agribisnis tanaman perkebunan

61
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun 1694 terdapat perdu teh muda berasal dari China tumbuh di Jakarta. Teh jenis Assam mulai masuk ke Indonesia dari Sri Lanka (Ceylon) pada tahun 1877 dan ditanam di Kebun Gambung, Jawa Barat oleh R.E Kerk Hoven. Sejak saat itu, teh China secara berangsur-angsur diganti dengan teh Assam, sejalan dengan perkembangan perkebunan teh di Indonesia, yang mulai sejak tahun 1910 dengan dibangunnya perkebunan teh di Simalungun, Sumatera Utara. Dalam perkembangannya industri teh di Indonesia mengalami pasang surut sesuai perkembangan situasi pasar dunia maupun Indonesia, antara lain pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) banyak areal kebun teh menjadi terlantar (Soehardjo, Dkk, 1996). Tanaman teh dapat tumbuh sampai sekitar 6-9 meter tingginya. Di perkebunan-perkebunan, tanaman teh dipertahankan hanya sekitar 1 meter tingginya dengan pemangkasan secara berkala. Hal ini adalah untuk memudahkan pemetikan daun dan agar diperoleh tunas-tunas daun teh yang cukup banyak. Tanaman teh umumnya mulai dapat dipetik daunnya secara terus-menerus setelah 5 tahun dan dapat memberikan hasil daun teh cukup besar selama 40 tahun, baru kemudian diadakan peremajaan. Tanaman ini dapat tumbuh dengan subur di daerah ketinggian 200-2000 meter di atas permukaan air laut. Semakin tinggi letak daerahnya, semakin menghasilkan mutu teh yang baik (Spillane, 1992). Pada tahun 1998 terjadi kenaikan harga teh dunia secara menyeluruh dari harga tahun 1997 sebesar $1.65 (Indonesia), $1.70 (India) dan $2.02 (Sri Lanka) menjadi masing-masing $1.70, $1.80 dan $2.28 pada tahun berikutnya, dan yang tertinggi adalah Sri Lanka. Seperti kejadian yang umum 1

Upload: andityo-pradana

Post on 14-Aug-2015

548 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

komoditas teh

TRANSCRIPT

Page 1: Agribisnis tanaman perkebunan

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangTanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang

yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun 1694 terdapat perdu teh muda berasal dari China tumbuh di Jakarta. Teh jenis Assam mulai masuk ke Indonesia dari Sri Lanka (Ceylon) pada tahun 1877 dan ditanam di Kebun Gambung, Jawa Barat oleh R.E Kerk Hoven. Sejak saat itu, teh China secara berangsur-angsur diganti dengan teh Assam, sejalan dengan perkembangan perkebunan teh di Indonesia, yang mulai sejak tahun 1910 dengan dibangunnya perkebunan teh di Simalungun, Sumatera Utara. Dalam perkembangannya industri teh di Indonesia mengalami pasang surut sesuai perkembangan situasi pasar dunia maupun Indonesia, antara lain pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) banyak areal kebun teh menjadi terlantar (Soehardjo, Dkk, 1996).

Tanaman teh dapat tumbuh sampai sekitar 6-9 meter tingginya. Di perkebunan-perkebunan, tanaman teh dipertahankan hanya sekitar 1 meter tingginya dengan pemangkasan secara berkala. Hal ini adalah untuk memudahkan pemetikan daun dan agar diperoleh tunas-tunas daun teh yang cukup banyak. Tanaman teh umumnya mulai dapat dipetik daunnya secara terus-menerus setelah 5 tahun dan dapat memberikan hasil daun teh cukup besar selama 40 tahun, baru kemudian diadakan peremajaan. Tanaman ini dapat tumbuh dengan subur di daerah ketinggian 200-2000 meter di atas permukaan air laut. Semakin tinggi letak daerahnya, semakin menghasilkan mutu teh yang baik (Spillane, 1992).

Pada tahun 1998 terjadi kenaikan harga teh dunia secara menyeluruh dari harga tahun 1997 sebesar $1.65 (Indonesia), $1.70 (India) dan $2.02 (Sri Lanka) menjadi masing-masing $1.70, $1.80 dan $2.28 pada tahun berikutnya, dan yang tertinggi adalah Sri Lanka. Seperti kejadian yang umum berlaku, setelah kenaikan harga selalu disusul dengan penurunan harga, karena sebagai respon penjual terhadap fenomena kenaikan harga yang melonjak. Pada saat harga baik setiap produsen berusaha meningkatkan produksinya agar memperoleh manfaat yang tinggi dalam jangka pendek, akibatnya pasar dibanjiri oleh teh kualitas rendah sehingga disusul dengan penurunan harga. Kalau diperhatikan antara tahun 1998 ke 1999 penurunan harga Sri Lanka dari $2.28 menjadi $1.64 atau 72%, India dari $1.80 menjadi $1.44 atau 80% tapi Indonesia dari $1.70 menjadi $1.05 atau 62% dan setelah itu harga teh Indonesia selalu terpuruk (Tim Penulis Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2008).

1

Page 2: Agribisnis tanaman perkebunan

1.2 Rumusan Masalah1. Mengetahui nama latin teh2. Mengetahui bagaimana budidaya tanaman teh3. Mengetahui pergerakan tanaman teh dari hulu ke hilir4. Mengetahui kebijakan penunjang pada tanaman teh5. Mengetahui bagaimana pemasaran teh, baik lokal maupun internasional.6. Mengetahui perkembangan teh di indonesia

1.3 Tujuan Makalah ini bertujuan supaya mahasiswa – mahasiswi mengetahui mengenai Perkebunan Kopi secara sub sistem agribisnis.

2

Page 3: Agribisnis tanaman perkebunan

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Nama Latin TehSubkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Sub Kelas: DilleniidaeOrdo: ThealesFamili: TheaceaeGenus: CamelliaSpesies: Camellia sinensis (L.)O.K

Nama latin dari TEH adalah Camelia Sinensis (keluarga Camelia). Pada umumnya, tanaman teh tumbuh di daerah tropis dengan ketinggian antara 200-2000 meter diatas permukaan laut. Suhu cuaca antara 14-25 derajat celsius. Ketinggian tanaman dapat mencapai hingga 9 meter untuk Teh Cina dan Teh Jawa, ada yang berkisar antara 12-20 meter tingginya untuk tanaman Teh jenis Assamica. Hingga saat ini, di seluruh dunia terdapat sekitar 1500 jenis teh yang berasal dari 25 negara.

Untuk mempermudah pemetikan daun-daun teh, maka pohon teh selalu dijaga pertumbuhannya, dengan cara selalu dipangkas sehingga ketinggannya tidak lebih dari 1 meter. Dengan ketinggian ini, maka sangatlah mudah untuk memetik pucuk-pucuk daun muda yang baik. Teh merupakan hasil pengolahan pucuk (daun muda) dari tanaman teh yang dipakai sebagai bahan minuman.

Ada berbagai legenda asal mula teh, namun yang terpopuler adalah legenda Kaisar Shen Nung dari provinsi Yunan-Cina pada tahun 2737 SM. Ketika sedang memasak air minumannya, dengan tidak sengaja sehelai daun yang berasal dari ranting kering yang dipakainya sebagai kayu bakar, terbang dan tercelup ke dalam ketel air. Air seduhan daun tersebut kemudian menghasilkan sebuah minuman baru yang beraroma khas yang hingga kini dikenal sebagai teh.

Teh yang baik dihasilkan dari bagian pucuk (pecco) ditambah 2-3 helai daun muda, karena pada daun muda tersebut kaya akan senyawa polifenol, kafein serta asam amino. Senyawa-senyawa inilah yang akan mempengaruhi kualitas warna, aroma dan rasa dari teh. Dasar utama pengolahan teh adalah pemanfaatan oksidasi senyawa polifenol yang ada di dalam daun teh. Proses oksidasi ini lazim disebut fermentasi

Berdasarkan sifat fermentasinya, dikenal beberapa macam jenis teh, yaitu: *Teh Hitam (Black Tea)Teh hitam mudah dikenali di pasaran karena warnanya hitam dan paling luas dikonsumsi. Dalam proses pengolahan diberi kesempatan penuh terjadi fermentasi (mengalami perubahan kimiawi sempurna sehingga hampir semua kandungan tanin terfermentasi menjadi theaflavin dan thearubigin) yang akan merubah warna daun teh dari hijau menjadi kecoklatan dan dengan proses pengeringan berubah menjadi hitam.

3

Page 4: Agribisnis tanaman perkebunan

 * Teh OolongUmumnya diproduksi dari tanaman teh yang tumbuh di daerah semi tropis. Prosesnya sama seperti teh hitam, namun proses fermentasinya hanya sebagian (lebih singkat sekitar 30-70% dan perubahan berlangsung setengah sempurna sehingga masih mengandung sebagian tanin dan beberapa senyawa turunannya) sehingga warna dan aromanya di antara teh hitam dan teh hijau. * Teh Merah (Red Tea)Di Afrika Selatan, teh merah adalah sebutan untuk teh roibos, yang termasuk dalam golongan teh herbal. Teh merah dihasilkan melalui proses semifermentasi. * Teh Hijau (Green Tea)Daun teh tidak diberi kesempatan fermentasi (hampir tidak mengalami proses perubahan kimia). Biasanya pucuk teh diproses langsung dengan panas/steam untuk menghentikan aktivitas enzim sehingga sama seperti raw leaf (daun teh awalnya), karena itu selain warnanya masih hijau juga masih mengandung tanin yang relatif tinggi. * Teh Putih (White Tea)Merupakan jenis teh terbaik karena untuk mendapatkannya, hanya diambil dari satu pucuk tiap satu pohon, yakni pucuk tertinggi dan utama. Kandungan antioksidan paling tinggi. Dalam prosesnya, daun teh dibiarkan layu secara alami sehingga warnanya menjadi putih. * Teh Kuning (Yellow Tea)Sebutan untuk teh berkualitas tinggi yang disajikan di istana kaisar atau teh yang berasal dari daun teh yang diolah seperti teh hijau tapi dengan proses pengeringan yang lebih lambat. * Teh Bunga atau Teh Melati (Jasmine Tea)Teh hijau atau teh hitam yang diproses atau dicampur dengan bunga. Teh bunga yang paling populer adalah teh melati (Heung Pín dalam bahasa Kantonis, Hua Chá dalam bahasa Tionghoa) yang merupakan campuran teh hijau atau teh oolong yang dicampur bunga melati. Bunga-bunga lain yang sering dijadikan campuran teh adalah mawar, seroja, leci dan seruni. Mutu teh merupakan kumpulan sifat yang dimiliki oleh teh, baik sifat fisik maupun kimianya. Kedua sifat ini telah dimiliki sejak masih berupa pucuk teh maupun diperoleh sebagai akibat teknik penanganan dan pengolahan yang dilakukan.

2.2 Budidaya Teh2.2.1 Persiapan Lahan 

Persiapan lahan dimulai dengan pembongkaran tunggul-tunggul dan pohon sampai ke akar agar  tidak  menjadi sumber penyakit akar. Lahan yang digunakan untuk penanaman baru dapat berupa hutan belantara, semak belukar atau lahan pertanian lain, yang telah diubah dan

4

Page 5: Agribisnis tanaman perkebunan

dipersiapkan bagi tanaman teh. Secara umum  urutan  kerja persiapan lahan bagi penanaman baru adalah sebagai berikut.

1.    Survey dan pemetaan tanahSurvey dan pemetaan tanah perlu dilakukan karena berguna dalam me-nentukan sarana

dan prasarana yang akan dibangun seperti jalan-jalan kebun untuk  transportasi dan kontrol, pembuatan fasilitas air, serta pembuatan peta kebun dan peta kemampuan lahan.

2.    Pembongkaran pohon dan tunggulPelaksanaan Pembongkaran pohon dan tunggul dapat dilakukan dengan tiga cara

berikut.a.   Pohon dan tunggul dibongkar langsung secara tuntas sampai keakar-akarnya, agar tidak menjadi sumber penyakit akar bagi tanaman teh.b.  Pohon dapat dimatikan terlebih dahulu sebelum dibongkar dengan cara pengulitan pohon (ring barking), mulai dari batas permukaan tanah sampai setinggi 1m. setelah 6-12 bulan, pohon akan kering dan mati.c.   Pohon dimatikan dengan penggunaan racun kimia atauaborosida seperti Natrium arsenat atau Garlon 480 P.Pada cara ini kulit batang dikupas berkeliling selebar 10-20cm, pada ketinggian 50-60 cm dari atas tanah, kemudian diberikan racun dengan dosis 1,5 g/cm lingkaran batang. Pohon akan mati setelah 6-12 bulan, yaitu setelah cadangan pati dalam akar habis. Batang ditebang pada batang leher akar dan tunggul ditimbun sedalam 10 cm dengan tanah.

3. Pembersihan semak belukar dan gulmaSetelah dilaksanakan pembongkaran dan pembuangan pohon, semak belukar dibabat,

kemudian digulung kemudian dibuang ke jurang yang  tidak ditanami teh, atau ditumpuk di pinggir lahan yang akan ditanami. Sampah tersebut tidak boleh dibakar karena pembakaran akan merusak keadaan teh, membunuh mikroorganisme tanah yang berguna, dan akan membakar humus tanah, sehingga akan menyebabkan tanah menjadi tandus. Pembersihan gulma dapat juga menggunakan bahan kimia yaitu herbisida dengan dosis yang telah tercantum dalam merk dagang.

4. Pengolahan tanah Maksud pengolahan tanah adalah mengusahakan tanah menjadi subur, gembur dan

bersih dari sisa-sisa akar dan tunggul, serta mematikan gulma yang masih tumbuh. Areal yang akan ditanami dicangkul sebanyak dua kali. Pencangkulan pertama dilakukan sedalam 60 cm untuk menggemburkan tanah, membersihkan sisa-sisa akar dan gulma. Sedangkan pencangkulan kedua dilakukan setelah 2-3 minggu pencangkulan pertama, dilakukan sedalam 40 cm untuk maratakan lahan.

5. Pembuatan jalan dan saluran drainaseSetelah pengolahan selesai selanjutnyadilakukan pengukuran dan pematokkan.

Ajir/patok dipasang setiap jarak 20 m, baik kearah panjang maupun kearah lebar. Dengan demikian akan terbentuk petakan-petakan yang berukuran 20m x 20m atau seluas 400 m2.

Selesai membuat petakan selanjutnya pembuatan jalan kebun. Dalam pembuatan jalan kebun ini hendaknya dipertimbangkan faktor kemiringan lahan serta faktor pekerjaan pemeliharaan dan pengangkutan pucuk. Dengan demikian jalan kebun dibuat secukupnya, tidak

5

Page 6: Agribisnis tanaman perkebunan

terlalu banyak yang menyebabkan tanah terbuang dan tidak terlalu sedikit sehingga menyulitkan pelaksanaan pekerjaan di kebun 

2.2.2 Pembibitan Tanaman teh dapat diperbanyak secara generative maupun secara vegetative. Pada

perbanyakan secara generative digunakan bahan tanam asal biji, sedangkan perbanyakan secara vegetative digunakan bahan tanaman asal setek berupa klon.Biji yang baik ditandai dengan beberapa ciri, antara lain:a.   Kulit biji berwarna hitam dan mengkilap.b.   Berisi penuh, dengan isi biji berwarna putih.c.   Mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada air, sehingga apabila dimasukkan kedalam air akan tenggelam.d.  Mempunyai bentuk dan ukuran yang normal.e.   Tidak terserang penyakit, cendawan ataupun kepik biji.

Biji yang dipungut untuk dijadikan benih adalah biji yang telah jatuh ke tanah, dikumpulkan secara teratur setiap hari, benih yang digunakan adalah benih yang baik. Sebaiknya biji segera disemai karena daya kecambah biji teh cepat menurun dan biji teh mudah menjadi busuk.

1.   Penyemaian bijiPersiapan lahan untuk persemaian harus dilaksanakan 6 bulan sebelum penyemaian

benih. Tanah dibersihkan dan dicangkul sedalam 30 cm, ke-mudian dibuat bedengan. Diantara bedengan dibuat saluran drainase untuk membuang kelebihan air. Bedengan diberi atap naungan miring timur-barat dengan sudut kemiringan 300.Pengecambahan biji dimaksudkan untuk memperoleh biji yang tumbuh seragam dan serempak sehingga memudahkan pemindahannya ke persemaian bibit atau ke kantong plastik.

2.   Pemeliharaan dipersemaian bibit asal bijiUntuk memperoleh bibit yang baik, yang tumbuh subur dan sehat serta terhindar dari

gangguan hama dan penyakit, bibit dipersemaian harus dijaga dengan baik.

Pemeliharaan bibit terdiri atas:1. Penyiraman2. Penyulaman3. Penyiangan4. Pemupukan5. Pengendalian hama dan penyakit6. Pengaturan naungan

3.   Pemindahan bibit ke lapanganSetelah bibit berumur dua tahun, benih yang mempunyai ukuran lebih besar dari pensil,

dapat dibongkar untuk dipindahkan ke kebun.Cara pembongkaran bibit adalah sebagai berikut:

6

Page 7: Agribisnis tanaman perkebunan

a.       Dua minggu sebelum bibit dibongkar, batang dipotong setinggi 15-20 cm dari permukaan tanah.b.      Bibit dibongkar dengan cara mencangkul tanah disekitar bibit sedalam 60 cm, selanjutnya dicabut dengan hati-hati, akar tunggang dan akar se-rabut yang terlalu panjang bisa dipotong.c.       Bibit ini disebut bibit stump, yang sebaiknya ditanam segera pada hari itu juga di kebun yang telah dipersiapkan.d.      Bibit yang ukuran batangnya lebih kecil dari pensil sebaiknya tidak di-gunakan.

Pertanaman teh diarahkan pada cara memperoleh produksi yang tinggi dan mantap, sehingga perusahaan perkebunan teh menjadi lebih efisien. Hal ini sulit dicapai apabila digunakan bahan tanam asal biji. Karena biji merupakan hasil per-silangan yang dapat menimbulkan perubahan sifat pada keturunannya.

Pembibitan menggunakan stek merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah yang banyak, dan jenis klon yang di-tentukan dapat dipastikan sifat keunggulannya sama dengan induknya. Untuk memperoleh hasil pembibitan setek berupa setek bibit yang baik, diperlukan adanya perencanaan, persiapan, dan pelaksanaan yang baik dan tepat waktu.

Adapun lokasi untuk pembibitan, diantaranya:1.      Lokasi terbuka, drainase tanah baik dan tidak becek.2.      Dekat dengan sumber air, untuk keperluan penyiraman.3.      Dekat dengan sumber tanah, untuk mengisi polibag.4.      Lebih baik bila lahan melandai kearah timur, agar mendapat sinar matahari pagi.5.      Dekat dengan jalan agar memudahkan dalam pengawasan dan peng-angkutan ke lokasi yang

akan ditanami. Media tanah untuk setek terdiri dari tanah lapisan atas (topsoil) dan lapisan bawah

(subsoil). Syarat-syarat subsoil yang baik adalah mengandung liat yang relatiftinggi sehingga dapat menahan ataupun menyerap air lebih lama, kan-dungan pasir tidak boleh lebih dari 30%, dan bahan organik maksimal 10%. Serta pH ta-nah 4,5 – 5,6. Mengingat pentingnya penggunaan media yang steril untuk persemaian guna untuk membantu terciptanya bibit yang sehat dan layak untuk dikem-bangkan. Karena suatu kondisi media persemaian merupakan salah satu faktor dalam menentukan keberberhasilan ataupun kegagalan bibit yang dihasilkan.

 Tanah disimpan selama 4-6 minggu dalam bangunan penyimpanan, dan tanah harus tetap dalam keadaan lembab. Setelah disimpan, ayaklah tanah menggunakan ayakan kawat yang berdiameter ± 1 cm. sebelum media tanah di-masukkan kedalam kantong plastik, terlebih dahulu dicampur dulu dengan pupuk, fungisida dan tawas. Bahan campuran dan dosis untuk  media tanah dapat dilihat pada Tabel 1.

Adapun pengambilan ranting stek atau stekresmulai dapat diambil 4 bulan setelah pemangkasan. Tanda bahwa setekres matang ialah apabila pangkal stekres sepanjang ± 10 cm sudah menunjukkan warna coklat. ranting dipotong dengan pisau tajam. Satu stek terdiri dari satu lembar daun dengan ruas sepanjang 0.5 cm diatas dan 3-4 cm dibawah buku. Setek ditampung dalam satu tempat yang berisi air bersih. Stek tidak boleh direndam lebih dari 30

7

Page 8: Agribisnis tanaman perkebunan

menit. Dari satu ranting stek hanya digunakan bagian tengahnya saja dan rata-rata diperoleh 3-4 stek yang baik untuk dijadikan bibit.

Tabel Dosis Pupuk Untuk Bibit Teh

Sumber: Setyamidjaja (2000).Catatan : Jenis dan dosis pupuk bisa sesuai dengan anjuran dinas pertanian setempat.

2.2.3 Penanaman Pembuatan lubang tanam dilakukan 1-2 minggu sebelum dilakukan penanaman. Lubang

tanam yang dibuat tepat di tengah-tengah diantara dua ajir. Ukuran lubang tanamnya adalah:

1. Untuk bibit asal stump biji: 30 cm x 30 cm x 40 cm.

2. Untuk bibit stek dalam kantong plastik: 20 cm x 20 cm x 40 cm.

Ada dua kegiatan dalam proses penanaman, yaitu:

1. Pemberian pupuk dasar

Pupuk dasar yang dianjurkan terdiri atas Urea 12,5 g + TSP 5 g + KCl 5 g per lubang.  Apabila pH tanah diatas 6, maka lubang tanam diberikan belerang murni (belerang cirrus)sebanyak 10-15 g per lubang.

2. Cara penanaman

a. Menanam bibit stump

8

No Bahan CampuranDosis per m3Tanah

KeteranganTopsoil Subsoil

1     

2

3

4

5

6

TSP

KCl

Dithane

M  45/Manzate/Vandozep

Tawas

Vapam

Basamid

500 g

500 g

400 g

600 g

250 ml

150 g

-

-

300 g

1000 g

250 ml

150 g

Fumigan

Fumigan

Page 9: Agribisnis tanaman perkebunan

Bibit stump biasanya ditanam pada umur 2 tahun. Bibit ditanam dengan cara dimasukkan ke dalam lubang tanam, persis di tengah-tengah lubang, dengan leher akar tepat dipermukaan tanah. Selanjutnya lubang tanam ditimbun dan dipadatkan dengan diinjak. Bibit tidak boleh miring dan tanah di sekitar lubang tanam diratakan.

b. Menanam bibit asal stek

Mula-mula kantong plastik disobek pada bagian bawah dan sampingnya untuk memudahkan melepaskan bibit dari plastik. Ujung kantong plastik bagian bawah yang telah sobek ditarik keatas sehingga bagian bawah kantong plastik terbuka . selanjutnya bibit dipegang dengan tangan kiri, disanggga dengan belahan bambu, kemudian dimasukkan ke dalam lubang, sementara tangan kanan menimbun lubang dengan tanah yang berada di sekitar lubang dengan menggunakan kored.

Adapun untuk penanaman pohon pelindung atau pohon naungan pertanaman teh terdiri atas pohon pelindung sementara dan pohon pelindung tetap. Untuk dataran rendah dan sedang, pohon pelindung sangat diperlukan oleh tanaman teh agar pertumbuhannya baik.Jenis – jenis pohon pelindung, yaitu :

1. Pohon pelindung sementara

Pohon pelindung sementara adalah pupuk hijau seperti  Theprosia sp. Atau Crotalaria  sp.Penanaman pohon pelindung sementara dilakukan setelah penanaman teh selesai. Kebutuhan benih pupuk hijau tersebut adalah 10 kg-12 kg/ha.

2. Pohon pelindung tetap

Penanaman pohon pelindung tetap diutamakan untuk daerah dengan ketinggian kurang dari 1.000 m dpl. Penggunaan pohon pelindung tetap bukan jenis Leguminoceae, ini tidak dianjurkan. Jenis pelindung yang akan ditanam harus dipilih yang memenuhi persyaratan sebagai pelindung, yaitu memilki mahkota yang baik, perakarannya dalam dan kuat, dan resistensinya terhadap serangan hama atau penyakit baik.

Agar pohon pelindung tetap berfungsi baik pada tanaman teh, pohon pelindung harus sudah dapat melindungi tanaman teh pada saat tanaman teh berumur 2-3 tahun. Untuk itu, pohon pelindung sebaiknya ditanam satu tahun sebelum dilakukan penanaman teh.

2.2.4 Pemeliharaan1. Pemeliharaan dan pemangkasan

 Tanaman teh yang belum menghasilkan mendapat naungan sementara dari tanaman pupuk hijau seperti Crotalaria sp. atau Theprosia sp. Namun sementara ini biasa ditanam selang dua baris dari tanaman teh, dan pada umur sekitar enam bulan tingginya telah mencapai lebih dari satu meter. Agar tanaman pupuk hijau ini tidak mengganggu pertumbuhan tanaman teh, perlu dilakukan pemangkasan. Pemangkasan dilakukan pada tinggi 50 cm dan sisa pangkasan

9

Page 10: Agribisnis tanaman perkebunan

dihamparkan sebagai mulsa disekitar tanaman. Pemangkasan tanaman pupuk hijau dilakukan setiap enam bulan sekali yaitu pada waktu musim hujan. Jangan melakukan pemangkasan pada musim kemarau karena pada saat itu tanaman teh muda membutuhkan naungan.

2. Pengendalian gulma

Pengendalian teh di perkebunan teh merupakan salah satu kegiatan rutin yang sangat penting dalam pemeliharaan tanaman teh. Populasi gulma yang tumbuh tidak terkendali, akan merugikan tanaman teh karena terjadinya persaingan di dalam memperoleh unsur hara, air, cahaya matahari, dan ruang tumbuh. Jenis-jenis gulma tertentu diduga pula mengeluarkan senyawa racun (allelopati) yang membahayakan tanaman teh.

 Gulma akan menimbulkan masalah besar terutama pada areal tanaman teh muda atau pada areal tanaman teh produktif yang baru dipangkas. Hal ini sebabkan sebagian besar permukaan tanah terbuka dan secara langsung mendapatkan sinar matahari, sehingga perkecambahan maupun laju per-tumbuhan berbagai jenis gulma berlangsung sangat cepat. Pengendalian gulma pada pertanaman teh bertujuan untuk menekan serendah mungkin kerugian yang ditimbulkan akibat gulma, sehingga diperoleh laju pertumbuhan tanaman teh dan produksi pucuk yang maksimal.

3. Pengendalian Hama dan Penyakit

  Penyakit cacar yang disebabkan oleh jamur Exobasidium VexansMassae berasal dari Assam, India. Untuk pertama kalinya penyakit ini ditemukan di Indonesia pada tahun 1949, yaitu di perkebunan Bah Butong, Sumatera Utara. Sejak saat ini penyakit cacar meluas ke hampur seluruh perkebunan teh di Indonesia, dan menjadi penyakit yang paling merugikan, terutama untuk kebun-kebun teh di dataran tinggi. Penyakit cacar dapat mengakibatkan kehilangan hasil sampai dengan 40% dan penurunan kuallitas teh jadi, yang ditandai berkurangnya kandungan theaflavin, thearubigin, kafein, substansi polimer tinggi, dan fenol total pucuk.

 Intensitas serangan 28% sudah dapat mengakibatkan penurunan kualitas teh jadi, sedangkan kehilangan hasil baru dapat terjadi pada intensitas serangan 35%. Sampai saat ini tindakkan pengendalian penyakit cacar yang paling umum dilakukan di kebun-kebun teh adalah penggunaan fungisida sintetik, terutama fungisida tembaga, karena dianggap sebagai suatu teknik pengendalian yang efektif, praktis, dan ekonomis. Pada umumnya pekebun merasa puas dengan hasil yang diperoleh, sehingga kurang memperhatikan dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari penggunaan fungisida tembaga. Kenyataan bahwa penggunaan fungisida tembaga dapat memacu per-kembangan populasi tungau atau Brevipalpus phoenicis (Martosupono, 1985).

Walaupun sampai saat ini terbukti bahwa penggunaan fungisida tembaga merupakan cara yang paling efektif untuk mengendalikan penyakit cacar, namun mengingat dampak negatif yang ditimbulkannya, maka perlu dipertimbangkan untuk mulai menerapkan strategi

10

Page 11: Agribisnis tanaman perkebunan

pengendalian penyakit cacar yang meminimalkan penggunaan fungisida sintetik umumnya, dan fungisida tembaga khususnya, yaitu suatu strategi pengendalian yang tidak hanya menggantungkan diri pada penerapan satu teknik pengendalian penyakit saja, tetapi mengkombinasikan berbagai teknik pengendalian penyakit yang sesuai dan kompatibel berdasarkan pertimbangan ekologi dan ekonomi, atau yang disebut dengan pengendalian penyakit tanaman terpadu.

2.2.5 Pemetikan Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang memenuhi syarat-syarat

pengolahan. pemetikan berfungsi pula sebagi usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Panjang pendeknya periode pemetikan ditentukan oleh umur dan kecepatan pembentukan tunas, ketinggian tempat, iklim dan kesehatan tanaman. Pucuk teh di petik dengan periode antara 6-12 bulan. Teh hijau Jepang dipanen dengan frekuensi yang lebih lama yaitu  55 hari sekali. Disamping faktor luar dan dalam, kecepatan pertumbuhan tunas baru dipengaruhi oleh daun-daun yang tertinggal pada perdu yang biasa disebut daun pemeliharaan. Tebal lapisan daun pemeliharaan yang optimal adalah 15-20 cm, lebih tebal atau lebih tipis dari ukuran tersebut pertumbuhan akan terhambat. kecepatan pertumbuhan tunas akan mempengaruhi beberapa aspek pemetikan, yaitu: jenis pemetikan, jenis petikan, daur petik, pengaturan areal petikan, pengaturan tenaga petik, dan pelaksanaan pemetikan.

Beberapa istilah perlu diketahui baik dalam pemetikan maupun dalam menentukan rumus-rumus pemetikan. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Peko adalah kuncup tunas aktif berbentuk runcing yang terletak pada ujung pucuk, dalam rumus petikan tertulis dengan huruf p.

2. Burung adalah tunas tidak aktif berbentuk titik yang terletak pada ujung pucuk dalam rumus petik tertulis dengan huruf b.

3. Kepel adalah dua daun awal yang keluar dari tunas yang sebelahnya tertutup sisik. Sisik ini segera berguguran apabila daun kepel mulai tumbuh. Mula-mula tumbuh daun kecil berbentuk lonjong, licin, tidak bergerigi, biasa disebut kepel ceuli. Selanjutnya kepel ceuli diikuti oleh pertumbuhan sehelai daun kepel yang lebih besar yang disebut kepel licin. Setelah daun-daun ini terbentuk, baru diikuti oleh pertumbuhan daun yang bergerigi atau normal. Daun kepel ini dalam rumus petikan ditulis dengan huruf k.

4. Daun biasa/normal adalah daun yang tumbuh setelah terbentuk daun-daun kepel, berbentuk dan berukuran normal serta sisinya bergerigi. Dalam rumus petik ditulis dengan angka 1,2,3,4 dan seterusnya tergantung beberapa helai daun yang terdapat pada pucuk tersebut.

5. Daun muda adalah daun yang baru terbentuk tetapi belum terbuka seluruhnya, dan dalam rumus pemetikan ditulis dengan huruf m mengikuti angka (1m, 2m, 3m).

11

Page 12: Agribisnis tanaman perkebunan

6. Daun tua adalah daun yang berwarna hijau gelap, terasa keras, dan bila dipatahkan berserat. Dalam rumus pemetikan ditulis dengan huruf t mengikuti angka (1t, 2t, 3t).

7. Manjing adalah pucuk yang telah memenuhi syarat sesuai dengan sistem pemetikan yang telah ditentukan.

Macam dan rumus petikan adalah sebagai berikut:

1. Petikan imperial: bila yang dipetik hanya kuncup peko (p + 0).

2. Petikan pucuk pentil: bila yang dipetik peko dan satu lembar daun dibawahnya (p + 1m).

3. Petikan halus: bila yang dipetik peko dengan satu lembar atau dua lembar daun burung dengan satu lembar daun muda (p + 1m, b + 1m).

4. Petikan medium: bila yang dipetik peko dengan dua lembar atau tiga lembar daun muda dan pucuk burung dengan satu, dua atau tiga lembar daun muda ( p + 2m, p + 3m, b + 1m, b + 2m, b + 3m).

5. Petikan kasar: bila yang dipetik dengan tiga lembar daun tua atau lebih daun burung dengan satu, dua, tiga lembar daun tua (p + 3, p + 4, b + 1t, b + 2t, b + 3t).

6. Petikan kepel: bila daun yang ditinggalkan pada perdu hanya kepel (p + n/k, b + n/k).

Jenis pemetikan yang dilakukan selama satu daun pangkas terdiri dari:

1. Pemetikan jendangan

      Pemetikan jendangan ialah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas, untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang cukup, agar tanaman mempunyai potensi produksi yang tinggi.

2.  Pemetikan produksi

      Pemetikan produksi dilakukan terus menerus dengan daur petik tertentu dan jenis petikan tertentu sampai tanaman dipangkas kembali. Pemetikan produksi yang dilakukan menjelang tanaman dipangkas disebut “petikan gendesan”, yaitu memetik semua pucuk yang memenuhi syarat untuk diolah tanpa memperhatikan daun yang ditinggalkan

2.2.6 PascapanenPengolahan daun teh dimaksudkan untuk mengubah komposisi kimia daun teh segar

secara terkendali, sehingga menjadi hasil olahan yang memunculkan sifat-sifat yang dikehendaki pada air seduhannya, seperti warna, rasa, dan aroma yang baik dan disukai. Bahan kimia yang terkandung dalam daun teh terdiri dari empat kelompok yaitu subtansi fenol (catechin dan flavanol), subtansi bukan fenol (pectin, resin. vitamin, dan mineral), subtansi aromatik dan enzim-enzim.

12

Page 13: Agribisnis tanaman perkebunan

Daun teh yang dipetik, awal mula melewati proses pelayuan yang memakan waktu 18 jam disebuah tempat berbentuk persegi panjang bernama withered trough. Setiap 4 jam daun dibalik secara manual. Masing-masing withered trough memuat 1 sampai 1,5 ton daun teh. Fungsi dari proses pelayuan ini adalah untuk menghilangkan kadar air sampai dengan 48%.

Daun-daun teh yang sudah layu kemudian dimasukan kedalam gentong dan diangkut menggunakan monorel ke tempat proses berikutnya. Dari monorel daun-daun dimasukan ke mesin penggilingan. 1 mesin memuat 350 kg daun teh dan waktu untuk menggiling adalah 50 menit. Setelah digiling, daun teh dibawa ketempat untuk mengayak. Proses untuk mengayak ini terjadi beberapa kali dengan hasil hitungan berdasarkan jumlah mengayak: bubuk 1, bubuk 2, bubuk 3, bubuk 4, dan badag.

Sementara itu hasil ayakan terakhir yaitu badag tidak melewati proses fermentasi. Badag dan bubuk-bubuk yang telah melewati proses fermentasi kemudian dibawa ke ruangan berikutnya untuk dikeringkan. Lamanya proses pengeringan adalah 23 menit dengan suhu 100o C. Bahan bakar untuk proses pengeringan ini adalah kayu dan batok kelapa untuk rasa yang lebih enak.

Usai dikeringkan, daun dibawa ke ruangan sortasi,. Ada 3 jenis pekerjaan yang dilakukan diruangan sortasi. pertama, memisahkan daun teh yangberwarna hitam dan yang berwarna merah dengan menggunakan alat yang disebut Vibro. Kedua, memisahkan ukuran besar dan ukuran kecil. Setelah semua proses selesai dikerjakan maka teh harus diperiksa dahulu (quality control). Bila daun tersebut memenuhi standar maka akan dikemas ditempat penyimpanan sementara (disimpan didalam tong plastik berukuran besar). Bila sudah siap untuk dipasarkan, contohnya di ekspor maka  daun teh yang siap dipasarkan tersebut akan dikemas kedalam papersack

2.2.7 STANDAR PRODUKSI

1. Ruang LingkupStandar produksi ini: meliputi syarat mutu, pengambilan contoh, cara uji, penandaan.dan pengemasan.

2. DiskripsiTeh adalah pucuk dan daun muda kering dari tanaman thea sinensis (L) sims yang telah diolah. Standar mutu teh di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-3836-1995.

3. Klasifikasi dan Standar Mutua) Air: maksimum 12%b) Abu: maksimum 7%c) Abu dapat larut dalam air: minimum 50% dari kadar abud) Ekstrak dalam air: minimum 33%e) Theina: minimum 5%

13

Page 14: Agribisnis tanaman perkebunan

f) Logam-logam berbahaya (Pb, Cu, Hg) dan arsen: tidak nyatag) Bau, rasa, keadaan: normal

Adapun cara uji adalah:1. Kadar Air

5-10 gram contoh (yang telah digerus dan dihaluskan) ditimbang dalam sebuah botol timbang. Lalu keringkan pada 105 derajat C, didinginkan dan timbang hingga bobotnya tetap. Kadar air=(pengurangan bobot bahan / berat gram contoh) x 100%

2. Abu

5-10 gram contoh (yang telah digerus dan dihaluskan) ditimbang dan dicampurkan dengan air sampai menjadi bubur, tambahkan 1 ml asam sulfat pekat, kemudian panaskan sampai kelebihan asamnya hilang. Sesudah itu dipijar lalu didinginkan dan dibasahi lagi dengan 2-3 tetes asam sulfat pekat dan dipijarkan lagi. Selam dipijar tambahkan beberapa butir amonium karbonat untuk mempermudah pengabuan, dinginkan dan timbang hingga bobotnya tetap. Kadar abu=(bobot abu / berat gram contoh ) x 100%

3. Abu dapat larut dengan air

Abu yang terdapat dalam kadar abu diatas ditambah dengan air dan dipanaskan diatas pemanas air, kemudian disaring dan dicuci dengan air panas 2-3 kali. Kertas saring (berikut endapannya) dipijarkan dalam cawan petri, lalu didinginkan dan ditimbang hingga bobotnya tetap. Kadar abu larut dalam air=(pengurangan bobot masal abu / berat gram contoh ) x 100%

4. Kadar kotoran (pasir, tanah, dsb)

5-10 gram contoh (yang telah dihaluskan) diabukan seperti keterangan diatas tersebut, kemudian abu ditambah/dilarutkan dalam HCl encer (25%) dan dipanaskan kedalam penangas air. Setelah selesai disaring dan dicuci dengan air panas hingga tak bereaksi asam lagi, sisa saringan dipijar, dinginkan ditimbang hingga bobotnya tetap. Kadar abu=( bobot kotoran / berat gram contoh ) x 100%

5. Kadar ekstrak (sari)

Kertas saring bulat dikeringkan pada suhu 105 derajat C. Dinginkan dan timbang. Masukan 5 gram contoh kedalam piala 1 liter tambahkan 750 ml air didihkan selama 15 menit, saring dengan kertas saring lalu dinginkan dan ditimbang. Sisa dalam piala ditambahkan lagi dengan 750 ml air dan didihkan kemudian saring. Pekerjaan serupa diulangi sampai 4 kali. Pada saringan terakhir dikumpulkan, kemudian dikeringkan pada suhu 105°, didinginkan dan

14

Page 15: Agribisnis tanaman perkebunan

ditimbang hingga bobotnya tetap. Pengurangan bobot bahan asal dikurangi kadar air adalah kadar ekstrak (sari).

4. Pengambilan ContohMenurut persetujuan pembeli dan penjual, contoh itu mewakili suatu tanding (pertij). Jumlah tiap-tiap contoh sekurang-kurangnya 250 gram

5. PengemasanPasar internasional memerlukan dua macam teh yaitu:a) Teh hijau yang tidak difermentasi.b) Teh hitam yang difermentasi.Kedua jenis teh tersebut diekspor dalam bentuk daun (leaf) atau serbuk teh (dust). Teh hijau dikemas dalam kemasan 3 kg baik untuk daun maupun serbuk teh.

2.3 Pergerakan dari Hulu ke Hilir teh merupakan minuman penyegar yang memiliki banyak manfaat karena mengandung vitamin (B1, B2, B6, C, K, Asam folat, Karoten), mineral (Mn, K, Zn, F) serta polifenol (zat antioksidan). Penelitian pada orang dewasa menunjukkan bahwa minum 3-4 cangkir teh sehari dalam jangka panjang dapat menurunkan resiko terhadap penyakit jantung koroner. Selain itu penelitian di Taiwan memperlihatkan bahwa kelompok yang biasa minum 120-600 ml teh/hari lebih rendah resiko terserang hipertensi dibandingkan dengan kelompok yang tidak biasa minum teh. Oleh karena itu dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan manfaat minum teh, diperkirakan konsumsi teh dunia khusunya di Indonesi akan meningkat dari 288g/kapita/tahun menjadi sekitar 600 g/kapita/tahun.

Luas perkebunan teh di Indonesia berdasarkan pusat data dan informasi pertanian yang berasal dari departemen pertanian pada tahun 2005 adalah 140 538 Ha, untuk produksi teh pada tahun 2005 yaitu 167 276 Ton sehingga produktivas teh pada tahun 2005 adalah 1.5 Ton/Ha. Ekspor teh Indonesia mencapai 102 272 Ton pada tahun 2005 sedangkan untuk impor teh pada tahun yang sama mencapai 5 967 Ton.

Pertumbuhan dan produksi teh dipengaruhi oleh tiga faktor utama, antara lain : (1) tanaman (populasi, umur tanaman, jenis tanaman, umer pangkas dan potensi genetik); (2) lingkungan tempat tumbuh (iklim, yang terdiri atas curah hujan dan hari hujan, suhu udara, kelembaban udara, serta panjang penyinaran matahari); (3) tanah, yang meliputi jenis, topografi, elevasi, fisik, kimia dan biologi tanah (PPTPK Gambung, 2005)). Faktor-faktor tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya dan interaksi antar faktor sangat berpengaruh terhadap produktivitas teh.

Di Indonesia terdapat beberapa daerah yang memiliki potensi cukup besar untuk pengembangan komoditi teh karena di daerah tersebut syarat-syarat bagi tanaman teh untuk

15

Page 16: Agribisnis tanaman perkebunan

tumbuh dengan baik terpenuhi. Tanaman teh tidak tahan terhadap kekeringan, oleh karena itu dibutuhkan daerah yang mempunyai curah hujan yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun.

Proses produksi Pt Pagilaran di daerah Dieng

Pembibitan

Pembibitan di kebun PT pagilaran terdapat di kebun afdeling pagilaran. Adapun pada afdeling kayulandak dan andongsili tidak disediakan areal pembibitan. Luas areal pembibitan yaitu 1000 m2. Kegiatan pembibitan dilakukan dengan dua teknik yaitu dengan menggunakan stek dan menggunakan biji.

Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Tanaman belum menghasilkan di PT Pagilaran terdapat di tiap bagian kebun yaitu kebun bagian pagilaran, kebun bagian Andongsili dan kebun bagian kayulandak. Namun demikian, luas TBM di kebun bagian pagilaran tidak terlalu luas jika dibandingkan dengan TBM di kebun Andongsili yang luasnya mencapai 6,25 Ha dengan umur ± 3 tahun dan kebun TBM kayulandak yang berkisar 8,75 Ha dengan umur 4 tahun.

Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)

Pemeliharaan kebun yang dilakukan oleh PT. Pagilaran diantaranya adalah pemangkasan, penyiangan, penyulaman dan pemupukan. Kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan beruntun setelah pemangkasan adalah kubur ranggas, kerik lumut, dan penggarpuan.

Pemetikan

Pemetikan yang dilakukan di PT Pagilaran adalah pemetikan jendangan, produksi dan gendesan. Setiap mandor membawahi 40 orang pemetik. Pemetikan tidak ditentukan luasan yang harus dipetik, Namun demikian rata-rata tiap pekerja mendapatkan hanca petik 2 - 2.5 Ha. Pemetikan produksi menggunakan gilir petik 10 hari. Harga pucuk teh yang diberikan untuk pemetik adalah Rp 390/Kg.

Pengolahan

Pengolahan teh adalah metode yang diterapkan pada pucuk daun teh (Camellia sinensis) yang melibatkan beberapa tahapan, termasuk di antaranya pengeringan hingga penyeduhan teh. Jenis-jenis teh dibedakan oleh pengolahan yang dilalui. Di dalam bentuknya yang paling umum, pengolahan teh melibatkan oksidasi terhadap pucuk daun, penghentian oksidasi, pembentukan teh dan pengeringan. Dari tahapan ini, derajat oksidasi memainkan peran penting untuk

16

Page 17: Agribisnis tanaman perkebunan

menentukan rasa teh, dengan perawatan dan pemotongan pucuk daun memengaruhi citarasa juga turut berperan meski cukup kecil.

Meskipun tiap-tiap jenis teh memiliki rasa, aroma, dan wujud yang berbeda-beda, pengolahan teh untuk semua jenis teh memiliki sekumpulan metode yang serupa dengan sedikit variasi:

Pemetikan: Daun teh, yakni satu kuntum dan dua pucuk, dipetik dari semak Camellia sinensis dua kali setahun pada permulaan musim semi dan musim panas atau penghujung musim semi. Pemetikan pada musim gugur atau musim dingin jarang dilakukan, meskipun bisa saja ketika musim memungkinkan. Pemetikan dilakukan dengan tangan ketika kualitas teh menjadi prioritas, atau ketika biaya tenaga pekerja bukan persoalan. Pemetikan dengan tangan dilakukan dengan cara menggenggam sejajar dengan hentakan pergelangan tangan dan tanpa pemilinan atau penjepitan, karena jika yang terakhir dilakukan akan menurunkan mutu daun. Pemetikan juga dapat dilakukan dengan mesin, meski akan lebih banyak daun yang rusak dan sebagian terbuang. Adalah juga sulit panen teh dengan mesin di lereng gunung di mana teh sering ditanam.

Pelayuan: Dilakukan untuk menghilangkan terbuangnya air dari daun dan memungkinkan oksidasi sesedikit mungkin. Daun teh dapat dijemur atau ditiriskan di ruangan berangin lembut untuk mengurangi kelembaban. Daun kadang-kadang kehilangan lebih dari seperempat massanya akibat pelayuan.

Pememaran: Untuk mengajukan dan mempercepat oksidasi, daun boleh dimemarkan dengan memberinya sedikit tumbukan pada keranjang atau dengan digelindingkan dengan roda berat. Ini juga menghasilkan sedikit jus, yang membantu oksidasi da memperbaiki citarasa teh.

Oksidasi: Untuk teh yang memerlukan oksidasi, daun dibiarkan semula di ruangan tertutup di mana segera mereka menjadi lebih gelap. DI dalam tahap ini klorofil pada daun dipecah secara enzimatik, dan tanninnya dikeluarkan dan dialihbentukkan. Di industri teh, proses ini disebut fermentasi, meski sebenarnya tidak terjadi fermentasi karena proses oksidatif ini tidak membangkitkan energi (langkah ini tidak juga dipicu oleh mikroorganisme; di dalam langkah pengolahan teh lainnya--misalnya penyimpanan--mikroorganisme dapat digunakan untuk fermentasi). Penghasil teh dapat memilih ketika oksidasi harus dihentikan. Untuk teh oolong oksidasi harus terjadi 5-40%, pada teh oolong yang lebih cerah 60-70%, dan pada teh hitam 100%.

Penghilangan-warna-hijau: Istilah lainnya shāqīng ( 殺青 ) dilakukan untuk menghentikan

oksidasi daun teh pada jenjang yang diharapkan. Tahapan ini dipunahkan dengan pemanasan sedang, enzim oksidatif dihambat, tanpa merusak rasa teh. Tradisionalnya, daun teh digongseng atau dikukus, tetapi seiring majunya teknologi, tahapan ini dilakukan dengan pemanggangan di dalam drum yang diputar. Untuk teh hitam, tahap ini dilakukan bersama pengeringan.

Penguningan: Khusus untuk teh kuning, dilanjutkan dengan pemanasan ringan di dalam kontainer mini, warna teh berubah menguning.

17

Page 18: Agribisnis tanaman perkebunan

Pembentukan:Tahap berikutnya adalah penggulungan untuk mendapatkan bentuk lajur yang ergonomik. Biasanya dilakukan dengan menempatkannya di dalam tas pakaian yang besar, yang kemudian ditekan-tekan oleh tangan atau mesin untuk membentuk lajur. Tindakan penggulungan ini juga menyebabkan beberapa pati dan jus dari dalam daun keluar, ini akan memperkaya rasa teh. Lajur teh dapat dibentuk menjadi bentuk lain, misalnya membentuk pola keriting, membentuk pelet, atau digulung serupa bola dan bentuk lain yang diharapkan.

Pengeringan: Pengeringan dilakukan sebagai "tahap akhir" menjelang penjualan. Ini dapat dilakukan dengan banyak cara, misalnya dengan menggongseng, menjemur, menghembuskan udara panas, atau memanggangnya. Namun, pemanggangan adalah yang paling lazim. Pemeliharaan yang saksama mestilah dilakukan supaya pucuk daun teh tidak terlampau kering, atau bahkan hangus.

Pemeliharaan: Meski tidak selalu dilakukan, beberapa teh memerlukan penyimpanan ekstra, fermentasi tahap kedua, atau pemanggangan untuk mencapai potensial minumannya. Juga, teh yang diberi perisa dipabrikasi dengan menyemprotkan aroma dan rasa atau dengan menyimpannya di lingkungan perisa.

18

Page 19: Agribisnis tanaman perkebunan

HULU KE HILIR PT SOSRO

2.4 Kebijakan PenunjangDewan Teh Indonesia (DTI) bersama-sama masyarakat pertehan Indonesia berkomitmen untuk tetap mengembangkan agribisnis teh, serta secara konsisten dan sungguh-sungguh berupaya mengatasi berbagai kendala dan tantangan untuk terus mempertahankan kelestarian agribisnis teh Indonesia. Terkait dengan komitmen tersebut, telah disusun

19

CUSTOMER

RETAILER

SUPPLIER

AGEN

DISTRIBUTOR

MANUFACTURE

SUPPLIER BAHAN BAKU

TEH KERING

PT. Gunung Slamet

GULA PASIR

Impor Thailand

AIR

Air tanah

SUPPLIER KEMASAN

CROWN CORK

PT. Indonesia Multi Colour Printing (IMCP) dan PT. ATP.

BOTOL

PT. Mulia Industrindo dan PT. Iglass.

KRAT

Page 20: Agribisnis tanaman perkebunan

rencana pengembangan agribisnis teh yang tertuang dalam konsep Gerakan Penyelamatan Agribisnis Teh nasional (GPATN) sebagai rencana induk dalam penanganan dan pengembangan komoditas teh.

Sesuai dengan sikap tersebut, DTI terus melakukan sosialisasi, komunikasi, dan koordinasi dalam upaya implementasi konsep dan pelaksanaan GPATN.  Dalam melaksanakan Amanat yang tertuang dalam Anggaran Dasar, sekaligus untuk mencermati perkembangan lingkungan strategis, DTI menyelenggarakan Rapat Tahunan Anggota (RTA) sekaligus kegiatan round table discussion on tea (RTDOT) yang dikemas dalam kegiatan Seminar Pertehan Tahun 2013. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai forum pertukaran informasi dan pemikiran dalam upaya pelaksanaan GPATN yang sesuai dengan perkembangan situasi nasional dan global yang terjadi.

Rendahnya harga teh di tingkat petani yaitu hanya 15,8% dari harga teh wangi di tingkat konsumen menindikasikan bahwa ada permasalahan di bagian pemasaran teh di Indonesia, baik dalam hal kelembagaan, rantai nilai dan rantai tataniaga, serta pelaksanaan transaksi. Akibatnya,   pembagian keuntungan / manfaat di sepanjang supply chain menjadi asih sangat timpang. Bandung Tea Auction (BTA) yang seharusnya dapat memasarkan hasil produksi dan mengangkat  harga teh  di tingkat petani,  hingga saat ini belum  mampu menjalankan misinya karena berbagai masalah yang dihadapinya antara lain ketiadaan bridging finance, keterbatasan SDM, dan dana operasional.  Harga ekspor teh Indonesia  yang tercermin dari harga lelang teh di Jakarta Tea Auction (JTA) hanya 55%-60% dari harga teh di Colombo Tea Auction (CTA) yang antara lain disebabkan oleh kurangnya persaingan dalam lelang. Peranan lembaga lelang yang ada, baik BTA dan JTA, yakni volume teh yang dijual melalui lelang hanya sebesar 22%, sedangkan 78% sisanya diperdagangkan dengan transaksi langsung antara produsen dengan fabrikan atau eksportir. Hal demikian menyebabkan produsen dan harga teh menjadi lebih tertekan.Di lain pihak, volume ekspor teh Indonesia sebesar 94 % masih dalam bentuk curah (bulk). Ini berbeda dengan ekspor teh Sedangkan Sri Langka dan India, di mana  30-40 % dari total ekspor sudah dalam bentuk  produk  hilir. Praktek yang demikian tentu saja menguntungkan bagi kedua negara tersebut, karena dapat memperoleh nilai tambah yang lebih besar. Bahkan hal ini juga diperparah dengan Kondisi Pangsa Pasar Teh di dalam negeri belum mampu bersaing  dengan jenis minuman lain.  Pangsa pasar minuman dalam kemasan mencapai 42 %, sedangkan pangsa pasar minuman teh hanya sebesar 28 %.  Konsumsi Teh Indonesia ±  350 gr/kapita/thn, lebih rendah dari India 600 gram dan Srilangka 1.300 gram.Untuk itu Dewan Teh Indonesia mencananagkan pogram perbaikan sistem pemasaran teh di Indonesia, sebagai salah satu Critical Sucess Factor dalam upaya penyelamatan agribisnis teh Indonesia. Beberapa langkah yang perlu ditempuh antara lain sebagai berikut :

Meningkatkan kegiatan promosi dan pemasaran teh sesuai dengan program perbaikan kebun, pengolahan, dan mutu teh.

Penguatan kelembagaan Bandung Tea Auction (BTA) melalui pendanaan pemerintah.

20

Page 21: Agribisnis tanaman perkebunan

Perbaikan Supply Chain teh Indonesia melalui pendanaan      pemerintah. Pengembangan dan pemberdayaan Jakarta Tea Auction (JTA) melalui pendanaan

investor.

Terdapat 10 faktor yang diidentifikasi berpengaruh terhadap percepatan pengembangan industri hilir perkebunan yakni (1) penerapan kebijakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10 persen; (2) insentif investasi; (3) penerapan kebijakan harmonisasi tarif bagi produk hilir dan bahan bakunya; (4) konsistensi dukungan pemerintah; (5)efisiensi biaya produksi; (6) jaminan keamanan investasi; (7) penelitian pasar; (8) kualitas bahan baku dan bahan penolong; (9) respon sosial; dan (10) supply chain management dan infrastruktur.

 Dari 10 faktor yang berpengaruh terhadap percepatan industri hilir perkebunan tersebut, ternyata hanya terdapat 4 faktor kunci yaitu (1) PPN, (2) insentif investasi, (3) harmonisasi tarif, dan (4) konsistensi dukungan pemerintah, yang merupakan faktor kunci karena memiliki pengaruh total yang tertinggi namun ketergantungannya pada faktor lain yang rendah.

Skenario yang paling mungkin terjadi di masa 5 – 10 tahun mendatang adalah skenario dimana akan terjadi kondisi (1) PPN akan tetap dipungut seperti sekarang atau tidak ada perubahan terhadap kebijakan PPN (statusquo), (2) insentif investasi akan diberlakukan, (3) harmonissai tarif akan diberlakukan, dan (4) konsistensi dukungan dari pemerintah akan sulit ditebak karena tergantung pada siapa presidennya bahkan sampai mengarah pada kondisi inkonsistensi dukungan pemerintah.

Apabila skenario tersebut betul-betul terjadi di masa depan, diperkirakan akan kurang dapat memacu percepatan pengembangan industri hilir perkebunan pada masa 5–10 tahun mendatang. Oleh karena itu, pemberlakuan insentif investasi dan harmonisasi tarif tetap perlu dipadu dengan penyempurnan kebijakan PPN dan dukungan penuh dari pemerintah terhadap percepatan pengembangan industri hilir perkebunan.

2.5 Pemasaran TehPT Gunung Subur

PT Gunung Subur menjual produk teh dengan warna kemasan yang berbeda di setiap daerah pemasarannya. Perusahaan ini juga mengubah jalur distribusi dari pasar tradisional ke langsung ke warung. Cara ini sukses mendongkrak penjualan.

Gencarnya produsen minuman teh memasarkan produk teh celup, rupanya tidak membuat teh tubruk kehilangan peminat. Hingga saat ini teh tubruk masih memiliki pesona tersendiri. Bagi sebagian orang, teh tanpa penyaring kertas ini memiliki rasa dan keharuman yang lebih maknyus dibandingkan dengan teh celup.

21

Page 22: Agribisnis tanaman perkebunan

Jangan heran, jika persaingan bisnis teh tubruk juga terbilang ketat. Kini, sudah tidak terhitung lagi produsen yang memproduksi teh tubruk. Sebut saja, teh cap Gopek, Bandulan, Botol, Tong Tji, dan Bendera.

Dalam menjaring pasar, persaingan antarprodusen teh, bukan lagi dilakukan secara nasional, tapi lebih ke lokal per kota. Di wilayah Sumatra, misalnya, teh Bendera bisa menjadi penguasa pasar. Tapi di Surabaya, Jawa Timur, teh Bandulan yang masih menjadi favorit penduduk.

Dus, strategi pemasaran yang jitu adalah faktor kunci keberhasilan produsen teh tubruk memasarkan produknya. Langkah ini pula yang dilakukan PT Gunung Subur di Solo, Jawa Tengah.

Produsen teh tubruk yang produknya terkenal dengan merek Kepala Djenggot ini, memiliki kiat khusus dalam menjaring pelanggan. Salah satunya, melakukan pendekatan yang bersifat lokal dengan melabeli kemasan teh favorit di daerah tertentu.

Contohnya di Solo, Jawa Tengah, Gunung Subur melabeli teh tubruknya dengan merek Gardoe. “Di sana, masyarakat menggemari teh yang kemasannya biru. Karena itu, kami lebih banyak menjual teh dengan kemasan tersebut,” kata Sugiarto, Sales Supervisor PT Gunung Subur untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Menurut Sugiarto, Teh Gardoe sengaja mengemas produknya dengan berbagai warna bungkusan, seperti hijau, biru, atau ungu. Melalui strategi ini, teh Gardoe bisa merebut beberapa pasar di daerah. “Di pasar Solo dan Sragen, kami sudah menguasai pasar,” kata Sugiarto.

Sementara di Yogyakarta, meski belum sukses menjadi penguasa pasar, penjualan teh Gardoe sudah mampu mengimbangi merek teh paling top di wilayah itu.

Gunung Subur memang telah memahami permintaan pasar di masing-masing daerah. Makanya, tak semua produk Gunung Subur bisa ditemui di satu toko. Contohnya, teh tubruk dengan warna kemasan biru, belum tentu dijual di warung atau toko yang sama dengan teh kemasan hijau.

Bukan cuma kemasan, rasa juga disesuaikan dengan lidah penduduk setempat. Ada teh dengan kepekatan lebih, ada pula teh yang mengandalkan keharuman.

Di Jakarta, teh tubruk buatan Gunung Subur sudah beredar sejak satu setengah tahun lalu. Namun, di Ibukota responsnya kurang positif karena kurang dikenal. Karenanya, Gunung Subur menjual teh tubruk dengan merek Kepala Djenggot.

Merek teh ini memang lebih dikenal di Jakarta dan sekitarnya. Maklum, menjual teh tubruk bermerek Kepala Djenggot akan lebih gampang dikenal konsumen dibandingkan merek Teh Gardoe.

22

Page 23: Agribisnis tanaman perkebunan

Namun, penggunaan merek tak langsung membuat penjualan teh tubruk Kepala Djenggot naik. “Di pasar tradisional sepertinya hanya ditimbun,” kata Sugiarto. Pasalnya, merek teh yang lebih kesohor di wilayah ini adalah teh cap Botol.

Itu sebabnya, Gunung Subur ganti strategi dengan mengubah jalur distribusi teh tubruk dari pasar tradisional langsung ke end user seperti warung makan. Strategi ini terbukti jitu. “Kontribusi terhadap total penjualannya mencapai 10% dari sebelumnya hanya sekitar 2%-3%,” kata Sugiarto

PT SINAR SOSRO

Kesuksesan Toh Botol Sosro bermain di kancah dunia memang sangat membanggakan. Bersaing dengan brand brand internasional seperti Coca Cola dan Pepsi, Teh Botol Sosro sukses di dalam dan juga diluar negeri. Coca-Cola dan Pepsi adalah segelintir perusahaan asing yang produk minumannya familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Saking hebatnya brand image yang dibangun sehingga seolah-olah produk mereka telah manjadi bagian dari hidup bangsa kita. Dengan leluasa mereka menjadikan indonesia dengan segala potensinya menjadi pasar empuk bagi produk yang dihasilkan. Tidak banyak produk indonesia yang begitu membanggakan dan mampu “menghajar” kekuatan kapitalis internasional itu. Salah satu produk membanggakan itu adalah Teh Botol Sosro.

Kesuksesesan sosro dalam merebut hati konsumen Indonesia sesungguhnya dilihat dari aspek pemasaran cukup unik. Sosro,dalam beberapa hal, telah mengabaikan hukum-hukum umum yang terdapat di ilmu pemasaran. Misalnya saja mengenai perlunya riset pasar sebelum meluncurkan produk. Konon kabarnya sebelum sosro hadir, ada sebuah perusahaan asing yang ingin mengeluarkan produk teh dalam botol sepert yang dilakukan sosro saat ini. Kala itu sang perusahaan menyewa jasa sebuah biro riset pemasaran untuk menguji kelayakan dan prospek produk tersebut di Indonesia. Setelah meneliti dan mengamati kebiasaan minum teh di masyarakat sang biro pun menyimpulkan bahwa produk ini tidak memiliki prospek bagus untuk dipasarkan di Indonesia. Biro itu beralasan bahwa budaya minum teh pada bangsa Indonesia umumnya dilakukan pagi hari dalam cangkir dan disajikan hangat sehingga kehadiran teh dalam kemasan botol justru akan dianggap sebuah keanehan.

Sosrodjojo, pendiri perusahaan sosro, justru berpikir sebaliknya. Awalnya ide kemasan botol berasal dari pengalaman tes cicip (on place test) di pasar-pasar tradisional terhadap teh tubruk cap botol. Pada demonstrasi pertama teh langsung diseduh di tempat dan disajikan pada calon konsumen yang menyaksikan. Namun cara tersebut memakan waktu lama sehingga calon konsumen cenderung meninggalkan tempat. Kemudian pada uji berikutnya teh telah diseduh dari pabrik dan kemudian dimasukkan ke dalam tong-tong dan dibawa dengan mobil. Akan tetapu cara ini ternyata membuat banyak teh tumpah selama perjalanan karena saat itu struktur jalan belum sebaik sekarang. Akhirnya sosro mencoba untuk memasukkannya pada kemasan-kemasan botol limun agar mudah dibawa. Berangkat dari itu mereka berpikir bahwa

23

Page 24: Agribisnis tanaman perkebunan

penggunaan kemasan botol adalah alternatif yang paling praktis dalam menghadirkan kenikmatan teh lansung ke konsumen.

Dari awal produk ini ditargetkan untuk konsumen yang sering melakukan perjalanan seperti supir dan pejalan kaki sosro . Sosro menyadari bahwa segmen konsumen ini memiliki keinginan hadirnya minuman yang dapat menghilangkan dahaga di tengah kelelahan dan kondisi panas selama perjalanan. Atribut kepuasan ini dicoba untuk dipenuhi dengan menghadirkan minuman teh dalam kemasan botol yang praktis dan tersedia di kios-kios sepanjang jalan. Untuk menambah nilai kepuasan teh botol ini disajikan dingin dengan menyediakan boks-boks es pada titik-titik penjualannya (penggunaan kulkas pada saat itu belum lazim).

Tentu saja merubah kebiasaan tak semudah membalik telapak tangan. Pada masa-masa awal peluncurannya, teh botol sosro tidak banyak dilirik oleh konsumen. Mereka justru menganggap aneh produk ini karena kemasan botol dan penyajian dinginnya. Namun sosro tidak patah arang. Perusahaan ini terus mengedukasi pasarnya melalui iklan-iklan di berbagai media dan promosi-promosi on the spot. Perlahan tapi pasti produk teh botol sosro mulai mendapatkan tempat di hati konsumen Indonesia. Terlebih ketika slogan “Apapun makannya, minumnya teh botol sosro” di munculkan. Slogan ini tidak saja mengguncang sesama produk teh namun juga produk minuman secara keseluruhan.

Keunikan kedua dari metode pemasaran teh botol sosro adalah pada kekakuan dari produk itu sendiri. Sesuai teori pemasaran, konsumen secara alami mengalami perubahan atribut kepuasan seiring berjalannya waktu. Perubahan itu dapat disebabkan karena gaya hidup, kondisi ekonomi, atau kecerdasan yang maik meningkat. Seiring perubahan pasar itu harusnya produk yang dipasarkan harus menyesuaikan dan mengikuti tren yang ada. Namun yang terjadi pada produk teh inovatif ini justru kebalikan. Semenjak diluncurkan pada tahun 1970, produk teh botol sosro baik rasa, kemasan logo maupun penampilan tidak mengalami perubahan sama sekali. Bahkan ketika perusahaan multinational Pepsi dan Coca cola masuk melalui produk teh Tekita dan Frestea, Sosro tetap tak bergeming. Alih-alih merubah produknya, dengan cerdas sosro justru melakukan counter branding dengan mengeluarkan produk S-tee dengan volue yang lebih besar. Strategi ini ternyata lebih tepat, kedua perusahaan multinasional itu pun tak berhasil berbuat banyak untuk merebut hati konsumen Indonesia.

Sekelumit kisah sukses sosro itu memberi pelajaran pada kita betapa pemasaran tidak hanya sekedar ilmu yang eksak. Faktor knowledge terkadang hanya memberi kontribusi kecil pada kesuksesan produk kita ketika dipasarkan. Faktor sisanya adalah seni dan intuisi yang dapat memandu para pemasar mencapai hasil yang di luar dugaan. Gabungan antara ketiganya lah yang dapat menghasilkan seorang pemasar yang jenius dan berpikir di luar kebiasaan yang ada. Mungkin tidak banyak orang seperti itu di dunia ini, tapi mungkin juga dari jumlah yang sedikit itu ternyata Anda lah salah satunya.

Lewat perjalanan panjang, Teh Botol Sosro merajai pasar minuman kemasan di Tanah Air. Mengalahkan Coca-Cola dan Pepsi. Gurita bisnis Sosro kian melebar bila sukses menggenggam

24

Page 25: Agribisnis tanaman perkebunan

master waralaba McDonald’s Indonesia. Sukses merajai pasar minuman dalam kemasan tak membuat PT Sinar Sosro, produsen Teh Botol Sosro, ongkang-ongkang kaki.

Mereka malah makin giat berekspansi. Termasuk, misalnya, mengakuisisi master waralaba McDonald’s Indonesia langsung dari McDonald’s International, yang memiliki 97 gerai di Indonesia. Proses pembelian ini, kabarnya, memang belum tuntas.

Apalagi, Bambang N. Rachmadi, pemilik master waralaba McDonald’s Indonesia lama yang menguasai 13 gerai, sedang mengajukan tuntutan hukum kepada McDonald’s International. Bambang merasa dilangkahi dan tidak diajak berunding dalam proses penjualan hak waralaba dan penjualan aset ke PT Sinar Sosro.

Jika proses pembelian itu berakhir mulus, PT Sinar Sosro yang diperkirakan telah mengeluarkan dana pembelian Rp 250 milyar akan membuka 90 gerai baru Mc Donald’s di Indonesia selama lima tahun mendatang. PT Sinar Sosro tertarik masuk ke bisnis usaha makanan siap saji, olahan, dan katering tak lain karena kegurihan pasar. Dalam setahun, omset bisnis ini di Indonesia bisa menembus angka Rp 1.000 trilyun.

Selain itu, dengan memegang lisensi waralaba McDonald’s, penjualan produk minuman PT Sinar Sosro diperkirakan akan terus meroket dan berkibar. Saat ini, Teh Botol Sosro menguasai lebih dari 30% pangsa pasar minuman dalam kemasan. Pangsa mereka lebih tinggi dari aneka produk minuman ringan merek global, seperti Coca-Cola dan Pepsi.

Menurut Presiden Direktur PT Sinar Sosro Joseph S. Sosrodjojo, produksi The Botol Sosro sudah menembus angka 2,5 milyar dan 55 juta Teh Kotak pada Februari lalu. Mereka juga sukses meraup untung Rp 1,8 trilyun pada tahun lalu. Produk-produk mereka juga diekspor ke berbagai negara, seperti Singapura, Malaysia, Australia, dan Amerika Serikat. Segera menyusul, ekspor ke Timur Tengah.

Joseph menuturkan, perusahaan keluarga ini bermula dari usaha kakeknya, Sosrodjojo. Pada awal 1940-an, sang kakek mendirikan perusahaan teh seduh di kota Slawi, Jawa Tengah. “Kota ini sangat kecil. ‘Kota kedipan,’ kata istri saya. Dan, kalau ke Slawi, jangan berkedip, karena sekali kedip, kotanya akan terlewat,” tutur Joseph sembari tertawa.

Usaha sang kakek yang mengusung merek Teh Cap Botol itu sukses merajai pasar di wilayah Jawa Tengah. Lalu, pada 1953, Sosrodjojo melirik pasar kota Jakarta. Sosrodjojo menilai, jika ingin menjadi produk nasional, harus bisa menguasai Ibu Kota.

Penjualan teh seduh dalam botol itu akhirnya ditekuni sejak 1969 dengan merek Teh Botol Sosro (mengambil nama depan sang kakek). Melihat peluang pasar yang menjanjikan, pada 1974 Sosrodjojo beserta empat putranya (Soemarsono, Soegiharto, Soetjipto, dan Surjanto) mendirikan PT Sinar Sosro dengan satu pabrik di kawasan Cakung, Bekasi. Perusahaan ini tercatat sebagai pabrik teh siap minum dalam kemasan botol pertama di Indonesia dan di dunia.

25

Page 26: Agribisnis tanaman perkebunan

PT Sinar Sosro melengkapi keberadaan PT Gunung Slamat yang telah berdiri di Slawi. Perusahaan ini memproduksi teh kering siap saji dengan beragam merek, mulai Teh Celup Sosro, Teh Cap Botol, Teh Poci, Teh Terompet, Teh Sadel, Teh Sepatu, hingga Teh Berko.

Sejak 1990-an, bisnis keluarga Sosrodjojo berada di tangan generasi ketiga. Cucu-cucu Sosrodjojo makin kreatif mengembangkan bisnis keluarga ini. Salah satu wujud kecerdikan mereka dalam menguatkan merek Teh Botol Sosro adalah lewat slogan “Aslinya Teh” pada 1996. Dilanjutkan setahun kemudian dengan slogan “Ahlinya Teh”. Dan yang paling fenomenal adalah slogan “Apa Pun Makanannya, Minumnya Teh Botol Sosro”, yang meluncur sejak tahun 2002.

Slogan ini membuat Teh Botol makin menempel di benak konsumen. Berdasarkan riset Swa, bulan lalu, Teh Botol Sosro (68%) menempati peringkat pertama merek yang dipakai konsumen pada kategori minuman dalam kemasan. Frestea (11,3%), Fanta (5,2%), dan Coca-Cola (5,2%) menyusul di peringkat selanjutnya.

Di pasar teh siap minum dan teh kemasan, penguasaan pasar Teh Botol Sosro malah mencapai 75%. Serbuan teh siap minum merek asing, seperti Hi-C, Tekita, Lipton Tea, dan Frestea, tak sanggup menggoyang dominasinya. Posisi Teh Botol yang demikian kuat memang ditopang dengan sikap fanatik konsumen, yang tak mau minum teh kemasan selain Teh Botol Sosro.

Kehadiran para pemain baru malah membuat PT Sinar Sosro makin ligat berakrobat. Mereka meluncurkan produk-produk anyar: Fruit Tea, Joy Tea Green, Tebs, dan Happy Jus. Produk-produk teh beraneka cita rasa dan kombinasi ini ternyata juga diminati pasar, terutama kalangan muda.

Tak pelak, bisnis yang kini dikomandani Joseph itu pun kian menggurita. Grup Sosro punya 11 kantor cabang dan 146 kantor di kota dan kabupaten di seluruh Indonesia. Kapasitas pabrik Sosro lebih dari 1 trilyun liter, dengan jumlah karyawan 8.480 orang.

teh prosesor, produsen teh celup, speciality pemasok, produsen mesin dan aksesoris untuk layu, penggulung, fermentasi, pengeringan, dan untuk CTC sieving produksi.

Produksi teh Indonesia berada pada urutan nomor 5 dunia. Meski berada pada urutan tersebut, namun konsumsi teh di Indonesia masih tergolong rendah.

Saat ini, produksi teh di Indonesia masih belum bisa merata. Produksi teh sendiri masih didominasi pada sejumlah daerah seperti Jawa, sebagian Sumatera dan Sulawesi. “Sebagian wilayah lain belum ada,” kata ahli rempah-rempah dan peracik teh Nusantara, Umar Syarif kepada wartawan, Rabu (10/10) di perusahaan teh Gunung Subur, Karanganyar.

Menurutnya, konsumsi terbesar teh masyarakat Indonesia berada di Jawa. Sementara sejumlah daerah lain di luar Pulau Jawa masih sangat minim. “Kalau dari kultur budaya masyarakatnya,

26

Page 27: Agribisnis tanaman perkebunan

di Jawa memang sudah biasa minum teh,” ungkapnya. Hanya saja, ia tidak memberikan berapa angka pastinya berapa konsumsi teh tiap bulannya.

Di satu sisi, hasil produksi teh dengan kualitas atas justru dinikmati konsumen luar negeri. Oleh produsen, sebagian besar teh kualitas terbaik menjadi komoditi ekspor bagi produknya. “Orientasinya ekspor. Beberapa teh kualitas nomor 1 di Indonesia justru diekspor ke luar negeri,” terangnya.

Hal tersebut memang tidak bisa dipungkiri. Sebab, pasar yang menjangkau produk-produk teh dengan kualitas terbaik berada pada konsumen luar negeri. Penyebabnya, persepsi masyarakat selama ini salah. “Orang memandang harga teh kualitas atas itu mahal. Padahal kalau dibandingkan dengan kopi, tidak ada apa-apanya,” ungkapnya.

Seperti halnya dengan salah satu varian teh, white tea, misalnya. Umar mencontohkan, harga per kilogram teh tersebut mencapai kisaran Rp 1,6 juta sampai dengan Rp 2 juta. “Orang melihat pada harga per kilogramnya. Tapi tidak melihat, satu kilogram white tea bisa dijadikan berapa ratus gelas. Justru harga teh lebih murah dari harga kopi,” terangnya.

Dari sisi kualitas, teh produksi Indonesia menurutnya lebih unggul dari Negara lain. “Teh yang diproduksi di Indonesia itu rata-rata jenis Asamica atau teh hitam. Jenis ini mengandung kafein yang lebih tinggi dan antioksidan yang lebih tinggi pula jika dibandingkan dengan teh jenis lain,” tuturnya.

Dari catatan Kementerian Perdagangan, kapasitas produksi teh tanah air mencapai 150 ribu ton tiap tahunnya. Separuhnya, sekitar 75 ribu ton, menjadi komoditi ekspor ke luar negeri. Rata-rata teh yang diekspor ke luar negeri adalah teh kualitas atas.

27

Page 28: Agribisnis tanaman perkebunan

2.6 Perkembangan teh di indonesia

PERKEMBANGAN AGRIBISNIS TEH DI INDONESIA

Perkebunan menjadi salah satu sektor potensial pembangunan di Indonesia, karena telah mampu memberikan andil besar dalam kehidupan perekonomian. Oleh karena itu, di era modernisasi dewasa ini, sektor perkebunan diharapkan dapat mengimbangi kemajuan-kemajuan sektor lainnya. Harapan terhadap sektor perkebunan agar mampu mengimbangi sektor lainnya, karena selain memiliki fungsi ekonomi yaitu sebagai sumber penghasilan masyarakat dan sumber devisa bagi negara, perkebunan juga memiliki fungsi sosial dan lingkungan yang sangat besar. Bahkan saat krisis ekonomi dunia melanda Indonesia komoditas perkebunan telah teruji dan mampu bertahan menjadi penggerak perekonomian pedesaan. Fungsi ekonomi ini tentunya dapat bernilai tambah apabila setiap komoditas perkebunan yang dihasilkan dapat diolah menjadi berbagai produk, bentuk serta manfaatnya yang lebih optimal.

Sistem agribisnis yang dijalankan secara utuh dapat meningkatkan input dan produktivitas yang baik. Perkebunan adalah sektor pertanian yang tidak kalah penting dengan sektor lainnya. Perkebunan mempunyai nilai strategis yang penting terhadap PDB tercermin dengan berkontribusi sebesar 16% terhadap sektor pertanian secara nasional sebesar Rp 1,2 triliun, menyumbang devisa bersih sekitar 110 juta dolar AS per tahun (sekitar Rp 1,21 triliun/tahun). Tingginya nilai strategis perkebunan, sudah sepatutnya kita terus meningkatkan kualitas perkebunan yang telah ada, salah satunya adalah perkebunan teh.

Perkebunan teh di Indonesia sudah berkembang pesat, sektor ekspor teh Indonesia mendapat perhatian penting dalam skala internasional mengingat tidak semua negara mampu memproduksi teh dikarenakan faktor iklim. Industri dan perkebunan teh menyerap sekitar 320.000 tenaga kerja dan menghidupi sekitar 1,3 juta jiwa. Hingga tahun 2008, 52,7% merupakan perkebunan teh rakyat dan sisanya milik perusahaan swasta. Produksi teh di Jawa Barat, misalnya, rata-rata pertahun mencapai tidak kurang dari 113.000 ton teh hitam dan teh hijau atau 70 % dari produksi teh nasional. Lebih dari itu, nilai produksi teh juga masih berpotensi terus bertambah seiring perkembangan produk turunan teh yang semakin pesat, baik berupa minuman siap saji, serta berbagai produk lain yang berpotensi pada kesegaran, kesehatan, kecantikan dan kebugaran bagi yang menkonsumsinya. Inilah yang menjadi faktor penting mengapa eksistensi agribisnis teh di Indonesia perlu terus dikembangkan oleh seluruh stakeholder teh sehingga ke depan dapat menjadi komoditas unggulan.

Hingga kini perkembangan kinerja agribisnis teh Indonesia cukup memprihatinkan yang ditandai terjadinya penurunan areal, kenaikan biaya produksi, mutu teh rakyat yang

28

Page 29: Agribisnis tanaman perkebunan

masih rendah dan belum memenuhi SNI, mesin dan peralatan dalam keadaan tidak mendukung. Permasalahan yang dihadapai per-teh-an nasional mencakup seluruh subsistem, mulai dari usaha tani/on farm sampai dengan pemasaran. Oleh karena itu, berbagai upaya perbaikan harus dilakukan disetiap subsistem secara komprehensif dan terintegrasi. Perkebunan teh memiliki dampak positif bagi lingkungan sekitar. Menurut Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat (2009) luas perkebunan teh di Indonesia 142.847 ha, dapat mendukung konservasi tanah dan air (lahan tertutup tajuk tanaman teh hampir 95%) dengan baik bila dikelola secara benar. Dari aspek hidrologis berfungsi sebagai daerah resapan air, sumber air bagi kehidupan sekitarnya. Dapat menekan polusi udara, dapat menyerap CO2 sebanyak 2,5 ton setara karbon per hektare tanaman per tahun.

Akan tetapi perkebunan teh nasional dihadapkan pada berbagai tantangan baik di tingkat nasional maupun internasional. Dengan kondisi persaingan yang ketat, keunggulan daya saing (competitive advantage) dan nilai tambah (added value) komoditas teh menjadi faktor yang menentukan dalam memenangi persaingan. Dalam susbsistem agribisnis, subsitem hulu sangat rentan kaitannya dalam menentukan kualitas budidaya teh. Dengan kualitas bibit yang baik, sarana produksi pertanian yang qualified serta pupuk yang berkualitas dapat menghasilkan bibit yang memiliki daya saing untuk dibudidayakan.

Bantuan bibit teh oleh pemerintah tahun 2009 sekitar 1000 hektar, sedangkan 2010 bantuan bibit teh ditingkatkan untuk 6000 hektar. Bantuan bibit diharapkan dapat mampu meningkatkan produkstivitas produk teh. Dalam lima tahun terakhir ini ada kecenderungan pengurangan luar perkebunan teh rata-rata empat persen per tahun, ini cukup membahayakan bagi upaya peningkatan produktivitas teh di tanah air. Penyebab penurunan luasan perkebunan teh itu karena adanya alih fungsi lahan, perambahan dengan tanam sayur, penyerobotan lahan oleh masyarakat serta pembiaran areal perkebunan akibat merugi.

Kualitas teh sangat ditentukan oleh ketinggian tempat penanaman. Teh membutuhkan lahan yang tinggi, sedangkan di Indonesia hanya beberapa provinsi yang berdataran tinggi yang sampai sekarang lahannya masih digunakan untuk perkebunan teh. Salah satu wilayah yang masih bertahan adalah jawa barat. Jawa Barat menjadi propinsi yang memiliki luas lahan perkebunan teh terbesar di Indonesia karena wilayah tersebut mempunyai banyak dataran tinggi yang cocok untuk tanaman ini, namun sekarang daerah-daerah di pulau jawa telah bamyak mengalami penyempitan wilayah karena masalah konversi lahan. Lahan yang digunakan untuk perkebunan teh di Indonesia semakin berkurang dari tahun ke tahun. Jika dihitung secara keseluruhan pertumbuhan luas areal teh pada tahun 2004 mengalami penurunan – 0,58%. Lahan-lahan ini sebagian dikonversi menjadi kebun kelapa sawit, sayuran dan tanaman lainnya yang dianggap lebih menguntungkan. Bahkan sebagian petani teh telah menjual tanah mereka karena dinilai tidak lagi mendatangkan keuntungan.

29

Page 30: Agribisnis tanaman perkebunan

Tanaman teh banyak di budidayakan secara besar oleh para pemilik di sektor swasta, sedangkan petani hanya sebagai penyediaan bibit yang minim (karena pembibitan dilakukan sekitar 25-50 tahun sekali). Sehingga, para petani sebagian besar berlaku di bidang pekerja(on farm)nya saja. Para petani pennyedia bibit hannya mampu menyediakan bibit dalam skala sekali masa produksi, karena tanaman teh mengalami siklus pembibitan yang lumayan lama. Dan posisi mereka hanya sebagai penyedia, bukan sebagai pemilik perkebunan teh. Sekalipun petani mamiliki perkebunan teh tersebut, mereka hanya mampu menjual kepada para pembeli dengan harga yang relative rendah, padahal bila telah diproses dan masuk pada sub sistem hilir teh tersebut akan mengalami perubahan harga yang sangat jauh.

Pupuk yang digunakan dalam membudidayakan tanaman teh hanya menggunakan pupuk dasar yang biasa dijual di pasaran, dan jarang sekali menggunakan pupuk alam yang bersifat lebih organik,seperti kompos. Hama dan penyakit pada tanaman teh sering muncul pada musim setelah daun pucuknya telah dipangkas. Namun hal ini tidak selalu terjadi bila dapat diatasi dengan pemeliharaan dan perawatan yana baik. Tanaman teh ditumbuhkan secara berbaris dengan jarak satu meter. Pohon teh harus dipangkas setiap empat atau lima tahun dengan tujuan untuk memudakan kembali dan memelihara supaya mempunyai tinggi yang tetap untuk memudahkan para pemetik teh, memetik teh. Hal ini dikenal dengan istilah “Tabel Pemetikan”, namun terkadang karena kurangnya lahan penanaman jarak tanam ini diperkecil sehingga kualitas teh sedikit menurun.

Pohon teh mampu menghasilkan teh yang bagus selama 50 – 70 tahun, namun setelah 50 tahun hasil produksinya menurun. Pada saat tersebut pohon yang sudah tua sudah saatnya digantikan dengan pohon yang masih muda yang telah ditumbuhkan di perkebunan untuk pembiakan tanaman muda, namun masih ada perkebunan yang setelah rentang waktu tersebut pohon teh belum diganti dengan tanaman baru/ tanaman muda.

Pemetikan yang dilakukan tergantung pada cuaca, namun bila cuaca tidak bersahabat, waktu pemetikan teh akan menjadi permasalahan dalam menentukan kualitas teh. Tumbuhan baru dapat dipetik dengan interval 7 – 12 hari selama musim pertumbuhan. Pemanenan teh membutuhkan banyak tenaga dan tenaga kerja intesif (antara dua sampai tiga ribu daun teh dibutuhkan untuk memproduksi hanya satu kilo teh yang belum terproses) dan prosedur yang digunakan memerlukan keahlian khusus, sedangkan di Indonesia peralatan yang digunakan dalam sub sistem hulu masih bersifat sederhana dibandingkan dengan dengan negara penghasil teh lain yang telah menggunakan teknologi dari hulu,sampai hilir .

Pemetik teh, belajar mengenali dengan tepat pucuk daun mana yang harus dipetik. Hal ini sangat penting, untuk memastikan kelunakan daun yang dipetik menghasilkan teh yang terbaik. Namun terkadang proses pemetikan berdasar pada permasalahan kuantitas

30

Page 31: Agribisnis tanaman perkebunan

produksi pemanenan yang lebih mengutamakan banyaknya jumlah pucuk daun yang dipanen.

Teh memiliki banyak varian bentuk produk jika diolah menjadi produk akhir yang siap di pasarkan bagi konsumen. Produk minuman teh, yang pada umumnya telah dinikmati oleh seluruh orang dari seluruh penjuru di dunia, terutama negara-negara di Asia, seperti Jepang,Thailand,Fhilipina,Cina. Di Jepang kebiasaan minum teh telah menjadi tradisi sejak zaman nenek moyang mereka. Sekarang , teh telah menjadi produk varian minuman terbanyak di dunia, mulai dari daun teh yang di olah menjadi teh seduh (berupa daun kering), atau sebagai minuman teh yang siap diminum(teh botol,teh gelas),atau ada juga yang dikombinasikan dengan alternative minuman dengan kombinasi komoditi yang berbeda,misalnya dengan rosella,delima,lemon,jeruk,apel, atau dengan susu. Berkembangnya produk minnnuman berbahan dasar komoditi teh ini semakin meningkat karena adannya teknologi dalam mengemas dan menghasilkan minuman teh dengan kualitas yang baik dalam waktu yang relative lama, namun manfaatnya tetap terjaga, sehingga kualitas teh tinggi dan dapat dinikmati dengan kombibasi pilihan rasa yang berbeda. Sehingga semua orang dapat menikmatinya kapan saja, dan dimana saja.

Ekstrak daunnya juga dapat dimanfaatkan untuk menjadi aroma therapi, kosmetik, sauna, milk cleanser, hand body, lulur, dan perawatan kulit. Berkembangnya teh semakin luas sejak semakin meningkatnya informasi tentang manfaat dan daya guna teh tersebut, yang banyak mengandung antioksidan tinggi, polifenol,yang cocok untuk memanjakan tubuh terutama di bidang perawatan kulit.

Daun teh yang telah digunakan / dimanfaatkan dapat dimanfaatkan pula untuk dijadikan pupuk kompos yang baik, dan dapat bersaing dengan pupuk buatan bila di manfaatkan secara maksimal pengolahannya. Hal ini karena daun teh memiliki bannyak unsur ion positif yang mudah diuraikan dalam tanah, sehingga sanggat baik digunakan terutama sebagai media tanam hidroponik. Ekstak daun teh dapat di manfaatkan untuk pewarna hitam alami, terutama bagi jenis-jenis teh hitam, yang memiliki kepekatan warna yang kental.

Salah satu produk teh yang sudah terkenal di Indonesia adalah Sosro. Sosro merupakan perusahaan pengolahan teh terbesar di Indonesia dan sudah mampu mngekspor produknya dalam skala internasional. Perusahaan teh Sosro sudah mengekspor produknya ke negara bagian Amerika, Vietnam, Brunei Darussalam dan Singapura. Produk teh dari perusahaan teh Sosro dapat ditemukan di seluruh pelosok Indonesia. Keberhasilan perusahaan Sosro dalkam mendiustribusikan produk teh dapat menjadi motivasi kepada pebisnis teh lokal yang ingin memulai usahanya. Berikut ini adalah strategi PT. Sosro dalam mengembangkan produk teh hingga ke mancanegara.

31

Page 32: Agribisnis tanaman perkebunan

Kesuksesesan Sosro dalam merebut hati konsumen sesungguhnya bisa dilihat dari aspek pemasaran dan distribusi yang cukup unik. Sosro, dalam beberapa hal, telah mengabaikan hukum-hukum umum yang terdapat di ilmu pemasaran. Misalnya saja mengenai perlunya riset pasar sebelum meluncurkan produk lewat iklan di berbagai media cetak ataupun elektronik. Distribusi Sosro, khususnya untuk produk andalannya Teh Botol Sosro, juga tergolong unik, karena tidak berfokus di satu tempat tapi merambah ke semua kalangan baik tua, muda, menengah-atas maupun menengah-bawah. Tidak heran dengan mudahnya di mana-mana dapat ditemukan produk ini. Di kaki lima, warung makan, warteg, nasi padang, restoran, bahkan sekarang McD. Selain itu distribusinya kini juga telah merambah Australia, Vietnam, Brunei Darussalam, California, dan Singapura.

Sebagai bisnis yang sangat mengandalkan pengembalian botol kosong, Sosro sangat mengerti pentingnya sistem distribusi dua jalur yang rapat, dimana bagian distribusi selalu sigap menyerbu bukan saja wilayah-wilayah pemasaran baru, melainkan juga mengambil kembali botol-botol kosong untuk segera diangkut ke pabrik. Bahkan, menurut sebuah sumber, untuk jaga-jaga, Sosro rela membenamkan investasinya untuk memproduksi botol kosong sebanyak empat hingga lima kali dari jumlah produksi teh botolnya. Di sisi inilah, setidaknya sampai saat ini, belum ada pesaing yang mampu menandingi kesigapan Sosro. Bagi Sosro, mengelola botol adalah segala-galanya.

Perkebunan teh nasional dihadapkan pada berbagai tantangan baik di tingkat nasional maupun internasional. Dengan kondisi persaingan yang ketat, keunggulan daya saing (competitive advantage) dan nilai tambah (added value) komoditas teh menjadi faktor yang menentukan dalam memenangi persaingan. Ketersediaan produk teh yang maksimal dapat meningkatkan ketahanan pangan Indonesia akan produk teh. Produsen teh masih sangat sedikit, sehingga diperlukannya kinerja lembaga penunjang yang mampu meningkatkan sinergi para produsen teh untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya. Hal ini tidak hanya meningkatkan produk domestic bruto, akan tetapi tentu saja akan meningkatkan surplus bagi negara Indonesia. Produk teh pada subsistem hilir sangat optimal untuk dikembangkan. Hal ini karena permintaan pasar dalam skala nasional maupun dalam skala internasional.

Perkebunan teh nasional dihadapkan pada berbagai tantangan baik di tingkat nasional maupun internasional. Dengan kondisi persaingan yang ketat, keunggulan daya saing (competitive advantage) dan nilai tambah (added value) komoditas teh menjadi faktor yang menentukan dalam memenangi persaingan. Dalam susbsistem agribisnis, subsitem hulu sangat rentan kaitannya dalam menentukan kualitas teh. Melalui peningkatan kualitas bibit, penyediaan alat dan mesin pertanian (alsintan) dan pupuk yang baik mampu menghasilkan kualitas teh yang siap dibudidayakan. Berbagai kendala yang dihadapi dalam pengembangan subsistem hulu agribinis teh harus segera diminimalisir agar produktivitas teh di Indonesia bisa dipertahankan, seperti melakukan revitalisasi perkebunan teh, mengoptimalkan pasar di dalam dan luar negeri, dan pengadaan bibit unggul oleh

32

Page 33: Agribisnis tanaman perkebunan

pemerintah serta swasta secara maksimal dapat meningkatkan input dan produktivitas perkebunan teh.

GERAKAN PENYELAMATAN AGRIBISNIS TEH NASIONAL (GPATN)

Teh merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai peran strategis dalam

perekonomian Indonesia.  Bahkan komoditi teh juga menjadi sektor usaha unggulan

yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Tapi sayangnya meski

potensi yang dimiliki cukup besar, komoditi teh juga menghadapi persoalan klasik.

Setumpuk permasalahan, seperti penurunan volume, nilai, pangsa pasar ekspor dan

rendahnya harga teh Indonesia  memberikan dampak buruk pada perkembangan industri

teh nasional.  Kondisi ini pula yang membuat usaha perkebunan teh semakin

terpuruk dan tidak sedikit kebun teh petani yang dialihkan kekomoditi lainnya seperti

sayur-sayuran. Luasan kebun teh juga terus menurun sekitar 3.000 ha per tahun.

Banyak faktor yang membuat produktivitas teh menurun, salah satunya adalah tanaman

teh di Indonesia rata-rata sudah tua. Sekarang ini 40% tanaman teh  yang masih ada

adalah peninggalan zaman Belanda,  dengan demikian kualitas  teh Indonesia juga

mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Bila dilihat

kebelakang, sekitar tahun 1990 misalnya teh dari Indoensia lebih baik dan lebih tinggi

harganya dibandingkan  teh Srilangka maupun Kenya. Tapi setelah tahun 1992, harga

teh Indonesia terus menurun, bahkan harga teh Indonesia kini setingkat dengan harga

teh dari  Bangladesh dan  Ruwanda. Tidak heran bila sebagai produsen teh Indonesia

kini hanya menempati posisi keenam setelah India, Cina, Sri Lanka, Kenya, dan

Vietnam. Berbagai upaya dilakukan dalam rangka meningkatkan produksi teh.  Salah

satunya seperti yang telah dilakukan Direktorat Jenderal Perkebunan, DTI, ATI dan

parastakeholder beberapa waktu lalu dengan menyelenggarakan workshop Gerakan

Penyelamatan Agribisnis Teh Nasional (GPATN). 

Dalam agenda Rapat Tahunan Anggota Dewan Teh Indonesia (DTI) dan Asosiasi Teh

Indonesia (ATI) serta Seminar Pertehan Nasional yang diselenggarakan pada tanggal 17

November 2011 di Hotel Horison - Bandung, disampaikan permasalahan-permasalahan

33

Page 34: Agribisnis tanaman perkebunan

aktual pertehan Indonesia dan upaya untuk mendorong keberhasilan GPATN.  Acara

yang bertemakan “Sukseskan Gerakan Penyelamatan Agribisnis Teh Nasional” dibuka

secara resmi oleh Wakil Gubernur Jawa Barat, Dede Yusuf, dihadiri oleh para

pemangku kepentingan teh nasional, diantaranya anggota DTI, anggota ATI,

PT.Perkebunan Nusantara, Perkebunan Besar Swasta, Perkebunan Rakyat, Puslit Teh

dan Kina, anggota GAPPRI, para peneliti dan akademisi, Dinas terkait serta Masyarakat

Agribisnis Teh.

Ketua DTI, Rachmat Badruddin menyampaikan bahwa di Indonesia ketimpangan

kesejahteraan secara kasat mata terlihat jelas, 1% penduduk bisa menguasai 70% aset

bangsa. Untuk melestarikan perekonomian negara, yang sudah kuat jelas tidak boleh

dilemahkan, sehingga tidak ada jalan lain kecuali dengan mendongkrak atau

mempercepat perkembangan ekonomi kerakyatan agar terbentuk ekonomi yang lebih

berkeadilan.  Situasi dan kondisi ekonomi dunia termasuk di Indonesia, sekarang

mungkin lebih kondusif untuk mengadopsi ekonomi koperasi dan sudah tidak bisa

ditangguhkan lagi keharusan mengakselerasi pengembangan Usaha Kecil dan

Menengah (UKM).

Terkait dengan situasi pertehan Indonesia, ketimpangan serupa sudah lama terjadi dan

ini harus segera diatasi dengan menyelamatkan perkebunan-perkebunan teh yang sangat

kontributif terhadap lingkungan, ketenagakerjaan dan devisa negara. Bila mata rantai

teh from filed to cup lemah, maka perkebunan-perkebunan teh hanya akan

menjadi  sejarah dan pasar besar Indonesia akan digarap oleh negara-negara lain. Jangan

sampai hal ini terjadi, walaupun didepan mata proses tersebut sebenarnya tengah

berlangsung.

Untuk menjawab tantangan dan kebutuhan ini maka DTI telah menggagas strategi

penyelematan teh nasional yaitu Gerakan Penyelamatan Agribisnis Teh Nasional

(GPATN) melalui pembentukan Koperasi Klaster (cluster). Koperasi klaster merupakan

gabungan petani teh dalam kelompok seluas 300 ha kebun teh rakyat yang pada tahap

awal bertindak selaku pemasok pucuk daun teh ke PTPN/PBS. Setelah melalui proses

34

Page 35: Agribisnis tanaman perkebunan

penguatan kelompok dan pengembangan kelembagaan melalui pelatihan dan

pemberdayaan petani yang mencakup berbagai aspek: organisasi, administrasi, teknis,

manajmen, kepemimpinan maupun interaksi sosial, maka  kelembagaan petani teh

diharapkan berkembang menjadi koperasi mapan yang berbadan hukum

dan bankable.Selanjutnya koperasi petani teh dikembangkan sebagai pemegang saham

bagi PT. Indonesian Tea Incorporated (PT. ITI), yaitu PT yang dibentuk yang sahamnya

juga dimiliki oleh pemerintah dengan bantuan penyediaan pabrik teh hijau dan teh

hitam. Para petani teh sekaligus juga dirancang menjadi karyawan/pekerja pada

PT  tersebut sehingga mendapatkan kepastian hasil dari gaji/upah sebagai karyawan dan

deviden atas laba perusahaan. Idenya, GPATN dikelola, didanai dan dilaksanakan oleh

berbagai pihak baik lembaga-lembaga ditingkat pusat, provinsi dan kabupaten, serta

perusahaan BUMN dan swasta. Konsep ini untuk mengatasi bahwa kecil sekali

kemungkinan membuat petani memiliki berbagai ketrampilan sekaligus terkait dengan

masalah bisnis dan persaingan usaha.

Apabila konsep ini berhasil dilaksanakan dengan dukungan berbagai pihak, maka

kawasan pengunungan teh di Puncak Pass akan terus berkibar sampai anak cucu kita,

alangkah indahnya negeriku Indonesia.(TM)

Perkebunan menjadi salah satu sektor potensial pembangunan Jawa Barat, karena telah

mampu memberikan andil besar dalam kehidupan perekonomian. Oleh karena itu, di era

modernisasi dewasa ini, sektor perkebunan diharapkan dapat mengimbangi kemajuan-

kemajuan sektor lainnya. Hal ini dikatakan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan,

dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Asisten Dua Bidang Bidang Perekonomian

dan Pembangunan Pemrov Jabar Wawan Ridwan saat acara Rapat Tahunan Anggota

(RAT) Dewan Teh Indonesia (DTI), Kamis (19/11) di Hotel Horison Bandung.

Menurutnya, harapan terhadap sektor perkebunan agar mampu mengimbangi sektor

lainnya, karena selain memiliki fungsi ekonomi yaitu sebagai sumber penghasilan

masyarakat dan sumber devisa bagi negara, perkebunan juga memiliki fungsi sosial dan

lingkungan yang sangat besar. Bahkan saat krisis ekonomi dunia melanda Indonesia

35

Page 36: Agribisnis tanaman perkebunan

komoditas perkebunan telah teruji dan mampu bertahan menjadi penggerak

perekonomian pedesaan. Fungsi ekonomi ini tentunya dapat bernilai tambah apabila

setiap komoditas perkebunan yang dihasilkan dapat diolah menjadi berbagai produk,

bentuk serta manfaatnya yang lebih optimal.

“Kalau manfaat sosial bisa dilihat dari pengembangan komoditi perkebunan melalui

usaha-usaha yang telah mampu membuka peluang lapangan pekerjaan besar bagi tenaga

kerja daerah. Sementara dilihat dari fungsi ekologi, sebagian besar komoditi perkebunan

merupakan tanaman tahunan yang mampu bertahan pada lahan-lahan kering dan

kemiringan yang relatif tinggi. Sehingga dapat berfungsi sebagai tanaman konservasi

untuk menjaga lingkungan,”jelasnya.

Hingga tahun 2008, lanjut Gubernur, luas areal perkebunan teh di Jawa Barat mencapai

kurang lebih 99.942 ha. Dari luasan tersebut, 52.630 ha atau 52,7 % merupakan

perkebunan teh rakyat, sisanya 47.312 ha merupakan perkebunan milik perusahaan.

Produksi teh Jawa Barat rata-rata pertahun mencapai tidak kurang dari 113.000 ton teh

hitam dan teh hijau atau 70 % dari produksi teh nasional.

Lebih dari itu, nilai produksi teh juga masih berpotensi terus bertambah seiring

perkembangan produk turunan teh yang semakin pesat, baik berupa minuman siap saji,

serta berbagai produk lain yang berpotensi pada kesegaran, kesehatan, kecantikan dan

kebugaran bagi yang menkonsumsinya.

“Inilah yang menjadi faktor penting mengapa eksistensi agribisnis teh di Jawa Barat

perlu terus dikembangkan oleh seluruh stakeholder teh sehingga ke depan dapat menjadi

komoditas unggulan di Jabar. Dengan parameter utama berupa peningkatan kontribusi

sektor perkebunan terhadap pertumbuhan perekonomian daerah,”katanya.

Sementara Dirjen Perkebunan RI, Ahmad Mangga Barani, dalam sambutannya yang

dibacakan Direktur Budidaya Tanaman Rempah dan Penyegar, Rizki Muis mengatakan,

dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), pembentukan Dewan

36

Page 37: Agribisnis tanaman perkebunan

Teh Indonesia bertujuan untuk mendorong, memfasilitasi, dan memperjuangkan

kepentingan para pelaku agribisnis teh Indonesia dalam mewujudkan sistem dan usaha

agribisnis teh yang berdaya saing, berkerakyatan, serta berkelanjutan.

Hal itu, karena hingga kini perkembangan kinerja agribisnis teh Indonesia cukup

memprihatinkan yang ditandai terjadinya penurunan areal, kenaikan biaya produksi,

mutu teh rakyat yang masih rendah dan belum memenuhi SNI, mesin dan peralatan

dalam keadaan idle capacity, serta harga teh ditingkat petani yang masih rendah akibat

belum efisiensinya tataniaga teh. “ Jadi kami berharap keberadaan DTI mampu berperan

aktif sebagai wadah untuk memperjuangkan dan mencari solusi terhadap permasalahan

teh nasional sehingga dapat bersaing dengan negara lain,”ujarnya.

Menurutnya, permasalahan yang dihadapai per-teh-an nasional mencakup seluruh subsistem, mulai dari usaha tani/on farm sampai dengan pemasaran. Karenanya, berbagai upaya perbaikan harus dilakukan disetiap subsistem secara komprehensip dan terintegrasi.”Kita pahami bahwa peran kelembagaan DTI sangat penting dalam pembangunan perkebunan khususnya teh. Oleh karena itu dalam program kerja ke depan DTI harus bisa mendorong dan memperjuangkan para pelaku agribisnis teh Indonesia ,”tandasnya.

GERAKAN PENYELAMATAN AGRIBISNIS TEH NASIONAL

Dari aspek lingkungan, agribisnis dan industri teh termasuk jenis usaha yang

mendukung konservasi tanah dan air, bahkan memberikan dampak terhadap lingkungan

antara lain : mempertahankan hidroorologis, mencegah erosi pada tanaman teh yang

telah produktif (tajuk sudah menutup), menyerap CO2 (carbon dioxide), menyediakan

O2 (oxygen) dan dapat menjadi alternatif pilihan fasilitas rekreasi (agrowisat

Namun demikian, agribisnis teh Indonesia dewasa ini sedang mengalami beberapa

persoalan berat yang perlu segera diatasi agar peranan teh tersebut di atas dapat

dijalankan dengan efektif.  Permasalahan agribisnis teh secara menyeluruh terjadi pada

sub sistem usaha tani, pengolahan, pemasaran, dan kelembagaan petani sert tata

hubungan antara pelaku bisnis secara nasional.

37

Page 38: Agribisnis tanaman perkebunan

Beberapa permasalahan utama pada sub sistem usaha tani antara lain : 60% areal

perkebunan merupakan  tanaman tua/rusak sehingga produktivitas rendah (56% dari

potensi) serta kenaikan biaya produksi sebesar 13%/tahun yang lebih besar dari

peningkatan harga jual hanya 4,5%/tahun. Hal demikian menyebabkan usaha

perkebunan teh dalam kondisi merugi sejak tahun 2001 dan terjadinya penurunan areal

yang tajam sebesar 16% dari th 2000 ke 2008 atau seluas 3.000 ha/tahun;

Tiga masalah utama pada sub sistem pengolahan  yang perlu diperbaiki adalah : (a)

Mutu teh rakyat  rendah belum memenuhi SNI  (kadar serat, kadar air dan kadar abu tak

larut asam yg tinggi), (b) mesin dan peralatan dalam kondisi idle capacity dan sudah

tidak ekonomis; dan (c) belum memperhatikan GMP, HACCP (keamanan pangan).

Kelemahan utama pada sistem pemasaran teh secara nasional terpusat pada aspek-aspek

:  (a) Tingkat harga petani rendah  sekitar 15,8% dari harga teh wangi di tingkat

konsumen akibat masih belum efisiensnya tataniaga teh; (b) Pembagian keuntungan di

sepanjang rantai tataniaga masih timpang; (c) Bandung Tea Auction belum mampu

menjalankan misinya karena ketiadaan bridging finance, keterbatasan SDM, dan dana

operasional; dan (d) Harga teh di JTA hanya 55-60% dari harga CTA.

Dalam aspek dukungan terhadap sistem agribisnis teh Indonesia, tiga kelemahan utama

terletak pada : (a) Kelembagaan petani teh masih lemah; (b) SDM, fasilitas dan

pembiayaan untuk R & D masih sangat terbatas; dan (c) Belum adanya skim

pembiaayaan khusus dan belum optimalnya perhatian pihak perbankan/lembaga

keuangan untuk  pengembangan komoditi teh.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Gerakan Penyelamatan Agribisnis Teh

Nasional (GPATN) menjadi sangat urgent mengingat keterpurukan industri ini

dampaknya akan  sangat luas. Gerakan ini harus merupakan gerakan terpadu sebagai

upaya percepatan  peningkatan produktivitas, mutu, supply chain, dan yang paling

penting peningkatan harga yang diterima oleh petani yang akan  dapat meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan petani teh.  Gerakan tersebut  akan diwujudkan dengan

38

Page 39: Agribisnis tanaman perkebunan

memberdayakan secara optimal seluruh potensi dari para pemangku kepentingan serta

sumberdaya yang telah dikuasai.

39

Page 40: Agribisnis tanaman perkebunan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Produksi teh Indonesia berada pada urutan nomor 5 dunia. Meski berada pada

urutan tersebut, namun konsumsi teh di Indonesia masih tergolong rendah.

Saat ini, produksi teh di Indonesia masih belum bisa merata. Produksi teh sendiri

masih didominasi pada sejumlah daerah seperti Jawa, sebagian Sumatera dan

Sulawesi.

Konsumsi terbesar teh masyarakat Indonesia berada di Jawa. Sementara sejumlah

daerah lain di luar Pulau Jawa masih sangat minim..

Di satu sisi, hasil produksi teh dengan kualitas atas justru dinikmati konsumen luar

negeri. Oleh produsen, sebagian besar teh kualitas terbaik menjadi komoditi ekspor

bagi produknya.

Dari sisi kualitas, teh produksi Indonesia menurutnya lebih unggul dari Negara lain.

Dari catatan Kementerian Perdagangan, kapasitas produksi teh tanah air mencapai

150 ribu ton tiap tahunnya. Separuhnya, sekitar 75 ribu ton, menjadi komoditi

ekspor ke luar negeri. Rata-rata teh yang diekspor ke luar negeri adalah teh

kualitas atas.

Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekspor teh Indonesia, diperlukan upaya untuk meningkatkan komposisi produk teh melalui peningkatan ekspor teh Indonesia dalam bentuk produk-produk hilir. Selain itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan pengaruh distribusi pasar. Pada aspek daya saing, posisi daya saing teh Indonesia lebih lemah dibandingkan negara-negara produsen teh lainnya, kecuali Bangladesh.

40

Page 41: Agribisnis tanaman perkebunan

DAFTAR PUSTAKA

Jenis-jenis teh dan khasiatnya. Dapat diakses melalui web

http://www.tehsekarmelati.com/mengenal-teh-dan-jenisnya.html Diakses pada tanggal 6

Maret 2013 pukul 18.10 WIB

Sejarah teh. Dapat diakses melalui web

http://sugar-leaf.blogspot.com/2009/12/gula.html

Diakses pada tanggal 6 Maret 2013 pukul 18.10 WIB

klasifikasi tanaman teh . Dapat diakses melalui

http://galeriteh.blogspot.com/2011/12/klasifikasi-tanaman-teh.html Diakses pada

tanggal 6 Maret 2013 pukul 18.10 WIB

Budidaya Tanaman teh . Dapat diakses melalui web

http://budidayanews.blogspot.com/2011/04/budidaya-tanaman-teh.html Diakses pada

tanggal 6 Maret 2013 pukul 18.10 WIB

41