115-222-1-pb

Upload: radinal-alim

Post on 25-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 115-222-1-PB

    1/11

    77

    Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 77-87, 2014

    http://jtsl.ub.ac.id

    KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI TANAH PADA LAHANKERING DAN LAHAN YANG DISAWAHKAN DI KECAMATAN

    PERAK KABUPATEN JOMBANG

    Ayyu Rahayu1), Sri Rahayu Utami2)dan Mochtar Luthfi Rayes2)1)Mahasiswa Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang

    2)Dosen Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang

    Abstract

    Paddy soil processes and puddling caused by soil formation processes in paddy soil isdifferent with in dry soil. This research aimed to determine the differences of characteristics andsoil classification on dry land and paddy soil in Perak Dystrict Jombang. There are 6 soil profile

    which is involve 3 soil profiles in dry land and 3 soil profiles in paddy soil have been describedin the field, after that the soil sample have been taken to soil physic and chemical analysis.

    Research shown that dry land and paddy soil have a different of soil characteristic(morphologies, physics and chemicals), also soil classification. Morphologically, change occure atthe horizon arrangement, colours and plow pan (Adg) form in the paddy soil profile.Differences of soil physic are soil structure, bulk density also consistency. Paddy soil usuallyhave a content cation exchange capacity (K+, Na+, Ca2+ dan Mg2+), C-Organik and basesaturation that higher than dry land. Soil classification in dry soil and paddy soil different start atthe sub order, as a result of changes in soil moisture regime from ustic to be endoaquic in paddysoil.

    Key words: Soil Characteristic, Soil Classification, Dry Land, Paddy Soil

    PendahuluanSebagian besar lahan sawah di

    Indonesia pada awalnya merupakan hasilpembukaan areal lahan kering. Banyaklahan kering yang semula digunakan untukhutan maupun perkebunan sekarang inisudah dimanfaatkan sebagai kawasanpersawahan. Badan Pusat Statistik (2010)mencatat bahwa luas lahan pertanian diIndonesia pada tahun 2009 sebesar

    6.048.447 ha, luas lahan padi ini meningkatsebesar 6,12 % dari tahun sebelumnya.Dalam budidaya padi sawah, dilakukan

    proses penggenangan yang dapatmenyebabkan perbedaan karakteristik tanahyang terdapat pada lahan sawah dan lahankering. Moorman (1978) mengemukakanbahwa proses penggenangan menciptakankeadaan reduksi yang dapat merubah ciri-ciri morfologi dan sifat-sifat fisika kimiapada profil tanah asal. Perubahan sifat-sifattanah yang terjadi pada lahan sawah juga

    menyebabkan perubahan klasifikasi tanah

    asalnya. Di dalam Sistem Taksonomi Tanahyang dikembangkan oleh Soil Survey Staff(2010) belum ada acuan yang digunakanpengklasifikasian tanah khusus untuk tanahyang disawahkan, sehingga klasifikasi tanahsawah seharusnya perlu dilakukan untukmengetahui perubahan klasifikasi tanahpada lahan kering dan lahan kering yangtelah disawahkan. Tujuan dari penelitian iniadalah untuk mengetahui perbedaan

    karakteristik dan klasifikasi tanah padalahan kering dan lahan yang disawahkan didaerah penelitian.

    Metode PenelitianWaktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian di lapangan danpengambilan contoh tanah dilaksanakanpada bulan Juli samapi Agustus 2012 diDesa Kalang Semanding dan Glagahan,Kecamatan Perak Kabupaten Jombang.Analisis laboratorium dilaksanakan di

    Laboratorium Fisika dan Kimia Tanah

  • 7/25/2019 115-222-1-PB

    2/11

    78

    Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 77-87, 2014

    http://jtsl.ub.ac.id

    Jurusan Tanah Fakultas PertanianUniversitas Brawijaya Malang.

    Pelaksanaan PenelitianProsedur pelaksanaan penelitian ini

    dibagi menjadi 4 tahap, yaitu pengumpulandata-data sekunder, pengamatan dilapangan dan pengambilan contoh tanah,analisis tanah serta penyususnan laporan.Penelitian diawali dengan mengumpulkandata-data sekunder guna mendapatkaninformasi yang berkaitan dengan lokasipenelitian. Informasi yang dibutuhkanmeliputi informasi jenis geologi, jenis tanahserta sejarah penggunaan lahan. Titikpengamatan dan pengambilan contoh tanahdidasarkan pada kesamaan formasi geologi

    di daerah penelitian, yaitu Qa (alluvium).Dari formasi geologi tersebut, selanjutnyadipilih dua tipe lahan berdasarkan perlakuanpenggenangan yang berbeda, yaitu lahankering (tidak pernah disawahkan) dan lahanyang disawahkan (ditanami padi sawahterus-menerus). Dari 2 jenis penggunaanlahan tersebut, selanjutnya diambil 3 profilpada lahan kering (NS1, NS2, NS3) dan 3profil lahan yang disawahkan (LS1, LS2,LS3). Lokasi keenam profil disajikan dalamGambar 1.

    Pengamatan di lapangan meliputipengamatan kondisi lahan sekitar danmorfologi tanah. Pengamatan di lapangandilakukan pada musim kemarau dan padasawah pada saat dikeringkan atau saatsawah tidak digenangi, yaitu setelah panensampai menjelang pengolahan tanah awalpada musim tanam berikutnya. Pengamatanmorfologi tanah dilakukan pada profil tanahyang dibuat dengan ukuran 1,5 x 1 meterdengan kedalaman 1,5 meter. Pengambilancontoh tanah utuh dan terganggu dilakukan

    pada masing-masing horison sesuai denganPetunjuk Teknis Pengamatan Tanah (BalaiPenelitian Tanah dan Agroklimat, 2004).

    Contoh tanah yang diambil dilapangan kemudian di analisis dilaboratorium fisika dan kimia tanah. Jenisdan metode analisis tanah disajikan dalamTabel 1.

    Tabel 1. Jenis dan Metode Analisis TanahNo Jenis Analisis Metode Analisis

    1 Sifat fisika tanahTeksturBobot Isi

    PipetRing Volumetrik

    2 Sifat kimia tanahC-OrganikKTK, K, Na, Ca,MgKejenuhan Basa

    pH H2OPotensial Redoks

    Walkey & BlackEkstraksi NH4OAc 1NpH7 (Ca, Mg, K,Na)/KTK100%pH meterPotensiometer

    Data dan informasi yang telah didapatdari pengamatan di lapangan dan hasilanalisis laboratorium kemudiandiklasifikasikan berdasarkan Keys to SoilTaxonomy USDA tahun 2010. Penamaantanah yang dilakukan sampai pada tingkatsub grup.

    Kondisi umum wilayah penelitianCitra Kecamatan Perak terletak pada

    koordinat 1122001-1123001 Bujur

    Timur dan 72401-74501 LintangSelatan dengan luas wilayah 29,04 km2(Gambar 1).

    Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

  • 7/25/2019 115-222-1-PB

    3/11

    79

    Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 77-87, 2014

    http://jtsl.ub.ac.id

    Berdasarkan peta geologi, daerahpenelitian terdapat tiga macam batuaninduk, yaitu Qa (Endapan Alluvium), Qt(Endapan Teras) dan Qpnv (FormasiNotopuro). Namun, penelitian ini hanyadidasarkan pada bahan endapan Aluviumsaja, yaitu Qa yang menempati luasan palingbesar di Kecamatan Perak. Endapanalluvium (Qa) merupakan endapan sungaidan endapan banjir dari sungai Brantas,Widas, Brangkal, Bangsal, Konto dan lain-lainnya. Endapan alluvium tersusun ataskerakal, kerikil, pasir, lempung, lumpur dansisa tumbuhan.

    Data Curah Hujan (CH) diperoleh daristasiun pengamat Perak (55 mdpl)menunjukkan CH rata-rata tahunan sebesar270,1 mm dengan CH tertinggi sebesar373,8 (Maret) dan CH terendah sebesar 22mm (Agustus). Suhu udara rata-rata

    bulanan sebesar 25,2-27,4 C. menurutklasifikasi iklim Oldeman daerah penelitiantermasuk kedalam tipe iklim C3. Prediksirejim suhu dan rejim kelembaban tanahmenggunakan program Java NewhallSimulation Model (JNSM) menunjukkandaerah penelitian termasuk kedalam rejimkelembaban ustik dan rejim suhuisohipertermik.

    Gambar 2. Hasil simulasi menggunakanJava Newhall Simulation Model (JNSM)

    Hasil dan PembahasanMorfologi Tanah

    Hasil pengamatan di lapanganmenunjukkan bahwa susunan horison padatanah kering berbeda dengan tanah yangdisawahkan. Tanah kering mempunyaisusunan A, Bw dan Cg, sedangkan tanahyang disawahkan secara umum mempunyai

    susunan horison Apg, Adg, Bwg dan Cg.

    Tanah yang sering disawahkan cenderungberwarna keabu-abuan (semakin terang).Terdapat penambahan simbol g (gleisasi)pada lahan yang disawahkan, yang dicirikandengan adanya warna keabu-abuan maupunadanya kenampakan Redoximorphic Features(RMF). Pada tanah yang disawahkan jugatedapat penambahan simbol horison baru,yaitu Adg yang menunjukkan adanyalapisan tapak bajak. Tidak semua pedondidaerah penelitian terbentuk lapisantersebut. Tidak terbentuknya lapisan tapakbajak pada pedon LS1 disebabkan padatanah ini mempunyai air tanah yang relatifdangkal serta lokasi pedonnya yang dekatdengan sumber air, sehingga prosespembentukan lapisan tapak bajaknyaterhambat. Hal ini sesuai dengan penelitianyang dilakukan oleh Winoto (1985) yangmengemukakan bahwa prosespembentukan lapisan tapak bajak terhambatoleh adanya air (air irigasi atau air tanah)yang memasuki clod (bongkah tanah)sehingga tidak memungkinkan terjadinyapemadatan.

    Sifat Fisika TanahStruktur Tanah

    Struktur tanah lapisan olah pada tanah

    kering adalah granuler sampai membulat,berukuran halus sampai sedang dengantingkat perkembangan yang masih lemah.Pada tanah yang disawahkan lapisan olahmenjadi tidak berstruktur (massif) sepertiyang terlihat pada Tabel 2. Hardjowigenodan Rayes (2005) mengemukakan bahwaperubahan sifat fisik tanah yang mula-mulaterjadi pada tanah sawah merupakan akibatpelumpuran. Pelumpuran dilakukan denganpengolahan tanah dalam keadaan tergenang,ketika tanah dibajak kemudian digaru

    sehingga agregat tanah hancur menjadilumpur yang sangat lunak.

    Pengambilan contoh tanah pada tanahyang disawahkan dilakukan pada saattanaman padi baru dipanen, sehinggapengeringan masih belum berlanjut dantanah masih dalam keadaan basah sehinggatanah masih belum dapat membentukstruktur dan masih dalam keadaan sepertipasta (massif). Hasil penelitian Arabia(2009) menjelaskan bahwa struktur tanahbaru terbentuk setelah satu sampai tiga

    bulan tidak disawahkan dan tidak diirigasi.

  • 7/25/2019 115-222-1-PB

    4/11

    80

    Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 77-87, 2014

    http://jtsl.ub.ac.id

    Konsistensi TanahKonsistensi tanah tidak terlalu berbeda

    antara tanah kering dengan tanah yangdisawahkan kecuali pada tanah yangmempunyai lapisan tapak bajak mempunyaikonsistensi yang lebih teguh dibandingkandengan lapisan diatas maupun dibawahnyaserta pada lapisan olah di tanah yangdisawahkan mempunyai konsistensi basahagak lekat dan agak plastis. Arabia (2009)mengemukakan bahwa lapisan olah tanah-tanah yang sedang disawahkan cenderungmemiliki kandungan liat yang tinggi,sehingga dalam keadaan basah umumnyalekat dan plastis.

    Tekstur Tanah

    Tanah kering dan tanah yangdisawahkan mempunyai tekstur yanghampir sama, yaitu berpasir (Tabel 2). Halini disebabkan lokasi penelitian terbentukdari bahan alluvium yang umurnya relatifmuda, sehingga banyak ditemukan teksturberpasir di semua pedon tanah yangdiamati. Persentase pasir di tanah sawahdan tanah kering juga tidak menunjukkanperbedaan yang besar. Hal ini berbedadengan penelitian yang dilakukan Rayes(2000) yang menemukan bahwa lahan

    kering mempunyai tekstur yang lebih kasarbila dibandingkan dengan lahan yangdisawahkan 1 kali atau 2 kali setahun.

    Bobot Isi TanahPada umumnya, tanah yang

    disawahkan mempunyai nilai bobot isi yanglebih tinggi dibandingkan dengan tanahkering kecuali pada pedon LS1. Hal inidikarenakan pengambilan sampel tanah dipedon LS1 dilakukan pada saat tanah masihbasah, sehingga kandungan air masihbanyak dan bobot isi rendah. Lapisan tapakbajak pada pedon tanah yang disawahkanterbentuk pada pada pedon LS2 dan LS3.Pedon LS1 tidak terbentuk lapisan tapakbajak dikarenakan keberadaan air tanahyang relatif dangkal yang akan menghambatproses pemadatan tanah. Hal ini sesuaidengan penelitian yang dilakukan olehSutrisno (1988) bahwa proses pembentukanlapisan tapak bajak bisa tidak terbentukkarena air tanah selalu mengisi bongkah-bongkah tanah dan tidak adanya perubahankondisi oksidasi-reduksi menyebabkanterjadinya pemadatan. Secara umum, pada

    pedon yang tidak disawahkan tidak ditemuiadanya lapisan tapak bajak, karena tidak adapengolahan tanah yang dilakukan pada saatkondisi basah serta tidak adanya prosespembasahan dan pengeringan secaraberulang-ulang.

    Sifat Kimia TanahpH Tanah

    Kemasaman Tanah (pH) pada semuapedon, baik tanah kering dan tanah yangdisawahkan memiliki pH yang netral, yaituberkisar antara 6,16-7,5 (Tabel 3). Sehinggadapat disimpulkan bahwa prosespenyawahan tidak mengakibatkanperubahan nilai pH tanah pada tanah yangsemula telah mempunyai pH netral. Secara

    keseluruhan nilai pH pada tanah yangdisawahkan menurun dengan meningkatnyakedalaman tanah, walaupun tidak terlalubesar. Hal ini diduga karena prosespenggenangan menyebabkan dekomposisibahan organik lebih lambat sehinggamenurunkan pH tanah. Prosespenggenangan yang dilakukan pada tanahsawah akan berpengaruh pada tanah tanahmasam dan alkalis, seperti yang telahdikemukakan oleh Hardjowigeno dan Rayes(2005) bahwa penggenangan menyebabkan

    pH semua tanah mendekati 6,5-7,0, kecualipada gambut masam atau tanah dengankadar Fe aktif (Fe2+) yang rendah.

    Potensial RedoksPotensial redoks merupakan suatu

    sistem atau ukuran yang digunakan untukmengukur adanya perpindahan elektrondalam tanah. Pengukuran potensial redokssangat penting untuk mengetahui keadaanreduksi atau oksidasi dalam tanah. Nilaipotensial redoks pada tanah yang

    disawahkan dan tanah kering disajikandalam Tabel 3. Nilai potensial redoks padatanah kering dan tanah yang disawahkanbervariasi, yang berkisar antara 244-326 mVsehingga masuk kedalam kelas agaktereduksi. Seragamnya nilai potensial redoksantara tanah kering dan tanah yangdisawahkan diduga dikarenakan olehkeadaaan air tanah yang relatif dangkal(kurang dari 100 cm). Marschner (1986)menjelaskan bahwa pada pH 7 dengan nilaiantara 350-450 mV mulai terbentuk Mn2+,

  • 7/25/2019 115-222-1-PB

    5/11

    81

    Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 77-87, 2014

    http://jtsl.ub.ac.id

    pada 300 mV tidak ada O2bebas, pada 250mV tidak ada nitrat.

    C-OrganikKandungan C-organik pada tanah yang

    disawahkan secara umum lebih tinggi (1,19-3,63 %) daripada kandungan C-organikpada tanah kering (0,59-2,65%). TingginyaC-organik pada tanah yang disawahkandisebabkan adanya penambahan bahanorganik yang berasal dari sisa-sisa akartanaman padi serta berlangsungnya prosesdekomposisi yang lebih lambat daripadatanah-tanah yang disawahkan. Hal ini sesuaidengan pendapat yang dinyatakan oleh TetiArabia (2009) dalam penelitiannya padatanah sawah pada toposekuen berbahan

    induk vulkanik di daerah Bogor-Jakartayang mengemukakan bahwa semakin seringtanah tergenang oleh penyawahancenderung mengawetkan bahan organik,karena dekomposisi bahan organik dalamsuasana reduktif berlangsung lebih lambat(terhambat). Kandungan C-organik tanahpada tanah kering dan tanah yangdisawahkan umumnya mempunyai pola

    yang sama, yaitu bahan organiknya semakinmenurun seiring dengan bertambahnyakedalaman tanah. Hal ini disebabkan olehproses dekomposisi bahan organik olehmikroorganisme yang hanya berlangsung dilapisan atas.

    Basa-basa dapat DitukarBerdasarkan hasil analisis kation-

    kation basa dapat ditukar (K+, Na+, Ca2+,Mg2+) didapatkan bahwa secara umumjumlah kation basa pada tanah yangdisawahkan lebih tinggi daripada tanahkering. Tingginya kation-kation tersebutdalam tanah yang disawahkan disebabkanoleh rendahnya pencucian yang terjadisebagai akibat dari adanya lapisan tapak

    bajak yang menghambat perkolasi air sertaadanya air tanah yang cukup dangkal yangmenghambat pergerakan air kebawah.Sementara itu, pada tanah kering jumlahkation basa cenderung rendah, yangdisebabkan adanya adanya proses pencucianyang membawa kation-kation basa tersebutturun kebawah.

  • 7/25/2019 115-222-1-PB

    6/11

    82

    Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 77-87, 2014

    http://jtsl.ub.ac.id

    Tabel 2. Morfologi Tanah pada Pedon Tanah Kering dan Tanah yang Disawahkan

    Pedon/

    Horison

    Ke-

    dalaman

    (cm)

    Warna

    Tanah

    (lembab)

    Tekstur StrukturKonsistensi

    Jumlah, ukuran,

    bentuk, bandingan

    RMF

    Warna

    RMF

    Lembab Basah Fe Mn Fe Mn

    Tanah

    Kering

    NS1ABw1

    Bw2CgNS2

    A

    Bw1Bw2Bw3Cg

    NS3

    ABw1Bw2Bwg1

    Bwg2

    Cg

    Tanah

    Sawah

    LS1Apg

    Bwg1

    Bwg2Cg

    LS2Apg

    Adg

    Bwg1Bwg2Cg

    LS3ApgAdg

    Bwg1

    Bwg2Cg

    0-2121-33

    33-5555-80

    0-20

    20-38/4638/46-57

    57-9393-108

    0-1313-3333-4949-72

    72-83

    83-109

    0-14

    14-42/54

    42/54-7878-118

    0-12

    12-25

    25-4646-7171-90

    0-1818-39

    39-64

    64-9696-110

    10 YR 3/310 YR 3/4

    10 YR 3/210 YR 5/2*

    10 YR 3/3

    10 YR 3/310 YR 3/210 YR 3/410 YR 6/2*

    10 YR 4/210 YR 3/210 YR 2/210 YR 4/1

    10 YR 4/1

    10 YR 4/1*

    10 YR 4/2

    4 Y 5/1

    4 Y 5/110 YR 3/1

    10 YR 5/1

    10 YR 3/2

    10 YR 3/210 YR 2/210 YR 4/1*

    10 YR 5/210 YR 3/2

    10 YR 4/2

    10 YR 3/110 YR 6/2*

    SLSL

    LSLS

    SL

    LL

    SLLS

    LLL

    ClL

    SClL

    LS

    SL

    SL

    SLLS

    SL

    SL

    LL

    LS

    LL

    SiClL

    ClLLS

    GB-s-lGB-s-l

    GB-s-lBT

    Gr-h-l

    GB-s-lGB-s-lGB-k-c

    BT

    Gr-s-lGB-h-lGB-h-lGB-h-c

    GB-h-c

    BT

    M

    M

    MBT

    M

    GB-s-c

    GB-h-lGB-h-l

    BT

    MGB-h-c

    GB-h-l

    GB-h-lBT

    GG

    ATL

    G

    GATATG

    GG

    ATAT

    T

    L

    G

    G

    ATAT

    G

    T

    ATATAT

    GT

    AT

    ATG

    TL, TPTL, AP

    TL, APTL, TP

    TL, TP

    TL, TPAL, TPAL, TPTL, TP

    TL, TPTL, TPTL, APAL, AP

    AL, AP

    TL, TP

    AL, TP

    AL, AP

    TL, TPTL, TP

    AL, TP

    AL, AP

    TL, TPTL, APTL, TP

    AL, APTL, AP

    AL, AP

    AL, APTL, TP

    --

    --

    -

    -Sd,k,tb,j

    -

    ---

    Sd,k,tb,j

    Ba,k,tb,j

    -

    S,k,tb,j

    Sd,k,tb,j

    S,k,tb,j-

    S,k,tb,j

    Sd,k,tb,j

    Sd,k,tb,jSd,k,tb,j

    -

    Sd,k,tb,jSd,k,tb,b

    S,k,tb,b

    Ba,k,tb,j-

    --

    --

    -

    -S,k,b j

    -

    ---

    S,k,b,j

    Sd,k,tb,j

    -

    -

    -

    B,k,tb.j-

    -

    S,k,b,j

    Sd,k,b,jS,k,b,j

    -

    -S,k,b,j

    Ba,k,b,j

    S,k,b,j-

    --

    --

    -

    -7,5 YR 5/6

    -

    ---

    7,5 YR 5/6

    7,5 YR 5/6

    -

    7,5 YR 5/8

    7,5 YR 5/8

    7,5 YR 5/6-

    7,5 YR 4/6

    7,5 YR 4/6

    7,5 YR 4/67,5 YR 5/6

    -

    7,5 YR 4/67,5 YR 5/8

    7,5 YR 5/8

    7,5 YR 5/6-

    --

    --

    -

    -10 YR 2/1

    -

    ---

    10 YR 2/1

    10 YR 2/1

    -

    -

    -

    10 YR 2/1-

    -

    10 YR 2/1

    10 YR 2/110 YR 2/1

    -

    -10 YR 2/1

    10 YR 2/1

    10 YR 2/1-

    Ket: Tekstur: SL; Lempung Berpasir, LS; Pasir Berlempung, L; Lempung, ClL; Lempung Berliat,

    SiClL; Lempung Liat Berdebu. Struktur: GB; Gumpal Membulat, M; Massif, BT; ButirTunggal. Ukuran Struktur: h; halus, s; sedang, k; kasar. Tingkat perkembangan struktur: l;lemah, c; cukup. Konsistensi lembab: L; Lepas, G; Gembur, AT; Agak Teguh, T; Teguh.Konsistensi basah: TL; Tidak Lekat, AL; Agak Lekat, TP; Tidak Plastis, AP; Agak Plastis.RMF,Jumlah: S; Sedikit, Sd; Sedang, Ba; Banyak. Ukuran: K; Kecil. Bentuk: TB; TidakBeraturan, B; Bulat. Bandingan: J; Jelas, B; Baur. *: warna tanah pada kondisi kering. - :tidak ada

  • 7/25/2019 115-222-1-PB

    7/11

    83

    Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 77-87, 2014

    http://jtsl.ub.ac.id

    Tabel 3. Hasil Analisis Laboratorium pada semua titik pengamatan

  • 7/25/2019 115-222-1-PB

    8/11

    84

    Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 77-87, 2014

    http://jtsl.ub.ac.id

    Jumlah kation K dapat ditukar (Kdd) padatanah kering tergolong sangat rendah sampaisedang, yaitu berkisar antara 0,02-0,55 cmol.kg-1 tanah, kecuali di horison Bw1 (20-45,5 cm)yang tergolong tinggi, yaitu sebesar 0,97

    cmol.kg-1 tanah. Pada tanah sawah, jumlahkation Kdd tergolong tinggi sampai sangattinggi, yaitu 0,75-1,75 cmol.kg-1 tanah. JumlahKation Na dapat ditukar (Nadd) pada tanahkering dan tanah yang disawahkan hampirsama, yang tergolong rendah sampai sedang(0,35-0,62 cmol.kg-1). Jumlah kation Ca dapatditukar (Cadd) pada tanah yang disawahkansecara umum juga lebih tinggi dibandingkandengan tanah kering. Jumlah kation Ca padatanah sawah tergolong sangat tinggi, yangberkisar antara 8,54-15,18 cmol.kg-1 tanah.

    Sedangkan, di tanah kering jumlah kation Caddjuga masih tergolong tinggi sampai sangattinggi, yang ditunjukkan dengan jumlah kationnya sebesar 5,64-8,95 cmol.kg-1 tanah. Selarasdengan jumlah kation basa yang lain, jumlahkation Mg dapat ditukar (Mgdd) pada tanahyang disawahkan juga lebih tinggi daripadatanah kering. Jumlah kation Mgdd pada tanahyang disawahkan tergolong tinggi sampaisangat tinggi, yaitu 4,11-9,52 cmol.kg-1 tanahsedangkan tanah kering mempunyai kation Mgdapat ditukar pada tanah kering bervariasi dari

    sangat rendah sampai tinggi, yang ditunjukkandari jumlah kationnya berkisar antara 0,30-3,81cmol.kg-1tanah.

    Kapasitas Tukar Kation (KTK)Tanah yang disawahkan mempunyai

    KTK lebih tinggi daripada tanah kering (tidakdisawahkan). Hal ini disebabkan olehrendahnya pencucian basa-basa pada tanahyang disawahkan. KTK pada tanah keringmeningkat pada horison di bawah lapisan atas,kemudian semakin menurun dengan

    bertambahnya kedalaman tanah (Tabel 3). NilaiKTK pada tanah kering berkisar antara 13,21-31,87 cmol.kg-1yang tergolong dalam kategorirendah sampai tinggi. Sementara itu, padapedon tanah yang disawahkan mempunyaiKTK yang lebih tinggi, yaitu 19,18-36,57cmol.kg-1.

    Kejenuhan Basa (KB)Tanah yang disawahkan mempunyai KB

    lebih tinggi daripada tanah kering (Tabel 3).Hal ini menunjukkan bahwa kation-kation basatersedia lebih banyak pada tanah sawah.

    Tingginya kejenuhan basa pada tanah sawahjuga disebabkan oleh rendahnya pencucian

    yang terjadi. Selain itu, tingginya kejenuhanbasa ini diduga disebabkan oleh kation-kationbasa yang terlarut terakumulasi dibawah lapisanolah pada saat tanah sedang digenangi. Kondisiini berbanding terbalik dengan pendapat yang

    dikemukakan Munir (1987) bahwa lapisantapak bajak pada umumnya mempuyaikejenuhan basa relatif lebih tinggi daripadalapisan olah, karena banyaknya kation-kationseperti Ca, Mg, K, Na dan kation lainnyatertimbun diatas lapisan tapak bajak.

    Tanah kering mempunyai kejenuhan basayang relatif beragam mulai dari rendah sampaisangat tinggi. KB tertinggi terdapat di horisonA pada pedon NS2 yaitu sebesar 85,47 %.Tingginya nilai KB pada horison inidisebabkan oleh KTK tanahnya yang rendah,

    sebagai akibat dari tekstur tanah yang berpasirdi lapisan atas. Sehingga mempunyaiKejenuhan Basa yang tinggi.

    Klasifikasi TanahKlasifikasi tanah didasarkan pada hasil

    analisis sifat morfologi, fisika dan kimia tanahyang diperlukan. Ringkasan klasifikasi tanah dilokasi penelitian disajikan pada Tabel 4.

    Dari hasil pengamatan tanah yang telahdilakukan, menunjukkan bahwa semua pedontanah yang disawahkan mempunyai epipedon

    okrik dengan ketebalan masing-masing padatitik pengamatan LS114 cm, LS2 25 cm danLS3 39 cm. Dikategorikan ke dalam epipedonokrik karena mempunyai kedalaman kurangdari 18 cm dan mempunyai warna yang terlaluterang yaitu value dan chroma lebih dari 3,sehingga tidak memenuhi criteria epipedonumbrik dan molik.

    Horison penciri bawah (endopedon) padasemua pedon tanah kering dan tanah yangdisawahkan adalah kambik. Dikategorikan kedalam endopedon kambik karena telah

    mengalami perkembangan struktur tanah, tidakadanya proses eluviasi liat, serta kandunganpasir yang meningkat seiring denganbertambahnya kedalaman tanah. Dengandemikian ordo tanah pada semua pedon adalahInceptisol.

    Perbedaan klasifikasi tanah di daerahpenelitian dimulai pada tingkat sub ordo tanah.Tanah kering mempunyai sub ordo ustepts,karena mempunyai rejim kelembaban tanahustik. Sementara itu, tanah yang disawahkanmempunyai sub ordo akuik. Hal ini

    dikarenakan dari hasil pengamatan morfologidilapang menunjukkan bahwa tanah yangdisawahkan mempunyai ciri-ciri seperti yang

  • 7/25/2019 115-222-1-PB

    9/11

    85

    Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 77-87, 2014

    http://jtsl.ub.ac.id

    terdapat pada rejim kelembaban akuik, yaitupada suatu lapisan di bawah epipedon atau didalam 50 cm dari permukaan tanahmempunyai value kurang dari 2 sertaditemukannya Redoximorphic Features (RMF)

    pada sebagian besar horison tanah. Dimanaadanya RMF menunjukkan bahwa tanahtersebut mengandung cukup besi fero aktif.Meskipun hasil simulasi NSM menunjukkanbahwa rejim kelembabannya termasuk kedalam ustik, namun rejim kelembaban ini tidakdipergunakan. Hal ini di dukung oleh Mitsuchi,

    1974 (dalamMoorman dan van Breemen, 1978)yang mengemukakan bahwa penggenanganpada tanah sawah dapat membawa kepadaperkembangan karakteristik akuik pada horisonpermukaan dan bawah permukaan. Pernyataan

    ini diperkuat oleh Moorman dan van Breemen(1978) yang juga mengemukakan bahwa padatanah yang berdrainase baik rejim kelembabanakuik mungkin terjadi dan pada tanah yangberdrainase buruk atau agak terhambat rejimkelembaban akuik diperkuat.

    Tabel 4. Horison Penciri dan Klasifikasi Tanah pada tanah kering dan tanah yang disawahkan didaerah penelitian

    Pada tingkat grup, tanah yang keringdikategorikan ke dalam grup Dystrustepts.Hal ini dikarenakan, pedon tanah keringmempunyai kejenuhan basa kurang dari

    60% pada keseluruhan horison diantarakedalaman 25 cm dan 75 cm serta tidakmengandung karbonat bebas. Sementaraitu, tanah yang disawahkan mempunyaigrup endoaquepts, karena mempunyaiendosaturasi yang ditunjukkan adanyaRMF pada keseluruhan horisonnya dantidak dapat dimasukkan kedalam grup yanglain.

    Secara umum, tanah keringmempunyai sub grup Aquic Dystrustepts.

    Dikategorikan ke dalam AquicDystrustepts karena pada salah satuhorisonnya (horison Bwg dan Cg)mempunyai kondisi akuik yang ditunjukkandengan adanya Redoximorphic Features(RMF) dan mempunyai warna chroma 2.Pada tanah yang disawahkan, secara umumdikategorikan ke dalam sub grupFluvaquentic Endoaquepts, karenamempunyai lereng kurang dari 25 % sertaterjadi penurunan kandungan karbon

    organik secara tidak teratur di antara

    kedalaman 25 cm dan 125 cm di bawahpermukaan tanah mineral.

    Pembahasan Umum

    Secara umum, terjadi perbedaan sifatmorfologi, kimia serta klasifikasi tanahpada tanah kering dan tanah kering yangtelah disawahkan. Perubahan secaramorfologi dan fisik meliputi susunanhorison tanah, struktur, konsistensi sertabobot isi tanah. Perubahan-perubahantersebut disebabkan oleh adanya prosespengolahan tanah yang dilakukan sebelumditanami padi.

    Pada tanah yang disawahkan, terdapat

    horison yang tidak ditemukan pada pedontanah kering, yaitu horison Adg (lapisantapak bajak). Lapisan tapak bajak initerbentuk sebagai akibat dari prosespengolahan tanah yang dilakukan secaraberulang-ulang, sehingga akan terjadipemadatan di bawah lapisan olah. Adanyalapisan tapak bajak bajak pada tanah sawahditunjukkan dengan besarnya nilai bobot isiyang lebih tinggi dan mempunyaikonsistensi yang lebih teguh daripada

    horison di atas maupun dibawahnya. Nilaibobot isi pada lapisan tapak bajak berkisar

  • 7/25/2019 115-222-1-PB

    10/11

    86

    Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 77-87, 2014

    http://jtsl.ub.ac.id

    antara 1,45-1,51 g.cm-3 lebih besardibandingkan dengan lapisan olah maupunlapisan dibawahnya yang berkisar antara1,21-1,47 g.cm-3.

    Proses pengolahan dan pelumpuranyang dilakukan menyebabkan hancurnyastruktur tanah pada tanah yangdisawahkan. Tanah kering mempunyaistruktur granuler sanpai gumpal, sedangkanpada tanah yang tisawahkan tidakberstruktur (massif). Pelumpuran dilakukandengan pengolahan tanah dalam keadaantergenang, ketika tanah dibajak kemudiandigaru yang masing-masing prosessekurang-kurangnya memerlukan dua kali

    sehingga agregat tanah hancur menjadilumpur yang sangat lunak. (Hardjowigenodan Rayes, 2005).

    Tanah yang disawahkan mempunyaisifat kimia, yaitu C-Organik, basa-basadapat ditukar, KTK dan Kejenuhan Basa(KB) yang lebih tinggi dibandingkandengan tanah kering. Nilai C-Organik yangtinggi pada tanah sawah berasal dari adanyapenambahan bahan organik dari sisa-sisaakar tanaman padi serta terjadinya proses

    dekomposisi bahan organik yang lebihlambat pada keadaan anaerob, sehinggaakan mengawetkan bahan organik dalamtanah. Tingginya Kation-kation basa dapatditukar disebabkan oleh lebih rendahnyapencucian yang terjadi, adanyapenambahan dari pupuk buatan sertapenambahan kation-kation dari bahantersuspensi yang terbawa oleh air irigasi.Hal ini akan berakibat juga pada tingginyanilai KTK dan KB. Pada tanah yang tidak

    disawahkan tidak terjadi penambahanbahan organic dalam tanah serta lebihtingginya pencucian yang terjadi. Hal iniberakibat pada rendahnya C-Organik, danbasa-basa dapat ditukar dalam tanah yangkemungkinan ikut tercuci.

    Perubahan sifat-sifat pada tanahkering menjadi tanah sawah tidak hanyapada perubahan morfologi dan kimianyasaja, tetapi terjadi perubahan dalamklasifikasi tanahnya. Klasifikasi tanah

    kering dan tanah yang disawahkan mulaiberbeda pada kategori sub ordo tanah.Tanah yang disawahkan mempunyai sub

    ordo aquepts, sedangkan tanah yang tidakdisawahkan mempunyai sub ordo ustepts.Semua pedon yang diamati mempunyaikondisi air tanah yang dangkal, sehingga

    baik tanah yang kering maupun yangdisawahkan termasuk tanah-tanah yangberada pada kondisi akuik. Kondisi akuikpada tanah yang disawahkan muncul padakategori sub ordo, sedangkan pada tanahyang tidak disawahkan kondisi akuikmuncul pada kategori sub grup tanah.Kondisi akuik di daerah penelitian dicirikandengan adanya kroma yang rendah sertaadanya gejala Redoximorphic Features (RMF)sebagai akibat dari proses pembasahan dan

    pengeringan yang berulang-ulang.

    Kesimpulana. Secara morfologi, tanah kering dan

    tanah yang disawahkan memilikiperbedaan susunan horison, warna,serta adanya lapisan tapak bajak.Perubahan susunan horison pada tanahkering yang awalnya A menjadi Apgdan Bw menjadi Bwg pada tanah yangdisawahkan. Selaras halnya dengan

    perubahan horison, warna tanah jugamengalami perubahan, semakin seringtanah disawahkan, warna tanah menjadisemakin terang (keabu-abuan). Tanahyang disawahkan juga memiliki lapisantapak bajak (Adg), terkecuali padapedon LS1 yang disebabkan olehkedalaman air tanah yang terlaludangkal dan letaknya yang dekatdengan sumber air.

    b. Perbedaan sifat fisik tanah kering dan

    tanah yang disawahkan meliputi,struktur, bobot isi tanah dankonsistensi tanah. Perubahan strukturtanah granuler sampai gumpal menjadimassif hanya terjadi pada lapisan olahpada tanah yang disawahkan. Secaraumum, tanah yang disawahkanmemiliki nilai bobot isi tanah yanglebih tinggi dibandingkan dengan nilaibobot isi pada tanah kering.Konsistensi tanah relatif sama antara

    tanah kering dan tanah yangdisawahkan, kecuali pada lapisan tapak

  • 7/25/2019 115-222-1-PB

    11/11

    87

    Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 77-87, 2014

    http://jtsl.ub.ac.id

    bajak yang mempunyai konsistensilebih teguh.

    c. Tanah yang disawahkan mempunyaikandungan kation-kation dapat ditukar,

    C-organik, serta kejenuhan basanyalebih tinggi dibandingkan dengan tanahkering.

    d. Keadaan air tanah yang dangkalmenyebabkan semua pedon yangdiamati berada pada kondisi akuik.Pada tanah yang disawahkan kondisiakuik muncul pada kategori sub ordo,sedangkan pada tanah yang tidakdisawahkan kondisi akuik muncul padakategori sub grup tanah.

    IPB: Bogor.BPS. 2006. StatistikIndonesia. Badan Pusat Statistik:Indonesia.

    Daftar PustakaArabia, T. 2009. Karakteristik Tanah

    Sawah pada Toposekuen BerbahanInduk Volkanik di Daerah Bogor-

    Jakarta. Disertasi. Repository

    Hardjowigeno, S dan M. Luthfi Rayes.2005. Tanah Sawah. Karakteristik,

    Kondisi dan Permasalahan TanahSawah di Indonesia. BayumediaPublishing Anggota IKAPI Jatim:Malang.

    Moorman, F. R. and van Breemen. 1978.Rice: Soil, Water, Land. IRRI. LosBanos: Manila.

    Munir, M. 1987. Pengaruh Penyawahan

    terhadap Morfologi, Pedogenesis,Elektrokimia dan Klasifikasi Tanah.Desertasi. Program PascasarjanaInstitut Pertanian Bogor: Bogor.

    Rayes, M.L. 2000. Karakteristik, Genesisdan Klasifikasi Tanah Sawah Berasldari Bahan Volkan Merapi. Desertasi.Program Pascasarjana InstitutPertanian Bogor: Bogor.

    Soil Survey Staff. 2010. Keys to Soil

    Taxonomy. Eleventh Edition. UnitedStates Department of Agriculture:New York.

    Sutrisno. 1988. Pedogenesis dan Sifat-SifatTanah Disawahkan dan TidakDisawahkan pada Berbagai Lereng diSekitar Cibinong. Skripsi: InstitutPertanian Bogor.

    Winoto, J. 1985. Genesis, Klasifikasi danSifat-sifat Tanah sawah jenis latosol

    pada Beberapa Tingkat Kedalaman AirTanah. Skripsi. Repository IPB:Bogor.