13. spektek leoning sei. senapelan i (jl. durian)

26
SYARAT-SYARAT TEKNIS I. SPESIFIKASI UMUM PASAL 1 JENIS PEKERJAAN 1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah : Pembangunan/Rehab Leoning Sungai Senapelan I (Jl. Durian samping IIN Swalayan) Kec. Sukajadi Sepanjang 114 M 2. Untuk kelancaran pelaksanaan, pemborong harus menyediakan : a. Tenaga kerja/tenaga ahli yang cukup memadai dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan. b. Alat-alat bantu seperti alat-alat pengangkut dan peralatan lain yang diperlukan dalam pelaksanaan. c. Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap pekerjaan yang akan dilaksanakan tepat pada waktunya. 3. Pemborong harus melaksanakan dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Kebersihan dan ketertiban lokasi pekerjaan. b. Peralatan kerja yang cukup dalam melaksanakan pekerjaan serta mobilisasi peralatan. c. Pengadaan KM/WC yang memadai bagi pekerja dengan saluran-saluran air bersih dan kotor. 4. Pemborong harus menjamin keamanan proyek, baik barang-barang untuk Pemborong, Pengawas atau Pengelola Proyek. 5. Pemborong harus menyediakan biaya konsumsi untuk rapat-rapat/pertemuan dengan pemberi pekerjaan atau wakilnya. SPESIFIKASI TEKNIS Page 1 of 26

Upload: wong-cilik

Post on 08-Apr-2016

49 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

SPEK TEKNIK LEONING

TRANSCRIPT

SYARAT-SYARAT TEKNIS

I. SPESIFIKASI UMUM

PASAL 1 JENIS PEKERJAAN

1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :

Pembangunan/Rehab Leoning Sungai Senapelan I (Jl. Durian samping IIN

Swalayan) Kec. Sukajadi Sepanjang 114 M

2. Untuk kelancaran pelaksanaan, pemborong harus menyediakan :

a. Tenaga kerja/tenaga ahli yang cukup memadai dengan jenis pekerjaan yang

dilaksanakan.

b. Alat-alat bantu seperti alat-alat pengangkut dan peralatan lain yang diperlukan

dalam pelaksanaan.

c. Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap pekerjaan yang

akan dilaksanakan tepat pada waktunya.

3. Pemborong harus melaksanakan dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Kebersihan dan ketertiban lokasi pekerjaan.

b. Peralatan kerja yang cukup dalam melaksanakan pekerjaan serta mobilisasi

peralatan.

c. Pengadaan KM/WC yang memadai bagi pekerja dengan saluran-saluran air

bersih dan kotor.

4. Pemborong harus menjamin keamanan proyek, baik barang-barang untuk

Pemborong, Pengawas atau Pengelola Proyek.

5. Pemborong harus menyediakan biaya konsumsi untuk rapat-rapat/pertemuan

dengan pemberi pekerjaan atau wakilnya.

SPESIFIKASI TEKNIS Page 1 of 26

PASAL 2 STANDAR-STANDAR PELAKSANAAN

Apabila tidak ditentukan lain, dalam pelaksanaan pekerjaan ini berlaku dan mengikat

ketentuan-ketentuan yang tersebut dibawah ini dan dianggap Rekanan telah

mengetahui dan memahaminya termasuk (apabila ada) segala perubahan dan

tambahannya sampai saat ini yaitu :

1. Perpres No. 70 Tahun 2012 berikut lampiran-lampirannya.

3. Peraturan Umum Tentang Pelaksanaan Pembangunan di Indonesia atau Algemene

Voorwaarden Voor de Uitvoering Bij Aanneming Van Openbare Werkwn (AV) 1941.

4. Peraturan Keselamatan Kerja Konstruksi (SNI 0231-1967-E).

5. Peraturan Perencanaan Perhitungan Beton (SNI T-15-1991-03).

6. Peraturan Pembuatan Campuran Beton (SNI T-15-1991-03).

7. Peraturan Baja Tulangan Beton (SII 01236-84).

8. Peraturan Kawat Pengikat Beton (SNI 0040-87-A).

9. Peraturan Ukuran Kayu Bangunan (SKSNI S-05-1990-F).

10. Peraturan Pipa PVC Untuk Air Kotor (SNI 0162-1987-A).

11. Peraturan Sambungan Pipa PVC Untuk Air Kotor (SNI 0178-1987-A).

12. Peraturan Portland Cement (SII 0013-81).

13. Peraturan Bata Merah (SII 0021-78).

14. Peraturan Cat Emulsi (SNI 1253-1989-A).

15. Peraturan Plamur Tembok (SII 0548-81).

16. Peraturan Tata Cara Pengecatan Tembok (SKSNI T-10-1999-F).

17. Peraturan : a. Batu Alam Untuk Bahan Bangunan

b. Kerikil

c. Pasir (SKSNI S-04-1989-F)

SPESIFIKASI TEKNIS Page 2 of 26

PASAL 3 PEMAKAIAN UKURAN

1. Pemborong tetap bertanggung jawab dalam menetapi semua ketentuan yang

tercantum dalam RKS dan gambar kerja berikut tambahan dan perubahannya.

2. Pemborong wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan maupun

bagiannya dan segera memberitahukan pengawas tentang setiap perbedaan yang

ditemukannya didalam RKS dan gambar kerja maupun dalam pelaksanaan.

Pemborong baru diizinkan membetulkan kesalahan gambar dan melaksanakan

setelah ada persetujuan tertulis dari pengawas.

3. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan didalam hal apapun

menjadi tanggung jawab Pemborong, oleh karena itu Pemborong diwajibkan

mengadakan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap gambar-gambar dan

dokumen yang ada.

PASAL 4 INFORMASI SITE

1. Sebelum memulai pekerjaan, Pemborong harus benar-benar memahami

kondisi/keadaaan site atau hal-hal lain yang mungkin akan mempengaruhi

pelaksanaan pekerjaan dan harus sudah memperhitungkan segala akibatnya.

2. Pemborong harus memperhatikan secara khusus mengenai pengaturan lokasi

tempat bekerja, penempatan material, pengamanan dan kelangsungan operasional

selama pekerjaan sampai selesai.

3. Pemborong harus mempelajari dengan seksama seluruh bagian gambar, RKS, dan

agenda-agenda dalam Dokumen Lelang guna menyesuaikan dengan kondisi

lapangan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik.

SPESIFIKASI TEKNIS Page 3 of 26

PASAL 5 PERSYARATAN BAHAN-BAHAN BANGUNAN

1. Air (Bagian A SKSNI S 04-1989-F, 41).

a. Air yang dipergunakan tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam-

garam, bahan organik atau lainnya yang dapat merusak beton.

b. Air yang dipergunakan untuk adukan beton konstruksi harus sesuai dengan

SNI1971-1990-F.

2. Tanah Timbun (Tanah Urug).

Tanah yang dipergunakan untuk pekerjaan timbunan ini harus bersih dari tanah

humus maupun akar-akar kayu serta rumput bebas sampah dan bebas dari bahan-

bahan organis.

3. Pasir / Agregat halus (Bagian A, SKSNI S-04-1989-F 6.1).

a. Pasir yang dipergunakan dapat berupa pasir alam hasil dari disintegrasi alami

batuan atau dapat berupa hasil dari pemecahan batu dari alat mekanis.

b. Agregat harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir agregat

halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-

pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.

c. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan

terhadap berat kering) yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian

yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5 %,

maka agregat halus harus dicuci.

d. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton

kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari Lembaga Pemeriksaan bahan-bahan

yang diakui.

4. Kerikil / Agregat kasar (Bagian A, SKSNI S-04-1989-F)

a. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil yang disentegrasi

alami dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang di peroleh dari

pemecahan batu. Pada umumnya yang dimaksud dengan agregat kasar adalah

agregat besar butir lebih 5 mm. SPESIFIKASI TEKNIS Page 4 of 26

b. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.

Agregat yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai, apabila

jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melampaui 20 % dari berat agregat

seluruhnya. Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak

pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca seperti terik matahari dan

hujan.

c. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % (ditentukan

terhadap berat kering) yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian

yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui dari 1

%, maka agregat kasar harus dicuci.

d. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,

seperti zat-zat yang reaktif alkali.

e. Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari pada seperlima jarak

terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan, sepertiga dari tebal plat

atau tigaperempat dari jarak bersih minimum diantara batang-batang atau

berkas-berkas tulangan. Penyimpangan dari pembatasan ini diizinkan apabila

menurut penilaian pengawas ahli cara-cara pengecoran beton adalah

sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadinya sarang-sarang kerikil.

5. Bata

a. Bata yang digunakan harus bata yang mempunyai syarat mutu seperti yang

ditentukan dalam SII 0021-78.

b. Bata yang digunakan harus yang sempurna keringnya

c. Bata yang digunakan harus mempunyai ukuran yang memenuhi persyaratan

yang tercantum dalam PUBI-1980.

6. S e m e n (Bagian A SKSNI S-04-1989-F).

a. Semen yang digunakan harus semen yang bermutu tinggi, berat dan

volumenya tidak kurang dari ketentuan yang tercantum pada kantongnya. Pada

semennya tidak terjadi pembatuan atau bongkah-bongkah kecil.

SPESIFIKASI TEKNIS Page 5 of 26

b. Semen untuk konstruksi beton bertulang dipakai jenis-jenis semen yang

memenuhi ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang ditentukan dalam

SII.0013-81.

c. Pemakaian semen untuk setiap campuran dapat ditentukan dengan ukuran isi

atau berat. Ukuran semen tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 2,5 %.

7. Baja Tulangan (SNI 2008).

a. Baja tulangan untuk penulangan beton yang digunakan harus bebas

dari kotoran-kotoran, lemak, kulit gilingan, karat lepas dan bahan-bahan lain

yang dapat mengurangi daya lekat beton terhadap baja tulangan.

b. Diameter baja tulangan yang digunakan harus sesuai dengan diameter yang

ditentukan dalam gambar-gambar rencana atau gambar detail.

c. Jika ternyata dalam pemeriksaan pengawas, diameter besi dimasukkan tidak

sesuai dengan diameter besi yang akan dipakai, maka pemakaiannya harus

dikonsultasikan terlebih dahulu dengan konsultan pengawas.

d. Penyimpangan penggunaan baja tulangan dari ketentuan-ketentuan yang

berlaku dinyatakan tidak dapat diterima.

8. K a y u (SKSNI S-05-1990-F).

a. Kayu yang digunakan harus kayu yang memenuhi persyaratan seperti yang

tercantum dalam Spesifikasi ukuran kayu untuk bangunan.

b. Kayu yang digunakan harus kayu yang berkualitas baik, tidak mempunyai cacat-

cacat seperti mata kayu, celah-celah susut pinggir dan cacat lainnya, tidak boleh

menggunakan hati kayu.

9. Cat dan sejenisnya ( SNI 1253 – 1989 – A )

a. Cat dan sejenisnya adalah yang berkualitas baik, yang memenuhi persyaratan.

b. Cat dan sejenisnya digunakan adalah hasil dari satu pabrik yang sama dan

produksi dalam negeri.

SPESIFIKASI TEKNIS Page 6 of 26

10. Bahan-bahan lain.

a. Semua bahan-bahan bangunan yang akan dipakai dan belum disebutkan disini

akan ditentukan pada waktu penjelasan pekerjaan atau pada waktu

pelaksanaan pekerjaan.

b. Semua bahan-bahan yang dimasukkan untuk dipakai harus ditunjukan terlebih

dahulu kepada pengawas untuk diperiksa guna mendapatkan izin

pemakaiannya.

c. Semua bahan-bahan bangunan yang tidak ditunjukan pada pengawas atau

ditolak oleh pengawas tidak dibenarkan pemakaiannya dan harus dibawa keluar

lokasi segera mungkin.

d. Pemakaian bahan-bahan yang tidak sesuai dengan yang ditentukan harus

dibongkar dan kerugian yang ditimbulkannya sepenuhnya menjadi tanggung

jawab pemborong.

e. Tidak tersedianya bahan-bahan bangunan yang akan dipakai dipasaran dengan

ini dinyatakan tidak dapat sebagai alasan terhentinya/tertundanya pelaksanaan

pekerjaan.

PASAL 6 PENYIMPANAN BAHAN-BAHAN

1. S e m e n.

a. Semen harus ditempatkan/disimpan dalam gudang tertutup, ditempat yang

kering tidak menjadi lembab tidak mudah rusak dan tidak mudah tercampur

dengan bahan-bahan lain.

b. Semen yang sudah tersimpan lama digunakan mutunya, akan berkurang maka

sebelum dipakai harus diperiksakan dahulu ke pengawas.

2. Agregat.

Antara agregat halus dan agregat kasar penyimpanannya dilakukan terpisah. Jika

tempat dasar selalu basah pada musim hujan, maka sebaiknya penempatannya

harus didasari alas plastik/papan.

SPESIFIKASI TEKNIS Page 7 of 26

3. Bata

a. Bata harus ditumpuk diatas tanah rata dengan tumpukan yang rapi sehingga

tidak mudah pecah.

b. Bata tidak boleh dibebani oleh barang-barang berat, sebaiknya diberi penutup

untuk melindungi dari hujan.

4. Baja Tulangan.

Baja tulangan tidak boleh disimpan/ditumpuk langsung diatas tanah, tetapi diberi

alas/ ganjal berupa balok-balok. Penimbunan ditempat terbuka dalam waktu lama

harus dihindarkan.

5. Bahan-bahan lain.

Untuk penyimpanan bahan-bahan lain berupa bahan-bahan yang tidak tahan

cuaca sebaiknya ditempatkan di gudang penyimpanan.

PASAL 7 PEMERIKSAAN DAN PENYEDIAAN BAHAN DAN BARANG

1. Bila dalam RKS disebutkan nama pabrik pembuatan dari suatu barang, maka hal ini

dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat mutu bahan dan barang yang digunakan.

2. Setiap penggantian nama dan pabrik pembuat dari suatu bahan dan barang harus

disetujui oleh Perencana/Pemberi Tugas dan bila tidak ditentukan dalam RKS serta

gambar kerja maka bahan dan barang tersebut diusahakan dan disediakan oleh

pemborong yang harus mendapat persetujuan dari Pengawas atau Pemberi Tugas.

3. Contoh bahan dan barang yang dipergunakan dalam pekerjaan harus segera

disediakan atas biaya Pemborong, setelah disetujui Pengawas atau Direksi, harus

dianggap bahwa bahan dan barang tersebut yang akan dipakai dalam pelaksanaan

pekerjaan.

4. Contoh bahan dan barang tersebut, disimpan oleh Pengawas atau Direksi untuk

dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak

sesuai kwalitas maupun sifatnya.

SPESIFIKASI TEKNIS Page 8 of 26

PASAL 8 PERBEDAAN DALAM DOKUMEN LAMPIRAN KONTRAK

1. Jika terdapat perbedaan-perbedaan antara gambar kerja dan RKS ini, maka

Pemborong harus menanyakan secara tertulis kepada Perencana/Pengawas dan

Pemborong harus mentaati keputusan tersebut.

2. Ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar yang terbesar dan terakhirlah yang

berlaku dan ukuran dengan angka adalah yang harus diikuti daripada ukuran

dengan skala dari gambar-gambar, tetapi jika mungkin ukuran ini harus diambil

dari pekerjaan yang sudah selesai.

3. Apabila ada hal-hal yang disebutkan pada gambar kerja, RKS, atau dokumen yang

berlainan dan atau bertentangan, maka ini harus diartikan bukan berarti untuk

menghilangkan satu terhadap yang lain tetapi untuk menegaskan masalahnya.

Jika terjadi hal ini maka yang diambil sebagai patokan adalah yang mempunyai

bobot teknis dan atau yang mempunyai bobot biaya yang tinggi.

PASAL 9 GAMBAR KERJA (SHOP DRAWING)

1. Jika terdapat kekurangan penjelasan-penjelasan dan gambar kerja, atau diperlukan

gambar tambahan/gambar detail, atau untuk memungkinkan Pemborong

melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan ketentuan, maka

Pemborong harus membuat gambar tersebut dan dibuat rangkap 3 (tiga) gambar

tersebut atas biaya Pemborong dan dapat dilaksanakan setelah mendapat

persetujuan dari Pengawas.

2. Gambar kerja hanya berubah apabila diperintahkan secara tertulis oleh Pemberi

Tugas, dengan mengikuti penjelasan-penjelasan dan pertimbangan dari Perencana.

3. Gambar tersebut harus diserahkan kepada pengawas untuk disetujui sebelum

dilaksanakan.

SPESIFIKASI TEKNIS Page 9 of 26

PASAL 10 GAMBAR SESUAI PELAKSANAAN TEKNIS

(AS BUILT DRAWING)

1. Semula yang belum terdapat dalam gambar kerja baik karena penyimpangan,

perubahan atas perintah Direksi, maka Pemborong harus membuat gambar-

gambar yang sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan, yang jelas

memperlihatkan perbedaan antara gambar kerja dan pekerjaan yang dilaksanakan.

2. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut kalkirnya yang

biaya pembuatannya ditanggung oleh Pemborong.

PASAL 11 PERSIAPAN PEKERJAAN

1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus mempersiapkan jalur jalan ke

lokasi proyek untuk mempermudah pemasukan bahan ke lokasi pekerjaan.

2. Sebelum dimulai pekerjaan fisik, terlebih dahulu areal lokasi seluas yang ditentukan

oleh pengawas harus dibersihkan dari semak-semak dan pohon-pohon yang akan

mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan.

3. Sebelum pelaksanaan pekerjaan maka pemborong harus terlebih dahulu

merundingkannya dengan pengawas mengenai pembagian halaman kerja untuk

tempat mendirikan kantor, gudang dan los kerja, tempat penimbunan bahan-

bahan dan lain sebagainya.

4. Untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan dilokasi, maka pemborong dengan biaya

sendiri harus menyediakan kantor dengan perlengkapannya gudang tempat

penyimpanan bahan-bahan dan alat-alat pekerjaan serta los kerja tempat

mengerjakan bahan-bahan.

5. Kantor, Gudang dan los kerja baru dapat dibongkar setelah pekerjaan selesai 100%

dan pembongkarannya mendapat persetujuan dari pengawas.

SPESIFIKASI TEKNIS Page 10 of 26

PASAL 12 PEMASANGAN BOUWPLANK

1. Pengukuran.

a. Letak pondasi dan kedudukan disesuaikan dengan gambar rencana,

pemasangan papan bouwplank harus benar-benar kuat, waterpass dan siku.

b. Pemborong harus membuat ukuran duga tetap diluar bangunan dari bahan

beton berukuran 10 x 10 cm (permanen).

c. Ukuran-ukuran ketinggian leoning dari titik ± 0,00 ditentukan dalam gambar.

d. Pengukuran dilakukan mempergunakan alat Theodolit apabila lokasi pekerjaan

telah bersih.

2. Bouwplank.

a. Bouwplank terbuat dari papan yang bagian atasnya diserut dan dipakukan pada

patok-patok kayu persegi 5/7 cm yang tertanam dalam tanah cukup kuat.

b. Bagian atas dari papan bouwplank harus waterpass (horizontal dan siku).

c. Pemasangan papan bouwplank dilaksanakan pada jarak 1,5 m dari as (bagian

tengah) leoning.

PASAL 13 IZIN –IZIN

1. Pemborong harus mengurus dan memperhitungkan biaya untuk pembuatan izin–

izin yang diperlukan dan berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan antara

lain:

- Izin penebangan, izin pengambilan material, izin pembuangan, izin

pengurugan, izin trayek dan pemakaian jalan, izin penggunaan bangunan

serta izin-izin lain yang diperlukan sesuai dengan ketentuan/peraturan daerah

setempat.

2. Izin penggunaan tenaga kerja dari luar daerah/Provinsi.

3. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh hal tersebut dalam

ayat 1 diatas menjadi tanggung jawab pemborong.

SPESIFIKASI TEKNIS Page 11 of 26

PASAL 14 DOKUMENTASI

1. Pemborong harus memperhitungkan biaya pembuatan dokumentasi serta

pengirimannya ke Pemberi Tugas serta pihak-pihak lain yang diperlukan.

2. Yang dimaksud dalam pekerjaan dokumentasi adalah : foto-foto proyek,

berwarna minimal ukuran postcard, pelaksaan pengambilan foto dimaksud yaitu

dimulai dari pekerjaan 0 % dan selanjutnya dilaksanakan berdasarkan tahap

pekerjaan, sistem pengambilan foto tersebut untuk satu sasaran diambil dari dua

sisi.

PASAL 15 SITUASI DAN PEMBACAAN GAMBAR

1. Sebelum melaksanakan pengukuran terhadap leoning terlebih dahulu Kontraktor

mengukur situasi lapangan dengan mempergunakan alat ukur (waterpass,

Theodolith) guna untuk mengecek kembali pengukuran yang dilaksanakan oleh

Konsultan Perencana.

2. Apabila terdapat perbedaan pengukuran terdahulu, maka Kontraktor

memberitahukan terlebih dahulu kepada Direksi Lapangan sebelum melaksanakan

pekerjaan konstruksi.

3. Sebelum pekerjaa dimulai Kontraktor harus sudah menguasai situasi lapangan baik

mengenai luas, tinggi rendah permukaan tanah, dan sebagainya.

4. Pelaksana Kontraktor diwajibkan mempelajari gambar rencana dan gambar detail

sehingga waktu meletakkan tapak pondasi tidak ada terdapat kesalahan antara

gambar rencana dengan situasi site.

5. Biaya pengukuran ulang ditanggung sepenuhnya oleh Kontraktor.

SPESIFIKASI TEKNIS Page 12 of 26

PASAL 16 PEKERJAAN CAMPURAN

1. Pekerjaan campuran semen, pasir dan air yang disebut "Adukan" atau "Mortar"

merupakan jumlah semen yang dipakai dalam setiap campuran ditentukan dengan

ukuran isi, seperti sebagai berikut:

a. Adukan 1 : 2 untuk adukan kedap air.

- Berarti menggunakan 1 zak semen : 2 zak pasir.

b. Adukan 1 : 3 untuk afwerking beton.

- Berarti menggunakan 1 zak semen : 3 zak pasir.

c. Adukan 1 : 4 untuk adukan biasa.

- Berarti menggunakan 1 zak semen : 4 zak pasir.

2. Pekerjaan campuran semen, pasir, kerikil dan air yang disebut "Beton" jumlah

semen yang dipakai dalam setiap campuran untuk beton mutu B0, B1 dan K-125

ditentukan dengan ukuran isi. Sedangkan jumlah semen yang dipakai dalam setiap

campuran untuk beton mutu K-175 dan mutu yang lebih tinggi ditentukan dengan

ukuran berat atau direncanakan, sebagai berikut :

a. Untuk beton mutu B0 dengan beton 1 : 3 : 5.

- Berarti menggunakan 1 zak semen : 3 zak pasir : 5 zak kerikil.

b. Untuk beton mutu K-175 dengan beton 1 : 2 : 3.

- Berarti menggunakan 1 zak semen : 2 Zak pasir : 3 Zak kerikil.

d. Untuk beton mutu diatas K-175 dan mutu yang lebih tinggi dari beton 1 : 2 : 3

dipakai perbandingan ukuran berat (Petunjuk Labor).

3. Pengadukan mutu adukan dan beton mutu B0 sedapat mungkin diaduk dengan

menggunakan mesin pengaduk (molen), sedangkan untuk beton mutu K-175

hingga mutu yang lebih tinggi harus menggunakan mesin pengaduk.

4. Penyimpangan terhadap ketentuan ini tidak dapat diterima dan pekerjaan

dinyatakan ditolak, sedangkan pekerjaan yang dihasilkannya harus dibongkar dan

kerugian yang diakibatkannya sepenuhnya menjadi resiko pemborong.

SPESIFIKASI TEKNIS Page 13 of 26

PASAL 17 PEKERJAAN BETON

1. Lingkup Pekerjaan

a. Pengadaan dan penyediaan semua bahan untuk pembuatan beton bertulang

dan beton tidak bertulang.

b. Pengadaan dan penyediaan semua alat-alat untuk pembuatan beton seperti

mesin pengaduk beton (molen) dan mesin penggetar (vibrator).

c. Melaksakan pekerjaan konstruksi beton bertulang dan beton tidak bertulang

harus berpedoman pada persyaratan-persyaratan dan ketentuan-ketentuan

yang tercantum dalam Standarisasi SNI-T-15-1991-03.

2. Bahan-bahan pembuatan beton.

a. Semen untuk konstruksi beton bertulang dipakai jenis-jenis semen yang

memenuhi persyaratan-persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang tercantum

dalam Peraturan Beton bertulang Indonesia (PBI-1971).

b. Pasir beton untuk konstruksi beton bertulang harus terdiri dari butir-butir yang

keras dan tajam, kadar lumpur maksimum 5 % dan tidak boleh terlalu banyak

mengandung bahan-bahan organis dan mempunyai butir yang beraneka ragam

besarnya antara 1 mm sampai 4 mm.

c. Kerikil beton untuk konstruksi beton bertulang terdiri dari butir-butir yang keras

dan tidak berpori, kadar lumpur maksimum 1 % apabila kadar lumpur

melampaui kadar maksimum maka kerikil beton harus dicuci, berukuran antara

1 cm sampai 3 cm. Kerikil tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak

beton seperti zat-zat reaktif alkali.

e. Batang tulangan yang digunakan harus bebas dari kotoran-kotoran lemak, kulit

giling, karat lepas serta bahan-bahan yang mengurangi daya lekat beton.

f. Air yang digunakan harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan

kotoran-kotoran lainnya, penggunaan air sumur dan air kali harus mendapat

izin dari pengawas lapangan.

SPESIFIKASI TEKNIS Page 14 of 26

3. Kelas dan mutu beton.

a. Beton Klas 1 mutu B0.

- Beton untuk pekerjaan-pekerjaan non konstruksi.

- Pelaksanaannya tidak memerlukan keahlian khusus.

- Pengawasan ringan terhadap mutu bahan-bahan.

- Tanpa pengawasan terhadap kekuatan tekan.

b. Beton Klas 2 Mutu B1 :

- Beton untuk pekerjaan-pekerjaan strukturil

- Pelaksanannya memerlukan keahlian yang cukup.

- Pengawasan sedang terhadap mutu bahan-bahan.

- Tanpa pengawasan terhadap kekuatan tekan.

4. Campuran beton.

a. Untuk beton mutu B0 dipakai campuran yang biasa dipakai untuk pekerjaan-

pekerjaan non strukturil dengan perbandingan 1 : 3 : 5 dalam perbandingan isi.

b. Untuk beton mutu B1 dan K-175 dipakai campuran nominal semen, pasir dan

kerikil dalam perbandingan isi 1 : 2 : 3

c. Pengukuran semen tidak boleh mempunyai kesalahan lebih kurang dari 2,5 %.

5. Kekentalan adukan beton.

a. Kekentalan (konsistensi) adukan harus disesuaikan dengan cara transport, cara

pemadatan, jenis konstruksi yang bersangkutan dan kerapatan tulangan.

Jumlah semen minimum dan nilai faktor air semen maksimum harus

memperhatikan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan SNI T-15-1990-03.

b. Untuk mencegah penggunaan adukan terlalu kental atau terlalu encer, maka

campuran beton harus memperhatikan nilai-nilai slump yang tercantum dalam

SNI 1972 – 1990 - F.

6. Cetakan dan acuan.

a. Cetakan dan acuan harus kokoh dan cukup rapat sehingga tidak terjadi

kebocoran-kebocoran yang dituangkan kedalam cetakan.

SPESIFIKASI TEKNIS Page 15 of 26

b. Cetakan harus diberi ikatan-ikatan secukupnya, sehingga dapat terjamin

kedudukan dan bentuk yang kuat serta tetap.

c. Cetakan harus dibuat dari bahan-bahan yang baik dan tidak mudah meresap air

dan dipasang sedemikian rupa, sehingga pada waktu pembongkaran cetakan

tidak terjadi kerusakan pada beton.

d. Pada pelaksanaan beton Klas 3, air beton tidak boleh benar-benar terserap oleh

cetakan, oleh sebab itu cetakan harus dilapisi dengan plastik atau bahan sejenis.

7. Pemasangan Tulangan.

a. Tulangan harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan selama

pengecoran tidak berubah tempatnya. Kawat ikat yang dipakai mutu SNI 0040-

87- A.

b. Untuk ketepatan tebal penutup beton, tulangan harus dipasang dengan

penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu yang sama dengan mutu

yang akan dicor.

8. Pekerjaan papan mal/bekisting

a. Bekisting harus menggunakan papan plywood tebal 9 mm yang berkualitas

baik sesuai dengan petunjuk dalam gambar rencana kerja.

b. Pemasangan papan mal/bekisting harus benar-benar kuat dan rapi sewaktu

melakukan pekerjaan posisi serta skor-skor bekisting harus tetap dalam kondisi

kuat.

c. Sewaktu pemasangan papan mal/bekisting harus menggunakan benang/tali

sebagai pedoman agar pemasangan benar-benar lurus dan rapi.

9. Pengadukan beton.

a. Pengadukan beton pada semua mutu beton kecuali beton Klas 1 mutu B0 harus

dilakukan dengan mesin pengaduk.

b. Selama pengadukan berlangsung, kekentalan adukan beton harus selalu

diawasi.

c. Apabila karena sesuatu hal adukan beton tidak memenuhi syarat minimal

seperti terlalu encer karena kesalahan pemberian jumlah air pencampur, sudah

SPESIFIKASI TEKNIS Page 16 of 26

mengeras sebagian atau tercampur dengan bahan-bahan asing, maka adukan

ini tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan dari tempat pelaksanaannya.

10. Pengecoran dan pemadatan SNI T-15-1990-03.

a. Untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarang kerikil, adukan

beton harus dipadatkan selama pengecoran. Pemadatan dapat dilakukan

dengan menumbuk-numbuk atau dengan memukul-mukul cetakan atau

dengan menggunakan alat pemadat mekanis/ penggetar.

b. Pemadatan dengan menggunakan alat pemadat mekanis/penggetar/vibrator

harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Beton

Bertulang Indonesia (PBI-1971).

11. Penutup Beton.

Tebal penutup beton minimum (tidak termasuk plesteran) sesuai dengan

penggunaannya adalah sebagai berikut :

a. Untuk kolom dan balok adalah 2,5 cm.

b. Untuk pondasi atau pekerjaan lainnya yang berhubungan langsung dengan

tanah adalah 3 cm.

12. Perawatan beton.

Untuk mencegah pengeringan beton terlalu cepat, paling sedikit beton selama

dua minggu beton harus disiram terus menerus.

13. Pembongkaran cetakan beton.

a. Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai kekuatan yang cukup

untuk memikul berat dan beban-beban pelaksanaan lain yang bekerja padanya.

b. Pada bagian-bagian konstruksi dimana akibat pembongkaran cetakan akan

bekerja beban yang lebih tinggi dari pada beban rencana dan akan terjadi

keadaan yang lebih berbahaya dari keadaan yang diperhitungkan, maka

cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut tetap berlangsung.

14. Pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan beton.

Pekerjaan beton untuk pondasi menerus, counterfort, dinding dan balok

penutup.

SPESIFIKASI TEKNIS Page 17 of 26

- Ukuran harus sesuai dengan yang tercantum pada gambar detail pondasi,

conterfort dan dinding.

- Diameter besi dan bentuk penulangan harus sesuai dengan gambar detail

pondasi, counterfort dan dinding.

PASAL 18 PEKERJAAN PENGECATAN

1. Pelaksanaan Pengecatan

a. Pengecatan Tembok

- Penggunaan Plamir :

Biarkan permukaan dinding tembok sampai kering sempurna, kurang lebih

dari satu bulan setelah plesteran. Bila terjadi pengkristalan sapulah

permukaan dengan kain kering, kemudian diulangi dengan kain basah dan

biarkan selama dua hari, jika pengkristalan masih terjadi diulangi lagi seperti

semula sampai tidak terjadi lagi pengkristalan. Bersihkan permukaan dinding

tembok dari debu, kotoran, dan bekas percikan plesteran. Bagian-bagian

didinding yang reka dan kurang rat diperbaiki dengan plamir dan biarkan

mengering. Setelah plamir mengering, kemudian diratakan dengan

menggunakan amplas.

- Persiapan Bahan

Cat dasar untuk tembok diaduk sampai rata, bila perlu ditambah pengencer

(terpentin) secukupnya. Cat minyak yang akan digunakan diaduk sampai rata,

bila perlu ditambah pengencer (terpentin) secukupnya.

- Pengecatan :

Permukaan tembok dicat dengan cat yang akan digunakan, untuk pertama

kali dipakai cat yang diencerkan. Setelah mengering dicat dengan lapisan

yang ketiga, sehingga diperoleh hasil akhir yang benar-benar rata.

SPESIFIKASI TEKNIS Page 18 of 26

II. SPESIFIKASI KHUSUS

PASAL 1 PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Pekerjaan Pembersihan.

Pembersihan lokasi yang dilaksanakan sesuai dengan ukuran areal yang

ditetapkan di dalam gambar, semua berkas-berkas pembuangan/ sampah-

sampah dibebaskan dari lokasi yang telah ditetapkan. Sebelum pekerjaan

utama dimulai dilakukan pembersihan lokasi. Lokasi pekerjaan harus

dibersihkan dari kotoran, gangguan – gangguan yang dapat menghambat

kelancaran pekerjaan utama seperti akar pohon, sampah, puing-puing

bangunan dan sebagainya. Selanjutnya dibuang keluar dari areal pekerjaan

sehingga tidak mengganggu kelancaran pekerjaan. pembuangan tanah humus,

tunggul,dan akar sampai kedalaman yang disyaratkan. Lubang yang tertinggal

setelah penggalian, pencabutan tunggul, akar dan sebagainya, harus diurug

kembali dengan bahan–bahan yang sesuai dan dipadatkan sesuai dengan

kebutuhan.

2. Pekerjaan Pengukuran Dan Pemasangan Bouwplank.

a. Pemasangan Bowplank (pematokan) dilaksanakan bersama-sama oleh pihak

owner, Perencana, Pengawas, Pelaksana dan dibuatkan berita acara

pematokan.

b. Pematokan sedapat mungkin menggunakan alat ukur Theodolth / Waterpass

untuk menentukan peil lantai Counterfort (± 0,00)

c. Peil ± 0,00 harus dibuatkan dari patok beton bertulang ukuran 10 x 10 cm

yang ditanam dan dicor sedalam 75 cm dari permukaan tanah asli.

d. Pemasangan Bowplank dilakukan pada jarak 1,5 M dari as rencana galian

pondasi.

SPESIFIKASI TEKNIS Page 19 of 26

3. Pekerjaan Pasang Papan Nama Kegiatan

a. Papan nama kegiatan dipasang ditempat yang ditentukan oleh pengawas

lapangan.

b. Papan nama kegiatan dipasang pada dua buah tiang ukuran 5/7 cm yang

ditanam kuat ke dalam tanah. Papan nama kegiatan dibuat dari kayu

meranti, dicat rapi dan berisikan data-data kegiatan yaitu : Nama Pekerjaan,

Dinas pemilik pekerjaan, Nilai Kontrak, Jangka Waktu Pelaksanaan, Nama

Kontraktor pelaksana dan Nama Konsultan pengawas.

4. Pekerjaan Kistdam

a. Pekerjaan Kistdam adalah membuat bendungan dengan membendung

timbunan tanah dengan lebar 50 cm agar pekerja dan tukang yang

mengerjakan saluran dapat bergerak secara leluasa serta pelaksanaan

pekerjaan dalam keadaan kering dapat tercapai dengan baik.

b. Bendungan tanah tersebut dibuat dengan menggunakan penurapan kayu

dari papan dengan tebal 20 cm.

c. Jarak antara Kistdam kedinding leoning minimal 50 cm.

d. Kistdam tersebut harus dibongkar kembali setelah konstruksi utama selesai

dikerjakan atau sudah cukup kuat.

5. Pekerjaan Pembongkaran Leoning Saluran Lama

a. Pekerjaan pembongkaran leoning saluran lama dilaksanakan untuk sisi kiri

dan sisi kanan sesuai dengan panjang pada gambar bestek yang terlebih

dahulu harus mendapat izin dari Direksi atau Pengawas.

b. Pembongkaran dilakukan dengan cara manual

c. Bekas bongkaran harus disingkirkan keluar dari lokasi pekerjaan dengan

tidak mengganggu lingkungan sekitar pekerjaan.

SPESIFIKASI TEKNIS Page 20 of 26

PASAL 2 GALIAN TANAH

Pekerjaan galian tanah dilakukan secara manual yang dilaksanakan setelah

bouwplank selesai terpasang lengkap dengan penandaan sumbu. Ketinggian serta

bentuk galian harus sesuai dengan gambar rencana dan telah diperiksa dan

disetujui oleh Direksi dan Pengawas.

Kelebihan tanah bekas galian harus dibuang ke tempat yang telah ditentukan oleh

Konsultan Pengawas. Tanah antara papan patok ukur (bouwplank) dan galian harus

bebas dari timbunan tanah.

Pemborong harus mencegah genangan air dalam galian yang disebabkan oleh

hujan atau rembesan air dengan jalan memompa atau menyalurkan ketempat lain

sesuai petunjuk Pengawas. Bila diperlukan untuk mencegah kelongsoran maka

dapat digunakan penyanggah pada galian.

PASAL 3 PEKERJAAN KAYU CEROCOK

Pekerjaan pasang cerocok kayu ubar dilakukan setelah pekerjaan galian tanah

untuk pondasi selesai/hampir selesai dikerjakan. Cerocok kayu yang digunakan

adalah kayu kuat berkualitas baik (mahang/ubar), tidak lapuk, dipancang sampai

kedalaman tanah keras. Cerocok kayu bulat berfungsi untuk penahan tanah dari

longsor akibat galian tanah. Cerocok kayu yang digunakan diameter 12-15 cm.

PASAL 4 PEKERJAAN PONDASI

1. Sebelum dimulai pekerjaan pondasi semua ketepatan ukuran pondasi harus

terlebih dahulu mendapat persetujuan dari pengawas lapangan.

2. Melakukan galian tanah untuk pondasi sesuai spesifikasi teknis yang telah

ditentukan.

3. Dasar galian pondasi diberi lapisan pasir setebal 5 cm padat, pemadatan pasir

tidak boleh disiram dengan air. SPESIFIKASI TEKNIS Page 21 of 26

4. Diatas lapisan pasir diberi lantai kerja beton cor adukan 1 PC : 3 Pasir : 5 Kerikil,

setebal 5 cm untuk pondasi plat menerus.

5. Konstruksi yang digunakan untuk pondasi plat menerus yaitu beton bertulang

dengan adukan 1 PC : 2 Psr : 3 Kr menggunakan besi tulangan pokok ∅ 12 mm

dengan jumlah 10 batang dan tulangan bagi ∅ 12 mm dengan jarak antar

tulangan 20 cm.

PASAL 5 PEKERJAAN STRUKTUR

Pekerjaan struktur yang dimaksud adalah pekerjaan beton bertulang, dilakukan

untuk seluruh bagian pekerjaan mulai counterfort, dinding, dan balok penutup

dengan bentuk dan ukuran yang disesuaikan dengan gambar rencana.

Adapun konstruksi pekerjaan struktur tersebut adalah :

a . Counterfort

Konstruksi yang digunakan untuk counterfort adalah beton bertulang dengan

adukan 1PC : 2 Psr : 3 Kr menggunakan besi tulangan pokok ∅ 12 mm dengan

jumlah 10 batang dan tulangan sengkang ∅ 10 mm jarak 20 cm. Tebal

counterfort 20 cm.

b. Dinding

Konstruksi yang digunakan untuk dinding leoning adalah beton bertulang

dengan adukan 1PC : 2 Psr : 3 Kr. Tebal plat dinding 10 cm, dengan susunan

penulangan sesuai dengan gambar renana. Diameter tulangan yang digunakan

baik vertikal maupun horizontal adalah ∅ 10 mm dengan jarak antar tulangan

20 cm. Pada daerah genangan air dan saluran yang menuju ke arah leoning

yang dikerjakan, maka dibuat lobang dengan ukuran 40 x 60 cm pada dinding

leoning tersebut.

SPESIFIKASI TEKNIS Page 22 of 26

c. Balok Penutup

Dimensi balok penutup yang digunakan adalah 20/25 Cm dengan konstruksi

beton bertulang 1 PC : 2 Psr : 3 Kr menggunakan besi ∅ 10 mm dengan jumlah

4 batang . Untuk tulangan sengkang memakai besi ∅ 8 mm dengan jarak 15

cm, susunan dari tulangan pokok dan sengkang harus sesuai dengan gambar

rencana kerja.

PASAL 6 PEKERJAAN PIPA REMBESAN

Pemasangan pipa rembes PVC diameter 2’’ dilakukan pada saat pengecoran

dinding dilaksanakan, pekerjaan ini berfungsi sebagai rembesan air dari belakang

dinding kedalam saluran dengan jumlah 5 bh setiap segmen dinding beton

bertulang.

PASAL 7 PEKERJAAN TIMBUNAN TANAH

1. Tanah untuk pekerjaan timbunan harus bersih dari semua kotoran, sampah,

dan bahan organis lainnya. Apabila pemborong akan mempergunakan tanah

bekas galian maka harus ada persetujuan Direksi sebelumnya.

2. Garis permukaan timbunan yang ditujukan dalam gambar rencana adalah

garis permukaan timbunan dalam keadaan padat.

Pemadatan Timbunan Tanah

1. Timbunan tanah yang menuntut derajat kepadatan tertentu harus

dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi.

2. Bahan timbunan harus dihamparkan merata lapis demi lapis setebal tidak

lebih dari 30 Cm. Kadar air harus tetap dijaga agar pemadatan berlangsung

optimal.

3. Penghamparan lapisan baru boleh dilakukan setelah mendapat persetujuan

Direksi dan Konsultan Pengawas. SPESIFIKASI TEKNIS Page 23 of 26

4. Direksi dan Konsultan Pengawas berhak untuk memeriksa dan menguji

derajat kepadatan timbunan tanah setiap timbunan lapisan.

5. Pemborong harus memperhatikan dan memperhitungkan terhadap

penyusutan dan penurunan yang terjadi terhadap timbunan yang dikerjakan.

6. Pemborong wajib meratakan semua permukaan timbunan, sehingga

menpunyai bentuk akhir sama seperti gambar rencana.

Timbunan Kembali

1. Yang dimaksud dengan timbunan kembali adalah penimbunan tanah

ditempat-tempat bekas galian disekitar leoning yang baru selesai dibuat atau

menutup bekas galian.

2. Pekerjaan timbunan harus dilaksanakan sedemikian rupa agar kerusakan

terhadap leoning dapat dihindarkan.

PASAL 8 PEKERJAAN BATU ALAM DAN AFWEERKING

Pekerjaan pemasangan batu alam menggunakan batu teplek Purwakarta dengan

menggunakan adukan plesteran 1 : 4 dengan pola atau bentuk sesuai gambar

rencana dan pada bagian tertentu diberi profil afwerking campuran 1 : 3 sesuai

gambar rencana.

PASAL 9

PEKERJAAN LAIN-LAIN

1. Pemborong wajib menyediakan gudang atau bangsal kerja meskipun tidak

ditawar dalam kuantitas dan harga.

2. Pemborong wajib membuat laporan pekerjaan yang dilaporkan baik kegiatan fisik

maupun keadaan cuaca. Laporan ini dibuat secara bertingkat, dari laporan harian,

mingguan dan bulanan, dimana laporan tersebut memuat hal-hal sebagai berikut :

a. Laporan harian, dalam laporan harian ini melaporkan segala kejadian maupun

kegiatan fisik yang dilaksanakan diantaranya :

SPESIFIKASI TEKNIS Page 24 of 26

• Keadaan cuaca hari ini

• Jumlah dan jenis pemasukan bahan

• Jumlah dan jenis pemakaian bahan

• Jumlah dan jenis peralatan yang digunakan

• Jumlah dan jenis kegiatan yang dilaksanakan

• Hasil pekerjaan yang diperoleh/yang telah dikerjakan

• Jumlah personil dan tenaga kerja yang ada dilokasi pekerjaan

• Dan kegiatan/kejadian lainnya yang terkait dengan pekerjaan.

Laporan ini ditanda tangani oleh pelaksana pekerjaan dan diketahui oleh

pengawas lapangan.

b. Laporan mingguan, laporan mingguan ini merupakan rangkuman/ rekapitulasi

dari hasil dari laporan harian, laporan mingguan ini ditanda tangani oleh

pelaksana pekerjaan dan diperiksa oleh pengawas lapangan, sedangkan

koordinator pengawas lapangan mengetahui laporan tersebut.

c. Laporan bulanan, laporan bulanan ini merupakan rangkuman/ rekapitulasi

dari laporan harian dan laporan mingguan dengan melampirkan laporan

harian dan laporan mingguan.

Laporan bulanan ini ditanda tangani oleh Direktur, diperiksa oleh Konsultan

Pengawas dan Pengawas Lapangan serta disetujui oleh Pejabat Pelaksana

Teknis Kegiatan (PPTK) dengan melampirkan laporan bulanan curah hujan

yang berlangsung selama bulan tersebut.

3. Pemborong wajib membersihkan lokasi yang telah selesai dikerjakan dari segala

macam bahan bekas pekerjaan dan kotoran lainnya.

4. Pemborong wajib memperbaiki segala kerusakan sebagai akibat dari pelaksanaan

pekerjaan tersebut.

5. Pemborong harus menyiapkan photo-photo dokumentasi pelaksanaan pekerjaan:

a. Sewaktu lokasi belum dilaksanakan pekerjaan (0%)

b. Sewaktu sedang dikerjakan

c. Sewaktu pekerjaan selesai dilaksanakan (100%)

SPESIFIKASI TEKNIS Page 25 of 26

6. Pemborong wajib membuat “As Built Drawing dan Back Up Data” yang sesuai

dengan pekerjaan yang telah dilaksankan.

7. Semua perubahan yang terjadi di lapangan sebagai akibat perubahan-perubahan

atau hal-hal lain akan diatur dalam suatu addendum kontrak sebagai akibat dari

pekerjaan tambah/kurang.

PASAL 10 SYARAT PENYERAHAN PERTAMA

1. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk serah terima pertama antara lain :

a. Seluruh bagian-bagian dari pekerjaan yang dilaksanakan sudah lengkap sesuai

dengan Daftar Kuantitas dan Harga, Spesifikasi, Gambar-gambar rencana dan

memenuhi syarat-syarat teknis.

b. Daftar Checklist kekurangan-kekurangan yang akan disempurnakan pada

penyerahan kedua.

2. Apabila persyaratan diatas telah dipenuhi, penyerahan pertama pekerjaan telah

dapat dilakukan dengan Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan.

PASAL 11 P E N U T U P

Meskipun dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini, uraian pekerjaan dan

bahan-bahan tidak dinyatakan kata demi kata, yang dibuat dan dilaksanakan/

disediakan pemborong, dianggap sebagai dibuat dalam RKS ini dan bukan sebagai

pekerjaan tambahan.

Semua item pekerjaan yang tercantum dalam Bestek, Daftar Kuantitas dan Harga

(DKH) serta Berita Acara Aanwijzing Pekerjaan adalah merupakan satu kesatuan

pekerjaan yang ditawar dan wajib dilaksanakan dengan sempurna keseluruhannya

oleh kontraktor pelaksana.

SPESIFIKASI TEKNIS Page 26 of 26