11-rekayasa

Upload: vayuiks

Post on 15-Oct-2015

14 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

1. Judul RPTP:Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Pascapanen Jagung Mendukung PTT di Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan

2. Judul Kegiatan1. Rekayasa Model Mekanisasi untuk Modifikasi Mesin

Pemipil Jagung

2. Rekayasa Model Mekanisasi untuk Modifikasi Alat Pemisah Bobot Biji Jagung Skala Penangkar Benih

3. Nama Unit Kerja:Balai Penelitian Tanaman Serealia (BALITSEREAL)

4. Diusulkan Melalui DIPA:Balai Penelitian Tanaman Serealia/On Top Mekanisasi Pertanian

5. Sifat Usulan Penelitian:Baru

6. Jenis Kegiatan Penelitian:Instalasi Rekayasa dan Laboratorium Uji, Lapangan (sawah tadah hujan dan lahan kering)

7. Nama Penanggung jawab:Ir. Imam Uddin Firmansyah

8. Lokasi:Kalsel, Sulsel, Bogor (Jabar), Tangerang

9. Jangka waktu penelitian:1 (satu) tahun

10. Tahun dimulai kegiatan:2007

11. Total biaya:Rp 174.140.000,-

Penanggung Jawab Program Perbaikan Sistem Perbenihan, Budidaya dan Pascapanen Serealia Unggul yang Stabil dan Berkelanjutan

Dr. Sania Saenong

NIP. 080 021 188Penanggung Jawab RPTP

Ir. Imam Uddin Firmansyah

NIP. 080 071 806

Mengetahui,

Kepala Puslitbang Tanaman Pangan

Prof. Dr. Ir. Suyamto

NIP. 080 037 650Kepala Balai Penelitian

Tanaman Serealia

Dr. Mappaganggang S. Pabbage

NIP. 080 056 926

1. Judul RPTP:Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Pascapanen Jagung Mendukung PTT di Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan

2. Judul Kegiatan:1. Rekayasa Model Mekanisasi untuk Modifikasi Mesin Pemipil Jagung2. Rekayasa Model Mekanisasi untuk Modifikasi Alat Pemisah Bobot Biji Jagung Skala Penangkar Benih

3. Nama unit kerja:Balai Penelitian Tanaman Serealia

4. Alamat :Jl Dr. Ratulangi no. 273, Maros 90514, Sulawesi Selatan

5. Sifat usulan kegiatan:Baru, tahun 2007

6 Nama penanggung jawab : Ir. Imam Uddin Firmansyah

7. Justifikasi :a. Varietas unggul nasional dan swasta mempunyai karakteristik tongkol jagung yang berbeda, yaitu bentuk, demensi tongkol, kekerasan biji maupun struktur tongkol (janggel). Sejumlah mesin pemipil (corn sheller) yang ada di pasaran untuk memipil jagung, kadar kotoran hasil pipilannya tinggi, yaitu 40% 50 % Hal ini akan mempengaruhi proses penanganan pascapanen dan harga jual jagung pipilan kering.Berdasarkan hal tersebut diatas, perlu penyesuaian rancangan mesin pemipil yang ada agar sesuai dengan sejumlah varietas.

b. Jagung unggul nasional bersari bebas mempunyai karakter biji (demensi dan bobot) yang lebih beragam dibandingkan hibrida. Agar dalam proses seleksi benih, bobot biji lebih seragam dan viabilitas lebih dari 80 %, maka diperlukan alat pemisah bobot biji untuk benih Rekayasa alat pemisah benih ini diharapkan dapat membantu penangkar benih dalam melakukan seleksi keragaman biji tersebut.

8. Tujuana. Jangka pendek b. Jangka panjang:

:

:

1.Untuk modifikasi mesin pemipil jagung agar bersih dengan kadar kotoran maksimum 2 % dan persentase butir pecah maksimum 2 % serta kapasitas 3 ton tongkol jagung/jam . 2.Untuk modifikasi alat pemisah bjii agar bobot biji untuk benih seragam dan viabilitasnya >80 % 1.Untuk memperbaiki mutu biji jagung produk petani/ pedagang agar memenuhi SNI mendukung PTT di Provinsi Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan 2.Untuk memperbaiki mutu benih jagung produk penangkar benih berbasis komunitas

9 Luaran yang diharapkan:1. Prototipe mesin pemipil khusus jagung dengan kapasitas 3 ton tongkol jagung /jam , kadar kotoran 2 % dan persentase butir pecah 2 % persentase butir pecah 2 % pada sejumlah laju pengumpanan , putaran selinder perontok dan kadar air biji .2. Prototipe alat pemisah bobot biji jagung untuk benih dengan minimal 2 klas bobot biji terpisah dan kapasitas maksimum 120 kg/jam

10. Lokasi kegiatan:Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Bogor, Tangerang

11. Jangka waktu:Satu (1) Tahun (2007)

12. Sumber dana:APBN/(On Top Mekanisasi Pertanian/Puslit/Balit)

1. Title:Designing of Agricultural Engineering Model for Improving Post-harvest proccessed to Support Integrated Resources and Crop Management (ICM)- Maize Component in South Sulawesi and South Kalimantan

2. Implementation Unit:Indonesian Cereal Research Institute

3. Location:South Sulawesi, South Kalimantan, Bogor, Banten

4. Objectives a. Short term

b. End of the project

:

:

1.To modify performance of corn sheller in order to reduce the matters maxsimum 2 % and percentage of broken grain 2 % with the capacity 3 tones ear/hour2. To modify the spiral separator of grain for corn

seed in order to produce uniform weight of seed with the quality seed (viability > 80 %) 1 To increase quality of maize grain produced by farmers the required to Indonesian National Standard that of South Sulawesi and South Kalimantan Provinces2. To increase quality of seed produced by seed growers base on community base seed production

5. Description of the project:The modification of corn sheller and spiral separator for seed maize in ICERI, South Sulawesi. The first activity will be identify is the dimension of ear corn and weight of grain of several varieties at farmers field, in South Sulawesi and South Kalimantan Provinces and or others provinces.Base on dimension of ear corn and weight of grain to use the disiger of parameter. The second activities will be developing and tested prototype of corn sheller and spiral separator in Laboratoriumof ICRI. The third activites were seed quality will be tested seed maize in green house ICRI.

6. Expected output of the year:1.1 unit of prototype corn sheler for several varieties with specification : capacity 3 ton ear corn/hour, engine 12 Hp, 3-4 operators, with content of others waste maxsimum 2 %, percentage of broken grain maxsimum 2 %. The prototype that can be introduced to owner workshop and farmer in South Sulawesi and South Kalimantan Province 2.1 unit of prototype spiral separator for maize seed with specification : capacity maxsimum 120 kg seed / hour, two classes weight of seed , 1 2 operators. The prototype that can be introduced to owner workshop and seed grower.

7. Duration:One year ( 2007)

8. Budget proposed:Rp 175.000.000,-

ABSTRAK

Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Pascapanen Jagung Mendukung PTT di sentra produksi jagung terdiri atas 2 kegiatan dengan judul masing masing adalah : 1 Rekayasa Model Mekanisasi untuk Modifikas iMesin Pemipil Jagung ; 2. Rekayasa Model Mekanisasi untuk Modifikasi Alat Pemisah Bobot Biji Jagung Skala Penangkar Benih. Masing masing kegiatan terdapat aktivitas 1. perekayasaan, perancangan, pembuatan dan uji mekanisme, fungsional dan kinerja ; 2. penelitian untuk mengetahui demensi tongkol jagung dan bobot biji untuk benih sejumlah varietas jagung yang telah, sedang berkembang di petani, yang sesuai dengan mesin pemipil yang ada. Peningkatan teknologi produksi jagung melalui Pengelolaan Sumberdaya Tanaman Terpadu (PTT) jagung telah diketahui paketnya di lahan kering, Kalimantan Selatan pada tahun 2003 dan 2004 dan sedang berlangsung di lahan sawah tadah hujan dan irigasi terbatas, Sulawesi Selatan.pada tahun 2005 dan tahun 2006. Peningkatan teknologi budidaya perlu diiringi oleh teknologi pascapanennya agar hasil yang tinggi tidak susut mutu dan kehilangan karena tercecer. Umumnya petani jagung di lahan kering memipil jagung hasil panennya dengan cara menyewa mesin pemipil khusus jagung milik pedagang perantara atau pengusaha jasa pemipilan jagung di Kalimantan Selatan Hasil survei menunjukkan bahwa 4,3 % petani di Kalimantan Selatan. menghasilkan produk biji jagung dengan rata-rata kadar kotoran adalah 3,3 % pada kisaran kadar air biji 25,1 % - 31,5 % dan mutunya tidak sesuai SNI, sehingga masih perlu ditingkatkan sistem pembersihan biji jagung. Sedangkan petani di lokasi PTT jagung di Sulawesi Selatan umumnya belum tersendiri pengusaha jasa pemipilan jagung. Hasil penelitian di lain tempat menunjukkan bahwa mesin perontok khusus jagung kinerjanya lebih baik dibandingkan dengan mesin perontok untuk padi yang digunakan merontok kedelai dan jagung . Oleh karena itu diperlukan mesin pemipil khusus jagung dengan kapasitas 3 ton tongkol jagung/ jam dengan kadar kotoran maksimum 2 % dan persentase biji pecah maksimum 2 % dari hasil jagung pipilanya. Perkembangan penggunaan benih varietas hibrida dan bersari bebas yang bermutu cukup pesat seiring dengan permintaan jagung pipilan. Namun demikian penggunaan benih hibrida oleh petani tidak selalu F1 nya, karena petani tidak mau ambil resiko kekeringan , sehingga petani tanam jagung F2 varietas hibrida yang murah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas bersari bebas produksinya lebih tinggi dibandingkan F2 hibrida dan harganya lebih terjangkau petani. Namun demikian benih bermutu bersari bebas tidak tersedia di lokasi petani, sehingga pemberdayaan penangkar benih dengan teknologi produksi benih sedang dikembangkan. Selain itu penangkar benih diharapkan mampu memproduksi benih juga perlu dukungan sarana peralatan untuk mempertahankan mutu benihnya antara lain spiral seperator untuk benih jagung. Alat ini belum ada dipasaran dan hanya ada terbatas skala laboratorium saja. Oleh karena itu diperlukan alat pemisah biji untuk benih jagung dengan kapasitas maksimum 120 kg benih dan mampu memisahkan biji berat dan sedang dengan masing masing keseragam benih > 90 % dan viabilitasnya > 80 %.

7.1. Latar Belakang

Di Indonesia jagung dibudidayakan pada lingkungan yang beragam. Hasil studi 18 tahun yang lalu (Mink et al., 1987) menunjukkan bahwa sekitar 79% areal pertanaman jagung terdapat dilahan kering, sisanya terdapat di sawah irigasi 11% dan sawah tadah hujan 10%. Dewasa ini data lingkungan budidaya jagung tersebut telah mengalami pergeseran dan diestimasi bahwa areal pertanaman jagung pada lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan meningkat berturut-turut menjadi 10-15% dan 20-30%, terutama pada areal produksi jagung komersial (Kasryno, 2002). Luas tanaman jagung pada beragam lahan dan iklim di Indonesia pada tahun 2001 dan 2005 adalah 3.285.321 ha dan 3.504 .234 ha dengan laju pertumbuhan 4,39 % dan produksi 9.347.192 ton dan 12.013.707 ton dengan laju pertumbuhan produksi 7,02 % serta produktivitas 28,45 ku/ ha dan 34,28 ku/ha dengan laju pertumbuhan 2,51 % (BPS dan Direktorat Jendral Bina Produksi Tanaman Pangan, 2005). Kehadiran varietas introduksi baik bersari bebas ataupun hibrida telah berkontribusi secara nyata terhadap produktivitas ataupun produksi. Namun demikian, distribusi dari varietas-varietas introduksi berjalan lambat, terbukti bahwa pada periode 1986 1987 pangsa varietas introduksi terhadap penyebaran benih, mencapai 26,66 % ( Subandi et. al., 1988 dalam Saenong, 2006), pada tahun 1997 meningkat menjadi 44 % (CIMMYT, 1994 dalam Saenong, 2006) dan pada tahun 2002 , jumlah varietas unggul yang digunakan petani baru mencapai 75 % , yang terdiri atas 48 % bersari bebas dan 27 % hibrida serta sisanya varietas local (Nugraha dan Subandi, 2002 dalam Saenong, 2006). Menurut Kasryno (2002),. relative lambannya peningkatan areal pertanaman jagung di Indonesia, antara lain disebabkan oleh sistem perbenihannya berjalan lambat dibandingkan sistem perbenihan pada komoditas padi. Walaupun dilaporkan bahwa penggunaan varietas jagung introduksi cukup tinggi tetapi sebagian petani masih meregenerasi benih bertahun tahun dari jagung bersari bebas yang digunakan tanpa pemurnian benih, manajemen produksi serta pascapanen yang tepat, sehingga dikhawatirkan terjadi degenerasi mutu genetisnya terutama jika ditanam berdampingan dengan varietas lokal yang tingkat produksinya rendah. Sebagian petani ada yang menanam jagung hibrida sampai generasi ke dua (F2) karena sulit memperoleh benih secara tepat waktu, selain harganya yang masih dianggap mahal, terutama jagung hibrida yang pada tahun 2005 mencapai Rp 32.000/kg (Saenong, 2006). Petani umumnya tanam jagung pada awal musim hujan dan panen pada saat curah hujan masih tinggi, sehingga produk biji petani berpeluang terinfeksi jamur antara lain Aspergillus flavus dan mengeluarkan racun aflatoksin. Jamur tersebut optimum pertumbuhannya pada suhu 26 C 32 C pada kadar air biji diatas 17,55 % dan kelembaban nisbi 83 % - 85 % ( Truckess et.al., 1987 ; Darmaputra et.al.,1998) Dalam rangka untuk mempercepat proses pengeringan, petani melakukan pengeringan di lahannya selama 14 hari setelah umur panen di lahan kering, Provinsi Gorontalo dan Propinsi Kalimantan Selatan. Pemipilan jagung segera dilakukan pada saat kadar air biji masih diatas 17 % dan analisa sample biji yang dilakukan pada tahun 2005 menunjukkan 17,29 % petani produk biji jagung pipilannya pecah lebih 3 % (Butir pecah maksimum 3 % menurut SNI 2006 ) di Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo (Firmansyah et. al., 2005). Begitu pula 6 % petani produk biji jagung pipilannya pecah lebih 3 % dan kadar kotoran lebih dari 2 % ( Butir pecah maksimum 3 % dan kadar kotoran maksimum 2 % menurut SNI,2006) di Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Selain itu hasil wawancara dengan petani di Desa Bumi Asih , Kecamatan Panyipatan, dan petani di Desa Sumber Mulya, Kecamatan Pleihari, Kabupaten Tanah Laut , yang mengembangkan benih varietas Sukmaraga (varietas bersaribebas, khusus lahan masam) bahwa kadar kotoran produk biji jagung Sukmaraga mencapai 40 % - 50 %, sehingga petani harus membersihkan lagi dengan ayakan. Dengan demikian ada tambahan curahan tenaga dan waktu kerja pembersihan biji jagung selain biaya pemipilan sejumlah Rp 30 /kg Rp 40 /kg. Sedangkan varietas Sukmaraga telah tersebar antara lain Kabupaten Tanah Laut di Kalsel, Kuala Kapuas di Kalteng, Natar di Lampung, Kabupaten Pacitan di Jatim.(informasi UKT Balitsereal 2005-2006). Hal ini menunjukkan sejumlah mesin pemipil yang ada di ke dua provinsi tersebut masih diperlukan perbaikan khususnya dengan adanya beberapa varietas hibrida dan bersari bebas baru dengan kemungkinan demensi tongkol jagungnya sangat berbeda dengan varietas yang sudah berkembang. 7.2. Tujuan

7.2.1. Untuk modifikasi mesin pemipil jagung agar bersih dengan kadar kotoran

maksimum 2 % dan persentase butir pecah maksimum 2 % dari hasil pipilannya serta kapasitas 3 ton tongkol jagung / jam 7.2.2. Untuk modifikasi alat pemisah biji jagung agar bobot biji untuk benih

seragam dan viabilitasnya > 80 % .7.3. Luaran 7.3.1 Prototipe mesin pemipil khusus jagung dengan kapasitas 3 ton tongkol

jagung /jam dan persentase butir rusak maksimum 8 %, pecah 2 % serta kotoran 2 % pada tingkatan laju pengumpanan , putaran selinder perontok dan kadar air biji . 7.3.2 Prototipe alat pemisah bobot biji jagung untuk benih dengan minimal 2

kriteria bobot biji terpisah dan kapasitas 60 kg benih/jam 120

kg benih /jam 7.4. Lingkup dan rencana kegiatan 7.4.1. Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Mesin Pemipil Khusus JagungKegiatan perekayasaan prototipe mesin pemipil khusus jagung ini meliputi kegiatan pendahuluan , yaitu identifikasi dimensitongkol jagung sejumlah varietas yang telah dan sedang berkembang dan mewakili demensi tongkol jagumg di lokasi PTT jagung di Kalsel, Sulsel dan lokasi petani lain propinsi. Bahan uji berupa tongkol jagung akan diadakan dari sejumlah lokasi dan apabila tidak ada akan di tanam di Kebun Percobaan, Balitsereal, Sulawesi Selatan. .Hasil pengukuran demensi tongkol jagung sejumlah varietas akan digunakan sebagai parameter rancangan untuk pembuatan prototipe mesin pemipil khusus, jagung dan kemudian dilakukan uji mekanisme dan uji fungsional untuk mengetahui mekanisme komponen sudah bekerja sesuai tujuan dan berfungsi memipil biji dari empulurnya ( janggel ) dan memisahkan kotoran. Apabila pengujian fungsional dinyatakan lulus, uji kinerja dilanjutkan untuk mengetahui mutu biji jagung dari sejumlah varietas yang mewakili kriteria demensi tongkol jagung. Pengujian akan dilakukan di Instalasi Rekayasa dan Pascapanen, Balitsereal, Maros, Sulawesi Selatan. 7.4.2. Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Alat Pemisah Bobot Biji Jagung Skala Penangkar Benih Alat pemisah biji untuk benih berdasarkan bobot yang dimaksudkanadalah spiral seperator. Kegiatan perekayasaan ini meliputi kegiatan penelitian pendahuluan, yaitu identifikasi karakter demensi biji ( tinggi, lebar, bobot) dari sejumlah varietas yang telah dan sedang dikembangkan oleh Balitsereal di Sulsel dan Kalsel serta ke sejumlah lokasi petani di luar kedua propinsi tersebut Apabila pada sejumlah lokasi tersebut tidak ada varietas varietas yang dikehendaki maka akan di tanam jagung di Instalasi Kebun Percobaan lingkup Balitsereal, di Sulsel. Karakter demensi dan bobot biji akan digunakan sebagai parameter rancangan alat pemisah biji berdasarkan bobot.biji. Kemudiaan akan dibuat prototipe alat pemisah bobot biji jagung untuk benih dan dilakukan uji mekanisme, fungsional, kinerja di Instalasi Rekayasa dan Pascapanen di Balitsereal, Maros, Sulawesi Selatan. Pengujian benih di Laboratorium Perbenihan dan di Rumah Kaca, Kelti Fishas, serta Laboratorium Tanah dan Kimia, Balitsereal, Maros, Sulawesi Selatan.8. TINJAUAN PUSTAKA Umumnya petani panen jagung di lahan kering pada saat curah hujan masih tinggi, terutama pada wilayah beriklim tipe A, B, C, yaitu bulan basah lebih 4 bulan atau di daerah pengembangan jagung pada musim kering II dan panen jagung bertepatan awal musim hujan. Hal demikian dialami oleh petani di lahan kering di Kabupaten Pleihari, Kalsel, menghadapi permasalahan panen jagung, yaitu pemipilan pada saat kadar air biji jagung masih tinggi ( 25 % - > 35 %) berpeluang butir pecah bertambah banyak dan kadar kotoran tinggi (> 2 %). Selain itu produk biji jagung petani berpeluang tumbuhnya cendawan antra lain Aspergillus flavus, yang mengeluarkan racun aflatoksin pada saat tertunda akibat antrian pengeringan jagung dengan mesin pengering pada puncak musim panen.. Di lain tempat, petani jagung di lahan kering, Provinsi Gorontalo, menghadapi permasalahan pengeringan pada saat hujan dan mereka mengeringkan jagung di ladangnya dengan waktu berkisar 14 - 30 hari setelah masak fisiologis dan kadar biji jagung pipilan umumnya masih diatas 17 %, sehingga petani mendapat potongan harga jagung pipilannya.

Dalam rangka kegiatan penelitian untuk mengetahui kinerja mesin pipil jagung buatan lokal milik petani pada beberapa kadar air biji di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, maka dilakukan pemipilan jagung varietas Lamuru pada beberapa tingkatan kadar air biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agar biji pecah maksimum dan kadar kotoran maksimum yang diijinkan menurut SNI 1991, masing masing adalah (adalah 2 % dan 2 % http//warintek.progresio.or.id/pertanian/jagung htm, 2006), maka mesin pemipil tersebut harus dioperasikan pada kadar air biji jagung berkisar 15 % - 20 %. Kapasitas yang terukur pada kadar air biji 15 % - 20 % adalah 997,7 kg/jam. Hasil survey pada bulan April tahun 2005 ke sejumlah petani jagung yang panen musim hujan 2004 /2005 di Provinsi Gorontalo dan dianalis produk biji hasil menunjukkan bahwa 14, 29 %, petani di Kabupaten Boalemo dan 14 % petani di Kabupaten Pohuwato yang menghasilkan jagung pipilan dengan butir pecah lebih dari 2 %. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada penjual jasa pemipilan , yang mengoperasikan mesin pipilnya pada kadar air biji jagung lebih 20 % dan hal ini juga menjadi masalah petani untuk mengeringkan jagungnya. Namun demikian sistem pembersih pada mesin pipil milik pengusaha jasa cukup baik, karena hasil survey menunjukkan umumnya produk biji petani kadar kotoronnya < 1 % dan termasuk mutu I SNI di Provinsi Gorontalo(Firmansyah et al, 2005).

Hasil survey di lain tempat produk biji jagung petani varietas BISI 2 dan beberapa varietas lain di Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa, 4,3 % petani menghasilkan produk biji jagung dengan rata-rata kadar kotoran adalah 3,3 % pada kisaran kadar air biji 25,1 % - 31,5 % dan mutunya tidak sesuai SNI, sehingga masih perlu ditingkatkan sistem pembersihan biji. Selain itu hasil wawancara dengan petani di Desa Bumi Asih , Kecamatan Panyipatan, dan petani di Desa Sumber Mulya, Kecamatan Pleihari, Kabupaten Tanah Laut , yang mengembangkan benih varietas Sukmaraga (varietas bersaribebas, khusus lahan masam) bahwa kadar kotoran produk biji jagung Sukmaraga mencapai 40 % - 50 %, sehingga petani harus membersihkan lagi dengan ayakan. Dengan demikian ada tambahan curahan tenaga dan waktu kerja pembersihan biji jagung selain biaya pemipilan sejumlah Rp 30 /kg Rp 40 /kg. Sedangkan varietas Sukmaraga telah tersebar antara lain Kabupaten Tanah Laut di Kalsel, Kuala Kapuas di Kalteng, Natar di Lampung, Kabupaten Pacitan di Jatim.(informasi UKT Balitsereal 2005-2006).

Dengan demikian sejumlah mesin pemipil yang ada, kinerjanya kurang baik untuk memipil varietas Sukmaraga dan sejumlah varietas yang telah berkembang di Kabupaten Tanah Laut, Kalsel. Varietas Sukmaraga jagung ditanam di Sulsel mempunyai demensi tongkol antara lain diameter dan panjang , yaitu adalah berkisar 3,5 cm 5,08 cm dan panjang tongkol 19,5 cm 30,1 cm dan ini lebih besar dibandingkan BISI 2 dan varietas lainnya yang berkembang di Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Selain itu diduga struktur empulur tongkol (janggel) varietas Sukmaraga tidak sekuat varietas yang ada dan cara pengoperasian pemipil yang ada terutama laju pengumpanan terlampau deras , serta kadar air biji belum sesuai dengan yang aman untuk dipipil dan putaran selinder perontok terlampau cepat. Menurut Tastra (1997) menunjukkan bahwa mesin pipil jagung SENAPIL mempunyai kapasitas kerja efektif dengan enjin penggerak 7 HP apabila dipergunakan untuk memipil tongkol jagung dengan diameter > 5 cm adalah 1,1 ton/jam.Untuk diameter tongkol < 5,0 cm dan > 2,5 cm, masing masing adalah 1,3 ton/jam dan 0,8 ton/jam/2 orang dan butir rusak 3 6 %. Hasil pengujian tersebut tidak ada informasi kotoran yang tercampur dan biji pecah. Sedangkan informasi diperlukan, karena biji pecah dapat menyebabkan kadar aflatoksin meningkat dan hasil penelitian Echandi (1986) menyatakan bahwa jagung dipecahkan sampai 100 %, kandungan aflatoksin mencapai 42 ppb pada jagung hibrida kuning dan 26 ppb pada jagung bersari bebas yang disimpan selama 4 hari pada suhu 30 C. Pada proses pemipilan jagung dengan mesin umumnya dapat diketahui kriteria butir rusak serta kotoran, agar mutu hasil pipilannya dapat memenuhi SNI . Berdasarkan klasifikasi dan standar mutu biji jagung , syarat khusus terdiri atas kadar air maksimum ( mutu I = 14 %, mutu II = 14 % ; mutu III = 15 % mutu IV = 17 % ), butir rusak maksimum ( mutu I = 2 % ; mutu II = 6 % ; mutu III = 6 % ; mutu IV = 8 % ) , butir warna lain maksimum ( mutu I = , butir pecah maksimum (mutu I = 1 % ; mutu II = 2 % ; mutu III = 3 % ; mutu IV = 3 %).dan kotoran maksimum ( mutu I = 1 % ; mutu II = 1 % ; mutu III = 2 % ; mutu IV = 2 % ( www.warintek.progessio.or.id.2006) Oleh karena itu diperlukan perbaikan mesin pipil khusus jagung (corn sheller) yang ada agar dapat memipil untuk semua jenis varietas dan kapasitas pemipilan maksimum 3 ton tongkol jagung/jam dan hasil jagung pipilannya sesuai SNI. Pemakaian benih jagung varietas hibrida oleh petani ada kecenderungan menggunakan F2 pada musim kemarau di sejumlah daerah, karena resiko kekeringan dan di kawatirkan kurang mendapatkan hasil. Selain itu juga penggunaan benih yang kurang bermutu juga sering terjadi pada musim hujan di lahan kering, karena sarana produksi (benih, pupuk, pestisida) dan biaya produksi naik dan harga jagung pipilan petani masih kurang. Kondisi seperti ini, petani didorong dapat menggunakan benih jagung bersari bebas bermutu dan dapat diproduksi oleh kelompok penangkar benih berbasis komunitas untuk memenuhi kebutuhannya atau petani di wilayah lainnya. Harga benih jagung terjangkau oleh petani dan produktivitasnya per satuan luas meningkat dan pendapatan petani dapat ditingkatkan.

Dalam rangka pemberdayaaan penangkar benih telah dilakukan kegiatan penelitian perbenihan untuk memperbaiki teknologi proses panen dan pascapanen, penyimpanan di Sulsel, Gorontalo, NTB dan sedang berjalan di Kalsel dan NTT oleh Balitsereal dan BPTP serta Dinas Pertanian setempat. Namun demikian masih diperlukan sarana pendukung antara lain alat pemisah biji jagung untuk benih , yang saat ini teknologi tersebut masih skala laboratorium dan kurang tersedia di pasaran. Hasil penelitian Ramlah et. al., ( 2005 ) menujukkan bahwa benih varietas Lamuru dengan ukuran diameter > 8 mm dengan bobot berkisar 283,87 g/ 1000 biji 298,83 g / 1000 biji mempunyai keserempakan tumbuh, kecepatan tumbuh, bobot kering kecambah dan panjang akar priimer lebih baik dibandingkan benih dengan diameter < 8 mm terutama setelah disimpan 12 bulan dan 18 bulan. Lebih lanjut menurut Ramlah et. al., (2005) beberapa peneliti menduga bahwa benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan benih ukuran kecil dan bobot rendah. Begitu pula hasil penelitian Rahmawati et. al.,(2005) menyarankan bahwa benih jagung dengan ukuran kecil ( 6 mm, tidak lolos saringan 6 mm ) tidak digunakan, karena bobot kering kecambah hanya berkisar 0,13 0,19 g/kecambah lebih rendah dibandingkan benih ukuran sedang ( 8 mm, tidak lolos saringan diameter 8 mm) dan benih ukuran besar ( 10 mm, tidak lolos saringan 10 mm). Untuk menyeleksi biji untuk benih masih dilakukan secara manual, sehingga dalam memenuhi permintaan benih dalam jumlah besar perlu alat spiral seperator. 9. MATERI DAN METODOLOGI

Kegiatan perekayasaan ini terdiri atas 2 kegiatan , yang masing masing berjudul : 1 Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Mesin Pemipil Khusus Jagung 2 Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Alat Pemisah Bobot Biji Jagung Skala Penangkar Benih 1 Rekayasa dan Perbaikan Mesin Pemipil Khusus Jagung

Tahapan pendahuluan kegiatan perekayasaan perbaikan mesin khusus pemipil jagung, akan dilakukan kegiatan penelitian , yaitu identifikasi demensi tongkol jagung sejumlah varietas yang telah dan sedang berkembang di lokasi

PTT jagung Kalsel dan Sulsel atau lokasi petani lain propinsi . Varietas yang akan diidentifikasi adalah :(1) Lamuru

(2) Sukmaraga

(3) Srikandi Kuning 1

(4) Bisi 2

(5) C7

(6) Pioneer 21

(7) Semar 10

Pengambilan sampel tongkol jagung agar mewakili varietas tersebut diatas diperlukan informasi sumber pembelian benih dan nama varietas kepada petani atau petugas pertanian setempat.

Parameter yang akan diukur adalah rata rata (1) diameter ujung tongkol jagung (cm) dan empulur (cm), (2) diameter tengah tongkol jagung dan empulur (cm) 3) diameter pangkal tongkol dan empulur (cm), dan (4) panjang tongkol (cm). Rancangan acak lengkap dengan 3 ulangan digunakan untuk mengetahui pengaruh varietas terhadap demensi tongkol jagung dan empulur hasil pengukuran. Apabila hasil analisa varian nyata ada pengaruh, maka dilanjutkan dengan perbedaan demensi tongkol dan empulur yang nyata antar varietas. Hasil analisa perbedaan demensi tongkol jagung untuk penentuan parameter rancangan khususnya jarak antara gigi (tooth) pada selinder (drum) dan penutup selinder pemipil ( concave) . Sistem pembersihan kotoran akan digunakan penghisap udara (exhaust) dengan kecepatan angin berkisar 10 m/dt sehingga diperlukan kecepatan poros kipas berkisar 2000 RPM dan diharapkan serpihan empulur tongkol (janggel) dan kulit tipis pangkal biji dapat keluar melalui pengeluaran. Kecepatan efektif enjin penggerak diperkirakan 1800 RPM sehingga perbandingan pulley poros kipas 3 inch dan enjin penggerak 4 inch. Putaran selinder perontok adalah 600 RPM dengan pulley berdiameter 12 inch.Jarak pusat (c ) antara pulley penghisap udara dengan pulley enjin penggerak dan antara pulley selinder pemipil jagung dan enjin penggerak, dihitung dengan

persamaan (1) dan (2) (M. F.SPOTT S, 1981 )

c = [ H + H2 8 (r2 r1)2 ] .................................................. 1. H = l (r2 + r1)........................................................................... 2.

c Gambar 1. Lay out untuk menentukan jarak antar 2 unit pulley dimana : c = jarak pusat antara 2 unit pulley r1 = jari jari pulley 1 r2 = jari jari pulley 2 = sudut kontak dengan sabuk - v (half angle of contact for belt) l = panjang sabuk v

Untuk uji kinerja prototipe mesin khusus jagung akan digunakan bahan uji berupa tongkol jagung dari varietas yang mempunyai perbedaan nyata demensinya. Agar bahan uji berupa tongkol jagung mempunyai kadar air sama, maka akan ditanam sejumlah varietas jagung hasil uji statistik.

Peubah uji kinerja adalah ; Kadar air biji jagung meliputi ( 15 % - 20 % ; 21 % - 2 6% ; dan 27 % - 31 % ) dan kecepatan putaran selinder ( 500 RPM : 600 RPM ; 700 RPM ). Operator prototipe mesin pemipil khusus jagung pada saat uji kinerja sejumlah 3 4 orang dan laju pengumpanan pada saat pengujian berkisar 40 kg tongkol jagung/ menit 55 kg tongkol jagung/ menit.Pengukuran dan pengamatan hasil kinerja prototipe mesin khusus jagung adalah ; 1. persentase biji pecah ( % ); 2. persentase biji belah ; 3 kadar kotoran (%) ; 3 pemakaian bahan bakar ( cc / menit ) ; kapasitas ( kg / menit ). 2. Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Alat Pemisah Bobot Biji Jagung Skala Penangkar Tahapan pendahuluan kegiatan perekayasaan alat pemisah benih berdasarkan bobot biji (spiral separator) ( Gambar 3) adalah akan dilakukan dengan kegiatan penelitian pendahuluan dengan pengukuran diameter biji sejumlah varietas dengan ayakan diameter lubang ayakan terdiri atas 10 mm; 8 mm; dan 6 mm. Kegiatan ini akan mengetahui diameter biji dan persentasenya sejumlah varietas bersari bebas produk Balitsereal atau varietas bersari bebas yang telah dikembangkan oleh petani dan mempunyai potensi besar dan pasar luas. Setelah itu kemudian akan dilakukan penimbangan bobot biji masing-masing diameter sejumlah varietas. Sudut antara tempat meluncurnya biji dengan rata rata permukaan tanah (rata- rata air ) adalah 20 derajat, 30 derajat dan 40 derajat .Lebar spiral tempat meluncurnya biji adalah 40 cm. Sudut dan lebar spiral tersebut akan dirancang ulang apabila dalam uji mekanisme dan fungsional, keseragaman biji masing-masing diameter lebih kecil 90% dari cara manual. Pembuatan prototipe alat pemisah bobot biji jagung akan dibuat di Instalasi Rekayasa dan Pascapanen Balitsereal. Kemudian setelah prototipe tersebut jadi dilakukan uji mekanisme, dengan maksud untuk mengetahui komponen prototipe yang sudah bekerja sebagaimana seharusnya antara lain biji jagung yang di masukkan ke dalam tempat pemasukan (Gambar 3) dapat meluncur ke wadah dan terbagi menjadi 3 kelas bobot biji. Setelah itu dilakukan pengujian fungsional prototipe dengan maksud untuk mengetahui pemisahanan benih jagung berdasarkan 3 kelas bobot biji minimal 90 % sama dengan cara manual., yang terbagi menjadi 3 kelas bobot biji.

Uji kinerja prototipe alat pemisah biji jagung untuk benih , yaitu peubah adalah beberapa laju pengumpanan jagung pipilan (feeding rate) : 1 kg/ menit ; 1,5 g /menit ; dan 2,0 kg/menit pada kadar air biji simpan ( 9 % - 11 %). Masing masing diulang 3 kali. Pengamatan/ pengukuran, yang akan dilakukan terhadaprata rata bobot biji ringan, sedang dan berat. Kemudian akan dibandingkan dengan cara manual dan apabila rata rata biji minimal 90 % sama dengan cara manual maka alat tersebut cukup baik.Uji selanjutnya akan mengetahui pengaruh 2 bobot biji berat dan sedang terhadap viabilitas benih pada periode simpan 0 bulan, 6 bulan dan 12 bulan.

Gambar 4. Diagram alir perbaikan mesin pemipil khusus jagung dan alat pemisah bobot benih jagung , 2006

9.1. Bahan dan peralatan 9.1.1 Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Mesin Pemipil Khusus Jagung Bahan konstruksiBesi profil U , plat besi, besi beton , pipa besi, besi as , plat besi saringan, elektroda, baut dan mur, cat, amplas, pulley, bantalan putar (pillow block), kuas, roda. Bahan uji

Tongkol jagung. Bahan pendukung.

Bahan bakar , olie, enjin penggerak 12 HP , bahan bakar solar, benih, pupuk, pestisida, karung plastik , kantong plastik, gerinda tangan listrik, bor tangan listerik, gunting plat, obeng, tang, kunci pas, kunci ring, tang rivet, gunting besi beton 9.1.2 Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Alat Pemisah Biji Jgung Skala Penangkar Benih Bahan konstruksiBesi plat, besi pipa, besi strip, besi beton, elektroda, baut dan mur, cat , amplas, kuas, paku keling.

Bahan uji Benih jagung Bahan pendukung Kantong plastik 100 kg, kantong plastik 5 kg dan tebal 0,09 mm, media tumbuh, tempat tumbuh benih.9.2. Parameter indikator keberhasilan (kuantitatif) 9.2.1 Satu unit prototipe mesin pemipil khusus jagung dengan kisaran kapasitas 2,4-3,3 ton tongkol jagung/jam, dan 3 persentase butir rusak maksimum, 3 persentase butir pecah serta 3 kadar kotoran pada 3 laju pengumpanan, 3 putaran selinder perontok dan 3 kisaran kadar air biji. pada tahapan uji kinerja di Instalasi Rekayasa dan Pascapanen, Balitsereal. 9.2.2 Tiga unit prototipe alat pemisah biji jagung untuk benih, yang masing masing sudut spiral adalah 20 derajat, 30 derajat dan 40 derajat pada kisaran kapasitas 60 kg benih/jam 120 kg benih/jam dan masing-masing mempunyai 3 ukuran bobot benih ringan, sedang dan berat pada sejumlah varietas. Satu paket informasi pengaruh bobot biji berat dan sedang untuk benih terhadap viabilitas benih sejumlah varietas pada periode penyimpanan 0-12 bulan.

9.3. Personalia

No.RPTP/KegiatanPenanggung jawab, Anggota Peneliti & GelarNIPBidang KeahlianJenjang FungsionalAlokasi Waktu (%)

AJudul Proposal : REKAYASA MODEL MEKANISASI UNTUK PERBAIKAN PASCAPANEN JAGUNG MENDUKUNG PTT DI SULAWESI SELATAN DAN KALIMANTAN SELATANImam Uddin Firmansyah,

Ir080071806Mekanisasi PertanianPeneliti Muda80

A1.1Judul Kegiatan :

Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Mesin Pemipil Khusus JagungImam Uddin Firmansyah,

Ir

Bahrun Abidin,

Ir

Yamin Sinuseng

BE

Fauziah Koes

SP

A. Nadjamuddin

Drs, MS

Oom Komalasari

ST,MPRiyadi,STM

Abd. Kadir Badawi,STM

M. Apriel,AMD

Burhanuddin,STM

Zainuddin,

SMA

M. Nasir,SD

Hatijah,SPMA

PM

S2/S1/SLTA080076711

080071806 080132752

080099402

-

080096658

080106643

080110402080133214-

-

080128238

-

- Mekanisasi PertanianMekanisasi Pertanian-

BudidayaTanaman

Ekonomi Pertanian

Budidaya/Teknologi BenihTehnik Mesin

Tehnik MesinTeknikMesin/informatikaTehnik Mesin

UmumUmumPertanian -

Peneliti Muda

Peneliti Madya--Ajun Peneliti Madya

-

Teknisi Litkayasa-

-

-

-

-

-

-

3020

15

20

15

-

30

10

3020

20

20

20

-

A1.2Judul Kegiatan :

Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Alat Pemisah Bobot Biji Jagung Skala Penangkar Benih Bahrun Abidin,

Ir

Imam Uddin Firmansyah,

Ir

Sania Saenong

Dr

Rahmawati

STP

Suwardi

STP

A. Nadjamuddin

Drs, MS

Oom Komalasari

ST, MPRiyadi,STM

Abd. Kadir Badawi,STM

M. Apriel,AMD

Burhanuddin,STM

Zainuddin,SMA

M. Nasir,SD

Asiah Siam,SMA 080021228

080071806

080124495-

080099402

-080096658

080106643

080110402

080133214

-

-

-Mekanisasi Pertanian

Mekanisasi PertanianTek. Benih/Fisiologi TanamanTek.Hasil Pertanian

Tek.Hasil PertanianEkonomi Pertanian

BudidayaTanaman/Tekn. Benih Tehnik Mesin

Tehnik Mesin

Teknik Mesin/Informatika

Tehnik Mesin

UmumUmumUmum

Peneliti Madya

Peneliti MudaAhli Peneliti Utama--Ajun Peneliti Madya

-

Teknisi Litkayasa-

-

-

-

-

-3020

15

20

20

15

20

30

10

20

20

20

20

20

9.4. Jadwal palang

9.4.1 Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Mesin Pemipil Khusus Jagung

No.Kegiatan123456789101112

1.Persiapan

2.Pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, penyiangan, panen.

3.Identifikasi dimensi tongkol jagung

4.Sket gambar dan perhitungan prototipe mesin pemipil khusus jagung

5.Pembuatan komponen-komponen prototipe mesin pemipil khusus jagung

6.Uji mekanisme fungsional, kinerja protipe mesin pemipil khusus jagung

7.Analisis mutu biji jagung

8.Analisa data dan perhitungan

9.Pelaporan dan seminar

9.4.1 Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Alat Pemisah Bobot Biji Jagung Skala Penangkar BenihNo.Kegiatan123456789101112

1.Persiapan

2.Pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, penyiangan, panen.

3.Identifikasi dimensi biji jagung

4.Sket gambar dan perhitungan prototipe alat pemisah bobot benih jagung

5.Pembuatan komponen-komponen prototipe alat pemisah bobot benih jagung

6.Uji mekanisme, fungsional, kinerja protipe alat pemisah bobot benih jagung

7.Pengujian benih jagung hasil pemisahan dengan alat dan cara manual

8.Analisa data dan perhitungan

9.Pelaporan dan seminar

10. Biaya

Uraian20052006 200720082009Jumlah

1. Gaji upah--28.600.000-- 28.600.000

2. Bahan--65.398.000-- 65.398.000

3. Perjalanan--74.602.000--

4. Peralatan dan mesin------

5. Lain-lain--6.400.000-- 6.400.000

JUMLAH--170.000.000--170.000.000

(1) Gaji UpahKualifikasiJumlah

(orang)Alokasi

Waktu (OB)Honorarium/Bulan (Rp)Jumlah

(Rp)

1. Peneliti utama18150.000,-1.200.000,-

2. Peneliti864100.000,-6.400.000,-

3. Teknisi115575.000,-4.125.000,-

4. Borongan10 40-13.275.000,-

5. Operasional penelitian----

Jumlah28.600.000,-

(2). Bahan

NoUraian BahanVolume/

satuanHarga Satuan (Rp)Jumlah

1Bahan ATK 2 paket2.000.000,-4.000.000,-

2Bahan rekayasa prototipe pemipil jagung1 paket 15.00.000,-25.000.000,-

3Bahan rekayasa alat pemisah bobot benih jagung1 paket21.500.000,-21.500.000,-

4Bahan uji 2 paket 7.449.000,- 14.898.000,-

Jumlah4 paket 65.398.000,-

(3). Perjalanan

Ke Kalsel :

1. Peneliti gol. IV :3 OJ x 5 hari (@ Rp4.022.000),-

= Rp 12.066.000,-2. Peneliti gol. III : 3 OJ x 5 hari (@ Rp3.822.000),-

= Rp 11.466.000,-3. Teknisi gol. III : 3 OJ x 5 hari (@ Rp3.822.000),-

= Rp 11.466.000,-4. Perjalanan lokal : 4 OJ x 3 hari (@ Rp525.000),- = Rp 2.100.000,- Rp. 37.098.000,-Di Sulsel :1. Peneliti gol. IV : 8 OJ x 2 hari (@ Rp488.000),-

= Rp 3.904.000,-

2. Peneliti gol. III : 15 OJ x 2 hari (@ Rp440.000),-

= Rp 6.600.000,-

3. Teknisi gol. III : 5 OJ x 2 hari (@ Rp440.000,-)

= Rp 2.200.000,-4. Teknisi gol II : 5 OJ x 3 hari (@ Rp400.000),-

= Rp 2.000.000,- Rp. 14.704.000.-Ke pusat dan propinsi lainnya/komunikasi hasil :1. Ke pusat gol IV 3 OJ X 5 hari (@ Rp 3.900.000),-

= Rp 11.700.000,-2. Ke pusat gol III 3 OJ X 5 hari (@ Rp 3.700.000),-

= Rp 11.100.000,- = Rp 22.800.000,- Jumlah = Rp 74.602.000,-

(5). Lain-Lain

Nama/Spesifikasi BarangJumlah

(satuan)Harga satuan

(Rp)Jumlah

1. Sewa kendaraan2 paket1.250.000,-2.500.000,-

2. Foto copy dan penjilidan2 paket325.000,-750.000,-

3. Pengiriman bahan uji dan alat2 paket500.000,-1.000.000,-

4. Pengetikan dan penggambaran2 paket1.075.000,-2.150.000,-

Jumlah6.400.000,-

DAFTAR PUSTAKABalitsereal, 2004. Renstra Balitsereal 2005-2009. 31 halaman (tidak dipiblikasikan)BPS dan Ditjen Produksi Tanaman Pangan, 2003. www.deptan.go.idDharmaputra, O.S., Sunyata, dan W. Wakman. 1998. Penanganan Pascapanen, serangan serangga, dan cendawan, serta kontaminasi aflatoksin pada jagung. Prosiding dan Lokakarya Nasional Jagung. Badan Litbang Pertanian P. 594-604Firmansyah I.U, S. Saenong, B. Abidin, Suarni, Y. Sinuseng, J. Tandiabang, W. Wakman, A. Nadjamuddin, A.H. Talanca, F. Koes, Suwardi, O. Komalasari. 2005. Proses Pascapanen untuk Menunjang Perbaikan Kualitas Produk Biji Jagung Berskala Industri dan Ekspor. Badan Litbang Pertanian. Puslitbangtan, Balitsereal. Laporan Tengah Akhir.Kasryno, F. 2002. Perkembangan Produksi dan Komsumsi jagung dunia selama empat dekade yang lalu dan implikasinya bagi Indonesia. Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Agribisnis jagung di Bogor, 24 Juni 2002. Badan Litbang Pertanian

Mink, S, D., P. A. Dorosh, and D. H. Pery. 1987. Corn production systems. In: Timmer (eds). The Corn Economy of Indonesia. P. 62-87.Rahmawati, Y Sinuseng dan S. Saenong. Pengaruh Ukuran Biji pada Berbagai Tingkat Kadar Air Terhadap Viabilitas Benih. Makalah disampaikan pada Seminar Evaluasi Hasil RPTP Balitsereal tanggal 11 14 Juli 2005 di Maros. (belum dipublikasikan)

Ramlah. A, dan S. Saenong. Evaluasi Mutu Fisik dan Fisiologis Benih Jagung (Zea mays L.) CV. Lamuru dari Ukuran Biji dan Umur Simpan yang Berbeda. Makalah disampaikan pada Seminar Evaluasi Hasil RPTP Balitsereal tanggal 11 14 Juli 2005 di Maros. (belum dipublikasikan) Saenong. S, Margaretha S., Bahtiar, Y. Sinuseng, M. Sudjak S., Rahmawati, F. Koes, O. Komalasari, Suwardi. 2006. Pembentukan dan Pemantapan Produksi Benih Berkualitas Mendukung Industri Benih Berbasis Komunal. Rencana Penelitian. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman PanganSpott, M.F. 1981. Design of machine elements. Prentice Hall of India Private Limited. New Delhi 110001 Fifth EditionTastra, I. K., E. Ginting dan Gatot, S.A.F. 1997. Strategi penerapan teknologi pascapanen primer jagung untuk mendukung pengembangan agribisnis jagung di Indonesia. Makalah disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Balitjas, 11-12 September 1997.(www.warintek.progressio.or.id 2006 jagung (zea mays l.). Klasifikasi dan standar mutu.

LEMBAR PENGESAHAN

SUMMARY

Uji fungsional

Perbaikan/modifikasi

Gambar kerja/sket

Evaluasi kriteria alsin

Gambar sket

Mulai

PENDAHULUAN

III. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN

RINGKASAN USULAN PENELITIAN

Evaluasi

Uji kinerja

Laporan

Selesai

ya

tidak

tidak

ya

r1

r2

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

1

2

3

4

7

9

5

6

10

11

8

12

Keterangan :

1.pemasukan (hopper)

2.penutup selinder pemipil (cover)

3. pengeluaran empulur (janggel)

4. pengeluaran biji

5. rumah kipas ( blower)

6. pengeluaran serpihan empulur dan kotoran

7. enjin penggerak (engine)

8. pulley selinder pemipil

9. pulley kipas

10.pulley sumber daya

11. roda transport

12. penarik

Gambar 2: Sket Prototipe Mesin Pemipil Khusus Jagung

1

2

3

Gambar 3. Sket Prototipe Alat Pemisah Benih (Spiral Seperator)

5

4

Keterangan :

1. pemasukan benih jagung

2. biji ringan

3. biji sedang

4. biji berat

5. prototipe alat pemisah benih (spiral separator)

PAGE 29