134462880-macam2-fraktur

56
BAB I PENDAHULUAN Wrist joint atau sendi pergelangan tangan merupakan regio yang meliputi tulang karpalia dan bagian metafise serta permukaan sendi tulang radius dan ulna, sedangkan Elbow joint atau sendi siku terdiri dari ujung distal tulang humerus dan ujung proksimal tulang radius dan ulna. Terdapat sejumlah jenis patah tulang yang sering terjadi pada persendian ini. Meskipun beberapa dari fraktur ini biasanya terisolir (tidak ada luka lain), fraktur ini dapat menjadi bagian dari cedera siku yang lebih kompleks. Fraktur yang sering terjadi baik pada anak - anak maupun dewasa di daerah radius dan ulna antara lain; fraktur Montegia, fraktur Galeazi, fraktur Supracondylus, fraktur Colles, dan fraktur Smith. Penyebab terbanyak dari fraktur - fraktur tersebut adalah akibat trauma langsung, di mana tangan jatuh terlebih dahulu kemudian badan (dalam hal ini tangan menyangga berat badan ketika jatuh). Penatalaksanaan pada fraktur – fraktur tersebut dapat berupa reposisi tertutup ( Closed Reduction ) yang dilanjutkan dengan gips maupun Operasi dengan ORIF (Open Reduction Internal Fixation). Angka kesembuhan pada fraktur ini cukup tinggi, sehingga seringkali

Upload: evi-maisyari

Post on 30-Jan-2016

15 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

macam fraktur

TRANSCRIPT

Page 1: 134462880-macam2-fraktur

BAB I

PENDAHULUAN

Wrist joint atau sendi pergelangan tangan merupakan regio yang meliputi

tulang karpalia dan bagian metafise serta permukaan sendi tulang radius dan ulna,

sedangkan Elbow joint atau sendi siku terdiri dari ujung distal tulang humerus dan

ujung proksimal tulang radius dan ulna.

Terdapat sejumlah jenis patah tulang yang sering terjadi pada persendian

ini. Meskipun beberapa dari fraktur ini biasanya terisolir (tidak ada luka lain),

fraktur ini dapat menjadi bagian dari cedera siku yang lebih kompleks. Fraktur

yang sering terjadi baik pada anak - anak maupun dewasa di daerah radius dan

ulna antara lain; fraktur Montegia, fraktur Galeazi, fraktur Supracondylus, fraktur

Colles, dan fraktur Smith. Penyebab terbanyak dari fraktur - fraktur tersebut

adalah akibat trauma langsung, di mana tangan jatuh terlebih dahulu kemudian

badan (dalam hal ini tangan menyangga berat badan ketika jatuh).

Penatalaksanaan pada fraktur – fraktur tersebut dapat berupa reposisi

tertutup ( Closed Reduction ) yang dilanjutkan dengan gips maupun Operasi

dengan ORIF (Open Reduction Internal Fixation). Angka kesembuhan pada

fraktur ini cukup tinggi, sehingga seringkali hanya membutuhkan tindakan

reposisi tertutup ( Closed Reduction) dan gips. Tindakan operatif hanya

dibutuhkan bila fraktur berada pada di daerah intraartikuler atau yang bersifat

communitif.

Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana gambaran hasil radiologi

pada Wrist joint dan Elbow joint yang mengalami fraktur, sehingga dapat

membantu pemilihan penatalaksanaan yang sesuai.

Page 2: 134462880-macam2-fraktur

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang

dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang

menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada

lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa

trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan

tulang klavikula atau radius distal patah.

2.2 Struktur Tulang

Tulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran, tapi

mereka masih punya struktur yang sama. Lapisan yang paling luar disebut

Periosteum dimana terdapat pembuluh darah dan saraf. Lapisan di bawah

periosteum mengikat tulang dengan benang kolagen disebut benang sharpey, yang

masuk ke tulang disebut korteks. Karena itu korteks sifatnya keras dan tebal

sehingga disebut tulang kompak. Korteks tersusun solid dan sangat kuat yang

disusun dalam unit struktural yang disebut Sistem Haversian. Tiap system terdiri

atas kanal utama yang disebut Kanal Haversian.

Lapisan melingkar dari matriks tulang disebut Lamellae, ruangan sempit

antara lamellae disebut Lakunae (didalamnya terdapat osteosit) dan Kanalikuli.

Tiap sistem kelihatan seperti lingkaran yang menyatu. Kanal Haversian terdapat

sepanjang tulang panjang dan di dalamnya terdapat pembuluh darah dan saraf

yang masuk ke tulang melalui Kanal Volkman. Pembuluh darah inilah yang

mengangkut nutrisi untuk tulang dan membuang sisa metabolisme keluar tulang.

Lapisan tengah tulang merupakan akhir dari sistem Haversian, yang di

dalamnya terdapat Trabekulae (batang) dari tulang. Trabekulae ini terlihat seperti

spon tapi kuat sehingga disebut Tulang Spon yang di dalamnya terdapat bone

marrow yang membentuk sel - sel darah merah. Bone Marrow ini terdiri atas dua

macam yaitu bone marrow merah yang memproduksi sel darah merah melalui

Page 3: 134462880-macam2-fraktur

proses hematopoiesis dan bone marrow kuning yang terdiri atas sel-sel lemak

dimana jika dalam proses fraktur bisa menyebabkan Fat Embolism Syndrom

(FES).

Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast.

Osteoblast merupakan sel pembentuk tulang yang berada di bawah tulang baru.

Osteosit adalah osteoblast yang ada pada matriks. Sedangkan osteoklast adalah sel

penghancur tulang dengan menyerap kembali sel tulang yang rusak maupun yang

tua. Sel tulang ini diikat oleh elemen-elemen ekstraseluler yang disebut matriks.

Matriks ini dibentuk oleh benang kolagen,protein, karbohidrat, mineral, dan

substansi dasar (gelatin) yang berfungsi sebagai media dalam difusi nutrisi,

oksigen, dan sampah metabolisme antara tulang dengan pembuluh darah. Selain

itu, di dalamnya terkandung garam kalsium organik (kalsium dan fosfat) yang

menyebabkan tulang keras. Sedangkan aliran darah dalam tulang antara 200 – 400

ml/menit melalui proses vaskularisasi tulang.

2.3 Anatomi dan Kinesiologi.

2.3.1 Anatomi

Radius adalah tulang di sisi lateral lengan bawah, merupakan

tulang pipa dengan sebuah batang dan 2 ujung yang lebih pendek dari pada

ulna.Ujung atas radius kecil dan memperlihatkan kepala berbentuk

kancing dengan permukaan dangkal yang bersendi dengan kapitulum dari

humerus. Sisi - sisi kepala radius bersendi dengan taktik radius dan ulna.

Di bagian bawah kepala terletak leher, dan di bawah serta disebelah

medial dari leher ada tuberositas radii, yang dikaitkan pada tendon dari

insersi otot biseps.

Batang radius di sebelah atas batangnya lebih sempit dan lebih

bundar dari pada di bawah dan melebar makin mendekati ujung bawah.

Batangnya melengkung ke sebalah luar dan terbagi dalam beberapa

permukaan, yang seperti pada ulna memberi kaitan kepada flexor dan

pronator yang letaknya dalam di sebelah anterior; dan di sebelah posterior

memberi kaitan pada ekstensor dan supinator di sebelah dalam lengan

Page 4: 134462880-macam2-fraktur

bawah dan tangan. Ligamentum interossea berjalan di radius ke ulna dan

memisahkan otot belakang dari yang depan lengan bawah.

Ujung bawah agak berbentuk segiempat dan masuk dalam formasi

di bawah sendi. Persendian inferior dari ujung bawah radius bersendi

dengan skafoid (os.navikular radii) dan tulang semilunar (lunatum) dalam

formasi persendian pergelangan tangan. Permukaan persendian di sebelah

medial dari ujung bawah bersendi dengan kepala dari ulna dan formasi

persendian radio ulna inferior. Sebelah lateral dari ujung bawah

diperpanjang ke bawah menjadi prosessus stiloid radius.

Sedangkan karpal terdiri dari 8 tulang kecil pergelangan tangan,

radius dan ulna.

Page 5: 134462880-macam2-fraktur

2.3.2 Kinesiologi

Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar

yang diperkuat oleh ligamentum anulare yang melingkari kapitulum

radius, dan di distal oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh ligamen

radioulnar, yang mengandung fibrokartilago triangularis. Membrana

interossea memperkuat hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan

satu kesatuan yang kuat. Oleh karena itu, patah yang hanya mengenai satu

tulang agak jarang terjadi atau bila patahnya hanya mengenai satu tulang,

hampir selalu disertai dislokasi sendi radioulnar yang dekat dengan patah

tersebut. Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antartulang,

yaitu M. Supinator, M. Pronator Teres, M. Pronator Quadratus yang

membuat gerakan pronasi - supinasi. Ketiga otot itu bersama dengan otot

lain yang berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan patah tulang

lengan bawah disertai dislokasi angulasi dan rotasi, terutama pada radius.

2.4 Pemeriksaan

Pada pemeriksaan fisik didapati tanda fraktur. Pemeriksa harus

memperhitungkan kemungkinan adanya gangguan syaraf, atau kerusakan

pembuluh darah. Pada pemeriksaan radiologis yang perlu diperhatikan adalah

adanya luksasi sendi radioulnar proksimal atau distal yang lebih dicurigai apabila

ditemukan fraktur hanya pada salah satu tulang disertai dislokasi.

2.5 Penyulit

Lesi saraf jarang terjadi pada fraktur tertutup. Apabila terjadi, bisa

mengenai saraf radialis, ulnaris maupun medianus atau cabangnya. Cedera saraf

radialis ditemukan pada fraktur Montegia, sedangkan cedera saraf medianus

sering terjadi pada fraktur radius distal. Karena di lengan bawah terdapat banyak

pembuluh darah kolateral, kerusakan pembuluh darah jarang berakibat berat

terhadap lengan bawah. Penyulit yang segera tampak berupa sindrom

kompartemen juga relatif jarang.

Page 6: 134462880-macam2-fraktur

2.6 Macam – macam Fraktur yang Sering Terjadi

Berikut ini akan dibahas beberapa fraktur yang sering terjadi

pada elbow joint dan wrist joint, yaitu : Fraktur Montegia, Fraktur Galeazi,

Fraktur Supracondylus, Fraktur Colles, Fraktur Smith dan Fraktur Skafoid.

2.6.1 FRAKTUR MONTEGIA

A. Pengertian

Fraktur Montegia adalah fraktur (discontinuitas) pada bagian

proksimal ulna dan di sertai dislokasi caput radius (radioulnar joint).

Kejadian secara relatif luar biasa dilaporkan kurang lebih 5% dari kejadian

fraktur lengan bawah.

B. Klasifikasi

Menurut Bado Fraktur Montegia diklasifikasikan 4 tipe yakni:

a. Tipe I

Fraktur pada proksimal atau 1/3 tengah dari ulna dengan dislokasi

anterior pada caput radius.

Bado lesi tipe 1. Fraktur Montegia pada umumnya.

Bado lesi tipe I.

Page 7: 134462880-macam2-fraktur

b. Tipe II

Fraktur pada proksimal atau 1/3 tengah dari ulna dengan dislokasi

posterior pada caput radius.

Bado lesi tipe II.

Bado lesi tipe II. Setelah ORIF (Open Reduction Internal Fixation).

c. Tipe III`

Fraktur dari metafisis ulna dengan dislokasi lateral dari caput

radius.

Bado lesi tipe III dengan pergeseran lateral dari caput radius (with lateral

displacement of the radial head).

Page 8: 134462880-macam2-fraktur

d. Tipe IV.

Fraktur pada proximal dan 1/3 tengah dari radius dan ulna dengan

dislokasi anterior dari caput radius.

Bado lesi tipe IV.

C. Mekanisme cedera

Biasanya penyebabnya adalah jatuh mengenai tangan, kalau pada

saat benturan tubuh memuntir, daya geraknya dapat dengan kuat

mempronasikan lengan bawah. Caput radius dapat berdislokasi ke depan

dan sepertiga proximal dari ulna bisa patah dan dapat melengkung ke

depan. Kadang-kadang daya penyebabnya adalah hiperekstensi.

D. Gambaran Klinis

Deformitas ulna biasanya jelas tetapi caput radius yang

berdislokasi dapat tersembunyi akibat adanya bengkak. Suatu tanda yg

berguna adalah nyeri dan nyeri tekan sisi lateral siku disertai terdengar

bunyi krepitasi.

Sinar-X

Pada kasus ini pemeriksaan foto rontgennya adalah foto regio

antebrachii anterior posterior dan lateral. Dari hasil foto biasanya

didapatkan caput radius yang berdislokasi ke depan, dan terdapat fraktur

pada sepertiga bagian atas ulna dengan perlengkungan ke depan. Kadang-

kadang dislokasi radius dapat disertai dengan fraktur olecranon. Selain itu

kadang-kadang dapat di temukan caput radius berdislokasi ke posterior

dan fraktur ulna melengkung ke belakang. Pada kasus fraktur ulna yang

terisolasi selalu diperlukan pemeriksaan sinar-X pada siku.

Page 9: 134462880-macam2-fraktur

E. Penatalaksanaan

Indikasi untuk pengobatan dari fraktur Montegia didasarkan pada

pola spesifik dari fraktur dan umur penderita. Sebagian besar fraktur

Montegia pada anak-anak dapat dilakukan closed reduction dan long arm

cast, sedangkan pada sebagian besar orang dewasa dilakukan open

reduction internal fixation.

Clossed reduction dengan mengunakan sedasi diberikan apabila

kejadiannya sudah berlangsung 6-8 jam. Clossed reduction biasanya

dilakukan dengan posisi supinasi, tetapi kadang memerlukan traksi dan

penekanan langsung dari caput radius. Apabila closed reduction tidak

berhasil maka akan segera di lakukan open reduction di kamar operasi.

Penundaan reduksi dari caput radius dapat mengakibatkan kerusakkan

artikular secara permanen, cedera saraf atau keduanya.

Apabila terjadi open fraktur maka akan dilakukan operasi

emergensi. Pada bado tipe I,III, dan IV dilakukan posterior long arm cast

dengan posisi siku flexi 90 derajat dan supinasi penuh.sedangkan pada

bado tipe II dilakukan posterior long arm cast dengan posisi siku flexi 70

derajat dan supinasi. Imobilisasi dapat dilakukan selama 6 minggu.

Page 10: 134462880-macam2-fraktur

F. Komplikasi

Malunion

Malunion ulna tidak terlalu mengakibatkan kelemahan tetapi

dapat menyebabkan caput radius tetap berdislokasi dan

membatasi flexi siku.

Nonunion

Ruptur ligament

Selama dislokasi caput radius dapat terjadi ruptur ligamen.

Ligamen yang biasanya terkena adalah ligamen anulare dan

ligamen collateral radial.

Radiohumeral ankilosis

Radioulnar sinostois

2.6.2 FRAKTUR GALEAZZI

A. Definisi

Fraktur sepertiga distal radius dengan dislokasi radioulnar joint

distal. Fragmen distal angulasi ke dorsal. Pada pergelangan tangan dapat

diraba tonjolan ujung distal ulna. Fraktur dislokasi Galeazzi terjadi akibat

trauma langsung pada wrist, khususnya pada aspek dorsolateral atau akibat

jatuh dengan outstreched hand dan pronasi forearm. Pasien dengan nyeri

pada wirst atau midline forearm dan diperberat oleh penekanan pada distal

radioulnar joint.

Page 11: 134462880-macam2-fraktur

Anteroposterior radiograf ini menunjukkan patah Galeazzi klasik:

patah miring atau melintang pendek dari jari-jari dengan dislokasi dari

ulna distal. Hasil dislokasi dari gangguan dari DRUJ (distal radio-ulna

joint). Perhatikan ulna distal yang menonjol (ulna varians positif).

B. Epidemiologi

Dari semua kasus patah tulang lengan bawah biasanya fraktur

Galeazzi terjadi sekitar 3-7% dan paling sering pada laki-laki. Walaupun

pola fraktur Galeazzi dilaporkan jarang, diperkirakan 7% dari seluruh

patah tulang lengan bawah pada orang dewasa.

C. Mekanisme cedera

Penyebab lazimnya adalah jatuh dengan posisi menumpu pada

tangan,dan mungkin disertai daya rotasi. Fraktur radius pada sepertiga

bagian bawah dan sendi radioulnar inferior bersubluksasi atau

berdislokasi. Cedera ini hampir merupakan pasangan fraktur dislokasi

Montegia.

Page 12: 134462880-macam2-fraktur

D. Gambaran klinik

Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi daripada fraktur

Monteggia. Ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda

yang mencolok. Perlu dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris.

E. Pemeriksaan Sinar-X

Dilakukan foto antebrachii antero posterior (AP) dan lateral, juga

diperlukan foto kontralateral untuk perbandingan.

Hasil:

Fraktur melintang atau oblik yang pendek ditemukan pada sepertiga

bagian bawah radius, dengan angulasi atau tumpang-tindih. Sendi

radioulnar inferior bersubluksasi atau berdislokasi.

F. Terapi

Pada fraktur Galeazzi harus dilakukan reposisi dan imobilisasi

dengan gips di atas siku, posisi netral untuk dislokasi radius ulna distal,

deviasi ulnar, dan fleksi dan mobilisasi segera karena bagian distal

mengalami dislokasi. Dengan reposisi yang akurat dan cepat maka

dislokasi sendi ulna distal juga tereposisi dengan sendirinya. Apabila

Page 13: 134462880-macam2-fraktur

reposisi spontan tidak terjadi maka reposisi dilakukan dengan fiksasi K-

wire. Operasi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF).

Pada anak - anak dengan Galeazzi fraktur tertutup, reposisi dapat

dilakukan tanpa bentuk operasi. Namun tidak pada orang dewasa, karena

kemungkinan akan menyebabkan kerusakan permanen pada DRUJ.

Berbeda dengan anak-anak yang memiliki tingkat penyembuhan tulang

yang cepat. Namun, jika sangat parah tetap akan dilakukan operasi.

Teknik penanganan terapi konservatif dan operasi.

Metode penanganan konservatif

Prinsipnya dengan melakukan traksi ke distal dan mengembalikan

posisi tangan yang berubah akibat rotasi. Posisi tangan dalam arah benar

dilihat letak garis patahnya, 1/3 distal radius pronasi maka posisi seluruh

lengan pronasi, setelah itu dilakukan immobilisasi dengan gips di atas siku

Metode penanganan operatif

Persiapan preoperasi, seperti fraktur lainnya, perencanaan

preoperatif diperlukan foto rontgen yang tepat, beserta foto dari sisi yang

sehat diperlukan sebagai perbandingan dan operasi

Page 14: 134462880-macam2-fraktur

Empat exposure dasar yang direkomendasikan :

1. Straight ulnar approach untuk fraktur shaft ulna.

2. Volar antecubital approach untuk fraktur radius proximal.

3. Dorsolateral approach untuk fraktur shaft radius, mulai dari kapitulum

radius sampai 1/3 distal shaft radius.

4. Palmar approach untuk radius 1/3 distal.

Posisikan pasien terlentang pada meja operasi. Meja hand sangat

membantu untuk memudahkan operasi. Torniquet dapat digunakan kecuali

bila didapatkan lesi vaskuler.

Expose tulang yang mengalami fraktur sesuai empat prinsip diatas.

Reposisi fragmen fraktur seoptimal mungkin.

Letakkan plate idealnya pada sisi tension yaitu pada permukaan

dorsolateral pada radius, dan sisi dorsal pada ulna. Pada 1/3 distal radius

plate sebaiknya diletakkan pada sisi volar untuk menghindari tuberkulum

lister dan tendon - tendon extensor.

Pasanglah drain, luka operasi ditutup lapis demi lapis.

Kontraindikasi

Jika ada yang lebih mengancam jiwa harus dilakukan yang lebih prioritas,

operasi ini dapat ditangguhkan terlebih dahulu sampai pasien stabil.

G. Komplikasi

Tingkat komplikasi secara keseluruhan dalam pengobatan fraktur

Galeazzi sekitar 40%.

Komplikasi meliputi: 

Nonunion

Malunion

Cross union

Kompartemen sindrom

Atropi sudeck

Page 15: 134462880-macam2-fraktur

Trauma N. Medianus

Refracture

Ruptur tendo extensor sendi pergelangan tangan, pronasi, supinasi,

fleksi palmar, pergerakan serta ekstensi

H. Mortalitas

Pada umumnya rendah.

I. Perawatan pasca bedah

Perawatan luka operasi pada umumnya.

Drain dilepas 24-48 jam post operatif atau sesuai dengan produksinya.

Elevasi lengan 10 cm di atas jantung.

Mulai latihan ROM aktif dan pasif dari jari-jari, pergelangan tangan,

siku sesegera mungkin setelah operasi.

J. Follow Up

Fisioterapi aktif ROM tangan, pergelangan dan siku.

Buat x-ray kontrol 6 minggu dan 3 bulan sesudahnya.

Penyembuhan biasanya setelah 16-24 minggu, selama itu hindari

olahraga kontak dan mengangkat beban lebih dari 2 kilogram.

2.6.3 FRAKTUR SUPRACONDYLAR

A. Insiden

Kejadian fraktur supracondylus biasanya terjadi pada tulang yang

imatur dan biasanya ditemukan pada dekade awal kehidupan. Fraktur

supracondylus biasanya seing didapatkan pada anak-anak dimana fragmen

distal dapat bergeser ke posterior atau ke anterior. Ada 2 tipe fraktur

supracondylus yakni : extension type (terbanyak,96%) dan flexion type

(4%).

Page 16: 134462880-macam2-fraktur

B. Mekanisme Cedera

Biasanya terjadi akibat jatuh dengan posisi tangan terentang

dengan siku hiperekstensi sehingga dapat menyebabkan fraktur

supracondylar tipe ekstensi. Cederanya terjadi akibat dari hiperekstensi

atau fleksi. Sedangkan apabila jatuh dengan posisi olecranon dan siku flexi

dapat menyebabkan fraktur supracondylar tipe flexi.

Klasifikasi fraktur supracondylus menurut Gartland dibagi menjadi :

1. Type I

Adalah nondisplaced. Fraktur hanya ditemukan garis patahan dari hasil

pemeriksaan sinar-x.

2. Type II

Adalah didapatkan angulasi. Angulasi didapatkan dari pemeriksaan foto

posisi lateral. Normalnya capitulum angulasi ke anterior sebesar 30

derajat.

3. Type III

Adalah completely displaced dimana hubungan antara kedua fragmen

distal humerus terlepas. Pada tipe ini sering didapatkan pergeseran ke

arah posteromedial.

Page 17: 134462880-macam2-fraktur

C. Gambaran Klinik

Setelah jatuh, anak merasa nyeri dan siku bengkak, dan didapatkan

deformitas-S pada siku dengan jelas. Kalau gerakan siku atau bahu

dipaksakan sebelum konsolidasi, humerus dapat mengalami fraktur lagi.

Kekakuan sendi dapat diminimalkan dengan aktifitas lebih awal.

Sinar-X

Fraktur terlihat paling jelas pada pemeriksaan foto elbow lateral.

Pada fraktur yang bergeser ke posterior maka pada fotonya ditemukan

garis fraktur berjalan secara oblik ke bawah dan ke depan dan fragmen

distal bergeser ke belakang dan miring ke belakang. Pada fraktur yang

bergeser ke anterior maka pada fotonya ditemukan garis fraktur bersifat

oblik dan lebih rendah di posterior, fragmen miring ke depan.

D. Penatalaksanaan

1. Skin Traksi

Karena risiko kompresi vaskular maka traksi menjadi popular

untuk terapi pada fraktur ini. Jenis-jenis skin traksi yang biasanya dipakai

pada fraktur ini adalah Dunlop traksi, Straps traksi, Longitudinal traksi.

2. Skeletal Traksi

Pin harus dimasukkan dalam keadaan steril. Pin dimasukkan dari

samping medial dan 2,5cm dari distal olecranon. Pemasukkan pin dengan

keadaan siku flexi untuk menghidari cedera saraf. Penggunaan skeletal

traksi pada fraktur ini biasanya lebih baik daripada skin traksi.

3. Closed Reduction dan Cast

Pada fraktur supracondylus tipe 1 dilakukan immobilisasi pada siku

dengan sudut 90 derajat dan light-weight splint atau cast dan tangan

dibantu dengan sling. Setelah pemasangan selama 5-7 hari pasien

diperiksa apakah ada pergeseran atau tidak. Pemasangan cast atau splint

dipertahankan selama 3 minggu.

Pada fraktur dengan angulasi ke posterior dilakukan step-wise

manover. Splint pertahankan selama 3 minggu. Setelah itu diperbolehkan

Page 18: 134462880-macam2-fraktur

melakukan fleksi siku aktif tetapi lengan tetap disangga dan ekstensi

dihindari selama 3 minggu lagi. Pada fraktur supracondylus tipe III

dilakukan pemasangan wires kirschner.

E. Komplikasi

1. Dini

Lesi pembuluh darah dan cedera saraf.

Akibat dari fraktur supracondylus dapat menyebabkan cerdera

arteri brakialis dan cedera saraf medianus.

2. Kronis

Miositis osifikans, kekakuan sendi, malunion, dan cubitus varus.

Page 19: 134462880-macam2-fraktur

2.6.4 FRAKTUR COLLES

A. Sejarah dan Definisi

Fraktur Colles paling sering ditemukan pada orang dewasa usia

lanjut, dengan insidensi yang tinggi berhubungan dengan permulaan

osteoporosis pasca menopause. Oleh sebab itu, pasien biasanya wanita

dengan riwayat jatuh dengan tangan terentang. Burkhaeta (1985)

mengatakan pada saat memikirkan fraktur pada ektremitas atas pada usia

lanjut maka segera terpikirkan pertama kali adalah fraktur Colles.

Patah tulang antebrachii sering terjadi pada bagian distal yang

umumnya disebabkan oleh gaya pematah langsung sewaktu jatuh dengan

posisi tangan hiperekstensi. Hal ini dapat diterangkan oleh karena adanya

mekanisme reflex jatuh dimana tangan menahan badan dengan posisi siku

agak menekuk seperti gaya jatuhnya atlit atau penerjun payung.

Fraktur Colles adalah fraktur pada tulang radius berjarak kurang

atau sama dengan 2,5 cm dari pergelangan tangan (Mc Rae, 1992), Apley

dan Solomon, 1987. Sheikh dan Murthy (2000) memberi batasan sebagai

fraktur metafisis distal radius, biasanya terjadi pada 3 – 4 cm dari facies

artikularis dengan angulasi volar dari apex fraktur (dinner fork deformity),

pergeseran ke dorsal dari fragmen distal dengan diikuti pemendekan

(shortening) radial. Keadaan ini dapat atau tidak disertai fraktur styloideus

ulnae. Variasi intraartikuler dapat melibatkan facies artikularis distal

radius serta artikulatio radiocarpal dan radioulnaris.

Fraktur Colles diuraikan pertama kali oleh Abraham Colles tahun

1814 sebagai fraktur dislokasi ujung distal radius berjarak satu setengah

inci dari sendi, yang ternyata terbukti kebenarannya dengan perkembangan

radiolografi (Pool, 1973).

Page 20: 134462880-macam2-fraktur

B. Anatomi, Fisiologi, dan Mekanisme Trauma

Radius bagian distal bersendi dengan tulang carpal yaitu tulang

lunatum dan navikulare ke arah distal, dan dengan tulang ulna bagian

distal ke arah medial. Bagian distal sendi radiokarpal kolateral ulnar dan

radial. Antara radius dan ulna selain terdapat ligamentum dan kapsular

yang memperkuat hubungan tersebut, terdapat pula diskus artikularis yang

melekat pada semacam meniskus yang berbentuk segitiga, yang melekat

pada ligamentum kolateral ulnar. Ligamentum kolateral ulnar bersama

dengan meniskus homolognya dan diskus artikularis bersama ligamentum

radioulnar dorsal dan volar, yang kesemuanya menghubungkan radius dan

ulna, disebut Triangular Fibro Cartilage Complex (TFCC) (Sjamsuhidajat,

1997) berguna untuk menstabilakan artikulatio radioulnaris distal

(Zabinski dan Weiland, 1999).

Gerakan pergelangan tangan sangatlah luas (mobile) dan

kemampuannya mencapai 1800 untuk rotasi lengan bawah. Kurang dari

80% dari transmisi beban melalui pergelangan tangan lewat artikulatio

radiocarpal sementara 20% sisanya melalui artikulatio ulnocarpal lewat

Triangular Fibro Cartilage Complex. (Zabinski dan Weiland, 1999).

Fraktur Colles terjadi pada penderita dengan riwayat jatuh dengan

tangan terentang (Apley dan Solomon, 1987). Trauma yang terjadi

merupakan trauma langsung yaitu jatuh pada permukaan tangan sebelah

volar yang menyebabkan dislokasi fragmen fraktur sebelah distal ke arah

dorsal. Dislokasi ini menyebabkan bentuk lengan bawah dan tangan bila

dilihat dari samping menyerupai garpu terbalik.

Page 21: 134462880-macam2-fraktur

Cedera ini paling sering terjadi pada saat bermain sepatu roda,

skateboard, atau kegiatan lainnya dimana seseorang jatuh ke depan pada

kecepatan tinggi. Tulang dapat menjadi lebih rapuh pada orang dewasa

yang berusia 50 – 60 tahun atau lebih tua. Orang yang lebih tua memang

lebih sering mengalami patah tulang meskipun mereka berjalan perlahan

karena osteoporosis.

Page 22: 134462880-macam2-fraktur

C. Diagnosis Fraktur Colles

Diagnosis fraktur Colles ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan

radiologis. Kita dapat mengenal fraktur ini dengan adanya deformitas

dinner fork seperti telah disebutkan di atas, dengan penonjolan pada

punggung pergelangan tangan (ke arah dorsal) dan depresi di depan. Pada

pasien dengan sedikit deformitas mungkin hanya terdapat nyeri tekan lokal

dan nyeri bila pergelangan tangan digerakkan.

Dari pemeriksaan radiologis posisi anteroposterior dan lateral

dapat dijumpai suatu fraktur transversal pada tulang radius kurang dari 2,5

cm dari pergelangan tangan, dan sering disertai patahnya processus

styloideus ulnae.

Fragmen distal (1) bergeser dan miring ke dorsal (2) bergeser dan

miring ke radial, dan (3) terimpaksi. Kadang – kadang fragmen distal

mengalami kerusakan dan kominutif yang hebat.

D. Gejala Klinis

Gejala dari fraktur Colles antara lain :

1. Perubahan bentuk atau sudut lengan bawah tepat di atas pergelangan

tangan.

2. Ketidakmampuan untuk menahan atau mengangkat benda berat.

3. Nyeri pada pergelangan tangan.

4. Pembengkakan tepat di atas pergelangan tangan.

E. Klasifikasi

Gertland dan Werley cit Zabinski dan Weiland (1999), mula –

mula membagi trauma distal radius ke dalam fraktur ekstra artikular dan

intra artikular. Kebanyakan klasifikasi fraktur dibuat berdasarkan anatomi

fraktur. Klasifikasi Frykman didasarkan pada keterlibatan artikulatio

radiokarpal dan atau radioulnar serta ada tidaknya fraktur styloideus ulnae.

Page 23: 134462880-macam2-fraktur

Klasifikasi Fraktur Colles menurut Frykman

TIPE URAIAN

I Fraktur radius ekstra artikuler

II Fraktur radius ekstra artikuler dengan fraktur ulna

III Fraktur radius intra artikuler melibatkan sendi radiokarpal

IV Fraktur radius intra artikuler melibatkan sendi radiokarpal disertai fraktur

ulna distal

V Fraktur radius intra artikuler melibatkan sendi radioulnaris distal

VI Fraktur radius intra artikuler melibatkan sendi radioulnaris distal disertai

fraktur ulna distal

VII Fraktur radius intra artikuler melibatkan sendi radiokarpal dan radio

ulnaris distal.

VIII Fraktur sendi radiokarpal dan radioulnaris distal disertai fragmen ulnaris

Klasifikasi anatomi yang paling komprehensif dan lengkap adalah

system AO (Zabinski dan Weiland, 1999). Sistem ini membagi trauma

menjadi tipe A (ekstra artikular), tipe B (artikular simpel), dan tipe C

(artikuler komplek).

Lidstrom cit Roysam (1993), berdasarkan gambaran radiologis

membagi fraktur Colles ke dalam empat tingkatan derajat keparahan

pergeseran fragmen fraktur (derajat anatomis) dan kualitas reduksi, yaitu

derajat I, II, III, dan IV sesuai beratnya deformitas meliputi angulasi ke

dorsal dan pemendekan (shortening) tulang radius.

Derajat Keparahan Fraktur Colles menurut Lidstrom

Derajat Deformitas

I Tidak ada atau tidak bermakna. Angulasi dorsal < 00 atau shortening < 3

mm

II Ringan. Angulasi dorsal 1 – 100 dan / atau shortening 3 – 6 mm

III Sedang. Angulasi dorsal 11 - 140 dan / atau shortening 7 - 11 mm

IV Berat. Angulasi dorsal > 150 atau shortening > 11 mm

Page 24: 134462880-macam2-fraktur

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan tergantung pada derajat pemendekan tulang radius

dan ketidaknormalan sudut dari pergelangan tangan. Fraktur Colles dapat

diterapi dengan gips saja atau operasi (percutaneous pinning, external

fixation, ORIF). Jika pemendekan dan pergeseran tulang minimal, maka

gips dapat menjadi terapi definitif. Pada keadaan yang lebih buruk harus

dilakukan operasi.

Penanganan fraktur Colles umumnya dilakukan rawat jalan yaitu

setelah terdiagnosis diberi tindakan reposisi tertutup. Bila tidak ada

pergeseran, cukup diimmobilisasi dengan gips bawah siku. Bila terjadi

pergeseran atau sedikit pergeseran perlu tindakan reposisi dengan anestesi

lokal, regional, atau umum, kemudian dilakukan gips bawah siku dengan

posisi fragmen distal fleksi dan pronasi. Pada hari berikutnya anggota

gerak atas elevasi. Adapun jari – jari sesegera mungkin melakukan latihan.

Seminggu kemudian dilakukan pemotretan dengan sinar x kontrol untuk

menilai apakah terjadi pergeseran kembali (redisplacement). (Armis,

1994).

Immobilisasi dengan gips bertujuan mencegah pergeseran kembali

fragmen fraktur pasca reposisi. Sebagai tulang kanselus, maka

penyembuhan tulang radius distal diperkirakan tuntas kurang lebih 6

minggu dari saat terjadinya trauma. Oleh sebab itu, pada fraktur Colles

gips dapat dilepas umumnya 5 - 6 minggu (Mc Rae); Apley dan Solomon,

1987; Gartland dan Werley, 1951).

Mengenai immobilisasi gips bawah siku atau atas siku masih

terdapat perbedaan pandangan. Apley dan Solomon (1987), serta Mc. Rae

(1982), menyatakan penanganan fraktur Colles cukup dengan gips bawah

siku sedangkan ahli lain menyatakan harus dengan gips atas siku (Way,

1994). Sheikh dan Murthy (2000) menganjurkan immobilisasi kombinasi

yaitu gips atas siku pada minggu – minggu awal dilanjutkan gips bawah

siku kecuali pada penderita di atas 60 tahun harus dipasang gips bawah

siku untuk mencegah kekakuan sendi siku.

Page 25: 134462880-macam2-fraktur

G. Komplikasi

Komplikasi Dini : Algodystrophy

Komplikasi Kronis ; Neuropathy persisten dari N. Medianus, N.

Ulnaris, dan N. Radialis, arthrosis radiocarpal dan radioulanar, dan

malposition - malunion. Komplikasi lain adalah adanya ruptur

tendon, unrecognized associated injuries, Volkmann’s ischaemia,

finger stiffness, carpal tunnel syndrome, dan shoulder - hand

syndrome.

2.6.5. FRAKTUR SMITH

A. Sejarah dan Definisi

Fraktur Smith adalah fraktur dari radius bagian distal yang

lokasinya ½ - 1 inch dari ujung distal radius dengan pergeseran fragmen

distal ke depan (volar) dan ke atas disertai pergeseran ulna bagian distal ke

belakang (dorsal).

Robert William Smith di Dublin (1847) mengatakan bahwa fraktur

jenis ini jarang terjadi dan merupakan lawan dari fraktur Colles. John Rhea

Barton di Philadelpia (1838), mengemukakan bahwa fraktur Barton adalah

: fraktur anterior dan posterior dengan dislokasi pergelangan tangan.

Fraktur Colles adalah fraktur posterior dengan dislokasi pergelangan

Page 26: 134462880-macam2-fraktur

tangan. Dan fraktur anterior dengan dislokasi pergelangan tangan ini

disebut sebagai salah satu dari tipe fraktur Smith.

Nama lain fraktur Smith adalah Wrist Fracture, Broken Wrist,

Flexion Fracture of The Radius.

B. Pembagian Fraktur Smith Secara Klinis dan Radiologi

Thomas (1957), mencoba membagi fraktur Smith ini menjadi 3

tipe dan fraktur Barton jenis anterior dengan dislokasi pergelangan tangan

salah satu tipe dari fraktur Smith.

1. Fraktur Smith yang comminutive dan oblique.

2. Fraktur Barton, yang disebut anterior fraktur tipe flexi marginal

dengan dislokasi pergelangan tangan.

3. Fraktur transversal yang disebut juga fraktur radius bagian distal yang

tidak dengan tipe flexi kominutif.

Page 27: 134462880-macam2-fraktur

C. Mekanisme Cedera

Cedera ini paling sering ditemukan setelah seseorang jatuh dengan

menumpu pada bagian belakang tangannya.

D. Gejala Klinis

Gejala dari Fraktur Smith antara lain :

1. Perubahan bentuk atau sudut lengan bawah tepat di atas pergelangan

tangan.

2. Ketidakmampuan untuk menahan atau mengangkat benda berat.

3. Nyeri pada pergelangan tangan.

4. Pembengkakan tepat di atas pergelangan tangan.

E. Penatalaksanaan

Konservatif :

1. Mills (1957), telah menganjurkan cara manipulasi dari fraktur Smith

dengan mengembalikan arah persendian seperti semula. Mills dan

Thomas menyarankan cara mengunci fragmen pada tempatnya dengan

posisi supinasi penuh. Immobilisasi dengan sirkuler gips di atas siku

selama 5 – 6 minggu.

2. Plewer (1962), menganjurkan untuk mobilisasi setelah gips dibuka

supaya cepat, sebab kalau kurang aktif akan mengakibatkan

pergerakan pronasi yang terbatas dan terjadi kekakuan sendi tangan

dan siku.

3. De Palma menganjurkan sebagai berikut

Type I :

Fraktur Smith dengan comminutive yang oblique dilakukan reduksi

dengan traksi, manipulasi dan transfiksasi dengan pin.

Type II :

Fraktur Barton atau disebut pula fraktur marginal anterior tipe fleksi.

Di sini dilakukan reduksi dengan traksi dan manipulasi dengan

anestesia umum.

Page 28: 134462880-macam2-fraktur

Penderita tidur telentang dan posisi siku tegak lurus, lengan bawah

pada posisi pertengahan (mid position).

Dilakukan traksi dengan alat Weinberg pada jari – jari di atas siku

yang diikatkan ke bawah meja.

Selama traksi, dengan dua tangan diletakkan pada pergelangan

tangan, lalu pergelangan tangan diletakkan dalam posisi

dorsofleksi ringan dan lengan bawah dalam mid position,

kemudian dipasang circuler gips dari bawah siku sampai tangan

setinggi persendian metacarpo – phalangeal. Sesudah itu alat traksi

dilepas. Kontrol foto AP dan Lateral untuk melihat kedudukan

tulang tersebut.

Type III :

Fraktur Smith yang non comminutive, tipe fleksi :

Di sini juga dilakukan reduksi dengan traksi dan manipulasi

dengan anestesi umum dan lengan bawah posisi supinasi.

Penderita tidur terlentang dan posisi siku tegak lurus lalu dilakukan

traksi dengan alat Weinberg pada jari – jari di atas siku yang

diikatkan di bawah meja.

Dengan dua tangan dimana jari – jari II – V diletakkan pada

fragmen proksimal sebelah dorsal dan dua ibu jari menekan ke atas

dan ke belakang pada fragmen yang distal sampai pergelangan

tangan dalam posisi dorsofleksi dan deviasi ke arah ulnar.

Lalu dipasang sirkuler gips dari bawah siku ke distal sampai

setinggi persendian metacarpo – phalangeal dan kemudian alat

traksi dilepas.

Sesudah reposisi dilakukan kontrol foto, bila kedudukan jelek,

reposisi lagi.

Page 29: 134462880-macam2-fraktur

Operatif :

Cauchoix, Dupare dan Potel (1960), menganjurkan

pengobatan fraktur Smith dengan fiksasi dalam (internal fixation)

dengan memakai plat kecil berbentuk T (Ellis Plate) dimana dua

sekrup dipasang pada fragmen proximal sedangkan fragmen distal

ditahan dengan kuat tanpa memakai sekrup.

Teknik operasi yang dianjurkan adalah sebagai berikut :

1. Incisi vertikal melalui sisi radial arah volar dari lengan bawah

bagian distal dan incisi diperdalam sampai M. Pronator Quadratus

antara M. Flexor Carpi Radialis pada sisi lateral dan M. Palmaris

Longus dan N. Medianus pada sisi medial.

2. M. Flexor Policis Longus ditarik ke lateral dan tendon M. Flexor

Digitorum Superficialis ke medial, dan M. Pronator Quadratus

tampak pada sisi inferior dari tulang radius bagian bawah.

3. Fraktur diperbaiki dengan plat kecil, menyudut untuk

menyesuaikan dengan permukaan dari tulang, lalu dipasang sekrup

pada fragmen proksimal 2 buah dan pada fragmen yang distal plat

tanpa sekrup berguna untuk menyangga yang kuat dari fragmen

yang telah dilakukan reposisi.

4. Akhir – akhir ini plat berbentuk T yang kecil telah tersedia, dimana

pada fragmen tulang yang proksimal dengan 2 sekrup pada bagian

vertikal.

5. Lalu luka operasi ditutup lapis demi lapis sampai kulit dan

dipasang bebat tekan.

Mobilisasi jari – jari dimulai sejak hari pertama dan pergerakan

pergelangan tangan, lengan bawah dimulai segera setelah bebat tekan

dilepas.

Page 30: 134462880-macam2-fraktur

Keuntungan :

Hasilnya cukup memuaskan.

Sesudah operasi pergerakan dapat dilakukan dengan segera tanpa

terjadi redisplacement dari fragmen yang mengalami fraktur.

Di antara ke-3 tipe dari fraktur Smith, tipe Barton adalah yang

paling memuaskan pada pengobatan dengan cara operasi ini, juga

pada tipe yang lain cukup memuaskan.

F. Komplikasi

1. Kerusakan jaringan lunak : Yang penting di sini adalah

kerusakan N.Medianus karena tekanan dari fragmen radius yang

fraktur.

2. Malunion : karena reposisi dan immobilisasi yang kurang baik.

3. Non union

4. Osteoarthritis

5. Gangguan pronasi dan supinasi

2.6.6 FRAKTUR SKAFOID

Fraktur skafoid (dari bahasa Yunani skaphos, artinya kapal), kadang

disebut carpal navicular, merupakan cedera terbanyak kedua dari lengan

atas, melampaui frekuensi fraktur radius distal, dan menempati proporsi 2%

dari semua jenis fraktur. Dari semua jenis fraktur dan dislokasi karpus,

fraktur ini adalah yang terbanyak, sekitar 50%-60% dari fraktur serupa. Tipe

fraktur ini sering terjadi pada dewasa muda (usia 15-30 tahun) setelah jatuh

dengan telapak tangan yang terulur. Fraktur skafoid dapat diklasifikasikan

berdasarkan arah garis fraktur, derajat kestabilan fragmen, dan lokasi garis

fraktur.

Page 31: 134462880-macam2-fraktur

Fraktur Skafoid. Klasifikasi Russe pada fraktur skafoid berdasarkan arah garis fraktur

Dari sudut pandang diagnostik, lokasi garis fraktur adalah jalan

praktis untuk mengklasifikasikan fraktur skafoid (5% sampai 10% terjadi

pada tuberositas dan bagian distal, 15% sampai 20% di bagian proksimal,

dan 70% sampai 80% di bagian medial) karena lebih mudah menaksir

prognosisnya. Fraktur di tuberositas (ekstraartikular) dan bagian distal

biasanya diakibatkan oleh trauma langsung dan jarang diakibatkan oleh

masalah klinis yang bermakna. Fraktur pada bagian medial, jika tidak ada

perpindahan atau ketidakstabilan karpal, menunjukkan angka kesembuhan

di lebih dari 90% kasus. Fraktur pada bagian proksimal sulit mengalami

penyatuan dan dapat terjadi osteonekrosis.

Page 32: 134462880-macam2-fraktur

Fraktur Skafoid. Klasifikasi fraktur skafoid berdasarkan lokasi garis fraktur

Ketika dicurigai adanya fraktur skafoid, maka foto Röntgen harus

dilakukan dalam proyeksi dorsovolar, dorsovolar pada deviasi ulna, oblik,

dan lateral, dan proyeksi-proyeksi ini biasanya dapat menunjukkan suatu

abnormalitas. Jika modalitas ini gagal, maka di masa lalu, thin-section

trispiral tomography terbukti sangat efektif. Teknik ini dapat membantu

dalam memantau kemajuan penyembuhan fraktur skafoid dan mendeteksi

komplikasi pasca trauma, terutama saat hasil foto Röntgen tidak

meyakinkan. Sekarang, CT merupakan terapi yang sangat dipilih. Dalam

kondisi tertentu, istilah humpback deformity dari skafoid setelah fraktur

(dimana fragmen proksimal dorsifleksi dan fragmen distal mengalami

fleksi palmar, menyebabkan terjadinya angulasi apex dorsal tulang

skafoid) dapat dievaluasi dengan baik oleh alat ini. Pada dekade lalu, MRI

merupakan pilihan terapi untuk mendiagnosis fraktur halus dari tulang

karpal dan untuk mendeteksi berbagai komplikasi, termasuk osteonekrosis.

Page 33: 134462880-macam2-fraktur

Dalam keadaan tertentu, MRI sangat efektif dalam menunjukkan garis

fraktur yang tidak terlihat pada foto Röntgen.

Fraktur Skafoid. Seorang pria, 28 tahun, mengalami cedera pada pergelangan tangan kiri; nyeri menetap selama 3 minggu. Hasil foto proyeksi dorsovolar (A) dan lateral (B) menunjukkan osteoporosis periartikular, namun tidak ditemukan garis fraktur. Pada thin-section trispiral tomogram proyeksi lateral (C), terlihat

fraktur skafoid.

Gambaran CT 3D dari fraktur skafoid. Foto pergelangan tangan proyeksi dorsovolar (A) dan pencitraan rekonstruksi CT 3D (B) menunjukkan fraktur

skafoid akut tipe 3.

Page 34: 134462880-macam2-fraktur

Gambaran CT dari fraktur skafoid yang telah sembuh. Seorang pria, 56 tahun mengalami fraktur skafoid dan telah diobati secara konservatif dengan reduksi tertutup dan elastic verband. Foto proyeksi dorsovolar pergelangan

tangan (A) menunjukkan garis radiolusen (tanda panah) yang berarti tidak ada penyatuan. Pencitraan CT potongan koronal oblik menunjukkan penyatuan

komplit (tanda panah melengkung).

Gambaran CT dari suatu fraktur skafoid yang tidak menyatu. Pencitraan CT potongan koronal (A) dan sagital (B) menunjukkan fraktur skafoid yang tidak

menyatu. Terlihat juga tepi sklerotik dan celah antara fragmen-fragmen fraktur.

Page 35: 134462880-macam2-fraktur

MRI dari fraktur skafoid. Seorang

pria, 27 tahun, jatuh di lapangan es

dan datang dengan nyeri tekan pada

area snuffbox. Foto proyeksi

dorsovolar pada deviasi ulna (A) dan

oblik (B) terlihat normal. Pencitraan

MRI pembobotan T1 potongan

koronal (C) dan pembobotan T2

potongan koronal (D) menunjukkan

fraktur pada proksimal tulang

skafoid (tanda panah).

Humpback deformity. Pencitraan CT

potongan sagital menunjukkan suatu

humpback deformity dari fraktur

skafoid. Terlihat adanya fleksi

palmar dari fragmen distal (tanda

panah) dan angulasi apex dorsal

(tanda panah melengkung)

Page 36: 134462880-macam2-fraktur

Komplikasi

Diagnosis dan tatalaksana yang tertunda dari suatu fraktur skafoid

dapat menyebabkan komplikasi, seperti nonunion, osteonekrosis, dan artritis

pasca trauma. Yang paling sering adalah nonunion dan osteonekrosis.

Meskipun kadang-kadang kedua fragmen skafoid dapat menjadi nekrotik,

osteonekrosis biasanya terjadi pada fragmen proksimal dan jarang pada

bagian distal karena adanya suplai darah yang baik pada bagian tulang ini.

Osteonekrosis sering terjadi dalam 3 sampai 6 bulan setelah cedera ketika

fragmen yang terkena terlihat hiperdensitas. Karena foto konvensional

kadang-kadang gagal untuk membuktikan kondisi ini, maka pencitraan CT

direkomendasikan. Pasien dengan union atau nonunion yang lambat lebih

mudah mengalami osteonekrosis, tetapi kesembuhan kadang-kadang dapat

terjadi. Union dan nonunion yang lambat biasanya ditangani dengan

pembedahan melalui graft tulang . Jika cara ini gagal, maka tulang skafoid

harus dikeluarkan dan diganti dengan prostesis. Salah satu komplikasi serius

dari fraktur skafoid kronik adalah perkembangan scapholunate advanced

collapse (SLAC) dari pergelangan tangan. Kondisi ini terdiri dari gangguan

ligamen scapholunate dan ketidakstabilan persendian lunocapitate disertai

dengan perpindahan proksimal dari tulang capitate, sehingga menyebabkan

osteoartritis pada persendian radiokarpal. Kondisi serupa dimana fraktur

skafoid mengalami komplikasi oleh nonunion disebut scaphoid nonunion

advance collapse (SNAC) dari pergelangan tangan.

Tatalaksana terhadap kondisi-kondisi tersebut adalah karpektomi jalur

proksimal dan/atau penyatuan karpal terfiksir (disebut four-corner fusion)

yang terdiri dari artrodesis lunate, capitate, hamate, dan triquetrum. Pada

kasus osteoartritis yang sudah lanjut, dibutuhkan artrodesis total

pergelangan tangan menggunakan stabilisasi kaku dengan plat dorsal dan

graft tulang.

Page 37: 134462880-macam2-fraktur

BAB III

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan yang ada di dalam referat ini, dapat disimpulkan

bahwa fraktur yang sering terjadi baik pada anak - anak maupun dewasa di daerah

radius, ulna dan karpal antara lain; fraktur Montegia, fraktur Galeazi, fraktur

Supracondylus, fraktur Colles, fraktur Smith dan fraktur Skafoid. Penyebab

terbanyak dari fraktur - fraktur tersebut adalah akibat trauma langsung, di mana

tangan jatuh terlebih dahulu kemudian badan (dalam hal ini tangan menyangga

berat badan ketika jatuh).

Penatalaksanaan pada fraktur – fraktur tersebut dapat berupa reposisi

tertutup ( Closed Reduction ) yang dilanjutkan dengan gips maupun Operasi

dengan ORIF (Open Reduction Internal Fixation). Angka kesembuhan pada

fraktur ini cukup tinggi, sehingga seringkali hanya membutuhkan tindakan

reposisi tertutup ( Closed Reduction) dan gips. Tindakan operatif hanya

dibutuhkan bila fraktur berada pada di daerah intraartikuler atau yang bersifat

communitif.

Page 38: 134462880-macam2-fraktur

DAFTAR PUSTAKA

Apley Graham A. & Solomon Louis. Prinsip Fraktur. Buku ajar ortopedi dan

fraktur system apley, edisi ketujuh, Widya Medika, Hal. 237. Jakarta.

Beals RK. 1976. The normal carrying angle of the elbow. A radiographic study of

422 patients. Clin Orthop Relat Res. Sep 1976;119:194-6. Diakses dari

http//scribd.com pada tanggal 10 juni 2015.

Mansjoer A et al (2001). Bedah Orthopedi, Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1

Edisi III. Media Esculapius. FKUI.hal.346-357 Jakarta

Rasjad, Chairuddin (1998). Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Penerbit Bintang

Laumpatue. Hal. 409-466 Ujung Pandang

Reksoprodjo, S. (2002). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Staf Pengajar Bagian Ilmu

Bedah FKUI. Binarupa Aksara,1995,Hal. 502, Jakarta.

Richard S. Snell. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Ed. 6.

Jakarta: EGC

Sabiston, David C. 1994. Fraktur. Dalam: Susunan Muskuloskeletal. Buku Ajar

Bedah Bagian 2, hal.374. EGC. Jakarta.

Stephen Kishner. Elbow Joint Anatomy. Diakses dari

http://emedicine.medscape.com pada tanggal 21 Januari 2014.