12026-2-244796598377

11
INSTRUMEN PENGENDALIAN KOTA I NSTRUMEN PENGENDALI FISIK KOTA Untuk menjamin perkembangan ruang kota agar sesuai dengan kriteria perancangan kota (Urban Design) diperlukan perangkat pengendali berupa Zoning Ordinance ( Peraturan Zoning). Menurut Standard Zoning Enabling Act 9Amerka Serikat)\, 1922), Peraturan Zonig merupakan alat atau perangkat pengendali fisik spasial dan policy power perspective pembangunan kota dengan menetapkan peruntukkan lahan (land use zone), intensitas pembangunan, set back bangunan, dan ketentuan bonus bagi developer yang membangun fasilitas umum. Ketentuan di atas dimaksudkan untuk menjamin : kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan umum bagi penghuni kota. dalam New York Zoning Ordinance (1961) dibuatkan ketentuan mengenai ketinggian bangunan, besaran, luas ruang terbuka dan ruang-ruang antar bangunan. Bangunan yang menyediakan ruang terbuka , plaza pada street level akan diberikan bonus. Perkembangan pengendalian tata guna lahan di perkotaan dapat dikelompokkan dalam 3 fase yaitu : A. Fase Revolusi Industri di Negara Barat. Industrialisasi telah membawa perubahan sosial yang besar, munculnya industri-industri yang berlokasi di kota berkembang begitu cepat dan membawa berbagai dampak terhadap lingkungan PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Joni Hardi MT. PERENCANAAN PEMUKIMAN 1

Upload: baronesia

Post on 02-Oct-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ss

TRANSCRIPT

PENGANTAR PERENCANAAN KOTA & PEMUKIMAN

INSTRUMEN PENGENDALIAN KOTAINSTRUMEN PENGENDALI FISIK KOTA Untuk menjamin perkembangan ruang kota agar sesuai dengan kriteria perancangan kota (Urban Design) diperlukan perangkat pengendali berupa Zoning Ordinance ( Peraturan Zoning). Menurut Standard Zoning Enabling Act 9Amerka Serikat)\, 1922), Peraturan Zonig merupakan alat atau perangkat pengendali fisik spasial dan policy power perspective pembangunan kota dengan menetapkan peruntukkan lahan (land use zone), intensitas pembangunan, set back bangunan, dan ketentuan bonus bagi developer yang membangun fasilitas umum. Ketentuan di atas dimaksudkan untuk menjamin : kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan umum bagi penghuni kota. ( dalam New York Zoning Ordinance (1961) dibuatkan ketentuan mengenai ketinggian bangunan, besaran, luas ruang terbuka dan ruang-ruang antar bangunan. Bangunan yang menyediakan ruang terbuka , plaza pada street level akan diberikan bonus.

Perkembangan pengendalian tata guna lahan di perkotaan dapat dikelompokkan dalam 3 fase yaitu :A. Fase Revolusi Industri di Negara Barat.

(Industrialisasi telah membawa perubahan sosial yang besar, munculnya industri-industri yang berlokasi di kota berkembang begitu cepat dan membawa berbagai dampak terhadap lingkungan kota. Ebenezer Howard (1898/99) berusaha mencegah perkembangan kota di Inggris yang terlalu sesak, macet dan kondisi lingkungan yang kurang sehat dengan Konsep Kota Taman (garden City). Secara diagramatic Prinsip Garden City adalah sebagai satelit yang mengelilingi pusat kota dan masing-masing memiliki struktur tata ruang yang sama. Pusat kota berupa taman/central park, area kota dihubungkan dengan avenue secara melingkar dan boulevard secara radial. Penempatan public building dan entertainment pada pusat , zone pertokoan pada ring dalam, dan berikutnya daerah perumahan, sedangkan pabrik-pabrik dan industri ditempatkan pada ring luar.

B. Fase Gerakan Modern (Modern Movement).

( Dipelopori oleh Patrick Geddes (abad 19), membagi kota atas zona-zona fungsional yang mencakup tiga unsur pokok yaitu : tempat (place), kerja (work), dan keluarga (folk). Menurutnya perencanaan fisik tidak dapat memperbaiki kondisi tempat tinggal perkotaan kecuali dalam perencanaannya dipadukan dengan perencanaan sosial dan ekonomi.

( Dalam Pertemuan Kongres ke 4 CIAM (Congress International Architecture Modern) di Athena, Le Coirbusier mengajukan empat unsur fungsi kota, yaitu : pemukiman (habiter), kerja (travailer), rekreasi (cuhiver lecorps et l esprit) dan transportasi (transportation). Prinsip zoning fungsional sebagai pendekatan tata guna lahan (land use) kota dapat dilihat pada teori-teori yang dikemukakan oleh Chicago School yaitu : The Concentric Ring Theory, The Sector Theory, dan The Multiple Nuclei Theory.

C. Fase Gerakan Pembaharuan (Kota Masa Depan).

(Gerakan pembaharuan lebih memfokuskan pembangunan kota pada skala lingkungan kota yang lebih kecil. Konsep zoning fungsional dianggap kurang mampu menyelesaikan masalah kota : sirkulasi, kepadatan penduduk, dan lain sebagainya. Pada tahun 1960, dalam rangka World Design Conference di Tokyo, konsep Megastruktur dicetuskan. Upaya pengendalian kota lebih difokuskan pada pembangunan skala kecil (zone), dengan titik berat pada rasionalisasi lahan, intensitas pembangunan atas lahan (KLB, KDB, ketinggian), pengendalian kualitas fisik-spasial (kulit bangunan, sudut pandang, set back), termasuk revitalisasi bangunan lama sebagai salah satu aset historis. Kenyataan lain dari gagasan ini terlihat pada Bangunan Multi Fungsi (Mixed-Use), dimana berbagai fungsi yang saling mendukung dapat terintegrasi di dalam lahan mixed-use penggabungan fungsi usaha, rekreasi, belanja, tempat tinggal di dalam suatu pusat dianggap lebih menguntungkan), meskipun gagasan ini merupakan suatu gagasan yang baru ( Pusat Kota Agora di Yunani tidak hanya melayani kegiatan komersial, tetapi juga sebagai forum politik dan sosial, perpustakaan, teater, tempat olah raga, restoran dan kuburan.

PERENCANAAN KOTA Perencanaan kota menyangkut tiga lingkup perencanaan yaitu : perencanaan sosial (social planning), perencanaan ekonomi (economic planning), dan perencanaan fisik (physical planning). ( Perencanaan Sosial : perencanaan pembangunan yang berorientasi dan bermotivasi kepada segi-segi kehidupan kemasyarakatan Rencana pengambangan pendidikan

Rencana kependudukan dan keluarga berencana

Perencanaan kelembagaan

Perencanaan pengembangan kegamaan

Perencanaan pengembangan politik

( Perencanaan Ekonomi : perencanaan pembangunan yang berorientasi dan bermotivasi kepada pengembangan perekonomian.

Rencana pengambangan produksi

Rencana pengembangan perkapita, regional, dan nasional

Rencana pengembangan lapangan kerja

Rencana distribusi konsumsi

Rencana pengembangan perangkutan dan perhubungan

Rencana moneter

( Perencanaan Fisik : perencanaan pembangunan yang berorientasi dan bermotivasi kepada aspek fisik untuk dapat mengefisiensikan dan mengefektifkan pemanfaatan ruang dan sumber daya

Perencanaan tata ruang yang berwawasan luas

Perencanaan tata guna lahan

Perencanaan prasarana dan sarana fisik

Perencanaan Sosial merupakan landasan bagi Perencanaan Ekonomi, demikian pula sebaliknya perencanaan ekonomi perlu dilandaskan kepada rencana pengembangan sosial. Perencanaan fisik tidak dapat dikembangkan tanpa ditunjang oleh rencana pengembangan sosial dan ekonomi.

Contoh-contoh produk keterkaitan antar substansi dijelaskan sebagai berikut :

( Produk Perencanaan Fisik yang berdasarkan substansi Perencanaan Sosial :

rencana tata ruang fasilitas pendidikan, rencana tata ruang fasilitas peribadatan, rencana taat ruang fasilitas kesehatan, rencana tata ruang fasilitas pemerintahan, rencana tata ruang fasilitas hiburan dan kebudayaan, rencana permukiman untuk suku terasing, pemugaran struktur peninggalan sejarah, dll

( Produk Perencanaan Fisik yang berdasarkan substansi Perencanaan Ekonomi :

rencana tata ruang faslitas pasar dan pusat perbelanjaan, rencana jaringan jalan, rencana tata ruang perindustrian, rencana tata ruang hutan produksi, dll.

( Produk Perencanaan Fisik yang berdasarkan substansi Perencanaan Sosial Ekonomi :

rencana tata ruang permukiman transmigrasi, rencana tata permukiman PIR, rencana tata ruang pekerja industri, dll.

( Produk Perencanaan Fisik yang berdasarkan substansi Perencanaan Fisik :

rencana tata ruang pelestarian lingkunga, rencana tata ruang penghijauan, reklamasi, normalisasi sungai, dll.

Perencanaan wilayah dan kota mempunyai jenjang dan hierarki tertentu sesuai dengan cakupan perencanaan tersebut. Jenjang tersebut dapat dimulai dari perencanaan individu manusia sampai kepada perencanaan nasional atau bahkan lebih jauh dari itu. Perencanaan individu ( perencanaan keluarga/RT ( perencanaan lingkungan/komunitas ( perencanaan kota ( perencanaan regional ( perencanaan nasionalHIERARKI RENCANA TATA RUANG KOTA Prosedur perencanaan kota di Indonesia sudah dikenal sejak tahun 1930-an, sejak dikembangkannya perencanaan kota oleh Thomas Karsten dalam Toelichting op de stadsvormingsordonnantie stadsgemeente Java. Tetapi secara ofisial Prosedur Perencanaan Kota diundangkan pada tahun 1948 yaitu sejak lahirnya SVO (Stadsvormingsordonantie) 1948 dan SVV (Stadsvormingsverordening) 1949. Pada undang-undang ini dikenal prosedur penyusunan rencana kota dan prosedur pengesahannya.

Pada tahun 1971, telah diupayakan pula untuk penyesuaian SVO-SVV ini dengan keadaan setelah merdeka yaitu dengan diusulkannya suatu Rancangan Undang Undang yang dikenal sebagai Rancangan Undang-Undang Bina Kota (RUUBK).

Prosedur Standard Perencanaan Kota digambarkan sebagai berikut : Prosedur Perencanaan Kota menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 4 tahun 1980.

Prosedur perencanaan kota berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 640/KPTS/1986 tentang Perencanaan Tata Ruang Kota dan oleh Menteri Dalam Negeri No. 2 Tahun 1987 tentang Pedoman Perencanaan Kota.

Dengan diberlakukannya Undang Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, maka sistem dan prosedur perencanaan wilayah dan kota di Indonesia kemudian disesuaikan dengan Undang Undang tersebeut.

( Pada tingkatan Nasional berdasarkan Undang Undang ini disusun suatu rencana tata ruang nasional yang dikenal dengan Rencana Tata Ruang Wilayan Nasional (RTRWN). RTRWN merupakan strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah negara. Berdasarkan UU Penataan Ruang berjangka waktu 25 tahun dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Disajikan dalam peta skala minimal 1 : 1.000.000.

( RTRWN ini akan menjadi dasar di dalam penjabaran rencana tata ruang wilayah Propinsi Daerah Tingkat I yang dikenal sebagai Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi DT I (RTRWP). Jangka waktu rencana ini 15 tahun dan ditetapkan dengan Peraturan daerah (Perda) Tingkat I. Disajikan dalam peta skala minimal 1 : 250.000.

( RTRWP ini akan menjadi landasan di dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (semula dikenal dengan RUTRD/Rencana Umum tata Ruang Daerah)/Kotamadya (semula dikenal dengan RUTRK/Rencana Umum Tata Ruang Kota) DT II. Jangka waktu rencana ini adalah 10 tahun dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) Tingkat II. Disajikan dalam peta skala minimal 1 : 100.000. untuk wilayah Kabupaten dan dan skala minimal 1 : 50.000. untuk wilayah Kotamadya.

( Selanjutnya RTRW DT II ini dirinci ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kawasan (RTRWK) yaitu rencana tata ruang dari bagian wilayah kota atau bagian wilayah kabupaten sampai kepada rencana detail (semula dikenal dengan RDTRK/Rencana Detail Tata Ruang Kota), rencana teknis (semula dikenal dengan RTRK/Rencana Teknik Ruang Kota), dan rancangan rekayasa. Disajikan dalam peta skala minimal 1 : 10.000. untuk RUTRK dan skala minimal 1 : 5.000. untuk RDTRK.

PERMUKIMANPENGERTIAN PERMUKIMAN DAN KAITANNYA DENGAN KOTA Rumah sebagai lingkungan fisik adalah sebuah lingkungan buatan yang digunkan manusia untuk hidup dan memberikan perlindungan dari segala bahaya, gangguan dan pengaruh fisik. Di dalam rumah manusia dididik, dibentuk, dan berkembang menjadi manusia yang berkepribadian.

Berkelompoknya beberapa rumah dalam suatu lingkungan atau daerah tertentu dilengkapi dengan fasilitas penunjang secara fisik disebut perumahan.

Permukiman adalah suatu kawasan perumahan yang ditata secara fungsional sebagai satuan ekonomi, sosial dan fisik tata ruang, dilengkapi dengan prasarana lingkungan, sarana umum, dan fasilitas sosial sebagai satu kesatuan yang utuh, dengan membudidayakan sumber-sumber daya, dana dan peningkatan mutu kehidupan manusia.

Rumah merupakan bagian terkecil dari suatu permukiman yang utuh. Kumpulan rumah akan membentuk suatu perumahan. Perumahan berkembang sebagai suatu proses bermukim manusia dalam lingkungan masyarakat dan lingkungan alam sekitarnya. Bermukim pada hakekatnya adalah hidup bersama, dan untuk itu fungsi rumah dalam kehidupan adalah sebagai tempat tinggal dalam suatu lingkungan yang mempunyai prasaran dan sarana yang diperlukan oleh manusia untuk memasyarakatkan dirinya.

Keadaan perumahan dan permukiman di suatu tempat mencerminkan taraf hidup, kesejahteraan, kepribadian, dan peradaban manusia penghuninya, suatu masyarakat, atau suatu bangsa.

Kota merupakan pusat pengembangan wilayah, dan intinya adalah perumahan dan permukiman. Penetapan lokasi dan perencanaan lingkungan perumahan harus mengikuti rencana umum tata ruang kota agar pembangunan perumahan dapat secara efektif mendukung fungsi-fungsi yang dibebankan kepada kota yang bersangkutan.

Perkembangan perumahan dan permukiman di daerah perkotaan merupakan bagian dari perkembangan perkotaan secara keseluruhan yang dipengaruhi oleh perkembangan berbagai faktor seperti ekonomi, sosial bidaya, politk, teknologi dan keadaan alam.

Secara garis besar perumahan dan permukiman di kota-kota besar dapat dikelompokkan atas tiga yaitu :

( Pertama, perumahan yang direncanakan dengan baik, dibangun dengan baik dan teratur rapi, serta memiliki prasarana dan sarana lingkungan yang cukup baik. Jenis perumahan seperti ini disebut juga sebagai perumahan yang teratur.

( Kedua, perumahan yang berkembang tanpa direncanakan terlebih dahulu, polanya tidak teratur dan prasarana dan sarana lingkungan tidak mencukupi dan kurang memenuhi syarat baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Jenis perumahan seperti ini disebut juga sebagai perumahan yang tidak teratur.

( Ketiga, perumahan yang tidak sepenuhnya direncanakan dengan baik karena hanya pada bagian jalan-jalan utamanya saja direncanakan dengan baik, namun pada bagian yang lain tumbuh rumah-rumah yang tidak teratur. Jenis perumahan seperti ini disebut juga sebagai perumahan setengah teratur.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Joni Hardi MT.PERENCANAAN PEMUKIMAN 8