implementasi metode dual stack ipv6 menggunakan router ... · 1 implementasi metode dual stack ipv6...

27
Implementasi Metode Dual Stack IPv6 Menggunakan Router Mikrotik di Laboratorium Multimedia Artikel Ilmiah Peneliti: Aisah Ika Wulandari (672015042) Teguh Indra Bayu, S.Kom., M.Cs. Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2019

Upload: others

Post on 22-Feb-2020

39 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Implementasi Metode Dual Stack IPv6

Menggunakan Router Mikrotik di Laboratorium Multimedia

Artikel Ilmiah

Peneliti:

Aisah Ika Wulandari (672015042)

Teguh Indra Bayu, S.Kom., M.Cs.

Program Studi Teknik Informatika

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2019

Implementasi Metode Dual Stack IPv6

Menggunakan Router Mikrotik di Laboratorium Multimedia

Artikel Ilmiah

Diajukan Kepada

Fakultas Teknologi Informasi

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Peneliti:

Aisah Ika Wulandari (672015042)

Teguh Indra Bayu, S.Kom., M.Cs.

Program Studi Teknik Informatika

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2019

2

3

4

5

6

1

Implementasi Metode Dual Stack IPv6

Menggunakan Router Mikrotik di Laboratorium Multimedia Aisah Ika Wulandari1 , Teguh Indra Bayu2

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50771, Indonesia

E-mail: [email protected] , [email protected]

Abstract

IPv6 is the new generation of internet protocol that replaces the previous version of the

protocol IPv4. IPv6 was developed by the Internet Enginnering Task Force (IETF) to

add IP Addressing. On the research IPv6 implemenation can use the Dual Stack method

which is one the network immigaration methods IPv4 to Ipv6, so one inferface can run

two IP addresses. upload and download testing using filezilla client connected local FTP

Server IPv4 and IPv6. Testing for streaming do by accessing a local web server which

already contains videos. From the result testing the dual stack by comparing results of

throughput not significantly affect on testing upload dan download files. On streaming

test results of throughput and delay significantly affect in IPv4 and IPv6.

Keyword : IPv6, IPv4, Dualstack, Throughput, Delay, Streaming.

Abstrak

IPv6 adalah protokol internet generasi baru yang akan menggantikan protokol

IPv4.Tujuan diciptakan IPv6 karena keterbatasan ruang alamat di IPv4 yang

hanya 32 bit. IPv6 sendiri dikembangkan oleh Internet Engineering Task Force

(IETF) untuk nenambah pengalamatan IP. Pada penelitian ini implementasi IPv6

menggunakan metode dual stack yang merupakan salah satu metode migrasi

jaringan IPv4 ke IPv6, sehingga satu interface dapat menjalankan 2 alamat IP

secara bersamaan. Pengujian upload dan download menggunakan filezilla client

yang terhubung FTP server lokal ipv4 dan ipv6. Pengujian streaming dilakukan

dengan mengakses web server lokal yang telah berisi video. Dari hasil pengujian

dual stack dengan membandingkan hasil throughput tidak berpengaruh signifikan

pada pengujian upload dan download file. Pada pengujian streaming hasil

throughput dan delay berpengaruh signifikan antara IPv4 dan IPv6.

Kata kunci : IPv6. IPv4, Dual Stack, Throughput, Delay, Streaming.

1. Pendahuluan

SMK Telekomunikasi Tunas Harapan merupakan sekolah menengah

kejuruan yang memiliki dua bidang keahlian yaitu Teknik Informatika dan Teknik

Mekanik Otomotif. Sebagai sekolah menengah kejuruan yang memanfaatkan

Teknologi Informasi dalam proses pembelajaran maka koneksi jaringan di SMK

Telekomunikasi Tunas Harapan sangatlah penting. Koneksi yang sering dan

paling banyak digunakan adalah download dan streaming ke server lokal sekolah.

Akses server lokal diakses tidak hanya guru dan karyawan tetapi juga juga siswa

2

siswi untuk mengambil atau mencari data yang dibutuhkan untuk menujang

pembelajaran. Peningkatan akses ke server lokal terjadi pada pukul 08.00 sampai dengan

pukul 12.00. Peningkatan akses terjadi karena pada jam - jam tersebut siswa mulai

melakukan download materi yang akan di pelajari sedangkan para guru

melakukan upload data materi yang akan disampaikan. Dengan adanya

peningkatan akses maka koneksi menjadi lambat dan kegiatan pembelajaran tidak

dapat berjalan dengan baik. Selain akses download dan upload materi koneksi

streaming video pembelajaran juga menjadi salah satu penyebab peningkatan

akses jaringan. Streming video menjadi salah satu cara yang digunakan dalam

pembelajaran Multimedia.

Dalam penelitian ini dilakukan pemisahan akses jaringan antara proses

upload, download dan streaming. Akses ke jaringan lokal server upload dan

download menggunakan Internet Protokol Versi 4 dan akses ke jaringan lokal

server streaming menggunakan Internet Protokol Versi 6. Proses pemisahan akses

jaringan akan menggunakan mikrotik sebagai hardware yang menjalankan

metode dual stack. Penggunaan metode dual stack tidak akan merubah topologi

jaringan Internet Protokol Versi 4 yang telah berjalan. Metode dual stack akan

menjalankan Intenet Protokol Veris 4 dan Internet Protokol Versi 6 pada interface

secara bersamaan. Pemisahan akses ke lokal server upload, download dan

streaming diharapakan dapat meringankan kinerja jaringan sehingga akses ke

lokal server tidak lambat. Dengan demikian proses pembelajaran dapat berjalan

dengan baik.

Dalam penelitian ini dilakukan beberapa hal yang diteliti mencakup

bagaimana implementasi dual stack agar dapat berjalan dengan baik, menguji

kinerja dual stack apakah dapat meringankan beban trafik jaringan dan menilai

kinerja dari mikrotik apakah dapat menjalankan metode dual stack. Untuk

pengujian dilakukan dengan cara uji coba upload, download dan streaming. Dari

hasil pengujian yang akan dijadikan bahan penilian adalah hasil dari throughput

dan delay.

Dengan rancangan tersebut nantinya akan ada pengukuran dan pengambilan

data yang dilakukan dari sisi client. Hasil dari pengukuran dan pengambilan data

tersebut akan digunakan sebagai acuan pengembangan jaringan di SMK

Telekomunikasi Tunas Harapan.

2. Tinjuan Pustaka

Penelitian yang menggunakan metode Dual Stack cukup banyak dilakukan.

Antara lain penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Muji tahun 2013, yang

berjudul DualStack IPv6 menggunakan Cisco Router. Dalam penelitian ini yang

dilakukan adalah migrasi alamat IPv4 ke Ipv6. Proses migrasinya sendiri

menggunakan Dual Stack Tunneling bertujuan agar tidak mengubah jaringan yang

sudah ada. Hasil dari yang sudah dikerjakan dengan membandingkan Throughput

[1].

3

Dalam Penelitian lain yang berjudul Interkoneksi IPv6 dengan IPv4

menggunakan DSTM (Dual Stack Transition mechanism) yang dilakukan oleh

Dody setiawan, Rumani dan Nyoman. Dalam penelitian ini bertujuan agar host

yang berada pada jaringan IPv6 dapat terkoneksi dengan host IPv4 dan juga

sebaliknya. Pengukuran kinerja DSTM sendiri menggunakan ICMP, FTP dan

Iperf. Jaringan DSTM sendiri memiliki kinerja lebih rendah dari pada jaringan

IPv6 dan IPv4, karena waktu kirim paket yang butuhkan lebih lama. Untuk

aplikasi ICMP waktu kirim paket pada jaringan IPv6 lebih cepat dari pada IPv4.

Tetapi untuk FTP dan Ipref waktu kirim paket IPv6 lebih lama dari pada IPv4 [2].

Penelitian lain yang dilakukan oleh Andra Rizky Aquary tahun 2006, yang

berjudul Analisis Komparasi QoS IPv4 dan IPv6 pada Topologi Jaringan

Komputer di Lab CTC FTI-UKSW. Dalam penelitian ini juga mengalisa

perbandingan QoS (Quality of Service) koneksi dan interkoneksi IPv4 dan IPv6.

Koneksi dan satu contohnya adalah mennggunakan mekanisme NAT-PT

(Network Address Translation-Protocol Translation). Mekanisme ini bekerja

dengan cara menerjamahkan alamat dan paket-paket IP dari IPv4 ke IPv6 dan juga

sebaliknya. NAT (Network Address Translation) mengacu pada penerjamahan

dari alamat IPv4 dan IPv6, sedangkan PT (Protocol Translation) menyediakan

Penerjemahan Paket IPv4 menjadi paket yang secara semantic sama dengan paket

IPv6 dan sebaliknya [3].

Internet Protocol Version 4 (IPv4) adalah sebuah jenis pengamatan jaringan

yang digunakan di dalam protokol jaringan TCP/IP yang menggunakan protokol

IP versi 4. Panjang total adalah 32-bit, dan secara teoritis dapat mengalamati

hingga 232 host komputer di dunia. Alamat IPv4 umumnya diekspresikan dalam

notasi desimal bertitik (dotted-decimal notation), yang dibagi kedalam empat buat

oktet berukuran 8-bit sehingga nilainya berkisar antara 0 hingga 255 [4].

Internet Protocol Version 6 (IPv6) yang dikenal juga dengan Internet

Protocol Next Generation (Ipng) memiliki panjang 128-bit dengan total alamat

yang dapat ditampung 2128 (3,4 * 1038) alamat. Total alamat yang sangat besar

ini bertujuan untuk menyediakan ruang alamat yang tidak akan habis dalam

beberapa masa kedepan, dan membentuk infstuktur routing yang disusun secara

hierarkis, sehingga mengurangi kompleksitas proses routing dalam tabel routing.

Sistem bacaan pengalamatan dipetakan setiap 16 bits lalu akan ditampilkan dalam

bentuk section hexadecimal 4 digit dengan dipisahkan oleh tanda baca titik dua (:)

[5].

Gambar 2. Stuktur Header Ipv6

Gambar 2 merupakan struktur header IPv6 yang memiliki pengertian sebagai

berikut : Version adalah Bagian version berukuran 4 bits berfungsi untuk

4

mengindikasikan versi dari IP yang digunakan yaitu 6. Traffic Class Bagian

Traffic Class berukuran 8 bits Fungsi dari Traffic Class adalah sebagai pendukung

Quality of Service (Qos) dengan memberikan prioritas bagi paket-paket data untuk

dikirimkan melalui router-router. Flow Label Bagian Flow Label berukuran 20

bits. Flow Label digunakan oleh pengirim untuk memberikan label-label pada

sekumpulan paket data agar masuk ke dalam flow yang sama sehingga

mendukung QoS pada data real time. Payload length Bagian Payload length

berukuran 16 bits merupakan pengganti dari bagian Total Length Struktur IP

header IPv4. Fungsi dari Payload length adalah untuk mengidentifikasikan

panjang dari muatan IPv6 di dalamnya mengandung extension headers dan juga

Packet Data Units (PDU) lapisan atas. Next Header Bagian Next Header

berukuran 8 bits. Fungsi dari Next Header adalah mengidenifikasikan protokol

apa yang ada pada header, apakah berupa extension header atau data protokol

PDU lapisan atas (TCP atau UDP) jika mencapai nilai 0 maka datagram akan

dibuang. Tujuannya adalah mencegah terjadinya routing loop pada datagram

tersebut. Source Address Bagian Source Address berukuran 128 bits berfungsi

mengidentifikasikan alamat pengirim datagram. Destination Address Bagian

Destination Address berukuran 128 bits berfungsi mengidentifikasikan alamat

penerima datagram [6]. Dual Stack Mekanisme dual stack ini memungkinkan baik

protocol IPv4 maupun IPv6 ada dalam device dan network yang sama. Host yang

menggunakan dual stack memiliki alamat IPv4 dan alamat IPv6 sehingga dapat

dijangkau oleh host IPv4 dan host IPv6 [7].

Gambar 3. TCP/IP Dual Stack

Gambar 3 menjelaskan cara kerja IPv4 dan IPv6 yang berjalan pada device

dan network yang sama serta dapat berkomunikasi menggunakan protokol TCP

maupun UDP. Dengan solusi tumpukan ganda, setiap perangkat jaringan, server,

sakelar, router, dan firewall di jaringan ISP akan dikonfigurasikan dengan

kemampuan konektivitas IPv4 dan IPv6. Dengan demikian koneksi yang terjalin

antar host akan menyesuaikan protokol yang digunakan

Wireshark merupakan salah satu network analysis tool, atau disebut juga

dengan protocol analysis tool atau packet sniffer. Wireshark dapat digunakan

untuk troubleshooting jaringan, analisis, pengembangan software dan protocol

serta untuk keperluan edukasi. Wireshark mampu menangkap paket-paket data

5

yang ada pada jaringan tersebut. Semua jenis paket informasi dalam berbagai

format protokol pun akan dengan mudah ditangkap dan dianalisa. Wireshark

dikenal dengan Ethereal [6].

Terdapat banyak hal yang bisa terjadi pada paket ketika ditransmisikan

dari asal ketujuan, yang mengakibatkan masalah-masalah dari sudut pandang

pengirim atau penerima dan sering disebut dengan parameter-parameter performa

jaringan. Throughput merupakan nilai besaran kecepatan rata-rata dari sebuah file

yang berhasil dikirimkan dari komputer server ke komputer client perdetiknya

biasanya mengunakan satuan bit per second. Pengambilan parameter throughput

dilakukan dengan cara download file dari server ke client, pada saat itu juga client

melakukan capture data di Wirehark melalui interface Ethernet, dan menghindari

masuknya paket-paket selain paket yang berasal dari FTP oleh karena itu akan

filtering pada saat capture data tersebut [5]. Delay (Latency) merupakan waktu

tunda yang diperlukan oleh paket data dari awal paket dikirimkan sampai hingga

paket sampai ketujuan. Parameter delay dihitungan dengan cara membagi transfer

time dengan jumlah bit data dengan rumus dibawah ini [5]. 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 =𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑓𝑒𝑟 𝑇𝑖𝑚𝑒

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑡 Hasil pengambilan data secara keseluruhan untuk rata-rata

parameter delay dari hasil perhitungan transfer time dibagi dengan jumlah bit

yang terbaca melalui aplikasi Wireshark dan semakin kecil nilai dari delay baik

performa jaringan. Dalam beberapa aplikasi kebutuhan akan parameter performa

jaringan diatas berbeda-beda. Adapun table untuk menunjukan perbedaan –

perbedaan ini adalah

Tabel 1. Kebutuhan aplikasi terhadap parameter performa jaringan

Dari Tabel 1 bisa dilihat bahwa kebutuhan untuk e-mail sangat tinggi

terhadap reliability, namun untuk kebutuhan delay, jitter dan bandwidth rendah.

Begitu juga untuk File Transfer (FTP), Web Access dan Remote Login kebutuhan

reliability sangat tinggi. Tetapi untuk aplikasi semacam audio/video, telephony

dan video conferencing sangat sensitive terhadap jitter sehingga tidak menjamin

realiability data yang ditransmisikan.

3. Metode Perancangan Sistem

Sebelum melakukan penelitian, tahapan yang dilakukan adalah metode

peracangan sistem. Metode peracangan sistem dibuat untuk memudahakan

perancangan dalam mengembangkan ide rancangan. Gambar 4 merupakan metode

perancangan sistem yang akan digunakan.

6

Gambar 4. Metode perancangan sistem dual stack

Gambar 4 menunjukkan metode perancangan yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu: prepare, plan, design, dan implement. Langkah awal yang

dilakukan adalah prepare. Dalam tahapan prepare dilakukan pengumpulan data

yang bersumber dari studi literature dan pencarian informasi berdasarkan

wawancara dengan nara sumber dari SMK Telekomunikasi Tunas Harapan.

Setelah memperoleh inforasi awal dilanjutkan dengan tahapan kedua yaitu plan.

Tahapan plan berisi tentang rencana yang akan dilakukan untuk menyelesaikan

permasalahan dari hasi wawancara dengan narasumber. Dalam penelitian ini plan

yang akan di lakukan adalah membuat jaringan dual stack untuk menyelesaikan

permasalah akses jaringan yang lambat terutama untuk streaming. Langkah

selanjutnya adalah membuat design topologi jaringan dual stack yang akan di

implementasikan. Design topologi jaringan dual stack menyesuaikan topologi

jaringan yang sudah berjalan. Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah proses

Implement. Dalam proses Implement dilakukan instalasi jaringan dual stack yang

telah di design dan melakukan pengujian yang membuktikan bahwa jaringan dual

stack dapat berjalan. Proses implement meliputi konfigurasi alamat pengalamatan

IP dan proses routing.

7

Gambar 5. Topologi Gedung A SMK Telekomunikasi Tunas Harapan

8

Gambar 5 merupakan topologi yang berjalan di gedung A SMK

Telekomunikasi Tunas Harapan. Topologi yang berjalan saat ini menggunakan

konfigurasi Ipv4 pada semua jaringanya. Gedung A SMK Telekomunikasi Tunas

Harapan terdiri dari 3 lantai yang memilik 3 lab di setiap lantai nya, dengan

pembagian lantai 1 lab TKJ, lantai 2 lab RPL dan lantai 3 Lab Multimedia.

Masing – masing lantai memiliki router yang terhubung ke jaringan lab di lantai

tersebut.

Gambar 6. Desain Topologi Dua Stack yang dibangun

Gambar 6 merupakan desain topologi jaringan yang akan dibuat. Topologi

jaringan dual stack akan dijalankan pada Lab Multimedia dikarenakan

pembelajaran yang memanfaatkan media streaming paling banyak di Lab

Multimedia. Dari desain topologi tersebut Router Multimedia yang sebelumnya

hanya memiliki IPv4 akan di konfigurasi menjadi Router Dual Stack yang

memiliki 2 protokol IP yaitu IPv4 dan IPv6 pada interface yang terhubung.

Konfigurasi dual stack dilakukan pada router lab multimedia dan core router

untuk menghubungkan client dual stack dengan server upload/download dan

server streaming.

Tabel 2. IP Address Lab MM 1 dan Lab MM 2

Pada Tabel 2 perangkat Router Dual Stack memiliki IPv4 dan Ipv6.

Pemberian IPv4 bertujuan untuk menghubungkan dari router dual stack MM ke

core router dual stack sehingga bisa ke server. Konfigurasi pertama yang

dilakukan adalah melakukan enable paket IPv6 pada menu System – Packages.

Setelah IPv6 berhasil di enable kan selanjutnya konfigurasi IPv6 yang berada

9

pada menu IPv6 – address. Kode program 1 menunjukkan perintah konfigurasi

dari IPv6 yang dikonfig pada interface ether4 dan ether2.

Kode Program 1 konfigurasi IPv6 Router Server

Dari Kode Program 1 dapat diketahui bahwa IPv6 terpasang pada interface

ether2 yang mengarah ke Router Multimedia dan interface ether4 yang mengarah

ke Server. IPv6 yang terpasang pada interface ether2 yaitu 2001:c0a8:6400:1::1

dan IPv6 yang terpasang pada interface ether4 2001:c0a8:6400:2::1. Secara

default apabila paket IPv6 dienable kan maka akan muncul alamat Link Local

Address yang otomatis terpasang pada setiap interface. Langkah Selanjutnya

adalah konfigurasi parameter routing IPv6. Kode Program 2 menunjukan perintah

konfigurasi routing pada router server.

Kode Program 2 konfigurasi routing IPv6 Router Server

Berdasarkan Kode Program 2 dapat diambil informasi bahwa gateway

dikonfigurasi pada router server adalah 2001:c0a8:6400:2::2. Gateway tersebut

mengarah ke router multimedia.Pada router MM langkah awal sama seperti

router Server yaitu enable IPv6. Kode Program 3 menunjukkan konfigurasi IPv6

pada router lab multimedia yang di konfigurasi.

Kode Program 3 Konfigurasi IPv6 router Multimedia

Berdasarkan Kode Program 3 dapat diperoleh informasi bahwa untuk

terhubung ke Core Router menggunakan interface ether1 dengan alamat IPv6

2001:c0a8:6400:2::2 sedangkan untuk mengarah ke client lab MM menggunakan

10

interface ether2 dengan alamat IPv6 2001:c0a8:7000:1::1. Setelah konfigurasi

selesai selanjutnya konfigurasi routing IPv6 pada router MM yang ditunjukkan

pada gambar Kode Program 4. Pada router MM paramter routing yang dibuat

hanya default route, sehingga destination addressnya ::/0 dan gatewaynya

diarahkan ke IP router Server.

Kode Program 4 Konfigurasi Routing IPv6 Router Multimedia

.

Berdasarkan Kode Program 4 dapat diambil informasi bahwa gateway

dikonfigurasi pada router server adalah 2001:c0a8:6400:2::1. Gateway tersebut

mengarah ke router multimedia. Pada router MM langkah awal sama seperti

router Server yaitu enable IPv6.

Gambar 7. Detail Konfigurasi IP pada interface LAN.

Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa IPv4 dan IPv6 berjalan bersamaan dan

akan digunakan sesuai dengan kebutuhan. Apabila koneksi ke server IPv4 maka

IPv4 pada client yang digunakan. Begitu juga sebaliknya apabila akses server

IPv6 makan IPv6 pada client yang akan digunakan. Pengujian yang dilakukan

menggunakan perintah ping untuk menguji koneksi antar client dan client ke

server. Pada client lab MM akan melakukan ping ke sever. Untuk client di Lab

MM menggunakan IP yang satu dengan pengaturan router pada router Lab MM.

11

Gambar 8. Hasil Ping dari client MM ke Server.

Gambar 9. Hasil ping dari client MM ke Server.

Pada Gambar 8 diperoleh informasi keberhasilan ping dengan tingkat

keberhasilan 100%, jumlah paket yang dikirim 4 dan diterima 4 waktu yang

dibutuhkan 1ms. Pada Gambar 9. dipeoleh informasi keberhasilan ping dengan

tingkat keberhasilan 100%, jumlah paket yang dikirim 4 dan diterima 4 waktu

yang dibutuhkan 1ms.

Tabel 3. Hasil Ping antar client dan Server

12

Pada Tabel 3 maka dapat disimpulkan bahwa proses dual stack telah

berhasil dan jaringan dapat berjalan dengan baik.langkah selanjutnya adalah

melakukan pengujian akses ke server. Pengujian terakhir yang dilakukan adalah

mengakses service web server yang melayani streaming. Langkah selanjutnya

adalah melakukan pengujian akses web server. Pengujian dengan mengakses

service web server yang melayani streaming.

Gambar 10. Tampilan Halaman Web IPv4(atas) dan IPv6 (bawah)

Gambar 10 menunjukan hasil akses ke web server yang telah di konfigurasi

sehingga dapat berjalan pada IPv6. Konfigurasi web server dilakukan oleh pihak

sekolah sedangkan dalam penelitian ini hanya melakukan proses konfigurasi

jaringan IPv6 agar dapat saling terhubung. Dari gambar tersebut dapat di ambil

informasi bahwa server dapat berjalan dengan baik pada jaringan IPv6.

Setelah pengujian web server selesai langkah selanjutnya yang akan

dilakukan adalah pengujian terhadap performa jaringan. Pengujian performa

jaringan dilakukan dengan cara memonitoring hasil througput upload, download

dan streaming. Untuk pengujian streaming di lakukan penambahan kriteria

pengujian yaitu delay yang diperoleh.

13

4. Hasil dan Pembahasan

Hasil Pengujian Upload dan Download. Tabel 6 adalah hasil throughput

upload dan download data client dual stack ke dan dari server lokal IPv4 dan IPv6

dengan ukuran 187 MB. Proses pengujian dilakukan sebanyak 5 kali dengan

ukuran data yang sama. Tabel 4. Hasil Throughput Upload dan Download Data

Sebesar 187 MB sebanyak 5 Kali.

Hasil dari Tabel 4 diketahui bahwa kinerja throughput upload dan download

IPv6 lebih unggul dari pada IPv4, karena hasil rata-rata throughput pada IPv6 98

Mbit/s yang lebih tinggi dari IPv4 rata-rata throughput 97 Mbit/s sehingga pada

saat upload dan download throughput pada IPv6 selalu stabil. Keunggulan lain

IPv6 dikarenakan pengguna IPv6 lebih sedikit daripada pengguna IPv4. Sehingga

trafik data yang menggunakan IPv6 lebih lancar. Proses pengujian di lakukan

sebanyak 5 kali dengan paket data yang sama.

Gambar 11. Hasil Throughput upload IPv4

14

Dari pengujian yang dilakukan pada Gambar 11, diperoleh hasil Throghput

upload sebesar 98 Mbit/s dari 118507 paket yang ditampilkan, dari total paket

yang tertangkap 131506 paket. Jarak antara paket pertama dan paket terakhir dari

hasil yang ditangkap 45.075s dan yang ditampilkan 14.584s. Rata-rata paket

2856.3/s yang ditampilkan 8125.5/s. Hasil throughput keseluruhan 3911 Kbyte/s

terpakai 12 Mbyte/s.Besaran throughput yang diperoleh akan dibandingkan

dengan besaran throughput pengujian IPv6.

Gambar 12. Hasil Throughput upload IPv6

Dari pengujian yang dilakukan pada Gambar 12, diperoleh hasil Throghput

upload sebesar 98 Mbit/s dari 120657paket yang ditampilkan, dari total paket

yang tertangkap 134056 paket. Jarak antara paket pertama dan paket terakhir dari

hasil yang ditangkap 29.988s dan yang ditampilkan 14.802s. Rata-rata paket

4470.6/s yang ditampilkan 8151.6/s. Hasil throughput keseluruhan 6100 Kbyte/s

terpakai 12 Mbyte/s. Besaran throughput yang diperoleh akan dibandingkan

dengan besaran throughput pengujian IPv4.

15

Gambar 13. Hasil throughput download Ipv4

Dari pengujian yang dilakukan pada Gambar 13, diperoleh hasil Throghput

download sebesar 96 Mbit/s dari 115846 paket yang ditampilkan, dari total paket

yang tertangkap 174940 paket. Jarak antara paket pertama dan paket terakhir dari

hasil yang ditangkap 35.952s dan yang ditampilkan 14.581s. Rata-rata paket

4864.6/s yang ditampilkan 7955.8/s. Hasil throughput keseluruhan 4986 Kbyte/s

terpakai 12 Mbytes.Besaran throughput yang diperoleh akan dibandingkan

dengan besaran throughput pengujian IPv6.

Gambar 14. Hasil Throughput download Ipv6

16

Dari pengujian yang dilakukan pada Gambar 14, diperoleh hasil Throghput

download sebesar 55 Mbit/s dari 119939 paket yang ditampilkan, dari total paket

yang tertangkap 181029 paket. Jarak antara paket pertama dan paket terakhir dari

hasil yang ditangkap 48.919s dan yang ditampilkan 26.334s. Rata-rata paket

3700.6/s yang ditampilkan 4553.7/s. Hasil throughput keseluruhan 3811 Kbyte/s

terpakai 6894 Kbyte/s.Besaran throughput yang diperoleh akan dibandingkan

dengan besaran throughput pengujian IPv4.

Tabel 7. Hasil Throughput dan Delay Pada Pengujian Streaming

Tabel 7 adalah hasil throughput dan delay pada pengujian Streaming pada

client dual stack ke dan dari server lokal IPv4 dan IPv6. Proses pengujian

dilakukan dengan streaming video dengan kualitas dan waktu yang berbeda.

Pengujian pertama streaming dengan kualitas 360p waktu 5 menit, pengujian

kedua dengan kualitas 480p waktu 7 menit dan pengujian ketiga kualitas video

720p dengan waktu 3 menit. Dari Hasil Pengujian dapat disimpulkan bahwa

throughput pada IPv6 lebih baik daripada IPv4 yang berdampak pada proses

streaming yang lebih cepat IPv6. Sehingga layanan streaming lebih baik

menggunakan IPv6. Untuk delay hasil persecond IPv6 lebih baik dari Ipv4.

Karena IPv6 angka delay lebih kecil.

Gambar 15. Hasil Throughput Streaming Ipv4

17

Dari pengujian yang dilakukan pada Gambar 15, diperoleh hasil Throghput

streaming sebesar 3190 Kbit/s dari 118364 paket yang ditampilkan, dari total

paket yang tertangkap 171892 paket. Jarak antara paket pertama dan paket

terakhir dari hasil yang ditangkap 490.188s dan yang ditampilkan 447.225s. Rata-

rata paket 350.7/s yang ditampilkan 264.7/s. Hasil throughput keseluruhan 370

Kbyte/s terpakai 398 Kbyte/s.Besaran throughput yang diperoleh akan

dibandingkan dengan besaran throughput pengujian IPv6. Streaming video

berdurasi 3 menit dengan kualitas video 720p.

Gambar 16. Hasil Delay Streaming Ipv4

Dari pengujian yang dilakukan pada Gambar 16, diperoleh hasil delay

streaming terbesar 5s dengan rata-rata delay 2s. Streaming video berdurasi 3

menit dengan kualitas video 720p. Semakin kecil delay yang diperoleh pada

pengujian yang dilakukan membuktikan bahwa semakin bagus kualitas streaming

yang didapat. Hasil delay streaming IPv4 akan dibandingkan dengan delay

streaming IPv6

Gambar 17. Hasil RTT Streaming Ipv4.

18

Dari pengujian yang dilakukan pada Gambar 17, diperoleh hasil RTT

streaming sebesar 0.0005s sampai 0.0037s. Streaming video berdurasi 3 menit

dengan kualitas video 720p. Jadi, waktu rata-rata yang diperlukan dalam jaringan

(Round Trip Time) dari user menuju server tujuan dipengaruhi oleh besar ukuran

paket data, kapasitas jalur atau bandwidth dan kondisi jalur atau trafik yang

dilalui.

Gambar 18. Hasil Throughput Streaming Ipv6

Dari pengujian yang dilakukan pada Gambar 18, diperoleh hasil Throghput

streaming sebesar 3215 Kbit/s dari 125253 paket yang ditampilkan, dari total

paket yang tertangkap 180727 paket. Jarak antara paket pertama dan paket

terakhir dari hasil yang ditangkap 487.320s dan yang ditampilkan 459.630s. Rata-

rata paket 370.9/s yang ditampilkan 266.7/s. Hasil throughput keseluruhan 395

Kbyte/s terpakai 401 Kbyte/s. Besaran throughput yang diperoleh akan

dibandingkan dengan besaran throughput pengujian IPv4. Streaming video

berdurasi 3 menit dengan kualitas video 720p.

Gambar 19. Hasil Delay Streaming Ipv6

19

Dari pengujian yang dilakukan pada Gambar 19, diperoleh hasil delay

streaming terbesar 10s dengan rata-rata delay 1s. Streaming video berdurasi 3

menit dengan kualitas video 720p. kualitas streaming dianggap lancar ketika tidak

ada delay selama proses streaming. Semakin kecil angka delay semakin baik

kualitas streaming. Hasil delay streaming IPv4 rata-rata delay 2 ms dan rata-rata

delay streaming IPv6 1 ms ini membuktikan bahwa streaming IPv6 lancar dan

baik untuk proses pembelajaran.

Gambar 20. Hasil RTT Streaming Ipv6

Dari pengujian yang dilakukan, diperoleh hasil RTT streaming sebesar

0.001s sampai 0.032s. Streaming video berdurasi 3 menit dengan kualitas video

720p. Jadi, waktu rata-rata yang diperlukan dalam jaringan (Round Trip Time)

dari user menuju server tujuan dipengaruhi oleh besar ukuran paket data,

kapasitas jalur atau bandwidth dan kondisi jalur atau trafik yang dilalui. Dari hasil

RTT IPv4 sebesar 0.0005s sampai 0.0037s dan RTT IPv6 sebesar 0.001s sampai

0.0032, membuktikan kecepatan paket data yang dikirim dari user ke server lebih

baik IPv6 karena proses kirim paket yang lebih cepat.

Dengan dilakukan penelitian ini SMK Telekomunikasi Tunas Harapan

memperoleh data perbandingan jaringan dual stack dan data jaringan awal. Hasil

dari pengujian menjadi tolak ukur pengembangan jaringan SMK Telekomunikasi

Tunas Harapan. Dengan hasil yang telah diperoleh membuktikan jaringan dual

stack yang dibangun memberikan efek positif terhadap akses ke lokal server

streaming sehingga akses streaming semakin lancar.

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan dapat

diambil kesimpulan bahwa proses konfigurasi dual stack berhasil berjalan dengan

20

baik dibuktikan dengan koneksi antara server dan client. Implementasi dual stack

memeperingan kinerja dari jaringan lokal dikarenakan ada nya pembagian trafik

ke lokal server yang menuju server data untuk upload dan download

menggunakan IPv4 sedangakan akses ke server streaming video menggunakan

IPv6, dibuktikan dengan throughput yang diperoleh saat kedua jaringan berjalan

bersamaan throughput yang diperoleh tetap tinggi. Pemecahan akses upload dan

download menggunakan IPv4 dan streaming menggunakan IPv6 menjadikan

akases jaringan menjadi lancar.

Router mikrotik terbukti dapat menjalankan implementasi koneksi dual

stack dengan baik berdasarkan pengujian yang telah dilakukan. Kinerja router

mikrotik dalam menjalankan metode dual stack sangat baik, pembuktian kinerja

mikrotik berdasarkan hasil pengujian throughput trafik upload, download dan

streaming.

Hasil pengujian implementasi metode dual stack menjadi langkah awal

pengembangan jaringan di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan. Berdsarkan

hasil pengujian yang baik maka seluruh jaringan lab di SMK Telekomunikasi

Tunas Harapan akan mengimplementasikan metode dual stack.

6. Daftar Pustaka.

[1] Wahyu Muji Listyorini. 2013. Dual Stack Menggunakan Cisco Router. FTI

UKSW : Salatiga.

[2] Dody Setiawan, R. Rumani M, Nyoman Bogi A.K. 2016. Interkoneksi IPv6

dengan IPv4 Menggunakan DSTM. Sekolah Tinggi Teknologi Telkom :

Bandung.

[3] Andra Rizky Aquary, 2006. Analisis Kinerja Interkoneksi IPv4 dan Ipv6

Menggunakan Mekanisme NAT-PT. Ilmu Komputer Institut Pertanian Bogor

: Bogor.

[4] Setiaji, Yohanes. 2013. Perbandingan IPv4 dan IPv6 Terhadap Pengaruh

Besar Paket dan Jumlah Hop pada Router Cisco 1941. Teknik Informatika

Universitas Santa Dharma : Yogyakarta.

[5] Rafiudin, Rahmar. 2005. IPv6 Addressing. PT Elex Media Komputindo :

Jakarta.

[7] Lestari, Renny Indah. 2011. Mengalisa Kinerja Antara Metode Tunneling 6to4

dengan Metode Dual Stack Berbasis Protokol Ipb6 Menggunakan Router

Mikrotik. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Amikom :

Yogjakarta.