perbedaan fungsi kognitif antara lansia insomnia … fileperbedaan fungsi kognitif pada lansia...

57
i PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA DAN TIDAK INSOMNIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran YUSUF ALLAN PASCANA G 0008245 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2011 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Upload: hathien

Post on 25-May-2019

246 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

i

PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA DAN

TIDAK INSOMNIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

YUSUF ALLAN PASCANA

G 0008245

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Perbedaan Fungsi Kognitif antara Lansia Insomnia dan

tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta

Yusuf Allan P., NIM : G0008245, Tahun : 2011

Telah diuji dan sudah disahkan dihadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari Selasa , Tanggal 20 Desember 2011

Pembimbing Utama Nama : I.G.B. Indro N., dr., Sp.KJ NIP : 1973 1003 200501 1 001 (..................................) Pembimbing Pendamping Nama : Novi Primadewi, dr., Sp.THT., M.Kes NIP : 1975 1129 200812 2 002 (..................................) Penguji Utama Nama : Prof. Dr. Aris Sudiyanto, dr., Sp.KJ (K) NIP : 1950 0131 197603 1 001 (..................................) Anggota Penguji Nama : Enny Ratna S., drg. NIP : 1952 1103 198003 2 001 (..................................)

Surakarta,........................

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR FINASIM NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Desember 2011

Yusuf Allan Pascana

NIM : G0008245

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

iv

ABSTRAK

Yusuf Allan P., G0008245, 2011. Perbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan Penelitian: Lansia merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki periode dewasa akhir atau usia tua, dimana manusia mulai mengalami penurunan secara fisik dan mental. Penurunan tersebut dapat menyebabkan gangguan tidur. Konsekuensi yang timbul dari gangguan tidur tersebut salah satunya adalah penurunan fungsi kognitif. Penekitian ini bertujuanuntuk mengetahui perbedaan fungsi kognitif antara lansia yang insomnia dan tidak insomnia. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan September-November 2011 di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Pengambilan sampel dilaksanakan secara total sampling. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang langsung diberikan pada penghuni panti. Data yang diperoleh berjumlah 33 data. Kemudian diambil 25% sampel yang memiliki skor insomnia tinggi dan 25% untuk skor insomnia rendah dan dianalisis menggunakan (1) Uji normalitas data Shapiro-Wilk (2) Uji t melalui program SPSS 17.0 for Windows. Hasil Penelitian: Penelitian menunjukkan (1) rerata skor MMSE untuk mengukur fungsi kognitif pada lansia dengan skor insomnia tinggi adalah 16.25, sedangkan pada insomnia skor rendah adalah 24.25 (2) hasil uji t menunjukkan p = 0.007 untuk perbedaan fungsi kognitif pada insomnia skor tinggi dan rendah. Simpulan Penelitian: Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan fungsi kognitif antara lansia yang insomnia dan tidak insomnia. Lansia yang mengalami insomnia lebih cenderung mengalami penurunan fungsi kognitif daripada lansia yang tidak mengalami insomnia. Kata kunci : lansia, insomnia, fungsi kognitif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

v

ABSTRACT

Yusuf Allan P., G0008245, 2011. Differences in Cognitive Function between Elderly with Insomnia and without Insomnia in Dharma Bakti Nursing Homes Surakarta. Medical Faculty of Sebelas Maret University Surakarta.

Objectives: Elderly is a term for individuals who have entered the period of late adulthood or old age, which people begin to decline physically and mentally. The decline can cause sleep disorder. One of the consequences arising from a sleep disorder is the decline in cognitive function. This research objective is to determine the difference between the cognitive function of elderly with insomnia and without insomnia.

Methods: This is a descriptive analytic research with cross sectional approach conducted in September-November 2011 in Dharma Bakti nursing home Surakarta. Sampling was carried out in total sampling. Research instruments in the form of questionnaires administered directly. Data obtained amounted to 33 data. 25% of the sample who score high insomnia and 25% for low and insomnia scores then analyzed using (1) normality test Shapiro-Wilk (2) t test with SPSS 17.0 for Windows.

Result: Research shows (1) the mean of MMSE score for measuring cognitive function in elderly with insomnia high score is 16:25, whereas a low score on insomnia is 24.25 (2) the results of the t test showed p = 0.007 for difference in cognitive function in insomnia with high and low scores.

Conclusions: Based on the results of research that has been done can be concluded that there are differences in cognitive function among elderly with insomnia and without insomnia. Elderly who have insomnia are more likely to have cognitive decline than elderly without insomnia.

Key words : elderly, insomnia, cognitive function

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

vi

PRAKATA

Alhamdulillaah, puji syukur ke hadirat Allah S.W.T yang telah memberikan berkat, hidayah,, dan kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Perbedaan Fungsi Kognitif antara Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku ketua tim skripsi beserta tim skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. I.G.B. Indro N, dr., Sp.KJ, selaku Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat.

4. Dr. Novi Primadewi, Sp.THT, M.Kes, selaku Pembimbing Pendamping yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat.

5. Prof. Dr. Aris Sudiyanto, dr., Sp.KJ (K), selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan dan nasehat.

6. Enny Ratna S., drg., selaku Anggota Penguji yang telah memberikan bimbingan dan nasehat.

7. Seluruh pegawai, perawat, dan penghuni Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta yang telah memberi banyak bantuan dalam penelitian ini.

8. Bapak, Ibu, kakak-kakak serta seluruh keluarga yang telah memberi dukungan moral, material, serta senantiasa mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini.

9. Atika Zulfa dan Ratri Satya, yang telah berjuang bersama dalam penelitian ini.

10. Teman-teman yang telah meluangkan waktu membantu akomodasi dalam penelitian ini, Adrian, Andhika, Adhy dan Dwi.

11. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.

Surakarta, 5 Desember 2011

Yusuf Allan P.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

vii

DAFTAR ISI

PRAKATA ............................................................................................................ vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ........................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 3

BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................. 5

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 5

1. Lansia .............................................................................................. 5

2. Insomnia ......................................................................................... 7

3. Fungsi Kognitif .............................................................................. 13

4. Hubungan Insomnia dengan Fungsi Kognitif ................................ 21

B. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 22

C. Hipotesis ............................................................................................ 23

BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 24

A. Jenis Penelitian.................................................................................... 24

B. Lokasi Penelitian............................................................................ 24

C. Subyek Penelitian................................................................................ 24

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

viii

D. Teknik Sampling ................................................................................ 25

E. Rancangan Penelitian ......................................................................... 25

F. Identifikasi Variabel Penelitian........................................................... 26

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................................ 26

H. Instrumen Penelitian ........................................................................... 27

I. Teknik Analisis Data........................................................................... 28

BAB IV. HASIL PENELITIAN ........................................................................... 30

A. Deskripsi Sampel ............................................................................. 30

B. Analisis Statistika............................................................................. 31

BAB V. PEMBAHASAN .................................................................................... 34

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 36

A. Simpulan .......................................................................................... 36

B. Saran ................................................................................................ 36

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 37

LAMPIRAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia ...................................................... 30

Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ...................................... 31

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Data ...................................................................... 32

Tabel 4. Hasil Uji t tentang perbandingan Fungsi Kognitif ................................ 32

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Izin Penelitian

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

Lampiran 3. Informed Consent

Lampiran 4. Data Penelitian

Lampiran 5. Perhitungan Statistik

Lampiran 6. Kuesioner

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lansia merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki periode

dewasa akhir atau usia tua. Periode ini merupakan periode penutup bagi

rentang kehidupan seseorang, di mana telah terjadi kemunduran fisik dan

psikologis secara bertahap (Hurlock, 2003).

Lansia merupakan seorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun

atau lebih yang secara fisik masih berkemampuan (potensial) maupun karena

suatu hal yang tidak mampu lagi berperan secara aktif dalam pembangunan

(tidak potensial) Jadi lanjut usia adalah orang yang mengalami perubahan-

perubahan fisik yang wajar, kulit sudah tidak kencang, otot-otot sudah

mengendor, dan organ-organ tubuhnya kurang berfungsi dengan baik

(Depkes, 2001).

Di Indonesia, populasi lansia pada tahun 2005 (15,8 juta/7,2 % penduduk

Indonesia) meningkat 3 kali lebih besar daripada tahun 1970 (5,3 juta) (BPS,

2010). Peningkatan jumlah populasi lansia tersebut memunculkan motivasi

dan keperluan untuk berinvestasi dalam penelitian-penelitian untuk

meningkatkan healthspan dalam rangka memaksimalkan kualitas hidup dan

meminimalkan beban finansial dan sosial sehubungan dengan

ketidakmampuan pada lansia.

Lebih dari 80 % penduduk usia lanjut menderita penyakit fisik yang

mengganggu fungsi mandirinya. Sejumlah 30 % pasien yang menderita sakit

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

2

fisik tersebut menderita kondisi komorbid psikiatrik, terutama depresi dan

anxietas. Sebagian besar usia lanjut yang menderita penyakit fisik dan

gangguan mental tersebut menderita gangguan tidur (Prayitno, 2002).

Dengan bertambahnya usia terdapat penurunan dari periode tidur.

Kelompok usia lanjut cenderung lebih mudah bangun dari tidurnya.

Kebutuhan tidur akan berkurang dengan berlanjutnya usia. Pada usia 12 tahun

kebutuhan untuk tidur adalah sembilan jam, berkurang menjadi delapan jam

pada usia 20 tahun, tujuh jam pada usia 40 tahun, enam setengah jam pada

usia 60 tahun, dan enam jam pada usia 80 tahun (Buenaventura, 2000).

Insomnia dapat berupa kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap

tertidur. Bahkan seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi merasa belum

cukup tidur dapat disebut mengalami insomnia (Japardi 2002). Dengan

demikian, insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi

kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur pada

usia lanjut dihubungkan dengan penurunan memori, konsentrasi terganggu,

dan kinerja fungsional terganggu. Hal tersebut menyumbangkan peningkatan

risiko kecelakaan, jatuh, dan kelelahan kronis (Kamel dan Gammack, 2006).

Gangguan dalam pola tidur normal pada orang tua mempunyai

konsekuensi kesehatan yang penting, terutama mood dan fungsi kognitif.

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka orang tersebut

mengalami penurunan fungsi kognitif dan fungsi psikomotor. Fungsi kognitif

meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian, dan lain-

lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

3

(Prayitno, 2002). Dari penelitian diperoleh 34% lansia mengalami penurunan

fungsi kognitif. Perempuan lebih banyak mengalami penurunan fungsi

kognitif daripada laki-laki, yaitu sebesar 45,7 %. Penurunan fungsi kognitif

terjadi pada 50 % lansia old, lebih banyak dibandingkan pada lansia young

elderly (27,7 %) (Zulsita, 2010).

Berdasarkan uraian tersebut, lansia pada umumnya akan mengalami

penurunan fungsi kognitif. Namun pada sebagian kasus penurunan fungsi

kognitif juga dapat disebabkan oleh insomnia. Dari latar belakang tersebut,

penulis ingin melakukan penelitian untuk membuktikan apakah ada hubungan

antara insomnia dengan penurunan fungsi kognitif pada lansia.

B. Perumusan Masalah

Adakah perbedaan fungsi kognitif antara lansia yang mengalami

insomnia dan tidak mengalami insomnia?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan fungsi kognitif antara lansia yang insomnia

dan tidak insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat penurunan fungsi kognitif pada lansia

b. Mengidentifikasi kejadian insomnia pada lansia.

c. Melakukan analisis perbedaan fungsi kognitif antara lansia yang

insomnia dan tidak insomnia.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

4

.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empiris adanya

hubungan antara insomnia dengan penurunan fungsi kognitif pada

lansia.

b. Menambah wawasan psikiatri khususnya tentang hubungan antara

insomnia dengan penurunan fungsi kognitif pada lansia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pihak pengelola panti wredha, penelitian ini diharapkan dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan

terhadap lansia yang memiliki gangguan tidur dan penurunan fungsi

kognitif.

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pembanding atau pustaka

bagi para peminat masalah yang berhubungan insomnia atau fungsi

kognitif.

c. Mengetahui angka kejadian insomnia di kalangan lansia di Panti

Wredha Dharma Bakti Surakarta.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Lansia

a. Klasifikasi Lansia

WHO mempunyai batasan usia lanjut sebagai berikut:

middle/young elderly usia antara 45 - 59 tahun, elderly usia antara 60

- 74 tahun, old usia antara 75 - 90 tahun dan dikatakan very old

berusia di atas 90 tahun. (WHO, 1998)

b. Konsep Menua

Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat

menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar

cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap

berbagai penyakit dan kematian (Setiati, 2006).

Terdapat dua jenis penuaan, antara lain penuaan primer,

merupakan proses kemunduran tubuh gradual tak terhindarkan yang

dimulai pada masa awal kehidupan dan terus berlangsung selama

bertahun-tahun, terlepas dari apa yang orang-orang lakukan untuk

menundanya. Sedangkan penuaan sekunder merupakan hasil

penyakit, kesalahan dan penyalahgunaan faktor-faktor yang

sebenarnya dapat dihindari dan berada dalam kontrol seseorang

(Papalia dan Feldman, 2005).

5

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

6

Banyak perubahan yang dikaitkan dengan proses menua

merupakan akibat dari kehilangan yang bersifat bertahap (gradual

loss). Watson (2003) mengungkapkan bahwa lansia mengalami

perubahan-perubahan fisik di antaranya perubahan sel, sistem

persarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem

kardiovaskuler, sistem pengaturan suhu tubuh, sistem respirasi,

sistem gastrointestinal, sistem genitourinari, sistem endokrin, sistem

muskuloskeletal, disertai juga dengan perubahan-perubahan mental

menyangkut perubahan ingatan (memori). Berdasarkan perbandingan

yang diamati secara potong lintang antarkelompok usia yang

berbeda, sebagian besar organ tampaknya mengalami kehilangan

fungsi sekitar 1 persen per tahun, dimulai pada usia sekitar 30 tahun

(Setiati, 2006; Harimurti dan Roosheroe, 2006).

c. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia

Adapun beberapa faktor yang dihadapi lansia yang sangat

mempengaruhi kesehatan jiwanya adalah perubahan kondisi fisik,

perubahan fungsi dan potensi seksual, perubahan aspek psikososial,

perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan, dan perubahan peran

sosial di masyarakat.

1) Perubahan Kondisi Fisik

Setelah orang memasuki masa lansia, umumnya mulai

dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis. Misalnya,

tenaga berkurang, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

7

makin rapuh, berkurangnya fungsi indra pendengaran, penglihatan,

gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau

bahkan kecacatan pada lansia misalnya badan menjadi bungkuk,

pendengaran berkurang, penglihatan kabur, sehingga menimbulkan

keterasingan. Proses penuaan mengakibatkan terganggunya

berbagai organ di dalam tubuh seperti sistem gastro-intestinal,

sistem genito-urinaria, sistem endokrin, sistem immunologis,

sistem serebrovaskular dan sistem saraf pusat, dan sebgainya.

Perubahan yang terjadi pada otak mulai dari tingkat molekuler,

sampai pada struktur dan fungsi organ otak. Akibat dari perubahan

tersebut maka antara lain akan terjadi penurunan peredaran darah

ke otak pada daerah tertentu dan gangguan metabolisme,

neurotransmiter, pembesaran ventrikel sampai akhimya terjadi

atrofi dari otak.Berat otak menurun seiring dengan bertambahnya

usia. Berat otak pada usia 90 tahun menurun 10 % dibandingkan

dengan saat usia muda. Jumlah sel neuron berkurang sebanyak

100.000 sel per hari (Setiati, 2000; Lumbantobing, 1997).

Akibatnya muncul fenomena perubahan struktural dan fisiologis,

seperti sulit tidur, gangguan perilaku, gangguan seksual dan

gangguan kognitif.

2) Perubahan Aspek Psikososial

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka

akanmengalami penurunan fungsi kognitif dan fungsi psikomotor.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

8

Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,

pengertian, perhatian, dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi

dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi

psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan

dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi yang

berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan (Depkes, 1999).

2. Kognitif

a. Definisi Kognitif

Kognitif merupakan suatu proses pekerjaan pikiran yang

dengannya kita menjadi waspada akan objek pikiran atau persepsi,

mencakup semua aspek pengamatan, pemikiran dan ingatan

(Dorland, 2002).

b. Aspek-Aspek Kognitif

Fungsi kognitif seseorang meliputi berbagai fungsi berikut, antara

lain

1) Orientasi

Orientasi dinilai dengan pengacuan pada personal, tempat dan

waktu. Orientasi terhadap personal (kemampuan menyebutkan

namanya sendiri ketika ditanya) menunjukkan informasi yang

overlearned. Kegagalan dalam menyebutkan namanya sendiri

sering merefleksikan negatifisme, distraksi, gangguan

pendengaran atau gangguan penerimaan bahasa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

9

Orientasi tempat dinilai dengan menanyakan negara, provinsi,

kota, gedung dan lokasi dalam gedung. Sedangkan orientasi

waktu dinilai dengan menanyakan tahun, musim, bulan, hari

dan tanggal. Karena perubahan waktu lebih sering daripada

tempat, maka waktu dijadikan indeks yang paling sensitif untuk

disorientasi (Goldman, 2000).

2) Bahasa

Fungsi bahasa merupakan kemampuan yang meliputi 4

parameter, yaitu kelancaran, pemahaman, pengulangan dan

naming.

a) Kelancaran

Kelancaran merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan

kalimat dengan panjang, ritme dan melodi yang

normal.Suatu metode yang dapat membantu menilai

kelancaran pasien adalah dengan meminta pasien menulis

atau berbicara secara spontan.

b) Pemahaman

Pemahaman merujuk pada kemampuan untuk memahami

suatu perkataan atau perintah, dibuktikan dengan

mampunya seseorang untuk melakukan perintah tersebut.

c) Pengulangan

Kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu pernyataan

atau kalimat yang diucapkan seseorang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

10

d) Naming

Naming merujuk pada kemampuan seseorang untuk

menamai suatu objek beserta bagian-bagiannya (Glisky,

2007).

3) Atensi

Atensi merujuk pada kemampuan seseorang untuk merespon

stimulus spesifik dengan mengabaikan stimulus yang lain di

luar lingkungannya.

a) Atensi selektif

Aspek ini merujuk pada kemampuan seseorang untuk

mengingat sejumlah kecil informasi selama <30 detik dan

mampu untuk mengeluarkannya kembali

b) Konsentrasi

Aspek ini merujuk pada sejauh mana kemampuan seseorang

untuk memusatkan perhatiannnya pada satu hal.Fungsi ini

dapat dinilai dengan meminta orang tersebut untuk

mengurangkan 7 secara berturut-turut dimulai dari angka

100 atau dengan memintanya mengeja kata secara terbalik

(Glisky, 2007).

4) Memori

Memori atau daya ingat dan proses belajar merupakan satu

kesatuan. Belajar merupakan proses untuk memperoleh

informasi atau pengetahuan baru, sedangkan memori adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

11

proses penyimpanan informasi tersebut serta dapat

mengingatnya kembali bila dibutuhkan. Proses ingat-

mengingat adalah :

a) Encoding, di mana suatu informasi dari dunia luar akan

ditera dan didistribusikan ke beberapa unit penyimpanan di

otak sebelum unit tersebut dapat mempelajari materinya.

b) Konsolidasi merupakan penyimpanan informasi tersebut

yang lebih permanen.

c) Retrieval adalah mengingat kembali bahan informasi yang

telah disimpan.

Memori terdiri atas :

a) Daya ingat sesaat (Immediate Memory) yaitu informasi

yang hanya disimpan selama beberapa detik saja; contoh,

memutar nomor telpon sambil melihat nomor tersebut di

buku telpon, di mana orang lupa nomor tersebut setelah

memutarnya.

b) Daya ingat jangka pendek (Short-term Memory) yaitu

informasi dapat diingat setelah beberapa menit

memperhatikan dan menghafalnya contoh, memutar nomor

telpon sambil menghafalnya. Dapat bertahan dalam

beberapa menit atau jam.

c) Daya ingat jangka panjang (Long - term Memory) yaitu

informasi masa lampau masih dapat diingat. Ini merupakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

12

bank memori tentang apa yang diketahui dari pendidikan

dan pengalaman, sebagian besar akan hilang setelah

beberapa lama (Depkes, 1999).

d) Fungsi konstruksi

Mengacu pada kemampuan seseorang untuk membangun

dengan sempurna. Fungsi ini dapat dinilai dengan meminta

orang tersebut untuk menyalin gambar, memanipulasi balok

atau membangun kembali suatu bangunan balok yang telah

dirusak sebelumnya.

e) Kalkulasi

Kemampuan seseorang untuk menghitung angka.

f) Penalaran

Kemampuan seseorang untuk membedakan baik buruknya

suatu hal, serta berpikir abstrak (Goldman, 2000).

c. Neurosains kognitif

1) Lobus frontalis

Korteks frontalis, khususnya area prafrontalis, membesar

secara khusus pada manusia, dibandingkan dengan spesies lain.

Secara anatomis, girus frontalis superior, medial dan inferior

membentuk aspek lateral dari lobus frontalis. Secara

fungsional, korteks motorik, korteks pramotorik dan korteks

asosiasi prafrontalis adalah bagian yang utama. Korteks

motorik terlibat dalam pergerakan otot spesifik; korteks

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

13

pramotorik terlibat dalam gerakan terkoordinasi berbagai otot;

dan korteks asosiasi terlibat dalam integrasi informasi sensoris

yang diproses oleh korteks sensorik primer.

Jalur dari dan ke lobus frontalis adalah banyak dan kompleks,

tetapi satu kelompok jalur yang menghubungkan area

prafrontalis dan nukleus mediodorsal dari talamus mempunyai

kaitan dengan gangguan psikiatrik. Daerah magnoselular dari

nukleus talamik menonjol keluar ke aspek orbital dan medial

dari area prafrontalis; daerah parviselular menonjol keluar ke

arah dorsolateral. Lesi yang mengenai jalur magnoselular

menyebabkan hiperkinesis, euforia dan perilaku yang tidak

sesuai, kadang-kadang disebut sebagai sindrom pseudopsikotik.

Lesi yang mengenai jalur parviselular menyebabkan

hipokinesis, apati dan gangguan kognisi, kadang-kadang

disebut sindrom pseudodepresi. Gejala tambahan dapat berupa

dandanan yang buruk, retardasi psikomotor, penurunan

perhatian, kekerasan motorik, kesulitan perubahan mental dan

kemampuan abstrak yang buruk.

Fungsi utama korteks frontalis adalah aktivasi motorik,

intelektual, perencanaan konseptual, aspek kepribadian dan

aspek produksi bahasa (Kaplan & Sadock, 1997).

2) Lobus temporal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

14

Lobus temporalis, terletak di setiap sisi kepala berperan dalam

fungsi memori, terutama bagian medial di mana terdapat dua

struktur penting, yaitu hipokampus dan amigdala.(Kaplan&

Sadock, 1997).

3) Hipokampus

Hipokampus berperan sebagai gerbang memori yang harus

dilewati ketika memori baru menuju penyimpanan permanen

(korteks). Hipokampus tidak menerima langsung input dari

neokorteks. Data yang diterimanya berasal dari area asosiasi

yang ditransmisikan terlebih dahulu ke korteks entorinal atau

amigdala sebelum ke hipokampus.Kerusakan pada hipokampus

dapat berakibat amnesia anterograde, dimana pasien tidak

mampu membentuk memori baru, sedangkan memori lamanya

masih tersimpan dengan baik. (Kaplan& Sadock, 1997).

4) Amigdala

Amigdala, terletak di samping hipokampus dalam lobus

temporalis medial, merupakan struktur penting dalam memori

emosional. Seseorang dengan kerusakan pada amigdala

mungkin dapat mengingat kejadian yang pernah dialaminya,

tetapi tidak bisa mengingat kandungan emosi di dalamnya.

Selain penting dalam fungsi memori, lobus temporalis juga

penting dalam fungsi bahasa, di mana terdapat struktur penting,

yaitu area Wernicke, yang terletak di sekeliling girus Heschl di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

15

bidang superior temporal.Serat-serat auditorik berjalan dari

badan genikulatus medial dari talamus ke girus Heschl pada

bidang superior temporal.Di sekeliling girus Heschl adalah

korteks auditorik yang dikenal sebagai area Wernicke. Serat-

serat dari area Wernicke diproyeksikan ke area Broca di lobus

frontal inferior melalui fasikulus arkuatus dan mungkin jalur

substansia alba lainnya. Area Broca dapat dianggap sebagai

korteks motorik.Sebagai perluasan dari korteks premotorik,

area Broca dapat membuat kode yang menghasilkan program

artikulasi untuk area korteks motorik yang melayani

pergerakan mulut, lidah dan laring (Goldman, 2000).

5) Lobus Parietalis

Lobus parietalis superior dan lobul parietalis inferior

membentuk lobus parietal. Lobus parietalis inferior termasuk

girus supramarginalis dan girus angularis. Korteks asosiasi

untuk input visual, taktil dan auditoris terkandung dalam lobus

parietalis. Lobus parietalis kiri mempunyai peranan istimewa

dalam proses verbal; lobus parietalis kanan mempunyai

peranan yang lebih besar dala proses visual-spasial (Kaplan dan

Sadock, 1997).

d. Kognitif pada Lansia

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

16

Setiati (2006) menyebutkan adanya perubahan kognitif yang terjadi

pada lansia, meliputi berkurangnya kemampuan meningkatkan fungsi

intelektual, berkurangnya efisiensi tranmisi saraf di otak

(menyebabkan proses informasi melambat dan banyak informasi

hilang selama transmisi), berkurangnya kemampuan mengakumulasi

informasi baru dan mengambil informasi dari memori, serta

kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik dibandingkan

kemampuan mengingat kejadian yang baru saja terjadi.

Penurunan menyeluruh pada fungsi sistem saraf pusat dipercaya

sebagai kontributor utama perubahan dalam kemampuan kognitif dan

efisiensi dalam pemrosesan informasi (Papalia, 2008). Penurunan

terkait penuaan ditunjukkan dalam kecepatan, memori jangka pendek,

memori kerja dan memori jangka panjang. Perubahan ini telah

dihubungkan dengan perubahan pada struktur dan fungsi otak. (Myers,

2008) menyebutkan garis besar dari berbagai perubahan post mortem

pada otak lanjut usia, meliputi volume dan berat otak yang berkurang,

pembesaran ventrikel dan pelebaran sulkus, hilangnya sel-sel saraf di

neokorteks, hipokampus dan serebelum, penciutan saraf dan

dismorfologi, pengurangan densitas sinaps, kerusakan mitokondria dan

penurunan kemampuan perbaikan DNA. Raz dan Rodriguez (2006)

juga menambahkan terjadinya hiperintensitas substansia alba, yang

bukan hanya di lobus frontalis, tapi juga dapat menyebar hingga

daerah posterior, akibat perfusi serebral yang berkurang (Myers,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

17

2008). Buruknya lobus frontalis seiring dengan penuaan telah

memunculkan hipotesis lobus frontalis, dengan asumsi penurunan

fungsi kognitif lansia adalah sama dibandingkan dengan pasien dengan

lesi lobus frontalis. Kedua populasi tersebut memperlihatkan gangguan

pada memori kerja, atensi dan fungsi eksekutif (Myers, 2008).

3. Insomnia

a. Definisi

Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan

tidur di mana periode singkat insomnia paling sering berhubungan

dengan kecemasan, baik secara terhadap pengalaman yang

mencemaskan atau dalam menghadapi pengalaman yang menimbulkan

kecemasan (Kaplan dan Saddock, 1997).

b. Fisiologi dan Siklus Tidur Normal

Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan

jasmani dan kelelahan mental. Dengan tidur semua keluhan hilang atau

berkurang dan akan kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk

menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Semua makhluk hidup

mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya waktu

dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia

disebut sebagai irama sirkadian. Pusat kontrol irama sirkadian terletak

pada bagian ventral anterior hipotalamus. Bagian susunan saraf pusat

yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada substansia

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

18

ventrikulo retikularis medulo oblongata yang disebut sebagai pusat

tidur. Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan

sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral medulo

oblongata disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal state (Japardi,

2002).

Tidur dibagi menjadi 2 tipe, yaitu tipe Rapid Eye Movement

(REM) dan Non Rapid Eye Movement (NREM). Tidur NREM terdiri

dari 4 stadium, yaitu stadium I, II, III, IV. Proses tidur dimulai dari

stadium I, II, sampai IV, kemudian ke tidur yang terdalam (tidur

dengan gelombang lambat), lalu kembali ke stadium III dan II menuju

ke fase REM. (Setiati dan Laksmi, 2005)

Pola siklus tidur dan bangun (irama sikardian), adalah bangun

sepanjang hari saat cahaya terang dan tidur sepanjang malam saat

gelap. Jadi faktor kunci adalah adanya perubahan gelap terang.

Stimulasi cahaya terang akan masuk melalui mata dan mempengaruhi

suatu bagian di hipothalamus yang disebut Nucleus Supra-Chiasmatic

(NSC). NSC akan mengeluarkan neurotransmitter yang mempengaruhi

pengeluaran hormon pengatur temperatur badan, kortisol, Growth

Hormone (GH) dan lain-lain yang mempengaruhi peranan untuk

bangun dan tidur. NSC bekerja seperti jam meregulasi segala kegiatan

bangun dan tidur. Jika pagi hari cahaya terang masuk, NSC segera

mengeluarkan hormon yang menstimulasi peningkatan temperature

badan, kortisol, dan GH sehingga orang terbangun. Jika malam tiba,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

19

NSC merangsang pengeluaran hormon melatonon sehingga orang

tertidur. Hormon melatonin adalah hormon yang mempengaruhi

terjadinya relaksasi serta penurunan temperature badan dan kortisol

(Rahayu, 2006).

c. Perubahan Tidur Akibat Proses Menua

Walaupun terdapat perbedaan besar dalam pola tidur tiap individu,

Orang usia lanjut pada umumnya memiliki waktu tidur total lebih

sedikit daripada orang yang lebih muda. Secara fisiologis, terdapat

perubahan tidur seiring dengan penambahan usia (proses penuaan),

yaitu meningkatnya proporsi tidur stadium I dan terbangun lebih

sering, dan menurunnya proporsi tidur stadium III dan IV, waktu

latensi tidur REM dan effisiensi tidur (Setiati dan Laksmi, 2005).

Orang usia lanjut juga lebih sering terbangun di tengah malam akibat

penurunan fisis karena usia dan penyakit yang dideritanya, sehingga

kualitas tidur secara nyata menurun. Faktor-faktor ini dapat

mengakibatkan kemerosotan pada kualitas tidur dan tidur total kurang.

Seiring proses penuaan, lamanya tidur REM cenderung lebih panjang,

tetapi latensi tidur secara signifikan menurun, menunjukkan bahwa

usia lanjut lebih mengantuk daripada populasi muda (Kamel dan

Gammack, 2008).

Pada usia lanjut juga terjadi perubahan pada irama sirkadian tidur

bnormal yaitu menjadi kurang sensitif dengan perubahan gelap terang.

Pada usia lanjut, ekskresi kortisol dan GH serta perubahan temperatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

20

tubuh menjadi berfluktuasi dan kurang menonjol. Melatonin, hormone

yang diekskresikan pada malam hari dan berhubungan dengan tidur

menurun dengan meningkatnya umur (Rahayu, 2006).

d. Klasifikasi dan Etiologi Insomnia

1) Dari sisi etiologi, ada 2 macam insomnia (Kaplan dan Saddock,

1997) yaitu:

a) Insomnia primer

Pada insomnia primer, terjadi hyperarousal state dimana

terjadi aktivitas ascending retikular activating system yang

berlebihan. Pasien bisa tidur tapi tidak merasa tidur.Masa tidur

REM sangat kurang, sedangkan masa tidur NREM cukup, periode

tidur berkurang dan terbangun lebih sering. Insomnia primer ini

tidak berhubungan dengan kondisi kejiwaan, masalah neurologi,

masalah medis lainnya, ataupun penggunaan obat-obat tertentu.

b) Insomnia sekunder

Insomnia sekunder disebabkan karena gangguan irama

sirkadian, kejiwaan, masalah neurologi atau masalah medis

lainnya, atau reaksi obat. Insomnia ini sangat sering terjadi pada

orang tua.Insomnia ini bisa terjadi karena psikoneurotik dan

penyakit organik.Pada orang denga insomnia karena psikoneurosis,

sering didapatkan keluhan-keluhan non organik seperti sakit

kepala, kembung, badan pegal yang mengganggu tidur. Keadaan

ini akan lebih parah jika orang tersebut mengalami ketegangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

21

karena persoalan hidup. Pada insomina sekunder karena penyakit

organik, pasien tidak bisa tidur atau kontinuitas tidurnya terganggu

karena nyeri organik, misalnya penderita arthritis yang mudah

terbangun karena nyeri yang timbul karena perubahan sikap tubuh.

2) Berdasarkan waktu terjadinya insomnia (Ibrahim, 2001) dibagi

menjadi:

a) Initial Insomnia

Yaitu kesulitan untuk memulai tidur. Biasanya terdapat pada

pasien gangguan jiwa dengan ansietas.

b) Middle Insomnia

Ditandai dengan seringnya terbangun di tengah malam dan

kesulitan untuk tidur kembali. Biasanya terdapat pada pasien

depresi.

c) Late Insomnia

Yaitu sering bangun terlalu pagi dan tidak dapat tidur kembali.

Biasanya ditemukan pada pasien depresi. (Joewana, 1988)

3) Berdasarkan lamanya insomnia terbagi dalam tiga golongan besar,

yaitu:

a) Transient Insomnia/Insomnia Sekilas

Jika lamanya kurang dari 4 minggu. Biasanya terjadi pada

orang yang tidur secara normal, tetapi mengalami kesulitan tidur

karena suatu stres yang berlangsungnya tidak terlalu lama,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

22

misalnya pada perjalanan jauh dengan kapal terbang yang

melampau zona waktu hospitalisasi

b) Short Term Insomnia

Yaitu insomnia jangka pendek.Terjadi antara 4 minggu

sampai 36 bulan. Sering dihubungkan denga stres. Situasional

seperti duka cita, kehilangan orang yang dicintai, menghadapi

ujian/wawancara pekerjaan (Kaplan & Sadock, 1997).

c) Long Term Insomnia/Insomnia Kronik

Insomnia jangka panjang yang terjadi lebih dari 36 bulan,

bahkan sampai bertahun-tahun (Rudi, 1988). Disebut juga

insomnia psikofisiologik persisten. Insomnia ini dapat

disebabkan oleh kecemasan; selain itu, dapat pula terjadi akibat

bebiasaan atau pembelajaran atau perilaku maladaptif di tempat

tidur. Misalnya, pemecahan masalah serius di tempat tidur,

kekhawatiran, atau pikiran negatif terhadap tidur (sudah berpikir

tidak akan bisa tidur) ( Japardi, 2002).

4) Berdasarkan berat ringannya (Dohrmaji, 2006), insomia terbagi:

a) Mild Insomnia

Yaitu kesulitan dalam memulai dan mempertahankan tidur, tanpa

atau sedikit mengalami penurunan kualitas hidup.

b) Moderate Insomnia

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

23

Yaitu kesulitan dalam memulai dan mempertahankan tidur, di

sepanjang malam. Penderita insomnia jenis ini akan mengalami

penurunan kualitas hidup yang relatif sedang.

c) Severe Insomnia

Yaitu kesulitan dalam memulai dan mempertahankan tidur, di

sepanjang malam dan hampir di setiap hari. Biasanya diikuti

dengan penurunan beratkualitas hidup.

e. Faktor Penyebab Insomnia

1) Gangguan memulai dan mempertahankan tidur atau insomnia

berkaitan dengan gangguan klinik sebagai berikut (Prayitno, 2002):

a) Apnea tidur

b) Mioklonus yang berhubungan dengan tidur berjalan, gerakan

mendadak pada tingkat yang berulang, stereotipik, unilateral atau

bilateral, keluhan berupa “tungkai gelisah” (restless leg), tungkai

kaku waktu malam, neuropatia atau miopatia dan defisiensi asam

folat dan besi.

c) Berbagai konflik emosional dan stres merupakan penyebab

psikofisiologik dari insomnia.

d) Gangguan psikiatrik berat terutama depresi seringkali

menimbulkan bangun terlalu pagi dan dapat bermanifestasi

sebagai insomnia dan hipersomnia.

e) Keluhan penyakit-penyakit organik, misalnya nyeri karena

arthritis, penyakit keganasan, nocturia, penyakit hati atau ginjal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

24

dan sesak napas dapat mengakibatkan bangun berulang pada

tidur malam.

f) Sindrom otak organik yang kronik seringkali menimbulkan

insomnia. Penyakit Parkinson terganggu tidurnya 2-3 jam.

g) Zat seperti alkhohol dan obat kortikosteroid, teofilin dan beta-

blockers dapat menginterupsi tidur.

2) Rahayu (2007) menjelaskan ada beberapa faktor penyebab insomnia

pada lansia, yaitu:

a) Perubahan-perubahan irama sirkadian

b) Gangguan tidur primer

c) Penyakit-penyakit fisik (hipertiroid, arthritis)

d) Penyakit-penyakit jiwa (depresi, gangguan ansietas)

e) Pengobatan polifarmasi. Alcohol, kafein

f) Demensia

g) Kebiasaan hygiene tidur yang tidak baik

h) Penyakit kronis yang menyebabkan nyeri (misalnya arthritis)

terbatasnya pergerakan (misalnya Parkinson), atau kesulitan

bernafas.

f. Simptom Insomnia

Simptom insomnia dapat meliputi salah satu atau lebih simptom di

bawah ini:

1) Kesulitan tidur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

25

2) Bangun tidur secara berkala saat malam hari dengan kesulitan untuk

kembali tidur

3) Bangun terlalu pagi di pagi hari

4) Tidur yang tidak menyegarkan (rasa lelah saat bangun dan selama

keseharian)

Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis

pasti:

· Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur,

atau kualitas tidur yang buruk.

· Gangguan terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama minimal

satu bulan.

· Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur (sleeplessness) dan

peduli yang berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan

sepanjang siang hari.

· Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur

menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi

fungsi dalam sosial dan pekerjaan (Buysse et al., 2005).

g. Akibat Insomnia

Akibat gangguan tidur, deprivasi tidur, dan merasa mengantuk yaitu

penurunan produktivitas, penurunan performa kognitif, peningkatan

kemungkinan kecelakaan, resiko morbiditas dan mortilitas lebih tinggi,

penurunan kualitas hidup (Rafknowledge, 2004).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

26

Kualitas tidur yang buruk dikaitkan dengan penurunan memori dan

konsentrasi, dan gangguan kinerja dalam uji psikomotorik. Gangguan

tidur juga dikaitkan dengan peningkatan risiko jatuh, penurunan kognitif,

dan tingkat kematian lebih tinggi. Orang yang tidur kurang dari 5 jam

semalam memiliki angka harapan hidup lebih sedikit dari orang yang

tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin disebabkan karena penyakit

yang menginduksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup

atau karena high arousal state yang terdapat pada insomnia

mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi kemungkinan sembuh

dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita insomnia memiliki

kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas

jika dibandingkan dengan orang normal (Kamel dan Gammack, 2006).

h. Insomnia pada lanjut usia

Insomnia lebih sering dijumpai pada wanita dan pada kelompok usia

lebih lanjut. Lebih dari 50% usia lanjut mungkin mengeluhkan kesulitan

waktu tidur malam (Lumbantobing, 2004).

Perubahan-perubahan ini berbarengan dengan perubahan fisik lain.

Umumnya dorongan homeostatik untuk tidur lebih dulu menurun, baru

diikuti oleh dorongan irama sirkadian untuk terjaga. Sehingga kita sering

melihat orang tua yang sebelumnya menderita insomnia, tapi setelah

lanjut usia adalah insomnia sekunder. Insomnia ini bisa terjkadi karena

psikoneurosis dan penyakit organik (Turana, 2007).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

27

Pada penelitian di laboratorium tidur, orang usia lanjut mengalami

waktu tidur dalam (delta sleep) lebih pendek, sedangkan tidur stadium 1

dan 2 lebih lama. Hasil uji dengan alat polysomnographic didapatkan

penurunan yang bermakna dalam slow wave sleep dan rapid eye

movement (REM) (Kamel dan Gammack, 2006).

Pada usia lanjut juga terjadi perubahan pada irama sirkadian tidur

normal yaitu menjadi kurang sensitif dengan perubahan gelap dan

terang. Dalam irama sirkadian yang normal terdapat peranan

pengeluaran hormon dan perubahan temperatur badan selama siklus 24

jam. Ekskresi kortisol dan GH meningkat pada siang hari dan temperatur

badan menurun di waktu malam. Pada usia lanjut, ekskresi kortisol dan

GH serta perubahan temperatur tubuh berfluktuasi dan kurang menonjol.

Melatonin, hormon yang disekresikan pada malam hari dan berhubungan

dengan tidur, menurun dengan meningkatnya umur (Rahayu, 2006).

4. Hubungan Insomnia dengan Fungsi Kognitif pada Lansia

Insomnia dan gangguan kognitif merupakan masalah yang sering terjadi

pada lansia. Namun penelitian yang menghubungkan keduanya masih

sedikit sekali. Penelitian yang dilakukan Halmov dan Valdas (2009)

menyebutkan bahwa insomnia kronis pada lansia menyebabkan penurunan

pada fungsi memori, atensi pada satu target, perkiraan waktu dan integrasi

dua dimensi. Penelitian lain menyebutkan, insomnia dengan waktu tidur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

28

yang sedikit berhubungan erat dengan hiperkortisolemia, peningkatan

aktifitas katekolamin dan saraf simpatis. Semakin meningkatnya penurunan

memori berkaitan dengan tidur berhubungan dengan peningkatan kortisol

(Lee et al., 2007). Dilihat dari adanya hubungan erat antara waktu tidur yang

pendek dengan hiperkortisolemia, dapat disimpulkan bahwa insomnia

kronik berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif (Fernandez-Mendoza

et al. 2010). Pengaruh langsung kortisol terhadap gangguan kognitif belum

ditemukan.

Simpulan lain dinyatakan oleh O’Brien et al. (2004), yang menyebutkan

bahwa peningkatan kortisol tidak menyebabkan penurunan fungsi kognitif

secara signifikan, melainkan karena adanya penurunan volume

hippocampus. Penurunan volume hipokampus dapat disebabkan oleh

insomnia kronis (Riemann et al., 2007).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

29

B. Kerangka Pemikiran

Penurunan Volume Hipokampus Penurunan pada :

1. Fungsi Memori 2. Atensi pada 1

Target 3. Perkiraan Waktu 4. Integrasi 2 Dimensi

Insomnia

Hiperkortisolemia Kronis

Penurunan Fungsi Kognitif

Kesulitan Memulai Tidur dan Mudah Terbangun saat Tidur

Lansia

Gangguan Psikis Penuaan

Penyakit Kronis yang Mengganggu Tidur

Keterangan :

: diteliti

: tidak diteliti

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

30

C. Hipotesis

Ada perbedaan fungsi kognitif pada kansia yang insomnia dan tidak

insomnia.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan analitik observasional dengan pendekatan

cross sectional.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta

selama bulan September-November 2011

C. Subjek penelitian

Penelitian dilakukan pada pria dan wanita lansia yang menghuni Panti

Wredha Dharma Bakti Surakarta, dengan kriteria sebagai berikut

1. Kriteria inklusi :

a. Pria atau wanita usia 60 - 80 tahun

b. Tinggal di Panti Wredha Surakarta minimal selama 6 bulan

c. Lolos tes L-MMPI

d. Bersedia menjadi responden penelitian

2. Kriteria eksklusi :

a. Memilki riwayat stroke dan dementia

b. Kebiasaan mengkonsumsi zat seperti alcohol dan kafein.

c. Tidak kooperatif

31

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

32

D. Teknik Sampling

. Teknik sampling yang digunakan adalah dengan metode total

sampling. Total sampling yaitu mengambil semua sampel yang ada dalam

populasi tersebut karena populasi kurang dari 100 (Arikunto, 2006).

E. Rancangan Penelitian

Kriteria inklusi Kriteria eksklusi

Sampel

Lansia Usia 60 - 80 Tahun di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta

Informed concent

KSPBJ Insomnia Rating Scale

MMSE

Analisis data dengan Uji t

Hasil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

33

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Insomnia

2. Variabel tergantung : Fungsi kognitif

3. Variabel perancu :

a. Terkendali : Usia, status gizi

b. Tak terkendali : Faktor psikis, riwayat penyakit degeneratif

G. Definisi Opersional Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Insomnia dapat ditentukan dengan kuesioner Insommnia Rating Scale.

Insomnia (+) bila skor ≥10 dan tidak insomnia (-) bila skor < 10

Skala : nominal

2. Variabel Terikat

Fungsi kognitif disini diukur dengan uji Mini Mental State

Examination (MMSE).

Interpretasi MMSE didasarkan pada skor yang diperoleh pada saat

pemeriksaan :

a. Skor 24 - 30 diinterpretasikan sebagai fungsi kognitif normal

b. Skor 17 - 23 berarti probable gangguan kognitif

c. Skor 0 - 16 berarti definite gangguan kognitif

Skala : interval

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

34

H. Instrumen penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner.

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab (Sugiono, 2006)

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Kuesioner berisi biodata

2. Kuesioner L-MMPI

Instrumen ini digunakan untuk menguji kejujuran responden

dalam menjawab pertanyaan yang ada pada kuesioner penelitian.

Skala L-MMPI berisi 15 butir pernyataan untuk dijawab responden

dengan ”ya” bila butir pertanyaan dalam L-MMPI sesuai dengan

perasaan dan keadaan responden, dan ”tidak” bila tidak sesuai

dengan perasaan dan keadaan responden. Responden dapat

dipertanggungjawabkan kejujurannya bila jawaban ”tidak”

berjumlah 10 atau kurang.

3. KSPBJ – IRS

Sebagai alat pengukur tergatung yaitu insomnia adalah

Insomnia Rating Scale yang telah dibakukan oleh KSPBJ

(Kelompok Studi Psikiatri Biologi Jakarta) yang telah dikenal

sebagai KSPBJ Insomnia Rating Scale yang terdiri dari 8 keluhan

gangguan tidur yang dianggap cukup untuk melengkapi semua

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

35

keluhan tidur (Yul Iskandar, 1985). Insomnia (+) bila skor ≥10 dan

tidak insomnia (-) bila skor < 10

4. MMSE

MMSE merupakan pemeriksaan status mental singkat dan

mudah diaplikasikan yang telah dibuktikan sebagai instrumen yang

dapat dipercaya serta valid untuk mendeteksi dan mengikuti

perkembangan gangguan kognitif yang berkaitan dengan penyakit

neurodegeneratif. MMSE merupakan suatu skala terstruktur yang

terdiri dari 30 poin yang dikelompokkan menjadi 7 kategori :

orientasi terhadap tempat (negara, provinsi, kota, gedung dan

lantai), orientasi terhadap waktu (tahun, musim, bulan, hari dan

tanggal), registrasi (mengulang dengan cepat 3 kata), atensi dan

konsentrasi (secara berurutan mengurangi 7, dimulai dari angka

100, atau mengeja kata WAHYU secara terbalik), mengingat

kembali (mengingat kembali 3 kata yang telah diulang

sebelumnya), bahasa (memberi nama 2 benda, mengulang kalimat,

membaca dengan keras dan memahami suatu kalimat, menulis

kalimat dan mengikuti perintah 3 langkah), dan kontruksi visual

(menyalin gambar).

Interpretasi MMSE didasarkan pada skor yang diperoleh pada

saat pemeriksaan :

1. Skor 24-30 diinterpretasikan sebagai fungsi kognitif normal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

36

2. Skor 17-23 berarti probable gangguan kognitif

3. Skor 0-16 berarti definite gangguan kognitif

I. Cara Kerja dan Teknik Pengambilan Data

1. Responden mengisi kuesioner data pribadi yang telah disediakan

2.Responden mengisi kuesioner L-MMPI untuk mengetahui angka

kebohongan sampel. Bila responden menjawab “tidak” maka diberi

nilai 1.Bila didapatkan angka lebih besar atau sama dengan 10 maka

respondeninvalid dan dikeluarkan dari sampel penelitian.

3. Responden mengisi KSPBJ IRS untuk mengetahui adakah insomnia

pada responden. Bila didapatkan nilai lebih besar atau sama dengan

10 maka sampel dikatakan mengalami insomnia.

4. Responden mengisi MMSE untuk mengetahui adakah penurunan

fungsi kognitif pada responden. Bila didapatkan nilai kurang dari

atau sama dengan 23 maka sampel dikatakan mengalami penurunan

fungsi kognitif.

J. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data

komaparasi t-test. Uji t adalah uji yang membandingkan rata-rata dari 2

populasi yang bersifat independen.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Sampel

Penelitian dilaksanakan pada bulan September-November 2011 di Panti

Wredha Dharma Bakti Surakarta.Subyek penelitian adalah lansia berumur

60-80 tahun penghuni Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Pada

penelitian ini didapatkan sampel sebanyak 85 orang. Dari 85 orang tersebut,

sampel yang memenuhi criteria inklusi penelitian sebanyak 33 orang,

sampel yang gugur sebanyak 52 orang. Sampel gugur karena eksklusi 12

orang, 20 orang mengalami psikosis, 17 orang tidak dapat diberikan

kuesioner dan 3 orang tidak dapat berkomunikasi.

Tabel 4.1.Distribusi sampel berdasarkan umur

No Usia Jumlah Persentase

1

2

60 - 70

> 70 - 80

13

20

39,4 %

60,6 %

Total 33 100 %

Sumber : data primer, 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

38

Tabel 4.2.Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Total

1

2

Laki-laki

Perempuan

17 51,5%

48,5% 16

Sumber : data primer, 2011

Berdasar tabel 2 dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini responden

laki-laki lebih banyak dibandingkan responden perempuan. Persentase yang

didapatkan yaitu 51,5% respondenl aki-laki dan 48.5% perempuan dari

keseluruhan jumlah responden sebanyak 3 orang.

B. Analisis Statistika

Peneliti mengambil 25 % sampel yang memiliki skor KSPBJ IRS

tertinggi dan 25 % lagi dari yang terendah untuk mendapatkan hasil yang

lebih signifikan. Untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna antara

fungsi kognitif pada lansia dengan skor IRS tinggi dan rendah digunakan uji

t-independent dengan program SPSS 17.00.Uji t-independent termasuk

dalam uji parametrik sehingga memiliki syarat di mana data harus

terdistribusi normal, sebaran data homogen, dan sampel diambil secara

acak. Sedangkan untuk mengetahui bahwa data terdistribusi normal atau

tidak, dilakukan uji normalitas. Uji normalitas yang dilakukan pada masing-

masing sebaran data dapat dilakukan dengan cara deskriptif ataupun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 49: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

39

analitik. Cara analitik memiliki tingkat objektivitas dan sensitivitas yang

lebih tinggi dibandingkan dengan deskriptif sehingga dalam penelitian ini

dilakukan dengan uji Shapiro-Wilk (Dahlan, 2005).

Tabel 4.3. Hasil uji normalitas data dengan Shapiro-Wilk

D

ari tabel 4.3, diketahui hasil uji normalitas data yang dilakukan dengan

Shapiro-Wilk Test. Dengan ketentuan bila signifikan hitung > 0,05 berarti

bahwa data tersebut terdistribusi secara normal, sebaliknya bila nilai

signifikan hitung < 0,05 maka data tidak terdistribusi secara normal. Karena

nilai p untuk sebaran data fungsi kognitif 0.355, maka distribusi data

tersebut normal, karena nilai p > 0.05.Oleh karena itu, penelitian ini dapat

menggunakan uji t.

Tabel 4.4. Hasil Uji t tentang perbandingan fungsi kognitif menurut skor

IRS

Kelompok N Mean SD Uji t p

Data Nilai p Keterangan

Skor IRS tinggi

0.876

Distribusi data normal

Skor IRS rendah 0.120 Distribusi data normal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 50: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

40

Skor IRS tinggi 8 16.25 4.46 3.195 0.007

Skor IRS rendah 8 24.25 5.50

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari hasil uji t, nilai p tentang perbandingan

fungsi kognitif insomnia skor tinggi dan rendah adalah 0.031 yang berarti

jika dilakukan penelitian yang sama 1000 kali, akan didapatkan 993 hasil

yang sama dengan penelitian ini. Berdasarkan data-data tersebut dapat

diintepretasikan secara statistik bahwa terdapat perbedaan fungsi kognitif

yang signifikan antara pasien dengan insomnia grade tinggi dan rendah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 51: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

41

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Panti Wredha Dharma Bakti

Surakarta, didapatkan data-data seperti yang telah disajikan dalam tabel-tabel

pada Bab IV.

Tabel 4.1 menunjukkan distribusi sampel menurut umur, dimana sebagian

besar berumur 70 - 80 tahun (60,6 %) sisanya berusia 60 - 70 tahun (39,4 %).

Tabel 4.2 menunjukkan distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin, di mana

jumlah sampel laki-laki (51,5 %), lebih banyak dibandingkan dengan perempuan

(38,5 %).

Tabel 4.3 menunjukkan uji normalisasi data dimana didapatkan hasil bahwa

data terdistribusi normal sehingga dapat digunakan uji t yang ditunjukkan

hasilnya pada tabel 4.4.

Hasil Uji t menunjukkan perbedaan yang signifikan antara fungsi kognitif

pada lansia dengan skor IRS tinggi dan skor IRS rendah. Skor IRS tinggi pada

sampel menunjukkan bahwa pasien insomnia, sedangkan skor IRS yang rendah

menunjukkan bahwa pasien tidak insomnia. Hasil ini sesuai dengan teori, dimana

insomnia dapat menyebabkan gangguan fungsi kognitif, terutama pada aspek

memori dan konsentrasi. Di mana lebih dari 50 % lansia mengalami insomnia.

(Rafknowledge, 2004; Kamel dan Gammack, 2006; Lumbantobing, 2004)

41

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 52: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

42

Insomnia berhubungan erat dengan hiperkortisolemia, peningkatan aktifitas

katekolamin dan saraf simpatis. Di mana pada usia lanjut ekskresi kortisol dan

GH serta perubahan temperature tubuh berfluktuasi. Melatonin, hormon yang

disekresikan pada malam hari dan berhubungan dengan tidur, menurun dengan

meningkatnya umur. Semakin meningkatnya penurunan memori berkaitan

dengan tidur berhubungan dengan peningkatan kortisol. (Rahayu, 2006; Lee et

al., 2007; Fernandez-Mendoza et al. 2010). Teori lain dinyatakan oleh O’Brien

et al. (2004), yang menyebutkan bahwa peningkatan kortisol tidak menyebabkan

penurunan fungsi kognitif secara signifikan, melainkan karena adanya

penurunan volume hippokampus. Penurunan volume hippokampus dapat

disebabkan oleh insomnia kronis (Riemann et al., 2007).

Meskipun pada hasil penelitian menunjukkan hasil yang signifikan, namun

penelitian ini masih memiliki beberapa kekurangan. Salah satunya adalah

sedikitnya jumlah sampel yang valid. Dari 85 orang penghuni panti wredha,

sampel yang memenuhi kriteria inklusi penelitian sebanyak 33 orang, sampel

yang gugur sebanyak 52 orang. Sampel gugur karena eksklusi 12 orang, yaitu

karena telah berumur lebih dari 80 tahun, memiliki riwayat penyakit stroke, dan

tidak lolos L-MMPI. Sebanyak 20 sampel mengalami psikosis, sehingga sulit

diajak bekerja sama. Sisanya, sebanyak 17 orang sudah mengalami cacat fisik

yang berat sehingga harus tinggal di ruang isolasi dan sulit diberikan kuesioner,

dan 3 orang mengalami kesulitan berkomunikasi. Faktor lain yang menyebabkan

sedikitnya sampel yang didapat adalah cakupan penelitian yang sempit, di mana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 53: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

43

penelitian hanya dilakukan di satu panti wredha saja, serta kurangnya waktu

dalam melakukan penelitian.

Penelitian ini juga memiliki beberapa faktor yang dapat merancukan

penelitian, seperti faktor psikis, pengaruh lingkungan, atau penurunan kognitif

karena usia yang sudah tua.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 54: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

44

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan fungsi kognitif antara lansia yang insomnia dan

tidak insomnia. Lansia yang mengalami insomnia lebih cenderung

mengalami penurunan fungsi kognitif daripada lansia yang tidak mengalami

insomnia.

B. SARAN

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka saran-saran

penulis adalah sebagai berikut:

1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang perbedaan antara

penurunan fungsi kognitif antara lansia yang insomnia dan tidak

insomnia dengan sampel yang lebih banyak dan cakupan lebih luas.

2. Perlu adanya upaya mengetahui penyebab yang pasti dari insomnia yang

dialami oleh lansia untuk menentukan penanganan lebih lanjut.

3. Perhatian terhadap kesehatan penduduk lanjut usia perlu ditingkatkan,

untuk mencegah adanya penurunan fungsi kognitif yang lebih dini.

44

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 55: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

45

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Revisi

VI. Jakarta : PT Asdi Mahasatya

Buenaventura RD. Late Life Depression: Issues in Identification and

Management. Breakfast Symposium. Eli Lilly, Bangkok. 12 August 2000.

Buysse D. J., Germain A., Moul D., dan Nofzinger E. A. 2008. Chronic Insomnia.

Am J Psychiatry. 165(6): 678–686

Dorland, W.A.N., 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Pp: 1157

Fernandez-Mendoza J., Calhoun S., Bixler E. O., Pejovic S., Karataraki M., Liao

D., Vela-Bueno A., et al. 2010. Insomnia with objective short sleep duration

is associated with deficits in neuropsychological performance: A general

population study. SLEEP. 33(4):459-465.

Glisky, E. L.Changes in Cognitive Function in Human Aging. In :Riddle D. R.,

(eds). Brain Aging: Models, Methods, and Mechanisms. Boca Raton : CRC

Fields

Goldman, H.H., 2000. Review of General Psychiatry: An Introduction to

ClinicaL Medicine. 5th ed. Singapore: McGraw-Hill.

Halmov I. dan Vadas L. 2009. Sleep in Older Adults: Association between

Chronic Insomnia and Cognitive Functioning. PMID: 19630361

Harumwati, Rr. E., Gambaran Kognitif Pada Lansia. 2008. Universitas Sumatera

Utara. Undergraduate Thesis

Hurlock, Elizabeth. 1990. Psikologi Perkembangan edisi kelima. Jakarta:

Erlangga. Pp 102-103

45

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 56: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

46

Japardi, I. 2002. Gangguan Tidur.

http://www.library.usu.ic/download/japardi12.pdf. (3 Maret 2011).

Joewana, Satya. 1988. Psokopatologi Insomnia. Cermin Dunia Kedokteran No. 53

Kamel, S. N., Gammack J. K. 2006. Insomnia on Elderly : Cause, Approach and

Cure. Am J Medicine.119, 463-469

Kaplan, H.I.& Sadock, B.J., 1997. Sinopsis Psikiatri. Jilid 2, edisi VII. Jakarta,

Binarupa Aksara. Pp : 194-201.

Lee B. K., Glass T. A., McAtee M. J., Wand G. S., Bandeen-Roche K., Bolla K. I.

dan Schwartz B. S. 2007. Associations of Salivary Cortisol With Cognitive

Function in the Baltimore Memory Study. Arch Gen Psychiatry . 64(7):810-

818.

Murti, B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta, Gadjahmada University Press,

pp : 68 -136.

Myers, J.S. 2008. Factors Associated with Changing Cognitive Function in Older

Adults : Implications for Nursing Rehabilitation. Rehabilitation Nursing;

May/Jun 2008; 33, 3; ProQuest Medical Library pg. 117.

Papalia, D.E., Olds, S.W., and Feldman, R.D., 2005. Human Development.10th

ed. New York: McGraw-Hill.

Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Usia Lanjut (Psikogeriatrik) di Puskesmas.

Depkes RI, 1999.

Prayitno, A., 2002. Gangguan Pola Tidur pada Kelompok Usia Lanjut dan

Penatalaksanaannya. J Kedokter Trisakti. 21:23-30

Rafknowledge. 2004. Insomnia dan Gangguan Tidur lainnya. Jakarta: PT Elex

Media Komputindo.Pp: 57-65.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 57: PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA INSOMNIA … filePerbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia Insomnia dan Tidak Insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Fakultas Kedokteran

47

Riwidikdo, Handoko. 2009. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia

Press. pp: 77-81

Scanlan, J.M., Binkin, N., Michieletto, F., Lessig, M., Zuhr, E., and Borson, S.,

2007. Cognitive Impairmen, Chronic Disease Burden, and Functional

Disability: A Population Study of Older Italians. The American Journal of

Geriatric Psychiatry, 2007; 15, 8; 716.

Setiati, S., Harimurti, K., dan Roosheroe, A.G., 2006. Proses Menua dan

Implikasi Kliniknya. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I.,

Simadibrata, M., dan Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, 1335-1340

Setiati, S., dan Laksmi P.W., 2006. Insomnia in Geriatrics. Acta Med Indonesia-

Indonesia J Intern Med vol. 37

Taufiqurrahman M.A., 2008. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu

Kesehatan. Surakarta. LPP UNS dan UNS Press.

Turana,Yudha. 2007. Gangguan Tidur : Insomnia.

http://www.medikaholistik.com (19 September 2008).

WHO. Definition of an older or elderly person. Available from URL :

htttp://www.who.int/whosis/mds/mds _definition (3 Maret 2011)

Winocur, Gordon, et al., 2007. Cognitive Rehabilitation in the Elderly : An

Evaluation of Psychosocial Factors. Journal of the International

Neuropsychological Society (2007), 13, 153–165.

Zulsita, Arni. 2010. Gambaran kognitif pada Lansia. Universitas Sumatera Utara.

Skripsi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user