14. fisiologi kala iii-
TRANSCRIPT
MATA KULIAH
WAKTU
DOSEN
TOPIK
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
FISIOLOGI KALA III
Fisiologi Kala III 1
Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :1. Menjelaskan tentang fisiologi kala III2. Menjelaskan tentang mekanisme pelepasan plasenta3. Menjelaskan tentang pengawasan perdarahan4. Menjelaskan tentang manajemen aktif kala III5. Menjelaskan tentang pemeriksaan plasenta, selaput ketuban dan tali pusat
1. Affandi, Biran. Asuhan Persalinan Normal, Asuhan Essensial Persalinan (Edisi Revisi), Jakarta : Jaringan Nasional Pelatihan Klinik; 2007.
2. Departemen Kesehatan RI. Asuhan Persalinan Normal. 20073. Benett, V.R Myles textbook for midwives 12th edition. United Kingdom :
Churchill Livingstone, 1996
4. Farrer, Helen.Perawatan maternitas, Jakarta: EGC;1999
5. Manuaba. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC; 1998.
6. Mochtar R. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Jilid 1
Edisi 2, Jakarta : EGC; 1998.
7. Moore, Hacker. Esensial Obstetri & Ginekologi, Jakarta : Hipokrates; 2001
8. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan, Jakarta : YBPSP; 2002
9. Pusdiknakes. Asuhan Intrapartum, WHO-JHPIEGO; 2003
10. Saifuddin. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal,
Jakarta : JNPKKR; 2001
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
SUB TOPIK
1. Fisiologi kala III
- mekanisme pelepasan plasenta
- pengawasan perdarahan
2. Manajemen aktif kala III
3. Pemeriksaan plasenta, selaput ketuban dan tali
pusat
OBJEKTIF PERILAKU SISWA
REFERENSI
Fisiologi Kala III 2
Penyebab terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah kontraksi uterus
(spontan atau dengan stimulus) setelah kala dua selesai.Berat plasenta mempermudah
terlepasnya selaput ketuban, yang terkelupas dan dikeluarkan. Tempat perlekatan
plasenta menentukan kecepatan pemisahan dan metode ekspulsi plasenta. Selaput
ketuban dikeluarkan dengan penonjolan bagian ibu atau bagian janin.
Pada kala III, otot uterus (miometrium)berkontraksi mengikuti penyusutan
volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi
semkin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka pasenta akan terlipat,
menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun
ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
1. PENGERTIAN KALA III PERSALINAN
o Kala III merupakan tahap ketiga persalinan yang berlangsung sejak bayi lahir
sampai plasenta lahir.
o Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban.
Gambar 1
2. FISIOLOGI KALA III
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
1. FISIOLOGI KALA III
PENDAHULUAN
Fisiologi Kala III 3
Kala III terdiri dari 2 fase:
A. Fase pemisahan plasenta
B. Fase pengeluaran plasenta
Penyebab terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah kontraksi uterus
(spontan atau dengan stimulus) setelah kala dua selesai.Berat plasenta mempermudah
terlepasnya selaput ketuban, yang terkelupas dan dikeluarkan. Tempat perlekatan
plasenta menentukan kecepatan pemisahan dan metode ekspulsi plasenta. Selaput
ketuban dikeluarkan dengan penonjolan bagian ibu atau bagian janin.
Pada kala III, otot uterus (miometrium)berkontraksi mengikuti penyusutan
volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi
semkin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka pasenta akan terlipat,
menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun
ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
Gambar 2
Setelah janin lahir, uterus mengadakan kontraksi yang mengakibatkan penciutan
permukaan kavum uteri, tempat implantassi plasenta. Akibatnya, plasenta akan lepas
dari tempat implantasinya
Cara-cara Pelepasan Plasenta :
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
Fisiologi Kala III 4
Metode Ekspulsi Schultze
Pelepasan ini dapat dimulai dari tengah (sentral) atau dari pinggir plasenta. Ditandai
oleh makin panjang keluarnya tali pusat dari vagina (tanda ini dikemukakan oleh
Ahfled) tanpa adanya perdarahan per vaginam. Lebih besar kemungkinannya terjadi
pada plasenta yang melekat di fundus.
Gambar 3
Metode Ekspulsi Matthew-Duncan
Ditandai oleh adanya perdarahan dari vagina apabila plasenta mulai terlepas.
Umumnya perdarahan tidak melebihi 400 ml. Bila lebih hal ini patologik8.Lebih
besar kemungkinan pada implantasi lateral. Apabila plasenta lahir, umumnya otot-
otot uterus segera berkontraksi, pembuluh-pembuluh darah akan terjepit, dan
perdarahan segera berhenti. Pada keadaan normal menurut Caldeyro-Barcia akan
lahir spontan dalam waktu + 6 menit setelah anak lahir lengkap.
Prasat untuk mengetahui apakah plasenta lepas dari tempat implantasinya :
1. Prasat Kustner.
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri menekan
daerah di atas simfisis. Bila tali pusat ini masuk kembali ke dalam vagina, berarti
plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tetap atau tidak masuk kembali ke
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
Fisiologi Kala III 5
dalam vagina, berarti plasenta lepas dari dinding uterus. Prasat ini hendaknya
dilakukan secara hati-hati. Apabila hanya sebagian plasenta terlepas, perdarahan
banyak akan dapat terjadi.
2. Prasat Strassmann
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri
mengeetok-ngetok fundus uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat yang
diregangkan ini berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.
3. Prasat Klein
Wanita tersebut disuruh mengedan. Tali pusat tampak turun ke bawah. Bila
pengedanannya dihentikan dan tali pusat masuk kembali ke dalam vagina, berarti
plasenta belum lepas dari dinding uterus.
Karena usaha – usaha untuk mengeluarkan plasenta sebelum terlepas sia –
sia saja dan mungkin berbahaya, yang paling penting adalah mengenali tanda –
tanda pelepasan plasenta.
Tanda – tanda pelepasan plasenta yaitu :
a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus
berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah
uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga
atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat.
b. Tali pusat memanjang.
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva.
c. Semburan darah mendadak dan singkat.
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong
plasenta keluar di bantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah
(retroplasental pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan
dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar
dari tepi plasenta yang terlepas.
Tanda ini kadang – kadang terlihat dalam waktu satu menit setelah bayi lahir
dan biasanya dalam 5 menit.
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
2. PENATALAKSANAAN MANAJEMEN AKTIF KALA II
Fisiologi Kala III 6
Tujuan penanganan tahap ketiga persalinan adalah pelepasan dan ekspulsi segera
plasenta, yang dicapai dengan cara paling mudah dan paling aman. Manajemen aktif
kala III (pengeluaran aktif plasenta) membantu menghindarkan terjadinya perdarahan
pascasalin.
Keuntungan manajemen aktif kala tiga adalah :
1. Persalinan kala tiga lebih singkat
2. Mengurangi umlah kehilangan darah
3. Mengurangi kejadian retensio plasenta
a. PEMBERIAN OXYTOCIN 1 MENIT PERTAMA SETELAH BAYI LAHIR
1. Pemberian oxytocin ditujukan untuk merangsang uterus berkontraksi yang
juga mempercepat pelepasan plasenta.
2. Jika oxytocin tidak tersedia, lakukan rangsangan puting susu ibu atau susukan
bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah atau memberikan ergometrin 0,2
mg I.M
3. Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan preeklamsia, eklamsia atau
dengan tekanan darah tinggi karena hal ini akan meningkatkan risiko
terjadinya penyakit serebro – vaskuler.
Langkah-langkah Pemberian Oxytocin :
1. Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk diberi ASI.
2. Letakkan kain bersih di atas perut ibu.
Alasan :Kain akan mencegah kontaminasi tangan penolong persalinan yang
sudah memakai sarung tangan dan mencegah kontaminasi oleh darah pada
perut ibu.
3. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain (Undiagnosed
twin).
Alasan : Oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi yang akan sangat
menurunkan pasokan oksigen pada bayi. Hati-hati jangan menekan kuat
pada korpus uteri karena dapat terjadi kontaksi tetanik yang akan
menyulitkan pengeluarn plasenta.
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
Fisiologi Kala III 7
4. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik.
5. Segera (dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir) suntikkan oksitosi 10 unit
IM pada 1/3 bagian atas paha bagian lusr (vastus lateralis).
Alasan : Oksitosin merangsang fundus uteri untuk berkontraksi dengan kuat
dan efektif sehingga dapat membantu pelepasan plasenta dan mengurangi
kehilangan darah. Aspirasi sebelum penyuntikan oksitosin ke pembuluh
darah.
b. PENEGANGAN TALI PUSAT TERKENDALI
Penegangan tali pusat terkendali ( PTT ) dilakukan hanya selama
uterus berkontraksi. Tangan pada uterus merasakan kontraksi, ibu dapat juga
memberi tahu petugas ketika ia merasakan kontraksi. Ketika uterus sedang
tidak berkontraksi, tangan petugas dapat tetap berada pada uterus, tetapi
bukan melakukan PTT.
Langkah – langkah Penegangan tali pusat terkendali :
1. Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
Alasan : Memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah
avulsi.
2. Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat di
ats simfisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus
pada saat melakukan PTT. Setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegagkan
tali pusat dengan satu tangan dan tangan yang lain (pada dinding
abdomen) menekan uterus ke arah lumbal dan kepala ibu (dorso
kranial). Lakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya inversio
uteri.
3. Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali
(sekitar 2-3 menit berselang) untuk mengulangi kembali PTT.
4. Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur)
tegangkan tali pusat ke arah bawah, lakukan tekanan dorso kranial
hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang
menandakan plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan.
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
Fisiologi Kala III 8
5. Jika langkah 4 tidak berjalan sebagaimana mestinya dan plasenta tidak
turun setelah 30-40 detik dimulainya PTT dan tidak ada tanda-tanda
yang menunjukkan lepasnya plasenta, jangan teruskan PTT.
6. Setelah plasenta terpisah, anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta
terdorong keluar melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat
dengan arah sejajar lantai (mengikuti poros jalan lahir).
Alasan : Segera melepaskan plasenta yang telah terpisah dari dinding
uterus akan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu.
7. Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan mengangkat tali pusat ke atas dan menopang plasenta dengan
tangan lainnya untuk diletakkan dalam wadah penampung. Karena
selaput ketuban mudah robek; pegang plasenta dengan kedua tangan
dan secara lembut putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
menjadi satu.
8. Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk
melahirkan selaput ketuban.
Alasan : Melahirkan plasenta dan selaputnya dengan hati-hati akan
membantu mencegah tertinggalnya selaput ketuban di jalan lahir.
9. Jika selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir saat melahirkan
plasenta, dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama.
Gunakan jari-jari tangan anda atau klem DTT atau steril atau forsep
untuk keluarkan selaput ketuban yang teraba.
Jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 unit
oksitosin IM dosis kedua. Periksa kandung kemih. Jika ternyata penuh,
gunakan teknik asptik untuk memasukkan kateter nelaton DTT atau steril
untuk mengosongkan kandung kemih. Ulangi kembali PTT dan tekanan
dorso-kranial. Nasehati keluarga bahwa rujukan mungkin diperlukan jika
plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit. Pada menit ke 30 coba lagi
melahirkan plasenta dengan melakukan PTT untuk terakhir kalinya. Jika
plasenta tetap tidak lahir, rujuk segera.
c. RANGSANGAN TAKTIL (MASASE) FUNDUS UTERI
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
Fisiologi Kala III 9
Massase dilakukan segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan
agar menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah
dan mencegah perdarahan pascapersalinan. Jika uterus tidak berkontraksi
kuat selama 10 – 15 detik atau jika perdarahan hebat terjadi, segera lakukan
kompresi bimanual.
Langkah-langkah Masase :
1. Letakkan telapak tangan pada fundus uteri.
2. Jelaskan tindakan pada ibu, katakan bahwa ibu mungkin merasa agak
tidak nyaman karena tindakan yang diberikan. Anjurkan ibu untuk
menarik nafas dalam dan perlahan serta rileks.
3. Dengan lembut tapi mantap gerakkan tangan dengan arah memutar
pada fundus uteri supaya uterus berkontraksi. Jika uterus tidak
berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan penatalaksanaan atonia
uteri.
4. Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap
dan utuh.
5. Periksa kembali uterus setelah satu hingga dua menit untuk
memastikan uterus berkontraksi. Jika uterus masih belum berkontraksi
baik, ulangi masase fundus uteri. Ajarkan ibu dan keluarganya cara
melakuakn masase uterus sehingga mampu untuk segera mengetahuai
jika uterus tidak berkontraksi baik.
6. Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama
pasca persalinan dan setiap 30 menit selama satu jam kedua pasca
persalinan.
Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum lahir dalam
waktu 30 menit, maka :
1. Periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi jika kandung kemih
penuh
2. Periksa adanya tanda – tanda pelepasan plasenta
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
Fisiologi Kala III 10
3. Berikan oxytocin 10 unit I.M dosis ketiga, dalam jarak waktu 15 menit
dari pemberian oksitosin dosis pertama
4. Siapkan rujukan jika ada tanda – tanda pelepasan plasenta
Tujuan untuk memastikan bahwa tidak ada bagian plasenta atau
selaput ketuban yang masih tertinggal
Plasenta diletakkan dialas permukaan yang rata
Jika membrannya tidak lengkap kadang-kadang bisa ditarik keluar
secara perlahan dengan men ggunakan klem. Jika wanita tersebut tidal:
mengeluarkan darah, bisa diberikan injeksi methergin 0,2 mg IM agar
kontraksi uterus mendesak keluar membran tsb.
Hal-hal yang harus diperiksa:
1. Selaput ketuban
Caranya:
- Menyatukan kembali sate persatu untuk mclihat gambaran umum dari
kelengkapinya
- Mengangkat plaserita dengan memegang talpus, dan membiarkan
plasenta tersebut menggantung. Kemudian salah sate tangan bisa
dimasukkan untuk melebarkan selaput tersebut untuk membantu
pemeriksaan
2. Memeriksa kelengkapan plasenta (dengan
cara memastikan bahwa semua cotyledon ada)
3. Posisi dari insersi tali pusat
4. Pembuluh darah talpus (Arteri 2 bh, vena 1
bh)
5. Bobot plasenta Panjang talpus
6. Kemungkinan terdapat plasenta
suksenturiata.
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
3. PEMERIKSAAN PLASENTA, SELAPUT KETUBAN DAN TALI PUSAT
Fisiologi Kala III 11
1. Dibawah ini merupakan tanda – tanda pelepasan plasenta, kecuali
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
EVALUASI
Fisiologi Kala III 12
a) Adanya semburan darah dengan tiba – tiba
b) Tali pusat bertambah panjang
c) Semburan darah setelah plasenta lahir
d) Fundus yang berkontraksi kuat
Jawab C
2. Cara pelepasan plasenta dimulai dari tengah atau pinggir plasenta, tali pusat
makin panjang keluar dari vagina tanpa adanya perdarahan per vaginam, adalah
metode...
a) Scultze
b) Mattew Duncan
c) Klein
d) Kustner
Jawab A
3. Apa kegunaan diberikannya oxytoxin segera setelah bayi lahir ......
a) uterus berkontraksi & mempercepat pelepasan plasenta
b) Mencegah terjadinya prolaps uteri
c) Mengurangi rasa nyeri pada ibu
d) Mencegah terjadinya rupture
Jawab A
4. Kapan dilakukannya PTT ……
a) Segera setelah bayi lahir
b) Sebelum diberikan oxytocin
c) Saat uterus berkontraksi
d) Setelah dilakukan massase
Jawab C
5. Tindakan apa yang akan diberikan apabila setelah dilakukan manajemen aktif
kala III plasenta tetap belum lahir juga …..
a) Mengosongkan kandung kemih
b) Lakukan masase uterus
c) Lakukan kompres es pada uterus
d) Lakukan KBI / KBE
Jawab A
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
Fisiologi Kala III 13
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin