1. halaman judul - digilib.uns.ac.id/peranan... · a. kegiatan di panti wredha dharma bhakti...
TRANSCRIPT
PERANAN PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA DALAM MEMBINA PARA LANJUT
USIA TAHUN 1977-1999
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
BAYU MARSENO AJI C0505014
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
PERSETUJUAN
PERANAN PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI
SURAKARTA DALAM MEMBINA PARA LANJUT USIA
TAHUN 1977-1999
Disusun oleh :
BAYU MARSENO AJI C 0505014
Telah disetujui oleh pembimbing
Pembimbing
Drs. Sri Agus, M.Pd NIP. 195908131986031001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ilmu Sejarah
Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum. NIP. 195402231986012001
PERANAN PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI
SURAKARTA DALAM MEMBINA PARA LANJUT USIA
TAHUN 1977-1999
Disusun oleh
BAYU MARSENO AJI C05005014
Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Pada Tanggal.............................
Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum (.................................) NIP. 195402231986012001 Sekretaris Tiwuk Kusuma H, S.S, M. Hum (.................................) NIP. 197306132000032002
Penguji I Drs. Sri Agus, M. Pd (.................................) NIP. 195908131986031001 Penguji II Drs. Tundjung W.S. M. Si (.................................) NIP. 196112251987031003
Mengetahui,
Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Drs. Sudarno, MA NIP. 195303141985061001
PERNYATAAN
Nama : BAYU MARSENO AJI
NIM : C0505014
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Peranan Panti
Wredha Dharma Bhakti Surakarta Dalam Membina Para Lanjut Usia Tahun
1977-1999 adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan
oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda
citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang
diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta, Juli 2010
Yang membuat pernyataan,
Bayu Marseno Aji
MOTTO
Berbuat Baiklah Kepada Setiap Orang
Seperti Kamu Berbuat Baik Pada Dirimu Sendiri
(Penulis)
Sesungguhnya Allah Tidak Mengubah Keadaan Suatu Kaum
Sehingga Mereka Mengubah Keadaan Yang Ada Pada Diri Mereka Sendiri
(QS. Ar Ra’ad Ayat 11)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis
persembahkan kepada:
1. Bapak dan Ibu
tercinta, terima
kasih atas do’a,
kasih sayang dan
motivasinya
2. Adikku tersayang
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Peranan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Dalam Membina Para
Lanjut Usia Tahun 1977-1999 ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berhasil tanpa adanya
dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah
dalam kesempatan ini penulis memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih
kepada :
1. Drs. Sudarno, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret yang telah memberikan kemudahan kepada penulis selama
studi sampai terselesaikannya skripsi ini.
2. Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas
Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan
kemudahan dan petunjuk.
3. Dra. Sawitri Pri Prabawati, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Sejarah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah
memberikan kemudahan dan petunjuk.
4. Drs. Sri Agus, M.Pd. selaku Pembimbing Skripsi yang dengan sabar dan teliti
memberikan banyak masukan dan kritik yang membangun dalam proses
penulisan skripsi ini.
5. Umi Yuliati, S.S, M.Hum, selaku pembimbing akademik yang senantiasa
memberi dorongan secara moril dan pengetahuannya kepada penulis.
6. Segenap dosen pengajar di Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni
Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada penulis.
7. Segenap Staf dan Karyawan di UPT Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni
Rupa, Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah
memberikan kesempatan dan kemudahan kepada penulis dalam
mengumpulkan data dan referensi untuk penyusunan skripsi.
8. Ibu Rahayu Sulistyowati, Bapak Tugimin S.E, Bapak Drs. Suryanto, dan
segenap staf pegawai dan klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta yang
telah memberikan ijin dan bantuan kepada penulis dalam penyediaan data-data
yang diperlukan.
9. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan motivasi, Bapak dan Ibuku
yang selalu mencurahkan kasih sayang, nasehat dan semangat. Adikku Garnis
Dwi Darmastuti yang selalu memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi
ini.
10. Teman-teman Historia Community 2005, Doni, Wanto, Ahmad, Rika,
Darmawan, Yusuf, Wido, Shinta dan teman-teman yang lain, tetap kompak
dan cepat menyelesaikan skripsi.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terlepas dari
kekurangan dan kekeliruan, serta masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis sangat menghargai adanya saran dan kritik yang bersifat membangun guna
menyempurnakan penulisan-penulisan serupa di masa yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap bahwa hasil skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca sekalian. Amin.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xv
DAFTAR ISTILAH ......................................................................................... xvi
ABSTRAK ....................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 7
F. Metode Penelitian .................................................................... 12
G. Sistematika Skripsi .................................................................. 15
BAB II DESKRIPSI WILAYAH SURAKARTA DAN MASALAH
LANJUT USIA .............................................................................. 17
A. Kondisi Kotamadya Surakarta ................................................ 17
1. Kondisi Geografis .............................................................. 17
2. Kondisi Demografis ........................................................... 19
3. Kondisi Masyarakat Dalam Pendidikan ............................. 21
4. Kondisi Masyarakat Dalam Sosial ..................................... 23
5. Kondisi Masyarakat Dalam Perekonomian ........................ 24
B. Masalah Lanjut Usia ................................................................ 27
1. Pengertian Lanjut Usia ....................................................... 27
2. Klasifikasi, Karakteristik dan Tipe Para Lanjut Usia ........ 28
3. Permasalahan Yang Dialami Para Lanjut Usia .................. 30
4. Masalah Kesehatan Jiwa Pada Lanjut Usia........................ 32
5. Pembinaan Kesejahteraan Penduduk Lanjut Usia
Dalam Keluarga ................................................................ 36
BAB III PERKEMBANGAN PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI
SURAKARTA TAHUN 1977-2000 .............................................. 39
A. Letak Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta ........................ 39
B. Latar Belakang Berdirinya Panti Wredha Dharma Bhakti
Surakarta .................................................................................. 40
C. Strategi Meraih Klien ............................................................... 43
D. Kriteria Klien Masuk Panti ..................................................... 44
E. Sarana dan Prasarana Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta 45
F. Kepemimpinan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta .... 46
G. Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi Kerja Panti
Wredha Dharma Bhakti Surakarta ........................................... 49
1. Struktur Organisasi di Panti Wredha Dharma Bhakti
Surakarta ........................................................................... 49
2. Tugas Pokok dan Fungsi Kerja Panti Wredha Dharma
Bhakti Surakarta ................................................................ 50
H. Gambaran Klien di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta .. 55
1. Latar Belakang Umur Klien ............................................... 55
2. Latar Belakang Agama Klien ............................................ 56
3. Latar Belakang Pendidikan Klien ...................................... 57
4. Asal daerah Klien ............................................................... 58
BAB IV PEMBINAAN DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI
SURAKARTA ............................................................................... 60
A. Kegiatan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta .............. 60
1. Pendekatan dan Persiapan Panti Wredha Dharma Bhakti
terhadap Para Klien ............................................................ 60
2. Penerimaan Klien yang Dilakukan oleh Panti Wredha
Dharma Bhakti Surakarta ................................................... 62
3. Pemberian Pembinaan Atau Bimbingan Terhadap Klien di
Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta ........................... 64
4. Metode Pelayanan Klien .................................................... 66
5. Pelaksanaan Program Pembinaan .................................... 67
B. Manfaat Program Pembinaan Terhadap Para Klien .............. 77
1. Keadaan Klien Sebelum Mengikuti Program
Pembianaan ........................................................................ 79
2. Keadaan Klien Sesudah Mengikuti Program Pembinaan .. 81
3. Pengawasan Terhadap Klien yang Kembali ke
Masyarakat ......................................................................... 83
4. Keberhasilan Usaha Pembinaan Terhadap Para Lanjut
Usia .................................................................................... 85
BAB V KESIMPULAN ............................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 90
DAFTAR INFORMAN ................................................................................... 93
LAMPIRAN .................................................................................................... 96
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Banyaknya Kecamatan, Kalurahan, RT, RW dan Kepala Keluarga
(KK) di Kota Surakarta Tahun 1977–1999 ..................................... 18
Tabel 2. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kotamadya
Surakarta Tahun 1977–1999 ............................................................. 20
Tabel 3. Banyaknya Penduduk Menurut Usia di Kotamadya Surakarta
Tahun 1986–1999 ............................................................................. 21
Tabel 4. Banyaknya Penduduk Menurut Pendidikan di Kotamadya Surakarta
Tahun 1977-1999 .............................................................................. 22
Tabel 5. Banyaknya Para Lanjut Usia dan Masalah Sosial yang lain di
Kotamadya Surakarta Tahun 1986-1999 .......................................... 23
Tabel 6. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kotamadya
Surakarta Tahun 1986–1999 ............................................................. 24
Tabel 7. Data Pegawai dan Karyawan Panti Wredha Dharma Bhakti
Surakarta Tahun 1999 ....................................................................... 54
Tabel 8. Data Umur Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun
1979-1999 ......................................................................................... 55
Tabel 9. Data Agama yang Dianut Klien Panti Wredha Dharma Bhakti
Surakarta Tahun 1979-1999 .............................................................. 56
Tabel 10. Data Pendidikan Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta
Tahun 1979-1999 .............................................................................. 57
Tabel 11. Data Daerah Asal Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta
Tahun 1979-1999 .............................................................................. 59
Tabel 12. Data Registrasi Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun
1999 ................................................................................................... 63
Tabel 13. Data Klien yang Meninggal Dalam Panti dan Kembali ke
Keluarga Tahun 1979-1999 .............................................................. 84
DAFTAR LAMPIRAN
1. Peraturan Tentang Rumah Wangkoeng Tahun 1940 ........................... 96
2. Surat Keputusan Walikota No. 061.1/017/I/1993 ................................ 100
3. Areal atau Lokasi Pekuburan Panti Wredha Dharma Bhakti
Surakarta No.465.1./127/X/83 ............................................................. 107
4. Ijin Lokasi Tanah Untuk Kuburan Panti Wredha Dharma Bhakti
Surakarta No.596/3446/1988 ............................................................... 109
5. Laporan Tahunan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun
1983 No.465.1./97/IV-83 ..................................................................... 110
6. Contoh Surat Penyerahan Klien Atas Kemauan Sendiri
No.465/55/VII/2008 ............................................................................. 116
7. Contoh Penyerahan Klien Hasil Razia No. 465.1/59/VII/2008 ........... 117
8. Daftar Warga Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun 2000 ... 118
9. Gambar Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta ................................ 121
DAFTAR SINGKATAN
BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
GKI : Gereja Kristen Indonesia
IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi
KB : Keluarga Berencana
KK : Kepala Keluarga
PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum
PP : Pamong Praja
RT : Rukun Tetangga
RW : Rukun Warga
SD : Sekolah Dasar
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SMA : Sekolah Menengah Atas
UPT : Unit Pelaksana Tehnis
UNS : Universitas Sebelas Maret
DAFTAR ISTILAH
Biologis : Berhubungan dengan biologi
Degeneratif : Kemunduran atau kemerosotan generasi
Fisiologis : Cabang biologi yang berkaitan dengan organ, jaringan
Home Visit : Mengetahui atau menggali informasi
Identifikasi : Menentukan atau menetapkan identitas
Instansi : Badan pemerintah umum atau kantor
Interaksi : Mempengaruhi antar hubungan
Kognitif : Berhubungan dengan proses memperoleh pengetahuan
Klien : Orang yang mendapatkan pelayanan pembinaan
Kronologis : Menurut urutan waktu atau peristiwa
Middle old : Pertengahan tua
Psikomotor : Aktivitas fisik yang berhubungan dengan mental
Razia : Penangkapan serentak
Young old : Muda tua atau awal tua
ABSTRAK
Bayu Marseno Aji. C0505014. 2010. Peranan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Dalam Membina Para Lanjut Usia Tahun 1977-1999. Skripsi: Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) Latar belakang berdirinya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. (2) Peranan dan usaha Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dalam membina dan mencukupi kebutuhan klien tahun 1977-2000.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Mengetahui Latar belakang berdirinya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. (2) Mengetahui peranan dan usaha Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dalam membina dan mencukupi kebutuhan klien tahun 1977-1999.
Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara, studi dokumen dan studi pustaka. Data-data yang diperoleh dengan cara tersebut kemudian dianalisis dengan metode historis yaitu melalui tahap-tahap heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Penelitian ini bersifat kualitatif yang terwujud dalam bentuk laporan penulisan yang bersifat deskriptif analisis yang berusaha mendeskripsikan serta menganalisis setiap kondisi yang berkaitan dengan peranan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dalam membina para lanjut usia.
Kesimpulan dari kajian ini adalah pendirian Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta sebagai reaksi atas permasalahan sosial lanjut usia khususnya para lanjut usia terlantar maupun titipan keluarga. Dalam perkembangannya Panti Wredha Dharma Bhakti menjalankan peranan dan usaha mencukupi kebutuhan klien melalui program pembinaan. Pembinaan yang terdapat di Panti Wredha Dharma Bhakti terdiri dari pembinaan fisik, pembinaan mental, pembinaan sosial, dan ketrampilan. Dari pembinaan-pembinaan tersebut di dalamnya sudah mencakup segala kebutuhan yang diperlukan klien, misalnya makan, pakaian, tidur, kesehatan dan rekreasi. Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta berusaha mencukupi kebutuhan klien dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah maupun swasta baik dari segi dana maupun tenaga. Pembinaaan yang telah dilaksanakan mampu memberikan kesejahteraan sosial terhadap para klien, menciptakan para klien dengan hidup sejahtera aman, tenteram dan mempersiapkan untuk kebahagiaan hidup bagi klien baik lahir maupun batin sesuai dengan tujuan panti sampai akhirnya klien tersebut diambil lagi oleh pihak keluarga maupun meninggal di dalam panti.
ABSTRACT
Bayu Marseno Aji. C0505014. 2010. Peranan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Dalam Membina Para Lanjut Usia Tahun 1977-1999. Thesis: History Department. Faculty of Letters and Fine Art. Sebelas Maret University. Surakarta.
Issues to be discussed in this study, namely (1) How the establishment of
nursing background Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. (2) How does the role and efforts of the Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta in fostering and answer the needs of clients in 1977-1999.
This study aimed to determine (1) Knowing the background of the establishment of the Dharma Bhakti Panti Wredha Surakarta. (2) To determine the role and efforts of the Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta in fostering and answer the needs of clients in 1977-1999.
To achieve these research objectives, this study used techniques of data collection through interviews, document studies and literature. The data obtained in this way are then analyzed by the historical method is through the stages of criticism, interpretation and historiography. This was a qualitative research embodied in the form of report writing descriptive analysis that attempted to describe and analyze each condition relating to the role of the Nursing Home Wredha Dharma Bhakti Surakarta in fostering the elderly.
The conclusion from this study are as follows, the establishment of the Dharma Bhakti Panti Wredha Surakarta is in response to social problems, especially for the elderly elderly families displaced or deposit. In the development of the Dharma Bhakti Panti Wredha Surakarta perform the role and efforts to meet the needs of clients through the guidance program. Guidance contained in Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta consists of physical training, mental development, social development, and skills. From coaching, coaching in it already includes all the necessary needs of clients, such as food, clothing, sleep, health and recreation. Pembinaaan which have been implemented to provide social welfare to their clients, creating a prosperous life clients with safe, secure and prepare for life's happiness for the client both physically and in accordance with the purpose of the inner parlors until the client is taken again by the family and died in a nursing .
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia
seutuhnya. Hal ini akan melibatkan manusia, lingkungan dan masyarakat sebagai
konsekwensinya maka seluruh aspek kehidupan manusia dan masyarakat harus
mendapat perhatian dan pengharapan dalam pembangunan, termasuk didalamnya
masalah sosial. Masalah sosial adalah situasi yang telah menjadi warisan turun
temurun yang memerlukan perbaikan atau pemecahan.1
Kehidupan sosial yang akan menjadi perhatian adalah peningkatan
kesejahteraaan sosial dan pembangunan yang sedang berlangsung dalam
kaitannya dengan segi pendidikan, perumahan, kesehatan, ekonomi, sosial dan
budaya.2 Pembangunan kesejahteraan sosial tersebut harus diusahakan bersama
seluruh masyarakat dan pemerintah, oleh karena itu masalah sosial merupakan
masalah yang kompleks dan karena tidak dapat dipandang sebagai masalah yang
berdiri sendiri tetapi menyangkut penghidupan dan kehidupan masyarakat
Indonesia.
Pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah selama lebih dari tiga
puluh tahun menunjukkan beberapa keberhasilan yang membawa berbagai
keberhasilan yang membawa berbagai kemajuan, terutama dibidang kesehatan
masyarakat dan keluarga berencana, yang ditandai dengan terjadinya perubahan
1 Nursid Suaatmadja, 1985, Pengantar Studi Sosial, Bandung: Alumni, hal. 39. 2 Ibid, hal. 41.
indikator demografis berupa perubahan struktur umur penduduk. Salah satu
dampak dari perubahan struktur umur penduduk yang sangat menarik adalah
adanya peningkatan jumlah penduduk lanjut usia yang cukup tajam.
Para lanjut usia di Negara ini diatur dan dilindungi oleh Undang-Undang
Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2 dan Pasal 34 yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga
Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
serta dijelaskan pula bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh
Negara. Hal ini juga dijelaskan pula dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 1974
yang berisi tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial
Kemunduran kemampuan fisik-biologis yang dialami para lanjut usia akan
mengurangi dan melemahkan aktivitas fisik yang dapat dilakukan. Kelemahan
aktifitas ini, akan menyebabkan aktivitas kerja yang dapat dilakukan terbatas,
bahkan dapat menyebabkan gangguan dalam mengurus dan melayani dirinya
sendiri. Secara mental psikologis, semakin tua umur penduduk, kesibukan dan
aktifitas sosial yang dapat dilakukan akan semakin berkurang. Secara sosio
ekonomis, akan terjadi penurunan produktifitas sehingga mereka cenderung
tergantung pada keluarganya.3
Kondisi fisik dan kesehatan yang mengalami kemunduran tersebut
menyebabkan kemunduran produktifitas dan beban orang lain dalam menjalani
kehidupan sehari-hari maupun secara ekonomi. Dalam pengembangan kualitas
penduduk yang berkelanjutan, salah satu tantangan yang dihadapi adalah
kelompok penduduk lanjut usia, bagaimana menyiapkan dan memperoleh suatu
kehidupan hari tua yang sehat sejahtera dan bermartabat. Tantangan pelayanan
3 Watiyastuti, 1995, Aspek Sosial Ekonomi Penduduk Usia Lanjut, Yogyakarta: Pacsa Sarjana UGM, hal. 17.
fisik dan non sosial terutama pemanfaatan waktu luangnya baik di lingkungan
komunitas tempat tinggal mereka memerlukan suatu pemikiran pemecahan yang
terencana sejak mereka menjelang tua serta bagaimana memanfaatkan kearifan
dan kekayaan pengalaman dalam kegiatan-kegiatan produktif para lanjut usia.4
Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia merupakan beban tambahan
yang tidak ringan bagi pemerintah, karena secara medis pemerintah harus
menyediakan sarana kesehatan seperti puskesmas, dokter, petugas kesehatan dan
rumah sakit dalam mengahadapi tumbuhnya penduduk lanjut usia tersebut. Untuk
mengatasi kesehatan yang dialami para lanjut usia, pemerintah menetapkan
kebijaksanaan tentang penduduk lanjut usia yaitu dengan meningkatkan kualitas
hidup mereka. Dalam pokok kebijaksanaan yang lain pemerintah berusaha
menyediakan saran dan fasilitas pelayanan khusus bagi penduduk lanjut usia
sehingga langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan rasa percaya diri,
kemandirian, semangat hidup dan produktifitasnya, baik di lingkungan tempat
tinggal, lingkungan kerja maupun di tempat-tempat umum.5
Di sisi lain, pengalaman di negara maju menunjukkan perawatan penderita
lanjut usia memerlukan perhatian khusus dan lebih besar karena berbagai hal,
antara lain bermacam penyakit yang diderita, fungsi organ yang sudah menurun
rentan terhadap penyakit dan stress sehingga memerlukan penanganan yang tepat
dan perhatian yang serius serta upaya khusus di bidang kesehatan. Untuk
mengatasi permasalahan ini, diperlukan juga kerja sama yang baik antara
4 Ibid, hal. 9. 5 Dharianti, 2001, Karakteristik Penduduk Usia Lansia Yang Memanfaatkan Saran
Kesehatan di Propinsi Jawa Tengah, Yogyakarta: UGM, hal. 5.
pemerintah dan masyarakat, khususnya keluarga yang didalamnya mempunyai
orang yang berusia lanjut.6
Salah satu usaha sosial dari pemerintah untuk tetap melakukan pembinaan
terhadap kesejahteraan para lanjut usia adalah melalui didirikannya panti wredha
yang berfungsi untuk memberikan akomodasi dan pelayanan perawatan bagi para
lanjut usia yang tidak mempunyai sanak saudara, mempunyai masalah dengan
keluarga atau tidak ingin membebani keluarga atau bahkan para lanjut usia yang
berkeliaran di jalanan. Penempatan para lanjut usia di panti wredha ini masih
menimbulkan perdebatan dalam masyarakat, karena sebagian masyarakat yang
masih menganggap bahwa penitipan para lanjut usia di panti wredha ini
menyalahi tradisi dan nilai-nilai agama, dan bagi para lanjut usia itu sendiri antara
lain mereka merasakan harus berpisah dengan keluarga, kerabat, serta lingkungan
sebelumnya dan harus berdaptasi dengan lingkungan yang baru. Hal ini dapat
menimbulkan rasa cemas, tidak berdaya, bahkan rasa malu. Penitipan para lanjut
usia di panti ini dapat menimbulkan persepsi yang berbeda-beda pada para lanjut
usia terhadap keluarganya yang tinggal di rumah bergantung pada latar belakang
keluarga masing-masing para lanjut usia. Perawat dapat membantu para lanjut
usia untuk mengekspresikan perasaannya dan secara bersama-sama menggali
persepsi lanjut usia, sehingga para lanjut usia tersebut dapat menerima keputusan
keluarganya sebagai hal terbaik yang dilakukan, baik bagi dirinya sendiri maupun
bagi keluarga yang ditinggalkan di rumah.7
6 Noorkasiani, 2009, Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan,
Jakarta: Salemba Medika, hal. 106. 7 Ibid, hal. 108.
Di Surakarta sendiri para lanjut usia sudah mendapatkan perhatian dari
pemerintah kota. Salah satunya dengan didirikannya Panti Wredha Dharma
Bhakti. Panti ini sudah ada sejak tahun 1929 dan diresmikan penggunaannya pada
tahun 1930 pada masa pemerintahan Kasunanan Surakarta yang dahulu panti
tersebut dikenal dengan sebutan “Wangkung”. Tempat tersebut dahulu sebagai
tempat penampungan bagi orang-orang yang mengalami masalah sosial seperti
gelandangan, pengemis, orang lanjut usia, anak nakal dan berbagai masalah sosial
lainnya.8 Pada tahun 1942 kewenangan Keraton dialihkan ke Pemerintah Kota
Surakarta dalam hal ini Dinas Sosial yang dinamakan “Panti Karya Pamardi
Karya” yang berfungsi untuk menampung orang-orang gelandangan dan lanjut
usia.9 Kemudian berdasarkan Surat Pemerintah Dinas Sosial Propinsi Jawa
Tengah tertanggal 3 September 1977 lokasi tersebut khusus untuk menampung
orang-orang lanjut usia atau orang jompo terlantar yang kemudian diberi nama
“Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta”. Dalam perkembangannya pada tahun
1993 setelah keluarnya Keputusan Walikota No. 061.1/017/I/1993 tentang
pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Panti Wredha Dharma Bhakti
Surakarta pembangunan semakin gencar dilakukan, hal ini mengingat panti ini
mulai dikelola oleh Pemerintah Kota dalam hal ini Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Transmigrasi meskipun dalam pendanaan Pemerintah Provinsi juga masih
membantu.10 Panti ini sebagai tempat menampung, merawat dan membina para
8 SuratPimpinan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Kepada Kadinso Dati. II
Surakarta No. 465.1/127/X/83 Perihal Lokasi Kuburan Wangkung atau Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.
9 Berkas Tentang Peraturan Rumah Pamardi Karyo Wangkung Th 1940, Koleksi:
Reksopustaka Mangkunegaran. 10 Wawancara dengan Rahayu Sulistyowati, tanggal 15 Maret 2010.
lanjut usia sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan rasa aman,
tenteram dan bahagia lahir batinnya.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk
memperjelas arah penelitian. Dalam usulan atau rancangan penelitian perlu
ditegaskan dan dirumuskan masalah yang akan diteliti rumusannya perlu tegas
dan jelas.11
Dari uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka pokok
permasalahan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang berdirinya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta?
2. Bagaimana peranan dan usaha Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dalam
membina dan mencukupi kebutuhan klien tahun 1977-1999?
C. Tujuan Penelitian
Suatu penelitian tentu diharapkan menghasilkan sesuatu sesuai dengan
tujuannya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui latar belakang berdirinya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.
2. Untuk mengetahui peranan dan usaha Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta
dalam membina dan mencukupi kebutuhan klien tahun 1977-1999.
11 Sanapiah Faisal, 1992, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: Rajawali Press, hal.
98.
D. Manfaat Penelitian
Sebuah penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik praktis
maupun manfaat teoritis. Demikian juga dengan penelitian ini diharapkan mampu
memberikan manfaat-manfaat tersebut. Adapun manfaaat penelitian itu adalah
sebagai berikut :
1. Menyadari dan menghargai para lanjut usia dan jompo terlantar juga
merupakan bagian dari masyarakat dan selayaknya mempunyai kedudukan
yang sama dalam masyarakat.
2. Menumbuhkan rasa percaya diri dan mempunyai sikap optimistis dalam
meraih kehidupan yang lebih layak dan dapat menikmati hari tuanya dengan
meliputi rasa ketentraman lahir dan batin.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan sejarah ini menggunakan beberapa literatur dan referensi
yang relevan dan menunjang tema yang dikaji. Literatur tersebut akan dijadikan
bahan acuan untuk mengkaji, menelusuri dan mengungkap pokok permasalahan.
Literatur yang penulis gunakan antara lain:
Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya merupakan buku yang ditulis
oleh Mia Fatma Ekasari, (2008), membahas tentang keperawatan usia lanjut,
menjelaskan berbagai aspek mengenai usia lanjut, serta teori-teori yang
mendasarinya. Secara khusus, buku ini diperkaya dengan asuhan keperawatan
pada kasus usia lanjut sebagai individu dalam keluarga dan kelompok. Selain itu
buku ini juga membahas asuhan keperawatan dengan gangguan per sistem.
Di dalam buku ini dijelaskan bahwa penuaan adalah suatu proses alami
yang tidak dapat dihindari, berjalan terus menerus dan berkesinambungan.
Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada
tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara
keseluruhan. Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang
terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur,
timbul keriput, rambut beruban dan gigi ompong, mudah lelah dan gerakan mulai
lambat. Usia lanjut dapat dikatakan sebagai usia emas, karena tidak semua orang
dapat mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan
tindakan keperawatan baik secara promotif maupun preventif, agar ia dapat
menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia.
Mengisi Hari Tua Dengan Bahagia buku ini ditulis oleh Sri Nur Hidayati,
(2005). Buku ini menjelaskan tentang usia tua pada usia tersebut banyak masalah
yang harus dihadapi untuk dapat mencapai kesejahteraan, kesehatan, kebahagiaan
lahir dan batin bagi para lanjut usia. Buku ini menguraikan secara luas mengenai
tanda-tanda lanjut usia, munculnya masalah yang dihadapi di hari tua, bagaimana
cara mengatasi masalah di hari tua, serta bagaimana cara agar di usia tua dapat
berguna bagi keluarga dan masyarakat.
Di dalam buku ini dijelaskan bahwa secara biologik proses penuaan
manusia terbagi dalam tiga fase yaitu fase pertumbuhan dan pengembangan, fase
pematangan dan fase penurunan. Hal ini dapat menerangkan, mengapa orang-
orang berumur kronologis sama mempunyai penampilan fisik dan mental berbeda.
Untuk tampak muda proses biologis ini yang dicegah. Batas untuk usia lanjut dari
waktu ke waktu berbeda. WHO membagi umur tua sebagai berikut:
a. Umur lanjut : 60-74 tahun
b. Umur tua : 75-90 tahun
c. Umur sangat tua : lebih dari 90 tahun
Orang lanjut usia dalam kehidupannya sangat tergantung pada anak-
anaknya, minimal kepada orang yang lebih muda. Itu bisa dari segi kesehatan
badannya, bisa pula dari segi finansial. Dari segi kesehatan, orang tua merupakan
rumah berbagai macam penyakit. Tidak hanya pengaruh biologis yang membuat
para orang lanjut usia rawan dengan berbagai penyakit. Depresi adalah salah
satunya, merasa tak berguna disia-siakan anak-anaknya, merasa hidup sendiri
adalah beberapa faktor yang membuat kehidupan orang lanjut usia semakin
sengsara.
Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan buku
karya Noorkasiani, (2009). Dalam buku ini membahas serta mengkaji beragam
aspek dalam permasalahan usia lanjut yang sangat berguna bagi kita untuk
menghadapi usia tua. Kemajuan yang pesat dalam dunia kedokteran, khususnya
IPTEK medis dan keperawatan serta dalam praktik klinis telah membawa
pengaruh besar dalam perikehidupan manusia modern. Penemuan-penemuan baru
telah banyak terdapat dalam dunia kedokteran, seperti obat-obatan, kemoterapi
dan radiasi, serta penemuan vaksin dan imunisasi. Terkait dengan itu, walaupun
sejumlah penyakit sering mengancam usia lanjut, namun semakin dapat tertangani
dengan resiko perpanjangan masa perawatannya.
Buku ini menjelaskan pula sebagian permasalahan yang berkaitan dengan
perkembangan kehidupan lansia (yang bersifat negatif) antara lain sebagai berikut:
a. Semakin tua seseorang maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun,
sehingga dapat mengakibatkan kemunduran pada peran-peran sosialnya.
Hal ini mengakibatkan pula timbulnya gangguan dalam hal mencukupi
kebutuhan hidupnya, sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang
memerlukan bantuan orang lain.
b. Semakin lanjut usia seseorang, maka kesibukan sosialnya akan semakin
berkurang. Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan
lingkungannya yang dapat memberikan dampak pada kebahagiaan
seseorang.
c. Sebagian lansia masih mempunyai kemampuan untuk bekerja.
Permasalahannya adalah bagaimana memfungsikan tenaga dan
kemampuan mereka tersebut ke dalam situasi keterbatasan kesempatan
kerja.
d. Masih ada sebagian dari lanjut usia dalam keadaan terlantar, selain tidak
mempunyai bekal hidup dan pekerjaan mereka juga tidak mempunyai
keluarga.
e. Di dalam masyarakat tradisional biasanya lansia dihargai dan dihormati,
sehingga mereka masih dapat berperan aktif dalm masyarakat. Namun,
dalam masyarakat industri ada kecenderungan mereka kurang dihargai.
f. Berdasarkan sistem kultural yang berlaku, maka mengharuskan lansia
masih dibutuhkan sebagai pembina agar jati diri budaya dan ciri khas
Indonesia tetap terpelihara kelestariannya.
g. Oleh karena kondisinya yang semakin menurun, maka lansia memerlukan
tempat tinggal atau fasilitas perumahan yang khusus.
Peta populasi dunia, termasuk Indonesia semakin bergeser kearah usia
lanjut. Sebagai implimikasinya, dunia medis dan keperawatan semakin disibukkan
oleh meningkatnya tuntutan untuk merawat dan mengobati para penderita
penyakit yang berusia lanjut, dalam hal ini buku ini secara luas menjelaskan hal-
hal tersebut di atas.
Pengelolaan Lanjut Usia Sebagai Bagian Upaya Peningkatan Kualitas
Sumber Daya Manusia Indonesia buku karya Widjojo Soetedjo, (1995). Di dalam
buku ini banyak dijelaskan mengenai beberapa hal-hal yang berkaitan dengan
lanjut usia. Bahakan di dalam buku ini dijelaskan mengenai betapa pentingnya
dipersiapkan suatu pola yang dapat menanggulangi penempatan para usia lanjut di
tempat yang mereka senangi dan kehendaki menghabiskan sisa hidupnya. Usaha
ini harus menyediakan beberapa pilihan yang sedemikian rupa agar bisa memberi
kesejahteraan pada mereka diantaranya:
a. Perumahan yang disediakan pemerintah atau swasta bagi mereka yang
berusia lanjut.
b. Perumahan yang terikat pada rumah sakit jiwa.
c. Perumahan yang berdiri sendiri seperti rumah kompleks.
d. Perumahan lain yang masih memungkinkan maksudnya masih ada
keluarga atau sanak famili.
Hal diatas merupakan salah satu dari banyak masalah yang dibahas di
dalam buku ini.
Selayang Pandang Panti Wredha Dharma Bhakti Kota Surakarta, (1997)
berisi tentang dasar pemikiran, diantaranya:
a. Pembangunan Nasional pada hakikatnya merupakan pembangunan
manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia.
b. Pembangunan bidang kesejahteraan sosial sebagai dan bagian yang tidak
dapat terpisahkan dari pembangunan nasional.
c. Masyarakat atau keluarga tidak mampu mengurus lanjut usia disebabkan
karena berbagai gangguan atau masalah khususnya gangguan sosial
ekonomi baik itu masyarakat maupun keluarga.
d. Masalah sosial di Kota Surakarta sangat kompleks, sebab Kota Surakarta
sangat strategis bagi daerah di sekitarnya.
Selain hal tersebut di atas, juga diterangkan tentang sejarah berdirinya
Panti Wredha Dharma Bhakti, landasan hukum, operasional panti dan berbagai
macam kegiatan serta hal-hal yang berkaitan dengan panti pada awal berdirinya.
Sekilas Panti Wredha Dharma Bhakti Kota Surakarta, (1997) didalamnya
berisi tentang dasar hukum mengenai para lanjut usia, tugas-tugas para pegawai
panti dan juga mengenai aturan-aturan yang berlaku di dalam panti, tugas pokok
pegawai panti dan visi misi, yaitu:
a. Memberikan kesejahteraan sosial terhadap para lanjut usia.
b. Menciptakan para lanjut usia hidup sejahtera aman dan tenteram.
c. Mempersiapkan untuk kebahagiaan hidup bagi lanjut usia terlantar baik
lahir maupun batin.
F. Metode Penelitian
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam satu rangkaian penulisan
penelitian ini maka metode yang digunakan adalah Metode Historis yaitu “Proses
menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dari pengalaman masa lampau”.12
Metode Historis ini ada empat tahap dimana tiap tahap satu dengan yang lain
saling berhubungan. Empat tahap tersebut adalah heuristik yaitu tahap
pengumpulan bahan/sumber sejarah. Kedua, kritik yaitu terdiri dari kritik intern
dan ekstern. Kritik intern adalah untuk membuktikan bahwa isi dari sesuatu
sumber itu memang dapat dipercaya kebenarannya, sedang kritik ekstern adalah
umtuk mencari otentisitas dari sumber tersebut. Ketiga adalah interpretasi yaitu
tahap untuk menafsirkan keterangan yang saling berhubungan dari fakta-fakta
yang diperoleh dan merangkainya. Keempat adalah tahap historiografi yaitu
penulisan sejarah.13
1. Lokasi dalam penelitian ini adalah Panti Wredha “Dharma Bhakti” Kota
Surakarta Jl. Dr. Radjiman No. 620 Surakarta.
2. Tehnik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara digunakan untuk mendapatkan keterangan dari
para pegawai, petugas serta para penghuni Panti Wredha Dharma
Bhakti. Menurut Koentjaraningrat, wawancara merupakan cara
yang dipergunakan oleh seseorang untuk tujuan tertentu yang ingin
mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang informan dengan
cara bercakap-cakap untuk mengumpulkan keterangan dan data.14
12 Louis Gottschalk, 1986, Mengerti Sejarah, edisi terjemahan Nugroho Notosusanto,
Jakarta: UI Press, hal 32.
13 Hadari Nawawi, 1995, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: UGM Press, hal. 80.
14 Koentjaraningrat, 1986, Metode-metode Penelitian Dalam Masyarakat, Jakarta:
Gramedia, hal. 129.
b. Studi Dokumen
Studi tentang dokumen bertujuan untuk menguji dan
memberi gambaran tentang teori sehingga memberi fakta dalam
mendapat pengertian historis tentang fenomena yang unik.15
Dokumen yang berhasil dikumpulkan untuk penelitian ini antara
lain: Keputusan Walikota No. 061.1/017/I/1993 tentang
pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Panti Wredha
Dharma Bhakti Tingkat II Surakarta, peraturan tentang rumah
Pamardi Karyo Wangkung th 1940 kode arsip L.548, ijin lokasi
tanah untuk kuburan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta No.
596/3446/1988, areal atau lokasi pekuburan Panti Wredha Dharma
Bhakti Surakarta No. 465.1./127/X/83.
c. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan proses pengumpulan bahan-bahan
melalui riset kepustakaan dengan membaca buku-buku dan
sumber-sumber sekunder lain yang berhubungan dengan topik
permasalahan dan tema penelitian diperoleh dari kepustakaan
berfungsi sebagai penunjang dari studi dokumen. Studi pustaka
dilakukan di Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Jurusan Ilmu Sejarah
Universitas Sebelas Maret Surakarta, perpustakaan daerah
Surakarta, perputakaan fakultas kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
15 Sartono Kartodirdjo, 1983, Metode Penggunaan Bahan Dokumen dalam
“Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia. hal. 47.
3. Teknik Analisa Data
Tehnik analisa data menjelaskan setiap peristiwa tanpa ada ikatan
yang terputus. Adanya fakta-fakta tersebut maka akan tersusun suatu
kejadian sejarah dalam urutan kronologis. Analisa data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis artinya menggambarkan
fenomena-fenomena serta arti-arti khusus pada cakupan waktu dan tempat
tertentu berdasarkan pada fakta yang tersedia. Setelah selesai meneliti
bahan sumber dokumen, wawancara, observasi dan studi pustaka tahap
selanjutnya adalah analisis data yang terseleksidan teruji kebenarannya
itulah fakta-fakta. Berbagai fakta dirangkaikan sehingga menjadi satu
kesatuan yang harmonis berupa kisah sejarah.
G. Sistematika Skripsi
Untuk memberikan gambaran terperinci, skripsi ini disusun bab demi bab,
yaitu :
Bab I, dalam bab pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode
penelitian, dan sistematika skripsi.
Bab II, dalam bab ini akan dibahas tentang deskripsi wilayah Surakarta,
pengertian lanjut usia, karakteristik serta klasifikasi, masalah kesehatan jiwa pada
lanjut usia, permasalahan yang dialami lanjut usia, tipe lanjut usia.
Bab III, dalam bab ini akan dibahas mengenai letak, sejarah dan
perkembangan Panti, Didalamnya juga dijelaskan mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan struktur organisasi, kepemimpinan, strategi meraih klien, sarana
dan prasarana serta gambaran klien di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.
Bab IV, dalam bab ini dibahas mengenai peranan dan pembinaan Panti
Wredha Dharma Bhakti dalam membina para lanjut usia yang meliputi program
kegiatan, manfaat program kegiatan serta keadaan klien dan manfaat pembinaan
di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.
Bab V, dalam bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan.
17
BAB II
DESKRIPSI WILAYAH SURAKARTA
DAN MASALAH LANJUT USIA
A. Kondisi Kotamadya Surakarta
1. Kondisi Geografis
Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan kota “Solo” secara umum
adalah dataran rendah yang berada pada pertemuan Sungai Pepe, Sungai Jenes
dan Bengawan Solo, dengan ketinggian kurang lebih 92 meter di atas
permukaan air laut, dan terletak antara 1100 BT - 1110 BT dan 7,60 LS – 80
LS. Secara administratif wilayah Kotamadya Surakarta berbatasan dengan
beberapa daerah, yaitu: Sebelah utara Kota Surakarta berbatasan dengan
Kabupaten Daerah Tingkat II Karanganyar dan Boyolali, sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Sukoharjo dan Karanganyar,
sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Sukoharjo,
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar.
Wilayah Kota Surakarta secara umum bertanah datar, hanya bagian
utara dan timur agak bergelombang dengan ketinggian kurang lebih 92 meter
di atas permukaan air laut. Kota Surakarta memiliki luas kurang lebih 43,51
km2, yang terbagi dalam lima Kecamatan, yaitu Kecamatan Serengan dengan
luas 3,15 km2, Kecamatan Laweyan dengan luas 8,55 km2, Kecamatan Jebres
dengan luas 12,55 km2 dan Kecamatan Banjarsari dengan luas 14,44 km2.
18
Luas Kota Surakarta adalah 4.404,06 Ha. Penggunaan tanah untuk
perumahan yaitu 2.674 Ha, untuk fasilitas atau sarana umum 169,59 Ha,
sisanya untuk industri, sawah,tegalan, dan lain-lain. Kota Surakarta yang
terdiri dari 5 (lima). Kecamatan yaitu: Kecamatan Laweyan, Kecamatan
Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres dan Kecamatan
Banjarsari. Untuk mempermudah pelayanan kepada masyarakat Surakarta
maka tiap-tiap Kecamatan dibentuk kalurahan-kalurahan, sehingga pelayanan
semakin mudah untuk didapatkan. Masing-masing Kalurahan pun memiliki
luas yang berbeda, sehingga banyaknya RW dan RT tergantung dari luas
wilayah masing-masing Kalurahan. Hal ini dapat dilihat dari tabel di bawah
ini.
Tabel 1.
Banyaknya Kecamatan, Kalurahan, RT, RW dan Kepala Keluarga (KK) di
Kota Surakarta Tahun 1977 - 1999.
No Keterangan Tahun 1977
Tahun 1986
Tahun 1996
Tahun 1999
1 KECAMATAN 5 5 5 5 2 KALURAHAN 51 51 51 51 3 RW 380 558 574 590 4 RT 2.015 2.563 2.563 2.603 5 KK 107.065 111.298 118.589 123.840
Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta 1977-1999.
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan penduduk
dari tahun ke tahun semakin meningkat. Antara tahun 1977 sampai tahun 1999
jumlah Kecamatan tidak bertambah, tetap berjumlah lima Kecamatan. Namun,
untuk jumlah Kalurahan, RW, RT dan KK semakin bertambah seperti yang
terlihat pada tabel 1 di atas. Misalnya pada tahun 1977 jumlah RT 2.015
19
meningkat menjadi 2.603 pada tahun 1999. Untuk jumlah RW pada tahun
1976 jumlah RW sebanyak 308 meningkat pesat pada tahun 1986 menjadi 558
RW. Dari tabel 1 di atas jumlah Kalurahan dan Kecamatan dari tahun 1977
sampai 1999 tidak mengalami peningkatan, tetap berjumlah 51 Kalurahan dan
5 Kecamatan. Sedangkan untuk jumlah dari keseluruhan Kalurahan, RW, RT,
dan KK Kecamatan Banjarsari memiliki jumlah paling banyak, karena
merupakan Kecamatan yang paling luas di wilayah Surakarta.
2. Kondisi Demografis
Jumlah Penduduk Kota Surakarta dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan, dengan peningkatan jumlah penduduk sedangkan lahan untuk
tempat tinggal mereka tetap maka akan menimbulkan masalah bagi
pemerintah Kota Surakarta. Dapat diketahui bahwa jumlah penduduk
perempuan lebih banyak dari penduduk laki-laki. Untuk mengatasi ledakan
jumlah pendududuk maka pemerintah mencanangkan program keluarga
berencana, dengan slogan dua anak saja cukup.16 Diharapkan dengan program
KB ini tiap-tiap keluarga dapat meningkatkan kesejahteraannya, karena
dengan keluarga kecil maka biaya hidup tidak akan terlalu besar, misalnya
dalam bidang pendidikan, anak-anak mereka diharapkan dapat mengenyam
pendidikan yang tinggi. Untuk memperjelas hal tersebut dapat dilihat dari
tabel 2 di bawah ini.
16 Biro Pusat Statistik, 1999, Profil Penduduk Lanjut Usia Indonesia, Jakarta: Biro Pusat Statistik, hal. 49.
20
Tabel 2.
Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota Surakarta
Tahun 1977-1999.
Jenis Kelamin Jumlah Penduduk
Tahun 1977
Tahun 1986
Tahun 1996
Tahun 1999
LAKI-LAKI 207.312 219.083 262.044 268.175
PEREMPUAN 228.003 230.065 273.961 278.294
JUMLAH TOTAL 435.315 449.148 536.005 546.958 Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta 1977-1999.
Dari tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa penduduk perempuan di
Surakarta antara tahun 1977 sampai tahun 1999 lebih banyak dari Laki-laki.
Pada tahun 1977 jumlah penduduk sebanyak 425.315 jiwa dan pada tahun
1986 menjadi 449.148 jiwa, peningkatan tersebut tidak terlalu pesat.
Peningkatan pesat terjadi antara tahun 1986 sampai 1996, yaitu dari 449.148
jiwa menjadi 536.005 jiwa. Dapat pula dilihat bahwa secara keseluruhan
penduduk di Surakarta peningkatannya tidak terlalu cepat antara tahun 1976 –
1999, namun pada siang hari Surakarta terlihat padat karena banyak penduduk
di sekitar wilayah Surakarta yang masuk ke Surakarta untuk beraktifitas.17
17 Wawancara dengan Hariyadi, tanggal 25 Mei 2010.
21
Tabel 3.
Banyaknya Penduduk Menurut Usia di Kota Surakarta
Tahun 1986-1999.
USIA TAHUN
1986 1996 1999 PRIA WANITA PRIA WANITA PRIA WANITA
0 – 4 tahun
41.187 42.896 37.651 38.636 38.823 39.88
5 – 14 tahun 51.719 54.417 55.287 57.915 56.17 57.582
15 – 24 tahun
54.365 58.120 57.962 60.809 58.039 60.705
25 – 54 tahun
80.312 84.727 88.563 91.791 90.623 94.616
55 tahun ke atas
17.116 18.732 22.580 24.810 22.286 24.108
Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta 1986-1999.
Banyaknya penduduk Surakarta antara tahun 1986 sampai tahun 1999
dapat kita lihat dari tabel 3 di atas. Usia 25 sampai 54 tahun merupakan
penduduk yang paling banyak jumlahnya dan merupakan usia yang produktif.
Usia 55 tahun ke atas merupakan penduduk yang paling sedikit jumlahnya
karena memasuki usia lanjut.
3. Kondisi Masyarakat Dalam Bidang Pendidikan
Dunia pendidikan mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan
masyarakat. Transformasi di berbagai bidang kehidupan dapat ditempuh
melalui proses pendidikan. Pendidikan dalam pengertian pengajaran adalah
usaha sadar tujuan dengan sistematika terarah pada perubahan tingkah laku,
perubahan yang dimaksud itu menunjukkan pada suatu proses yang harus
dilalui. Tanpa proses itu perubahan perubahan tidak mungkin terjadi, proses
22
disini berarti proses pendidikan.18 Dengan proses pendidikan akan
menghasilkan manusia yang berpengetahuan dan berkeahlian. Untuk
memperjelas hal tersebut di atas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.
Banyaknya Penduduk Menurut Pendidikan di Kotamadya Surakarta Tahun
1977 - 1999.
No Tingkat Pendidikan Tahun 1977
Tahun 1986
Tahun 1996
Tahun 1999
1 Tidak Sekolah 22.085 33.189 23.258 26.103 2 Belum Tamat SD 90.790 63.611 66.018 68.058 3 Tidak Tamat SD 55.163 54.199 48.250 53.049 4 Tamat SD 11.555 115.092 114.997 110.535 5 Tamat SMP 55.222 83.984 100.359 96.908 6 Tamat SMA 39.438 57.763 84.551 87.979 7 Tamat Perguruan Tinggi 4.916 12.670 22.285 24.809
JUMLAH 443.129 420.508 459.718 467.441 Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta 1977-1999.
Dari tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan masyarakat
Surakarta masih tergolong rendah, masih banyak penduduk yang belum
mengenyam pendidikan yang tinggi. Pada tahun 1977 penduduk belum tamat
SD sebanyak 90.790, namun pada tahun 1986 menurun menjadi 63.611.
Sementara lulusan perguruan tinggi antara tahun 1977 sampai 1999 terus
meningkat. Peningkatan sangat tajam terjadi antara tahun 1977 sampai 1986
dari 4.916 menjadi 12.670, dan semakin meningkat pada tahun-tahun
berikutnya. Hal tersebut akibat dari makin mengertinya masyarakat arti
penting sebuah pendidikan untuk kelangsungan hidup mereka, sehingga
18 Winarno Surakhmad, 1979, Metodologi Pengajaran Nasional, Jakarta: Jemmars, hal.
13.
23
diharapkan untuk tahun-tahun ke depan semakin meningkat jumlah lulusan
perguruan tinggi.
5. Kondisi Masyarakat Dalam Bidang Sosial
Berkembangnya Kota Surakarta sebagai kota besar juga akan
membawa dampak negatif, dan dampak ini menjadi tanggung jawab
pemerintah dan masyarakat dengan jalan rehabilitasi atau pembinaan, jika
rehabilitasi berhasil maka masalah sosial akan teratasi dan dampak negatif
dapat ditekan seminimum mungkin. Data-data mengenai penyandang sosial
dapat disajikan di bawah ini.
Tabel 5.
Banyaknya Para Lanjut Usia dan Masalah Sosial yang lain di Kotamadya
Surakarta Tahun 1986 - 1999.
No Masalah Sosial Tahun 1986
Tahun 1996
Tahun 1999
1 Lanjut Usia 1.233 988 708
2 WTS 711 1.221 519
3 Waria 72 48 81
4 Keluarga Miskin 24.934 6.739 14.004
5 Anak Terlantar 7.012 1.433 1.849
6 Anak Nakal 541 430 886 Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta 1986-1999.
Dari tabel 5 di atas dapat dilihat banyaknya masalah sosial yang ada di
Surakarta. Keluarga miskin pada tahun 1986 sebanyak 24.934 jiwa, namun
pada tahun 1996 turun menjadi 6.739 jiwa. Hal ini dipengaruhi oleh semakin
gencarnya pemerintah menerapkan program Keluarga Berencana kepada
masyarakat dengan tujuan menciptakan keluarga kecil bahagia.19 Pada tahun
19 Biro Pusat Statistik Jawa Tengah, 1997, Kesejahteraan Masyarakat Jawa Tengah
Dalam Bidang Sosial Masyaraka Tahun 1995-1997, Semarang: Biro Pusat Statistik, hal. 31.
24
1999 jumlah keluarga miskin kembali meningkat menjadi 14.004 jiwa yang
merupakan akibat dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997.
Naik dan turunnya jumlah penyandang sosial dari tahun ke tahun seperti yang
terlihat dalam tabel tergantung dari seberapa efektif razia dan sosialisasi yang
dilakukan oleh Dinas Sosial, Kepolisian maupun Instansi terkait yang
mengurusi masalah tersebut. Namun pemerintah dalam hal ini tentu sudah
mengantisipasi dengan membangun berbagai tempat rehabilitasi.
6. Kondisi Masyarakat Dalam Bidang Perekonomian
Kota Surakarta yang berkembang pesat ditandai dengan
berkembangnya industri-industri baik itu industri kecil maupun industri besar.
Untuk mengetahui data-data jumlah penduduk menurut mata pencaharian
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 6.
Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kotamadya Surakarta
Tahun 1986 – 1999
No Mata Pencaharian Tahun 1986
Tahun 1996
Tahun 1999
1 Petani Sendiri 390 1.090 1.048 2 Buruh Tani 714 915 963 3 Nelayan 0 0 0 4 Pengusaha 4.468 9.407 9.419 5 Buruh Industri 65.277 77.112 72.043 6 Buruh Bangunan 54.212 64.948 61.976 7 Pedagang 16.339 19.839 23.369 8 PNS/TNI 25.174 15.309 25.374 9 Pensiunan 13.924 18.744 18.774 10 Lain-lain 146.023 179.544 212.966
JUMLAH 326.521 386.908 398.185 Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta1986-1999.
25
Dari tabel 6 di atas dapat dilihat sebagian besar mata pencaharian
masyarakat pada tahun 1999 adalah buruh industri yang mencapai 72.043
orang kemudian disusul dengan buruh bangunan yang berjumlah 61.976
orang, hal itu berlaku sama pada tahun 1986 sampai tahun 1996 meskipun
jumlahnya berbeda, seperti yang terlihat pada tabel 6 di atas. Untuk nelayan
dan petani jumlahnya sangat sedikit tentu karena Surakarta sedikit sekali
memiliki lahan untuk mata pencaharian tersebut. Buruh tentu mempunyai
pendapatan yang terbatas sehingga menyebabkan timbulnya masalah sosial
khususnya keluarga miskin sehingga tentu berdampak dengan kelangsungan
hidup atau kebahagiaan lanjut usia.
B. Masalah Lanjut Usia
1. Pengertian Lanjut Usia
Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap
keterbatasannya, pasti akan dialami oleh seseorang bila ia panjang umur. Di
Indonesia, istilah untuk kelompok usia ini belum baku, orang memiliki
sebutan yang berbeda-beda. Ada yang menggunakan istilah usia lanjut ada
pula lanjut usia atau bahkan dengan sebutan jompo. Usia tua merupakan suatu
peristiwa alamiah yang tak terhindarkan. Usia tua adalah kejadian yang pasti
akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak
bisa dihindari namun manusia dapat menghambat kejadiannya.20 Para ahli
membedakan seseorang dikategorikan berusia lanjut menjadi dua macam,
yaitu usia kronologis dan usia biologis.
20 Sri Nur Hidayati, 2005, Mengisi Hari Tua Dengan Bahagia, Yogyakarta: Pradipta, hal.
3.
26
Usia kronologis dihitung dengan tahun kalender. Di Indonesia dengan
usia pensiun 56 tahun bagi Pegawai Negeri, barang kali dapat dipandang
sebagai batas seseorang mulai memasuki usia lanjut, namun dalam
perkembangan selanjutnya menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998
dinyatakan bahwa usia 60 tahun ke atas adalah yang paling layak disebut usia
lanjut, Sedangkan usia biologis adalah usia yang sebenarnya, biasanya
diterapkan kondisi pematangan jaringan sebagai indeks usia biologis.21
Berikut ini adalah definisi usia lanjut dalam buku Kesehatan Usia Lanjut
Dalam Asuhan Keperawatan karya Noorkasiani.
a. Smith dan Smith (1999), menggolongkan usia lanjut menjadi tiga yaitu:
young old (67-74 tahun), middle old (75-84 tahun) dan old-old (lebih dari
85 tahun).
b. Setyonegoro (1984), menggolongkan bahwa yang disebut usia lanjut
adalah orang yang berusia lebih dari 65 tahun . Selanjutnya terbagi dalam
usia 70-75 tahun, 75-80 tahun dan lebih dari 80 tahun.
c. Menurut Bab I Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraaan usia lanjut, Lansia adalah seseorang yang mencapai
usia 60 tahun ke atas.
Pada usia lanjut, terjadi penurunan kondisi fisik/biologis kondisi
psikologis serta perubahan kondisi sosial. Para lanjut usia bahkan juga
masyarakat menganggap seakan akan tugasnya sudah selesai mereka berhenti
bekerja dan semakin mengundurkan diri dalam pergaulan bermasyarakat yang
merupakan salah satu ciri fase ini. Dalam fase ini, biasanya usia lanjut
21 Noorkasiani, 2009, Kesehatan Usia Lanjut Dengan Asuhan Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika, hal. 3.
27
merenungkan hakikat hidupnya dengan lebih intensif serta mencoba
mendekatkan dirinya pada Tuhan.22
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dalam proses penuaan.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mendefinisikan
batasan lanjut usia ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek
biologi, aspek ekonomi, aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia
adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus-menerus yang
ditandai dengan manurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya
terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini
disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta
sistem organ. Secara ekonomi, penduduk usia lanjut lebih dipandang sebagai
beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa
kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang
sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua itu sering kali dipersepsikan
secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat.
Dari aspek sosial, penduduk usia lanjut merupakan satu kelompok
sosial sendiri. Di Negara Barat, pendududuk lanjut usia menduduki strata
dibawah penduduk usia muda. Hal ini dapat dilihat dari keterlibatan mereka
terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputusan
serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akan tetapi di
Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus
dihormati warga muda.23
22 Ibid, hal. 4. 23 Ibid, hal. 39.
28
2. Klasifikasi, Karakteristik dan Tipe Para Lanjut Usia
a. Klasifikasi
Para lanjut usia diklasifikasikan menjadi lima, yaitu:
1) Pralansia
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2) Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3) Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4) Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang atau jasa.
5) Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung
pada bantuan orang lain.24
b. Karakteristik Lansia
Para lanjut usia memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Berusia lebih dari 60 tahun sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13
tentang Kesehatan.
2) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual serta dari kondisi adaptif
hingga kondisi maladaptif.
24 Mia Fatma Ekasari, 2008, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Jakarta: Salemba
Medika, hal. 33.
29
3) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
c. Tipe Lansia
Beberapa tipe pada lanjut usia bergantung pada karakter, pengalaman
hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya. Tipe
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Tipe arif dan bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2) Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan.
3) Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proes penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut.
4) Tipe pasrah.
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
5) Tipe bingung
Kaget kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif, dan acuh tak acuh.
Tipe lain dari lanjut usia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe
dependen (kebergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militan dan serius,
30
tipe pemarah (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta
putus asa (benci pada diri sendiri).25
Dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan
kemampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari, para lanjut usia dapat
digolongkan menjadi beberapa tipe, yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia
mandiri dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan bantuan badan
sosial, lansia di panti wredha, lansia yang dirawat di rumah sakit dan lansia
dengan gangguan mental.26
3. Permasalahan Yang Dialami Para Lanjut Usia
Proses biologis baik yang sifatnya menua normal maupun karena
penyakit, akan mempunyai dampak kemunduran atau disfungsi pada sistem
dan sub sistem organ tubuh manusia.27
Proses penuaan fisik berlangsung sejak lahir dengan kecepatan berbeda
dan masing-masing individu dan tiap-tiap organ tubuh. Kuantitas dan kualitas
disfungsi tiap organ akan saling berpengaruh pada sistem dan struktur lainnya.
Untuk dapat meningkatkan kualitas hidup sehingga berprestasi di masa tua,
perlu diketahui permasalahan yang dialami usia lanjut diantaranya:
a. Kondisi mental
Secara psikologis, umumnya pada usia lanjut terdapat penurunan baik
secara kognitif maupun psikomotor. Contohnya, penurunan pamahaman
dalam menerima permasalahan dan kelambanan dalam bertindak.
25 Catur dan Sugiyanto, 1993, Pola Pengobatan Penyakit Penduduk Usia Lanjut, Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta, hal. 24.
26 Ibid, hal. 34. 27 Sri Nur Hidayati, 2005, Mengisi Hari Tua Dengan Bahagia, Yogyakarta: Pradipta, hal.
12.
31
b. Keterasingan
Terjadi penurunan kemampuan pada individu dalam mendengar, melihat
dan aktivitas lainnya, sehingga merasa tersisih dalam masyarakat
c. Post power syndrome
Kondisi ini terjadi pada seseorang yang semula mempunyai jabatan pada
masa aktif bekerja. Setelah berhenti bekerja, merasa ada sesuatu yang
hilang dalam kehidupannya.
d. Masalah penyakit
Selain karena proses fisiologis yang menuju ke arah degeneratif, juga
banyak ditemukan gangguan pada usia lanjut. Antara lain infeksi, jantung
dan pembuluh darah, kurang gizi, penyakit syaraf serta gangguan jiwa
terutama depresi dan kecemasan. Masalah penyakit merupakan masalah
yang sangat sering atau merupakan pokok dari permasalahan yang paling
sering di alami oleh lanjut usia. Berbagai macam penyakit ketuaan serta
ketidakmampuan fisik dan mental yang prima untuk menjadi sumber daya
manusia yang optimal. Menjadi tua adalah proses alamiah yang biasanya
disertai perubahan kemunduran fungsi dan kemampuan sistem yang ada di
dalam tubuh sehingga terjadi penyakit degeneratif.28
e. Masalah ekonomi
Penerimaan atau pendapatan pada usia lanjut tidak seperti pada masa
produktif, sehingga masalah ekonomi merupakan salah satu masalah yang
perlu dipahami.
28 Ibid, hal. 8-9.
32
4. Masalah Kesehatan Jiwa Pada Lanjut Usia
Proses menua yang dialami oleh para lanjut usia menyebabkan mereka
mengalami berbagai macam perasaan sedih, cemas, kesepian dan mudah
tersinggung. Perasaan tersebut merupakan masalah kesehatan jiwa yang terjadi
pada para lanjut usia. Masalah gangguan kesehatan jiwa mulai dialami oleh
golongan lanjut usia pada saat mereka mulai merasakan adanya tanda-tanda
terjadinya proses penuaan pada dirinya.29
Jika lanjut usia mengalami masalah gangguan jiwa, maka kondisi
tersebut dapat mengganggu kegiatan sehari-hari para lanjut usia. Mencegah
dan merawat lanjut usia dengan masalah kesehatan jiwa adalah hal yang
sangat penting dalam upaya mendorong mereka unutk bahagia dan sejahtera di
dalam keluarga dan masyarakat. Kondisi mental yang sehat dan aktif pada
masa tua dibutuhkan pemeliharaan yang berlanjut untuk mempertahankan
daya pikirnya dan mencegah dari perasaan cemas dan depresi. Oleh karena itu,
mempertahankan kesehatan jiwa yang optimal merupakan bagian penting
dalam mencapai masa tua yang sehat dan bahagia.30
Masalah Kesehatan yang timbul pada lanjut usia meliputi kecemasan,
depresi, insomnia, paranoid, dan demensia.
a. Kecemasan
Gejala-gejala kecemasan yang dialami oleh lanjut usia adalah sebagai
berikut.
29 Mia Fatma Ekasari, op. cit, hal. 67. 30 Dharianti, 2001, Karakteristik Penduduk Lansia Yang Memanfaatkan Sarana
Kesehatan Di Propinsi Jawa Tengah, Yogyakarta: UGM Press, hal. 32.
33
1) Perasaaan khawatir atau takut yang tidak rasional akan kejadian yang akan
terjadi.
2) Sulit tidur sepanjang malam.
3) Rasa tegang dan cepat marah.
4) Sering mengeluh akan gejala yang ringan atau khawatir terhadap penyakit
yang berat, misalnya kanker dan penyakit jantung yang sebenarnya tidak
mereka derita.
5) Sering membayangkan hal-hal yang menakutkan atau mudah panik.
Tindakan untuk mengatasi kecemasan pada lanjut usia adalah sebagai
berikut.
1) Cobalah untuk mendapatkan dukungan keluarga dengan rasa kasih sayang.
2) Bicaralah tentang rasa khawatir lanjut usia dan cobalah untuk menentukan
penyebab yang mendasar.
3) Beri dukungan dan semangat agar lajut usia tidak merasa merasakan hal
tersebut sendirian.
4) Konsultasikan dengan dokter agar bila kondisi lanjut usia semakin parah.31
b. Depresi
Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang paling sering
didapatkan pada lanjut usia. Gejala-gejala dari depresi diantaranya.
1) Sering mengalami gangguan tidur atau sering terbangun sangat pagi yang
bukan merupakan kebiasaannya sehari-hari.
2) Sering kelelahan, lemas, dan kurang dapat menikmati kehidupan sehari-
hari
31 Darmojo, 2004, Geriatri: Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Jakarta: Balai Penerbit FKUI,
hal. 17.
34
3) Cepat sekali marah dan atau tersinggung serta konsentrasi kurang.
4) Pada pembicaraan sering sekali disertai topik yang berhubungan dengan
rasa pesimis atau rasa putus asa
5) Kadang-kadang dalam pembicaraannya ada kecenderungan untuk bunuh
diri.
Depresi dapat timbul secara spontan ataupun sebagai reaksi terhadap
perubahan-perubahan dalam kehidupan, Misalnya cacat fisik atau mental
seperti stroke sehingga menjadi sangat bergantung pada orang lain, suasana
duka cita atau meninggalnya pasangan hidup.
c. Insomnia
Kebiasaan atau pola tidur lanjut usia dapat berubah, yang terkadang
dapat mengganggu kenyamanan anggota kelurga lain yang tinggal serumah.
Perubahan pola tidur dapat berupa tidak bisa tidur sepanjang malam dan
sering terbangun pada malam hari, sehingga lanjut usia sering melakukan
kegiatannya pada malam hari.32 Penyebab Insomnia pada lanjut usia adalah
sebagai berikut:
1) Kurangnya kegiatan fisik dan mental sepanjang hari sehingga mereka
masih semangat sepanjang malam.
2) Gangguan cemas dan depresi sehingga tidak bisa tidur.
3) Tempat tidur atau suasana yang kurang nyaman di dalam kamar.
4) Dapat juga disebabkan karena suatu penyakit misalnya gangguan infeksi
saluran kemih.
d. Paranoid
32 Noorkasiani, 2009, Kesehatan Usia Lanjut Dengan Asuhan Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika, hal. 97.
35
Lanjut usia terkadang merasa bahwa ada orang yang mengancam
mereka, membicarakan, serta berkomplot ingin melukai atau mencuri barang
miliknya. Bila kondisi ini berlangsung lama dan tidak ada dasarnya, hal ini
merupakan kondisi yang disebut Paranoid.33 Gejala-gejala Paranoid di
antaranya:
1) Perasaan curiga dan memusuhi anggota keluarga, teman-teman atau orang
disekelilingnya.
2) Lupa akan barang-barang yang disimpannya kemudian menuduh orang-
orang disekelilingnya mencuri atau menyembunyikan barang miliknya
3) Paranoid dapat merupakan akumulasi dari masalah lain seperti depresi dan
rasa marah yang ditahan.
Tindakan yang dapat dilakukan pada lanjut usia dengan paranoid
adalah memberikan rasa aman dan mengurangi rasa curiga dengan
memberikan alasan yang jelas dalam setiap kegiatan. Konsultasikan dengan
dokter apabila gejala tersebut bertambah berat.
e. Demensia.
Demensia merupakan gangguan mental yang berlangsung lambat dan
serius yang disebabkan oleh kerusakan organic jaringan otak. Gejala dimensi
diantaranya:
1) Meningkatnya kesulitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari.
2) Sering lupa akan kejadian-kejadian yang dialami, dalam keadaan yang
semakin berat, nama orang atau keluarga dapat dilupakan.
3) Sifat dan perilaku berubah menjadi keras kepala dan cepat marah
33 Ibid, hal 57.
36
4) Menjadi depresi dan menangis tanpa alasan yang jelas.
Tindakan yang dapat dilakukan pada lanjut usia dengan dimensia
adalah sebagai berikut.
1) Evaluasi secara cermat kemampuan yang maksimal dari lanjut usia dalm
melaksanakan kegiatan sehari-hari kemudian dapat ditentukan jenis
perawatan yang dibutuhkan.
2) Bantu daya pengenalan terhadap waktu, tempat, dan orang dengan sering
mengingat kembali hal-hal yang berhubungan dengan kejadian dan hal
yang pernah terjadi.34
5. Pembinaan Kesejahteraan Penduduk Lanjut Usia Dalam Keluarga.
Salah satu budaya bangsa yang dapat kita simak adalah masyarakat
Indonesia sangat menghargai orang tua. Oleh karena itu, keluarga umumnya
merasa mempunyai kewajiban moril yang sangat luhur untuk tetap
memelihara orang tua dalam lingkungan keluarganya.35
Di samping itu, menyadari kecenderungan sosial yang sedang
berkembang di Indonesia, maka perlu mulai diajarkan upaya sosialisasi nilai-
nilai kepada keluarga Indonesia pada masa kini. Untuk itu perlu merangkum
pengalaman-pengalaman pembinaan kesejahteraan penduduk usia lanjut,
memperkenalkannya kepada para keluarga muda dan mengharapkan mereka
memberikan penghargaan yang semestinya. Pengalaman tersebut kemudian
dituangkan dalam pesan-pesan bagi keluarga-keluarga yang mempunyai
anggota berusia lanjut serta bagi keluarga muda pada umumnya sebagai
34 Mia Fatma Ekasari, op. cit, hal. 72. 35 Widjojo Soetedjo, 1995. Pengelolaan Lanjut Usia Sebagai Bagian Upaya Peningkatan
Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia. Surakarta: Universitas Sebelas Maret, hal. 5.
37
persiapan menghadapi hari tua. Hal ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan
lanjut usia melalui kepedulian dan peran serta keluarga dalam mewujudkan
kualitas lanjut usia yang sehat, mandiri, produktif, bermanfaat bagi lingkungan
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal-hal yang perlu diperhatikan
diantaranya:
a. Meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab setiap keluarga untuk
menciptakan situasi yang kondusif bagi kehidupan lanjut usia dan
merawatnya jika memerlukannya.
b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
lanjut usia guna meningkatkan harkat dan martabat para lanjut usia di
dalam keluarga dan masyarakat.
c. Mengembangkan potensi lanjut usia agar menjadi sunber daya manusia
yang bermanfaat bagi pembangunan.
d. Mengembangkan kerjasama berbagai instansi pemerintah dan swasta
dalam pembangunan keluarga lanjut usia.
e. Melembagakan kegiatan-kegiatan dukungan lanjut usia oleh keluarga
melalui institusi masyarakat yang ada.36
Penduduk usia lanjut pada umumnya telah mencicipi pahit manisnya
kehidupan dengan banyak pengalaman, keahlian, dan kearifan yang dapat
dijadikan cermin untuk tauladan dan tuntutan kehidupan kita sehari-hari.
Kepada generasi muda nilai-nilai keteladanan generasi tua itu perlu terus
ditanamkan seperti nasionalisme dan kepeloporan, agar generasi selanjutnya
dapat terus membangun negeri tercinta ini.
36 Ibid, hal. 8.
38
Kehidupan penduduk lanjut usia pada umumnya juga ditandai dengan
kehidupan spiritual yang semakin kental. Pada umumnya orientasi hidupnya
makin mengarah pada hubungan dirinya dengan Tuhan Yang Maha Esa dan
pendalaman keagaman yang dianutnya. Upaya ini perlu didukung oleh
anggota keluarga lainnya dan masyarakat pada umumnya. Kehidupan
semacam ini sekaligus dapat dikaitkan dengan perhatian kita untuk
memberikan pembekalan kepada anak-anak kita semenjak dini.
Disamping itu, tidak sedikit penduduk lanjut usia yang masih
mempunyai kesegaran jasmani dan kesehatan yang cukup baik. Mereka masih
mampu melakukan kegiatan-kegiatan produktif. Bagi keluarga yang masih
berada pada tingkat kesejahteraan yang rendah, maka kehormatan itu
sekaligus akan menolong untuk mengurangi beban ekonomi yang harus
ditanggung oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, diperlukan iklim
bermasyarakat yang mendukung penduduk lanjut usia untuk terus berkarya
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya.37
Di lingkungan masyarakat, perlu disediakan pelayanan dan sarana
yang memadai untuk mempermudah dan memperingan kehidupan sehari-hari
penduduk usia lanjut. Sedangkan di lingkungan keluarga, perlu ditumbuh
kembangkan kepedulian dan aspirasi anggota keluarga agar dapat hidup
nyaman dan damai bila memang harus tinggal bersama orang tuanya yang
telah memasuki usia lanjut.38
37 “Lansia Tetap Produktif Di Usia Tua”, dalam Pikiran Rakyat, 01 Juni 2004 38 Widjojo Soetedjo, op cit, hal. 7.
39
BAB III
PERKEMBANGAN PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI
SURAKARTA TAHUN 1977-1999
A. Letak Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta
Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu Negara
dengan tingkat perkembangan yang cukup baik, maka makin tinggi pula
harapan hidup penduduknya. Diproyeksikan harapan hidup orang Indonesia
dapat mencapai 70 tahun pada tahun 2000. Perlahan namun pasti masalah
lanjut usia mulai mendapat perhatian pemerintah dan masyarakat. Hal ini
merupakan konsekuensi logis terhadap berhasilnya pembangunan, yaitu
bertambahnya usia harapan hidup dan banyaknya jumlah lanjut usia di
Indonesia.39
Meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan makin panjangnya usia
harapan hidup sebagai akibat yang telah dicapai dalam pembangunan selama
ini, maka mereka yang memiliki pengalaman, keahlian, dan kearifan perlu
diberi kesempatan untuk berperan dalam pembangunan. Kesejahteraann
penduduk usia lanjut yang karena kondisi fisik dan mentalnya sudah tidak
memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lanjut usia
perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat.40
39 Mia Fatma Ekasari, 2008, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Jakarta: Salemba
Medika, hal. 10. 40 Ibid, hal 12.
40
Di Surakarta sebagai realisasi usaha untuk memperhatikan dan
membina para lanjut usia maka didirikan Panti Wredha Dharma Bhakti yang
dulunya pada masa kasunanan terkenal dengan nama “Wangkung” yaitu
tempat untuk penampungan orang-orang yang menglami permasalahan sosial.
Panti Wredha Dharma Bhakti bertujuan untuk menampung, merawat, dan
pelayanan terhadap para lajut usia, sehingga mereka dapat menikmati hari
tuanya dengan rasa aman dan tenteram lahir batinnya. Panti tersebut juga
bertujuan untuk mencegah timbul, berkembang dan meluasnya permasalahan
sosial dalam kehidupan masyarakat.41
Lokasi Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta terletak di Kalurahan
Pajang, Kecamatan Laweyan tepatnya di Jalan Dr. Radjiman No. 620
Kotamadya Surakarta. Panti Wredha Dharma Bhakti didirikan di atas tanah
seluas 3.500 m2 dengan status tanah milik Negara. Letak Panti Wredha
Dharma Bhakti sangat strategis yakni tepat di pinggir Jalan Dr. Radjiman dan
dekat dengan pasar jongke sehingga mudah dijangkau dengan sarana
transportasi yang ada. Lokasi panti berbatasan dengan:
1. Sebelah timur : berbatasan dengan pasar Jongke.
2. Sebelah barat : berbatasan dengan Panti Sosial Bhakti Candrasa.
3. Sebelah utara : berbatasan dengan rumah penduduk.
4. Sebelah selatan : berbatasan dengan Jalan Dr. Radjiman.
B. Latar Belakang Berdirinya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta
41 Wawancara dengan Rahayu Sulistyowati, tanggal 15 Maret 2010.
41
Pada mulanya, lokasi di tempat didirikannya Panti Wredha Dharma
Bhakti Surakarta dikenal oleh masyarakat dengan sebutan “Wangkung”.
Tempat tersebut sebagai tempat penampungan bagi orang-orang yang
mengalami masalah sosial seperti: gelandangan, pengemis, orang lanjut usia,
anak-anak nakal termasuk wanita tuna susila.
Pada tahun 1942 kewenangan Keraton dialihkan ke Pemerintah Kota
Surakarta dalam hal ini Dinas Sosial yang dinamakan “Panti Karya Pamardi
Karya” yang berfungsi untuk menampung orang-orang gelandangan dan lanjut
usia.42 Sekarang tempat tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu untuk lanjut
usia Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta, untuk penyadang tuna netra
Panti Bhakti Chandrasa, dan untuk wanita tuna susila Panti Karya Wanita
Utama.
Pada awal berdiri tahun 1942, Panti Karya Pamardi Karya mempunyai
lahan yang sangat luas, kurang lebih 15 Hektar. Pasar Jongke dan pom bensin
serta terminal angkutan yang berada di sebelah timur panti dulunya
merupakan lahan milik panti, bahkan di sebelah utara panti dahulunya juga
merupakan lahan panti yang terdapat makam bagi lanjut usia yang meninggal.
Namun sekarang lahan tersebut sudah berubah fungsi sebagai pemukiman,
pasar dan terminal bagi angkutan umum.43 Berdasarkan Surat Perintah Dinas
Sosial Provinsi Jawa Tengah tertanggal 3 September 1977, Pamardi Karya
berubah nama menjadi Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Panti ini
berada di bawah Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta.
42 Berkas Tentang Peraturan Rumah Pamardi Karyo Wangkung Th 1940, Koleksi:
Reksopustaka Mangkunegaran. 43 Wawancara dengan Suryanto, tanggal 8 April 2010.
42
Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta mempunyai fungsi dan tujuan antara
lain:
1. Fungsi
a. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan bagi usia lanjut terlantar,
dengan sistem penyantunan di dalam Panti.
b. Sebagai pusat informasi kesejahteraan sosial.
c. Sebagai pusat pengembangan usaha kesejahteraan sosial.
2. Tujuan
a. Dapat terpenuhinya kebutuhan hidup para lanjut usia atau jompo
terlantar, sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan
meliputi rasa ketentraman lahir dan batin.
b. Mencegah timbul dan berkembangnya masalah sosial dalam
masyarakat.
c. Menciptakan kehidupan sosial klien agar mereka mempunyai rasa
harga diri dan percaya diri, sehingga mampu melaksanakan fungsi
sosialnya secara wajar.
Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta berusaha melaksanakan
pembinaan terhadap klien sesuai dengan fungsi dan tujuan di atas. Para lanjut
usia di dalam panti mendapat pembinaan dan kehidupan yang lebih layak dari
pada mereka hidup tidak nyaman di dalam keluarga mereka sendiri maupun
terlantar di jalanan. Selama di dalam panti para lanjut usia juga tidak perlu
khawatir untuk mendapatkan sandang pangan dan papan untuk kehidupannya,
karena pihak panti sudah memenuhi kebutuhan tersebut sesuai dengan
43
fungsinya sebagai pusat kesejahteraan sosial. Namun dalam pelaksanaan
pembinaan tentu banyak hambatan yang dihadapi, misalnya sulitnya mengatur
lanjut usia untuk dibina dalam kesehariannya. Untuk itu diperlukan kerjasama
yang baik antara pihak panti dengan klien dan juga dengan keluarga maupun
masyarakat pada umumnya agar panti dapat melaksanakan tugas dan
fungsinya dengan baik. Dari fungsi dan tujuan di atas, Panti Wredha Dharma
Bhakti Surakarta berusaha memberikan kesejahteraan sosial terhadap para
lanjut usia, menciptakan para lanjut usia dengan hidup sejahtera aman dan
tenteram dan mempersiapkan untuk kebahagiaan hidup bagi lanjut usia baik
lahir maupun batin.
C. Strategi Meraih Klien
Banyak cara Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta untuk
mendapatkan klien (orang yang mendapatkan pelayanan pembinaan). Ada tiga
cara yang biasa ditempuh untuk mendapatkan klien, yaitu:
1. Melalui operasi atau razia yang dilakukan di jalan raya atas kerjasama
dengan Dinas Kebersihan Kota, Kepolisian, Satpol PP.
2. Penyerahan para lanjut usia dari pihak keluarga kepada panti.
3. Para lanjut usia tersebut datang atas kemauan sendiri ke panti.
Operasi tertib atau razia dilakukan untuk menangkap para
gelandangan, anak jalanan, preman maupun jompo terlantar yang berkeliaran
di jalanan sehingga terkesan bahwa para lanjut usia tersebut dipaksa untuk
dibina di dalam panti, karena menurut pandangan mereka pemerintah
mengekang kebebasan mereka untuk hidup bebas. Hal ini sering menimbulkan
44
keinginan dari penghuni panti untuk melarikan diri dari dalam panti. Berbeda
dengan klien yang datang sendiri maupun diantar oleh pihak keluarga,
kebanyakan mereka mampu mengikuti pembinaan yang dilaksanakan di panti
meskipun dengan penyesuaian secara perlahan-lahan..
Mengatasi tingkah laku dari klien hasil razia di jalanan, selain dengan
adanya penjagaan ketat oleh petugas keamanan panti, pihak panti juga
menerapkan pendekatan kekeluargaan, sehingga dalam kesehariannya pegawai
panti selalu berhubungan dan berusaha untuk mengetahui latar belakang atau
keinginan mereka untuk dapat hidup bahagia di usia senja. Namun pada
dasarnya para lanjut usia tersebut di atas mempunyai keinginan untuk dapat
hidup bahagia, sehingga mereka akhirnya mengikuti dengan baik berbagai
pembinaan yang dilakukan di dalam panti.
D. Kriteria Klien Masuk Panti
Pada dasarnya kriteria menjadi klien tidak terdapat syarat yang sulit.
Adapun beberapa kriteria yang telah ditetapkan bagi klien agar dapat diterima
sebagai klien, diantaranya:
1. Orang lanjut usia atau jompo pria maupun wanita minimal berusia 60
tahun.
2. Surat keterangan dari Kalurahan diketahui Camat yang menerangkan
bahwa penduduk setempat dan keluarga tidak mampu.
3. Surat keterangan kesehatan dari dokter.
4. Surat rekomendasi dari Dinas Sosial tempat lanjut usia tinggal.
5. Pas photo 4 x 6 sebanyak 3 lembar.
45
6. Mentaati segala peraturan dan tata tertib Panti Wredha Dharma Bhakti
Surakarta.
Dari kriteria di atas, dapat dilihat bahwa pemilihan atau penerimaan
klien di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta tidak terlalu sulit. Hanya
dengan memenuhi syarat-syarat tersebut di atas maka klien akan dapat
diterima sebagai klien binaan panti.44
E. Sarana dan Prasarana Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta
Selain letaknya yang sangat strategis, Panti Wredha Dharma Bhakti
Surakarta juga didukung sarana dan prasarana yang memadai. Pembangunan
sarana dan prasarana yang ada di panti dilakukan oleh pemerintah daerah
maupun masyarakat yang tinggal di sekitar panti. Sarana dan prasarana yang
terdapat di panti diantaranya:
1. Luas tanah panti kurang lebih 3.500 m2.
2. Luas tanah makam khusus panti kurang lebih 2.600 m2, yang terletak
di wilayah Desa Makam Haji, Kecamatan Kartasura, Kabupaten
Sukoharjo.45
3. Sarana panti: Asrama klien sebanyak 30 ruangan, aula 1 buah, kantor 1
buah, masjid 1 buah dan rumah dinas bagi kepala dan sebagian
pegawai panti.
4. Perlengkapan asrama terdiri dari kelengkapan tempat tidur klien,
penerangan listrik, air minum PDAM, alat masak dengan kompor gas.
44 Selayang Pandang Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta, 1997. 45 Berdasarkan Surat Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sukoharjo No: 596/3446/1988
Tentang Rekomendasi dan Lokasi Tanah Seluas 2600 m2 Untuk Kuburan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.
46
5. Asrama dikelompokkan menjadi 7 kelompok masing-masing
kelompok dibimbing oleh petugas panti.
6. Fasilitas hiburan yang ada adalah televisi 5 buah dan radio tape 2
buah.46
F. Kepemimpinan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.
Kepemimpinan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dipegang
oleh seorang Kepala Panti. Antara tahun 1977-2000 di panti ini sudah
mengalami pergantian kepemimpinan sebanyak tiga kali. Kepala Panti
mempunyai peranan penting karena merekalah yang menjadi ujung tombak
dalam tumbuh dan berkembangnya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.47
Kepemimpinan yang berwibawa akan membawa keberhasilan yang
diharapakan, namun sebaliknya jika kepemimpinan kurang berwibawa maka
akan mengakibatkan panti kurang berhasil pula. Di dalam memimpin panti ini,
para Kepala Panti mempunyai program-program yang dilaksanakan beserta
para pegawainya demi keberhasilan panti ini sendiri untuk kedepannya.
1. Sunarko 1977-1983
Masa Kepemimpinan Sunarko berperan besar dalam pendirian Panti
Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Sunarko bekerja sebagai petugas sosial
Kecamatan di Laweyan yang beralamat di sondakan sangat memperhatikan
kesejahteraan sosial masyarakat Surakarta. Sunarko juga bertugas sebagai
pembina di Wangkung yang pada saat itu masih belum fokus mengurusi orang
lanjut usia. Setelah turun Surat Dinas Sosial Propinsi Jawa Tengah tertanggal
46 Wawancara dengan Suryanto, tanggal 8 April 2010. 47 Wawancara dengan Rahayu Sulistyowati, tanggal 25 Maret 2010.
47
3 September 1977 yang berisi tentang pendirian tempat untuk menampung
lanjut usia dengan nama Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta tersebut
barulah beliau diserahi tugas untuk memimpin panti tersebut mulai tahun
1977.
Dalam masa awal kepemimpinannya keadaan panti masih sangat
memprihatinkan, sistem pelayanan dan fasilitas dan prasaran yang ada masih
belum memadai mengingat pada saat itu panti masih dikelola oleh Dinas
Sosial Tingkat Provinsi. Keadaan klien pada saat itu masih memprihatinkan,
mereka makan seadanya dan tidur seadanya bahkan hanya beralaskan tikar.
Sistem pengawasannya pun masih sangat sulit, sehingga masih banyak lanjut
usia yang melarikan diri mengingat lingkungan tersebut belum dikelola
dengan baik. Jadi perlu dicatat bahwa pada kepemimpina beliau ini merupakan
awal penyelenggaraan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.
2. Suradi 1983-1986
Di bawah Kepemimpinan Suradi meskipun hanya dalam waktu singkat
yaitu tiga tahun, memang perkembangan panti tidak mengalami kemajuan
yang signifikan. Namun dibanding kepemimpinan sebelumnya struktur
organisasi dan tata kerja di panti sudah mengalami kemajuan, para klien pun
sebagian sudah mulai ditata sedemikianrupa sehingga mereka dapat mengikuti
program panti dengan baik.
3. Tugimin S.E 1986-2008
Tugimin S.E awalnya bekerja sebagai Kepala Sub Dinas Sosial
Surakarta di bagian orang cacat. Dalam kepemimpinan beliau ini
perkembangan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta berkembang sangat
48
pesat. Masa kepemimpinan beliau diawali dengan program pambagian sistem
kerja pegawai panti dan juga sistem pembinaan terhadap para klien. Setelah
itu beliau rajin mengikuti pertemuan yang diadakan Dinas Sosial Tingkat
Provinsi Jawa Tengah yang mempertemukan sebanyak 8 Panti Jompo Negeri
yang dikelola Pemerintah Provinsi.
Dalam pertemuan tersebut selalu berdiskusi mengenai perkembangan
panti di beberapa wilayah sehingga beliau mempunyai gagasan untuk
membuat panti ini menjadi lebih baik untuk kedepannya. Pembangunan mulai
banyak dilakukan dalam era kepemimpinan beliau. Kamar-kamar klien mulai
diperbanyak sehingga daya tampung panti semakin meningkat. Apalagi
setelah terbitnya Keputusan Walikota No. 061.1/017/I/1993 tentang
pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Panti Wredha Dharma Bhakti
Surakarta, pembangunan semakin gencar dilakukan, hal ini mengingat panti
ini mulai dikelola oleh Pemerintah Kota meskipun dalam pendanaan juga
Pemerintah Provinsi juga masih membantu. Bahkan pada tahun 2000 yang
sebelumnya kapasitas panti hanya mencapai 65 orang kini sudah mampu
menampung 95 klien, serta kamar-kamar sudah dikeramik dan sarana sudah
lengkap, misalnya masing-masing klien tidur dengan masing-masing satu
ranjang, televisi dan radio sudah bertambah. Pada intinya semua Kapala Panti
dan pegawai panti mempunyai jiwa sosial yang sangat kuat serta memiliki
jiwa pengabdian kepada masyarakat dalam pembinaan kepada para lanjut
usia.48
48 Wawancara dengan Tugimin, tanggal 29 April 2010.
49
G. Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi Kerja Panti Wredha
Dharma Bhakti Surakarta.
1. Struktur Organisasi di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.
Organisasi yang semakin kompleks dalam tugas dan kegiatan maupun
pelaksanaan membutuhkan spesialisasi tugas untuk mencapai hasil yang
optimal secara efisien. Hal ini didasarkan pada birokrasi organisasi dan
kedisiplinan dalam kegiatan berorganisasi.
Adapun bagan Struktur Organisasi Panti Wredha Dharma Bhakti
Surakarta sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan Walikota No.
061.1/017/I/1993 Tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta sebagai berikut:49
49 Keputusan Walikota No. 061.1/017/I/1993 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata
Kerja Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.
Kepala Panti
Kepala Sub. Bagian Tata Usaha
Ur. Identifikasi
Tenaga Panti 1. Juru Masak 2. Juru Kebersihan 3. Juru Cuci
Ur. Keperawatan
Ur. Administrasi
Ur. Pendidikan
Ur. Kesehatan
Ur. Gudang
50
Kepala panti membawahi jabatan yang berada di bawahnya, urusan
identifikasi, urusan administrasi dan urusan perawatan masih berada di bawah
Kepala Sub Bagian Tata Usaha. Selain membawahi urusan identifikasi, urusan
administrasi dan urusan keperawatan, Kepala Sub Bagian Tata Usaha juga
mengkoordinir urusan keuangan, pendidikan, urusan kesehatan dan juga
urusan gudang. Di dalam panti juga terdapat tenaga panti yang bertugas
sebagai juru masak, juru pembersih, dan juru cuci.
2. Tugas Pokok dan Fungsi Kerja Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta
a. Kepala Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.
Tugas pokok: Sebagai pelaksana kegiatan tehnis operasional atau
kegiatan tehnis penunjang Dinas di bidang penerimaan, pengasuhan atau
pendidikan, palayanan, penempatan dan pembinaan lanjut kepada klien
sehingga memberikan pelayanan kesejahteraan sosial baik jasmani rohani
maupun sosial terhadap para lanjut usia terlantar agar merasa nyaman, aman,
tenteram untuk menghadapi hari tua.
Adapun fungsi dari Kepala Panti, yaitu: Menyelenggarakan dan
mempertanggung jawabkan urusan rumah tangga di Panti Wredha, membina
dan merawat para klien untuk memperoleh rasa sejahtera, menyelenggarakan
urusan tata usaha Panti Wredha, sebagai pelaksana kebijakan tehnis
operasional panti, mengevaluasi tugas-tugas bawahannya, mempertanggung
jawabkan semua kegiatan kepada atasan atau Kepala Dinas, mempertanggung
51
jawabkan semua kegiatan kelompok fungsional, melaksanakan kebijaksanaan
tehnis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.
b. Kepala Sub. Bagian Tata Usaha
Tugas Pokok: Menyiapkan program-program kerja Panti Wredha
Dharma Bhakti Surakarta, meliputi: kepegawaian, keuangan, ketata usahaan,
rumah tangga dan perlengkapan.
Adapun fungsi dari Kepala Sub. Bagian Tata Usaha, yaitu:
memberikan tugas-tugas kepada staf panti, mengevaluasi semua kegiatan
yang dilaksanakan oleh staf panti, memberikan laporan semua kegiatan
kepada Kepala panti, menyiapkan semua leporan kegiatan kepada atasan atau
Kepala Dinas, mengkoordinir semua kegiatan kelompok jabatan fungsional,
melaksanakan kebijaksanaan tehnis yang ditetapkan oleh Kepala panti,
melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Panti.
Selain fungsi tersebut, Kepala Sub. Bagian Tata Usaha juga
mengkoordinir kegiatan panti, meliputi:
1) Urusan Administrasi
Fungsi Urusan Administrasi, yaitu: Mencatat keluar masuk surat.
pengelolaan data dan grafik kegiatan panti, mengurusi kepegawaian meliputi
usulan kepangkatan semua kepegawaian, membuat laporan kegiatan kepada
atasan, melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala panti.
2) Urusan Keuangan atau Bendahara.
Fungsi Urusan Keuangan dan Bendahara, yaitu: Menyimpan dan
mengeluarkan uang, mengelola administrasi keuangan, membuat laporan
kegiatan keuangan setiap bulan kepada atasan, menyimpan arsip dan
52
peraturan-peraturan keuangan, melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan
oleh Kepala panti.
3) Urusan Identifikasi
Fungsi Urusan Identifikasi, yaitu: Menyiapkan pendataan klien,
menyeleksi calon klien, memberikan motifasi atau penerangan keluarga dan
calon klien, mencatat latar belakang dan permasalahan penghidupan klien,
melaporkan semua kegiatan kepada atasan, melaksanakan tugas-tugas lain
yang diberikan oleh Kepala panti.
4) Urusan Pendidikan
Fungsi Urusan Pendidikan, yaitu: Memberikan pembinaan dan
ketrampilan praktis sesuai dengan kondisi kesehatan, memberikan bimbingan
dan motifasi kearah tingkah laku dan mental spiritual klien, mengadakan
kontak dan kerjasama dengan lembaga sosial lain dalam rangka pelayanan
kesejahteraan klien, membuat laporan semua kegiatan pada atasan,
melakasanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala panti.
5) Urusan Rumah Tangga
Fungsi Urusan Rumah Tangga, yaitu: Merencanakan kebutuhan rumah
tangga baik sarana maupun prasarana, menyiapkan dan mengatur penyajian
makanan bagi klien panti, bertanggung jawab peralatan dapur dan makan bagi
klien panti, bertanggung jawab kebersihan dapur panti, memberikan laporan
semua kegiatan kepada atasan, melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan
oleh Kepala panti.
6) Urusan Kesehatan
53
Fungsi Urusan Kesehatan, yaitu: Melayani kesehatan bagi klien,
bertanggung jawab balai pengobatan di panti meliputi penyediaan dan
penggunaan obat-obatan di balai pengobatan panti, penanggung jawab upacara
dalam rangka penguburan klien panti, penanggung jawab pelaksanaan
kegiatan olah raga atau senam lanjut usia, membuat laporan semua kegiatan
pada atasan, melakasanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala panti.
7) Urusan Gudang
Fungsi Urusan Gudang, yaitu: Mencatat dan mengatur masuk
keluarnya barang di tempat penyimpanan, membuat laporan semua kegiatan
kepada atasan, melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
panti.
c. Tugas Pokok Tenaga Panti
1) Juru Masak
Tugas pokok Juru Masak, yaitu: Mempersiapkan makan dan minum
klien, melaksanakan penyajian makan dan minum bagi klien. Sebagai
pelaksanaan kebersihan dapur, alat masak, alat makan, dan minum bagi klien,
menjaga keharmonisan para tenaga pembantu dapur, melaksanakan tugas-
tugas lain yang diberikan oleh pegawai dan Kepala panti.
2) Juru Pembersih
Tugas pokok Juru Pembersih, yaitu: Melaksanakan kebersihan ruang
isolasi bagi klien panti, penanggung jawab kebersihan lantai, kaca asrama,
taman, dan lingkungan panti dan penanggung jawab pembuangan sampah
akhir di panti, melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pegawai dan
Kepala panti.
54
3) Juru Cuci
Tugas pokok Juru Cuci, yaitu: Penanggung jawab peralatan mesin cuci
di panti, pelaksana mencuci pakaian klien pada umumnya, khususnya pakaian
ruang isolasi, pelaksana mencuci barang asrama, seperti sprei dan korden, dan
melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pagawai dan Kepala
panti.50
Tabel 7.
Data Pegawai dan Karyawan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta
Tahun 1999.
NO NAMA JABATAN GOLONGAN PENDIDIKAN 1 Tugimin S.E Kepala Panti III/d SI 2 Rahayu Sulistyowati Sub. Bag. TU III/c SMPS 3 Kusyanti Ur. Administrasi III/b SMEA 4 Sri Dayanti Ur. Rumah Tangga III/b SMPS 5 Sutarni Pembantu Bendahara III/a SMEA 6 Dwi Hastuti Ur. Kesehatan III/a SMA 7 Narmi Ur. Tata Boga IIa SMEA 8 Suratno Ur. Kebersihan IIa SMA 9 Sri Rahayu Juru Cuci - SD 10 Desy Andriastuti Tenaga Komputer - SI 11 Tarni Tenaga Pembantu - SD 12 Eko Nugroho Tenaga Pembantu - SMK
Sumber Data: Data Pegawai dan Karyawan Panti Wredha Dharma Bhakti
Surakarta Tahun 1999.
Pegawai dan karyawan yang bekerja di Panti Wredha Dharma Bhakti
pada tahun 1999 berjumlah 12 orang, di mana yang berstatus Pegawai Negeri
Sipil ada 8 orang dan 4 orang pegawai honorer. Namun di dalam
pelaksanaannya tiap-tiap pegawai atau tenaga panti dibantu oleh beberapa
50 Sekilas Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta, 1997.
55
orang tenaga pembantu. Banyak pihak dari luar panti membantu dalam
pembinaan di panti, diantaranya dari Puskesmas setempat dan juga dari pihak
masjid maupun gereja yang membantu kegiatan dalam bidang keagamaan.51
H. Gambaran Klien di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta
1. Latar Belakang Umur Klien.
Klien yang berada di Panti Wredha Dharma Bhakti merupakan para
lanjut usia yang umurnya berada di atas 60 tahun. Melihat umur tersebut tentu
sangat memprihatinkan, karena pada umur tersebut manusia sudah cenderung
tidak produktif lagi dalam bekerja maupun beraktifitas. Lanjut usia
sewajarnya lebih banyak mendapat kasih sayang dari anak dan keluarganya
agar mereka dapat menikmati masa tuanya, namun karena berbagai kondisi
mereka terpaksa hidup di dalam panti.52
Tabel 8.
Data Umur Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun 1979-1999.
TAHUN UMUR
60-69 Tahun
70-79 Tahun
80-89 Tahun
90-100 Tahun
1979 26 19 13 2
1986 36 23 5 1
1996 33 45 1 0
1999 36 48 6 0
Sumber: Data Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta 1979-1999.
Dari tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa antara tahun 1979 sampai
1999, klien yang paling banyak menghuni Panti Wredha Dharma Bhakti
51 Wawancara dengan Rahayu Sulistyowati, tanggal 15 Maret 2010. 52 Wawancara dengan Dwi Hastuti, tanggal 5 April 2010.
56
Surakarta yaitu umur 60 sampai 79 tahun. Umur 90 sampai 100 tahun sangat
sedikit jumlahnya, karena rata-rata manusia jarang mencapai usia tersebut.
Pada tahun 1979 jumlah penghuni panti tercatat sekitar 60 orang, namun pada
tahun 1999 jumlahnya meningkat menjadi 90 orang lebih. Jumlah klien dari
tabel di atas terus meningkat karena daya tampung panti dari tahun ke tahun
terus mengalami peningkatan.
2. Latar Belakang Agama Klien
Sebagian besar klien di panti adalah pemeluk agama Islam. Jumlah
pemeluk agama Islam lebih dari 96% sisanya adalah pemeluk agama Kristen
dan Katholik. Dari jumlah tersebut tingkat religi mereka terhitung tidak begitu
tinggi, dengan bimbingan keagamaan maka diharapkan mereka akan lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan mengingat juga usia mereka yang sudah
lanjut.53
Tabel 9.
Data Agama yang Dianut Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta
Tahun 1979-1999.
TAHUN AGAMA
ISLAM KRISTEN KATHOLIK BUDHA HINDU 1979 57 1 2 0 0 1986 60 3 2 0 0 1996 72 4 3 0 0 1999 87 2 1 0 0 Sumber: Data Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta 1979-1999.
Dari tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa antara tahun 1979 sampai
tahun 1999 tidak terdapat pemeluk agama Budha dan Hindu. Mayoritas dari
53 Wawancara dengan Sri Dayanti, tanggal 5 April 2010.
57
klien memeluk agama Islam, dan sisanya sebagai pemeluk agama Kristen dan
Katholik.
3. Latar Belakang Pendidikan Klien
Dari data yang terdapat di panti menunjukkan tingkat pendidikan para
klien adalah buta huruf sampai SMA. Namun rata-rata pendidikan mereka
sangat rendah, hal itu tentu saja merupakan pengaruh dari tingkat ekonomi
mereka. Ekonomi mereka rendah sehingga tidak mampu membiayai sekolah
atau pendidikan mereka, bahkan di usia mereka yang lanjut mereka menikmati
masa tuanya di dalam panti yang seluruh biaya di tanggung oleh pemerintah
kota.
Tabel 10.
Data Pendidikan Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta
Tahun 1979-1999.
TAHUN PENDIDIKAN
BUTA HURUF SD SMP SMA 1979 30 26 4 0 1986 35 20 7 3 1996 24 35 16 4 1999 32 39 13 6
Sumber: Data Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta 1979-1999.
Dari tabel 10 di atas pada tahun 1979 klien buta huruf 30 orang, SD 26
orang, SMP 4 orang, SMA tidak ada, angka tersebut tidak jauh berbeda
dengan tahun-tahun berikutnya. Namun pada tingkat pendidikan SD, SMP dan
SMA sudah banyak klien yang sudah mengenyam pendidikan tersebut. Dapat
dilihat bahwa banyak lanjut usia yang memiliki tingkat pendidikan yang
sangat rendah bahkan banyak yang buta huruf. Tingkat pendidikan yang
rendah tentu dipengaruhi kondisi ekonomi keluarga yang tidak mampu.
58
5. Asal daerah Klien
Klien yang berada di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta sebagian
besar berasal dari daerah Karesidenan Surakarta. Panti Wredha Dhara Bhakti
Surakarta lebih mengutamakan para lanjut usia yang berasal dari daerah
Surakarta dan sekitarnya. Panti Wredha Dharma Bhakti merupakan panti yang
digunakan sebagai tempat menampung para lanjut usia yang terjaring razia
atau hidup menggelandang di jalanan. Pihak Kepolisian dan Dinas Sosial
selalu mengirim lanjut usia yang terjaring ke panti. Hal ini disebabkan karena
panti ini merupakan panti yang dikelola oleh Pemerintah Kota dan sama sekali
tidak dipungut biaya.54
Namun dalam operasionalnya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta
tidak hanya menerima lanjut usia terlantar, namun juga menerima kiriman dari
keluarga yang kurang mampu dari berbagai daerah. Di dalam panti ini banyak
juga klien yang berasal dari luar daerah Surakarta, umumnya mereka adalah
jompo terlantar yang terjaring dalam razia. Mereka umumnya tidak tahu asal
daerah mereka dikarenakan umur mereka yang memang sudah dalam keadaan
lanjut atau tua
54 Wawancara dengan Tugimin, tanggal 22 April 2010.
59
Tabel 11.
Data Daerah Asal Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta
Tahun 1979-1999
TAHUN DAERAH
SURAKARTA SUKOHARJO KLATEN WONOGIRI SRAGEN BOYOLALI KOTA LAIN
1979 38 12 2 2 2 2 2
1986 40 8 7 4 2 2 2
1996 47 9 6 4 3 2 3
1999 56 6 9 5 4 4 6
Sumber: Data Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta 1979-1999.
Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar klien di Panti
Wredha Dharma Bhakti Surakarta berasal dari Surakarta dan daerah-daerah di
sekitarnya. Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta merupakan salah satu dari
8 Panti Wredha milik pemerintah propinsi Jawa Tengah. Klien dari daerah lain
merupakan titipan dari panti milik pemerintah yang lain, karena panti-panti
tersebut memiliki kerja sama satu dengan yang lain.
60
BAB IV
PEMBINAAN DI PANTI WREDHA DHARMA
BHAKTI SURAKARTA
A. Kegiatan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta
Pelaksanaan pembinaan terhadap klien berupaya memberikan suatu
pelayanan terhadap para klien dalam kehidupan sehari-hari agar mampu
mengembangkan kepercayaan diri, tangung jawab sosial dan yang paling
utama dapat menjalankan kehidupan di hari tua agar bahagia serta dapat
menjalankan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.55
Tahapan-tahapan pembinaan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta,
antara lain.
1. Pendekatan dan Persiapan Panti Wredha Dharma Bhakti terhadap Para
Klien
Di dalam kegiatan pembinaan para klien, Panti Wredha Dharma
Bhakti Surakarta melakukan persiapan terlebih dahulu terhadap calon
klien, yang bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi klien
dalam kehidupannya, misalnya apakah para calon klien tersebut dari
keluarga tidak mampu atau merupakan jompo terlantar. Dalam proses ini
ada kegiatan yang harus dilakukan oleh Panti Wredha Dharma Bhakti
Surakarta yang meliputi:
55 Tony Setyabudi, 1994, Manusia Lanjut Usia, Jakarta: CV. Haji Masagung, hal. 3.
61
a. Orientasi dan konsultasi
Kegiatan orisntasi dan konsultasi bertujuan untuk menumbuhkan
atau mengembangkan peran aktif dari berbagai instansi, lembaga sosial,
atau organisasi sosial, tokoh masyarakat agar dapat berperan aktif dalam
bimbingan dan pembinaan terhadap klien.
b. Identifikasi
Identifikasi bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas
tentang latar belakang permasalahan klien, dengan menggunakan sumber
potensi lingkungan yang mendukung program penanganan, lokasi serta
kualitas permasalahan yang dihadapi calon klien.
c. Motivasi
Pemberian motivasi bertujuan untuk mendorong dan menumbuhkan
minat atau kemauan calon klien agar dapat mengenal dan mengikuti
program pelayanan yang diselenggarakan oleh Panti Wredha Dharma
Bhakti Surakarta.
d. Seleksi
Seleksi ini dilakukan dengan tujuan untuk menetapkan calon klien,
memilih dan mengelompokkan dengan mempelajari hasil identifikasi.
Selain itu pihak panti sosial mengetahui lebih lanjut keadaan dan
kemampuan calon klien yang akan dibina di dalam panti untuk mengikuti
program pembinaan.56
56 Wawancara dengan Rahayu Sulistyowati, tanggal 15 Maret 2010.
62
Dalam proses penerimaan klien yang dilakukan Panti Wredha Dharma
Bhakti Surakarta, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh calon klien,
antara lain sebagai berikut:
a. Orang lanjut usia atau jompo pria maupun wanita minimal berusia 60
tahun.
b. Surat keterangan dari Kalurahan diketahui Kecamatan yang menerangkan
bahwa penduduk setempat dan keluarga tidak mampu.
c. Surat keterangan kesehatan dari dokter.
d. Surat rekomendasi dari Dinas Sosial tempat lanjut usia tinggal.
e. Pas photo 4 x 6 sebanyak 3 lembar.
f. Menaati segala peraturan dan tata tertib panti wredha.57
Proses pembinaan dan rehabilitasi terhadap para lanjut usia akan lebih
efektif, dikarenakan sebelum melakukan kegiatan pembinaan pihak Panti
Wredha Dharma Bhakti Surakarta sudah terlebih dahulu melakukan
pendekatan terhadap para calon klien, dengan demikian akan lebih mudah
untuk melakukan pembinaan lebih lanjut.58
2. Penerimaan Klien yang Dilakukan oleh Panti Wredha Dharma Bhakti
Surakarta
Panti Wredha Dharma Bhakti dalam proses penerimaan calon klien
ada beberapa kegiatan yang dilakukan, diantaranya:
a. Registrasi
Registrasi digunakan untuk mencatat data penerimaan klien dalam
buku induk dan formulir isian penerimaan terhadap calon klien. Registrasi
57 Selayang Pandang Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta, 1997. 58 Wawancara dengan Rahayu Sulistyowati, tanggal 15 Maret 2010.
63
ini adalah hasil kegiatan gabungan dari Dinas Sosial, Kepolisian, Lembaga
Swadaya Masyarakat dengan berdasarkan pada surat keputusan walikota.
Misalnya hal ini dilakukan pada saat razia, dari hasil razia tersebut para
lanjut usia kemudian dibawa ke Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta
untuk selanjutnya diberi pembinaan di dalam panti.59
Sebagai gambaran dapat dilihat dalam tabel data registrasi klien di
Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta tahun 1999. Dari tabel tersebut
dapat diketahui bahwa klien yang tinggal di dalam Panti Wredha Dharma
Bhakti Surakarta merupakan kiriman dari Dinas Sosial Kota yang menjalin
kerjasama dengan panti.
Tabel 12.
Data Registrasi Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun 1999
NO KIRIMAN JUMLAH
1
2
3
Dinas Sosial Kota
Keluarga
Kepolisian
47
40
13
Sumber: Data Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta 1999.
b. Meneliti Latar Belakang Masalah Klien
Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta meneliti latar belakang
masalah klien menggunakan program yang dinamakan Home Visit dengan
maksud untuk mengetahui dan menggali informasi latar belakang
kehidupan klien. Home Visit dilakukan oleh petugas panti untuk mendapat
59 Wawancara dengan Suryanto, tanggal 8 April 2010.
64
informasi tentang klien dengan cara petugas panti datang ke keluarga klien
dan juga lingkungan tempat tinggal klien tersebut .60
c. Klasifikasi Kasus
Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui asal usul klien, klien
tersebut didapat dari razia atau didapat dari titipan keluarga. Hal ini tentu
sangat diperlukan karena untuk program pembinaan kedepannya bila ada
pihak keluarga mau mengambil klien tersebut dapat segera diketahui dan
diambil untuk kembali ke keluarganya.
d. Dosir Warga Panti
Kegiatan ini bertujuan memisahkan antara klien yang mengalami
masalah tertentu, misalnya untuk para lanjut usia yang mengalami sakit
atau gangguan jiwa tentu mendapat perlakuan khusus. Bahkan di Panti
Wredha Dharma Bhakti terdapat beberapa ruangan isolasi yang ditujukan
untuk memisahkan para klien tersebut. Setiap ruangan atau kelas yang
dihuni klien tentu dipisahkan agar tidak terjadi permasalahan antara klien
yang satu dengan yang lain mengingat usia tua kondisi sangat labil.61
3. Pemberian Pembinaan Atau Bimbingan Terhadap Klien di Panti Wredha
Dharma Bhakti Surakarta.
Program pembinaan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta,
selama proses penampungan merupakan satu kesatuan untuk mencapai
tujuan yakni membina klien agar dapat hidup bahagia menikmati masa
60 Wawancara dengan Rahayu Sulistyowati, tanggal 15 Maret 2010. 61 Departemen Kesehatan RI, 1993, Pedoman Manajemen Upaya Kesehatan Lanjut Usia
di Panti Wredha, Jakarta: Balai Pustaka, hal 14.
65
tuanya hingga akhir hayatnya di dalam panti maupun kembali ke
keluarganya.
a. Pembinaan Fisik
Para lanjut usia tentu tidak lagi mempunyai fisik yang memadai
seperti kaum muda, hal ini tentu disadari oleh pihak panti, sehingga
dilakukan secara perlahan-lahan. Pembinaan fisik yang dilakukan di dalam
panti ditujukan untuk mengembangkan daya tahan tubuh dengan latihan-
latihan jasmani berupa olah raga atau pengetahuan agar klien menjaga,
merawat dan meningkatkan kesehatan, serta kemampuan fisik.62
b. Pembinaan Mental
Pembinaan mental merupakan usaha di Panti Wredha Dharma Bhakti
Surakarta untuk mengembangkan kesadaran dan tanggung jawab klien
baik secara mandiri maupun kelompok sehingga para klien dapat berupaya
mengatasi masalahnya serta dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma
kehidupan.
c. Pembinaan Sosial
Pembinaan ini bertujuan untuk menanamkan kesadaran kearah
kerukunan dan kebersamaan hidup bermasyarakat sehingga menumbuhkan
sikap tanggung jawab sosial baik di lingkungan panti, keluarga maupun
lingkungan masyarakat apabila nanti kembali ke tengah-tengah
masyarakat.
62 Departemen Kesehatan RI, 2003, Pedoman Pengelolaan: Kegiatan Kesehatan di
Kelompok Usia Lanjut Edisi ke 2, Jakarta: Balai Pustaka, hal. 21.
66
d. Bimbingan Ketrampilan
Bimbingan Ketrampilan bertujuan agar klien dapat memiliki
ketrampilan. Namun di Panti Wredha Dharma Bhakti pemberian
ketrampilan hanya sebagai pengisi waktu luang saja, agar para klien tidak
merasa jenuh berada di dalam panti.
4. Metode Pelayanan Klien
Panti Wredha Dharma Bhakti mempunyai cara atau metode dalam
memberikan pelayan terhadap para klien. Petugas panti dalam
melaksanakan pembinaan kepada klien memakai metode pekerjaan sosial,
yaitu:63
a. Bimbingan Klien Secara Perseorangan
Bimbingan ini ditujukan untuk mengetahui permasalahan klien
dalam kesehariannya di dalam panti. Kegiatan ini dilakukan oleh petugas
panti secara berkesinambungan dan rutin dijalani oleh setiap penghuni
panti. Bimbingan perseorangan dilakukan dengan cara petugas panti
melakukan wawancara secara langsung kepada masing-masing klien atau
dilakukan dengan empat mata. Hal ini dilakukan tentu dengan tujuan agar
klien dapat menungkapkan isi hatinya kepada petugas panti sehingga
petugas dapat mengetahui permasalahan yang dialami oleh klien.
b. Bimbingan Klien Secara Kelompok
Bimbingan ini dilakukan oleh petugas panti dengan cara
mengumpulkan para klien dan membagi mereka secara kelompok agar
mereka dapat berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi komunikasi.
63 Departemen Kesehatan RI, 1997, Pola Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut di Panti
Wredha, Jakarta: Balai Pustaka, hal. 4.
67
Dalam bimbingan ini petugas juga ikut berpartisipasi misalnya sekedar
mengajak mereka bercanda satu sama lain. Kegiatan ini memang ditujukan
agar setiap penghuni panti dapat merasakan hidup berkeluarga dan
berinteraksi satu sama lain, kegiatan ini dilakukan setiap seminggu sekali.
c. Bimbingan Klien Hidup Bermasyarakat
Bimbingan ini sangat berguna sekali bagi klien panti. Klien diajak
berinteraksi secara langsung dengan masyarakat atau lingkungan sekitar.
Klien juga dilibatkan dalam kegiatan yang dilakukan dilingkungan sekitar,
misalnya dalam kegiatan kerja bakti atau perayaan kemerdekaan Republik
Indonesia mereka ikut berbaur dengan masyarakat. Tentu saja hal ini
sangat berdampak baik sekali dalam membina para klien, mereka sebelum
menjadi klien, mereka pasti sebelumnya juga hidup dalam masyarakat
bahkan setelah hidup di dalam panti pun mereka dapat juga berinteraksi
dengan masyarakat.
5. Pelaksanaan Program-Program Pembinaan
Pembinaan terhadap para lanjut usia dalam memberikan
kesejahteraan sosial terhadap para lanjut usia titipan maupun terlatar,
menciptakan para lanjut usia dengan hidup sejahtera aman dan tentram
untuk mempersiapkan kebahagiaan hidup bagi lanjut usia baik lahir
maupun batin merupakan proyek dari Dinas Sosial Republik Indonesia.64
Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta merupakan salah satu Unit
Pelaksana Tehnis (UPT) Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
64 Ibid, hal. 3.
68
Kota Surakarta yang bertugas membina para lanjut usia dalam rangka
mencapai tujuan diatas.
Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta menyelenggarakan berbagai
kegiatan baik yang berupa bimbingan atau pembinaan fisik, sosial,
maupun ketrampilan untuk mengisi waktu luang. Program pembinaan
tersebut diawali dengan tahap penyesuaian atau tahap adaptasi bagi klien,
baik penyesuaian dalam kehidupan panti maupun dengan klien lain. Pada
tahap dasar ini pembinaan mental sangat penting, karena merupakan dasar
atau titik awal para klien agar mampu mengikuti dan menyesuaiakan diri
dengan kondisi yang ada di dalam panti. Pembinaan mental ini
membutuhkan kesabaran, pengertian dan waktu yang cukup lama.65
Sesudah mengikuti program awal tadi, para klien mulai dibina secara
teratur. Dengan diadakannya program awal tadi, para klien diharapkan
mampu mengikuti kegiatan atau pembinaan di dalam panti dengan baik,
meskipun dalam prakteknya hal itu dilakukan secara perlahan-lahan.
Berikut ini merupakan jenis kegiatan dan pelaksanaan program kegiatan
panti.
a. Pembinaan Mental
Pembinaan mental disini meliputi pendidikan agama dan budi
pekerti. Pembinaan mental ini bertujuan untuk membentuk sikap mental
yang baik dengan meningkatkan ketaqwaan dan keimanan kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Pembinaan agama rutin dilaksanakan setiap pagi dan sore
di lingkungan panti dan ada kalanya pula pembinaan agama dilakukan
65 Wawancara dengan Tugimin, tanggal 29 April 2010.
69
diluar panti misalnya setiap hari minggu bagi penganut agama Kristen
dibawa ke Gereja Pajang.66
Kegiatan kerokhanian Islam, panti misalnya melaksanakan shalat
berjamaah, baca tulis al Qur’an dan pengajian. Di bulan puasa kerohanian
Islam melakukan kegiatan dengan cara melakukan shalat Isya dan Tarawih
berjamaah, buka bersama bahkan melaksanakan halal bihalal dengan
lingkungan sekitar panti waktu lebaran tiba. Dalam pembinaan budi
pekerti petugas panti harus senantiasa memberikan dorongan dan motivasi
kepada klien setiap saat, hal ini sangat perlu dilakukan mengingat para
lanjut usia membutuhkan perhatian yang lebih dalam kehidupannya.
Kegiatan ini bisa dilakukan baik secara individu maupun kelompok.67
b. Pembinaan Diri atau Perawatan
1) Makan
Manusia dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya dimulai
dari saat pembuahan, berlangsung sepanjang hidupnya. Semua proses
tersebut memerlukan zat gizi yang terkandung dalam makanan.68 Proses
penuaan dapat diperlambat apabila mempunyai tingkat kesegaran jasmani
atau asupan gizi yang baik. Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya
gizi pada lanjut usia adalah keterbatasan ekonomi keluarga, penyakit
66 Wawancara dengan Hartoyo, tanggal 22 April 2010. 67 Wawancara dengan Salamun, tanggal 22 April 2010. 68 Departemen Kesehatan RI, 2001, Modul Pelatihan Konseling Kesehatan dan Gizi bagi
Lanjut Usia untuk Petugas Puskesmas, Jakarta: Balai Pustaka, hal.19.
70
kronis, pengaruh hilangnya gigi dan kesalahan dalam pola makanan serta
menurunnya energi.69
Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta merupakan milik
pemerintah, jadi segala urusan termasuk makan juga masih ditanggung
pemerintah. Sebelum tahun 1999 jatah makan untuk para klien hanya
sebesar Rp.4000,00 namun sesudah tahun 1999 jatah makan naik menjadi
Rp.10.000,00 per orang.70 Makanan mengandung zat besi dan kacang-
kacangan daging, bayam, sayuran dan makanan yang mengandung
kalsium seperti ikan sangat diutamakan, minum air putih juga sangat
dianjurkan untuk meningkatkan serta memperlancar proses metabolisme.71
Para lanjut usia juga perlu menghindari minum kopi, alkohol dan makanan
keras. Makanan yang disajikan di dalam panti juga diusahakan berganti-
ganti yang dihidangkan dan ditata secara menarik agar menimbulkan
selera makan.72
2) Pakaian
Pada umumnya para lanjut usia mengalami kesulitan dalam
mengenakan pakaian yang dikenakannya. Petugas panti secara perlahan
membimbing mereka agar mampu setidaknya mengenakannya sendiri,
namun dalam prakteknya setiap hari mereka masih dibantu petugas panti.
Pakaian yang dikenakan para klien di dalam panti berasal dari pemerintah.
Setiap tahun pemerintah kota memberikan pakaian baru, ada juga bantuan
69 Arcole Margatan, 1996, Hidup Sehat Bagi Lanjut Usia, Solo: CV Aneka, hal. 27. 70 Wawancara dengan Tugimin, tanggal 29 April 2010. 71 Made Astawan, 1988, Gizi dan Kesehatan Lanjut Usia, Jakarta: Medyatama Sarana
Perkasa, hal. 41. 72 Wawancara dengan Narmi, tanggal 22 April 2010.
71
dari pihak luar pakaian bekas. Pakaian bekas yang merupakan sumbangan
selanjutnya dipilih, misalnya kain jari atau sarung yang masih dibutuhkan
untuk klien diambil. Sedangkan pakaian bekas yang lain kemudian
disalurkan pihak panti ke panti sosial yang lain, misalnya panti asuhan.
3) Tidur
Tindakan penyuluhan perihal pola tidur ditujukan tidak hanya kepada
para klien tetapi juga kepada para penjaga atau dalam hal ini petugas panti.
Mengingat bahwa umumnya gangguan pola tidur yang dialami berupa
kesulitan untuk dapat tertidur pulas.73 Di dalam panti ini juga diterapkan
jam malam atau waktu tidur yaitu jam tidur siang dan malam. Jam tidur
siang dilakukan setelah klien melaksanakan shalat dzuhur dan makan
siang, yaitu pukul 12.30 sampai pukul 14.30. Sedangkan untuk jam tidur
malam antara pukul 21.00 sampai menjelang subuh. Meskipun ada jam
waktu tidur, para klien umumnya mengalami gangguan sulit tidur. Petugas
memberi anjuran agar para klien menghindari makanan dan minuman yang
mengandung kafein. Apabila terpaksa menggunakan obat tidur, maka
petugas panti akan memberikan tetapi atas saran dokter.
4) Kesehatan
Kesehatan merupakan hal yang sangat diutamakan di dalam
pembinaan terhadap para lanjut usia mengingat kondisi jasmani dan rohani
yang tentu semakin melemah.74 Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta
dalam mengurusi masalah kesehatan bekerja sama dengan berbagai pihak,
73 Departemen Kesehatan RI, 2001, Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut bagi
Petugas Puskesmas, Jakarta: Balai Pustaka, hal, 17.
74 Made Astawan, op. cit, hal. 15.
72
diantaranya: Puskesmas, Rumah Sakit Dr. Moewardi dan Rumah Sakit
Jiwa Surakarta.
Setiap seminggu sekali diadakan pemeriksaan kesehatan rutin kepada
klien yang dilakukan oleh Puskesmas Pajang dan apabila ditemukan
indikasi penyakit tertentu di dalam panti sudah disediakan ruang khusus
atau ruang isolasi. Di dalam ruang tersebut klien dirawat secara baik dan
diberi obat jalan. Apabila kondisi klien tersebut semakin memburuk maka
pihak panti akan membawa klien tersebut ke Rumah Sakit Dr. Moewardi
atau Rumah Sakit Jiwa bila pasien tersebut mengalami gangguan jiwa.
Semua biaya tentu sudah ditanggung Pemerintah Kota.75
c. Pembinaan ketrampilan
Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta memberikan ketrampilan
atau dalam hal ini kegemaran sesuai kemampuan. Para lanjut usia tentu
dahulu mempunyai kegemaran, dan di sini pihak panti berusaha
menyalurkan kegemaran mereka semampunya. Ketrampilan di sini pun
beraneka ragam misalnya, menganyam, melukis, atau bahkan menjahit. Di
lingkungan panti juga terdapat kebun tanaman dan kolam lele yang
dirawat dan dipelihara dengan baik oleh petugas panti dan para klien.
Ketrampilan dilakukan hanya untuk mengisi atau memanfaatkan waktu
luang yang ada sehingga hal ini tidak bersifat wajib. Pembinaan
ketrampilan diberikan oleh petugas panti dan dibantu oleh para siswa yang
melaksanakan magang di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.
d. Pembinaan Olahraga dan Rekreasi
75 Wawancara dengan Dwi Hastuti, tanggal 5 April 2010.
73
Kesegaran jasmani pada lanjut usia adalah kebugaran yang
berhubungan dengan kesehatan. Pembinaan olahraga harus disesuaikan
dengan kondisi kesehatan dan harus disenangi atau diminati misalnya
senam atau bejalan kaki.76 Senam dan berjalan-jalan merupakan kegiatan
yang utama dilakukan di dalam panti, karena kegiatan tersebut mudah
dilakukan para lanjut usia. Kegiatan olahraga atau latihan fisik yang ada di
Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta yang dapat diikuti oleh para klien
untuk meningkatkan dan memelihara kebugaran dan kesegaran tubuh.,
kegiatan tersebut antara lain.77
1) Berkebun
Kegiatan ini dilakukan di lingkungan panti yang mempunyai
halaman cukup luas. Kegiatan ini dapat memberikan suatu latihan yang
dibutuhkan untuk menjaga kasegaran jasmani, dengan melakukan kegiatan
tersebut tubuh akan mampu mengeluarkan keringat.
2) Berjalan-jalan
Berjalan-jalan sangat baik untuk meregangkan otot-otot kaki dan
jalannya makin lama makin cepat akan bermanfaat untuk daya tahan
tubuh. Kegiatan ini dilakukan tiga kali seminggu di luar panti dengan
diawasi oleh petugas panti. Berjalan-jalan dilakukan pada pagi hari, sangat
bagus untuk kesehatan para lanjut usia serta dapat menjadi hiburan untuk
melihat kondisi lingkungan yang berada di luar panti.
3) Senam
76 Mia Fatma Ekasari, 2008, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Jakarta: Salemba
Medika, hal. 139.
77 Wawancara dengan Harmiyah, tanggal 5 April 2010.
74
Kegiatan ini biasa dilakukan sesudah berjalan-jalan pagi. Manfaat
dari melakukan senam secara teratur dan benar dalam jangka lama
diantaranya mempertahankan atau meningkatkan taraf kesegaran jasmani
yang baik, membentuk sikap dan gerak, memberikan rangsangan saraf-
saraf yang lemah, khususnya bagi lanjut usia.78
Kegiatan rekreasi juga merupakan kegiatan rutin yang dilakukan di
Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Rekreasi ditujukan agar para
lanjut usia mendapatkan hiburan dan suasana baru di luar lingkungan panti
agar tidak merasa jenuh di dalam panti. Rekreasi biasanya diadakan di
dekat-dekat wilayah Kota Surakarta, misalnya Taman Balekambang dan
Taman Satwa Taru Jurug.79
e. Pembinaan Kemasyarakatan
Sebelum klien masuk ke dalam panti, tentu dulu klien tersebut
pernah hidup di dalam lingkungan masyarakat. Di dalam panti ini juga
memperhatikan hal yang demikian, ada hubungan atau interaksi sosial
yang dilakukan oleh para klien dengan masyarakat sekitar. Petugas
memang sengaja melakukan hal tersebut dengan maksud agar klien merasa
hidup dalam lingkungan mayarakat.
Pembinaan kemasyarakatan tersebut dilakukan secara berkala, atau
bahkan menyesuaikan dengan warga atau lingkungan sekitar apabila
mereka melaksanakan suatu kegiatan, misalnya kerja bakti atau parayaan
kemerdekaan Republik Indonesia. Pihak panti memang sengaja merangkul
78 Mia Fatma Ekasari, op. cit, hal. 26 79 Wawancara dengan Rahayu Sulistyowati, tanggal 15 Maret 2010.
75
masyarakat sekitar agar mau menganggap keberadaan klien di panti
tersebut sebagai warga mereka. Selama ini mereka selalu berada di dalam
lingkungan panti, ketika berada di alam terbuka seolah mereka langsung
menikmati suasana.80 Hal ini ternyata disambut dengan baik oleh
masyarakat, hal ini juga bisa dilihat apabila di dalam panti ada klien yang
meninggal masyarakat ikut datang untuk sekedar melayat. Dalam
kehidupan sehari-hari pun masyarakat sekitar sangat akrab dengan para
penghuni panti.81
f. Pembinaan Tahap Akhir
Pembinaan tahap akhir adalah klien tersebut kembali ke dalam
keluarganya atau meninggal di dalam panti. Apabila klien tersebut pada
saat tertentu misalnya sakit keras, pihak panti berusaha menghubungi
pihak keluarga apabila klien tersebut memang mempunyai keluarga yang
dapat dihubungi. Klien dalam keadaaan sehat pun pihak panti menyambut
dengan baik apabila ada keluarga dari klien datang untuk mengambil
keluarga mereka untuk dirawat di rumah. Namun dalam kenyataannya
banyak para lanjut usia yang sudah dibawa keluarga ke rumah justru
mereka tidak merasa betah tinggal bersama keluarganya, mereka kembali
lagi kedalam panti.
Apabila ada klien yang meninggal di dalam panti, petugas panti
berusaha menghubungi keluarga klien yang bersangkutan apabila klien
tersebut memiliki keluarga yang dapat dihubungi. Namun, keluarga klien
80 “Tetap Ceria di Usia Senja”, Jawa Pos Radar Solo, Kamis 27 Mei 2010, hal. 3.
81 Wawancara dengan Rahayu Sulistyowati, tanggal 15 Maret 2010.
76
tidak diperbolehkan membawa pulang jenazah. Panti Wredha Dharma
Bhakti Surakarta memiliki aturan bahwa setiap klien yang meninggal di
dalam panti sepenuhnya merupakan tangung jawab panti sampai upacara
pemakaman. Sesudah upacara pemakaman pihak keluarga baru boleh
mengambil jenazah tersebut bila memang diinginkan 82
g. Usaha Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Bekerja Sama Dengan
Instansi Lain Dalam Mencukupi Kebutuhan Klien
Pelaksanaan program pembinaan dan rehabilitasi terhadap para klien,
Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta disamping bekerja sama dengan
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kota Surakarta juga
menjalin kerjasama dengan instansi lain ataupun organisasi sosial
masyarakat yang relevan dengan pemberian materi pembinaan. Panti
Wredha Dharma Bhakti Surakarta menjalin hubungan kerjasama dengan
Panti Wredha Negeri di Jawa Tengah, Departemen Agama, Departemen
Kesehatan, UNS, GKI Pajang, PKK Kota Surakarta, Kepolisian, Satpol
PP, Rumah Sakit DR. Moewardi, Rumah Sakit Jiwa Surakarta dan jajaran
sosial lainnya serta masyarakat pada umumnya.83 Pelaksanaan pembinaan
diharapkan dapat berjalan dengan lancr dan berjalan baik dengan adanya
kerjasama dengan pihak-pihak terkait tersebut.
Selama mengikuti kegiatan atau pembinaan dan ditampung di dalam
Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta klien tidak boleh keluar dari panti
tanpa ijin dari kepala panti. Untuk biaya hidup sehari-hari di panti
semuanya dipenuhi oleh pihak panti. Pendanaan panti, di dapat dari
82 Wawancara dengan Tugimin, tanggal 29 April 2010. 83 Selayang Pandang Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta, 1997.
77
Pemerintah Kota Surakarta meskipun masih dibantu oleh Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah., dan bantuan dari pihak swasta misalnya Yayasan
Dharmais, PT Konimex dan Batik Keris. Panti Wredha Dharma Bhakti
Surakarta setiap bulannya membuat laporan keuangan yang selanjutnya
dilaporkan kepada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surakarta.
B. Manfaat Program Pembinaan Terhadap Para Klien
Pembinaan terhadap klien mempunyai manfaat yang baik dalam
upaya membina dan mencukupi kebutuhan klien itu sendiri. Klien ditampung
di dalam asrama yang cukup luas, dan di dalam asrama tersebut terdiri
sebanyak 38 ruangan. Kamar-kamar dibedakan antara klien yang satu dengan
yang lain mengingat masing-masing klien mempunyai permasalahan sendiri,
misalnya sakit keras atau klien yang mengalami gangguan jiwa. Pada setiap
kamar dihuni 5 sampai 7 klien yang masing-masing klien memiliki ranjang
dan almari pakaian. Pada setiap kamar ada satu orang yang diangkat menjadi
ketua dengan seorang pembimbing dari petugas Panti Wredha Dharma Bhakti
Surakarta.
Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta berdiri sebagai reaksi atas
permasalahan sosial lanjut usia khususnya para lanjut usia terlantar maupun
titipan keluarga, yang secara langsung maupun tidak langsung akan membawa
pengaruh pada proses pembinaan terhadap lanjut usia dalam mencapai
kebahagiaan. Kelompok lanjut usia tersebut membutuhkan perhatian khusus,
terutama peningkatan kualitas hidup mereka agar dapat mempertahankan
78
kesehatan dan kemandiriannya sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga
dan masyarakat.
Setiap manusia pasti ingin menyongsong masa tuanya dengan rasa
damai dan penuh dengan kebahagiaan. Masa tua yang bahagia akan dapat
dijelang bila jasmani dan rohani benar-benar dijaga dengan baik. Usia lanjut
akan sangat dirasakan benar oleh seseorang yang sedang menderita sakit,
miskin, serta kesepian jauh dari keluarga sehingga menimbulkan rasa
kesedihan yang mendalam.84 Bagaimanapun pandangan masyarakat terhadap
para lanjut usia yang semakin hari dianggap sudah tidak produktif lagi di
dalam kehidupan, sudah menjadi bagian yang tidak terelakkan dalam sistem
sosial masyarakat. Para lanjut usia masih sering dianggap membebani
keluarga, hal ini tentu berdampak sangat tidak baik bagi lanjut usia tersebut
maupun bagi contoh generasi muda selanjutnya.85
Untuk mengetahui manfaat dari program pembinaan terhadap para
lanjut usia untuk mencapai hidup yang bahagia, akan disajikan keadaan klien
sebelum dan sesudah mengikuti program pembinaan di Panti Wredha Dharma
Bhakti Surakarta. Program pembinaaan yang telah dilaksanakan memberikan
dampak yang nyata terhadap keadaan klien, setiap klien mendapatkan
pembinaan sampai akhirnya diambil lagi oleh pihak keluarga maupun
meninggal di dalam panti.
84 Sri Nur Hidayati, 2005, Mengisi Hari Tua Dengan Bahagia, Yogyakarta: Pradipta, hal.
26. 85 Ibid, hal. 7.
79
1. Keadaan Klien Sebelum mengikuti Program Pembinaan di Panti Wredha
Dharma Bhakti Surakarta
Keadaan klien sebelum mengikuti program pembinaan di Panti
Wredha Dharma Bhakti Surakarta mereka hidup sebatang kara, kesepian jauh
dari keluarga bahkan di dalam keluarga pun mereka kurang mendapatkan
perhatian bahkan cenderung tidak dirawat. Hal ini tentu mendorong mereka
untuk keluar dari rumah dengan maksud mendapat kebahagian di luar, namun
hal itu justru tidak disadari akan membawa mereka hidup terlantar di jalanan
karena di usia mereka umumnya mereka tidak mampu menghidupi kebutuhan
hidup tanpa bantuan dan kasih sayang yang diberikan keluarga maupun
masyarakat.
Sebenarnya banyak faktor seseorang ditampung di dalam panti.
Salah satunya adalah faktor ekonomi seperti yang diuraikan oleh salah seorang
klien yang bernama Sumarni, usia 66 tahun yang berasal dari Baki Sukoharjo.
Dikemukakan bahwa dia sekolah tidak sampai lulus Sekolah Dasar karena
keterbatasan biaya. Dalam kebutuhan hidup Sumarni sering meminta bantuan
dari tetangga mengingat keterbatasan ekonomi anak-anak Sumarni hanya
bekerja sebagai buruh kecil dan bahkan masih mengurusi cucu Sumarni yang
masih sekolah. Dalam keluarga Sumarni kurang mendapat kasih sayang atau
perawatan dari anak cucunya karena faktor ekonomi tadi. Maka atas
kesepakatan dari pihak keluarga dan bahkan dari pengurus Desa setempat,
Sumarni kemudian dititipkan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.86
86 Wawancara dengan Sumarni, tanggal 29 April 2010.
80
Kisah hidup yang lain dialami oleh klien yang bernama Kasiman,
usia 64 tahun yang berasal dari Wonogiri, dari hasil wawancara dengan
Kasiman dapat diketahui bahwa awalnya dia terjaring razia yang dilakukan
Satpol PP Kota Surakarta di daerah Terminal Tirtonadi. Kasiman hidup
menggelandang di usia senjanya dengan bertahan hidup seadanya dan tidur di
mana saja. Kasiman hanya mempunyai ketrampilan bertani namun sawah dan
ladangnya habis dijual oleh anaknya yang katanya sekarang tinggal di Jakarta
semenjak istri dari Kasiman meninggal dunia. Kasiman sering mendapat
sindiran dari lingkungan tempat tinggalnya hingga akhirnya memutuskan
untuk menggelandang di jalan dan sampai akhirnya berada di Panti Wredha
Dharma Bhakti Surakarta.87
Lain lagi kisah hidup yang dialami oleh Ngatini, usia 67 tahun yang
berasal dari Pasar Kliwon. Dia berada di panti karena alasan hidup sebatang
kara setelah ditinggal suaminya meninggal dunia dan tidak mempunyai anak.
Dahulu pada waktu masih bersama suaminya, Ngatini hidup memang pas-
pasan karena tidak mempunyai rumah dan tinggal mengontrak. Dia dan
suaminya hanya bekerja sebagai buruh kecil di pasar, hingga sejak kematian
suaminya Ngatini memutuskan untuk tinggal di dalam Panti Wredha Dharma
Bhakti Surakarta.88
Dari beberapa latar belakang kehidupan yang diungkapkan oleh
beberapa klien di atas, terlihat bahwa ada bermacam-macam alasan mereka
ditampung di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Tetapi pada dasarnya
87 Wawancara dengan Kasiman, tanggal 29 April 2010. 88 Wawancara dengan Ngatini, tanggal 29 April 2010.
81
mereka ingin mencari pemecahan atau jalan keluar terhadap permasalahan
hidup yang dialaminya.
2. Keadaan Klien Setelah Mengikuti Pembinaan di Panti Sosial Dharma
Bhakti Surakarta
Pembinaan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta terdiri dari
pembinaan fisik, mental, sosial dan ketrampilan. Untuk itu dibahas manfaat
masing-masing program pembinaan terhadap klien. Keadaan klien setelah
mengikuti program pembinaan di Panti Wredha Dhama Bhakti Surakarta akan
mengalami perubahan baik sikap maupun perilaku yang baik dan teratur.89
Perubahan yang terjadi pada diri klien dapat dikatakan berhasil dan
dapat dikatakan juga kurang berhasil, karena manfaat pembinaan tersebut bagi
orang yang melihat dan bagi klien yang merasakan hasilnya belum tentu sama
penilaiannya dengan melihat sekilas keadaan klien di Panti Wredha Dharma
Bhakti Surakarta, orang akan menyimpulkan tidak terjadi perubahan yang
besar pada kehidupan klien tetapi bagi klien keadaan setelah mendapat
pembinaan sudah mengalami perubahan yang besar karena waktu dulu
sebelum masuk panti hidup secara tidak teratur, namun sekarang sudah lebih
teratur dalam berbagai hal. Berikut ini akan diuraikan masing-masing
kelompok materi kegiatan dan manfaatnya bagi klien.
a. Pembinaan Fisik
Pembinaan fisik meliputi, olahraga, kesehatan dan rekreasi. Tujuan
dari pembinaan fisik ini adalah meningkatkan daya tahan tubuh serta
kesehatan klien agar tetap sehat dan bugar. Sebab dalam kenyataannya
89 Wawancara dengan Rahayu Sulistyowati, tanggal 15 Maret 2010.
82
kondisi fisik klien pada saat pertama datang rata-rata dalam keadaan yang
kurang bugar. Kondisi tersebut disebabkan karena kebiasaan hidup mereka
yang tidak teratur, maka dari pembinaaan fisik tersebut diharapkan kondisi
kesehatan mereka dapat diperbaiki. Jika ada diantara klien yang sakit maka
akan lebih awal diketahui dan diambil langkah selanjutnya yaitu
pengobatan agar klien tersebut sembuh.
b. Pembinaan Mental
Pembinaan mental yang diberikan kepada klien mempunyai tujuan
untuk membimbing dan memperbaiki kondisi mental para klien,
meningkatkan semangat hidup mereka untuk menuju kehidupan yang lebih
baik. Dengan pendidikan mental diharapkan klien dapat menentukan hal
baik dan buruk. Namun secara nyata hasil dari pembinaan mental tidak
mudah dilihat karena mental adalah bagian dari pribadi orang. Klien disini
diharapkan mampu menerapkan hal-hal baik untuk kehidupannya,
misalnya dalam hidup disiplin.
c. Pembinaan Sosial
Pembinaan sosial ini bertujuan mengarahkan para klien kepada tata
kerukunan dan kebersamaan hidup bermasyarakat, sehingga dapat
menimbulkan kesadaran tanggung jawab sosial para klien, baik di
lingkungan panti maupun masyarakat.. Oleh karena itu melalui pembinaan
sosial para klien dikenalkan dengan norma-norma dan nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat. Seperti yang diungkapkan klien bernama Giyanto,
usia 70 tahun mengatakan bahwa selama di panti dia merasa hidup di
dalam sebuah keluarga dimana mereka dapat berinteraksi dengan klien lain
83
dan juga masyarakat sekitar.90 Interaksi sosial memang diperlukan agar
klien tidak merasa jenuh dan kesepian di dalam panti.
d. Pembinaan Ketrampilan
Ketrampilan disini hanya bersifat hiburan atau menyalurkan
kegemaran dari masing-masing klien, misalnya ketrampilan menggambar,
berkebun, melukis, memasak dan beternak. Kegiatan ini tidak bersifat
wajib, sehingga panti hanya sebagai perantara saja. Manfaat dari
ketrampilan disini dapat dirasakan oleh Klien bernama Joko Supono, usia
65 tahun sebelum dia berada di panti dia mempunyai lahan bercocok
tanam di desa, sekarang pun dia masih bisa berkebun meski pun lahan
yang tersedia tidak seberapa namun dia sudah merasa terhibur.91
C. Pengawasan Terhadap Klien yang Kembali ke Masyarakat
Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dalam aktivitasnya adalah
membina para lanjut usia yang terkena razia maupun titipan dari pihak
keluarga yang pada akhirnya berada di dalam panti sampai akhir hayatnya
maupun yang kembali ketengah-tengah warga masyarakat. Klien yang
kembali ke masyarakat adalah klien yang diambil oleh pihak keluarga. Dengan
pembinaan yang telah diberikan sebelumnya, para lanjut usia diharapkan
mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
90 Wawancara dengan Giyanto, tanggal 29 April 2010. 91 Wawancara dengan Joko Supono, tanggal 29 April 2010.
84
Tabel 13.
Data Klien yang Meninggal Dalam Panti dan Kembali ke Keluarga Tahun
1979-1999.
TAHUN KETERANGAN
Meninggal Dalam Panti Kembali Kepada Keluarga 1979 11 2
1986 7 3
1996 11 2
1999 12 3
Sumber: Data Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta 1979-1999.
Dari tabel di atas dari tahun 1979 sampai tahun 1999 jumlah klien
yang kembali ke dalam keluarga sedikit sekali, karena banyak yang tidak
memiliki keluarga dan banyak keluarga yang tidak mempedulikan mereka.
Sebagian besar klien meninggal di dalam Panti Wredha Dharma Bhakti
Surakarta.
Keberhasilan pembinaan juga tergantung dari peran serta keluarga
dan masyarakat. Apabila ada klien yang kembali ke dalam keluarga, pihak
panti bekerja sama dengan pihak keluarga dan aparat desa setempat dimana
klien tersebut tinggal. Pihak aparat desa dan keluarga dapat mengawasi klien
tersebut. Pihak keluaraga khususnya dapat lebih memberikan perhatian dan
kasih sayang kepada klien dalam kehidupannya. Sementara itu pihak aparat
desa berperan memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar dapat
menerima klien tersebut dalam kehidupan bermasyarakat.92
Meskipun telah diambil pihak keluarga, namun dalam kenyataannya
tidak sedikit dari klien tersebut justru kembali lagi ke panti, dengan berbagai
92 Wawancara dengan Tugimin, tanggal 29 April 2010.
85
alasan, misalnya sulit berdaptasi lagi di lingkungan rumah dan merasa tidak
betah di dalam rumah. Untuk mengatasi masalah tersebut, pihak panti,
keluarga dan aparat desa tentu melakukan koordinasi lagi untuk memutuskan
apakah klien tersebut dikembalikan ke panti atau tidak..
D. Keberhasilan Usaha Pembinaan Terhadap Para Lanjut Usia
Upaya pembinaan terhadap para klien yang telah mendapat
pembinaan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta keberhasilannya dapat
dilihat dari dua aspek, yaitu:
1. Pihak Klien
Aspek ini menitikberatkan pada kondisi klien itu sendiri, yaitu
mereka yang telah memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Sudah menyadari bahwa dirinya kini tidak sendiri lagi, karena
sudah berada dalam panti dan mendapat pembinaan.
b. Sudah termotivasi dan mampu mengikuti kegiatan yang dilakukan
di dalam panti dengan perasaan senang.
c. Apabila klien tersebut sudah dibawa pulang oleh keluarga dan
tidak kembali lagi berarti klien tersebut setidaknya sudah merasa
nyaman berada dalam keluarganya.
2. Pihak Keluarga dan Masyarakat
Aspek ini menitikberatkan kepada kemauan warga masyarakat untuk
menerima kembali para lanjut usia ke dalam lingkungan tempat
tinggalnya, ciri-cirinya adalah:
86
a. Dapat memahami bahwa permasalahan yang dialami para lanjut
usia merupakan tanggung jawab bersama warga masyarakat.
b. Menyadari bahwa para lanjut usia memerlukan kasih sayang yang
lebih dari keluarga maupun masyarakat.
c. Menerima kembali mereka dan memberi ruang para lanjut usia
untuk ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan di
masyarakat.
87
BAB V
KESIMPULAN
Latar belakang didirikannya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta
adalah sebagai reaksi atas permasalahan sosial lanjut usia khususnya para
lanjut usia terlantar maupun titipan keluarga, yang secara langsung maupun
tidak langsung akan membawa pengaruh pada proses pembinaan terhadap
lanjut usia dalam mencapai kebahagiaan. Kelompok lanjut usia tersebut
membutuhkan perhatian khusus, terutama peningkatan kualitas hidup mereka
agar dapat mempertahankan kesehatan dan kemandiriannya sehingga tidak
menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat. Dengan adanya panti ini
diharapkan dapat menampung dan sebagai tempat untuk membina orang-
orang tersebut. Panti ini sudah ada sejak pemerintahan Kasunanan Surakarta
tahun 1929 yang dahulu panti tersebut dikenal dengan sebutan “Wangkung”.
Pada tahun 1942 kewenangan Keraton dialihkan ke Pemerintah Kota
Surakarta dalam hal ini Dinas Sosial yang dinamakan “Panti Karya Pamardi
Karya” yang berfungsi untuk menampung orang-orang gelandangan.
Kemudian berdasarkan Surat Pemerintah Dinas Sosial Propinsi Jawa Tengah
tertanggal 3 September 1977 lokasi tersebut khusus untuk menampung orang-
orang lanjut usia atau orang jompo terlantar yang kemudian diberi nama
“Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta”.
Pelaksanaan pembinaan terhadap para lanjut usia berupaya
memberikan suatu pelayanan terhadap para lanjut usia dalam kehidupan
88
sehari-hari agar mampu mengembangkan kepercayaan diri, tangung jawab
sosial dan yang paling utama dapat menjalankan kehidupan di hari tua agar
bahagia serta dapat menjalankan fungsi sosialnya secara wajar dalam
kehidupan bermasyarakat. Berikut ini merupakan peranan dan usaha yang
dilakukan panti pembinaan dalam mencukupi kebutuhan klien.
1. Pembinaan Mental
Pembinaan mental disini meliputi pendidikan agama dan budi
pekerti. Pembinaan mental ini bertujuan untuk membentuk sikap mental
yang baik dengan meningkatkan ketaqwaan dan keimanan kepada Tuhan
Yang Maha Esa
2. Pembinaan Fisik atau Perawatan Diri
Sebelum tahun 1999 jatah makan untuk para klien hanya sebesar
Rp.4.000,00 namun sesudah tahun 1999 jatah makan naik menjadi
Rp.10.000,00 per orang. Makanan yang disajikan di dalam panti juga
diusahakan berganti-ganti yang dihidangkan dan ditata secara menarik
agar menimbulkan selera makan. Pakaian yang dikenakan para klien di
dalam panti berasal dari pemerintah. Setiap tahun pemerintah kota
memberikan pakaian baru, ada juga bantuan dari pihak luar pakaian bekas.
Petugas panti secara perlahan membimbing mereka agar mampu
setidaknya mengenakannya sendiri, namun dalam prakteknya setiap hari
mereka masih dibantu petugas panti.
Di dalam panti ini juga diterapkan waktu tidur, yaitu jam tidur siang
dan jam tidur malam. Pembinaan kesehatan setiap seminggu sekali
diadakan pemeriksaan kesehatan rutin kepada klien yang dilakukan oleh
89
Puskesmas Pajang dan apabila ditemukan indikasi penyakit tertentu di
dalam panti sudah disediakan ruang khusus atau ruang isolasi.
3. Pembinaan ketrampilan
Pembinaan ketrampilan dilakukan hanya untuk mengisi atau
memanfaatkan waktu luang yang ada sehingga hal ini tidak bersifat wajib.
Ketrampilan di sini pun beraneka ragam misalnya, menganyam, melukis,
atau bahkan menjahit. Di lingkungan panti juga terdapat kebun tanaman
dan kolam lele yang dirawat dan dipelihara dengan baik oleh petugas
panti dan para klien
4. Pembinaan Olahraga dan Rekreasi
Pembinaan olahraga harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan
harus disenangi atau diminati misalnya berkebun, berjalan-jalan dan
senam. Berkebun dilakukan di lingkungan panti yang mempunyai halaman
cukup luas, Berjalan-jalan dan senam di pagi hari termasuk rekreasi
ditujukan agar para klien mendapatkan hiburan dan suasana baru di luar
lingkungan panti agar tidak merasa jenuh di dalam panti.
Dalam pembinaannya pihak panti telah menjalin hubungan
kerjasama dengan Panti Wredha Negeri di Jawa Tengah, Departemen Agama,
Departemen Kesehatan, UNS, GKI Pajang, PKK Kota Surakarta, Kepolisian,
Satpol PP, Rumah Sakit DR. Moewardi, Rumah Sakit Jiwa Surakarta dan jajaran
sosial lainnya serta masyarakat pada umumnya. Pendanaan panti, di dapat dari
Pemerintah Kota Surakarta meskipun masih dibantu oleh Pemerintah Provinsi
Jawa Tengah., dan bantuan dari pihak swasta misalnya Yayasan Dharmais, PT
Konimex dan Batik Keris.
90
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMEN Areal atau Lokasi Pekuburan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta No.
465.1./127/X/83 Berkas Peraturan Tentang Rumah Pamardi Karyo Wangkung Th 1940. Koleksi
Arsip Rekso Pustoko Pura Mangkunegaran. Kode Arsip L.548
Daftar Warga Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun 2000. Laporan Tahunan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun 1983 No.
465.1./97/IV-83 Ijin Lokasi Tanah Untuk Kuburan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta No.
596/3446/1988. Surat Keputusan Walikota No. 061.1/017/I/1993 Tentang Pembentukan
SusunanOrganisasi Dan Tata Kerja Panti Wredha Dharma Bhakti TK. II Surakarta,
Sekilas Panti Wredha Dharma Bhakti Kota Surakarta. (1997) Selayang Pandang Panti Wredha Dharma Bhakti Kota Surakarta. (1997) Surakarta Dalam Angka. BPS Kota Surakarta 1977-1999
UU No. 6 Tahun 1974 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial BUKU-BUKU
Margatan Arcole. 1996. Hidup Sehat Bagi Lanjut Usia. Solo: CV Aneka. Biro Pusat Statistik. 1999. Profil Penduduk Lanjut Usia Indonesia. Jakarta: Biro
Pusat Statistik. Catur dan Sugiyanto.1993. Pola Pengobatan Penyakit Penduduk Usia Lanjut.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.
91
Darmojo. 2004. Geriatri: Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Manajemen Upaya Kesehatan Lanjut
Usia di Panti Wredha. Jakarta: Balai Pustaka. ________. 2003. Pedoman Pengelolaan: Kegiatan Kesehatan di Kelompok Usia
Lanjut Edisi ke 2. Jakarta: Balai Pustaka. ________. 1997. Pola Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut di Panti Wredha.
Jakarta: Balai Pustaka. ________. 2001. Modul Pelatihan Konseling Kesehatan dan Gizi bagi Lanjut
Usia untuk Petugas Puskesmas. Jakarta: Balai Pustaka. __________. 2001. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut bagi Petugas
Puskesmas. Jakarta: Balai Pustaka. Dharianti. 2001. Karakteristik Penduduk Usia Lansia Yang Memanfaatkan
Sarana Kesehatan di Propinsi Jawa Tengah, Yogyakarta: UGM. Hadari Nawawi. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: UGM
Press. Harianti. 2001. Karakteristik Penduduk Lansia Yang Memanfaatkan Sarana
Kesehatan Di Propinsi Jawa Tengah. Yogyakarta: UGM Press. Koentjaraningrat. 1986. Metode-metode Penelitian Dalam Masyarakat, Jakarta:
Gramedia. Gottschalk Louis. 1986. Mengerti Sejarah, edisi terjemahan Nugroho
Notosusanto. Jakarta: UI Press. Made Astawan. 2001. Gizi dan Kesehatan Lanjut Usia, Jakarta: Medyatama
Sarana Perkasa. Mia Fatma Ekasari. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Jakarta:
Salemba Medika. Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nursid Suaatmadja. 1985. Pengantar Studi Sosial, Bandung: Alumni. Sanapiah Faisal. 1992. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Press.
92
Sri Nur Hidayati. 2005. Mengisi Hari Tua Dengan Bahagia, Yogyakarta: Pradipta.
Tony Setyabudi. 1994. Manusia Lanjut Usia. Jakarta: CV. Haji Masagung. Watiyastuti. 1995. Aspek Sosial Ekonomi Penduduk Usia Lanjut. Yogyakarta:
Pasca Sarjana UGM. SURAT KABAR “Pikiran Rakyat”. edisi 01 Juni 2004 “Tetap Ceria di Usia Senja”. dalam Jawa Pos Radar Solo edisi Kamis 27 Mei
2010.
87