14.hak kewajiban wp dan fiskus, hukum internasional

Download 14.Hak Kewajiban WP dan Fiskus, Hukum Internasional

If you can't read please download the document

Upload: hasana-dina

Post on 28-Nov-2014

6.034 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

from Wirawan B Ilyas & Richard Bourton 5th Edition

TRANSCRIPT

  • 1. Pengertian Hak dan Kewajiban Pajak Dalam hidup bermasyarakat, seseorang tidak mungkin bisa menuntut haknya tanpa pernah melaksanakan kewajibannya terlebih dahulu. Apabila masyarakat telah melaksanakan kewajibannya membayar pajak, maka pemerintah berperan memberikan segala bentuk pelayanan umum yang dibutuhkan masyarakat. Pemberian ini tidak terbatas hanya kepada mereka yang membayar pajak, tetapi juga kepada mereka yang belum membayar pajak. Sejak diberlakukannya sistem self-assessment dalam UU Perpajakan Indonesia, telah diatur adanya hak dan kewajiban WP yang seimbang dengan hak dan kewajiban fiskus (pegawai Dirjend Pajak), sehingga WP dan Fiskus dapat melaksanakan ketentuan yang ada dengan sebaik-baiknya.
  • 2. HAK WAJIB PAJAK Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pengarahan dari fiskus Hak untuk membetulkan Surat Pemberitahuan Hak untuk memperpanjang waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Hak memperoleh kembali kelebihan pembayaran pajak Hak mengajukan keberatan Hak mengajukan banding Hak mengadukan pejabat yang membocorkan rahasia WP Hak mengajukan permohonan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak
  • 3. HAK WAJIB PAJAK (lanjutan) Hak meminta keterangan mengenai koreksi dalam penerbitan ketetapan pajak Hak memberikan alasan tambahan Hak mengajukan gugatan Hak untuk menunda penagihan pajak Hak memperoleh imbalan bunga Hak mengajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung Hk mengurangi penghasilan kena pajak dengan biaya yang telah dikeluarkan
  • 4. HAK WAJIB PAJAK (lanjutan) Hak pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Hak menggunakan norma penghitungan penghasilan neto Hak memperoleh fasilitas perpajakan Hak untuk melakukan pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran
  • 5. KEWAJIBAN WAJIB PAJAK Kewajiban untuk mendaftarkan diri Kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan Kewajiban membayar atau menyetorkan pajak Kewajiban membayar atau menyetor pajak Kewajiban membuat pembukuan atau pencatatan Kewajiban menaati pemeriksaan pajak Kewajiban melakukan pemotongan atau pemungutan pajak Kewajiban membuat Faktur Pajak Kewajiban melunasi Bea Materai
  • 6. HAK FISKUS Hak menerbitkan NPWP atau NPPKP secara jabatan Hak menerbitkan surat ketetapan pajak Hak menerbitkan Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan Hak melakukan pemeriksaan dan penyegelan Hak menghapuskan atau mengurangi sanksi administrasi Hak melakukan penyidikan Hak melakukan pencegahan Hak melakukan penyanderaan
  • 7. KEWAJIBAN FISKUS Kewajiban untuk membina WP Kewajiban menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Kewajiban merahasiakan data WP Kewajiban melaksanakan keputusan
  • 8. KEWAJIBAN PIHAK KETIGA Pihak ketiga yang dimaksud adalah bank, akuntan publik, notaris, konsultan pajak, kantor administrasi, dan pihak ketiga lainnya yang mempunyai hubungan dengan WP. Berikut ini adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak ketiga, yaitu : Memberikan keterangan atau bukti terkait dengan proses adanya pemeriksaan dan penyidikan terhadap WP kepada Dirjend Pajak Meniadakan kewajiban kerahasiaan atas keterangan atau bukti, kecuali untuk bank kewajiban kerahasiaan ditiadakan atas perintah tertulis dari Menkeu
  • 9. Pengertian Hukum Pajak Internasional Menurut Prof. Dr. Ottmar Buhler, pengertian hukum pajak internasional dibedakan dalam arti sempit dan luas. Dalam arti sempit, pengertian hukum pajak internasional adalah kaidah-kaidah (norma) hukum perselisihan (kolisi) yang didasarkan pada hukum antarbangsa (hukum internasional). Sedangkan dalam arti luasnya adalah kaidah-kaidah hukum antar-bangsa ini ditambah peraturan nasional yang mempunyai sebagai objeknya hukum perselisihan (kolisi), tentunya yang letaknya dalam bidang perpajakan. Jadi, pada dasarnya hukum pajak internasional adalah hukum pajak nasional yang di dalamnya mengandung unsur asing, baik subjek, objek, maupun pemungut pajaknya.
  • 10. TUJUAN HUKUM PAJAK INTERNASIONAL Tujuan umum dari hukum pajak internasional adalah untuk mengeliminasi gejala pajak ganda, yang dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu : Dengan cara unilateral, dimana negara bersangkutan memasukkan dalam perundang-undangan pajaknya ketentuan untuk menghindari pajak berganda Cara bilateral, dilakukan dengan melakukan perjanjian pajak antar negara yang dikenal dengan istilah tax treaty atau perjanjian penghindaran pajak berganda (3B). Sampai saat ini Indonesia sudah memiliki tax treaty dengan 40 negara Perjanjian multirateral
  • 11. SUMBER-SUMBER HUKUM PAJAK INTERNASIONAL 1. Hukum pajak nasional (unilateral), yaitu peraturan pajak sepihak yang tidak ditujukan kepada negara lain. 2. Traktat (bilateral dan multilateral), yaitu perjanjian pajak dengan negara lain, seperti : a) Untuk menghindari pajak berganda b) Untuk mengatur perlakuan fiskal terhadap orang asing c) Untuk mengatur mengenai laba Badan Usaha Tetap (BUT) d) Untuk memberantas penyelundupan pajak e) Untuk menetapkan tarif-tarif douane 3. Putusan hakim (nasional maupun internasional)
  • 12. SUMBER PAJAK DAN OBJEK PAJAK DALAM PAJAK INTERNASIONAL Subjek pajak dapat dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Subjek pajak dalam negeri yang mendapat penghasilan dari sumber- sumber di luar negeri 2. Subjek pajak luar negeri yang mendapat penghasilan dari sumber- sumber di dalam negeri Objek pajak dapat dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Objek pajak dengan sumber di dalam negeri 2. Objek pajak dengan sumber di luar negeri
  • 13. PAJAK GANDA (DOUBLE TAXATION) Pajak ganda dapat dibedakan menjadi pajak ganda nasional dan pajak ganda internasional Pajak ganda nasional adalah pajak yang dikenakan lebih dari satu kali terhadap objek yang sama oleh suatu negara Pajak ganda internasional adalah pajak yang dikenakan lebih dari satu kali terhadap objek yang sama oleh lebih dari satu negara, yang timbul karena: 1. Ada lebih dari satu negara yang memungut pajak 2. Dikenakan terhadap objek yang sama
  • 14. TAX TREATY Tax treaty atau istilah populer dari penghindaran pajak berganda adalah perjanjian pajak antar-dua negara dalam upaya menghindari pajak berganda. Hal-hal yang harus ditur dalam setiap tax treaty adalah mengenai negara mana saja yang menjadi peserta dan terikat dalam perjanjian tersebut dan objek pajak apa yang tercakup dalam perjanjian tersebut.
  • 15. TAX TREATY Pada umumnya, tax treaty dapat dapat dikelompokkan menjadi tiga, sebagai berikut : 1. Menyebutkan jenis pajaknya, tetapi tidak menyatakan definisinya 2. Mencantumkan definisi pajak yang diliputinya disertai dengan nama pajak- pajak, yang pada waktu perjanjian dibuat telah ada dan ditambah dengan ketentuan bahwa pada waktu-waktu tertentu otoritas keuangan dari masing- masing negara akan saling memberitahukan, pajak mana yang tunduk dalam perjanjian tersebut 3. Menyebutkan nama pajaknya dengan ketentuan, bahwa perjanjian tersebut juga berlaku untuk pajak-pajak yang akan diadakan, dan pada hakikatnya mempunyai dasar yang sama.
  • 16. TAX TREATY (lanjutan) Objek pajak dalam tax treaty umunya dibagi menjadi 15 jenis penghasilan, sebagai berikut : 8. Penghasilan dari pekerjaan bebas 9. Penghasilan dari pekerjaan 10. Gaji untuk direktur 11. Penghasilan seniman, artis, atlit 12. Uang pensiun dan jamsos tenaga kerja 13. Penghasilan pegawai negeri 14. Penghasilan pelajar atau mahasiswa 15. Penghasilan lain-lain 1. Penghasilan dari harta tetap atau barang tak bergerak 2. Penghasilan dari usaha 3. Penghasilan dari usaha perkapalan atau angkutan udara 4. Dividen 5. Bunga 6. Royalti 7. Keuntungan dari penjualan harta