18 bab 2repository.stiesia.ac.id/90/4/bab 2.pdf18 bab 2 tinjauan teoritis 2.1. pengertian persediaan...

35
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan yang secara kontinue diperoleh, diubah dan kemudian dijual kembali. Ada beberapa pendapat tentang pengertian persediaan yang pada dasarnya memiliki prinsip yang sama. Menurut Kartikahadi, (2002:278) dalam Akuntansi Keuangan berdasarkan SAK adalah : ”Salah satu aset lancar yang signifikan bagi perusahaan pada umumnya, terutama perusahaan dagang, manufaktur, pertanian, kehutanan, pertambangan, kontraktor bangunan, dan penjual jasa tertentu. Sedangkan menurut IAI No.2 Inventory dan PSAK No. 14 Persediaan : Persediaan adalah aset: 1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; 2. Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau 3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supllies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Terdapat poin penting terkait dengan definisi tersebut diatas adalah persediaan merupakan aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal. Ini berarti aset yang dikelompokkan sebagai persediaan adalah aset yang memang selalu dimaksudkan untuk dijual atau digunakan dalam proses produksi. 7

Upload: duonghanh

Post on 25-May-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

18

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Pengertian Persediaan

Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

yang secara kontinue diperoleh, diubah dan kemudian dijual kembali. Ada beberapa

pendapat tentang pengertian persediaan yang pada dasarnya memiliki prinsip yang

sama.

Menurut Kartikahadi, (2002:278) dalam Akuntansi Keuangan berdasarkan SAK

adalah : ”Salah satu aset lancar yang signifikan bagi perusahaan pada umumnya,

terutama perusahaan dagang, manufaktur, pertanian, kehutanan, pertambangan,

kontraktor bangunan, dan penjual jasa tertentu.

Sedangkan menurut IAI No.2 Inventory dan PSAK No. 14 Persediaan :

Persediaan adalah aset:

1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;

2. Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau

3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supllies) untuk digunakan dalam proses

produksi atau pemberian jasa.

Terdapat poin penting terkait dengan definisi tersebut diatas adalah persediaan

merupakan aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal. Ini berarti aset

yang dikelompokkan sebagai persediaan adalah aset yang memang selalu dimaksudkan

untuk dijual atau digunakan dalam proses produksi.

7

Page 2: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

19

a. Klasifikasi Persediaan

Dalam perusahaan manufaktur persediaan barang yang dimiliki terdiri dari

beberapa jenis. Pada umumnya persediaan dibedakan dalam tiga jenis, yaitu:

1) Bahan baku

Barang yang dibeli lalu kemudian akan dijual kembali melalui suatu proses

persediaan.

2) Barang dalam proses

Barang yang masih perlu diolah dalam proses produksi.

3) Barang jadi

Barang yang telah selesai diproduksi dan siap untuk dijual kepada konsumen.

b. Biaya persediaan

Untuk mengadakan persediaan suatu perusahaan tentu harus mengeluarkan biaya.

Biaya persediaan adalah biaya yang ditimbulkan oleh adanya persediaan yang dimiliki

oleh perusahaan. Biaya yang ada dalam persediaan terdiri dari variabel dan biaya tetap.

Biaya variabel merupakan biaya yang berubah-ubah karena adanya perubahan jumlah

persediaan yaitu merupakan biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh baik oleh jumlah

unit yang disimpan dalam perusahaan maupun frekuensi pemesanan bahan baku yang

dilaksanakan oleh perusahaan.

Page 3: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

20

Penggolongan biaya-biaya persediaan perusahaan menjadi lima yaitu:

1) Biaya pembelian

Biaya barang yang didapatkan dari pemasok, mencangkup biaya transportasi

atau biaya angkutan. Biaya ini biasanya merupakan kategori biaya terbesar dari

barang yang dijual. Diskon untuk ukuran pesanan pembelian yang berbeda dan

persyaratan kredit pemasok mempengaruhi biaya pembelian.

2) Biaya pemesanan

Biaya untuk menyiapkan dan mengeluarkan pesanan pembelian, menerima dan

memeriksa barang-barang yang termasuk dalam pesanan, dan mencocokkan

faktur yang diterima, pesanan, pembelian dan catatan pengiriman untuk

melakukan pembayaran. Biaya-biaya pemesanan meliputi: biaya untuk

mendapatkan persetujuan pembeliaan, dan juga biaya pemrosesan khusus

lainnya.

3) Biaya penyimpanan

Biaya yang muncul sewaktu menahan persediaan barang-barang yang dijual.

Biaya penyimpanan meliputi biaya peluang investasi yang terikat dalam

persediaan, dan biaya yang terkait dengan gudang, seperti sewa tempat, asuransi,

kadaluarsa, dan kerusakan.

4) Biaya persediaan habis (kehabisan persediaan cost)

Merupakan biaya yang dihasilkan bilamana sebuah perusahaan kehabisan

persediaan tertentu yang diminta pelanggan dan perusahaan harus bertindak

dengan cepat untuk memenuhi permintaan konsumen atau menderita kerugian

Page 4: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

21

karena tidak bisa memenuhi permintaan tersebut. Perusahaan mungkin

menanggapi kehabisan persediaan dengan mempercepat pesanan dari pemasok.

Biaya percepatan karena kehabisan persediaan meliputi biaya pemesanan

tambahan ditambah biaya transportasi yang terkait. Atau perusahaan bisa

mengalami kerugian penjualan yang diakibatkan kehabisan persediaan. Dalam

hal ini peluang biaya kehabisan persediaan meliputi marjin konstribusi yang

hilang karena penjualan tidak dapat dilakukan karena barang tidak ada dalam

persediaan, ditambah marjin kontribusi yang hilang pada penjualan masa

mendatang karena pelanggan enggan memesan yang disebabkan oleh kehabisan

persediaan.

5) Biaya kualitas

Biaya yang menjadi ketika fitur atau karateristik sebuah produk atau jasa tidak

sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Terdapat empat kategori:

a) Biaya pencegahan adalah biaya yang terjadi untuk menghalangi produksi

dari produksi yang tidak memenuhi spesifikasi.

b) Biaya penilaian adalah biaya yang terjadi untuk mendeteksi unit individu

mana yang tidak memenuhi spesifikasi.

c) Biaya kegagalan internal adalah biaya yang terjadi pada suatu produk yang

cacat sebelum dikirim ke pelanggan.

d) Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi pada produk yang cacat

setelah dikirimkan ke pelanggan.

Page 5: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

22

Dengan adanya biaya-biaya yang timbul karena penyelenggaraan

persediaan bahan baku maka harus dikembangkan tingkat persediaan bahan baku

yang optimum, yang memperhatikan semua kebutuhan untuk produksi,

penjadwalan dan keinginan konsumen. Pengelolaan yang baik tidak selalu

mesyaratkan tingkat persediaan yang rendah tetapi semua faktor-faktor harus

dipertimbangkan dan seimbang secara wajar.

c. Fungsi persediaan

Fungsi persediaan timbul disebabkan oleh tidak sesuainya permintaan, penyediaan

dan waktu yang digunakan untuk memproses bahan baku. Untuk menjaga

keseimbangan permintaan dengan penyediaan bahan baku dan waktu proses maka

diperlukan persediaan. Ada tiga fungsi persediaan secara umum yaitu:

1) Decoupling

Fungsi ini memungkinkan operasi-operasi perusahaan internal dan eksternal untuk

mempunyai kebebasan, dengan adanya persediaan Decoupling ini memungkinkan

permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier atau penyalur.

2) Economic lot sizing

Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan membeli

sumberdaya-sumberdaya yang dapat mengurangi biaya-biaya perunit.

3) Anticipating

Persediaan digunakan untuk menjaga kelancaran produksi karena perusahaan

mengalami ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang

Page 6: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

23

selama proses produksi, sehingga mengeluarkan persediaan ekstra yang sering

disebut persediaan pengaman.

d. Alasan pentingnya persediaan

Laba maksimal dapat dicapai dengan meminimalkan biaya yang berkaitan dengan

persediaan. Namun meminimalkan biaya persiapan dapat dicapai dengan

memesan/memproduksi dalam jumlah yang kecil, sedangkan untuk meminimalkan

biaya pemesanan dapat dicapai dengan melakukan pesanan yang besar dan jarang. Jadi

meminimalkan biaya penyimpanan mendorong jumlah persediaan yang sedikit/tidak

ada sedangkan meminimalkan biaya pemesanan harus dilakukan dengan melakukan

pemesanan persediaan dalam jumlah yang relatif besar sehingga mendorong jumlah

persediaan yang besar.

Menurut Supriyono (2002:299) alasan persediaan diperlukan atau penting dapat

digolongkan menjadi 3 alasan pokok, yaitu :

1) Menyeimbangkan kedua perangkat biaya sehingga biaya total untuk pemesanan

dan penyimpanan dapat diminimalisasikan

2) Menghadapi ketidakpastian permintaan

3) Memanfaatkan potongan harga dan menghindari kenaikan harga yang

diperkirakan.

Page 7: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

24

Secara umum alasan untuk memiliki persediaan adalah sebagai berikut:

a) Untuk menyeimbangkan biaya pemesanan atau persiapan dan biaya

penyimpanan.

b) Untuk memenuhi permintaan pelanggan, misalnya menepati tanggal pengiriman.

c) Untuk menghindari penutupan fasilitas manufaktur akibat :

Kerusakan mesin

1. Kerusakan komponen

2. Tidak tersedianya komponen

3. Pengiriman komponen yang lambat

d) Untuk menyanggah proses produksi yang tidak dapat diandalkan.

e) Untuk memanfaatkan diskon.

f) Untuk menghadapi kenaikan harga di masa yang akan datang.

e. Pengadaan bahan baku

Dalam perusahaan industri, bahan baku memegang peranan sangat penting,

sehingga kadang-kadang merupakan sebagian besar harta dari perusahaan. Setiap

perusahaan yang menyelenggarakan persediaan bahan baku dimaksudkan untuk

menunjang jalannya proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan. Cara

pengadaan bahan baku ini akan berbeda-beda untuk setiap perusahaan-perusahaan

tersebut, baik dalam jumlah unit dari persediaan bahan baku yang ada didalam

perusahaan, manajemen ataupun pengelolaannya.

Page 8: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

25

Ada beberapa alasan perusahaan menyelenggarakan atau mengadakan persediaan

bahan baku antara lain:

1) Bahan baku yang digunakan untuk diproses produksi dalam perusahaan tidak

dapat dibeli atau didatangkan satu per satu sebesar jumlah yang diperlukan serta

pada saat bahan baku itu akan dipergunakan untuk proses produksi.

2) Jika terdapat keadaan bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi tidak

ada dalam perusahaan, atau perusahaan tidak mempunyai persediaan bahan baku,

sedangkan bahan baku yang dipesan belum datang, maka proses produksi akan

terhenti karena tidak ada bahan baku untuk kegiatan proses produksi. proses

produksi ini akan dapat berjalan lagi apabila pesanan bahan baku sudah datang

atau membeli secara mendadak untuk keperluan proses produksi dan pada saat itu

dengan biaya yang lebih mahal.

3) Manajemen perusahaan harus dapat memutuskan untuk menyelenggarakan

persediaan bahan baku dalam unit yang cukup banyak, agar terhindar dari keadaan

kekurangan bahan baku.

f. Kebijakan Persediaan

1) Kuantitas pesanan

Menurut Hansen dan Mowen (1997:586) dalam mengembangkan persediaan,

ada dua keputusan untuk mengatur persediaan barang yaitu :

a) Berapa banyak barang atau bahan yang harus dipesan setiap kali pemesanan?

b) Kapan seharusnya pesanan dilakukan?

Page 9: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

26

Dengan asumsi permintaan diketahui dalam memilih kuantitas para pesanan

manager membutuhkan konsentrasi hanya dengan biaya pemesanan dan biaya

penyimpanan, dapat digambarkan dari pesanan sebagai berikut:

TC = PD : Q + CQ : 2

Dimana :

TC = Total biaya Pemesanan dan biaya penyimpanan

P = Biaya pemesanan setiap kali pesan

Q = Jumlah unit pesan setiap kali pesanan dilakukan

D = Permintaan per tahun yang diketahui

C = Biaya penyimpanan untuk satu unit persediaan, dalam satu tahun

Dengan perhitungan ini dapat ditentukan berapa biaya untuk menyimpan

persediaan dalam kuantitas tersebut. Tujuan utama perusahaan untuk menentukan

kuantitas pesanan yang dapat diminimumkan total biaya, kuantitas pesanan ini disebut

dengan Economic Order Quantity (EOQ).

Rumus EOQ =√

Pengertian kuantitas pemesanan ekonomis (EOQ) adalah kuantitas pemesanan

yang dapat meminimalisasikan biaya total pemesanan dan penyimpanan, untuk menjaga

kelancaran proses produksi tidak cukup hanya ditentukan berapa besar jumlah bahan

baku yang harus dibeli, tetapi juga harus ditentukan kapan bahan baku tersebut datang

tepat waktu yang dibutuhkan, saat di mana dilakukan pemesanan kembali atau reorder

point. Sebelum menentukan reorder point, yang harus kita ketahui terlebih dahulu

adalah waktu tunggu (lead time) yaitu waktu yang diperlukan untuk menerima pesanan.

Page 10: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

27

Dengan mengetahui waktu tunggu (lead time) maka EOQ dapat dihitung dengan ROP

(Reorder Point) sebagai berikut:

ROP = kebutuhan rata-rata bahan baku x waktu tunggu

Jika permintaan, waktu tunggu, jumlah yang dapat disediakan oleh supplier adalah

tidak pasti, maka kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan muncul. Untuk

menghindari masalah ini perusahaan mengatasi dengan persediaan pengaman (safety

stock). Persediaan pengaman merupakan persediaan ekstra yang disimpan sebagai

jaminan dalam menghadapi permintaan yang berfluktuasi dan kelangsungan proses

produksi perusahaan. Persediaan pengaman ini dapat diambil hanya dalam keadaan

darurat misalnya keterlambatan datangnya bahan baku yang disebabkan oleh hal-hal

yang tidak terduga. Persediaan pengaman ini dihitung dengan mengalikan waktu tunggu

dan selisih antara tingkat maksimum pemakaian dengan tingkat rata-rata pemakaian.

Dengan memperhitungkan tingkat persediaan pengaman, maka persamaan titik pesanan

kembali :

Reorder Point (ROP) + persediaan pengaman

2) Titik pemesanan kembali

Untuk menjaga kelancaran proses produksi tidak cukup hanya ditentukan

dengan besar jumlah bahan baku yang harus diteliti tetapi juga harus ditentukan

kapan bahan baku harus dipesan agar bahan baku tersebut dapat datang dengan tepat

pada waktunya. Saat dimana dilakukan pemesanan kembali atau reorder point,

maka mulai usaha melakukan pesanan sampai saat barang datang di gudang.

Page 11: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

28

Di dalam melakukan lead time ini dikenal dua macam biaya, yaitu :

a) Extra carrying cost (biaya penyimpanan)

Merupakan biaya penyimpanan yang harus dibayar oleh perusahaan karena

adanya surplus bahan baku, yaitu :

1. Biaya gudang

2. Biaya asuransi bahan baku

3. Biaya pemeliharaan bahan baku

4. Biaya ridak terpakainya bahan baku karena usang

b) Stock out cost (biaya kehabisan persediaan)

Merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan karena perusahaan

kekurangan bahan baku untuk keperluan proses produksinya. Untuk dapat

menetapkan kapan pemesanan dapat dilakukan kembali kita harus

memperbandingkan beberapa unsur, yaitu:

1. Waktu yang diperlukan untuk pengiriman

2. Jumlah safety stock

3. Tingkat pemakaian persediaan

3) Persediaan pengaman

Persediaan yang telah disebutkan diatas banyak perusahaan yang memandang

perlu menentukan persediaan minimal dari bahan baku yang harus dipertahankan

untuk menjamin kelangsungan proses produksi perusahaan, persediaan minimal

tersebut sebagai persediaan pengaman (safety stock).

Page 12: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

29

Dengan adanya persediaan pengaman ini diharapkan proses produksi tidak

terganggu oleh ketidakpastian bahan baku persediaan yang merupakan sejumlah

unit tertentu, jumlah ini akan tetap dipertahankan dan dapat diambil hanya dalam

keadaan darurat, misalnya keterlambatan datangnya bahan baku yang disebabkan

oleh hal-hal yang tidak terduga, faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya

persediaan pengaman suatu perusahaan yaitu :

a) Kebiasaan supplier menyerahkan bahan baku yang dipesan, apakah sudah tepat

waktu atau tidak.

b) Jumlah bahan baku yang dibeli setiap kali pemesanan.

c) Dapat diperkirakan atau tidaknya kebutuhan bahan baku secara tepat.

d) Perbandingan antara biaya penyimpanan bahan baku dan biaya ekstra

kehabisan bahan baku.

2.2. Just In Time

2.2.1 Filosofi Just In Time

Just In Time pertama kali dikembangkan di negara Jepang oleh perusahaan Toyota

pada dekade yang lalu, dan kemudian diadopsi oleh banyak Perusahaan Manufaktur di

Jepang dan Amerika Serikat seperti: Hewlet Packard, IBM, dan Harley Davidson. Salah

satu pendekatan untuk mengeliminasi pemborosan dalam perusahaan manufaktur telah

muncul yaitu suatu filosofi operasi yang disebut Just In Time. Just In Time merupakan

suatu filosofi operasi manajemen, yaitu sumber daya, termasuk material personel, dan

fasilitas yang digunakan dalam keadaan tepat waktu.

Page 13: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

30

Just In Time didasarkan arus kesinambungan (continous flow) dengan melakukan

perbaikan terus menerus untuk mendapatkan yang terbaik, menghilangkan pemborosan

dan memerlukan setiap karyawan bagian proses produksi bekerja sama dengan

komponen lainnya, yang kesemuanya harus berfungsi secara bersama-sama. Just In

Time merupakan filosofi yang dapat diterapkan pada semua aspek bisnis, yaitu meliputi

pembelian, produksi, dan pengiriman.

2.2.2 Pengertian Just In Time

Pada dasarnya pengertian Just In Time adalah tepat waktu, istilah ini digunakan

untuk menunjukan bahwa sebuah proses bisa mendapatkan tanggapan langsung

terhadap permintaan tanpa perlu proses menyediakan stock berlebihan. Just In Time

adalah filosofi yang terpusat pada penentuan waktu, efisiensi, dan mutu dalam

memenuhi komitmen. Perusahaaan yang menerapkan Just In Time berjuang untuk

perbaikan yang berkelanjutan dan pencarian serta penghilangan pemborosan bahan

baku, waktu, dan tempat. Just In Time biasanya memangkas persediaan ke tingkat yang

jauh lebih rendah dibandingkan yang dijumpai dalam sistem konvensional, memperkuat

tekanan pada kendali mutu, dan mendatangkan perubahan mendasar dalam cara

produksi diorganisasikan dan dilaksanakan. Just In Time terfokus pada perbaikan yang

berkelanjutan (continual Improvement) dengan mengurangi biaya persediaan dan

menanggulangi masalah ekonomi lainnya. Pengurangan persediaan akan meleluaskan

modal yang dapat dipakai untuk investasi yang lebih produktif. Perbaikan mutu produk

akan mempertangguh kemampuan kompetitif perusahaan. Akhirnya, perubahan dari

Page 14: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

31

pengesetan pabrikasi tradisional ke pabrikasi Just In Time memberdayakan perusahaan

untuk lebih memusatkan diri pada mutu dan produktivitas dan, seiring dengan itu,

memampukan penilaian yang lebih akurat terhadap biaya untuk mengolah produk.

Peningkatan akurasi penentuan biaya produk ini terjadi karena membaiknya

kemampuan untuk menelusuri produk melalui sistem Just In Time.

Just In Time mewakili filosofi yang berbeda, dan mengubah cara perusahaan

memandang peran persediaan. Perusahaan pabrikasi menyimpan tiga jenis persediaan:

1. Bahan baku

Barang yang dibeli lalu kemudian akan dijual kembali melalui proses persediaan.

2. Barang dalam proses

Barang yang masih perlu diolah dalam proses produksi.

3. Barang jadi

Barang yang telah selesai diproduksi dan siap untuk dijual kepada konsumen.

Ketiga jenis persediaan tersebut dirancang untuk bertindak sebagai penyangga

sehingga kegiatan-kegiatan perusahaan tetap dapat berjalan mulus sekalipun para

pemasok terlambat melakukan pengiriman pengiriman, atau bilamana sebuah

departemen tidak mampu beroperasi selama beberapa waktu karena satu dan lain hal.

Solusi terbaik untuk mengelola persediaan adalah aplikasi sistem Just In Time,

dimana sistem ini memodifikasi sistem persediaan langsung pakai. Untuk aplikasi yang

tepat dalam terapannya maka perlu dibentuk sistem kerja sama integral dalam

lingkungan Just In Time. Just In Time merupakan salah satu konsep yang mendukung

manajemen biaya untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi di lingkungan industri

Page 15: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

32

sebagai akibat kemajuan teknologi dan otomatisasi. Just In Time menolong organisasi

untuk menjadi lebih efisiensi dan terkelola lebih baik serta meraup keuntungan yang

lebih besar dibandingkan pesaing mereka.

Definisi Just In Time didefinisikan sebagai sistem manajemen pabrikasi dan

persediaan komprehensif di mana bahan baku dan berbagai suku cadang dibeli dan

diproduksi pada saat diproduksi dan pada saat (just in time) akan digunakan dalam

setiap tahap proses produksi/pabrikasi. (Simamora, 2002:105)

Just In Time merupakan suatu pendekatan manufaktur yang mempertahankan

bahwa produk-produk harus ditarik dari seluruh sistem dengan adanya permintaan, dan

bukannya mendorong seluruh sistem dengan skedul yang tetap untuk mengantisipasi

permintaan. (Hansen & Mowen, 2001 :591)

Pengertian Just In Time adalah sebuah sistem produksi dimana pembelian bahan

baku dan pembuatan produk hanya dilakukan untuk memenuhi permintaan pelanggan.

(Krismiaji, 2011:8)

Ide-ide yang mendukung Just In Time adalah sebagai berikut :

a. Sederhana adalah lebih baik.

b. Penekanan pada kualitas dan perbaikan yang berkesinambungan.

c. Mempertahankan persediaan yang menjadi sumber pemborosan dan pekerjaan jelek

yang tersembunyi.

d. Setiap aktivitas atau fungsi yang tidak menambah nilai harus dihilangkan.

e. Barang diproduksi apabila dibutuhkan.

Page 16: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

33

f. Pekerja harus berketrampilan banyak dan berpartisipasi dalam memperbaiki efisiensi

dan kualitas produk.

Just in Time adalah sebuah filosofi pemecahan masalah secara berkelanjutan dan

memaksa yang mendukung produksi yang ramping (lean). Produksi yang ramping (lean

Production) memasok pelanggan persis sesuai dengan keinginan pelanggan ketika

pelanggan menginginkannya, tanpa pemborosan, melalui perbaikan berkelanjutan

(Heizer and Render,2004,h.258). Sasaran utama just in time adalah meningkatkan

produktivitas system produksi atau operasi dengan cara menghilangkan semua macam

kegiatan yang tidak menambah nilai (pemborosan) bagi suatu produk. Sasaran just in

time menitikberatkan pada continuos improvement untuk mencapai biaya produksi yang

rendah, tingkat produktivitas yang lebih tinggi, kualitas dan realibitas produk yang lebih

baik, memperbaiki waktu penyerahan produk akhir dan memperbaiki hubungan kerja

antara pelanggan dengan pemasok Tjahjadi (2001:227) mendefinisikan JIT sebagai “the

successful completion of a product or service at each stage of production activity from

vendor to customer just in time for its use and at minimum cost. JIT can also be

generally defined as a strategy or guiding philosophy whose goal it is to seek

manufacturing excellence.

Selanjutnya Tjahjadi (2001:227) menyatakan bahwa JIT memiliki 8 prinsip dasar,

yaitu:

1. Seek a produce-to order production schedule.

2. Seek unitary production.

3. Seek eliminate waste.

Page 17: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

34

4. Seek continous product flow improvement.

5. Seek product quality perfection.

6. Respect people.

7. Seek to eliminate contingencies.

8. Maintain long term emphasis.

Berdasarkan berbagai pengertian tersebut dapat diketahui bahwa eliminasi

pemborosan merupakan jantung dari JIT. Dengan mengeliminasi pemborosan, maka

perusahaan akan menghasilkan produk yang lebih baik dengan biaya yang lebih rendah.

Berdasarkan uraian diatas maka indikator JIT yang dimunculkan adalah biaya produksi

yang rendah, tingkat produktivitas yang lebih tinggi, hubungan antara pelanggan dengan

pemasok.

2.2.3 Konsep Just In Time

Dalam konsep Just In Time, Simamora, (2002:107) menyatakan terdapat empat

aspek fundamental dalam konsep Just In Time, yaitu :

1. Menghilangkan segala aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah bagi

seluruh produk atau jasa. Dalam hal ini mencakup seluruh aktifitas atau sumber

daya yang menjadi sasaran untuk pengurangan atau penghilangan.

2. Komitmen tinggi terhadap mutu melakukan secara benar segala sesuatunya dari

awal adalah esensial manakala tidak ada waktu untuk mengerjakan ulang.

Perusahaan perlu memiliki komitmen untuk mencapai dan mempertahankan

tingkat mutu yang tinggi dalam semua aspek aktivitas-aktivitas perusahaan.

Page 18: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

35

3. Upaya perbaikan yang berkelanjutan dalam efisiensi aktivitas perusahaan.

Perusahaan perlu mencanangkan komitmen terhadap perbaikan

berkesinambungan (continuous improvement) pada semua aktivitas perusahaan

dan kegunaan data yang dihasilkan bagi manajemennya. Perbaikan yang

berkesinambungan adalah pengupayaan terus- menerus nilai yang kian besar

yang diberikan kepada pelanggan.

4. Penekanan pada penyederhanaan dan peningkatan visibilitas aktivitas nilai

tambah, hal ini membantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang tidak

menambah nilai.

2.2.4 Peranan Just In Time

Dalam sistem Just In Time ada beberapa peranan penting yaitu menghasilkan

sebuah produk hanya ketika dibutuhkan dan hanya dalam kuantitas yang diminta

oleh pelanggan. Menurut Kuncoro (2005:293) berpendapat bahwa Just In Time

memiliki beberapa peranan penting diantaranya:

1. Meningkatkan laba

2. Meningkatkan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui:

a. Pengendalian biaya

b. Peningkatan kualitas

c. Perbaikan kinerja kualitas

Page 19: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

36

2.2.5 Tujuan dan Manfaat Just In Time

Menurut Hansen dan Mowen (2001:412) tujuan Just In Time memiliki dua tujuan

strategis yaitu: untuk meningkatkan keuntungan dan memperbaiki daya saing

perusahaan. Kedua tujuan ini dicapai dengan mengontrol biaya-biaya (memungkinkan

terbentuknya harga yang berdaya saing lebih baik dan meningkatkan keuntungan),

memperbaiki kerja pengiriman, dan juga kualitas.

Tujuan Just In Time adalah menghasilkan sebuah produk hanya ketika dibutuhkan

dan hanya dalam kuantitas yang diminta oleh para pelanggan. (Simamora, 2002:108)

Menurut Krismiaji, (2011:125) tujuan utama Just In Time adalah untuk

menghasilkan produk hanya jika diperlukan dan hanya menghasilkan kuantitas produk

sebanyak yang diminta pelanggan.

Manfaat utama sistem Just In Time adalah akan mengubah daya telusur biaya,

meningkatkan akurasi penentuan kos produk, menurunkan kebutuhan alokasi biaya tak

langsung, mengubah perilaku dan kepentingan relatif biaya tenaga kerja langsung, dan

mempengaruhi sistem penentuan kos pesanan dan kos proses.

Tunggal (1998:71) terdapat 2 manfaat yang dapat ditemukan dari Just In Time

antara lain :

1. Manfaat tangibles, yaitu:

a. Turn over pembelian bahan baku/suku cadang bertambah

b. Ketepatan pengiriman meningkat

c. Lead time pengiriman berkurang

d. Pekerjaan ekspedisi berkurang

Page 20: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

37

e. Waktu implementasi perubahan-perubahan oleh pemasok berkurang

2. Manfaat intangibles, yaitu:

a. Memperbaiki kualitas produk

b. Berhasil mendorong pemasok memenuhi kualitas yang diperlukan

c. Memperbaiki produktivitas

d. Jadwal produksi yang lebih baik

e. Mengurangi keperluan untuk menginspeksi barang-barang yang masuk

f. Meningkatkan efisiensi

g. Memperbaiki posisi kompetitif

h. Memperbaiki desain produk

i. Memperbaiki moralitas dalam produksi

j. Lebih banyak kontak personal dengan pemasok

k. Mengurangi pekerjaan klerikal.

2.2.6 Pemasok

Keberhasilan JIT tidak terlepas dari peran pemasok, oleh karena itu hubungan

antara pemasok dengan pelanggan harus dijaga dengan baik. Heizer dan Render

(2004:261) mengatakan : Kemitraan JIT ada ketika pemasok dan pembeli bekerja sama

dengan sebuah sasaran bertimbal balik untuk menghilangkan pemborosan dan menekan

biaya. Selanjutnya Heizer dan Render (2004:262) memunculkan 4 sasaran kemitraan

JIT yaitu:

1. Penghilangan aktivitas yang tidak perlu.

Page 21: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

38

2. Penghapusan persediaan di pabrik.

3. Penghapusan persediaan yang transit.

4. Penghilangan para pemasok yang lemah JIT sangat membutuhkan hubungan

khusus antara pemasok dengan perusahaan pembeli dimana kedua belah pihak

dituntut untuk bekerja sama untuk mencapai keberhasilan bersama dimasa yang

akan datang.

Adapun karakteristik menurut Tjahjadi (2001:232) hubungan antara pemasok JIT

dengan perusahaan pembeli meliputi:

1. Kontrak jangka panjang.

2. Meningkatnya akurasi administrasi pesanan.

3. Meningkatnya kualitas.

4. Fleksibilitas pesanan.

5. Pengiriman jumlah kecil dengan frekuensi pengiriman yang banyak.

6. Perbaikan berkesinambungan dalam bekerjasama.

Perusahaan pembeli harus bisa mencari pemasok terpercaya yang dapat

mengirimkan barang berkualitas, dengan jumlah dan waktu yang telah ditentukan.

Dalam banyak kasus perusahaan pembeli menetapkan jadwal jam pengiriman, bahkan

menit pengiriman juga telah ditentukan. Kegagalan pemenuhan jadwal yang dipesan

akan berakibat fatal, yaitu berhentinya produksi Tjahjadi (2001:229). Dari uraian diatas

maka indikator pemasok yang dapat dimunculkan adalah : mendukung hubungan

dengan para pemasok, penyerahan barang berkualitas tepat waktu.

Page 22: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

39

2.3 Perbedaan Pendekatan Just In Time

Perbandingan antara pemanufakturan Just In Time dengan pemanufakturan Tradisional

menurut Supriyono (2002:68) adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Perbedaan Metode Just In Time dan Tradisional

Faktor Pembeda Just In Time Tradisional

1. Karakteristik Pull-through system Push-through system

2. Kuantitas persediaan Sedikit Banyak

3. Struktur manufaktur Sel manufaktur Struktur departemen

4. Kualifikasi tenaga kerja Multidisiplin Spesialis

5. Kebijakan kualitas Pengendalian mutu Toleransi produk cacat

6. Fasilitas jasa Tersebar Terpusat

Sumber : Supriyono, (2002: 255).

Karakteristik merupakan sistem tradisional melakukan aktivitas pembuatan

produk berdasarkan ramalan penjualan (sales forecasting) yang diperkirakan akan

terjadi pada periode mendatang. Dengan dasar ini, maka bagian produksi akan memiliki

jadwal produksi yang sudah pasti. Jika barang yang diproduksi belum dapat

didistribusikan ke pasar, maka barang tersebut akan disimpan di gudang. Dalam hal ini

bagian pemasaran bertanggung jawab untuk segera memasarkan produk yang telah

menumpuk di gudang jumlah banyak. Dengan demikian, sistem tradisional ini

mendorong (push) aktivitas penjualan dan pemasaran. Sistem Just In Time memiliki

karakteristik yang berkebalikan. Dalam sistem ini, perusahaan baru akan melakukan

Page 23: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

40

aktivitas produksi hanya jika ada permintaan pasar/pelanggan yang sudah pasti. Jadi

aktivitas produksi dalam sistem ini ditarik (pull) oleh permintaan pasar.

Kuantitas Persediaan merupakan salah satu pengaruh sistem Just In Time bagi

perusahaan adalah mengurangi kuantitas persediaan secara signifikan. Dalam jumlah

yang minimal, persediaan tetap dimiliki oleh perusahaan, terutama persediaan produk

jadi yang menunggu proses pengiriman kepada pelanggan atau ke distributor. Jadi

kuantitas persediaan dalam sistem Just In Time tetap ada namun jumlahnya sangat

sedikit (insignificant). Sistem manufaktur tradisional disebut juga push-throught system.

Dalam sistem ini, perusahaan melakukan proses produksi tanpa memperhatikan struktur

dan kondisi permintaan pada saat itu. Oleh karena itu, sistem ini sangat mungkin

menghasilkan produk dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan

permintaannya, sehingga menciptakan persediaan dalam jumlah yang banyak

(significant).

Struktur Manufaktur, dalam sistem ini manufaktur tradisional, mesin-mesin

produksi yang sejenis disatukan dalam sebuah departemen. Dengan demikian, jika

perusahaan membuat 2 jenis (produk A dan produk B) produk melalui 3 jenis mesin

(mesin 1, mesin 2, dan mesin 3), maka tahap pertama kedua produk tersebut akan

masuk proses di proses departemen 1, tahap kedua sama-sama masuk proses di

departemen 2, tahap ketiga sama-sama masuk di departemen 3. Dalam hal ini, kedua

produk menggunakan seluruh fasilitas di departemen produksi 1 sampai 3 secara

bersama-sama. Implikasinya adalah, pada akhirnya proses perusahaan harus

Page 24: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

41

mengalokasikan biaya tidak langsung atau biaya pemakaian fasilitas bersama tersebut

(penggunaan mesin A, mesin B, mesin C)

Just In Time menggunakan struktur sel manufaktur (manufacturing cell).

Dengan struktur ini mesin yang diperlukan untuk membuat sebuah produk,

dikelompokkan ke dalam sebuah sel manufaktur. Jika perusahaan menghasilkan 2 jenis

produk, maka perusahaan tersebut akan menghasilkan 2 sel, sel A khusus untuk

membuat produk A, dan sel B khusus untuk membuat produk B. Dengan menggunakan

contoh di atas, maka pada sel A akan terdapat 3 buah mesin, yaitu mesin nomor 1,

mesin nomor 2, mesin nomor 3. Sedangkan sel B juga akan berisi 3 buah mesin yang

khusus digunakan untuk membuat produk B. Sel-sel ini pada dasarnya merupakan

pabrik mini, oleh karena itu dengan menggunakan konsep sel seolah-olah ada pabrik

dalam pabrik.

Kualifikasi Tenaga Kerja, dalam sistem konvensional, tenaga kerja biasanya

berspesialisasi dalam satu bidang keahlian tertentu. Para karyawan dilatih untuk

melaksanakan sebuah pekerjaan khusus, misalnya mengoperasikan sebuah mesin. Dari

waktu ke waktu tugas yang dibebankan kepada mereka relatif tidak berubah. Dengan

demikian, mereka menjadi tenaga kerja spesialis. Dalam sistem Just In Time, yang

menggunakan struktur manufaktur sel, karyawan produksi dituntut untuk mampu

mengoperasikan seluruh mesin yang ada dalam sebuah sel. Hal ini dilakukan dalam

rangka meningkatkan efisiensi dan menekan biaya. Dengan demikian karyawan tersebut

tidak lagi menjadi spesialisasi mesin tertentu, namun menjadi seorang yang memiliki

kualifikasi multidiciplinary.

Page 25: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

42

Kebijakan Kualitas, dalam sistem Just In Time, perusahaan memproduksi barang

dalam jumlah terbatas, yaitu sebanyak yang diminta oleh pasar/pelanggan dan tidak

memiliki kelebihan produksi sama sekali. Oleh karena itu, dalam sistem ini persoalan

kualitas merupakan hal yang sangat penting. Kualitas barang yang dihasilkan harus

sempurna, dan tidak ada toleransi sama sekali terhadap produk cacat. Kalau sampai ada

produk cacat dan sampai ke tangan konsumen, maka hal ini akan merusak reputasi

perusahaan, apalagi jika perusahaan tersebut berada dalam industri yang bersaing ketat.

Untuk mewujudkan hal ini, perusahaan harus memiliki komitmen tinggi terhadap

kualitas dan menerapkan konsep pengendalian mutu terpadu (total quality control).

Tanpa TQC sistem Just In Time tidak akan berjalan dengan baik. Kondisi tersebut

tentunya sangat berbeda dengan kondisi yang ada pada sistem tradisional. Dalam sistem

tradisional ada sebuah doktrin yang disebut acceptable quality level (AQL). Doktrin

tersebut memperbolehkan adanya produk cacat dalam sebuah proses produksi, asalkan

jumlahnya tidak melebihi angka persentase yang telah diterapkan sebelumnya. Hal

tersebut dimungkinkan karena dalam sistem tradisional jumlah produk yang dihasilkan

banyak, sehingga jika ada produk cacat, perusahaan masih memiliki kesempatan untuk

menyortirnya agar tidak ikut terbawa sampai ke tangan konsumen.

Fasilitas Jasa merupakan sebagai implikasi dari digunakannya struktur manufaktur

sel, maka sebagian besar aktivitas untuk membuat produk tertentu tidak lagi

menggunakan fasilitas bersama. Dengan demikian, departemen jasa yang semula

dipusatkan dan melayani kebutuhan dalam rangka menghasilkan berbagai jenis produk,

sekarang mengalami perubahan yaitu tersebar di berbagai sel manufaktur. Hal ini harus

Page 26: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

43

dilakukan, karena sistem Just In Time menghendaki akses ke fasilitas jasa secara mudah

dan cepat. Sebagai contoh, Just In Time menghendaki bahwa pasokan bahan baku

dilakukan secara tepat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut jelas penanganan bahan

baku tidak dapat lagi dipusatkan, namun disebar di beberapa titik pelayanan yang dekat

dengan setiap sel manufaktur.

2.3.1 Sistem Pembelian Just In Time

Istilah Puchasing atau pembelian mencakup proses pembelian barang atau jasa yang

berkualitas baik, dalam kuantitas benar, pemilihan pemasok, pencapaian harga,

mengeluarkan kontrak atau pesanan dan melakukan tindak lanjut untuk memastikan

pengiriman yang baik.

Sistem pembelian Just In Time mengharuskan adanya sistem penjadwalan

pengadaan barang dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan

segera untuk memenuhi permintaan atau penggunaan. (Supriyono, 2002:67)

Hongren (2008:337) Pembelian Just In Time adalah pembelian bahan-bahan atau

barang sedemikian sehingga mereka dikirimkan hanya pada saat dibutuhkan bagi

produksi atau penjualan.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelian Just In Time

adalah sistem pembelian penjadwalan pengadaan barang atau bahan yang tepat waktu

sehingga dapat dilakukan pengiriman atau penyerahan secara cepat dan tepat untuk

memenuhi permintaan.

Perbedaan Just In Time Purchasing dengan Pembelian Tradisional

Page 27: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

44

Supriyono (1999:125) di dalam metode pembelian Just In Time Purchasing dan

pembelian tradisional terdapat beberapa perbedaan dasar yaitu :

1. Pemasok

Just In Time Purchasing hanya menggunakan pemasok dalam jumlah sedikit untuk

memperoleh bahan yang bermutu tinggi, mencapai pengiriman yang tepat waktu

dan jumlah, serta berharga murah. Sedangkan sistem tradisional menggunakan

banyak pemasok untuk memperoleh barang dengan harga murah dan bermutu

tinggi. Dan akibatnya aktifitas-aktifitas tidak bernilai tambah yaitu untuk

memperoleh harga yang murah harus membeli dalam jumlah yang banyak atau

mungkin mutunya lebih rendah.

2. Kontrak Pembelian

Just In Time Purchasing menerapkan kontrak pembelian jangka panjang dengan

beberapa pemasoknya guna membangun hubungan baik yang saling

menguntungkan sehingga dapat dipilih pemasok yang :

a. Memasok bahan yang murah

b. Bermutu tinggi

c. Berkinerja pengiriman tepat waktu dan tepat jumlah

d. Mengurangi frekuensi pemesanan

Sedangkan pada sistem tradisional menerapkan kontrak-kontrak jangka pendek

dengan banyak pemasok.

Page 28: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

45

3. Aktifitas dalam arus pembelian bahan

Pada Just In Time Purchasing, aktifitas pembelian bahan hanya melalui sedikit

tahap daripada sistem pembelian tradisional yang melalui banyak tahapan-tahapan.

Dalam rangka menerapkan Just In Time, maka kondisi dan proses pembelian harus

diatur dengan mempertimbangkan hal-hal berikut :

a. Dekat dengan pemasok

b. Sedikit pemasok

c. Pemasok tahu kualitas yang diinginkan perusahaan

d. Meminimalisasi inspeksi

e. Eliminasi penggudangan

2.3.2 Faktor Kunci Sukses dalam Just In Time

Ada tujuh faktor kesuksesan Just In Time yaitu :

1. Suppliers

Hal-hal yang harus diperhatikan adalah:

a. Kedatangan material dan produk akhir termasuk kesia-siaan.

b. Pembeli dan pemasok membentuk kemitraan.

c. Kemitraan Just In Time mengliminir :

1) Kegiatan yang tidak penting.

2) Persediaan dalam perjalanan

3) Pemasok yang jelek.

Page 29: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

46

2. Layout

Merupakan tata letak yang memungkiknkan pengurangan kesia-siaan yang lain, yaitu

pergerakan. Misalnya pergerakan bahan baku manusia menjadi fleksibel.

JIT mensyaratkan :

a. Sel kerja untuk produk family.

b. Pergerakan atau perubahan mesin.

c. Jarak yang pendek.

d. Tempat yang kecil untuk persediaan.

e. Pengiriman langsung ke area kerja.

3. Inventory

Persediaan dalam sistem produksi dan distribusi sering diadakan untuk berjaga-jaga.

Teknik persediaan yang efektif memerlukan Just In Time bukan Just In Case.

Persediaan Just In Time merupakan persediaan minimal yang diperlukan untuk

mempertahankan operasi sistem yang sempurna yaitu jumlah yang tepat, tiba pada

saat yang diperlukan bukan sebelum atau sesudah.

4. Schedulling

Jadwal yang efektif dikomunikasikan di dalam organisasi dan kepada pemasok, maka

akan sangat mendukung penerapan Just In Time. Penjadwalan yang lebih baik juga

meningkatkan kemampuan untuk memenuhi pesanan konsumen, menurunkan

persediaan dan mengurangi barang dalam proses.

Just In Time mensyaratkan:

Page 30: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

47

a. Mengkomunikasikan penjadwalan kepada supplier.

b. Jadwal bertingkat

c. Menekan bagian dari skedul paling dekat dengan jatuh tempo

d. Lot kecil

e. Teknik kanban.

5. Preventive Maintenance

Pemeliharaan dilakukan dalam rangka untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan

supaya tidak terjadi atau merupakan suatu tindakan pencegahan. Misalnya dengan

cara pemeliharaan rutin pada fasilitas yang digunakan maupun pelatihan karyawan

secara terus menerus agar dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.

6. Kualitas

Hubungan Just In Time dan mutu kuat sekali, karena berhubungan dengan tiga hal

yaitu :

a. Just In Time mengurangi biaya perolehan mutu yang baik karena biaya produk

sisa, pengerjaan ulang, investasi persediaan menurun.

b. Just In Time meningkatkan mutu dengan mengurangi antrian dan waktu antara

Just In Time juga membatasi jumlah sumber kesalahan potensial.

c. Mutu yang baik berarti lebih sedikit cadangan sehingga Just In Time lebih mudah

diterapkan.

7. Employee Empowerment

Karyawan yang diberdayakan dapat ikut terlibat dalam isu-isu operasi harian yang

merupakan falsafah Just In Time. Pemberdayaan karyawan mengikuti nasehat

Page 31: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

48

manajemen bahwa tidak ada orang yang lebih tahu mengenai suatu pekerjaan selain

karyawan pelaksana pekerja itu sendiri.

2.4 Efisiensi Biaya

Efisiensi biaya adalah tidak membuang waktu dan tenaga, tepat sesuai dengan

rencana dan tujuan. Seiring kita dengar ungkapan-ungkapan bahwa untuk bisa

memperoleh laba yang besar dan untuk mempetahankan eksistensi perusahaan, maka

perusahaan harus beroperasi secara efisien. Istilah efisiensi mempunyai arti yang sangat

spesifik, biasanya efisiensi sering dikaitkan dengan perbandingan output dan input

dimana semakin besar perbandingan oyput atau inputnya maka akan semakin efisiensi

suatu usaha. Cara meningkatkan efisiensi biaya yaitu dapat dilakukan melakukan

dengan melalui sistem perencanaa yang lebih baik, alat-alat produksi dan berbagai

masukan yang tersedia yang lebih baik dengan berhubungan kerja dan kinerja yang

lebih baik pula dengan menggunakan kebijakan-kebijakan diberbagai bidang yang tepat.

2.5 Rerangka Pemikiran

Persediaan

Manajemen Persediaan

Metode Just In Time (JIT) Metode Tradisional

Page 32: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

49

Gambar 1 Rerangka Pemikiran

2.6 Penelitian Terdahulu

1. Ratna (2009), dengan judul penelitian “Studi Just In Time Untuk Meningkatkan

Kinerja Produktivitas Perusahaan”, dengan hasil penelitian adalah:

a. Perlu adanya dukungan dari pimpinan dalam perencanaan jangka panjang

dalam sistem JIT. Dalam hal ini pimpinan perusahaan harus menyadari betul

bahwa kerjasama dengan pemasok harus di bina dengan baik. Pemasok tidak

hanya sekedar hubungan dagang tapi lebih kepada hubungan yang bersifat

jangka panjang. Sehingga system JIT diharapkan bias berjalan dengan baik.

b. Pekerja dirubah dari specialist menjadi multidisiplint artinya pekerja dilatih

tidak hanya untuk proses produksi tapi juga sampai pada tingkat kemampuan

Page 33: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

50

memperbaiki mesin, pembuatan skedul produksi,penanganan bahan baku

juga sampai dengan pemeriksaan bahan baku.

2. Rahayu (2003), dengan judul “Pengaruh Aplikasi Strategi Just In Time Terhadap

Efektivitas dan Efisiensi Biaya Produksi pada PT. Santosa Jaya Abadi Sidoarjo”

dengan hasil penelitiannya adalah:

a. Hasil penelitian yang membuktikan bahwa secara bersama-sama faktor

pembelian, produksi, pengiriman bahan baku, pengiriman barang jadi dan

lingkungan JIT berpengaruh signifikan terhadap efektifitas dan efisiensi

biaya produksi pada PT. Santosa Jaya Abadi Sidoarjo maka hendaknya

faktor-faktor tersebut dapat menjadi tolok ukur dalam pembenahan

implementasi sistem JIT yang sedang berlangsung,

b. Faktor lingkungan JIT merupakan faktor dominan yang mempengaruhi

efektifitas dan efisiensi biaya produksi pada PT. Santosa Jaya Abadi

Sidoarjo. Oleh karena itu, sebaiknya pihak perusahaan melakukan

pengawasan yang lebih ketat dalam memantau aplikasi pelaksanaan sistem

JIT sehingga tetap terbina hubungan baik dengan pihak eksternal (supplier

maupun buyer) sehingga proses aktivitas perusahaan dapat berjalan lancar.

3. Brigita (2009), dengan judul penelitian “ Pengaruh penerapan JIT (Just In Time)

Dan TQM (Total Quality Management) terhadap Delivery Performance Pada

Industri Otomotif di Indonesia”. Dengan hasil penelitiannya adalah: a. Rendahnya tingkat signifikansi penerapan JIT pada Industri Otomotif di

Indonesia terhadap Delivery Performance, secara kualitatif dapat

Page 34: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

51

disimpulkan bahwa di Indonesia penerapan JIT hanya masih sebatas konsep

hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian di mana pada secara rata-rata skor

penerapan JIT baik secara konsep maupun penggunaan tools lebih kecil bila

dibandingkan dengan penerapan konsep maupun penggunaan tools TQM. b. JIT dan TQM memiliki pengaruh linier yang signifikan terhadap Delivery

Performance, Pengaruh linier yang ada lebih disebabkan oleh penerapan

TQM pada perusahaan bukan penerapan JIT.

Tabel 2 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Sekarang Peneliti Variabel Metode Penelitian

Rahayu (2003) 1. Pembelian

2. Produksi

3. Pengiriman Bahan Baku

4. Pengiriman Bahan Jadi

5. Lingkungan JIT

Explanatory Research

Ratna (2009) 1. Pemasok

2. Kecepatan Proses produksi

3. Sistem Produksi

4. JIT

Kuantitatif

Page 35: 18 BAB 2repository.stiesia.ac.id/90/4/Bab 2.pdf18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam kegiatan operasi perusahaan

52

5. Kinerja Produksi

Brigita (2009) 1. JIT

2. Elemen JIT

3. TQM

4. Elemen TQM

5. Hubungan Antara JIT dan TQM

6. Kinerja

Deskriptif

Christian (2013) 1. Persediaan

2. JIT

3. Pemasok

4. Efisiensi Biaya

Kualitatif

2.7 Proposisi

Perumusan proposisi-proposisi ini pada dasarnya merupakan jawaban sementara

atas masalah yang dikemukakan. Dalam penelitian ini menggunakan Proposisi karena

penelitiannya bersifat kualitatif, jawaban sementara yang dapat diambil dari penelitian

ini adalah “Dengan menggunakan metode Just In Time persediaan bahan baku

diharapkan dapat meningkatkan efisiensi biaya persediaan bahan baku pada CV. Megah

Jaya Gresik”.