repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/12632/3/bab 1.docx · web viewhal ini disebabkan oleh...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Minum teh sudah merupakan kebiasan dan atau tradisi masyarakat
Indonesia sejak zaman dahulu kala, hal itu dikarenakan Indonesia merupakan
salah satu negara penghasil teh terbaik di dunia. Kebiasaan dan atau tradisi minum
teh ini tidak mengenal waktu, baik pagi, siang, sore, bahkan malam hari yang
dilakukan oleh hampir seluruh kelompok usia, mulai dari usia anak-anak, remaja,
dewasa, bahkan manula. Hal tersebut memberikan peluang besar bagi para
produsen untuk berlomba lomba mengelola dan menghasilkan pucuk teh terbaik
yang nantinya bisa menembus pasarnya. Dengan kondisi seperti ini, para
perusahaan dihadapkan pada tantangan besar, terlebih pada provinsi Jawa Barat
yang terkenal akan kebun tehnya.
Banyaknya perkebunan teh di provinsi Jawa barat yang dikelola oleh para
perusahaan Perseroan Terbatas negeri maupun swasta mengharuskan bersaing
untuk meningkatkan kualitas produk agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Oleh
karena itu, Indonesia sebagai suatu negara yang perekonomian negaranya
ditopang oleh para perusahaan dan pengusaha hendaknya memberikan kemudahan
agar usahanya bisa tetap tumbuh dan mampu untuk masuk ke persaingan pasar
global terlebih dalam menghadapi pasar ASEAN (Association of South East Asian
Nation) yang sudah dimulai pada tahun ini.
1
2
Sesuai dengan UU RI no.39 tahun 2014 tentang Perkebunan, yang
menimbang bahwa :
a. Bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalam wilayah
Negara Republik Indonesia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa
untuk dimanfaatkan dan dipergunakan bagi sebesar- besar kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Bahwa perkebunan berperan penting dan memiliki potensi besar dalam
pembangunan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan;
c. Bahwa penyelenggaraan perkebunan yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan sudah tidak sesuai dengan
dinamika dan kebutuhan hukum masyarakat, belum mampu memberikan hasil
yang optimal, serta belum mampu meningkatkan nilai tambah usaha
perkebunan nasional, sehingga perlu diganti;
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Perkebunan.
Mirip dengan komoditi-komoditi lain, Indonesia bergantung pada ekspor
teh produk primer (hulu). Kurang berkembangnya industri hilir teh Indonesia
mengurangi daya saing industri teh Indonesia di pasar internasional. Adapun
provinsi-provinsi yang memproduksi teh paling banyak di Indonesia adalah Jawa
Barat (menyumbang sekitar 70% dari produksi teh nasional) yang menempati
3
posisi pertama, kemudian diposisi kedua adalah Jawa Tengah, dan posisi ketiga
ditempati oleh provinsi Sumatra Utara. (Sumber: Indonesia Investments)
Tabel 1.1
Produksi & Ekspor Teh Indonesia:
(dalam ton metrik) 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Produksi Teh 150,623 153,971 156,900 156,600 150,800 150,900 152,700 146,682
Ekspor Teh 91,700 92,300 87,100 75,500 70,100 70,800
Sumber: Food and Agriculture Organization of the United Nations
Berdasarkan Tabel 1.1 diatas tersebut menunjukkan kenaikan produksi teh
Indonesia dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009, namun pada tahun 2010
sampai dengan tahun 2014 produksi Teh Indonesia mengalami penurunan, begitu
juga dengan ekspor teh Indoneisa yang setiap tahunnya juga mengalami
penurunan. Hal ini disebabkan oleh beberapa perkebunan teh telah diubah
menjadi perkebunan kelapa sawit, sementara perkebunan-perkebunan teh yang
lain telah menghentikan produksi untuk memproduksi sayuran atau produk
pertanian lain yang lebih menguntungkan. Meskipun ada penurunan luas lahan,
jumlah produksi teh tetap relatif stabil. Hal ini mengindikasikan bahwa
perkebunan-perkebunan teh yang tersisa menjadi lebih produktif.
Beberapa contoh dari pembudidaya teh swasta yang besar adalah Kabepe
Chakra dan Gunung Slamat. Perusahaan barang konsumen Unilever
Indonesia membeli bahan mentah tehnya dari perkebunan-perkebunan milik
4
negara atau swasta untuk memproduksi produk-produk tehnya. Dibandingkan
dengan negara-negara utama penghasil teh lainnya, hasil produksi (per hektar)
Indonesia rendah karena kebanyakan petani kecil kekurangan kemampuan
finansial dan keahlian untuk mengoptimalkan produksi, sementara sebagian besar
dari teh Indonesia ditumbuhkan dari biji dan bukannya dari hasil stek daun teh.
Teh Indonesia dikenal karena memiliki kandungan katekin (antioksidan alami)
tertinggi di dunia. Kebanyakan produksi teh Indonesia adalah teh hitam, diikuti
oleh teh hijau.
Salah satu perkebunan teh swasta yang ada di Jawa Barat yang memiliki
beragam jenis teh adalah Perkebunan Teh dan Pabrik Teh Kertasarie Estate yang
berada di Desa Tarumajaya, Kec. Kertasari, Kab. Bandung, Provinsi Jawa Barat
dengan ketinggian 1300 - 1840 meter dari permukaan laut yang berdiri pada
tahun 1918, sedangkan Pabrik Teh Kertasarie Estate dibangun pada tahun 1920
oleh Kolonial Inggris dengan nama Horrison Crosfield Company. Pada tahun
1950 an - 1960 an Perusahaan ini diambil alih oleh DwiKora I dan II. Pada tahun
1967 dikembalikan dan berubah statusnya menjadi Perusahaan Penanaman Modal
Asing (PMA) serta berubah nama menjadi PT.PP. London Sumatra Indonesia,
dimana pemiliknya adalah mayoritas warga negara Inggris.
Pada tahun 1997, Perusahaan ini menjadi Perusahaan Terbuka (Tbk) dan
berubah nama menjadi PT.PP. London Sumatra Indonesia, Tbk dan statusnya
menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan hanya tinggal 5 % saham
yang dimiliki warga negara Inggris. Hal ini didukung oleh adanya Instruksi
Presiden Kabinet No. 28/U/1996 tertanggal 12 Desember 1996 dan semua
5
pengaturan lain yang bertalian dengan pengembalian perusahaan-perusahaan asing
di Indonesia. Serta adanya Undang-undang No.1 tahun 1967 mengenai
penanaman modal asing dan semua peraturan lain mengenai penanaman modal
asing di Indonesia. Tahun 2008 hingga saat ini, PT.PP. London Sumatra
Indonesia, Tbk merupakan anak Perusahaan dari Indofood Group, tidak ada lagi
saham yang dimiliki oleh warga negara Inggris. Perusahaan ini mempunyai
beberapa komoditi tanaman perkebunan, yaitu: kelapa sawit, karet, kakao, teh dan
kelapa hybrida yang tersebar di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat,
Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Manado dan proyek pengembangan di Kalimantan
Timur. Perusahaan ini juga menjual bibit kelapa sawit yang bersertifikasi
Internasional sebagai support business yaitu BLRS (Bah Lias Research Station).
Selama lima belas tahun ini perusahaan tersebut hanya menjual hasil
produknya berupa produk setengah jadi atau black tea yang dibagi berupa grade
atau kelas tertentu sesuai dengan tingkat kualitas teh-nya. Adapun luas dari
Perkebunan Teh Kertasarie Estate ini adalah luas HGU (Hak Guna Usaha) Kebun
Kertasarie yaitu 627.41 Ha, dan luas areal tanaman teh sebesar 579.20 Ha (yang
menghasilkan 565.42 Ha, belum menghasilkan 13.78 Ha dan infrastruktur 48,21
Ha). Di Wilayah Kecamatan Kertasari terdapat beberapa Sumber Pendapatan
Daerah yang merupakan kontribusi kepada Pusat dan Daerah diantaranya adalah
PTPN VIII Perkebunan Sedep, PTPN VIII Perkebunan Talun – Santosa, PT.
LONSUM Kertasari Estate, dan Perkebunan Teh Rakyat.
6
Tabel 1.2Posisi Produk Perusahaan Dilihat dari Produksi Teh Kering dari
Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2015
No.
Nama Perusahaan 2011(Kg)
2012(Kg)
2013(Kg)
2014(Kg)
2015(Kg)
1. PTP NUSANTARA VIII Kebun Talunsantosa
2.499.599 2.204.028
2.397.617 2.676.006 2.015.061
2. PT.LONSUM INDONESIA Tbk Perkebunan Kertasarie Estate
1.100.808 1.149.067
1.313.541 1.112.158 862.454
3. PT.TATAR ANYAR INDONESIA Perkebunan Cukul
1.053.803 1.033.456
1.111.568 988.394 818.468
4. PT.RISET PERKEBUNAN NUSANTARA (RPN)
613.117 574.261 712.863 668.223 450.274
Sumber: Data Internal dari berbagai perusahaan dan diolah oleh Peneliti
Berdasarkan Tabel 1.2 diatas yang menunjukkan bahwa posisi produk
PT.PP.LONSUM INDONESIA Tbk, menempati posisi produk
Market Challenger, di mana pada posisi ini dapat dikatakan perusahaan
persaingan yang selalu menyerang. Adapun Market Leader untuk memperluas
pangsa pasarnya, sedangkan pada Market Challenger adalah perusahaan sebagai
runner up dibawah posisi Market Leader. Pada Market Challenger harus
mempunyai strategi penyerangan yang baik. Beberapa opsi terbuka untuk
penantang pasar adalah (Dendy Raharjo (2010) dalam Blog-nya) antara lain; harga
diskon atau pemotongan harga, garis ekstensi, memperkenalkan produk
baru.mengurangi kualitas produk, meningkatkan kualitas produk, meningkatkan
7
layanan, perubahan distribusi, pengurangan biaya, dan mengintensifkan kegiatan
promosi.
Tabel 1.3Produksi Teh Hitam (Black Tea) Kertasarie Estate
PT.PP.LONSUM INDONESIA Tbk 2011-2015
TahunPucuk Basah (Kg) Pucuk Kering (Kg) Harga
(Rp/Kgs)Target Realisasi Target Realisasi
2011 6.019.000 4.947.670 1.324.000 1.100.808 11.375
2012 5.941.420 5.221.430 1.307.110 1.149.067 13.923
2013 5.650.000 5.963.830 1.243.000 1.313.541 15.124
2014 5.004.534 3.718.840 1.105.984 1.112.158 15.411
2015 4.709.382 3.718.480 1.036.064 862.454 14.906Sumber : Data Internal PT.PP.LONSUM INDONESIA Tbk, Kertasarie Estate
Berdasarkan Tabel 1.2 diatas, dapat dilihat dari tahun ke tahunnya
perusahaan PT.PP.LONSUM INDONESIA Tbk tidak mencapai target yang
ditetapkan setiap tahunnya. Bahkan, dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami
penurunan yang cukup drastis dengan selisih sebesar 2.244.990 Kg pada pucuk
basah. Demikian pula halnya dengan pucuk kering, dari tahun 2013 sampai tahun
2015.
Mengelola fungsi pemasaran diawali dengan analisis menyeluruh dari
situasi perusahaan. Pemasar harus melakukan analisis SWOT (SWOT analysis), di
mana ia menilai kekuatan (strengths (S)), kelemahan (weakness (W)), peluang
(opportunities (O)), dan ancaman (threats (T)) perusahaan secara keseluruhan .
Menurut Kotler dan Armstrong (2008:64) yang dialihbahasakan oleh Bob Sabran,
analisis SWOT adalah “Penilaian menyeluruh terhadap kekuatan (strengths (S)),
8
kelemahan (weakness (W)), peluang (opportunities (O)), dan ancaman (threats
(T)) perusahaan.”
Untuk penyusunan strategi menggunakan analisis SWOT maka akan
dianalisa data lingkungan internal yang merupakan lingkungan di dalam
perusahaan yang sangat berpengaruh dan menentukan terhadap perencanaan
strategi yang akan diformulasikan, dan data lingkungan eksternal adalah faktor
yang berada diluar kendali lingkungan perusahaan. Faktor eksternal sangat
berpengaruh terhadap kondisi perusahaan baik secara langsung maupun tidak
langsung, oleh sebab itu kondisi eksternal harus dipertimbangkan dalam
penentuan strategi perusahaan maupun pada pengembangan bauran pasar. Berikut
faktor internal dari segi kekuatan perusahaan PT.PP.LONSUM INDONESIA Tbk.
Kertasarie Estate :
1. Adanya dukungan dari pihak manajemen untuk pengembangan produk dari
produk setengah jadi teh hitam (black tea) menjadi produk teh celup
premium.
2. Teh hitam PT.PP.LONSUM INDONESIA Tbk memiliki kualitas yang baik.
3. Ada diferensiasi produk dibandingkan dengan produk lain.
4. Tersedianya teknologi modern atau mesin modern dalam packaging untuk
produk teh celup.
Faktor internal dari segi kelemahan perusahaan PT.PP.LONSUM
INDONESIA Tbk. Kertasarie Estate :
1. Keterbatasan kewenangan dalam pengelolaan sumber dana dan fasilitas.
2. Teh celup kahuripan merupakan pemain baru.
9
3. Kurangnya penggunaan promosi pada media periklanan.
4. Lokasi pabrik teh dan gudang bahan jadi yang berdekatan.
Faktor eksternal dari segi peluang perusahaan PT.PP.LONSUM
INDONESIA Tbk. Kertasarie Estate :
1. Teh celup Kahuripan mendapat sambutan hangat dari konsumen pada
Launching produknya di Pekan Raya Jakarta (PRJ) Fair 2016.
2. Berpotensi melakukan ekspansi.
3. Pesaing hanya menyediakan produk tertentu saja.
Faktor eksternal dari segi ancaman perusahaan PT.PP.LONSUM
INDONESIA Tbk. Kertasarie Estate :
1. Munculnya pendatang baru.
2. Pasar yang semakin selektif.
3. Pesaing yang menawarkan teh dengan varian rasa.
Salah satu strategi pasar yang dilakukan oleh PT.PP.LONSUM
INDONESIA Tbk. Kertasarie Estate adalah dengan memproduksi teh celup yang
berkualitas tinggi (premium tea). Adapun alasan perusahaan ini mencoba industri
hilir (tea bag) guna meningkatkan laba perusahaan yang telah dijelaskan diatas.
Di samping itu, merk “Kahuripan” yang diberikan untuk produk teh celup yang
diproduksi oleh pabik teh PT.PP.LONSUM INDONESIA Tbk dengan alasan kata
“Kahuripan” tersebut adalah berasal dari bahasa Sunda yang berarti kehidupan,
lebih luasnya teh yang dapat memberikan kehidupan untuk banyak orang,
terutama para Staff dan juga karyawannya. Selain itu, dimana PT.PP.LONSUM
INDONESIA Tbk. Kertasarie Estate hanya memiliki perkebunan teh satu-satunya
10
yaitu di perkebunan teh Kertasarie Estate yang berada di bumi Pasundan, sehingga
merk teh celupnya pun menggunakan kata yang berasal dari bahasa Sunda.
Pasar sasaran merupakan hasil dari proses segmenting dan targeting untuk
selanjutnya dilakukan proses positioning. Dalam menetapkan pasar sasaran, setiap
perusahaan pada saat awal memproduksi barang selalu dalam jumlah tebatas,
maksudnya guna menjajaki pasar, guna menghindari resiko kerugian, perusahaan
selalu memperhitungkan volume produksinya. Namun, jika produksinya mampu
bersaing dan disukai pasar, maka stategi pemasaran selanjutnya adalah melakukan
kegiatan produksi, distribusi dan komunikasi masal. Langkah ini adalah langkah
awal dari kegiatan segmentasi pasar menghadapi persaingan (Syamsu Rizal dalam
Blog-nya).
Menurut Kotler & Keller (2012:236) mengungkapkan bahwa “Market
segmentation divides a market into well-defined slices. A market segment consist
of a group of customers who share a similar set of needs and wants. The marketer
task is to identify the appropriate number and nature of market segments and
decide which one(s) to target”. Yang artinya “ Segmentasi pasar membagi sebuah
pasar menjadi potongan-potongan yang terdefinisi dengan baik. Sebuah segmen
pasar terdiri dari sekumpulan pelanggan yang saling berbagi kebutuhan dan
ketertarikan yang sama. Seorang pemasar bertugas untuk mengidentifikasi jumlah
dan sifat yang tepat dari segmen pasar dan memutuskannya sebagai target.
Kemudian Targeting merupakan tahapan setelah melakukan segmentasi
pasar. Tahap ini dilakukan dengan melakukan pengelompokan yang lebih kecil
11
dari hasil evaluasi setiap kelompok pasar kemudian menentukan salah satu atau
lebih segmen pasar yang akan dituju.
Selanjutnya, tahap Positioning yang mana pada tahap ini merupakan
penentuan posisi produk dalam pasar. Kotler & Keller (2012:298) mendefinisikan
bahwa “Positioning is the act of designing the company’s offering and image to
occupy a distinctive place in the minds of target market”, yang artinya Positioning
merupakan sebuah aksi dari merancang penawaran dan gambaran perusahaan
untuk menempati tempat khusus pada benak pasar yang dituju.
Adapun hasil riset terdahulu menurut Hardi Candra (2013) dalam
penelitiannya yang berjudul “Analisis Strategi Pemasaran Liang Teh Cap Pistol
pada PD. Anugerah Fajar Pontianak” dengan hasil penelitiannya strategi
pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan tersebut cukup bagus dan berhasil,
dimana produk ini cukup dikenal masyarakat dan promosi yang telah dilakukan
tepat pada sasaran konsumen, dari sisi harga sangat terjangkau untuk semua
lapisan masyarakat dan distribusi yang dijalankan juga sudah cukup merata.
Sementara itu, menurut G.S Chandra (2013) dalam penelitiannya yang
berjudul “Strategi Pemasaran Produk Frestea pada PT Coca-Cola Amatil
Indonesia Central Java dalam Menghadapi Persaingan Produk Minuman Teh
dalam Kemasan” yang juga menggunakan analisis SWOT dalam penelitiannya,
sebagai alternatif strategi pemasaran bagi PT Coca-Cola Amatil Indonesia
(Central Java) untuk memperoleh pangsa pasar yang lebih besar sebaiknya
melakukan strategi integrasi horizontal pemasaran Frestea, yakni dengan cara
12
memperluas lini produk dan saluran distribusinya ke wilayah-wilayah potensial
lainnya secara intensif. Dengan demikian, dapat disimpulkan dari riset-riset diatas
bahwa untuk mengetahui strategi pemasaran seperti apa yang tepat guna
menciptakan pangsa pasar perusahaan dapat dilakukan dengan cara melakukan
analisis SWOT, yang merupakan awal proses perumusan strategi. Jadi, analisis
SWOT harus mengidentifikasi kompetensi langka perusahaan yaitu keahlian
tertentu dan sumber-sumber yang dimiliki oleh sebuah perusahaan dan cara
unggul yang mereka gunakan.
Berdasarkan kondisi diatas, peneliti terdorong dan tertarik untuk
mengambil judul “ANALISIS STRATEGI PASAR DALAM UPAYA
MENETAPKAN PASAR SASARAN (STUDI PADA TEH CELUP
KAHURIPAN di KERTASARIE ESTATE PT.PP.LONSUM INDONESIA
Tbk).
1.2. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitan, maka masalah-masalah
yang difokuskan pada penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini difokuskan pada bidang kajian manajemen pemasaran
khususnya strategi pasar.
2. Lokasi penelitian dilakukan pada Perkebunan Teh dan Pabrik Teh Kertasarie
Estate yang beralamat di Desa Tarumajaya, Kec. Kertasari, Kab. Bandung
Provinsi Jawa Barat.
13
1.3. Rumusan Masalah
Sesuai dengan uraian masalah yang disampaikan pada fokus penelitian
diatas, maka dapat ditarik masalah-masalah yang dapat dirumuskan menyangkut
antara lain sebagai berikut :
1. Bagaimana strategi pasar yang dilakukan oleh Perkebunan Teh dan Pabrik
Teh Kertasarie Estate PT.PP.LONSUM INDONESIA Tbk.
2. Apa saja faktor yang menghambat dalam menetapkan pasar sasaran pada
Perkebunan Teh dan Pabrik Teh Kertasarie Estate PT.PP.LONSUM
INDONESIA Tbk.
3. Bagaimana kinerja Perkebunan Teh dan Pabrik Teh Kertasarie Estate
PT.PP.LONSUM INDONESIA Tbk. pada saat ini.
4. Bagaimana strategi pasar yang dilakukan oleh Perkebunan Teh dan Pabrik
Teh Kertasarie Estate PT.PP.LONSUM INDONESIA Tbk, dalam upaya
menetapkan pasar sasaran yang tepat.
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah penelitian, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisis atau mengkaji:
1. Strategi pasar yang dilakukan oleh Perkebunan Teh dan Pabrik Teh
Kertasarie Estate PT.PP.LONSUM INDONESIA Tbk.
2. Faktor yang menghambat dalam menetapkan pasar sasaran pada Perkebunan
Teh dan Pabrik Teh Kertasarie Estate PT.PP.LONSUM INDONESIA Tbk.
14
3. Kinerja Perkebunan Teh dan Pabrik Teh Kertasarie Estate PT.PP.LONSUM
INDONESIA Tbk, pada saat ini.
4. Strategi pasar yang dilakukan oleh Perkebunan Teh dan Pabrik Teh
Kertasarie Estate PT.PP.LONSUM INDONESIA Tbk, dalam upaya
menetapkan pasar sasaran yang tepat.
1.5. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini diajukan guna menjelaskan mengenai manfaat dan
kontribusi yang dapat diperoleh dari penelitian baik kegunaan teoritis maupun
praktis.
1.5.1 Kegunaan Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan
teori mengenai analisis bebankerja yang bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja
pegawai. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan teori yang dipelajari
dengan fakta yang ada di lapangan melalui observasi, wawancara, kuisioner, studi
dokumentasi, serta studi kepustakaan sehingga diharapkan dan memberikan
sumbangan pemikiran kajian manajemen sumber daya manusia.
1.5.2 Kegunaan Praktis
1. Bagi Lembaga/Instansi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan melalui analisis
strategi pasar pada Pabrik Teh Kertasarie Estate PT.PP.LONSUM
INDONESIA Tbk
15
2. Bagi Penulis
Melalui penelitian ini penulis dihadapkan pada suatu kondisi seperti :
jenuh dan lelah namun peneliti percaya itu semua bertujuan untuk melatih
diri dalam menyusun suatu karya ilmiah yang baik. Demi kesempurnaan
karya ilmiah ini, peniliti secara langsung bertatap muka dengan orang-
orang yang berbagai macam karakter yang bertujuan untuk memperoleh
informasi, terkadang menemui kesulitan dalam memperoleh informasi
tersebut namun hal itu bukan jadi penghalang melalui doa dan usaha yang
dilakukan secara terus menerus yang menjadi modal utama
3. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah
pengetahuan, serta informasi kepada dunia akademis sehingga dapat
dijadikan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.