1 pengaruh pendapatan pegadaian, harga …eprints.iain-surakarta.ac.id/500/1/vika anggun.pdf ·...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH PENDAPATAN PEGADAIAN, HARGA EMAS, DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP PENYALURAN PEMBIAYAAN
RAHN (STUDI PADA PEGADAIAN SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2005-2015)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
VIKA ANGGUN RATNA PRATIWI
NIM 12.22.3.1.156
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2017
1
1
vii
MOTTO
“Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan beberapa derajat, sesungguhnya
Allah maha mengetahui apa yang kalian kerjakan” (QS. Al-Mujadilah: 11)
“Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain“
(Hadist Rasulullah SAW)
viii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan dengan segenap cinta dan doa Karya yang sederhana ini untuk :
Ayah dan Ibu tercinta, Putraku tercinta,
Saudara-saudaraku tercinta, Sahabat-sahabatku tersayang,
Yang selalu memberikan doa, semangat, dan kasih sayang yang tulus dan tiada ternilai besarnya Terimakasih....
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi,
yang berjudul “Pengaruh Pendapatan Pegadaian, Harga Emas, dan Tingkat Inflasi
Terhadap Penyaluran Pembiayaan Rahn (Studi pada Pegadaian Syariah di
Indonesia Tahun 2005-2015)”. Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan Studi
Jenjang Strata 1 (S1) Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya, telah banyak mendapatkan dukungan,
bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak yang telah menyumbangkan
pikiran, waktu, tenaga, dan sebagainya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
dengan setulus hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. Mudofir, S.Ag., M.Pd., Rektor Institut Agama Islam Negeri Surakarta.
2. Drs. H. Sri Walyoto, M.M., Ph.D., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
3. Budi Sukardi, S.E.I, M.S.I., Ketua Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam.
4. Helmi Haris, S.H.I., M.S.I, Dosen pembimbing akademik Jurusan Perbankan
Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
5. Indah Piliyanti, S.Ag., M.S.I, Dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan banyak perhatian dan bimbingan selama penulis menyelesaikan
skripsi.
x
6. Biro Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam atas bimbingannya dalam
menyelesaikan skripsi.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang telah
memberikan bekal ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
8. Ibu dan Bapakku, terima kasih atas do’a, cinta, dan pengorbanan yang tak
pernah ada habisnya, kasih sayangmu tak akan pernah kulupakan.
9. Sahabat-sahabatku dan teman-teman angkatan 2012 yang telah memberikan
keceriaan dan semangat kepada penulis selama penulis menempuh studi di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta.
Terhadap semuanya tiada kiranya penulis dapat membalasnya, hanya do’a
serta puji syukur kepada Allah SWT, semoga memberikan balasan kebaikan
kepada semuanya. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, 05 Januari 2017
Penulis
xi
ABSTRACT
Pawnshop Sharia will be influenced by the internal and external conditions in determining the amount of the distribution of sharia financing. The purpose of this study is to determine the effect of sharia pawn revenue, gold price, and inflation rate to distribution of funding at sharia pawn in Indonesia 2005-2015.
The method used is secunder research method. The population in this study used all annual reports of sharia pawn in Indonesia 2005-2015. The sample in this study used annual reports of sharia pawn in Indonesia 2005-2015. The dependent variable from this study is the distribution of funding. The independent variable include: sharia pawn revenue, gold price, and inflation rate. The method of data analysis used is multiple regression linier analysis.
The results of this study show that sharia pawn revenue and gold price have significant effect on distribution of funding with a significance value of 0,000 and 0,022. Inflation rate have not significant effect on distribution of funding with a significance value of 0,221. Keywords: distribution of funding, sharia pawn revenue, gold price, inflation rate.
xii
ABSTRAK
Pegadaian syariah akan dipengaruhi oleh kondisi internal dan kondisi eksternal dalam menentukan jumlah penyaluran pembiayaan gadai syariah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendapatan pegadaian, harga emas, dan tingkat inflasi terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh laporan keuangan triwulanan pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan triwulanan pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Variabel dependen dari penelitian ini adalah penyaluran pembiayaan Rahn. Variabel independen meliputi: pendapatan pegadaian, harga emas, dan tingkat inflasi. Untuk metode analisis data dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan pegadaian dan harga emas berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 dan 0,022. Tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015 dengan nilai signifikansi sebesar 0,221.
Kata kunci: penyaluran pembiayaan, pendapatan pegadaian, harga emas, dan tingkat inflasi.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN BIRO SKRIPSI ............................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN BUKAN PLAGIASI ................................. .... iv
HALAMAN NOTA DINAS ......................................................................... . v
HALAMAN PENGESAHAN MUNAQOSYAH ........................................... vi
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
ABSTRACT ................................................................................................... xi
ABSTRAK ...................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................... 8
1.3 Batasan Masalah ....................................................................... 9
1.4 Rumusan Masalah ..................................................................... 9
1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................... 10
1.6 Manfaat Penelitian ..................................................................... 10
xiv
1.7 Jadwal Penelitian ....................................................................... 11
1.8 Sistematika Penulisan Skripsi ................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………. 13
2.1 Kajian Teori ............................................................................... 13
2.1.1. Pegadaian Syariah............................................................. 13
1. Pengertian Pegadaian Syariah ......................................... 13
2. Mekanisme Operasional Pegadaian Syari’ah .................. 14
3. Dasar Hukum Pegadaian Syariah .................................... 17
2.1.2. Penyaluran Pembiayaan .................................................... 18
2.1.3. Pendapatan Pegadaian ...................................................... 23
2.1.4. Harga Emas ...................................................................... 25
2.1.5. Tingkat Inflasi .................................................................. 27
2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan .................................................. 31
2.3 Kerangka Berfikir Penelitian ..................................................... 33
2.4 Hipotesis Penelitian ................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………. 35
3.1 Waktu dan Wilayah Penelitian ................................................. 35
3.2 Jenis Penelitian .......................................................................... 35
3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ................. 36
3.4 Data dan Sumber Data .............................................................. 37
3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 38
3.6 Variabel Penelitian ..................................................................... 39
3.7 Definisi Operasional Variabel .................................................... 40
xv
3.8 Teknik Analisis Data ................................................................. 41
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ………………………. 49
4.1 Gambaran Umum Penelitian ...................................................... 49
4.1.1. Sejarah dan Perkembangan Pegadaian Syariah Indonesia 49
4.1.2. Produk Pegadaian Syariah Indonesia ............................... 51
4.2 Pengujian dan Hasil Analisis Data ............................................. 53
4.2.1. Pengujian Asumsi Klasik .................................................. 53
1. Uji Normalitas ............................................................... 53
2. Uji Autokorelasi ............................................................. 54
3. Uji Multikolinieritas ....................................................... 55
4. Uji Heteroskedastisitas ................................................... 55
4.2.2 Analisis Regresi Linier Berganda .................................... 56
4.2.3 Uji t .................................................................................. 59
4.2.4. Uji Ketepatan Model ........................................................ 60
1. Uji F ............................................................................... 60
2. Uji Koefisien Determinasi ............................................. 61
4.3 Pembahasan Hasil Analisis Data ............................................... 62
BAB V PENUTUP......................................................................................... 65
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 65
5.2 Keterbatasan Penelitian .............................................................. 66
5.3 Saran-Saran ................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 67
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 72
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Penyaluran Pembiayaan Pegadaian Syariah di Indonesia ...... 3
Tabel 1.2 : Perkembangan Pendapatan Pegadaian, Jumlah Nasabah, Tingkat Inflasi, dan Penyaluran pembiayaan Rahn pada Pegadaian Syariah di Indonesia Tahun 2011-2015 (Dalam Jutaan Rupiah) .......................................................... 5
Tabel 2.1 : Hasil Penelitian yang Relevan ............................................... 31
Tabel 4.1 : Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ................. 53
Table 4.2 : Hasil Uji Autokorelasi............................................................ 54
Tabel 4.3 : Hasil Uji Multikolinieritas ..................................................... 55
Tabel 4.4 : Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................. 56
Tabel 4.5 : Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda ........................... 57
Table 4.6 : Hasil Uji t ............................................................................... 59
Table 4.7 : Hasil Uji F .............................................................................. 60
Tabel 4.8 : Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ..................................... 61
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.3: Kerangka Berfikir .................................................................. 33
Gambar 3.1: Uji t......................................................................................... 44
Gambar 3.1: Uji F ....................................................................................... 45
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Penelitian............................................................. 73
Lampiran 2 : Data Penelitian ................................................................ 74
Lampiran 3 : Hasil Uji Normalitas ....................................................... 77
Lampiran 4 : Hasil Uji Multikolinieritas .............................................. 78
Lampiran 5 : Hasil Uji Heteroskedastisitas .......................................... 79
Lampiran 6 : Hasil Uji Autokorelasi .................................................... 80
Lampiran 7 : Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda .................... 81
Lampiran 8 : Distribusi Nilai ttabel......................................................... 82
Lampiran 9 : Distribution Tabel Nilai F0,05 .......................................... 83
Lampiran 10 : Daftar Riwayat Hidup ..................................................... 84
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Saat ini gobalisasi menyebabkan terjadi perubahan yang begitu cepat di
dalam dunia bisnis, perubahan tersebut dilakukan agar tujuan organisasi dapat
tetap bertahan dan bahkan dapat meningkatkan prestasi bisnisnya. Berbagai
bidang perekonomian yang bersangkutan dengan keuangan menjadi suatu
kebutuhan yang tidak terelakkan. Lembaga keuangan yang lebih berkaitan dengan
pemenuhan dana yang digunakan untuk melakukan aktivitas produksi, merupakan
sumber perekonomian di dunia modern saat ini (Muzzaki, 2011).
Salah satu lembaga keuangan yang sedang berkembang saat ini adalah
pegadaian. Menurut Susilo dalam Hadi (2003: 16), menjelaskan bahwa, gadai
adalah suatu hak yang diperoleh oleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu
barang bergerak. Pegadaian merupakan lembaga keuangan yang menyalurkan
dana pembiayaan bersifat gadai atas suatu barang bergerak. Pegadaian merupakan
satu-satunya perusahaan yang menyediakan pembiayaan yang cepat dan mudah
dibandingkan dengan penyedia pembiayaan lainnya.
Menurut Martono (2010: 171), pegadaian merupakan suatu lembaga
keuangan bukan bank yang memberikan pinjaman kepada masyarakat dengan ciri
yang khusus, yaitu secara hukum gadai. Sesuai dengan hukum gadai bahwa calon
peminjam mempunyai kewajiban untuk menyerahkan barang bergerak miliknya
sebagai agunan kepada perusahaan pegadaian, disertai dengan pemberian hak
kepada pegadaian untuk melakukan penjualan secara lelang.
1
2
Pegadaian sendiri memiliki dua unit usaha yaitu unit berbasis
konvensional dan pegadaian berbasis syariah, namun tetap dalam naungan
operasional pegadaian itu sendiri. Konsep operasi pegadaian syariah mengacu
pada sistem administrasi modern yaitu azas rasionalitas, efisiensi dan efektifitas
yang diselaraskan dengan nilai Islam (Purba, 2014).
Gadai syariah pada dasarnya, sebagai bagian dari sistem keuangan yang
merupakan tatanan dalam perekonomian suatu Negara yang memiliki peran,
terutama dalam menyediakan jasa-jasa di bidang keuangan. Karena gadai syariah
bagian dari lembaga keuangan non perbankan yang dalam usahanya tidak
diperkenankan menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk
simpanan, maka gadai syariah hanya diberikan wewenang untuk memberikan
pinjaman kepada masyarakat (nasabah) (Rais, 2006: 117).
Pegadaian syariah mempunyai beberapa produk jasa antara lain, Ar Rahn
yaitu skim pinjaman (pembiayaan) untuk memenuhi kebutuhan dana bagi
masyarakat dengan sistem gadai yang sesuai syariah Islam dengan agunan berupa
perhiasan emas, berlian, elektronik, dan kendaraan bermotor (Hadi, 2003: 61).
Selain itu, Arrum (Ar-rahn untuk usaha mikro) merupakan produk
pegadaian yang melayani skema pinjaman berprinsip syariah bagi para pengusaha
mikro dan kecil untuk keperluan pengembangan usaha melalui sistem
pengembalian secara angsuran. Jaminan berupa BPKP kendaraan sehingga fisik
kendaraan tetap berada di tangan nasabah untuk kebutuhan operasional usaha.
Mulia adalah penjualan emas yang dilakukan pegadaian kepada masyarakat secara
3
tunai ataupun angsuran dalam jangka waktu tertentu (Annual Report PT
Pegadaian, 2013: 60).
Kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas, tanpa didukung pendapatan
yang seimbang, mendorong masyarakat untuk mencari kredit pada bank yang
pada awalnya mulanya adalah satu-satunya lembaga yang khusus bergerak di
bidang bisnis keuangan. Akan tetapi, masyarakat khususnya golongan ekonomi
lemah, merasa prosedur kredit yang diberikan oleh bank terlalu berbelit-belit.
Sehingga, beralihlah masyarakat yang membutuhkan dana mendesak kepada
produk penyaluran kredit PT. Pegadaian (Persero) yang berlandaskan syariah
yaitu pembiayaan kredit dengan sistem gadai syariah (Rahn) (Febrian, 2015: 3).
Berikut adalah tabel penyaluran pembiayaan pegadaian syariah di
Indonesia tahun 2011-2015:
Tabel 1.1 Penyaluran Pembiayaan Pegadaian Syariah di Indonesia
Tahun 2011-2015 (Dalam Jutaan Rupiah)
Tahun Rahn Arrum Mulia 2011 2.157.676 102.900 986.597 2012 2.569.448 64.462 998.597 2013 2.735.327 133.837 65.426 2014 3.045.332 200.333 256.359 2015 3.470.196 339.403 278.897
Sumber: Laporan Tahunan Pegadai Syariah
Berdasarkan tabel 1.1. di atas, menunjukkan bahwa penyaluran
pembiayaan Arrum dan Mulia peningkatannya tidak lebih besar jika dibandingkan
dengan penyaluran pembiayaan Rahn. Hal ini dikarenakan produk Arrum dan
Mulia merupakan produk yang masih tergolong baru bagi masyarakat. Sehingga,
masyarakat lebih banyak menggunakan produk gadai syariah yang mengacu pada
4
tarif ijarah dan biaya administrasi dan produk yang terlebih dahulu dikenal
masyarakat. Oleh karena itu, produk pembiayaan Rahn yang paling banyak
digunakan pelaku usaha dan masyarakat.
Pegadaian syariah akan dipengaruhi oleh kondisi internal dan kondisi
eksternal dalam menentukan jumlah penyaluran pembiayaan gadai syariah. Faktor
internal yang dimaksud yaitu bagaimana perusahaan dapat mengelola dengan baik
seperti manajemen asset perusahaan, faktor 5C (character, capacity, capital,
collateral, dan condition of economy) manajemen kredit. Termasuk di dalam
faktor internal yaitu perkembangan pendapatan usaha pegadaian (Febrian, 2015:
8).
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul
dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman
modal (Undang-Undang Republik Indonesia, 1998).
Harga emas juga dapat berpengaruh pada penyaluran pembiayaan Rahn.
Menurut Staton (1999: 208), harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang diukur
dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau
perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain.
Emas adalah jenis logam yang memiliki nilai berharga yang banyak
digunakan sebagai cadangan devisa, standard keuangan suatu negara, bahan dasar
perhiasan maupun bahan elektronik. Harga emas adalah sejumlah uang yang
dikorbankan atau dibayarkan untuk memperoleh komoditi atau produk berupa
emas (Desriani dan Rahayu, 2013: 149).
5
Fluktuasi kenaikan ataupun penurunan harga emas dapat mempengaruhi
penyaluran kredit pada PT. Pegadaian. Semakin tinggi harga emas, maka semakin
tinggi pula penyaluran kredit pada PT. Pegadaian begitu pula sebaliknya (Aziz,
2013: 8).
Selain pendapatan, pegadaian syariah juga harus memperhatikan faktor
eksternal seperti tingkat inflasi. Sehingga pegadaian syariah diharapkan lebih
selektif di dalam memberikan aliran dana kreditnya untuk membantu masyarakat
yang membutuhkan dana tunai secara cepat, syarat yang mudah dan prosedur
tidak berbelit-belit.
Inflasi secara umum didefinisikan naiknya harga barang dan jasa sebagai
akibat jumlah uang (permintaan) yang lebih banyak dibandingkan jumlah barang
atau jasa yang tersedia (penawaran), sebagai akibat dari inflasi adalah turunnya
nilai uang (Chasanah dan Mutaminah, 2012).
Penyebab terjadinya inflasi terbagi dalam tiga bagian yaitu : (a) tarikan
permintaan (demand-pull inflation), terjadi apabila permintaan agregat meningkat
lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian. (b)
dorongan biaya (cost-push inflation), terjadi apabila adanya depresiasi nilai tukar,
peningkatan harga-harga komoditi yang diatur oleh pemerintah dan terganggunya
distribusi. Sedangkan (c) ekspektasi inflasi (inflation expectation), terjadi apabila
perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi lebih cenderung bersifat adaptif
(forward looking) (Abdullah, 2010: 60).
6
Berikut adalah perkembangan pendapatan pegadaian, harga emas, tingkat
inflasi, dan penyaluran pembiayaan pada pegadaian syariah di Indonesia tahun
2011-2015:
Tabel 1.2 Perkembangan Pendapatan Pegadaian, Harga Emas, Tingkat Inflasi, dan
Penyaluran pembiayaan Rahn pada Pegadaian Syariah di Indonesia Tahun 2011-2015 (Dalam Jutaan Rupiah)
Tahun Pendapatan
Pegadaian Inflasi (%) Harga
emas Penyaluran Pembiayaan (Rahn)
2011 6.600.927.966.486 3.79 457.143 7.822.599.000.000 2012 5.833.074.679.677 4.30 520.927 11.122.405.000.000 2013 7.864.767.123.402 8.38 455.762 11.535.454.000.000 2014 7.113.126.058.127 8.36 474.409 27.948.962.210.560 2015 8.119.794.619.825 3.35 470.619 31.099.031.834.806
Sumber: Laporan Tahunan Pegadai Syariah
Berdasarkan data pada Tabel 1.2 di atas dapat dilihat bahwa tingkat
penyaluran pembiayaan Pegadaian Syariah di Indonesia terus mengalami
peningkatan sejak tahun 2011 sampai 2015. Pegadaian Syariah di Indonesia
memberikan kemudahan dalam penyaluran pembiayaannya sehingga masyarakat
yang tadinya tidak dapat dilayani oleh perbankan dan memanfaatkan penyaluran
kredit ilegal mulai beralih ke Pegadaian Syariah di Indonesia. Banyaknya nasabah
juga memungkinkan peningkatan jumlah pendapatan Pegadaian Syariah di
Indonesia sehingga akan mempengaruhi jumlah pembiayaan yang akan
disalurkan.
Perkembangan harga emas dan inflasi Indonesia dari tahun 2011-2015
sangat fluktuatif. Perkembangan kredit Rahn yang disalurkan terus beranjak naik,
pada tahun 2013 kredit yang disalurkan sebesar Rp 11,5 Triliun. Sementara itu
inflasi terus berfluktuasi hingga pada tahun 2013 laju inflasi 8,38 persen,
7
pendapatan pegadaian sebesar Rp 7,8 Triliun. Hal tersebut menunjukkan bahwa
fluktuasi inflasi mempengaruhi penyaluran kredit Rahn, sedangkan kenaikan
pendapatan pegadaian setiap tahunnya mampu meningkatkan jumlah kredit Rahn
yang disalurkan.
Pendapatan pegadaian, harga emas, dan tingkat inflasi adalah indikator
yang tepat untuk menganalis perkembangan penyaluran kredit gadai syariah pasca
krisis 2008. Hal ini karena pendapatan pegadaian dapat menggambarkan
profitabilitas pegadaian dan berperan penting dalam penyaluran kredit. Fluktuasi
tingkat inflasi berpengaruh kepada naiknya harga pokok dan menambah masalah
ekonomi yang melanda masyarakat Indonesia yang mengharuskan untuk
memenuhi kebutuhannya baik produktif maupun konsumtif.
Inflasi mempengaruhi besarnya penyaluran pembiayaan. Pengaruh inflasi
ini melalui tingkat bunga nominal, dikarenakan tingkat bunga riil yang terbentuk
dari tingkat bunga nominal dikurangi inflasi. Apabila tingkat inflasi tinggi maka
tingkat bunga riil akan menurun, ini akan mengakibatkan naiknya jumlah
penyaluran pembiayaan yang diakibatkan turunnya tingkat bunga riil (Aziz,
2013:11).
Pengaruh perubahan inflasi pada penyaluran pembiayaan terjadi tidak
secara langsung akan tetapi melalui tingkat bunga riil terlebih dahulu. Dengan
menggunakan asumsi suku bunga riil jika terjadi inflasi naik maka expected profit
akan mengalami kenaikan dan permintaan kredit turut juga mengalami kenaikan,
tetapi jika inflasi naik yang diakibatkan dengan kenaikan nominal interest rate,
sehingga permintaan kredit juga akan naik. Dimana inflasi yang timbul karena
8
kenaikan biaya produksi (Cost Push Inflation) adalah inflasi yang timbul karena
berkurangnya penawaran akibat kenaikan produksi (Aziz, 2013:11).
Hasil penelitian Widiarti, Tri dan Sunarti (2013), menunjukkan bahwa
secara parsial pendapatan Perum Pegadaian Cabang Batam dan jumlah nasabah
mempunyai pengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit pada Perum
Pegadaian Cabang Batam, sedangkan tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan
terhadap penyaluran kredit Perum Pegadaian Cabang Batam.
Hasil penelitian Aziz (2013), menunjukkan bahwa tingkat sewa modal dan
inflasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran kredit
gadai golongan C. Jumlah nasabah dan harga emas mempengaruhi jumlah
penyaluran kredit di PT. Pegadaian Cabang Probolinggo.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu peneliti
menggunakan pegadaian syariah di Indonesia sebagai objek penelitian. Peneliti
juga menggunakan periode pengamatan yang berbeda yaitu pengamatan dari
laporan triwulanan pegadaian syariah 2005-2015.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Pendapatan Pegadaian, Harga Emas, dan
Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Pembiayaan Rahn (Studi pada Pegadaian
Syariah di Indonesia Tahun 2005-2015)”.
9
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mengidentifikasikan
masalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas, tanpa didukung pendapatan yang
seimbang, mendorong masyarakat untuk mencari pembiayaan pada bank yang
pada awalnya mulanya adalah satu-satunya lembaga yang khusus bergerak di
bidang bisnis keuangan. Akan tetapi, masyarakat khususnya golongan ekonomi
lemah, merasa prosedur kredit yang diberikan oleh bank terlalu berbelit-belit.
Sehingga, beralihlah masyarakat yang membutuhkan dana mendesak kepada
produk penyaluran pembiayaan PT. Pegadaian (Persero) yang berlandaskan
syariah yaitu pembiayaan kredit dengan sistem gadai syariah (Rahn).
2. Pendapatan pegadaian, harga emas, dan tingkat inflasi adalah indikator yang
tepat untuk menganalis perkembangan penyaluran pembiayaan gadai syariah
pasca krisis 2008. Hal ini karena pendapatan pegadaian dapat menggambarkan
profitabilitas pegadaian dan berperan penting dalam penyaluran kredit.
Fluktuasi tingkat inflasi berpengaruh kepada naiknya harga pokok dan
menambah masalah ekonomi yang melanda masyarakat Indonesia yang
mengharuskan untuk memenuhi kebutuhannya baik produktif maupun
konsumtif.
10
1.3. Batasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ditetapkan agar penelitian nanti
terfokus pada pokok permasalahan yang ada beserta pembahasannya, sehingga
diharapkan penelitian yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, penulis akan membatasi penelitian ini pada :
1. Penelitian hanya mengenai pengaruh pendapatan pegadaian, harga emas, dan
tingkat inflasi terhadap penyaluran pembiayaan.
2. Penelitian ini dilakukan pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah di atas,
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah pendapatan pegadaian berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan
Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015?
2. Apakah harga emas berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada
pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015?
3. Apakah tingkat inflasi berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn
pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015?
1.5. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis pendapatan pegadaian berpengaruh terhadap penyaluran
pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015.
11
2. Untuk menganalisis harga emas berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan
Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015.
3. Untuk menganalisis tingkat inflasi berpengaruh terhadap penyaluran
pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015.
1.6. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masing masing
pihak sebagai berikut:
1. Bagi Akademisi
Bagi akademisi penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
a. Mampu memberikan referensi bagi peneliti berikutnya terhadap masalah yang
sama.
b. Mampu mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan sampai sejauh
mana teori-teori yang sudah ditetapkan sehingga hal-hal yang masih dirasa
kurang dapat diperbaiki
2. Bagi Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat
bagi pegadaian syariah, baik berupa masukan ataupun pertimbangan terkait
dengan pengaruh pendapatan pegadaian, harga emas, dan tingkat inflasi terhadap
penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-
2015.
12
1.7. Jadwal Penelitian
Terlampir
1.8. Sistematika Penulisan Skripsi
Adapun sistematika penulisan skripsi adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan skripsi.
BAB II LANDASAN TEORI
Berisi tentang kajian teori, hasil penelitian yang relevan, kerangka berfikir,
dan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang waktu dan wilayah penelitian, jenis penelitian,
populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel, data dan sumber data, teknik
pengumpulan data, variabel penelitian, definisi operasional variabel, serta teknik
analisis data.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum penelitian, pengujian dan hasil
analisis data, pembahasan hasil analisis (pembuktian hasil hipotesis).
BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran-saran.
13
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Pegadaian Syariah
1. Pengertian Pegadaian Syariah
Menurut UU Perdata pasal 1150, gadai adalah suatu hak yang diperoleh
seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan
kepadanya oleh seorang yang berhutang atau oleh seorang lain atas dirinya, dan
yang memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang itu untuk mengambil
pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang yang
berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya yang telah dikeluarkan, untuk
menyelamatkan setelah barang itu digadaikan, dan biaya-biaya yang mana harus
didahulukan.
Menurut istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan al rahn berarti al-
tsubut dan al-habs yaitu penetapan dan penahanan. Menurut istilah syara’, yang
dimaksud dengan rahn adalah akad yang objeknya menahan barang terhadap
sesuatu hak yang mungkin diperoleh bayaran dengan sempurna darinya (Antonio,
2001: 128).
Gadai syari’ah (rahn) merupakan menahan salah satu harta milik nasabah
(rahin) sebagai barang jaminan (marhun) atas hutang atau pinjaman (i) yang
diterimanya. Marhun tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak
yang menahan atau penerima gadai (murtahin) memperoleh jaminan untuk dapat
mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya (Antonio, 2001: 128).
1
14
Menurut Hadi (2003), rahn adalah perjanjian menahan sesuatu barang
sebagai tanggungan utang, atau menjadikan sesuatu benda bernilai menurut
pandangan syara’ sebagai tanggungan marhun bih, sehingga dengan adanya
tanggungan utang itu seluruh atau sebagian utang dapat diterima.
Berdasarkan Fatwa DSN Nomor: 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn,
pegadaian syari’ah adalah suatu badan usaha di Indonesia yang secara resmi
mempunyai ijin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan syari’ah berupa
pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum
gadai secara syar’i. Pinjaman dengan menggadaikan marhun sebagai jaminan
marhun bih dalam bentuk rahn itu dibolehkan, dengan ketentuan bahwa
murtahin, dalam hal ini pegadaian syari’ah, mempunyai hak menahan marhun
sampai semua marhun bih dilunasi.
2. Mekanisme Operasional Pegadaian Syariah
Berjalannya perjanjian gadai sangat ditentukan oleh banyak hal. Antara
lain adalah subyek dan obyek perjanjian gadai. Subyek perjanjian gadai adalah
rahin (yang menggadaikan barang) dan murtahin (yang menahan barang gadai).
Obyeknya ialah marhun (barang gadai) danutang yang diterima rahin.
Menurut beberapa ulama, mengenai prinsip-prinsip syari’ah yang dibuat
acuan dalam operasi Pegadaian Syari’ah, yaitu ditinjau dari: kedudukan barang
gadai, pemanfaatan barang gadai, risiko atas kerusakan barang gadai,
pemeliharaan barang gadai, kategori barang gadai, akad gadai, hak gadai atas
harta peninggalan, pembayaran atau pelunasan utang gadai serta prosedur
pelelangan barang gadai (Hadi, 2003: 54-59).
15
Kedudukan barang gadai merupakan suatu amanah yang dipercayakan
kepadanya oleh pihak penggadaian. Murtahin hanya berhak menahan barang
gadai, tetapi tidak berhak menggunakan atau memanfaatkan hasilnya. Jika barang
gadai rusak atau hilang disebabkan oleh kelalaian murtahin, maka murtahin
menanggung resiko, memperbaiki kerusakan atau mengganti yang hilang,
(kesepakatan ulama).
Biaya pemeliharaan barang gadai menjadi tanggungan penggadai dengan
alasan bahwa barang tersebut berasal dari penggadai dan tetap merupakan
miliknya. Besarnya ongkos didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata
diperlukan.
Jenis barang yang dapat digadaikan sebagai jaminan adalah semua jenis
barang bergerak dan tak bergerak yang memenuhi syarat, yaitu: benda bernilai
menurut hukum syara’, benda berwujud pada waktu perjanjian terjadi, benda
diserahkan seketika kepada murtahin (Hadi, 2003: 54).
Begitu juga mazhab Maliki dalam kitab Bidayatul Mujtahid, berpendapat
bahwa diperbolehkan mengambil gadai pada salam, utang, ghasab, harga-harga
barang konsumsi denda tindak kriminal pada harta benda, serta pada tindak
penganiayaan secara sengaja yang tidak ada qishashnya, seperti al-ma’mumah
(pelaku yang mengenai otak) dan al-jaifah (pelaku yang mengenai perut) (Hadi,
2003: 67).
Para ulama sepakat, bahwa hak murtahin untuk menerima pembayaran
utang, lebih didahulukan dari pada hak para kreditur atas utang lepas. Apabila
pada waktu yang telah ditentukan, rahin belum juga membayar kembali
16
utangnya, maka rahin dapat dipaksa oleh marhun untuk menjual barang
gadaiannya dan kemudian digunakan untuk melunasi utangnya. Jika setelah
diperintah hakim, rahin tidak mau membayar utangnya dan tidak mau menjual
barang gadaiannya, maka hakim dapat memutuskan untuk menjual barang
tersebut guna melunasi utang-utangnya.
Jika terdapat persyaratan, menjual barang gadai pada saat jatuh tempo,
maka menurut Basyir, hal ini dibolehkan dengan ketentuan: (1) Murtahin harus
terlebih dahulu mencari tahu keadaan rahin (mencari penyebab belum melunasi
utang), (2) dapat perpanjang tenggang waktu pembayaran, (3) Kalau murtahin
benar-benar butuh uang dan rahin belum melunasi hutangnya, maka murtahin
boleh memindahkan barang gadai kepada murtahin lain dengan seijin rahin. (4)
Apabila ketentuan diatas tidak terpenuhi, maka murtahin boleh menjual barang
gadai dan kelebihan uangnya dikembalikan kepada rahin (Hadi, 2003: 59).
Berdasarkan penjelasan di atas, mengenai bolehnya untuk beroperasi
pegadaian syari’ah dan beberapa penjelasan para ulama mengenai prinsip-prinsip
syari’ah dalam mekanisme operasi pegadaian syari’ah, maka DSN (Dewan
Syari’ah Nasional) memandang perlu menetapkan fatwa untuk dijadikan pedoman
untuk rahn (menahan barang sebagai jaminan atas hutang) sesuai prinsip-prinsip
syari’ah, dengan tujuan untuk dijadikan pedoman bagi umat Islam pada
umumnya dan bagi kalangan praktisi ekonomi syari’ah pada khususnya murtahin,
yaitu sebagai berikut (Sam et.al., 2003: 158-159):
17
a. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan marhun (barang)
sampai hutang rahin (yang menyerahkan barang dilunasi).
b. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada prinsipnya, marhun
tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin rahin. Dengan tidak
mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya
pemeliharaan dan perawatannya.
c. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban
rahin, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin, sedangkan biaya dan
pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin.
d. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan
berdasarkan jumlah pinjaman.
e. Penjualan marhun: pertama, apabil jatuh tempo, murtahin harus memperingati
rahin untuk segera melunasi hutangnya. Kedua, apabila rahin tetap tidak
dapat melunasi hutangnya, maka marhun dijual paksa atau dieksekusi melalui
lelang sesuai syari’ah. Ketiga, hasil penjualan marhun digunakan untuk
melunasi hutang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar
serta biaya penjualan. Keempat, kelebihan hasil penjualan menjadi milik
rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban rahin.
18
3. Dasar Hukum Pegadaian Syariah
a. Al Qur’an
Artinya: “ jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang[180] (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan“ (QS. Al-Baqarah: 283).
1. Sumber hukum yang berasal dari Hadits
“Dari Aisayah r.a berkata bahwa Rasul bersabda: Rasulullah SAW pernah membeli makanan dari seorang yahudi dengan harga yang diutang, sebagai tanggungan atas utangnya itu Nabi menyerahkan baju besinya “ (HR. Bukhari). 2. Ijma
Para ulama sepakat membolehkan akad Rahn, dikarenakan Al-Qur’an
sudah menganjurkan untuk memberikan barang jaminan, dan juga pernah
dilakukan secara langsung oleh Rasulullah, disamping itu juga tidak ada dalil
yang mengharamkannya.
19
2.1.2. Penyaluran Pembiayaan
Menurut Muhammad (2005: 17), pembiayaan, yaitu pendanaan yang
diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang
telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Pembiayaan juga
dapat diartikan dengan penyediaan dana atau tagihan (Wangsawidjaja, 2012: 78).
Kegiatan pendanaan diadakan berdasar kesepakatan antara lembaga keuangan
dengan pihak peminjam untuk mengembalikan utangnya setelah jatuh tempo
dengan imbalan atau bagi hasil (Rivai dalam Purwanto, 2011: 15).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembiayaan berasal dari kata
biaya yang artinya uang yang dikeluarkan untuk mengadakan atau melakukan
sesuatu. Sedangkan kata pembiayaan artinya segala sesuatu yang berhubungan
dengan biaya (Departemen Pendidikan Nasional, 2001: 67).
Menurut Kasmir (2001: 73), pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
berdasarkan ketentuan Bank Indonesia pada Pasal 1 Undang-Undang No 10
Tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu dengan imbalan atau bagi hasil.
Pembiayaan adalah penyediaan atau penyaluran dana oleh pihak yang
kelebihan dana kepada pihak-pihak yang kekurangan dana (peminjam) dan wajib
bagi peminjam untuk mengembalikan dana tersebut dalam jangka waktu dengan
imbalan atau bagi hasil (Kina, 2008).
20
Secara umum fungsi pembiayaan adalah sebagai berikut (Sinungan dalam
Muhammad, 2002: 19):
1. Meningkatkan daya guna uang;
2. Meningkatkan daya guna barang;
3. Meningkatkan peredaran uang;
4. Menimbulkan semangat berusaha;
5. Stabilitas ekonomi;
6. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.
Tujuan pembiayaan terdiri dari dua yaitu secara makro dan mikro.
1. Secara mikro adalah peningkatan ekonomi, tersedianya dana bagi peningkatan
usaha, meningkatkan produktifitas, membuka lapangan kerja baru, dan terjadi
distribusi pendapatan;
2. Secara makro adalah upaya memaksimalkan laba, upaya meminimalkan
resiko, pendayagunaan sumber ekonomi, penyaluran kelebihan dana
(Muhammad dalam Permata, 2014: 35).
Menurut Ali (2008: 49), beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pihak
lembaga keuangan syariah dalam menilai pengajuan pembiayaan didasarkan pada
rumus 5C, yaitu:
1. Character artinya sifat pribadi atau karakter anggota pengambil pinjaman;
2. Capacity artinya kemampuan anggota untuk menjalankan usaha dan
mengembalikan pinjaman yang diambil;
3. Capital (modal) artinya penilaian besarnya modal yang diperlukan peminjam
atau nasabah;
21
4. Collateral artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan peminjam
kepada pihak lembaga keuangan;
5. Condition (kondisi ekonomi) artinya pembiayaan yang diberikan juga perlu
mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha
calon nasabah.
Dalam memberikan pembiayaan juga perlu menerapkan fungsi
pengawasan secara menyeluruh, dengan menggunakan tiga prinsip utama, yaitu:
1. Prinsip pencegahan dini (early warning system) yaitu tindakan preventif
terhadap kemungkinan terjadinya hal-hal yang dapat merugikan bank dalam
hal pembiayaan atau terjadinya praktek-praktek pembiayaan yang tidak sehat;
2. Prinsip pengawasan melekat (built in control), di mana para pejabat
pembiayaan melakukan supervisi sehari-hari untuk memastikan bahwa
kegiatan pembiayaan telah berjalan sesuai dengan kebijakan yang telah
ditetapkan dalam pembiayaan;
3. Prinsip pemeriksaan internal (internal audit) merupakan upaya lanjutan
dalam pengawasan pembiayaan, yang bertujuan untuk memastikan bahwa
pembiayaan dilakukan dengan benar sesuai dengan kebijakan pembiayaan
serta dapat memenuhi prinsip-prinsip pembiayaan yang sehat (Arifin, 2009:
257-259).
Menurut Antonio (2001: 160-161), Pembiayaan menurut sifat
penggunaannya, dapat dibagi menjadi dua hal sebagai berikut:
1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha
22
produksi, perdagangan, maupun investasi. Menurut keperluannya, pembiayaan
produktif dapat dibagi menjadi dua hal sebagi berikut:
a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan :
1) Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi,
maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi;
dan
2) Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu
barang.
b. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang
modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.
c. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Meskipun secara teori belum ditemukan mengenai faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan yang menunjukkan bahwa variabel
pendapatan pegadaian, jumlah nasabah, dan tingkat inflasi terhadap penyaluran
pembiayaan, namun penelitian terdahulu seperti penelitian Purnomo (2009), yang
menunjukkan bahwa pendapatan pegadaian dan jumlah nasabah berpengaruh
terhadap penyaluran kredit. Penelitian Dahlan (2015), yang menunjukkan bahwa
tingkat inflasi berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan.
23
2.1.3. Pendapatan Pegadaian
Menurut Pass dan Lowes (1999: 287), pendapatan adalah uang yang
diterima seseorang dan perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa, bunga, laba
dan sebagainya, bersama-sama dengan uang tunjangan penggangguran, uang
pension dan lain sebagainnya.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia (1998), pendapatan adalah
arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal
perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.
Menurut Antonio (2001: 204), pendapatan adalah kenaikan kotor dalam
asset atau penurunan dalam liabilitas atau gabungan dari keduanya selama periode
yang dipilih oleh pernyataan pendapatan yang berakibat dari investasi,
perdagangan, memberikan jasa atau aktivitas lain yang bertujuan meraih
keuntungan.
Karakteristik pendapatan terdiri dari tiga yaitu sebagai beriktu (Amalia,
2010):
1. Sumber pendapatan
Jumlah rupiah perusahaan bertambah melalui berbagai cara tetapi tidak
semua cara tersebut mencermikan pendapatan. Tambahan jumlah rupiah aktiva
perusahaan dapat berasal dari transaksi modal, laba dari penjualan aktiva yang
bukan barang dagangan seperti aktiva tetap, surat berharga, ataupun penjualan
anak atau cabang perusahaan, hadiah, sumbangan atau penemuan, revaluasi aktiva
tetap, dan penjualan produk perusahaan. Berdasarkan transaksi di atas, hanya
24
transaksi atas penjualan produk yang dapat dianggap sebagai sumber utama
pendapatan walaupun laba atau rugi mengkin timbul dalam hubungannya dengan
penjualan aktiva selain produk utama perusahaan.
2. Produk dan kegiatan utama perusahaan
Produk perusahaan mungkin berupa barang ataupun dalam bentuk jasa.
Perusahaan tertentu mungkin sekali menghasilkan berbagai macam produk atau
baik berupa barang atau jasa atau keduanya yang sangat berlainan jenis maupun
arti pentingnya bagi perusahaan.
3. Jumlah rupiah pendapatan dan proses penandingan
Pendapatan merupakan jumlah rupiah dari harga jual per satuan kali
kuantitas terjual. Perusahaan umumnya akan mengharapkan terjadinya laba yaitu
jumlah rupiah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya yang dibebankan. Laba
atau rugi yang terjadi baru akan diketahui setelah pendapatan dan beban
dibandingkan setelah biaya yang dibebankan secara layak dibandingkan dengan
pendapatan maka tampaklah jumlah rupiah laba ataupun pendapatan neto.
Sumber-sumber pendapatan dapat dikelompokkan menjadi dua sumber
pendapatan yaitu (Widiarti dan Sinarti, 2013: 2):
1. Pendapatan operasional, yaitu pendapatan yang berasal dari aktivitas utama
perusahaan sesuai dengan jenis usahanya yang berlangsung secara berulang-
ulang dan berkesinambungan tiap periode.
2. Pendapatan bukan operasional, yaitu pendapatan yang berasal dari transaksi
penjualan yang tidak berulang-ulang dan insidentil, yang secara tidak
langsung berhubungan dengan aktivitas perusahaan misalnya penjualan aktiva
25
tetap perusahaan kepada pihak lain.
Pendapatan gadai adalah merupakan jumlah pendapatan dari produk gadai
syariah seperti Rahn, Arrum dan Mulia yang diterima pegadaian syariah dalam
jangka periode tertentu, misalnya 1 tahun dalam bentuk rupiah (Irawan, 2011: 40).
Berdasarkan pendapat di atas maka pengertian pendapatan pegadaian
adalah jumlah uang yang diterima perusahaan dari produk gadai syariah seperti
Rahn, Arrum dan Mulia yang diterima pegadaian syariah dalam jangka periode
tertentu, misalnya 1 tahun dalam bentuk rupiah.
2.1.4. Harga Emas
Menurut Staton (1999: 208), harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang
diukur dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau
perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain.
Menurut Gumilang et.al. (2014), emas merupakan salah satu komoditas dunia
yang pernah digunakan sebagai alat tukar atau alat pembayaran.
Emas adalah jenis logam yang memiliki nilai berharga yang banyak
digunakan sebagai cadangan devisa, standard keuangan suatu negara, bahan dasar
perhiasan maupun bahan elektronik. Harga emas adalah sejumlah uang yang
dikorbankan atau dibayarkan untuk memperoleh komoditi atau produk berupa
emas (Desriani dan Rahayu, 2013: 149).
Menurut Romadhon (2015: 10), emas adalah bentuk umum yang mewakili
uang karena kejarangannya, ketahanannya, dapat dibagi-bagi, tahan terhadap
jamur dan kemudahan pengindentifikasiannya. Sulit untuk memanipulasi standar
sebuah emas untuk disesuaikan dengan kebutuhan ekonomi terhadap uang,
26
menyediakan ketidakleluasaan praktek terhadap pengukuran yang bank sentral
mungkin gunakan sebaliknya untuk memberi tanggapan pada krisis ekonomi.
Emas digunakan sebagai standar keuangan di banyak negara dan juga
digunakan sebagai perhiasan, dan elektonik. Penggunaan emas dalam bidang
moneter dan keuangan berdasarkan nilai moneter absolut dari emas itu sendiri
terhadap berbagai mata uang di seluruh dunia, meskipun secara resmi di bursa
komoditas dunia, harga emas dicantumkan dalam mata uang dolar Amerika.
Bentuk penggunaan emas dalam bidang moneter lazimnya berupa bulion atau
batangan emas dalam berbagai satuan berat gram sampai kilogram (Prabasanti,
2014: 33).
Emas merupakan sejenis logam mulia terpercaya yang bisa
mempertahankan nilainya dan digunakan dalam transaksi. Selain itu emas
mempunyai sifat yang unik dan langka karena emas terbuat dari proses magmatis
atau pengkonsentrasian di permukaan bumi. Emas merupakan logam yang bersifat
lunak, tahan korosi dan mudah diterpa sehingga dalam perkembangannya emas
dapat dibentuk menjadi perhiasan. Emas sudah dikenal sebelum masehi dan
digunakan sebagai alat untuk bertransaksi. Saat ini, emas menjadi salah satu
investasi atau pemberi devisa terbesar bagi negara (Oei, 2009: 63).
Menemukan harga yang pas saat membeli dan menjual emas merupakan
faktor penting dalam mengestimasi besar risk dan return dari hasil investasinya.
Harga emas tidak hanya tergantung pada situasi permintaan dan penawaran,
melainkan juga dipengaruhi situasi perekonomian secara keseluruhan. Situasi
ekonomi yang sering mempengaruhi harga emas diantaranya kenaikan inflasi
27
melebihi yang diperkirakan, perubahan kurs, terjadi kepanikan finansial, harga
minyak naik secara signifikan, demand dan supply terhadap emas, kondisi politik
dunia, situasi ekonomi global dan suku bunga (Suharto, 2013: 88).
Permintaan emas secara umum dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
1. Permintaan penggunaan, dimana emas digunakan secara langsung dalam
proses produksi perhiasan, medali, koin, komponen listrik, dan lain lain.
2. Permintaan aset, dimana emas digunakan oleh pemerintah, find manager dan
sebagai investasi individu (Romadhon, 2015: 10).
Fluktuasi kenaikan ataupun penurunan harga emas dapat mempengaruhi
penyaluran kredit pada PT. Pegadaian. Semakin tinggi harga emas, maka semakin
tinggi pula penyaluran kredit pada PT. Pegadaian begitu pula sebaliknya (Aziz,
2013: 8).
Berdasarkan pendapat di atas maka harga emas adalah nilai suatu barang
atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang untuk memperoleh emas.
2.1.5. Tingkat Inflasi
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga
secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja
tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan
kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks
Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan
pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi (Bank Indonesia).
28
Rumus menghitung Inflasi dengan menggunakan pendekatan IHK adalah
(Ramadhan, 2013):
NPF = Tingkat Harga t – Tingkat Harga t-1 Tingkat Harga t-1
Kestabilan inflasi merupakan persyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan
kesejahtraan masyarakat. Pentingya pengendalian inflasi di dasarkan pada pada
pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan stabil memberikan dampak negatif
kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat serta dalam perbankan. Inflasi yang
tinngi bahkan mengakibatkan tingginya jumlah NPL (Non Performing Loan) atau
kredit macet yang dapat mengakibatkan terganggunya operasional perbankan
(Mustofa et. al., 2010).
Sedangkan menurut Menurut (Mustofa et. al., 2010), sebagaimana yang
dikutip oleh Rahardja dan Manurung (2004: 155), mengatakan bahwa, inflasi
adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan trus
menerus. Sedangkan menurut Sukirno (2004: 333), inflasi yaitu, kenaikan dalam
harga barang dan jasa, yang terjadi karena permintaan bertambah lebih besar di
bandingkan dengan penawaran barang di pasar.
Dengan kata lain, terlalu banya uang yang memburu barang yang terlalu
sedikit. Inflasi biasanya menunjuk pada harga-harga konsumen, tapi bisa juga
menggunakan harga-harga lain (harga perdagangan besar, upah, harga, asset dan
sebagainya).
29
Penyebab inflasi lainnya adalah kenaikan harga-harga barang yang di
impor, penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh
pertambahan produksi dan penawaran barang, serta terjadinya kekacauan politik
dan ekonomi sebagai akibat pemerintahan yang bertanggung jawab (Mustofa,
2010 et. al).
Berdasarkan pendapat di atas maka pengertian inflasi adalah meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus menerus akibat kenaikan harga-harga barang
yang di impor, penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh
pertambahan produksi dan penawaran barang, serta terjadinya kekacauan politik
dan ekonomi sebagai akibat pemerintahan yang bertanggung jawab.
Terdapat berbagai macam jenis inflasi. Beberapa kelompok besar dari
inflasi adalah (Mustofa et. al., 2010):
1. Policy induced, disebabkan oleh kebijakan ekspansi moneter yang juga bisa
merefleksikan defisit anggaran yang berlebihan dan cara pembiayaan;
2. Cost-posh inflation, disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya yang bisa terjadi
walaupun pada saat tingkat pengangguran tinggi dan tingkat penggunaan
kapasitas produksi rendah;
3. Demand-pull inflation, disebabkan oleh permintaan agregat yang berlebihan
yang mendorong kenaikan tingkat harga umum;
4. Inertial inflation, cenderung berlanjut pada tingkat yang sama sampai kejadian
ekonomi yang menyebabkan berubah. Jika trus bertahan, dan tingkat ini di
antisipasi dalam bentuk kontrak finansial dan upah, kenaikan inflasi akan trus
berlanjut.
30
Menurut Setiawan (2009: 18), kibat penting dari inflasi yang berkaitan
dengan inflasi, yaitu:
1. Inflasi menimbulkan penanaman modal secara spekulatif, dalam hal ini
pemilik modal cenderung menggunakan uangnya untuk investasi yang
sifatnya spekulatif. Mereka menganggap membeli rumah atau menyimpan
barang berharga lebih menguntungkan dari pada investasi pada sektor yang
produktif.
2. Tingkat bunga meningkat sehingga mengurangi investasi, untuk menghindari
penurunan dari nilai modal yang dipinjamkan, institusi keuangan akan
menaikkan bunga pinjaman mereka. Makin tingi tingkat inflasi maka makin
tinggi pula tingkat bunganya. Tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi
kemauan pemilik modal untuk mengembangkan sector-sektor produktif.
Apabila dikaitkan dengan profitabilitas bank, maka dengan rendahnya
investasi maka investor juga akan mengurangi hutang di bank sehinga
menurunkan tingkat profitabilitas bank.
3. Menimbulkan ketidakpastian ekonomi suatu negara di masa yang akan datang,
dengan begitu investor akan berfikir lagi untuk berinvestasi di negara yang
bersangkutan.
31
2.2. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dapat dilihat pada sebagai berikut :
Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan
Variabel Peneliti, Metode, dan
Sampel Hasil Penelitian
Pengaruh pendapatan pegadaian, jumlah nasabah, dan tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit pada Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika periode 2004-2008.
Purnomo (2009), Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik dan buku kerja Perum Pegadaian Syariah cabang Dewi Sartika tahun 2004-2008 dan alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika dan jumlah nasabah mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit pada Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika, sedangkan tingkat inflasi tidakberpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika
Pengaruh Pendapatan, Jumlah Nasabah, dan Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit pada Perum Pegadaian Cabang Batam Periode 2008-2012
Widiartidan Sunarti (2013), Peneliti menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik Kota Batam dan data laporan bulanan Perum Pegadaian Cabang Batam tahun 2008-2012 dengan alat analisis berupa analisis regresi sederhana dan analisis regresi berganda
Hasil penelitian disimpulkan bahwa secara parsial pendapatan Perum Pegadaian Cabang Batam dan jumlah nasabah mempunyai pengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit pada Perum Pegadaian Cabang Batam, sedangkan tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit Perum Pegadaian Cabang Batam. Namun secara simultan seluruh variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit Perum Pegadaian Cabang Batam.
Tabel berlanjut...
32
Lanjutan tabel 2.1 Analisis Pengaruh Pendapatan, Harga Emas dan Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus Pada Perum Pegadaian Cabang Jombang, Tangerang Periode Maret 2009-September 2011)
Desriani dan Rahayu, (2013), Peneliti menggunakan metode studi kasus, populasi dalam penelitian ini adalah pegadaian yang ada di seluruh wilayah Indonesia, sampel dalam penelitian ini adalah PERUM Pegadaian Cabang Jombang, Tangerang dengan alat analisis berupa analisis regresi berganda
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan pendapatan, harga emas dan tingkat inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran kredit. Secara parsial, yang berpengaruh terhadap penyaluran kredit adalah pendapatan dan harga emas
Analisis Pengaruh Tingkat Sewa Modal, Jumlah Nasabah, Harga Emas dan Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Gadai Golongan C (Studi pada PT. Pegadaian Cabang Probolinggo)
Aziz (2013), metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumenter dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah model regresi linier berganda
Hasil penelitian ini adalah tingkat sewa modal dan inflasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran kredit gadai golongan C. Jumlah nasabah dan harga emas mempengaruhi jumlah penyaluran kredit di PT. Pegadaian Cabang Probolinggo. Berdasarkan keempat variabel bebas diketahui bahwa yang paling dominan pengaruhnya terhadap jumlah kredit gadai yang disalurkan adalah variabel harga emas karena memiliki nilai koefisien beta dan t hitung yang paling besar
Pengaruh Tingkat Bonus SBIS dan Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia
Dahlan (2015). Berdasarkan hasil penelitian, terdapat bepengaruh kuat dan negatif antara Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia dan juga tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan berhubungan negatif antara tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia. Artinya apabila
33
Bonus SBIS dan Inflasi naik maka pembiayaan bank syariah akan turun
Sumber: data diolah, 2016.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah: peneliti
menggunakan variabel penyaluran pembiayaan Rahn sebagai variabel dependen.
Peneliti meneliti pada pegadaian syariah tahun 2005-2015. Objek penelitian
dilakukan di pegadaian syari’ah. Populasi dalam penelitian adalah laporan
keuangan triwulanan dari pegadaian syariah tahun 2005-2015.
2.3. Kerangka Berfikir Penelitian
Kerangka pemikiran yang akan dibentuk dalam penelitian ini dapat dilihat
sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
H1
H2
H3
Keterangan :
1. Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain, adalah
penyaluran pembiayaan Rahn (Y).
Pendapatan Pegadaian (X1)
Penyaluran Pembiayaan Rahn (Y)
Harga Emas (X2)
Tingkat Inflasi (X3)
34
2. Variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain, adalah
pendapatan pegadaian (X1), harga emas (X2), dan tingkat inflasi (X3).
2.4. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan
sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban
yang empiric (Sugiyono, 2010: 64).
1. H0 : diduga pendapatan pegadaian tidak berpengaruh terhadap penyaluran
pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015
H1 : diduga pendapatan pegadaian berpengaruh terhadap penyaluran
pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015.
2. H0 : diduga harga emas tidak berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan
Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015.
H2 : diduga harga emas berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn
pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015.
3. H0 : diduga tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan
Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015.
H3 : diduga tingkat inflasi berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan
Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015.
35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Wilayah Penelitian
3.1.1. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah mulai dari
Bulan Maret sampai dengan Desember 2016. Waktu digunakan dalam melakukan
penelitian ini dimulai dari penyusunan proposal penelitian sampai selesai
tersusunnya laporan penelitian.
3.1.2. Wilayah Penelitian
Unit data dalam penelitian ini adalah laporan keuangan triwulanan
pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015.
3.2. Jenis Penelitian
Sesuai masalah yang diteliti, maka jenis penelitian yang digunakan adalah
deskriptif kuantitatif yang bermaksud menggambarkan fenomena pada obyek
penelitian apa adanya dan pengambilan kesimpulan didasarkan pada angka-angka
hasil analisis statistik (Arikunto, 2002: 67). Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui pengaruh pendapatan pegadaian, harga emas, dan tingkat inflasi
terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun
2005-2015.
1
36
3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi
populasi atau studi sensus (Arikunto, 2006: 130). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh laporan keuangan triwulanan pegadaian syariah di Indonesia tahun
2005-2015.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari sampel, kesimpulannya
akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari
populasi harus betul-betul representatif (mewakili) (Sugiyono, 2012: 62). Sampel
pada penelitian ini adalah laporan keuangan triwulanan pegadaian syariah di
Indonesia tahun 2005-2015.
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2012:
62). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling,
yaitu cara pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
tertentu, terutama pertimbangan yang diberikan oleh sekelompok pakar atau
expert (Sanusi, 2011: 95). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Pegadaian syariah yang menyajikan laporan keuangan triwulanan auditan
selama periode 2005-2015.
37
2. Pegadaian syariah yang menyediakan secara lengkap data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini selama tahun 2005-2015 pada laporan keuangan
triwulanannya.
3.4. Data dan Sumber Data
3.4.1. Data
Data adalah semua hasil observasi atau pengukuran yang telah dicatat
untuk suatu keperluan tertentu. Dalam penelitian ini adalah jenis data kuantitatif,
yaitu kumpulan angka-angka hasil observasi atau pengukuran. Data kuantitatif
dalam penelitihan ini terdiri dari laporan keuangan publikasi pegadaian syariah di
Indonesia periode 2005-2015. Data meliputi pendapatan pegadaian, harga emas,
tingkat inflasi dan penyaluran pembiayaan Rahn.
3.4.2. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah
dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi.
Data yang digunakan adalah data triwulanan dalam bentuk data runtun waktu
(time series) dari tahun 2005 sampai 2015.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan
pegadaian syariah di Indonesia. Data yang tercakup dalam variabel bebas
(independent variable) meliputi pendapatan pegadaian, harga emas, dan tingkat
inflasi. Data penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber publikasi yang meliputi
38
Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), Pegadaian Syariah, sumber-
sumber lain yang dipublikasikan, dan penelitian sebelumnya.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk pengumpulan data (Arikunto, 1993: 134). Pengumpulan data yang
dibutuhkan guna mendukung penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode sebagai berikut:
3.5.1. Metode Kepustakaan
Data yang diambil penulis dalam metode kepustakaan ini berasal jurnal-
dari jurnal yang berkaitan dengan judul skripsi yang diteliti oleh penulis, buku-
buku literatur mengenai pendapatan pegadaian, harga emas, tingkat inflasi,
penyaluran pembiayaan, internet, dan penelitian sejenis.
3.5.2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan data berupa laporan keuangan pegadaian syariah tahun 2005-
2015. Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian
ini adalah penelusuran data online, yaitu dengan cara melakukan penelusuran data
melalui media online seperti internet. Data yang diambil menggunakan data
sekunder berupa laporan keuangan pegadaian syariah tahun 2005-2015, yang
diperoleh melalui website www.pegadaiansyariah.co.id, www.antam.com, dan
www.ojk.id.
39
3.6. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen
dan independen.
3.6.1. Variabel Dependen (Y)
Variabel ini sering disebut sebagai variabel respon, output, kriteria,
konsekuen. Dalam Bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2005: 3). Adapun variabel dependent
dalam penelitian ini adalah penyaluran pembiayaan Rahn (Y).
3.6.2. Variabel Independen (X)
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, input, prediktor, dan
antacedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas.
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya
variabel dependen (variabel terikat). Jadi variabel independen adalah variabel
yang mempengaruhi (Sugiyono, 2005: 3). Adapun variabel bebas dalam penelitian
ini adalah pendapatan pegadaian (X1), harga emas (X2), dan tingkat inflasi (X3).
40
3.7. Definisi Operasional Variabel
Definisi masing–masing variabel dalam penelitian ini adalah :
3.7.1. Penyaluran Pembiayaan
Menurut Muhammad (2005: 17), pembiayaan, yaitu pendanaan yang
diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang
telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.
3.7.2. Pendapatan Pegadaian
Pendapatan gadai adalah merupakan jumlah pendapatan dari produk gadai
syariah seperti Rahn, Arrum dan Mulia yang diterima pegadaian syariah dalam
jangka periode tertentu, misalnya 1 tahun dalam bentuk rupiah (Irawan, 2011:
40).
3.7.3. Harga Emas
Harga emas adalah sejumlah uang yang dikorbankan atau dibayarkan
untuk memperoleh komoditi atau produk berupa emas (Desriani dan Rahayu,
2013: 149).
3.7.4. Inflasi
Menurut Mustofa (2010), sebagaimana yang dikutip oleh (Rudiger et.al,
2004: 7). Inflasi adalah suatu keadaan di mana terjadi kenaikan harga-harga
secara tajam (absolute) yang berlangsung secara trus menerus dalam jangka
waktu yang cukup lama yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil
(intrinsik) yang berlangsung secara trus menerus dalam jangka waktu yang cukup
41
lama yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang
suatu negara.
3.8. Teknik Analisis Data
3.8.1. Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan analisis regresi berganda, perlu dilakukan uji asumsi
klasik dengan tujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel tersebut
menyimpang dari asumsi-asumsi klasik. Asumsi klasik yang digunakan meliputi
uji normalitas, autokorelasi, multikoliniearitas, dan heteroskedastisitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011:
160). Variabel pengganggu dari suatu regresi disyaratkan berdistribusi normal, hal
ini untuk memenuhi asumsi zero mean jika variabel dan berdistribusi normal,
maka variabel yang diteliti Y juga berdistribusi normal.
Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat nilai Asymp. Sig. pada hasil
uji normalitas dengan menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test.
Ketentuan suatu model regresi berdistribusi secara normal apabila probability dari
Kolmogrov-Smirnov lebih besar dari 0,05 (p> 0,05) (Djarwanto, 2003: 50).
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka terjadi problem
42
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang
bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2011: 110).
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan menggunakan
tabel statistik durbin-waston dengan katagori sebagai berikut (Santoso, 2001:
219):
a. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
b. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.
c. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
3. Uji Multikolinieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2011:
105). Pendeteksian terhadap multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat
nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari hasil analisis regresi. Jika nilai VIF >
10 maka terdapat gejala multikolinearitas (Sanusi, 2011: 136).
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2001: 77).
43
Gejala heteroskedastisitas diuji dengan metode Glejser dengan cara
menyusun regresi antara nilai absolut residual dengan variabel bebas. Apabila
masing-masing variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap absolut
residual (α=0,05) maka dalam model regresi tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas (Sanusi, 2011: 135).
3.8.2. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi merupakan studi mengenai ketergantungan variabel
dependen dengan satu atau lebih variabel independen (Ghozali, 2011: 95). Tujuan
dari analisis ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh yang ditimbulkan
antara pengaruh pendapatan pegadaian, harga emas, dan tingkat inflasi terhadap
penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-
2015 secara bersama-sama dengan menggunakan persamaan regresi berganda
sebagai berikut :
Y= a + b1X1 + b2X2+ b3X3+e (Sanusi, 2011: 135).
Keterangan :
Y = variabel dependen yaitu penyaluran pembiayaan Rahn
X1 = pendapatan pegadaian
X2 = harga emas
X3 = tingkat inflasi
a = variabel/bilangan konstan
b1, b2, b3 = koefisien regresi
e = variabel pengganggu
44
3.8.3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji signifikan pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen (Djarwanto & Pangestu, 1996:
307). Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan hipotesis nihil dan alternatif
Hipotesis nihil: H0 : β1 = 0
Hipotesisi alternatif: H1 : β1 0
2. Dipilih level of significance : 0,05, ttabel = (/2 ; n – k).
3. Kriteria pengujian : Gambar 3.1
Uji t
(Djarwanto & Pangestu, 1996: 308)
Ho diterima apabila – ttabel thitung ttabel`
Ho ditolak apabila thitung > ttabel atau thitung < -ttabel
4. Perhitungan nilai thitung
thitung = b-β Sb
(Djarwanto & Pangestu, 1996: 308).
Di mana :
b = Distribusi sampling
Sb = Standard error
Daerah Diterima
Daerah Tolak
t (/2, n–k)
Daerah Tolak
–t (/2, n–k)
45
5. Kesimpulan
Menentukan kesimpulan apakah H0 diterima atau H1 ditolak. Apabila thitung
> ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti variabel independen secara
individual berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Apabila thitung <
ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak, berarti variabel independen secara
individual tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
3.8.4. Uji Ketepatan Model
1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen
mempengaruhi variabel dependen (Djarwanto & Pangestu, 1996: 268).
a. Hipotesis : Ho : µ1 = µ2 = ………. = µ2
H1 : µ1 ≠ µ2 ≠ ………. ≠ µ2
b. Dipilih level of significance tertentu (5%/1%).
c. Kriteria Pengujian
Gambar 3.2 Uji F
Daerah ditolak
(Djarwanto & Pangestu, 1996: 269).
Degree of freedom, k-1 pembilang (numerator); k (n-1) penyebut (denominator).
Ho diterima apabila F ≤ F(α;k-1;n-k)
F(α;k-1;n-k)
Daerah terima
46
Ho ditolak apabila F F(α;k-1;n-k)
d. Penghitungan nilai F :
F = variance between means variance within groub (Djarwanto & Pangestu, 1996: 269).
e. Kesimpulan: dengan membandingkan antara langkah empat dengan peraturan
pengujian pada langkah tiga.
2. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) menjelaskan seberapa besar proporsi variasi
variabel dependen dijelaskan oleh variasi variabel independen (Widarjono, 2013:
70). Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2009: 15). Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang
(crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-
masing pengamatan, sedangkan untuk data runtut waktu (time series) biasanya
mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi.
47
Kadangkala peneliti ingin memaksimumkan nilai R2 sehingga mencari
model yang menghasilkan R2 tinggi. Hal ini jika dilakukan berbahaya karena
tujuan analisis regresi bukan semata ingin mendapatkan nilai R2 tinggi, tetapi
mencari nilai etimasi koefisien regresi dan menarik inferensi stastistik.
Dalam kenyataan empiris biasa ditemukan regresi dengan nilai R2 tinggi,
tetapi nilai koefisien regresi tidak ada yang signifikan atau memiliki tanda
koefisien yang berlawanan dari yang diharapkan secara teori. Jadi sebaiknya
peneliti lebih melihat logika atau penjelasan teoritis pengaruh variabel
explanatory terhadap variabel dependen. Jika dalam proses mendapatkan nilai R2
tinggi adalah baik, tetapi jika nilai R2 rendah tidak berati model regresi jelek.
Besarnya nilai R2 dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
R2 = ESS = 1 – RSS = 1 - ∑ui2
TSS TSS ∑yi2 (Gujarati, 2003: 217).
Keterangan :
ESS= Explained sum of square (jumlah kuadrat dari regresi)
TSS= Total sum square (total jumlah kuadrat)
RSS= Residual sum square (jumlah kuadrat kesalahan pengganggu)
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap
tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah
variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
48
Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai
adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2,
nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen
ditambahkan ke dalam model.
Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, walaupun yang
dikehendaki harus bernilai positif. Menurut Gujarati (2003: 218), jika dalam uji
empiris didapat nilai adjusted R2 negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai
nol. Secara matematis jika nilai R2 = 1, maka adjusted R2 = R2 = 1 sedangkan jika
nilai R2 = 0, maka adjusted R2= (1 - k)/(n - k). Jika k > 1, maka adjusted R2 akan
bernilai negatif.
49
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Penelitian
4.1.1. Sejarah dan Perkembangan Pegadaian Syariah Indonesia
Terbitnya PP/10 tanggal 1 April 1990 dapat dikatakan menjadi tonggak
awal kebangkitan pegadaian. Satu hal yang perlu dicermati bahwa PP10
menegaskan misi yang harus diemban oleh pegadaian untuk mencegah praktik
riba, misi ini tidak berubah hingga terbitnya PP103/2000 yang dijadikan sebagai
landasan kegiatan usaha perum pegadaian sampai sekarang
(www.pegadaiansyariah.co.id).
Banyak pihak berpendapat bahwa operasionalisasi pegadaian pra Fatwa
MUI tanggal 16 Desember 2003 tentang bunga bank, telah sesuai dengan konsep
syariah meskipun harus diakui belakangan bahwa terdapat beberapa aspek yang
menepis anggapan itu. Berkat Rahmat Allah SWT dan setelah melalui kajian
panjang, akhirnya disusunlah suatu konsep pendirian unit Layanan Gadai Syariah
sebagai langkah awal pembentukan divisi khusus yang menangani kegiatan usaha
syariah (www.pegadaiansyariah.co.id).
Berdirinya pegadaian syariah, berawal pada tahun 1998 ketika beberapa
General Manager melakukan studi banding ke Malaysia. Setelah melakukan studi
banding, mulai dilakukan penggodokan rencana pendirian pegadaian syariah. Tapi
ketika itu ada sedikit masalah internal sehingga hasil studi banding itu pun hanya
ditumpuk (www.pegadaiansyariah.co.id).
52
50
Pada tahun 2000 konsep bank syariah mulai marak. Saat itu, Bank
Muamalat Indonesia (BMI) menawarkan kerja sama dan membantu segi
pembiayaan dan pengembangan. Tahun 2002 mulai diterapkan sistem pegadaiaan
syariah dan pada tahun 2003 pegadaian syariah resmi dioperasikan dan Pegadaian
Cabang Dewi Sartika menjadi kantor cabang pegadaian pertama yang menerapkan
sistem pegadaian syariah (www.pegadaiansyariah.co.id).
Prospek pegadaian syariah di masa depan sangat luar biasa. Respon
masyarakat terhadap pegadaian syariah ternyata jauh lebih baik dari yang
diperkirakan. Menurut survei BMI, dari target operasional tahun 2003 sebesar
1,55 milyar rupiah Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika mampu mencapai
target 5 milyar rupiah (www.pegadaiansyariah.co.id).
Pegadaian syariah tidak menekankan pada pemberian bunga dari barang
yang digadaikan. Meski tanpa bunga, pegadaian syariah tetap memperoleh
keuntungan seperti yang sudah diatur oleh Dewan Syariah Nasional, yaitu
memberlakukan biaya pemeliharaan dari barang yang digadaikan. Biaya itu
dihitung dari nilai barang, bukan dari jumlah pinjaman. Sedangkan pada
pegadaian konvensional, biaya yang harus dibayar sejumlah dari yang
dipinjamkan (www.pegadaiansyariah.co.id).
Program Syariah Perum Pegadaian mendapat sambutan positif dari
masyarakat. Dari target omzet tahun 2006 sebesar Rp 323 miliar, hingga
September 2006 ini sudah tercapai Rp 420 miliar dan pada akhir tahun 2006 ini
diprediksi omzet bisa mencapai Rp 450 miliar. Bahkan Perum Pegadaian Pusat
menurut rencana akan menerbitkan produk baru, gadai saham di Bursa Efek
51
Jakarta (BEJ), paling lambat Maret 2007. Manajemen Pegadaian melihat adanya
prospek pasar yang cukup bagus saat ini untuk gadai saham
(www.pegadaiansyariah.co.id).
Bisnis pegadaian syariah tahun 2007 ini cukup cerah, karena minta
masyarakat yang memanfaatkan jasa pegadaian ini cukup besar. Itu terbukti
penyaluran kredit tahun 2006 melampaui target. Pegadaian Cabang Majapahit
Semarang misalnya, tahun 2006 mencapai 18,2 miliar. Lebih besar dari target
yang ditetapkan sebanyak 11,5 miliar. Jumlah nasabah yang dihimpun sekitar 6
ribu orang dan barang jaminannya sebanyak 16.855 potong
(www.pegadaiansyariah.co.id).
Penyaluran kredit Pegadaian Syariah Semarang ini berdiri tahun 2003,
setiap tahunnya meningkat cukup signifikan dari Rp 525 juta tahun 2004
meningkat menjadi Rp 5,1 miliar dan tahun 2006 mencapai Rp 18,4 miliar.
Mengenai permodalan hingga saat ini tidak ada masalah. Berapapun permintaan
nasabah asal ada barang jaminan akan dipenuhi saat itu pula bisa dicairkan sesuai
taksiran barang jaminan tersebut. Demikian prospek pegadaian syariah ke depan,
cukup cerah (www.pegadaiansyariah.co.id).
4.1.2. Produk Pegadaian Syariah Indonesia
1. Pegadaian Rahn
Pemberian pinjaman dengan perikatan gadai yang berlandaskan pada
prinsip-prinsip syariah. Alur dan proses layanan yang diberikan sama dengan
Pegadaian KCA, namun nasabah tidak dikenakan sewa modal, melainkan
dikenakan ujrah yang dihitung dari taksiran barang jaminan yang diserahkan.
52
Besaran tarif ujrah maksimal adalah 0,71% (dari taksiran barang jaminan) per 10
hari dengan jangka waktu maksimum 4 bulan, tetapi dapat diperpanjang dengan
cara mengangsur ataupun mengulang gadai, serta dapat dilunasi sewaktu-waktu
dengan perhitungan ujrah secara proporsional selama masa pinjaman
2. Pegadaian Arrum (Ar Rahn untuk usaha mikro/Kecil)
Layanan pembiayaan dengan skim syariah, baik yang diperuntukkan
untuk pengusaha mikro dan kecil guna pengembangan usaha dengan jaminan
BPKB kendaraan bermotor, maupun bagi masyarakat yang belum/tidak
mempunyai usaha dengan jaminan emas. Pengembalian angka waktu mulai dari
12 bulan hingga 36 bulan yang dapat dilunasi sewaktu-waktu.
3. Pegadaian Amanah
Pemberian pinjaman atau kredit untuk kepemilikan kendaraan bermotor
kepada para karyawan tetap pada suatu instansi atau perusahaan tertentu atau bagi
para pengusaha mikro kecil. Dasar pemberian pinjaman dengan menghitung
repayment capacity yang ditentukan atas dasar besarnya penghasilan/gaji bagi
karyawan tetap atau berdasar kelayakan usaha bagi pengusaha mikro kecil. Pola
perikatan jaminan dilakukan dengan akad rahn tasjily.
53
4.2. Pengujian dan Hasil Analisis Data
4.2.1. Pengujian Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011:
160). Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat nilai Asymp. Sig. pada hasil
uji normalitas dengan menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test.
Ketentuan suatu model regresi berdistribusi secara normal apabila probability dari
Kolmogrov-Smirnov lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) (Djarwanto, 2003: 50). Hasil
uji normalitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1 Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 44
Normal Parametersa Mean .0001387
Std. Deviation 4.70155147E11
Most Extreme Differences Absolute .201
Positive .201
Negative -.104
Kolmogorov-Smirnov Z 1.332
Asymp. Sig. (2-tailed) .058
a. Test distribution is Normal.
Sumber : data diolah, 2016.
54
Berdasarkan hasil uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test pada tabel
4.1 di atas diperoleh nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,058. Karena nilai
Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal.
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka terjadi problem
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang
bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2011: 110).
Untuk menentukan adanya autokorelasi atau tidak, dapat diketahui dari
nilai Durbin-Watson sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .819a .671 .646 4.015E12 1.038
a. Predictors: (Constant), Tingkat_Inflasi, Pendapatan_Pegadaian, Harga_Emas
b. Dependent Variable: Penyaluran_Pembiayaan_Rahn
Sumber: data diolah, 2016.
55
Berdasarkan hasil pengujian autokorelasi pada tabel 4.2 di atas
menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1,038 dan angka D-W berada di
antara -2 sampai +2. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada atau
tidak terjadi autokorelasi dalam penelitian ini.
3. Uji Multikolinearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2011:
105). Hasil perhitungan data diperoleh nilai VIF sebagai berikut :
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel VIF Keterangan
Pendapatan Pegadaian 1.266 Tidak terjadi gejala multikolinearitas
Harga Emas 1.548 Tidak terjadi gejala multikolinearitas
Tingkat Inflasi 1.497 Tidak terjadi gejala multikolinearitas
Sumber: data diolah, 2016.
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada tabel 4.3 di atas menunjukkan
bahwa semua nilai variance inflation factor (VIF) kurang dari 10, sehingga dapat
disimpulkan dalam model regresi ini tidak terjadi gejala multikolinearitas yaitu
korelasi antar variabel bebas.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
56
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2001: 77).
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat nilai signifikansi setelah
diadakan regresi dengan absolut residual pada variabel dependen sebagai berikut :
Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Sig Keterangan
Pendapatan Pegadaian 0,121 Tidak terjadi gejala heteroskedastisitas
Harga Emas 0,403 Tidak terjadi gejala heteroskedastisitas
Tingkat Inflasi 0,173 Tidak terjadi gejala heteroskedastisitas
Sumber: data diolah, 2016.
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas pada tabel 4.4 di atas
menunjukkan bahwa semua nilai signifikansi variabel pendapatan pegadaian (X1),
harga emas (X2), dan tingkat inflasi (X3) > 0,05 sehingga tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas.
4.2.2. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi merupakan studi mengenai ketergantungan variabel
dependen dengan satu atau lebih variabel independen (Ghozali, 2011: 95).
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel
bebas pendapatan pegadaian (X1), harga emas (X2), dan tingkat inflasi (X3)
terhadap variabel terikat yaitu penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian
syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Hasil analisis regresi linear berganda dapat
dilihat sebagai berikut :
57
Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -8.817E12 3.109E12 -2.836 .007
Pendapatan_ Pegadaian
1.976 .276 .731 7.158 .000
Harga_Emas 1.315E7 5530390.192 .268 2.377 .022
Tingkat_Inflasi 2.682E11 2.156E11 .138 1.244 .221
a. Dependent Variable: Penyaluran_Pembiayaan_Rahn
Sumber : data diolah, 2016.
Berdasarkan tabel 4.5 di atas persamaan regresi linear berganda dapat
disusun sebagai berikut :
Y = -8,817 + 1,976X1 + 1,315 X2 + 2,682X3 +
Berdasarkan persamaan regresi linear berganda dapat diinterpretasikan
sebagai berikut :
1. Konstanta bernilai negatif sebesar 8,817, hal ini menunjukkan bahwa
apabila variabel pendapatan pegadaian, harga emas, dan tingkat inflasi, jika
dianggap konstan (0), maka nilai penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian
syariah di Indonesia tahun 2005-2015 sebesar 8,817.
2. Koefisien regresi variabel variabel pendapatan pegadaian (b1) bernilai positif
sebesar 1,976. Hal ini berarti bahwa jika pendapatan pegadaian ditingkatkan
satu satuan dengan catatan variabel harga emas dan tingkat inflasi dianggap
konstan, maka akan meningkatkan nilai penyaluran pembiayaan Rahn pada
pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015 sebesar 1,976.
58
3. Koefisien regresi variabel harga emas (b2) bernilai positif sebesar 1,315. Hal
ini berarti bahwa jika harga emas ditingkatkan satu satuan dengan catatan
variabel pendapatan pegadaian dan tingkat inflasi dianggap konstan, maka
akan meningkatkan nilai penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah
di Indonesia tahun 2005-2015 sebesar 1,315.
4. Koefisien regresi variabel tingkat inflasi (b3) bernilai positif sebesar 2,682.
Hal ini berarti bahwa jika tingkat inflasi ditingkatkan satu satuan dengan
catatan variabel pendapatan pegadaian dan harga emas dianggap konstan,
maka akan meningkatkan nilai penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian
syariah di Indonesia tahun 2005-2015 sebesar 2,682.
4.2.3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji signifikan pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen (Djarwanto & Pangestu, 1996:
307). Hasil uji signifikansi atau uji t dapat dilihat sebagai berikut :
59
Tabel 4.6
Hasil Uji t
Variabel thitung Sig. Kesimpulan
Pendapatan Pegadaian
7,158 0,000
Pendapatan pegadaian berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015
Harga Emas
2,377 0,022
Harga emas berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015
Tingkat Inflasi
1,244 0,221
Tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015
Sumber: data diolah, 2016.
1. Berdasarkan hasil uji t pada tabel 4.6 di atas diketahui bahwa pada variabel
pendapatan pegadaian diperoleh nilai thitung= 7,158 dan probabilitas sebesar
0,000, jika dibandingkan dengan ttabel (2,021) maka thitung > ttabel dan ρ < 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima, artinya pendapatan pegadaian
berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di
Indonesia tahun 2005-2015.
2. Variabel harga emas diperoleh nilai thitung = 2,377 dan probabilitas sebesar
0,022, jika dibandingkan dengan ttabel (2,021) maka thitung > ttabel dan ρ < 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa H2 diterima, artinya harga emas berpengaruh
terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia
tahun 2005-2015.
3. Variabel tingkat inflasi diperoleh nilai thitung = 1,244 dan probabilitas sebesar
0,221, jika dibandingkan dengan ttabel (2,021) maka thitung < ttabel dan ρ > 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa H3 ditolak, artinya tingkat inflasi tidak
60
berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di
Indonesia tahun 2005-2015.
4.2.4. Uji Ketepatan Model
1. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen
mempengaruhi variabel dependen (Djarwanto & Pangestu, 1996: 268). Hasil uji F
dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji Ketepatan Model (Uji F)
ANOVA
b
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.315E27 3 4.382E26 27.182 .000a
Residual 6.448E26 40 1.612E25
Total 1.959E27 43 a. Predictors: (Constant), Tingkat_Inflasi, Pendapatan_Pegadaian, Harga_Emas
b. Dependent Variable: Penyaluran_Pembiayaan_Rahn
Sumber : data diolah, 2016.
Berdasarkan hasil uji ketepatan model (uji F) pada tabel 4.7 di atas
menunjukkan bahwa nilai Fhitung pada tabel ANOVA yaitu diperoleh Fhitung sebesar
27,182 dan sig. 0,000. Hasil ini lebih besar jika dibandingkan dengan Ftabel (pada
df 3; 40 diperoleh nilai Ftabel = 2,84).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan variabel pendapatan pegadaian (X1), harga emas (X2), dan tingkat
inflasi (X3) secara serempak atau simultan terhadap penyaluran pembiayaan Rahn
pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015.
61
2. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) menjelaskan seberapa besar proporsi variasi
variabel dependen dijelaskan oleh variasi variabel independen (Widarjono, 2013:
70). Hasil perhitungan untuk nilai R Square (R2) dengan bantuan komputer
program SPSS versi 16.00 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .819a .671 .646 4.015E12 1.038
a. Predictors: (Constant), Tingkat_Inflasi, Pendapatan_Pegadaian, Harga_Emas
b. Dependent Variable: Penyaluran_Pembiayaan_Rahn
Sumber : data diolah, 2016.
Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi (R2) pada tabel 4.8 di atas
dapat diketahui bahwa hasil perhitungan untuk nilai R Square (R2) dengan
bantuan komputer program SPSS versi 16.00, diperoleh angka koefisien
determinasi R2 = 0,671 atau 67,1%.
Hal ini berarti kemampuan variabel-variabel independen yang terdiri dari
variabel pendapatan pegadaian (X1), harga emas (X2), dan tingkat inflasi (X3)
dalam menjelaskan variabel dependen yaitu penyaluran pembiayaan Rahn pada
pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015 sebesar 67,1%, sisanya (100% -
67,1% = 22,9%) dipengaruhi oleh variabel lain di luar model yang tidak diteliti
dalam penelitian ini.
62
4.3. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Pendapatan pegadaian berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015
Pendapatan pegadaian berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn
pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Hal ini dinyatakan
berdasarkan hasil uji t variabel pendapatan pegadaian dengan nilai thitung (7,158) >
ttabel (2,021) di mana nilai signifikansinya 0,000 < 0,05.
Artinya adanya kenaikan ataupun penurunan pendapatan pegadaian
syariah dapat mempengaruhi penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian
syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Kenaikan pendapatan pegadaian dapat
meningkatkan penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia
tahun 2005-2015. Sebaliknya, penurunan pendapatan pegadaian dapat
menurunkan penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia
tahun 2005-2015.
Pendapatan gadai adalah merupakan jumlah pendapatan dari produk gadai
syariah seperti Rahn, Arrum dan Mulia yang diterima pegadaian syariah dalam
jangka periode tertentu, misalnya 1 tahun dalam bentuk rupiah (Irawan, 2011: 40).
Penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Purnomo (2009),
yang menunjukkan bahwa pendapatan pegadaian berpengaruh terhadap
penyaluran kredit.
63
2. Harga emas berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015
Harga emas berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada
pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Hal ini dinyatakan berdasarkan
hasil uji t variabel harga emas dengan nilai thitung (2,377) > ttabel (2,021) di mana
nilai signifikansinya 0,022 < 0,05.
Artinya adanya kenaikan ataupun penurunan harga emas dapat
mempengaruhi penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia
tahun 2005-2015. Kenaikan harga emas dapat meningkatkan penyaluran
pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015.
Sebaliknya, penurunan harga emas dapat menurunkan penyaluran pembiayaan
Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Penelitian ini
mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Aziz (2013), yang menunjukkan
bahwa harga emas berpengaruh terhadap penyaluran kredit.
3. Tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015.
Tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn
pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Hal ini dinyatakan
berdasarkan hasil uji t variabel tingkat inflasi dengan nilai thitung (1,244) < ttabel
(2,021) di mana nilai signifikansinya 0,221 > 0,05.
Artinya setiap kenaikan atau penurunan inflasi tidak akan berpengaruh
pada penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia tahun
2005-2015. Hal tersebut dikarenakan ketika mengajukan pembiayaan, nasabah
64
tidak memperhatikan besar kecilnya tingkat inflasi. Nasabah lebih berpikir untuk
memenuhi kebutuhan mereka ketika mengajukan pembiayaan.
Kenaikan tingkat inflasi tidak memberikan pengaruh secara signifikan
akan pandangan kepercayaan masyarakat yang telah terbentuk untuk
menggunakan jasa kredit dari unit usaha Perum Pegadaian. Selain itu, adanya
inflasi atau tidak adanya inflasi tidak menjadikan suatu pertimbangan bagi
seseorang untuk menggunakan jasa kredit Perum Pegadaian (Febrian, 2015).
Hal ini disebabkan karena pengguna kredit Perum Pegadaian pada
umumnya berasal dari kalangan kelas menengah ke bawah yang memerlukan dana
cepat. Di mana pinjaman tersebut umumnya digunakan untuk keperluan yang
sifatnya mendadak (Febrian, 2015). Penelitian ini mendukung penelitian yang
telah dilakukan oleh Dahlan (2015), yang menunjukkan bahwa tingkat inflasi
tidak berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan.
65
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pendapatan pegadaian,
harga emas, dan tingkat inflasi terhadap penyaluran pembiayaan Rahn (Studi pada
Pegadaian Syariah di Indonesia Tahun 2005-2015), dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pendapatan pegadaian berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn
pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Hal ini dinyatakan
berdasarkan hasil uji t variabel pendapatan pegadaian dengan nilai thitung
(7,158) > ttabel (2,021) di mana nilai signifikansinya 0,000 < 0,05.
2. Harga emas berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada
pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Hal ini dinyatakan
berdasarkan hasil uji t variabel harga emas dengan nilai thitung (2,377) > ttabel
(2,021) di mana nilai signifikansinya 0,022 < 0,05.
3. Tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada
pegadaian syariah di Indonesia tahun 2005-2015. Hal ini dinyatakan
berdasarkan hasil uji t variabel tingkat inflasi dengan nilai thitung (1,244) < ttabel
(2,021) di mana nilai signifikansinya 0,221 > 0,05.
67
67
66
5.2. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini hanya terbatas pada data laporan keuangan triwulanan pegadaian
syariah di Indonesia tahun 2005-2015.
2. Penelitian ini hanya menggunakan periode pengamatan dari tahun 2005-2015.
3. Penelitian ini hanya mengambil 44 sampel dengan periode pengamatan tahun
2005-2015.
5.3. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang penulis ajukan kepada
pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan pegadaian syariah di Indonesia dapat memperhatikan pendapatan
pegadaian syariah karena variabel pendapatan pegadaian syariah lebih
dominan dalam mempengaruhi penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian
syariah di Indonesia tahun 2005-2015.
2. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan dan
memperpanjang periode penelitian serta dapat menggunakan variabel-variabel
yang mungkin mempengaruhi penyaluran pembiayaan Rahn sehingga dapat
memberikan hasil penelitian yang lebih akurat.
3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan pada lembaga non
perbankan yang berbeda.
67
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Thamrin. (2010). Bank dan lembaga keuangan. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ali, Zainuddin. (2008). Hukum perbankan syariah. Jakarta: Sinar Grafika.
Amalia, Linda. (2010). Pengaruh pendapatan murabahah terhadap total pendapatan Bank BNI Syariah (studi kasus pada PT.Bank BNI Syariah Jalan Buah Batu No 157C Bandung). Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama, Bandung.
Antonio, Muhammad Syafi’i. (2001). Bank syari’ah dari teori ke praktek. Jakarta: gema insani press.
Arifin, Zainul. (2009). Dasar-dasar manajemen bank syariah. Jakarta: Alvabet Anggota IKAPI.
Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
_________. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
_________. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Aziz, Mukhlish Arifin. (2013). Analisis pengaruh tingkat sewa modal, jumlah nasabah, dan tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit gadai golongan C (Studi pada PT. Pegadaian Cabang Probolinggo). Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang.
Dahlan, Rahmat. (2015). Pengaruh tingkat bonus SBIS dan tingkat inflasi terhadap penyaluran pembiayaan bank syariah di Indonesia. Jurnal Equilibrium, Vol. 3, No. 1, Juni 2015.
Departemen Pendidikan Nasional. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Departemen Agama RI. (2000). Al-Qur’an terjemahan. Bandung: Diponegoro.
Desriani, Icha Puspita dan Rahayu, Sri. (2013). Analisis pengaruh pendapatan, harga emas dan tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit (studi kasus pada Perum Pegadaian Cabang Jombang, Tangerang Periode Maret 2009 – September 2011). Jurnal Akuntansi dan Keuangan, FE Universitas Budi Luhur, Vol. 2 No. 2 Oktober 2013.
67
68
Djarwanto PS dan Pangestu Subagyo. (1996). Statistik induktif. Yogyakarta: BPFE.
_______. (2003). Statistik induktif non-parametik. Yogyakarta: BPFE.
Ghozali, Imam. (2001). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan Penerbitan Universitas Diponegoro.
. (2009). Ekonometrika: teori konsep, dan aplikasi dengan SPSS 17. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
_______. (2011). Aplikasi analisis multivariate dengan menggunakan program IBM SPSS 19. Badan Penerbitan: Universitas Diponegoro Semarang.
Gujarati, Damodar. (2003). Ekonometrika dasar. Jakarta: Erlangga.
Gumilang et.al. (2014). Pengaruh variabel makro ekonomi, harga emas dan harga minyak dunia terhadap indeks harga saham gabungan (Studi pada Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). Vol.14, No.1 September 2014.
Febrian, Danny. (2015). Analisis pengaruh tingkat inflasi, pendapatan pegadaian dan harga emas terhadap penyaluran kredit rahn pada PT. Pegadaian Syariah di Indonesia (Periode 2005-2013). Skripsi Tidak diterbitkan. Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Hadi, Muhammad Sholikul. (2003). Pegadaian syariah. Jakarta: Salemba Diniyah.
http://www.bps.go.id, di unduh pada tanggal 15 Agustus 2016, jam 13.00 WIB.
http://www.bi.go.id, di unduh pada tanggal 15 Agustus 2016, jam 09.00 WIB.
http://www.ojk.id, di unduh pada tanggal 15 Agustus 2016, jam 10.00 WIB.
http://www.pegadaiansyariah.co.id, di unduh pada tanggal 20 September 2016, jam 15.00 WIB.
Irawan, Yeni. (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan gadai pada Perum Pegadaian Syariah Cabang Banda Aceh. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Volume 11, No. 2, Agst 2011. ISSN 1693-8852.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2005). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kasmir. (2001). Bank dan lembaga keuangan lainnya. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
69
Kina, Amilis. (2008). Mekanisme penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi. UIN Malang.
Kotler, Philip. (2000). Manajemen pemasaran. Jakarta: PT. Prenhallindo.
Mardialis. (2003). Metode penarikan suatu pendekatan proposal. Jakarta: Bumi Aksara.
Martono (2010). Bank dan lembaga keuangan lain. Cetakan ke empat, Yogyakarta: Ekonisia.
Muhammad. (2002). Tehnik perhitungan bagi hasil di bank syariah. Yogyakarta: UII Press.
_________. (2004). Manajemen bank syariah. Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
_________ . (2005). Manajemen bank syari’ah. Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Mustofa, Edwin Nasution, et al. (2010). Pengenalan eksklusif ekonomi Islam. Catatan ke 3. Jakarta: Kencana.
Mutaminah dan Chasanah, Siti Nur Zaidah. (2012). Analisis eksternal dan internal dalam menentukan non performing financing bank umum syariah di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Maret 2012, Hal. 49 – 64 Vol. 19, No. 1.ISSN: 1412-3126.
Muzzaki, Muhammad. (2011). Analisis kualitas pelayanan dan kualitas produk serta pengaruhnya terhadap kepercayaan nasabah pada Pegadaian Syari’ah Cabang Majapahit Semarang. Skripsi tidak diterbitkan. Program Studi Ekonomi Islam. Fakultas Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri Walisongo. Semarang.
Oei, Istijanto. (2009). Kiat investasi valas, emas, saham. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Pass, Christopher dan Bryan Lowes. (1999). Kamus lengkap ekonomi, Cet II. Jakarta: Erlangga.
Permata, Yaningwati, Z.A. (2014). Analisis pengaruh pembiayaan mudharabah dan musyarakah terhadap tingkat profitabilitas (Return On Equity) Studi pada Bank Umum Syariah yang Terdaftar di Bank Indonesia Periode 2009-2012. Jurnal Vol. 12. Malang: Universitas Brawijaya.
70
Prabasanti, Fransiska Cicylia. (2014). Analisis gadai emas bank syariah terhadap perolehan feebase income (studi kasus pegadaian emas bank syariah mandiri semarang). Tugas akhir tidak diterbitkan. Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam Program Studi DIII Perbankan Syariah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
Purba, Salvatore Silaci. (2014). Analisis pembiayaan gadai syariah (rahn) terhadap profitabilitas (ROA) pada PT Pegadaian (Persero) periode 2004-2013. Tugas Akhir tidak diterbitkan. Program Studi Perbankan dan Keuangan. Politeknik Negeri Medan.
Purnomo, Ade. (2009). Pengaruh pendapatan pegadaian, jumlah nasabah, dan tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit pada Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika periode 2004-2008. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
Purwanto, Tri Joko. (2011). Analisis besarnya pengaruh pembiayaan, FDR (Financing To Deposit Ratio) dan NPF (Non Performing Financing) terhadap laba Bank Muamalat Indonesia. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Rahardja, P. & Manurung, M. (2004). Pengantar Ilmu Ekonomi: Mikroekonomi dan Makroekonomi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Rais, Sasli. (2006). Pegadaian syariah: konsep dan sistem operasional. Jakarta: UI Press.
Ramadhan, Achmad Aditya. (2013). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank syariah di Indonesia. Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Romadhon, Fajar. (2015). Analisis pengaruh kurs rupiah, harga emas dunia dan harga minyak dunia terhadap IHSG sektor pertambangan di BEI (periode tahun 2011-2014). Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Ekonomi. Universitas Wijaya Putra Surabaya.
Rudiger, Dornbusch, et. al. (2004). Makro ekonomi. Jakarta: Media Global Edukasi.
Sam et. al. (2003). Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Jakarta: PT. Intermasa.
Sanusi, Anwar. (2011). Metodologi penelitian bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Santoso, Singgih. (2001). SPSS statistik parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
71
Setiawan, Adi. (2009). Pengaruh faktor makroekonomi, pangsa pasar dan karakteristik bank terhadap profitabilitas bank syariah. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Diponegoro. Semarang.
Staton William J. (1999). Prinsip pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. (2005). Metodologi penelitian administrasi. Bandung: Alfabeta.
_______ . (2010). Statistika untuk penelitian. Bandung: CV.Alfabeta.
. (2012). Metode penelitian bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.
Suharto TF. (2013). Harga emas naik atau turun kita tetap untung. Jakarta (ID):
Elex Media Komputindo.
Sukirno, Sadono. (2004). Teori pengatar ekonomi makro. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Syafi’i, Imam. (2013). Pegadaian konvensional. Diambil 3 oktober 2016. Website:http://www.scribd.com/doc/17614549/Pegadaian Konvensional#archive.
Undang-Undang Republik Indonesia. (1998). UU RI Nomor 10 Tahun 1998 Perbankan. Jakarta.
Wangsawidjaja. (2012). Pembiayaan bank syariah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum.
Widarjono, A. (2013). Ekonometrika, pengantar dan aplikasinya. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Widiarti, Tri dan Sinarti. (2013). Pengaruh pendapatan, jumlah nasabah, dan tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit pada Perum Pegadaian Cabang Batam Periode 2008-2012. Jurnal Jurusan Manajemen Bisnis, Politeknik Negeri Batam, Batam.
Zanna, Delfia. (2009). Hubungan karakteristik dan loyalitas dalam mencegah perpindahan nasabah (customer churn) (studi kasus pada bank DKI syariah cabang pondok indah). Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Syariah dan Hukum. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
73
Lampiran 1
No Bulan Juni Juli Agustus September Oktober
Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal
x x x
2 Konsultasi x x x x x x x x x 3 Revisi Proposal 4 Pengumpulan Data 5 Analisis Data
6 Penulisan Akhir Naskah Skripsi
7 Munaqasah 8 Revisi Skripsi November Desember Januari Februari 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal
2 Konsultasi x x x 3 Revisi Proposal x x x 4 Pengumpulan Data x x 5 Analisis Data x x
6 Penulisan Akhir Naskah Skripsi
x x x x x
7 Munaqasah x 8 Revisi Skripsi x x x
74
Lampiran 2 Data Penelitian
Laporan Keuangan Tahunan Pegadaian Syariah di Indonesia Tahun 2005-2015
Tahun Triwulan Pendapatan Pegadaian Syariah
(dalam jutaan rupiah) Harga Emas Tingkat Inflasi
Penyaluran Pembiayaan Rahn (dalam jutaan rupiah)
2005 I 1128257395526 123077 8.81 208123500000
II 1222461248188 128412 7.42 241652000000
III 1316665100851 133747 9.06 275180500000
IV 1410868953513 139081 17.11 308709000000
2006 I 1543098181147 148863 15.74 379303500000
II 1675327408782 153753 15.53 449898000000
III 1807556636416 168425 14.55 520492500000
IV 1939785864050 178206 6.6 591087000000
2007 I 2018202615281 184883 6.52 684329250000
II 2135827742126 191559 5.77 777571500000
III 2175036117742 198236 6.95 870813750000
IV 2253452868972 204913 6.59 964056000000
2008 I 2422738225574 221267 8.17 1126422000000
II 2592023582177 237621 11.03 1288788000000
III 2761308938779 253975 12.14 1451154000000
IV 2930594295381 270329 11.06 1613520000000
75
2009 I 3202221509668 284151 7.92 1882525250000
II 3473848723955 297973 3.65 2151530500000
III 3745475938241 311795 2.83 2420535750000
IV 4017103152528 325616 2.78 2689541000000
2010 I 4357400591043 332884 3.43 3135439500000
II 4697698029557 340151 5.05 3581338000000
III 5037995468072 347418 5.8 4027236500000
IV 5378292906586 354685 6,96 4473135000000
2011 I 5683951671561 380300 6.65 5310501000000
II 5989610436536 405914 5.54 6147867000000
III 6295269201511 431528 4.61 6985233000000
IV 6600927966486 457143 3.79 7822599000000
2012 I 6408964644784 473089 3.97 8647550500000
II 6217001323082 489035 4.53 9472502000000
III 6025038001379 504981 4.31 10297453500000
IV 5833074679677 520927 4.30 11122405000000
2013 I 6340997790608 504636 5.90 11225667250000
II 6848920901540 488345 5.90 11328929500000
III 7356844012471 406889 8.40 11432191750000
IV 7864767123402 455762 8.38 11535454000000
2014 I 0 497785 7.32 0
II 0 504603 6.70 0
76
III 0 474409 4.53 0
IV 7113126058127 474827 8.36 27948962210560
2015 I 0 499114 6.38 0
II 0 504030 7.26 0
III 0 525708 6.83 0
IV 8119794619825 470619 3.35 31099031834806
77
Lampiran 3
Hasil Output
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 44
Normal Parametersa Mean .0001387
Std. Deviation 4.70155147E11
Most Extreme Differences Absolute .201
Positive .201
Negative -.104
Kolmogorov-Smirnov Z 1.332
Asymp. Sig. (2-tailed) .058
a. Test distribution is Normal.
78
Lampiran 4
Hasil Output
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .819a .671 .646 4.015E12 1.038
a. Predictors: (Constant), Tingkat_Inflasi, Pendapatan_Pegadaian, Harga_Emas
b. Dependent Variable: Penyaluran_Pembiayaan_Rahn
79
Lampiran 5
Hasil Output
Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -8.817E12 3.109E12
-2.836 .007
Pendapatan_
Pegadaian 1.976 .276 .731 7.158 .000 .790 1.266
Harga_Emas 1.315E7 5530390.192 .268 2.377 .022 .646 1.548
Tingkat_Inflasi 2.682E11 2.156E11 .138 1.244 .221 .668 1.497
a. Dependent Variable:
Penyaluran_Pembiayaan_Rahn
80
Lampiran 6
Hasil Output
Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.348E11 1.866E11
1.794 .080
Pendapatan_
Pegadaian .026 .017 .263 1.586 .121
Harga_Emas -280627.251 331851.577 -.155 -.846 .403
Tingkat_Inflasi -1.794E10 1.294E10 -.250 -1.387 .173
a. Dependent Variable: AbsUt
81
Lampiran 7 Hasil Output Analisis Regresi Linier Berganda
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 Tingkat_Inflasi, Pendapatan_Pegadaian, Harga_Emas
a
. Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Penyaluran_Pembiayaan_Rahn
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .819a .671 .646 4.015E12 1.038
a. Predictors: (Constant), Tingkat_Inflasi, Pendapatan_Pegadaian, Harga_Emas
b. Dependent Variable: Penyaluran_Pembiayaan_Rahn
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.315E27 3 4.382E26 27.182 .000a
Residual 6.448E26 40 1.612E25
Total 1.959E27 43 a. Predictors: (Constant), Tingkat_Inflasi, Pendapatan_Pegadaian, Harga_Emas
b. Dependent Variable: Penyaluran_Pembiayaan_Rahn
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -8.817E12 3.109E12 -2.836 .007
Pendapatan_Pegadaian 1.976 .276 .731 7.158 .000
Harga_Emas 1.315E7 5530390.192 .268 2.377 .022
Tingkat_Inflasi 2.682E11 2.156E11 .138 1.244 .221
a. Dependent Variable: Penyaluran_Pembiayaan_Rahn
82
Lampiran 8
Distribusi Nilai ttabel
d.f t0.10 T0.05 t0.025 t0.01 t0.005 d.f t0.10 t0.05 t0.025 t0.01 t0.005
1 3.078 6.314 12.71 31.82 63.66 61 1.296 1.671 2.000 2.390 2.659 2 1.886 2.920 4.303 6.965 9.925 62 1.296 1.671 1.999 2.389 2.659 3 1.638 2.353 3.182 4.541 5.841 63 1.296 1.670 1.999 2.389 2.658 4 1.533 2.132 2.776 3.747 4.604 64 1.296 1.670 1.999 2.388 2.657 5 1.476 2.015 2.571 3.365 4.032 65 1.296 1.670 1.998 2.388 2.657 6 1.440 1.943 2.447 3.143 3.707 66 1.295 1.670 1.998 2.387 2.656 7 1.415 1.895 2.365 2.998 3.499 67 1.295 1.670 1.998 2.387 2.655 8 1.397 1.860 2.306 2.896 3.355 68 1.295 1.670 1.997 2.386 2.655 9 1.383 1.833 2.262 2.821 3.250 69 1.295 1.669 1.997 2.386 2.654
10 1.372 1.812 2.228 2.764 3.169 70 1.295 1.669 1.997 2.385 2.653 11 1.363 1.796 2.201 2.718 3.106 71 1.295 1.669 1.996 2.385 2.653 12 1.356 1.782 2.179 2.681 3.055 72 1.295 1.669 1.996 2.384 2.652 13 1.350 1.771 2.160 2.650 3.012 73 1.295 1.669 1.996 2.384 2.651 14 1.345 1.761 2.145 2.624 2.977 74 1.295 1.668 1.995 2.383 2.651 15 1.341 1.753 2.131 2.602 2.947 75 1.295 1.668 1.995 2.383 2.650 16 1.337 1.746 2.120 2.583 2.921 76 1.294 1.668 1.995 2.382 2.649 17 1.333 1.740 2.110 2.567 2.898 77 1.294 1.668 1.994 2.382 2.649 18 1.330 1.734 2.101 2.552 2.878 78 1.294 1.668 1.994 2.381 2.648 19 1.328 1.729 2.093 2.539 2.861 79 1.294 1.668 1.994 2.381 2.647 20 1.325 1.725 2.086 2.528 2.845 80 1.294 1.667 1.993 2.380 2.647 21 1.323 1.721 2.080 2.518 2.831 81 1.294 1.667 1.993 2.380 2.646 22 1.321 1.717 2.074 2.508 2.819 82 1.294 1.667 1.993 2.379 2.645 23 1.319 1.714 2.069 2.500 2.807 83 1.294 1.667 1.992 2.379 2.645 24 1.318 1.711 2.064 2.492 2.797 84 1.294 1.667 1.992 2.378 2.644 25 1.316 1.708 2.060 2.485 2.787 85 1.294 1.666 1.992 2.378 2.643 26 1.315 1.706 2.056 2.479 2.779 86 1.293 1.666 1.991 2.377 2.643 27 1.314 1.703 2.052 2.473 2.771 87 1.293 1.666 1.991 2.377 2.642 28 1.313 1.701 2.048 2.467 2.763 88 1.293 1.666 1.991 2.376 2.641 29 1.311 1.699 2.045 2.462 2.756 89 1.293 1.666 1.990 2.376 2.641 30 1.310 1.697 2.042 2.457 2.750 90 1.293 1.666 1.990 2.375 2.640 31 1.309 1.696 2.040 2.453 2.744 91 1.293 1.665 1.990 2.374 2.639 32 1.309 1.694 2.037 2.449 2.738 92 1.293 1.665 1.989 2.374 2.639 33 1.308 1.692 2.035 2.445 2.733 93 1.293 1.665 1.989 2.373 2.638 34 1.307 1.691 2.032 2.441 2.728 94 1.293 1.665 1.989 2.373 2.637 35 1.306 1.690 2.030 2.438 2.724 95 1.293 1.665 1.988 2.372 2.637 36 1.306 1.688 2.028 2.434 2.719 96 1.292 1.664 1.988 2.372 2.636 37 1.305 1.687 2.026 2.431 2.715 97 1.292 1.664 1.988 2.371 2.635 38 1.304 1.686 2.024 2.429 2.712 98 1.292 1.664 1.987 2.371 2.635 39 1.304 1.685 2.023 2.426 2.708 99 1.292 1.664 1.987 2.370 2.634 40 1.303 1.684 2.021 2.423 2.704 100 1.292 1.664 1.987 2.370 2.633 41 1.303 1.683 2.020 2.421 2.701 101 1.292 1.663 1.986 2.369 2.633 42 1.302 1.682 2.018 2.418 2.698 102 1.292 1.663 1.986 2.369 2.632 43 1.302 1.681 2.017 2.416 2.695 103 1.292 1.663 1.986 2.368 2.631 44 1.301 1.680 2.015 2.414 2.692 104 1.292 1.663 1.985 2.368 2.631 45 1.301 1.679 2.014 2.412 2.690 105 1.292 1.663 1.985 2.367 2.630 46 1.300 1.679 2.013 2.410 2.687 106 1.291 1.663 1.985 2.367 2.629 47 1.300 1.678 2.012 2.408 2.685 107 1.291 1.662 1.984 2.366 2.629 48 1.299 1.677 2.011 2.407 2.682 108 1.291 1.662 1.984 2.366 2.628 49 1.299 1.677 2.010 2.405 2.680 109 1.291 1.662 1.984 2.365 2.627 50 1.299 1.676 2.009 2.403 2.678 110 1.291 1.662 1.983 2.365 2.627 51 1.298 1.675 2.008 2.402 2.676 111 1.291 1.662 1.983 2.364 2.626 52 1.298 1.675 2.007 2.400 2.674 112 1.291 1.661 1.983 2.364 2.625 53 1.298 1.674 2.006 2.399 2.672 113 1.291 1.661 1.982 2.363 2.625 54 1.297 1.674 2.005 2.397 2.670 114 1.291 1.661 1.982 2.363 2.624 55 1.297 1.673 2.004 2.396 2.668 115 1.291 1.661 1.982 2.362 2.623 56 1.297 1.673 2.003 2.395 2.667 116 1.290 1.661 1.981 2.362 2.623 57 1.297 1.672 2.002 2.394 2.665 117 1.290 1.661 1.981 2.361 2.622 58 1.296 1.672 2.002 2.392 2.663 118 1.290 1.660 1.981 2.361 2.621 59 1.296 1.671 2.001 2.391 2.662 119 1.290 1.660 1.980 2.360 2.621 60 1.296 1.671 2.000 2.390 2.660 120 1.290 1.660 1.980 2.360 2.620
Dari "Table of Percentage Points of the t-Distribution." Biometrika, Vol. 32. (1941), p. 300. Reproduced by permission of the Biometrika Trustess.
83
Lampiran 9
Distribution Tabel Nilai F0,05
Degrees of freedom for Nominator
De
gr
ee
s o
f fr
ee
do
m f
or
De
no
min
ato
r
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 15 20 24 30 40 60 120 ∞
1 161 200 216 225 230 234 237 239 241 242 244 246 248 249 250 251 252 253 254
2 18,5 19,0 19,2 19,2 19,3 19,3 19,4 19,4 19,4 19,4 19,4 19,4 19,4 19,5 19,5 19,5 19,5 19,5 19,5
3 10,1 9,55 9,28 9,12 9,01 8,94 8,89 8,85 8,81 8,79 8,74 8,70 8,66 8,64 8,62 8,59 8,57 8,55 8,53
4 7,71 6,94 6,59 6,39 6,26 6,16 6,09 6,04 6,00 5,96 5,91 5,86 5,80 5,77 5,75 5,72 5,69 5,66 5,63
5 6,61 5,79 5,41 5,19 5,05 4,95 4,88 4,82 4,77 4,74 4,68 4,62 4,56 4,53 4,50 4,46 4,43 4,40 4,37
6 5,99 5,14 4,76 4,53 4,39 4,28 4,21 4,15 4,10 4,06 4,00 3,94 3,87 3,84 3,81 3,77 3,74 3,70 3,67
7 5,59 4,74 4,35 4,12 3,97 3,87 3,79 3,73 3,68 3,64 3,57 3,51 3,44 3,41 3,38 3,34 3,30 3,27 3,23
8 5,32 4,46 4,07 3,84 4,69 3,58 3,50 3,44 3,39 3,35 3,28 3,22 3,15 3,12 3,08 3,04 3,01 2,97 2,93
9 5,12 4,26 3,86 3,63 3,48 3,37 3,29 3,23 3,18 3,14 3,07 3,01 2,94 2,90 2,86 2,83 2,79 2,75 2,71
10 4,96 4,10 3,71 3,48 3,33 3,22 3,14 3,07 3,02 2,98 2,91 2,85 2,77 2,74 2,70 2,66 2,62 2,58 2,54
11 4,84 3,98 3,59 3,36 3,20 3,09 3,01 2,95 2,90 2,85 2,79 2,72 2,65 2,61 2,57 2,53 2,49 2,45 2,40
12 4,75 3,89 3,49 3,26 3,11 3,00 2,91 2,85 2,80 2,75 2,69 2,62 2,54 2,51 2,47 2,43 2,38 2,34 2,30
13 4,67 3,81 3,41 3,13 3,03 2,92 2,83 2,77 2,71 2,67 2,60 2,53 2,46 2,42 2,38 2,34 2,30 2,25 2,21
14 4,60 3,74 3,34 3,11 2,96 2,85 2,76 2,70 2,65 2,60 2,53 2,46 2,39 2,35 2,31 2,27 2,22 2,18 2,13
15 4,54 3,68 3,29 3,06 2,90 2,79 2,71 2,64 6,59 2,54 2,48 2,40 2,33 2,29 2,25 2,20 2,16 2,11 2,07
16 4,49 3,63 3,24 3,01 2,85 2,74 2,66 2,59 2,54 2,49 2,42 2,35 2,28 2,24 2,19 2,15 2,11 2,06 2,01
17 4,45 3,59 3,20 2,96 2,81 2,70 2,61 2,55 2,49 2,45 2,38 2,31 2,23 2,19 2,15 2,10 2,06 2,01 1,96
18 4,41 3,55 3,16 2,93 2,77 2,66 2,58 2,51 2,46 2,41 2,34 2,27 2,19 2,15 2,11 2,06 2,02 1,97 1,92
19 4,38 3,52 3,13 2,90 2,74 2,63 2,54 2,48 2,42 2,38 2,31 2,23 2,16 2,11 2,07 2,03 1,98 1,93 1,88
20 4,35 3,49 3,10 2,87 2,71 2,60 2,51 2,45 2,39 2,35 2,28 2,20 2,12 2,08 2,04 1,99 1,95 1,90 1,84
21 4,32 3,47 3,07 2,84 2,68 2,57 2,49 2,42 2,37 2,32 2,25 2,18 2,10 2,05 2,01 1,96 1,92 1,87 1,81
22 4,30 3,44 3,05 2,82 2,66 2,55 2,46 2,40 2,34 2,30 2,23 2,15 2,07 2,03 1,98 1,94 1,89 1,84 1,78
23 4,28 3,42 3,03 2,80 2,64 2,53 2,44 2,37 2,32 2,27 2,20 2,13 2,05 2,01 1,96 1,91 1,86 1,81 1,76
24 4,26 3,40 3,01 2,78 2,62 2,51 2,42 2,36 2,30 2,25 2,18 2,11 2,03 1,98 1,94 1,89 1,84 1,79 1,73
25 4,24 3,39 2,99 2,76 2,60 2,49 2,40 2,34 2,28 2,24 2,16 2,09 2,01 1,96 1,92 1,87 1,82 1,77 1,71
30 4,17 3,32 2,92 2,69 2,53 2,42 2,33 2,27 2,21 2,16 2,09 2,01 1,93 1,89 1,84 1,79 1,74 1,68 1,62
40 4,08 3,23 2,84 2,61 2,45 2,34 2,25 2,18 2,12 2,08 2,00 1,92 1,84 1,79 1,74 1,69 1,64 1,58 1,51
50 4,08 3,18 2,79 2,56 2,40 2,29 2,20 2,13 2,07 2,02 1,95 1,87 1,78 1,74 1,69 1.63 1,56 1,50 1,41
60 4,00 3,15 2,76 2,53 2,37 2,25 2,17 2,10 2,04 1,99 1,92 1,84 1,75 1,70 1,65 1,59 1,53 1,47 1,39
100 3,94 3,09 2,70 2,46 2,30 2,19 2,10 2,03 1,97 1,92 1,85 1,80 1,68 1,63 1,57 1,51 1,46 1,40 1,28
120 3,92 3,07 2,68 2,45 2,29 2,18 2,09 2,02 1,96 1,91 1,83 1,75 1,66 1,61 1,55 1,50 1,43 1,35 1,22
∞ 3,84 3,00 2,60 2,37 2,21 2,10 2,01 1,94 1,88 1,83 1,75 1,67 1,57 1,52 1,46 1,39 1,32 1,22 1,00
84
Lampiran 10
Daftar Riwayat Hidup
Nama : Vika Anggun Ratna Pratiwi
Alamat : Dadapan, RT 03 RW 02, Kepoh, Sambi, Boyolali
Tempat dan Tanggal Lahir : Boyolali, 30 Agustus 1990
Agama : Islam
No Telepon : 085 831 548 024
Email : [email protected]
Nama Ayah : Widodo
Nama Ibu : Siti Maryanti
Riwayat Pendidikan :
1. TK BA Aisyiah Kepoh Sambi Boyolali
2. MIM Kepoh Sambi Boyolali
3. SMP N 1 Ngemplak
4. SMA N 1 Ngemplak
5. IAIN Surakarta