmad : Posisi kedua tangan adalah di bawah dada atau

di bawah pusar

Sementara ada sebuah hadits hasan, yang menyebutkan bahwa Nabi

saw. meletakkan kedua tangannya di bawah dada. Diriwayatkan

oleh Ahmad dan Tirmidzi.

d. Doa iftitah

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

111

Membaca do’a ta’awudz. Dibaca setelah membaca doa iftitah dan

sebelum Surat Al Fatihah. Ta’awudz dibaca perlahan dan hanya

pada rakaat pertama saja.

a Mengucapkan Aamiin, yaitu setelah bacaan Al Fatihah selesai.

b Bacaan surat atau ayat Al Qur’an setelah membaca Al Fatihah.

c Tasyahud pertama.

Demikian sunnah-sunnah yang apabila seseorang lupa

melakukannya, tidak wajib untuk melakukan sujud sahwi (sujud

yang dilakukan karena ada bacaan, gerakan atau jumlah rekaat

yang terlupa). Mengerjakannya akan mendapat pahala yang besar,

oleh karena itu kita senantiasa menjaga sunnah-sunnah tersebut.

TATA CARA SHALAT

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.”

(H.R Bukhari)

Hadits di atas memberikan ilmu pada kita untuk senantiasa

menjaga dan menyempurnakan sholat kita agar sesuai dengan tata

cara sholat nabi, sehingga amalan ibadah kita tidak sia-sia.

Adapun tata cara atau urutan gerakan sholat adalah sebagai

berikut:

Pertama adalah persiapan yaitu sebagai berikut :

1. Menghadap kiblat

2. Berdiri tegak

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

112

3. Kaki tidak renggang dan tidak rapat

4. Mengangkat kedua tangan dan mengucap takbir.

5. Pandangan tertuju pada tempat sujud.

Selanjutnya, kedua adalah masuk rakaat pertama sebagai berikut:

1. Takbiratul ihram

Dengan cara :

a. Mengangkat tangan kemudian bertakbir atau mengangkat

tangan bersamaan dengan takbir atau bertakbir kemudian

mengangkat tangan.

b. Posisi tangan setinggi dada atau bahu atau telinga

c. Jari-jari tangan lurus tidak renggang dan tidak mengepal

d. Telapak tangan menghadap kiblat

e. Membaca takbir

2. Berdiri bersedekap

a. Tangan kanan diletakkan pada punggung telapak tangan

pergelangan dan hasta tangan kiri.

b. Posisi tangan di dada , atau di bawah dada.

3. Membaca do’a iftitah

4. Membaca ta’awudz

5. Membaca surat Al Fatihah

6. Membaca ayat atau surat Al Qur’an

a. Kita membaca satu surah dari awal sampai akhir

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

113

b. Kita membaca lebih dari satu surat

c. Kita membaca beberapa ayat saja dari suatu surat Al-Quran.

7. Ruku’

a. Turun ruku’ sambil bertakbir

b. Kedua tangan lurus memegang kedua lutut, lengan renggang

dari lambung, dan jari-jari tangan merenggang.

c. Kedua lutut direnggangkan

d. Punggung lurus

e. Kepala tidak menunduk dan tidak mendongak

f. Tuma’ninah

8. Membaca bacaan ruku’

9. Berdiri i’tidal

a. Bangkit dari ruku’

b. Mengangkat tangan setinggi bahu atau telinga

c. Berdiri tegak sambil bersedekap atau tidak bersedekap

d. Tuma’ninah

10. Membaca bacaan i’tidal

11. Sujud pertama

a. Turun sujud dengan mengangkat tangan atau tidak

mengangkat tangan sambil bertakbir

b. Menurunkan kedua lutut sebelum kedua tangan

c. Meletakkan tujuh anggota badan :

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

114

1. Kening dan hidung di tempat sujud

2. Tangan diletakkan dekat kepala atau dekat telinga atau

di tempat yang mudah

3. Tangan direnggangkan dari lambung atau dirapatkan

4. Jari-jari tangan diarahkan ke kiblat

5. Jari-jari kaki diarahkan ke kiblat

6. Kedua paha dirapatkan atau direnggangkan

7. Perut tidak menempel pada paha

d. Punggung lurus

e. Tuma’ninah

12. Membaca bacaan sujud

13. Duduk antara dua sujud

a. Bangkit dari sujud sambil bertakbir

b. Boleh mengangkat tangan boleh tidak

c. Cara duduk antara dua sujud:

Duduk di atas telapak kaki kiri, telapak kaki kanan

ditegakkan, dan jari-jari kaki kanan mengarah ke kiblat

dengan kedua tangan diletakkan di paha dan boleh berisyarat

dengan telunjuk kanan

d. Tuma’ninah

14. Membaca bacaan sujud

15. Bangkit dari sujud kedua

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

115

a. Sambil bertakbir

b. Duduk terlebih dahulu sebelum bangkit berdiri ke rakaat

kedua

Selanjutnya masuk pada rakaat kedua yaitu:

1. Bangkit berdiri

a. satu atau dua tangan bertopang di tanah

b. tangan tidak bertopang pada tanah.

2. Melakukan gerakan dan bacaan sebagaimana rakaat pertama

tanpa takbiratul ikhram, membaca iftitah dan ta’awudz.

3. Duduk tahiyat awal

a. Telapak kaki kiri dibeberkan untuk diduduki dan telapak

kaki kanan ditegakkan (duduk Iftirasy)

b. Tangan di atas paha atau lutut, siku kanan menempel pada

paha kanan, dan berisyarat dengan telunjuk.

c. Pandangan tidak melampaui jari telunjuk

d. Jari telunjuk digerak-gerakkan atau tidak

4. Membaca tasyahud

5. Membaca shalawat

Selanjutnya untuk melanjutkan ke rakaat tiga atau empat, mengulangi

gerakan dan bacaan pada raat pertama dan ke dua.

Selanjutnya pada rakaat terakhir, setelah sujud ke dua maka masuk

pada gerakan tasyahud akhir sebagai berikut:

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

116

1. Tasyahud akhir

Cara duduk tahhiyat akhir sama dengan duduk tahiyyat awal,

hanya saja telapak kaki kiri dimasukkan ke bawah tulang kering

kaki kanan dan duduk dengan pantat (duduk tawarruk), kedua

telapak tangan di atas lutut, dan berisyarat dengan telunjuk.

2. Membaca tasyahud dan shalawat

3. Membaca do’a sebelum salam.

4. Salam

a. Memalingkan muka dengan mengucap salam

i. Memalingkan muka sedikit dengan mengucap salam

ii. Memalingkan muka ke kanan dengan mengucap salam,

kemudian ke kiri dengan mengucapkan salam.

b. Mengusap kepala atau kening dengan tangan kanan (sunnah)

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,

(yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya.” (QS. Al-

Mu’minun (23) : 1-2)

Pergaulan dalam IslamPergaulan dalam IslamPergaulan dalam IslamPergaulan dalam IslamPergaulan dalam Islam

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu

dari manusia (karena sombong), dan janganlah

kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh”

(QS.Luqman:18)

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

117

“Tidak ada yang paling berat dalam

timbangan amal di akhirat kelak selain dari pekerti yang baik”

(HR. Ahmad dan Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Baniy

dalam Shahih al-Jami’ 5721)

Urgensi adab-adab dalam Islam

Salah satu aspek dari ajaran Islam yang tidak kalah pentingnya dan

wajib bagi setiap muslim mengetahuinya dan memilikinya serta menghiasi

diri dengannya adalah akhlak dan adab, karena suatu umat apabila telah

hilang akhlak dan adabnya, maka ini merupakan tanda-tanda kehancuran

suatu umat dan generasi tersebut, demikian juga sebaliknya, ketika suatu

kaum dan generasi mempunyai akhlak dan adab maka jayalah umat tersebut.

Beberapa peran penting adab-adab dalam Islam yaitu:

a. Membentuk kehidupan yang baik

b. Membina aqidah

c. Membina kepribadian

d. Mengetahui hak dan kewajiban masyarakat

e. Membina kekuatan dan persatuan umat

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

118

Adab-adab PergaulanAdab-adab PergaulanAdab-adab PergaulanAdab-adab PergaulanAdab-adab Pergaulan

Adab terhadap Allah swtAdab terhadap Allah swtAdab terhadap Allah swtAdab terhadap Allah swtAdab terhadap Allah swt

Bersyukur terhadap segala nikmat-Nya

“Dan jika kamu kamu menghitung nikmat Allah, niscaya engkau

tidak bisa menghitungnya”.

(QS. Ibrahim: 34 )

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Oleh karena itu, ingatlah kepada-Ku niscaya aku ingat pula

kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu

mengingkari nikmat-Ku”.

(QS. al-Baqarah: 152)

Malu dan takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

“Ia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu

nyatakan”.

(QS. at-Taghabun: 4)

Berserah diri dan menggantungkan segala perkara dan urusan

kepada-Nya“Dan hanya kepada Allahlah hendaknya kamu bertawakkal jika

kamu benar-benar orang yang beriman”. (QS. al-Maidah: 23).

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

119

Merenungi rahmat Allah yang telah dilimpahkannya dan kepada

seluruh makhluk

“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat

Allah”. (QS. Yusuf: 87)

Berhusnuzhan kepada Allah terhadap janji yang pasti akan

ditepati dan ancaman yang pasti dipenuhi.

“Barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut

kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya maka mereka adalah

orang-orang yang mendapatkan kemenangan”. (QS. an-Nur: 52)

Adab Kepada Al-Qur’anAdab Kepada Al-Qur’anAdab Kepada Al-Qur’anAdab Kepada Al-Qur’anAdab Kepada Al-Qur’an

• Membacanya dalam keadaan suci, menghadap kiblat dan duduk

dengan penuh kesopanan dan ketenangan.

• Membacanya dengan tartil dan tidak terburu-buru.

• Membaca dengan penuh kekhusu’an.

• Membaguskan suaranya, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam : “Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu”. (HR.

Ahmad, Ibnu Majah, Nasa’i, Abu Daud)

• Mensirkan (merendahkan) bacaannya jika ia takut riya’ atau

mengganggu kekhusyu’an orang sedang shalat.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

120

• Membacanya dengan penuh perhatian, serta berusaha merenungi

dan memahami maknanya dan hikmah-hikmah yang terkandung

didalamnya.

• Ketika membaca Al-Qur’an hendaknya ia tidak termasuk orang

yang lalai dan menyimpang dari aturan-aturannya, karena hal

tersebut dapat menyebabkan laknat terhadap diri sendiri, seperti

ia membaca ayat: “Maka kita minta supaya laknat Allah ditimpakan

pada orang-orang yang dusta”. (QS. Ali Imran: 61) Dalam surat

lain Allah Ta’ala berfirman: “Ingatlah laknat Allah ditimpakan

kepada orang-orang yang dzalim”. (QS. Hud: 18)

• Berusaha dengan sungguh-sungguh supaya menjadi ahlul-Qur’an

yang merupakan Ahlullah dan orang-orang yang mendapatkan

keistimewaan.

Adab Kepada Rasulullah shallallahu Adab Kepada Rasulullah shallallahu Adab Kepada Rasulullah shallallahu Adab Kepada Rasulullah shallallahu Adab Kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam‘alaihi wa sallam‘alaihi wa sallam‘alaihi wa sallam‘alaihi wa sallam

• * Mentaati dan mengikuti jalan kehidupan beliau shallallahu ‘alaihi

wa sallam, baik dalam urusan dunia ataupun agamanya.

• * Mendahulukan cinta kepadanya dari mencintai yang lain.Dalam

hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah

sempurna keimanan salah seorang dari kalian sehingga aku lebih

dia cintai dari anaknya, orang tuanya, dan seluruh manusia”

(Muttafaqun ‘alaihi)

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

121

• * Mencintai orang yang beliau cintai, memusuhi orang yang beliau

musuhi, dan meridhai apa yang beliau ridhai, serta marah terhadap

sesuatu yang beliau murkai.

• * Memuliakannya ketika menyebut nama beliau shallallahu ‘alaihi

wa sallam dan bershalawat beserta salam kepadanya.

• * Membenarkan apa yang beliau khabarkan, baik tentang urusanagama, permasalahan dunia maupun hal ghaib tentang kehidupandunia maupun akhirat.

• * Menghidupkan sunnah-sunnah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,

memperjuangkan syari’atnya, dan menyampaikan dakwah beliau

serta menjadikan beliau sebagai khudwah uswatun hasanah

Adab seorang muslim terhadap dirinya sendiriAdab seorang muslim terhadap dirinya sendiriAdab seorang muslim terhadap dirinya sendiriAdab seorang muslim terhadap dirinya sendiriAdab seorang muslim terhadap dirinya sendiri

Seorang Muslim harus mempunyai sifat-sifat:

• Taubat

Yang dimaksud dengan taubat adalah berlepas diri dari seluruh

perbuatan dosa dan maksiat, menyesali segala dosa yang telah

berlalu serta bertekad untuk tidak mengulanginya dikemudian hari.

• Muraqabah

Hendaklah setiap muslim menjaga sikap dan perbuatannyadihadapan Allah Ta’ala di setiap waktu dalam hidupnya, danmenyadari bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu mengawasisegala tindak-tanduk, serta mengetahui apa yang dirahasiakannyadan yang dinyatakannya

• Muhasabah (Mengoreksi diri)

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

122

• Mujahadah

Didalam melaksanakan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

seorang muslim dihadapkan dengan berbagai macam godaan-

godaan dunia, dengan godaan tersebut banyak orang yang

terlena dan jatuh ke dalam lembah keburukan, dosa, maksiat,

dan memperturutkan syahwat.

Pergaulan dengan orang lainPergaulan dengan orang lainPergaulan dengan orang lainPergaulan dengan orang lainPergaulan dengan orang lain

••••• Menjaga Pandangan

••••• Menutup Aurat

••••• Adanya Pembatas Antara Lelaki Dengan Perempuan

••••• Tidak Brdua-duaan Di Antara Lelaki dan Perempuan

••••• Tidak Melunakkan Ucapan (Percakapan)

••••• Tidak Menyentuh Kaum Berlawanan Jenis

Beberapa Adab dalam Kehidupan Sehari-hariBeberapa Adab dalam Kehidupan Sehari-hariBeberapa Adab dalam Kehidupan Sehari-hariBeberapa Adab dalam Kehidupan Sehari-hariBeberapa Adab dalam Kehidupan Sehari-hari

Adab dalam Berpakaian

Beberapa adab dalam berpakaian antara lain dimulai dengan membaca

do’a sebagai berikut

Segala puji bagi Allah yang telah memberi pakaian dan rezeki kepadaku

tanpa jerih payahku dan kekuatanku. Syarat pakaian yang digunakan yaitu:

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

123

1. Harus tertutup aurat

Aurat bagi perempuan (muslimah) adalah seluruh anggota tubuhnya

kecuali muka dan telapak tangan sedangkan bagi laki-laki (muslimin)

adalah dari pusar hingga lutut.

“Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan

kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah

untuk perhiasan. dan pakaian takwa[531] Itulah yang paling

baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda

kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat”.

(.S Al-A’raf:26)

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap

(memasuki) mesjid[534], Makan dan minumlah, dan janganlah

berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-

orang yang berlebih-lebihan”. (.S Al-A’raf:26)

2. Tidak terlalu ketat

Bagi seorang perempuan, pakaian yang terlalu ketat mengakibatkan

lekuk-lekuk tubuhnya akan kelihatan, tentunya akan mengundang pikiran

kotor dan sangkaan buruk (suuzan) yang melihatnya.

3. Tidak berlebih-lebihan

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

124

Berpakaianlah secara sederhana tetapi menarik simpai orang lain. Allah

SWT tidak menyukai orang yang selalu berlebih-lebihan.

4. Bersih dan rapi

Pakaian yang kita pakai harus bersih dan rapi. Sebab Allah SWT

menyukai orang-orang yang senantiasa menjaga kebersihan, baik

kebersihan badannya maupun pakaiannya.

5. Sesuai dengan situasi dan kondisinya

Dalam berpakaian, kita harus menyesuaikan dengan situasi dan

kondisinya. Ketika sekolah, pakailah pakaian seragam sekolah. Ketika

bermain, pakaian bermain dan lain-lain

Adab dalam makan

a. Memulai makan dengan mengucapkan Bismillah.

Berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Apabila salah seorang diantara kalian hendak makan, maka

ucapkanlah: ‘Bismilah.’ Dan jika ia lupa untuk mengucapkan

Bismillah di awal makan, maka hendaklah ia mengucapkan

‘Bismillahi Awwalahu wa Aakhirahu (dengan menyebut nama Allah

di awal dan diakhirnya).’” (HR. Daud Dishohihkan oleh Syaikh Al

Albani dalam Shohih Ibnu Majah: 3264)

b. Hendaknya mengakhiri makan dengan pujian kepada Allah.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

125

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Barangsiapa telah selesai makan hendaknya dia berdo’a:

“Alhamdulillaahilladzi ath’amani hadza wa razaqqaniihi min ghairi

haulin minni walaa quwwatin. Niscaya akan diampuni dosanya

yang telah lalu.” (HR. Daud, Hadits Hasan)

“Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan ini kepadaku

dan yang telah memberi rizki kepadaku tanpa daya dan

kekuatanku.”

Atau bisa pula dengan doa berikut,

“Segala puji bagi Allah dengan puja-puji yang banyak dan penuh

berkah, meski bukanlah puja-puji yang memadai dan mencukupi

dan meski tidaklah dibutuhkan oleh Rabb kita.”

(HR. Bukhari VI/214 dan Tirmidzi dengan lafalnya V/507)

c. Hendaknya makan dengan menggunakan tiga jari tangan kanan.

“Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam makan dengan

menggunakan tiga jari.” (HR. Muslim, HR. Daud)

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

126

d. Hendaknya menjilati jari jemarinya sebelum dicuci tangannya.

“Apabila salah seorang diantara kalian telah selesai makan maka

janganlah ia mengusap tangannya hingga ia menjilatinya atau

minta dijilati (oleh Isterinya, anaknya).” (HR. Bukhari Muslim)

e. Apabila ada sesuatu dari makanan kita terjatuh, maka hendaknya

dibersihkan bagian yang kotornya kemudian memakannya.

“Apabila ada sesuap makanan dari salah seorang diantara kalianterjatuh, maka hendaklah dia membersihkan bagiannya yang kotor,kemudian memakannya dan jangan meninggalkannya untuk

syaitan.” (HR. Muslim, Abu Daud)

f. Hendaknya tidak meniup pada makanan yang masih panas dan

tidak memakannya hingga menjadi lebih dingin, hal ini berlaku

pula pada minuman. Apabila hendak bernafas maka lakukanlah

di luar gelas, dan ketika minum hendaknya menjadikan tiga kali

tegukan.

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang untuk

menghirup udara di dalam gelas (ketika minum) dan meniup di

dalamnya.” (HR. At Tirmidzi)

g. Hendaknya menghindarkan diri dari kenyang yang melampaui

batas.

“Tidak ada bejana yang diisi oleh manusia yang lebih buruk dari

perutnya, cukuplah baginya memakan beberapa suapan sekedar

dapat menegakkan tulang punggungnya (memberikan tenaga),

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

127

maka jika tidak mau, maka ia dapat memenuhi perutnya dengan

sepertiga makanan, sepertiga minuman dan sepertiga lagi untuk

bernafasnya.” (HR. Ahad, Ibnu Majah)

h. Makan memulai dengan yang letaknya terdekat kecuali bila

macamnya berbeda maka boleh mengambil yang jauh.

“Wahai anak muda, sebutkanlah Nama Allah (Bismillah),

makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari apa-apa

yang dekat denganmu.” (HR. Bukhari Muslim)

i. Hendaknya memulai makan dan minuman dalam suatu jamuan

makan dengan mendahulukan (mempersilakan mengambil

makanan terlebih dahulu) orang-orang yang lebih tua umurnya

atau yang lebih memiliki derajat keutamaan.

j. Ketika makan hendaknya tidak melihat teman yang lain agar

tidak terkesan mengawasi.

k. Hendaknya tidak melakukan sesuatu yang dalam pandangan

manusia dianggap menjijikkan.

l. Jika makan bersama orang miskin, maka hendaklah kita

mendahulukan mereka.

Adab Tidur

Berikut beberapa adab tidur yang diajarkan oleh Rasulullah SAW

1. Berintropeksi diri (muhasabah) sesaat sebelum tidur

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

128

Sangat dianjurkan sekali bagi setiap muslim bermuhasabah

(berintropeksi diri) sesaat sebelum tidur, mengevaluasi segala perbuatan

yang telah ia lakukan siang hari. lalu jika ia dapatkan perbuatannya

baik makahendaknya memuji Allah SWT dan jika sebaliknya maka

hendaknya segera memohon ampunan-Nya, kembali dan bertobat

kepada-Nya.

2. Tidur dini

Berdasarkan hadits yang bersumber dari ‘Aisyah “Bahwasanya

Rasulullah tidur pada awal malam dan bangun pada penghujung malam,

lalu beliau melakukan sholat”.(Muttafaq’alaih).

3. Disunnatkan berwudhu’ sebelum tidur, dan berbaring miring

sebelah kanan.

Al-bara’ bin ‘azib menuturkan : Rasulullah bersabda:”Apabila kamu

akan tidur,maka berwudhu lah sebagaimana wudhu untuk sholat,

kemudian berbaringlah dengan miring ke sebelah kanan…” Dan tidak

mengapa berbalik kesebelah kiri nantinya.

4. Disunnatkan pula mengibaskan seprei tiga kali sebelum

berbaring

Berdasarkan hadits Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda:”

Apabila seorang dari kamu akan tidur, maka hendaklah mengirapkan

kainnya pada tempat tidurnya itu terlebih dahulu, karena ia tidak tahu

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

129

apa yang ada diatasnya…” Di dalam satu riwayat lain dikatakan:”tiga

kali”.(MuttafaQ’alaih)

5. Makruh tidur tengkurapAbu dzar menuturkan :”Nabi pernah lewat melintasi aku, dikala itu akusedang berbaring tengkurap. Maka nabi membagunkan akau dengankakinya sambil bersabda:” Wahai Abu Dzar, sesungguhnya berbaringseperti ini (tengkurap) adalah cara berbaringnya penghuni neraka”.

(H.R. Ibnu Majah).

6. Makruh tidur diatas dak terbuka.

Hadits yang bersumber dari ‘Ali bin Syaiban menyebutkan bahwasanya

Nabi telah bersabda:”Barangsiapa yang tidur malam diatas atap rumah

yang tidak ada penutupnya, maka hilanglah jaminan darinya”. (H.R.

Al-Bukhari)

7. Menutup pintu, jendela dan memadamkan api dan lampu

sebelum tidur.

Dari Jabir diriwayatkan bahwa sesungguhnya Rasulullah telah bersabda:”

Padamkanlah lampu dimalam hari apabila kamu tidur, tutuplah pintu,

tutuplah rapat-rapat bejana-bejana dan tutuplah makanan dan

minuman.”(Muttafaq’alaih).

8. Membaca ayat kursi, dua ayat terakhir dari surah Al-Baqarah.

Surah Al-ikhlas dan Al-Mu’awwiidzatain (Al-Falaq dan An-Nas),

karena banyak hadits-hadits shahih yang menganjurkan hal tersebut.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

130

9. Membaca do’a-do’a dan dzikir yang keterangannya shahih dari

Rasulullah

Seperti : Allaahumma qinii yauma tab’atsu’ibaadaka (Ya Allah,peliharalah

aku dari Adzab-Mu pada hari Engkau membangkitkan kembali segenap

hamba-hamba-Mu). Dibaca tiga kali.(HR. Abu Dawud)

Dan membaca: “Bismika Allahumma Amuutu Wa ahya” (Dengan menyebut

nama-mu ya Allah, aku mati dan aku hidup.) (HR. Al-Bukhari)

10. Apabila disaat tidur merasa kaget atau merasa gelisah atau

merasa ketakutan,

Maka, dianjurkan berdo’a dengan do’a berikut ini:”A’uudzu

bikalimaatillaahit taammati min ghadhabihi Wa syarru ‘ibaadihi, wamin

hamazaatisy syasaathiini wa an yahdhuruuna.(Aku berlindung dengan

kalimatullah yang sempurna dari murka-Nya,kejahatan hamba-hamba-

Nya, dari gangguan syetan dan kehasiran mereka kepadaku”.) (HR.

Abu Dawud)

11. Apabila bermimpi buruk maka hendaknya ia meludah ke sebelah

kirinya tiga kali lalu merubah posisi tidurnya dari kiri ke kanan

atau sebaliknya.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

131

Dan hendaknya ia tidak menceritakan mimpi buruknya tersebut

kepada orang lain serta tidak memikirkannya namun hendaknya ia

berdoa dan bertawakkal kepada Allah, sesungguhnya mimpi buruknya

tersebut tidak akan membahayakannya. Adapun jika mimpinya baik

maka boleh ia menceritakannya kepada orang lain.

12. Hendaknya apabila bangun tidur membaca :

“Allhamdu Lillahilladzi Ahyaanaa ba’da maa Amaatanaa wa

ilaihinnusyurru” (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami

setelah kami dimatikan-Nya,dan kepada-nya lah kami dikembalikan)

(HR. Al-Bukhari)

13. Ketika seorang menguap hendaknya ia menahannya sekuat

tenaga

Karena jika ia mengucapkan “Ha”,maka setan akan

menertawainya, berdasarkan hadits dari Abu Hurairah riwayat Imam

Al-Bukhari dan Imam muslim. Atau hendaknya ia menutup mulutnya

dengan tangannya karena setan akan masuk, berdasarkan hadits dari

Abu Sa’id Al-Khurdiy riwayat Imam Muslim, Imam Abu dawud dan

Imam Ahmad.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

132

Adab Berdo’a

• Ikhlas karena Allah semata. (QS. Al-Mu’min: 14),(QS. Al-Bayyinnah:

5)

• Mengawalinya dengan pujian dan sanjungan kepada Allah, lalu diikuti

dengan bacaan shalawat kepada atas Rasulullah dan diakhiri dengannya.

• Bersungguh-sungguh dalam memanjatkan do’a serta yakin akan

dikabulkan

• Mendesak dengan penuh kerendahan dalam berdo’a dan tidak terburu-

buru

• Menghadirkan hati dalam do’a.

• Memanjatkan do’a, baik dalam keadaan lapang maupun susah.

• Tidak boleh berdo’a dan memohon sesuatu kecuali hanya kepada Allah

semata.

• Tidak mendo’akan keburukan kepada keluarga, harta, anak dan diri

sendiri.

• Merendahkan suara ketika berdo’a, yaitu antara samar dan keras. (QS.

Al-A’raaf: 55, 205).

• Mengakui dosa yang telah diperbuat, lalu mohon ampunan atasnya, serta

mengakui nikmat yang telah diterima dan bersyukur kepada Allah atas

nikmat tersebut.

• Tidak membebani diri dalam membuat sajak dalam do’a.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

133

• Tadharru’ (merendahkan diri), khusyu’, raghbah (berharap untuk

dikabulkan) dan rahbah (rasa takut tidak dikabulkan). (QS. Al-Anbiyaa’:

90).

• Mengembalikan (hak orang lain) yang dizhalimi disertai dengan taubat.

• Memanjatkan do’a tiga kali.

• Menghadap Qiblat.

• Mengangkat kedua tangan dalam do’a.

• Jika mungkin berwudhu’ terlebih dahulu sebelum berdo’a.

• Tidak berlebih-lebihan dalam berdo’a.

• Tawassul kepada Allah dengan Asmaa’-ul Husna dan sifat-sifatNya yang

Maha Tinggi, atau dengan amal shalih yang pernah dikerjakannya sendiri

atau dengan do’a seorang shalih yang masih hidup dan berada di

hadapannya.

• Makanan dan minuman yang dikonsumsi serta pakaian yang dikenakan

harus berasal dari usaha yang halal.

• Tidak berdo’a untuk suatu dosa atau memutuskan silaturahmi.

• Menjauhi segala bentuk kemaksiatan.

• Harus menegakkan amar ma’ruf nahi munkar (menyuruh berbuat

kebaikan dan mencegah kemunkaran).

• Hendaklah orang yang berdo’a memulai dengan mendo’akan diri sendiri,

jika dia hendak medo’akan orang lain.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

134

Adab Bertamu

1. Memperbaiki Niat

Tidak bisa dipungkiri bahwa niat merupakan landasan dasar

dalam setiap amalan. Hendaklah setiap muslim yang akan bertamu,

selain untuk menunaikan hajatnya, juga ia niatkan untuk menyambung

silaturahim dan mempererat ukhuwah. Sehingga,… tidak ada satu

amalan pun yang ia perbuat melainkan berguna bagi agama dan

dunianya. Tentang niat ini Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam

bersabda :

“Sesungguhnya seluruh amal perbuatan itu dengan niat dan

setiap orang tergantung pada apa yang ia niatkan” (HR. Bukhari,

Muslim dan selain keduanya).

Ibnul-Mubarak berkata :

“Betapa amal kecil diperbesar oleh niatnya dan betapa amal

besar diperkecil oleh niatnya” (Jaami’ul-Ulum wal-Hikam halaman

17 – Daarul-Hadits).

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

135

2. Memberitahukan Perihal Kedatangannya (untuk Minta Ijin)

Sebelum Bertamu

Adab ini sangat penting untuk diperhatikan. Mengapa ? Karena

tidak setiap waktu setiap muslim itu siap menerima tamu. Barangkali

ia punya keperluan/hajat yang harus ditunaikan sehingga ia tidak bisa

ditemui. Atau barangkali ia dalam keadaan sempit sehingga ia tidak

bisa menjamu tamu sebagaimana dianjurkan oleh syari’at. Betapa

banyak manusia yang tidak bisa menolak seorang tamu apabila si

tamu telah mengetuk pintu dan mengucapkan salam padahal ia punya

hajat yang hendak ia tunaikan. Allah telah memberikan kemudahan

kepada kita berupa sarana-sarana komunikasi (surat, telepon, sms,

dan yang lainnya) yang bisa kita gunakan untuk melaksanakan adab

ini.

3. Menentukan Awal dan Akhir Waktu Bertamu

Adab ini sebagai alat kendali dalam mengefisienkan waktu

bertamu. Tidak mungkin seluruh waktu hanya habis untuk bertamu

dan melayani tamu. Setiap aktifitas selalu dibatasi oleh aktifitas lainnya,

baik bagi yang bertamu maupun yang ditamui (tuan rumah). Apabila

memang keperluannya telah usai, maka hendaknya ia segera

berpamitan pulang sehingga waktu tidak terbuang sia-sia dan tidak

memberatkan tuan rumah dalam pelayanan.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

136

“Apabila salah seorang diantara kamu telah selesai dari

maksud bepergiannya, maka hendaklah ia segera kembali menuju

keluarganya” (HR. Bukhari dan Muslim).

4. Berwajah Ceria dan Bertutur Kata Lembut dan Baik Ketika

Bertemu

Wajah muram dan tutur kata kasar adalah perangai yang tidak

disenangi oleh setiap jiwa yang menemuinya. Allah telah memerintahkan

untuk bersikap lemah lembut, baik dalam hiasan rona wajah maupun

tutur kata kepada setiap bani Adam, dan lebih khusus lagi terhadap

orang-orang yang beriman. Dia telah berfirman :

“Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang

beriman” (QS. Al-Hijr : 88).

Ibnu Katsir dalam Tafsirnya berkata :

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

137

“Maksudnya bersikap lemah lembutlah kepada mereka

sebagaimana firman Allah ta’ala : “Sesungguhnya telah datang

kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasaolehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dankeselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang kepada

orang-orang beriman” (QS. At-Taubah : 128).

5. Tidak Sering Bertamu

Mengatur frekwensi bertamu sesuai dengan kebutuhan dapat

menimbulkan kerinduan dan kasih-sayang. Hal itu merupakan sikap

pertengahan antara terlalu sering dan terlalu jarang. Terlalu sering

menyebabkan kebosanan. Sebaliknya, terlalu jarang mengakibatkan

putusnya hubungan silaturahim dan kekeluargaan.

6. Dianjurkan Membawa Sesuatu Sebagai Hadiah

Memberi hadiah termasuk amal kebaikan yang dianjurkan. Sikap

saling memberi hadiah dapat menimbulkan perasaan cinta dan kasih

saying, karena pada dasarnya jiwa senang pada pemberian. Rasulullah

shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

“Berilah hadiah di antara kalian, niscaya kalian akan saling

mencintai” (HR. Bukhari dalam Al-Adabul-Mufrad 594; dan

dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwaa’ nomor 1601).

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

138

7. Tidak Boleh Seorang Laki-Laki Bertamu kepada Seorang

Wanita yang Suaminya atau Mahramnya Tidak Ada di Rumah

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam sangat keras menekankan

pelarangan ini sebagaimana sabda beliau :

“Janganlah sekali-kali menjumpai wanita”. Maka seorang

laki-laki dari kaum Anshar bertanya : “Wahai Rasulullah,

bagaimana dengan Al-Hamwu?”. Beliau menjawab : “Al-Hamwu

adalah maut” (HR. Bukhari dan Muslim).

Imam Al-Baghawi dalam menerangkan hadits ini mengatakan :

Al-Hamwu jamaknya Ahma’ yaitu keluarga laki-laki dari pihak suami

dan keluarga perempuan dari pihak istri. Dan yang dimaksudkan di

sini adalah saudara laki-laki suami (ipar) sebab dia bukan mahram

bagi istri. Dan bila yang dimaukan adalah ayah suami sedang ayah

suami adalah mahram, maka bagaimana lagi dengan yang bukan

mahram ?

Tentang kalimat “Al-Hamwu adalah maut”; Ibnul-‘Arabi berkata

: “Ini adalah kalimat yang diucapkan oleh orang Arab, sama dengan

ungkapan : Serigala adalah maut. Artinya, bertemu serigala sama

dengan bertemu maut”.

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

139

TajwidTajwidTajwidTajwidTajwid

“…Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan Tartil.”

(Al-Muzammil:4)

Definisi Ilmu Tajwid

Lafadz tajwid menurut bahasa (lughowi) artinya membaguskan,

sedangkan menurut istilah artinya mengeluarkan setiap huruf dari tempat

keluarnya dengan memberikan hanya dan mustahaknya. Yang dimaksud

dengan hak huruf adalah sifat asli yang selalu bersamanya seperti sifat Al-

Jahr, Isti’la’ dan lain sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan

mustahak huruf adalah sifat yang nampak sewaktu-waktu seperti tafkhim,

tarqiq, ikhfa’ dan sebagainya.

Hukum Ilmu Tajwid

Hukum mempelajari lmu Tajwid secara teori adalah fardhu kifayah,

sedangkan membaca Al Qur’an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid,

hukumnya fardu ain. Beberapa dalil yang mewajubkan untuk membaca Al

Qur’an dengan tajwid:

1) Firman Allah swt dalam Al Qur’an, Surat Al-Muzammil:4.

2) Sabda Rosulullah saw sebagai berikut: “ Bacalah Al Qur’an sesuai

dengan cara dan suara orang-orang arab. Dan jauhilah olehmu cara

baca orang-orang fasik dan berdosa besar, maka sesunguhnya akan

Buku Panduan dan Monitoring Asisten AAI 2010-2011 <<

140

datang beberapakaum setelah aku melagukan Al Qur’an seperti

nyanyian dan rohaniyah (membaca tanpa taddabur dan pengamalan)

suara mereka tidak dapat melewati tenggorokan mereka (tidak dapat

meresap dalam hati), hati mereka dan orang-orang yang simpati kepada

mereka telah terfitnah (keluar dari jalan yang lurus).

3) Adapun hukum fardhu ain, imam Ibnul jazari mengatakan: “ Membaca

Al Qur’an denagan tajwid, hukumnya wajib, barangsiapa yang tidak

membacanya dengan tajwid, ia berdosa. Karena dengan tajwidlah Allah

menurunkan Al Qur’an dan demikianlah Al Qur’an sampai kepada kita

dari-Nya.