1. -...

37

Upload: lynhan

Post on 29-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1 | P a g e

1. KPK Harus Menangani Korupsi Dana Bansos

Materi dibawakan dalam dengar pendapat dengan DPRD Sikka, Senin 31 Oktober 2011

2. KPK Bukan Hanya Untuk Jakarta Tetapi Indonesia

Materi dibawakan dalam Pertemuan dengan KPK, Tanggal 1 Pebruari 2012

3. Dugaan Keterlibatan Bupati Kabupaten Sikka Sosimus Mitang Dalam Kasus Korupsi

Dana Bansos Kabupaten Sikka Tahun 2008 dan 2009

Laporan ke Jampidsus, Kejaksaan Agung RI, tanggal 9 Pebruari 2012

4. Manipulasi APBD Perubahan & Korupsi Dana KONI oleh Bupati Sikka, Sosimus

Mitang

Laporan ke KPK, 16 Naret 2012

2 | P a g e

KPK Harus Menangani Korupsi Dana Bansos

enyelewengan Dana Bantuan Sosial TA 2009 adalah salah satu contoh tentang

korupsi di kabupaten ini yang dilakukan secara vulgar, tetapi sejauh ini belum

tersentuh oleh hukum secara memadai.

Dalam APBD induk yang ditetapkan pada tanggal 28 Januari 2009 total dana yang

dialokasikan untuk Bansos sebesar Rp 7.085.000.000. Dalam APBD perubahan yang

disepakati oleh DPRD & eksekutip pada tanggal 22 Agustus ditambahkan lagi Rp

2.500.000.000 untuk pos bantuan sosial lain. Dengan demikian total alokasi dana Bansos

untuk tahun 2009 sebanyak Rp 9.585.000.000. Yang mengherankan, setelah melakukan

kesepakatan dengan DPRD tentang tambahan dana ini, pihak eksekutip secara sengaja

melakukan kekeliruan dengan mencantumkan tambahan dana sebesar Rp 6.500.000.000

untuk pos bantuan lain pada dokumen Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati sehingga

total alokasi dana Bansos untuk tahun 2009 dikatrol menjadi Rp 13.585.000.000.

Sebelum kesepakatan tentang perubahan anggaran pun, Bagian Kesra Setda Sikka sudah

melakukan pembelanjaan melampaui jumlah yang telah ditetapkan dalam APBD induk,

yakni untuk pos bantuan sarana dan prasarana ibadah sebanyak Rp 2.456.656.000

(pembelajaan lebih sebanyak 956.656.00), dan untuk bantuan sosial lain sebesar Rp

8.296.303.500 (kelebihan 4.296.303.500). Belanja yang berlebihan ini tidak dilaporkan

kepada DPRD. Karena itu, sekarang bisa dimengerti kalau kekeliruan itu harus

disengajakan untuk mencantumkan tambahan dana Rp 6.500.000.000, bukan Rp

2.500.000.000 sebagaimana disepakati dengan DPRD. Tentu saja untuk menggenapi

belanja yang berlebihan itu.

Alokasi dana Bansos tahun 2009.1

Kategori Jumlah

APBD Induk APBD Perubahan Peraturan Bupati

Sarana & prasarana ibadat 1.500.000.000 1.500.000.000 1.500.000.000

Kegiatan keagamaan lain 1.500.000.000 1.500.000.000 1.500.000.000

Dharma wanita 75.000.000 75.000.000 75.000.000

SSpS Kewapante 10.000.000 10.000.000 10.000.000

Bantuan sosial lainnya 4.000.000.000 6.500.000.000 10.500.000.000

Total 7.085.000.000 9.585.000.000 13.585.000.000

Laporan hasil pemeriksaan BPK atas laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Sikka

tahun 2009 pada tanggal 6 Agustus 2010 menunjukkan bahwa Rp 10.752.859.500 tidak

1 Data dalam tabel dan seluruh penjelasan diambil dari “Laporan Panitia Khusus Bantuan

Sosial 2009 Pada Bagian KESRA SETDA Sikka”

P

3 | P a g e

bisa dipertanggujawabkan. Bupati direkomendasi oleh BPK agar, antara lain, 1)

memerintahkan Inspektorat memeriksa kembali pemanfaatan dana ini, dan 2)

melaporkan penyimpangan ini kepada aparat penegak hukum sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.2

Sejak laporan BPK ini, pelbagai elemen masyarakat, dengan pelbagai cara mendesak agar

kasus ini dibongkar sampai ke akar-akarnya. Tetapi kepolisian dan kejaksaan di

Kabupaten Sikka sedikit pun tidak ambil pusing dengan pengusutan kasus ini. Anggota

TPDI yang sekarang menjadi penasihat hukum Sosimus Mitang (Bupati Sikka)3 sudah

sejak Januari 2011 mendesak KPK untuk mengusut kasus ini, antara lain karena 1) Bupati

Sikka sampai dengan saat itu belum bertindak secara tegas terhadap pihak-pihak yang

terlibat dalam kasus ini, termasuk melaporkannya ke aparat penegak hukum, dan 2)

kecemasan bahwa kejaksaan tidak mampu mengusut kasus ini.4

Rapat paripurna DPRD pada tanggal 11 April 2011 memutuskan untuk membentuk

Panitia Khusus guna mengusut kasus ini. Laporan Pansus menunjukkan dengan

gamblang betapa dana publik ini dirampok oleh petugas negara. Beberapa fakta berikut

ini diungkapkan oleh pansus, antara lain: 1) pengelolaan keuangan Bansos sama sekali

tidak mengikuti pedoman pengelolaan keuangan Daerah (Permendagri no 13 tahun 2006

dan no 59 tahun 2007), 2) penggunaan dana tidak sesuai dengan peruntukannya, 3)

sekian banyak kwitansi fiktip, 4) manipulasi APBD, dan 5) adanya pinjaman dari pihak

ketiga secara bertentang dengan hukum. Dari cara kerja seperti ini, Pansus menemukan

jumlah dana yang tidak bisa dipertanggungjawabkan jauh lebih besar dari laporan BPK,

yakni Rp 11.033.059.500. Jumlah ini belum terhitung pinjaman dari pihak ketiga sebesar

Rp 8.723.362.860. Dengan demikian total dana yang tidak bisa dipertanggungjawabkan

dari segi pengelolaan dana publik sebesar Rp 19,756,422,360.5

Kecuali beberapa pejabat yang masih berkelit dengan mengatakan, “tidak tahu, tidak

mengenal <., tidak berhubungan dengan <.;” tetapi pada umumnya para pihak yang

dimintai keterangannya oleh Pansus mengakui pelanggaran-pelanggaran ini. Wakil

Bupati Sikka, Wera Damianus, sebagaimana dikutip oleh Suara Pembaruan, bahkan

dengan tegas mengatakan, “dana bansos tersebut jelas telah disalahgunaan sejumlah

[orang] dan merugikan negara kurang lebih sebesar Rp 9,8 miliar. Oleh sebab itu pihak

Kejari Maumere harus mengusut kasus tersebut, apalagi bukti administrasi pertanggung

2 Laporan Pansus, hal.2 3 “Kasus Bansos Sikka. Kejati NTT Perlu Menahan Diri”

http://regional.kompas.com/read/2011 /09/ 19/17442710/Kejati.NTT.Perlu.Menahan.Diri.

4 Lihat, antara lain, “TPDI NTT Laporkan Kasus Bansos ke KPK” http://202.146.4.119/

read/artikel/57222/maumeremanise/tpdi-ntt-laporkan-kasus-bansos-ke-kpk; dan “KPK

Terima Laporan Korupsi Dana Bansos Rp 10,7 Miliar http://florespos.com/

article.php?articleid=148

5 Laporan Pansus, hal. 46.

4 | P a g e

jawaban kwitansinya ada namun realisasi bantuan sosial kepada masyarakat tidak ada

alias fiktif.”6

DPRD dalam sidangnya pada tanggal 4 Juli 2011 menetapkan agar kasus ini diserahkan

kepada KPK di Jakarta untuk proses hukum terhadap 13 orang yang “patut diduga baik

secara sengaja atau karena kelalaiannya telah melakukan perbuatan dan atau turut serta

melakukan perbuatan yang berindikasi tindak pidana korupsi.”7 Dalam daftar 13 nama

ini termasuk Bupati dan Wakil Bupati.

Putusan politik DPRD untuk meminta KPK mengusut korupsi dana Bansos ini sejalan

dengan aspirasi banyak elemen masyarakat, baik lembaga/forum maupun perorangan,

sejauh diberitakan oleh media.8 Yang menentang putusan ini sejauh diberitakan media

adalah “Forum Pemuda Sikka Peduli Keadilan,”9 TPDI10 dan “Aliansi Peduli

Pembangunan Sikka (APPS).” 11 Ketiga kelompok ini mendukung pengusutan kasus

dana Bansos oleh Kejaksaan.

Sikap 3 kelompok yang terakhir ini sejalan dengan Bupati Sikka yang pada tanggal 26

Mei 2011 melaporkan kasus ini ke Kejaksaan Negeri Maumere. Berkaitan dengan

tindakan Bupati terhadap kasus dana bansos ini, boleh kita bertanya: mengapa Bupati

menunggu begitu lama untuk melaporkan kasus ini ke Kejaksaan? Laporan BPK

diterbitkan tanggal 6 Agustus 2010. BPK merekomendasikan kepada Bupati untuk

menindak aparat yang melakukan pelanggaran ini, termasuk melaporkannya ke aparat

penegak hukum. Baru bulan Pebruari 2011 (6 bulan kemudian) pejabat yang

6http://www.suarapembaruan.com/home/jaksa-selidiki-kasus-dugaan-penyimpangan-

dana-bansos-sikka/7661 7 Laporan “Panitia Khusus Bantuan Sosial Pada Bagian Kesra Setda Sikka,” hal. 46.

8 Lihat antara lain, “Dugaan Korupsi Bansos Rp 10,7 Miliar di Sikka, Massa Minta KPK

Ambil Alih kasus “http://antikorupsijateng.wordpress.com/2011/06/24/dugaan-korupsi-

bansos-rp-107-miliar-di-sikka-massa-minta-kpk-ambil-alih-kasus/; “KPK Didesak Ambil

Alih Kasus Korupsi Rp10,7 M di Sikka” http://www.mediaindonesia.com/read/

2011/06/06/236409/290/101/ KPK-Didesak-Ambil-Alih-Kasus-Korupsi-Rp107-M-di-Sikka;

“Massa Minta KPK Ambil Alih kasus” http://kupang.pabrik.info/massa-minta-kpk-ambil-

alih-kasus/

9 Kelompok ini beranggapan bahwa tindakan DPRD melaporkan kasus ini ke KPK

menghalangi upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh KPK. Lihat, antara lain

“Anggota DPRD Sikka Dilaporkan ke KPK,” http://www.suarapembaruan.com/

home/anggota-dprd-sikka-dilaporkan-ke-kpk/8967.

10 Lihat antara lain: “Kasus Bansos di Sikka. DPRD Sikka Dinilai Halangi Penyelidikan

Jaksa” http://kupang.tribunnews.com/read/artikel/65811

11 Lihat antara lain: “Dukung Soda sampai 2013,” Pos Kupang, Kamis 27 Oktober 2011,

hal. 1& 7; “Jaksa diminta tangkap Tersangka Dana Bansos,” Flores Pos, Kamis 27 oktober

2011, hal 1 & 15.

5 | P a g e

bersangkutan dicopot dari jabatannya12 dan 9 bulan kemudian baru laporan ke Kejaksaan

Negeri dibuat. Apakah karena desakan semakin kuat ke DPRD Sikka agar kasus dana

Bansos ini ditangani oleh KPK yang jauh lebih dipercayai?

Demonstrasi belakangan ini mulai terpolarisasi antara kelompok yang mendesak agar

KPK yang menangani kasus ini dan kelompok yang mendukung kejaksaan negeri.

Menarik untuk bertanya di sini, mengapa DPRD Sikka menyerahkan kasus ini ke KPK

dan bukan ke Kejari Maumere?

Ketua Pansus, Lando Mekeng, dalam penjelasannya di Ledalero, mengatakan antara lain,

KPK mempunyai kewenangan yang lebih besar dalam mengusut kasus tipikor. Inilah

alasan DPRD membawa kasus ini ke KPK.13 Tetapi kami juga yakin bahwa para wakil

rakyat di Sikka ,seperti juga kebanyakan orang di Republik ini, tidak yakin akan kinerja

Kejaksaan. Hasil survey Transparecy International Indonesia (TII) dan lembaga-lembaga

lain menunjukkan bahwa kejaksaan merupakan salah satu lembaga terkorup di

Indonesia.14 Pembentukan KPK sebagai lembaga pemberantasan korupsi adalah satu

bukti bahwa aparat penegak hukum di negeri ini tidak bisa diandalkan. Seperti juga

DPRD Sikka, banyak elemen masyarakat juga tidak percaya kepada kejaksaan dan

mendesak agar KPK mengambil alih kasus ini.

Dari pemberitaan media, kami tahu bahwa KPK sudah dua kali datang ke Kabupaten ini

untuk mengusut kasus dana Bansos, tetapi di pihak lain Kejaksaan juga merasa sangat

berkepentingan untuk menangangi kasus ini demi merespons laporan Bupati Sikka.

Dalam wawancara dengan Pos Kupang, Kajati NTT, Sriyono, S.H menegaskan bahwa

kasus ini sudah ditangani secara resmi oleh Kejati NTT, KPK hanya membantu kejati

NTT apabila dalam penanganan menemui kendala. Dalam wawancara yang sama, Kajati

mengatakan: “Dalam aturan penegak hukum, baik polisi jaksa dan KPK, siapa yang lebih

dahulu menaikan status dari penyelidikan ke penyidikan, maka institusi itulah yang

akan menangani kasus tersebut. Karena itu saya tergaskan, kasus ini ditangani oleh

Kejati NTT." 15

12 Lihat, antara lain: “Bupati Sikka Copot Tiga Pejabat Terkait Kasus Bansos,” http://

www.tribunnews.com /2011/02/18/ bupati-sikka-copot-tiga-pejabat-terkait-kasus-bansos. 13 Pertemuan Ledalero, 28 Oktober 2011.

14 Lihat, antara lain: “Lembaga Penegak Hukum Masih Korup” http://www.ti.or.id/

index.php/ news/2011/09/25/lembaga-penegak-hukum-masih-korup; “Polri Institusi

Terkorup, Diikuti Kejaksaan & Pengadilan” http://www.detiknews.com/read/2007/

01/04/172319/726947/ 10/polri-institusi-terkorup-diikuti-kejaksaan-pengadilan.

15 “Kasus Bansos Sikka KPK Dukung Kejati

TT,”http://kupang.tribunnews.com/read/artikel /71562/ kasus-bansos-sikka-kpk-

dukung-kejati-ntt

6 | P a g e

Kajati NTT rupanya lupa tentang ketentuan lain dalam UU no 30 tahun 2002 tentang

“Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.” Pada pasal 9 UU ini dinyatakan bahwa

KPK bisa mengambilalih kasus karena beberapa alasan berikut ini:16

a. laporan masyarakat mengenai tindak pidana korupsi tidak ditindaklanjuti;

b. proses penanganan tindak pidana korupsi secara berlarut-larut atau tertunda-

tunda tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan;

c. penanganan tindak pidana korupsi ditujukan untuk melindungi pelaku tindak

pidana korupsi yang sesungguhnya;

d. penanganan tindak pidana korupsi mengandung unsur korupsi;

e. hambatan penanganan tindak pidana korupsi karena campur tangan dari

eksekutif, yudikatif, atau legislatif; atau

f. keadaan lain yang menurut pertimbangan kepolisian atau kejaksaan, penanganan

tindak pidana korupsi sulit dilaksanakan secara baik dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Mari kita cermati apa yang dikerjakan Kejaksaan menyangkut kasus ini. Ketika BPK

menerbitkan laporannya pada tanggal 6 Agustus 2010 yang antara lain mengungkapkan

penyimpangan dana Bansos TA 2009, Kejaksaan Negeri Maumere sama sekali tidak

menanggapi temuan ini. Desakan pelbagai elemen masyarakat secara bertubi-tubi ke

Kejaksaan untuk mengusut kasus ini pun tidak terlalu dipedulikan. Padahal dalam

wawancara dengan wartawan, Kepala Kejaksaan Negeri Maumere sendiri mengatakan

“Jaksa sebagai aparat penegak hukum entah ada dan tidak lapor wajib mengusut kasus

korupsi di Sikka yang menjadi buah bibir masyarakat.”17

Pada bulan Maret 2011, 7 bulan setelah laporan BPK dan desakan masyarakat, Kejaksaan

diberitakan melakukan “uji petik di lapangan” (cocokan dokumen laporan & fakta

penerima bantuan di lapangan, meminta data dari Inspektorat Kabupaten Sikka, Bagian

Kesra Setda Sikka serta instansi terkait).18 Pada bulan Juni 2011 diberitakan bahwa

kejaksaan sudah melakukan Pulbaket.19 Ketika bertemu dengan TPDI pada tanggal 20

Juni 2011, Kepala Kejaksaan Negeri Maumere menegaskan, "Kami akan usut sampai

tuntas kasus ini. Saya sudah kerahkan semua jaksa untuk kepung kasus dana bansos.

Kami tidak ada kepentingan dan kami akan tegakkan aturan. Siapa yang terlibat jika ada

16 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 17 “Kajari Maumere Siap Usut Dugaan Korupsi Bansos Sampai Tuntas”

http://www.tribunnews.com/ 2011/06/20/kajari-maumere-siap-usut-bansos-sampai-tuntas 18 “Jaksa Uji Petik Dugaan Korupsi Dana Bansos Rp 10,7 Miliar.” http://florespos.com/

article. php?article_id=191.

19 “Jaksa Selidiki Kasus Dugaan Penyimpangan Dana Bansos Sikka”

http://www.suarapembaruan.com/home/jaksa-selidiki-kasus-dugaan-penyimpangan-

dana-bansos-sikka/7661

7 | P a g e

indikasi kita akan proses." 20 Bulan Juli 2011 kasus dana bansos ini diambil alih oleh

Kejaksaan Tinggi Kupang. Website Kejaksaan memberitakan bahwa pada tanggal 4

Oktober, 2 orang tersangka ditetapkan yakni Mantan Kepala Bagian Kesejahteraan

Rakyat, Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Sikka, Servas Kabu dan Mantan Bendahara

Bagian Kesra, Yos Otu.21

Dari gambaran sekilas ini dapat diduga sikap kejaksaan terhadap pengusutan kasus ini

dan kepentingan rakyat banyak untuk mendapatkan keadilan. Kami tidak tahu persis

kasus apa saja yang sedang diusut oleh Kejaksaan Negeri Maumere sejak bulan Agustus

tahun 2010, sehingga ada alasan cukup untuk menunda pengusutan kasus ini walau pun

terus menerus didesak. Tetapi korupsi sebagai kasus pidana khusus harus diprioritaskan

oleh kejaksaan. Namun seperti juga banyak kasus korupsi yang lain di kabupaten ini,

kejaksaan terus mengulur-ulur waktu untuk pengusutan. Kejaksaan baru bergegas ketika

Bupati melaporkan kasus ini ke kejaksaan. Hal ini dibenarkan oleh penasehat hukum

Bupati, Meridian Dado dari TPDI, yang mengatakan “atas laporan Bupati Sikka tersebut,

Kejaksaan Tinggi NTT telah serius bekerja dengan menetapkan tersangka kasus

tersebut.”22

Berbeda dari DPRD yang merekomendasikan KPK untuk mengusut 13 orang dalam

kasus ini, termasuk Bupati, Kejaksaan hanya menetapkan para pembantu bupati sebagai

tersangka.

Jelaslah untuk kami bahwa kejaksaan mengulur-ulur waktu untuk memeriksa kasus ini,

tidak peduli kepada rakyat yang memperjuangkan keadilan, lebih tanggap kepada

penguasa yang dalam laporan Pansus diduga terlibat dalam kasus ini, dan hanya akan

menjerat pejabat kecil di Kabupaten ini sementara yang besar dibiarkan berlalu begitu

saja.

Kasus dana Bansos ini telah menjadi teater yang memilukan untuk ditonton. Dari seluruh

proses ini beberapa hal kita pelajari:

1. Pengelolaan keuangan negara di Kabupaten ini dijalankan secara serampangan dan

korupsi masih merajalela. Laporan Pansus menunjukkan secara jelas bahwa para

petugas kita sungguh-sungguh merampok uang rakyat untuk kesenangannya

sendiri. Segala prosedur pengelolaan uang yang benar dilanggar begitu saja, banyak

20 “Kajari Maumere Siap Usut Dugaan Korupsi Bansos Sampai Tuntas”

http://www.tribunnews.com/ 2011/06/20/kajari-maumere-siap-usut-bansos-sampai-tuntas

21 http://www.kejaksaan.go.id/berita.php?idu=1&id=3750&hal=2 22 Lihat, : “Kasus Dana Bansos. Meridian Dado: Tahan Para Tersangka Dana Bansos!!”

http://kupang.tribunnews.com/read/artikel/72006/kupangnews/kupangplus/2011/10/24/m

eridian-dado-tahan-para-tersangka-dana-bansos. Dalam wawancara yang sama,

Meridian Dado dan Francesco Bero mengatakan, “TPDI NTT dan LBH Nusra sebagai

lembaga advokasi hukum diberi mandat oleh Bupati Kabupaten Sikka guna mengawal

dan mem- back-up penyelamatan uang miliaran rakyat Sikka yang diduga dikorup oleh

oknum-oknum di bagian Kesra Setda Sikka.”

8 | P a g e

kwitansi fiktip, dana dipakai sebagai uang rokok secara regular, untuk makan di

restoran berkali-kali dengan biaya puluhan juta. Bupati bisa memerintahkan

bawahannya untuk transfer uang dan sebegitu gampang mengatakan, “hoang kesa

wor.” Pinjaman yang bertentangan dengan hukum dan peraturan yang menyebabkan

pemerintah kita bisa diteriaki di jalan-jalan sebagai orang yang berhutang dan tidak

tahu mengembalikannnya. Masih banyak keganjilan yang bisa disebutkan di sini.

Kalau Indonesia masih merupakan negara terkorup di dunia23 dan beberapa waktu

lalu Kabupaten ini diberitakan media sebagai salah satu Kabupaten terkorup, kita

boleh menduga bahwa kasus korupsi di Kabupaten ini tidak hanya terbatas pada

dana Bansos. Jangan-jangan kasus Bansos hanyalah puncak dari gunung es korupsi di

wilayah ini. Sekedar menyebut beberapa contoh: penyelewengan uang honor 107

guru kontrak,24 penyelewengan uang honor kader posyandu,25 penyelewengan dana

desa dari bagi hasil pajak dan retribusi, dan masih banyak lagi proyek yang

terbengkalai di Kabupaten ini, termasuk gedung kantor Bupati yang bisa disaksikan

oleh siapa saja yang lewat di jalan.

2. Korupsi dana Bansos ini dilakukan dengan cara-cara yang tidak sangat canggih. Yang

dipertontonkan sebetulnya kecenderungan petugas untuk seenaknya memakai uang

negara. Hal ini mungkin terjadi karena sudah biasa demikian. Tetapi, kalau laporan

Pansus ini benar bahwa pejabat yang lebih tinggi meminta uang tanpa satu kertas

pun ditandatangani, melakukan utang secara lisan, dstnya, tindakan ini bukan hanya

menabrak semua prosedur yang benar untuk pengelolaan uang publik, tetapi

menyiapkan jalan mulus bagi petugas-petugas yang kecil untuk masuk penjara kalau

ketahuan. Dengan demikian, kasus ini tidak secara kebetulan terjadi, tetapi sesuatu

yang direncanakan secara matang tentang risiko hukum. Yang kecil masuk penjara,

sementara yang besar berlalu begitu saja. Dalam proses Pansus ini, terlihat bahwa

beberapa petugas rendahan, yang langsung menangani dana ini, mula-mula berkelit,

tetapi ketika dihadapkan dengan bukti akhirnya mengaku. Tetapi yang besar-besar

secara konsisten mengatakan “tidak tahu.”

3. Korupsi masih terus terjadi, karena lemahnya kontrol dari pelbagai pihak dan tidak

berjalannya penegakan hukum.

1) Pengawasan internal pemerintah Kabupaten ini sangat lemah. Bupati tidak

menunjukkan ketergesahan sedikit pun terhadap kasus penyelewengan dana

yang begitu besar untuk ukuran Kabupaten ini. Dibutuhkan waktu berbulan-

bulan untuk menindak bawahannya dan melaporkan kasus ini kepada kejaksaan,

23 Menurut laporan TII dan Political & Economic Risk Consultancy” (PERC). Lihat juga

artikel “Jaksa Agung: Indonesia Masih Terkorup di Dunia http://news.okezone.com/read/

2011/03/04/339/431302/jaksa-agung-indonesia-masih-terkorup-di-dunia. 24 “Honor Guru Kontrak Dijadikan Dana Bansos,” http://mantaplah.com/honor-guru-

kontrak-dijadikan-dana-bansos/655

25 Laporan Badan Pemberdayaan Masyarakat.

9 | P a g e

padahal rekomendasi BPK sudah diterbitkan pada tanggal 6 Agustus 2010. Ada

kesan bahwa tindakan ini diambil karena desakan dari warga dan proses dalam

Pansus yang hendak melimpahkan kasus ini ke KPK, di dalamnya Bupati juga

disebut sebagai pihak yang diduga terlibat.

Tim Pemeriksa Inspektorat Kabupaten Sikka dinilai oleh Pansus bekerja tidak

profesional dan patut diduga hendak melindungi pihak-pihak tertentu.26 Pada

bulan Nopember 2009, Inspektorat melakukan pemeriksaan dan melaporkan

bahwa tidak ada penyimpangan. 5 bulan kemudian BPK menemukan

penyimpangan penggunaan dana sebesar 10,7M. Karena rekomendasi BPK agar

Tim Inspektorat melakukan pemeriksaan kembali, pada bulan Mei 2011

Inspektorat melaporkan adanya penyimpangan itu sebesar 9,8 M.27

2) Aparat penegak hukum di Kabupaten ini seperti menutup mata terhadap

masalah ini, walau pun laporan BPK sudah jelas. Jaksa baru mulai serius

melakukan pemeriksaan ketika Bupati melaporkan kasus ini.

3) Kontrol dari DPRD belum maksimal. Sudah baik bahwa DPRD Sikka membuat

Pansus untuk meneliti penyalahgunaan dana Bansos, tetapi seluruh kisah tentang

kontrol dari DPRD masih lemah. Perhatikan data-data ini. Setelah menetapkan

APBD induk pada bulan Januari, DPRD tidak mengontrol penggunaan dana ini

oleh eksekutip. Terjadilah penggunaan dana yang melampaui anggaran yang

ditetapkan. Kealpaan DPRD ini membuat pihak eksekutip makin berani. Dalam

dokumen Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati dicatat tambahan dana 6.5 M

untuk pos bantuan lain padahal jumlah yang disepakati hanya 2.5 M. DPRD

hanya mengatakan “merasa dibohongi,” tanpa tindakan yang tegas, malah jumlah

itu akhirnya diiyakan saja. Kealpaan mengontrol pihak eksekutip juga

menyebabkan Bagian Kesra melakukan utang secara tidak benar. Setelah DPRD

menyampaikan hasil Pansus ke KPK, yang dipercayai akan mengusut kasus dana

Bansos ini secara tuntas, DPRD beristirahat. Tidak ada desakan lebih lanjut agar

KPK mengambilalih kasus ini. Ketika sudah lama menunggu KPK belum juga

datang, DPR Sikka hanya menyatakan kecewa.28 Akibatnya, kasus ini diambil alih

oleh Kejaksaan Tinggi Kupang yang sangat kita ragukan. Kami juga merasa aneh

bahwa sampai sekarang DPRD Sikka belum menggunakan hak-hak politik lain

26 Laporan Pansus, hal. 31-32.

27 Laporan Pansus, hal. 30-31. Lihat juga, “Inspektorat Temukan Bansos Fiktif Rp 9,8

Miliar di Sikka http://www.suarapembaruan.com/ home/inspektorat-temukan-bansos-

fiktif-rp-98-miliar-di-sikka/6421

28DUGAANKORUPSI: DPRD Sikka Kecewa KPK Belum Tangani Kasus Bansos.

KOMPAS.com – Rabu, 14 September 2011 http://antikorupsijateng. wordpress.com/

2011/09/14/dugaan-korupsi-dprd-sikka-kecewa-kpk-belum-tangani-kasus-bansos/

10 | P a g e

terhadap pemerintahan seperti ini, walaupun hal itu dijamin oleh Undang-

undang.

4) Lemahnya kekuatan rakyat untuk mengontrol pengelolaan keuangan publik.

Selama setahun ini kita menyaksikan demonstrasi silih berganti menuntut

pengungkapan secara tuntas kasus dana Bansos ini. Tetapi jumlah rakyat yang

sadar dan datang berdemo, juga ke kantor DPRD, sebetulnya tidak besar

dibandingkan dengan mayoritas rakyat Sikka yang berjumlah 300.000 ini.

Kebanyakan rakyat tidak mampu menghubungan hilangnya dana-dana ini

dengan kepentingan mereka. Mereka tidak diikutsertakan dalam perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi program-program yang dirancang di Maumere. Sering

mereka hanya dimobiliasi oleh orang-orang tertentu demi kepentingan tertentu,

bukan kepentingan rakyat banyak. Karena itu, banyak rakyat memilih sikap masa

bodoh, walaupun sebenarnya mereka juga tahu tentang penyelewengan dana

Bansos ini.

4. Tata kelola pemerintahan yang jelek dan tidak berpihak kepada rakyat. Dari

pengungkapan korupsi dana Bansos dan dana-dana lain yang belum semuanya

terungkap, yang dilakukan secara sistematik dan terencana memberikan bukti

kepada kita bahwa tata kelola pemerintahan ini jelek (bad governance) dan bahkan

lebih dari itu, sebuah gambaran tata kelola pemerintahan yang jahat (evil governance).

Kita pantas mengatakan bahwa pemerintah kita tidak berpihak kepada rakyat

banyak. Pembangunan dari, oleh dan untuk rakyat, hanyalah jargon yang bagus

diungkapkan, tetapi bukanlah kenyataan yang dipraktekkan. Lebih dari sekedar

tidak berpihak, satu pemerintahan yang melakukan kejatan korupsi dengan

mengorbankan rakyat, telah melakukan pelanggaran HAM, termasuk kategori

kejahatan terhadap kemanusiaan luar biasa (extraordinary crime) dan karena itu pula,

semestinya mereka yang terlibat harus diproses secara hukum di bawah penyelidikan

pro-justitia oleh KOMNAS HAM RI.

Berdasarkan analisis tentang kasus dana Bansos dan pembelajaran yang kita petik, kita

harus mengambil sikap terhadap upaya pemberantasan korupsi yang mengalami

kemandekan ini. Kami berpendapat, kita perlu membedakan dua hal. Pertama

menyangkut kasus konkret dana bansos. Kedua menyangkut pemberantasan korupsi

pada umumnya.

Berkaitan dengan proses hukum dana Bansos, Kami mendesak DPRD agar:

1. Mendesak KPK untuk mengambil alih kasus ini. Bukan hanya karena

ketidakpercayaan kita kepada kejaksaan, tetapi mengacu kepada UU No 30 tahun

2002, khususnya pasal 9, kejaksaan telah mengulur-ngulur waktu untuk mengusut

kasus ini tanpa alasan yang jelas dan diduga kuat melindungi koruptor yang lebih

besar.

11 | P a g e

2. Dalam waktu 2 minggu DPRD sudah harus menyampaikan hasil desakannya ke KPK

kepada semua warga Kabupaten Sikka lewat media-media yang ada.

3. DPRD selalu mengawal kerja KPK untuk menuntaskan kasus ini sampai semua pihak

yang terlibat dalam kasus ini diadili.

Berkaitan dengan upaya pemberantasan korupsi pada umumnya di masa depan, kami

mendesak DPRD agar:

Menetapkan PERDA yang memberikan akses dan kontrol yang lebih besar pada

rakyat kabupaten Sikka terhadap pengelolaan keuangan publik.

Kami menyadari bahwa perubahan ke arah yang lebih baik di dunia, khususnya di

Indonesia, hanya terjadi karena desakan rakyat banyak. Kita menyaksikan perubahan

dari satu orde ke orde yang lain karena anak-anak muda turun ke jalan dan rela mati.

Tetapi sebetulnya kita tidak membutuhkan malaikat untuk menjadi penyelenggara

negara yang baik. Cukuplah kalau kita mengembangkan sistem yang baik dan mengikuti

sistem itu, melakukan kontrol secara cermat, perubahan tidak harus diwarnai dengan

kekerasan. Semua kita secara moral ikut bertanggungjawab untuk menuntas kasus ini

dan berlangkah lebih maju. Tetapi DPRD lebih lagi, terikat oleh undang-undang untuk

memperjuangkannya karena Anda adalah wakil rakyat. Kalau kasus dana Bansos ini bisa

diproses secara adil, Anda sudah menciptakan sejarah di tengah arus besar korupsi yang

menggila di Indonesia. Generasi baru akan mengenangnya sebagai perubahan yang

menyenangkan.

Montesquieu sekali waktu mengatakan, bukanlah orang-orang muda itu jahat; mereka

tidak dirusakkan sampai orang-orang dewasa tenggelam di dalam korupsi.

Kami Yang Mendesak DPRD Sikka

1. Hendrikus Dori Wuwur, SVD

2. Cyrilus Meo Mali, Pr

3. Mikhael de Fretes

4. Thomas Tue, SVD

5. Hubert Thomas Hasulie, SVD

6. Robert Mirsel, SVD

7. Eman Embu, SVD

12 | P a g e

8. Paulus Budi Kleden, SVD

9. Felix Baghi, SVD

10. Otto Gusti Madung, SVD

11. Antonius Jemaru, SVD

12. Ignasius Ledot, SVD

13. Bernard Hayon, SVD

14. Sefrianus Juhani, SVD

15. Hendrikus Maku, SVD

13 | P a g e

KPK Bukan Hanya Untuk Jakarta

Tetapi Indonesia

To oppose corruption in government is the highest obligation of patriotism

G. Edward Griffin

emua orang mengakui bahwa korupsi di Indonesia sudah sangat mengerikan.

Penyakit ini tidak hanya terjadi di pusat kekuasaan di Jakarta, tetapi menyebar

sampai ke pelosok-pelosok. Sudah menjadi seperti satu pola di negeri ini, rejim

yang baru mengeritik yang lama sebagai rejim paling korup, peraturan dan lembaga anti

korupsi dibentuk, tetapi rejim baru itu sendiri tenggelam dalam korupsi yang lebih

mengerikan.29 Sudah pada permulaan tarik masehi, sejarahwan terkenal dan senator

pada Imperium Romanum, Publius Cornelius Tacitus (56-117 AD) mengatakan bahwa,

"semakin korup satu negara, semakin banyak pula hukum."30 Tacitus tentu tidak sedang

berbicara tentang tidak pentingnya hukum untuk menjerat para koruptor, melainkan

pentingnya penegakan hukum oleh aparat yang diwajibkan oleh hukum untuk

melakukannya. Kekuasaan sering menyebarkan citra anti korupsi dengan retorik yang

bagus di media massa, penetapan peraturan dan pembentukan lembaga anti korupsi,

tetapi sesungguhnya kemauan politik untuk menjalankannya sangat lemah.

Kekuasaan memang cenderung korup, seperti dikatakan oleh John Emerich Edward

Dalberg-Acton (lebih dikenal dengan sebutan Lord Acton). Sastrawan Amerika John

Steinbeck lebih jauh memberikan alasan, ketika dalam novelnya The Pearl, ia menulis,

"Kekuasan tidak korup. Ketakutan yang korup .... mungkin ketakutan akan kehilangan

kekuasan." Ketika ada kekuasaan, selalu ada kecemasan akan kehilangan kekuasaan. Dan

kecemasan itu diterjemahkan ke dalam korupsi.

29 Pada masa Sukarno, dua kali dibentuk Badan Pemberantasan Korupsi (PARAN & Operasi

Budhi). Keputusan Presiden no 275 tahun 1963 dibuat untuk pemberantasan korupsi. Tetapi

kedua badan ini gagal, konon karena mengganggu prestise Presiden. Suharto yang pernah terlibat

dalam kasus korupsi gula tatkala menjadi Panglima Diponegoro, dalam pidato kenegaraan di

depan DPR/MPR pada tanggal 16 Agustus 1967, menyalahkan rezim Orde Lama yang

dianggapnya tidak mampu memberantas Korupsi. Tim Pemberantas Korupsi (TPK) dibentuk

dengan ketuanya Jaksa Agung. Tetapi sudah pada tahun 1970, mahasiswa dan pelajar melihat

bahwa TPK tidak serius, dan berdemo untuk pembubaran lembaga ini. UU No 3 tahun 1971

tentang "Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi" juga seperti tidak bergigi. Dan Rejim Suharto

jatuh sebagian karena korupsi yang sudah akut. Presiden BJ Habibie menetapkan UU no 28 tahun

1999 tentang "Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari KKN," diikuti pembentuk

berbagai komisi dan badan baru seperti KPKPN, KPPU atau Lembaga Ombudsman. Presiden

Abdulrrahman Wahid membentuk Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan

Presiden Megawati Membentuk KPK.

30 Dalam Ab excessu divi Augusti (Setelah kematian Agustus yang mulia). Buku ini sering disebut

Annales, karena Tacitus membahas sejarah dalam bentuk tahun demi tahun.

S

14 | P a g e

Pada masa Orde Baru, karena sentralisasi kekuasaan, korupsi terpusat pada segelintir

elite. Pada era reformasi yang antara lain ditandai dengan desentralisasi, terciptalah raja-

raja kecil di pelbagai daerah, dan tersebarlah korupsi sampai ke pelosok-pelosok. Untuk

mempertahankan kekuasan, para politisi, dari pusat sampai ke daerah melakukan

korupsi untuk membeli dukungan. Kekayaan para penyelenggara negara semakin besar,

sementara mayoritas rakyat dibiarkan dalam kemiskinan.

Korupsi telah menjadi bagian dari penyelenggaraan negara mulai dari perencanaan

sampai dengan pelaksanaan di lapangan, dari pusat sampai ke desa-desa. Para wakil

rakyat menggelembungkan biaya proyek demi keuntungan diri sendiri dan rekan bisnis.

Perlakuan yang sama terjadi di departemen-departemen pemerintah. PPATK

melaporkan bahwa banyak PNS muda mempunyai simpaan bermiliar-miliar dari hasil

korupsi,31 bukan hanya Gayus Tambunan. Para pengusaha yang melirik uang negara

harus menyetorkan sekian persen ke para wakil rakyat dan pejabat pemerintah yang

mengelola proyek. Dana hanya bisa mengalir ke daerah-daerah kalau didahului dengan

sogok ke para pihak yang membuat keputusan di pusat. Karena ini budaya menyogok

dari daerah ke pusat, tetap dilanggengkan, hanya berganti rupa dari jaman feodal dahulu

ketika daerah harus memberikan upeti kepada Raja. Korupsi melibatkan banyak pihak:

parlemen, eksekutip baik di pusat maupun di daetah, pengusaha dan penegak hukum

yang membentuk satu mafia yang sangat licik dalam merampok Indonesia. Jadilah

Indonesia sebagai negara terkorup di Asia Pasifik.32

Korupsi telah menjadi epidemi sosial. Dan Setiap kali negara ini gagal melakukan

penegakan hukum atas kasus korupsi, entah besar atau pun kecil, gairah korupsi pada

para penyelenggara negara dan antek-anteknya semakin meningkat, apati perjuangan

anti korupsi semakin besar, dan di kalangan masyarakat luas berkembanglah sikap

permisip terhadap korupsi.

Satu-satunya lembaga yang masih dipercayai dalam perang melawan korupsi adalah

KPK. Beberapa kasus besar sudah ditangani KPK. Dan dalam beberapa saat terakhir ini,

kami mendapat kesan bahwa KPK mulai menyerang jantung korupsi di negeri ini, yakni

di Parlemen, lembaga-lembaga keuangan, Esksekutip dan Partai politik. Gebrakan ini

diharapkan semakin melumpuhkan para koruptor kakap, dan pada gilirannya menyebar

ke semua lini.

31 http://berita.liputan6.com/read/366283/ppatk-temukan-rekening-gendut-pns-muda;

http://nasional. vivanews.com/news/read/271121-rekening-gendut-pns--korupsi-atau-cuci-uang

32 http://nusantaranews.wordpress.com/2010/03/09/prestasi-terus-naik-indonesia-negara-

terkorup-asia-2010/; http://nasional.kompas.com/read/2011/12/01/17515759/Indonesia. Peringkat.

Ke-100.Indeks.Persepsi.Korupsi.2011; http://news.okezone.com/read /2011/06/14/ 339/468071/

pemberantasan-korupsi-di-indonesia-peringkat-2-dari-bawah; http://www.

rakyatmerdekaonline.com/read/2012/01/04/51030/Tahun-2011-Indonesia-Masih-Terkorup-di-Asia-

Pasifik; “Lembaga Penegak Hukum Masih Korup” http://www.ti.or.id/ index.php/

news/2011/09/25/lembaga-penegak-hukum-masih-korup; “Polri Institusi Terkorup, Diikuti

Kejaksaan & Pengadilan” http://www.detiknews.com/read/2007/ 01/04/172319/ 726947/10/polri-

institusi-terkorup-diikuti-kejaksaan-pengadilan

15 | P a g e

Dari Jantung Korupsi menuju Daerah-Daerah

Sejauh ini KPK masih terfokus pada kasus-kasus korupsi di Jakarta. Tanpa mengecilkan

pencapaian yang diraih KPK, kami berargumentasi bahwa untuk mempercepat proses

perlawanan dan penghancuran korupsi, KPK perlu melakukan gebrakan yang sama di

daerah-daerah. Memang kami juga yakin bahwa KPK tidak akan bisa menangani semua

kasus korupsi di semua propinsi, kabupaten dan kota. Untuk itu kami menganjurkan

agar KPK memilih satu atau lebih Kabupaten di setiap Propinsi dalam perang melawan

korupsi ini.

Berikut ini beberapa pertimbangan kami:

1. Banyak kasus koruspi di daerah tidak pernah ditangani secara serius oleh aparat

penegak hukum. Kalau pun ditangani, orang yang paling bertanggungjawab atas

kasus korupsi, biasanya Kepala Daerah setempat, tidak pernah tersentuh. Dalam

beberapa kasus, Kepala Daerah hanya diproses hukum kalau sudah berhenti dari

jabatan. Itu pun hanya dipilih 1 kasus dari sekian banyak kasus yang disangkakan.

Sebagai contoh: 3 bupati di Flores, NTT, yakni Bupati Flores Timur, Sikka dan Ende.

Bupati Flores Timur Felix Fernandez(2000-2005) ditetapkan sebagai tersangka setelah

berhenti dari jabatannya33 dan dalam proses perkara dibebaskan oleh Makamah

Agung.34 Bupati Sikka, Alex Longginus (2003-2008) ditetapkan sebagai tersangka

setelah berhenti dari jabatan Bupati, pernah ditahan beberapa waktu, tetapi akhirnya

diputuskan bebas oleh MA.35 Bupati Ende, Paulinus Domi (2004-2009) ditetapkan

sebagai tersangka setelah masa jabatannya berakhir dan dihukum 2,5 tahun penjara

oleh MA, sekarang menghuni Rutan Penfui Kupang.36

Jelas di sini bahwa pemeriksaan terhadap kepala daerah yang sedang menjabat

mengalami hambatan, terjadi diskriminasi dalam penegakan hukum, dan ada

peluang korupsi dalam penegakan hukum kasus korupsi.

Dalam UU no 30 tahun 2002 tentang KPK, pasal 9, dinyatakan bahwa KPK bisa

mengambilalih kasus karena beberapa alasan berikut ini:

a. Laporan masyarakat mengenai tindak pidana korupsi tidak ditindaklanjuti;

b. Proses penanganan tindak pidana korupsi secara berlarut-larut atau tertunda-

tunda tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan;

33 http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=176601;http://www.antikorupsi.org/

antikorupsi / ?q=node/738;

34 Putusan MA nomor 1142 K/Pid-sus/2009

35 http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=31050; http://sumbaisland.com/

mantan-bupati-sikka-ditahan/

36 http://www.nttonlinenews.com/ntt/index.php?view=article&id=5866%3Amantan-bupati-ende-

tersangka-korupsi-apbd&option=com_content&Itemid=55; http://infokorupsi.com/id/ korupsi.

php?ac=5320&l=mantan-bupati-ende-paulinus-domi-diperiksa-kejati-ntt; http://www. suara

pembaruan.com/home/kasasi-mantan-bupati-ende-ditolak/7989; http://infokorupsi. com /id/

korupsi.php?ac=7531&l=terbukti-korupsi-apbd-mantan-bupati-ende-paulinus-domi-dipenjara.

16 | P a g e

c. Penanganan tindak pidana korupsi ditujukan untuk melindungi pelaku tindak

pidana korupsi yang sesungguhnya;

d. Penanganan tindak pidana korupsi mengandung unsur korupsi;

e. Hambatan penanganan tindak pidana korupsi karena campur tangan dari

eksekutif, yudikatif, atau legislatif; atau

f. Keadaan lain yang menurut pertimbangan kepolisian atau kejaksaan, penanganan

tindak pidana korupsi sulit dilaksanakan secara baik dan dapat

dipertanggungjawabkan.

2. Perang terhadap korupsi hanya efektip kalau warga negara memiliki kesadaran kritis

tentang hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan terlibat secara aktip dalam

mengawal tata kelola pemerintahan. Berkaitan dengan ini, kami juga yakin bahwa

kita tidak bisa mengembangkan gerakan kolosal pemberantasan korupsi di seluruh

Indonesia, kecuali kalau masing-masing daerah bergerak untuk mengontrol tata

kelola negara di wilayahnya masing-masing.

Tuntutan ini sulit dipenuhi karena pada umumnya warga negara belum memiliki

kesadaran kritis akibat represi selama Orde Baru, semakin apatis terhadap

perjuangan menentang korupsi yang diakibatkan oleh ketidakseriusan aparat

penegak hukum, kecenderungan tebang pilih dalam pemberantasan korupsi dan

upaya untuk melindungi yang kuat. Situasi ini hanya bisa dipulihkan kalau KPK bisa

melakukan gebrakan di beberapa daerah pilihan (1-2 Kabupaten di satu propinsi) yang

memberikan pemicu baru bagi kesadaran dan determinasi untuk memerangi korupsi

pada pelbagai lapisan masyarakat di daerah-daerah.

Untuk rakyat sederhana di daerah-daerah yang tidak memiliki TV dan koran,

gebrakan anti korupsi di Jakarta tidak mempunyai efek apa pun. Tetapi kalau ada

kepala daerah yang dipenjarakan karena korupsi, berita dari mulut ke mulut saja

sudah cukup untuk meyakinkan masyarakat bahwa satu pemerintahan yang bersih

mungkin, dan mereka boleh berpawai dalam perjuangan memberantas korupsi.

3. Penanganan kasus korupsi secara serius oleh KPK di satu atau lebih kabupaten di

setiap propinsi, akan menimbulkan efek jerah kepada para kepala daerah yang

sedang menjabat dan kepala-kepala daerah yang bakal menggantikan; dan bisa

mengurangkan kecenderungan pada daerah-daerah untuk memberikan sogokan ke

pusat dan dengan ini mengurangkan kecenderungan korupsi pada jantung koruspi di

Jakarta.

4. Daerah-daerah yang miskin sangat tergantung pada dana dari pusat. Tetapi sebagian

besar dari dana-dana ini dipakai untuk gaji PNS dan keperluan kantor-kantor (sekitar

70 %), sedikit saja untuk pembangunan. Dari jumlah yang sedikit ini, diambil lagi

untuk perjalanan pegawai guna menjalankan program dan kegiatan di desa-desa.

Sisanya tidak terlalu banyak. Dan ini pun dikorupsi. Untuk orang di Jakarta, jumlah

dana yang dikorupsi mungkin dianggap terlalu sedikit, tetapi untuk daerah-daerah

miskin ini, dana itu sangat berarti bagi peningkatan kesejahteraan rakyat.

5. KPK dibentuk untuk memerangi korupsi di Indonesia, bukan hanya di Jakarta.

Karena itu KPK dituntut untuk tidak hanya berkonsentrasi pada jantung korupsi di

Jakarta, tetapi juga harus merambah sampai ke daerah-daerah.

17 | P a g e

Dengan beberapa pertimbangan ini kami ingin mendiskusikan dengan pimpinan KPK

untuk menangani kasus korupsi di salah satu kabupaten miskin di NTT, yakni

Kabupaten Sikka yang terus didera oleh kasus korupsi selama masa pemerintahan Bupati

Sosimus Mitan.

Dugaan Korupsi di Kabupaten Sikka

BPK memberikan penilaian "tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)"

terhadap laporan keuangan Bupati Sikka tahun 2009 dan 2010. Hal ini disebabkan oleh

amburadulnya pengelolaan keuangan yang menabrak semua paraturan yang ada, dan

ada indikasi korupsi secara besar-besaran. Kasus ini terjadi secara masif, hampir di

semua SKPD.37 Menurut Informasi dari DPRD, penilaian yang sama akan diberikan lagi

untuk laporan keuangan tahun 2011.38

Dari laporan BPK ini terlihat bahwa jumlah kasus dugaan korupsi yang belum

dipertanggunjawabkan pada tahun 2009 sebanyak 934 dengan total kerugian negara dan

daerah sebanyak 16,5M. Pada tahun 2010 jumlah kasus dugaan korupsi meningkat

menjadi 1.206 dengan total kerugian juga meningkat menjadi 17,5 M (tabel 1).

Tabel 1. Kasus korupsi menurut laporan BPK39

Situasi Jlh Kasus Kerugian

2009 2010 2009 2010

Kerugian Negara & Daerah 1.512 1.575 21.637.077.966 22.887.122.226

Kasus yang sudah ditindaklanjuti 578 369 5.136.669.476 5.365.773.409

Kasus yang belum ditindaklanjuti 934 1.206 16.500.408.489 17.521.348.817

Dari total kerugian keuangan negara dan daerah pada tahun 2009 sebesar 16,5 M, dua

kasus yang menonjol adalah kasus dana Bansos dan belanja tidak langsung, masing -masing

sebesar 10,7 M dan 3,4 M. Dari total dana tidak langsung sebesar Rp 3.425.625.000,

dimanafaatkan untuk 2 pos yakni belanja hiba sebesar Rp 2.400.625.000, dan Belanja tak

terduga sebesar Rp 1.025.000.000. Pada pos belanja hiba, dana diserahkan ke KONI sebesar

Rp 2.300.625.000 dan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah sebesar Rp 100.000.000.

37 Penilaian dan alasan pemberian penilaian disajikan pada halaman 1-2 masing-masing laporan.

Secara khusus tentang penilaian diberikan pada halam 2 masing-masing laporan ini. BPK, Laporan

Hasil pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Meperintah Kabupaten Sikka Tahun Anggaran 2009, Nomor

11.a/LHP-LKPD/XIX.KUP/2010, 6 Agustus 2010; BPK, Laporan Hasil pemeriksaan Atas Laporan

Keuangan Meperintah Kabupaten Sikka Tahun Anggaran 2010, Nomor 12.a/LHP-LKPD/XIX.KUP/2011,

15 Oktober 2010.

38 Antara lain dinyatakan oleh Alex Longginus, Wakil Ketua DPRD Sikka, dalam pertemuan di

Nara, Maumere pada tanggal 9 Januari 2012.

39 BPK, Laporan Hasil Pemantauan Atas Penyelesaian Kerugian Daerah per 31 Desember 2009 Pada

Kabupaten Sikka di Maumere, No 150/S/XIX.KUP/07/2010, 20 Juli 2010, hal. 3; BPK, Laporan Hasil

Pemantauan Atas Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah per 31 Desember 2010 Pemerintah Kabupaten

Sikka di Maumere, No 394/S/XIX.KUP/11/2011, 5 Nopember 2011, hal. 3;

18 | P a g e

Sedangkan dana pada pos Belanja tak terduga kemudian dipakai oleh Bagian Kesra Setda

Sikka sebagai dana Bansos (Tabel 2). 40

Tabel 2. Kasus dugaan korupsi yang menonjol pada tahun 2009

No Pos Dana Jumlah

1 Bantuan sosial 10.752.959.500

2 Belanja tidak langsung, 3.425.625.000

a) Belanja hiba 2.400.625.000

KONI 2.300.625.000

Komisi penanggulangan AIDS 100.000.000

b) Belanja Tidak Terduga 1.025.000.000

Kasus dana Bansos juga menjadi masalah pada tahun 2010. Dalam laporan BPK

disebutkan pemakaian yang tidak bisa dipertanggungjawabkan sebanyak 6,8 M.41

Dugaan Korupsi Dana Bansos

Tahun 2009

Sejak laporan BPK diterbitkan pelbagai elemen masyarakat menuntut agar dugaan

korupsi dana Bansos ini diusut secara tuntas. Bupati dan DPRD Kabupaten Sikka

mendorong digelarnya Pansus khusus tentang penyalahgunaan dana ini. Rapat

paripurna DPRD pada tanggal 11 April 2011 memutuskan untuk membentuk Panitia

Khusus guna mengusut kasus ini. Dari proses Pansus, DPRD menggarisbawahi

beberapa kesalahan dalam tata kelola keuangan daerah antara lain,1) pengelolaan

keuangan Bansos sama sekali tidak mengikuti pedoman pengelolaan keuangan Daerah

(Permendagri no 13 tahun 2006 dan no 59 tahun 2007), 2) penggunaan dana tidak sesuai

dengan peruntukannya, 3) sekian banyak kwitansi fiktip, 4) manipulasi APBD, dan 5)

adanya pinjaman dari pihak ketiga secara bertentang dengan hukum.

Berikut ini beberapa fakta yang dihasilkan dalam proses Pansus42 dan Laporan BPK

sebagaimana ditampilkan dalam tabel 3:

1) Dana Bansos menurut APBD Induk yang ditetapkan tanggal 28 januari 2009:

Total dana yang dialokasikan untuk dana Bansos sebesar Rp 7.085.000.000,

dengan distribusi pemanfaatan seperti pada tabel 3.

40 BPK, Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Kepatutan Terhadap Peraturan Perundang-undangan Dalam

Kerangka Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Sikka Tahun Anggaran 2009, No

11.c/LHP-LKPD/XIX.KUP/2010, 6 Agustus 2010, hal.2. Penjelasan lebih rinci tentang dua kasus ini,

baca dokumen yang sama, hal. 12-19.

41 BPK, Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Kepatutan Terhadap Peraturan Perundang-undangan Dalam

Kerangka Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Sikka Tahun Anggaran 2010, No

12.c/LHP-LKPD/XIX.KUP/2011, 15 Oktober 2011, hal.2. Penjelasan lebih rinci tentang kasus ini,

baca dokumen yang sama, hal. 16-23.

42 Sekretariat DPRD Kabupaten Sikka, Laporan Panitia Bantuan Sosial 2009 Pada Bagian Kesra Setda

Sikka, Maumere, 2011.

19 | P a g e

2) Dana Bansos menurut APBD perubahan yang ditetapkan dalam APBD Perubahan

pada tanggal 13 Agustus 2009:

Ditambahkan lagi Rp 2.500.000.000 untuk pos bantuan sosial lain, sehingga

alokasi untuk pos ini sebanyak Rp 6.500.000 dan total dana Bansos untuk tahun

anggaran 2009 menjadi Rp 9.585.000.000.

3) Dana Bansos dalam ketetapan Bupati setelah kesepakatan APBD Perubahan

Bupati menambahkan Rp 4.000.000.000 pada pos bantuan sosial lainnya di luar

kesepakatan dengan DPRD, sehingga membuat dana untuk pos ini sebanyak Rp

10.500.000.000 dan total dana untuk Bansos dikatrol menjadi Rp 13.585.000.000.

4) Kelebihan pembelanjaan sebelum APBD Perubahan, tanpa persetujuan DPRD

Bantuan sarana dan prasarana ibadah sebanyak Rp 2.456.656.000: kelebihan

sebanyak 956.656.00

Bantuan sosial lain sebesar Rp 8.296.303.500: kelebihan sebanyak

4.296.303.500.

5) Jumlah dana yang tidak bisa dipertanggungjawabkan penggunaannya sebanyak

Rp 11.033.059.500.

6) Utang kepada pihak lain tanpa persetujuan DPRD sebesar Rp 8.723.362.860.

Dengan demikian, penggunaan dana yang tidak bisa dipertanggungjawabkan

menurut DPRD sebanyak Rp 19.756.422.360.43

7) Dalam laporan BPK disebutkan juga dana yang diambil dari pos belanja tidak

terduga, tanpa persetujuan dengan DPRD, sebesar Rp 1.025.000.000, dan

penggunaannya tidak bisa dipertanggungjawabkan.44

8) Dengan demikian total dana yang didugakan tidak bisa dipertanggungjawabkan

sebesar RP 20.781.422.360

Tabel 3. Total dana bansos dan alokasinya.

Kategori APBD Induk APBD

Perubahan

Peraturan

Bupati

Sarana & Prasarana ibadat 1.500.000.000 1.500.000.000 1.500.000.000

Kegiatan keagamaan lain 1.500.000.000 1.500.000.000 1.500.000.000

Dharma wanita 75.000.000 75.000.000 75.000.000

SSpS Kewa Pante 10.000.000 10.000.000 10.000.000

Bantuan sosial lainnya 4.000.000.000 6.500.000.000 10.500.000.000

Total 7.085.000.000 9.585.000.000 13.585.000.000

Utang 8.723.362.860

Dari "Belanja tidak terduga" 1.025.000.000

Total 22.748.362.860

43 Laporan Pansus, hal. 56

44 BPK, Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Kepatutan Terhadap Peraturan Perundang-undangan Dalam

Kerangka Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Sikka Tahun Anggaran 2009, No

11.c/LHP-LKPD/XIX.KUP/2010, 6 Agustus 2010, hal.17-18.

20 | P a g e

Dari rincian di atas, dapat dilihat bahwa dana yang diduga dikorupsi di Kabupaten Sikka

pada tahun 2009, jauh lebih tinggi dari laporan BPK. Ini pun baru dari dana Bansos,

belum lagi dana KONI yang ketuanya adalah bupati Sikka dan dana-dana lain. Atas

dasar telaahan ini, DPRD merekomendasikan 13 nama untuk diperiksa oleh KPK karena

diduga terlibat dalam korupsi dana Bansos (lihat kotak 1).

Tahun 2010

Dari laporan BPK dan berbagai sumber lain beberapa fakta berikut bisa dikatakan

tentang dugaan penyelewengan dana Bansos pada tahun 2010:

1) Laporan BPK menyebutkan bahwa penggunaan dana Bansos yang tidak bisa

dipertanggungjawabkan sebanyak Rp 6.829.594.995. BPK membeberkan sekian

banyak kejanggalan yang terjadi dalam penggunaan dana ini.45

2) Honor guru kontrak sebesar Rp 540.000.000 di pakai sebagai dana Bansos. 46

3) Dana operasional Posyandu sebanyak Rp 300.000.000 dan Insentip kader

Posyandu sebesar Rp 450.000.000 di pakai untuk dana Bansos.47

45 BPK, Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Kepatutan Terhadap Peraturan Perundang-undangan Dalam

Kerangka Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Sikka Tahun Anggaran 2010, No

12.c/LHP-LKPD/XIX.KUP/2011, 15 Oktober 2011, hal.16-24.

46 http://www.tribunnews.com/2011/08/11/honor-guru-kontrak-dijadikan-dana-bansos

47 Laporan Badan Pemberdayaan Masyarakat. http://kupang.tribunnews.com/read/artikel/60277/

dprd-sikka-dikibuli-oknum-aparat.

Kotak 1

13 orang yang diduga terlibat korupsi Dana Bansos

1. Drs. Sosimus Mitang/Bupati Sikka

2. dr. Wera Damianus/ Wakil Bupati Sikka

3. Drs. Sabinus Nabu/Mantan Sekretaris Daerah

4. Drs. Cyprianus da Costa/Sekretaris Daerah

5. Drs. Thomas Ola Peka/Inspektur

6. Yoseph Otu/Mantan Pembantu Bendahara Pengeluaran

7. Drs. Servasius Kabu/Mantan Kepala Bagian Kesra

8. Maria Goreti/Pembantu Bendahara Pengeluaran

9. Fulgensius Ngaji

10. Martinus Mahing

11. Drs. Bili Dolu

12. Godfridus Faustinus

13. Yan Yanitsa Salvanos, SE, AK.

Laporan Pansus hal. 56

21 | P a g e

4) Dana insentif pajak dan retribusi sebesar Rp 10.000.000 per desa. Kalau jumlah

desa Kabupaten Sikka sebanyak 160, maka total dana yang diambil untuk Bansos

dari pos ini sebanyak Rp 1.600.000.000.48

5) Utang kepada Suitbertus Amandus sebesar Rp 3.735.000.000.49

6) Dengan demikian, total dana bansos yang penggunaannya tidak dapat

dipertanggungjawabkan sebesar Rp 13.454.594.995 .

Kasus Korupsi Lain

Di Samping kasus dana Bansos yang menyita perhatian banyak pihak, sebetulnya masih

terlalu banyak kasus korupsi di Kabupaten ini, sebagian besarnya perlu investigasi lebih

jauh, antara lain:

1) Kasus dana KONI

Dalam laporan BPK disebutkan bahwa alokasi dana ke KONI, yang diketuai oleh

Bupati Sikka Sosimus Mitang, pada tahun 2009 sebanyak RP 2.300.625.000. Tetapi

sampai sekarang belum ada laporan pertanggungjawaban yang jelas.50

2) Kasus dana Penanggulangan AIDS Kabupaten Sikka

Alokasi dana tahun 2009 sebanyak Rp 100.000.000, tetapi belum ada

pertanggunganjawab.51

3) Kasus RSU TC Hillers Maumere:

Korupsi oleh bendahara umum RSU sebanyak 485.000.000.52

Tanggungjawab Bupati Sikka

Berdasarkan hasil Pansus dana Bansos, DPRD secara tegas menyatakan bahwa Bupati

adalah pihak yang paling bertanggungjawab atas penyelewengan dana Bansos ini dan

patut diduga melakukan tindak pidana korupsi. Dari berbagai sumber yang ada,

beberapa hal berikut ini dapat dikatakan tentang tanggungjawab bupati dalam kasus

korupsi ini.

1. Menyangkut Dana Bansos

1) Dana Bansos hanya bisa digunakan atas persetujuan Bupati. Ada sejumlah proyek

yang sudah disetujui oleh DPRD, dan ditetapkan dalam APBD, tetapi dalam

48 http://kupang.tribunnews.com/read/artikel/58830/pdip-somasi-bupati-dan-ketua-dprd-sikka 49 Keterangan saudara Yos Otu.

50 BPK, Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Kepatutan Terhadap Peraturan Perundang-undangan Dalam

Kerangka Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Sikka Tahun Anggaran 2009, No

11.c/LHP-LKPD/XIX.KUP/2010, 6 Agustus 2010, hal.16-17.

51 BPK, Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Kepatutan Terhadap Peraturan Perundang-undangan Dalam

Kerangka Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Sikka Tahun Anggaran 2009, No

11.c/LHP-LKPD/XIX.KUP/2010, 6 Agustus 2010, hal.17.

52 http://infokorupsi.com/id/korupsi.php?ac=6141&l=bendahara-rsu-maumere-ngamidi-santoso-

tilep-rp-485-juta

22 | P a g e

kebanyakan proyek, hanya ditentukan kelompok peruntukan dan besarnya dana.

Realisasi secara konkrit sangat tergantung dari situasi kabupaten, dan permintaan

masyarakat. Orang atau kelompok yang membutuhkan bantuan dana

mengajukan proposal dan hanya dapat diberikan kalau Bupati memberikan

persetujuan, memerintahkan kepada DPPKAD (Dinas pendapatan, Pengelolaan

Keuangan, dan Aset Daerah) untuk mengucurkan dana ke bagian Kesra dan

bagian Kesra akan menyalurkan bantuan kepada masyarakat sesuai dengan

usulan yang telah disepakati oleh Bupati. Realisasi bantuan dilaporkan ke bagian

DPPKAD dan diverifikasi oleh tim auditor pada kantor yang bersangkutan. Tidak

bisa dibayangkan bahwa Bupati sama sekali tidak tahu, dalam kurun waktu 2

tahun. Tidak bisa dibayangkan juga bahwa praktek penyaluran bantuan oleh

Bagian Kesra Setda Sikka yang penuh dengan manipulai itu tidak akan diketahui

oleh bagian auditor pada kantor DPPKAD. Tidak bisa dibayangkan kalau korupsi

seperti ini dibiarkan terus berlangsung tanpa orang kuat yang mengendalikan.

Bupati sesungguhnya sangat bertanggungjawab.

2) Pelbagi sumber menyebutkan bahwa Bupati sering meminta dana ke Bagian

Kesra Setda Sikka, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan

pihak lain tanpa menandatangani kwitansi. Bupati sendiri hanya mengakui

pemberian dana yang ditransfer lewat Bank dan uang siri pinang untuk

kunjungan ke desa sebanyak 1 juta setiap desa.53 Dalam pemeriksaan oleh pansus

Bansos DPRD Sikka, KPK dan Kejaksaan Tinggi NTT, Yos Otu memberikan

kesaksian bahwa bupati kebagian dana Bansos sebanyak 3,6 M54

3) Sebelum dilantik menjadi Bupati, Sosimus Mitang sudah meminta kepada

Servasius Kabu untuk mentransfer dana sebesar Rp 50.000.000 ke rekening BNI

nomor 0054880435 untuk kepentingan jahit pakaian dan pemeriksaan kesehatan.55

Apakah orang ini masih bisa dipercayai kalau dia dianggap sebagai orang yang

tidak suka menyalahgunakan kekuasaan demi kepentingan pribadi?

2. Menyangkut pinjaman ke pihak lain tanpa persetujuan DPRD 1) Utang yang dilakukan bagian Kesra Setda Sikka sebanyak Rp 8.723.362.860 pada

tahun 2009 dan Rp 3.735.000.000 pada tahun 2010. Bupati Sikka Sosimus Mitang

tidak mengakuinya sebagai utang daerah, melainkan sebagai utang pribadi Yos

Otu, tetapi di pihak lain menyetujui pembayaran utang itu dengan menggunakan

dana Kabupaten. Sulit dibayangkan bahwa Bupati tidak tahu dan tidak

memberikan persetujuan.

2) Beberapa utang dilakukan oleh adik kandung Bupati Sikka bernama Marselus

Lado, untuk kepentingan yang tidak dijelaskan, tetapi dibebankan kepada bagian

Kesra Setda Sikka. Sulit dibayangkan juga bahwa bukan Bupatilah pihak yang

menyuruh.56

53 Laporan Pansus Bansos dan Keterangan pribadi dari Yos Otu.

54 Laporan Pansus Bansos; "Otu Sebut Bupati Sikka Terima Rp 3,6 Milliar," dalam pos Kupang, 7

Januari 2012, hal 1; Keterangan Yos Otu ke KPK.

55 Kesaksian Servas kabu yang dibenarkan oleh Yos Otu. Laporan pansus hal. 20.

56 Lihat Rekening Koran Giro atas nama Kristianus Salvatore Hermin, pada Bank NTT.

23 | P a g e

3) Ada juga pinjaman yang diberikan ke Bagian Kesra oleh isteri Bupati.57 Sulit

membayangkan kalau Bupati tidak tahu.

4) Bupati Sikka membenarkan pengakuan Servasius Kabu, Yoseph otu, dan

Fulgensius Ngaji tentang pengarahan yang diberikannya di ruang kerja Bupati

pada tanggal 15 januari 2011, yang antara lain berbunyi: "hutang-hutang tersebut

harus diakui sebagai hutang pribadi karena hutang daerah ada mekanisme. Nanti

kita akan tutup pelan-pelan melalui APBD."58

3. Menyangkut Dana KONI

Bupati adalah ketua KONI Kabupaten Sikka. Dalam kapasitasnya sebagai ketua

KONI, Sosimus mitang harus diperiksa dan dimintai pertanggunganjawab.

Proses Hukum Kasus Korupsi di Sikka

Pertama-tama harus dikatakan bahwa dalam 2 tahun terakhir, sebagian besar perhatian

DPRD, aparat penegak hukum, dan masyarakat pada umumnya dicurahkan pada

penyelewengan dana Bansos pada tahun 2009. Kasus-kasus korupsi yang lain agak

diabaikan. Dalam pertemuan kami dengan aparat Kejaksaan Negeri Maumere di aula

Kejaksaan pada tanggal 16 Januari 2012, aparat Kejaksaan memberikan kesan bahwa

mereka tidak tahu banyak tentang kasus-kasus lain, selain kasus Bansos dan beberapa

kasus yang sudah ditangani dari tahun-tahun sebelumnya. Bahkan laporan BPK juga

tidak dimiliki oleh Kejaksaan Negeri Maumere. Tetapi menyangkut kasus Bansos 2009

pun haruslah di katakan bahwa belum ada kemajuan yang berarti.

Sejak terbitnya laporan BPK tentang dugaan korupsi pada tahun 2009 yang

mengungkapkan penyelewengan dana Bansos, pelbagai elemen masyarakat di

Kabupaten ini mendesak agar kasus dugaan korupsi ini segera diproses secara hukum.

DPRD Sikka membentuk Pansus Bansos dan dalam sidangnya pada tanggal 4 Juli 2011

menetapkan agar kasus ini diserahkan penanganannya kepada KPK. Pada tanggal 13 Juli

DPRD Sikka secara resmi melaporkan kasus ini ke KPK.59

Putusan politik DPRD ini sejalan dengan aspirasi banyak elemen masyarakat, baik

lembaga/forum maupun perorangan.60 Yang menentang putusan ini sejauh diberitakan

57 http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=295002

58 Laporan Bansos hal. 16-18.

59http://www.mediaindonesia.com/read/2011/07/07/241670/284/1/-DPRD-Sikka-Laporkan-Dugaan-

Korupsi-Bansos-ke-KPK.

60 Lihat antara lain, “Dugaan Korupsi Bansos Rp 10,7 Miliar di Sikka, Massa Minta KPK Ambil

Alih kasus “http://antikorupsijateng.wordpress.com/2011/06/24/dugaan-korupsi-bansos-rp-107-

miliar-di-sikka-massa-minta-kpk-ambil-alih-kasus/; “KPK Didesak Ambil Alih Kasus Korupsi

Rp10,7 M di Sikka” http://www.mediaindonesia.com/read/2011/06/06/236409/290/101/ KPK-

Didesak-Ambil-Alih-Kasus-Korupsi-Rp107-M-di-Sikka; “Massa Minta KPK Ambil Alih kasus”

http://kupang.pabrik.info/massa-minta-kpk-ambil-alih-kasus/

24 | P a g e

media adalah “Forum Pemuda Sikka Peduli Keadilan,”61 TPDI62 dan “Aliansi Peduli

Pembangunan Sikka (APPS).” 63 Ketiga kelompok ini mendukung pengusutan kasus

dana Bansos oleh Kejaksaan. TPDI pada mulanya menghendaki kasus ini ditangani oleh

KPK, bahkan kelompok ini yang paling pertama melaporkan kasus ini ke KPK.64 Sikap

TPDI berubah setelah menjadi pengacara Bupati Sikka.

Dari pemberitaan media kami tahu bahwa KPK sudah dua kali datang ke Maumere

untuk mengusut kasus Bansos 2009.65 Juga ada informasi lain dari masyarakat bahwa

KPK sudah datang untuk ketiga kalinnya di Maumere untuk maksud ini. Pada tanggal 30

Oktober 2011, kami menemui DPRD Sikka dan mendesak, antara lain, agar DPRD Sikka

mendesak KPK guna menangani kasus ini. DPRD sudah mendatangi lagi KPK, tetapi

jawaban yang diterima hanyalah "KPK tetap mengawasi kasus dana Bansos Sikka."66

Bentuk pengawasan seperti apa tidak terlalu jelas untuk kami di Sikka.

Kasus dana Bansos ini sekarang lebih banyak ditangani oleh Kejati NTT. Berikut ini

beberapa fakta secara kronologis tentang penanganan kasus Bansos 2009 oleh aparat

Kejaksaan.

Maret 2011: 7 bulan setelah laporan BPK dan desakan masyarakat, Kejaksaan diberitakan

melakukan “uji petik di lapangan” (cocokan dokumen laporan & fakta

penerima bantuan di lapangan, meminta data dari Inspektorat Kabupaten

Sikka, Bagian Kesra Setda Sikka serta instansi terkait).67

Mei 2011: Sehari setelah Bupati dimintai keterangannya oleh Pansus Dana Bansos

Sikka pada tanggal 23 Mei, Bupati melaporkan bawahannya ke Kejaksaan.

Juni 2011: Kejaksaan pada tanggal 9 menyatakan bahwa tahap Pulbaket sudah

selesai, dan mulai dengan penyelidikan. Sejumlah nama tersangka akan

segera diumumkan.68 Ketika bertemu dengan TPDI pada tanggal 20 Juni

2011, Kepala Kejaksaan Negeri Maumere menegaskan, "Kami akan usut

sampai tuntas kasus ini. Saya sudah kerahkan semua jaksa untuk kepung

61 Kelompok ini beranggapan bahwa tindakan DPRD melaporkan kasus ini ke KPK menghalangi

upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh KPK. Lihat, antara lain “Anggota DPRD Sikka

Dilaporkan ke KPK,” http://www.suarapembaruan.com/home/anggota-dprd-sikka-dilaporkan-ke-

kpk/8967.

62 Lihat antara lain: “Kasus Bansos di Sikka. DPRD Sikka Dinilai Halangi Penyelidikan Jaksa”

http://kupang.tribunnews.com/read/artikel/65811

63 Lihat antara lain: “Dukung Soda sampai 2013,” Pos Kupang, Kamis 27 Oktober 2011, hal. 1& 7;

“Jaksa diminta tangkap Tersangka Dana Bansos,” Flores Pos, Kamis 27 oktober 2011, hal 1 & 15.

64 http://m.tribunnews.com/2011/01/11/tpdi-ntt-laporkan-kasus-bansos-ke-kpk

65 http://regional.kompas.com/read/2011/09/15/2307296/KPK.Telah.Turun.ke.Sikka

66 http://www.suarapembaruan.com/home/kpk-tetap-awasi-kasus-dana-bansos-sikka/13430 67 “Jaksa Uji Petik Dugaan Korupsi Dana Bansos Rp 10,7 Miliar.” http://florespos.com/ article.

php?article_id=191.

68 “Jaksa Selidiki Kasus Dugaan Penyimpangan Dana Bansos Sikka” http://www.suara

pembaruan.com/home/jaksa-selidiki-kasus-dugaan-penyimpangan-dana-bansos-sikka/7661

25 | P a g e

kasus dana bansos. Kami tidak ada kepentingan dan kami akan tegakkan

aturan. Siapa yang terlibat jika ada indikasi kita akan proses." 69

Juli 2011: Kasus dana bansos 2009 diambil alih oleh Kejaksaan Tinggi Kupang.

Agustus 2011: Diberitakan Kejati NTT telah memeriksa tiga pejabat pemeriksa dari

Inspektorat Kabupaten Sikka; dan memanggil beberapa saksi kunci untuk

diperiksa, yakni: Servasius Kabu, Yosef Otu, Suitbertus Amandus dan

Billy Dolu. Tetapi 4 orang ini menolak untuk diperiksa oleh Kejati dan

lebih memilih diperiksa oleh KPK.70

Sept. 2011: Bupati Sikka, Sosimus Mitang dilaporkan ke Kejati NTT oleh mantan

Kabag Kesra Setda Sikka, Servas Kabu dan mantan bendahara Bagian

Kesra, Yoseph Otu dengan tuduhan manipulasi anggaran untuk bantuan

sosial di Bagian Kesra setempat tahun 2009.71 Laporan ini tidak ditanggapi

oleh Kejati NTT sampai sekarang.

Okt. 2011: Website Kejaksaan memberitakan bahwa pada tanggal 4 Oktober , 2 orang

tersangka ditetapkan yakni Mantan Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat,

Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Sikka, Servas Kabu dan Mantan

Bendahara Bagian Kesra, Yos Otu.72 Servas Kabu dan Yos Otu belum

pernah diperiksa oleh aparat Kejaksaan, hanya oleh KPK.

Nov. 2011: Kejaksaan meminta keterangan sejumlah penerima bantuan.

Des. 2011: Pada tanggal 21 Yoseph Otu ditangkap di dalam pesawat Wings Air yang

baru mendarat di Lapangan Terbang Maumere. Otu dibawa ke Kupang

untuk ditahan di Rutan Penfui73

Pada tanggal 30, Servas Kabu ditangkap di Jakarta dan dibawah ke

Kupang untuk ditahan di Rutan Penfui.74

Januari 2012: Tersangka Yoseph Otu mulai diperiksa pada tanggal 9, dan Servas Kabu

pada tanggal 10 Januari. Keduanya menyampaikan, antara lain, bahwa

Dana Bansos itu mengalir ke Bupati sebanyak 3,6 milliar, Isteri Bupati

sebanyak 215 juta, dan keponakan Bupati, Maria Goreti sebanyak 1,2

Miliar.75

69 “Kajari Maumere Siap Usut Dugaan Korupsi Bansos Sampai Tuntas”

http://www.tribunnews.com/ 2011/06/20/kajari-maumere-siap-usut-bansos-sampai-tuntas

70 http://webgw46.mobile.bf1.yahoo.com/w/news_asia/4-pejabat-pemkab-sikka-tak-penuhi-

panggilan-kejati-161100901.html?back=%2Fnasional%2F&.ts=1312747060&.ysid=kxD9K0.SWq.xg

DlUt0P2mvzu&.intl=id&.lang=id

71 http://kupang.tribunnews.com/read/artikel/69965

72 http://www.kejaksaan.go.id/berita.php?idu=1&id=3750&hal=2

73 http://m.mediaindonesia.com/index.php/read/2011/12/22/286204/290/101/_Tersangka_Korupsi_

Bansos_Sikka_Ditangkap_di_Pesawat

74 http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=294260

75 http://kupang.tribunnews.com/read/artikel/73411/kupangnews/kupangcrime/2012/1/4/

tersangka-otu-dan-servas-diperiksa-bersamaan

26 | P a g e

Dari kronologi di atas, terlihat bahwa kejaksaan tidak serius menangani kasus ini,

mengulur-ulur waktu, dan Bupati sebagai pihak yang paling bertanggungjawab dalam

korupsi dana Bansos ini belum pernah diperiksa, bahkan hanya sebagai saksi pelapor.

Bercermin pada pengalaman 3 Bupati di daratan Flores, kami patut menduga bahwa

Kejaksaan berusaha melindungi penguasa yang korup, kemungkinan berkolusi dengan

penguasa, bersikap diskriminatip dalam pemberantasan korupsi, hanya mengorbankan

orang-orang kecil yang siap diperintah oleh Bupati.

Kami Mendesak KPK

Berdasarkan 5 pokok pikiran yang telah kami sempaikan pada bagian awal pemaparan

ini sebagai dasar pertimbangan untuk mendorong KPK melakukan gebrakan di daerah,

telaahan tentang peran Bupati dalam kasus dugaan korupsi di Kabupaten ini, dan situasi

hukum penanganan kasus Bansos 2009 yang disajikan di sini, kami sekali lagi mendesak

KPK untuk menangani kasus korupsi di Kabupaten Sikka yang melibatkan Bupati

Sosimus Mitang.

Jelas bahwa kami tidak percaya kepada aparat Kejaksaan untuk menangani kasus ini.

Tetapi hal ini tidak hanya terbatas pada faktor psikologis semata, melainkan karena

kelemahan mendasar yang nyata dalam penanganan kasus ini oleh Kejaksaan

sebagaimana disimpulkan di atas. Dan sesuai dengan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,

khususnya pasal 9, Kami yakin ada alasan yang sangat mendasar bahwa KPK harus

mengambil alih kasus dana Bansos tahun 2009.

Selain kasus Dana Bansos tahun 2009, Kami juga mengusulkan agar KPK menangani juga

kasus korupsi lainnya di kabupaten ini sebagaiman dipaparkan dalam laporan BPK.

Sekiranya KPK menjalankan anjuran kami ini, dan para pihak yang bertanggungjawab

dalam tindak pidana korupsi ini diadili dan dihukum, gairah dan komitmen untuk

pemberantas korupsi di Kabupaten ini dan Kabupaten-Kabupaten lain di NTT akan

bersemi kembali. KPK tidak hanya lembaga pemberantasan koruspi di Jakarta tetapi di

seluruh Indonesia.

27 | P a g e

Dugaan Keterlibatan Bupati Kabupaten Sikka

Sosimus Mitang Dalam Kasus Korupsi Dana

Bansos Kabupaten Sikka Tahun 2008 dan 2009

Berikut ini ringkasan dari pelbagai laporan tentang keterlibatan Bupati Sikka, Sosimus

Mitang dalam dugaan kasus korupsi dana Bantuan Sosial pada Bagian Kesra Setda Sikka.

Dokumen Laporan Pansus DPRD Sikka dan BPK diterima dari sekretariat DPRD Sikka.

I. Dugaan Kerugian Negara Pada Pengelolaan Dana Bansos

1. Menurut laporan BPK

Dalam dokumen Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan

Perundang-Undangan Dalam kerangka Pemeriksaan Laporan Keuangan

Pemerintah Kabupaten Sikka Tahun Anggaran 2009, BPK mencatat dugaan

kerugian negara menyangkut pengelolaan dana Bansos pada 2 pos:

1) Pos Belanja Bantuan Sosial sebesar Rp 10.752.959.500 (Laporan BPK, hal.2, 12-16)

2) Pos Belanja tidak langsung tahun anggaran 2009 sebesar Rp 3.425.625.000

(Laporan BPK, hal. 2, 16-19). Dalam pos ini terdapat "belanja tidak terduga"

sebesar RP 1.061.880.000. Dari total dana ini Bagian Kesra Setda Sikka

menggunakan untuk penanggulangan bencana sebesar Rp 1.025.000.000, tetapi

belum bisa mempertanggungjawabkannya (Laporan BPK, hal. 16-19).

Dengan demikian, menurut Laporan BPK dugaan kerugian negara dalam

pengelolaan dana Bansos sebesar Rp 11. 777.959.500

2. Menurut Inspektorat Kabupaten Sikka

Dalam pemeriksaan reguler pada bulan Nopember 2009 dinyatakan oleh Inspektorat

bahwa tidak ada penyimpangan, tetapi setelah direkomendasikan oleh BPK untuk

melakukan pemeriksaan lagi, ditemukan bahwa ada kerugian negara sekitar 9,7

miliar (Laporan Pansus DPRD Sikka, hal.34-35). DPRD berkesimpulan bahwa: "Tim

pemeriksa Inspektorat Kabupaten Sikka telah bekerja tidak profesional dan patut

menimbulkan dugaan bahwa Tim Inspektorat hendak melindungi pihak-pihak

tertentu" (Laporan pansus, hal. 35-36).

3. Menurut DPRD Kabupaten Sikka

Dugaan kerugian negara sebesar Rp 19.756.422.360., yang terdiri dari dana Bansos

sebesar Rp 11.033.059.500 dan hutang sebesar Rp 8.723.362.860 (Laporan Pansus,

hal.49-50)

28 | P a g e

Catatan: Pansus DPRD tidak menyinggung sedikit pun dana yang digunakan oleh

Bagian Kesra Setda Sikka sebesar Rp 1.025.000.000, yang diambil dari "belanja tidak

terduga" sebagaimana dinyatakan BPK dalam laporannya.

II. Dugaan Keterlibatan Bupati Kabupaten Sikka, Sosimus Mitang

A. Menurut Laporan Pansus DPRD

Sumber dokumen: Sekretariat DPR Kabupaten Sikka, Laporan Panitia Khusus

Bantuan Sosial 2009 Pada Bagian Kesra Setda Sikka, Maumere, 2011 (terlampir).

1. Bupati diduga menggunakan dana Bansos tidak sesuai dengan peruntukannya

Peraturan Menteri Dalam Negeri no 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman pengelolaan

Keuangan Daerah, pasal 45 ayat 1 berbunyi:

Bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf e digunakan untuk

menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada

masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kenyataan, dana Bansos ini digunakan oleh Bupati Sikka Sosimus Mitang untuk

keperluan-keperluan lain di luar ketentuan peraturan ini. Rincian berikut ini dibuat

dengan mengacu pada tabel rangkuman yang dibuat oleh Pansus DPRD Sikka

(Laporan Pansus, hal. 44-49) dengan tambahan keterangan yang diambil dari seluruh

laporan Pansus.

No Uraian Jumlah (Rp) Keterangan

1. Untuk urusan pribadi:

pakaian & cek

kesehatan di Jakarta

sebelum dilantik jadi

Bupati

50.000.000 Ditransfer oleh Servasius Kabu pada

tanggal 25 April 2008 ke Rekening

BNI No. 0054880435, a.n. Sosimus

Mitang.

Laporan Pansus, hal. 20-21. Bukti

Transfer: Lampiran 3 hal. 57.

2. Untuk transportasi

keluarga ke Kupang

menghadiri

pelantikan

50.000.000 Menurut penjelasan Servasius Kabu

dan Yoseph Otu: diserahkan di

rumah pribadi Sosimus Mitang di

Lokaria.

Laporan Pansus, hal. 17, 20

3. Syukuran

kemenangan Paket

SODA (Sosimus

Mitang, Damianus

Wera)

100.000.000 Sebanyak 4 kali syukuran, masing-

masing diberi 25 juta. Pengakuan

Servasius kabu & Yoseph Otu.

Laporan Pansus, hal. 48.

4. Untuk perjalanan ke

Jerman

25.000.000 Menurut penjelasan Servasius Kabu

dan Yoseph Otu: diserahkan di

rumah keluarga di Kebot.

Laporan Pansus, hal. 17,44-45

29 | P a g e

5. Untuk Lobi proyek

Kemenpora di Jakarta

50.000.000 Uang dibawa ke Jakarta oleh

Servasius Kabu. 25 juta diserahkan ke

Sosimus Mitang dan 25 juta lainnya

diserakan ke seorang staf

Kementerian Pemuda & Olahraga.

Kesaksian Servasius Kabu: Laporan

Pansus, hal. 17, 21, 45

6. Biaya perjalanan dinas

Bupati

10.000.000 Ditransfer oleh Buang Djadjo ke

Rekening BNI No. 0054880435, a.n.

Sosimus Mitang.

Laporan Pansus, hal. 17, 45.

Lampiran: hal.60

7. Biaya perjalanan

Dinas

10.000.000 Ditransfer oleh Fulgensius Ngaji ke

rekening BNI No. 0054880435, a.n.

Sosimus Mitang.

Laporan Pansus, hal 17,24, 45,

Lampiran, hal. 58

8. Perjalanan dinas

keluar daerah

sebanyak 58 kali

selama 2009

725.000.000 Pengakuan Servasius Kabu & Yoseph

Otu: setiap kali diberi antara 10-15

juta.

Laporan Pansus, hal. 17, 46.

9. Uang siri pinang di

desa-desa

80.000.000 Pengakuaun Servas Kabu & Yoseph

Otu. Diberikan ke Bupati untuk

Bupati & Wakil Bupati untuk

kunjungan sebanyak 40 kali selama

2009, masing-masing 1 juta.

Laporan Pansus, hal. 46.

Pengakuan Kabu & Yoseph Otu

dibenarkan Bupati. Laporan Pansus,

hal. 18, 33

10. Uang makan minum

di desa waktu

kunjungan

100.000.000 Pengakuaun Servas Kabu & Yoseph

Otu: Setiap desa diberi antara 2,5-5

juta, untuk 40 kali kunjungan

Laporan Pansus, hal. 47.

Pengakuan Kabu & Otu dibenarkan

oleh Bupati. Laporan Pansus, hal.

18, 33

11 Acara-acara resepsi

dan syukuran hari

raya di rumah jabatan

100.000.000 Pengakuan Servas Kabu & Yoseph

Otu: 5 kali acara, masing-masing 20

juta.

Laporan Pansus, hal. 48-49

Total 1.300.000.000

30 | P a g e

2. Bupati Melakukan Manipulasi APBD pada dana Bansos

Pada tanggal 13 Agustus 2009 disepakati oleh Bupati dan DPRD untuk tambahan

dana pada pos bantuan sosial sebanyak 2,5 milliar. Tetapi dalam Peraturan Bupati

tentang penjabaran APBD TA 2009, dinyatakan bahwa tambahan dana untuk pos

bantuan sosial sebanyak 6,5 milyar (Laporan Pansus, hal. 30, 39-41, Lampiran pada

Laporan Pansus, hal. 125-131).

Kesimpulan Pansus DPRD Sikka:

"Fakta ini tentu saja tidak sesuai dengan prinsip pengelolaan keuangan daerah di

mana setiap pengeluaran keuangan negara harus sesuai dengan aturan yang sah. Di

luar ketentuan itu dianggap sebagai petunjuk telah terjadi indikasi tindak pidana

korupsi." (Laporan Pansus, hal. 41).

3. Ada dugaan Bupati memerintahkan staf Bagian Kesra Setda Sikka untuk

melakukan pinjaman tanpa persetujuan DPRD.

Pada tahun 2009, Bagian Kesra Setda Sikka melakukan pinjaman sebanyak Rp

8.723.362. 860 (Laporan Pansus, hal 44, Lihat juga seluruh telaahan Pansus tentang

Utang pada Laporan Pansus, hal. 41-44, dan Lampiran pada Laporan Pansus, hal.

62-111). Penggunaan dana pinjaman ini tidak bisa dipertanggungjawabkan dan

dinilai oleh pansus DPRD Sikka sebagai kerugian negara yang harus

dipertanggungjawabkan (Laporan Pansus, hal.56).

Dalam surat pernyataannya yang diserahkan kepada Pansus, Bendahara Pengeluaran

Pembantu, Yoseph Otu, antara lain menulis: "Semua utang yang saya lakukan pada

Pihak Ketiga selama ini atas perintah Bupati Sikka an. Drs. Sosimus Mitang" (Surat

pernyataan Yoseph Otu, lampiran pada Laporan Pansus hal. 56). Keterangan Otu ini

dibenarkan oleh mantan Kabag Kesra, Servasius Kabu (Laporan Pansus, hal. 16), dan

beberapa orang yang memberikan pinjaman uang, antara lain Suitbertus Amandus

(Laporan Pansus, hal. 16).

Bupati Sikka (Laporan Pansus, hal. 17,41-42), wakil Bupati Sikka ( Laporan Pansus,

hal. 34, 42) dan Sekretaris Daerah Kabupaten Sikka (Laporan Pansus, hal. 31, 41-42)

menolak bertanggungjawab atas utang-utang yang dibuat oleh bagian Kesra Setda

Sikka. Tetapi fakta lain menunjukkan kenyataan sebaliknya:

1) Pada tanggal 15 Januari 2011, Bupati memberikan arahan di ruang kerjanya

kepada sejumlah staf, antara lain Servasius Kabu, Yoseph Otu, Fulgensius Ngaji.

Dalam arahan ini, antara lain Bupati mengatakan: "Hutang-hutang tersebut harus

diakui sebagai hutang pribadi karena hutang daerah ada mekanismenya. Nanti

kita akan tutup pelan-pelan melalui APBD." (Laporan Pansus, hal. 16-17). Dalam

laporan Pansus ini juga tertulis: "Sdr Servasius Kabu diminta untuk meredam Sdr

31 | P a g e

Suitbertus Amandus, dan Sdr Yoseph Otu ditugaskan untuk meredam di DPRD"

(Laporan Pansus, hal. 17).

Keterangan ini dibenarkan oleh Bupati Sikka, Sosimus Mitang (Laporan Pansus,

hal. 17-18).

Pansus DPRD berkesimpulan:

"Dari arahan tersebut terkesan kuat bahwa saudara Sosimus Mitang mengetahui

adanya hutang-hutang kepada pihak III dan akan ditutup dengan cara

memanipulasi APBD sebagaimana tersurat dalam kejadian perubahan APBD TA

2009" (Laporan Pansus, hal.17).

2) Pada laporan hasil pemeriksaan khusus Inspektorat Kabupaten Sikka, tanggal 3

Maret 2011 nomor 05/PKPT-PM/ITKAB/SKA/2011, diakui tentang adanya utang

dan pembayaran hutang itu dengan menggunakan uang Kabupaten Sikka

(Laporan Pansus, hal. 42-43).

3) Kwitansi peminjaman diberi cap Setda Sikka (Laporan Pansus, hal. 43).

4. Bupati menyuruh Staf Bagian Kesra untuk membuat kuitansi fiktip

Bendahara Pengeluaran Pembantu Dana Bantuan Keuangan Bagian Kesra, Yoseph

Otu, mengakui 29 kuitansi fiktip senilai 10,7 miliar sebagaimana ditemukan BPK

yang dibenarkan juga oleh Maria Goreti, Pembantu Bendahara Pengeluaran

Pembantu pada Bagian Kesra (Laporan Pansus, hal. 15). Maria Goreti yang membuat

kuitansi-kuitansi fiktip itu (Laporan Pansus, hal. 15, 23) atas arahan Bupati Sikka

Sosimus Mitang (Laporan Pansus, hal 16).

5. Bupati membiarkan pembelanjaan pada bagian Kesra tanpa SPJ.

Menurut pengakuan, Sekda (Laporan Pansus, hal. 30) dan Wakil Bupati (Laporan

Pansus, hal. 33), pengelolaan dana bantuan sosial pada bagian Kesra Setda Sikka

diurus langsung oleh Bupati. Tetapi sepanjang tahun 2009, tidak ada SPJ yang

disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran khusus Bantuan Sosial untuk

diverifikasi dan disyahkan (Laporan Pansus, hal. 25-26, 27-28, 36-37). Bupati tidak

mengambil tindakan apa-apa atas bawahannya di bagian Kesra Setda Sikka yang

tidak menjalankan tata kelola keuangan secara baik ini.

B. Keterangan pribadi Yoseph Otu

Saudara Yoseph Otu membuat sebuah dokumen dengan judul "Beberapa Data dan

Keterangan Yang Dapat Saya Sampaikan Kepada Aparat Penegak Hukum Terkait

Dengan Adanya Dugaan Korupsi Dana Bansos Pada Bagian Kesra Setda Kabupaten

32 | P a g e

Sikka Tahun Anggaran 2009." Dokumen ini, antara lain diberikan kepada Rm. Cirylus

Meo Mali Pr, Pastor di Paroki Misir, Maumere.

Selain informasi yang sudah disampaikan kepada Pansus DPRD, dalam dokumen ini

Yospeh Otu menyampaikan beberapa informasi lain terkait keterlibatan Bupati Sikka

dalam kasus korupsi Dana Banso Sikka tahun 2009, antara lain:

1. Selain dana 1.3 milliar yang sudah disampaikan kepada Pansus DPRD, Bupati juga

menggunakan dana Bansos untuk kepentingan pribadi sebanyak 3,6 milliar.

Rinciannya bisa dibaca pada tabel yang diberi judul: "Daftar Aliran Uang Bansos TA.

2009 Yang Saya serahkan kepada Bupati Sikka dan Tidak Ada bukti/Memo/Nota."

2. Ada pinjaman uang yang dilakukan oleh Marselus Lado, adik kandung Bupati

Sosimus mitang, atas perintah Sosimus Mitang; dan Yoseph Otu dipaksa untuk

menandatangani kwitansi-kwitansi pinjaman/utang dan dimasukkan ke dalam

belanja Bantuan Sosial. Uang-uang ini diserahkan langsung kepada Bupati Sikka dan

pemanfaatannya tidak diketahui. Bupati berjanji untuk mengatur pengembaliannya

lewat penambahan dana Bansos setiap tahun anggaran (Lihat halaman dengan judul

"B: Kasus Utang/Pinjaman kepada Pihak ketiga).

Berdasarkan dokumen-dokumen ini, Bupati Sikka, Sosimus mitang, diduga terlibat

dalam kasus korupsi dana Bansos. Sosimus Mitang diduga menggunakan uang dari dana

Bansos ini sebesar 4,9 milliar untuk kepentingannya sendiri.

33 | P a g e

Manipulasi APBD Perubahan & Korupsi Dana

KONI oleh Bupati Sikka, Sosimus Mitang

Ada dua kasus korupsi yang melibatkan Bupati Sikka yang perlu diperiksa oleh KPK.,

yakni 1) manipulasi APBD Perubahan tahun 2009 ,dan 2) Korupsi Dana KONI tahun

2009.

1. Manipulasi APBD Perubahan Kabupaten Sikka tahun 2009

Pada tanggal 12 Agustus 2009, DPRD merampungkan pembahasan tentang perubahan

APBD Perubahan tahun 2009 Pada tanggal 13 Agustus Nota Kesepakatan antara

Pemerintaha Kabupaten Sikka & DPRD Sikka, dan Berita Acaranya ditandatangani.

(Lihat bundelan Biru, Lampiran 13 dan 14).

1) Nota Kesepakatan No 7 tahun 2009, tanggal 13 Agustus Tentang Perubahan

Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan Anggaran Pendapatan dan

Belanja daerah Tahun Anggaran 2009.

2) Berita Acara: No.8 Tahun 2009: Persetujuan Bersama Bupati Sikka dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sikka Tentang Rancangan Peraturan

Daerah Tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun

Anggaran 2009.

Dalam kesepakatan ini ditetapkan tambahan dana "bantuan Sosial" sebanyak Rp

2.500.000.000 .

Atas dasar kesepakatan ini, Bupati Sikka menetapkan:

1) Peraturan Daerah Kabupaten Sikka No 7 Tahun 2009 Tentang Perubahan APBD

Daerah Kabupaten Sikka. Dokumen ini ditandatangani oleh Bupati Sikka,

Sosimus Mitang

2) Peraturan Bupati Sikka No 16 Tahun 2009 Tentang Penjabaran Perubahan APBD

Tahun Anggaran 2009, pada tanggal 22 Agustus 2009. Dokumen ini

ditandatangani oleh Bupati Sikka, Sosimus Mitang dan Sekretaris Daerah

Kabupaten Sikka, Sabinus Nabu.

Dalam kedua dokumen ini, Bupati menetapkan penambahan dana untuk "Bantuan

Sosial" sebanyak Rp 6.500.000.000, berbeda dari kesepakatan dengan DPRD. Dengan

demikian Peraturan Daerah tentang perubahan APBD tahun 2009 sebetulnya ilegal

atau cacat hukum karena produk yang dihasilkan ini bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan.

34 | P a g e

• Menaikkan dana Bansos 2009 secara sepihak pada Perubahan APBD 2009 adalah

korupsi sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 2 dan 3 UU No. 31/1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Termasuk di dalamnya adalah

pidana umum tentang wanprestasi/pengingkaran kesepakatan.

• Bupati Sikka selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah adalah

pejabat yang menetapkan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD 2009 dan

Sekda Sikka waktu itu, selaku Koordinator pengelolaan keuangan daerah adalah

pejabat yang mengundangkan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD 2009

dalam lembaran daerah, sehingga mereka adalah orang yang paling bertanggung

jawab terhadap masalah manipulasi APBD Perubahan

Memang pada tanggal 12 Agustus Bupati 2009, Bupati Sikka, Sosimus Mitang

menulis surat ke DPRD, Perihal "permohonan Penggunaan Dana Sisa Tender Pada

Perubahan APBD 2009," (lihat surat Bupati pada bundelan Biru), dan DPRD pada

tanggal 15 Agustus 2009 memberikan rekomendasi untuk penggunaan dana tersebut

sebanyak Rp 4.000. 000.000, tetapi tidak merobahan kesepakatan yang

ditandatangani pada tanggal 13 Agustus 2009. Dengan demikian rekomendasi DPRD

ini hanya bisa dijalankan dengan mengacu kepada peraturan berikut ini:

1) PERMENDAGRI 13/2006 PASAL 162 ayat (9):

Dalam hal keadaan darurat terjadi setelah ditetapkannya perubahan APBD,

pemerintah daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia

anggarannya, dan pengeluaran tersebut disampaikan dalam laporan realisasi

anggaran.

2) UU No.17/2003 TTG KEUANGAN NEGARA PASAL 28 ayat (4):

Dalam kedaaan darurat Pemerintah Daerah dapat melakukan pengeluaran yang

belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan

perubahan APBD, dan/atau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran.

3) UU No.33/2004 TTG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH

PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH PASAL 79 ayat (1) dan ayat (2): (1) Dalam

keadaan darurat, Pemerintah Daerah dapat melakukan belanja dari APBD yang

belum tersedia anggarannya. (2) Belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD dan/atau disampaikan

dalam Laporan Realisasi Anggaran.

Kalau rekomendasi ini dijalankan, dan Bupati menggunakan uang ini untuk keadaan

darurat dan bencana, maka:

1) BUPATI harus mengumumkan keadaan darurat.

35 | P a g e

2) Memformulasikan pendanaan keadaan darurat dalam RKA SKPD untuk

dijadikan dasar pengesahan DPA-SKPD setelah memperoleh persetujuan

sekretaris daerah.

3) Bupati menetapkan peraturan Bupati untuk mendanai kegiatan dalam

keadaan darurat.

4) Plafon belanja perubahan APBD 2009 secara keseluruhan tidak berubah,

sesuai penetapan bersama dalam paripurna DPRD.

5) Plafon belanja Bansos pada APBD perubahan 2009 harus tertulis seperti yang

telah disepakati bersama dengan DPRD.

6) SILPA 2009 berkurang Rp4.000.000.000 karenakan dipakai untuk membiayai

keadaan darurat.

7) Harus ada laporan realisasi Bansos melebihi anggaran pada laporan realisasi

pelaksanaan APBD 2009.

Setelah tahun anggaran berlalu, kenyataan yang disaksikan adalah sebagai berikut:

1) Tidak pernah ada pengumuman keadaan darurat oleh Bupati.

2) RKA SKPD tidak pernah diformulasi untuk membiayai keadaan darurat.

3) Tidak ada Peraturan Bupati untuk pendanaan keadaan darurat.

4) Plafon belanja Bansos 2009 dinaikkan secara sepihak dari Rp. 6,5 M yang

disepakati menjadi Rp. 10,5 M.

2. Koruspi Dana KONI

Pada tahun 2009, KONI Kabupaten Sikka yang diketua oleh Bupati Sikka, Sosimus

Mitang, mendapat dana Hiba dari APBD sebanyak Rp 2.300.625.000. Dari hasil

pemeriksaan BPK RI diketahui bahwa KONI Kabupaten Sikka belum

mempertanggungjawabkan dana yang diterimanya. Informasi dari Bendahara KONI,

hal ini terjadi karena kantor Sekretariat KONI yang berlokasi di Bagian Kesejahteraan

Rakyat Setda Sikka terbakar pada tanggal 26 Desember 2009 sehingga tidak terdapat

arsip dokumen sebagai bahan untuk pertanggungjawaban (Lihat Dokumen BPK yang

sudah diserahkan ).

Pada tanggal 29 Desember 2009, Ketua Harian KONI Kabupaten Sikka, dr. Wera

Damianus (juga Wakil Bupati) menyampaikan dalam "Surat pengakuan, No

92/KONI-SKA/XII/2009" tentang kebakaran ini dan dampaknya untuk laporan

keuangan KONI. Beliau antara lain menulis: "Persitiwa kebakaran tersebut

mengakibatkan terbakarnya bangunan gedung dan dokumen-dokumen, baik

dokumen umum maupun dokumen laporan keuangan Bagian Kesra, termasuk

laporan keuangan KONI Kab. Sikka Tahun Anggaran 2009." (Lihat Surat Pengakuan

Ketua Harian KONI)

36 | P a g e

Dari laporan ini diberi kesan bahawa KONI Kabupaten Sikka berkantor di Kantor

Bagian Kesra, padahal kantor KONI terletak di jalan Gajamada di depan Stadion

Samador. Jelas di sini upaya penipuan setelah dana KONI dikorupsi.