1091861013-3-11. bab 2
DESCRIPTION
gambaran umumTRANSCRIPT
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 1/28
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dikemukakan kajian pustaka yang terkait penelitian -
penelitian sejenis dan landasan teori sebagai acuan dalam pemecahan masalah
dalam penelitian.
2.1 Kajian Pustaka
Kajian pustaka yang dimaksud adalah makalah dan laporan mengenai
penelitian sejenis mengenai „Perkembangan Keruangan „Kampung Jawa‟ baik
dilihat dari pendekatan yang digunakan maupun objek yang diambil yang
sekiranya dapat menjadi tambahan referensi penelitian.
2.1.1 Hasil Penelitian oleh Asep Hermawan Tahun 2010
Penelitian mengenai penataan kembali (revitalisasi) kawasan Kota Maja
yang pada beberapa tahun lalu ditetapkan sebagai Kota Kekerabatan Maja telah
diupayakan untuk dikembangkan oleh pemerintah pusat sebagai pusat
permukiman dan perumahan, namun pada kondisi nyata, pembangunan kawasan
Kota Kekerabatan Maja dimana pada saat ini masih dirasakan stagnan atau ”mati
suri” bahkan menuju pada lost city karena makin ditinggalkan oleh penduduknya.
Penelitian dengan judul “Stagnasi perkembangan permukiman (studi kasus
kawasan siap bangun di Kecamatan Maja Kabupatem Lebak Banten)” ini
bertujuan untuk menggali faktor-faktor baik secara internal maupun eksternal
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 2/28
9
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta minat huni masyarakat
pada “Kawasan Siap Bangun Maja” sehingga kurang berperan dalam
perkembangan perumahan di kawasan tersebut. Penelitian yang digunakan dalam
studi ini dilakukan secara bertahap, dan secara garis besarnya terbagi atas analisis
pertumbuhan dan perkembangan kasiba Maja, analisis terhadap minat bermukim
masyarakat, dan analisis perkembangan daerah belakang.
Hasil penelitian tersebut adalah perkembangan permukiman kawasan siap
bangun di Kecamatan Maja Kabupaten Lebak Banten yang berlangsung selama
ini, memperlihatkan semakin perlunya pembangunan permukiman yang lebih
berbasis wilayah bukan sektor. Perlunya pengalihan orientasi dari membangun
rumah ke membangun permukiman, pendekatan pembangunan kawasan
perumahan/ kawasan siap bangun khususnya di kasiba Maja sebaiknya dilakukan
tidak hanya kegiatan fisik rumahnya saja, melainkan yang lebih penting sebagai
hasilnya adalah kegiatan ekonomi berdasarkan pada potensi unggulan di wilayah
tersebut. Keberhasilan pemerintah dalam mengatasi permasalahan tersebut,
diperkirakan akan mampu meningkatkan persentase pengembang yang berminat
dalam pembangunan perumahan.
2.1.2 Hasil Penelitian oleh Nindyo Suwarno Tahun 2000
Penelitian yang berjudul “Tipologi Spasial Permukiman Transmigrasi
Spontan di Desa Tolai Kecamatan Sausu Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi
Tengah” ini mengenai permukiman transmigrasi di Desa Tolai, Kabupaten
Donggala yang memiliki bangunan permukimannya memperlihatkan ada
hubungan antara etnik grup dan kepercayaan permukiman dengan tipe spasial
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 3/28
10
permukimannya. Apabila perkembangan mendatang antara satu dusun dengan
dusun lainnya bertemu, diduga batas dan ciri-ciri spasial tersebut akan menjadi
kabur.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan tentang tipologi
spasial permukiman, dalam kaitannya dengan etnik dan kepercayaan permukiman.
Lebih rinci penelitian ini ditujukan untuk mengklasifikasikan pola-pola spasial
permukiman berdasarkan adat-tradisi dan kepercayaan permukiman dalam
kaitannya dengan ciri-ciri arsitektur yang kemudian terbentuk. Menyusun
persyaratan perencanaan dan perancangan untuk suatu permukiman transmigrasi
spontan yang sesuai dengan adat/ tradisi serta kepercayaan transmigran dari suatu
etnik.
Hasil penelitian tersebut adalah adanya berbagai etnik yang terdapat di Desa
Tolai ini, seperti etnik Bali, Jawa, Bugis dan Mori. Etnik Bali-Hindu sebagai etnik
mayoritas memiliki kekhasan dengan adanya „ pamerajan‟ di setiap dusun yang
terdapat permukiman dari Bali yang beragama Hindu. Namun, bagi etnik Bali
yang beragama Katholik dan Protestan hanya ditandai dengan keberadaan bentar
pada pintu masuk pekarangan. Etnik Bugis ditandai dengan adanya timbasila
disetiap atap rumah tinggal mereka. Konsep orientasi kosmologi etnik Jawa
kurang terlihat. Namun dilihat dari kepercayaan Islam, keberadaan masjid sebagai
„pusat‟ Dusun dapat dianggap sebagai ciri pola spasial permukiman kelompok
tersebut. Sama halnya dengan etnik Jawa, etnik Mori kurang terlihat. Namun, ciri
permukiman mereka tetap dipertahankan, yaitu pola parsial dan berpindah-pindah.
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 4/28
11
Orientasi permukiman mereka dekat dengan ladang sebagai tempat mereka
bekerja.
2.1.3 Hasil Penelitian oleh Handinoto Tahun 1999
Penelitian yang berjudul „Lingkungan Pecinaan dalam Tata Ruang Kota di
Jawa pada Masa Kolonial‟ mengenai lingkungan Pecinan selalu ada di hampir
semua kota-kota di Jawa. Meskipun sekarang lingkungan ini sudah semakin
kabur, tapi di beberapa kota kecil di Jawa bekas kehadirannya masih sangat terasa
sekali. Atmosfir lingkungannya yang khas, diperkuat dengan kehadiran kelenteng
sebagai pusat ibadah dan sosial, serta bentuk-bentuk bangunan yang khas pula
sangat mudah untuk ditengarai. Di beberapa kota di dunia seperti San Fransisco
dan Manila daerah Pecinan ini justru diperkuat kehadirannya. Bahkan daerah
tersebut bisa dijadikan sebagai daerah tujuan wisata kota. Selama Orde baru,
karena alasan sosial dan politik, kehadiran Pecinan di kota-kota Indonesia, mulai
dihapuskan. Tulisan ini mencoba untuk menelusuri sejarah kehadiran daerah
Pecinan pada kota-kota di Jawa pada masa lampau.
Kesimpulan penelitian ini adalah ada usaha untuk mengeliminir kehadiran
Pecinan sesudah kemerdekaan dan terutama selama orde baru berkuasa. Hal ini
lebih disebabkan karena alasan sosial, ekonomi dan politik. Tapi jejak fisik seperti
identitas lingkungan yang khas serta bangunan seperti Klenteng dan Ruko masih
banyak kita jumpai diberbagai kota di Jawa.
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 5/28
12
No Peneliti Wak
tu
Judul
Penelitian
Metod
a
Peneli
tian
Hasil & Relevansi
1 Asep
Hermawan.
2010 Stagnasi
perkembangan permukiman
(studi kasuskawasan siap bangun di
KecamatanMajaKabupatemLebak Banten) .
(Tesis)
Deskri
ptifKualit
atif
Hasil : perkembangan
permukiman kawasan siap bangun dan pembangunan
permukiman berbasis wilayah bukan sektor.Relevansi : perkembangan
permukiman.
2 NindyoSuwarno.
2000 Tipologi spasial permukiman
transmigrasispontan di DesaTolaiKecamatanSausu
KabupatenDonggala
PropinsiSulawesi
Tengah
Kualitatif
Konse psual
Hasil : adanya berbagi etnikyang terdapat di Desa Tolai.
Konsep orientasi kosmologietnik-etnik Bali, bugis dll( pamerajan, timbasila)Relevansi : penelitian etnik permukiman pendatang dan
perkembangannya.
3 Handinoto. 1999 Lingkungan„Pecinan‟ dalamtata ruang kotadi Jawa padamasa kolonial.
Kualitatif
Hasil : „pecinaan‟ dalam tataruang kota dan menelusurisejarah kehadiran daerah“Pecinan”.Relevansi : permukiman sporadis dalam tata ruang kotadan menelusuri sejarahkehadiran wilayah permukimanmuslim, khususnya kota
Tabanan.
4 EmaKurniati.
2010 Perkembanganstruktur ruangkota semarang periode 1960 -2007
Kualitatif
Penelitian ini berhubungandengan ketataruangan, hal ini bermanfaat dalammengidentifikasikan fenomena-fenomena yang membentuk perkembangan struktur ruangkota dari masa pasca KolonialTahun 1960 sampai tahun 2007.
Tabel. 2.1
Kajian Pustaka
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 6/28
13
5 TonnyWongso
2001 PerkembanganPola Ruang
Kota BukitTinggi dariKotojolang KeKotamadya(Tesis)
Kualitatif
Mendiskripsikan stadia perkembangan pola ruang kota
dari masa ke masa danmengidentifikasi faktor-faktoryang mempengaruhi perkembangan kota dari masa-ke masa.
6 Farida
Handayani
2003 Kajian
PerkembanganPola danStruktur RuangKota Gede(Tesis)
Kualit
atif
Mengetahui Pola dan Struktur
Perkembangan Keruangan KotaGede.
Sumber : Studi Literatur 2012
Berdasarkan Tabel 2.1, dapat dibedakan penelitian yang dilakukan peneliti
saat ini yaitu penelitian dengan tujuan mengetahui pola perkembangan keruangan
secara periode dari tahun ketahun dengan mendialogkan rekonstruksi wawancara
dan teori, kedalam sebuah peta rekonstruksi sebagai tahapan-tahapan
perkembangan yang terjadi. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode
kualitatif dengan judul „Perkembangan Keruangan “Kampung Jawa” di Kota
Tabanan.
2.2 Landasan Teori
Pada landasan teori akan dijelaskan mengenai teori-teori yang digunakan
sebagai acuan dalam mendukung dan memecahkan masalah penelitian. Teori-teori
yang digunakan adalah Teori Permukiman, Teori Struktur Ruang Kota, Teori
Proses Pemekaran dan Pertumbuhan Kota , Teori Morfologi, Teori Migrasi.
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 7/28
14
2.2.1 Teori Permukiman
Relevansi teori permukiman dalam penelitian terkait definisi perumahan dan
permukiman, dasar-dasar perencanaan perumahan permukiman serta elemen dasar
perumahan permukiman.
Pemukiman berasal dari kata housing dalam bahasa Inggris yang artinya
adalah perumahan dan kata human settlement yang artinya pemukiman.
Perumahan memberikan kesan tentang rumah atau kumpulan rumah beserta
prasarana dan sarana ligkungannya. Perumahan menitiberatkan pada fisik atau
benda mati, yaitu houses dan land settlement . Sedangkan pemukiman memberikan
kesan tentang pemukim atau kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya di
dalam lingkungan, sehingga pemukiman menitikberatkan pada sesuatu yang
bukan bersifat fisik atau benda mati yaitu manusia (human).3 Dengan demikian
perumahan dan pemukiman merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan
sangat erat hubungannya, pada hakekatnya saling melengkapi.
Pengertian dasar permukiman dalam Undang-Undang No.1 tahun 2011
adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan
perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai
penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.
Menurut Koestoer (1995) batasan permukiman adalah terkait erat dengan konsep
lingkungan hidup dan penataan ruang. Permukiman adalah area tanah yang
digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan merupakan bagian dari lingkungan
hidup di luar kawasaan lindung baik yang berupa kawasan perkotaan maupun
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 8/28
15
perdesaan. Parwata (2004) menyatakan bahwa permukiman adalah suatu tempat
bermukim manusia yang telah disiapkan secara matang dan menunjukkan suatu
tujuan yang jelas, sehingga memberikan kenyamanan kepada penghuninya.
Permukiman (Settlement) merupakan suatu proses seseorang mencapai dan
menetap pada suatu daerah (Van der Zee 1986). Kegunaan dari sebuah
permukiman adalah tidak hanya untuk menyediakan tempat tinggal dan
melindungi tempat bekerja tetapi juga menyediakan fasilitas untuk pelayanan,
komunikasi, pendidikan dan rekreasi.
Elemen dasar perumahan permukiman dari artian perumahan permukiman
dapat disimpulkan bahwa permukiman terdiri dari dua bagian yaitu: manusia (baik
sebagai pribadi maupun dalam hubungan sosial) dan tempat yang mewadahi
manusia yang berupa bangunan (baik rumah maupun elemen penunjang lain).
Menurut Constantinos A. Doxiadis (1968: 21-35) ada lima elemen dasar
permukiman:
1. Nature (alam) yang bisa dimanfaatkan untuk membangun rumah dan
difungsikan semaksimal mungkin,
2. Man (manusia) baik pribadi maupun kelompok,
3.
Society (Masyarakat) bukan hanya kehidupan pribadi yang ada tapi juga
hubungan sosial masyarakat,
4. Shells (rumah) atau bangunan dimana didalamnya tinggal manusia dengan
fungsinya masing-masing,
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 9/28
16
5.
Networks (jaringan atau sarana prasarana) yaitu jaringan yang mendukung
fungsi permukiman baik alami maupun buatan manusia seperti jalan
lingkungan, pengadaan air bersih, listrik, drainase, dan lain-lain.
Dalam membicarakan alam adalah alam pada saat permukiman akan
dibangun, bukan kondisi pada suatu saat dimasa lampau. Karena seiring
berjalannya waktu, alam pun mengalami perubahan. Kondisi alam pada waktu
manusia pada jaman purba dengan kondisi sekarang sangatlah berbeda. Untuk
mencapai tujuan permukiman yang ideal sangatlah dipengaruhi oleh kelima
elemen dasar tersebut. Yaitu kombinasi antara alam, manusia, bangunan,
masyarakat dan sarana prasarana.
2.2.2 Teori Struktur Ruang Kota
Relevansi teori struktur ruang dan kota dalam penelitian terkait proses
terbentuknya sebuah kota berdasarkan struktur pada umumnya dan faktor-faktor
daya tarik dan pendukung. Pada teori ini juga disampaikan pola keruangan kota
menurut para ahli.
Kota pada hakekatnya lahir dan berkembang dari suatu wilayah pedesaan.
Akibat tingginya pertumbuhan penduduk yang diikuti oleh meningkatnya
kebutuhan (pangan, sandang dan perumahan) dan pesatnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka bermunculan pemukiman- pemukiman baru. Selanjutnya, akan
diikuti oleh fasilitas-fasilitas sosial seperti pasar, pertokoan, rumah sakit,
perkantoran, sekolah, tempat hiburan, jalan-jalan raya, terminal, industri dan lain
sebagainya, hingga terbentuklah suatu wilayah kota. Mengingat lengkapnya
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 10/28
17
fasilitas-fasilitas sosial yang dimiliki, maka kota merupakan daya tarik bagi
penduduk yang tinggal di desa untuk berdatangan, bahkan sebagian diantaranya
tinggal di wilayah kota.
Kota dapat dipandang sebagai suatu wilayah di permukaan bumi yang
sebagian besar arealnya terdiri atas benda-benda hasil rekayasa dan budaya
manusia, serta tempat pemusatan penduduk yang tinggi dengan sumber mata
pencaharian di luar sektor pertanian. Pengertian tersebut juga berarti suatu kota
dicirikan oleh adanya prasarana perkotaan, seperti bangunan yang besar-besar
bagi pemerintahan, rumah sakit, sekolah, pasar, taman dan alun-alun yang luas
serta jalan aspal yang lebar-lebar.
Untuk lebih memahami pengertian kota, perhatikan beberapa definisi kota
menurut pandangan para ahli. Menurut Bintarto, kota adalah sebuah bentang
budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alamiah dan non alami dengan gejala
gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dan corak kehidupan yang bersifat
heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya.
Pendapat ahli lainnya seperti yang dikemukakan Dickinson, kota adalah
suatu pemukiman yang bangunan rumahnya rapat dan penduduknya bernafkah
bukan pertanian. Sedangkan Ray Northam, menyebutkan bahwa kota adalah suatu
lokasi dimana kepadatan penduduk lebih tinggi dibandingkan dengan populasi,
sebagian besar penduduk tidak bergantung pada sektor pertanian atau aktivitas
ekonomi primer lainnya, dan pusat kebudayaan administratif dan ekonomi bagi
wilayah di sekitarnya.
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 11/28
18
Selanjutnya, Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 4 tahun 1980
menyebutkan bahwa kota dapat dibagi ke dalam dua pengertian, yaitu pertama,
kota sebagai suatu wadah yang memiliki batasan administratif sebagaimana diatur
dalam perundangundangan. Kedua, kota sebagai suatu lingkungan kehidupan
perkotaan yang mempunyai ciri non agraris, misalnya ibukota kabupaten, ibukota
kecamatan, dan berfungsi sebagai pusat pertumbuhan dan pemukiman.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas kaitannya dengan pusat kegiatan,
maka kota merupakan daerah pusat keramaian karena di dalamnya berbagai pusat
kegiatan manusia (di luar pertanian) terdapat di sini, seperti pusat industri baik
industri besar sampai industri kecil, pusat perdagangan mulai dari pasar
tradisional sampai regional dan pusat pertokoan, pusat sektor jasa dan pelayanan
masyarakat seperti rumah sakit, pusat pendidikan, pusat pemerintahan, pusat
hiburan dan rekreasi, dan lain sebagainya adalah untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat kota itu sendiri dan daerah-daerah di sekitarnya. Karena lengkapnya
fasilitas yang disediakan oleh kota menjadikannya sebagai tempat pemusatan
penduduk. Sehingga dalam kehidupan sehari-harinya kota sangat sibuk dan
merupakan suatu kekomplekan yang khusus.
Berbicara tentang kota sebagai pusat kegiatan, ada yang dinamakan inti kota
atau pusat kota (core of city) merupakan pusat dari kegiatan ekonomi, kegiatan
politik, kegiatan pendidikan, kegiatan pemerintahan, kegiatan kebudayaan dan
kegiatankegiatan lainnya. Karena itu, daerah seperti ini dinamakan Pusat Daerah
Kegiatan (PDK) atau Central Business Districts (CBD). PDK berkembang dari
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 12/28
19
waktu ke waktu sehingga meluas ke arah daerah di luarnya, daerah ini disebut
Selaput Inti Kota (SIK).
Adapun jenis kegiatan ekonomi di kota pada dasarnya terdiri dari:
1. Kegiatan ekonomi dasar (basic activities) yang membuat dan menyalurkan
barang dan jasa untuk keperluan luar kota atau ekspor. Barang dan jasa
tersebut berasal dari industri, perdagangan, rekreasi dan sebagainya.
2.
Kegiatan ekonomi bukan dasar (non basic activities) yang memproduksi
dan mendistribusi barang dan jasa untuk keperluan penduduk kota sendiri.
Kegaitan ekonomi dasar merupakan hal penting bagi suatu kota, yaitu
merupakan dasar agar kota dapat bertahan dan berkembang. Adanya
pengelompokan dan penyebaran jenis-jenis kegiatan di kota sangat bergantung
pada beberapa faktor yang meliputi: ketersediaan ruang di dalam kota, jenis-jenis
kebutuhan dari warga kota, tingkat teknologi yang diserap, perencanaan kota dan
faktor-faktor geografi setempat.
Pusat-pusat kegiatan di kota sering mengalami perubahan daya tarik.
Keadaan ini sebagai akibat dari pasang surutnya penduduk serta perkembangan
kotanya sendiri. Keramaian yang ada di kota tergantung pada beberapa faktor,
antara lain : kemampuan daya tarik dari bangunan dan gedung-gedung tempat
menyalurkan kebutuhan sehari-hari, tingkat kemakmuran warga kota dilihat dari
daya belinya, tingkat pendidikan dan kebudayaan yang cukup baik, sarana dan
prasarana dalam kota yang memadai, pemerintahan dan warga kota yang dinamis.
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 13/28
20
Mengingat fungsi kota sebagai pusat dari segala kegiatan manusia dan
suatu kekomplekan khusus, maka penataan ruangnya selain harus tersedia juga
harus melalui suatu perencanaan yang matang agar pertumbuhan dan
perkembangannya teratur, tidak semrawut, dan tidak menimbulkan permasalahan
di kemudian hari.
Penataan ruang kota yang baik, harus didasarkan pada kondisi fisik setempat,
pemerintah kota sebagai pengatur kebijakan, dan tingkat perekonomian serta
kebutuhan penduduk terhadap fasilitas kota. Fasilitas-fasiltas yang harus ada
dalam tata ruang kota diantaranya perkantoran, pemukiman, pendidikan, pasar,
pertokoan, bioskop, rumah sakit. Untuk jalur-jalur jalan yang menghubungkan
kota dengan tempat-tempat lain diluarnya berupa jalan kabupaten, jalan propinsi
dan jalur-jalur jalan dalam kota yang berfungsi seperti urat nadi dalam tubuh
manusia yaitu mensuplai segala kebutuhan ke setiap sudut kota. Taman-taman
kota, alun-alun, taman olahraga, taman bermain dan rekreasi keluarga. Areal
parkir yang luas dan memadai. Tempat-tempat tersebut selain harus layak, mudah
dijangkau, juga harus memikirkan kemungkinan pengembangannya.
Pertumbuhan dan perkembangan kota sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor alamiah dan faktor sosial wilayah, serta kebijakan pemerintah. Faktor
alamiah yang mempengaruhi perkembangan kota antara lain lokasi, fisiografi,
iklim dan kekayaan alam yang terkandung di daerah tersebut. Termasuk dalam
faktor sosial diantaranya kondisi penduduk dan fasilitas sosial yang ada.
Kebijakan pemerintah adalah menyangkut penentuan lokasi kota dan pola tata
guna lahan di wilayah perkotaan tersebut.
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 14/28
21
Lokasi kota yang strategis cenderung mengalami perkembangan yang
lebih cepat, apalagi didukung oleh kekayaan alam yang memadai, berada di pusat
kawasan hinterland yang potensial, sehingga penggunaan lahannya akan lebih
bervariasi. Kota yang memiliki bentuk morfologi pedataran memungkinkan
perkembangan yang lebih cepat dibandingkan kota yang berada di daerah
perbukitan. Pemerintah sebagai pengambil kebijakan dalam membuat aturan
penggunaan lahan, mana kawasan yang boleh dan tidak boleh dikembangkan.
Semakin tinggi tingkat ekonomi dan kebutuhan warga kota akan fasilitas kota
maka semakin beragam penggunaan tanah di kota.
Kenampakan penggunaan ruang perkotaan adalah keanekaragaman fungsi
tanah sebagai cerminan dari keanekaragaman kebutuhan warga kota terhadap
berbagai jenis fasilitas kehidupan. Penggunaan tanah akan menjadi salah satu
karakter kota, sebagai hasil perpaduan antara kondisi fisik seperti topografi,
morfologi, hidrografi, dan kondisi sosial seperti sejarah, ekonomi warga kota,
budaya, pemerintah dan keterbukaan kota terhadap daerah lainnya. Segmentasi
ruang dalam kota sangat tergantung kepada: lokasi kota, karakteristik fisik,
kebijakan penggunaan lahan, dan kondisi sosial ekonomi penduduk.
Pengunaan tanah di kota, umumnya dapat dilihat dari kenampakan
kenampakan yang ada. Karena kota merupakan pusat dari segala kegiatan
manusia, sehingga penggunaan tanahnya jauh lebih beragam dibandingkan dengan
di desa. Semua kegiatan ekonomi kota memerlukan tanah. Dengan demikian,
sebagian besar dari tanah di kota digunakan untuk kegiatan industri dan jasa,
disamping untuk tempat tinggal.
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 15/28
22
Berhubungan dengan hal tersebut, fungsi kota adalah sebagai pusat
pelayanan (misalnya perdagangan) dan industri. Kegiatan industri yang ada di
perkotaan meliputi industri besar, industri menengah dan industri kecil (home
industries). Tanah yang digunakan untuk industri adalah sebagai tempat bekerja
(pabrik), gudang, rumah karyawan, dan lain-lain.
Struktur ruang kota dapat diukur berdasarkan kerapatan bruto dan
kerapatan netto. Kerapatan bruto bagi industri adalah ukuran yang meliputi
bangunan gudang, tempat parkir, tempat bongkar muat, rel kereta api dan jalan di
dalam kawasan pabrik, ruang terbuka (taman), ruang yang belum terpakai, dan
sebagainya. Kerapatan netto bagi industri adalah ukuran yang hanya meliputi
bangunan pabrik, gudang, tempat parkir dan tempat bongkar muat saja. Kedua
ukuran ini digunakan untuk menganalisis penggunaan tanah yang sedang berlaku;
untuk perencanaan, akan lebih mudah jika hanya digunakan kerapatan bruto yaitu
untuk tanah yang kosong.
Berbagai fasilitas dan beragamnya aktivitas masyarakat kota, telah
membentuk struktur kota yang berbeda dengan struktur di desa. Menurut Johara
(1986), segala yang dibangun di daerah kota, baik oleh alam seperti bukit, gunung
dan sebagainya, maupun oleh manusia seperti gedung-gedung, rumah, pabrik dan
sebagainya, biasanya yang tersembul dari permukaan bumi dianggap sebagai
suatu struktur ruang kota.
Struktur ruang wilayah perkotaan, baik di negara kita maupun di negara-
negara lain ternyata memperlihatkan bentuk-bentuk tertentu. Indonesia khususnya
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 16/28
23
di Pulau Jawa, hampir semua kota di pusatnya selalu ada Alun-alun, mesjid
agung, penjara, pamong praja atau kantor pemerintahan, dan pertokoaan.
Perkembangan kota dapat dipengaruhi oleh berbagai rintangan alam
seperti pegunungan, perbukitan, lembah sungai dan lain-lain, dalam
perkembangannya akan selalu menyesuaikan diri dengan keberadaan fisik
wilayahnya sehingga kota berbentuk tidak teratur dan menimbulkan kesan sebagai
kota yang tidak terencana.
Banyak para ahli telah berusaha mengadakan penelitian mengenai struktur
ruang kota yang ideal, diantaranya adalah teori memusat (konsentris) menurut
Ernest W. Burgess (1929) yang meneliti struktur kota Chicago. Teori konsentris
menyatakan daerah kekotaan dapat dibagi dalam enam zone, yaitu:
1.
Zone pusat daerah kegiatan (PDK/CBD), terdapat pusat pertokoan besar
( Dept. Store), gedung perkantoran yang bertingkat, bank, museum, hotel,
restoran dan sebagainya.
2. Zona peralihan atau zone transisi, merupakan daerah yang terikat dengan
pusat daerah kegiatan. Penduduk zone ini tidak stabil, baik dilihat dari
tempat tinggal maupun sosial ekonominya. Dikategorikan sebagai daerah
berpenduduk miskin. Dalam rencana pengembangan kota daerah ini
diubah menjadi lebih baik untuk komplek industri manufaktur, perhotelan,
tempat parkir, gudang, apartemen, dan jalan-jalan utama yang
menghubungkan inti kota dengan daerah luarnya. Pada daerah ini juga
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 17/28
24
sering ditemui daerah slum atau daerah pemukiman penduduk yang
kumuh.
3. Zone permukiman klas proletar, perumahannya sedikit lebih baik. Didiami
oleh para pekerja yang berpenghasilan kecil atau buruh dan karyawan
kelas bawah, ditandai oleh adanya rumah-rumah kecil yang kurang
menarik dan rumah-rumah susun sederhana yang dihuni oleh keluarga
besar. Burgess menamakan daerah ini sebagai workingmen‟s homes.
4. Zone pemukiman kelas menengah (residential zone), merupakan komplek
perumahan para karyawan kelas menengah yang memiliki keahlian
tertentu. Rumah-rumahnya lebih baik dibandingkan daerah klas ploretar.
5. Zone penglaju (commuters), merupakan daerah yang memasuki daerah
belakang (hinterland) atau merupakan daerah batas desa-kota.
Penduduknya bekerja di kota dan tinggal di pinggiran kota.
Selain teori konsentris, juga terdapat teori sektoral (sector theory) menurut
Homer Hoyt (1930). Menurut teori ini struktur ruang kota cenderung berkembang
berdasarkan sektor-sektor daripada berdasarkan lingkaran-lingkaran konsentrik.
Gambar. 2.1
Pola Keruangan Kota Menurut Burgess
Sumber : Andrews, 1981: 110
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 18/28
25
PDK atau CBD terletak di pusat kota, namun pada bagian lainnya berkembang
menurut sektor-sektor yang bentuknya menyerupai irisan kue bolu. Hal ini dapat
terjadi akibat dari faktor geografi seperti bentuk lahan dan pengembangan jalan
sebagai sarana komunikasi dan transportasi.
Menurut Homer Hoyt, kota tersusun pada lingkaran dalam terletak pusat kota
(CBD) yang terdiri atas: bangunan-bangunan kantor, hotel, bank, bioskop, pasar
dan pusat perbelanjaan. Pada sektor tertentu terdapat kawasan industri ringan dan
perdagangan. Dekat pusat kota dan dekat sektor tersebut, yaitu bagian sebelah
menyebelahnya terdapat sektor murbawisma, yaitu tempat tinggal kaum buruh.
Agak jauh dari pusat kota dan sektor industri serta perdagangan, terletak sektor
madyawisma. Lebih jauh lagi terdapat sektor adiwisma, yaitu kawasan tempat
tinggal golongan atas.
2.2.3 Teori Proses Pemekaran dan Pertumbuhan Kota
Relevansi teori proses pemekaran dan pertumbuhan kota dalam penelitian
terkait bagaimana proses pemekaran dan pertumbuhan permukiman yang terjadi
di kampung Jawa berdasarkan teori.
Gambar. 2.2
Pola Keruangan Kota Menurut Homer Hyot
Sumber : Andrews, 1981: 111
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 19/28
26
Suatu kota atau bagian kota mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.
Perkembangan ini menyangkut aspek politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi
dan fisik. Menurut Herbert (Herbert dalam Yunus, 2000:107) makna morfologi
pemukiman menyoroti eksistensi keruangan kekotaan dan hal ini dapat diamati
dari kenampakan kota secara fisik antara lain tercermin pada sistem jalan-jalan
yang ada, blok-blok bangunan baik dari daerah hunian maupun bukan hunian dan
juga bangunan individual. Proses perembetan kenampakaan fisik kota ke arah luar
disebut „urban sparwl‟ . Adapun macam „urban sparwl‟ sebagai berikut :
a.1 Tipe Perembetan Konsentris (concentric development/ low density continous
development)
Dikemukan pertama kali oleh Harvey Clark (1971) menyebut tipe ini sebagai
'low density ,continous development'. Tipe perembetan paling lambat, berjalan
perlahan-lahan terbatas pada semua bagian-bagian luar kenampakan fisik kota
yang sudah ada sehingga akan membentuk suatu kenampakan morfologi kota
yang kompak. Peran transportasi terhadap perembetaannya tidak begitu besar.
Gambar. 2.3
Perembetan Konsentris
Sumber : Yunus, 2000; 126
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 20/28
27
a.2 Tipe Perembetan Memanjang (ribbon development/ linear development/ axial
development )
Tipe ini menunjukkan ketidakmerataan perembetan arel perkotaan di semua
bagian sisi luar daripada daerah kota utama. Perembetan paling cepat terlihat di
koridor jalan yang ada, khususnya yang bersifat menjari (radial) dari pusat kota.
Kawasan disepanjang koridor merupakan tekanan paling berat dari perkembangan
(Yunus, 2000:127)
Tipe ini perembetannya tidak merata pada semua bagian sisi luar dari pada
daerah kota utama. Perembetan bersifat menjari dari pusat kota disepanjang
koridor jalan.
a.3 Tipe Perembetan yang Meloncat (leap frog development/ checkkeroard
development )
Perembetan yang terjadi pada tipe ini dianggap paling merugikan oleh
kebanyakan pakar lingkungan, sebab tidak efisien dan tidak menarik.
Perkembangan lahannya berpencar secara sporadis dan tumbuh ditengah-tengah
lahan kosong, sehingga cepat menimbulkan dampak negatif terhadap kegiatan
Gambar. 2.4
Perembetan Linear
Sumber : Yunus, 2000; 128
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 21/28
28
pertanian pada wilayah yang luas sehingga alih fungsi lahan pertanian akan lebih
cepat terjadi.
Teori penyebaran dan perembetan pengembangan wilayah lainnya yang
digunakan dalam penelitian adalah teori difusi. Difusi memiliki dua makna yang
berbeda yaitu :
b.1 Difusi Ekspansi ( Expansion Diffusion)
Difusi ekspansi merupakan suatu proses dimana informasi, material dan
sebagainya menjalar melalui suatu populasi (Hagget dalam Bintarto, 1979; 14).
Sebuah kawasan yang mengalami perkembangan dari waktu ke waktu dan
merubah pola keruangan kawasan tersebut secara keseluruhan.
Gambar. 2.5
Perembetan MeloncatSumber : Yunus, 2000; 129
Gambar. 2.6
Difusi Ekspansi
Sumber : Bintarto, 1979; 15
Keterangan :
W1 = Waktu 1
W2 = Waktu 2
W3 = Waktu 3
W3
W1
W2
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 22/28
29
b.2 Difusi Penampungan (Relocation Diffusion)
Difusi penampungan (relocation diffusion) merupakan penyebaran
ruangan dimana material yang didifusikan meninggalkan daerah yang lama dan
berpindah atau ditampung di daerah yang baru (Hagget dalam Bintarto, 1979;
15).
b.3 Difusi Gabungan
Menurut Peter Hagget, difusi gabungan merupakan gabungan antara difusi
ekspansi (expansion diffusion) dengan difusi penampungan (relocation
diffusion).
Gambar. 2.8
Difusi Gabungan
Sumber : Bintarto, 1979; 16
Keterangan :
W1 = Waktu 1
W2 = Waktu 2
W3 = Waktu 3
W1
W2W3
Gambar. 2.7
Difusi Relokasi
Sumber : Bintarto, 1979; 15
W1
W2
W3Keterangan :
W1 = Waktu 1W2 = Waktu 2
W3 = Waktu 3
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 23/28
30
b.4 Difusi Kaskade (Cascade Diffusion)
Difusi kaskade merupakan proses penjalaran atau penyebaran fenomena
melalui beberapa tingkatan. Proses ini adalah proses yang terjadi pada difusi
pembaharuan (diffusion of innovations) dimana proses pembaharuan dan
penyebaran dimulai dari kota besar hingga ke pelosok (Hagget dalam Bintarto,
1979; 17)
Apabila proses penjalaran dimulai dari tingkat bawah, maka difusi ini
disebut dengan difusi hirarki (hierarcic diffusion). Proses perkembangan dan
penjalaran dimulai dari tingkat tengah ke tingkat bawah dengan cepat, sesuai
dengan Gambar 2.9
Gambar. 2.9
Difusi Kaskade
Sumber : Bintarto, 1979; 16
Tingkat Atas
Sumber InovasiTingkat Tengah
Tingkat Bawah
Gambar. 2.10
Difusi Hirarki
Sumber : Bintarto, 1979; 17
Tingkat Atas
Tingkat Tengah
Tingkat Bawah
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 24/28
31
Kemudian dari tingkat tengah penyebaran secar lambat menuju ke arah
tingkat atas, sesuai dengan Gambar 2. 10.
pada akhirnya dari arah tingkat atas menyebar dengan cepat ke tingakt
menengah dan ke tingkat bawah, sesuai dengan Gambar 2.9
2.2.4 Teori Morfologi
Relevansi teori morfologi dalam penelitian terkait pengertian dan definisi
morfologi. Mempelajari morfologi adalah salah satu cara yang dapat digunakan
dalam mencari suatu yang esensial dari suatu desain. Morfologi dapat diartikan
merupakan bagian dari tipologi atau jika tipologi menyangkut bentuk maka
Tingkat Atas
Tingkat Tengah
Tingkat Bawah
Gambar. 2.11
Difusi Hirarki
Sumber : Bintarto, 1979; 17
Gambar. 2.12
Difusi Hirarki
Sumber : Bintarto, 1979; 17
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 25/28
32
lebih sesuai jika disebut sebagai morfologi. Morfo berasal dari Bahasa Inggris
Morph yang berarti bentuk. Jadi, jika membahas morfologi maka kita akan
mengkaji semua bentuk yang ada pada suatu bentuk, baik yang menyangkut
elemen-elemen dari bentuk tersebut.
Unsur utama juga dapat disampaikan untuk penyusunan kembali tipologi.
Hal ini berarti bahkan untuk unsur-unsur yang unik dalam suatu lingkungan
seperti, contohnya monumen, secara tipologi unsur-unsur yang terdapat pada
monumen dapat ditemukan pembandingnya. Maka bukan tingkat skala maupun
pentingnya unsur tersebut dalam struktur urban, itulah hal yang spesifik
tentang tipologi, yang dapat ditemukan di lingkungan lain. Maka ilmu bentuk
tubuh melebihi konteks, menguraikan suatu unsur dari tipologi dan
membandingkannya dengan unsur-unsur di tempat lain.
Proses pembacaan morfologi dalam mempelajari obyek sama dengan
tipologi, tetapi bedanya bagaimana menentukan posisi obyek dalam
keseluruhan bentuk urban. Analisis morfologi meneliti hubungan suatu obyek
dengan keadaan sekitarnya (Andre Loeckx dan Paul Vermeulen, 1986).
2.2.5 Teori Migrasi
Relevansi Teori Migrasi dalam penelitian ini terkait pengaruh perpindahan
penduduk terhadap kepadatan dalam proses pembentukan kota disuatu wilayah
meliputi faktor penarik dan faktor pendorong.
a. Teori migrasi merupakan “The Rule of the Thumb” yang banyak dipakai oleh
para perencana.
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 26/28
33
a.1 Hubungan antara jarak dan intensitas pergerakan ( Distance Based
Movement ), apabila jarak makin jauh berbanding terbalik dengan intensitas
pergerakan.
a.2 Hubungan antara intensitas pergerakan dengan tempat tempat tujuan.
( Direction Based Movement )
Dalam model Grafitas = daya tarik
Makin besar tempat tujuan makin besar intensitas pergerakan
(terjadi korelasi +)
a.3 Jarak atau tujuan dipengaruhi oleh ada tidaknya sarana perjalanan
(Connection Based Movement )
P1 P2
+
+ +
“channel ” (transport,komunikasi)
+ +- - -
Gambar. 2.15
Connection Based Movement
Sumber: Materi Perkuliahan, oleh Syamsul AP.
Rayon Transportasi
Pergerakan barang
f (dij)
Migrasi mengikuti hukum
tersebut ( Kevin R. Cox , Man Location Behaviour )
Gambar. 2.14
Hubungan Jarak dan Intensitas Pergerakan
Sumber: Materi Perkuliahan, oleh Syamsul AP.
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 27/28
34
b. Dampak Migrasi Terhadap Tata Ruang
Ada semacam persepsi terhadap daerah yang dituju yaitu sebagai salah satu
faktor pemahaman dan pemaknaan ruang dari seorang individu dalam mengambil
keputusan untuk imigrasi.
Pemahaman pemaknaan sangat erat kaitannya dengan informasi (contact
personal ). Ada persepsi terhadap suatu tempat antara lain, Designative (karakter
dari suatu tempat). Dalam karakter suatu tempat terdapat value judgment yang erat
kaitannya dengan masalah sosial antara lain : permasalahan etnik yang dituju, Peta
lingkungan daerah tujuan yang tidak dipahami. Persepsi seperti menakutkan
(mistik), Pionir (penalaran ilmiah). Informasi dari keluarga atau teman lebih
dipercaya daripada pemerintah. Kevin Linch menyebutkan adanya ”node”
persepsi sebagai yang tergambar dalam Gambar 2.16 berikut.
Persepsi ini dapat menjadi persepsi sosial seperti : agglomerasi
(keuntungan lokasi komparative) dan Pecularity (persaingan yang terjadi akibat
NODE
Gambar. 2.16
Node
Sumber: Materi Perkuliahan, oleh Syamsul AP.
7/21/2019 1091861013-3-11. bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/1091861013-3-11-bab-2 28/28
35
produksi yang sama). Dalam spasial dapat terjadi dispersi.akibat dari hal di atas
menimbulkan adanya spesialisasi dalam tata ruang yang menumbuhkan cluster .
Terdapat 3 watak aktivitas kota yang timbul dari hal tersebut antara lain :
1.
Akitivitas perdagangan ( Behaviour)
Dalam aktifitas perdagangan terdapat distribusi tidak teratur, distribusi
teratur, dan mengelompok (agglomerasi) dengan cara prasarana digunakan
secara efisien dalam pengelompokan.
a.
Hubungan antara jumlah pedagang – konsumen.
b. Hubungan antara jenis perdagangan – tingkat kota (optimum size
of city).
c. Hubungan antara jumlah pedagang dan kemampuan pelayanan.
2. Aktivitas Perumahan
3. Aktivitas Industri
Gambar. 2.17
Spesialisasi Dalam Tata Ruang Cluster
Sumber: Materi Perkuliahan, oleh Syamsul AP.
Gambar. 2.18
Aktivitas Perumahan
Sumber: Materi Perkuliahan, oleh Syamsul AP.
CBD
industri Perumahan
Land
Rent