1. lap.promkes komplikasi hipertensi
DESCRIPTION
laporan isipTRANSCRIPT
LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT
F.1 UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PENYULUHAN PENYAKIT HIPERTENSI DAN
KOMPLIKASINYA PADA POSYANDU LANSIA DUSUN
GLAGAH OMBO, DESA NGAMPIN KECAMATAN
AMBARAWA
Pendamping
dr. Dwi Retno S
Disusun Oleh
dr. Nugroho Jati Dwi Nur Laksono
DINAS KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG
UPTD PUSKESMAS AMBARAWA
KABUPATEN SEMARANG
2014
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN UKM BIDANG PROMOSI KESEHATAN
PENYULUHAN PENYAKIT HIPERTENSI DAN
KOMPLIKASINYA PADA POSYANDU LANSIA DUSUN
GLAGAH OMBO, DESA NGAMPIN KECAMATAN
AMBARAWA
Disusun oleh
dr. Nugroho Jati Dwi Nur Laksono
Telah disahkan pada
Tanggal 2015
Mengetahui
2
Pendamping
dr. Dwi Retno SNIP. 197403132006042017
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Sekitar 972 juta orang atau 26,4% masyarakat seluruh dunia
menderita hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita.
Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025.
Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639
sisanya berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia (WHO,
2000).
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilakukan oleh
Departemen Kesehatan tahun 2004 mendapatkan prevalensi hipertensi di
Pulau Jawa mencapai 41,9%. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota
Semarang, Hipertensi menjadi urutan ke-4 dari 10 besar penyakit di
Semarang pada tahun 2009.
Kasus hipertensi pada tahun 2009 di Kota Semarang terjadi
sebanyak 2063 kasus (12,85%). Prevalensi hipertensi pada usia muda
dikota Semarang terjadi sebanyak 164 kasus (6,01%). Dari 164 kasus
tersebut, sebanyak 6-10% sudah mengalami komplikasi seperti penyakit
jantung, ginjal dan lain-lain.
Meskipun prevalensinya rendah hal ini bisa saja menjadi masalah
kesehatan yang serius karena akan mengakibatkan komplikasi yang
berbahaya jika tidak terkendali dan tidak diupayakan pencegahan dini
faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada remaja.
3
Penderita Hipertensi di Indonesia, yang diperiksa di Puskesmas
secara teratut sebanyak 22,8% sedangkan yang tidak teratur sebanyak
77,2%. Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah,
kasus tertinggi hipertensi terdapat di kota Semarang yaitu sebanyak 67,101
kasus (19,56%). Tertinggi kedua adalah Kabupaten Klaten yaitu sebesar
10,49%
Hipertensi seringkali muncul tanpa gejala yang spesifik sehingga
disebut sebagai silent killer. Secara global, tingkat prevalensi hipertensi di
seluruh dunia masih tinggi. Lebih dari seperempat jumlah populasi dunia
saat ini menderita hipertensi. Namun sebaliknya, tingkat kontrol tekanan
darah secara umum masih rendah.
Hipertensi mengundang berbagai macam risiko komplikasi,
Hipertensi merupakan penyebab utama berbagai macam penyakit yang
serius, diantaranya ialah penyakit gagal ginjal, gagal jantung dan stroke.
Penyuluhan tentang komplikasi hipertesi dilakukan di Desa Ngampin
Kecamatan Ambarawa dikarenakan masih kurangnya kesadaran
masyarakat untuk memeriksakan tekanan darahnya ke pelayanan
kesehatan untuk mengurangi risiko komplikasi hipertensi dikemudian hari.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan 10 pasien hipertensi,
didapatkan semua dari mereka enggan untuk melakukan control rutin
tekanan darah karena menganggap tekanan darah tinggi akan terasa bila
timbul gejala dan tidak terdapat komplikasinya. Hal ini yang perlu digaris
bawahi dari hal tersebut yaitu timbulnya masalah tentang ketidak teraturan
penderita hipertensi dalam melakukan kontrol di pelayanan kesehatan
4
akibat minimnya pengetahuan tentang pentingnya menjaga tekanan darah
agar tetap stabil untuk mengurangi timbulnya komplikasi hipertensi pada
waktu mendatang.
Hal tersebut diatas, mendorong penulis untuk melakukan program
promosi kesehatan berupa penyuluhan yang lebih berfokus pada
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Komplikasi Hipertensi.
Penyuluhan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk memeriksakan tekanan darahnya secara rutin dan melakukan
anjuran dalam menjaga tekanan darah tetap stabil.
5
BAB II
BENTUK KEGIATAN
A. PERMASALAHAN
1. MASYARAKAT.
a. Banyak kalangan berpendapat, hipertensi hanya karena memakan
makanan jenis tertentu yang bisa langsung hilang dengan
mengkonsumsi obat hipertensi beberapa kali saja.
b. Informasi yang kurang terkait dengan komplikasi hipertensi
menyebabkan masyarakat kurang mengerti terkait dengan tujuan
pengobatan hipertensi dan pencegahan hipertensi.
c. Kurangnya informasi mengenai komplikasi hipertensi sehingga
menyebabkan perhatian masyarakat terhadap bahaya hipertensi masih
kurang maksimal
2. PENDERITA HIPERTENSI
a. Kesadaran untuk minum obat anti hipertensi dan kontrol kembali
tekanan darah secara rutin di pelayanan kesehatan masih sangat
rendah apabila tensinya sudah mendekati normal
b. Penderita menganggap hipertensi hanya merupakan penyakit yang
minum obat ketika tensinya tinggi dan mengganggu aktifitas atau
menimbulkan gejala
c. Penderita tidak mengetahui secara jelas komplikasi hipertensi yang
dapat mengancam nyawa dan menyebabkan kecacatan.
6
B. PERENCANAAN DAN INTERVENSI
Rencana dan Intervensi yang dilaksanakan terkait dengan permasalahan yang
telah diuraikan sebelumnya adalah dilakukannya penyuluhan tentang
komplikasi hipertensi dengan cara :
1. Dilakukannya penyuluhan kepada masyarakat dan penderita hipertensi
terkait dengan komplikasi hipertensi dan tujuan pengobatan hipertensi
dalam mengurangi angka kecacatan dan kematian akibat komplikasi
hipertensi.
2. Perlu dilakukan pelatihan terhadap para kader posyandu lansia dalam
menjelaskan tentang komplikasi hipertensi dan memotivasi penderita
hipertensi untuk rutin dalam mengontrol tekanan darahnya.
3. Memotivasi masyarakat dan penderita hipertensi untuk tidak ragu dalam
memeriksakan tekanan darah dan mengontrolnya secara rutin ke
puskesmas atau posyandu serta mengenali gejala-gejala komplikasi
hipertensi.
7
BAB III
PELAKSANAAN / PROSES INTERVENSI
A. SASARAN
Sasaran pelaksanaan kegiatan penyuluhan ini adalah peserta posyandu
lansia Desa Ngampin Kecamatan Ambarawa
B. PELAKSANAAN
1. Tanggal : 14 November 2014
2. Waktu : 16.00 WIB - selesai
3. Tempat : Posyandu Lansia Dusun Glagah Ombo, Desa Ngampin
4. Peserta : 20 Orang lansia dan 5 kader Posyandu Lansia dusun
Glagah Ombo
5. Kegiatan : Posyandu Lansia dan Penyuluhan tentang Komplikasi
Hipertensi
C. TAHAP PELAKSANAAN
Langkah 1
Adalah Langkah Pendaftaran dalam kegiatan Posyandu Lansia untuk
memudahkan registrasi dan pengaturan pelayanan kesehatan lansia
Langkah II
Adalah Langkah Penimbangan, pengukuran tinggi badan dan pengukuran
tekanan darah Lansia
Langkah III
8
Adalah Langkah Pencatatan hasil penimbangan tersebut pada Kartu
Menuju Sehat (KMS) Lansia dan data pada Puskesmas
Langkah IV
Adalah Langkah tempat dilakukan penyuluhan personal mengenai hasil
dari KMS dan juga konsultasi masalah kesehatan lansia
Langkah V
Adalah Langkah pelayanan kesehatan meliputi pengobatan dasar dan
konsultasi pemeriksaan kesehatan
Setelah dilakukan lima tahap langkah tersebut lalu dilakukan penyuluhan
spesifik terkait tentang komplikasi hipertensi.
Beberapa hasil tanya jawab dengan peserta adalah sebagi berikut :
“ Dok, apakah benar tensi itu dipengaruhi oleh pikiran?”
Jawab :
Jika yang ibu maksud dengan pikiran adalah stress benar ibu. Setiap saat
manusia mengalami stress. Stress dapat dibagi menjadi dua bu, eustres
atau stress normal yang bisa ditangani dan distress atau stress yang
membutuhkan kompensasi karena tidak bisa ditangani dengan baik.
Kompensasi tersebut adalah cemas, takut, marah, dsb. Saat kita memiliki
masalah dan mengalami stress yang tidak dapat ditangani/distress, tubuh
kita juga ikut menyesuaikan dengan mekanisme cemas. Yaitu merasa ada
ancaman yang harus dihadapi. Salah satu adaptasinya adalah tekanan darah
akan meningkat.namun saat kecemasan tersebut menghilang atau
berkurang, tekanan darah anda akan kembali normal.tidak seperti penyakit
hipertensi primer maupun sekunder pada umumnya.
9
“ Dok, apakah tidak bahaya setiap hari mengkonsumsi obat hipertensi ?”
Jawab :
Obat-obatan hipertensi merupakan obat pengendali tekanan darah. Dosis
yang dibutuhkan untuk setiap penderita hipertensi tentu diperhatikan
secara seksama. Tujuan pengobatan hipertensi adalah menjaga kestabilan
tekanan darah. Konsumsi obat-obatan hipertensi harus dalam pengawasan
dokter sehingga konsumsinya pun dapat terkontrol untuk mengurangi efek
samping yang tidak diinginkan dari obat-obatan hipertensi. Jadi, selama
konsumsi obat-obatan tersebut dalam pengawasan dokter, efek samping
yang ditakutkan dapat diminimalisir.
“dok saya sudah mengurangi garam. Kenapa tensi saya masih tetap saja
tinggi?”
Adanya zat yang mampu meningkatkan tensi adalah natrium. Natrium
tidak hanya terdapat pada garam saja, akan tetapi pada penyedap rasa,
saos, kecap juga. Coba ibu evaluasi kembali makanan yang ibu konsumsi.
Terutama masalah mie ayam bakso, di mana cara mengonsumsinya sering
banyak disertai kecap dan saos.
“ Dok, kenapa tetangga saya bisa kena stroke padahal tensinya normal ?”
Jawab :
Salah satu komplikasi hipertensi adalah stroke. Stroke sendiri tidak hanya
disebabkan oleh satu faktor saja. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
hal tersebut. Selain itu, stroke secara garis besar dibagi menjadi dua
macam yakni Stroke Perdarahan dan Stroke Non Perdarahan. Pada kasus
tetangga ibu tersebut, mungkin yang terjadi adalah stroke non perdarahan.
10
Stroke Non Perdarahan atau Stroke Non Hemorragic disebabkan oleh
berbagai macam faktor, namun risiko paling tinggi ditemukan pada
penderita dengan plak aterosklerosis yang banyak diakibatkan diantarabta
oleh konsumsi rokok dan kadar kolesterol yang tinggi.
11
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI
A. MONITORING
Monitoring yang dilakukan pada program ini adalah memantau
indikator-indikator berupa:
1. Peningkatan kunjungan peserta posyandu lansia dusun glagah ombo
(presensi kehadiran)
2. Kesadaran Para lansia sadar untuk memeriksakan tekanan darahnya secara
rutin di posyandu dibuktikan dengan terpantaunya data kartu menuju sehat
lansia.
3. Kesadaran para lansia penderita hipertensi untuk mengonsumsi obat dan
rutin memeriksakan diri di puskesmas.
B. EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan melakukan post-test kepada para peserta.
Hasil post test tersebut menunjukkan peningkatan informasi tentang
komplikasi hipertensi dan tujuan pengobatan hipertensi. Hal ini dapat dilihat
dari peningkatan skor post test yang menunjukkan peningkatan dari skor pre
test yang dilaksanakan sebelum dilakukan penyuluhan.
Salah satu pertanyaan yang diajukan dalam post test adalah :
“ Apa komplikasi hipertensi yang paling ditakutkan yang dapat mengganggu
kualitas hidup penderitanya secara sangat bermakna ? “
Jawab :
12
Komplikasi hipertensi yang paling ditakutkan adalah Stroke Perdarahan.
Kejadian tersebut dapat terjadi secara mendadak dan seharusnya dapat dicegah
dengan pengendalian hipertensi yang baik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Pemahaman tentang komplikasi hipertensi dan tujuan pengobatan
hipertensi di kalangan masyarakat masih sangat kurang. Oleh karena itu,
diadakannya intervensi berupa penyuluhan yang diharapkan dapat
memberikan imbas positif terhadap pengetahuan yang dimiliki oleh
masyarakat dan penderita hipertensi terkait dengan pentingnya mengontrol
secara rutin tekanan darah dan tujuan pengobatan hipertensi.
Hal ini diharapkan dapat ditularkan kepada kerabat dan keluarga
terdekat untuk memberikan informasi yang tepat tentang komplikasi
hipertensi dan penanganannya secara lengkap. Pengendalian tekanan darah
pada penderita hipertensi sangat penting diupayakan dalam mengurangi
timbulnya komplikasi hipertensi dikemudian hari yang lebih mengakibatkan
angka kecacatan yang lebih tinggi.
B. SARAN
13
1. Dilakukannya penyuluhan kepada masyarakat dan penderita hipertensi
secara terus menerus dan berkelanjutan terkait dengan hipertensi dan
komplikasi hipertensi serta tujuan pengobatan hipertensi.
2. Diharapkan dapat terlaksananya pelatihan atau seminar yang rutin untuk
kader dan juga petugas puskesmas tentang Hipertensi dan Komplikasi
Hipertensi serta tujuan pengobatannya.
3. Perlunya dukungan optimal dari masyarakat, pemerintah dan seluruh
komponen agar paradigma hidup sehat dapat tercapai dengan motto
mencegah lebih baik daripada mengobati.
14
Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan
Pe
15
Pendataan Berat Badan, Umur dan Pengisian Kartu KMS Lansia
Penyuluhan tentang Hipertensi dan Komplikasinya oleh dokter internship
Pemeriksaan Kesehatan dan Pengobatan Lansia
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah yang menetap setelah dilakukan
pengukuran secara berkelanjutan dengan nilai lebih dari 140/90 mmhg
pada usia dibawah 60 tahun dan lebih dari 150/90 untuk usia lebih dari
60 tahun.
B. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi sering dibagi menjadi dua berdasarkan perkiraan
etiologinya :
1. Hipertensi primer (esensial) Adalah suatu peningkatan persisten
tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme
kontrol homeostatik normal, Hipertensi ini tidak diketahui
penyebabnya dan mencakup + 90% dari kasus hipertensi.
2. Hipertensi sekunder Adalah hipertensi persisten akibat kelainan
dasar kedua selain hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya
diketahui dan ini menyangkut + 10% dari kasus-kasus hipertensi.
C. Etiologi
Tekanan darah tergantung pada kecepatan denyut jantung,
volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Penyebab
peningkatan dari resistensi perifer tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya panjang pembuluh darah, lebar pembuluh darah
dan viskoskitas. Masing-masing komponen tersebut dipengaruhi oleh
banyak faktor. Diet, genetik dan faktor-faktor lain mempengaruhi
tekanan darah seseorang termasuk diantaranya adalah aktifitas fisik
seseorang.
16
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat
terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang
berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh
ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan.
Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron maupun
penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan
garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan
peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan
volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkata preload biasanya
berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik.
D. Patofisiologi
Faktor kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari
pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke
bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke
ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah.
Faktor-faktor tersebut diatas diduga sebagai perjalanan
penyakit hipertensi. Terdapat beberapa perdebatan terkait
perkembangan teori tersebut. Beberapa penelitian dilakukan lebih
banyak untuk mengetahui lebih jelas terkait dengan perkembangan
hipertensi dikaitkan dengan genetika seseorang.
17
E. Faktor Risiko
Riwayat keluarga merupakan masalah utama yang diteliti
dalam memicu masalah terjadinya hipertensi hipertensi cenderung
merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua kita
memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang hidup kita memiliki
kemungkinan 25% terkena hipertensi.
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena
dengan bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko
hipertensi. Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya
usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh
yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi
pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden
penyakit arteri koroner dan kematian prematur.
Perbandingan antara jenis kelamin pria dan wanita juga
menunjukkan perbedaan risiko terjadinya hipertensi. Dari laporan
Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6% dari pria dan
11% pada wanita. Laporan dari Sumatra Barat menunjukan 18,6%
pada pria dan 17,4% wanita. Di daerah perkotaan Semarang
didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada wanita. Sedangkan di
daerah perkotaan Jakarta didapatkan 14,6 pada pria dan 13,7% pada
wanita.
Merokok adalah faktor risiko lain terjadinya kejadian
hipertensi. Adapun hubungan merokok dengan hipertensi adalah
kandunga nikotin akan menyebabkan peningkatan tekanan darah
karena nikotin akan diserap pembulu darah kecil dalam paru-paru dan
diedarkan oleh pembulu dadarah hingga ke otak, otak akan bereaksi
terhadap nikotin dengan member sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas hormon adrenalin.
Hormon yang kuat tersebut akan menyempitkan pembuluh
darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan
yang lebih tinggi.Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok
18
menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan
tekana darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan
oksigen yang cukup kedalam orga dan jaringan tubuh.
Aktivitas sangat mempengaruhiterjadinya hipertensi, dimana
pada orang yang kuan aktvitas akan cenderung mempunyai frekuensi
denyut jantung yang lebih tingi sehingga otot jantung akan harus
bekerja lebih keras pada tiap kontraksi.Makin keras dan sering otot
jantung memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada
arteri.
Stress juga sangat erat merupakan masalah yang memicu
terjadinya hipertensi dimana hubungan antara stress dengan hipertensi
diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat
menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di
masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan.
Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami
kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
F. Komplikasi Hipertensi
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang
terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik
apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan
menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya
berkurang Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat
melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya
aneurisma.
Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba,
seperti, orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang
mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan
19
(misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara
secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.
Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium
atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui
pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi
ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-
perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi
disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan
bekuan.
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan
rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional
ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar
melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa
darah yang kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan
terkumpul di paru,kaki dan jaringan lain sering disebut edma.Cairan
didalam paru – paru menyebabkan sesak
20
21
Daftar Pustaka
U.S Departement of health and human services. 2014. Prevention detection evluation and treatmant of high blood pressure. JNC VIII
PAPDI. 2007. Buku Ajar Penyakit Dalam. EGC : Jakarta
22