1 bab i pendahuluan 1.1 latar belakang pengendalian

14
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian pembangunan merupakan upaya mengatur kegiatan pembangunan yang meliputi pelaksanaan kegiatan pendirian bangunan, perekayasaaan, pertambangan maupun kegiatan serupa lainnya pada, di bawah maupun di atas tanah, dan atau mengadakan perubahan penggunaan pada bangunan atau lahan tertentu. Pembangunan tersebut perlu diatur karena ada saatnya ketika kondisi yang dibutuhkan dalam mengalokasikan sumberdaya melalui mekanisme pasar tidak efisien, sehingga dibutuhkan kewenangan pemerintah dalam penentuan kebijakan untuk mengatur ranah publik dan privat dalam rangka melaksanakan manajemen lahan perkotaan. Adapun bentuk pengelolaan tanah yang dilakukan pemerintah meliputi perencanaan, jaringan infrastruktur, dan fungsi pengaturan untuk tujuan melakukan perluasan kota dalam memberikan kerangka fisik dan hukum setiap proyek pembangunan yang dilakukan oleh pihak swasta maupun masyarakat (Nurmandi, 2014: 145). Penegasan dalam perangkat peraturan perundangan mengenai penataan ruang, bahwa pelaksanaan pembangunan baik di tingkat pusat maupun daerah harus sesuai dengan rencana tata ruang yang ditetapkan. Pelanggaran ataupun penyimpangan yang terjadi dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti teknik operasional, administrasi atau politis, mekanisme pasar, hingga kurangnya perhatian terhadap rencana tata ruang, sehingga menimbulkan dampak

Upload: tranbao

Post on 13-Jan-2017

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian

 

  1  

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengendalian pembangunan merupakan upaya mengatur kegiatan

pembangunan yang meliputi pelaksanaan kegiatan pendirian bangunan,

perekayasaaan, pertambangan maupun kegiatan serupa lainnya pada, di bawah

maupun di atas tanah, dan atau mengadakan perubahan penggunaan pada

bangunan atau lahan tertentu. Pembangunan tersebut perlu diatur karena ada

saatnya ketika kondisi yang dibutuhkan dalam mengalokasikan sumberdaya

melalui mekanisme pasar tidak efisien, sehingga dibutuhkan kewenangan

pemerintah dalam penentuan kebijakan untuk mengatur ranah publik dan privat

dalam rangka melaksanakan manajemen lahan perkotaan. Adapun bentuk

pengelolaan tanah yang dilakukan pemerintah meliputi perencanaan, jaringan

infrastruktur, dan fungsi pengaturan untuk tujuan melakukan perluasan kota

dalam memberikan kerangka fisik dan hukum setiap proyek pembangunan yang

dilakukan oleh pihak swasta maupun masyarakat (Nurmandi, 2014: 145).

Penegasan dalam perangkat peraturan perundangan mengenai penataan ruang,

bahwa pelaksanaan pembangunan baik di tingkat pusat maupun daerah harus

sesuai dengan rencana tata ruang yang ditetapkan. Pelanggaran ataupun

penyimpangan yang terjadi dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti teknik

operasional, administrasi atau politis, mekanisme pasar, hingga kurangnya

perhatian terhadap rencana tata ruang, sehingga menimbulkan dampak

Page 2: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian

 

 

2  

ketidakadilan alokasi ruang, ekternalitas negatif, inefisiensi sistem perkotaan, dan

lain sebagainya.

Dalam pengendalian pembangunan, pemerintah berkewajiban untuk

mewujudkan keadilan, mengurangi konflik dan dampak negatif pemanfaatan

ruang serta menjamin berlangsungnya pembangunan kota yang efisien, efektif

serta sesuai dengan fungsi kota dan konsisten dengan rencana tata ruang. Selain

itu, pemerintah juga mempunyai kewajiban untuk menjalankan fungsi

pengendalian pemanfaatan ruang disamping pelaksana pembangunan sekaligus

memfasilitasi peran serta masarakat dalam melaksanakan pembangunan dalam

rangka perwujudan pemanfaatan ruang. Pengendalian pembangunan merupakan

kegiatan yang berorientasi pada kepentingan umum, yang dapat berjalan dengan

adanya efektifitas supremasi hukum dan good governance, yang berperan dalam

menentukan pembangunan di masa yang akan datang. Dalam pemanfaatan ruang,

prinsip good governance dapat terejawantahkan melalui peran dan fungsi setiap

pemangku kepentingan dalam proses pemanfaatan ruang, yang ditentukan oleh

praktek-praktek yang mendekatkan antara peraturan dan implementasi di lapangan

(Argo, 2004). 1

Pentingnya penerapan good governance2 sebagai salah satu tolok ukur peran

pemerintah dalam konteks pengendalian pembangunan dalam rangka

mewujudkan pemanfaatan ruang adalah untuk menciptakan sistem kelembagaan

                                                                                                               1 (Khublall dan Yuen, 1991) menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara perencanaan dan pengendalian pembangunan dimana, perencanaan bertujuan untuk mengatur alokasi guna lahan dalam rangka mencapai tujuan perencanaan, sementara pengendalian pembangunan merupakan pelaksanaan atau implementasi yang menjadi tugas perencanaan. 2  Equitari dan Maryandi (2004) dalam Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. 15 No. 1, menyebutkan bahwa penataan ruang sebagai salah satu bentuk pengelolaan kepentingan publik dituntut untuk memenuhi prinsip good governance.

Page 3: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian

 

 

3  

dan ketatalaksanaan pemerintahan yang bersih, efisien, efektis, transparan,

profesional dan akuntabel, meningkatnya partisipasi masyarakat dalam

pengambilan kebijakan publik serta terjaminnya konsistensi dan kepastian hukum

dalam pelaksanaan implementasi peraturan perundangan. Hal ini dikarenakan di

dalam nilai-nilai penataan ruang terdapat nilai-nilai good governance yang

digunakan seperti partisipatif, daya tanggap, efisiensi dan efektivitas yang secara

normatif diatur dalam peraturan perundangan. Pembangunan yang sistematis

sangat penting dan dibutuhkan untuk mencapai keberlanjutan kota dengan

mempedomani rencana tata ruang, zonasi, dan pengkavlingan lahan sebagai

teknik perencaanan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Itulah sebabnya

mengapa good governance menjadi salah satu aset penting dalam pembangunan

kota (Aluko, 2011).

Sebagai salah satu teknik instrumen preventif dalam pengendalian

pembangunan lahan (development control), selain zonasi dan pemberian izin

bangunan, Advice Planning3 merupakan salah satu bentuk penerapan subdivision

control/regulation4 atau pengendalian pengkavlingan lahan yang bertujuan untuk

mengatur perkembangan pembangunan perumahan, dengan aturan dan

seperangkat persyaratan yang mengatur tentang bagaimana properti dibangun

dengan mengikuti layout jaringan jalan, utilitas, drainase dan kebutuhan prasarana

                                                                                                               3Advice Planning dalam regulasi di Kota DKI Jakarta, diterjemahkan sebagai Keterangan Rencana Kota yang menjadi syarat dalam proses pengurusan IMB. Opini 13 januari 2014 pada http:// jakarta.kompasiana.com/layanan-publik/2014/01/13/menelisik-praktik-pengurusan-advice-planning-dki-626089. html diakses tanggal 24 Juni 2014. 4 (Scnider, 2013) dalam Land subdivision : A practical Guide for centre Texas menyebutkan bahwa proses pembangunan lahan dibagi menjadi tiga komponen utama yaitu zoning dan/atau hak guna lahan, subdivision regulation atau pengkavlingan lahan, dan izin pembangunan konstruksi, seperti pembangunan tapak, bangunan, dan lain sebagainya.

Page 4: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian

 

 

4  

lainnya dengan peran pemerintah yang dominan dan sebagai kunci dalam

memberikan kerangka pembangunan. Berbeda dengan zonasi yang mempunyai

tujuan dan prinsip untuk mengatur jenis peruntukan lahan, subdivision regulation

atau pengendalian pengkavlingan lahan lebih berfokus pada bagaimana lahan

tersebut dibangun (Coon, 2013: 4).

Pembangunan perumahan merupakan salah satu kegiatan pemanfaatan ruang

yang membutuhkan alokasi lahan dan ruang yang luas, dan harus memenuhi

persyaratan lingkungan yang dilengkapi dengan fasilitas umum dan sosial yang

layak, serta merupakan salah satu komponen pembentuk pola ruang kota. Apabila

suatu kawasan perumahan yang luas tidak dilengkapi dengan persyaratan minimal

lingkungannya, maka kawasan perumahan tersebut akan terlihat kumuh dan

menimbulkan dampak eksternalitas negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Oleh

karena itu, kedudukan Advice Planning yang berfungsi sebagai pengendali

implementasi pembangunan perumahan melalui pengaturan tata guna lahan dan

arahan pemanfaatan ruang berada diantara serangkaian perangkat perizinan

pemanfaatan ruang yang terkait dengan pelaksanaan pembangunan yang terdiri

dari izin prinsip, izin lokasi, dan izin mendirikan bangunan (IMB). Di beberapa

daerah, Advice Planning sebagai tahapan proses perolehan informasi mengenai

ketentuan teknis ruang dan zonasi kawasan ini dikenal dengan istilah yang

berbeda-beda.5 Advice Planning berisikan infomasi dan arahan yang diperlukan

untuk memastikan bahwa rencana pembangunan perumahan telah mengatur                                                                                                                5  Istilah Advice Planning di Kota DKI Jakarta sejajar dengan Fatwa Planologi di Kota Batam, dan diidentikkan dengan RTBL. Fatwa planologi merupakan ketentuan-ketentuan yang digunakan sebagai petunjuk perencanaan tapak atau pengarahan/advice terhadap rencana tapak, yang kedudukannya berada diantara rangkaian proses perizinan yang ada yaitu izin penetapan lokasi, fatwa planologi, ijin pematangan lahan dan izin mendirikan bangunan. Prasetyo, Gunawan. 2008. Artikel Permohonan Fatwa Planologi. pada http: //nesless.blogspot.com /2008/03/permohonan-fatwa-planologi.html diakses tanggal 22 Juni 2014.  

Page 5: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian

 

 

5  

penyediaan infrastruktur dan pelayanan dasar lainnya melalui proses persetujuan

pemerintah.

Secara normatif, Advice Planning atau Keterangan Rencana Kota sesuai

dengan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan

Undang Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung memberikan

arahan tentang fungsi bangunan, Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien

Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Hijau (KDH), garis sempadan

bangunan, jaringan utilitas kota dan keterangan lainnya, sebagai salah satu

prasyarat dalam memperoleh izin mendirikan bangunan (IMB). Sebagai suatu

instrumen pengendalian pembangunan, penerbitan Advice Planning (AP) di Kota

Payakumbuh telah dilaksanakan sejak tahun 2008 berdasarkan Peraturan Walikota

No. 8 Tahun 2008 tentang Retribusi Advice Planning dan kemudian disesuaikan

kembali dengan Perda Kota Payakumbuh No. 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW), yang mengatur ketentuan teknis dan zonasi untuk

seluruh bentuk kegiatan pembangunan lahan baik yang dilakukan oleh individu,

masyarakat maupun pihak swasta.

Pengendalian pembangunan sebagai salah satu hal yang dikelola oleh

pemerintah seharusnya mengaplikasikan prinsip good governance baik dalam

kegiatan perencanaan maupun implementasinya. Selain itu, pentingnya

pemahaman good governance oleh pemerintah dalam pemberian pelayanan publik

dapat menentukan kualitas perencanaan dan menciptakan suatu mekanisme yang

dapat bekerja dengan baik. Akan tetapi dalam implementasinya, sebagai salah satu

bentuk arahan pemanfaatan ruang untuk pembangunan perumahan yang

Page 6: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian

 

 

6  

diterbitkan berdasarkan rencana tata ruang, Advice Planning mengalami berbagai

permasalahan.

Oleh karena itu, penelitian ini akan melakukan eksaminasi dan pengkajian

terutama yang berkaitan dengan implementasi pemanfaatan ruang melalui

instrumen Advice Planning sebagai pengendalian pembangunan dan penerapan

prinsip-prinsip good governance di dalamnya. Diduga teori implementasi good

governance dapat menjelaskan penyebab rendahnya tingkat implementasi Advice

Planning sebagai alat pengendalian pembangunan di Kota Payakumbuh.

Pengkajian pelaksanaan pengendalian pembangunan lahan tersebut apakah telah

mengakomodir prinsip good governance dalam proses pelaksanaannya yang pada

akhirnya bertujuan untuk mewujudkan keberlanjutan pemerintahan kota dan

keberlanjutan kota itu sendiri yang dinilai dari sisi pengembang sebagai target

group atau sasaran dalam pengendalian pembangunan perumahan dan pemerintah

sebagai pelaksana.

1.2 Rumusan Masalah

Peningkatan jumlah pembangunan perumahan di Kota Payakumbuh dari tahun

2008-2013 dengan jumlah keseluruhan sebesar 72 pengembangan perumahan

berimplikasi pada adanya desakan kebutuhan pengendalian dalam

pembangunannya. Pembangunan lahan perumahan yang terjadi di Kota

Payakumbuh dilakukan dengan berbagai cara diantaranya melalui konversi lahan

pertanian dan/atau lahan kosong menjadi lahan yang akan digunakan untuk

pengembangan perumahan perkotaan. Adapun luasan pengembangan perumahan

yang ada di Kota Payakumbuh berkisar antara 0,5 – 1,5 Ha (Dinas Tata Ruang

Page 7: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian

 

 

7  

dan Kebersihan, 2014). Menurut Winarso (2000) pengembang skala kecil atau

smaal foot holder developer mempunyai karakteristik dengan luas lahan kurang

dari 5 Ha dan/atau dengan pembangunan perumahan dengan jumlah rumah antara

10-50 unit dalam jangka waktu 3 bulan.

Pengendalian pembangunan perumahan melalui pengaturan pengkavlingan di

Kota Payakumbuh dilaksanakan melalui mekanisme penerbitan Advice Planning,

yang secara teoritis diatur dalam subdivision control/regulation yaitu pengaturan

mengenai pembagian kavling tanah serta pengalokasian lahan untuk

pembangunan ruang terbuka serta jaringan utilitas. Pengaturan ini berfungsi agar

pembangunan perumahan memenuhi standar pembangunan seperti mempunyai

aksesibilitas berupa jaringan jalan, pencegahan terhadap masalah lingkungan,

serta penyediaan ruang terbuka hijau sesuai syarat pembangunan perumahan6,

sehingga lahan perkotaan dapat termanfaatkan secara efisien dan tidak

menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup perkotaan oleh pelaku

pembangunan sekaligus mewujudkan keterkaitan dan keserasian fungsi kawasan

dengan wilayah kota.

Praktek pengendalian pengkavlingan di negara maju seperti Amerika,

mempunyai perangkat pengaturan yang jelas dan sistematis yang disertai dengan

pengenaan sanksi yang tegas, melalui mekanisme intervensi pemerintah berupa

komisi perencanaan yang dominan dalam pengambilan keputusan serta

menentukan standar-standar kualitas pengkavlingan perumahan dengan tujuan

                                                                                                               6  SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

Page 8: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian

 

 

8  

untuk mengatur perumahan formal7 yang efisien, teratur dan disertai dengan

ketersediaan infrastruktur perkotaan yang saling terintegrasi sekaligus merupakan

syarat yang harus dipenuhi oleh pengembang perumahan sebelum kavling atau

persil perumahan tersebut dijual. Pemerintah berperan untuk membangun

perangkat pengendalian pembangunan lahan beserta peraturannya untuk

mengimplementasikan tujuan dan kebijakan rencana tata ruang yang telah

ditetapkan. Akan tetapi, secara prakteknya terutama di negara berkembang dan

termasuk Indonesia, muncul berbagai permasalahan seperti munculnya tipe

pembangunan ribbon development (menyerupai pita) yang berdampak pada

meningkatnya kebutuhan biaya dalam pembangunan infrastruktur fisik kota,

seperti jalan, drainase, dan sebagainya (Nurmandi, 2014).

Dalam implementasinya, pengendalian pembangunan perumahan formal skala

kecil di Kota Payakumbuh yang secara peraturan telah diatur dan dilaksanakan

oleh pemerintah daerah dengan menggunakan pendekatan top-down yang

menempatkan pemerintah sebagai pemegang peran utama dalam pelaksanaan

pengendalian pembangunan ini tidak berjalan dengan efektif dan efisien, dan

mengindikasikan munculnya beberapa permasalahan atau penyimpangan. Adapun

permasalahan yang muncul yaitu seperti kecenderungan penyediaan fasilitas dan

jaringan utiltas publik yang minim, pembangunan jaringan jalan yang tidak

terintegrasi dengan jaringan jalan dan drainase kota, timbulnya lahan marginal,

masalah limbah perumahan, kesemrawutan dan tidak teratur, dan terdapat

beberapa pengembangan perumahan yang diatur dalam Advice Planning tidak                                                                                                                7  Perumahan formal adalah perumahan yang dibangun dengan suatu aturan yang jelas dan mempunyai pola yang teratur. Perumahan ini dibangun oleh pihak swasta dan pemerintah. (Kuswartojo, 2005 dalam Rachman, 2010)

Page 9: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian

 

 

9  

menyediakan apa yang seharusnya menjadi hak masyarakat atau penghuni

perumahan seperti ruang terbuka hijau maupun infrastruktur yang disyaratkan.

Selain itu, terjadinya perubahan pada peruntukan pengkavlingan pada beberapa

kawasan perumahan sebagaimana yang tertuang dalam peta Advice Planning yang

telah disetujui seperti merubah peruntukan persil yang seharusnya dibangun

sebagai prasarana lingkungan, utilitas umum, fasiltas umum atau fasilitas sosial

ternyata telah dibangun ruko atau rumah pada saat perumahan tersebut telah

terjual beberapa unit.

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka penelitian ini akan dibatasi

pada pengkajian hubungan antara good governance dalam pengendalian

pembangunan yang ditentukan melalui penilaian stakeholder tentang pencapaian

prinsip good governance dalam pembangunan kawasan perumahan yang

ditentukan, seperti peraturan, norma dan prinsip yang dipraktekkan dalam institusi

pemerintah dengan praktek yang mendekatkan antara peraturan dan kenyataan di

lapangan melalui implementasi Advice Planning sebagai instrumen pengendalian

pembangunan. Adapun perumusan masalah penelitian yaitu seberapa besar tingkat

implementasi Advice Planning yang terjadi dalam praktek pelaksanaan

pengendalian pembangunan serta bagaimana pengaruh pencapaian prinsip good

governance dalam implementasi Advice Planning tersebut.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitian yang ada pada penelitian ini adalah :

1. Seberapa besar tingkat implementasi Advice Planning di Kota

Payakumbuh ?

Page 10: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian

 

 

10  

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi implementasi Advice Planning

dalam pengendalian pembangunan di Kota Payakumbuh dilihat dari

perspektif good governance ?

1.4 Tujuan dan Sasaran Penelitian

Tujuan dari penyusunan penelitian ini adalah untuk menilai tingkat

implementasi Advice Planning di Kota Payakumbuh serta mengetahui faktor-

faktor yang mempengaruhi implementasi Advice Planning tersebut. Adapun

sasaran yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Teridentifikasinya kesesuaian pelaksanaan antara komponen ketentuan

Advice Planning (AP) sebagai instrumen pengendalian pembangunan

perumahan dengan praktek di lapangan.

2. Teridentifikasinya tingkat implementasi Advice Planning.

3. Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi AP dalam

kerangka good governance.

4. Teridentifikasinya hubungan antar faktor-faktor yang mempengaruhi

implementasi AP.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini terbagi menjadi beberapa bagian, antara lain :

1. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah penelitian ini adalah kawasan pengembangan

perumahan formal yang dibangun oleh pengembang perumahan atau

developer di Kota Payakumbuh. Berdasarkan data dari Dinas Tata Ruang

Page 11: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian

 

 

11  

dan Kebersihan Kota Payakumbuh tahun 2014, terjadi pertambahan

jumlah pengembang perumahan skala kecil di Kota Payakumbuh dengan

jumlah keseluruhan adalah 72 perumahan yang dihitung dari tahun 2008-

2013 yang lokasinya tersebar di 5 (lima) kecamatan. Cukup besarnya

pertambahan ini disebabkan karena Kota Payakumbuh merupakan salah

satu kota di Propinsi Sumatera Barat yang sedang mengalami

perkembangan dan menjadi daerah transit lintas propinsi Sumatera Barat

dan Riau. Adapun persebaran lokasi perumahan di Kota Payakumbuh

tersebut dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut ini, dimana perkembangan

persebaran perumahan ini mengarah pada Kota Payakumbuh bagian Timur

dan Barat.

Gambar 1. 1 Peta Sebaran Lokasi Perumahan di Kota Payakumbuh Tahun 2013

Peta  Sebaran  Lokasi  Perumahan  di    Kota  Payakumbuh  Tahun  2013  

Sumber : Dinas Tata Ruang dan Kebersihan Kota Payakumbuh, 2014

Page 12: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian

 

 

12  

2. Ruang Lingkup Substansial

Ruang lingkup substansi merupakan landasan teori yang digunakan dalam

penelitian ini. Adapun teori yang digunakan fokus pada teori development

control atau pengendalian pembangunan lahan yang salah satunya adalah

instrumen subdivision regulation/control atau peraturan/pengendalian

pengkavlingan lahan. Pada penelitian ini, bentuk subdivision

regulation/control atau peraturan/pengendalian pengkavlingan lahan yang

dipraktekkan pada wilayah penelitian adalah Advice Planning atau

Keterangan Rencana Kota. Advice Planning atau Keterangan Rencana

Kota merupakan salah satu alat pengendalian pembangunan yang diatur

dalam Perda Kota Payakumbuh No. 16 Tahun 2011 tentang Bangunan

Gedung dan Perda Kota Payakumbuh No. 1 Tahun 2012 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Kota Payakumbuh. Advice Planning berisikan

informasi tentang persyaratan ketentuan teknis tata bangunan dan

lingkungan serta arahan ketentuan umum zonasi yang diberlakukan oleh

pemerintah kota pada lokasi tertentu, yang diajukan sebagai prasyarat

pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Selanjutnya, tingkat

implementasi Advice Planning sebagai instrumen pengendalian

pembangunan tersebut akan dikaji kaitannya dengan teori implementasi

good governance dengan menggunakan indikator prinsip good governance

dalam konteks pengendalian pembangunan.

Page 13: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian

 

 

13  

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian mengenai pelaksanaan Advice

Planning ini adalah meliputi :

1. Bagi pemerintah, yaitu untuk memperkaya ketersediaan data mengenai

praktek penggunaan lahan untuk pembangunan perumahan serta

rekomendasi bagi efektifitas pelaksanaan penerbitan Advice Planning di

Kota Payakumbuh dalam kerangka perwujudan good governance.

Hubungan antar faktor yang mempengaruhi menunjukkan faktor yang

perlu mendapatkan prioritas dalam pengendalian dan implementasinya.

2. Bagi masyarakat yaitu memberikan kontribusi pengetahuan tentang Advice

Planning serta manfaat yang dapat diperoleh masyarakat dalam

perwujudan pembangunan penyediaan infrastruktur dalam rencana

pengkavlingan tanah tersebut, sehingga masyarakat dalam ambil bagian

dalam kegiatan pengendalian pembangunan perumahan oleh pengembang.

3. Bagi pengembang yaitu memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang

peraturan mengenai Advice Planning serta pelaksanaan yang ideal di

lapangan, sehingga tujuan pembangunan perumahan dapat dirasakan

manfaatnya secara luas.

4. Bagi akademik yaitu memperkaya konsep mengenai instrument

pengendalian pembangunan terutama dalam segi preventif dengan teknik

pengendalian subdivision control/regulation, selain itu juga dapat

memberikan referensi bagi pelaksanaan prinsip good governance dalam

proses pemberian arahan penggunaan lahan yang merupakan bagian dari

Page 14: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian

 

 

14  

pelaksanaan pengendalian pembangunan (development control) dalam

manajemen pembangun.

1.7 Posisi Penelitian

Penelitian mengenai pelaksanaan Advice Planning sebagai instrumen

pengendalian pembangunan dalam konteks pelaksanaan good governance ini

belum pernah diteliti sebelumnya, namun telah terdapat beberapa penelitian

serupa yang telah pernah dikaji mengenai aspek perizinan dalam pengendalian

pemanfaatan ruang, diantaranya dapat dilihat pada tabel I-1 berikut ini :

Tabel I-1 Ragam Penelitian yang Pernah Dilakukan Sebelumnya No Judul Penelitian Nama Penulis Fokus Penelitian 1 Pengendalian Pembangunan

Perumahan di Kawasan Bandung Utara : Perbandingan antara Kebijakan dan Realitas

Muhajirin, 2000 Proses dan Mekanisme penerbitan izin lokasi dan IMB kepada pengembang

2 Evektifitas Implementasi IMB sebagai Instrumen Pengendalian Pemanfaatan Lahan Kota Kasus Kota Bantul

Decky Sayogo, 2008 Evaluasi efektifitas IMB sebagai instrument pengendalian pemanfaatan lahan dan faktor yang mempengaruhinya

3 Pelaksanaan Pelayanan Perijinan Terpadu (One Stop Service) dalam Perspektif Good Governance Studi Kasus : Ijin Lokasi dan Ijin Mendirikan Bangunan di Kabupaten Kendal Propinsi Jawa Tengah

Abdul Wahab, 2009 Mengkaji kebijakan dan program pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan investasi daerah. Analisis yang digunakan adalah kuantitatif dengan independent t test untuk mengetahui perbedaan persepsi pelaku usaha dalam pelayanan perijinan ijin lokasi dan IMB. Aspek good governance yang dilihat adalah transparansi dan akuntabilitas.

Sumber : Penulis, 2014