1.direk with iring
DESCRIPTION
textileTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
PENCELUPAN I
PENCELUPAN SERAT KAPAS DENGAN ZAT WARNA DIREK
DENGAN PENGERJAAN IRING
Nama : Fradita 07.K40030
Fuad Hasim 07.K40031
Imroatun Azizah 07.K40040
Luru Dinikasari 07.K40042
Grup : K-2
Dosen : Ir.Elly K.,BK.Teks
Asisten : Maya K.,SST
Priatna
Tanggal Praktek : 19 Maret 2009
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL
BANDUNG
2009
Pencelupan Serat Kapas dengan Zat Warna Direk
Dan Pengerjaan Iring
I. Maksud dan Tujuan
I.1. Maksud
Memberikan warna merah pada kain kapas yang telah diputihkan
secara merata dan permanent.
I.2. Tujuan
Membandingkan hasil proses pencelupan dari beberapa pengaruh
yang terjadi selama proses pencelupan, seperti pengaruh elektrolit, pH,
dan zat pembasah.
II. Teori Dasar dan Pendekatan
A. Serat Kapas dan Karakteristiknya
Serat kapas merupakan serat alam yang berasal dari serat
tumbuh-tumbuhan yang tergolong kedalam serat selulosa alam yang
diambil dari buahnya.
Sifat-sifat kapas secara fisik adalah :
Warnanya agak krem
Kekuatan per bundle 96.000 - 116.000 pound/inci
Mulur antara 4 -13 %
Mousture Regain : 7 - 8,5 %
Berat Jenis : 1,5 - 1,56
Sedangkan sifat kimianya :
Serat kapas akan terhidrolisa oleh asam kuat
Oksidator akan menurunkan kekuatan
Alkali pekat akan menggelembungkan serat
Larut dalam larutan kuproamonium hidroksida dan kuproentadiamin
Struktur kimia serat kapas
Struktur kimianya merupakan senyawa benzena yang
mengandung gugus hidroksil yang mudah menyerap air yang sebagian
besar terdiri dari selulosa (komponen utama), lemak, malam, pectin,
dsb.
B. Zat Warna yang Digunakan
Zat warna yang diigunakan dalam pencelupan adalah zat warna
direk. Merupakan zat warna yang dapat mencelup serat selulosa secara
langsung atau disebut juga sebagai zat warna substansif, karena dapat
terserap baik oleh selulosa.
Dalam pencelupannya harus ditambahkan garam yang bertindak
sebagai elektrolit untuk memperbesar penyerapan bahan terhadap zat
warna.
Struktur Kimia
Pada umumnya merupakan senyawa azo yang mengandung
gugusan sulfonat sebagai gugusan pelarut dan dapat juga merupakan
senyawa mono-azo, di-azo, tri-azo, atau tritakis-azo.
Struktur Kimia Zat Warna Direk
Sifat-sifat zat warna direk :
Ketahanan cucinya kurang baik
Ketahanan sinarnya sedang
Kurang tahan terhadap oksidasi
Rusak oleh reduksi
Mekanisme Pencelupan
Pencelupan pada umummnya terdiri dari melarutkan atau mendispersikan zat warna
dalam air atau medium lain kemudian memasukan bahan tekstil kedalam larutan, sehingga
terjadi penyerapan zat warna kedalam serat. Selanjutnya dengan ditambahkannya zat
pembantu misalnya garam kedalam larutan celup,kemudian pencelupan diteruskan sampai
diperoleh warna yang dikehendaki. Adapun mekanisme pencelupan terdiri dari tiga tahap
yaitu :
1. Difusi zat warna dalam larutan
Molekul zat warna dalam larutan yang selalu bergerak pada temperatur
tinggi pergerakan tersebut lebih cepat. Kemudian bahan tekstil
dimasukan kedalam larutan celup.
2. Adsorpsi
Kedua molekul zat warna yang mempunyai tenaga yang cukup
besar dapat mengatasi gaya-gaya tolak dari permukaan serat, sehingga
molekul zat warna dapat terserap menempel pada permukaan serat.
3. Fiksasi
Penyerapan atau difusi zat warna dari permukaan serat ke pusat
serat secara bersamaan, sehingga zat warna yang terserap dapat
menyebar secara merata.
Faktor-Faktor yang Berpengaruh
1. Pengaruh elektrolit
Pengaruh elektrolit akan memperbesar jumlah zat warna yang
terserap oleh zat warna, meskipun zat warna mempunyai
kepekaan yang berbeda. Elektrolit yang digunakan adalah garam
dapur (NaCl).
Zat warna dengan gugus sulfonat yang banyak akan lebih mudah
ditolak oleh serat dari pada yang sedikit, sehingga perlu
ditambahkan elektrolit.
2. Pengaruh Temperatur
Pada umumnya termasuk proses pencelupan eksotermis yang
pada keadaan setimbang jika temperaturnya tinggi
penyerapannya akan rendah dibanding pada temperatur rendah.
Oleh karena itu pencelupan zat warna direk ini diperlukan
temperatur yang tinggi untuk mempercepat reaksi. Sehingga
apabila temperaturnya tinggi, maka jumkah zat warna yang
terserap lebih besar, kemudian berkurang kembali.
3. Pengaruh pH
Zat warna direk digunakan dalam suasana netral. Apabila
dilakukan penambahan alkali, maka akan memperhambat
penyerapan. Sehingga sering
ditambahkan abu soda 3% untuk meengurangi kesadahan air atau
untuk mempervaiki kelarutan zat warna.
4. Pengaruh Perbandingan Larutan
Pada dasarnya dilakukan untuk memperkecil zat warna yang
terbuang atau hilang. Sehingga dapat mengurangi pemborosan
dalam pemakaian zat warna. Dan hanya mempergunakan larutan
simpan bekas celupan dengan menambahkan zat warna baru
pada larutan tersebut, maka dapat diperoleh larutan celup dengan
konsentrasi seperti semula. Dan hal ini dilakukan untuk mencelup
warna-warna tua.
Pada umumnya zat warna direk mempunyai ketahanan luntur
yang kurang, sehingga setelah pencelupan sering dilakukan pengerjaan
iring untuk memperbaiki tahan luntur terhadap sinar dan pencucian.
Pengerjaan iring dilakukan setelah pencelupan.
Zat-zat yang biasa digunakan untuk pengerjaan iring
diantaranya :
Formaldehida
Pendiazon dan penggandengan dengan fenol dan naftol
dengan garam diazonium.
Penggabungan dengan senyawa kation aktif.
Penggabungan dengan tembaga sulfat dan kalium bikromat.
Pengerjaan iring dengan formaldehida dilakukan pada bahan yang
telah dicelup dan dibilas, didalam larutan yang mengandung 2 %
formaldehida ( 40 % ) dan pada suhu 85 oC dan waktu pengerjaan 30
menit, selanjutnya bahan dibilas bersih.
Pendiazon dan penggandengan dilakukan pada bahan yang telah
dicelup dan dibilas, didalam larutan yang mengandung 2 % natrium-
nitrit dan 4 % asam sulfat, pada suhu kamar dengan waktu 20 menit.
Selanjutnya bahan dibilas dan digandengkan dengan larutan 2 % garam
diazonium pada suhu kamar selama 20 menit kemudian dibilas.
Penggabungan dengan senyawa kation aktif pada bahan yang
telah dicelup dan dibilas bersih didalam larutan yang mengandung
senyawa kation aktif 1-3 % pada suhu 60-70 o C selam 15 menit.
Penggabungan dengan tembaga sulfat dan kalium bikromat
dilakukan pada bahan yang telah dicelup dan dibilas bersih didalam
larutan yang mengandung 2 % tembaga sulfat, 2 % kalium bikromat
dan 1 % asam asetat pada suhu 60-70 C selama 10 menit.
III. Percobaan
III.1. Alat dan Bahan yang digunakan
Alat
Gelas piala
Gelas pengaduk
Erlenmeyer
Timbangan
Gelas ukur
Pipet
Bunsen
Kasa asbes
Kaki tiga
Bahan dan Zat Kimia
Kain kapas yang telah di masak
Zat warna direk
Pembasah
Garam dapur
soda abu
3.2 Skema Proses dan Diagram Alir
Diagram alir
Skema Proses
Zat warna Pembasah NaCl Na2CO3
3.3 Resep dan fungsi zat
Resep Pencelupan
R/Resep no. 1 2 3 4
ZW Direk Everdirect Red BWS
(%)
1 1 1 1
Pembasah (cc/L) 0,5 1 1 1
Na2CO3 (g/L) 1 1 2 2
NaCL (g/L) 30 30 30 40
Vlot 1:20
Resep Iring
Zat Pemfiksasi Kationik : 2 cc/l
CH3COOH : 1 g/l
Pencucian dengan sabun
Persiapan larutan celup
Pencelupan
Proses Iring
Evaluasi : Ketuaan dan Kerataan secara visual
30oC
50oC
90o - 100oC
0 10 35 65 85 menit
Suhu (0 C) : 60
Waktu ( menit) : 10 menit
Vlot : 1:20
Resep Pencucian Dan Sabun
Sabun : 1 cc/l
Na2CO3 : 1 g/l
Suhu (0 C) : 60
Waktu ( menit) : 10 menit
Vlot : 1:30
Fungsi Zat
Zat warna direk untuk mewarnai bahan
Abu Ash untuk meratakan dan membuat larutan menjadi sedikit
alkali, mengurangi kesadahan air atau memperbaiki kelarutan
zat warna.
Garam sebagai elektrolit yang berfungsi untuk memperbesar
penyerapan zat warna pada bahan.
Pembasah untuk membasahi bahan sehingga
mempercepat proses perataan zat warna pada serat.
3.4 Cara Kerja
Melarutkan zat warna
Membuat pasta dari zat warna direk dengan air dingin dan sedikit zat
pembasah, kemudian ditambahkan air panas sampai larut.
Prosedur pancelupan
- Memasukkan zat warna direk yang telah larut dan sda Ash
kedalam larutan celup pada suhu 30 0C
- Mencelup bahan (kapas yang telah dimasak ) kedalam larutan
celup selama 10 menit
- Memasukkan garam dapur sedikit demi sedikit dan menaikkan
suhu secara perlahan-lahan sampai mendidih dan meneruskan
pencelupan selama 30 menit.
- Mengangkat bahan yang telah dicelup kemudian mencuci sampai
bersih lalu membilasnya.
- Kemudian lakukan pengerjaan iring pada bahan yang telah
dicelup dan dibilas pada larutan yang mengandung zat pemfiksasi
kationik dalam suasana asam, pada suhu berkisar antara 60 – 85 0C selama 10 menit.
- Selanjutnya melakukan pencucian dengan sabun dan soda ash, dan membilas bahan
hingga bersih.
3.5. Data Percobaan
Perhitungan Resep Pencelupan
R/ Celup 1 2 3 4
Berat Bahan
(gram)
6,15 7,25 7,0 6
ZatWarna
(cc/l)
6,15 7,25 7,0 6,0
Air
( cc )
114 138 133 114
Pembasah
( cc/l )
0,06 0,145 0,14 0,12
NaCl ( g /
l)
3,6 4,35 4,2 4,8
Na2CO3 ( g
/l )
0,12 0,145 0,28 0,24
Perhitungan Resep Iring
Berat Bahan 26,4 gram
Larutan 528 ml
Zat pemiksasi kationik 1,1 cc
CH3COOH 0,53 cc
Perhitungan Resep Pencucian dan Sabun
Berat bahan 26,4 gram
Larutan 528 ml
Sabun 0,53 cc
Na2CO3 0,53 cc
3.6 Hasil Percobaan
Resep 1 Resep 2
Resep 3 Resep 4
IV DISKUSI
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, menunjukan bahwa
antara resep – resep celup diatas menghasilkan kualitas celup yang
berbeda – beda, dengan perincian sebagai berikut :
Perbandingan antara resep no.1 dengan resep no.2
menunjukan bahwa kerataan dan penyerapan zat warnanya lebih
baik dengan menggunakan resep no.2.Hal ini disebabkan karena
penggunaan zat pembasah untuk resep no.2 (1 ml/l) lebih banyak
dibandingkan pada resep no.1 (0,5 ml/l). Zat pembasah berfungsi
untuk mempercepat proses pembasahan kain sehingga semakin
besar kadar zat pembasah yang digunakan maka zat warna dapat
lebih cepat teradsorbsi kedalam serat dan lebih rata.
Perbandingan resep no.2 dan resep no.3 menunjukan bahwa
hasil warna poses pencelupan resep no.3 memiliki kerataan dan
penyerapan warna yang lebih baik dengan resep no.2. Hal ini
disebabkan karena ada penambahan Na2CO3 yang berfungsi untuk
meratakan dan membuat larutan menjadi sedikit alkali, mengurangi
kesadahan air atau memperbaiki kalarutan zat warna. Hal ini
dilakukan zat warna direk yang digunakan dalam suana netral,
apabila dilakukan penambahan alkali maka akan menghambat
penyerapan sehingga lebih rata hasil pencelupannya.
Penambahan elektrolit kedalam larutan celup zat warna
direk adalah untuk memperbesar jumlah zat warna yang terserap
kedalam serat, meskipun beraneka zat warna mempunyai kepekaan
berbeda. Penggunaan NaCl pada resep no.4 (40 g/l) akan
memberikan nilai ketuaan warna yang lebih besar jika dibandingkan
dengan resep no.3 (30 g/l) pada hasil celupnya. Hal ini disebabkan
oleh mudahnya molekul zat warna untuk mendekat kedalam serat
dan mengadakan ikatan van der waals dan ikatan hydrogen jika
ditambahkan electron yang lebih banyak.
Suhu dalam pencelupan berpengaruh pada percepatan
pencelupan, menurunkan jumlah zat warna yang terserap,
mempercepat migrasi dan mendorong terjadinya reaksi antara serat
dengan zat warna. Bila suhu celup dinaikkan, nampak bahwa hasil
celupan akan lebih tua. Tetapi jika kenaikkan suhu terlalu cepat
maka akan menyebabkan zat warna menjadi tidak rata. Oleh karena
itu, kenaikkan suhu harus diatur seteliti mungkin. Demikian juga
pengadukan yang dilakukan pada saat pencelupan dapat
berpengaruh pada kelarutan zat warna dan daya adsorbsinya
terhadap kain.
Untuk mendapatkan kain dengan daya luntur yang baik,
maka dilakukan pengerjaan tambahan proses iring yang berfungsi
untuk memperbesar ikatan Van Der Waals antara zat warna dengan
kain. Dengan pencucian dapat dihasilkan kain dengan ketahanan
luntur yang baik. Hal demikian dapat dilihat dari proses penyabunan
untuk melepaskan zat warna yang tidak terfiksasi. Pada proses
pencelupan kain yang telah diproses iring akan menghasilkan warna
yang lebih tua bila dibandingkan dengan kain yang tanpa iring.
Warna hasil proses pencellupan ini, menunjukkan warna
yang hampir sama tingkat kerataan dan ketuaannya meskipun
dikerjakan dengan resep pencelupan yang berbeda. Kesalahan ini
disebabkan karena keempat kain pencelupan tersebut dikerjakan
peoses iring dan proses pencucian dengan sabun secara bersama-
sama dalam satu tempat. Sehingga
IV KESIMPULAN
Berdasarkan data percobaan pencelupan kain kapas dengan zat
warna direk dengan proses iring dan hasil diskusi , maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Kain hasil proses pencelupan yang memiliki kerataan dan ketuaan
yang paling tinggi adalah kain hasil pencelupan resep no.4.
Berturut – turut resep no.3, resep no.2 dan yang paling muda
warnanya adalah resep no.1
2. Hasil proses pencelupan dengan zat warna direk dipengaruhi oleh
penggunaan zat pembasah, Na2CO3 dan NaCl.
3. Pengerjaan pencelupan dengan proses iring mengahasilkan tahan
luntur yang lebih baik dibandingkan pencelupan tanpa proses
iring.
Daftar Pustaka
Djufri, Rasyid. Ir., dkk. Teknologi Pengelantangan,
Pencelupan, dan Pencapan. Institut Teknologi Tekstil.
Bandung : 1976
Shore, John. Colorants and Auxiliaries Organic Chemistry
And Aplication Properties Volume 2. BTTG Shirley.
Manchester, England : 1990
Isminingsih, S.Teks, M.Sc.dkk. Pengantar Kimia Zat Warna.
Institut Teknologi Tekstil. Bandung : 1982
NN. Petunjuk Pedoman Penyempurnaan 2. Departemen
Teknologi Kimia. Institut Teknologi Bandung. Bandung :