190285132-askep-encephalitis.pdf

37
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit kedalam tubuh seseorang. Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab kesakitan dan kematian di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bagi penderita, selain menyebabkan penderitaan fisik, infeksi juga menyebabkan penurunan kinerja dan produktifitas, yang pada gilirannya akan mengakibatkan kerugian materil yang berlipat-lipat. Bagi Negara, tingginya kejadian infeksi di masyarakat akan menyebabkan penurunan produktifitas nasional secara umum, sedangkan dilain pihak juga menyebabkan peningkatan pengeluaran yang berhubungan dengan upaya pengobatannya. Sebagaimana diketahui, infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur, dan dapat terjadi di masyarakat (community acquired) maupun di rumah sakit (hospital acquired). Pasien yang sedang dalam perawatan di rumah sakit memiliki resiko tertular infeksi lebih besar dari pada di luar rumah sakit. Lingkaran infeksi dapat terjadi antara pasien, lingkungan/vektor, dan mikroba. Sebagaimana uraian diatas, maka dalam makalah ini kami akan membahas mengenai salah satu masalah yang diakibatkan oleh terjadinya inveksi terhadap jaringan otak oleh virus, bakteri, cacing, protozoa, jamur, atau ricketsia, yang biasa disebut dengan ensefalitis. Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000). Ada banyak tipe-tipe dari ensefalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi yang disebabkan oleh virus-virus. Ensefalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak. Dengan gejala-gejala seperti panas badan meningkat, sakit kepala, muntah-muntah lethargi, kaku kuduk, gelisah, serta gangguan pada penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang. Virus atau bakteri memasuki tubuh melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna, setelah masuk ke dalam tubuh, virus dan bakteri akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara. Salah satunya adalah pada jaringan otak yang nantinya akan menyebabkan ensefalitis. Berdasarkan faktor penyebab yang sering terjadi maka ensefalitis diklasifikasikan menjadi enam tipe, yaitu : ensefalitis supurativa, ensefalitis siphylis, ensefalitis virus, ensefalitis karena fungus, ensefalitis karena parasit, dan riketsiosa serebri. Adapun pelaksanaan yang bisa dilakukan untuk menangani masalah ensefalitis adalah dengan pemberian antibiotik, isolasi untuk mengurangi stimuli dari luar, terapi anti mikroba, mengontrol terjadinya kejang dan lain-lain.

Upload: rina-qoidatul-awaliyah

Post on 26-Dec-2015

161 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

askep

TRANSCRIPT

Page 1: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit kedalam

tubuh seseorang. Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab kesakitan dan

kematian di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bagi penderita, selain menyebabkan

penderitaan fisik, infeksi juga menyebabkan penurunan kinerja dan produktifitas, yang pada

gilirannya akan mengakibatkan kerugian materil yang berlipat-lipat. Bagi Negara, tingginya kejadian

infeksi di masyarakat akan menyebabkan penurunan produktifitas nasional secara umum, sedangkan

dilain pihak juga menyebabkan peningkatan pengeluaran yang berhubungan dengan upaya

pengobatannya.

Sebagaimana diketahui, infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur, dan dapat

terjadi di masyarakat (community acquired) maupun di rumah sakit (hospital acquired). Pasien yang

sedang dalam perawatan di rumah sakit memiliki resiko tertular infeksi lebih besar dari pada di luar

rumah sakit. Lingkaran infeksi dapat terjadi antara pasien, lingkungan/vektor, dan mikroba.

Sebagaimana uraian diatas, maka dalam makalah ini kami akan membahas mengenai salah

satu masalah yang diakibatkan oleh terjadinya inveksi terhadap jaringan otak oleh virus, bakteri,

cacing, protozoa, jamur, atau ricketsia, yang biasa disebut dengan ensefalitis.

Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa,

jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000). Ada banyak tipe-tipe dari ensefalitis, kebanyakan

darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi yang disebabkan oleh virus-virus. Ensefalitis dapat juga

disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.

Dengan gejala-gejala seperti panas badan meningkat, sakit kepala, muntah-muntah lethargi,

kaku kuduk, gelisah, serta gangguan pada penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang. Virus atau

bakteri memasuki tubuh melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna, setelah masuk ke dalam

tubuh, virus dan bakteri akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara. Salah satunya

adalah pada jaringan otak yang nantinya akan menyebabkan ensefalitis.

Berdasarkan faktor penyebab yang sering terjadi maka ensefalitis diklasifikasikan menjadi

enam tipe, yaitu : ensefalitis supurativa, ensefalitis siphylis, ensefalitis virus, ensefalitis karena

fungus, ensefalitis karena parasit, dan riketsiosa serebri. Adapun pelaksanaan yang bisa dilakukan

untuk menangani masalah ensefalitis adalah dengan pemberian antibiotik, isolasi untuk mengurangi

stimuli dari luar, terapi anti mikroba, mengontrol terjadinya kejang dan lain-lain.

Page 2: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

2

Encephalitis Herpes Simplek merupakan komplikasi dari infeksi HSV ( Herpes Simplek Virus )

yang mempunyai mortalitas dan morbiditas yang tinggi terutama pada neonates. EHS (Encephalitis

Herpes Simplek ) yang tidak diobati sangat buruk dengan kematian 70-80% setelah 30 hari dan

meningkat menjadi 90% dalam 6 bulan. Pengobatan dini dengan asiklovir akan menurunkan

mortalitas menjadi 28%. Gejala sisa lebih sering ditemukan dan lebih berat pada kasus yang tidak

diobati. Keterlambatan pengobatan yang lebih dari 4 hari memberikan prognosis buruk, demikian

juga koma, pasien yang mengalami koma seringkali meninggal atau sembuh sengan gejala sisa yang

berat

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan ensefalitis ?

b. Apa saja yang bisa menjadi faktor penyebab, tanda dan gejala, serta proses terjadinya ensefalitis ?

c. Bagaimana penatalaksanaan terhadap pasien dengan masalah ensefalitis ?

d. Asuhan keperawatan apa saja yang bisa dilakukan terhadap pasien dengan masalah ensefalitis ?

e. Apa yang dimaksud dengan legal etis dalam keperawatan serta prinsip-prinsip apa saja yang harus

dipegang sebagai seorang perawat?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

a. Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai ensefalitis serta mampu menerapkan asuhan

keperawatan yang dilakukan pada masalah ensefalitis.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari ensefalitis.

b. Mahasiswa mampu mengetahui faktor penyebab, tanda dan gejala, serta proses terjadinya

ensefalitis.

c. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien dengan masalah

ensefalitis.

d. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan yang bisa dilakukan terhadap pasien dengan

masalah ensefalitis.

Page 3: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

3

e. Mahasiswa mampu memahami pengertian dari legal dan etis dalam keperawatan serta mengetahui

prinsip-prinsip yang harus dipegang sebagai seorang perawat profesional.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa,

jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000).

Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis,

kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan oleh

virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan

peradangan dari otak.

Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme

lain yang non purulent.

Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang

ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari penyakit

lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan

protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic meningoencephalitis juga dapat

menyebabkan ensefalitis pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya kurang. Kerusakan otak

terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan menyebabkan kematian.

2.2 Etiologi

Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis, misalnya bakteria, protozoa,

cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab ensefalitis adalah Staphylococcus aureus,

streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut

encephalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000). Penyebab lain dari ensefalitis adalah keracunan arsenik

dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak dan chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang

terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau

reaksi radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.

Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah:

a. Infeksi virus yang bersifat endemik

1) Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.

2) Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis, Eastern equine

encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian spring summer encephalitis, Murray valley

encephalitis.

Page 4: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

4

b. Infeksi virus yang bersifat sporadik : Rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster, Limfogranuloma,

Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi

belum jelas.

c. Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela, pasca-vaksinia, pasca-

mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak

spesifik. (Robin cit. Hassan, 1997).

2.3 Patogenesis Ensefalitis

Virus masuk kedalam tubuh klien melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna, setelah

masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:

a. Setempat: virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu.

b. Penyebaran hematogen primer: virus masuk ke dalam darah kemudian menyebar ke organ dan

berkembang biak di organ tersebut.

c. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar

melalui sistem saraf.

2.4 Manifestasi Klinis

Adapun gejala-gejala yang mungkin timbul pada masalah ensefalitis adalah :

a. Panas badan meningkat.

b. Sakit kepala.

c. Muntah-muntah lethargi.

d. Kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.

e. Gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku.

f. Gangguan penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang.

2.5 Klasifikasi

Ensefalitis diklasifikasikan menjadi :

a. Ensefalitis Supurativa

1) Patogenesis

Peradangan dapat menjalar ke jaringan otak dari otitis media, mastoiditis, sinusitis, atau dari

piema yang berasal dari radang, abses di dalam paru, bronkiektasi, empiema, osteomeylitis

Page 5: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

5

cranium, fraktur terbuka, trauma yang menembus ke dalam otak dan tromboflebitis. Reaksi

dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema, kongesti yang disusul

dengan pelunakan dan pembentukan abses. Disekeliling daerah yang meradang

berproliferasi jaringan ikat dan astrosit yang membentuk kapsula. Bila kapsula pecah

terbentuklah abses yang masuk ventrikel.

b. Manifestasi Klinis

Secara umum gejala yang timbul dapat berupa trias ensefalitis seperti :

1) Demam.

2) Kejang.

3) Kesadaran menurun.

4) Bila ensefalitis berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala infeksi umum, tanda-

tanda meningkatnya tekanan intrakranial yaitu nyeri kepala yang kronik dan progresif, muntah,

penglihatan kabur, kejang, dan kesadaran menurun.

5) Pada pemeriksaan mungkin terdapat edema papil.

6) Tanda-tanda defisit neurologis tergantung pada lokasi dan luas abses.

c. Terapi pada ensefalitis supurativa adalah dengan pemberian:

1) Ampisillin 4 x 3-4 g per oral selama 10 hari.

2) Cloramphenicol 4 x 1g/24 jam intra vena selama 10 hari.

b. Ensefalitis Siphylis

a. Patogenesis

Disebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi terjadi melalui permukaan tubuh umumnya

sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi melalui epithelium yang terluka, kuman tiba di sistem

limfatik, melalui kelenjar limfe kuman diserap darah sehingga terjadi spiroketemia. Hal ini

berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi susunan saraf pusat. Treponema pallidum akan

tersebar diseluruh korteks serebri dan bagian-bagian lain susunan saraf pusat.

b. Manifestasi Klinis

Adapun gejala ensefalitis sifilis terdiri dari dua bagian yaitu :

1) Gejala-gejala neurologis

a) Kejang-kejang yang datang dalam serangan-serangan.

Page 6: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

6

b) Afasia.

c) Apraksia.

d) Hemianopsia.

e) Penurunan kesadaran

f) Pupil Agryll- Robertson.

g) Nervus opticus dapat mengalami atrofi.

h) Pada stadium akhir timbul gangguanan-gangguan motorik yang bersifat progresif.

2) Gejala-gejala mental

a) Timbulnya proses dimensia yang progresif.

b) Intelgensia yang mundur perlahan-lahan yang mula-mula tampak pada kurang efektifnya kerja.

c) Daya konsentrasi mundur.

d) Daya ingat berkurang.

e) Daya pengkajian terganggu.

c. Terapi pada ensefalitis siphylis

1) Penisillin G 12-24 juta unit/hari dibagi 6 dosis selama 14 hari.

2) Penisillin prokain G 2,4 juta unit/hari intra muskular + probenesid 4x500mg oral 14 hari.

3) Bila alergi pada penisilin, maka bisa diberikan :

a) Tetrasiklin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari.

b) Eritromisin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari.

c) Cloramfenicol 4 x 1 g intra vena selama 6 minggu.

d) Seftriaxon 2 g intra vena/intra muscular selama 14 hari.

c. Ensefalitis Virus

Adapun virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia adalah sebagai berikut :

a. Virus RNA

1) Paramikso virus : virus parotitis, irus morbili.

2) Rabdovirus : virus rabies.

Page 7: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

7

3) Togavirus : virus rubella flavivirus (virus ensefalitis Jepang B, virus dengue).

4) Picornavirus : enterovirus (virus polio, coxsackie A, B, echovirus).

5) Arenavirus: virus koriomeningitis limfositoria.

b. Virus DNA

1) Herpes virus : herpes zoster-varisella, herpes simpleks, sitomegalivirus, virus Epstein-barr Poxvirus :

variola, vaksinia.

2) Retrovirus: AIDS.

c. Manifestai Klinis

1) Demam.

2) Nyeri kepala

3) Vertigo.

4) Nyeri badan.

5) Nausea.

6) Kesadaran menurun.

7) Kejang-kejang.

8) Kaku kuduk.

9) Hemiparesis dan paralysis bulbaris.

d. Terapi pada ensefalitis karena virus

1) Pengobatan simtomatis

a) Analgetik dan antipiretik : Asam mefenamat 4 x 500 mg.

b) Anticonvulsi : Phenitoin 50 mg/ml intravena 2 x sehari.

2) Pengobatan antivirus diberikan pada ensefalitis virus dengan penyebab herpes zoster-varicella.

3) Asiclovir 10 mg/kgBB intra vena 3 x sehari selama 10 hari atau 200 mg peroral tiap 4 jam selama 10

hari.

d. Ensefalitis Karena Parasit

a. Malaria Serebral

Page 8: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

8

Plasmodium falsifarum penyebab terjadinya malaria serebral. Gangguan utama terdapat

didalam pembuluh darah mengenai parasit. Sel darah merah yang terinfeksi plasmodium falsifarum

akan melekat satu sama lainnya sehingga menimbulkan penyumbatan-penyumbatan. Hemorrhagic

petechia dan nekrosis fokal yang tersebar secara difus ditemukan pada selaput otak dan jaringan

otak.

Gejala-gejala yang timbul adalah demam tinggi, kesadaran menurun hingga koma. Kelainan

neurologik tergantung pada lokasi kerusakan-kerusakan yang terjadi.

b. Toxoplasmosis

Toxoplasma gondii pada orang dewasa biasanya tidak menimbulkan gejala-gejala kecuali

dalam keadaan dengan daya imunitas menurun. Didalam tubuh manusia parasit ini dapat bertahan

dalam bentuk kista terutama di otot dan jaringan otak.

c. Amebiasis

Amuba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung ketika berenang di air yang

terinfeksi dan kemudian menimbulkan meningoencefalitis akut.

Gejala-gejalanya adalah demam akut, nausea, muntah, nyeri kepala, kaku kuduk dan

kesadaran menurun.

d. Sistiserkosis

Cysticercus cellulosae ialah stadium larva taenia. Larva menembus mukosa dan masuk

kedalam pembuluh darah, menyebar ke seluruh badan. Larva dapat tumbuh menjadi sistiserkus,

berbentuk kista di dalam ventrikel dan parenkim otak. Bentuk rasemosanya tumbuh didalam

meninges atau tersebar didalam sisterna. Jaringan akan bereaksi dan membentuk kapsula

disekitarnya. Gejala-gejala neurologik yang timbul tergantung pada lokasi kerusakan yang terjadi.

e. Terapi pada ensefalitis karena parasit

1) Malaria serebral : Kinin 10 mg/KgBB dalam infuse selama 4 jam, setiap 8 jam hingga tampak

perbaikan.

2) Toxoplasmosi

a) Sulfadiasin 100 mg/KgBB per oral selama 1 bulan.

b) Pirimetasin 1 mg/KgBB per oral selama 1 bulan.

c) Spiramisin 3 x 500 mg/hari.

3) Amebiasis : Rifampicin 8 mg/KgBB/hari.

e. Ensefalitis Karena Fungus

Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain : candida albicans, Cryptococcus

neoformans, Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus dan Mucor mycosis. Gambaran yang ditimbulkan

Page 9: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

9

infeksi fungus pada sistem saraf pusat ialah meningo-ensefalitis purulenta. Faktor yang

memudahkan timbulnya infeksi adalah daya imunitas yang menurun.

a. Terapi pada ensefalitis karena fungus

1) Amfoterisin 0,1- 0,25 g/KgBB/hari intravena 2 hari sekali minimal 6 minggu.

2) Mikonazol 30 mg/KgBB intra vena selama 6 minggu.

f. Riketsiosis Serebri

Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat menyebabkan

Ensefalitis. Di dalam dinding pembuluh darah timbul noduli yang terdiri atas sebukan sel-sel

mononuclear, yang terdapat pula disekitar pembuluh darah di dalam jaringan otak. Didalam

pembuluh darah yang terkena akan terjadi trombosis.

Gejala-gejalanya ialah nyeri kepala, demam, sukar tidur, kemudian mungkin kesadaran dapat

menurun. Gejala-gejala neurologik menunjukan lesi yang tersebar.

a. Terapi pada riketsiosis serebri

1) Cloramphenicol 4 x 1 g intra vena selama 10 hari.

2) Tetrasiklin 4x 500 mg per oral selama 10 hari.

2.6 WOC Ensefalitis

Virus / Bakteri

Mengenai CNS

Ensefalitis

TIK

Kejaringan Susunan Saraf Pusat

Panas/sakit kepala

Disfungsi hipotalamus

Hipertermi

Kerusakan Susunan Saraf Pusat

- Gangguan penglihatan

Page 10: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

10

- Kejang spastik

- Gangguan bicara

- Gangguan pendengaran

- Kelemahan gerak

Resiko cedera

Gangguan rasa nyaman

Inflamatorykepala

Hipertemi

Hipermetabolik

Gangguan sensorik dan motorik

2.7 Pemeriksaan Penunjang

a. Biakan :

1) Dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk mendapatkan hasil yang

positif.

2) Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat gambaran jenis kuman

dan sensitivitas terhadap antibiotika.

3) Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif .

4) Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur positif.

b. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji neutralisasi. Pada

pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM dapat dijumpai pada awal gejala

penyakit timbul.

c. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.

d. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang ditemukan sedikit

peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.

Page 11: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

11

e. EEG/ Electroencephalography EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah sesuai

dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah,

abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan

kecepatan. (Smeltzer, 2002).

f. CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa pula didapat hasil

edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti Ensefalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada

lobus inferomedial temporal dan lobus frontal (Victor, 2001).

2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dilakukan pada ensefalitis antara lain :

a. Isolasi : isolasi bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan pencegahan.

b. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur. Obat yang mungkin dianjurkan oleh dokter :

1) Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.

2) Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.

3) Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral acyclovir secara signifikan dapat

menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena

dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari untuk mencegah kekambuhan

(Victor, 2001).

4) Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara polifragmasi.

c. Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial : manajemen edema otak

1) Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan : jenis dan jumlah cairan yang diberikan tergantung

keadaan anak.

2) Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dalam pipa giving set untuk

menghilangkan edema otak.

3) Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk menghilangkan edema

otak.

d. Mengontrol kejang : Obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas kejang. Obat yang

diberikan ialah valium dan atau luminal.

1) Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali.

2) Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis yang sama.

3) Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip dengan dosis 5

mg/kgBB/24 jam.

Page 12: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

12

e. Mempertahankan ventilasi : Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai kebutuhan (2-3l/menit).

f. Penatalaksanaan shock septik.

g. Mengontrol perubahan suhu lingkungan.

h. Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh yang mempunyai

pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher, ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis

dan di atas kepala. Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan phenergan 4

mg/kgBB/hari secara intravena atau intramuscular dibagi dalam 3 kali pemberian. Dapat juga

diberikan antipiretikum seperti asetosal atau parasetamol bila keadaan telah memungkinkan

pemberian obat per oral (Hassan, 1997).

2.9 Asuhan Keperawatan Masalah Ensefalitis

2.9.1 Pengkajian

a. Identitas : Ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.

b. Keluhan Utama, berupa panas badan meningkat, kejang, dan kesadaran menurun.

c. Riwayat Penyakit Sekarang : Mula-mula anak rewel, gelisah, muntah-muntah, panas badan

meningkat kurang lebih 1-4 hari, sakit kepala.

d. Riwayat Penyakit Dahulu : Klien sebelumnya menderita batuk, pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah

menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung, telinga dan tenggorokan.

e. Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus

contoh : Herpes dan lain-lain. Bakteri contoh : Staphylococcus Aureus,Streptococcus, E, Coli, dan

lain-lain.

f. Imunisasi : Kapan terakhir diberi imunisasi DTP, karena ensefalitis dapat terjadi pada post imunisasi

pertusis.

a. Pola-pola Fungsi Kesehatan

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.

a) Kebiasaan : sumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur, kebiasaan buang air besar di WC,

lingkungan penduduk yang berdesaan (daerah kumuh).

b) Status Ekonomi: Biasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah.

2) Pola nutrisi dan metabolisme

a) Menyepelekan anak yang sakit, tanpa pengobatan yang semestinya.

Page 13: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

13

b) Biasanya klien dengan gizi kurang asupan makanan dan cairan dalam jumlah kurang dari kebutuhan

tubuh.

c) Pada klien dengan Ensefalitis biasanya ditandai dengan adanya mual, muntah, kepala pusing, dan

kelelahan.

d) Status Gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh. Postur tubuh biasanya kurus, rambut merah

karena kekurangan vitamin A, berat badan kurang dari normal.

3) Pola eliminasi

a) Kebiasaan Defekasi sehari-hari. Biasanya pada klien Ensefalitis karena klien tidak dapat melakukan

mobilisasi maka dapat terjadi obstivasi.

b) Kebiasaan BAK sehari-hari. Biasanya pada klien Ensefalitis kebiasaan miksi normal frekuensi normal.

c) Jika terjadi gangguan kebutuhan cairan maka produksi urine akan menurun, konsentrasi urine pekat.

4) Pola tidur dan istirahat. Biasanya pola tidur dan istirahat pada klien Ensefalitis biasanya tidak dapat

dikaji karena klien sering mengalami apatis sampai koma.

5) Pola Aktivitas

a) Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan karena klien Ensefalitis mengalami kelemahan

penurunan kesadaran.

b) Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerak dilakukan latihan positif.

c) Upaya pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada klien gizi buruk maka dilakukan latihan pasif

sesuai ROM.

d) Kekuatan otot berkurang karena klien Ensefalitis dengan gizi buruk .

e) Kesulitan yang dihadapi bila terjadi komplikasi ke jantung ,ginjal ,mudah terkena infeksi, anemia

berat, aktifitas fagosit turun, Hb turun, punurunan kadar albumin serum, gangguan pertumbuhan.

6) Pola hubungan dengan peran. Interaksi dengan keluarga atau orang lain biasanya pada klien dengan

Ensefalitis kurang karena kesadaran klien menurun mulai dari apatis sampai koma.

7) Pola persepsi dan pola diri. Pada klien Ensenfalitis umur > 4, pada persepsi dan konsep diri yang

meliputi Body Image, self Esteem, identitas deffusion deper sonalisasi belum bisa menunjukkan

perubahan.

8) Pola sensori dan kuanitif. Daya penciuman, rasa, raba, penglihatan, pendengaran tidak dapat

dievaluasi.

9) Pola reproduksi seksual. Bila anak laki-laki apakah testis sudah turun, fimosis ada/tidak.

10) Pola penanggulangan stres. Pada klien Ensefalitis karena terjadi gangguan kesadaran :

Page 14: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

14

a) Stress fisiologi ( anak hanya dapat mengeluarkan air mata saja , tidak bisa menangis dengan keras

(rewel) karena terjadi afasia.

b) Stress Psikologi tidak di evaluasi.

11) Pola tata nilai dan kepercayaan. Anak umur 18 bulan belum bisa dikaji.

2.9.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun

potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994). Diagnosa keperawatan

yang mungkin muncul pada masalah ensefalitis adalah :

a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.

b. Hipertemi b/d reaksi inflamasi.

c. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan saraf

pusat.

d. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.

2.9.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk

menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994). Intervensi

keperawatan pasien dengan masalah ensefalitis adalah :

a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.

Tujuan : Nyeri teratasi.

Kriteria hasil :

1) Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.

2) Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.

Page 15: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

15

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri :

Berikan tindakan nyaman.

Tindakan non analgetik dapat

menghilangkan ketidaknyamanan

dan memeperbesar efek terapi

analgetik.

Berikan lingkungan yang

tenang, ruangan agak gelap

sesuai indikasi.

Menurunkan reaksi terhadap

stimulasi dari luar atau sensitivitas

terhadap cahaya dan meningkatkan

istirahat/relaksasi.

Kaji intensitas nyeri. Untuk menentukan tindakan yang

akan dilakukan kemudian.

Tingkatkan tirah baring, bantu

kebutuhan perawatan diri

pasien.

Menurunkan gerakan yang dapat

meningkatkan nyeri.

Berikan latihan rentang gerak

aktif/pasif secara tepat dan

masase otot daerah leher/bahu.

Dapat membantu merelaksasikan

ketegangan otot yang meningkatkan

reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman

tersebut.

Kolaborasi :

Berikanan algesik sesuai

indikasi.

Obat ini dapat digunakan untuk

meningkatkan kenyamanan

/istirahat umum.

b. Hipertermi b/d reaksi inflamasi.

Tujuan : Suhu tubuh normal.

Kriteria hasil : Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri : 1

Pantau suhu pasien, perhatikan

menggigil/ diaforesis.

Suhu 38,9-41,1 C menunjukkan

proses penyakit infeksius akut.

Pantau suhu lingkungan, batasi

/ tambahkan linen tempat tidur

Suhu ruangan/jumlah selimut harus

diubah untuk mempertahankan suhu

Page 16: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

16

sesuai indikasi. mendekati normal.

Berikan kompres mandi hangat,

hindari penggunaan alkohol.

Dapat membantu mengurangi

demam.

Kolaborasi :

Berikan antipiretik sesuai

indikasi.

Digunakan untuk mengurangi

demam dengan aksi sentralnya pada

hipotalamus.

c. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan saraf

pusat.

Tujuan : Memulai/mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi perseptual.

Kriteria hasil : Mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residual.

Mendemonstrasikan perilaku untuk mengkompensasi terhadap hasil.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri :

Lihat kembali proses patologis

kondisi individual.

Kesadaran akan tipe/daerah yang

terkena membantu. dalam

mengkaji/ mengantisipasi defisit

spesifik dan keperawatan

Evaluasi adanya gangguan

penglihatan

Munculnya gangguan penglihatan

dapat berdampak negatif terhadap

kemampuan pasien untuk

menerima lingkungan.

Ciptakan lingkungan yang

sederhana, pindahkan perabot yang

membahayakan.

Menurunkan/ membatasi jumlah

stimuli yang mungkin dapat

menimbulkan kebingungan bagi

pasien.

d. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.

Tujuan : Tidak terjadi kontraktur.

Ktiteria hasil : Tidak terjadi kekakuan sendi.

Dapat menggerakkan anggota tubuh.

Page 17: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

17

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri: Berikan penjelasan

pada keluarga klien tentang penyebab

terjadinya spastik dan terjadi kekacauan

sendi.

Dengan diberi penjelasan diharapkan

keluarga mengerti dan mau membantu

program perawatan.

Lakukan latihan pasif mulai ujung ruas jari

secara bertahap.

Melatih melemaskan otot-otot,

mencegah kontraktor.

Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam.

Dengan melakukan perubahan posisi

diharapkan perfusi ke Jaringan lancar,

meningkatkan daya pertahanan tubuh.

Kolaborasi untuk pemberian pengobatan

spastik dilantin / valium sesuai Indikasi.

Diberi dilantin / valium , kejang / spastik

hilang.

2.9.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah

disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Implementasi keperawatan pasien dengan masalah

ensefalitis meliputi :

a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.

NO IMPLEMENTASI

1 Memberikan tindakan nyaman.

2 Memberikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap

sesuai indikasi.

3 Mengkaji intensitas nyeri.

4 Meningkatkan tirah baring, bantu kebutuhan perawatan diri

pasien.

5 Memberikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan

masase otot daerah leher/bahu.

6 Berkolaborasi untuk pemberian analgesik sesuai indikasi.

b. Hipertermi b/d reaksi inflamasi

NO IMPLEMENTASI

Page 18: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

18

1 Memantau suhu pasien, perhatikan menggigil/ diaforesis.

2 Memantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat

tidur sesuai indikasi.

3 Memberikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan

alkohol.

4 Berkolaborasi untuk pemberian antipiretik sesuai indikasi.

c. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan saraf

pusat.

NO IMPLEMENTASI

1 Melihat kembali proses patologis kondisi individual.

2 Mengevaluasi adanya gangguan penglihatan

3 Menciptakan lingkungan yang sederhana, pindahkan perabot

yang membahayakan.

d. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.

NO IMPLEMENTASI

1 Memberikan penjelasan pada keluarga klien tentang penyebab

terjadinya spastik dan terjadi kekacauan sendi.

2 Melakukan latihan pasif mulai ujung ruas jari secara bertahap.

3 melakukan perubahan posisi setiap 2 jam.

4 Berkolaborasi untuk pemberian pengobatan spastik dilantin /

valium sesuai Indikasi.

2.9.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan

tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien,

keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28) Evaluasi pada pasien dengan

masalah ensefalitis adalah :

Page 19: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

19

a. Pemenuhan nutrisi pasien adekuat.

b. Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol.

c. Tidak mengalami kejang atau cedera lainnya.

2.10Aspek Dan Etis

Etik adalah studi tentang prilaku, karakter dan motif yang baik, serta ditekankan

pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang (fundamental).

a. Etik dalam keperawatan

Untuk menjadi perawat yang profesional perawat tersebut harus mampu secara

aktif berpartisipasi dengan klien dalam menjalankan praktik keperawatan, yaitu dengan

cara bertanggung jawab dan tanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan.

b. Cara pengambilan keputusan yang etis

1. Menunjukkan maksud dan tujuan yang baik.

2. Mengidentifikasi semua orang penting.

3. Mengumpulkan informasi yang relevan.

4. Mengidentifikasi prinsip etis yang penting.

5. Mengusulkan tindakan alternatif.

6. Melakukan tindakan.

c. Prinsip-prinsip Etika Keperawatan

Etika berkenaan dengan pengkajian kehidupan moral secara sistematis dan dirancang untuk

melihat apa yang harus dikerjakan, apa yang harus dipertimbangkan sebelum tindakan tersebut

dilakukan, dan ini menjadi acuan untuk melihat suatu tindakan benar atau salah secara moral.

Terdapat beberapa prinsip etik dalam pelayanan kesehatan dan keperawatan yaitu :

a. Otonomi (penentu pilihan)

Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil keputusan

sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari keunikan induvidu secara

holistik.

b. Beneficience (do good)

Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban untuk melakukan

dengan baik, yaitu mengimplemtasikan tindakan yang mengutungkan klien dan keluarga.

c. Justice (perlakuan adil)

Page 20: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

20

Perawat hendaknya mengambil keputusan dengan menggunakan rasa keadilan.

d. Non maleficience (do no harm)

Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan bahaya bagi

kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik keperawatan. Bahaya dapat

berarti dengan sengaja membahayakan, resiko membahayakan, dan bahaya yang tidak disengaja.

e. Fidelity (setia)

Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh seseorang.

f. Veracity (kebenaran)

Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran. Sebagian besar anak-anak diajarkan untuk

selalu berkata jujur, tetapi bagi orang dewasa, pilihannya sering kali kurang jelas.

g. Moral right

Hak-hak klien harus dihargai dan dilindungi. Hak-hak tersebut menyangkut kehidupan,

kebahagiaan, kebebasan, privacy, self-determination, perlakuan adil dan integritas diri.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa,

jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000). Ensefalitis disebabkan oleh bakteri, virus, parasit,

fungus dan riketsia. Ensefalitis diklasifikasikan menjadi :

a. Ensefalitis supurativa.

b. Ensefalitis siphylis.

c. Ensefalitis virus.

d. Ensefalitis karena parasit : malaria serebral, toxoplasmosis, amebiasis dan sistiserkosis.

Page 21: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

21

e. Ensefalitis karena fungus.

f. Riketsiosis serebri.

Penatalaksaan pada masalah ini dilakukan sesuai dengan penyebab terjadinya ensefalitis

tersebut, antara lain seperti : pemberian antibiotik, antifungi, antiparasit, antivirus dan pengobatan

simptomatis berupa pemberian analgetik antipiretik serta antikonvulsi.

3.2 Saran

Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab dengan kondisi fisik yang

sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas sehari-harinya tanpa mengalami hambatan. Maka

menjaga kesehatan seluruh organ yang berada didalam tubuh menjadi sangat penting mengingat

betapa berpengaruhnya sistem organ tersebut terhadap kelangsungan hidup serta aktifitas

seseorang.

DAFTAR PUSTAKA

1. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ensefalitis.

(online). http://bkp2011.blogspot. com /2011/03/asuhan-keperawatan-pada-

pasien_24.html, diakses tanggal 16 Oktober 2011 pukul 10.00

2. Arif, Mansur. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius

3. Doengoes, Marilynn.E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

4. http://www.perfspot.com/docs/doc.asp?id=18608

5. http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/ensefalitis/

Page 22: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

22

LAPORAN PENDAHULUAN

ENCEPHALITIS

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

KEPERAWATAN DEWASA 8

OLEH :

RIATY S

PRODI S1 KEPERAWATAN

Page 23: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

23

STIKES MITRA BUNDA PERSADA BATAM

2013

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI

Encephalitis adalah infeksi jaringan atas oleh berbagai macam

mikroorganisme (Ilmu Kesehatan Anak, 2006).

Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus

atau mikroorganisme lain yang non-purulen (+).

(Pedoman diagnosis dan terapi, 2002).

Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri

cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus

(Kapita selekta kedokteran jilid 2, 2000).

Ensefalitis menurut Mansjoer dkk,(2000) adalah radang jaringan otak yang

dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa.

2. KLASIFIKASI

Klasifikasi menurut Soedarmo dkk, (2008) adalah:

a. Ensefalitis fatal yang biasanya didahului oleh viremia dan perkembang

biakan virus ekstraneural yang hebat

b. Ensefalitis subklinis yang biasanya didahului viremia ringan, infeksi otak

lambat dan kerusakan otak ringan

Page 24: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

24

c. Infeksi asimptomatik yang ditandai oleh hampir tidak adanya viremia,

sangat terbatasnya replikasi ekstraneural

3. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Menurut Setiadi, (2007) sistem syaraf adalah salah satu organ yang berfungsi

untuk menyelenggarakan kerja sama yang rapih dalam organisasi dan

koordinasi kegiatan tubuh. Dengan pertolongan syaraf kita dapat mengisap

suatu rangsangan dari luar pengndalian pekerja otot.

a. Sel sel pada sistem syaraf

1) Neuron

Unit fungsional sistem syaraf yang terdiri dari : Badan Sel, yaitu

bagian yang mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron.

Sedangakan Akson adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan

lebih panjang dari dendrit. Bagian ini mengahantarkan impuls

menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain atau ke ke badan sel

neuron yang menjadi asal akson ( arah menuju ke luar sel ). Maka,

Semua akson dalam sistem syaraf perifer di bungkus oleh lapisan

schwann ( neurolema ) yang di hasilkan oleh sel – sel

schwann.Kemudian mielin berfungsi sebagai insulator listrik dan

mempercepat hantaran impuls syaraf. Sedangkan Dendrit

adalah Perpanjang sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek

yang berfungsi sebagai penghantar impuls ke sel tubuh.

2) Neuroglial

Sel penunjang tambahan pada susunan syaraf pusat yang berfungsi

sebagai jaringan ikat yang mensuport sel dan nervous sistem.

3) Sistam komunikasi sel

Rangsangan ini di sebut stimulus, sedangkan yang di hasilkan

dinamakan respon. Alat penghantar stimulus yang berfungsi menerima

rangsangan disebut reseptor,sedangkan yang menjawab stimulus di

sebut efektor seperti otot,sel , kelenjar atau sebagainya.

b. Sistem Syaraf Pusat

1) Perkembangan Otak

Page 25: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

25

Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak) berkembang dari

sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran

otak awal,yaitu:

a) Otak depan menjadi hamisfer serebri, korpus striatum, talamus,

serta hipotalamus. Fungsinya menerima dan mengintegrasikan

informasi mengenai kesadaran dan emosi.

b) Otak tengah,mengkoordinir otot yang berhubunga

dengan penglihatan dan pendengaran. Otak ini menjadi tegmentum,

krus serebrium, korpus kuadriigeminus.

c) Otak belakang ( pons ), bagian otak yang menonjol kebnyakan

tersusun dari lapisan fiber ( berserat ) dan termasuk sel yang

terlibat dalam pengontrolan pernafasan.

c. Susunan Syaraf Perifer

Sistem syaraf perifer menyampaikan informasi antara jaringan dan saraf

pusat ( CNS ) dengan cara membawa signals dari syaraf pusat ke CNS.

Susunan syaraf terbagi menjadi 2, yaitu :

1) Susunan syaraf somatic

Susunan syaraf yang memiliki peranan yang spesifik untuk mengatur

aktivitas otot sadar atau serat lintang, jadi syraf ini melakuakan sistem

pergerakan otot yang di sengaja atau tanpa sengaja

2) Susunan syaraf otonom

Susunan syaraf yang mempunyai peranan penting mempengaruhi

pekerjaan otot sadar atau serat lntang, dengan membawa informasi ke

otot halus atau otot jantung yang dilakuakan otomatis.Menurut

fungsinya susunan syaraf otonom terdiri dari dua bagian yaitu:

a) Susunan syaraf simpatis

b) Susunan syaraf para simpatis (Setiadi,2007).

4. ETIOLOGI

a. Mikroorganisme : bakteri, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus.

Macam-macam Encephalitis virus :

1) Infeksi virus yang bersifat epidermik :

a) Golongan enterovirus = Poliomyelitis, virus coxsackie, virus

ECHO

Page 26: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

26

b) Golongan virus ARBO = Western equire encephalitis, St. louis

encephalitis, Eastern equire encephalitis, Japanese B.

encephalitis, Murray valley encephalitis.

b. Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, herpes simplek, herpes

zoster, limfogranuloma, mumps, limphotic, choriomeningitis dan jenis lain

yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.

c. Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella,

pasca vaksinia, pasca mononucleosis, infeksious dan jenis-jenis yang

mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.

5. PATOFISIOLOGI

Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah

masuk kedalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa

cara:

a. Setempat virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan

atau organ tertentu.

b. Penyebaran hematogen primer:virus masuk ke dalam darah Kemudian

menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.

c. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di Permukaan

selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf. Masa Prodromal

berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing,

muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat .

Gejala lain berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gamgguan

kesadaran, kejang. Kadang-kadang disertai tanda Neurologis tokal berupa

Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia, Paralisis syaraf otak

Page 27: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

27

6. MANIFESTASI KLINIS

a. Gejala klinis Encephalitis tidak spesifik, tergantung dari penyebab dan luas

dari daerah yang terkena infeksi. Umumnya didapatkan suhu yang

mendadak naik, sebelum kesadaran menurun, sering mengeluh nyeri

kepala, muntah sering ditemukan, lethargi, photofobi, kadang- kadang

desertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.

Gejala klinis lainnya adalah :

1) Terjadi peningkatan tekanan intarakraniaum,berupa nyeri kepala,

penurunan kesadaran, dan muntah

2) Terjadi demam akibat infeksi

3) Fotofobia (respon nyeri terhadap sinar) akibat iritasi saraf – saraf

kranial

Page 28: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

28

4) Ensefalitis biasanya memperlihatkan gejala awal yang dramatis berupa

delirium dan penurunan progresif kesadaran. Dapat timbul kejang dan

gerakan- gerakan abnormal (Corwin, 2001).

7. KOMPLIKASI a. Gangguan system pernafasan.

Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial

menyebabakan kompresi pada batang otak yang menyebabkan pernafasan

tidak teratur. Apabila tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan

terjadi paralisa otot pernafasan (F. Sri Susilaningsih, 2004)

b. Gangguan system kardiovaskuler.

Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik

pada daerah tersebut, hal ini akan merangsaang vasokonstriktor dan

menyebabkan tekanan darah meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor

menyebabkan meningkatnya transmitter rangsang parasimpatis ke jantung.

c. Gangguan system gastrointestinal.

Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan

intrakranial yang menstimulasi hipotalamus anterior dan nervus vagus

sehingga meningkatkan sekresi asam lambung. Dapat pula terjd diare

akibat terjadi peradangan sehingga terjadi hipermetabolisme (F. Sri

Susilanigsih, 2004).

d. Pertumbuhan dan perkembangan.

Pada setiap anak yang mengalami penyakit yang sifatnya kronuis atau

mengalami hospitalisasi yang lama, kemungkinan terjadinya gangguan

pertumbuhan dan perkembangan sangat besar. Hal ini disebabkan pada

keadaan sakit fungsi tubuh menurun termasuk fungsi social anak. Tahun-

tahun pertama pada anak merupakan “tahun emas” untuk kehidupannya.

Gangguan atau keterlambatan yang terjadi saat ini harus diatasi untuk

mencapai tugas –tugas pertumbuhan selanjutnya. Pengkajian pertumbuhna

dan perkembangan anak ini menjadi penting sebagai langkah awal

penanganan dan antisipasi

Page 29: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

29

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan cairan serebrospinal.

Warna dan jernih terdapat pleocytosis berkisar antara 50-200 sel dengan

dominasi sel limfosit. Protein agak meningkat sedangkan glucose dalam

batas normal.

b. Pemeriksaan EEG.

Memperlihatkan proses inflamasi yang difuse “bilateral” dengan aktivitas

rendah.

c. Pemeriksaan virus.

Ditemukan virus pada CNS didapatkan kenaikan titer antibody yang

spesifik terhadap virus penyebab.

9. PENATALAKSANAAN

a. Pengobatan penyebab :

Diberikan apabila jenis virus diketahui Herpes encephalitis : Adenosine

arabinose 15 mg/Kg BB/hari selama 5 hari.

b. Pengobatan suportif.

Sebagian besar pengobatan encephalitis adalah : pengobatan nonspesifik

yang bertujuan mempertahankan fungsi organ tubuh.

Pengobatan tersebut antara lain :

1) ABC (Airway breathing, circulation) harus dipertahankan sebaik-baiknya.

2) Pemberian makan secara adequate baik secara internal maupun parenteral

dengan memperhatikan jumlah kalori, protein, keseimbangan cairan

elektrolit dan vitamin.

3) Obat-obatan yang lain apabila diperlukan agar keadaan umum penderita

tidak bertambah jelek.

10. PEMERIKSAAN FISIK

Pada klien ensepalitis pemeriksaan fisik lebih difokuskan pada pemeriksaan

neurologis. Ruang lingkup pengkajian fisik keperawatan secara umum

meliputi :

a. Keadaan umum

Penderita biasanya keadaan umumnya lemah karena mengalami

peruibahan atau penurunan tingkat kesadaran. Gangguan tingkat kesadaran

Page 30: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

30

dapat disebabkan oleh gangguan metablisme dan difusi serebral yang

berkaitan dengan kegagalan neural akibat proses peradangan otak.

b. Gangguan sistem pernafasan

Perubahanperubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial

menyebabkan kompresi pada batang otak yang menyebabkan pernafasan

tidak teratur. Apabila tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan

terjadi paralisa otot pernafasan (F. Sri Susilaningsih, 1994).

c. Gangguan sistem kardiovaskuler

Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik pad

adaerah tersebut. Hal ini akan merangsang vasokonstriktor dan

menyebabkan tekanan darah meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor

menyebabkan meningkatnya transmiter rangsang parasimpatis ke jantung.

d. Gangguan sistem gastrointestinal

Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan

intrakranial yang menstimulasi hipotalamus anterior dan nervus vagus

sehingga meningkatkan sekresi asam lambung. Dapat pula terjadi diare

akibat terjadi peradangan sehingga terjadi hipermetabolisme (F. Sri

Susilaningsih, 1994).

11. ACTIVITY DAILY LIVING (ADL)

Pada penderita ensepatilitis sering terjadi gangguan pada kebiasaan sehari-hari

antara lain : gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi karena mual muntah,

hipermetabolik akibat proses infeksi dan peningkatan tekanan intrakranial.

Pola istirahat pada penderita sering kejang, hal ini sangat mempengaruhi

penderita. Pola kebersihan diri harus dilakukan di atas tempat tidur karena

penderita lemah atau tidka sadar dan cenderung tergantung pada orang lain,

perilaku bermain perlu diketahui jika ada perubahan untuk mengetahui akibat

hospitalisasi fisik.

Page 31: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

31

ADL Sehat Sakit

Nutrisi Diet makan dirumah, apakah

klien pernah mengalami masalah

dalam makan, ada tidaknya nyeri

ulu hati, ada tidaknya alergi

terhadap makanan, apakah ada

keluhan dalam mengunyah, dan

berat badan

Perlu dikaji keadaan makan dan

minum pasien meliputi : porsi

yang dihabiskan susunan menu,

keluhan mual dan muntah, serta

kemandirian dalam melakukan

makan dan minum.

Istirahat

tidur

Kebiasaan tidur siang dan malam,

berapa jam sehari dan apakan ada

kesulitan waktu tidur

Bagaimana perubahannya setelah

sakit, pasien angina pectoris

sering terbangun dan susah tidur

karena nyeri dada dan sesak nafas

Aktifitas Meliputi pekerjaan klien, jenis

pekerjaan berat atau tidak.

Aktivitas selama di rumah sakit

apakah ada kesenjangan yang

berarti misalnya pembatasan

aktifitas, pada klien ini biasanya

terjadi perubahan aktifitas karena

sesak nafas saat aktifitas

Eliminasi Pola BAB di rumah, apakah klien

menggunakan laksatif,

karakter feses, apakah mengalami

konstipasi, apakah ada riwayat

hemoroid.

Pola BAK apakah lancar dalam

mengeluarkan urine, apakah ada

masalah dengan perkemihan

Mengkaji kebiasaan eliminasi alvi

dan uri meliputi jumlah, warna,

apakah ada gangguan

Personal

Hygiene

Meliputi penampilan, kondisi

kulit kepala klien, kebersihan

kuku, mulut, frekuensi mandai

dalam 1 hari.

Mengkaji kebersihan personal

Hygiene meliputi mandi,

kebersihan badan, gigi dan mulut,

rambut, kuku, pakaian dan

kemampuan serta kemandirian

dalam melakukan kebersihan diri

Page 32: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

32

12. ANALISA DATA YANG MUNGKIN MUNCUL

Data Analisa Masalah

(Pohon Masalah)

Masalah

Keperawatan

Data Subjektif :

klein melaporkan sakit

kepala, nyeri otot,

prilaku distraksi,

perilaku berlindung,

tegangan muskuler,

perubahan TTV.

Data Objektif :

Virus,bakteri,jamur dll

Masuk kedalam tubuh

Merasngsang sistem pertahanan tubuh

Reaksi antigen dan antibody

inflamasi

Pelepasan Mediator kimia

Merangsang sel saraf nyeri

Nyeri

Nyeri

Data Subjektif :

Data Objektif :

Virus,bakteri,jamur dll

Masuk kedalam tubuh

Merasngsang sistem pertahanan tubuh

Reaksi antigen dan antibody

ENCEPHALITIS

TIK

Mual dan muntah

Intake nutrisi ↓

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Resiko gangguan

pemenuhan

kebutuhan nutrisi

Data Subjektif :

Data Objektif :

ENCEPHALITIS

TIK

Mual dan muntah

Intake nutrisi ↓

Gangguan mobilitas

fisik

Page 33: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

33

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ↓

Suplai O2 ke jaringan ↓

Metabolisme ↓

Produksi energi ↓

ATP ↓

Kelemahan

Gangguan mobilitas fisik

13. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

a. Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi/inflamasi

b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan b/d tidak adekuatnya intake

c. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskuler, penurunan

kekuatan/ketahanan dan energi.

14. ASUHAN KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

a. Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi/inflamasi

Tujuan: Melaporkan nyeri hilang/terkontrol ditandai dengan :

menunjukkan postur rileks dan mampu istirahat/tidur dengan tepat

Rencana intervensi Rasional

Berikan lingkungan yang tenang, ruangan

agak gelap sesuai dengan indikasi

Letakkan kantung es pada kepala, pakaian

dingin diatas mata

Tingkat tirah baring, bantulah kebutuhan

Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari

luar atau sensitifitas pada cahaya dan

meningkatkan istirahat/rileksasi

Meningkat kan vasokonstriksi, menumpulkan

resepsi sensorik yang selanjutnya akan

menurunkan nyeri

Menurunkan gerakan yang dapat

Page 34: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

34

perawatan diri yang penting

Dukung untuk menemukan posisi yang

nyaman sperti kepala agak tinggi sedikit

pada meningitis

Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif

secara tepat dan masase otot daerah leher dan

bahu.

Berikan analgetik seperti asetaminofen,

kodein

meningkatkan nyeri

.Menurunkan iritasi meningeal, resultan

ketidaknyamanan lebih lanjut

Dapat membatu merelsasikan ketegangan

otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau

rasa tidak nyaman tersebut.

Mungkin diperlukan untuk menghilangkan

nyeri yang berat, catatan : narkotik mungkin

merupakan kotra indikasi sehingga

menimbulkan ketidakakuratan dalam

pemeriksaaan neurologis

b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan b/d tidak adekuatnya intake

Tujuan : klien akan menunjukkan pemenuhan nutrisi adekuat dengan

criteria : BB dalam batas normal, nafsu makan baik/meningkat, tidak

ditemukan defisiensi nutrisi

Rencana intervensi Rasional

Kaji riwayat nutrisi, makanan yang disukai

Kaji antropometri setiap hari

Berikan intake makanan TKTP, mineral atau

vitamin

Mengidentifikasi defisiensi serta pemberian

intervensi

Perubahan antropometri mengindikasikan

perubahan status nutrisi

Diet TKTP mineral dan vitamin dapat

memenuhi kebutuhan gizi bagi klien

Page 35: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

35

Tingkatkan frekuensi makan. Berikan diet

halus, rendah serat. Hindari makan

pedas/terlalu asam

Berikan anti jamur/pencuci mulut, anestetik

jika diperlukan

Berikan suplemen nutrisi, misalnya ensure

bila diindikasikan

Bila ada lesi oral, nyeri dapat membatasi tipe

makanan yang dapat ditoleransi klien

Stomatitis biasanya ada pada PEM, untuk

meningkatkan penyembuhan jaringan mulut

dan memudahkan masukan diet

Meningkatkan masukan protein dan kalori

c. Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskuler, penurunan

kekuatan/ketahanan.

Tujuan : mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional

optimal yang ditunjukkan oleh tidak terdapatnya kontraktur, footdrop.

Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi umum.

Mempertahankan integritas kulit, fungsi kandung kemih dan usus.

Rencana intervensi Rasional

Kaji derajat imobilisasi pasien dengan

menggunakan skala ketergantungan (0-4)

Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk

menghindari kerusakan karena tekanan. Ubah

posisi pasien secara teratur dan buat sedikit

perubahan posisi antara waktu perubahan

posisi tersebut.

Pasien mampu mandiri(nilai 0), atau

memerlukan bantuan peralatan yang

minimal(nilai 1); memerlukan bantuan

sedang/dengan pengawasan/diajarkan(nilai

2); memerlukan bantuan/peralatan yang

terus-menerus dan alat khusus(nilai 3);

tergantung secara total pada pemberi

asuhan(nilai 4).

Perubahan posisi yang teratur menyebabkan

penyebaran terhadap berat badan dan

meningkatkan sirkulasi pada seluruh bagian

tubuh. Jika ada paralysis atau keterbatasan

kognitif, pasien harus diubah posisinya

Page 36: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

36

Berikan/Bantu untuk melakukan rentang

gerak

Berikan matras udara/air, terapi kinetic sesuai

dengan kebutuhan.

secara teratur dan posisi dari daerah yang

sakit hanya dalam jangka waktu yang sangat

terbatas.

Mempertahankan mobilisasi dan fungsi

sendi/posisi normal ekstremitas dan

menurunkan terjadinya vena yang statis.

Menyeinbangkan tekanan jaringan,

meningkatkan sirkulasi, dan membantu

meningkatkan arus balik vena untuk

menurunkan risiko terjadinya trauma

jaringan.

Page 37: 190285132-Askep-Encephalitis.pdf

37

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Setiadi. (2007). Anatomi Fisiologi Manusia.Yogyakarta: Graha Ilmu

Nursalam, et al.(2007). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak .Jakarta: EGC.

Wong, D.(2004).Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4.Jakarta:EGC

http://askepyoelisyam.blogspot.com/2013/01/laporan-pendahuluan-ensefalitis.html

http://askep-askep-motivasi.blogspot.com/2010/06/askep-encephalitis.html