105-234-2-pb

11
1 HUBUNGAN PENGETAHUAN HIV/AIDS DAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN SIKAP TERHADAP PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS (STUDI PADA SISWA PUTRI SMA NEGERI 5 SEMARANG) Astuti Pavilianingtyas *) Ulfa Nurullita **) Sri Rejeki ***) *) Mahasiswa S1 Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang **) Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang ***) Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang ABSTRAK Tren peningkatan kasus HIV/AIDS saat ini adalah pada perempuan, anak, dan remaja. 38% kasus pada perempuan dan 0,92% pada remaja terjadi di Jawa Tengah. Kota Semarang menduduki peringkat 1 sebagai kota dengan jumlah kasus HIV/AIDS tertinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan pengetahuan HIV/AIDS dan pola asuh orang tua dengan sikap remaja putri terhadap pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 5 Semarang. Desain penelitian adalah analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. 87 siswa putri SMA Negeri 5 Semarang menjadi responden dalam penelitian ini dan data dikumpulkan melalui instrumen angket. Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji statistik Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 52,9% responden berpengetahuan HIV/AIDS cukup, 98,9% responden memiliki orang tua dengan pola asuh autoritatif, dan 50,6% responden memiliki sikap mendukung terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS. Analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan HIV/AIDS dengan sikap terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS dengan p-value 0,374 dan tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan sikap terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS dengan p-value 0,494. Simpulan penelitian adalah tidak ada hubungan antara pengetahuan HIV/AIDS remaja putri dan pola asuh orang tua dengan sikap remaja putri terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS. Kata kunci: HIV/AIDS, Pengetahuan, Pola Asuh, Sikap, Remaja Daftar psutaka: 36 (1966-2012) ABSTRACT Now a days, the trend of HIV/AIDS cases increasing among woman, children, and teenagers. 38% of HIV/AIDS cases on woman and 0, 92% on teenagers were found in Central Java. Semarang was has been the 1 st rank in Central Java with the highest cases of HIV/AIDS on 2011. The purpose of this research was to analyzed the correlation of young women’s knowledge on HIV/AIDS and parenting style with young women’s attitude on prevention of HIV/AIDS transmission in SMA Negeri 5 Semarang. The research was correlational-analytic designed with cross sectional approached. 87 female students of SMA Negeri 5 Semarang were have been the respondents of this research and the datas was collected through questionnaires. The reserch datas were analyzed by Chi-square. The result shown that 52,9% of respondents were have medium level on HIV/AIDS knowledge, 98,9% of respondents were have parents with authoritative parenting style, and 50,6% of respondents were support the prevention of HIV/AIDS transmission. Bivariat analysis shown that there was no correlation between HIV/AIDS knowledge and attitude toward prevention of HIV/AIDS transmission by p-value 0,374, and there was no correlation between parenting style and attitude toward prevention of HIV/AIDS transmission by p-value 0,494. The conclusion was no correlation between HIV/AIDS knowledge and parenting style with attitude toward prevention of HIV/AIDS transmission. Kata kunci: HIV/AIDS, Knowledge, Parenting style, Attitude, Teenagers References: 36 (1966-2012

Upload: amalliapradistha

Post on 09-Dec-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

journal

TRANSCRIPT

Page 1: 105-234-2-PB

1

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIV/AIDS DAN POLA ASUH ORANG TUA DENGANSIKAP TERHADAP PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS (STUDI PADA SISWA

PUTRI SMA NEGERI 5 SEMARANG)

Astuti Pavilianingtyas *)Ulfa Nurullita **)Sri Rejeki ***)

*) Mahasiswa S1 Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang**) Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang

***) Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang

ABSTRAKTren peningkatan kasus HIV/AIDS saat ini adalah pada perempuan, anak, dan remaja. 38% kasuspada perempuan dan 0,92% pada remaja terjadi di Jawa Tengah. Kota Semarang menduduki peringkat1 sebagai kota dengan jumlah kasus HIV/AIDS tertinggi. Tujuan penelitian ini adalah untukmenganalisa hubungan pengetahuan HIV/AIDS dan pola asuh orang tua dengan sikap remaja putriterhadap pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 5 Semarang. Desain penelitian adalah analitikkorelasional dengan pendekatan cross sectional. 87 siswa putri SMA Negeri 5 Semarang menjadiresponden dalam penelitian ini dan data dikumpulkan melalui instrumen angket. Hasil penelitiandianalisis menggunakan uji statistik Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 52,9% respondenberpengetahuan HIV/AIDS cukup, 98,9% responden memiliki orang tua dengan pola asuh autoritatif,dan 50,6% responden memiliki sikap mendukung terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS.Analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan HIV/AIDS dengansikap terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS dengan p-value 0,374 dan tidak ada hubungan antarapola asuh orang tua dengan sikap terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS dengan p-value 0,494.Simpulan penelitian adalah tidak ada hubungan antara pengetahuan HIV/AIDS remaja putri dan polaasuh orang tua dengan sikap remaja putri terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS.Kata kunci: HIV/AIDS, Pengetahuan, Pola Asuh, Sikap, RemajaDaftar psutaka: 36 (1966-2012)

ABSTRACTNow a days, the trend of HIV/AIDS cases increasing among woman, children, and teenagers. 38% ofHIV/AIDS cases on woman and 0, 92% on teenagers were found in Central Java. Semarang was hasbeen the 1st rank in Central Java with the highest cases of HIV/AIDS on 2011. The purpose of thisresearch was to analyzed the correlation of young women’s knowledge on HIV/AIDS and parentingstyle with young women’s attitude on prevention of HIV/AIDS transmission in SMA Negeri 5Semarang. The research was correlational-analytic designed with cross sectional approached. 87female students of SMA Negeri 5 Semarang were have been the respondents of this research and thedatas was collected through questionnaires. The reserch datas were analyzed by Chi-square. The resultshown that 52,9% of respondents were have medium level on HIV/AIDS knowledge, 98,9% ofrespondents were have parents with authoritative parenting style, and 50,6% of respondents weresupport the prevention of HIV/AIDS transmission. Bivariat analysis shown that there was nocorrelation between HIV/AIDS knowledge and attitude toward prevention of HIV/AIDS transmissionby p-value 0,374, and there was no correlation between parenting style and attitude toward preventionof HIV/AIDS transmission by p-value 0,494. The conclusion was no correlation between HIV/AIDSknowledge and parenting style with attitude toward prevention of HIV/AIDS transmission.Kata kunci: HIV/AIDS, Knowledge, Parenting style, Attitude, TeenagersReferences: 36 (1966-2012

Page 2: 105-234-2-PB

2

PENDAHULUAN

Acquired Immuno Deficiency Syndromes(AIDS) merupakan penyakit yang disebabkanoleh infeksi Human immunodeficiency virus(HIV) sehingga disebut dengan HIV/AIDS.Prevalensi penyakit ini terus meningkat daritahun ke tahun. Di Indonesia sendiri, secarakumulatif jumlah kasus HIV/AIDS sampaidengan tahun 2010 mencapai 20.564 jiwa dansecara khusus, 5.917 kasus terjadi padaperempuan sampai Maret 2010. KasusHIV/AIDS di Jawa Tengah sampai dengan Juni2011 mencapai 1336 kasus. Pada tahun 2011,Semarang menjadi peringkat pertama sebagaikota di Jawa Tengah dengan jumlah kasusHIV/AIDS paling tinggi.

Sejalan dengan program MDGs (MilleniumDevelopment Goals) yang ke-6 yaitu terkaitdengan pemberantasan HIV/AIDS, makadiperlukan upaya untuk melakukan pencegahanterhadap penularan HIV/AIDS, terutama padakalangan remaja putri. Tren peningkatanpenularan HIV/AIDS dikalangan wanita danremaja putri disebabkan oleh beberapa faktor,antara lain: faktor ekonomi rendah, faktorsosial budaya, dan kekerasan terhadap kaumperempuan, dan faktor anatomi genitalperempuan (IWHC, 2008, ¶3,5,6; InternationalHIV Fund, 2011, ¶3).

Pencegahan penularan HIV/AIDS sudahdilakukan secara besar-besaran, namunpeningkatan jumlah kasus HIV/AIDS masihterus meningkat. Peningkatan sikap mencegahpenularan HIV/AIDS perlu dibarengi adanyapeningkatan pengetahuan HIV/AIDS pararemaja, khususnya remaja putri.

Salah satu populasi remaja putri adalah siswaputri di SMA Negeri 5 Semarang. Studipendahuluan menemukan bahwa 94% dari 100siswa putri SMA Negeri 5 Semarang memilikipengetahuan yang baik terhadap HIV/AIDS.Hal ini mungkin ditunjang adanya aksesinformasi HIV/AIDS yang baik dan mudah.Namun, pengetahuan yang baik ini belummenjamin adanya sikap yang baik pulaterhadap pencegahan HIV/AIDS.

Pola asuh orang tua siswa putri juga memilikiperan terhadap adanya pembentukan sikapterhadap pencegahan penularan HIV/AIDS.

Oleh karena itu, pada penelitian ini diambilsuatu rumusan masalah “adakah hubunganantara pengetahuan HIV/AIDS dan pola asuhorang tua dengan sikap terhadap pencegahanpenularan HIV/AIDS?”.

Tujuan dari penelitian ini secara umum adalahmenganalisis hubungan antara pengetahuanHIV/AIDS dan pola asuh orang tua dengansikap terhadap pencegahan penularanHIV/AIDS. Tujuan khusus dari penelitian iniadalah (1) mendeskripsikan tingkatpengetahuan HIV/AIDS siswa putri SMANegeri 5 Semarang, (2) mendeskripsikan tipepola asuh orang tua siswa putri SMA Negeri 5Semarang, (3) mendeskripsikan sikap siswaputri SMA Negeri 5 Semarang terhadappencegahan penularan HIV/AIDS, (4)menganalisis hubungan antara pengetahuanHIV/AIDS dengan sikap remaja putri SMANegeri 5 Semarang terhadap pencegahanpenularan HIV/AIDS, dan (5) menganalisishubungan antara pola asuh orang tua dengansikap remaja putri SMA Negeri 5 Semarangterhadap pencegahan penularan HIV/AIDS.

METODE PENELITIAN

1. Desain PenelitianPenelitian ini menggunakan rancanganpenelitian analitik korelasional, yaitu penelitianyang bertujuan mengalisis hubungan antaravariabel yang satu dengan variabel lainnya.Pemilihan rancangan penelitian disesuaikandengan tujuan penelitian yaitu mencarihubungan atau korelasi antar varaibel.Pendekatan yang digunakan adalah potonglintang atau cross sectional yaitu metodepenelitian yang semua jenis datanya diambilsecara bersamaan dalam satu waktu yang sama((Hidayat, 2008, hlm. 26). Keuntungan daripendekatan ini adalah efisiensi waktu denganjumlah sampel yang banyak.

2. Populasi dan SampelPopulasi penelitian adalah seluruh siswa putriSMA Negeri 5 Semarang, sebanyak 663 orang.Sampel penelitian dihitung menggunakanrumus Slovin (d=10%) untuk populasi <1000 (Nursalam, 2008, hlm. 92):

Page 3: 105-234-2-PB

3

Keterangan:n : jumlah sampelN : jumlah populasid : tingkat signifikansi

n = = 86,89 = 87

87 siswa putri SMA Negeri 5 Semarangsebagai sampel penelitian, yang terdiri darikelas X, kelas XI, dan kelas XII. Jumlahsampel untuk setiap tingkatan kelas ditentukandengan metode proporsionate simple randomsampling untuk mendapatkan jumlah yangproporsional (Sudjana, 1995, hlm. 173),sebagai berikut:

a. Kelas X (172 siswi)

n = x 87 = 30,44 = 30 siswi

b. Kelas XI (189 siswi)

n = x 87 = 30,7 = 31 siswi

c. Kelas XII (206 siswi)

n = x 87 = 25,85 = 26 siswi

Total sampel yang digunakan dalam penelitianini adalah 87 siswi. Sampel diambil denganbantuan sistem undian (kocok). Sampelpenelitian tidak dikenakan kriteria inklusi daneksklusi, dengan pertimbangan bahwa semuaresponden berada pada satu lingkungan yangsama, yaitu SMA Negeri 5 Semarang, danmemiliki karakteristik yang sama, yaitu remaja.

3. Instrumen PenelitianInstrumen yang digunakan dalam penelitian iniberupa angket, yang terdiri dari empat macamangket. Pertama, angket identitas diri

menyangkut usia, asal, pernah atau tidakmendapatkan informasi HIV/AIDS, sumberinformasi HIV/AIDS yang pernah diakses, danmemiliki atau tidak memiliki pengalamandengan seorang kerabat penderita HIV/AIDS.Angket kedua, yaitu angket pengetahuanHIV/AIDS, yang meliputi pengetahuan,penyebab, tanda dan gejala, cara penularan danpencegahan HIV/AIDS. Angket ini terdiri dari18 butir pertanyaan pilihan ganda, dengan totalnilai 18.

Angket ketiga adalah angket pola asuh orangtua. Angket ini merupakan angket hasilmodifikasi dari Parental AuthorityQuestionairre milik John R. Buri ((Buri, 1991,hlm. 110). Hasil modifikasi adalah angket yangterdiri dari 10 butir pertanyaan dengan tigapilihan jawaban. Masing-masing pilihanjawaban mewakili satu jenis pola asuh orangtua. Angket ini memiliki total nilai 30. Angketyang terakhir adalah angket sikap terhadappencegahan penularan HIV/AIDS. Angket initerdiri dari 17 pernyataan dengan lima pilihanrespon berskala Likert. Total nilai dari angketini adalah 85.

Semua instrumen telah melalui proses ujivaliditas dan reliabilitas. Uji valliditas danreliabilitas dilakukan di SMA Negeri 3Semarang yang karakteristik siswanya miripdengan SMA Negeri 5 Semarang. Kemudianhasil uji validitas dan reliabilitasdisempurnakan dengan uji ekspert. Uji ekspertdilakukan oleh yaitu dr. Muchlis Achsan UdjiSofro, Sp. PD-KPTI (ahli penyakit dalamRSUP dr. Kariadi Semarang) dan SiswantoTius, Sp. Psi., M. Si. (dosen Fakultas PsikologiUNIKA Soegijopranoto Semarang).

4. Etika PenelitianEtika penelitian yang diterapkan dalampenelitian ini adalah penggunaan informedconsent atau lembar persetujuan. Lembar inimerupakan suatu bentuk permohonan dankesepakatan antara responden dan penelitian,yang di dalamnya mencakup judul penelitian,tujuan penelitian, bentuk partisipasi responden,data yang akan diambil, prosedur pelaksanaan,etika penelitian, serta adanya kemungkinankerugian atau manfaat setelah menjadiresponden

N

1 + N (d)2n =

663

1 + 663 (0,1)2

232

663

234

663

197

663

Page 4: 105-234-2-PB

4

Prinsip yang kedua yaitu prinsip tanpa nama(anonimity) yang diaplikasikan dengan tidakmeminta responden mencantumkan namadilembar angket dan menggantinya dengankode soal. Prinsip ketiga adalah kerahasiaan(confidentiality) yang diterapkan dengan tidakmembocorkan identitas responden kepadapihak diluar peneliti dan menggunakan datahasil penelitian hanya untuk kepentinganpenyusunan laporan penelitian saja.

5. Analisis DataAnalisis data dilakukan melalui dua tahap,yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.Analisis univariat dilakukan untukmendapatkan data statistik deskriptif dandistribusi frekuensi variabel secara individual.Khusus untuk variabel sikap terhadappencegahan penularan HIV/AIDS dikenakanuji normalitas terlebih dahulu.

Analisis bivariat dilakukan menggunakan ujistatistik Kai-Kuadrat atau Chi-Square. Ujistatistik ini dipilih karena semua variabel yangterdapat pada penelitian ini berskala kategorik,yaitu skala ordinal untuk kedua variabelbebasnya dan skala nominal pada variabelterikatnya. Ketentuan hasil Kai-Kuadrat adalahbila p-value < α, maka terdapat hubunganantara variabel bebas dan variabel terikat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian1.1 Analisis Univariat1.1.1 Karakteristik Responden

Tabel 1Distribusi frekuensi usia responden di SMA

Negeri 5 Semarang bulan Maret 2012(n=87)

Tabel 1 menunjukkan bahwa respondenpenelitian paling banyak adalah berusia 16

tahun yaitu 36 orang (41,4%). Respondendengan usia paling muda hanya ada satu orang,yaitu 14 tahun (nilai minimum). Usia palingtua diantara para responden adalah 18 tahun 4orang (4,6%).

Tabel 2Informasi HIV/AIDS dan sumber informasi

HIV/AIDS responden di SMA Negeri 5Semarang bulan Maret 2012

(n = 87)

Tabel 2 menunjukkan bahwa seluruhresponden (100%) sudah pernah mendapatkaninformasi tentang HIV/AIDS. Sumberinformasi HIV/AIDS paling banyak didapatkandari media massa (koran/majalah) yaitu 64responden (73,6%). Sumber informasi ke-2yang memberikan informasi HIV/AIDS kepadaresponden adalah guru, yaitu pada 62responden (71,3%). Orang tua mendudukiurutan ke-5 sebagai sumber infromasiHIV/AIDS responden, yaitu pada 40 responden(46%).

Berdasarkan data yang peroleh, semuaresponden (100%) belum memiliki pengalamandengan kerabat yang menderita HIV/AIDS.

Usia (tahun) Frekuensi Persentase (%)

14 1 1,115 15 17,216 36 41,417 31 35,618 4 4,6Total 87 100

FrekuensiPersentas

e (%)

PernahmendapatinformasiHIV/AIDS

87 100

SumberinformasiTeman 38 43,7Pacar 5 5,7Orang tua 40 46Guru 62 71,3Petugaskesehatan

30 34,5

Televisi 59 67,8Radio 15 17,2Media cetak(koran/majalah)

64 73,6

Internet 53 60,9Sumber lainnya 8 9,2

Page 5: 105-234-2-PB

5

1.1.2 Pengetahuan HIV/AIDS

Tabel 3Distribusi frekuensi kategori pengetahuanHIV/AIDS responden di SMA Negeri 5

Semarang bulan Maret 2012(n=87)

Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkatpengetahuan HIV/AIDS yang dominan adalahtingkat cukup, yaitu pada 46 responden(52,9%). Sementara, responden dengan tingkatpengetahuan HIV/AIDS baik hanya berjumlah10 responden atau sekitar (11,5%).

1.1.3 Pola Asuh Orang Tua

Tabel 4Distribusi frekuensi kategori pola asuh orang

tua responden di SMA Negeri 5 Semarangbulan Maret 2012

(n=87)

Tabel 4 memberikan gambaran bahwa kategoripola asuh orang tua yang memiliki frekuensipaling tinggi adalah pola asuh Autoritatifdengan presentase 98,9 %. Pola asuh permisifmemiliki persentase 0% karena tidakseorangpun dari responden memiliki orang tuadengan pola asuh permisif.

1.1.4 Sikap terhadap PencegahanPenularan HIV/AIDS

Tabel 5Distribusi frekuensi kategori sikap respondenterhadap pencegahan penularan HIV/AIDS

di SMA Negeri 5 Semarangbulan Maret 2012

(n=87)

Data pada Tabel 5 didapatkan setelah melaluiuji normalitas dengan cut off point 41,45 (nilaimean). Hasil analisis univariat menunjukkanbahwa 44 responden (50,6%) memiliki sikapyang mendukung terhadap pencegahanpenularan HIV/AIDS.

1.2 Analisis Bivariat1.2.1 Hubungan Pengetahuan HIV/AIDS

dengan Sikap terhadap PencegahanPenularan HIV/AIDS

Tabel 6Hasil uji Kai-Kuadrat untuk uji bivariat

variabel pengetahuan HIV/AIDS dengan sikapresponden terhadap pencegahan HIV/AIDS diSMA Negeri 5 Semarang bulan Maret 2012

(n=87)

Kategori FrekuensiPersentase

(%)Kurang 31 35,6Cukup 46 52,9Baik 10 11,5Total 87 100

Kategori FrekuensiPersentase

(%)Autoritatif 86 98,9Otoriter 1 1,1Permisif 0 0Total 87 100

Kategori FrekuensiPersentase

(%)Mendukung 44 50,6TidakMendukung

43 49,4

Total 87 100

Penge-

tahuan

Sikap terhadap

pencegahan HIV/AIDSF

p-

valueMendu-

kung

Tidak

mendukung

Baik

Cukup

Kurang

3

(30%)

24

(52,2%)

17

(54,8%)

7

(70%)

22

(47,8%)

14

(45,2%)

10

(100%)

46

(100%)

31

(100%)

0,374

Page 6: 105-234-2-PB

6

Hasil uji bivariat menunjukkan bahwa dari 10orang responden berpengetahuan baik, 3 orang(30%) diantaranya memiliki sikap mendukungterhadap pencegahan penularan HIV/AIDS.Sementara, 7 orang sisanya (70%) memilikisikap tidak mendukung pencegahan penularanHIV/AIDS.

Responden dengan pengetahuan HIV/AIDScukup, berjumlah 46 orang. 24 orang (52,2%)memiliki sikap mendukung terhadappencegahan penularan HIV/AIDS, sedangkan22 orang (47,8%) lainnya memiliki sikap tidakmendukung pencegahan penularan HIV/AIDS.Responden yang berpengetahuan HIV/AIDSkurang berjumlah 31 orang. 17 orang (54,8%)memiliki sikap mendukung terhadappencegahan penularan HIV/AIDS. 14 orang(45,2%) lainnya memiliki sikap tidakmendukung pencegahan penularan HIV/AIDS.

Nilai p (p-value) pada Pearson Chi-Squareadalah 0,374 > α (0,05), maka H0 tidak dapatditolak yang berarti tidak ada hubungan antarapengetahuan HIV/AIDS dengan sikap remajaputri terhadap pencegahan penularanHIV/AIDS.

1.2.2 Hubungan Pola Asuh Orang Tuadengan Sikap terhadap PencegahanPenularan HIV/AIDS

Tabel 7Hasil uji Kai-Kuadrat untuk uji bivariat

variabel pola asuh orang tua dengan sikapresponden terhadap pencegahan HIV/AIDS diSMA Negeri 5 Semarang bulan Maret 2012

(n=87)

Uji Kai-Kuadrat menunjukkan hasil, 86responden memiliki orang tua dengan polaasuh autoritatif. 44 orang (51,2%) diantaranya,

memiliki sikap mendukung terhadappencegahan penularan HIV/AIDS. Sisanya, 42orang (48,8%), memiliki sikap tidakmendukung terhadap pencegahan penularanHIV/AIDS. Hanya satu orang saja yangmemiliki orang tua dengan pola asuh otoriterdan memiliki sikap tidak mendukung terhadappencegahan penularan HIV/AIDS. Hasil inijuga menunjukkan bahwa tidak ada seorangpun dari responden yang memiliki orang tuadengan pola asuh permisif.

Tabulasi silang untuk variabel pola asuh orangtua dan sikap adalah tabel 2 x 2 dengan 4 sel.Dua sel pada tabel tersebut bernilai ≤ 1,sehingga penentuan nilai p pada uji statistikKai-kuadrat dengan memperhatikan nilai p (p-value) Fisher’s Exact Test adalah 0,494 untukα (0,05). Nilai ini lebih besar dari nilai αsehingga H0 tidak dapat ditolak yang berartitidak ada hubungan antara pola asuh orang tuadengan sikap remaja putri terhadap pencegahanpenularan HIV/AIDS.

2. Pembahasan2.1 Diskusi Hasil2.1.1 Karakteristik RespondenRemaja merupakan tahapan hidup seseorangyang memiliki rentang usia 14-20 tahun.Rentang usia remaja terbagi menjadi tigatahapan, yaitu remaja awal, pertengahan, danakhir. Karakteristik usia responden dalampenelitian ini memiliki rentang 14-18 tahun,sehingga masuk pada ketiga tahapan tersebut,yaitu remaja awal, remaja pertengahan, danremaja akhir.

Setiap tahapan perkembangan remaja tidaklepas dari berbagai bentuk perubahan.Perubahan tersebut antara lain perubahan fisik,perubahan emosional, perubahan tingkatkematangan sikap, perubahan kemampuanintelektual, dan sebagainya. Perubahan ini jugaakan berpengaruh pada kemampuan sosialremaja, khususnya terhadap kelompoksebayanya. Selain itu, perubahan pada diriremaja juga mengakibatkan remaja rentanterhadap perilaku-perilaku menyimpang yangbeberapa diantaranya dapat menjerumuskanremaja dalam HIV/AIDS.

Usia responden yang bervariasi dalampenelitian ini, memberikan kemungkinanbahwa bisa saja usia mempengaruhi hasil

Pola

Asuh

Orang

Tua

Sikap terhadap

pencegahan HIV/AIDS F p-

valueMendu-

kung

Tidak

mendukung

Autorita-

tif

Otoriter

44

(51,2%)

0

(0%)

42

(48,8%)

1

(100%)

86

(100%)

1

(100%)

0,494

Page 7: 105-234-2-PB

7

penelitian. Argumen ini muncul karena disetiap tahapan rentang usia remaja memilikikarakteristik perkembangan yang berbeda-beda.

Variabel lain yang mungkin memberikanpengaruh pada hasil penelitian adalah sumberinformasi. Responden dalam penelitian inimenerima informasi HIV/AIDS dari berbagaijenis sumber, antara lain guru, petugaskesehatan, media cetak, media elektronik,teman, orang tua, dan lain sebagainya.Keanekaragaman jenis sumber informasi inimemungkinkan terjadinya variasi informasiyang diterima oleh responden.

Sumber informasi HIV/AIDS yang mendudukiperingkat lima besar yang paling banyakdiakses responden adalah: (1) media cetak, (2)guru, (3) televisi, (4) internet, dan (5) orangtua. Orang tua yang seharusnya dapat menjadisumber informasi HIV/AIDS utama bagiresponden, ternyata menduduki peringkat ke-5.Kurangnya peran orang tua sebagai sumberinformasi HIV/AIDS bagi responden dapatdisebabkan beberapa kemungkinan.Kemungkinan pertama adalah kurangnyapengetahuan orang tua tentang HIV/AIDS itusendiri. Kemungkinan lainnya adalah adanyarasa tabu bagi sebagian orang tua tentangperilaku seks atau hal-hal yang berkaitandengan HIV/AIDS bila dibicarakan antaraorang tua dan anak. Kemungkinan-kemungkinan inilah yang mengakibatkanresponden banyak mencari dan mendapatkaninformasi dari sumber lain, yaitu media cetak(koran/majalah), guru, televisi, dan internet.

2.1.2 Pengetahuan HIV/AIDSPengetahuan merupakan salah satu bekalseseorang untuk bertindak. Menurut Sunaryo(2004, hlm. 25) pengetahuan merupakandomain atau ranah yang paling penting dalamproses pembentukan perilaku terbuka, yaitutindakan. Pengetahuan didapatkan olehseseorang melalui proses penginderaanterhadap sesuatu hal. Pengetahuan yangdidapatkan seseorang dapat berupa sebagaisebuah informasi yang berasal dari berbagaisumber.

Menurut Jean Piaget, tingkat perkembangankognitif seseorang pada masa remaja mencapaitingkat operasional formal (Wong, et al., 2008,

hlm. 120). Kemampuan kognitif remaja padatingkat ini adalah sudah mampu berpikirmenggunakan istilah dan kata-kata abstrakserta rasionalisasi. Remaja juga sudah mampuberpikir kritis dan merangkai himpunaninformasi serta temuan-temuan lain, menjadisatu informasi baru. Selain itu, remaja punsudah mampu menganalisis hubungan sebabakibat dari suatu fenomena atau objek.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100%responden sudah pernah mendapatkaninformasi tentang HIV/AIDS. Sesuai dengandata bahwa semua responden sudah pernahmendapat informasi HIV/AIDS, diharapkanbahwa semua responden dapat memilikipengetahuan HIV/AIDS ditingkat baik.Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa52,9% responden memiliki pengetahuan yangcukup tentang HIV/AIDS.

Pengetahuan responden yang berada hanyapada tingkat cukup, mungkin disebabkan olehtidak adanya pengalaman responden terhadapkerabat penderita HIV/AIDS. Teori ImmanuelKant mengemukakan bahwa untuk memilikisuatu pengetahuan, seseorang tidak hanyamembutuhkan informasi, namun jugapengalaman untuk dapat mengaitkanpenggalan-penggalan informasi yang telah danakan didapatkannya (abad 18, dalamSoemowinoto, 2008, hlm. 29). Inilah yangmungkin menyebabkan responden belummemiliki pengetahuan HIV/AIDS pada tingkatbaik.

2.1.3 Pola Asuh Orang TuaPola asuh orang tua merupakan salah satu halyang mempengaruhi terbentuknya perilakuseseorang. Menurut Surbakti (2009, hlm. 29),pola asuh orangtua dan keluarga merupakanfaktor terpenting dalam pembentukan perilakudan karakter remaja, karena keluargamerupakan lingkungan sosial yang pertamabagi remaja untuk belajar bersosialisasi.

Hasil pengukuran pola asuh orang tuamenunjukkan bahwa 98,9% respondenmemiliki orang tua dengan pola asuh autoritatif(demokratis). Sementara sisanya memilikiorang tua dengan pola asuh otoriter dan tidakseorang pun dari responden yang memilikiorang tua dengan pola asuh permisif.

Page 8: 105-234-2-PB

8

Hasil penelitian ini didukung oleh teoriInterdependensi (Widyarini, 2009, hlm. 94).Teori ini mengemukakan bahwa kemandirianseorang remaja didapatkan melaluipeningkatan kebebasan dan tanggung jawabsecara bertahap. Isi dari teori ini merupakansalah satu karakteristik pola asuh autoritatif,sehingga pola asuh autoritatif merupakan polaasuh yang cocok diterapkan dalam keluargayang memiliki anggota remaja.

2.1.3 Sikap terhadap PencegahanPenularan HIV/AIDS

Sikap sering disebut sebagai perilaku tertutupdan terbentuk melalui beberapa komponen danfaktor. Beberapa di antaranya adalah stereotip,pengalaman, pengetahuan, emosi, danlingkungan.

Remaja yang dalam masa perkembangannyamengalami banyak perubahan, juga mengalamiperubahan dalam bersikap terhadap sesuatu.Teori perkembangan moral Kohlberg (1968),menyatakan bahwa tingkat moral remajaberada pada tahap paskakonvensional atauprinsip atau otonomi (Wong, 2008, hlm. 120).Remaja pada tahap ini sudah mampu bersikapsesuai dengan aturan yang berlaku dimasyarakat dan mampu melakukan modifikasiperaturan sesuai kebutuhan dan kondisilingkungan, berdasarkan pemikiran yangrasional.

Analisis univariat memberikan hasil bahwa50,6% responden memiliki sikap yangmendukung terhadap pencegahan HIV/AIDS.Hasil pengukuran ini didukung pula oleh hasilpenelitian yang dilakukan Cindy Wijaya,tentang tingkat pengetahuan dan sikap remajadalam mencegah HIV/AIDS.Penelitian yangdilakukan di SMA Santo Thomas 1 Medan ini,menemukan bahwa 73% responden (totalresponden 93 orang) memiliki sikap yang baikterhadap pencegahan HIV/AIDS ( Wijaya,2009, hlm. ii).

Hasil penelitian juga sesuai dengan teori dariKohlberg, yaitu remaja dapat bersikap positifterhadap pencegahan penularan HIV/AIDS.Remaja sudah mampu memilah perilaku-perilaku yang dapat menjerumuskan dirimereka kepada HIV/AIDS sehingga merekamembangun prinsip untuk menghindari hal-hal

negatif yang nantinya dapat mengakibatkanmereka tertular HIV/AIDS.

2.1.4 Hubungan Pengetahuan HIV/AIDSdengan Sikap terhadap PencegahanPenularan HIV/AIDS

Sikap seseorang terbentuk melalui beberapakomponen dan aspek. Pengetahuan, menurutAllport (1954 dalam Notoatmodjo, 2010, hlm.29-30), merupakan bagian dari komponenkognitif yang mendukung terbentuknya sikapseseorang.

Hasil uji Kai-Kuadrat menunjukkan hasilbahwa tidak terdapat hubungan antarapengetahuan HIV/AIDS dengan sikap terhadappencegahan penularan HIV/AIDS, dengan p-value 0,374. Hasil ini bila dibandingkandengan teori Allport, memiliki sedikitkesesuaian, yaitu bahwa 52,2% responden yangberpengetahuan cukup memiliki sikap yangmendukung terhadap pencegahan penularanHIV/AIDS.

Tidak adanya hubungan antara variabelpengetahuan HIV/AIDS dan sikap terhadappencegahan penularan HIV/AIDS mungkinsaja dikarenakan beberapa faktor. Pertama,faktor instrumen penelitian angket pengetahuanHIV/AIDS dan sikap itu sendiri. Angketpengetahuan yang diberikan kepada respondenmencakup semua pengetahuan tentangHIV/AIDS meliputi definisi, penyebab, tandadan gejala, pencegahan, dan penatalaksanaanatau penanganan. Angket sikap terhadappencegahan HIV/AIDS mencakup responpositif dan negatif responden terhadapperilaku, kegiatan, pemikiran yang dapatmenjerumuskan responden kepada HIV/AIDSsecara umum. Responden dapat saja bersikappositif terhadap pencegahan HIV/AIDS,sekalipun pengetahuan HIV/AIDS tidak sebaikdan selengkap yang ditanyakan pada angket.

Faktor lain yang mungkin menyebabkan tidakadanya hubungan adalah adanya stereotipterhadap HIV/AIDS. Stereotip, menurut Sobur(2003, hlm. 390), merupakan interpretasi ataurespon negatif dari seseorang terhadap sifat,watak, dan karakter seseorang lain, kelompok,atau fenomena tertentu yang diakibatkan tidakutuhnya suatu informasi atau kesubjektifanterhadap target. Stereotip dapat saja membuat

Page 9: 105-234-2-PB

9

responden yang belum memiliki pengetahuanHIV/AIDS yang baik dan belum memilikipengalaman tentang HIV/AIDS, tetap bersikapmencegah HIV/AIDS, karena stereotipresponden terhadap HIV/AIDS adalah sesuatuyang negatif dan harus dihindari.

Hasil penelitian juga menunjukkan suatukecenderungan yaitu 70% responden yangmemiliki tingkat pengetahuan HIV/AIDS baik,justru memiliki sikap tidak mendukungpencegahan penularan HIV/AIDS. BerdasarkanTeori Immanuel Kant dan hasil penelitian ini,semua responden belum memiliki pengalamandengan seseorang yang menderita HIV/AIDS,sehingga pengetahuan responden tentangHIV/AIDS kemungkinan baru berupapenggalan-penggalan informasi dan belumterangkai menjadi satu kesatuan. Inilah yangmungkin menyebabkan tidak sempurnanyasikap responden terhadap pencegahanHIV/AIDS.

2.1.5 Hubungan Pola Asuh Orang Tuadengan Sikap terhadap PencegahanPenularan HIV/AIDS

Pola asuh orang tua merupakan salah satufaktor yang mempengaruhi sikap seseorang(Oskamp, 1991; dalam Wawan & M., 2010,hlm. 45-47). Pola asuh orang tua membentukkarakter seorang anak melalui kehidupansehari-hari di rumah dan teladan dari orangtuanya. Salah satu aliran pola asuh orang tuaadalah autoritatif (demokratis) yang mampumemberikan dampak positif dalam tahapperkembangan sikap remaja (Dariyo, 2004,hlm. 98).

Hasil uji Kai-Kuadrat menunjukkan hasilbahwa tidak terdapat hubungan antara polaasuh orang tua dengan sikap terhadappencegahan penularan HIV/AIDS, dengan p-value 0,494. Hasil penelitian ini tidak sesuaidengan teori di atas. Apabila disesuaikandengan teori, 98,9% responden yang memilikiorang tua dengan pola asuh autoritatifseharusnya juga memiliki sikap mendukungpencegahan penularan HIV/AIDS. Namundalam analisis, didapati bahwa 44% respondendengan pola asuh orang tua autoritatif memilikisikap mendukung terhadap pencegahanHIV/AIDS, dan sisanya tidak mendukung.

Beberapa argumentasi muncul berkaitandengan tidak ada hubungan antara pola asuhorang tua dan sikap terhadap pencegahanpenularan HIV/AIDS. Ali & Asrori (2010, hlm.146) menyatakan bahwa pada tahapperkembangan remaja, seseorang akancenderung menempatkan diri pada posisiberlawanan arah dengan orang tua danberusaha sekuat tenaga melakukan sesuatu,untuk dapat diterima oleh lingkungan ataukelompok sebayanya. Usaha remaja agarmasuk dalam kelompok sebayanya dibarengijuga oleh pendewasaan yang sedikit demisedikit mulai berkembang dalam diri remaja.Pertentangan usaha remaja dan kedewasaanyang sedang berkembang demikianmemungkinkan terjadinya kebingungan prinsippada diri remaja sehingga timbul rasa ingintahu dan coba-coba yang besar.

Salah satu manifestasinya adalah melaluiangket penelitian ini. Apabila dilihat dari hasilpengisian angket, responden yang masukkategori tidak mendukung, tidak sepenuhnyatidak setuju dengan pernyataan pencegahanHIV/AIDS, namun memperlihatkan adanyarasa ingin tahu, rasa ingin mencoba perilaku-perilaku yang dapat menjerumuskanHIV/AIDS, contohnya menggunakan tato danmelakukan hubungan seks. Hal ini ditunjukkandengan responden memilih jawaban “Netral”atau “Setuju”.

Hal lain yang dapat menyebabkan tidak adanyahubungan antara pola asuh orang tua dan sikapremaja terhadap pencegahan penularanHIV/AIDS adalah adanya pengaruh dari bentukpola asuh itu sendiri. Pola asuh autoritatifmerupakan bentuk pola asuh yangmemungkinkan adanya komunikasi terbukaantara orang tua dan anak, memberikankesempatan pada anak untuk mengeksplorasidan berpendapat sesuai keinginannya namuntetap sesuai aturan orang tua. Pola asuh yangdemokratis memberikan anak peluang untukberargumen dan mengambil keputusan sesuaiarahan orang tua. Mungkin saja, remaja tetapmengambil nasihat orang tua, namun jugamengambil saran teman sebaya yangmenurutnya sesuai dengannya.

2.2 Keterbatasan PenelitianPertama, pendekatan cross sectional yangdigunakan dalam penelitian memiliki

Page 10: 105-234-2-PB

10

keterbatasan yaitu tidak dapat memberikangambaran perkembangan variabel karena datadiambil hanya dalam satu waktu saja.

Kedua, instrumen penelitian ini berupa angketyang disebar kepada beberapa responden dalamsatu ruangan dalam waktu bersamaan, sehinggamemungkinkan terjadinya ketidakmurnianjawaban karena jawaban tidak didapat secarapersonal to personal, sehingga kemungkinanbias dalam penelitian ini lebih besar.

Ketiga, sampel dalam penelitian ini tidakdibatasi oleh adanya kriteria inklusi maupuneksklusi, sehingga memungkinkan adanyapengaruh faktor perancu pada hasil penelitian.

SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulana. Tingkat pengetahuan HIV/AIDS remaja

putri SMA Negeri 5 Semarang beradapada kategori cukup, yaitu sebanyak 46orang (52,9%).

b. Pola asuh yang diterapkan orang tuaremaja putri SMA Negeri 5 Semarangadalah pola asuh autoritatif, yaitu pada 86orang responden (98, 9%) dan pola asuhotoriter hanya dimiliki oleh satu orangresponden.

c. Sikap remaja putri SMA Negeri 5Semarang terhadap pencegahan penularanHIV/AIDS berada pada kategorimendukung pencegahan penularanHIV/AIDS yaitu sebesar 44 orangresponden (50,6%) dan hanya berselisihsatu orang saja dengan kategori tidakmendukung pencegahan penularanHIV/AIDS.

d. Tidak terdapat hubungan antarapengetahuan HIV/AIDS dengan sikapremaja putri SMA Negeri 5 Semarangterhadap pencegahan penularanHIV/AIDS, dengan p-value 0,374 dannilai Pearson Chi-square 1,966.

e. Tidak terdapat hubungan antara pola asuhorang tua dengan sikap remaja putri SMANegeri 5 Semarang terhadap pencegahanpenularan HIV/AIDS, dengan p-value dariFisher’s Exact Test 0,494.

2. Sarana. Bagi lokasi penelitian

Saran kepada lokasi penelitian ini, SMANegeri 5 Semarang, untuk mengadakankonseling khusus HIV/AIDS, napza, danperilaku seksual melalui layananBimbingan Konseling (BK) yang ada diSMA Negeri 5 Semarang. Selain itu,sekolah dapat juga melakukan kerja samadengan lembaga-lembaga yang menanganiHIV/AIDS untuk mengadakan konselingsecara periodik serta melakukanpeningkatan terhadap pendekatan spiritualsehingga siswa mendapatkan bekaldibidang spiritual juga.

b. Bagi Pelayanan Kesehatan danKeperawatanSaran bagi instansi-instansi pelayanankesehatan dan keperawatan dapat pulabekerjasama dengan instansipendidikan untuk melakukan kegiatan-kegiatan berupa penyuluhan atauseminar edukasi seksual danHIV/AIDS, yang targetnya tidak hanyakalangan remaja, namun juga orangtua dari remaja.

c. Bagi Instansi Pendidikan KesehatanSaran bagi instansi pendidikan kesehatanadalah mengadakan seminar atau talkshowdengan tema, misalnya pola asuh orangtua pada remaja, atau pendidikan seks danHIV/AIDS pada remaja. Tujuannya adalahuntuk meningkatkan pengetahuan remajatentang kesehatan seksual dan HIV/AIDSserta mengajak peran serta orang tuadalam pemcegahan HIV/AIDS padaremaja.Selain itu, dapat juga memberikanpendidikan seksual dan HIV/AIDS kepadapara remaja di sekolah-sekolah ataukepada remaja anggota Karang Tarunapada daerah tertentu.

d. Bagi Penelitian SelanjutnyaSaran untuk penelitian selanjutnya adalahdengan memberikan kriteria inklusi daneksklusi terhadap sampel penelitian.Penelitian ke depan juga disarankanmeneliti variabel pendidikan orang tuaresponden sehingga dapat diketahuilandasan penerapan pola asuh di dalamkeluarga.

Studi seputar pengaruh keterpaparanremaja dengan internet pada pengetahuandan sikap remaja terhadap HIV/AIDS,

Page 11: 105-234-2-PB

11

juga perlu dilakukan. Penelitianselanjutnya juga dapat meneliti pengaruhtingkat pengetahuan HIV/AIDS orang tuaremaja dan pengaruhnya dengan sikapremaja terhadap HIV/AIDS. Penelitiankedepan sebaiknya dilakukan kepadaremaja di luar sekolah sehingga hasil yangdiperoleh dapat bervariasi danmemungkinkan menghasilkan temuanbaru lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

International HIV Fund. (2011). Women &HIV/AIDS. Diperoleh dari halamanweb IHF:http://www.internationalhivfund.org/about-hiv-aids/women-hivaids tanggal 24Agustus 2011.

International Woman’s Health Coalition.(2011). Women and risk of HIV/AIDSinfection. Diperoleh dari halaman webIWHC:http://www.iwhc.org/index.php?option=com_content&task=view&id=2472&Itemid=824 tanggal 24 Agustus 2011.

Hidayat, A.A.A. (2008). Riset keperawatandan teknik penulisan ilmiah. Jakarta,Indonesia: Salemba Medika.

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapanmetodologi penelitian ilmukeperawatan: pedoman skripsi, tesis,dan instrumen penelitian keperawatan.Jakarta, Indonesia: Salemba Medika.

Sudjana. (1995). Metoda Statistika (Ed. 6).Bandung, Indonesia: Tarsito.

Buri, J. R. (1991). Parental authorityquestionnaire. Journal of PersonalityAssessment, 57 (1), 110-119. Didapatdari halaman web:http://www.geneseo.edu/~bearden/socl212/PAQ.pdf pada tanggal 10November 2011.

Sunaryo. (2004). Psikologi untuk keperawatan.Jakarta, Indonesia: EGC.

Soemowinoto, S. (2008). Pengantar filsafatilmu keperawatan. Jakarta, Indonesia:Salemba Medika.

Surbakti, E. B. (2009). Kenalilah anak remajaanda. Jakarta, Indonesia: PT ElexMedia Komputindo.

Widyarini, M. M. N. (2009). Relasi orang tua& anak. Jakarta, Indonesia: Elex MediaKomputindo.

Wong, D. L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson,D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P.(2008). Buku ajar keperawatanpediatrik Wong (Ed. 6, Vol. 1). Alihbahasa: Egi Komara Yudha. Jakarta,Indonesia: EGC.

Wijaya, C. (2009). Tingkat pengetahuan dansikap remaja dalam mencegahHIV/AIDS di SMA Santo Thomas 1Medan. Diperoleh dari web USU:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16725/7/Cover.pdf padatanggal 11 April 2012.

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilakukesehatan. Jakarta, Indonesia: RinekaCipta.

Sobur, A. (2003). Psikologi umum. Bandung,Indonesia: Pustaka Setia.

Wawan, A. & M., Dewi. (2010). Teori danpengukuran pengetahuan, sikap danperilaku manusia. Yogyakarta,Indonesia: Nuha Medika.

Ali, M. & Asrori, M. (2010). Psikologi remaja:perkembangan peserta didik. Jakarta,Indonesia: PT Bumi Aksara.

Dariyo, A. (2004). Psikologi perkembanganremaja. Bogor, Indonesia: GhaliaIndonesia.