10690794_998996576780550_1025993352_n

6
BAB 5 PEMBAHASAN 5.2 Analisa Data 5.2.1 Perhitungan Kadar Karet Kering (KKK) Lateks Segar Pada praktikum acara 1 Perhitungan Kadar Karet Kering (KKK) lateks segar dilakukan 3 kali pengulangan. Pengulangan tersebut dilakukan untuk mendapatkan berat konstan lateks. Pada praktikum ini dilakukan penambahan asam format 1% sebagai koagulan atau penggumpal. Dari data pengamatan diperoleh berat sebelum pengovenan pada ulangan 1 sebesar 31.44, pengulangan 2 sebesar 22.04 dan pengulangan 3 sebesar 28.21 sedangkan berat lateks setelah pengovenan didapat hasil pada ulangan 1 sebesar 27.25, ulangan kedua 28.09 dan ulangan ketiga 28.2. Penambahan 20 ml asam format 1% dan juga dapat mempengaruhi berat lateks setelah pengovenan. Penambahan asam format mengakibatkan penggumpalan lateks menjadi pekat dengan tekstur semi padat sehingga menyusutkan berat lateks atau berat lateks menjadi berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan asam format sabagai zat koagulan atau bahan penggumpal dapat mempengaruhi berat lateks. Berdasarkan hasil perhitungan Faktor Pengeringan (FP) lateks segar didapat hasil FP pada ulangan 1 sebesar 13.33%, ulangan 2 sebesae 14.98% dan ulangan 3 sebesar 14.95% sehingga didapat rata-rata perhitungan FP lateks segar sebesar 14.42%. Faktor pengeringan dipengaruhi oleh berat lateks sebelum pengovenan dan berat lateks setelah pengovenan.

Upload: brihatsama

Post on 15-Jan-2016

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hxhcjhhjschjs

TRANSCRIPT

Page 1: 10690794_998996576780550_1025993352_n

BAB 5 PEMBAHASAN

5.2 Analisa Data

5.2.1 Perhitungan Kadar Karet Kering (KKK) Lateks Segar

Pada praktikum acara 1 Perhitungan Kadar Karet Kering (KKK) lateks segar

dilakukan 3 kali pengulangan. Pengulangan tersebut dilakukan untuk mendapatkan

berat konstan lateks. Pada praktikum ini dilakukan penambahan asam format 1%

sebagai koagulan atau penggumpal. Dari data pengamatan diperoleh berat sebelum

pengovenan pada ulangan 1 sebesar 31.44, pengulangan 2 sebesar 22.04 dan

pengulangan 3 sebesar 28.21 sedangkan berat lateks setelah pengovenan didapat hasil

pada ulangan 1 sebesar 27.25, ulangan kedua 28.09 dan ulangan ketiga 28.2.

Penambahan 20 ml asam format 1% dan juga dapat mempengaruhi berat lateks setelah

pengovenan. Penambahan asam format mengakibatkan penggumpalan lateks menjadi

pekat dengan tekstur semi padat sehingga menyusutkan berat lateks atau berat lateks

menjadi berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan asam format sabagai zat

koagulan atau bahan penggumpal dapat mempengaruhi berat lateks.

Berdasarkan hasil perhitungan Faktor Pengeringan (FP) lateks segar didapat hasil

FP pada ulangan 1 sebesar 13.33%, ulangan 2 sebesae 14.98% dan ulangan 3 sebesar

14.95% sehingga didapat rata-rata perhitungan FP lateks segar sebesar 14.42%. Faktor

pengeringan dipengaruhi oleh berat lateks sebelum pengovenan dan berat lateks setelah

pengovenan.

Berdasarkan hasil perhitungan Kadar Karet Kering (KKK) lateks segar didapat

hasil KKK pada ulangan 1 sebesar 27.25%, ulangan 2 sebesar 28.09%, ulangan 3

sebesar 28.21% sehingga didapat rata-rata perhitungan KKK lateks segar sebesar

27.85%. Kadar Karet Kering (KKK) dipengaruhi oleh berat lateks sebelum pengovenan

dan (FP) yang diperoleh. Hasil nilai KKK praktikum dengan teori tidak menyimpang.

Hasil nilai KKK yang diperoleh dari praktikum sebesar 27.85%. Hal ini sesuai dengan

literatur yang menyatakan bahwa lateks segar memiliki kandungan Kadar Karet Kering

(KKK) sebesar 25%-35%

2. Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet dan Crepe

Pada praktikum acara 2 yaitu pengenceran lateks pada pembuatan karet sheet dan

crepe. Dari data perhitungan acara perhitungan KKK lateks segar digunakan kembali

untuk mengitung AT sheet dan AT crepe. Untuk menghitung AT diperlukan Karet

Encer (KE) pada setiap jenis karet dan jumlah air yang digunakan. Pada karet sheet nilai

KE sebesar 15% dan pada karet crepe nilai KE sebesar 20% dan jumlah air yang

Page 2: 10690794_998996576780550_1025993352_n

digunakan senayak 250 ml. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui nilai KKK yang

didapatkan setiap pengulangan adalah ulangan 1 sebesar 27.25% , ulangan 2 sebesar

28.09 dan ulangan 3 sebesar 28.21%. Dari data yang didapatkan kemudian dilakukan

perhitungan untuk mencari AT atau jumlah lateks.

Berdasarkan hasil perhitungan telah diperoleh AT karet sheet dan AT karet crepe

pada setiap pengulangan. AT sheet pada pengulangan 1 diperoleh jumlah 204.25 ml,

ulangan 2 sebesar 218.15 ml, ulangan 3 sebesar 220.45 ml sehingga rata-rata yang

diperoleh untuk AT sheet sebesar 214.32ml. Pada perhitungan AT crepe diperoleh

jumalah pengulangan 1 sebesar 90.75 ml, ulangan 2 sebesar 101.25 ml dan ulangan 3

sebesar 102.75 ml sehingga rata-rata yang diperoleh untuk AT crepe sebesar 98.25 ml.

Dari kedua data tersebut dapat diketahui AT sheet lebih besar dari pada AT crepe.

Seharusnya AT crepe harus lebih besar dari AT sheet karena Kadar Encer (KE) 20%

dibanding AT sheet 15%. Jumlah air yang digunakan dalam pengenceran lateks

dilakukan berdasarkan nilai KKK yang didapatkan, semakin besar nilai KKK maka air

yang digunakan akan semakin banyak. Tujuan dari pengenceran lateks adalah untuk

menjaga agar kadar karet kering meskipun sudah melalui proses pengolahan. Selain itu

tujuan penambahan air supaya bahan kimia terdistribusi secara sempurna yang

terkandung dalam lateks.

5.2.3 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih Dan Lama Pemisahan Terhadap Sifat – Sifat

Lateks Pekat

Pada praktikum acara 3 tentang pengaruh penambahan bahan pendadih dan lama

pemisahan terhadap sifat-sifat lateks dilakukan 3 kali pengulangan dengan 3 perlakuan

yang diamati selama 3 hari dimulai pada hari ke-5, 6 dan 7 setelah pembuatan karet.

Pengulangan tersebut dilakukan untuk mendapatkan berat konstan lateks. Pada

praktikum ini dilakukan 3 perlakuan pada penambahan jumlah volume asam asetat 1%,

yaitu pada perlakukan A penambahan asam asetat sejumlah 50 ml, perlakuan B 60 ml,

dan 70 ml .

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh pada perlakuan B dengan

penambahan asam astetat 1% 60 ml dan perlakuan C dengan penambahan asam asetat

1% 70 ml diperoleh hasil pengamatan warna lateks selama 5,6 dan 7 hari diperoleh

warna lateks yang semakin hari semakin (+). Warna yang semakin (+) menunjukkan

lateks berwarna semakin kuning. Hal tersebut sesuai dengan literatur yang menjelaskan

bahwa semakin lama waktu penyimpanan maka warna yang dihasilkan semakin kuning.

Page 3: 10690794_998996576780550_1025993352_n

Warna kuning yang dihasilkan karena semakin banyak fraksi kuning yang terpisahkan

akibat dilakukan penambahan asam asetat pada lateks seiring waktu penyimpanan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh pada perlakuan B dengan

penambahan asam astetat 1% 60 ml diperoleh hasil pengamatan aroma lateks selama

5,6 dan 7 hari diperoleh aroma lateks stabil (+++) namun tidak jauh berbeda dari

standar yang ditentukan. Pada pengamatan aroma seharusnya semakin lama semakin

berbau menyengat. Namun dari data yang dihasilkan aroma tetap tidak ada perubahan

dengan bertambahnya waktu penyimpangan.. Aroma lateks yang dihasilkan tidak ada

perubahan, seharusnya semakin lama penyimpanan aroma yang dihasilkan semakin

menyengat. Penyimpangan yang terjadi juga dapat disebabkan mungkin karena kurang

telitinya atau kurang bisa membedakan aroma karet dari hari ke hari saat pengamatan

sehingga menghasilkan data yang menyimpang.

Pada perhitungan pengaruh penambahan bahan pendadih dan lama pemisahan

terhadap mutu lateks pekat didapatkan nilai FP dan KKK.. Untuk nilai FP dari

perlakuan A dan B tidak didapat hasil dikarenakan lateks yang diolah tidak

menggumpal sehingga tidak dapat diketahui berat sebelum pengovenan dan berat

sesudah pengovenan.

Nilai FP yang dihasilkan dari perhitungan hanya pada perlakuan C dengan

penambahan asam asetat 1% 70 ml yaitu pada hari ke 5, 6 dan 7 berturut-turut 10,43%;

8,58%; 55%. Faktor pengeringan dipengaruhi oleh berat lateks sebelum pengovenan

dan berat lateks setelah pengovenan.

Berdasarkan hasil perhitungan Kadar Karet Kering (KKK) lateks pekat didapat

hasil KKK pada ulangan 1 sebesar 53.142%, ulangan 2 sebesar 50.803%, ulangan 3

sebesar 34.032%. Kadar Karet Kering (KKK) dipengaruhi oleh berat lateks sebelum

pengovenan dan FP yang diperoleh. Hasil nilai KKK praktikum dengan teori terdapat

penyimpangan. Penyimpangan terjadi pada hari ke 7, nilai KKK yang dihasilkan tidak

sesuai dengan standar. Lateks pekat memiliki kandungan Kadar Karet Kering (KKK)

sebesar 55%. Pada penyimpanan 7 hari KKK lateks pekat yang dihasilkan dengan

jumlah asetat yang lebih tinggi (70ml) dan adanya pengaruh penambahan amoniak

sebagai zat penstabil sehingga terjadi penurunan KKK. Penurunan dikarenakan masih

terjadi gerak brown yang dapat memperlambat terjadinya pemisahan antara partikel

dengan serum, sehingga kadar karet yang dicapai di bagian atas tidak maksimum. .Nilai

KKK yang dihasilkan setiap pengulangan sama dengan berat setiap pengulangan lateks

Page 4: 10690794_998996576780550_1025993352_n

setelah pengovenan (b gram). Hal tersebut menunjukkan nilai KKK yang dihasilkan

konstan dengan berat lateks setelah pengovenan.