10nuning.pdf
DESCRIPTION
Tugas Tiga MEngenai Pembangunan BErbasis MasyarakatTRANSCRIPT
-
TUGAS PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT
Biogas dan Biodigester
Oleh :
Nuning Armawati (NIM. 25714004)
Program Studi
Perencanaan Infrastruktur Air Bersih dan Sanitasi
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung
-
PENDAHULUAN
Gambar 1. Data statistik jumlah penduduk di Indonesia th.2010-2014
Sumber : (DataStatistik)
Berdasarkan data statistik yang ada, penduduk Indonesia mengalami pertambahan
populasi yang cukup besar di setiap tahunnya kurang lebig sekitar 1,5% pertahun. Berdasrkan
pesatnya pertambahan penduduk ini, akan mengakibatkan terekspansinya bidang industri
yang secara otomtis kebutuhan akan energi akan meningkat. Hal ini pasti disertai dengan
menurunnya kualitas lingkungan. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak
dan gas, namun berkurangnya cadangan minyak menyebabkan penggunaan bahan bakar fosil
yang berlbihan. Oleh karena itu pemanfaatan energi alternatif yang terbarukan dan ramah
lingkungan menjadi sebuah pilihan. Salah satu jenis energi terbarukan yang ada yaitu biogas.
Energi biogas ini bisa dihasilkan dari limbah yang dihasilkan oleh kegiatan populasi yang ada
di lingungan. Misalnya saja, air buangan rumah tangga, sampah organik dari pasar, serta
kotoran cair dari peternakan baik ayam, sapi dan babi (karena mayoritas masyarakat di
indonesia beternak).
Dengan kondisi seperti ini, pemanfaatan biogas yang tercatat masih sebesar 1% dari
ptensi biogas yang ada. Dari ternak rumainansia besar saja (sapi perah, sapi potong dan
kerbau) denan populasi 13.680.000 ekor di tahun 2004 dan struktur populasi populasi
(anak,muda, dewasa) kotoran segar rata-rata 12kg/ekor/hari dapat menghasilkan kotoran
segar 164.160.000ton per hari setara dengan 8,2 juta liter minyak tanah/ hari (Syamsudin &
Iskandar, 2005; Widodo, Asari, N, & R, 2006). Berdasarkan hal ini maka perlu adanya
pengembangan sebuah alat yang berfungsi sebagai pengolahan limbah ini, yang lebih dikenal
sebagai reaktor biogas (Biodigester).
-
BIOGAS
Gambar 2. Ilustrasi penampungan biogas
Sumber : (Yatrizal, 2010)
Sejarah penemuan proses anaerobik digestion untuk menghasilkan biogas tersebar di
benua Eropa. Penemuan ilmuwan Volta terhadap gas yang dikeluarkan di rawa-rawa terjadi
pada tahun 1770, beberapa dekade kemudian, Avogadro mengidentifikasikan tentang gas
metana. Setelah tahun 1875 dipastikan bahwa biogas merupakan produk dari proses
anaerobik digestion. Tahun 1884 Pasteour melakukan penelitian tentang biogas menggunakan
kotoran hewan. Era penelitian Pasteour menjadi landasan untuk penelitian biogas hingga saat
ini. Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari
bahan-bahan organik termasuk diantaranya: kotoran manusia dan hewan, limbah domestik
(rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam
kondisi anaerobik. Biogas sebagian besar mengandung gas metana (CH4) dan karbon
dioksida (CO2), dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hydrogen sulfida
(H2S) dan ammonia (NH3) serta hydrogen dan (H2), nitrogen yang kandungannya relatif
kecil.
-
Gas methan (CH4) yang merupakan komponen utama biogas merupakan bahan bakar yang
berguna karena mempunyai nilai kalor cukup tinggi, yaitu sekitar 4800-6700
Kkal/m,sedangkan gas metan murni mengadung energi 8900 Kkal/m (Basri, 2009).
Adapun prosentase komposisi dari biogas terdiri dari komponen berikut (Nawan, 2012):
Komponen Prosentase (%)
Metana (CH4) 55-75
Karbon dioksida (CO2) 22-45
Nitrogen (N2) 0-0.3
Hidrogen (H2) 1-
Hidrogen Sulfida (H2S) 0-3
Oksigen (O2) 0.1-0.5
Biogas dapat dipergunakan pada hari ke 4-5 sesudah biodigister terisi penuh, dan mencapai
puncak pada hari ke 20-25.Biogas dapat dipergunakan untuk keperluan penerangan,
memasak, menggerakkan mesin, dan sebagainya,Karena biogas memiliki nilai kalor yang
cukuptinggi.ada tiga kelompok bakteri yang berperan dalam pembentukan biogas, yaitu :
1. Kelompok bakteri fermentatif,steptococci,bacteriodes dan beberapa jwenis
Enterobactericeae.
2. Kelompok bakteri asetogenik : Desulfovibrio.
3. Kelompok bakteri metana : Methanobacterium, Methanobacellus dan Methanococcus.
Bakteri metanogen secara alami dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti :air bersih,
endapan air laut,sapi kambing,lumpur (sludge) kotoran anarob ataupun TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) (Basri, 2009).
-
Gambar 3. Proses Pembuatan Biogas
Sumber : (Yatrizal, 2010)
Biogas sendiri dikenal dalam dua macam yaitu yang seringkali kita sebut sebagai
biogas (gas rawa) dan biosyngas.Hal yang membedakannya adalah cara pembuatan dari gas
tersebut.Biogas diperoleh melalui fermentasi seperti yang dijelaskan sebelumnya sementara
biosyngas merupakan produk antara yang dibuat melalui gasifikasi thermokimia pada suhu
tinggi dari material kaya karbon seperti batubara,minyak bumi dan gas alam yang diubah
menkadi carbon monoksida (C0). Pada prinsipnya, pembuatan Biogas sangat sederhana,
hanya dengan memasukkan substrat seperti kotoran ternak ke dalam digester yang anaerob
yang kemudian akan menghasilkan biogas dan dapat dimanfaatkan seperti untuk kompor gas.
Keuntungan Penggunaan Biogas (Yatrizal, 2010):
Energi tanpa menggunakan material yang masih memiliki manfaat sehingga tidak
merusak keseimbangan karbondioksida yang diakibatkan oleh penggundulan
hutan (deforestation) dan perusakan tanah.
Dapat berfungsi sebagai energi pengganti bahan bakar fosil sehingga akan
menurunkan gas rumah kaca di atmosfer dan emisi lainnya.
Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang keberadaannya di atmosfer
akan meningkatkan temperatur, dengan menggunakan biogas sebagai bahan bakar
maka akan mengurangi gas metana di udara.
-
Mengubah bahan yang berpotensi beracun dan berbahaya (limbah kotoran hewan
dan manusia) menjadi lebih bermanfaat.
Kekurangan Penggunaan Biogas (Nawan, 2012):
Sifat dari CH4 yang tidak berbau, sulit untuk dilakukan deteksi dini adanya
kebocoran
Mudah terbakar
Syarat agar diperoleh biogas yang baik (Nawan, 2012):
1. Rasio C/N pada bahan-bahan pembuat biogas antara 20- 25
2. Kadar air
3. Temperatur (2700C-2800)
4. Kehadiran bakteri pendekomposisi
5. Menmbahkan strarter agar jumlah bakteri mencukupi
6. Kehadiran oksigen selama proses (aerasi) tidak boleh ada (agar terbentuk CH4)
Mekanisme terbentunya biogas :
Mekanisme 1 :
Secara umum, mekanisme reaksi yang terjadi pada proses dekomposisi senyawa oerganik
yang terdapat dalam sampah secara anaerobik terbagi menjadi:
- Eliminasi unsur oksigen dari bahan organik menjadi air
- Eliminasi kelebihan hidrogen menjadi metan
- Eliminasi sisa karbon oleh air menjadi metan dan karbondioksida
CxHyO H2O + CO2 + CH4
Mekanisme 2 :
Bahan organik di dekomposisi menjadi molekul-molekul yang leih sederhana (glukosa, asam
amino CO2 + H2 H2O + CH4
Dedaunan yang banyak mengandung selulosa akan didegradasi oleh bakteri selulotik menjadi
CO2 ,etanol dan panas saat berlangsung proses anaerobik. Sedangkan bahan organik yang
mengandung substansi-substansi polimer kompleks sperti protein, lemak dan karbohidrat
akan diubah menjadi asam-asam organik speti asam butirat, propionat, laktat, asetat dan
alkohol oleh bakteri pembentuk asam, tahapan ini disebut sebagai tahap asidogenik.
Tahap selnjutnya merubah asetat menjadi gas metan dan karbondioksida oleh bakteri
pembentuk metana yang disebut dengan metanogenik, pada tahap ini pH tidak boleh terlalu
asam karena bisa mematikan bakteri (Nawan, 2012).
-
BIODIGESTER
Gambar 4. Proses Penguraian Limbah Organik
Sumber : (Saragih, 2010)
Dalam proses untuk pembentukan biogas seperti yang ada di atas, diperlukan sebuah reaktor
biogas yag sering dikenal sebagi biodigester. Komposisi yang dihasilkan oleh biogas terdiri
dari 50-70% metan, 30-45% karbondiosida dan gasa lainnya dalam jumlah kecil. Dalam
sebuah biodigester, biogas baru bisa digunakan setelah hari ke 4-5 setelah biodigester
tersebut penuh dan mencapai puncak pada hari ke 20-25 (Basri, 2009).
Sebuah biodigester dalam pembuatan serta pemakaiannya perlu memperhatikan beberapa hal,
yaitu :
1. Lingkungan abiotis (tanpa kontak langsung dengan oksigen) karena udara (O2) yang
memasuki biodigester menyebabkan penurunan produksi metana.
2. Temperatur, secara umum terdapat tiga rentang yang disenangi oleh bakteri :
a. Psicrophilic (suhu 4-200C) untuk negara negara subtropics atau
beriklim dingin
b. Mesophilic (suhu 20-400C)
c. Thermophilic (suhu 40-600C) hanya untuk mendigesti material, bukan
menghasilkan biogas
Karena Indonesia termasuk dalam negara tropis maka digunakan Unheated digester
(digester tanpa pemanas) untuk temperatur tanah antara 20-300C (Basri, 2009)
3. Nutrisi, dalam sebuah digester perlu diperhatikan nutrisi untuk bakteri dikarenakan
dosis nutrisi bisa menhambat pertumbuhan bakteri. Berikut merupakan kandungan
mineral yang diijinkan dalam sebuag biodigesterii :
-
Metal Mg/Liter
Sulphate (SO4 -) 5000
Sodium Chloride 40000
Copper 100
Chromium 200
Nickel 200-500
Cyanide Below 25
Alkyl Benzene Sulfonate (ABS) 40 ppm
Ammonia 3000
Sodium 5500
Calcium 4500
Magnesium 1500
4. Lama proses pencernaan (Hydraulic Retention Time-HRT), terhitung mulai
pemasukan bahan sampai proses awal pembentukan biogas. HRT meliputi 70-80%
dari total waktu pembentukan biogas secara keseluruhan (Saragih, 2010).
5. Derajat keasaman, kunci utama dalam kesusksesan operasional biodigester
yaitu dengan menjaga temperatur serta input material, tetapi dilain itu, bakteri dapat
berkembang dengan baik pada keadaan pH antara 6.6-7.0 dan pH tidak boleh dibawah
6.2 (Basri, 2009).Bila proses anaerob sudah berjalan menuju pembentukan biogas, pH
berkisar 7.0-7.8 (Saragih, 2010).
6. Kandungan Nitrogen dan rasio Karbon Nitrogen, sumber utama makanan bagi bakter
adalah karbon dan nitrogen. Karbon dibutuhkan untuk mensuplai energi dan Nitrogen
dibutuhkan untuk mmbentuk struktur bakteri. Nitrogen pada konsentrasi yang tinggi
dapat menghambat proses fermentasi anaerob. Konsentrasi yang baik berkisar 200-
1500 mg/l dan bila melebihi 3000mg/l akan bersifat toxic. Proses fermentasi anaerob
optimum bila rasio C:N bernilai 30:1 yaitu jumlah karbon 30 kali lebih banyak dari
nitrogen. Berikut rasio C:N dari beberapa material organik yang umum dimanfaatkan
sebagai bahan dasar biogas (Saragih, 2010) :
Raw Materials C/N Ratio
Kotoran manusia 8
Kotoran kambing 12
Sheep dung 19
-
Water Hyacinth 25
Straw (maize) 60
Straw (wheat) 90
Duck dung 8
Chicken dung 10
Pig dung 18
Cow dung/Buffalo dung 24
Elephant dung 43
Straw (rice) 70
Saw dust Diatas 200
Dari data diatas, untuk mendapatkan rasio C/N yang ideal bisa digunakan kombinasi
dari material yang memiliki rasio tinggi dengan material yang memiliki rasio rendah.
7. Total Solid Content (TS), ini mengindikasikan laju penghancuran/pembusukan
material padatan limbah organik. TS sangat mempengaruhi lamanya proses
pencernaan/ digester (HRT) bahan organik.
8. Volatile Solid (VS), TS yang berubah menjadi gas dalam fase asidifikasi dan
metanogenesis. Volatile ini dihasilkan dari pemabakaran pada suhu 538oC. Prosentase
VS sering disebut sebagai potensi produksi biogas. Berikut tabe yang menyatakan
potensi produksi biogas untuk beberapa tipe bahan organik :
Tipe Limbah Organik Produksi Biogas per Kg waste (m3) (%VS)
Sapi (Lembu/Kerbau) 0.023-0.040
Babi 0.040-0.059
Ayam 0.065-0.116
Manusia 0.020-0.028
Sampah Sisa Panen 0.037
Air baku (Water Hyacinth) 0.045
9. Pengadukan Bahan Organik untuk memberikan peuang material tetap tercampur
dengan bakteri dan temperatur terjaga merata diseluruh bagian. Sehingga potensi
pengendapan material didasar digester semakin kecil, konsentrasi merata dan
memungkinkan seluruh material mengalami proses fermentasi anaerob secara merata.
-
10. Pengaturan tekanan, proses digester optimal pada tekanan antara 1.15-1.2 bar.
Karena semakin tinggi tekanan yang diberikan produksi biogas semakin rendah.
11. Penjernihan biogas, ada beberapa zat misalnya H2S, karbondioksida dan asam sulfat
merupakan polutan yang mengurangi kadar panas biogas yang terbentuk bahkan dapat
merusak mesin. Cara pemurnian biogas bisa menggunakan Physical Absorption
(pemasangan water trap di pipa biogas), chemical absorption, pemisah membran
permiable, hingga penyemprotan air atau oksigen untuk mengikat senyawa sulfur atau
karbondioksida (Saragih, 2010).
Digester secara umum ketika ditinjau dari bentuknya terbagi atas (Abi, 2014):
(a)
(b)
(c)
Gambar 5. (a) Ballon plant , (b) Fixed-dome plant, (c) floating-drum plant
a. Ballon plant (reaktor balon) merupakan jenis reaktor yang banyak digunakan pada
skala rumah tangga yang menggunakan bahan plastik sehingga lebih efisien dalam
penanganan dan perubahan tempat biogas. reaktor ini terdiri dari satu bagian yang
berfungsi sebagai digester dan penyimpan gas masing masing bercampur dalam
satu ruangan tanpa sekat.
b. Fixed-dome plant (Reaktor kubah tetap) memiliki dua bagian yaitu digester
sebagai tempat pencerna material biogas dan sebagai rumah bagi bakteri, baik
-
bakteri pembentuk asam ataupun bakteri pembentu gas metana. bagian ini dapat
dibuat dengan kedalaman tertentu menggunakan batu, batu bata atau beton.
Strukturnya harus kuat karna menahan gas aga tidak terjadi kebocoran. Bagian
yang kedua adalah kubah tetap (fixed-dome).
c. Floating drum plant Reaktor jenis terapung pertama kali dikembangkan di india
pada tahun1937 sehingga dinamakan dengan reaktor India. Memiliki bagian
digester yangsama dengan reaktor kubah, perbedaannya terletak pada bagian
penampung gas menggunakan peralatan bergerak menggunakan drum. Drum ini
dapat bergerak naik turun yang berfungsi untuk menyimpan gas hasil fermentasi
dalam digester.Pergerakan drum mengapung pada cairan dan tergantung dari
jumlah gas yang dihasilkan.
Jika ditinjau dari segi aliran bahan baku reaktor biogas, biodegester dibedakan
menjadi:
a. Bak (batch), pada tipe ini bahan baku rektor didalam wadah (ruang tertentu) dari
awal hingga selesainya proses digesti, umunya digunakan pada tahap ekspeeimen
untuk mengetahui potensi gas dari limbah organik.
b. Mengalir (continuous), untuk tipe ini, aliran bahan baku masuk dari residu keluar
pada selang waktu tertentu. Lama bahan baku selama dalam reaktor disebut waktu
retensi hidrolik (hydrolic retention time / HRT0
Adapun penijauan dari segi aliran letak penempatan biodegester dibedakan menjadi 3
yaitu:
a. Saluran biodegester dipermukaan tanah biasanya berasal dari tong bekas minyak
tanah / aspal. Kelemahan tipe ini adalah volume yang kecil, sehingga tidak
mencukupi untuk kebutuhan rumah tangga, dan juga kemamapuan material yang
rendah untuk menahan korosi dari biogas yang dihasilkan.
b. Saluran biodegester di bawah permukaan tanah, Biodigester ini terbuat dari
campuran semen, pasir, krikil, dan kapur yang terbentuk seperti sumuran dan
ditutup dari plat baja, volume tangki dapat diperbesar / diperkecil sesuai dengan
kebutuhan. Kelemahannya adalah jika ditempatkan pada daerah yang memiliki
suhu rendah (dingin), dingin yang diterima oleh plat baja merambat ke dalam
bahan islan, sehingga menghambat proses produksi.
-
c. seluruh tangki biogester di bawah permukaan tanah pada model ini, seluruh
instalasi biodigester ditanam tanah dengan konstruksi yang permanen, yang
membuat suhu digester stabil dan mendukung perkembangan bakteri Methanogen.
Di dalam desain biodigester terdapat beberapa komponen yang mesti diperhatikan
untuk ada. Secara umum ada 6 komponen utama, yaitu :
1. Saluran masuk slurry (kotoran segar)memaksimalkan potensi biogas,
memudahkan pengaliran, serta menghindari terbentuknya endapan pada saluran
masuk.
2. Saluran keluar residu megeuarkan kotoran yang sudah difermentasikan oleh
bakteri.
3. Kutup pengaman tekanan (control valve) pengatur tekanan gas dalam
biodigester, kutup pengaman ini menggunakan prinsip pipa T.
4. Sistem pengaduk Pengadukan dilakukan secra mekanis, sirkulasi substak
biodigester, atau sirkulasi ulang produksi biogas ke atas biodigester menggunakan
pompa.
5. Saluran gas
6. Tangki penyimpan gas ada dua, tangki bersatu dengan unit reaktor dan terpisah
dengan reaktor. Untuk tangki terpisah, dibuat khusus sehingga tidak bocor dan
tekanan yang terdapat dalam tangki seragam, serta dilengkapi H2S remova untuk
mencegah korosi.
Penentuan model digester, didasari oleh beberapa pertimbangan yaitu (Basri, 2009):
1. jenis tanah yang akan dipakai
2. Kebutuhan
3. Biaya
Ukuran digester biogas, tergantung dari jumlah, kualitas dan jenis limbah organik
yang tersedia dan temperatur saat proses fermentasi anaerob. Beikut gambar bentuk
penampang silinder digester anaerob (Cylindrical Shapep Bio-Gas digester Body) :
Gambar 6. Penampang digester biogas silinder (Saragih, 2010)
-
Keterangan :
Vc : Volume ruangan penampungan gas
Vgs : Volume ruangan penyimpanan gas
Vf : Volume ruangan fermentasi
VH : Volume ruangan hidrolik
Vs : Volum lapisan penampung lumpur
Kesimpulan
Berdasarkan kebutuhan akan energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan hidup
populasi penduduk yang semakin meningkat tajam, diperlukan sebuah energi
alternatif salah satunya menggunakan biogas. Biogas ini dapat diperoleh dengan
sebuah alat yang dikenal sebagai biodigester. Untuk mendapatkan biogas yang banyak
dan baik (kadar panas yang tinggi biogas sebagai bahan bakar) diperlukan
pengoptimalan dalam pengperasian biodigester. Untuk mendapatkan operasi yang
optimal adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni kehidupan daripada
mikroorganisme yang berperan dalam pembentukan biogas. Dalam hal ini bakteri,
dalam pemenuhan kehidupannya diperlukan pertimbangan rasio dari C/N dari tiap
bahan dasar yang digunakan serta pertimbanagn yang lain yang telah disampaikan
pada bab sebelumya..
-
Daftar Pustaka
(t.thn.). Dipetik September 11, 2014, dari http://www.datastatistik-indonesia.com
Abi, N. (2014, 01). Dipetik September 11, 2014, dari
http://nafiabiyyu.blogspot.com/2014/01/pengolahan-reaktor-dan-proses-kerja.html
Basri, H. (2009). Alternatif Cara Membuat Digester Biogas. Debioka .
Nawan. (2012, Juni 12). Dipetik September 11, 2014, dari
http://787bg.blogspot.com/2012/06/keunggulan-dan-kelemahan-biogas-dan.html
Saragih, B. R. (2010). Tinjauan Pustaka. Dalam Analisis Potensi (hal. 6-15). Jakarta:
Universitas Indonesia.
Syamsudin, T., & Iskandar, H. (2005). Bahan Bakar Alternatif Asal Ternak. Sinar Tani ,
No.3129 Tahun XXXVI.
Widodo, T. W., Asari, A., N, A., & R, E. (2006). Rekayasa dan Pengujian Reaktor Biogas
Skala Kelompok Tani Ternak. Jurnar Enjiniring Pertanian , vol.IV.
Yatrizal. (2010). Biogas. Energi (Sustainable Energy Monthly Magazine) , 1.