document1

2
A new Portion of literature is Karena saraf laring superior dan inferior bersifat motorik dan sensorik, maka biasanya paralisis motorik terdapat bersamaan paralisis sensorik pada laring. Paralisis motorik otot laring dapat digolongkan menurut lokasi, jenis otot yang terkena dan jumlah otot yang terkena. Penggolongan menurut lokasi, misalnya dikenal paralisis unilateral dan bilateral. Menurut jenis otot yang terkena dikenal paralisis aduktor atau paralisis abductor atau paralisis tensor. Sedangkan penggolongan menurut jumlah otot yang terkena, paralisis sempurna atau tidak sempurna. Secara klinik paralisis otot laring dikenal unilateral midline paralysis, unilateral incomplete paralysis, bilateral midline paralysis, bilateral incomplete paralysis, complete paralysis, adductor paralysis, thyroarythenoid muscle paralysis dan cricothyroidmuscle paralysis. I. IA!"#SIS $A"I"! %A$&' ( IA!"#SIS $A"I"! Kualitas Suara ifferential diagnosis $reathy Paralisis pita suara, disfoni karena Spasme abductor, disfoni fungsional )oarse Paralisis pita suara, disfoni karena ketegangan otot, laryngitis karena w #edema +einke, penyalahgunaan suara, refluk laryngitis, paralysis pita suara, disfoni karena ketegangan otot Strained isfoni karena spasme m. adductor, disfoni karena ketegangan otot, refluk laringitis %remor Parkinson, tremor essential pada kepala dan leher, disfonia karena spasme, disfoni karena ketegangan otot ocal fatigueisfoni karena ketegangan otot, paralysis pita suara, refluk laryngitis, penyalahgunaan suara -. P&M&+IKSAA" K'I"IS Pemeriksaan klinis meliputi meliputi pemeriksaan umum status generalis /, pemeriksaan %)% termasuk pemeriksaan laring tak langsung untuk melihat laring melalui kaca laring, maupun pemeriksaan laring langsung dengan laringoskop atau dengan mikroskop, mikrolaringoskopi dan bedah mikro laring . 0, 1 isualisasi laring mungkin diperlukan untuk menentukan kondisi dari pita suara apakah ada lesi atau gerakan yang abnormal yang mendasari kelainan suara. Secara umum, pemeriksaan laring harus dilakukan jika suara parau menetap selama lebih dari ( minggu. 2( K. P&M&+IKSAA" P&"3"-A"! 3ntuk mendiagnosis suara parau diperlukan e4aluasi lanjut pemeriksaan penunjang/ yang mendetail karena sebagian besar penderita dengan suara parau tidak mencari pertolongan medis karena keluhan ini biasanya berlangsung singkat. $eberapa pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis suara parau 5 0,1 2. Pemeriksaan laboratorium darah rutin, hitung eosinofik dan Ig & / untuk mengethui adanya infeksi dan alergi yang

Upload: pandu-harsarapama

Post on 07-Oct-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

one

TRANSCRIPT

A new Portion of literature is Karena saraf laring superior dan inferior bersifat motorik dan sensorik, maka biasanya paralisis motorik terdapat bersamaan paralisis sensorik pada laring. Paralisis motorik otot laring dapat digolongkan menurut lokasi, jenis otot yang terkena dan jumlah otot yang terkena. Penggolongan menurut lokasi, misalnya dikenal paralisis unilateral dan bilateral. Menurut jenis otot yang terkena dikenal paralisis aduktor atau paralisis abductor atau paralisis tensor. Sedangkan penggolongan menurut jumlah otot yang terkena, paralisis sempurna atau tidak sempurna. Secara klinik paralisis otot laring dikenal unilateral midline paralysis, unilateral incomplete paralysis, bilateral midline paralysis, bilateral incomplete paralysis, complete paralysis, adductor paralysis, thyroarythenoid muscle paralysis dan cricothyroidmuscle paralysis.I. DIAGNOSIS BANDINGTABEL 2 DIAGNOSIS BANDINGKualitas Suara Differential diagnosis Breathy Paralisis pita suara, disfoni karena Spasme abductor, disfoni fungsionalHoarse Paralisis pita suara, disfoni karena ketegangan otot, laryngitis karena w-pitched Oedema Reinke, penyalahgunaan suara, refluk laryngitis, paralysis pita suara, disfoni karena ketegangan ototStrained Disfoni karena spasme m. adductor, disfoni karena ketegangan otot, refluk laringitisTremor Parkinson, tremor essential pada kepala dan leher, disfonia karena spasme, disfoni karena ketegangan ototVocal fatigueDisfoni karena ketegangan otot, paralysis pita suara, refluk laryngitis, penyalahgunaan suara J. PEMERIKSAAN KLINISPemeriksaan klinis meliputi meliputi pemeriksaan umum (status generalis ), pemeriksaan THT termasuk pemeriksaan laring tak langsung untuk melihat laring melalui kaca laring, maupun pemeriksaan laring langsung dengan laringoskop atau dengan mikroskop, mikrolaringoskopi dan bedah mikro laring . 4, 5 Visualisasi laring mungkin diperlukan untuk menentukan kondisi dari pita suara apakah ada lesi atau gerakan yang abnormal yang mendasari kelainan suara. Secara umum, pemeriksaan laring harus dilakukan jika suara parau menetap selama lebih dari 2 minggu. 12K. PEMERIKSAAN PENUNJANGUntuk mendiagnosis suara parau diperlukan evaluasi lanjut (pemeriksaan penunjang) yang mendetail karena sebagian besar penderita dengan suara parau tidak mencari pertolongan medis karena keluhan ini biasanya berlangsung singkat. Beberapa pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis suara parau : 4,51. Pemeriksaan laboratorium darah ( rutin, hitung eosinofik dan Ig E ) untuk mengethui adanya infeksi dan alergi yang mendasari). 2. Pemeriksaan rontgen, CT scan, MRI untuk mengetahui adanya sinusitis, deformitas struktur fonasi.3. Laringostomi untuk melihat pita suara apakah ada nodul, kista, polip, dan kanker tenggorokan.4. Pemeriksaan mikrobiologik dengan kultur usap tenggorok.5.Evaluasi L. PENATALAKSANAANKarena akibat yang timbul akibat kelelahan bersuara, maka perlu beberapa langkah pencegahan maupun terapi. Bila belum timbul keluhan, pencegahan merupakan hal yang terpenting. Beberapa peneliti menyarankan untuk minum air setiap beberapa saat setelah berbicara. Laki-laki yang minum air akan dapat membaca dengan kualitas suara yang baik dalam waktu yang lebih lama dibandingkan dengan yang tidak diberi minum air. Hal yang sama didapatkan pada penyanyi karaoke amatir. Istirahat bersuara merupakan salah satu tehnik untuk mengistirahatkan organ-organ pembentuk suara. 4,5Penelitian Yiu tahun 2003 melaporkan bahwa pada subyek yang diberi istirahat 1 menit setiap selesai menyanyikan satu lagu, mampu bernyanyi rata-rata selama 101 menit sedangkan yang tidak diberi istirahat hanya mampu bernyanyi selama 86 menit. Secara statistik perbedaan tersebut bermakna (p