document1

20
1. prevalensi kematian pada ibu melahirkan dan bayi baru lahir Dari lima juta kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya, diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan.2 Dengan kecenderungan seperti ini, pencapaian target MDG untuk menurunkan AKI akan sulit bisa terwujud kecuali apabila dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya. AKI di Indonesia masih relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya. Menurut Depkes tahun 2008 jikadibandingkan AKI Singapura adalah 6 per 100.000 kelahiran hidup, AKIMalaysia mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup. Bahkan AKIVietnam sama seperti Negara Malaysia, sudah mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup, filipina 112 per 100.000 kelahiran hidup, brunei 33 per 100.000 per kelahiran hidup, sedangkan di Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, angka kematian ibu mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Dalam survei yang sama, lima tahun lalu, angka kematian ibu hanya 228 per 100 ribu kelahiran hidup. Sebagian besar kematian anak di Indonesia saat ini terjadi pada masa baru lahir (neonatal), bulan pertama kehidupan. Kemungkinan anak meninggal pada usia yang berbeda adalah 19 per seribu selama masa neonatal, 15 per seribu dari usia 2 hingga 11 bulan dan 10 per seribu dari usia satu sampai lima tahun. Kematian bayi baru lahir kini merupakan hambatan utama dalam menurunkan kematian anak lebih lanjut. Mengutip hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), menunjukkan bahwa: 1. Persentase ibu hamil yang memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan meningkat dari 92% (2002) menjadi 96%

Upload: atika-putri-ayu

Post on 20-Oct-2015

27 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ajp

TRANSCRIPT

Page 1: Document1

1. prevalensi kematian pada ibu melahirkan dan bayi baru lahir

Dari lima juta kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya, diperkirakan 20.000 ibu

meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan.2 Dengan kecenderungan seperti ini,

pencapaian target MDG untuk menurunkan AKI akan sulit bisa terwujud kecuali apabila dilakukan

upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya.

AKI di Indonesia masih relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota

ASEAN lainnya. Menurut Depkes tahun 2008 jikadibandingkan AKI Singapura adalah 6 per 100.000

kelahiran hidup, AKIMalaysia mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup. Bahkan AKIVietnam sama

seperti Negara Malaysia, sudah mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup, filipina 112 per 100.000

kelahiran hidup, brunei 33 per 100.000 per kelahiran hidup, sedangkan di Indonesia 228 per 100.000

kelahiran hidup.

Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, angka kematian ibu

mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Dalam survei yang sama, lima tahun lalu, angka kematian

ibu hanya 228 per 100 ribu kelahiran hidup.

Sebagian besar kematian anak di Indonesia saat ini terjadi pada masa baru lahir (neonatal),

bulan pertama kehidupan. Kemungkinan anak meninggal pada usia yang berbeda adalah 19 per

seribu selama masa neonatal, 15 per seribu dari usia 2 hingga 11 bulan dan 10 per seribu dari usia

satu sampai lima tahun. Kematian bayi baru lahir kini merupakan hambatan utama dalam

menurunkan kematian anak lebih lanjut.

Mengutip hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), menunjukkan bahwa: 1.

Persentase ibu hamil yang memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan meningkat dari 92% (2002)

menjadi 96% (2012); 2. Persentase ibu yang bersalin dengan bantuan tenaga kesehatan meningkat

dari 66% (2002) menjadi 83% (2012); dan 3. Persentase ibu yang bersalin di fasilitas kesehatan

meningkat dari 40% (2002) menjadi 63% (2012). Sedangkan menurut data hasil SDKI tahun 2012,

Angka Kematian Neonatal di Indonesia sebesar 19 kematian/1000 kelahiran hidup, Angka Kematian

Bayi sbesar 32/kematian 1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita sebesar 40 kematian/1000

kelahiran hidup.

Jumlah angka kematian ibu (AKI) melahirkan di Jatim dari tahun ke tahun terus menurun. Tahun

2009, jumlah AKI 108/100.000 kelahiran hidup, tahun 2010 sebesar 108/100.000 kelahiran hidup dan

tahun 2011 104,4/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan, untuk tahun 2012, angka kematian Ibu

melahirkan turun menjadi 97,4/100.000 kelahiran hidup.

Page 2: Document1

Angka kematian ibu hamil di wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada tahun 2013 menurun

dibanding tahun sebelumnya, yaitu dari 25 menjadi 22 orang. Sedangkan angka kematian bayi lahir di

daerah itu juga mengalami penurunan cukup signifikan, yakni pada tahun 2012 mencapai 196 jiwa

dan tahun 2013 sebanyak 130 jiwa dengan kriteria bayi berusia antara 0-28 hari.

Berdasarkan ACC/SCN (2000), setidaknya 17 milyar bayi yang dilahirkan memiliki berat lahir

rendah, sebanyak 80% bayi dengan berat lahir rendah dilahirkan di wilayah Asia. Berdasarkan Depkes

(2010a), kejadian BBLR di Indonesia masih mencapai angka 11,1%.

2. faktor demografi yang mempengaruhi

Penyebab mendasar kematian ibu adalah faktor sosial ekonomi dan demografi, terutama

kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan

proses reproduksi, budaya, kondisi bias gender dalam masyarakat dan keluarga serta lokasi tempat

tinggal yang terpencil.

Faktor yang berkontribusi terhadap resiko kematian ibu yaitu tingkat sosial ekonomi, tingkat

pendidikan, faktor budaya, dan akses terhadap sarana kesehatan dan transportasi juga berkontribusi

secara tidak langsung terhadap kematian dan kesakitan ibu. Situasi ini diidentifikasi sebagai “3 T”

(terlambat). Yang pertama adalah terlambat deteksi bahaya dini selama kehamilan, persalinan, dan

nifas, serta dalam mengambil keputusan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan neonatal.

Kedua, terlambat merujuk ke fasilitas kesehatan karena kondisi geografis dan sulitnya transportasi.

Ketiga, terlambat mendapat pelayanan kesehatan yang memadai di tempat rujukan.

Penyerapan informasi yang beragam dan berbeda sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

seorang ibu. Latar pendendidikan formal serta informal akan sangat berpengaruh pada seluruh aspek

kehidupan para ibu mulai dari segi pikiran, perasaan maupun tindakannya. Semakin tinggi tingkat

pendidikan seorang ibu, maka akan semakin tinggi pula kemampuan dasar yang dimiliki ibu dalam

merawat anaknya mulai dari proses kehamilan hingga pemberian Air Susu Ibu (ASI).

Angka Kematian Ibu yang begitu tinggi salah satunya karena tingkat pendidikan para ibu di

Indonesia yang masih sangat rendah. Jika kita melihat dari jenjang pendidikan, data Badan Pusat

Statistik tahun 2010 menyatakan bahwa mayoritas ibu di Indonesia tidak memiliki ijazah SD, yakni

sebesar 33,34 persen. Selanjutnya sebanyak 30,16% ibu hanya memiliki ijazah SD atau sederajat. Dan

hanya terdapat 16,78% ibu yang berpendidikan setara SMA. Hanya 7,07% ibu yang berpendidikan

perguruan tinggi.

Page 3: Document1

Pada umumnya keterbatasan ekonomi menjadi faktor yang dominan dalam memengaruhi

kematian maternal selain pengetahuan atau pendidikan. Keterbatasan ekonomi dapat mendorong

ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan rutin karena tidak mampu untuk membayarnya. Di lain pihak,

rendahnya tingkat pendidikan yang mengakibatkan kurangnya pengetahuan tentang kehamilan atau

kelainan-kelainan dalam kehamilan kurang diperhatikan yang pada akhirnya dapat membawa risiko

yang tidak diinginkan. Akibat dari rendahnya pengetahuan dari ibu hamil tidak jarang kehamilan

banyak menimbulkan adanya kematian baik pada ibu maupun pada bayi yang dilahirkan atau bahkan

kedua-duanya.

Sedangkan faktor lingkungan yang dijadikan faktor pendukung adalah jumlah sarana kesehatan,

jumlah tenaga medis, dan persentase daerah yang berstatus desa. Di perjalanan diakibatkan sarana

transportasi, tingkat kesulitan dan waktu tempuh, serta kematian di rumah diakibatkan keputusan

keluarga (pengetahuan, ketersediaan dana, kesibukan keluarga dan sosial budaya) serta ketersediaan

transportasi (Millenium Projek, 2005).

Kemiskinan

Masalah kemiskinan masih merupakan tantangan utama di dalam upaya melaksanakan pembangunan di banyak negara berkembang termasuk Indonesia. Kemiskinan biasanya disertai dengan pengangguran, kekurangan gizi, kebodohan, status wanita yang rendah, rendahnya akses ke pelayanan sosial dan kesehatan, termasuk pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana. Faktor-faktor ini memberikan kontribusi terhadap tingginya fertilitas, morbiditas dan mortalitas, serta rendahnya produktivitas. Kemiskinan juga mempunyai hubungan yang sangat erat dengan distribusi penduduk yang tidak merata dan ketidakberlanjutan sumber-sumber alam yang tersedia, seperti tanah dan air, dan terhadap kerusakan lingkungan yang serius. Kemiskinan mengakibatkan rendahnya akses masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang besar pada penggunaan tenaga kesehatan terlatih sebagai penolong persalinan menurut kelompok ekonomi. Sebanyak 89,2% ibu dari kelompok ekonomi tinggi melahirkan dengan pertolongan tenaga kesehatan, dibandingkan dengan 21,3% dari kelompok ekonomi rendah Hal ini menggambarkan adanya ketimpangan dalam akses finansial untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar dan dalam distribusi tenaga yang bermutu. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003 di NTT menemukan bahwa meskipun program bidan desa telah dikembangkan, 72% kelahiran dilakukan di rumah dan 54,2% kelahiran ditolong oleh dukun beranak.2

Proses persalinan yang tidak ditolNNNong oleh tenaga kesehatan menyebabkan keterlambatan-keterlambatan sebagai berikut: (1)Terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan untuk segera mencari pertolongan; (2)Terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan pertolongan persalinan; (3)Terlambat memperoleh pertolongan yang memadai di fasilitas pelayanan kesehatan

b. Jarak tempat tinggal ke pelayanan kesehatan

Page 4: Document1

Menurut Nasrin (2001) salah satu penyebab keterlambatan ibu bersalin untuk mendapatkan pelayanan yang tepat adalah akibat jarak yang tidak terjangkau. Jarak yang terlampau jauh dan tidak tersedianya sarana transportasi menyebabkan ibu hamil memilih persalinan di rumah dengan bantuan dukun, sehingga apabila mengalami komplikasi saat persalinan tidak segera mendapatkan pertolongan yang memadai. Hal ini sering menyebabkan kematian ibu dan bayi. Di Nigeria, ibu hamil yang mengalami perdarahan pada saat persalinan, sering mengalami kematian di perjalanan menuju pusat layanan kesehatan modern. Hal ini sering disebabkan oleh jarak yang terlampau jauh dan tidak tersedianya sarana transportasi (Essien,1997).

c. Pendapatan Keluarga

Berdasarkan laporan akhir UNICEF Juli 1999 hampir 24 % dari seluruh penduduk Indonesia atau hampir 50 juta orang hidup di bawah garis kemiskinan. Enam puluh persen dari ibu hamil dan anak sekolah kekurangan zat besi/anemia. Hal ini menunjukkan sebagian besar pendapatan penduduk Indonesia masih sangat rendah. Sehingga mengurangi akses ke perawatan kesehatan, karena pada masyarakat miskin pedesaan rata-rata pengeluaran per harinya kurang dari Rp. 5000,00 (US$ 0,60). Kondisi ini berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan yaitu pesalinan yang ditolong oleh NAKES sebesar 38.5% tahun 1992 dan 43,2 % tahun 1997. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar persalinan masih ditolong dukun bayi (Dursin, 2000).

d. Biaya Persalinan

Hasil penelitian Djaswadi, dkk (2000) menunjukkan bahwa mahalnya biaya persalinan dan alasan kenyamanan sebagian besar ibu hamil di Kabupaten Purworejo lebih memilih melahirkan di rumah dengan pertolongan dukun.

Sebagai contoh saat ini biaya untuk kelahiran normal di kamar kelas tiga di rumah sakit swasta sekitar Rp. 390.000,00 sedangkan biaya untuk pelayanan gawat darurat sekitar 16 sampai 20 juta rupiah (Marzolf, 2002: 36).

e. Pengambilan Keputusan Kolektif dalam Keluarga

Pada kenyataannya banyak kasus kematian ibu melahirkan sering disebabkan oleh keterlambatan suami dalam mengambil keputusan rujukan ke pelayanan kesehatan (Elizabeth and Nancy, 2002). Berdasarkan hasil SUSENAS 1995, sebagian besar suami (51 %) memilih dukun saat istrinya melahirkan dengan alasan, murah (biaya terjangkau), lebih nyaman dan dapat membantu perawatan bayi sampai 35 hari (Meiwita, 1998).

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa peran suami sangat dominan dalam pengambilan keputusan, sehingga berpengaruh terhadap akses dan kontrol terhadap sumber daya yang ada. Dengan demikian ibu hamil perlu mempunyai keberanian dan rasa percaya diri untuk berpendapat menentukan penolong persalinan profesional yang diinginkan (Susana, 2000; Mercy, 2003).

Tingkat Pendidikan yang Rendah

Pendidikan berperan penting dalam penurunan AKI karena berkaitan dengan pengetahuan kesehatan ibu. Hasil Audit Maternal Perinatal (AMP) menunjukkan bahwa kematian ibu lebih banyak terjadi pada ibu dengan karakteristik pendidikan di bawah sekolah lanjutan pertama (SLP). 2,3

Page 5: Document1

Faktor pendidikan terutama pendidikan ibu, berpengaruh sangat kuat terhadap kelangsungan hidupnya. Dengan pendidikan tinggi, membuat ibu mampu memanfaatkan dunia modern yaitu pengetahuan tentang fasilitas dan perawatan kesehatan modern, serta mampu berkomunikasi dengan aparat para medis

Tempat Tinggal

Berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kematian ibu antara lain faktor tempat tinggal. Tingkat kematian ibu di daerah perkotaan lebih rendah dibanding daerah pedesaan. Hal ini didasari karena masyarakat kota pada umumnya mempunyai kondisi sosial ekonomi yang lebih baik, pendidikan yang lebih tinggi, pendapatan yang lebih tinggi, serta penyediaan air dan sanitasi yang lebih baik, demikian pula konsentrasi pelayanan kesehatan modern dan tenaga kesehatan lebih besar di kota.3

Secara geografis, kondisi wilayah Provinsi NTT terdiri dari daratan yang berbukit-bukit menyebabkan sulitnya transportasi antar wilayah, termasuk kondisi daerah yang masih terpencil. Hal ini menyebabkan sulitnya akses pelayanan kesehatan

3. pengaruh pemeriksaan kesehatan antenatal, intranatal, postnatal

Pola penyebab kematian di atas menunjukkan bahwa pelayanan obstetrik dan neonatal darurat

serta pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih menjadi sangat penting dalam upaya

penurunan kematian ibu. Walaupun sebagian besar perempuan bersalin di rumah, tenaga terlatih

dapat membantu mengenali kegawatan medis dan membantu keluarga untuk mencari perawatan

darurat.

faktor penting lain penyebab kematian ibu sering terjadi karena kebersihan (hygiene) yang

buruk pada saat persalinan. Deteksi dini terhadap infeksi selama kehamilan, persalinan yang bersih,

dan perawatan semasa nifas yang benar dapat menanggulangi masalah ini.

Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan melalui dokter kandungan atau bidan dengan minimal

pemeriksaan 4 kali selama kehamilan yaitu pada usia kehamilan trimester pertama, trimester kedua

dan pada kehamilan trimester ketiga, dengan catatan kehamilan berlangsung normal. Ada baiknya

pemeriksaan kehamilan dilakukan sebulan sekali hingga usia 6 bulan, sebulan dua kali pada usia 7-8

bulan dan seminggu sekali ketika usia kandungan menginjak 9 bulan. Pemeriksaan kehamilan

Page 6: Document1

merupakan salah satu tahapan penting yang harus dilakukan oleh ibu hamil menuju kehamilan yang

sehat.

Pemeriksaan kehamilan begitu penting dilakukan oleh para ibu hamil untuk mengetahui kondisi

ibu maupun janin yang sedang dikandungnya. Dengan pemeriksaan kehamilan dapat diketahui

perkembangan kehamilan, tingkat kesehatan kandungan, kondisi janin, dan bahkan penyakit atau

kelainan pada kandungan yang diharapkan dapat ditangani secara dini.

ANTENATAL

Menurut WHO (2010), antenatal care adalah suatu program yang terencana berupa observasi,

edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil untuk memperoleh suatu proses kehamilan serta

persalinan yang aman dan memuaskan. Antenatal care adalah pelayanan terhadap individu yang

bersifat preventif care untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang baik bagi ibu maupun janin

agar dapat melalui persalinan dengan sehat dan aman. Saat hamil diperlukan kesiapan fisik dan

mental ibu agar ibu berada dalam keadaan status kesehatan yang optimal. Keadaan kesehatan ibu

yang optimal ini sangat berpengaruh bagi pertumbuhan janin yang dikandungnya (Departemen

Kesehatan Indonesia, 2007). Antenatal care merupakan upaya preventif program pelayanan

kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan

pemantauan rutin selama kehamilan. Antenatal care merupakan cara penting untuk memonitor dan

mendukung kesehatan ibu hamil selama kehamilan hingga saat melahirkan. Walaupun demikian,

masih terdapat disparitas antar tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi ibu hamil dalam melakukan

pemeriksaan antenatal care.

Perilaku ibu hamil untuk melakukan antenatal care dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

lain: faktor pengetahuan mengenai pemeriksaan kehamilan, faktor pendidikan, faktor usia dan faktor

ekonomi. Berdasarkan survei pendahuluan 70 % ibu hamil memiliki pengetahuan yang kurang

tentang pentingnya antenatal care. Tujuh dari 10 orang ibu hamil tersebut tidak mengetahui tujuan

antenatal care dan berapa kali minimal dilakukan antenatal care.

Perawatan kehamilan meliputi kegiatan seperti (1) pemeriksaan kesehatan ke unit pelayanan

kesehatan, (2) perawatan diri/individu yang terdiri dari perawatan payudara dan melakukan senam

hamil, serta konsumsi suplemen, jamu, dan susu khusus ibu hamil, serta (3) mengkonsumsi makanan

yang bergizi dan sehat (Sokisno 1998).

Pemeriksaan kesehatan ibu hamil dalam antenatal care yang dicanangkan oleh pemerintah

meliputi 10 kegiatan yang salah satunya adalah pemberian suplemen besi-folat, dimana suplemen

Page 7: Document1

tersebut merupakan intervensi yang paling banyak dilakukan berbagai negara untuk menurunkan

anemia (Achadi 2008)

INTRANATAL

Perawatan Intranatal mengacu pada proses Melahirkan. Perawatan Intranatal adalah sangat penting

untuk setiap kehamilan. Perawatan Intranatal bertujuan untuk memberikan:

* Bersih dan kondisi higienis

* Aman,dengan cedera minimum untuk bayi dan ibu

* Kesiapan untuk menghadapi komplikasi seperti persalinan lama, perdarahan antepartum, convultions,

malpresentations, prolaps dll kabel

* Perawatan bayi

POST NATAL

Post natal adalah Perawatan ibu dan anak yang baru lahir setelah melahirkan dikenal sebagai seusai lahir.

Tujuan Masa Nifas

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

Tujuan Perawatan untuk ibu:

* Untuk mencegah komplikasi periode postpartal* Untuk menyediakan perawatan untuk pemulihan cepat ibu untuk kesehatan optimal.* Untuk memeriksa kecukupan menyusui.* Untuk memberikan pelayanan KB* Untuk memberikan pendidikan kesehatan dasar bagi ibu dan keluarga

Asuhan masa nifas diperlukan pada peiode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan tejadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjasi 24 jam pertama.

Page 8: Document1

Masa neonatus merupakan masa kritis dari kehidupan bayi, dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi masa nifas dapat mencegah kematian beberapa ini. (Saifuddin, 2006:122)

4. upaya pencegahan dan meningkatkan status kesehatan ibu melahirkan

Menurunkan kesakitan dan kematian ibu telah menjadi salah satu prioritas utama dalam

pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Propenas. Kegiatan-kegiatan yang

mendukung upaya ini antara lain meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi, meningkatkan

pemberantasan penyakit menular dan imunisasi, meningkatkan pelayanan kesehatan dasar dan

rujukan, menanggulangi KEK, dan menanggulangi anemia gizi besi pada wanita usia subur dan pada

masa kehamilan, melahirkan, dan nifas.

Ada empat strategi utama bagi upaya penurunan kesakitan dan kematian ibu. Pertama,

meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas dan

cost effective. Kedua, membangun kemitraan yang efektif melalui kerja sama lintas program, lintas

sektor, dan mitra lainnya. Ketiga, mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui

peningkatan pengetahuan dan perilaku sehat. Keempat, mendorong keterlibatan masyarakat dalam

menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan ibu dan bayi baru lahir.

Jaminan Persalinan (Jampersal) bisa menyelamatkan nyawa banyak ibu di Indonesia. Tahun

2012 ini pemerintah menganggarkan Rp 922,7 miliar untuk 2,8 juta ibu. Dengan Jampersal, maka

proses persalinan dan setelah melahirkan menjadi lebih terpantau sehingga mengurangi resiko ibu

meninggal. Jampersal bisa memberikan pelayanan cuma-cuma bagi ibu melahirkan lengkap dengan

pelayanan pemeriksaan kehamilan (ANC) dan pelayanan kesehatan pasca melahirkan. Ini merupakan

solusi yang cukup efektif untuk masa mendatang bagi para ibu. Jampersal diharapkab bisa menjadi

bagian dari solusi kesehatan ibu dan anak.

Page 9: Document1

Untuk menurunkan angka kematian ibu yang masih tinggi diperlukan peran serta semua pihak, langkah-langkah yang dapat diambil diantaranya adalah:

1. Memberikan advokasi kepada para pemegang kebijakan, agar dapat membantu mengeluarkan kebijakan-kebijakan dan program-program guna penurunan angka kematian ibu.

2. Memberikan KIE kepada setiap elemen masyarakat mengenai pentingnya kesehatan ibu dan penurunan angka kematian ibu.

3. Menambah dan melatih tenaga-tenaga kesehatan agar bisa membantu pengentasan masalah kesehatan khususnya membantu dalam proses persalinan ibu.

4. Memberikan pelatihan kepada dukun tradisional dan mengikutsertakan dukun tradisional pada sistem rujukan dalam proses persalinan ibu melahirkan sehingga proses persalinan ibu dapat ditangani oleh tenaga-tenaga professional.

5. Perlu ditingkatkannya akses pada sarana dan pelayanan kesehatan sehingga dapat menjangkau masyarakat yang tinggal di daerah terpencil.

6. Mengubah paradigma masyarakat mengenai pentingnya kesehatan ibu dan peran serta para ibu dalam proses menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas untuk pembangunan.

Upaya tersebut diantaranya adalah mulai tahun 1987 telah dimulai program safemotherhood dan mulai tahun 2001telah dilancarkan Rencana Strategi Nasionalmaking pregnancy safer (MPS). Adapun pesan kunci MPS adalah :i. Setiap persalinan, ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih;ii. Setiap komplikasi Obstetri dan neonatal mendapatkan pelayanan yangadekuat;iii. Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahankehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran

Upaya penanggulangan AKI saat ini :1. Dibentuknya AMP di puskesmasAudit Maternal Perinatal (AMP) menurut Departemen Kesehatan adalahsuatu kegiatan untuk menelusuri kembali sebab kesakitan dan kematian ibu dan perinatal dengan tujuan mencegah kesakitan dan kematian yang akan datang.AMP merupakan suatu investigasi kualitatif mendalam mengenai penyebab dansituasi di seputar kematian maternal dan perinatal/neonatal baik yang ditangani difasilitas kesehatan termasuk bidan di desa atau bidan praktek swasta secaramandiri, maupun di rumah. Dari kegiatan ini dapat ditentukan1.

Page 10: Document1

 1. Sebab dan faktor-faktor terkait dalam kesakitan / kematian ibu dan perinatal2.Tempat dan alasan berbagi sistem dan program gagal dalam mencegahkematian3.Jenis intervensi yang dibutuhkan

PONED Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) adalah pelayananuntuk menanggulangi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang terjadi pada ibu hamil, ibu bersalin maupun ibu dalam masa nifas dengan komplikasiobstetri yang mengancam jiwa ibu maupun janinnya. PONED merupakan upaya pemerintah dalam menanggulangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka  

Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yang masih tinggi dibandingkan di Negara-negara Asean lainnya.

Pelayanan yang Diberikan Puskesmas PONED :Puskesmas PONED harus memiliki tenaga kesehatan yang telah dilatih PONEDyaitu TIM PONED (Dokter dan 2 Paramedis). Pelayanan yang dapat diberikan puskesmas PONED yaitu pelayanan dalam menangani kegawatdaruratan ibu dan bayi meliputi kemampuan untuk menangani dan merujuk:1. Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia)2. Tindakan pertolongan Distosia Bahu dan Ekstraksi Vakum padaPertolongan Persalinan3. Perdarahan post partum4. infeksi nifas5. BBLR dan Hipotermi, Hipoglekimia, Ikterus, Hiperbilirubinemia, masalah pemberian minum pada bayi6. Asfiksia pada bayi7. Gangguan nafas pada bayi8. Kejang pada bayi baru lahir 9. Infeksi neonatal10. Persiapan umum sebelum tindakan kedaruratan Obstetri – Neonatal antaralain Kewaspadaan Universal Standar.3. GSI22 Gerakan Sayang Ibu (GSI) merupakan upaya untuk meningkatkan pemberdayaan  perempuan dan mempercepat penurunan angka kematian ibu dan  bayi yan

Page 11: Document1

g masih tinggi dan merupakan gerakan masyarakat bekerja sama dengan pemerintah  Kegiatan-kegiatanya antara lain:1.

 Melaksanakan pendataan ibu hamil, memberikan kode-kode terten tuuntuk memberi tanda bagi ibu hamil beresiko tinggi (tanda biru), untuk yang normal diberi tanda kuning. Ini pertama kali dikembangkan diSumatera Selatan, lalu dikembangkan di daerah lain

 2. Melaksanakan kegiatan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi), melalui pengajian dan penyuluhan bagi calon pengantin, bisa juga dikembangkandalam bentuk nyanyian, tarian, operet, puisi sayang ibu. Hendaknya jugadidukung oleh para Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB),Petugas Depag, Dinas Kesehatan dan sebagainya.3. Menyediakan Pondok Sayang Ibu. Ide ini pertama kali dicetuskan diLampung.4. Menggalang Dana Bersalin (Arlin) dari masyarakat sebagai bentuk kepedulian.5. Menggalang sumbangan donor darah untuk membantu persalinan.6. Menyediakan Ambulans Desa, bisa berupa becak, mobil roda empat milik warga yang dipinjamkan

4. Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K)Pemerintah telah melakukan upaya penurunan jumlah kematian ibu dan bayi dengan meningkatkan cakupan maupun kualitas pelayanan. Peningkatankemampuan tenaga kesehatan pada Puskesmas Rawat Inap dengan PONED diwujudkan untuk menanggulangi permasalahan dan kondisi kematian ibu dengan“penyebab langsung.” Sedangkan Program Perencanaan Persalinan danPencegahan Komplikasi (P4K) diharapkan mampu menyelesaikan masalah ataukondisi ”tidak langsung” yang menyebabkan ibu dan bayi meninggal. Kementerian Kesehatan RI telah meluncurkan ProgramPerencanaanPersalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)dengan stiker yang telahterbukti mampu meningkatkan secara signifikan cakupan pertolongan persalinanoleh tenaga kesehatan dan Buku KIA sebagai informasi dan pencatatan keluargayang mampu meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan ibu, bayi, dan balita.Dengan tercatatnya ibu hamil secara tepat dan akurat serta dipantau secara intensif oleh tenaga kesehatan dan kader di wilayah tersebut, maka setiap kehamilansampai persalinan dan nifas diharapkan dapat berjalan dengan aman dan selamat

Page 12: Document1

Manfaat dari P4K adalah meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanankesehatan ibu hamil, ibu

bersalin. Ibu nifas dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat

dalam merencanakan persalinanyang aman dan persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya

kebidanandan bayi baru lahir bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat. Dengan sasaransemua ibu

hamil yang ada di wilayah tersebut

Daftar pustaka

Soemantri et.al (eds), 1999. Maternal Morbidity and Mortality Study: CHN-III/Household Health Survey 1995., MOH and National Institute of Health Research and Development, Jakarta.

Prawirohardjo S. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan binapustaka sarwono prawirohardjo. 2006 ; 89-99.

Budi Utomo, 1985. Mortalitas:pengertian dan Contoh kasus di Indonesia. Proyek Penelitian Morbiditas dan Mortalitas Universitas Indonesia, Jakarta, 1985

Hanifa, W. Dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Cetakan 4. Jakarta : YBP-SP.

Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Cetakan I. Jakarta : PT. Bina Pustaka.

Saifuddin, Abdul B. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP

Depkes. (2007). Kurikulum dan Modul Pelatihan Bidan Poskesdes dan Pengembangan Desa Siaga. Depkes. Jakarta.

Depkes RI. (2007) Rumah Tangga Sehat Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Pusat Promosi Kesehatan.

Depkes RI, (2006) Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit, Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Depkes RI. (2006). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Page 13: Document1

Depkes RI. (2006). Manajemen BBLR untuk Bidan. Depkes. Jakarta.

Depkes RI. (2003). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.

Depkes RI. (2002). Pelatihan Konseling Pasca Keguguran. Depkes. Jakarta.

Depkes RI. (2002). Standar Profesi Kebidanan. Jakarta.

Depkes RI. (2002). Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta.

Depkes RI. (2002). Kompetensi Bidan Indonesia. Jakarta

Depkes RI. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga . Depkes RI. Jakarta.

Depkes RI. (1999). Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas, Departemen kesehatan, Departemen Dalam Negeri, Tim Penggerak PKK dan WHO. Jakarta.

Effendy Nasrul. (1998). Dasar – Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta.

International Confederation Of Midwives (ICM) yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO).

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 tentang Registrasi Dan Praktik Bidan;Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 741/MENKES/per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Tehnis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;

keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan.

Konggres Obtetri dan Gynecologi Indonesia XII. (2003). Forum Dokter Bidan. Yogyakarta.Markum. A.H. dkk. (1991). Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta.UU no 23 tahun 1992 tentang kesehatan

Pelayanan Obtetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) Asuhan Neonatal Essensial. 2008.

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga KesehatanSoetjiningsih. (1998). Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta.

Page 14: Document1

Syahlan, J.H. (1996). Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan.

Widyastuti, Endang. (2007). Modul Konseptual Frame work PWS-KIA Pemantauan dan Penelusuran Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Neonatal. Unicef.