131610101073-tira aisah p- urinalis
DESCRIPTION
laporan sissTRANSCRIPT
131610101073—Tira Aisah P
LEMBAR KERJA MAHASISWA
Pemeriksaan Urinalis
Nama subjek : Veda Chandrika A
Umur Subjek : 19 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hasil Pemeriksaan
1. Pemeriksaan fisik urin
Gambar 1.1 Tentang Pemeriksaan Fisik Urin
Warna : kuning jernih
Buih : tidak ada
Kekeruhan : -
Bau : tidak keras/tidak menyengat
Berat jenis : 1,010
pH : 7
2. Pengukuran dengan urine reagen stripes
Glukosa : -
Bilirubin : -
Sg : 1,005
Blo : -
Prot : 15 (0,15)
Leu : 15
Nit : -
131610101073—Tira Aisah P
Uro : -
Ket : -
3. Pemeriksaan kimiawi urin
Gambar 3.1 Pemeriksaan Karbohidrat
Gambar 3.2 Pemeriksaan Bilirubin
a. Protein : negative (-) / warna tetap jernih
b. Karbohidrat : negative (-) / warna tetap biru
c. Bilirubin : negative (-) / warna menjadi cokelat
Kesulitan
- Praktikan merasa kesulitan dalam menentukan berat jenis.
Pembahasan :
Urinalisis merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium yang memeriksa senyawa-
senyawa yang terkandung di dalam urin. Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan
makroskopis, pemeriksaan mikroskopis, dan pemeriksaan kimia.
Pada hasil praktikum, didapatkan hasil bahwa urin subjek berwarna kuning jernih. Urin
dikatakan normal jika urin normal berwarna kuning karena pigmen urokrom dan urobilin, urin
encer hampir tidak berwarna, dan urin pekat berwarna kuning tua atau sawo matang.
131610101073—Tira Aisah P
Pemeriksaan fisik urin yang kedua, yaitu tidak ditemukan adanya buih. Pada urin normal
yang baru saja dikeluarkan tidak akan langsung menimbulkan buih namun jika dikocok akan
menimbulkan buih putih. Pada urin yang baru saja dikeluarkan langsung membentuk buih putih
maka urin tersebut mengandung protein. Pada urin yang berbuih kuning maka urin tersebut
mengandung bilirubin.
Kekeruhan pada urin subjek tidak ditemukan. Biasanya kekeruhan terjadi karena
kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urine asam) atau fosfat (dalam urine basa). Kekeruhan
juga bisa disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau protein dalam urin. Pada urin yang
normal tidak didapatkan adanya kekeruhan.
Hasil urin dari subjek praktikum tidak berbau keras atau menyengat. Urin normal beraroma
seperti zat-zat yang sudah dimakan, misalkan tempe, jengkol, dan pete.
Berat jenis urin yang didapatkan saat praktikum yaitu 1,010. Normalnya, berat jenis urin
sewaktu pada antara 1,003 -- 1,030. Berat jenis urin herhubungan dengan diuresa dimana, makin
besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat
jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal.
Hasil yang didapatkan setelah pengukuran pH pada urin subjek didapatkan sebesar 7. pH
urin yang normal adalah 4,5-8. pH urin diukur menggunakan pH universal yang dicelupkan ke
dalam urin. Perubahan warna pada pH universal disamakan pada skala pH yang ada pada
bungkus pH universal. Urin yang akan diperiksa harus memiliki pH asam karena jika pH urin
sudah basa maka bisa dikatakan bahwa urin tersebut sudah rusak karena aktivitas
mikroorganisme yang ada di dalam urin yang mengubah ureum menjadi amoniak sehingga pH
menjadi basa
Reagen pita Hasil pemeriksaan urin dengan menggunakan cara ini adalah negative untuk
glukosa, bilirubin, bio, nitrit, urobilin, dan keton, leukosit. Sg menunjukkan kadar 1,005 dan
protein 0,15 mg/dl.
Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin direk (terkonjugasi), karena
tidak terkait dengan albumin, sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan ke
dalam urine bila kadar dalam darah meningkat. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk) ini larut
dalam air dan diekskresikan ke dalam urin jika terjadi peningkatan kadar di serum. Bilirubin tak
terkonjugasi (bilirubin indirek) bersifat larut dalam lemak, sehingga tidak dapat diekskresikan ke
dalam urin.
131610101073—Tira Aisah P
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat karena perubahan fisiologis.
Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging dapat menyebabkan protein
dalam jumlah yang signifikan muncul dalam urin. Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma
disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Dengan
menggunakan spesimen urin acak (random) atau urin sewaktu, protein dalam urin dapat dideteksi
menggunakan strip reagen (dipstick). Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150
mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria.
Empedu, yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area
duodenum, tempat bakteri usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Sejumlah besar
urobilinogen berkurang di faeses, sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran darah; di sini
urobilinogen diproses ulang menjadi empedu, dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan oleh
ginjal ke dalam urin. Ekskresi urobilinogen ke dalam urine kira-kira 1-4 mg/24jam. Ekskresi
mencapai kadar puncak antara jam 14.00 – 16.00, oleh karena itu dianjurkan pengambilan
sampel dilakukan pada jam-jam tersebut.
Di dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme protein, yang
kemudian jika terdapat bakteri dalam jumlah yang signifikan dalam urin (Escherichia coli,
Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella, Proteus) yang megandung enzim reduktase, akan
mereduksi nitrat menjadi nitrit. Hal ini terjadi bila urine telah berada dalam kandung kemih
minimal 4 jam. Hasil negative bukan berarti pasti tidak terdapat bakteriuria sebab tidak semua
jenis bakteri dapat membentuk nitrit, atau urine memang tidak mengandung nitrat, atau urine
berada dalam kandung kemih kurang dari 4 jam. Disamping itu, pada keadaan tertentu, enzim
bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit, namun kemudian nitrit berubah menjadi nitrogen.
Spesimen terbaik untuk pemeriksaan nitrit adalah urine pagi dan diperiksa dalam keadaan
segar, sebab penundaan pemeriksaan akan mengakibatkan perkembang biakan bakteri di luar
saluran kemih, yang juga dapat menghasilkan nitrit.
Lekosit netrofil mensekresi esterase yang dapat dideteksi secara kimiawi. Hasil tes lekosit
esterase positif mengindikasikan kehadiran sel-sel lekosit (granulosit), baik secara utuh atau
sebagai sel yang lisis. Temuan laboratorium negatif palsu dapat terjadi bila kadar glukosa urine
tinggi (>500mg/dl), protein urine tinggi (>300mg/dl), berat jenis urine tinggi, kadar asam oksalat
tinggi, dan urine mengandung cephaloxin, cephalothin, tetrasiklin. Temuan positif palsu pada
penggunaan pengawet formaldehid. Urine basi dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
131610101073—Tira Aisah P
Pemeriksaan dengan reagen pita akan memberi hasil positif baik untuk hematuria,
hemoglobinuria, maupun mioglobinuria. Prinsip tes carik celup ialah mendeteksi hemoglobin
dengan pemakaian substrat peroksidase serta aseptor oksigen. Eritrosit yang utuh dipecah
menjadi hemoglobin dengan adanya aktivitas peroksidase. Hal ini memungkinkan hasil tidak
sesuai dengan metode mikroskopik sedimen urine. Hemoglobinuria sejati terjadi bila hemoglobin
bebas dalam urine yang disebabkan karena danya hemolisis intravaskuler. Hemolisis dalam urine
juga dapat terjadi karena urine encer, pH alkalis, urine didiamkan lama dalam suhu kamar.
Badan keton (aseton, asam aseotasetat, dan asam β-hidroksibutirat) diproduksi untuk
menghasilkan energi saat karbohidrat tidak dapat digunakan. Asam aseotasetat dan asam β-
hidroksibutirat merupakan bahan bakar respirasi normal dan sumber energi penting terutama
untuk otot jantung dan korteks ginjal. Apabila kapasitas jaringan untuk menggunakan keton
sudah mencukupi maka akan diekskresi ke dalam urine, dan apabila kemampuan ginjal untuk
mengekskresi keton telah melampaui batas, maka terjadi ketonemia. Benda keton yang dijumpai
di urine terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.
Pada pemeriksaan kimiawi urin didapatkan hasil negative pada pemeriksaan karbohidrat,
protein, dan bilirubin dalam urin. Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Kadar
gula yang tinggi dibuang melalui air seni, dengan demikian air seni penderita kencing manis
yang mengandung glukosa sehingga sering dilebung atau dikerebuti semut, selanjutnya orang
tersebut akan kekurangan energi / tenaga, muda lelah, emas, mudah haus, dan lapar sering
kesemutan, gatal-gatal, sering buang air kecil, dan lain-lain. Kurang dari 0,1% dari glukosa
normal disaring oleh glomerulus muncul dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria
(kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi
tubulus yang menurun.
Bilirubin secara normal tidak terdapat dalam urine, namun dalam jumlah yang sangat sedikit
dapat berada dalam urine, tanpa terdeteksi melalui pemeriksaan rutin. Bilirubin terbentuk dari
penguraian hemoglobin dan ditranspor menuju hati, tempat bilirubin berkonjugasi atau tak
langsung bersifat larut dalam lemak, serta tidak dapat diekskresikan ke dalam urine
Daftar Pustaka :
Ethel, S. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC
Ganong, Wiliam. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:EGC