perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id perbedaan …...kecemasan dan lansia tanpa kecemasan di...

39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERBEDAAN TINGKAT INSOMNIA ANTARA LANSIA DENGAN KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Ratri Satya Pitrasti G0008154 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2011

Upload: doanthuan

Post on 19-Feb-2018

233 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERBEDAAN TINGKAT INSOMNIA ANTARA LANSIA DENGAN

KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI

WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Ratri Satya Pitrasti

G0008154

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta 2011

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

DAFTAR ISI

PRAKATA ........................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Perumusan Masalah ...................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 3

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... 5

A. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 5

B. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 16

C. Hipotesis ....................................................................................... 17

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 18

A. Jenis Penelitian ............................................................................. 18

B. Lokasi Penelitian .......................................................................... 18

C. Subjek Penelitian .......................................................................... 18

D. Teknik Sampling .......................................................................... 19

E. Rancangan Penelitian ................................................................... 20

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

F. Variabel Penelitian ....................................................................... 20

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ..................................... 21

H. Instrumen Penelitian ..................................................................... 21

I. Cara Kerja ..................................................................................... 22

J. Teknik Analisis Data .................................................................... 23

BAB IV HASIL PENELITIAN ......................................................................... 24

A. Deskripsi Sampel .......................................................................... 24

B. Analisis Statistika ......................................................................... 26

BAB V PEMBAHASAN .................................................................................. 29

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 32

A. Simpulan ....................................................................................... 32

B. Saran ............................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 33

LAMPIRAN

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur ................................................... 25

Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................... 25

Tabel 3. Uji Normalitas Penyebaran Data dengan Saphiro-Wilk ....................... 26

Tabel 4 Hasil Analisis Data dengan Uji t ............................................................ 27

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambar Boxplot Perbedaan Rata-Rata Tingkat Insomnia ................ 28

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran

Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 3. Informed Consent

Lampiran 4. Biodata responden

Lampiran 5. Kuesioner L-MMPI

Lampiran 6. Kuesioner Kecemasan Skala TMAS

Lampiran 7. Kuesioner Insomnia KSPBJ – Insomnia Rating Scale

Lampiran 8. Data Mentah Hasil Penelitian

Lampiran 9. Uji Normalitas Data dan Uji Analisis Data

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK Ratri Satya Pitrasti, G0008154, 2011. Perbedaan Tingkat Insomnia antara Lansia dengan Kecemasan dan Lansia tanpa Kecemasan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Tujuan: Lansia memiliki kecenderungan untuk lebih mudah mengalami kecemasan dan salah satu dampak dari kecemasan adalah adanya gangguan tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat insomnia antara lansia dengan kecemasan dan lansia tanpa kecemasan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian adalah lansia berumur 60 - 80 tahun yang tinggal di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Data penelitian diperoleh dari tiga macam kuesioner, yaitu kuesioner L-MMPI, kuesioner kecemasan The Taylor Minnesota Anxiety Scale (TMAS), dan kuesioner Kelompok Studi Pusat Biologik Jakarta (KSPBJ Insomnia Rating Scale). Analisis statistik menggunakan uji t . Hasil: Dari 33 jumlah sampel terdiri dari 13 lansia mengalami kecemasan dan 20 lansia tidak mengalami kecemasan. Pada lansia yang mengalami kecemasan didapatkan rata-rata skor IRS sebesar 12.63 dan SD sebesar 4.565. Pada lansia yang tidak mengalami kecemasan didapatkan rata-rata skor IRS sebesar 6.25 dan SD sebesar 3.240. Perbedaan tingkat insomnia antara lansia yang mengalami kecemasan dan lansia yang tidak mengalami kecemasan menghasilkan nilai signifikansi (p = 0.007). Simpulan: Terdapat perbedaan tingkat insomnia yang secara statistik signifikan antara lansia yang mengalami kecemasan dan lansia yang tidak mengalami kecemasan (p = 0.007). Tingkat insomnia pada lansia yang mengalami kecemasan lebih tinggi dibandingkan dengan lansia yang tidak mengalami kecemasan. Kata kunci : insomnia, kecemasan, lansia

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia pada umumnya akan mengalami penuaan. Proses

tersebut merupakan suatu kondisi yang wajar dan tidak dapat dihindarkan

sebagai suatu fase kehidupan manusia. Sebagai suatu proses sudah barang

tentu diperlukan persiapan sejak dini agar memiliki persiapan menghadapi

ketuaan itu (Dermatoto, 2006). Usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik

dan psikologis tertentu. Efek-efek tersebut menentukan, sampai sejauh

tertentu, apakah pria/wanita usia lanjut akan melakukan penyesuaian diri

secara baik/buruk (Hurlock, 2003).

Seiring dengan perubahan pola kehidupan di masyarakat, maka terdapat

kecenderungan semakin banyak keluarga dengan berbagai alasan dan

pertimbangan memasukkan anggota keluarganya yang lanjut usia di panti

werdha yang juga akan mempengaruhi perubahan–perubahan fisik, psikososial

dan spiritual. Kehilangan adalah tema yang menonjol yang menandai

pengalaman emosional pada lanjut usia. Seorang lanjut usia harus menghadapi

kesedihan akibat berbagai kehilangan (kematian pasangan, teman, keluarga,

dan rekan kerja), perubahan status pekerjaan dan prestasi, dan menurunnya

kemampuan fisik dan kesehatan. Seorang usia lanjut menggunakan sebagian

besar energi emosional dan fisik dalam berduka cita, menghilangkan

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

kesedihan, dan beradaptasi dengan perubahan yang diakibatkan kehilangan

tersebut. Hidup sendiri adalah suatu stress besar yang mempengaruhi kira-kira

10 persen lanjut usia (Kaplan dan Sadock, 1997).

Suatu peristiwa dirasakan sebagai penyebab stres adalah tergantung

pada sifat peristiwa dan kekuatan seseorang, pertahanan psikologis, dan

mekanisme mengatasi. Berdasarkan data National Institute of Mental Health

(2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami gangguan

kecemasan pada usia 18 tahun hingga lanjut usia. Sedangkan prevalensi

gangguan kecemasan di Indonesia berkisar pada 6 - 7% dari populasi umum.

Kumpulan gejala tertentu yang ditemukan selama kecemasan cenderung

bervariasi dari orang ke orang (Kaplan dan Sadock, 1997).

Seseorang yang mengalami kondisi psikiatrik seperti kecemasan sering

mengalami gangguan tidur yang sering disebut sebagai insomnia. Orang

tersebut biasanya memiliki gangguan tidur pada saat akan memulai tidur atau

disebut juga kesulitan jatuh tidur (Kaplan dan Sadock, 1997).

Insomnia merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling sering

dikeluhkan oleh masyarakat umum, praktik kedokteran, dan psikiatri (Buysse

et al., 2005). Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi

kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun kuantitas. Kenyataannya,

insomnia bukan berarti sama sekali seseorang tidak dapat tidur atau kurang

tidur karena orang yang menderita insomnia sering dapat tidur lebih lama dari

yang diperkirakan, tetapi kualitasnya kurang. Prevalensi gangguan tidur setiap

tahun cenderung meningkat, hal ini juga sesuai dengan peningkatan usia dan

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

berbagai penyebabnya. Kaplan dan Sadock melaporkan kurang lebih 40 - 50%

dari populasi usia lanjut menderita gangguan tidur. Gangguan tidur sering

menyertai gangguan jiwa seperti kecemasan, depresi, dan berbagai gangguan

jiwa lain (Maramis, 1998).

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas penulis ingin meneliti adakah

perbedaan tingkat insomnia antara lansia dengan kecemasan dan lansia tanpa

kecemasan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat

dirumuskan masalah penelitian: Apakah terdapat perbedaan tingkat insomnia

antara lansia dengan kecemasan dan lansia tanpa kecemasan?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat insomnia

antara lansia dengan kecemasan dan lansia tanpa kecemasan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini memberikan informasi mengenai perbedaan tingkat

insomnia pada lansia dengan kecemasan dan lansia tanpa kecemasan demi

pengembangan ilmu kedokteran dan penelitian selanjutnya.

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

2. Manfaat Praktis

a. Bagi panti wredha

1) Mengetahui masalah kecemasan dan insomnia pada lansia

2) Mengatasi masalah kecemasan dan insomnia pada lansia

b. Bagi profesi kedokteran

Penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran mengenai

gangguan kecemasan dan gangguan tidur yang terjadi pada usia lanjut,

sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan manajemen

terhadap lansia.

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Lanjut Usia

a. Definisi Lanjut Usia

Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang

hidup seseorang, yaitu suatu periode di mana seseorang telah “beranjak

jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak

dari waktu yang penuh manfaat (Hurlock, 2003). Disebutkan dalam

undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia bahwa

lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

b. Batas-batas Lanjut Usia

1) Batasan usia menurut WHO (dalam Ismayadi, 2004) meliputi :

a) usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59

tahun

b) lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun

c) lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun

d) usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun

2) Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 dinyatakan sebagai berikut :

“Seorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia

setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak

mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang

lain”.

Saat ini berlaku UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan

lansia yang berbunyi sebagai berikut: lansia adalah seseorang yang

mencapai usia 60 tahun ke atas.

c. Perubahan mental dan psikososial pada lanjut usia

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental pada lanjut usia:

1) Perubahan fisik

2) Kesehatan umum

3) Tingkat pendidikan

4) Keturunan (Hereditas)

5) Lingkungan

(Ismayadi, 2004)

Ismayadi (2004) mengemukakan selain perubahan mental, pada

lanjut usia juga terjadi perubahan psikososial seperti :

1) Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan

identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang

pensiun, orang tersebut akan mengalami kehilangan-kehilangan,

antara lain :

a) Kehilangan finansial (income berkurang).

b) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup

tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya).

c) Kehilangan teman/kenalan atau relasi.

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

d) Kehilangan pekerjaan/kegiatan.

2) Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)

3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan

bergerak lebih sempit.

4) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).

5) Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit,

bertambahnya biaya pengobatan.

6) Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

7) Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.

8) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

9) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan

teman-teman dan family.

10) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap

gambaran diri, perubahan konsep diri.

d. Perubahan fisik dan fisiologis pada lanjut usia

Proses menjadi tua ini dinamakan senescence (dari kata yunani

yang artinya menjadi tua) dan proses ini ditandai khas oleh penurunan

fungsi seluruh sistem tubuh yang bertahan secara bertahap sistem

kardiovaskuler, pernafasan, kemih, endokrin, dan sistem imun.

Perubahan-perubahan menjadi tua, karena adanya reaksi alat-alat

tubuh yang berubah karena telah mengalami proses degenerasi. Ini tak

lain dari proses bahwa makin tinggi usia, makin banyak terjadi

perubahan-perubahan di dalam tubuh. Perubahan yang paling umum

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

adalah kelelahan, berkurangnya ketegapan dan kekuatan, kenaikan berat

badan, berkurangnya kelenturan pada persendian, penurunan kemauan

dan kemampuan seks, datangnya menopause (pada wanita),

berkurangnya penglihatan dan pendengaran, penurunan keterampilan,

dan berkurangnya stamina pada umumnya. Misalnya sel mengecil atau

menciut, jaringan ikat baru menggantikan sel-sel yang menghilang atau

menciut dengan akibat timbulnya kemunduran fungsi organ tubuh.

Menurut Harsuki (2003), proses penuaan menyebabkan tubuh

manusia menjadi:

1) Kulit tubuh menjadi tipis, kering, keriput, dan tidak elastis lagi

2) Rambut rontok warnanya berubah menjadi putih, kering, dan tidak

mengkilat

3) Jumlah otot berkurang, ukuran menjadi menciut, volume otot secara

keseluruhan menyusut dan fungsinya menurun

4) Otot-otot jantung mengalami degenerasi, ukuran jantung mengecil,

kekuatan memompa darah berkurang

5) Pembuluh darah mengalami kekakuan

6) Terjadinya degenerasi selaput lendir dan bulu getar saluran

pernafasan, gelembung paru-paru menjadi kurang elastis

7) Tulang menjadi keropos (osteoporosis)

8) degenerasi dari persendian, permukaan tulang rawan sendi menjadi

kasar

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

9) Karena proses degenerasi ini maka jumlah nefron (saluran fungsional

dari ginjal yang membersihkan darah) menurun, yang berakibat

kemampuan mengeluarkan air seni berkurang

2. Kecemasan (anxietas)

a. Definisi Kecemasan

Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan yang

memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan

seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Kecemasan

atau anxietas tersebut berupa campuran perasaan yang sangat tidak enak,

khawatir, cemas, gelisah yang disertai satu atau lebih keluhan badaniah

(Kaplan dan Sadock, 1997). Kecemasan juga dapat diartikan sebagai

suatu keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk

akan terjadi (Nevid, 2005).

Kecemasan merupakan status perasaan tidak menyenangkan yang

terdiri atas respon-respon psikofisiologis terhadap antisipasi bahaya yang

tidak riil atau yang terbayangkan, secara nyata disebabkan oleh konflik

intrapsikik yang tidak diketahui. Penyerta fisiologis mencakup denyut

jantung bertambah cepat, kecepatan pernapasan tidak teratur,

berkeringat, gemetar, lemas dan lelah. Penyerta psikologis meliputi

perasaan-perasaan akan ada bahaya, tidak berdaya, terancam, dan takut

(Dorland, 2005).

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

b. Penyebab Kecemasan

Menurut Sadock dan Kaplan (1997), faktor penyebab kecemasan

adalah:

1). Faktor Biologis

Kecemasan terjadi akibat dari reaksi saraf otonom yang berlebihan

dengan naiknya sistem simpatis, terjadi peningkatan pelepasan

kotekalamin.

2). Faktor Psikologis

Ditinjau dari aspek psikoanalisis kecemasan dapat muncul akibat

impuls-impuls bawah sadar (misalnya: sex, agresi, dan ancaman)

yang masuk ke alam sadar. Mekanisme pembekalan ego yang tidak

sepenuhnya berhasil juga dapat menimbulkan kecemasan yang

mengambang. Reaksi pergeseran dapat mengakibatkan reaksi fobia.

3). Faktor Sosial

Menurut teori belajar emosi dapat terjadi oleh karena frustasi,

tekanan, konflik atau keadaan yang menurutnya tidak disukai oleh

orang lain yang berusaha memberikan penilaian atas opininya.

c. Gejala dan Tanda

Kaplan dan Sadock membagi gejala utama dari gangguan

kecemasan umum menjadi:

1) Kecemasan

2) Ketegangan motorik

Ketegangan motorik paling sering dimanifestasikan sebagai

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

kegemetaran, kegelisahan, dan nyeri kepala.

3) Hiperaktivitas otonomik

Hiperaktivitas sering kali dimanifetasikan oleh sesak napas, keringat

berlebihan, palpitasi, dan berbagai gejala gastrointestinal.

4) Kewaspadaan kognitif

Ditandai oleh sifat lekas tersinggung dan mudahnya pasien

dikejutkan.

Selain gejala-gejala di atas, Nugroho (2008) juga menyebutkan

gejala-gejala umum yang ditemukan pada kecemasan yaitu:

1) Perubahan tingkah laku

2) Bicara cepat

3) Meremas-remas tangan

4) Berulang-ulang bertanya

5) Tidak mampu berkonsentrasi atau tidak memahami penjelasan

6) Tidak mampu menyimpan informasi yang diberikan

7) Gelisah

8) Keluhan badan

d. Kecemasan pada Lansia

Penelitian ECA telah menemukan bahwa prevalensi gangguan

kecemasan 1 bulan pada orang usia 65 tahun dan lebih adalah 5,5%.

Sejauh ini gangguan yang paling sering adalah fobia (4 - 8%). Angka

gangguan panik adalah 1%. Gangguan kecemasan dimulai pada masa

dewasa awal atau pertengahan, tapi beberapa tampak untuk pertama

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

kalinya setelah usia 60 tahun. Onset awal gangguan panik pada lanjut

usia adalah jarang tetapi dapat terjadi (Kaplan dan Sadock, 1997).

Menurut Kartono (2000), penyebab kecemasan dapat ditimbulkan

karena:

1) Ancaman integritas biologi

Meliputi gangguan pemenuhan kebutuhan dasar seperti makan,

minum, dan kehangatan.

2) Ancaman terhadap keselamatan diri

a) Kehilangan integritas diri

b) Tidak menemukan status dan prestise

c) Tidak memperoleh pengakuan dari orang lain

d) Ketidaksesuaian pandangan diri dengan lingkungan nyata

3) Kecemasan dapat juga disebabkan oleh:

a) Rasa takut dan cemas yang berkepanjangan disebabkan trauma

terhadap kegagalan dalam hidup

b) Represi dari masalah emosional tertahan

c) Cenderung kepribadian dengan harga diri rendah

d) Ada dorongan seksual yang terhambat dan mengakibatkan konflik

batin

3. Insomnia

a. Definisi

Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan

tidur di mana periode singkat insomnia paling sering berhubungan

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

dengan kecemasan, baik secara sekuel terhadap pengalaman yang

mencemaskan atau dalam menghadapi pengalaman yang menimbulkan

kecemasan (Kaplan dan Sadock, 1997).

b. Fisiologi dan Siklus Tidur Normal

Pola siklus tidur dan bangun (irama sikardian), adalah bangun

sepanjang hari saat cahaya terang dan tidur sepanjang malam saat gelap.

Jadi faktor kunci adalah adanya perubahan gelap terang. Stimulasi

cahaya terang akan masuk melalui mata dan mempengaruhi suatu bagian

di hipothalamus yang disebut nucleus supra-chiasmatic (NSC). NSC

akan mengeluarkan neurotransmitter yang mempengaruhi pengeluaran

hormon pengatur temperatur badan, kortisol, Growth Hormone (GH) dan

lain-lain yang mempengaruhi peranan untuk bangun dan tidur. NSC

bekerja seperti jam meregulasi segala kegiatan bangun dan tidur. Jika

pagi hari cahaya terang masuk, NSC segera mengeluarkan hormon yang

menstimulasi peningkatan temperatur badan, kortisol, dan GH sehingga

orang terbangun. Jika malam tiba, NSC merangsang pengeluaran

hormon melatonin sehingga orang tertidur. Hormon melatonin adalah

hormon yang mempengaruhi terjadinya relaksasi serta penurunan

temperatur dan kortisol (Rahayu, 2006).

c. Klasifikasi dan Etiologi Insomnia

Insomnia dapat diklasifikasikan menjadi:

1) Insomnia sementara (tidak lebih dari beberapa malam),

2) Insomnia akut (kurang dari 3 - 4 minggu), dan

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

3) Insomnia kronis (lebih dari 3 - 4 minggu).

(Gammack et al., 2006)

Selain klasifikasi di atas, oleh Nuhriawangsa (2004) macam-

macam insomnia dapat dibagi menjadi:

1) Insomnia inisial (initial insomnia)

Kesulitan untuk masuk tidur, biasanya terdapat pada gangguan jiwa

dengan ansietas.

2) Middle insomnia

Bangun pada tengah malam dan dapat tidur lagi dengan susah payah,

biasanya terdapat pada depresi.

3) Late insomnia (terminal insomnia)

Terbangun terlalu pagi dan tidak dapat tidur kembali, biasanya

terdapat pada depresi.

Gangguan memulai dan mempertahankan tidur atau insomnia

berkaitan dengan gangguan klinik sebagai berikut (Prayitno, 2002):

1) Apnea tidur

2) Mioklonus yang berhubungan dengan tidur berjalan, gerakan

mendadak pada tingkat yang berulang, keluhan berupa “tungkai

gelisah” (restless leg), tungkai kaku waktu malam, neuropatia atau

miopatia dan defisiensi asam folat dan besi.

3) Berbagai konflik emosional dan stres merupakan penyebab

psikofisiologik dari insomnia.

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

4) Gangguan psikiatrik berat terutama depresi seringkali menimbulkan

bangun terlalu pagi dan dapat bermanifestasi sebagai insomnia dan

hipersomnia.

5) Keluhan penyakit-penyakit organik, seperti nyeri karena arthritis,

penyakit keganasan, nocturia, penyakit hati atau ginjal dan sesak

napas dapat mengakibatkan bangun berulang pada tidur malam.

6) Sindrom otak organik yang kronik seringkali menimbulkan insomnia.

Penyakit Parkinson terganggu tidurnya 2 - 3 jam.

7) Zat seperti alkhohol dan obat kortikosteroid, teofilin dan beta-

blockers dapat menginterupsi tidur.

Gangguan tidur banyak terjadi pada usia lanjut. Penyebab dari

gangguan tidur pada usia lanjut merupakan gabungan banyak faktor,

baik fisik, psikologis, pengaruh obat-obatan, kebiasaan tidur, maupun

penyakit penyerta lain yang diderita (Rahayu, 2006). Beberapa faktor

penyebab gangguan tidur pada usia lanjut adalah sebagai berikut:

1) Perubahan-perubahan irama sirkadian

2) Penyakit-penyakit fisik (hipertiroid, arthritis)

3) Penyakit-penyakit jiwa (depresi, gangguan ansietas)

4) Pengobatan polifarmasi. Alkohol, kafein

5) Demensia

6) Kebiasaan hygiene tidur yang tidak baik

d. Perubahan Tidur Akibat Proses Menua

Orang usia lanjut membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

tidur (berbaring lebih lama di tempat tidur sebelum tertidur) dan

mempunyai lebih sedikit atau lebih pendek waktu tidur nyenyaknya.

Pada penelitian laboratorium tidur, orang usia lanjut mengalami waktu

tidur yang dalam lebih pendek, sedangkan tidur stadium 1 dan 2 lebih

lama. Orang usia lanjut juga lebih sering terbangun di tengah malam

akibat penurunan fisis karena usia dan penyakit yang dideritanya,

sehingga kualitas tidur secara nyata menurun.

Pada usia lanjut juga terjadi perubahan pada irama sirkadian tidur

normal yaitu menjadi kurang sensitif dengan perubahan gelap terang.

Pada usia lanjut, ekskresi kortisol dan GH serta perubahan temperatur

tubuh menjadi berfluktuasi dan kurang menonjol. Melatonin, hormon

yang diekskresikan pada malam hari dan berhubungan dengan tidur

menurun dengan meningkatnya umur (Rahayu, 2006).

B. Kerangka Pemikiran

Pria/wanita 60 - 80 tahun

Perubahan fisik dan psikologis

Tinggal di lingkungan baru

Perpisahan dengan

orang-orang terdekat

Adaptasi lingkungan

dan orang baru

Cemas Tidak cemas

Gangguan tidur ↑ Gangguan tidur ↓

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

C. Hipotesis

Terdapat perbedaan tingkat insomnia antara lansia dengan kecemasan

dan lansia tanpa kecemasan. Lansia dengan kecemasan memilki tingkat

insomnia lebih tinggi daripada lansia tanpa kecemasan.

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

metode korelasional dan pendekatan studi cross sectional, yaitu peneliti

mempelajari perbedaan antara variabel bebas (faktor risiko) dan variabel

terikat (efek) yang diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Arief,

2003).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.

C. Subyek Penelitian

1. Kriteria inklusi :

a. Pria atau wanita usia 60 - 80 tahun

b. Tinggal di Panti Wredha Surakarta minimal selama 6 bulan

c. Lolos tes L-MMPI (skor kurang dari 10)

d. Bersedia menjadi responden penelitian

2. Kriteria eksklusi :

a. Tidak kooperatif

b. Immobilisasi (karena keterbatasan fisik atau karena sakit berat)

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

D. Teknik Sampling

Dalam penelitian ini data/sampel yang digunakan diambil dengan

purposive sampling, Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini

adalah purposive sampling, yaitu subjek diambil dalam satu daerah yang

sudah ditentukan namun hanya subjek yang mendekati ciri-ciri di atas yang

dapat dijadikan sampel. Hal ini sesuai dengan definisi teknik purposive

sampling adalah teknik pengambilan subjek dengan mendasarkan pada ciri-

ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hidayat, 2007).

Besar sampel menggunakan total sampling yaitu mengambil sampel dari

keseluruhan populasi (Arikunto, 2006). Pemilihan total sampling tersebut

dikarenakan sampel yang ada dalam populasi kurang dari 100 orang.

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

E. Rancangan Penelitian

eksklusi inklusi

F. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Kecemasan

2. Variabel tergantung : Insomnia

3. Variabel pengganggu :

a. Terkendali : Usia

b. Tak terkendali : Lingkungan, faktor psikis, faktor keturunan,

religius, obat-obatan.

populasi

sampel

Formulir biodata

Kuesioner TMAS + Kuesioner KSPBJ-IRS

Analisis data: Uji komparasi t test

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Kecemasan

Kecemasan merupakan perasaan cemas pada lansia yang diukur

menggunakan alat ukur berupa kuesioner yang menggunakan acuan the

Taylor Minnesota Anxiety Scale (TMAS) dengan 50 item pertanyaan.

Skala pengukuran : nominal dengan skor antara 0-50

2. Insomnia

Insomnia di sini adalah kesulitan tidur pada lansia yang akan diukur

dengan menggunakan kuesioner yang diadopsi dari Kelompok Studi Pusat

Biologik Jakarta (KSPBJ Insomnia Rating Scale) yang terdiri dari 8

pertanyaan.

Skala pengukuran : numerik dengan skor antara 0 - 26

H. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner.

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawab (Sugiono, 2006).

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Kuesioner berisi biodata

Kuesioner biodata di sini berfungsi untuk mengetahui identitas responden

dan mengetahui apakah responden memiliki kriteria yang termasuk dalam

kriteria eksklusi sehingga dapat juga digunakan sebagai alat bantu untuk

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

menyaring responden.

2. Kuesioner L-MMPI

Kuesioner L-MMPI berisi 15 item pertanyaan yang digunakan untuk

mengetahui angka kebohongan sampel. Bila responden menjawab “tidak”

maka diberi nilai 1. Bila didapatkan angka lebih besar atau sama dengan 10

maka responden invalid dan dikeluarkan dari sampel penelitian.

3. Kuesioner TMAS

Kuesioner TMAS berisi 50 item pertanyaan yang berfungsi untuk

mengetahui angka kecemasan. Skor bernilai 1 untuk jawaban ’ya’ dan

bernolai 0 untuk jawaban ’tidak’. Sampel dikatakan cemas apabila skor

TMAS >21.

4. KSPBJ – IRS

Kuesioner KSPBJ – IRS berisi 8 item pertanyaan yang berfungsi untuk

mengetahui adakah insomnia pada responden. Penilaian skor sudah tertera

pada setiap pilihan jawaban pada kuesioner. Sampel dikatakan mengalami

insomnia apabila skor IRS >10

I. Cara Kerja

1. Responden mengisi kuesioner data pribadi yang telah disediakan

2. Responden mengisi kuesioner L-MMPI untuk mengetahui angka

kebohongan sampel.

3. Responden mengisi Kuesioner TMAS untuk mengetahui angka kecemasan.

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

4. Responden mengisi KSPBJ IRS untuk mengetahui adakah insomnia pada

responden.

J. Teknik dan Analisis Data

Untuk menguji perbedaan tingkat insomnia berdasarkan ada tidaknya

kecemasan pada lansia digunakan uji statistik uji t dan akan diolah dengan

Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17 for Windows.

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Sampel

Penelitian dilaksanakan pada bulan September-November 2011 di panti

Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Subjek penelitian adalah lansia berumur 60

- 80 tahun penghuni Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Pada penelitian ini

didapatkan populasi sampel sebanyak 85 orang. Dari 85 orang tersebut, sampel

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian sebanyak 33 orang,

sedangkan sampel yang gugur karena eksklusi sebanyak 52 orang. Sampel

gugur tersebut terdiri dari 20 orang mengalami psikosis, 17 orang dirawat di

ruang isolasi, 4 orang tidak lulus kuesioner L-MMPI, 4 orang berusia di atas 80

tahun, 2 orang tidak bersedia menjadi responden dan 5 orang tidak dapat

berkomunikasi.

Dari 33 orang yang diberikan kuesioner TMAS, diambil sampel dengan

hasil skor TMAS 25% tertinggi dan 25% terendah sehingga hanya 16 sampel

yang dilakukan pengujian dengan SPSS 17.00 for Windows. Hal tersebut

bertujuan untuk mendapatkan sampel dengan perbedaan kecemasan yang

signifikan.

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur

No Kelompok Jumlah Persentase

1

2

60 - 70

> 70 - 80

13

20

39,4 %

60,6 %

Total 33 100 %

Sumber : data primer, 2011

Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

No Kelompok Jumlah Persentase

1

2

Laki-laki

Perempuan

17

16

51,5 %

48,5 %

Total 33 100 %

Sumber : data primer, 2011

Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah lansia dengan rentang

usia 60 - 80 tahun agar sampel lebih homogen sehingga hasil penelitian lebih

valid. Tabel 1 menunjukkan bahwa sampel yang berumur antara 60 - 70 tahun

sebanyak 13 orang dan yang berumur di antara 70 - 80 tahun sebanyak 20

orang. Sedangkan pada tabel 2 menunjukkan distribusi sampel berdasar jenis

kelaminnya. Dari tabel 2 tersebut dapat diketahui bahwa sampel laki-laki lebih

banyak daripada perempuan.

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

B. Analisis Statistika

Data penelitian yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan uji t-

independent yang merupakan uji parametrik dengan program SPSS 17.00 for

Windows. Uji ini digunakan bila skor kedua kelompok tidak berhubungan satu

sama lain. Adapun syarat uji t-independent adalah data berskala numerik,

terdistribusi secara normal, dan variansi kedua kelompok dapat sama atau

berbeda (untuk 2 kelompok). Untuk mengetahui bahwa data terdistribusi

normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas. Suatu data dikatakan

mempunyai sebaran normal jika didapatkan nilai p > 0.05 pada masing-masing

kelompok tersebut. Uji normalitas yang dilakukan pada masing-masing sebaran

data dapat dilakukan dengan cara deskriptif ataupun analitik. Cara analitik

memiliki tingkat objektivitas dan sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan

dengan deskriptif sehingga dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Saphiro-

Wilk. Uji Saphiro-Wilk dilakukan jika sampel kurang dari 50 sampel (Dahlan,

2005).

Tabel 4. Uji Normalitas Penyebaran Data dengan Saphiro-Wilk

Sumber : Data primer 2011

Data Nilai p Keterangan

Cemas

Tidak Cemas

0.833

0.092

Distribusi normal

Distribusi normal

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Pada uji normalitas penyebaran data dengan Saphiro-Wilk, skor cemas

mempunyai nilai p = 0.833 dan tidak cemas p = 0.092 Karena nilai p pada skor

cemas dan tidak cemas > 0.05, dapat disimpulkan bahwa data tersebut

terdistribusi normal dan dapat memenuhi syarat untuk dilakukan pengolahan

dengan uji t.

Tabel 4. Hasil Analisis Data dengan Uji t

Skor TMAS n Mean SD t p

Cemas 8 12.63 4.565 3.221 0.007

Tidak cemas 8 6.25 3.240

Sumber : Data primer 2011

Pada tabel 4, hasil data dianalisis dengan uji statistik uji t dengan

menggunakan program SPSS 17.0 for Windows untuk mengetahui perbedaan

tingkat insomnia. Dari uji statistik didapatkan nilai kemaknaan (p) sebesar

0.007 (p < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat

insomnia yang secara statistik signifikan pada lansia yang mengalami

kecemasan dan yang tidak mengalami kecemasan.

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Gambar 3. Gambar Boxplot Perbedaan Rata-Rata Tingkat Insomnia

Gambar boxplot di atas menunjukkan dengan lebih jelas perbedaan

tingkat insomnia berdasarkan tingkat kecemasan. Gambar tersebut memberikan

informasi bahwa lansia dengan tingkat kecemasan yang tinggi mengalami

kejadian insomnia lebih tinggi daripada lansia tanpa kecemasan dengan rata-

rata skor insomnia pada kecemasan 12.63 dan tidak cemas 6.25.

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian dilaksanakan pada bulan September - November dengan jumlah

sampel sebanyak 33 orang. Dari 33 sampel tersebut didapatkan 13 orang

mengalami kecemasan dan 20 orang lainnya tidak mengalami kecemasan di mana

dari 13 orang yang mengalami kecemasan sebagian besar mengalami insomnia.

Sesuai dengan analisis perhitungan statistik yang telah dikemukakan, didapatkan

adanya perbedaan tingkat insomnia antara lansia yang mengalami kecemasan dan

tidak mengalami kecemasan. Hasilnya adalah tingkat insomnia pada lansia yang

mengalami kecemasan lebih tinggi daripada lansia yang tidak mengalami

kecemasan

Dari hasil perhitungan skor, didapatkan bahwa skor insomnia pada lansia

dengan kecemasan lebih tinggi (>10) dibandingkan dengan lansia yang tidak

mengalami kecemasan (≤10). Hasil statistik tersebut sesuai dengan hipotesis di

mana pada orang yang mengalami kecemasan lebih sering mengalami insomnia

dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami kecemasan. Tingkat insomnia

yang lebih tinggi pada lansia dengan kecemasan dikarenakan meningkatnya

hormon kortisol pada orang yang mengalami kecemasan. Hormon kortisol yang

biasa disebut juga dengan hormon stres ini meningkat apabila seseorang sedang

cemas di mana salah satu efek dari hormon ini adalah menyebabkan terjadinya

gangguan tidur (Sandi, 2011).

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Penelitian yang telah dilakukan juga menemukan bahwa pada beberapa

kasus, ditemukan lansia yang tidak mengalami kecemasan akan tetapi mengalami

insomnia (lampiran 8). Hal tersebut juga dapat terjadi, sesuai dengan teori di mana

pada usia lanjut terjadi perubahan irama sirkadian tidur normal yaitu menjadi

kurang sensitif dengan perubahan gelap terang. Pada usia lanjut, hormon kortisol

dan GH serta perubahan temperatur tubuh menjadi berfluktuasi dan kurang

menonjol. Melatonin, hormon yang diekskresikan pada malam hari dan

berhubungan dengan tidur menurun dengan meningkatnya umur (Rahayu, 2006).

Adanya gangguan tidur pada lansia yang tidak dikarenakan oleh kecemasan

dapat juga dikarenakan faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yang

dimaksud di sini dapat bersifat organik seperti nyeri, gatal-gatal dan penyakit

tertentu yang mengganggu tidur. Sedangkan faktor ekstrinsik adalah lingkungan.

Lingkungan yang kurang kondisif seperti terlalu ramai atau kurang nyaman dapat

menyebabkan gangguan pada tidur (Darmojo, 2000).

Hasil penelitian yang telah dilakukan ini juga didukung oleh penelitian

sebelumnya yang menjelaskan adanya perbedaan pola tidur pada lansia dengan

kecemasan (Prayitno, 2002). Dari penelitian tersebut didapatkan adanya

perubahan pola tidur pada lansia dengan kecemasan terutama dalam hal

kedalaman tidur dan lama masuk tidur. Hasil penelitian tersebut mendukung hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, yaitu terdapat perbedaan tingkat

insomnia yang secara statistik signifikan pada lansia dengan kecemasan dan lansia

tanpa kecemasan.

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Penelitian ini mempunyai keterbatasan dalam hal lokasi cakupan yang

sempit sehingga sampel yang didapatkan juga kurang mencukupi. Hal tersebut

dikarenakan terbatasnya jumlah Panti Wredha di Surakarta dan terbatasnya jumlah

lansia yang memenuhi kriteria sebagai sampel. Pemilihan lansia sebagai sampel

memiliki kendala seperti banyaknya yang telah menderita penyakit kronis dan

tidak bisa diberikan kuesioner serta adanya kesulitan dalam berkomunikasi

dengan beberapa lansia. Terbatasnya waktu juga menjadi salah satu kendala

mengapa penelitian hanya dilakukan di satu panti wredha saja. Selain itu terdapat

juga faktor-faktor lain yang dapat merancukan hasil penelitian yang digolongkan

dalam variabel luar tidak terkendali seperti lingkungan, faktor psikis, keturunan,

religius, dan obat-obatan.

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN …...KECEMASAN DAN LANSIA TANPA KECEMASAN DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan tingkat insomnia yang secara statistik signifikan antara

lansia yang mengalami kecemasan dan lansia yang tidak mengalami

kecemasan (p < 0.05). Tingkat insomnia pada lansia yang mengalami

kecemasan lebih tinggi dibandingkan dengan lansia yang tidak mengalami

kecemasan.

B. Saran

1. Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi praktisi, khususnya di bidang

psikiatri, psikologi serta konseling, dalam penanganan kasus-kasus insomnia

pada lansia baik yang mengalami kecemasan ataupun tidak.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan lokasi cakupan penelitian

yang lebih luas, termasuk juga dilakukannya analisis terhadap variabel-

variabel perancu lain, dengan harapan semakin memperkuat simpulan dan

semakin memperkecil bias.