120459890-hhshshs
DESCRIPTION
1TRANSCRIPT
-
1
WALK THROUGH SURVEY
PENDAHULUAN
Kunci disiplin dalam kesehatan okupasi adalah pengenalan, evaluasi dan
kontrol. Dokter-dokter okupasi memerlukan data-data tertentu agar dapat
memberikan pelayanan kesehatan okupasi yang efektif. Pengetahuan tentang
tempat kerja merupakan tanggungjawab yang paling penting bagi para ahli yang
menyediakan pelayanan kesehatan okupasi. (1, 2, 3)
Dalam memberi pelayanan kesehatan okupasi pada klien baru, suatu usaha
untuk memperolah informasi tentang tempat kerja klien harus dilakukan. Maka,
sering dilakukan walk through survey (survey sepintas), untuk mendapat
pandangan umum dan orientasi karyawan terhadap kesehatan dan program
keselamatan. Secara umum, survey sepintas dapat mengambil waktu selama 1
hingga 2 jam. Survei ini sangat membantu dalam membina hubungan antara
pegawai kesehatan dengan karyawan yang cedera serta memahami pekerjaan klien
tersebut. Namun survey sepintas ini adakalanya tidak terlalu bermanfaat terutama
pada industry yang mempunyai karyawan yang terlatih. (2)
Dalam kedokteran okupasi, teknik Walk through survey yang paling
penting adalah mengenali occupational health hazards. Untuk melakukan survei
ini, dapat dimulai dengan mengetahui tentang manejemen perencanaan yang benar,
berdiskusi tentang tujuan melakukan survey, dan menerima keluhan-keluhan baru
yang releven. Dapat juga menyediakan terlebih dahulu diagram yang memudahkan
alur proses. (1)
Bahaya apa dan dalam situasi yang bagaimana bahaya dapat timbul,
merupakan sebagai hasil dari penyelenggaraan kegiatan Walk Through Survey.
Mengenal bahaya, sumber bahaya dan lamanya paparan bahaya terhadap pekerja
-
2
dalam Walk Through Survey memerlukan informasi tentang bahan mentah dan
bahan kimia tambahan yang digunakan, proses kerja dan operasi, produk akhir dan
produk samping yang dihasilkan. Pemahaman ini diperlukan untuk mengetahui
secara tepat bahaya yang dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan pekerja
dan perusahaan dalam bentuk kecelakaan, kecederaan, penyakit akibat kerja,
kebakaran dan pencemaran lingkungan. (4)
Telah diketahui secara luas bahwa bahaya kesehatan di lingkungan kerja
dapat dikategorikan pada: (4)
Bahaya fisik seperti bising dan tekanan panas, radiasi dan lain-lain
Bahaya kimia seperti larutan kimia, gas, uap, debu dan lain-lain
Bahaya biologi seperti kuman, bakteri, binatang buas dan lain-lain
Ergonomi seperti ketidak sesuaian peralatan dengan ukuran tubuh pekerja dan lain-
lain
Psikologi
Dengan demikian bahaya di lingkungan kerja dapat didefinasikan sebagai
bahan, material, atau kondisi lingkungan kerja yang dapat menimbulkan efek atau
gangguan yang berarti terhadap kesehatan pekerja yang terpapar. (4)
Dengan mengikuti alur proses sesuai perencanaan, biasanya merupakan
cara yang paling produktif. Harus diperhatikan juga tentang Warning label, yaitu
suatu deskripsi tentang materi dari komposisi bahan kimia, dan paket materi yang
akan didapat. Sebagai usaha untuk evaluasi kasus-kasus individual, program
kesehatan okupasi sebaiknya menggalakkan karyawan dalam berbagi informasi
-
3
tentang deskripsi pekerjaan, laporan tentang industrial higienis dan mengenai
loss-control reports. (1, 2)
SURVEI SEPINTAS SECARA KOMPREHENSIF DI TEMPAT KERJA
Dalam situasi tertentu melakukan walk-through survey secara komprehensif
di tempat kerja dapat membantu penyediaan layanan kesehatan kerja. Secara
umum ini dilakukan saat penyedia layanan kesehatan melayani jumlah pekerja
yang banyak dengan berbagai macam bahaya kerja atau saat pekerja mau
mengimplementasikan program kesehatan dan keselamatan kerja secara
komprehensif. Pada situasi yang lain, pekerja mungkin mau mengetahui secara
umum keamanan dan bahaya yang mungkin terjadi di tempat kerja. Tugas dari
pekerja okupasi adalah memberikan pelayanan kesehatan masyarakat dan upaya
pencegahan dari hasil evaluasi tempat kerja, identifikasi bahaya yang mungkin
terjadi dan upaya pencegahan yang sesuai. (2)
PELAKSANAAN WALK THROGH SURVEY
PRE-WALK THROUGH
Sebelum melakukan Walk Through Survey perlu dilakukan lobi terlebih
dahulu dengan manejemen bidang produksi tentang rencana pelaksanaan Wlak
Through Survey dan mendapatkan informasi singkat. (4)
Dokter okupasi kesehatan harus mengidentifikasi orang yang dikontak dan
memahami sepenuhnya tujuan waktu melakukan survey sepintas ini, serta manfaat
waktu yang diijinkan oleh klien untuk mengobservasi tempat kerjanya dan cara
bekerja para karyawan. Dapat juga meminta izin untuk mengambil foto-foto
ditempat-tampat tertentu yang dapat mengundang kebahayaan (hazard), untuk
tujuan pembelajaran atau orientasi buat pegawai okupasi kesehatan lainnya. (2)
-
4
Informasi yang relevan tentang industri antara lain tentang : riwayat industri,
ukuran, kompleksitas, proses operasi, dan informasi tehnis lainnya. Jelaskan
maksud dan tujuan tindakan diadakannya Walk Through Survey. (4)
Pada saat bertemu dengan manejeman juga perlu diceritakan tentang maksud
dan tujuan pelaksanaan Walk Through Survey, dan minta agar ada pekerja yang
bisa menggambar bisa pula diwawancarai tentang unit kerja yang dioperasikan dan
informasi lain yang diperlukan. (4)
OPENING CONFERENCE (DISKUSI PEMBUKAAN)
Konferensi terbuka dalam survey sepintas berguna dalam memperoleh
pandangan umum tentang suatu perusahaan, struktur dan administrasi, program
kesehatan dan keselamatan okupasi yang telah ada, dan identifikasi masalah di
area tersebut. Wakil dari karyawan untuk menghadiri konferensi adalah karyawan
yang bertanggungjawab mengenai kesehatan dan keselamatan, sumber daya
manusia, dan kadang teknisi. Pada konferens ini, pihak okupasi kesehatan dapat
menanyakan tentang tipe-tipe kecelakaan kerja yang pernah terjadi di perusahaan
tersebut serta undang-undang yang telah diterapkan dapam perusahaan tersebut. (2)
Diskusi pembukaan dengan perwakilan industri sebelum memulai
pelaksanaan Walk Through Survey, kerana ini merupakan kesempatan yang paling
baik untuk mengumpul data yang bersifat kebijakan, legalitas dan kekuatan SDM
dan lain-lain informasi manajerial yang bersifat umum. Diskusi pembukaan juga
merupakan kesempatan kita untuk menarik simpati dan mendapatkan dukungan
atas apa yang menjadi perhatian dan pelaksanaan Walk Through Survey. (4)
Sebagai informasi tambahan, dapat ditanyakan juga tentang riwayat
perencanaan kerja dan administrasi perusahaan sebelumnya. Sebagai contoh,
riwayat perubahan penggunaan bahan baku atau proses kerja oleh suatu
-
5
perusahaan, dapat bermaksud menilai paparan sebelumnya (contohnya asbestos,
bahan heavy metal dan sebagainya) terhadap karyawan sehingga kedepannya bisa
menghindari factor resiko penyakit akibat kerja. Riwayat ada atau tidak personal
equipment untuk proteksi diri adalah penting karena para karyawan bisa saja tidak
dilindungi dari kebisingan atau kebahayaan yang lainnya. Dermografik dari
karyawan juga sebaiknya dieksplorasi, termasuklah jumlah karyawan yang ada,
rasio seks laki-laki dan perempuan, bahasa primer yang digunakan, latar belakang
pendidikan, dan shift kerja. Semua faktor-fakor ini dapat mempengaruhi resiko
tahap kecederaan atau penyakit yang didapatkan oleh karyawan, serta pihak
okupaasi kesehatan dapat memahami para karyawan dengan lebih mendalam. (2)
Perhatikan juga tentang servis kesehatan dan keselamatan yang disediakan
oleh perusahaan yang akan dilakukan survey sepintas tersebut. Termasuklah
organisasi dari tanggungjawab mengenai kesehatan dan keselamatan, serta siapa
yang mendapat insuransi kompensasi. (2)
Pada waktu menjelaskan diskusi pembukaan, ruang lingkup Walk Through
Survey perlu dijelaskan, dan ajukan pertanyaan yang mengarah pada maksud dan
tujuan Walk Through Survey diadakan, sehingga informasi umum yang berkaitan
dengan kepentingan walk through survey dapat diperoleh misalnya: (4)
1. Kebijakan perusahaan akan K3
2. Proses produksi
3. Denah dari perusahaan
4. pengaturan tenaga kerja
5. populasi pekerja
-
6
6. pandangan pimpinan dan pekerja akan K3
7. gambaran penerapan K3 dilakukan
8. data pelaporan K3
9. dan sebagainya yang lebi bersifat manejerial
Informasi yang lebih detail dan menyangkut tehnis kadang-kadang masih bisa
kita peroleh pada saat diskusi pendahuluan misalnya informasi tentang : (4)
1. Daftar semua bahan dasar dan kimia yang digunakan dalam proses produksi
2. Daftar peralatan dari industri yang menunjukkan dimana dan bagaimana
penggunaan bahan-bahan dasar dan kimia tadi
3. Daftar produk dan produk damping lainnya
4. Dan sebagainya yang lebih bersifat tehnis
WALK THROUGH (Peninjauan Lapangan)
Secara umum survei sepintas sebaiknya dilakukan sewaktu shipping yakni
barang-barang yang dipesan dihantarkan ke perusahaan tersebut supaya pihak
okupasi kesehatan dapat melihat manufacturing yang sebenarnya atau proses-
proses lain yang berlaku di tempat kerja. Ini dapat membantu dokter okupasi
kesehatan lebih memahami keadaan yang terjadi sewaktu bekerja. Sewaktu
melakukan survey sepintas, penting untuk pihak okupasi kesehatan bicara dengan
para karyawan, serta mengetahui pendapat meraka sendiri tentang bahaya
kesehatan dan keselamatan atau potensi bagi pengukuran preventif. Selain itu, ini
merupakan suatu inisiasi bagi para karyawan untuk memahami tentang kerjanya
sendiri serta potensi munculnya bahaya kerja dan sikap meraka terhadap kesehatan
dan keselamatan mereka. Dapat ditanyakan kepada karyawan: (2)
-
7
- Bahaya apa saja yang berisiko untuk terkena sewaktu bekerja?
- Apakah tindakan yang anda ambil agar anda berada dalam keadaan yang selamat?
- Apakah tindakan-tindakan yang anda pikir bermanfaat untuk tempat kerja anda?
Ketika melakukan survei sepintas, dokter okupasi kesehatan wajib mengambil
perhatian tentang empat kategori umum risiko: (2)
- Tugas (2)
o Pihak okupasi kesehatan harus memperhatikan faktor-faktor dari pekerja seperti
posisi badan dan postur badan. Pergerakan yang bagaimana dilakukan oleh
pekerja? Observasi sikap pergerakan termasuk perhatikan pergerakan yang
dipaksakan, arah pergerakan (kedepan, kebelakang, dll), lokasi (kaki ke pinggang
atau batas bahu ke atas), frekuensi (satu kali per jam atau satu kali per menit) dan
durasi (beberapa menit atau intermiten).
o Harus juga memahami tugas itu sendiri, termasuk dari aspek praktek kerja sebagai
ekspektasi produktivitas, variasi dari kebutuhan fisik sepanjang hari bekerja, dan
bagaimana kompensasi dari kerja tersebut. Sebagai contoh ada tidak sistem kuota
atau system insentif? Insentif meningkatkan produktivitas namun ia juga dapat
meningkatkan risiko kumulatif gangguan trauma akibat pergerakan fisik yang
berterusan.
- Lingkungan tempat tugas tersebut dilakukan (2)
o Ahli pengobatan kesehatan dan lingkungan harus melihat kondisi tempat kerja
seperti suhu, ventilasi, label, saluran pipa, kerapian, sanitasi fasilitas dan
pencahayaan. Tingkat kepadatan (crowding), derajat kebisingan, dan pemandangan
dari tempat kerja adalah berhubungan dengan keselamatan dan kerentanan
mendapat kecelakaan atau penyakit. Contohnya seperti peningkatan derajat
kebisingan dapat stimulasi system saraf simpatetik dan meningkatkan
kecenderungan untuk mendapat kecelakaan. Terdapat bukti tentang pengurangan
-
8
derajat kebisingan dapat mengurangi angka kecelakaan. Housekeeping yang
buruk dapat meningkatkan risiko kecelakaan seperti adanya minyak atau air di
lantai mengakibatkan jatuh yang mana ianya membahayakan.
o Tanda dan label, penyimpanan bahan kima, alat dan bahan untuk gawat darurat
[seperti stasiun pembersih mata, automatic emergency defibrillator (AEDs), first
aid kit], alat pemadam kebakaran dapat diperiksa dan dievaluasi susunan kerja,
kesesuaian dan lokasi dengan tempat kerja.
o Kondisi lingkungan setiap tahun itu berubah. Proses manufacturing yang
memerlukan panas (contohnya manufacturing kima) dapat menyebabkan heat
stress di musim panas. Eksposur yang lama terhadap panas atau dingin
berhubungan dengan risiko kesehatan, yang mana dapat di cegah dengan langkah
preventif.
- Peralatan yang digunakan untuk melakukan tugas (2)
o Peralatan yang digunakan termasuklah size dan komposisi dari alat, tool
automation (automatic screw drivers), torque control, atau hand-tool suspension.
Hand tools harus diinspeksi dari aspek ergonomik kesesuaian, digunakan secara
baik dan maintenance. Sebagai contoh dasign dari hand-tool dapat mempengaruhi
posisi tangan ketika menggunakannya. Bentuk dan komposisi dari alat handle
dapat mempengaruhi kenyamanan sewaktu memakainya nammun dapat juga
meningkatkan resiko cumulated-trauma disorder dengan penggunaan yang lama.
o Mesin dapat diinspeksi untuk tujuan ergonomic, keefektifitas dan maintenance.
Harus diperhatikan juga safety devices dan keefektifitasnya suatu mesin yang
digunakan. Design mesin yang modern telah mengurangi risiko dari trauma
kecelakaan mayor dan pekerja haruslah dididik dalam penggunaannya dan
keefektifitasnya, hendaklah tidak dimodifikasi atau bypassed mesin/ alat yang
digunakan.
-
9
o Pihak okupasi kesehatan seharusnya mempunyai pengetahuan tentang bagaimana
fungsi system ventilasi serta masalah-masalah yang dapat terjadi. Terdapat empat
komponen basic dalam system ventilasi yakni:
hoods untuk menangkap kontaminan
Ducts untuk menyalurkan kontaminan ke filter
Filters untuk membersihkan kontaminan
Stacks merupakan final section dari ducts yakni discharge point ke luar bangunan
*Dikutip dari kepustakaan 6
Figure 2: Basic component of local Exhaust ventilation (LEV)
Namun tidak semua design dari sistem ventilasi dapat kontrol kebahayaan pada
kesehatan. Contohnya hoods yang tidak menangkap kontaminan dengan efektif
atau ducts yang tidak begitu seimbang atau maintained. Pihak okupasi kesehatan
haruslah dapat menanyakan tentang sistem ventilasi agar dapat memastikan alat ini
berfungsi secara efektif. Fungsi dari sistem ventilasi adalah untuk kenyamanan
pekerja dengan kontrol humiditas dan menyingkirkan bau yang tidak
menyenangkan.
- Pekerja (2)
o Survei sepintas ini dapat member peluang kepada ahli okupasi pengobatan
kesehatan lingkungan untuk mengobservasi pekerja secara direk. Apabila dokter
-
10
okupasi melihat karyawan cedera di poliklinik dan bukan di tempat kerja, ini dapat
menimbulkan selection bias. Dengan mengobservasi pekerja secara langsung pihak
okupasi kesehatan dapat memberikan nasehat kepada employer mengenai
intervensi seperti program promosi kesehatan dan program screening. Selain itu
bicara langsung dengan pekerja juga dapat megetahui tentang sikap mereka
terhadap kesehatan dan keselamatan, pengetahuan mereka tentang bahaya ketika
bekerja, dan perasaan mereka terhadap kerja yang mereka lakukan.
Sangat diharapkan bahwa peninjauan lapangan dilakukan bersama-sama
dengan perwakilan dari bagian operasi. Peninjauan lapangan dimulai dari awal
proses produksi, dimulai dari tempat penyimpanan bahan dasar/mentah (raw
material) untuk proses, kemudian dilanjutkan dengan mengikuti aliran proses
berikutnya. (4)
Informasi yang berkaitan dengan bahan dasar/mentah yang digunakan sudah
harus diperoleh pada saat diskusi pembukaan, informasi tersebut akan membantu
dalam mendapatkan informasi berikutnya. Catatan kecil dalam bentuk daftar
periksa singkat perlu dibuat agar peninjauan lapangan dapat mencakup semua
kebutuhan yang diperlukan dan tidak ada yan terlewatkan. (4)
Wawancara dengan pekerja yang berada di lingkungan unit kerja merupakan
bahagian yang penting dalam pengumpulan data, data yang dikumpulkan akan
lebih bersifat tehnis, dan akan dapat menggali lebih banyak permasalahan yang
timbul di unit kerja. (4)
Peralatan yang sederhana dan mudah dibawa seperti Sound Level Meter atau
alat pengukur gas yang portable dan direct reading dapat dibawa sepanjang tidak
mengganggu pelaksanaan kunjungan lapangan. (4)
Dapat disimpulkan bahwa ntara hal yang perlu diperhatikan adalah:
-
11
1. Sumber Kontaminasi udara
Pertimbangan bagaimana bahan dasar akan berubah bentuk selama proses
produksi menjadi produk samping. Banyak proses operasi yang berpotensi
berbahaya dapat dideteksi melalui pengamatan mata telanjang. Operasi yang
sangat kotor akan dapat terlihat secara jelas namun tidak berarti bahwa operasi
tersebut yang paling berbahaya. Tidak ditemukannya debu berterbangan yang
dapat dilihat dengan mata bukan berarti bahwa udara sekitar tempat kerja telah
bebas dari kontaminasi debu. (4)
Adanya banyak uap dan gas dapat dideteksi dengan indera penciuman.
Bagaimanapun juga, banyak substansi yang memiliki ambang bau yang melebihi
tingkat paparan yang aman diperkenankan. Misalnya : bau dari uap korban tetra
klorida ada pada jumlah yang sangat kecil dan jarang, namun cukup berbahaya
untuk paparan yang berkelanjutan dan lama. (4)
2. Kontak Lansung Dengan Bahan Kimia
Amati bagaimana bahan dasar itu digunakan dan ditangani serta bagaimana
pekerja kontak dengan bahan tersebut. Ada tiga jalan masuk kontaminan ke dalam
tubuh (saluran pernapasan, saluran makanan dan kulit) yang dapat menimbulkan
masalah. Ada banyak bahan kimia dalam benyuk bahan mentah, produk samping
dan limbah produk yang dapat menimbulkan iritasi dan mencederai kulit. (4)
3. Bahaya Fisik
Sumber panas radiasi, temperatur dan kelembapan yan tidak normal,
kebisingan yang berlebihan, penerangan yang kurang memadai, radiasi sinar
ultraviolet dan radiasi mengion lainnya perlu dicatat dalam tinjauan lapangan.
Tanpa bantuan peralatan adalah tidak mungkin mengindikasikan potensial bahaya
-
12
yang mungkin timbul. Banyak informasi penting yang dapat diperoleh selama
melakukan tinjauan lapangan, yaitu dengan mengamati bagaimana bahaya fisik
dapat timbul, berapa pekerja yang terpapar. (4)
4. Alat-alat Pengendali
Catat upaya pengendalian yang telah dilakukan dan berikan penilaian
efektifitasnya. Pengendali yang perlu dicatat antara lain pengendal tehnis seperti
ventilasi pengenceran, isolasi, insulasi alat pelindung diri, dan alat keselamatan
kerja lainnya ataupun pengendalian administratif. (4)
Panduan umum yang dapat digunakan untuk melihat apakah upaya
pengendalian berjalan efektif, ialah alat pengendali harus dapat menangani debu
dengan baik, bagaimana kualitas duct, apakah kipas tidak beroperasi, atau kondisi
alat pelindung diri yang tidak dipelihara dengan baik. (4)
Inspeksi terhadap alat keselamatan kerja yang perlu ada perlu dilakukan
secara rutin. Alat keselamatan kerja seharusnya disimpan dalam tempat
penyimpanan yang khusus higienis dan diberi keterangan (label) yang jelas tentang
tanggal pemeriksaan dan kondisi alat. (4)
5. Fasilitas Kesejahteraan dan Fasilitas Lainnya
Pemeriksa fasilitas kesejahteraan, perlengkapan dan obat-obatan pertolongan
pertama pada kecelakaan (P3K) dan kualitas dari fasilitas yang ada misalnya
kondisi sanitasi linkungan, penyediaan air minum, tempat sampah, penerangan dan
lain-lainnya apakah memenuhi persyaratan yang berlaku. (4)
Selain kualitas dari fasilitas kesejahteraan, perlu juga diperhatikan
kuantitasnya, apakah jumlahnya sesuai dengan jumlah pekerja, dan apakah
letaknya jauh dari tempat kerja sehingga sulit untuk dicapai. (4)
-
13
6. Fasilita s dan Kondisi Kesehatan Lainnya
Adakah penilaian terhadap kebersihan linkungan, kerapian, penataan barang-
barang perusahaan (good house keeping), estetika tentukan juga apakah keindahan
juga merupakan bagian dari pemeliharaan. (4)
Setelah melakukan peninjauan lapangan, denah unit kerja perlu digambar
dengan baik, gunakan denah yang mempunyai skala agar hasilnya lebih baik lagi,
karena keterangannya akan lebih akurat. Denah akan sangat berguna untuk
mengetahui secara persis dimana letak sumber bahaya, serta pola paparan, lokasi
alat pengendali yang ada, dan tempat-tempat penyimpanan alat-alat keselamatan
yang dipergunakan. (4)
Wawancara dengan pekerja dan pimpinan perusahaan (pengawas) selama
peninjauan lapangan akan sangat bermanfaat sekali untuk mendapatkan informasi
yang diperlukan. (4)
Bila diperlukan investigasi yang lebih mendalam misalnya dengan
mendapatkan konfirmasi komposisi bahan kimia dan bahan dasar, produk dan hasil
samping, besarnya paparan pekerja secara sederhana dan lain-lain peru dilakukan
dengan pengadaan pengukuran secara sederhana dengan alat-alat sederhana pula. (4)
TABLE 4.2 Checklist walk-through di tempat kerja
I. Tugas
1. Adakah kerja yang dilakukan dengan menggunakan shift?
2. Adakah waktu kerja yang berjam-jam itu layak?
3. Adakah periode istirahat yang cukup diberikan dan digunakan?
4. Berapa banyak waktu over time dikerjakan? Apakah itu perlu?
-
14
5. Adakah tugas kerja harus dilakukan dengan cepat dan tepat?
6. Apakah pekerja dapat menyatakan masukan/idea dalam design kerja yang
dilakukannya?
7. Apakah perubahan-perubahan yang berlaku dijelaskan kepada pekerja?
8. Adakah waktu kerja berat yang berlebihan?
9. Adakah pekerja mengalami gangguan penglihatan?
A. Kebutuhan fisik
1. Berapa banyak kerja mengangkat, menarik, menolak perlu dilakukan?
2. Berapakah frekuensi dari kerja fisik?
3. Di mana saja lokasi dari aksi fisik?
4. Adakah pekerjaan ini memerlukan penggunaan posisi yang tidak nyaman?
5.Adakah pekerja diharuskan bekerja pada kecepatan olahragawan?
6. Dapatkah kerja dilakukan apabila semua peraturan keselamatan dipatuhi?
7. Adakah pekerja semuanya terlatih?
8. Adakah latihan tersedia dalam bahasa yang digunakan pekerja?
9. Adakah kerja dilakukan duduk, berdiri, atau berjalan atau kombinasi dari yang
tersebut?
B. Mental demands
1. Adakah arah yang diberikan gampang dimengerti?
2. Adakah sering kerjanya melibatkan mengambil keputusan?
3. Apakah pekerja harus menggunakan konsentrasi penuh dalam jangka waktu
yang panjang?
4. Adakah waktu istirahat ketika monitor atau inspeksi dilakukan?
5. Apakah kerja yang dillakukan harus diselesaikan dengan cepat?
-
15
6. Apakah pekerjaannya menimbulkan kebosanan?
7. Apakah ada interaksi sosial?
8. Apakah pekerja mempunyai sensi dalam mengontrol pekerjaannya?
9. Bagaimana hubungan manejemen pekerja?
II. Lingkungan
1. Apakah ruangan bekerja adekuat?
2. Apakah tempat bekerja nyaman atau tidak nyaman, memaksa atau stretching?
3. Apakah ada tanda yang jelas mengenai jalan keluar dan pintu darurat?
4. Apakah permukaan tempat kerja licin atau keras?
5. Apakah terdapat objek yang tertonjol (handles, knob, materials)?
6. Apakah ada sudut buta?
7. Apakah ruang tempat kerja aman untuk menggunakan kendaraan pengangkut
barang (truk, cranes)?
8. Apakah ruangan bekerja terletak di kawasan yang luar biasa panas, dingin,
bising atau kontaminasi?
9. Apakah suhu ruangan nyaman?
10. Apakah pernah terjadi suhu yang ekstrim?
11. Apakah humiditas relative nyaman?
12. Apakah ventilasi umum adekuat?
13. Apakah alat ventilasi, pemanasan dan pendingin berfungsi dengan baik?
14. Apakah pencahayaan bagus untuk suasana kerja?
15. Apakah housekeeping efektif?
III. Peralatan
1. Apakah peralatan dan mesin susah untuk dikendalikan?
2. Apakah tempat kontrol sukar dicapai?
3. Apakah pergerakan kontrol membutuhkan usaha yang eksesif?
-
16
4. Apakah konrol bisa digerakkan tanpa meletakkan tangan, pergelangan tangan,
lengan atau badan dalam posisi yang tidak nyaman?
5. Apakah kontrol sesuai dengan karakteristik operator?
6. Apakah tempat pengukuran dan instrument gampang di baca dan dimengerti?
7. Apakah karakteristik dari hand kontrol sesuai dengan kekuatan yang diperlukan
untuk mengoperasi (bentuk, size, permukaan) dan adakah kekuatan yang
digunakan memadai?
8. Apakah tersedia asses kecemasan untuk dari lokasi
9. Apakah kunci tersedia dan adakah ia foolproof?
10. Apakah fungsi dari kontrol dilabel atau sudah tercantum.
11. Apakah fungsi dari kontrol mengikut masuk akaldan kompatibel dengan stereotype
atau ekspektasi operator?
12. Apakah kursi dan bangku nyaman digunakan?
13. Apakah ia dapat di atur ketinggiannya?
14. Apakah disediakan sandaran?
15. Apakah ada ruang yang adekuat buat kaki?
16. Apakah permukaan kerja sesuai dengan ketinggian agar tidak perlu membungkuk,
menggapai, stretching dll?
17. Apakah permukaan kerja menyebabkan paksaan pada mata untuk melihat?
18. Apakah pedal kaki digunakan untuk mengoperasi alat?
19. Apakah pedal kaki dilindungi?
20. Apakah pedal kaki digunakan oleh operator yang berdiri?
21. Apakah alat perlindungan dan keselamatan digunakan dan berfungsi dalam kondisi
yang baik?
22. Apakah ianya mengganggu operasi atau maintenance dalam cara apa pun?
23. Apakah alat jenis bergetar dan menghasilkan bunyi bising yang eksesif?
-
17
24. Apakah alat yang bergerak stabil?
25. Apakah peralatan pengendali tidak menutup lapangan pandang di semua arah?
26. Apakah konteiner digunakan dan apakah ukuran, ketinggian dan berat bersesuaian?
27. Apakah ada bagian dari tubuh terekspos secara berterusan pada alat?
A. Hand tools
1. Apakah peralatan gampang dipegang?
2. Apakah peralatan terlalu berat?
3. Apakah peralatan mempunyai ujung yang tajam?
4. Apakah peralatan mempunyai pinch point?
5. Apakah susah menggunakan peralatan (contohnya susah digenggam, diputar,
licin dll)?
6. Apakah peralatan yang digunakan bersifat getaran?
7. Apakah peralatan tersebut tipe elektronik yang mengeluarkan bunyi bising?
8. Apakah penggunaan peralatan membutuhkan seperti lengan, pergelangan
tangan, bahu atau posisi badan yang kurang nyaman?
9. Apakah peralatan dirawat sebaik-baiknya?
10. Apakah peralatan dapat dipilih?
B. Personal protective equipment (PPE)
1. Apakah ada disediakan PPE?
2. Apakah PPE yang disediakan adekuat, nyaman dan efektif?
3. Apakah perlu adanya alat perlindungan personal?
4. Apakah alat-alat dipilih atau disesuaikan dengan benar?
5. Adakah peralatan nyaman digunakan atau menambah iritasi?
6. Apakah peralatan semuanya dimaintained?
7. Apakah alat keselamatan mengaburkan pandangan atau mengundang
kebahayaan pada pengguna?
-
18
8. Apakah alat keselamatan menyebabkan keyakinan yang salah terhadap
penggunaannya?
9. Adakah policy tertulis dan prosedur mengenai penggunaan PPE? Apakah
pelatihan penggunaan PPE itu efektif?
10. Adakah manfaat yang dirasakan pekerja dengan penggunaan PPE?
IV. Pekerja
1. Berapa banyakkah jumlah pekerja?
2. Berapakah distribusi umur semua pekerja?
3. Bahasa apakah yang digunakan oleh pekerja?
4. Berapakah kadar turnover?
5. Apakah latar belakang pendidikan pekerja?
6. Apakah kondisi pekerja untuk tenaga kerja?
7. Apa saja masalah keshatan yang sering dikeluhkan oleh pekerja?
8. Apakah sumber psikososial tersedia buat para pekerja di tempat kerja?
9. Apakah sumber psikososial tersedia buat para pekerja dalam komunitas?
10. Adakah satuan pekerja merupakan ahli organisasi?
* Dikutip dari kepustakaan 2
PASKA WALK THROUGH
Setelah komprehensif walk-through survey, pihak okupasi kesehatan
dokumentasikan maklumat hasil dari observasi dan rekomendasi serta membantu
dalam menuntun employer dalam improving tentang kesehatan dan keselamatan
pekerja di tempat kerja. Laporan dapat dimulai dengan ringkasan penyataan,
identifikasi proses manufacturing mayor, kepentingan tentang kebahayaan
kesehatan okupasi, dan memberi cadangan langkah pencegahan. (2)
-
19
Jadi inti dari laporan harus mengandung identifikasi dari setiap bahaya yang
didapatkan (table 4.3), langkah preventif yang rasional dan masukan tentang
langkah preventif. Dapat juga memberi masukan dari langkah preventif tentang
pemberian edukasi dan latihan kepada semua pekerja. (2)
TABLE 4.3 Hazard Analysis
- Eksposur apa saja yang terpapar?
- Apa saja sumber dari eksposur?
- Bahan alami dari eksposur terdiri dari apa: frekuensi, jumlah, asli, kontaminasi?
- Apa saja tindakan kontrol yang dilakukan?
- Bagaimana keefektifitas dari tindakan kontrol yang dilakukan?
- Apa saja ambient dari kondisi lingkungan yang terpapar dengan eksposur?
- Apa saja interaksi dari pekerja dengan bahan eksposur tersebut?
- Apa saja langkah preventif yang direkomendasikan?
* Dikutip dari kepustakaan 2
Diskusi Penutup
Setelah melakukan peninjauan lapangan, kita kembali ke ruang pertemuan awal
untuk mengklarifikasi semua informasi yang diperoleh selama kunjungan lapangan
sebagai diskusi penutup. Informasi yang disampaikan akan sangat berguna bagi
manejemen karena manejemen sering tidak mendapatkan laporan yang akurat dari
permasalahan yang ada di lapangan.
Pada diskusi penutup dengan perwakilan dari perusahaan perlu dijelaskan apa yang
ditemukan selama peninjauan lapangan, berikan penjelasan lebih detail pada
bagian-bagian yang memerlukan perhatian khusus (yang berkaitan potensi bahaya
kesehatan) dan berikan saran-saran yang dapat diterapkan untuk perbaikan
disamping merekomendasikan penilaian lebih lanjut untuk hal-hal yang khusus.
-
20
Setiap masalah yang membutuhkan penyelidikan lebih lanjut harus dilaporkan dan
hasilnya diteruskan kepada yang berkepentingan. Bila konsultasi lebih lanjut
diperlukan, maka perwakilan perusahaan harus diberitahu dan bagaimana
konsultasi dapat dilakukan atau dimana penjelasan dapat diperoleh.
LAPORAN HASIL PENINJAUAN LAPANGAN
Setelah melakukan peninjauan lapangan secara lengkap, kemudian perlu dibuat
laporan. Hasil peninjauan/pengamatan lapangan Walk Through Survey harus
mencakup hal-hal berikut :
1. Hasil Pengamatan
Kondisi K3 perusahaan secara umum perlu dijelaskan, kemudian semua bahaya
kesehatan yan dijumpai, baik yang telah memenuhi perundangan maupun yang
belum disusun sesuai aliran proses produksi, denah unit kerja, prosedur operasi,
dan inventarisasi pekerja yang terpapar perlu diutamakan.
Selain itu perlu dilaporkan pekerja dan pekerjaan yang beresiko untuk
mendapatkan gangguan kesehatan, untuk memberikan informasi kepada
manejemen dan memancing manejemen untuk mengeluarkan kebijakan dan
ideanya dalam menangani masalah tersebut.
Informasi yang lebih detail berkaitan dengan program kesehatan perusahaan
(pemeriksaan kesehatan calon pekerja atau pun pemeriksaan kesehatan berkala
tahunan), Pendidikan kesehatan, dan program pelatihan (penanganan bahan kimia
berbahaya, prosedur emergency, dan alat kesehatan kerja), perlu mendapatkan
perhatian dalam pembuatan laporan, karena ini akan menjelaskan sedikit banyak
tentang hubungan antara kesehatan pekerja dan lingkungan kerjanya.
-
21
2. Evaluasi
Bila pengukuran sederhana dilakukan maka nperlu dilaporkan :
Cara-cara pengukuran
Hasil pengukuran dan interpretasinya
Bandingkan dengan Nilai Ambang Batas(TWA) yang berlaku
Apakah hasil pemeriksaan memenuhi atau tidak memenuhi standar persyaratan
kesehatan
Setiap penyebab terjadinya peningkatan konsentrasi atau paparan yang serius dari
bahaya yang ada perlu dilaporkan. Evaluasi terhadap efektifitas pengendalian
tehnis juga akan sangat berguna bila dilaporkan.
3. Rekomendasi
Untuk melindungi kesehatan pekerja lebih jauh maka keterangan dalam bentuk
rekomendasi harus termasuk dalam laporan, misalnya:
Pengendalian administrasi dan tehnis yang perlu dilakukan
Perlindungan individu dengan APD
Program hygiene Industry yang sesuai
Surveilance kesehatan yang dilaksanakan
Untuk kasus-kasus yang memerlukan penyelidikan lebih lanjt perlu dilaporkan
secara lebih terperinci. Tindak lanjut hasil Walk Through Survey sebaiknya dibuat
dalam bentuk matriks agar mudah difahami.
-
22
KESIMPULAN
Walk Through survey merupakan survey preliminary, kadang dipanggil juga
sebagai survey observasional, yang mana melibatkan suatu tur berjalan di tempat
kerja (makanya dinamakan walk through). Keuntungan dari melakukan survey ini
termasuklah: (5)
- Memperoleh satu pandangan umum tentang seluruh operasional
- Dapat mengidentifikasi kunci dari kebahayaan di area tempat kerja
- Mengakses keefektifitas terhadap metode control pada tempat
Ketika walk-through, pihak okupasi kesehatan dapt menanyakan hal-hal
seperti berikut: (5)
- Apakah suatu pengukuran tindakan itu diperlukan di area ini?
- Jika iya, apakah kebahayaan perlu diukur?
- Pekerja mana yang paling mungkin terpapar kebahayaan?
- Apakah tindakan yang harus diambil?
- Apa konklusi yang dapat dibuat setelah hasil didapatkan?
Pihak okupasi kesehatan dapat kemudian merekomendasikan monitoring survey
untuk memperoleh kadar kuantitas eksposur atau kesehatan okupasi mengenai risk
assessment. (4)
Dari banyak literature dapat disimpulkan bahwa Walk Through
Survey atau Survei Jalan Sepintas meliputi hal-hal sebagai berikut :
Pemeriksaan dilakukan secara sederhana dan umum
Pemeriksaan dilakukan pada unit kerja secara keseluruhan
Hasilnya kepentingan perencanaan dan pembuatan program kerja baru
Hasilnya digunakan untuk menentukan prioritas tindakan
-
23
Jangka waktu pemeriksaan lebih singkat
Dilaksanakan di suatu unit kerja dimana kegiatan higiene Industri akan mulai
diterapan, dan dapat diulangi sesuai kebutuhan, umumnya lebih dari satu tahun.
Walk Through Survey bertujuan :
1. Memahami proses produksi, denah tempat kerja dan lingkungannya secara umum
2. Mendengarkan pandangan pekerja dan pengawas tentang K3.
3. Memahami pekerjaan dan tugas-tugas pekerja
4. Mengantisipasi dan mengenal potensi bahaya yang ada dan mungkin akan timbul
5. Menginventarisir upaya-upaya K3 yang telah dilakukan mencakup kebijakan K3,
upaya pengendalian, pemenuhan peraturan perundangan dan sebagainya.
-
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Fowler D.P., Industrial Hygiene. In: LaDao J., 3rd ed. CURRENT Occupational &
Environmental Medicine. McGrawHill. p. 638-747.
2. Patterson W.B., Establishing an Occupational Health Program. In: McCunney R.J.,
3rd
ed. A Practical Approach to Occupational & Environmental Medicine. USA:
Lippincott Williams and Wilkins; 2003. p. 41-55.
3. Harrington J.M., Gill F.S., 3rd ed. Pocket Consultant: Occupational Health. Great
Britain: Blackwell Science; 1994. p. 638-747.
4. Thalib D.J., Walk Through Survey.
5. Anonymous. Walk-through Survey. [online]. 2005. [Cited on Saturday, 2008
November 16]. [1 screen]. Available from:
http://www.nioh.ac.za/sections/hygiene/hygiene_walk_survey.htm
6. Anonymous. Industrial Ventilation. [online]. January 10, 2008. [Cited on
Saturday, 2008 November 16]. [7 screen]. Available from:
http://www.ccohs.ca/oshanswers/prevention/ventilation/introduction.html