101830804-laporan-tugas-stabilitas-lereng.pdf

Upload: ukhti-qori

Post on 28-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    1/44

    TUGAS

    STABILITAS LERENG

    Oleh :

    Kelompok IV

    Ketua : Kornelis Eko Patty (0806103329)

    Anggota: Jemrifus Soinbala (0806103322)

    Jesika Lazarus (0806103324)Jovi Upu (0806103326)

    Khaisyah Amirullah (0806103327)

    Kondradus Y. S. Malut (0806103328)

    Melida Andrea Boeky (0806103338)

    JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNIKUNIVERSITAS NUSA CENDANA

    2011

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    2/44

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar belakang

    Lereng adalah permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu dengan

    bidang horizontal. Lereng dapat terbentuk secara alamiah karena proses geologi atau

    karena dibuat oleh manusia. Lereng yang terbentuk secara alamiah misalnya lereng bukit

    dan tebing sungai, sedangkan lereng buatan manusia antara lain yaitu galian dan timbunan

    untuk membuat jalan raya dan jalankereta api, bendungan, tanggul sungai dan kanal serta

    tambang terbuka.

    Suatu longsoran adalah keruntuhan dari massa tanah yang terletak pada sebuah

    lereng sehingga terjadi pergerakan massa tanah ke bawah dan ke luar. Longsoran dapat

    terjadi dengan berbagai cara, secara perlahan-lahan atau mendadak serta dengan

    ataupun tanpa tanda-tanda yang terlihat.

    Setelah gempa bumi, longsoran merupakan bencana alam yang paling banyak

    mengakibatkan kerugian materi maupun kematian. Kerugian dapat ditimbulkan oleh suatu

    longsoran antara lain yaitu rusaknya lahan pertanian, rumah, bangunan, jalur

    transportsi serta sarana komunikasi.

    Analisis kestabilan lereng harus berdasarkan model yang akurat mengenai kondisi

    material bawah permukaan, kondisi air tanah dan pembebanan yang mungkin bekerja pada

    lereng. Tanpa sebuah model geologi yang memadai, analisis hanya dapat dilakukan

    dengan menggunakan pendekatan yang kasar sehingga kegunaan dari hasil analisis dapat

    dipertanyakan.

    Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan metode-

    metode seperti : metode Taylor, metode janbu, metode Fenellius, metode Bishop, dll.

    1.2 Tujuan dan Manfaat

    Tujuan dari analisis kestabilan lereng antara lain adalah sebagai berikut:

    1. Membuat desain yang aman dan ekonomis untuk galian, timbunan, bendungan, tanggul.

    2. Merupakan dasar bagi rancangan ulang lereng setelah mengalami longsoran.

    3. Memperkirakan kestabilan lereng selama konstruksi dilakukan dan untuk jangka

    waktu yangpanjang.

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    3/44

    4. Mempelajari kemungkinan terjadinya longsoran, baik pada lereng buatan maupun

    lereng alamiah.

    5. Menganalisis penyebab terjadinya longsoran dan cara memperbaikinya.

    6. Mempelajari pengaruh gaya-gaya luar pada kestabilan lereng.

    Manfaat dari analisis stabilitas lereng adalah sebagai berikut :

    1. Sebagai pendekatan untuk memecahkan masalah kemungkinan longsor yang akan terjadi

    pada suatu lereng

    2. Memberikan pengetahuan untuk menetapakan metode perkuatan suatu lereng agar

    menjadi stabil dari hasil analisisb yang telah dilakukan.

    3. Mengetahui penyebab terjadinya longsoran pada suatu lereng

    4. Mengetahui pengaruh gaya-gaya luar yang bekerja pada suatu lereng

    1.3 Batasan Masalah

    Makalah ini berisi tentang analisa stabilitas lereng dengan menggunakan 2

    metode, yaitu metode perhitungan manual dengan menggunakan metode Fellenius dan

    metode Bishop sedangkan metode kedua adalah metode perhitungan dengan menggunakan

    program GEOSTUDIO dengan menitikberatkan pada perhitungan Bishop.

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    4/44

    BAB II

    DASAR TEORI

    Analisis kemantapan lereng (slope stability) diperlukan sebagai pendekatan untuk

    memecahkan masalah kemungkinan longsor yang akan terjadi pada suatu lereng. Lereng pada

    daerah penambangan dapat mengalami kelongsoran apabila terjadi perubahan gaya yang bekerja

    pada lereng tersebut. Perubahan gaya ini dapat terjadi karena pengaruh alam atau karena aktivitas

    penambangan.

    Kemantapan lereng tergantung pada gaya penggerak (driving force) yaitu gaya yang

    menyebabkan kelongsoran dan gaya penahan (resisting force) yaitu gaya penahan yang melawan

    kelongsoran yang ada pada bidang gelincir tersebut serta tergantung pada besar atau kecilnya

    sudut bidang gelincir atau sudut lereng.

    Menurut Prof. Hoek (1981) kemantapan lereng biasanya dinyatakan dalam bentuk faktor

    keamanan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

    F = Gaya penahan / Gaya penggerak

    Dimana:

    Fk > 1 berarti lereng aman

    Fk = 1 berarti lereng dalam keadaan seimbang

    Fk < 1 berarti lereng dianggap tidak stabil

    Penelitian terhadap kemantapan suatu lereng harus dilakukan bila longsoran lereng yang

    mungkin terjadi akan menimbulkan akibat yang merusak dan menimbulkan bencana.

    Kemantapan lereng tergantung pada gaya penggerak dan penahan yang ada pada lereng tersebut.

    Gaya penggerak adalah gaya-gaya yang mengakibatkan lereng longsor. Sedangkan gaya penahan

    adalah gaya-gaya yang mempertahankan kemantapan lereng tersebut. Jika gaya penahannya

    lebih besar dari gaya penggerak, maka lereng tersebut dalam keadaan mantap.

    1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemantapan Lereng

    Kemantapan lereng selalu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : geometri lereng,

    struktur geologi, kondisi air tanah, sidat fisik dan mekanik batuan serta gaya-gaya yang bekerja

    pada lereng.

    1) Geometri Lereng

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    5/44

    Kemiringan dan tinggi suatu lereng sangat mempengaruhi kemantapannya. Semakin besar

    kemiringan dan tinggi suatu lereng, maka kemantapannya semakin kecil.

    2) Struktur Batuan

    Struktur batuan yang sangat mempengaruhi kemantapan lereng adalah bidang-bidang sesar,

    perlapisan dan rekahan. Struktur batuan tersebut merupakan bidang-bidang lemah dan sekaligus

    sebagai tempat merembesnya air, sehingga batuan lebih mudah longsor.

    3) Sifat Fisik dan Mekanik Batuan

    Sifat fisik batuan yang mempengaruhi kemantapan lereng adalah : bobot isi (density), porositas

    dan kandungan air. Kuat tekan, kuat tarik, kuat geser, kohesi, dan sudut geser dalam merupakan

    difat mekanik batuan yang juga mempengaruhi kemantapan lereng.

    Bobot Isi

    Bobot isi batuan akan mempengaruhi besarnya beban pada permukaan bidang longsor. Sehingga

    semakin besar bobot isi batuan, maka gaya penggerak yang menyebabkan lereng longsor akan

    semakin besar. Dengan demikian, kemantapan lereng tersebut semakin berkurang.

    Porositas

    Batuan yang mempunyai porositas besar akan banyak menyerap air. Dengan demikian bobot

    isinya menjadi lebih besar, sehingga akan memperkecil kemantapan lereng.

    Kandungan Air

    Semakin besar kandungan air dalam batuan, maka tertekan air pori menjadi besar juga. Dengan

    demikian kuat geseer batuannya akan menjadi semakin kecil, sehingga kemantapannya pun

    berkurang.

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    6/44

    Kuat Tekan, Kuat Tarik, dan Kuat Geser

    Kekuatan batuan biasanya dinyatakan dengan kuat tekan (confined & unfined compressive

    strength), kuat tarik (tensile strength) dan kuat geser (shear strength). Batuan yang mempunyai

    kekuatan besar, akan lebih mantap.

    Kohesi dan Sudut Geser Dalam

    Semakin besar kohesi dan sudut geser dalam, maka kekuatan geser batuan akan semakin

    besar juga. Dengan demikian akan lebih mantap.

    Pengaruh Gaya

    Biasanya gaya-gaya dari luar yang mempengaruhi kemantapan lereng antara lain : getaran

    alat-alat berat yang bekerja pada atau sekitar lereng, peledakan, gempa bumi, dll. Semua gaya-

    gaya tersebut akan memperbesar tegangan geser sehingga dapat mengakibatkan kelongsoran

    pada lereng.

    Gaya-gaya yang bekerja pada lereng secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu

    gaya-gaya yang cenderung untuk menyebabkan material pada lereng untuk bergerak ke

    bawah dan gaya-gaya yang menahan material pada lereng sehingga tidak terjadi pergerakan atau

    longsoran.

    Berdasarkan hal tersebut, Terzaghi (1950) membagi penyebab-penyebab terjadinya

    longsoran menjadi dua kelompok yaitu:

    1. Penyebab-penyebab eksternal yang menyebabkan naiknya gaya geser yang bekerja

    sepanjang bidang runtuh, antara lain yaitu:

    Perubahan geometri lereng

    Penggalian pada kaki lereng

    Pembebanan pada puncak atau permukaan lereng bagian atas.

    Gaya vibrasi yang ditimbulkan oleh gempa bumi atau ledakan.

    Penurunan muka air tanah secara mendadak

    2. Penyebab-penyebab internal yang menyebabkan turunnya kekuatan geser material, antara

    lain yaitu:

    Pelapukan

    Keruntuhan progressive

    Hilangnya sementasi material,

    Berubahnya struktur material

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    7/44

    Akan tetapi menurut Varnes (1978) terdapat sejumlah penyebab internal maupun

    eksternal yang dapat menyebabkan naiknya gaya geser sepanjang bidang runtuh maupun

    menyebabkan turunnya kekuatan geser material, bahkan kedua hal tersebut juga dapat

    dipengaruhi secara serentak.

    Terdapatnya sejumlah tipe longsoran menunjukkan beragamnya kondisi yang dapat

    menyebabkan lereng menjadi tidak stabil dan proses-proses yang memicu terjadinya

    longsoran, yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu kondisi material

    (tanah/batuan), proses geomorphologi, perubahan sifat fisik dari lingkungan dan proses yang

    ditimbulkan oleh aktivitas manusia. Berikut ini adalah daftar singkat dari faktor-faktor yang

    menyebabkan terjadinya longsoran.

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    8/44

    Tabel Daftar dari Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Longsoran

    Kondisi material bukan merupakan penyebab terjadinya longsoran melainkan kondisi yang

    diperlukan agar longsoran dapat terjadi. Meskipun material pada lereng mempunyai kekuatan

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    9/44

    geser yang cukup lemah, longsoran tidak akan terjadi apabila tidak ada proses-proses pemicu

    longsoran yang bekerja.

    Proses-proses pemicu longsoran dapat terjadi secara alami, seperti hujan lebat dengan

    intensitas yang cukup tinggi, gempa bumi, erosi pada kaki lereng, maupun pemicu yang

    ditimbulkan oleh kegiatan manusia, seperti penggalian pada kaki lereng, pembebanan pada

    permukaan lereng bagian atas, peledakan, penggundulan hutan. Untuk beberapa kasus tertentu,

    longsoran dapat terjadi tanpa proses pemicu yang jelas karena merupakan kombinasi dari

    beberapa proses, seperti keruntuhan progressif atau pelapukan, yang menyebabkan terjadi

    longsoran secara perlahan.

    Pengaruh Beberapa Macam Faktor Terhadap Kondisi Kestabilan

    Kestabilan suatu lereng akan bervariasi sepanjang waktu. Hal ini antara lain disebabkan

    adanya musim hujan dan musim kering sehingga terdapat perubahan musiman dari permukaan

    air tanah atau terjadi perubahan kekuatan geser material yang diakibatkan oleh proses

    pelapukan. Penurunan kestabilan lereng dapat juga terjadi secara drastis apabila terjadi

    perubahan yang tiba-tiba, seperti hujan lebat dengan intensitas yang tinggi, erosi pada kaki

    lereng atau pembebanan pada permukaan lereng. Ilustrasi yang menggambarkan adanya variasi

    atau perubahan kondisi kestabilan diperlihatkan pada gambar.

    Kondisi kestabilan lereng berdasarkan tahapan kondisi kestabilannya dapat dibagi

    menjadi tiga tahap sebagai berikut:

    Sangat stabil, pada tahap ini lereng mempunyai tahanan yang cukup besar untuk

    mengatasi gaya-gaya yang menyebabkan lereng menjadi tidak stabil.

    Cukup stabil, pada kondisi lereng lereng mempunyai kekuatan yang tahanan yang

    sedikit lebih besar daripada gaya-gaya yang menyebabkan lereng menjadi tidak

    stabil serta terdapat kemungkinan untuk terjadi keruntuhan lereng pada suatu

    waktu apabila gaya-gaya yang menyebabkan terjadinya longsoran mencapai suatu

    nilai tertentu.

    Tidak stabil, lereng dinyatakan berada dalam kondisi tidak stabil apabila telah

    terdapat pergerakan secara kontinu atau berselang-seling

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    10/44

    Gambar Variasi dari Faktor Keamanan Terhadap Waktu

    Pembagian ketiga tahapan kondisi kestabilan tersebut sangat berguna dalam mempelajari

    penyebab-penyebab ketidakstabilan lereng dan membaginya menjadi dua berdasarkan fungsinya

    yaitu:

    Faktor-faktor penyebab pendahuluan yaitu faktor-faktor yang dapat menyebabkan

    lereng menjadi rentan terhadap longsoran sehingga merubah kondisi kestabilan

    lereng dari sangat aman menjadi cukup aman.

    Faktor-faktor pemicu longsoran yaitu faktor-faktor yang memicu sehingga terjadi

    pergerakan pada lereng atau lereng mengalami longsoran. Faktor pemicu akan

    menurunkan kondisi kestabilan lereng dari cukup aman menjadi tidak stabil.

    Data-Data Untuk Analisis Kestabilan Lereng

    Secara umum data yang diperlukan untuk analisis kestabilan lereng yaitu:

    Topografi

    Geologi

    Sifat geoteknis material

    Kondisi air tanah

    Pembebanan pada lereng

    Topografi.

    Supaya penyelidikan lapangan dapat dilakukan dengan baik harus terdapat peta yang

    cukup akurat yang menunjukkan letak dari lubang-lubang bor untuk penyelidikan, daerah

    pemetaan struktur geologi serta lokasi dari penampang melintang yang dianalisis.

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    11/44

    Geologi

    Beberapa kondisi geologi yang diperlukan dalam analisis kestabilan lereng, yaitu: tipe

    mineral pembentuk material lereng, bidang-bidang diskontinuitas dan perlapisan,tingkat

    intensitas pelapukan, kedalaman pelapukan, sejarah dari keruntuhan sebelumnya dan

    keadaan tegangan di tempat. Tipe longsoran yang mungkin terjadi sangat dipengaruhi oleh

    kondisi dari bidang- bidang tak menerus pada daerah yang distudi/diselidiki. Berikut ini adalah

    sketsa dari beberapa bentuk tipe longsoran dan kondisi bidang-bidang tak menerus yang

    mempengaruhinya.

    Selama proses pekerjaan penggalian lereng kondisi geologi harus terus dikaji dan desain

    lereng dapat dimodifikasi ulang apabila ternyata kondisi geologi yang aktual berbeda dengan

    yang diasumsikan. Pada umumnya data geologi yang tersedia biasanya sangat terbatas

    sehingga dapat menghasilkan beragam interpretasi. Oleh sebab itu kondisi geologi harus selalu

    diamati selama pekerjaan berlangsung serta mempertimbangkan kemungkinan adanya

    perubahan rancangan lereng apabila kondisi aktual di lapangan berbeda dengan kondisi geologi

    yang diasumsikan.

    Sifat material

    Sifat material yang diperlukan dalam analisis kestabilan lereng yaitu parameter

    kekuatan geser dan berat satuan material. Parameter kekuatan geser merupakan sifat material

    terpenting karena faktor keamanan dinyatakan dalam bentuk perbandingan kekuatan geser

    yang tersedia dan kekuatan geser yang diperlukan, sehingga penentuan parameter kekuatan

    geser harus seakurat mungkin. Parameter kekuatan geser terdiri dari komponen yaitu kohesi

    dan sudut geser. Untuk analisis lereng yang telah mengalami longsoran harus diperhatikan

    tentang kekuatan geser sisa.

    Berdasarkan kondisi pengujian di laboratorium atau pengujian di lapangan terdapat dua

    tipe kekuatan geser material yaitu: kekuatan geser takterdrainase dan kekuatan geser

    terdrainase. Kekuatan geser takterdrainase digunakan apabila analisis kestabilan lereng

    dilakukan dengan pendekatan tegangan total, sedangkan kekuatan geser terdrainase digunakan

    apabila analisis kestabilan lereng dilakukan dengan pendekatan tegangan efektif.

    Air tanah

    Kondisi air tanah merupakan salah satu parameter terpenting dalam analisis kestabilan

    lereng, k a r e n a seringkali terjadi longsoran yang diakibatkan oleh kenaikan tegangan air pori

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    12/44

    yang berlebih. Tekanan air pori tidak diperlukan apabila dilakukan analisis kestabilan dengan

    tegangan total. Gaya hidrostatik pada permukaan lereng yang diakibatkan oleh air yang

    menggenangi permukaan lereng juga harus dimasukkan dalam perhitungan kestabilan lereng,

    karena gaya ini mempunyai efek perkuatan pada lereng.

    Pada umumnya keberadaan air akan mengurangi kondisi kestabilan lereng yang antara lain

    karena menurunkan kekuatan geser material sebagai akibat naiknya tekanan air pori,

    bertambahnya berat satuan material, timbulnya gaya-gaya rembesan yang ditimbulkan oleh

    pergerakan air.

    Pembebanan pada lereng

    Data lain yang diperlukan dalam analisis kestabilan lereng yaitu gaya-gaya luar yang

    bekerja pada permukaan lereng, seperti beban dinamik dari lalu-lintas, beban statik dari

    bangunan atau timbunan di atas lereng, peledakan. Gaya-gaya luar ini harus dimasukkan

    dalam perhitungan karena dapat mempunyai efek mengurangi kondisi kestabilan lereng.

    Geometri Lereng

    Data g e o m e t r i lereng yang diperlukan yaitu data mengenai sudut kemiringan dan

    tinggi lereng. Geometri lereng alami dapat ditentukan dengan membuat penampang vertikal

    berdasarkan peta topografi. Sedangkan untuk lereng buatan, geometri lereng ditentukan dari

    desain lereng yang akan dibuat.

    Dari semua data yang dibutuhkan dalam analisis kestabilan lereng, data mengenai

    kekuatan geser dan kondisi air tanah merupakan data yang terpenting dan mempunyai pengaruh

    yang sangat besar terhadap keakuratan dan keterpercayaan hasil perhitungan analisis kestabilan

    lereng. Sayangnya penentuan kedua data tersebut secara akurat dan dapat mewakili kondisi yang

    sebenarnya di lapangan merupakan hal yang sulit untuk dilakukan oleh sebab itu untuk kedua

    macam data tersebut digunakan pendekatan yang konservatif.

    Dalam menentukan kestabilan atau kemantapan lereng dikenal dengan istilah faktor

    keamanan (safety faktor) yang merupakan perbandingan antara gaya-gaya yang menahan

    gerakan terhadap gaya-gaya yang menggerakan tanah/lereng tersebut dianggap stabil,bila

    dirumuskan sebagai berikut :

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    13/44

    faktor keamanan=

    Gambar Sketsa lereng dan Gaya yang bekerja

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    14/44

    Gambar Sketsa gaya yang bekerja ( dan S ) pada satu sayatan

    2. Berbagai Cara Analisis Kestabilan Lereng

    Cara analisis kestabilan lereng banyak dikenal, tetapi secara garis besar dapat dibagi

    menjadi tiga kelompok yaitu: cara pengamatan visual, cara komputasi dan cara

    grafik (Pangular, 1985) sebagai berikut :

    a. Cara pengamatan visual adalah cara dengan mengamati langsung di lapangan

    dengan membandingkan kondisi lereng yang bergerak atau diperkirakan bergerak dan

    yang yang tidak, cara ini memperkirakan lereng labil maupun stabil dengan

    memanfaatkan pengalaman di lapangan (Pangular, 1985). Cara ini kurang

    teliti, tergantung dari pengalaman seseorang. Cara ini dipakai bila tidak ada

    resiko longsor terjadi saatpengamatan. Cara ini mirip dengan memetakan

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    15/44

    indikasi gerakan tanah dalam suatu peta lereng.

    b. C a r a k o m p u t a s i a d a l a h d e n g a n m e l a k u k a n h i t u n g a n

    b e r d a s a r k a n r u m u s ( F ellenius, Bishop, Janbu, Sarma, Bishop modified dan

    lain-lain). Cara Fellenius dan Bishop menghitung Faktor Keamanan lereng dan

    dianalisis kekuatannya. Menurut Bowles (1989), pada dasarnya kunci utama gerakan

    tanah adalah kuat geser tanah yang dapat terjadi : (a) tak terdrainase, (b) efektif

    untuk beberapa kasus pembebanan, (c) meningkat sejalan pening- katan konsolidasi

    (sejalan dengan waktu) atau dengan kedalaman, (d) ber- kurang dengan meningkatnya

    kejenuhan air (sejalan dengan waktu) atau ter- bentuknya tekanan pori yang berlebih

    atau terjadi peningkatan air tanah. Dalam menghitung besar faktor keamanan lereng

    dalam analisis lereng tanah melalui metoda sayatan, hanya longsoran yang mempunyaibidang gelincir saya yangdapat dihitung.

    c. Cara grafik adalah dengan menggunakan grafik yang sudah standar (Taylor, Hoek &

    Bray, Janbu, Cousins dan Morganstren). Cara ini dilakukan untuk material homogen

    dengan struktur sederhana. Material yang heterogen (terdiri atas berbagai lapisan)

    dapat didekati dengan penggunaan rumus (cara komputasi). Stereonet, misalnya

    diagram jaring Schmidt (Schmidt Net Diagram) dapat menjelaskan arah longsoran

    atau runtuhan batuan dengan cara mengukurstrike/dip kekar-kekar (joints) danstrike/dip

    lapisan batuan.

    Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan dan studi-studi yang menyeluruh

    tentang keruntuhan lereng, maka dibagi 3 kelompok rentang Faktor Keamanan (F) ditinjau

    dari intensitas kelongsorannya (Bowles, 1989), sperti yang diperlihatkan pada Tabel berikut:

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    16/44

    Tabel Hubungan Nilai Faktor Keamanan Lereng dan Intensitas Longsor

    NILAI FAKTOR KEAMANAN KEJADIAN / INTENSITAS LONGSOR

    F kurang dari 1,07

    F antara 1,07 sampai 1,25

    F diatas 1,25

    Longsor terjadibiasa/sering (lereng labil)

    Longsorpernah terjadi (lereng kritis)

    Longsorjarang terjadi (lereng relatif stabil)

    3. Perhitungan Faktor Keamanan Lereng

    Faktor Keamanan (F) lereng tanah dapat dihitung dengan berbagai metode.

    Longsoran dengan bidang gelincir (slip surface), F dapat dihitung dengan metoda

    sayatan (slice method) menurut Fellenius atau Bishop. Untuk suatu lereng denganpenampang yang sama, cara Fellenius dapat dibandingkan nilai faktor keamanannya

    dengan cara Bishop. Dalam mengantisipasi lereng longsor, sebaiknya nilai F yang

    diambil adalah nilai F yang terkecil, dengan demikian antisipasi akan diupayakan

    maksimal. Data yang diperlukan dalam suatu perhitungan sederhana untuk mencari

    nilai F (faktor keamanan lereng) adalah sebagai berikut :

    a. D

    ata lereng (terutama diperlukan untuk membuat penampang lereng) meliputi:

    sudut lereng, tinggi lereng, atau panjang lereng dari kaki lereng kepuncak lereng.

    b. Data mekanika tanah

    sudut geser dalam (; derajat)

    bobot satuan isi tanah basah (wet; g/cm3 atau kN/m3 atau ton/m3)

    kohesi (c; kg/cm2 atau kN/m2 atau ton/m2)

    kadar air tanah (; %)

    Data mekanika tanah yang diambil sebaiknya dari sampel tanah tak terganggu. Kadarair tanah ( ) diperlukan terutama dalam perhitungan yang menggunakan komputer

    (terutama bila memerlukan data dry atau bobot satuan isi tanah kering, yaitu : dry= wet

    / ( 1 + ). Pada lereng yang dipengaruhi oleh muka air tanah nilai F (dengan metoda

    sayatan, Fellenius) adalah sbb.:

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    17/44

    cL+ tan (Wi cos i - i x li )

    F =

    (Wi sin i )

    Keterangan :

    c = kohesi (kN/m2)

    = sudut geser dalam (derajat)

    = sudut bidang gelincir pada tiap sayatan (derajat)

    = tekanan air pori (kN/m2)

    l = panjang bidang gelincir pada tiap sayatan

    (m); L = jumlah panjang bidang gelincir

    i x li = tekanan pori di setiap sayatan (kN/m)

    W = luas tiap bidang sayatan (M2) X bobot satuan isi tanah (, kN/m3)

    Pada lereng yang tidak dipengaruhi oleh muka air tanah, nilai F adalah sbb.:

    cL+ tan (Wi cos i )

    F =(Wi sin i )

    Metode Bishop

    Metode irisan yang disederhanakan diberikan oleh Bishop ( 1955 ). Metode ini

    menganggap bahwa gayagaya yang bekerja pada sisisisi irisan mempunyai resultan nol pada

    arah vertikal. Persamaan kuat geser dalam tinjauan tegangan efektif yang dapat dikerahkan

    tanah, hingga tercapainya kondisi keseimbangan batas dengan mamperhatikan faktor aman,

    adalah :

    Fu

    F

    c 'tan)(

    ' (1)

    Dimana : = tegangan normal total pada bidang longsor

    u = tekanan air pori

    Untuk irisan kei, nilai Ti = i , yaitu nilai gaya geser yang berkembang pada bidang longsor

    untuk keseimbangan batas. Karena itu

    FuN

    F

    cT ii

    i

    i

    'tan)(

    ' (2)

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    18/44

    Kondisi keseimbangan momen terhadap pusat rotasi O antara berat massa tanah yang akan

    longsor dengan gaya geser total pada dasar bidang longsornya dapat dinyatakan oleh (Gambar

    5)

    Gambar 5. gaya-gaya yang bekerja pada suatu irisan

    RTxW iii (I3)

    Dimana : xi = jarak Wi ke pusat rotasi O

    Dari persamaan (1)dan (3), dapat diperoleh :

    ni

    i

    ii

    ni

    i

    iiii

    xW

    uNaC

    F

    1

    1

    'tan)('

    (4)

    Dari kondisi keseimbangan vertikal, jikaX1=XidanXr=Xi+1 :

    Nicos i + Tisin i= Wi+ XiXi+1

    i

    iiiii

    i

    TXXWN

    cos

    sin1 (5)

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    19/44

    Dengan Ni = Ni uii , substitusi Persamaan (I2) ke Persamaan (5), dapat diperoleh

    persamaan :

    F

    cuXXWN

    ii

    Fiiiiiii

    i

    /'tansincos

    sin'cos'

    /1 (6)

    Substitusi Persaman (6) kePersamaan (4), diperoleh :

    ni

    i

    ii

    ni

    i ii

    iiiiiiii

    i

    xW

    F

    FacauXXWacR

    F

    1

    1

    1

    /'tansincos

    /sin'cos'tan'

    (7)

    Untuk penyederhanaan dianggapXiXi+1= 0 dan dengan mengambil

    xi = R sin i (8)

    bi = aicos i (9)

    substitusi Persamaan (8)dan (9)ke Persamaan (7), diperoleh persamaan faktor aman :

    ni

    i

    ii

    ni

    i ii

    iiii

    W

    FbuWbc

    F

    1

    1

    sin

    /'tantan1(cos

    1'tan)('

    (10)

    Dimana : F = faktor aman

    C = kohesi tanah efektif

    = sudut gesek dalam tanah efektif

    bi = lebar irisan kei

    Wi = lebar irisan tanah kei

    i = sudut yang didefinisikan dalam gambar II.9

    ui = tekanan air pori pada irisan kei

    nilai banding tekanan pori ( pore pressure ratio ) didefinisikan sebagai :

    ru =h

    u

    W

    ub (11)

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    20/44

    dimana : ru = nilai banding tekanan pori

    u = tekan air pori

    b = lebar irisan

    = berat volume tanah

    h = tinggi irisan ratarata

    dari Persamaan ( 11), bentuk lain dari persaman faktor aman untuk analisis stabilitas lereng cara

    Bishop, adalah :

    ni

    i

    ii

    ni

    i ii

    uii

    W

    FrWbc

    F

    1

    1

    sin

    /'tantan1(cos

    1'tan)1('

    (12)

    Persamaan faktor aman Bishop ini lebih sulit pemakainya dibandingkan dengan metode

    Fillinius. Lagi pula membutuhkan cara cobacoba ( trial and error ), karena nilai faktor amanF

    nampak di kedua sisi persamaannya. Akan tetapi, cara ini telah terbukti memberikan nilai faktor

    aman yang mendekati nilai faktor aman dari hitungan yang dilakukan dengan cara lain yang

    lebih teliti. Untuk mempermudah hitungan, Gambar 10dapat digunakan untuk menentukan nilai

    fungsiMi, dengan

    Mi = cos i ( 1 + tan i tan / F ) (13)

    Lokasi lingkaran longsor kritis dari metode bishop ( 1955 ), biasanya mendekati dengan

    hasil pengamatan di lapangan. Karena itu, walaupun metode Fillinius lebih mudah, metode

    Bishop ( 1955 ) lebih disukai karena menghasilkan penyesaian yang lebih teliti.

    Dalam praktek, diperlukan untuk melakukan cara coba-coba dalam menemukan

    bidang longsor dengan nilai faktor aman yang terkecil. Jika bidang longsor dianggap lingkaran,

    maka lebih baik kalau dibuat kotakkotak di mana tiap titik potong garis garisnya merupakan

    tempat kedudukan pusat lingkaran longsornya. pada titik titik potong garis yang merupakan

    pusat lingkaran longsornyadituliskan nilai faktor aman terkecil pada titik tersebut (lihat Gambar

    7). Perlu diketahui bahwa pada tiap titik pusat lingkaran harus dilakukan pula hitungan faktor

    aman untuk menentukan nilai faktor aman yang terkecil dari bidang longsor dengan pusat

    lingkaran pada titik tersebut, yaitu dengan mengubah jari-jari lingkarannya.

    Kemudian, setelah faktor aman terkecil pada tiap-tiap titik pada kotaknya diperoleh,

    Digambarkan garis kontur yang menunjukkan tempat kedudukan dari titik-titik pusat lingkaran

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    21/44

    yang mempunyai faktor aman yang sama. Gambar 7 menunjukkan contoh kontur-kontur

    faktor aman yang sama. Dari kontur faktor aman tersebut dapat ditentukan letak kira-kira dari

    pusat lingkaran yang menghasilkan faktor aman terkecil.

    Gambar 6Diagram untuk menentukan M, (Janbu dkk., 1965)

    Gambar 7Kontur faktor aman

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    22/44

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    Dalam pembuatan makalah ini menggunakan perhitungan dan analisa kestabilan lereng

    menggunakan cara manual, yakni dengan metode irisan (Fellenius dan Bishop), serta dengan

    menggunakan aplikasi software Geostudio 2004. Ada beberapa langkah yang perlu dilalui :

    Langkah pertama adalah membuat sketsa lereng berdasarkan data penampang lereng,

    Dibuat sayatan-sayatan vertikal sampai batas bidang gelincir.

    Langkah berikutnya adalah membuat tabel untuk mempermudah perhitungan.

    Melakukan perhitungan sesuai dengan rumus dari metode-metode yang dipergunakan

    Mendapatkan hasil berupa faktor keamanan lereng

    Menganalisis hasil yang diperoleh dan menetapkan intensitaskemungkinan terjadinya

    longsor

    3.1. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan makalah ini adalah:

    BAB I Pendahuluan

    BAB II Dasar Teori

    BAB III Metode Penelitian

    BAB IV Hasil dan Pembahasan

    BAB V Penutup

    Daftar Pustaka

    Lampiran

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    23/44

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Perhitungan Manual Dengan Metode Irisan Fellenius No. 1

    Suatu lereng dengan geometri seperti dibawah merupakanereng batulanau yang homogeny, tidak

    berlapis dan bersifat isotropic.

    Geometri lereng : - tinggi lereng (H) : 30 meter, kemiringan lereng () : 60o

    Kondisi lereng : kering

    Karakteristi fisik dan mekanik material pembentuk lereng :

    No. Karakteristik Batulanau

    1 Kohesi (C) 87,0 kN/m

    2 Sudut Geser dalam () 16,0o

    3 Bobot isi () 18,5 kN/m

    4 Nisbah Tekanan Pori (ru) 0

    5 Indeks Plastisitas 0

    Titik Iterasi 1

    Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan

    adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan

    yang tegak lurus terhadap dasar

    (Gambar lihat lampiran 1.1) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 1)

    Diperoleh Fk = 1.20

    Titik Iterasi 2

    Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan

    adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan

    yang tegak lurus terhadap dasar

    (Gambar lihat lampiran 1.2) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 2)

    Diperoleh Fk = 1.33

    Titik Iterasi 3

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    24/44

    Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan

    adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan

    yang tegak lurus terhadap dasar

    (Gambar lihat lampiran 1.3) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 3)

    Diperoleh Fk = 1.23

    Titik Iterasi 4

    Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan

    adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan

    yang tegak lurus terhadap dasar

    (Gambar lihat lampiran 1.4) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 4)

    Diperoleh Fk = 1.4

    Titik Iterasi 5

    Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan

    adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan

    yang tegak lurus terhadap dasar

    (Gambar lihat lampiran 1.5) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 5)

    Diperoleh Fk = 1.36

    Titik Iterasi 6

    Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan

    adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan

    yang tegak lurus terhadap dasar

    (Gambar lihat lampiran 1.6) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 6)

    Diperoleh Fk = 1.27

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    25/44

    Perhitungan Manual Dengan Metode Irisan Fellenius No. 2

    Suatu lereng dengan geometri seperti dibawah merupakanereng batulanau yang homogen, tidak

    berlapis dan bersifat isotropic.

    Geometri lereng : - tinggi lereng (H) : 30o, kemiringan lereng () : 60

    o

    Kondisi lereng : kering

    Karakteristi fisik dan mekanik material pembentuk lereng :

    No. Karakteristik Batulanau Batupasir Batulempung

    1 Kohesi (C) 87,0 kN/m 130,0 kN/m 100,0 kN/m

    2 Sudut Geser dalam () 16,0o 21,56

    o 15,46

    o

    3 Bobot isi () 18,5 kN/m 23,50 kN/m 22,50 kN/m

    4 Nisbah Tekanan Pori (ru) 0 0 0

    5 Indeks Plastisitas 0 0 0

    Titik Iterasi 1

    Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan

    adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan

    yang tegak lurus terhadap dasar

    (Gambar lihat lampiran 2.1) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 1)

    Diperoleh Fk = 1.175

    Titik Iterasi 2

    Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan

    adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan

    yang tegak lurus terhadap dasar

    (Gambar lihat lampiran 2.2) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 2)

    Diperoleh Fk = 1.294

    Titik Iterasi 3

    Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan

    adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan

    yang tegak lurus terhadap dasar

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    26/44

    (Gambar lihat lampiran 2.3) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 3)

    Diperoleh Fk = 1.375

    Titik Iterasi 4

    Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan

    adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan

    yang tegak lurus terhadap dasar

    (Gambar lihat lampiran 2.4) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 4)

    Diperoleh Fk = 1.211

    Titik Iterasi 5

    Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan

    adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan

    yang tegak lurus terhadap dasar

    (Gambar lihat lampiran 2.5) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 5)

    Diperoleh Fk = 1.282

    Titik Iterasi 6

    Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan

    adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan

    yang tegak lurus terhadap dasar

    (Gambar lihat lampiran 2.6) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 6)

    Diperoleh Fk = 1.329

    Perhitungan Manual Dengan Metode Irisan Fellenius No. 3

    Suatu lereng dengan geometri seperti dibawah merupakanereng batulanau yang homogen, tidak

    berlapis dan bersifat isotropic.

    Geometri lereng : - tinggi lereng (H) : 30o, kemiringan lereng () : 60

    o

    Kondisi lereng : kering

    Mengalami beban gempa, koefisien gempa : 0,25 g

    Karakteristi fisik dan mekanik material pembentuk lereng :

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    27/44

    No. Karakteristik Batulanau Batupasir Batulempung

    1 Kohesi (C) 87,0 kN/m 130,0 kN/m 100,0 kN/m

    2 Sudut Geser dalam () 16,0o 21,56

    o 15,46

    o

    3 Bobot isi () 18,5 kN/m 23,50 kN/m 22,50 kN/m

    4 Nisbah Tekanan Pori (ru) 0 0 0

    5 Indeks Plastisitas 0 0 0

    Titik Iterasi 1

    Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan

    adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan

    yang tegak lurus terhadap dasar

    (Gambar lihat lampiran 3.1) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 1)

    Diperoleh Fk = 0.835

    Titik Iterasi 2

    Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan

    adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan

    yang tegak lurus terhadap dasar

    (Gambar lihat lampiran 3.2) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 2)

    Diperoleh Fk = 0.771

    Titik Iterasi 3

    Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan

    adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan

    yang tegak lurus terhadap dasar

    (Gambar lihat lampiran 3.3) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 3)

    Diperoleh Fk = 0.834

    Titik Iterasi 4

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    28/44

    Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan

    adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan

    yang tegak lurus terhadap dasar

    (Gambar lihat lampiran 3.4) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 4)

    Diperoleh Fk = 0.799

    Titik Iterasi 5

    Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan

    adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan

    yang tegak lurus terhadap dasar

    (Gambar lihat lampiran 3.5) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 5)

    Diperoleh Fk = 0.824

    Titik Iterasi 6

    Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan

    adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan

    yang tegak lurus terhadap dasar

    (Gambar lihat lampiran 3.6) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 6)

    Diperoleh Fk = 0.842

    Perhitungan Manual Dengan Metode Irisan Fellenius No. 4

    Suatu lereng dengan geometri seperti dibawah merupakanereng batulanau yang homogen, tidak

    berlapis dan bersifat isotropic.

    Geometri lereng : - tinggi lereng (H) : 30o, kemiringan lereng () : 60

    o

    Kondisi lereng : Terdapat Muka Air Atanah

    Karakteristi fisik dan mekanik material pembentuk lereng :

    No. Karakteristik Batulanau Batupasir Batulempung

    1 Kohesi (C) 87,0 kN/m 130,0 kN/m 100,0 kN/m

    2 Sudut Geser dalam () 16,0o 21,56

    o 15,46

    o

    3 Bobot isi () 18,5 kN/m 23,50 kN/m 22,50 kN/m

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    29/44

    4 Nisbah Tekanan Pori (ru) 1,1 1,1 1,1

    5 Indeks Plastisitas 0 0 0

    Titik Iterasi 1

    Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan

    adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan

    yang tegak lurus terhadap dasar

    (Gambar lihat lampiran 4.1) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 1)

    Diperoleh Fk = 1.013

    Titik Iterasi 2

    Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan

    adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan

    yang tegak lurus terhadap dasar

    (Gambar lihat lampiran 4.2) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 2)

    Diperoleh Fk = 1.267

    Titik Iterasi 3Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan

    adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan

    yang tegak lurus terhadap dasar

    (Gambar lihat lampiran 4.3) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 3)

    Diperoleh Fk = 1.219

    Titik Iterasi 4

    Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan

    adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan

    yang tegak lurus terhadap dasar

    (Gambar lihat lampiran 4.4) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 4)

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    30/44

    Diperoleh Fk = 1.197

    Titik Iterasi 5

    Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan

    adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan

    yang tegak lurus terhadap dasar

    (Gambar lihat lampiran 4.5) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 5)

    Diperoleh Fk = 1.357

    Titik Iterasi 6

    Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan

    adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan

    yang tegak lurus terhadap dasar

    (Gambar lihat lampiran 4.6) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 6)

    Diperoleh Fk = 1.436

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    31/44

    Perhitungan Manual Dengan Metode Bishop No. 1

    Suatu lereng dengan geometri seperti dibawah merupakanereng batulanau yang homogeny, tidak

    berlapis dan bersifat isotropic.

    Geometri lereng : - tinggi lereng (H) : 30 meter, kemiringan lereng () : 60o

    Kondisi lereng : kering

    Karakteristi fisik dan mekanik material pembentuk lereng :

    No. Karakteristik Batulanau

    1 Kohesi (C) 87,0 kN/m

    2 Sudut Geser dalam () 16,0o

    3 Bobot isi () 18,5 kN/m

    4 Nisbah Tekanan Pori (ru) 0

    5 Indeks Plastisitas 0

    Titik Iterasi 1

    Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode

    bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran

    (Gambar lihat lampiran 1.1) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 1)

    Diperoleh Fk = 1,42

    Titik Iterasi 2

    Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode

    bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran

    (Gambar lihat lampiran 1.2) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 2)

    Diperoleh Fk = 1,69

    Titik Iterasi 3

    Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode

    bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran

    (Gambar lihat lampiran 1.3) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 3)

    Diperoleh Fk = 1,64

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    32/44

    Titik Iterasi 4

    Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode

    bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran

    (Gambar lihat lampiran 1.4) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 4)

    Diperoleh Fk = 1,59

    Titik Iterasi 5

    Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode

    bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran

    (Gambar lihat lampiran 1.5) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 5)

    Diperoleh Fk = 1,69

    Titik Iterasi 6

    Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode

    bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran

    (Gambar lihat lampiran 1.6) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 6)

    Diperoleh Fk = 1,53

    Perhitungan Manual Dengan Metode Bishop No. 2

    Suatu lereng dengan geometri seperti dibawah merupakanereng batulanau yang homogen, tidak

    berlapis dan bersifat isotropic.

    Geometri lereng : - tinggi lereng (H) : 30o, kemiringan lereng () : 60

    o

    Kondisi lereng : kering

    Karakteristi fisik dan mekanik material pembentuk lereng :

    No. Karakteristik Batulanau Batupasir Batulempung

    1 Kohesi (C) 87,0 kN/m 130,0 kN/m 100,0 kN/m

    2 Sudut Geser dalam () 16,0o 21,56

    o 15,46

    o

    3 Bobot isi () 18,5 kN/m 23,50 kN/m 22,50 kN/m

    4 Nisbah Tekanan Pori (ru) 0 0 0

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    33/44

    5 Indeks Plastisitas 0 0 0

    Titik Iterasi 1

    Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode

    bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran

    (Gambar lihat lampiran bishop 1.1 ) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 1)

    Diperoleh Fk = 1,36

    Titik Iterasi 2

    Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode

    bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran

    (Gambar lihat lampiran Bishop 1.2) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 2)

    Diperoleh Fk = 1,25

    Titik Iterasi 3

    Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode

    bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran(Gambar lihat lampiran Bishop 1.3) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 3)

    Diperoleh Fk = 1,32

    Titik Iterasi 4

    Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode

    bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran

    (Gambar lihat lampiran Bishop 1.4) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 4)

    Diperoleh Fk = 1,51

    Titik Iterasi 5

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    34/44

    Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode

    bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran

    (Gambar lihat lampiran 1.5) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 5)

    Diperoleh Fk = 1,20

    Titik Iterasi 6

    Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode

    bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran

    (Gambar lihat lampiran Bishop 1.6) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 6)

    Diperoleh Fk = 1,35

    Perhitungan Manual Dengan Metode Bishop No. 3

    Suatu lereng dengan geometri seperti dibawah merupakanereng batulanau yang homogen, tidak

    berlapis dan bersifat isotropic.

    Geometri lereng : - tinggi lereng (H) : 30o, kemiringan lereng () : 60

    o

    Kondisi lereng : kering

    Mengalami beban gempa, koefisien gempa : 0,25 g

    Karakteristi fisik dan mekanik material pembentuk lereng :

    No. Karakteristik Batulanau Batupasir Batulempung

    1 Kohesi (C) 87,0 kN/m 130,0 kN/m 100,0 kN/m

    2 Sudut Geser dalam () 16,0o 21,56

    o 15,46

    o

    3 Bobot isi () 18,5 kN/m 23,50 kN/m 22,50 kN/m

    4 Nisbah Tekanan Pori (ru) 0 0 0

    5 Indeks Plastisitas 0 0 0

    Titik Iterasi 1

    Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode

    bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    35/44

    (Gambar lihat lampiran bishop 1.1 ) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 1)

    Diperoleh Fk = 0,87

    Titik Iterasi 2

    Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode

    bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran

    (Gambar lihat lampiran Bishop 1.2) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 2)

    Diperoleh Fk = 0,90

    Titik Iterasi 3

    Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode

    bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran

    (Gambar lihat lampiran Bishop 1.3) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 3)

    Diperoleh Fk = 0,871

    Titik Iterasi 4Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode

    bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran

    (Gambar lihat lampiran Bishop 1.4) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 4)

    Diperoleh Fk = 0,873

    Titik Iterasi 5

    Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode

    bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran

    (Gambar lihat lampiran 1.5) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 5)

    Diperoleh Fk = 0,807

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    36/44

    Titik Iterasi 6

    Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode

    bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran

    (Gambar lihat lampiran Bishop 1.6) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 6)

    Diperoleh Fk = 0,864

    Perhitungan Manual Dengan Metode Bishop No. 4

    Suatu lereng dengan geometri seperti dibawah merupakanereng batulanau yang homogen, tidak

    berlapis dan bersifat isotropic.

    Geometri lereng : - tinggi lereng (H) : 30o, kemiringan lereng () : 60o

    Kondisi lereng : terdapat muka air tanah

    Karakteristi fisik dan mekanik material pembentuk lereng :

    No. Karakteristik Batulanau Batupasir Batulempung

    1 Kohesi (C) 87,0 kN/m 130,0 kN/m 100,0 kN/m

    2 Sudut Geser dalam () 16,0o 21,56

    o 15,46

    o

    3 Bobot isi () 18,5 kN/m 23,50 kN/m 22,50 kN/m

    4 Nisbah Tekanan Pori (ru) 1.1 1.1 1.1

    5 Indeks Plastisitas 0 0 0

    Titik Iterasi 1

    Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode

    bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran

    (Gambar lihat lampiran bishop 1.1 ) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 1)

    Diperoleh Fk =

    Titik Iterasi 2

    Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode

    bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    37/44

    (Gambar lihat lampiran Bishop 1.2) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 2)

    Diperoleh Fk =

    Titik Iterasi 3

    Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode

    bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran

    (Gambar lihat lampiran Bishop 1.3) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 3)

    Diperoleh Fk =

    Titik Iterasi 4

    Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode

    bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran

    (Gambar lihat lampiran Bishop 1.4) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 4)

    Diperoleh Fk =

    Titik Iterasi 5

    Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode

    bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran

    (Gambar lihat lampiran 1.5) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 5)

    Diperoleh Fk =

    Titik Iterasi 6Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode

    bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran

    (Gambar lihat lampiran Bishop 1.6) :

    (Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 6)

    Diperoleh Fk =

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    38/44

    Perhitungan Dengan menggunakan software GEO-SLOPE

    Lihat lampiran gambar geoslope nomor 1,2,3 dan 4

    Analisa Hasil Perhitungan

    Nomor 1

    Berikut adalah perbandingan hasil perhitungan faktor keamanan dari 6 titik

    iterasi dengan metode Fellenius dan metode Bishop dan perhitungan dengan

    menggunakan bantuan GEO SLOPE.

    Tabel V.1 Perbandingan Nilai Faktor Keamanan Nomor 1

    Fellenius Bishop GEO SLOPETitik 1 1,20 1.42 Ordinary : 1.366

    Titik 2 1,33 1.69 Bishop : 1.384

    Titik 3 1,23 1.64 Janbu : 1.374

    Titik 4 1,4 1.59

    Titik 5 1,36 1.69

    Titik 6 1,27 1.53

    Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai faktor keamanan yang didapat dari

    metode Fellenius dan metode Bishop tidak jauh berbeda begitupula data

    yang dihasilkan dengan menggunakan GEO SLOPE. Kami lebih mempercayai

    hasil perhitungan dengan GEO SLOPE dikarenakan data yang dipakai lebih

    akurat dan lebih teliti. Dan dari semua hasil yang telah di peroleh kami mengambil

    kesimpulan bahwa lereng ini dapat dikategorikan sebagai lereng yang stabil dilihat

    dari nilai Fk keseluruhan bahwa nilai Fk terkecil adalah 1,20 yang merupakan hasil

    dari perhitungan dengan metode filenius titik iterasi yang pertama.

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    39/44

    Nomor 2

    Berikut adalah perbandingan hasil perhitungan faktor keamanan dari 6 titik

    iterasi dengan metode Fellenius dan metode Bishop dan perhitungan dengan

    menggunakan bantuan GEO SLOPE.

    Tabel Perbandingan Nilai Faktor Keamanan Nomor 2

    Fellenius Bishop GEO SLOPE

    Titik 1 1.175 1.368 Ordinary : 1.426

    Titik 2 1.294 1.254 Bishop : 1.436

    Titik 3 1.375 1.322 Janbu : 1.447

    Titik 4 1.211 1.518

    Titik 5 1.282 1.202

    Titik 6 1.329 1.355

    Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai faktor keamanan yang didapat dari

    metode Fellenius dan metode Bishop tidak jauh berbeda begitupula data

    yang dihasilkan dengan menggunakan GEO SLOPE. Kami lebih mempercayai

    hasil perhitungan dengan GEO SLOPE dikarenakan data yang dipakai lebih

    akurat dan lebih teliti. Dan dari semua hasil yang telah di peroleh kami mengambil

    kesimpulan bahwa lereng ini dapat dikategorikan sebagai lereng yang stabil dilihat

    dari nilai Fk keseluruhan bahwa nilai Fk terkecil adalah 1,175 dari perhitungan

    dengan metode filenius titik iterasi yang pertama.

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    40/44

    Nomor 3

    Berikut adalah perbandingan hasil perhitungan faktor keamanan dari 6 titik

    iterasi dengan metode Fellenius dan metode Bishop dan perhitungan dengan

    menggunakan bantuan GEO SLOPE namun nilai yang diambil hanya nilai

    faktor keamanan menurut Bishop saja.

    Tabel Perbandingan Nilai Faktor Keamanan Nomor 3

    Fellenius Bishop GEO SLOPE

    Titik 1 0.835 0.876 Ordinary : 0.932

    Titik 2 0.771 0.909 Bishop : 0.947

    Titik 3 0.834 0.871 Janbu : 0.886Titik 4 0.799 0.873

    Titik 5 0.824 0.807

    Titik 6 0.842 0.864

    Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai faktor keamanan yang didapat dari

    metode Fellenius dan metode Bishop tidak jauh berbeda begitupula data

    yang dihasilkan dengan menggunakan GEO SLOPE. Kami lebih mempercayai

    hasil perhitungan dengan GEO SLOPE dikarenakan data yang dipakai lebih

    akurat dan lebih teliti. Dan dari semua hasil yang telah di peroleh kami mengambil

    kesimpulan bahwa lereng ini dapat dikategorikan sebagai lereng yang tidak stabil

    dilihat dari nilai Fk keseluruhan bahwa nilai Fk terkecil adalah 0.771 dari

    perhitungan dengan metode filenius titik iterasi yang kedua. Pengaruh dari gempa

    menyebabkan kurang stabilnya lereng tersebut. Hal ini sesuai dengan dasar teori

    bahwa gempa berpengaruh terhadap kestabilan lereng dan bukti dari sering

    terjadinya longsor ketika ada gempa.

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    41/44

    Nomor 4

    Berikut adalah perbandingan hasil perhitungan faktor keamanan dari 6 titik

    iterasi dengan metode Fellenius dan metode Bishop dan perhitungan dengan

    menggunakan bantuan GEO SLOPE namun nilai yang diambil hanya nilai

    faktor keamanan menurut Bishop saja.

    Tabel Perbandingan Nilai Faktor Keamanan Nomor 4

    Fellenius Bishop GEO SLOPE (Bishop)

    Titik 1 1.013 1,07 Ordinary : 0,866

    Titik 2 1.267 1,12 Bishop : 0,900

    Titik 3 1.219 1,21 Janbu : 0,844

    Titik 4 1.197 1,24

    Titik 5 1.357 1,42

    Titik 6 1.436 1,56

    Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai faktor keamanan yang didapat dari

    metode Fellenius dan metode Bishop tidak jauh berbeda begitupula data

    yang dihasilkan dengan menggunakan GEO SLOPE. Kami lebih mempercayai

    hasil perhitungan dengan GEO SLOPE dikarenakan data yang dipakai lebih

    akurat dan lebih teliti. Dan dari semua hasil yang telah di peroleh kami mengambil

    kesimpulan bahwa lereng ini dapat dikategorikan sebagai lereng yang tidak stabil

    dilihat dari nilai Fk keseluruhan bahwa nilai Fk terkecil adalah 1,013 dari

    perhitungan dengan metode filenius titik iterasi yang pertama. Pengaruh dari muka

    air tanah menyebabkan bertambah beratnya volume setiap irisan yang

    mengakibatkan semakin besar pembebanan pada lereng yang dapat mengakibatkan

    semakin besar kemungkinan terjadinya longsor pada lereng tersebut.

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    42/44

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Dari semua hasil perhitungan yang telah kami lakukan, kami telah mengambil beberapa

    kesimpulan yang menurut kami penting yaitu :

    1. Dari nomor 1,2,3 dan 4. Nilai faktor keamanan yang dipakai untuk lereng yang ditinjau

    adalah nilai faktor keamanan hasil dari perhitungan dengan bantuan program GEO

    SLOPE. Hal ini dikarenakan perhitungan menggunakan GEO SLOPE lebih teliti dan

    lebih cocok digunakan karena perhitungan manual masih bisa terjadi kesalahan.

    Kesalahan yang dimaksud mulai dari pembacaan sudut dengan menggunakan busur

    derajat, pengukuran tebal dan tinggi lapisan, angka penting dalam input data serta

    berbagai kesalahan elementer yang masih banyak lagi.

    2. Dalam perhitungan analisis kestabilan lereng, metode bishop lebih sering dipergunakan

    dibandingkan dengan metode fillenius. Hal ini dikarenakan metode fillenius mempunyai

    tingkat ketelitian yang lebih rendah dibandingkan metode Bishop.

    5.2 Saran

    Dalam perhitungan analisis kestabilan lereng ini, kami mendapat banyak hal yang perlu

    diperhatikan lebih lanjut untuk itu kami memberikan beberapa saran untuk di perhatikan.

    1. Perhitungan manual harus secara teliti agar faktor kesalahan (human error) dapat

    diperkecil, hal ini agar dalam pengerjaan analisis kestabilan lereng selanjutnya bisa dapat

    di peroleh hasil yang mendekati keadaan sebenarnya

    2. Pengerjaan dengan software di perlukan untuk sebagai perbandingan bila kita

    mempergunakan hitungan secara manual, sehingga hasil yang kita dapatkan tidak terlalu

    melenceng jauh dari keadaan sebenarnya.

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    43/44

    DAFTARPUSTAKA

    Taopan.,Henda. 2011. Bahan Ajar Perencanaan Tambang. Kupang

  • 7/25/2019 101830804-LAPORAN-TUGAS-STABILITAS-LERENG.pdf

    44/44

    LAMPIRAN