1 ardin tjatjo dkk uji ekstrak daun gulma siam ok

3
Ardin Tjatjo dan Teguh Pratama : Uji Ekstrak Daun Gulma Siam (Chromolaena odorata) Terhadap Mortalitas Ulat Trip (Plutella xylostella) Pada Tanaman Kubis (Brassica oleraceae Linn) 1 UJI EKSTRAK DAUN GULMA SIAM (Chromolaena odorata) TERHADAP MORTALITAS ULAT TRIP (Plutella xylostella) PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleraceae Linn) Ardin Tjatjo dan Teguh Pratama Staff Pengajar di Universitas Islam Makassar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak daun C. odorata yang untuk mengendalikan serangan P. xylostella pada tanaman kubis. Dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi Universitas Islam Makassar Mulai November 2010 sampai Februari 2011. Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap yang terdiri atas lima perlakuan dan delapan ulangan. Adapun perlakuan yang digunakan adalah kontrol, 5%, 10%, 20% dan 40%. Metode pelaksanaannya dengan pemberian daun kubis sebagai pakan larva P. xylostella dengan dicelupkan terlebih dahulu kedalam ekstrak daun C. odorata dan diamati selama 2x24 jam. Parameter yang diamati adalah persentase mortalitas, fisiologi larva P. xylostella selama pengamatan dan persentase luas defoliasi pada daun kubis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa estrak daun C. odorata berpengaruh sangat nyata terhadap tingkat mortalitas larva P. xylostella. Tingkat mortalitas yang tercepat pada waktu 6 jam setelah aplikasi dengan konsentrasi 40% dan 100% dan yang terlama pada konsentrasi 5% sebesar 62.5%. Kata Kunci : Tanaman Kubis, Hama Plutella xylostella, Daun Gulma Siam. PENDAHULUAN Sayuran merupakan salah satu sumber gizi yang dibutuhkan bagi tubuh, baik sebagai penghasil vitamin maupun mineral. Sayuran yang banyak dikonsumsi masyarakat seperti kubis atau kol. Kubis atau Kol mempunyai famili Brassicaceae, merupakan tumbuhan berbatang lunak serta salah satu komoditas hortikultura yang banyak digemari dan dibudidayakan di Indonesia Kubis segar mengandung banyak vitamin A, B, C, dan E. Kandungan vitamin C cukup tinggi dan bermanfaat untuk mencegah sariawan akut (skorbut). Mineral yang banyak dikandung adalah kalium, kalsium, fosfor, natrium, dan besi. Kubis segar juga mengandung sejumlah senyawa yang merangsang pembentukan glutation, zat yang diperlukan untuk menonaktifkan zat beracun dalam tubuh manusia. Faktor penghambat dalam budidaya tanaman kubis, adalah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), terutama hama ulat trip (P. xylostella) (Kardinan, 2001). Akibat serangan hama P. xylostella menyebabkan produksinya menurun sampai lebih dari 90%. Hama P. xylostella sering dikendalikan dengan insektisida secara terjadwal dan telah mendominasi selama lebih dari 40 tahun yang diperkirakan biaya untuk kegiatan monitoring hama ini belum dilakukan secara teratur. Praktek pengendalian hama dengan menggunakan insektisida secara berlebihan menimbulkan beberapa masalah antara lain resurjensi dan resistensi hama serta letusan hama ke dua, demikian juga terjadinya pencemaran lingkungan. Hama P. xylostella merupakan salah satu jenis hama utama di pertanaman kubis. Apabila tidak ada tindakan pengendalian, kerusakan kubis oleh hama tersebut dapat meningkat dan hasil panen dapat menurun baik kuantitas maupun kualitasnya. Serangan yang timbul kadang-kadang sangat berat sehingga tanaman kubis tidak membentuk krop dan panennya menjadi gagal. Kondisi seperti ini tentu saja merugikan petani sebagai produsen kubis. Oleh karena itu upaya pengendalian hama P. xylostella ini sebagai hama utama tanaman kubis perlu dilakukan untuk mencegah dan menekan kerugian akibat serangan hama tersebut. Pada umumnya serangan P. xylostella ini terjadi secara eksplosif pada musim kemarau, sehingga kerugian yang ditimbulkan dapat mencapai 90%. Mengacu pada hal tersebut, salah satu solusi yang ditempuh adalah dengan penggunaan pestisida nabati yang sifatnya ramah terhadap lingkungan. Selain itu penggunaan pestisida nabati dinilai sangat ekonomis karena

Upload: dickdoyo-lankgenk-w

Post on 03-Jan-2016

44 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pesnab gulma

TRANSCRIPT

Page 1: 1 Ardin Tjatjo Dkk Uji Ekstrak Daun Gulma Siam Ok

Ardin Tjatjo dan Teguh Pratama : Uji Ekstrak Daun Gulma Siam (Chromolaena odorata) Terhadap Mortalitas Ulat Trip (Plutella xylostella) Pada Tanaman Kubis (Brassica oleraceae Linn)

1

UJI EKSTRAK DAUN GULMA SIAM (Chromolaena odorata) TERHADAP MORTALITAS ULAT TRIP (Plutella xylostella) PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleraceae Linn)

Ardin Tjatjo dan Teguh Pratama Staff Pengajar di Universitas Islam Makassar

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak daun C. odorata yang untuk mengendalikan serangan P. xylostella pada tanaman kubis. Dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi Universitas Islam Makassar Mulai November 2010 sampai Februari 2011. Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap yang terdiri atas lima perlakuan dan delapan ulangan. Adapun perlakuan yang digunakan adalah kontrol, 5%, 10%, 20% dan 40%. Metode pelaksanaannya dengan pemberian daun kubis sebagai pakan larva P. xylostella dengan dicelupkan terlebih dahulu kedalam ekstrak daun C. odorata dan diamati selama 2x24 jam. Parameter yang diamati adalah persentase mortalitas, fisiologi larva P. xylostella selama pengamatan dan persentase luas defoliasi pada daun kubis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa estrak daun C. odorata berpengaruh sangat nyata terhadap tingkat mortalitas larva P. xylostella. Tingkat mortalitas yang tercepat pada waktu 6 jam setelah aplikasi dengan konsentrasi 40% dan 100% dan yang terlama pada konsentrasi 5% sebesar 62.5%. Kata Kunci : Tanaman Kubis, Hama Plutella xylostella, Daun Gulma Siam.

PENDAHULUAN

Sayuran merupakan salah satu sumber gizi yang dibutuhkan bagi tubuh, baik sebagai penghasil vitamin maupun mineral. Sayuran yang banyak dikonsumsi masyarakat seperti kubis atau kol. Kubis atau Kol mempunyai famili Brassicaceae, merupakan tumbuhan berbatang lunak serta salah satu komoditas hortikultura yang banyak digemari dan dibudidayakan di Indonesia Kubis segar mengandung banyak vitamin A, B, C, dan E. Kandungan vitamin C cukup tinggi dan bermanfaat

untuk mencegah sariawan akut (skorbut). Mineral yang banyak dikandung adalah kalium, kalsium, fosfor, natrium,

dan besi. Kubis segar juga mengandung sejumlah senyawa yang merangsang pembentukan glutation, zat yang diperlukan untuk menonaktifkan zat beracun dalam tubuh manusia. Faktor penghambat dalam budidaya tanaman kubis, adalah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), terutama hama ulat trip (P. xylostella) (Kardinan, 2001). Akibat serangan hama P. xylostella menyebabkan produksinya menurun sampai lebih dari 90%. Hama P. xylostella sering dikendalikan dengan insektisida secara terjadwal dan telah mendominasi selama lebih dari 40 tahun yang diperkirakan biaya untuk kegiatan monitoring hama ini belum dilakukan secara teratur. Praktek pengendalian hama dengan menggunakan insektisida secara berlebihan menimbulkan beberapa masalah antara lain resurjensi dan resistensi hama serta letusan hama ke dua, demikian juga terjadinya pencemaran lingkungan.

Hama P. xylostella merupakan salah satu jenis hama utama di pertanaman kubis. Apabila tidak ada tindakan pengendalian, kerusakan kubis oleh hama tersebut dapat meningkat dan hasil panen dapat menurun baik kuantitas maupun kualitasnya. Serangan yang timbul kadang-kadang sangat berat sehingga tanaman kubis tidak membentuk krop dan panennya menjadi gagal. Kondisi seperti ini tentu saja merugikan petani sebagai produsen kubis. Oleh karena itu upaya pengendalian hama P. xylostella ini sebagai hama utama tanaman kubis perlu dilakukan untuk mencegah dan menekan kerugian akibat serangan hama tersebut. Pada umumnya serangan P. xylostella ini terjadi secara eksplosif pada musim kemarau, sehingga kerugian yang ditimbulkan dapat mencapai 90%. Mengacu pada hal tersebut, salah satu solusi yang ditempuh adalah dengan penggunaan pestisida nabati yang sifatnya ramah terhadap lingkungan. Selain itu penggunaan pestisida nabati dinilai sangat ekonomis karena

Page 2: 1 Ardin Tjatjo Dkk Uji Ekstrak Daun Gulma Siam Ok

Seminar dan Pertemuan Tahunan XXI PEI, PFI Komda Sulawesi Selatan dan Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan tanggal 7 Juni 2011 di Hotel Singgasana Makassar

2

bahan yang digunakan dalam pembuatan pestisida nabati mudah diperoleh dan biaya yang dibutuhkan relatif murah, sehingga petani dapat menekan biaya produksi. Beberapa tanaman telah diketahui mengandung bahan-bahan kimia yang dapat membunuh, menarik, atau menolak serangga. Beberapa tumbuhan menghasilkan racun dan senyawa-senyawa kompleks yang dapat mengganggu siklus pertumbuhan serangga, sistem pencernaan, atau mengubah perilaku serangga. Ekstrak daun C. odorata bersifat toksik, karena mengandung senyawa metabolik sekunder yang mampu memberikan efek kronik pada P. xylostella. (Utami, 2003)

Pemanfaatan ekstrak daun C. odorata sebagai pestisida nabati telah dicobakan pada beberapa jenis hama, antara lain pada ordo Lepidoptera, Coleoptera, Hemiptera dan Isoptera. Variasi aktivitasnya bisa berupa efek insektisidal atau repelen tergantung spesies serangganya. Adanya efek biocidal dari ekstrak C. odorata diduga karena peran dari satu atau beberapa senyawa-senyawa yang dikandungnya dalam C. odorata. Isolasi gulma ini ditemukan sejumlah alkaloid, triterpenoid, asetogenin, saponin, tanin dan minyak esensial.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi Universitas Islam Makassar, mulai November 2010 sampai Februari 2011.

Perbanyakan Plutella xylostella

Pengambilan larva dan pupa serta imago P. xylostella dari pertanaman kubis (B. oleraceae), kemudian pupa yang sudah diambil disimpan dalam wadah plastik yang pada bagian atas dilubangi dan ditutup dengan kain kasa untuk sirkulasi udara. Setiap larva diberi pakan berupa daun kubis dan pergantian daun dilakukan pada saat daun tidak nampak segar lagi. Larva yang menjadi pupa kemudian menjadi imago dipisahkan dan dimasukkan dalam tempat penyimpanan. Imago yang keluar dimasukkan kedalam tempat peneluran yang pada bagian tutup dan dinding bawah toples dilubangi dan ditutup dengan kain kasa. Tempat peneluran berisi imago jantan dan betina P. xylostella dimasukkan sebanyak mungkin daun kubis yang segar dimaksudkan agar dapat menyimpan telurnya dengan leluasa dan dilakukan pergantian daun. Pergantian daun dilakukan 2-3 hari dimana sudah terdapat telur. Telur yang manjadi larva siap di uji. Adapun larva yang siap di uji adalah larva instar 2 sampai instar 3.

Ekstrak Tanaman Chromolaena odorata Pembuatan ekstrak C. odorata mengacu pada Kardinan (2001) yang dilakukan dengan mengekstrak 1 kg daun

C. odorata yang kemudian diekstrak dengan cara ekstrak basah yang. Adapun caranya adalah sebagai berikut mengambil daun C. odorata dari lapangan kemudian ditimbang lalu rendam 1-2 jam didalam ember yang berisi air. Setelah itu daun di haluskan dengan mortar. Menyaring daun C. odorata yang sudah dihaluskan untuk mendapatkan cairan atau ekstrak tanaman. Menempatkan larutan dalam wadah.

Pelaksanaan; 1) Melaparkan larva P. xylostella selama 1-2 jam; 2) Memasukkan potongan daun kubis yang sudah direndam dalam eksrak C. odorata selama 3 menit sebagai biopestisida kemudian dianginkan sampai cairan itu meresap kedalam daun. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali ulangan; 3) Setelah itu daun diletakkan kedalam cawan petri; 4) Meletakkan larva yang sudah dilaparkan diatas daun C. odorata dan diamati selama 24 jam selanjutnya setiap hari selama 2 hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam waktu 2x24 jam, ekstrak daun C. odorata yang diaplikasikan pada daun kubis sudah mampu meningkatkan mortalitas larva P. xylostella. Dalam penelitian ini, keaktifan larva P. xylostella berpengaruh terhadap mortalitas dalam memakan daun kubis. Data pengamatan berdasarkan sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ekstrak daun C. Odorata berpengaruh nyata terhadap mortalitas P. xylostella.

Aktivitas makan larva yang telah terinfeksi ekstrak, bertambah lambat karena sistem pencernaan larva terganggu, disebabkan oleh racun yang terkandung dalam daun C. odorata yang bersifat sebagai racun perut terutama alkoloid dan tanin, hal ini sesuai dengan pendapat Natawigena (2000), bahwa setiap mahkluk hidup mempunyai batas toleransi terhadap racun dan mahluk tersebut tidak mati. Lewat batas tersebut akan menimbulkan kematian pada mahluk yang diuji. Proses kematian akan semakin cepat dengan pertambahan dosis racun yang digunakan.

Daun yang telah direndam dalam larutan ekstrak daun C. odorata, akan dijauhi larva P. Xylostella, karena bersifat repellent dan antifidan. Daun yang telah direndam memiliki bau yang menyengat dan rasanya pahit. Apabila

Page 3: 1 Ardin Tjatjo Dkk Uji Ekstrak Daun Gulma Siam Ok

Ardin Tjatjo dan Teguh Pratama : Uji Ekstrak Daun Gulma Siam (Chromolaena odorata) Terhadap Mortalitas Ulat Trip (Plutella xylostella) Pada Tanaman Kubis (Brassica oleraceae Linn)

3

larva mengkonsumsinya, maka kandungan senyawa-senyawa dalam daun C. odorata akan terakumulasi dalam tubuh larva, dalam jangka waktu tertentu akan merusak pencernaan dan syaraf larva (Prayogo,2005).

Pada pengamatan 6 jam setelah pengaplikasian pemberian ekstrak daun C. odorata sudah dapat mematikan larva P. xylostella, hal ini dikarenakan adanya bahan aktif pada ekstrak daun C. odorata bersifat racun terhadap larva P. xylostell dan senyawa dalam daun yang diuji mempunyai tingkat kemampuan yang cukup tinggi dalam menekan serangan larva P. xylostella (Grainge dan Ahmed, 1988).

Kematian larva P. xylostella disebabkan karena zat toksik yang terkandung pada ekstrak daun C. odorata dapat menghambat aktifitas makan larva dan menyebabkan larva mati. Daun C. odorata yang digunakan sebagai pestisida nabati mengandung bahan aktif alkaloid, saponin, flavonoid dan tanin. Bahan-bahan ini merupakan sisa metabolisme tumbuh-tumbuhan dan digunakan untuk menjalankan peran ganda, seperti menarik serangga atau mengusir serangga. Unsur-unsur yang mengandung aroma, kemungkinan terbentuk dalam hijau daun (chloroplast) kemudian unsur tersebut bersatu dengan glukosa, menciptakan glukosida yang disalurkan keseluruh tubuh tumbuhan. Aroma-aroma yang ditimbulkan oleh senyawa-senyawa tersebut diduga mempunyai daya tarik terhadap larva P. xylostella.

Kematian larva yang diakibatkan oleh ekstrak daun C. odorata memperlihatkan indikasi tidak sempurnanya proses ketidakaktifan dalam memakan daun kubis, terbukti dengan adanya sejumlah larva yang belum bisa memakan daun dalam jumlah yang besar, pergerakan larva P. xylostella setelah aplikasi semakin lambat serta gagalnya larva menjadi pupa.

Gejala yang ditimbulkan setelah larva memakan daun kubis, setelah diaplikasikan dengan ekstrak daun C. odorata akan tampak lemas (pergerakan menjadi lambat), terjadi perubahan warna pada tubuh larva, kaku, dan mengerut. Menurut Gionar (2004), bahwa Larva yang telah memakan daun ekstrak, mengalami gejala yang lama-kelamaan akan mati akibat pengaruh simultan dari toksisitas ekstrak, kelaparan dan gagal menjadi larva, terlihat adanya larva menjadi mengecil, mengeluarkan cairan dan berwarna gelap (hitam).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun C. odorata konsentrasi 40 % dan 100 % efektif dan efesien dalam menekan P. xylostella, pada 6 jam setelah aplikasi dapat mengendalikan larva P. xylostella pada pertanaman kubis.

Saran

Untuk mengendalikan P. xylostella pada tanaman kubis disarankan menggunakan C. odorata konsentrasi 40 % dan 100 %.

DAFTAR PUSTAKA

Gionar, Y.R. 2004. Pengaruh Ekstrak Tumbuhan Meliaceae Terhadap Perkembangan Larva instar XI . Martianus dermes tordes chevrolat, volume VI University of California. Kongres I HPTI, 8-10 Pebruari 1990. Jakarta.

Grainge, M. and Ahmed Saleem, 1988. Potential of the Neem Tree(Azadirachta indica) for Pest Control and Rural Development. The society for Economic Botany by The New York Botanical Garden. Bronx.

Kardinan, A. 2001. Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Natawigena, H., 2000. Pestisida dan Kegunaannya. Penerbit Armico. Bandung.

Prayogo, Y., dkk. 2005. Prospek cendawan entomopatogen Metarhizium anisopliae untuk Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera Litura Pada Kedelai. Jurnal Litbang Pertanian, 24 (I).

Utami, N.R. 2003. Uji Toksisitas Ekstrak Daun dan Batang C. odorata terhadap S. litura. Skripsi Fak. PN. UGM (tidak dipublikasikan).