1_2_15309008_berkas
DESCRIPTION
berkasTRANSCRIPT
1
PEMODELAN OKSIGEN TERLARUT (DO) DAN KEBUTUHAN
OKSIGEN BIOLOGIS (BOD) DALAM ALIRAN SUNGAI CIKAPUNDUNG
MENGGUNAKAN SISTEM DINAMIK
MODELING OF DISSOLVED OXYGEN (DO) AND BIOCHEMICAL
OXYGEN DEMAND (BOD) IN CIKAPUNDUNG RIVER WATER
USING SYSTEM DYNAMICS
Karissa Mayangsunda Philomela1 dan Arief Sudradjat
2
Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganesha 10 Bandung, 40132 [email protected] dan
Abstrak: Pembuangan limbah domestik dan penggelontoran kotoran ternak yang terjadi di sungai Cikapundung
berkontribusi terhadap peningkatan kandungan organik dalam sungai. Di sisi lain pada salah satu ruas sungai
merupakan intake PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Tirtawening Kota Bandung. Kandungan organik ini
menambah beban pengolahan PDAM terutama disebabkan oleh peningkatan kebutuhan bahan kimia untuk proses
koagulasi. Hal ini memerlukan pengelolaan yang terencana disesuaikan dengan kondisi sungai. Kegiatan
perencanaan dan pengelolaan memerlukan pertimbangan terhadap kondisi hidrolik dan kualitas air yang seringkali
di luar kisaran data lapangan yang terlihat. Studi ini dilakukan dengan maksud mengembangkan model untuk
menunjukkan hubungan antara DO dan BOD dalam segmen Sungai Cikapundung. Pemodelan sistem dinamik
Sungai Cikapundung menggunakan STELLA 9.0.1 dengan persamaan Streeter-Phelps modifikasi dengan tahapan:
(1) Artikulasi masalah; (2) Formulasi hipotesis dinamik; (3) Formulasi model simulasi; (4) Pengujian model; dan (5)
Desain kebijakan dan evaluasi. Validasi terhadap data aktual mendapatkan nilai Mean Absolute Percentage Error
sebesar 13,64 %. Nilai error >10% menunjukkan model tidak memiliki akurasi yang baik. Hasil simulasi terbaik
ditunjukkan skenario 3, dengan konsentrasi DO dan BOD berturut-turut pada kompartemen 1, kompartemen 2, dan
kompartemen 3 adalah sebagai berikut. Konsentrasi DO: 4,43 mg/L; 4,32 mg/L; 4,15 mg/L dan BOD: 1,2 mg/L;
1,09 mg/L; dan 1,01 mg/L. Untuk itu diperlukan kebijakan yang dapat melindungi kualitas air sungai di daerah dulu
serta membatasi pembuangan limbah domestik di sepanjang aliran sungai.
Kata kunci: DO, BOD, organik,.sistem dinamik, STELLA.
Abstract: Disposal of domestic waste and manure flushing occuring in Cikapundung river contribute to the
enhancement of organic in the stream. On the other hand, one of the sections of the river is where the intake of
PDAM Tirtawening Kota Bandung has been placed. This increasing of organic content adds the load of water
treatment due to the high need of chemical for coagulation process. Thus, planning and management of river based
on the characteristic is needed. Planning and management activities require the assessment of hydraulic and water
quality conditions often beyond the range of observed field data. This study is aiming to develop a model to show
interdependent relationship between DO and BOD in Cikapundung River segment. System Dynamic modelling in
Cikapundung River using STELLA 9.0.1 with equation of modified Streeter-Phelps consist of following steps: (1)
problem articulation; (2) formulation of dynamic hypothesis; (3) formulation of simulation model; and (4) testing.
Validation by Mean Absolute Percentage Error resulting 13,64% error. Error value >10% shows less-accuracy of
the model. Best simulation result is shown by scenario 3 by the concentration of DO and BOD in compartment 1,2,
and 3 respectively as follows. DO: 4,43 mg/L; 4,32 mg/L; 4,15 mg/L. and BOD: 1,2 mg/L; 1,09 mg/L; and 1,01
mg/L. Therefore, necessary policy is one which can protect the quality of upstream and limiting domestic waste
disposal along the riverbank.
Key words: DO, BOD, organic, system dynamic, STELLA.
2
PENDAHULUAN
Sungai Cikapundung merupakan salah satu anak sungai utama sungai Citarum. Sungai ini
sebagian besar diapit oleh pemukiman warga yang sebagian besar berada langsung di bantaran
sungai. Data BPLHD Kota Bandung menyebutkan sekitar 1.058 rumah yang berada dekat
dengan bantaran Sungai Cikapundung hampir seluruhnya membuang limbah langsung ke sungai.
Karenanya, sungai ini menerima limbah lebih dari 2,5 juta liter setiap harinya (Anonim, 2009).
Pembuangan limbah domestik dan penggelontoran kotoran ternak yang terjadi di sungai
Cikapundung berkontribusi terhadap peningkatan kandungan organik dalam sungai. Di sisi lain
pada salah satu ruas sungai merupakan intake PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum)
Tirtawening Kota Bandung. Tingginya kandungan organik memerlukan oksigen terlarut yang
berdampak terhadap peningkatan BOD. Kandungan organik ini menambah beban pengolahan
PDAM terutama disebabkan oleh peningkatan kebutuhan kimia untuk proses koagulasi.
Mempertimbangkan kondisi tersebut, perlu dilakukan upaya pengelolaan yang baik bagi Sungai
Cikapundung.
Kegiatan perencanaan dan pengelolaan memerlukan pertimbangan terhadap kondisi
hidrolik dan kualitas air yang seringkali di luar kisaran data lapangan yang terlihat. Dalam
konteks ini model hidrolik dan kualitas air perlu diformulasikan seumum mungkin untuk (1)
mendeskripsikan kondisi terobservasi dan (2) memprediksikan skenario perencanaan yang
mungkin berbeda secara substansial dari kondisi yang terlihat (Radwan dkk, 2003). Simonovic
(1992; dalam Elshorbagy dan Ormsbee, 2006) menyarankan bahwa analisis sistem memiliki
tempat tersendiri dalam ruang lingkup pengelolaan sumber daya air dan simulasinya merupakan
alat yang esensial untuk pengembangan basis kuantitatif untuk pengambilan keputusan
pengelolaan air. Bagaimanapun juga, terdapat kebutuhan yang kuat untuk mengeksplor alat
simulasi yang dapat merepresentasikan sistem kompleks secara realistis dan dapat melibatkan
pengelola sumber daya air dan operatornya dalam pengembangan model tersebut. Kebutuhan ini
salah satunya dapat dipenuhi dengan pendekatan sistem dinamik. Adanya kebutuhan data untuk
pengelolaan Sungai Cikapundung terutama oleh Pemerintah Kota Bandung sebagai pengelola
dan sebagai input bagi PDAM Kota Bandung sendiri, maka salah satu pendekatannya ialah
melalui pemodelan DO dan BOD dalam sungai tersebut terutama pada ruas di mana intake
ditempatkan. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan sistem DO-BOD dalam segmen Sungai
Cikapundung, membuat model sistem dinamik pada segmen terpilih, serta membandingkan
kandungan DO dan BOD pada beberapa alternatif kebijakan.
METODOLOGI
Pelaksanaan pemodelan secara umum terdiri atas tahapan: (1) studi pustaka; (2)
pengumpulan data; (3) formulasi model; (4) kalibrasi dan validasi; dan (5) simulasi; sebagaimana
ditunjukkan oleh Gambar 1. Studi pustaka dilakukan untuk menentukan persamaan dasar
pemodelan dan variabel – variabel terkait. Data sekunder yang didapatkan adalah data fisik
sungai serta kualitas sungai pada tahun 2012 yang diperoleh dari WASPOLA (Water Supply and
Sanitation Policy Formula and Action Planning) facility. Sementara itu pengamatan secara
langsung dilakukan untuk mendapatkan data kondisi bantaran sungai sepanjang segmen serta
profil sungai sebagai perbandingan terhadap data sekunder yang telah didapatkan.
3
Model merupakan representasi dari realita yang kompleks. Model digunakan untuk
menguji teori, untuk mengeksplor implikasi dan kontradiksinya (Winz dan Brierly, 2007). Sistem
dinamik (Forester, 1961; dalam Teegavarapu dkk., 2005) adalah konsep berdasarkan system
thinking dimana interaksi dinamik antara elemen dalam sebuah sistem keseluruhan. Gagasan
utama pemodelan sistem dinamik ialah untuk memahami perilaku sebuah sistem melalui
penggunaan struktur matematika sederhana secara konseptual. Tahapan dalam pemodelan
dinamik ialah (Sterman, 2000): (1) Artikulasi masalah; (2) Formulasi hipotesis dinamik; (3)
Formulasi model simulasi; (4) Pengujian model; dan (5) Desain kebijakan dan evaluasi.
mulaimulai
STUDI LITERATUR STUDI LITERATUR
FORMULASI MODEL
SISTEM DINAMIS
FORMULASI MODEL
SISTEM DINAMIS
SIMULASISIMULASI
selesaiselesai
Kalibrasi dan
validasi
Kalibrasi dan
validasi
valid
Tidak
PENGUMPULAN DATA
SEKUNDER
PENGUMPULAN DATA
SEKUNDER
PENGUMPULAN DATA
PRIMER
PENGUMPULAN DATA
PRIMER
Pembuatan laporan tugas
akhir
Pembuatan laporan tugas
akhir
Gambar 1. Metode pengembangan model
Formulasi model menggunakan perangkat lunak STELLA 9.0.1 dengan persamaan
Streeter-Phelps (1925) modifikasi. STELLA (Structural Thinking, Experiental Learning
Laboratory with Animation) merupakan alat yang ideal untuk memodelkan sistem dinamik
(Teegavarapu et al, 2005) salah satunya pemodelan sumber daya air. STELLA memiliki empat
objek yang digunakan untuk memformulasikan struktur model, yaitu stock, flow, converter, dan
connector. Keempat objek tersebut merepresentasikan elemen fisik dan proses yang
mempengaruhi kualitas air sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 1.
4
Tabel 1. Elemen fisik dan proses yang memengaruhi kualitas air dan objek terkait
dalam STELLA (Teegavarapu, R. S. V., A. K. Tangirala, dan L. Ormsbee 2005)
Komponen Objek
Danau, aliran sungai, deposisi, beban polutan Stocks
Aliran masuk (sungai), berbagai beban Flows
Hubungan matematis (contoh: aliran beban polutan,
hubungan peluluhan
Converters
Batas sistem: alur sungai, outlet, dan DAS. Sources and sinks
Transfer hubungan dan penghubung tautan Connectors
Kalibrasi menggunakan data DO dan BOD pada November 2012. Dalam studi ini validasi
dilakukan dengan behavior test, yakni pengujian terhadap keluaran model yang dicocokkan
dengan data yang tersedia. Metode yang digunakan adalah Mean Absolute Percentage Error
(MAPE) berdasarkan konsentrasi DO dan BOD yang telah diobservasi dan yang diprediksikan
model.
MAPE merupakan rata-rata absolut dari kesalahan terhadap prediksi model, dihitung
berdasarkan Persamaan (1). Nilai optimal parameter pada model dipilih berdasarkan nilai
MAPE terendah dan hasil model yang dapat diterima. Uji ini juga digunakan untuk mengetahui
kesesuaian data hasil prakiraan dengan data aktual. Kriteria ketepatan model dengan uji MAPE
(Lomauro dan Bakshi, 1985; dalam Somantri, 2005; dalam Somantri dan Thahir, 2007) adalah:
MAPE < 5% : sangat tepat
5% < MAPE < 10% : tepat
MAPE > 10% : tidak tepat
(1)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam proses pengembangan model, terdapat beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk
melengkapi formulasi model sebagaimana tahapan pemodelan yang dikemukakan oleh Sterman
(2000).
1. Artikulasi masalah dan batasan
Permasalahan yang diselesaikan dengan pemodelan ini adalah masalah kualitas sungai
Cikapundung di mana terdapat kandungan organik yang tinggi. Kandungan organik tersebut
menambah beban Instalasi Pengolahan Air milik PDAM Tirtawening. Pemodelan ini diharapkan
dapat membuat model yang merepresentasikan perilaku sistem dinamis sungai sehingga dapat
memberikan rekomendasi kebijakan pengelolaan sungai Cikapundung di segmen terpilih.
Batasan yang digunakan dalam pemodelan adalah sebagai berikut.
a. Segmen sungai terpilih ialah segmen sungai Cikapundung dimulai dari jembatan Dago
Bengkok sampai dengan intake PDAM Dago Pojok PDAM Tirtawening (Gambar 2).
5
Dilakukan pembagian menjadi tiga segmen lebih kecil yang diasumsikan sebagai
kompartemenyang konsentrasinya tercampur sempurna.
b. Parameter yang digunakan dalam pemodelan adalah DO sebagai indikator kesehatan perairan
dan BOD sebagai indikator pencemaran organik.
c. Persamaan dasar yang digunakan adalah persamaan Streeter-Phelps modifikasi.
d. Model hanya dapat diaplikasikan secara spesifik pada segmen terpilih.
Gambar 2. Segmen Sungai Cikapundung terpilih
2. Formulasi hipotetik dinamik
Hipotetik dinamik dibangun dalam suatu bentuk model konseptual berupa Diagram sebab
akibat “Causal Loop Diagram”. Diagram ini berguna untuk menunjukkan hubungan sebab-
akibat antar variabel dalam model. Dalam pemodelan ini digunakan diagram sebab akibat pada
Gambar 3.
DODOdeoksigenasideoksigenasiBODBOD
debitdebit
reoksigenasireoksigenasi
++
+
+
-
-
- -
Gambar 3. Causal Loop Diagram model DO-BOD
3. Formulasi struktur model
Segmen sungai sepanjang 1.470 m dibagi menjadi tiga segmen. Segmen pertama dimulai
dari jembatan Dago Bengkok sampai dengan setelah masuknya Kali Cibojong (titik 1 – titik 2
pada Gambar 2) dengan panjang segmen 110 m. Segmen kedua sepanjang 690 m berakhir
setelah masuknya saluran pembuangan domestik dari RW 08 Kelurahan Ciumbuleuit (titik 3
6
pada Gambar 2). Setiap segmen dimisalkan sebagai suatu kompartemen berpenampang persegi
panjang dengan properti tertentu sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 2.
Tabel 2. Data fisik tiap kompartemen sungai
Properti Kompartemen 1 Kompartemen 2 Kompartemen 3
Temperatur (oC) 28,1 23,5 27,7
DO jenuh (mg/L) 7 7,6 6,9
Panjang segmen
(m) 110 690 670
Kedalaman 0,25 0,5 0,8
lebar (m) 5,5 3 7,5
kecepatan (m/s) 1,1 0,4 0,9
debit (m3/s) 4,11061 4,39861 4,4
DO dan BOD dalam air sungai merupakan suatu sistem dinamik. konsentrasi DO dalam
badan air bervariasi terhadap waktu dan dipengaruhi oleh faktor fisik, biologis, dan kimiawi
seperti pH, temperatur, tekanan udara, dan salinitas (Mwegoha et al, 2010). Dalam pemodelan
ini, sistem dinamik DO dan BOD dalam sungai mengikuti persamaan Streeter-Phelps modifikasi
pada Persamaan (2).
(2)
Keterangan:
D = Defisit oksigen, mg/L
L = BOD, mg/L
N = NH3-N, mg/L
R-P = selisih oksigen dari fotosintesis dengan penggunaan respirasi, mg/L
S = laju kebutuhan oksigen terkait organik tersedimentasi, mg/L
H = kedalaman rata – rata, m
kd = konstanta penguraian CBOD, /hari
kn = konstanta penguraian NBOD, /hari
Laju reoksigenasi dipengaruhi oleh selisih DO jenuh dengan DO pada segmen tersebut
serta koefisien reaerasi (ka) mengikuti Persamaan (3).
(3)
7
DO jenuh dihitung berdasarkan tekanan, temperatur, dan konduktivitas air sungai
sehingga didapatkan data pada Tabel 2. Nilai ka secara teoritis dapat dihitung berdasarkan
persamaan Negulescu & Rojanski (1969) pada Persamaan (4).
(4)
Keterangan:
U = Kecepatan aliran, ft/s
H = Kedalaman, ft
Laju deoksigenasi dipengaruhi langsung oleh BOD (CBOD dan NBOD) serta materi
organik yang tersedimentasi mengikuti Persamaan (5). Nilai kd untuk materi organik di sungai
Cikapundung ialah rata – rata 0,207606 dengan standar deviasi (Sd) 0,29531/hari (Harsono dan
Nomosatryo, 2010). Kebutuhan oksigen untuk sedimen ditentukan pada rentang 0,079 g
O2/m2.jam – 0,116 O2/m
2.jam (USEPA, 1997). Sementara itu, nilai k laju penggunaan BOD
untuk nitrogen berkisar antara 0,1 dan 0,5 /hari dan N = 4,57 x NH3-N (Van & Loc, 2012).
Peningkatan BOD diakibatkan oleh input BOD dari aliran hulu, kali yang masuk, atau
limbah domestik yang dialirkan ke sungai. Penurunan BOD berkaitan erat dengan laju
deoksigenasi (kd). Selain dengan proses biokimiawi, BOD juga dapat turun akibat proses
sedimentasi materi organik yang tersuspensi (Schnoor, 1996). Nilai k sedimentasi yang pernah
dilaporkan adalah sekitar 0,5-5/hari (Schnoor, 1996). Akan tetapi nilai tersebut sangat tergantung
pada kondisi aliran, termasuk kualitas airnya, dan badan sungai yang mendukung terjadinya
proses sedimentasi (WASPOLA facility, 2013).
(5)
Dalam setiap kompartemen dihitung berat DO dan BOD sehingga data dikonversi ke
dalam satuan gram/detik. Pemodelan dimulai dengan kondisi setiap DO kompartemen = 0.
Transfer massa antar kompartemen digambarkan sebagai flow mengikuti Persamaan (6),
demikian pula untuk BOD.
(6)
Dari persamaan – persamaan tersebut di atas dibentuk struktur model sebagaimana
ditunjukkan oleh Gambar 4.
8
DO1 DO2 DO3
reaeration1
f low 1 to 2 f low 2 to 3
reaeration2
deoxy genation1 deoxy genation2 deoxy genation3
reaeration3
BOD1 BOD2 BOD3
f low 0:1
BOD dec1
input BOD 2
BOD dec2
ksed1
BOD dec3
ka1 ka2 ka3
kd1kd2 kd3
DOsat1 DOsat2
f low 1:2 f low 2:3
f low 3 to 4
dV1
ksed2
SOD1
DOsat3
f low 3:4
ksed3
dV2
conv ertion
convertion
convertion
dV3
convertion convertionconvertion
f low to 1
dV1 dV2 dV3
C0
Q0
input BOD 1
Q0 Co
Limbah RW08
Q1
Q1
Q2
Q2
Q3
Q3
domestic load
cibojong
SOD2
NBOD
NBOD
NBOD
SOD3
input BOD3
Q0
Q1Q2
BOD cibojong
BOD dom1
Gambar 4. Struktur model pada segmen terpilih
4. Kalibrasi dan validasi
Parameter yang perlu dikalibrasi dalam pemodelan ini adalah koefisien reaerasi, SOD,
koefisien laju sedimentasi, serta input BOD di setiap segmen. Kalibrasi dengan metode trial and
error untuk mendapatkan nilai terdekat yang dapat diperoleh oleh model. Setelah kalibrasi, maka
didapatkan data DO dan BOD pada tiap segmen sebagai berikut pada Tabel 3.
Tabel 3. Variabel sistem yang telah dikalibrasi
Variabel Kompartemen 1 Kompartemen 2 Kompartemen 3
ka (/hari) 8,2 1,73 2,54
SOD (g/m2.jam) 0,079 0,1043 0,116
ksed (/hari) 0 9 5
input BOD (g/s) 107,52 0 0
kn (/hari) 0,5 0,5 0,5
9
Validasi perilaku model dilakukan dengan membandingkan estimasi model terhadap nilai
sebenarnya, yang didekati dengan nilai Mean Absolute Percentage Error (MAPE). Nilai
estimasi model dan perbandingannya ditunjukkan oleh Tabel 4. Grafik masing – masing
kompartemen ditunjukkan oleh Gambar 4 dan Gambar 5. Berdasarkan nilai MAPE keluaran
model tidak memiliki akurasi yang baik. Namun demikian, nilai yang ditunjukkan model sudah
merupakan estimasi terbaik yang dapat dicapai oleh model ini dengan data yang tersedia. Oleh
karena itu model masih dapat digunakan dengan beberapa penyesuaian.
Tabel 4. Nilai estimasi model dan nilai aktual
DO terukur (mg/L) 2,880 2,750 3,360
DO model (mg/L) 2,334 2,279 2,183
BOD terukur (mg/L) 35,000 28,000 26,000
BOD model (mg/L) 31,405 28,099 26,034
MAPE 13,64%
Gambar 4. Grafik estimasi DO pada setiap kompartemen
Gambar 5. Grafik estimasi BOD pada setiap kompartemen
Model yang sudah dibuat merupakan representasi dari perilaku sistem sungai pada
segmen terpilih sehingga selanjutnya dapat disimulasikan pada kondisi – kondisi yang telah
10
ditetapkan untuk mengambil kebijakan pengelolaan sungai yang terbaik pada segmen tersebut.
Model ini juga dapat dikembangkan oleh end-user sesuai dengan kondisi sungai.
5. Simulasi
Simulasi diperlukan untuk melihat pengaruh suatu kebijakan terhadap DO dan BOD
dalam segmen terpilih. Pada pengembangan model ini akan dilakukan simulasi terhadap empat
skenario, sebagai berikut.
Skenario 1 : Tidak ada input limbah domestik di kompartemen 1 dan kompartemen 2
Skenario 2 : Aliran dari hulu telah memenuhi baku mutu, konsentrasi DO = 7 mg/L dan
BOD = 2 mg/L
Skenario 3 : Skenario 1 dan skenario 2 bersamaan.
Skenario 4 : Skenario 1 dan 2 bersamaan terjadi pada debit minimum.
Skenario 1 dibuat untuk melihat dampak ketiadaan masukan limbah domestik yang
merupakan representasi dari kebijakan untuk membatasi pembuangan limbah ke sungai. Hasil
simulasi dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7. Skenario 2 dilakukan untuk mengetahui
kemampuan segmen terpilih dalam mempertahankan DO dan BOD nya. Baku mutu yang
digunakan adalah Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air berdasarkan kriteria mutu kelas I. Hasil simulasinya dapat
dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9. Skenario 3 meninjau kombinasi dari kedua skenario
sebelumnya, dengan hasil simulasi ditunjukkan oleh Gambar 10 dan Gambar 11. Sementara
dalam skenario 4 akan ditinjau DO dan BOD dalam kondisi ekstrim. Hasil simulasinya
ditunjukkan oleh Gambar 12 dan Gambar 13.
Gambar 6. Simulasi DO skenario 1 Gambar 7. Simulasi BOD skenario 1
Gambar 8. Simulasi DO skenario 2 Gambar 9. Simulasi BOD skenario 2
11
Gambar 10. Simulasi DO skenario 3 Gambar 11. Simulasi BOD skenario 3
Gambar 12. Simulasi DO skenario 4 Gambar 13. Simulasi BOD skenario 4
KESIMPULAN
Dalam sistem DO-BOD di segmen terpilih, terdapat beberapa mekanisme dan konstanta
yang terlibat. Mekanisme dalam sub-sistem DO terdiri atas reoksigenasi, deoksigenasi CBOD,
NBOD, dan SOD. Mekanisme dalam sub-sistem BOD terdiri atas input BOD, penguraian, dan
sedimentasi. Model sistem dinamis pada segmen terpilih dapat dibuat menggunakan STELLA
9.0.1 dengan MAPE 13,64%. Nilai validasi >10% menunjukkan model tidak memiliki akurasi
yang baik. Hasil simulasi terbaik ditunjukkan skenario 3, dengan konsentrasi DO dan BOD
berturut-turut pada kompartemen 1, kompartemen 2, dan kompartemen 3 adalah sebagai berikut.
Konsentrasi DO: 4,43 mg/L; 4,32 mg/L; 4,15 mg/L. Konsentrasi BOD: 1,2 mg/L; 1,09 mg/L;
dan 1,01 mg/L. Mempertimbangkan hasil simulasi maka diperlukan kebijakan yang dapat
melindungi kualitas air sungai di daerah dulu serta membatasi pembuangan limbah domestik di
sepanjang aliran sungai.
12
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2009). Gambaran Umum Sungai Cikapundung. Diakses tangal 27 Maret 2013 dari:
www.citarum.org
Elshorbagy, Amin & Ormsbee, Lindell. (2006). Object Oriented Modeling Approach to Surface
Water Quality Management. Environmental Modeling & Software 21, 689 – 698.
Harsono, E., & S. Nomosatryo. (2010). Pencirian karbon organik air Sungai Citarum Hulu dari
masukan air limbah penduduk dan industri. J. Biologi Indonesia., 6, 277-288.
Mwegoha, W. J. S., Kaseva, M. E., & Sabai, S. M. M. (2010). Mathematical Modeling of
Dissolved Oxygen in Fish Ponds. African Journal of Environmental Science and
Technology Vol. 4(9), pp. 625-638
Negulescu, M. & V., Rojanski. 1969. Recent Research to Determine Reaeration Coefficient.
Water Res. 3 (3):189.
Radwan, M., Willems, P., El-Sadek, A., & Berlamont, J. (2003). Modeling of Dissolved Oxygen
and Biochemical Oxygen Demand in River Water Using a Detailed and a Simplified
Model. Intl Journal of River Basin Management Vol. 1, No. 2, pp. 97-103.
Schnoor, J. (1996). Environmental Modeling, Fate and Transport of Pollutants in Water, Air and
Soil. Wiley-Interscience. ISBN 978-0-471-12436-8.
Somantri, Agus Supriatna & Thahir, Ridwan. (2007). Analisis Sistem Dinamik Ketersediaan
Beras di Merauke Dalam Rangka Menuju Lumbung Padi Bagi Kawasan Timur
Indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Sterman, John D. (2000). Business Dynamics: System Thinking and Modeling for a Complex
World. McGraw-Hill: New York.
Streeter, H., & E. Phelps. 1925. A study of the purification of the Ohio River. U.S. Public Health
Service Bulletin No. 146, Washington, D.C., USA.
Teegavarapu, R. S. V., Tangirala , A. K., & Ormsbee, L. (2005). Modeling Water Quality
Management Alternatives for a Nutrient Impaired Stream using System Dynamics
Simulation. Journal of Environmental Informatics 5 (2) 73-81.
Van, Hoang Ngoc Tuong & Loc, Tran Quang. (2012). Assessment of Assimilative Capacity of
Dong Ba and Bach Yen River Branches, Hue City. Journal of Science, Vol. 70, No. 1, pp.
275-288
WASPOLA facility. (2013). Pemodelan Kualitas Air RPAM-Sumber Sungai Cikapundung.
Bandung
Winz, Ines & Brierley, Gary. (2007). The Use of System Dynamics Simulation in Integrated
Water Resources Management. Proceedings of the 25th International Conference of the
System Dynamics Society and 50th Anniversary Celebration. System Dynamics Society.
[Available at http://www.systemdynamics.org/conferences/2007/proceed/index.htm]