1'lnjauan yuridis terhadap pengadilan pajak

18
1'lNJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGADILAN PAJAK YANG MENIADAKAN UP AY A HUKUM KASASI Makalah yang tidak dipublikasikan November 2007 Oleh: Maria Emelia Retno K Telah didokumentasikan, Nomor ................... . Mengetahui, Kepala Pusat Dokumentasi, ................................... ) ---------- -

Upload: others

Post on 26-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1'lNJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGADILAN PAJAK

1'lNJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGADILAN PAJAK YANG MENIADAKAN UP AY A HUKUM KASASI

Makalah yang tidak dipublikasikan November 2007

Oleh: Maria Emelia Retno K

Telah didokumentasikan, Nomor ................... . Mengetahui, Kepala Pusat Dokumentasi,

................................... )

---------- - --------.~-

Page 2: 1'lNJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGADILAN PAJAK

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGADILAN PAJAK YANG

MENIADAKAN UPA YA HUKUM KASASI

DISUSUN OLEH :

13~l40 ~{/=fi 'd-. 9-. 19-- .

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KATOLIKPARAHYANGAN

BANDUNG

No. Klass 3.':\'t .. q: ... ~~ .. ~ .. ' . No. lod"k.I~.19Tol _<i_,'':, _I!'-j i !-l'J.dich!Bt)j ........................... .

Dc.;'! \l-~~ .. "', ............. . . - . .. _ .. --------

----~-.~------~-- -----

Page 3: 1'lNJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGADILAN PAJAK

, BABI

PENDAHULUAN

Pada tahun 2002 pemerintah telah membentuk sebuah badan peradilan barn di

Indonesia. Pengadilan itu adalah Pengadilan Pajak. Pengadilan Pajak dibentuk dengan

landasan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002. Pengadilan ini dibentuk untuk

menggantikan Badan Penyelesaian Sengketa Pajak. Fungsi dari pengadilan ini adalah

untuk menyelesaikan sengketa-sengketa yang pastinya berurusan dengan masalah

perpajakan. Pembahasan mengenai pengadilan pajak akan diuraikan lebih lengkap pada

bab selanjutnya. Pokok masalah utama dalam pembahasan ini adalah proses beracara

dalam pengadilan pajak.

Masalah perpajakan bukanlah sesuatu yang dianggap sepele. Kerena hal ini

berhubungan erat dengen masa depan negara di bidang keuangan. Selain itu pula pajak

juga dapat mengatur hajat hidup orangbanyak, meskipun dampaknya tidak dapat

dirasakan langsung. Dengan demikian berbagai masalah di bidang perpajakan juga pasti

bermunculan. Oleh sebab itu pemerintah membentuk sebuah lembaga yang bertugas

mengatasi masalah perpajakan. Lembaga itu dinamakan Badan Penyelesaian Sengketa

Pajak. Badan ini dibentuk jauh sebelum ada yang namanya Pengadilan Pajak. Perbedaan

antara Bandan Penyelesaian Sengketa Pajak dengan Pengadilan Pajak adalah bahwa

keputusan yang dibuat oleh Badan Penyelesaian Sengketa Pajak tidak bersifat final.

Sedangkan dalam Pengadilan Pajak sudah pasti bersifat final. Selain itu, Badan

Penyelesaian Sengketa Pajak berada di bawah kekuasaan atau pengawasan dari

Departemen Keuangan yang dalam hal ini diatur langsung oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Sedangkan Pengadilan Pajak berada di dalam kekuasaan Mahkamah Agung yang dalam

hal ini termasuk ke dalam ruang lingkup pengadilan Tata Usaha Negara.

Dengan tidak bersifat final keputusan dalam Badan Penyelesaian Sengketa Pajak,

urusan-urusan dan sengketa-sengketa pajak antara wajib pajak atau penanggung pajak

dengan fiskus menjadi kurang kepastina hukumnya. Sedangkan dalam pengadilan pajak

kepastian hukumnya diharapkan akanjauh lebih baik.

Selain itu Badan Penyelesaian Sengketa Pajak tidak terdapat upaya hukum

lanjutan apabila keputusan tidak dapat diterima oleh para pihak yang bersangkutan.

Page 4: 1'lNJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGADILAN PAJAK

r ! I Dalam Pengadilan Pajak upaya hukum yang dapat ditempuh adalah banding dan

peninjauan kembali.

Muncul pertanyaan bam dari upaya hukum dalam Pengadilan Pajak. Padahal leita

tahu sendiri bahwa semuajenis peradilan di Indonesia menyediakan upaya hukum kasasi.

Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara, Peradilan Militer, Peradilan Agama dan

Pengadilan Niaga yang berada di bawah Peradilan Umum kesemuanya terdapat upaya

hukum kasasi. Hal ini memang banyak yang mempertanyakan karena leita tahu sendiri

kalau pengadilan pajak berada di dalam ruang lingkup Peradilan Tata Usaha Negara di

mana di dalam Peradilan Tata Usaha Negara terdapat hukum kasasi tetapi pada

pengadilan pajak malah tidak ada. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan leita bahas dalam

bab-bab selanjutnya dari tugas ini.

------_._._--_ ...... _--_.

Page 5: 1'lNJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGADILAN PAJAK

, I

I 1 I

BABII

PENGADILAN PAJAK

Ketetapan pajak yang diterbitkan oleh fiskus (pejabat yang berwenang) tidak

selalu dapat diterima atau disetujui oleh wajib pajak yang bersangkutan. Oleh karena itu,

undang-undang yang berlaku di Indonesia menjamin hak setiap wajib pajak untuk

mengajukan keberatan sampai tingkat banding atas ketetapan pajak yang dikenakan

terhadapnya. Hak bagi wajib pajak mengajukan banding ditetapkan dalam ketentuan

Pasal 27 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan (UU KUP). Secara tegas dinyatakan bahwa wajib pajak dapat

mengajukan banding hanya kepada badan peradilan pajak, terhadap keputusan mengenai

keberatan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Pengadilan Pajak yang ada sekarang ini berbeda dengan Badan Penyelesian

Sengketa Pajak (BPSP) yang dibentuk pada era sebelumnya dengan Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 1997. BPSP dianggap bukan badan peradilan maupun badan tata usaha

negara, sehingga putusan BPSP sudah dianggap final dan tidak ada jalur hukum yang bisa

ditempuh oleh wajib pajak yang masih tidak setuju dengan putusan BPSP, baik melalui

Mahkamah Agung maupun Peradilan Tata Usaha Negara. Namun, di dalam Undang­

Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (UU Pengadilan Pajak),

pengadilan secara tegas dinyatakan berada di bawah pembinaan Mahkamah Agung dan

mengacu pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 sebagairnana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan

Kehakirnan. Dan secara tegas pula dinyatakan bahwa atas putusan Pengadilan Pajak

masih bisa diajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung.

Merujuk pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002, proses banding di

Pengadilan Pajak akan ditangani oleh majelis, terdiri dari seorang yang ditunjuk sebagai

hakirn ketua dan dua orang hakim anggota, atau cukup ditangani oleh hakim tunggal.

Perlu diketahui juga selain menangani gugatan yang diajukan oleh wajib pajak atau

penanggung pajak atas pelaksanaan penagihan pajak oleh fiskus. Menurut Pasal 43 ayat

(2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tersebut. Gugatan dapat diajukan oleh wajib

pajak atau penanggung pajak dibarengi dengan permohonan agar tindak lanjut

--.-~------.------

Page 6: 1'lNJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGADILAN PAJAK

f I ,

Page 7: 1'lNJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGADILAN PAJAK

pelaksanaan penagih pajak ditunda selama pemeriksaan sengketa pajak sedang beIjalan,

sampai ada keputusan Pengadilan Pajak. Dalam hal ini pengadilan pajak dapat

mengeluarkan putusan sela atas gugatan.

KEKUASAAN PENGADILAN PAJAK

Pengadilan pajak mempunyai tugas dan wewenang memeriksa dan memutus

sengketa pajak, sesuai dengan bunyi ketentuan Pasal 31 Undang-Undang Pengadilan

Pajak.

• Dalam hal banding, Pengadilan Pajak hanya memeriksa dan memutuskan

sengketa atas keputusan keberatan, kecuali ditentukan lain peraturan perundang­

undangan yang berlaku.

• Dalam hal gugatan, Pengadilan Pajak memeriksa dan memutus sengketa atas

pelaksanaan penagihan pajak atau keputusan pembetulan atau keputusan lainnya

sebagimana yang dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) UU KUP dan peraturan­

peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Pengadilan pajak merupakan pengadilan tingkat pertama dan terakhir dalam

memeriksa dan memutus sengketa pajak. Untuk keperluan pemeriksaan sengketa pajak,

pengadilan pajak dapat mengambil atau meminta data atau keterangan yang berkaitan

dengan sengketa pajak dari pihak ketiga sesuai dengan perundang-undangan yang

berlaku.

Visi dari Pengadilan Pajak adalah "Untuk mewujudkan administrasi peradilan pajak yang

tertib, efektif, dan efisien dalam rangka mendukung tegaknya keadilan di bidang

perpajakan."

Misi dari Pengadilan Pajak adalah "Memberikan pelayanan administrasi sengketa pajak

secara cepat, murah, dan sederhana demi terciptanya cita peradilan pajak yang bersih dan

berwibawa."

Tugas Pengadilan Pajak: "Memberikan pelayanan di bidang tata usaha, kepegawaian,

keuaangan, rumah tangga, administrasi persiapan berkas banding danlatau gugatan,

----------- -----

Page 8: 1'lNJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGADILAN PAJAK

administrasi persiapan persidangan, administrasi persidangan, adrninistrasi penyelesaian

putusan, dokumentasi, administrasi peniujauan kembali, administrasi yurisprudensi,

pengolahan data dan pelayanan informasi."

Fungsi Pengadilan Pajak: Penyiapan program keIja dan pelaporan serta pelaksanaan

administrasi di bidang tata usaha kepegawaian, keuangan dan rumah tangga; Pelaksanaan

pelayanan administrasi berkas banding danlatau gugatan; Penghimpunan dan

pengklasifIkasian putusan Pengadilan Pajak dan penyelenggaran perpustakaan; Pelayanan

administrasi peniujauan kembali putusan Pengadilan Pajak; Pelayanan administrasi

yurisprudensi putusan Pengadilan Pajak; Pengolahan data dan pelayanan informasi;

Pelayanan administrasi persiapan persidangan; Pelayanan administrasi persidangan;

Pelayanan adrnistrasi penyelesaian.

KRONOLOGI TIMBULNYA SENGKETA BANDING

Banding diawali dengan adanya sengketa atau ketidaksetujuan Wajib pajak atas

ketetapan pajak yang diterbitkan oleh fIskus. Sebagaimana kita ketahui, ketetapan pajak

terdiri atas hasil pemeriksaan fIskus, baik pemeriksaan lapangan maupun pemeriksaan

kantor yang disertai koreksi fIskal dan umumnya menyebabkan jumlah pajak yang

terutang menurut fIskus menjadi lebih besar dari pada jumlah yang telah dihitung, disetor

dandilaporkan oleh wajib pajak.

Untuk menyelesaikan sengketa tersebut, wajib pajak berhak mengajukan

permohonan keberatan kepada Direktur Ienderal Pajak atas ketetapan pajak yang tidak

disetujuinya. Berdasarkan ketentuan Pasal25 ayat (I) UU KUP, keberatan dapat diajukan

atas ketetapan pajak berupa:

• Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

• Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

• Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) dan

• Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

Ketetapan pajak tersebut di atas bisa dikenakan untuk jenis pajak PPh (pajak

Penghasilan), PPN (pajak Pertambahan Nilai), PPnBM (pajak Penjualan atas Barang

Page 9: 1'lNJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGADILAN PAJAK

Mewah). PBB (pajak Bumi dan Bangunan), Bea, Cukai, Serta Pajak Daerah, Restribusi

Satu ketetapan pajak dibuat untuk satu jenis pajak tertentu dan tahunlmasa pajak tertentu.

Untuk pengajuan keberatan, Wajib pajak membuat satu surat keberatan untuk satu

ketetapan pajak.

KRONOLOGI PEMERIKSAAN PAJAK SAMPAI PROSES BANDING

PEMERIKSAAN -7 SKP -7 KEBERATAN -7 BANDING

Apabila keputusan keberatan menyatakan menerima seluruh keberatan wajib

pajak, maka sengketa telah terselesaikan pada proses itu. Namun, apabila keputusan

keberatan menyatakan menolak atau menerima sebagian, sangat mungkin wajib pajak

belum menyetujui keputusan tersebut. lika kemudian wajib pajak mengajukan banding

atas keputusan keberatan yang tidak disetujuinya, maka terjadilah sengketa banding.

Ketentuan formal mengenai pelaksanaan banding diatur dalam Pasal 27 Undang­

Undang KUP jo.Undang-Undang Pengadilan Pajak, yang bisa diuraikan sebagai berikut:

1. wajib pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan

peradilan pajak terhadap keputusan keberatan yang ditetapkan oleh Direktur

lenderal Pajak.

2. Putusan badan peradilan pajak bukan merupakan keputusan tata usaha negara

3. Pengajuan permohonan BANDING tidak menunda kewajiban membayar pajak

dan pelaksanaan penagihan pajak.

4. Syarat formil pengajuan BANDING

A. Banding kepada pengadilan pajak diajukan secara tertulis - dengan surat

banding -7 dalam bahasa Indonesia

B. Banding dapat diajukan oleh wajib pajak, ahli warisnya, seorang pengurus,

atau kuasa hukunmya.

C. Banding diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal diterimanya

keputusan yang sebanding, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang­

undangan perpajakan.

D. Terhadap 1 keputusan diajukan I surat banding

E. Banding diajukan disertai alasan-alasan yang j elas, dan dicantumkan

tanggal diterirna surat keputusan yang sebanding.

--------~-------------

Page 10: 1'lNJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGADILAN PAJAK

I

I I I

F. Suratbanding dilampiri salinan surat keputusan yang sebanding.

G. Dalam hal banding diajukan terhadap besarnya jumlah pajak yang

terutang, banding hanya diajukan apabila jumlah yang terutang itu telah

dibayar sebesar 50% (lima puluh persen)

H. Permohonan banding dapat dilengkapi surat bandingnya untuk memenuhi

ketentuan yang berlaku, sepanjang masih dalarn jangka waktu yang

ditetapkan.

5. Pencabutan banding

Perlu diketahui, bahwa banding yang telah dicabut melalui penetapan atau

putusan tidak dapat diajukan kembali.

PENINJAUAN KEMBALI

Pemeriksaan Peninjauan kembali

I. Peninjauan Kembali

II.

1. Permohonan peninjauan kembali (PK) hanya dapat diajukan 1 (satu) kali

kepada Mahkamah Agung (MA) melalui Pengadilan Pajak.

2. Permohonan peninjauan kembali (PK) tidak menanggnhkan atau

menghentikan pelaksanaan putusan Pengadilan Pajak

3. Permohonan peninjauan kembali (PK) dapat dicabut sebelum diputus, dan

dalam hal sudah dicabut permohonan peninjauan kembali tersebut tidak

dapat diajukan kembali.

Alasan-alasan mengajukan peninjauan kembali (PK):

1. Apabila putusan pengadilan pajak didasarkan pada suatu kebohongan atau

tipu muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau .'

didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan

palsu;

2. Apabila terdapat bukti tertulis bam yang penting dan bersifat menentukan,

yang apabila diketahui pada tahap persidangan di Pengadilan Pajak akan

menghasilkan putusan yang berbeda;

,.. F"

/

Page 11: 1'lNJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGADILAN PAJAK

3. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada

yang dituntut, kecuali yang diputus berupa mengabulkan sebagian atau

seluruhnya atau menambah Pajak yang harns dibayar;

4. Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa

dipertimbangan sebab-sebabnya; atau

5. Apabila terdapat suatu putusan yang nyata-nyata tidak sesual dengan

ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

Ill. Jangka waktu Peninjauan Kembali (PK)

I. Pengajuan perunJauan kembali (PK) berdasarkan alasan-alasan

sebagaimana dimaksud angka 1, dilakukan dalam jangka waktu paling

lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak diketahuinya kebohongan atau tipu

muslihat atau sejak putusan Hakim pengadilan pidana memperoleh

kekuatan hukum tetap.

2. Pengajuan peninjauan kembali (PK) berdasarkan alasan-alasan

sebagaimana dimaksud angka 2, dilakukan dalam jangka waktu 3 (tiga)

bulan terhitung sejak ditemukan surat-surat bukti yang hari dan tanggal

ditemukannya harns dinyatakan di bawah sumpah dan disahkan oleh

pejabat yang berwenang.

3. Pengajuan permohonan peuinjauan kembali (PK) berdasarkan alasan

angka 3, 4 dan 5 dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga)

bulan sejak putusan dikirim.

IV. Proses peninjauan kembali (PK) oleh Mahkamah Agung

1. dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak permohonan pernnJauan

kembali diterima oleh Mahkamah Agung telah mengambil keputusan,

dalam hal pengadilan Pajak mengambil putusan melalui pemeriksaan

acara biasa;

2. dalam jangka 1 (satu) bulan sejak perrnohonan pernnJauan kembali

diterima oleh Mahkamah Agung telah mengambil putusan, dalam hal

Pengadilan Paj ak mengambil putusan melalui pemeriksaan acara cepat.

V. Hal-hak yang perlu diketahui:

Page 12: 1'lNJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGADILAN PAJAK

BAB III

KASASI

Kita bersama-sama telah melihat bagaimana proses beracara dalam pengadilan

pajak, tetapi kita sama sekali belum menyentuh pada pokok permasalahan utama dari

makalah ini yaitu pengadilan pajak yang meniadakan upaya hukum Kasasi. Sebelum kita

menelusuri lebih dalam mengenai hal tersebut ada baiknya kita melihat terlebih dahulu

apa yang dimaksud dengan kasasi.

Lembaga kasasi sebenarnya berasal dari Perancis. Kata asalnya ialah casser yang

artinya memecah. Suatu putusan hakim dibatalkan demi mencapai kesatuan peradilan.

Semula berada di tangan raja beserta dewannya yang disebut Counseil du Roi. Setelah

revolusi yang meruntuhkan kerajaan Perancis, dibentuklah suatu badan khusus yang

tugasnya menjaga kesatuan penafsiran hukum. Jadi merupakan badan antara yang

menjembatani pembuat undang-undang dengan kekuasaan kehakiman.

Pada tanggal 21 Agustrus 1790 dibentuklah Ie tribunal de casation dan pada tahun

1810 de cour de sessation telah terorganisasi dengan baik.

Kemudian lembaga kasasi tersebut ditiru pula di negeri Belanda yang pada

gilirannya dibawa pula ke Indonesia. Pada asasnya kasasi didasarkan atas pertimbangan

bahwa telah teljadi kesalahan penerapan hukum atau hakim telah melampaui kekuasaan

kehakimannya. Arti kekuasaan kehakiman itu ditafsirkan secara luas dan sempit. Tokoh

yang menafsirkan secara sempit ialah D. Simons yang mengatakan jika hakim memutus

suatu perkara padahal hakim tidak memiliki wewenang menurut keknasaan kehakiman.

Dalam arti luas misalnya jika hakim pengadilan tinggi memutus padahal hakim pertama

telah membebaskan.

Tujuam kasasi ialah untuk menciptakan kesatuan penerapan hukum dengan jalan

membatalkan putusan yang bertentangan dengan undang-undang atau keliru dalam

menerapkan hukum.

Kemudian dalam perundang-undangan Belanda terdapat tiga alasan untuk

melakukan kasasi, yaitu:

1. Apabila terdapat kelalaian dalam acara (vormverzuim)

2. Peraturan hukum tidak dilaksanakan atau ada kesalahan pada pelaksanaannya.

Page 13: 1'lNJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGADILAN PAJAK

3. Apabila tidak dilaksanakan cara melakukan peradilan menurut cara yang

ditentukan undang-undang.

Dalam Undang-Undang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman dalam Pasal23 ayat

(I) dikatakan " Segala putusan pengadilan selain hams memuat alasan-alasan dan dasar­

dasar putusan itu, juga hrus memuat pula pasal-pasal tertentu dari peraturan-peraturan

yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk

mengadili."

Disinilah diletakan dasar hukum bahwa suatu putusan hakim itu hams memuat

alasan-alasan dasar-dasar putusan itu. Dalam tahun 1947 dan 1974 Hoge Raad

membatalkan putusan hakim yang lebih rendah karena alasan-alasan yang kurang cukup

dan kelihatan disitu bahwa pidana yang dijatuhkan kurang seimbang dengan alasan­

alasan yang dikemukakan dalam putusan pengadilan tersebut.

Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1965 Pasal 51 menyebutkan bahwa

dalam putusan kasasi Mahkamah Agung dapat membatalkan putusan dan penetapan dari

pengadilan-pengadilan yang lebih rendah. R. Wirjono Prodjodikoro S.H. dalam bukunya

yang berjudul Acara Perdata Di Indonesia, cetakan keempat, 1962, halaman 105

mengemukakan bahwa kasasi adalah salah satu tindakan mahkamah agung sebagai

pengawas tertinggi atas putusan-putusan pengadilan-pengadilan lain.

Prof. Dr. Supomo S.H. dalam bukunya yang berjudul Acara Perdata Pengadilan

Negeri, Penerbit Fasco, 1958, pada halaman 168 mengemukakakn, bahwa kasasi adalah

tindakan Mahkamah Agung untuk menegakan dan membetulkan hukum jika hukum

ditentang oleh putusan-putusan hakim pada tingkatan tertinggi.

Profesor R. Subekti dalam bukunya yang berjudul Acara Perdata, BPHN, Penerbit

Bina Cipta, cetakan pertama, 1977, mengemukakan bahwa tugas pengadilan kasasi

adalah menguji (meneliti) putusan pengadilan-pengadilan bawahan tentang sudah tepat

atau tidaknya penerapan hukum yang dilakukan terhadap kasus yang bersangkutan yang

duduk perkaranya telah ditetapkan oleh pengadilan-pengadilan bawahan tersebut. Dasar

daripada pembatalan suatu putusan adalah "pelanggaran hukum" yang dilakukan oleh

pengadilan yang bersangkutan.

Dari hal-hal yang telah dikemukakan tersebut di atas ini, dapatJah disimpulkan

bahwa kasasi dalam hukum acara perdata adalah pembatalan atas putusan pengadilan

Page 14: 1'lNJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGADILAN PAJAK

tingkat tertinggi dan penetapan serta perbuatan para hakim yang bertentangan dengan

hukum yang dilakukan oleh Mahkamah Agung.

Dalam bukunya yang telah disebut di atas, yaitu dalam Bab X tentang putusan

hakim Profesor R. Subekti S.H. mengemukakan " Pemeriksaan! pemutusan suatu perkara

oleh pengadilan selalu dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap pemeriksaan tentang

dududk perkara dan tahap penelitian tentang penerapan hukumnya atas fakta-fakta yang

telah dianggap terbukti.

Pemeriksaan yang dilakukan mengenai fakta dan hukum berakhir pada tingkat

banding. Karena banding adalah pemeriksaan ulangan dirnana fakta-fakta yang terdapat

pada pengadilan sebelmrmya kembali diperiksa. Sedangkan pemeriksan dalam tingkat

kasasi oleh Mahkamah Agung bukanlah pemeriksaan tingkat ketiga, karena dalam tingkat

kasasi, perkara tidak menjadi "mentah" kembali, pemeriksaan mengenai fakta dan hukum

tidak diulang. Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi hanyalah meneliti soal penerapan

hukumnya saja, yang diteliti adalah putusan serta penerpan serta pperbuatan lain dari

pengadilan dan hakim "melanggar hukum" atau "tidak" .

Uraian Prof. R. Subekti S.H. tersebut di atas adalah sangat jelas. Perkataan

"hukum" dalam istilah "melanggar hukum" dipakai baik dalam arti hukum formil,

maupun dalan hukum materiL Secara luas mencakup baik hukum publik maupun hukum

priva!., termasuk di dalanmya hukum tidak tertulis yaitu hukum ada!. Pelanggaran

terhadap hukurn acara merupakan alasan untuk membatalkan putusan pengadilan atau

penetapan hakim. Soal pembuktian yaitu mengenai segi fakta-faktanya dari perkara

tersebut, tidaklah merupakan masalah yang diteliti dalam tingkat kasasi. Juga perkataan

bahwa kasasi adalah pembatalan atas putusan tingkat tertinggi, dapat disimpulkan bahwa

kasasi bukanlah peradilan tingkat ketiga.

Pasal 51 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1965 menyatakan dalam putusan

kasasi mahkamah agung dapat membatalkan putusan penetapan pengadilan-pengadilan

yang lebih rendah:

a. Karena lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang­

undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya perbuatan yang

bersangkutan.

b. Karena melampaui batas wewenangnya.

--_._._-----------------------------------------------------------------_._------------------_._-----_ .. _----_._--------_._----

Page 15: 1'lNJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGADILAN PAJAK

c. Karena salah menerapkan atau karena melanggar peraturan-peraturan hukum yang

berlaku.

Dalam Pasal 18 Undang-Undang Ma.1kamah Agung (yang sudah tidak berlaku)

memberi ga!nbaran yang jelas mengenai pengertian "putusan yang berkenaan dengali

hukum" yang adalah:

1. Apabila peraturan hukum tidak dilaksanakan atau kesalahan pada

pelaksanaannya

2. Apabila tidak dilaksanakan cara melakukan peradilan yang harns diturut

menurut Undang-Undang.

Dari pasal tersebut dapat disimpulkan, bahwa Mahkamah Agung tidak dapat

membatalkan putusan pengadilan yang menganggap bahwa gngat harns dapat dikabulkan

oleh karena dalil yang menjadi dasar gngat telah terbukti dengan adanya dua orang saksi

atau karena telah diajukan suatu surat otentik untuk membuktikan dalil gngat, oleh karena

hal itu tidak melanggar asas ketentuan hukum pembuktian. Dalam hal pengadilan

menganggap dalil gngatan telah terbukti berdasarkan keterangan seorang saksi saja tanpa

adanya bukti lain, atau apabila pengadilan menganggap da1i1 gngatan telah terbukti

berdasarkan keterangan dua orang saksi yang justru kedua orang saksi tersebut dilarang

untuk didengar keterangannya berdasarkan Pasal 145 HIR, oleh karena dalam kedua

kasus tersebut diatas ini melanggar hukum pembuktian (yang merupakan bagian dari

hukum acara perdata), kedua putusan tersebut adalah "putusan yang bertentangan dengan

hukum" dan oleh karenanya dapat dibatalkan dalam tarafkasasi oleh Mahkamah Agung.

Jadi dapat kita lihat bahwa pada dasamya baik kasasi dalam hukum acara perdata

maupun hukum acara pidana tidaklah terdapat perbedaan yang mencolok. Fungsi kasasi

adalah untuk mencari keadilan dalam penerapan hukumnya. Hal ini juga pasti akan

berlaku pada pengadilan-pengadilan lainnya.

Untuk menjawab pokok bahasan dari tulisan ini ada baiknya terlebih dulu kita

baca cuplikan artikel di bawah ini :

MK Tolak Uji Materi UU Pengadilan Pajak - Tiga Hakim Konstitusi "Dissenting

Opinion"

--Kompas -14-Dec-2004--

Page 16: 1'lNJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGADILAN PAJAK

JAKARTA-KOMPAS - Mahkamah Konstitusi menolak judicial review (uiji materi)

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yang diajukan Cornelio

Moningka Vega, Direktur PT. Apota Wibawa Pratama. MK menyatakan, meskipun UU

Pengadilan Pajak meniadakan upaya kasasi pada pengadilan pajak, namun MK menilai

hal itu tidak berarti pengadilan pajak tidak berpuncak pada Mahkamah Agung.

Putusan MK ini dibacakan dalam sidang hakim konstitusi yang dipimpin oleh ketua MK

Jimly Asshiddiqie, Senin (13112). Hadir dalam sidang itu Direktur Jenderal Pajak Hadi

Poemomo. MK menyatakan, meski UU itu meniadakan upaya hukum biasa seperti

banding dan kasasi, namun peradilan pajak tetap berpuncak ke Mahkamah Agung.

Artinya, tidak ada yang perlu dipersoalkan dari UU itu.

Namun, dalam sidang itu tiga hakim, yaitu Laica Marzuki, Mukhtie fadjar dan Maruarar

Siahaan, mengajukan pendapat berbeda (dissenting opinion). Ketiganya justm menilai

UU Pengadilan Pajak tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

• Ketiga hakim itu berpendapat , UU Nomor 14 Tahun 2002 diundangkan 12 April 2002,

artinya diundangkan setelah berlakunya Perubahan Ketiga UUD 1945 pada 9 November

2001 dimana terdapat perubahan kekuasaan kehakiman. Dalam Pasal 24 UUD 1945

tersebut, kekuasaan kehakiman dilakukan Mahkamah Agung - dan badan peradilan di

bawalmya dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan rniliter,

peradilan tata usaha negara, dan MK

Ketiga hakim ini menilai UU pengadilan pajak tidak jelas kedudukannya di lingkunagn

peradilan mana, seperti diundangkan UU Nomor 9 Tahun 2004 tentang perubahan UU

Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) yang menyatakan di

lingkunag PTUN dapat diadakan pengkhususan adalah diferensiasi, misalnya pengadilan

pajak.

Karena termasuk dalam lingkunagn PTUN, maka peradilan pajak hams tunduk pada

jenjang pengawasan teknis yuridis dalam bentuk upaya hukum biasa, seperti banding dan

Page 17: 1'lNJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGADILAN PAJAK

kasasi, serta administrasi berada dalam pengawasan berjenjang dari pengadilan yang

lebih tinggi di bawab Mabkamab Agung, yaitu Pengadilan Tata Usaba Negara dan

Pengadilan Tinggi Tata Usaba Usaba Negara. Artinya, UU Nomor 14 Tabun 2002 yang

hanya menyediakan upaya hukum peninjauan kembali dianggap tidak punya kekuatan

hukum(VIN)

Apa yang bisa kita simpulkan dari artikel di atas? J awabannya hanyalab satu yaitu babwa

upaya hukum kasasi memang tidak diperlukan dalam pengadilan pajak. Mengapa dapat

ditarik ICesimpulan yang demikian? Pertama-tama kita lihat babwa dalam artikel di atas

Mabkamab Konstitusi telab menolak untuk kedua kalinya judicial riview (uji materi)

Undang-Undang Nomor 14 Tabun 2002 tentang Pengadilan Pajak. Hal ini menunjukan

kalau sebenarnya tidak ada salalmya dalam undang-undang tersebut dengan tidak

mencantumkan kasasi sebagai salab satu upaya hukum, yang ada hanyalab peninjauan

kembali.

Hal kedua yang menjadi baban pertimbangan mengapa pengadilan pajak tidak

memerlukan upaya hukum kasasi adalab babwa telab dibabas dalam bab sebelumnya

tentang kasasi, kalau fungsi dari kasasi adalab untuk menciptakan kesatuan penerapan

hukum dengan jalan membatalkan putusan yang bertentangan dengan undang-undang

atau keliru dalam menerapkan hukum. Sedangkan dalam pengadilan pajak hanya

mengurus mengenai sengketa pajak, sehingga upaya hukum kasasi tidak menjadi sesuatu

yang penting dalam pengadilan pajak.

Page 18: 1'lNJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGADILAN PAJAK

DAFTARPUSTAKA

• Ny.Retnowulan Sutanto S.H (1989) Hukum Acara Perdata Dalam Teori Dan

Praktek. Penerbit Mandar Maju. Bandung

• Dr. Andi Harnzah S.H.(i996) Hukum Acara Pidana Indonesia. Penerbit CV Sapta

Artha J aya. Jakarta.

• Tim SmarTaxes (2004). Studi kasus Banding Pengadilan Pajak. BuJru saW.

Penerbit Semar Publishing.

• http://www.setpp.depkeu.go.idlind.boardlprofile.asp

• http://www.KCM.com