1, 20-23, 40.pdf

99
7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 1/99 KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA PENDERITA PENYAKIT HATI RAWAT INAP DI PERJAN RS DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA Primadhani

Upload: rudy-nuryadi

Post on 17-Feb-2018

246 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 1/99

KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN

PADA PENDERITA PENYAKIT HATI RAWAT INAP

DI PERJAN RS DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA

Primadhani

Page 2: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 2/99

RINGKASAN

PRIMADHANI. Konsumsi Energi dan Protein Pada Penderita Penyakit Hati

Rawat Inap di Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Di bawah bimbingan

YEKTI HARTATI EFFENDI dan IRSAN HASAN.

Tujuan umum penelitian ini adalah mempelajari konsumsi energi dan

protein pada penderita penyakit hati rawat inap di Perjan RS Dr. Cipto

Mangunkusumo, Jakarta. Tujuan khususnya adalah mempelajari karakteristik dan

lama perawatan penderita penyakit hati rawat inap, mempelajari kebutuhan energi

dan protein penderita penyakit hati rawat inap, mempelajari ketersediaan Diet Hati

penderita penyakit hati rawat inap, mempelajari konsumsi energi dan protein

penderita penyakit hati rawat inap, serta mempelajari daya terima penderita

penyakit hati rawat inap terhadap Diet Hati.

Penelitian dengan disain cross sectional study ini dilakukan di Perjan RS Dr.

Cipto Mangunkusumo selama empat bulan dari Agustus hingga November 2004.

Contoh dimbil secara  purposive sampling dengan  ketentuan sebagai berikut :

penderita penyakit hati di Bagian Penyakit Dalam kelas III (Instalasi Rawat Inap

B/IRNA B), berusia 17 tahun ke atas, telah dirawat minimal dua hari, mendapatDiet Hati atau Diet Hati Rendah Garam secara oral, tidak sedang berpuasa,

kesadaran baik dan bisa diajak komunikasi, serta bersedia diwawancara.

Berdasarkan kriteria tersebut didapatkan 20 pasien dengan data lengkap dan

dijadikan sebagai contoh penelitian.

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

primer meliputi karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi

badan, jenis penyakit hati, status gizi, pendidikan, pekerjaan), lama perawatan,

kebutuhan energi-protein contoh, ketersediaan Diet Hati contoh (jenis Diet Hatidan ketersediaan energi-protein Diet Hati), konsumsi energi-protein contoh

(konsumsi energi-protein dari Diet Hati, makanan luar, dan cairan infus), dan daya

terima contoh terhadap Diet Hati (bentuk, warna, tekstur, bau, rasa, suhu,

kebersihan alat makan). Data karakteristik contoh dan daya terima contoh

terhadap Diet Hati diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner. Data

berat badan dikumpulkan dengan penimbangan menggunakan bath room scale.

Data tinggi badan dikumpulkan dengan pengukuran menggunakan microtoise bagi

pasien yang bisa berdiri atau menggunakan pengukuran tinggi lutut bagi pasien

yang tidak bisa berdiri. Data jenis penyakit hati, kadar serum albumin, dan lama

perawatan diperoleh dari rekam medis. Data kebutuhan energi dan protein contoh

ditentukan melalui perhitungan menggunakan rumus dengan mengacu pada data

karakteristik contoh. Data jenis Diet Hati yang diterima contoh diketahui dari

buku makanan IRNA B Bagian Penyakit Dalam kelas III. Data ketersediaan Diet

Hati contoh (dalam satuan gram) untuk makan pagi, siang, dan selingan I

Page 3: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 3/99

Diet Hati, konsumsi makanan luar, dan konsumsi cairan infus  diambil

selama tiga hari berturut-turut. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi

gambaran umum Perjan RSCM, IRNA B, dan UPM. Data tersebut didapatkan

melalui wawancara dengan staf Perjan RSCM dan membaca dokumen/laporan

Perjan RSCM serta pengamatan langsung selama penelitian. Semua data yang

didapatkan diolah kemudian dianalisis secara deskriptif menggunakan program

komputer Microsoft Excell.

Sebagian besar contoh (85%) berjenis kelamin laki-laki dan mayoritas

contoh (55%) berada pada kategori umur dewasa menengah. Sebanyak 60%

contoh menderita penyakit sirosis hati. Contoh paling banyak (30%)

berpendidikan tamat SMA/sederajat dan bekerja sebagai PNS (20%). Malnutrisiprotein (kwashiorkor) dan malnutrisi ringan masing-masing ditemukan pada 40%

contoh. Separuh contoh (50%) berada pada lama perawatan 5-10 hari.

Kebutuhan energi contoh per hari berkisar antara 1800-2900 kkal dengan

rata-rata 2459±258 kkal pada laki-laki dan 1967±208 kkal pada perempuan.

Kebutuhan protein per hari berkisar antara 49,5-98,6 gram dengan rata-rata

80,4±14,9 gram pada laki-laki dan 64,2±12,8 gram pada perempuan.

Diet Hati yang disediakan UPM untuk contoh saat diteliti berupa Diet Hati II

Saring, Diet Hati III Lunak, dan Diet Hati III Biasa dalam bentuk rendah garamdan tidak rendah garam. Diet Hati III paling banyak diterima contoh sebelum dan

saat diteliti. Diet Hati Rendah Garam hanya diberikan pada sebagian kecil

contoh (15%). Rata-rata ketersediaan energi Diet Hati II Saring 1884±164 kkal,

Diet Hati III Lunak 1733±143 kkal, dan Diet Hati III Biasa 1901±125 kkal

sedangkan rata-rata ketersediaan protein Diet Hati II Saring 54,1±5,4 gram, Diet

Hati III Lunak 62,2±7,3 gram, dan Diet Hati III Biasa 65,3±4,4 gram.

Konsumsi energi contoh berasal dari konsumsi Diet Hati, makanan luar, dan

cairan infus. Contoh rata-rata mengkonsumsi energi 1565±710 kkal per hari danprotein 50,3±26,0 gram per hari. Sebagian besar contoh mengkonsumsi makanan

luar (85%) dan cairan infus (65%). Makanan luar yang dikonsumsi contoh berupa

makan pokok, lauk hewani, lauk nabati, buah, susu, dan makanan jajanan. Cairan

infus yang diberikan pada contoh yaitu Asering, Dextrose 5%, KAEN 3B, NaCl

0,9%, Albumin 20%, Triofusin 500, dan Triofusin E 1000. Rata-rata konsumsi

energi per hari dari Diet Hati 1293±374 kkal, makanan luar 203±213 kkal, dan

cairan infus 69±123 kkal sedangkan rata-rata konsumsi protein per hari dari Diet

Hati 43,2±14,9 gram, makanan luar 6,1±6,7 gram, dan cairan infus 1,0±4,4 gram.

Sebagian besar contoh tergolong defisit pada tingkat ketersediaan energiterhadap kebutuhan energi (85%) dan tingkat ketersediaan protein terhadap

kebutuhan protein (75%). Separuh contoh (50%) tingkat konsumsi energi dan

protein terhadap ketersediaan energi dan proteinnya tergolong defisit tingkat

berat. Tingkat konsumsi energi dan protein terhadap kebutuhan energi dan

protein mayoritas contoh (60%) tergolong defisit tingkat berat.

Page 4: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 4/99

ABSTRACT

PRIMADHANI. Energy and Protein Consumption of Hospitalized Patients with

Liver Disease in Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Under Supervision

YEKTI HARTATI EFFENDI dan IRSAN HASAN.

The objectives of this research are to study characteristic, treatment duration,

energy and protein requirements, availability of Liver Diet, consumption of

energy and protein liver disease hospitalized patient, and acceptance of Liver Diet.

This research with cross sectional study design was done in Perjan RS Dr. Cipto

Mangunkusumo Jakarta from August to November 2004. Samples were taken bypurposive sampling. Total samples were 20 patients. Primary data were

characteristic, treatment duration, energy and protein requirements, availability of

Liver Diet, consumption of energy and protein samples, and acceptance of Liver

Diet.

Most of samples (85%) are men. Mayority of samples age were at middle

adulthood category (55%), liver cirrhosis suffered (60%), High School graduated

(30%), and work as PNS (20%). Protein malnutrition (kwashiorkor) and mild

malnutrition recpectively found at 40% samples. Half of sample (50%) weretreated 5-10 days.

Energy requirement of samples per day 1800-2900 kkal with mean

2459±258 kkal at men and 1967±208 kkal at woman. Protein requirement of

samples per day 49,5-98,6 gram with mean 80,4±14,9 gram at men and 64,2±12,8

gram at woman. Mean of energy availability of Liver Diet per day from Pureed

Liver Diet II 1884±164 kkal, Soft Liver Diet III 1733±143 kkal, and General

Liver Diet III 1901±125 kkal. Mean of protein avalilability of Liver Diet per day

from Pureed Liver Diet II 54,1±5,4 gram, Soft Liver Diet III 62,2±7,3 gram, andGeneral Liver Diet III 65,3±4,4 gram. Mean consumption of energy samples per

day 1565±710 kkal and consumption of protein samples per day 50,3±26,0 gram

from Liver Diet, home food, and dilution infuse. Most of samples are deficit in

level of energy-protein availability to energy-protein requirements, severe deficit

in level of energy-protein consumption to energy-protein availability, and severe

deficit in level of energy-protein consumption to energy-protein requirements.

Generally, sample accept all of food determinant of acceptance of Liver

Diet. Acceptance of Liver Diet with high category included 90% from breakfast

and 100% from lunch for all of samples.

Page 5: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 5/99

KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN

PADA PENDERITA PENYAKIT HATI RAWAT INAPDI PERJAN RS DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Primadhani

A05400018

Page 6: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 6/99

Page 7: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 7/99

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan

berkah, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Konsumsi Energi dan Protein Pada Pasien Penderita Penyakit Hati

Rawat Inap di Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta”. Penulis

menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada :

1. 

dr. Yekti Hartati Effendi dan dr. Irsan Hasan, Sp.PD-KGEH selaku dosenpembimbing skripsi yang telah banyak membimbing, mengarahkan, dan

memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

2.  Dr. Ir. Hardinsyah, MS selaku dosen penguji dan Dr. Ir. Lilik Kustiyah, MS

selaku dosen pemandu seminar yang telah memberikan saran dan masukan

untuk kesempurnaan skripsi ini.

3. 

Dr. Ir. Amini Nasoetion, MS selaku dosen pembimbing akademik beserta

seluruh dosen dan staf Departemen GMSK yang telah memberikan ilmu,

bimbingan, serta arahannya selama penulis menempuh pendidikan di

Departemen GMSK.

4.  Direktur Utama Perjan RSCM dr. Merdias Almatsier, Sp.S(K), Kepala Bidang

Penelitian Pelayanan Medik Perjan RSCM dr. Wresti Indriatmi, Sp.KK(K),M.Epid, Kepala Departemen Ilmu Penyakit Dalam Perjan RSCM

Prof. dr. H.A. Aziz Rani, Sp.PD-KGEH, Kepala Divisi Hepatologi

Departemen Ilmu Penyakit Dalam Perjan RSCM Prof. Dr. H. Ali Sulaiman,

Ph.D., Sp.PD-KGEH, FACG, Kepala Instalasi Gizi Perjan RSCM

S.A. Budi Hartati, SKM, M.Epid, dan Kepala Unit Produksi Makanan Perjan

RSCM Triyani Kresnawan, DCN., M.Kes. yang telah memberikan izin

penelitian.

5.  Pembimbing lapang dan koordinator gizi di IRNA B lantai (Utih Arupah,

SKM), koordinator gizi di IRNA B lantai 4 (Syahrial, SKM), para petugas

Page 8: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 8/99

7. 

Bapak (Benny Subyarmono), Ibu (Wariyati), serta Dik Rio dan Dik Rizky

yang tiada hentinya memberikan kasih sayang, doa, serta semangat kepadapenulis dan Bude Sri Kurnianingsih sekeluarga yang telah memberikan

perhatian, bantuan, dan dukungannya.

8. 

Keluarga besar GMSK 37 dan teman-teman di Wisma Melati Bateng, Fauziah

Bateng, dan Wisma Melati Radar atas bantuan dan kebersamaannya sampai

saat ini, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang

telah banyak memberikan bantuan hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2006

Primadhani

Page 9: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 9/99

RIWAYAT HIDUP 

Penulis dilahirkan di Temanggung, Jawa Tengah pada tanggal 13 Juli 1982

dari pasangan Bapak Benny Subyarmono dan Ibu Wariyati. Penulis adalah putri

pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan Sekolah Menengah Atas ditempuh di SMA Negeri I Purworejo,

Kab. Purworejo, Jawa Tengah dan lulus tahun 2000. Pada tahun yang sama

penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat danSumberdaya Keluarga (GMSK), Fakultas Pertanian, Institut pertanian Bogor

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi staf Biro

Keprofesian dan Kajian Strategis pada Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu Gizi

Pertanian (HIMAGITA) periode 2001/2002 dan staf Departemen Keuangan dan

Usaha pada Keluarga Mahasiswa Purworejo IPB (Gamapuri) tahun 2001/2002.

Penulis juga menjadi asisten mata kuliah Gizi Kelompok Khusus pada Program

Studi Diploma Manajemen Usaha Boga, Fakultas Pertanian, IPB tahun ajaran

2005/2006.

Page 10: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 10/99

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii

PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

Latar Belakang .............................................................................. 1

Tujuan ............................................................................................ 2

Kegunaan ....................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4

Anatomi dan Fisiologi Hati ........................................................... 4

Anatomi Hati ........................................................................ 4

Fisiologi Hati ....................................................................... 4

Penyakit Hati ................................................................................. 6

Hepatitis ............................................................................... 6

Sirosis Hati .......................................................................... 11

Hepatoma ............................................................................. 13

Gizi Kurang Pada Penyakit Hati .................................................. 14

Kebutuhan dan Konsumsi Zat Gizi................................................ 15

Energi ............................................................................................ 16

Protein .......................................................................................... 17

Daya Terima terhadap Makanan ................................................... 18

Pelayanan Gizi Rumah Sakit ......................................................... 21

Diet Pada Penyakit Hati ................................................................ 24

Diet Rendah Garam ....................................................................... 25

Pemberian Dukungan Gizi ............................................................ 26

Page 11: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 11/99

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................ 33

Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 35

Definisi Operasional ...................................................................... 40

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 43

Gambaran Umum Lokasi .............................................................. 43

Gambaran Umum Perjan RSCM ........................................ 43

Gambaran Umum IRNA B ................................................ 46

Gambaran Umum UPM ..................................................... 46

Karakteristik Contoh .................................................................. 51

Umur .................................................................................. 51

Jenis Kelamin dan Jenis Penyakit Hati .............................. 52

Tingkat Pendidikan ............................................................ 52

Pekerjaan ............................................................................ 52

Status Malnutrisi ................................................................. 53

Lama Perawatan ........................................................................... 54

Kebutuhan Energi dan Protein Contoh ......................................... 54

Ketersediaan Diet Hati .................................................................. 55

Jenis Diet Hati .................................................................... 55

Ketersediaan Energi dan Protein Diet Hati ......................... 56

Konsumsi Energi dan Protein Contoh .......................................... 57

Konsumsi Energi dan Protein Diet Hati ............................ 58

Konsumsi Energi dan Protein Makanan Luar ..................... 58

Konsumsi Energi dan Protein Cairan Infus ........................ 59

Perbandingan Antara Kebutuhan, Ketersediaan, dan Konsumsi

Energi-Protein ............................................................................ 59

Tingkat Ketersediaan Energi dan Protein terhadapKebutuhan Energi dan Protein .......................................... 59

Page 12: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 12/99

Penilaian terhadap Atribut Makanan .................................. 62

Daya Terima Berdasarkan Waktu Makan .......................... 64

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 65

Kesimpulan ................................................................................... 65

Saran ............................................................................................ 66

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 67

LAMPIRAN .............................................................................................. 71

Page 13: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 13/99

DAFTAR TABEL

Halaman

1  Data yang dikumpulkan dan cara memperoleh ............................. 34

2  Pengkategorian status malnutrisi berdasarkan persentase berat

badan aktual terhadap berat badan ideal (%) dan kadar serum

albumin (g/l) ................................................................................. 35

3  Peubah dan kategori peubah ......................................................... 39

Jenis dan jumlah tenaga kerja di Perjan RSCM ............................ 46

5  Tingkat pendidikan pegawai UPM Perjan RSCM ........................ 47

6  Sebaran contoh berdasarkan kelompok umur ............................... 51

7  Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan jenis penyakit hati 52

8  Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ........................... 52

Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan ................................ 53

10  Sebaran contoh berdasarkan status malnutrisi .............................. 53

11  Sebaran contoh berdasarkan lama perawatan ............................... 54

12  Sebaran contoh berdasarkan jenis diet hati ................................... 55

13  Sebaran contoh berdasarkan diet hati rendah garam dan asites .... 56

14 

Rata-rata ketersediaan energi dan protein contoh per hariberdasarkan jenis diet hati ............................................................. 57

15  Kandungan energi dan protein makanan biasa, makanan lunak,

dan makanan saring kelas III per hari ........................................... 57

16  Rata-rata konsumsi energi dan protein contoh per hari ................ 57

17 

Sebaran contoh berdasarkan konsumsi makanan luar ................ 58

18 

Sebaran contoh berdasarkan jenis infus ...................................... 59

19  Rata-rata tingkat ketersediaan energi dan protein terhadap

kebutuhan energi dan protein ........................................................ 60

20  Sebaran contoh berdasarkan tingkat ketersediaan energi dan

protein terhadap kebutuhan energi dan protein ............................. 60

Page 14: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 14/99

24  Sebaran contoh berdasarkan tingkat konsumsi energi dan

protein terhadap kebutuhan energi dan protein ............................. 62

25  Sebaran contoh berdasarkan penilaian terhadap atribut makanan

pada waktu makan pagi ................................................................. 63

26  Sebaran contoh berdasarkan penilaian terhadap atribut makanan

pada waktu makan siang ................................................................ 63

27  Sebaran daya terima contoh terhadap diet hati berdasarkan

waktu makan ................................................................................. 64

Page 15: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 15/99

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1  Kerangka pemikiran penelitian .................................................... 30

Cara penarikan contoh .................................................................. 32

Page 16: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 16/99

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1  Makanan yang boleh dan tidak boleh diberikan pada makanan

lunak ..................................................................................... 72

2  Makanan yang boleh dan tidak boleh diberikan pada makanan

saring ........................................................................................... 73

Makanan yang boleh dan tidak boleh diberikan pada diet

rendah garam .............................................................................. 74

4  Struktur organisasi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo

Jakarta.......................................................................................... 75

5  Struktur organisasi Unit Produksi Makanan Perjan RS Dr.Cipto

Mangunkusumo Jakarta .............................................................. 76

6  Menu kelas III masakan diet dan masakan saring Perjan RSCM 77

Menu selingan kelas III masakan diet dan masakan saringPerjan RSCM ............................................................................. 78

8  Standar makanan cair diet hati Perjan RSCM ............................ 79

9  Data kebutuhan energi-protein contoh berdasarkan jenis kelamin 80

10  Data ketersediaan dan konsumsi energi-protein contoh dari

diet hati ...................................................................................... 81

11 

Data konsumsi energi-protein contoh dari makanan luar............. 82

12  Data konsumsi energi-protein contoh dari cairan infus............... 83

Page 17: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 17/99

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hati adalah salah satu organ di dalam tubuh manusia. Organ ini merupakan

organ tubuh dengan fungsi terbanyak dan merupakan salah satu organ terpenting

dalam metabolisme zat gizi (Mahan & Arlin 1992).

Ada beberapa jenis penyakit yang dapat menyerang hati yaitu hepatitis,

sirosis hati, dan hepatoma. Di Indonesia, prevalensi hepatitis cukup tinggi yaituberkisar antara 2-20% (Chairulsjah 2004). Pada Majalah Sehat No. 12 tahun 2004

disebutkan bahwa sirosis hati di Indonesia menduduki peringkat ketiga di dunia.

Hepatoma berada pada urutan kelima penyakit neoplasma yang paling banyak

diderita pasien rawat inap pada tahun 1998 (Dir. Jen. Yan. Medik 2000). Menurut

Bagian Rekam Medis Perjan RSCM, pada tahun 2003 penderita penyakit hati

rawat inap paling banyak menderita sirosis hati kemudian disusul oleh hepatoma

dan hepatitis.

Hati tidak dapat melaksanakan tugasnya secara maksimal apabila penyakit

yang menyerangnya telah mengakibatkan lebih dari 80% sel hati rusak. Pada

kondisi tersebut penderitanya mengalami ikterus, asites, dan ensefalopati

(Budihusodo 2004). Pada tahun 1992 sebesar 1,8% kematian pada seluruh umurdi Indonesia disebabkan oleh penyakit hati (BKKBN 1995, diacu dalam

Tjiptoherijanto 1999).

Penderita penyakit hati yang menjalani rawat inap di rumah sakit tidak

hanya mendapatkan pelayanan pengobatan dan penyembuhan. Penderita tersebut

 juga mendapatkan pelayanan gizi. Pelayanan gizi dalam bentuk yang paling

umum yaitu penyelenggaraan makan (Moehyi 1986) oleh instalasi gizi rumah

sakit (Almatsier 1992).

Keadaan gizi pada penderita penyakit hati perlu mendapat perhatian khusus

karena gangguan gizi dapat memperberat morbiditas serta memperburuk

Page 18: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 18/99

  2

makanan, cara menghidangkan, tempat makan, dan waktu makan. Apabila tidak

diperhatikan, maka bisa menjadi beban mental pasien yang pada akhirnya bisamenghambat proses penyembuhan penyakit (Moehyi 1997).

Diet yang tepat untuk penderita penyakit hati disebut Diet Hati. Diet Hati

terbagi menjadi Diet Hati I, II, III, dan IV. Penggolongan tersebut berdasarkan

kondisi kesehatan pasien. Kandungan energi dan protein pada masing-masing

Diet Hati berbeda. Semakin tinggi Diet Hati-nya maka kandungan energi dan

proteinnya semakin tinggi pula seiring dengan semakin baiknya kondisi pasien.

Pada pasien dengan asites dan pengeluaran urinnya kurang baik maka Diet Hati-

nya bisa dikombinasikan dengan Diet Rendah Garam (Bagian Gizi RSCM &

Persagi 2002).

Konsumsi energi dan protein pada penderita penyakit hati merupakan dua

hal yang perlu mendapat perhatian khusus. Konsumsi energi yang tinggi

diperlukan untuk mencegah terjadinya katabolisme protein sedangkan konsumsi

protein tinggi agar terjadi anabolisme protein (Yunahar 2004). Meskipun

demikian, konsumsi protein harus disesuaikan dengan kondisi penderita. Pada

penyakit hati yang berat metabolisme protein terganggu sehingga amonia

terakumulasi secara abnormal di dalam darah. Keadaan ini bisa meracuni sistem

saraf pusat sehingga terjadi ensefalopati (kerusakan sel-sel otak) yang dapat

memicu terjadinya komplikasi serius yang bisa berakhir dengan kematian. Pada

pasien dengan kondisi ini protein diperlukan dalam jumlah yang rendah

(Eschleman 1996).

Tujuan

Tujuan UmumMempelajari konsumsi energi dan protein pada penderita penyakit hati rawat

inap di Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Tujuan Khusus

1. 

Mempelajari karakteristik dan lama perawatan penderita penyakit hati rawat

Page 19: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 19/99

  3

4.  Mempelajari konsumsi energi dan protein penderita penyakit hati rawat

inap.5.  Mempelajari daya terima penderita penyakit hati rawat inap terhadap Diet

Hati.

Kegunaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai konsumsi

energi dan protein pada penderita penyakit hati rawat inap di Perjan RS Dr. Cipto

Mangunkusumo Jakarta. Selain itu, penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan

pertimbangan dan masukan dalam penyelenggaraan Diet Hati bagi pasien rawat

inap di Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta serta sebagai bahan acuan

penelitian selanjutnya.

Page 20: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 20/99

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi dan Fisiologi Hati

Anatomi Hati

Menurut Pearce (1997), hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh.

Letaknya di bagian teratas di dalam rongga abdomen sebelah kanan, di bawah

diafragma. Tulang-tulang iga melindungi hati secara luas.Hati terdiri dari dua belahan utama yaitu kanan dan kiri. Permukaan atas

hati berbentuk cembung sedangkan permukaan bawah tidak rata dan

memperlihatkan lekukan,  fisura transversus. Permukaannya dilewati oleh

berbagai pembuluh darah yang keluar-masuk hati. Fisura longitudinal 

memisahkan belahan kanan dan kiri di permukaan bawah sedangkan ligamen

 falsiformis  di permukaan atas hati. Secara umum hati dibagi menjadi belahan

kanan, belahan kiri, belahan kaudata, dan belahan kuadrata. Belahan (lobus)

terdiri atas lobulus. Lobulus berbentuk polihedral (segibanyak) dan terdiri atas sel

hati berbentuk kubus. Cabang-cabang pembuluh darah diikat bersama oleh

 jaringan hati (Pearce 1997).

Fisiologi HatiHati mempunyai banyak fungsi. Menurut Tortora dan Anagnostakos (1992),

fungsi hati yaitu :

1. 

Metabolisme karbohidrat

Pada metabolisme karbohidrat, hati berperanan penting dalam menjaga

kenormalan kadar gula darah. Hati akan mengubah glukosa menjadi glikogen

(glikogenesis) saat kadar gula darah tinggi serta mengubah glikogen menjadi

glukosa (glikogenolisis) dan mengubah asam amino menjadi glukosa

(glukoneogenesis) saat kadar gula darah rendah. Hati juga dapat mengubah

fruktosa dan galaktosa menjadi glukosa serta mengubah glukosa menjadi

Page 21: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 21/99

  5

mensintesis lipoprotein, kolesterol, dan fosfolipid; memecah kolesterol

menjadi garam empedu, dan menyimpan lemak.

3.  Metabolisme protein

a.  Deaminasi asam amino, yaitu pelepasan gugus amina (NH2) sehingga

asam amino bisa digunakan sebagai sumber energi atau dikonversi

menjadi karbohidrat atau lemak.

b.  Konversi amonia (NH3) yang bersifat racun menjadi ureum yang

kemudian diekskresikan melalui urine. Amonia dihasilkan dari proses

deaminasi dan bakteri yang ada pada saluran pencernaan.

c.  Sintesis sebagian besar plasma protein, seperti alfa dan beta globulin,

albumin, protrombin, dan fibrinogen

d. 

Transaminasi, yaitu pemindahan gugus amina dari suatu asam amino ke

substansi lain (asam keto-á) sehinggamenghasi lkan satu asam amino baru

dan satu asam keto baru.

4.  Merubah obat dan hormon

Hati dapat mendetoksifikasi atau mengekskresikan ke dalam empedu berbagai

 jenis obat seperti penisilin, ampisilin, erithromisin, dan sulfonamid. Hati

secara kimia juga dapat merubah atau mengekskresikan hormon steroid seperti

estrogen, aldosteron, dan tiroksin.

5.  Ekskresi empedu (bilirubin)

Bilirubin yang merupakan turunan hem dari sel darah merah yang sudah tua,

diserap hati dari darah, dan diekskresikan ke dalam empedu. Kebanyakan

bilirubin pada empedu dimetabolisme di usus oleh bakteri dan dikeluarkan

melalui feses.

6.  Sintesis garam empedu

Garam empedu digunakan usus halus untuk emulsifikasi dan absorpsi lemak,

kolesterol, fosfolipid, dan lipoprotein.

7 Penyimpanan

Page 22: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 22/99

  6

bentuk mineral besi yang disimpan di hati dan dapat dilepaskan saat

dibutuhkan.

8.  Fagositosis

Sel Kupffer hati mengfagositasi sel darah merah dan sel darah putih yang

sudah tua serta beberapa bakteri.

9.  Aktifasi vitamin D

Hati dan ginjal berpartisipasi dalam mengaktifasi vitamin D.

Penyakit Hati 

Hepatitis

1. 

Epidemiologi

a.  Hepatitis A

Hepatitis A dahulu disebut hepatitis infeksiosa. Penularannya

terutama melalui kontaminasi oral-fekal akibat higiene yang buruk atau

makanan yang tercemar. Individu yang tinggal di tempat-tempat padat

yang higienenya mungkin tidak baik, seperti panti asuhan, institusi mental,

penjara, dan penampungan gelandangan, beresiko mengidap penyakit ini.

Virusnya kadang-kadang ditularkan melaui darah (Corwin 2001). Di

Indonesia berdasarkan data dari rumah sakit, hepatitis A merupakan

bagian terbesar dari kasus hepatitis akut yang dirawat yaitu sebesar 39,8-

68,3% (Akbar et al. 1981, diacu dalam Sulaiman & Julitasari 1995).

b.  Hepatitis B

Hepatitis B kadang-kadang disebut hepatitis serum. Virus hepatitis

B (HBV) ada dalam semua cairan tubuh individu yang terinfeksi, termasuk

darah, semen, ludah, dan kencing. Penularan HBV terutama terjadi

dengan jalan parenteral, seksual, atau vertikal (ibu-bayi) sedangkan jalan

tinja-oral relatif tidak penting. Penularan biasanya memerlukan inokulasi

yang jelas (tranfusi darah injeksi dengan jarum yang terkontaminasi atau

Page 23: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 23/99

  7

tidak selektif, pekerja kesehatan, penderita yang ditranfusi, dan penderita

hemofilia (Shulman et al. 1994).

Di dunia terdapat sekitar 284 juta orang pembawa kuman (carrier )

dengan sekitar 200 juta berada di Asia. Prevalensi tertinggi yaitu 8-20%

yang terdapat di daerah endemisitas tinggi seperti Afrika dan Asia. Satu

per lima atau lebih penduduknya mungkin telah terinfeksi secara kronis

yang kebanyakan telah menderita sejak bayi (Sulaiman et al. 1995).

c. 

Hepatitis C

Hepatitis C dahulu disebut hepatitis non-A non-B. Virus hepatitis C

(HCV) merupakan penyebab tersering infeksi hepatitis yang ditularkan

melalui suplai darah komersial (Corwin 2001). Virus ini bisa

menyebabkan hepatitis akut yang sebagian besar penderitanya berlanjut

menjadi hepatitis kronis dan pengidap yang merupakan sumber infeksi.

Sekitar 20% dari penderita hepatitis C kronis akan berkembang menjadi

sirosis hati yang berpotensi besar berkembang menjadi hepatoma di masa

yang akan datang. Waktu rata-rata yang diperlukan untuk berkembang

menjadi sirosis hati yaitu 17 tahun sedangkan untuk menjadi hepatoma

sekitar 20 tahun (Dalimartha 2004).

d. 

Hepatitis D

Virus Hepatitis D (HDV) diduga tersebar luas di seluruh dunia dan

pernah endemik di Amerika Selatan. Penularannya sama dengan HBV,

kecuali transmisi vertikal. Penyakit ini timbul karena adanya koinfeksi

atau superinfeksi dengan HBV. Koinfeksi yaitu infeksi HDV dan HBV

yang terjadi secara bersamaan sedangkan superinfeksi yaitu penderita

hepatitis B kronis atau pembawa HBsAg terinfeksi oleh HDV. Koinfeksi

umumnya menyebabkan hepatitis akut yang diikuti dengan kesembuhan

total sedangkan superinfeksi sering berkembang menjadi kronis dengan

tingkat penyakit lebih berat yang berakibat fatal (Dalimartha 2004)

Page 24: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 24/99

  8

(carrier ) atau menyebabkan hepatitis kronik. Akan tetapi, bisa menjadi

hepatitis fulminan yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan hati dan

kematian (Corwin 2001).

2. 

Etiologi

Hepatitis A, B, C, D, dan E disebabkan oleh virus. Hepatitis A

disebabkan oleh virus RNA berukuran 27 nm dan termasuk golongan

 picornaviridae. VHB yaitu virus DNA berukuran 42 nm yang termasuk

golongan hepadnaviridae. VHC termasuk golongan  flaviviridae  dan

merupakan virus RNA berantai tunggal dengan ukuran 50-60 nm. VHD

bernama antigen delta yang berukuran 35-37 nm dan merupakan virus RNA

yang tidak sempurna. VHE merupakan virus RNA yang termasuk golongan

caliciviridae (Dalimartha 2004).

3.  Gambaran Klinis

Menurut Corwin (2001), gambaran klinis hepatitis virus dapat berkisar

dari asimptomatik sampai penyakit yang mencolok, kegagalan hati, dan

kematian. Ada tiga stadium pada semua jenis hepatitis yaitu stadium

prodromal, stadium ikterus, dan stadium konvalesensi.

a.  Stadium Prodromal

Stadium prodromal disebut periode praikterus karena ikterus belum

muncul. Stadium ini dimulai setelah periode masa tunas virus selesai dan

pasien mulai memperlihatkan tanda-tanda penyakit. Penderita sangat

infeksius pada stadium ini. Antibodi terhadap virus biasanya belum

dijumpai. Stadium ini berlangsung selama 1-2 minggu dan ditandai oleh

malese umum, rasa lelah, gejala-gejala infeksi salauran napas atas,

mialgia, dan enggan terhadap sebagian besar makanan.

b.  Stadium Ikterus

Pada sebagian besar orang stadium ini ditandai oleh timbulnya ikterus

yang dapat berlangsung selama 2 3 minggu atau lebih Manifestasi lain

Page 25: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 25/99

  9

c.  Stadium Kovalesensi (Pemulihan)

Stadium ini biasanya timbul dalam 4 bulan untuk hepatitis B serta hepatitis

C dan 2-3 bulan untuk hepatitis A. Pada stadium ini gejala-gejala mereda

(termasuk ikterus) dan nafsu makan pulih

4. 

Diagnosis

Menurut Sulaiman & Julitasari (1995), diagnosis ditegakkan berdasarkan

gejala klinis dibantu hasil pemeriksaan laboratorium.

a. 

Anamnesis, gejala prodromal, riwayat kontak

b.  Pemeriksaan jasmani

• ikterus pada sklera, kulit, dan selaput lendir langit-langit mulut

• pada kasus yang berat (fulminan) mulut berbau spesifik ( foetor

hepaticum)

• 

pada perabaan, hati membengkak 2-3 jari di bawah arkus kosta dengankonsistensi lemah, tepi tajam, dan sedikit nyeri tekan, perkusi pertama

positif

• limpa kadang-kadang teraba lunak

c. 

Pemeriksaan laboratorium

• tes fungsi hati (bilirubin, SGOT, SGPT, GGT, alkali fosfatase)

• 

tes serologi

5.  Penatalaksanaan

Menurut Corwin (2001), pengobatan hepatitis virus terutama bersifat

suportif yang mencakup :

a.  Istirahat sesuai keperluan

b. 

Pendidikan agar menghindari penyalahgunaan alkohol dan obat-obatanc.  Pendidikan mengenai cara penularan hepatitis kepada mitra seksual dan

anggota keluarga

d.  Pemberian vaksin hepatitis

10

Page 26: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 26/99

  10

b.  Obat imunomodulator. Obat ini dapat memodulasi sistem kekebalan

tubuh. Contohnya kortikosteroid.

c.   Biological Response Modifiers  yang merupakan obat baru. Contohnya

IFN alfa dan thymosin alfa I.

d.  Obat nonspesifik untuk membantu pemulihan kelainan yang timbul baik

klinis maupun laboratoris. Contohnya methicol, litrison, curcil, curcuma,

dan urdafalk.

e. 

Obat simptomatik untuk menghilangkan keluhan dan gejala klinis.

Contohnya paracetamol dan enzyplex.

Menurut Williams (1995), prinsip terapi diet yang sesuai dengan kebutuhan

penderita hepatitis yaitu :

a. 

Tinggi protein

Protein diperlukan untuk membangun sel dan jaringan yang baru. Selain

itu, protein juga mencegah kerusakan akibat infiltrasi lemak dalam

 jaringan hati. Protein yang dibutuhkan sehari berkisar antara 70 sampai

100 g.

b. 

Tinggi karbohidrat

Penyediaan glukosa ditingkatkan untuk melindungi simpanan glikogen di

hati. Ini juga membantu menyediakan energi dan mencegah pemecahan

protein untuk energi. Diet seharusnya mengandung 300-400 gram

karbohodarat per hari.

c.  Lemak sedang

Beberapa lemak menyedapkan makanan sehingga meningkatkan selera

makan. Produk susu dan minyak tumbuhan dalam jumlah sedang sangat

bermanfaat. Makanan sebaiknya mengandung 100-150 garam lemak per

hari.

d.  Tinggi energi

Energi yang dibutuhkan per hari berkisar antara 2500 3000 Kal

11

Page 27: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 27/99

  11

e.  Pemberian makan

Makanan yang diberikan pertama kali sebaiknya dalam bentuk cair seperti

milkshake  yang tinggi protein dan kalori atau produk formula khusus

untuk penggunaan yang berulang. Apabila selera makan dan toleransi

terhadap makanan meningkat maka bentuk makanan diberikan perlu

segera diubah. Ini harus dibarengi dengan memperhatikan makanan yang

disukai dan tidak disukai pasien untuk meningkatkan intake makanan.

Sirosis Hati

1. 

Epidemiologi

Sirosis hati merupakan penyakit dengan peradangan difus dan menahun

pada hati yang diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi, dan

regenerasi sel-sel hati sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenkim

hati (Mansjoer et al. 1992). Menurut Dalimartha (2004), sirosis hati di

Indonesia lebih sering dijumpai pada laki-laki daripada perempuan.

2. 

Etiologi

Menurut Lesmana & Hasan (2001) ada berbagai macam penyebab

sirosis hati. Penyebab tersebut yaitu virus hepatitis B, C, dan delta, alkohol,

gangguan metabolik, kolestasis, imunologi, zat toksik dan obat, serta

kriptogenik.

3. 

Gambaran Klinis

Gambaran klinis sirosis hati adalah sebagai berikut :

a. 

Gejala gastrointestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual, muntah,

dan diare.

b. 

Demam, berat badan turun, dan lekas lelah.

c.  Asites, hidrotoraks, dan edema.

d.  Ikterus dan kadang urin menjadi lebih tua warnanya/kecoklatan.

e. 

Hepatomegali dan dapat mengecil karena fibrosis bila lebih lanjut.

f Kelainan pembuluh darah seperti kolateral kolateral di dinding abdomen

12

Page 28: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 28/99

  12

• spider nevi dan eritema

• hiperpigmentasi

h.  Jari tabuh (Mansjoer et al. 2002).

4.  Diagnosis

Menurut Lesmana & Hasan (2001), kriteria diagnosis pada sirosis hati

yaitu stigmata penyakit hati kronik, hepatosplenomegali, serta asites dan

edema tungkai pada keadaan dekompensasi. Diagnosis bandingnya yaitu

hepatitis kronik aktif. Pemeriksaan penunjang yang sebaiknya dilakukan yaitu

tes faal hati (albumin, globulin), petanda virus hepatitis B dan C,

ultrasonografi abdomen atas, biopsi hati, endoskopi saluran cerna, dan pungsi

abdomen.

5. 

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan sirosis hati dibagi menjadi dua yaitu untuk sirosis hati

kompensasi dan sirosis hati dekompensasi. Pada sirosis hati kompensasi

dilakukan evaluasi tes faal hati secara berkala dan diberikan obat antivirus

untuk sirosis yang disebabkan oleh HBV atau HCV yang masih mengalami

replikasi. Sirosis hati dekompensasi penderitanya dirawat inap di rumah sakit,

diberi Diet Hati, dan roboransia. Pada sirosis hati dekompensasi dengan

penyulit (perdarahan varises esofagogastrik dan gastropati hipertensi portal,

koma hepatik, Peritonitis Bakterial Spontan, asites masif) maka penyulitnya

harus diatasi sedangkan pada sirosis hati dekompensasi tanpa penyulit diberi

diuretik (Lesmana & Hasan 2001).

Menurut Williams (1995), prinsip terapi diet yang sesuai dengan

kebutuhan penderita sirosis hati yaitu :

a.  Protein menurut toleransi

Apabila tidak ada tanda dan gejala koma hepatikum, protein dibutuhkan

80-100 gram per hari untuk memperbaiki malnutrisi berat, memperbaiki

j i h ti d b h i l t i A bil l i d

13

Page 29: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 29/99

  13

c.  Makanan bertekstur lunak

Makanan lunak membantu mencegah ruptur dan pendarahan saat varises

esofagus berkembang.

d. 

Nutrisi secara umum yang optimal

Prinsip diet pada hepatitis dilanjutkan untuk sirosis yang penyebabnya

sama dengan hepatitis. Energi, karbohidrat, dan vitamin, khususnya

vitamin B kompleks termasuk tiamin dan folat, sangat penting. Alkohol

tidak boleh dikonsumsi.

Hepatoma

1. 

Epidemiologi

Menurut Dalimartha (2004), hepatoma disebut juga Karsinoma Hepato

Seluler (KHS). Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki daripada

perempuan. Hepatoma tersebar di seluruh dunia dengan kasus terbanyak di

Sub Sahara Afrika dan Asia Tenggara. Penyakit ini secara makroskopis

dibedakan menjadi tipe masif, nodular, dan difus. Tipe masif umumnya

terjadi di lobus kanan, berbatas tegas, dan dapat dikelilingi nodul-nodul kecil.

Pada tipe nodular ukuran nodulnya bervariasi dan terjadi di seluruh hati. Tipe

difus batas-batasnya sukar ditentukan.

2. 

Etiologi

Hepatoma bisa disebabkan oleh HBV dan HCV, sirosis hati, aflatoksin,

dan infeksi beberapa macam parasit. Selain itu, faktor keturunan dan ras juga

bisa memicu timbulnya penyakit ini (Dalimartha 2004).

3. 

Gambaran Klinis

Menurut Corwin (2001), gambaran klinis pada penderita hepatoma

adalah sebagai berikut :

a.  Nyeri tumpul dan perasaan penuh pada abdomen

b. 

Mual dan muntah

c Ikterus

14

Page 30: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 30/99

  14

4. 

Diagnosis

Diagnosis hepatoma ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik, serta pemeriksaan tambahan seperti rontgen, USG, CT scan,

peritoneoskopi, biopsi hati, dan tes laboratorium. Pada penderitanya

ditemukan peningkatan kadar hemoglobin, kalsium, kolesterol, dan alfa

fetoprotein darah serta peningkatan kadar SGOT, SGPT, fosfatase alkali,

laktat dehidrogenase, dan alfa L-fukosidase (Dalimartha 2004).

5. 

Penatalaksanaan

Upaya pengobatan dan penyembuhan bisa dilakukan dengan

pembedahan dan kemoterapi. Prognosisnya sangat buruk. Angka bertahan

hidup setelah 5 tahun hanya sekitar 1% (Corwin 2001).

Gizi Kurang Pada Penyakit Hati

Malnutrisi yang biasanya terjadi pada seseorang yang menderita suatu

penyakit yaitu gizi kurang. Faktor resiko terjadinya gizi kurang diantaranya yaitu

asupan makanan yang tidak cukup selama lebih dari 7 hari dan kehilangan berat

badan lebih dari 10% dalam waktu singkat (Dir. Jen. Yan. Medik 1999a).

Secara umum prevalensi malnutrisi pada penderita penyakit hati kronis

meningkat seiring dengan tingkat penyakit yang semakin berat. Akan tetapi,

hubungan antara perubahan status malnutrisi dengan penyebab penyakit tidak

 jelas (Italian Multicentre Co-operative Project 1994 & Wilkins et al. 1995, diacu

dalam Morgan & Heaton 2000).

Menurut McCullough & Tabill (1991) diacu dalam Nelson et al.  (1994),

beberapa penyebab malnutrisi pada penderita penyakit hati yaitu :

1.  Penurunan intake makanan karena menurunnya kualitas dan/atau kuantitas

makanan.

2. 

Penurunan kemampuan mencerna dan mengabsorpsi makanan.

3 Kebutuhan energi yang meningkat

  15

Page 31: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 31/99

Kebutuhan dan Konsumsi Zat Gizi

Kebutuhan zat gizi yaitu sejumlah zat gizi minimal yang harus dipenuhi dari

konsumsi makanan (Hardinsyah & Martianto 1992). Kebutuhan manusia akan

energi dan zat gizi lainnya sangat barvariasi meskipun faktor-faktor seperti ukuran

badan, jenis kelamin, macam kegiatan, dan faktor lainnya sudah diperhitungkan.

Jumlah zat gizi yang dibutuhkan dapat tergantung pada kualitas makanan karena

efisiensi penyerapan dan pendayagunaan zat gizi oleh tubuh dipengaruhi oleh

komposisi dan keadaan makanan secara keseluruhan (Suhardjo & Kusharto 1992).

Menurut Supariasa et al. (2001), kebutuhan tubuh akan zat gizi ditentukan

oleh banyak faktor. Faktor tersebut antara lain tingkat metabolisme basal, tingkat

pertumbuhan, aktifitas fisik, dan faktor yang bersifat relatif seperti gangguan

pencernaan, perbedaan daya serap, tingkat penggunaan, serta perbedaan

pengeluaran dan penghancuran zat gizi dalam tubuh.

Manusia mengkonsumsi makanan untuk kelangsungan hidupnya. Makanan

yang mengandung zat gizi yang bervariasi baik jenis maupun jumlahnya berguna

untuk energi dalam melakukan kegiatan fisik sehari-hari, memelihara proses

tubuh, serta pertumbuhan dan perkembangan (Suhardjo & Kusharto 1992).

Ada beberapa faktor yang menentukan seseorang dalam memilih

makanannya. Faktor-faktor tersebut yaitu kesenangan dan ketidaksenangan,

kebiasaan, daya beli dan ketersediaan makanan, kepercayaan dan ketahayulan,

aktualisasi diri, faktor agama dan psikologis, serta pertimbangan gizi dan

kesehatan (Hartono 2000).

Konsumsi makanan dalam aspek gizi bertujuan untuk memperoleh sejumlah

zat gizi yang diperlukan tubuh. Tingkat konsumsi seseorang merupakan persen

angka konsumsi energi dan zat gizi yang diperoleh dari survei terhadap angka

kecukupan yang dianjurkan. (Suhardjo et al.  1988). Menurut Supariasa et al.

(2001), survei konsumsi makanan dapat dilakukan dengan berbagai metode

diantaranya metode recall 24 jam dan metode penimbangan makanan (food

  16

Page 32: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 32/99

rumah tangga (URT) seperti sendok, piring, dan lain-lain untuk mendapatkan data

kuantitatif. Menurut Suhardjo (1989), prinsip  food weighing method yaitu

mengukur secara langsung berat setiap jenis pangan yang dikonsumsi. Berat

makanan yang dikonsumsi didapatkan dari mengurangi berat makanan sebelum

dimakan dengan berat makanan yang tersisa setelah makan. Tingkat ketelitian

metode ini paling tinggi dibanding metode lainnya dalam hal mengukur konsumsi

pangan secara kuantitatif.

Energi 

Energi dalam makanan berbentuk energi kimia yang dapat diubah menjadi

energi dalam bentuk yang lain. Bentuk energi yang berkaitan dengan proses-

proses biologis adalah energi kimia, energi mekanik, energi panas, dan energi

listrik (Budiyanto 2002).

Energi dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup, menunjang

pertumbuhan, dan melakukan aktifitas fisik. Energi harus tersedia dalam jumlah

yang cukup agar sintesis protein dapat berlangsung dan penggunaan asam amino

untuk memenuhi kebutuhan energi dapat dicegah (Nelson et al.  1994). Energi

tersebut diperoleh dari hasil oksidasi karbohidrat, lemak, dan protein yang ada

pada makanan serta alkohol. Setiap gram karbohidrat dan protein menghasilkan

energi sebesar 4 Kal, lemak menghasilkan 9 Kal, dan alkohol menghasilkan 7 Kal.

Metabolisme karbohidrat,protein, lemak, dan alkohol diatur oleh hati (Almatsier

2002). Oleh karena itu, hati dikatakan sebagai sebagai pemegang peran utama

dalam menjaga keseimbangan energi (Morgan & Heaton 2000).

Sumber energi tinggi yaitu bahan makanan sumber lemak, seperti lemak dan

minyak, kacang-kacangan, dan padi-padian. Setelah itu, bahan makanan sumber

karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula murni (Almatsier 2002).

Kekurangan energi pada orang dewasa bisa menyebabkan penurunan berat

badan dan kerusakan jaringan tubuh Kelebihan energi juga tidak baik karena

  17

Page 33: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 33/99

Protein

Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O,

dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein juga

mengandung fosfor, belerang, dan unsur logam seperti besi dan tembaga

(Winarno 1997).

Fungsi utama protein bagi tubuh yaitu membentuk jaringan baru dan

mempertahankan jaringan yang sudah ada. Secara garis besar fungsi protein yaitu

sebagai enzim, alat pengangkut dan penyimpan, pengatur pergerakan, penunjang

mekanis, membangun sel-sel jaringan tubuh, pertahanan tubuh, bahan bakar dan

pemberi tenaga, menjaga asam basa cairan tubuh, membuat protein darah, dan

media perambatan impuls saraf (Nasoetion et al. 1994).

Metabolisme protein yang terganggu bisa menimbulkan komplikasi pada

penyakit hati. Komplikasi tersebut dikenal dengan  Hepatic Encephalopathy 

(Koma Hepatik). Beberapa hal yang mendorong terjadinya Koma Hepatik yaitu :

1. 

Akumulasi bermacam-macam racun yang disebabkan oleh melemahnya fungsi

hati. Amonia merupakan penanda racun yang dihubungkan dengan

encephalopathy.

2. 

Neurotransmiter yang salah. Ini ditandai dengan perubahan komposisi plasma

asam amino dan penurunan rasio asam amino rantai cabang (BCAA) terhadap

asam amino aromatik (AAA).

3. 

Peningkatan substansi penghambat saraf otak dan serum yang ditandai dengan

peningkatan kadar asam gama-aminobutirik (GABA) dan peningkatan

densitas reseptor GABA otak (Nelson et al. 1994).

Menurut Almatsier (2002), bahan makanan hewani merupakan sumber

protein yang baik dalam jumlah maupun mutu. Contoh sumber protein hewani

yaitu telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Sumber protein nabati

contohnya kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan tahu, serta kacang-

kacangan lain Padi padian dan hasil hasilnya relatif rendah dalam protein tetapi

  18

Page 34: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 34/99

sindrom klinis berat yang spesifik. Keadaan tersebut tidak hanya dipengaruhi

oleh intake makanan. Akan tetapi, juga keadaan lingkungan seperti pemukiman,

sanitasi dan higiene, serta infeksi berulang yang ditimbulkannya (Effendi 2002).

Kelebihan protein bisa menyebabkan obesitas karena makanan yang tinggi

protein biasanya tinggi lemak. Selain itu, kelebihan protein menyebabkan

asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah, kenaikan urea darah, dan

demam. Asam amino yang berlebihan akan memberatkan kerja ginjal dan hati

yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen (Almatsier

2002).

Pembatasan konsumsi protein pada penderita penyakit hati dilakukan

apabila pasien mengalami intoleransi protein. Kondisi ini biasanya ditemukan

pada pasien dengan Koma Hepatik. Konsumsi sumber protein selain daging,

seperti sayuran dan produk susu, sangat dianjurkan. Sayuran dan produk susu

mengandung amonia, metionin, dan asam amino aromatik (AAA) yang lebih

rendah serta asam amino rantai cabang (BCAA) yang lebih tinggi dibandingkan

dengan daging (Nelson et al. 1994).

Daya Terima terhadap Makanan

Daya terima (tingkat penerimaan) konsumen yang selanjutnya akan

berpengaruh pada kemampuan mengkonsumsi makanan berhubungan erat dengan

penilaian inderawi terhadap makanan tersebut. Indera yang terlibat yaitu indera

penglihat, pembau, pencecap, dan bahkan indera pendengar. Kualitas makanan

yang dinilai sangat tergantung pada keadaan makanan itu sendiri yang meliputi

faktor rupa (contohnya bentuk dan warna), tekstur, dan citarasa (contohnya bau,

rasa, dan suhu). Ketiga faktor tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri tetapi

merupakan sesuatu yang saling berhubungan seperti sebuah lingkaran. Sikap

penilai yang terbentuk dari faktor budaya, agama, lingkungan, kondisi psikis dan

fisiologis juga mempengaruhi penilaian yang diberikan (Nasoetion 1988) Selain

  19

Page 35: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 35/99

Berikut adalah beberapa atribut makanan yang dinilai untuk menentukan

daya terima terima terhadap makanan :

1.  Bentuk

Bentuk makanan sangat ditentukan oleh komposisi serta kandungan

komponen-komponen makanan seperti air, protein, karbohidrat, lemak, dan

lainnya (Nasoetion 1988). Makanan yang disajikan dalam bentuk tertentu bisa

membuat makanan lebih menarik daripada biasanya. Bentuk makanan yang

disajikan bisa : (a) sesuai bentuk aslinya, (b) menyerupai bentuk asli tetapi

bukan merupakan bahan makanan yang utuh, (c) diperoleh dengan memotong

bahan makanan dengan teknik tertentu, atau (d) dibuat sebagai sajian khusus

(Moehyi 1992).

2. 

Warna

Suatu bahan yang dinilai bergizi, enak, dan teksturnya sangat baik tidak akan

dimakan apabila memiliki warna yang tidak sedap dipandang atau

memberikan kesan telah menyimpang dari warna yang seharusnya.

Penerimaan warna tergantung pada faktor alam, geografis, dan aspek sosial

masyarakat penerima (Winarno 1997). Warna makanan dipengaruhi oleh

pigmen di dalam pangan itu sendiri, reaksi antara unsur kimia dalam makanan

dengan udara, teknik memasak, serta penambahan zat warna alami atau

sintetik (Nasoetion 1988 & Moehyi 1992).

3. 

Tekstur

Menurut Nasoetion (1988), tekstur menggambarkan keadaan struktur

makanan. Beberapa hal yang mempengaruhinya yaitu jenis bahan makanan,

cara mengolah makanan, dan kontak makanan dengan udara.

4.  Bau

Bau dari hidangan merupakan salah satu unsur yang turut menentukan

kelezatan makanan tersebut. Bau-bauan dapat dikenali bila dalam bentuk uap.

Pada umumnya bau yang diterima oleh hidung dan otak lebih banyak

  20

Page 36: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 36/99

tanpa enzim. Aroma makanan yang timbul bergantung pada jenis

makanannya, cara memasak, atau aroma sintetik yang ditambahkan. Aroma

makanan yang sangat kuat dan mampu merangsang indera pencium dapat

membangkitkan selera.

5.  Rasa

Rasa makanan diberikan oleh rempah-rempah sebagai bumbu masakan yang

berinteraksi dengan bahan makanan primer. Rasa makanan dapat dipertinggi

dengan menambahkan bahan penyedap alami maupun sintetis (Moehyi 1992).

Semakin tua usia manusia maka semakin rendah jumlah kuncup perasanya.

Oleh karena itu, indera pencecap seringkali dibantu indera pencium, penglihat,

serta peraba untuk mengenali rasa (Nasoetion 1988).

6. 

Suhu

Suhu mampengaruhi kemampuan kuncup cecapan untuk menangkap

rangsangan rasa. Sensitivitas terhadap rasa berkurang bila suhu tubuh di

bawah 200C atau di atas 30

0C (Winarno 1997). Makanan yang dapat

memancarkan aroma sedap sebaiknya dihidangkan dalam keadaan panas

sedangkan makanan yang harus dihidangkan dalam keadaan dingin sebaiknya

dihidangkan dalam keadaan dingin (Moehyi 1992). Makanan yang panas akan

membakar lidah dan merusak kepekaan kuncup cecapan. Akan tetapi, sel

cecapan yang telah rusak akan diganti dengan sel yang baru dalam beberapa

hari kemudian. Makanan yang dingin dapat membius kuncup cecapan

sehingga tidak peka lagi (Winarno 1997).

7.  Kebersihan Alat Makan

Menurut hasil penelitian Faizal (1991) diacu dalam Noras (2000), alat yang

digunakan dalam penyajian makanan berpengaruh terhadapa sisa makanan.

Apabila alat yang digunakan bersih maka makanan yang diberikan akan habis

dimakan. Menurut Yuliati (2001), kebersihan peralatan makan dijaga dengan

melakukan pencucian yang baik Indikasi kebersihan makanan secara fisik

  21

Page 37: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 37/99

Seseorang yang melakukan Uji Hedonik Skala Verbal mengemukakan tanggapan

pribadinya tentang kesukaan atau ketidaksukaan terhadap sifat sensorik atau

kualitas makanan yang dinilai (Soekarto 1984, diacu dalam Hardinsyah et al. 

1988).

Pelayanan Gizi Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan suatu tempat yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan yang meliputi kuratif, rehabilitatif, preventif, dan promotif melalui

pelayanan medis, rawat inap, dan administratif secara rawat jalan, rawat darurat

dan rawat tinggal (Soeprapto 1985). Fungsi utamanya adalah menyediakan dan

menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan

pasien. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.983/SK/MENKES/XI/92,

rumah sakit umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang

bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat (Djojodibroto 1997).

Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang diberikan rumah

sakit bagi penderita yang dirawat dan yang berobat jalan untuk memperoleh

makanan yang sesuai guna mencapai syarat gizi yang maksimal. Kegiatan

pokoknya yaitu produksi/pengolahan makanan, pelayanan gizi di ruang

perawatan; penyuluhan, konsultasi dan rujukan gizi; serta penelitian dan

pengembangan gizi terapan (Uripi 1993). Menurut SK Menkes RI No.

983/Menkes/SK/XI/1992 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah

Sakit Umum, kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit dilaksanakan oleh unit gizi

yang disebut Instalasi Gizi (Almatsier 1992).

Menurut Moehyi (1986), pelayanan gizi di rumah sakit menduduki tempat

yang sama penting dengan pelayanan lain seperti pelayanan pengobatan,

perawatan medis, dan sebagainya yang diberikan untuk penyembuhan penyakit.

Pelayanan dalam bentuk yang paling umum yaitu penyelenggaraan makanan bagi

  22

Page 38: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 38/99

makan orang sakit dapat digunakan dengan tepat sehingga diperoleh daya guna

dan hasil guna yang maksimal.

Aspek pokok dalam pengelolaan penyelenggaraan makanan yaitu aspek

teknis dan aspek administratif. Aspek teknis meliputi perencanaan,

pengorganisasian, pembagian tugas dan tanggung jawab, dan mekanisme kerja

pelayanan makanan. Aspek administratif mencakup perencanaan keuangan,

pengelolaan keuangan, barang, serta laporan dan evaluasi (Moehji 1986).

Menurut Moehyi (1997), dalam upaya penyembuhan penyakit makanan

dapat berfungsi sebagai :

1.  Salah satu bentuk terapi/pengobatan. Misalnya pengaturan diet pada penderita

obesitas yang merupakan upaya primer dalam penyembuhan penyakit tersebut.

2. 

Penunjang pengobatan. Misalnya pemberian makanan dibarengi dengan

pemberian suntikan insulin pada penderita diabetes melitus agar kadar gula

dalam darah penderita tetap dalam batas normal.

3.  Penunjang tindakan medis. Misalnya pemberian Makanan Cair bagi penderita

penyakit saluran pencernaan yang baru selesai dioperasi.

Beberapa hal yang dijadikan dasar dalam penentuan diet bagi orang sakit yaitu :

1.  Diet yang diberikan sebisa mungkin dapat memenuhi kebutuhan berbagai zat

gizi esensial orang sakit dengan mempertimbangkan aktifitasnya sehari-hari

dan latihan yang diberikan kepadanya.

2. 

Diet Khusus diberikan dengan indikasi yang kuat dan sangat diperlukan serta

harus segera diubah ke Diet Biasa jika tidak diperlukan untuk jangka waktu

yang sangat lama. Diet Khusus ini harus berpola pada Makanan Biasa dan

fleksibel dengan kondisi pasien.

3. 

Jenis bahan makanan/makanan yang disajikan harus dapat diterima orang sakit

serta sebaiknya alami, mudah didapat, mudah diolah, dan lazim digunakan.

4.  Makanan diberikan lewat mulut sepanjang orang sakit dapat makan melalui

mulut

  23

Page 39: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 39/99

Menurut Bagian Gizi RSCM & Persagi (2002), standar makanan rumah sakit

yaitu Makanan Biasa, Makanan Lunak, Makanan Saring, dan Makanan Cair.

1. 

Makanan Biasa (MB)

Makanan ini diberikan kepada penderita yang tidak memerlukan makanan

khusus yang berhubungan dengan penyakitnya. Makanan tersebut cukup

energi, protein, dan zat gizi lainya. Makanan yang merangsang atau yang

dapat menimbulkan gangguan pencernaan tidak boleh diberikan. Makanan

yang merangsang contohnya makanan yang sangat berlemak, terlalu manis

atau berbumbu, serta minuman yang beralkohol.

2.  Makanan Lunak (ML)

Makanan ini diberikan pada penderita sesudah operasi tertentu atau penderita

penyakit infeksi dengan kenaikan suhu badan tidak terlalu tinggi. Menurut

keadaan penyakit, Makanan Lunak merupakan perpindahan dari Makanan

Saring ke Makanan Biasa. Makanan tersebut mudah dicerna, rendah serat,

dan tidak mengandung bumbu yang merangsang. Kandungan energi, protein,

dan zat gizi lainnya cukup. Makanan yang boleh dan tidak boleh diberikan

pada Makanan Lunak dapat dilihat pada Lampiran 1.

3. 

Makanan Saring (MS)

Makanan Saring diberikan kepada penderita sesudah mengalami operasi

tertentu, pada infeksi akut, termasuk infeksi saluran pencernaan seperti gastro

enteritis, dan pada kesukaran menelan. Menurut keadaan penyakit, makanan

ini diberikan langsung kepada penderita atau merupakan perpindahan dari

Makanan Cair ke Makanan Lunak. Makanan Saring tidak memenuhi

kebutuhan gizi, terutama energi dan thiamin, sehingga jangka waktu

pemberiannya pendek. Makanan yang boleh dan tidak boleh diberikan pada

Makanan Saring dapat dilihat pada Lampiran 2.

4. 

Makanan Cair (MC)

Makanan Cair diberikan pada penderita sebelum dan sesudah operasi tertentu

  24

Page 40: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 40/99

pasir. Jangka waktu pemberiannya dibatasi selama 1-2 hari saja karena nilai

gizinya sangat rendah.

Diet Pada Penyakit Hati

Tujuan diet pada penyakit hati yaitu untuk memberikan makanan

secukupnya guna mempercepat perbaikan faal hati tanpa memberatkan pekerjaan

hati. Syarat diet pada penyakit hati yaitu :

1. 

Energi tinggi, karbohidrat tinggi, lemak sedang, dan protein disesuaikan

dengan keadaan klinik penderita. Diet diberikan secara berangsur disesuaikan

dengan nafsu makan dan toleransi penderita terhadap protein.

2.  Cukup mineral dan vitamin.

3. 

Garam rendah bila ada retensi garam atau air.

4.  Mudah dicerna dan tidak merangsang.

5. 

Bahan makanan yang menimbulkan gas dihindarkan.

Bahan makanan yang tidak boleh diberikan yaitu semua makanan dan daging

yang banyak mengandung lemak seperti daging kambing dan daging babi. Selain

itu, juga bahan makanan yang menimbulkan gas seperti ubi, kacang merah, kol,

sawi, lobak, ketimun, durian, dan nangka (Bagian Gizi RSCM & Persagi 2002).

Semua bahan harus dimasak dengan cara direbus, dikukus, atau dipanggang.Jenis makanan yang digoreng atau bertekstur keras harus dihindari (Uripi 2001).

Berikut adalah macam diet pada Penyakit Hati dan indikasi pemberiannya

menurut Bagian Gizi RSCM & Persagi (2002) :

1.  Diet Hati I (DH I)

Diet tersebut diberikan kepada penderita sirosis hati berat dan hepatitis

infeksiosa akut dalam keadaan prekoma atau segera sesudah penderita dapat

makan kembali. Pemberian sumber protein sedapat mungkin dihindarkan.

Makanan berupa cairan yang mengandung karbohidrat sederhana seperti sari

buah sirup dan teh manis Cairan diperlukan kurang lebih 2 liter sehari bila

  25

Page 41: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 41/99

2.  Diet Hati II (DH II)

Diet ini diberikan bila keadaan akut atau prekoma sudah dapat diatasi dan

penderita sudah mulai mempunyai nafsu makan. Makanan diberikan dalam

bentuk cincang atau lunak menurut keadaan penderita. Protein dibatasi (30 g

sehari) dan lemak diberikan dalam bentuk mudah dicerna. Makanan ini

rendah energi, kalsium, besi, dan thiamin. Sebaiknya diberikan selama

beberapa hari saja. Menurut beratnya retensi garam/air, makanan diberikan

sebagai Diet Hati II Rendah Garam. Bila ada asites hebat dan tanda-tanda

diuresa belum baik maka diberikan Diet Rendah Garam I (DRG I).

3.  Diet Hati III (DH III)

Diet tersebut diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati II atau

pada penderita yang nafsu makannya cukup. Makanan diberikan dalam

bentuk lunak atau biasa menurut keadaan penderita. Protein diberikan 1 g/kg

berat badan dan lemak sedang dalam bentuk yang mudah dicerna. Makanan

ini cukup mengandung energi, besi, vitamin A dan C, tetapi kurang kalsium

dan thiamin. Menurut beratnya retensi garam/air, makanan diberikan sebagai

Diet Hati III Rendah Garam. Bila ada asites hebat dan tanda-tanda diuresa

belum baik maka diberikan Diet Rendah Garam I (DRG I).

4. 

Diet Hati IV (DH IV)Diet ini diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati III atau kepada

penderita hepatitis infeksiosa dan sirosis hati yang nafsu makannya baik, dapat

menerima protein dan tidak menunjukkan gejala sirosis hati aktif. Makanan

diberikan dalam bentuk lunak atau biasa menurut kesanggupan penderita.

Makanan ini tinggi energi, protein, lemak, karbohidrat, dan cukup vitamin

serta mineral. Menurut beratnya retensi garam/air, makanan diberikan sebagai

Diet Hati IV Rendah Garam. Bila ada asites hebat dan tanda-tanda diuresa

belum baik maka diberikan Diet Rendah Garam I (DRG I).

  26

Page 42: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 42/99

Syarat dietnya yaitu :

1. 

Cukup energi, protein, mineral, dan vitamin

2. 

Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit

3. 

Jumlah natrium yang diperbolehkan disesuaikan dengan berat tidaknya retensi

garam/air dan/atau hipertensi.

Diet Rendah Garam terbagi menjadi :

1.  Diet Rendah Garam I (DRG I)

Kadar natrium dalam makanan sehari yaitu 200-400 mg. Saat memasak tidak

ditambahkan garam dapur dan bahan makanan tinggi natrium dihindarkan.

Makanan ini untuk penderita dengan edema, asites dan/atau hipertensi berat.

2.  Diet Rendah Garam II (DRG II)

Kadar natrium dalam makanan sehari yaitu 600-800 mg. Saat memasak boleh

ditambah ¼ sendok teh garam dapur (1 g) dan bahan makanan tinggi natrium

dihindarkan. Makanan ini untuk penderita dengan edema, asites, dan/atau

hipertensi tidak terlalu berat.

3.  Diet Rendah Garam III (DRG III)

Kadar natrium dalam makanan sehari 1000-1200 mg. Saat memasak boleh

ditambah ½ sendok teh garam dapur (2 g). Makanan ini untuk penderita

dengan edema dan/atau hipertensi ringan.Diet Rendah Garam membatasi konsumsi garam dapur dan bahan makanan yang

mengandung natrium tinggi. Makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi

dapat dilihat pada Lampiran 3. Bumbu-bumbu yang tidak mengandung natrium

dapat digunakan untuk mempertinggi rasa makanan. Bumbu-bumbu tersebut

seperti gula, cuka, bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, laos, salam, dan

sebagainya. Makanan yang dikukus, ditumis, digoreng, atau dipanggang lebih

enak daripada yang direbus.

Pemberian Dukungan Gizi

  27

Page 43: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 43/99

1.  Gizi Enteral

Pemberian gizi enteral bertujuan untuk mencukupi kebutuhan gizi

keseluruhan (terapetik) pada pasien yang tidak dapat makan sama sekali dan

sebagai tambahan (suplementasi) pada pasien yang mampu makan dan minum

tetapi tidak mencukupi kebutuhannya. Indikasi pemberiannya yaitu adanya

gangguan mekanin (kesadaran terganggu), gangguan menelan, koma, stroke,

kekacauan sistem saraf pusat, dan selera makan yang buruk. Gizi enetaral

dapat diberikan melalui mulut (oral), pipa (sonde), dan enterostomi(esofagustomi, jejunostomi).

Makanan enteral terdiri dari formula rumah sakit dan formula komersial.

Formula rumah sakit dibuat oleh rumah sakit dari berbagai bahan makanan

yang dihaluskan. Konsistensi, kandungan zat gizi, dan osmolaritas formula

rumah sakit berubah-ubah pada saat pembuatannya. Formula komersial

merupakan formula yang sudah siap digunakan dan tersedia di pasaran.

Pemilihan formula yang digunakan bergantung pada kebutuhan zat gizi

pasien, kebutuhan cairan, fungsi gastrointestinal, restriksi zat gizi (energi,

protein, lemak, mineral), dan kebutuhan tambahan (ekstra).

Pemberian gizi enteral memiliki kelebihan dibadingkan dengan gizi

parenteral. Keuntungan tersebut yaitu bersifat fisiologis, lebih efektif,komplikasi kurang, energi tinggi mudah dicapai, teknik pemasangannya

mudah, dan biayanya murah.

2. 

Gizi Parenteral

Menurut Hartono (2000), gizi parenteral bisa diberikan melalui vena

perifer atau vena sentral kepada pasien yang beresiko malnutrisi tetapi tidak

mampu dan/atau tidak boleh mendapatkan zat gizi lewat saluran cerna. Gizi

parenteral disebut gizi parenteral total jika seluruh kebutuhan zat gizi pasien

diberikan lewat vena dan disebut gizi parenteral parsial jika hanya sebagain

kebutuhan zat gizi saja yang diberikan lewat vena

  28

Page 44: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 44/99

sebagai terapi gizi suplemental/suportif diberikan pada pasien yang bisa

makan atau mendapat gizi enteral tetapi tidak mampu memenuhi kebutuhan

gizinya. Kondisi ini biasanya ditemui pada pasien prabedah, pascabedah,

trauma, penderita kanker, malnutrisi protein atau energi protein, dan

penolakan atau ketidakmampuan makan. Nutrisi parenteral tidak boleh

diberikan pada pasien dengan krisis hemodinamik atau kegagalan pernafasan

yang membutuhkan bantuan respirator.

Page 45: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 45/99

KERANGKA PEMIKIRAN

Salah satu bentuk pelayanan gizi rumah sakit bagi penderita penyakit hati

rawat inap yaitu pemberian makanan dalam bentuk Diet Hati. Konsumsi Diet

Hati dipengaruhi oleh ketersediaan Diet Hati, daya terima terhadap Diet Hati,

lama perawatan dan selera makan. Ketersediaan Diet Hati didasarkan pada

kebutuhan energi dan protein pasien dengan mempertimbangkan karakteristik

pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, jenis penyakit hati). Daya

terima terhadap Diet Hati merupakan penilaian pasien terhadap atribut makanan

seperti bentuk, warna, tekstur, bau, rasa, suhu, dan kebersihan alat makan.

Konsumsi energi dan protein merupakan dua hal yang mendapat perhatian

khusus pada penderita penyakit hati. Konsumsi energi dan protein penderita

penyakit hati rawat inap didapatkan dari Diet Hati, makanan luar, dan cairan infus.

Pada akhirnya, konsumsi energi dan protein akan mempengaruhi status gizi

pasien setelah perawatan. Bagan kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat pada

Gambar 1.

  30

Page 46: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 46/99

Keterangan :

: Variabel yang Diteliti

: Variabel yang Tidak Diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian 

Umur, Jenis Kelamin, Berat Badan,

Tinggi Badan, Jenis Penyakit Hati

Kebutuhan Energi dan Protein Pasien

Ketersediaan Energi dan Protein Diet Hati

Selera Makan

Daya Terima terhadap Diet Hati

(bentuk, warna, tekstur, bau, rasa,

suhu, kebersihan alat makan)

Lama Perawatan

Konsumsi Diet Hati

Konsumsi Makanan LuarKonsumsi Energi dan ProteinCairan Infus

Status Gizi Setelah Perawatan

Status malnutrisi, tingkat

pendidikan, pekerjaan

Page 47: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 47/99

METODE

Disain, Tempat, dan Waktu

Penelitian ini merupakan penelitian survei karena contoh diambil dari satu

populasi dan datanya dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner (Singarimbun

1995). Disain penelitiannya yaitu cross sectional study. Data hanya diambil pada

suatu periode tertentu dan setiap contoh hanya diamati satu kali selama penelitian

(Budiarto 2003).

Penelitian dilakukan di Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo (Perjan

RSCM), Jakarta. Lokasi ini dipilih secara  purposive sampling  dengan

pertimbangan bahwa rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit pendidikan

(Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/FKUI) dan rumah sakit rujukan

nasional kelas A (Dir. Jen. Yan. Medik 1999b). Oleh karena itu, Perjan RSCM

dapat memberikan kesempatan kepada penulis dalam menggunakannya sebagai

tempat penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan dari Agustus

hingga November 2004.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Contoh penelitian adalah penderita penyakit hati rawat inap di Bagian

Penyakit Dalam kelas III (Instalasi Rawat Inap B/IRNA B) Perjan RSCM, Jakarta

pada saat penelitian dilakukan. Contoh ditentukan secara  purposive sampling

dengan kriteria sebagai berikut :

1.  Penderita penyakit hati di Bagian Penyakit Dalam kelas III (IRNA B).

2.  Berusia 17 tahun ke atas untuk mempermudah komunikasi dan dapat menilai

makanan yang disajikan secara rasional.3.  Telah dirawat minimal dua hari sehingga sudah mengalami penyesuaian

terhadap makanan rumah sakit.

4.  Mendapatkan Diet Hati atau Diet Hati Rendah Garam secara oral.

  32

Page 48: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 48/99

Selama penelitian berlangsung ada 904 pasien penderita penyakit dalam di

IRNA B kelas 3 dengan 72 pasien menderita penyakit hati berdasarkan diagnosis

dokter. Pasien yang memenuhi kriteria penarikan contoh sebanyak 30 orang.

Selanjutnya 30 orang pasien tersebut diwawancara dan dilihat konsumsi energi

dan proteinnya selama tiga hari berturut-turut. Sebanyak 20 pasien dengan data

lengkap dijadikan sebagai contoh penelitian. Penjelasan lebih lanjut mengenai

cara penarikan contoh dapat dilihat pada Gambar 2.

Wawancara dan penimbangan makanan (3 hari)

Pasien Rawat Inap di IRNA B RSCM

Pasien di Bagian Penyakit Dalam kelas III

904 orang

Pasien penderita penyakit hati berdasarkan diagnosa dokter(hepatitis, sirosis hati, abses hati, hepatoma)

72 orang

Purposive sampling sesuai kriteria

30 orang

Data tidak lengkap

10 orang

Data lengkap

20 orang

Contoh penelitian

  33

Page 49: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 49/99

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data

primer meliputi :

1. Karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, jenis

penyakit hati, status malnutrisi, tingkat pendidikan, pekerjaan).

2. Lama perawatan contoh.

3. Kebutuhan energi dan protein contoh.

4. Ketersediaan Diet Hati (jenis Diet Hati dan ketersediaan energi-protein Diet

Hati).

5. Konsumsi energi dan protein contoh (konsumsi energi-protein dari Diet

Hati, makanan luar, dan cairan infus).

6. Daya terima terhadap Diet Hati.

Data karakteristik contoh dan daya terima contoh terhadap Diet Hati

diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner. Data berat badan

dikumpulkan dengan penimbangan menggunakan bath room scale. Data tinggi

badan dikumpulkan dengan pengukuran menggunakan microtoise  bagi pasien

yang bisa berdiri atau menggunakan pengukuran tinggi lutut bagi pasien yang

tidak bisa berdiri. Data jenis penyakit hati, kadar serum albumin, dan lama

perawatan diperoleh dari rekam medis. Data kebutuhan energi dan protein contoh

ditentukan melalui perhitungan menggunakan rumus dengan mengacu pada data

karakteristik contoh. Data jenis Diet Hati yang diterima contoh diketahui dari

buku makanan IRNA B Bagian Penyakit Dalam kelas 3. Data ketersediaan Diet

Hati contoh (dalam satuan gram) untuk makan pagi, siang, dan selingan I

dikumpulkan dengan penimbangan makanan dari Unit Produksi Makanan (UPM)

sebelum dikonsumsi contoh sedangkan makan sore dan selingan II merujuk pada

standar porsi bahan makanan UPM karena tidak dilakukan penimbangan

makanan. Data konsumsi Diet Hati (dalam satuan gram) untuk makan pagi, siang,

dan selingan I dikumpulkan dengan food weighing method sedangkan makan sore,

  34

Page 50: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 50/99

Data sekunder yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi:

1. 

Gambaran umum Perjan RSCM (sejarah, lokasi, klasifikasi, visi dan misi,

maksud dan tujuan, fungsi, kegiatan, pelayanan kesehatan, tenaga kerja, dan

struktur organisasi)

2. 

Gambaran umum IRNA B Perjan RSCM

3. Gambaran umum UPM Perjan RSCM (struktur organisasi, tugas pokok dan

fungsi, tenaga kerja, jam kerja, penyelenggaraan makan, dan pengawasan)

Data sekunder didapatkan melalui wawancara dengan staf Perjan RSCM danmembaca dokumen/laporan Perjan RSCM. Selain itu, dilakukan juga pengamatan

langsung selama penelitian untuk melengkapi data gambaran umum Perjan

RSCM, IRNA B, dan UPM.

Tabel 1 Data yang dikumpulkan dan cara memperoleh

Data Jenis Data Cara Pengumpulan Alat

Karakteristikcontoh

Primer Wawancara,penimbangan,

pengukuran, rekammedis

Kuesioner, timbangankamar mandi, microtoise,

alat pengukur tinggi lutut

Lama perawatan

contoh

Primer Rekam medis Kuesioner

Kebutuhan energi

dan protein contoh

Primer Perhitungan

menggunakan rumus

Program komputer Microsoft Excell 

Ketersediaan DietHati contoh

Primer Buku makanan IRNAB Bagian Penyakit

Dalam kelas III,  food

weighing, standar

porsi bahan makanan

UPM

Kuesioner, timbanganmakanan digital Tanita

Konsumsi energidan protein

Primer Food weighing, recall,rekam medis

Kuesioner, timbanganmakanan digital Tanita,

 food model 

Daya terima

terhadap Diet Hati

Primer Wawancara Kuesioner

Gambaran umum Sekunder Wawancara, Kuesioner

  35

Page 51: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 51/99

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan Data

Karakteristik contoh meliputi jenis kelamin, umur, berat badan, tinggi

badan, jenis penyakit hati, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan status malnutrisi.

Data jenis kelamin, umur, berat badan, tinggi badan, dan jenis penyakit hati

digunakan untuk menghitung kebutuhan energi dan protein contoh. Jenis kelamin

dikelompokkan menjadi laki-laki dan perempuan. Umur dikelompokkan menjadi

dewasa awal (18-40 tahun), dewasa menengah (40-65 tahun), dan dewasa akhir

(>65 tahun) (Papalia & Olds 1986). Menurut Chumlea et al. (1984) diacu dalam

Gibson (1993) tinggi badan pasien yang tidak dapat berdiri ditentukan dengan

memasukkan hasil pengukuran tinggi lutut ke dalam rumus sebagai berikut :

¬ Tinggi badan laki-laki

= [2.02 x tinggi lutut (cm)] - [0.04 x umur (tahun)]  + 64.19

¬ 

Tinggi badan perempuan

= [1.83 x tinggi lutut (cm)] - [0.24 x umur (tahun)]  + 84.88

Jenis penyakit hati dikelompokkan menjadi hepatitis, sirosis hati, dan hepatoma.

Tingkat pendidikan dikategorikan menjadi tamat SD/sederajat, tidak tamat

SD/sederajat, tamat SMP/sederajat, tidak tamat SMP/sederajat, tamat

SMA/sederajat, tidak tamat SMA/sederajat, D3, dan S1. Pekerjaan

dikelompokkan menjadi buruh, petani, wiraswasta, karyawan swasta, PNS,

pensiunan, dan ibu rumah tangga. Status malnutrisi dikategorikan menurut Funk

& Ayton (1995) diacu dalam Stump (1997) berdasarkan berat badan (kg) dan

kadar serum albumin (g/l) seperti terlihat pada Tabel 2. Data lama perawatan

dibedakan menjadi tiga yaitu <5 hari, 5-10 hari, dan >10 hari.

Tabel 2 Pengkategorian status malnutrisi berdasarkan persentase berat badanaktual terhadap berat badan ideal (%) dan kadar serum albumin (g/l)

Persentase Berat Badan Aktual terhadap Berat Badan Ideal (%)Serum

Albumin (g/l)< 60 60-75 76-90 > 90

< 25 Malnutrisi energi- Malnutrisi energi- Malnutrisi sedang Malnutrisi protein

  36

Page 52: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 52/99

Menurut Sutardjo (2004), kebutuhan energi contoh dihitung berdasarkan

rumus sebagai berikut :

AMB (Angka Metabolisme Basal) dihitung menggunakan Rumus Harris Benedict

yaitu:

a.  AMB laki-laki = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)

b. AMB permpuan = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)

Keterangan :¬

 

BB = Berat Badan Ideal (kg)

BBI ditentukan menggunakan Rumus Brocca yaitu :

BBI = [Tinggi Badan (cm) - 100] – 10% [Tinggi Badan (cm) - 100]

¬ TB = Tinggi Badan (cm)

¬ U = Umur (tahun)

Faktor aktifitas dibedakan menjadi dua yaitu :

a.  Istirahat di tempat tidur = 1,2

b. 

Tidak terikat di tempat tidur = 1,3

Faktor taruma/stres dibedakan menjadi :

a.  Tidak ada stress, pasien dalam keadaan gizi baik = 1,3

b. Stres ringan = 1,4

c.  Stres sedang = 1,5

d. 

Stres berat = 1,6

e.  Stres sangat berat = 1,7

f.  Luka bakar sangat berat = 2,1

Pada penelitian ini faktor trauma/stress yang digunakan berdasarkan kondisi klinis

pasien yaitu :

a.  Hepatitis akut = 1,4

b. Sirosis hati = 1,5

c.  Hepatoma = 1,5

Kebutuhan protein penderita penyakit hati didasarkan pada kondisi

Kebutuhan Energi = AMB x Faktor Aktifitas x Faktor Trauma/Stres

  37

Page 53: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 53/99

yang merupakan salah satu jenis penyakit kanker membutuhkan 1 – 1,5 gram

protein/kg BB/hari (Sri 2004).

Pada penelitian ini kebutuhan protein contoh berdasarkan pada kondisi klinisnya

adalah sebagai berikut:

• Hepatitis virus berat = 1,2 gram/kg BB/hari

• Sirosis kompensasi = 1 gram/kg BB/hari

• Sirosis dekompensasi = 1,5 gram/kg BB/hari

• 

Hepatoma = 1 gram/kg BB/hari

Ketersediaan Diet Hati dari hasil penimbangan makanan sebelum

dikonsumsi contoh (pagi, siang, selingan I) dan standar porsi bahan makanan

(sore, selingan II) dikonversikan ke dalam bentuk energi dan protein. Konversi

tersebut dilakukan dengan menggunakan Program komputer Nutrsoft dari

Puslitbang Gizi.

Konsumsi Diet Hati pada makan pagi, siang, dan selingan I dihitung dari

berat makanan rumah sakit sebelum dikonsumsi dikurangi dengan berat makanan

sisa. Konsumsi Diet Hati pada makan sore dan selingan II serta konsumsi

makanan luar dihitung dari hasil recall. Konsumsi Diet Hati dan makanan luar

(dalam satuan gram) dikonversikan ke dalam bentuk energi dan protein

menggunakan Program komputer Nutrsoft dari Puslitbang Gizi.Konsumsi energi dan protein dari cairan infus dihitung menurut Pedoman

Cairan Infus yang dikeluarkan PT Otsuka Indonesia (2003). Dextrose 5%

mengandung energi 200 Kkal/l. KAEN 3B mengandung energi 108 Kkal/l.

Triofusin 500 mengandung energi 500 Kkal/l. Trofusin E 1000 mengandung

energi 1000 Kkal/l. Albumin 20% mengandung protein 200 g/l. Asering dan

NaCl 0,9%, tidak mengandung energi dan protein.

Tingkat ketersediaan energi-protein terhadap kebutuhan energi-protein

dihitung dengan membandingkan kandungan energi-protein Diet Hati sebelum

  38

Page 54: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 54/99

Tingkat konsumsi energi-protein terhadap ketersediaan energi-protein

diperoleh dengan menghitung perbandingan antara konsumsi energi-protein dari

Diet Hati dengan kandungan energi-protein Diet Hati sebelum dikonsumsi contoh.

Penilaiannya dikategorikan menjadi (1) defisit tingkat berat: jika <70% angka

ketersediaan, (2) defisit tingkat sedang: jika 70-79% angka ketersediaan,

(3) defisit tingkat ringan: jika 80-89% angka ketersediaan, dan (4) normal: jika

90-100% angka ketersediaan (Dir. BGM 1996).

Tingkat konsumsi energi-protein terhadap kebutuhan energi-protein dihitungdengan membandingkan antara jumlah konsumsi energi-protein contoh dari Diet

Hati, makanan luar, dan cairan infus yang didapatkan contoh dengan kebutuhan

energi-protein contoh. Penilaiannya dikategorikan menjadi (1) defisit tingkat

berat: jika <70% angka kebutuhan, (2) defisit tingkat sedang: jika 70-79% angka

kebutuhan, (3) defisit tingkat ringan: jika 80-89% angka kebutuhan, (4) normal:

 jika 90-1i9% angka kebutuhan, dan (5) di atas kebutuhan: jika ≥120% angka

kebutuhan (Dir. BGM 1996).

Daya terima contoh terhadap Diet Hati diuji dengan Uji Hedonik Skala

Verbal dengan menanyakan penilaian inderawi contoh terhadap tujuh atribut

makanan pada waktu makan pagi dan siang selama tiga hari berturut-turut.

Atribut makanan tersebut yaitu bentuk, warna, tekstur, bau, rasa, suhu, dankebersihan alat makan. Setiap jawaban pertanyaan mendapatkan skor (1) jika

menjawab tidak suka, (2) jika menjawab kurang suka, dan (3) jika menjawab

suka. Total skor yang diperoleh selama tiga hari (tiap waktu makan pagi dan

siang) berkisar antara 21-63. Total skor dikonversikan sehingga berada pada

rentang 0 sampai 100% berdasarkan rumus sebagai berikut:

(skor contoh – skor minimal)

y = ————————————— x 100%

(skor maksimal – skor minimal)

Penilaian daya terima dibagi menjadi tiga kategori yaitu (1) rendah: jika y < 60%,

  39

Page 55: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 55/99

Tabel 3 Peubah dan kategori peubah

Peubah Kategori Peubah

Jenis kelamin a.  Laki-laki

b. 

Perempuan

Umur

(Papalia & Olds 1986)

a.  Dewasa awal (18-40 tahun)

b.  Dewasa menengah (40-65 tahun)

c.  Dewasa akhir (>65 tahun)

Jenis penyakit hati a.  Hepatitis

b.  Sirosis hati

c.  Hepatoma

Tingkat pendidikan a.  Tidak tamat SD/sederajat e. Tidak tamat SMA/sederajat

b. 

Tamat SD/sederajat f. Tamat SMA/sederajatc.  Tidak tamat SMP/sederajat g. D3

d.  Tamat SMP/sederajat h. S1

Pekerjaan a.  Buruh e. PNS

b.  Petani f. Pensiunan

c.  Wiraswasta g. Ibu Rumah Tangga

d.  Karyawan swasta

Status malnutrisi a.  Malnutrisi energi-protein berat

b.  Malnutrisi sedang

c. 

Malnuitrisi energi (marasmus)d.  Malnutrisi ringan

e.  Malnutrisi protein (kwashiorkor)

f.  Tidak malnutrisi

Lama perawatan a.  < 5 hari

b.  5-10 hari

c.  >10 hari

Jenis Diet Hati a.  Diet Hati I Cair

b.  Diet Hati II Saring

c. 

Diet Hati III Lunak

d.  Diet Hati III Biasa

e.  Diet Hati Rendah Garam III Lunak

f.  Diet Hati Rendah GaramIII Biasa

Konsumsi makanan

luar

a.  Ya

b.  Tidak

Jenis cairan infus a.  Asering

b.  Dextrose 5%

c.  KAEN 3B

d. 

NaCl 0,9%

e.  NaCl 0,9%+Dextrose 5%

f.  NaCl 0,9%+Albumin 20%

g.  NaCl 0,9%+Triofusin 500

h.  NaCl 0,9%+Dextrose 5%+KAEN 3B+Triofusin E 1000

i Tidak pakai infus

  40

T b l 3 (l j )

Page 56: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 56/99

Tabel 3 (lanjutan)

Peubah Kategori Peubah

Tingkat ketersediaan energi dan protein

terhadap kebutuhan energi dan protein

(Dir. BGM 1996)

a.  Defisit (<90% angka kebutuhan)

b. 

Normal (90-119% angka kebutuhan)

c.  Di atas kebutuhan (≥120% angka kebutuhan)

Tingkat konsumsi energi dan protein

terhadap ketersediaan energi dan protein(Dir. BGM 1996)

a.  Defisit tingkat berat (<70% angka ketersediaan)

b.  Defisit tingkat sedang (70-79% angkaketersediaan)

c.  Defisit tingkat ringan (80-89% angka

ketersediaan)

d.  Normal (90-100% angka ketersediaan)

Tingkat konsumsi energi dan proteinterhadap kebutuhan energi dan protein

(Dir. BGM 1996)

a. 

Defisit tingkat berat (<70% angka kebutuhan)b.  Defisit tingkat sedang (70-79% angka

kebutuhan)

c.  Defisit tingkat ringan (80-89% angka

kebutuhan)

d.  Normal (90-1i9% angka kebutuhan)

e.  Di atas kebutuhan (≥120% angka kebutuhan)

Daya terima terhadap Diet Hati

(skor contoh – skor minimal)

y = ———————————— x 100%(skor maksimal – skor minimal)

a.  Rendah ( y < 60%)

b.  Sedang (60%• y < 80%)  

c. 

Tinggi (y • 80%)  

Definisi Operasional

Contoh adalah pasien rawat inap penderita penyakit hati di Perjan RS Dr. Cipto

Mangunkusumo Jakarta yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.

Responden adalah contoh yang diwawancarai saat pengumpulan data primer atau

pegawai Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta yang diwawancarai

saat pengumpulan data sekunder.

Umur adalah waktu yang telah dilalui contoh untuk hidup.

Jenis kelamin adalah identitas seksual contoh.

Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang ditempuh contoh secara

penuh.

Pekerjaan adalah tugas pokok contoh sehari-hari yang menghasilkan pendapatan.

  41

Stat s maln trisi d l h k d l t i i d t h dit t k

Page 57: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 57/99

Status malnutrisi  adalah keadaan malnutrisi pada contoh yang ditentukan

berdasarkan persentase berat badan aktual terhadap berat badan ideal dan

kadar serum albumin.

Lama perawatan  adalah jumlah hari contoh menjalani rawat inap sampai saat

diwawancarai.

Jenis cairan infus  adalah cairan infus yang diperoleh contoh selama contoh

diteliti.

Diet Hati  adalah diet untuk contoh yang disediakan UPM Perjan RS Dr. Cipto

Mangunkusumo Jakarta.

Jenis Diet Hati adalah spesifikasi Diet Hati (DH I, DH II, DH III, dan DH IV)

yang disediakan rumah sakit untuk contoh. DH I jika penderita dalam

keadaan prekoma atau segera sesudah penderita dapat makan kembali, DH

II jika penderita sadar dan nafsu makannya kurang, DH III jika penderita

sadar dan nafsu makannya cukup, dan DH IV jika penderita sadar, nafsu

makan baik, dan penyakitnya sudah ringan.

Waktu makan adalah saat makanan (rumah sakit) disajikan kepada contoh.

Daya terima  adalah tanggapan contoh mengenai tingkat kesukaannya terhadap

kualitas atribut makanan (rumah sakit) yang dinilai berdasarkan tiap waktu

makan dan tiap hari selama tiga hari pengamatan yang ditentukan dengan

skor (1) jika tidak suka, (2) jika kurang suka, dan (3) jika suka.

Penilaiannya dikategorikan menjadi tiga yaitu rendah, sedang, dan tinggi .

Bentuk makanan  adalah tanggapan indera penglihatan (mata) contoh terhadap

rupa makanan yang disajikan rumah sakit.

Warna makanan  adalah tanggapan indera penglihatan (mata) contoh terhadap

keserasian warna makanan yang disajikan rumah sakit.

  42

Rasa makanan adalah tanggapan indera penecap (lidah) contoh terhadap

Page 58: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 58/99

Rasa makanan adalah tanggapan indera penecap (lidah) contoh terhadap

makanan yang disajikan.

Suhu makanan adalah temperatur makanan yang disajikan rumah sakit.

Kebersihan alat makan adalah kebersihan plato yang digunakan sebagai alat

hidang yang ditandai dengan tidak adanya kotoran/noda dan bau

amis/tengik.

Ketersediaan energi dan protein adalah jumlah energi dan protein yang

terkandung dalam Diet Hati yang disajikan rumah sakit.

Konsumsi energi dan protein adalah jumlah energi dan protein dari konsumsi

Diet Hati, makanan luar, dan cairan infus.

Kebutuhan energi dan protein adalah jumlah energi dan protein minimal yang

dibutuhkan seseorang agar dapat hidup sehat.

Tingkat ketersediaan energi-protein terhadap kebutuhan energi-protein 

adalah perbandingan antara kandungan energi-protein Diet Hati sebelum

dikonsumsi contoh dengan kebutuhan energi-protein contoh. Penilaiannya

dikategorikan menjadi defisit, normal, dan di atas kebutuhan.

Tingkat konsumsi energi-protein terhadap ketersediaan energi-protein 

adalah perbandingan antara konsumsi energi-protein dari Diet Hati dengan

kandungan energi-protein Diet Hati sebelum dikonsumsi contoh.

Penilaiannya dikategorikan menjadi defisit tingkat berat, defisit tingkat

sedang, defisit tingkat ringan, dan normal.

Tingkat konsumsi energi-protein terhadap kebutuhan energi-protein  adalah

perbandingan antara jumlah konsumsi energi-protein contoh dari Diet Hati,

makanan luar, dan infus yang didapatkan contoh dengan kebutuhan energi-

protein contoh. Penilaiannya dikategorikan menjadi defisit tingkat berat,

HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 59: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 59/99

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum LokasiGambaran Umum Perjan RSCM

1.  Sejarah Perjan RSCM

Pada awal berdirinya di tahun 1919, Perjan RSCM dikenal dengan nama

Centrale Burgevlijke Ziekeninvichting (CBZ). CBZ didirikan pemerintah pada

masa itu sebagai wujud dari keinginan sekolah dokter “STOVIA” (School tot

Opleiding van Inlandse Artsen) untuk memiliki rumah sakit pendidikan sendiri

dengan pengajar dari STOVIA. Sejak saat itu CBZ dan STOVIA tidak bisa

dipisahkan seperti Perjan RSCM dengan Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia (FKUI) pada saat ini. Keduanya saling tergantung dan saling

mengisi (Rukmono & Manus 1989).

CBZ mengalami beberapa kali perubahan nama sebelum pada akhirnya

menjadi Perjan RSCM. Pada masa pendudukan Jepang di tahun 1942, CBZ

diubah namanya menjadi  Ika Daiku Byongin /Rumah Sakit Perguruan Tinggi.

Tahun 1945 namanya diubah lagi menjadi Roemah Sakit Oemoem Negeri

(RSON). Tanggal 17 Agustus 1964 nama Dr. Cipto Mangunkusumo

diresmikan untuk rumah sakit ini oleh Menteri Kesehatan RI Prof. Dr. Satrio.

Setelah itu, rumah sakit ini dikenal dengan nama Rumah Sakit Dr. Cipto

Mangunksumo (RSCM) hingga Semarang (Rukmono & Manus 1989).

2.  Lokasi, Klasifikasi, Visi, dan Misi Perjan RSCM

Perjan RSCM terletak di Jalan Diponegoro No. 71, Salemba, Jakarta

Pusat 10430, Telp. (021) 330898, 3918301-11, dan Fax. (021) 3148991.

RSCM merupakan perusahaan jawatan milik negara (berdasarkan PP No. 116

tahun 2000) di bawah pengawasan Departemen Keuangan, Kantor Menteri

Negara BUMN, dan secara teknis di bawah Departemen Kesehatan RI.

Menurut klasifikasinya, RSCM termasuk rumah sakit rujukan nasional kelas

  44

masyarakat, menjadi tempat pendidikan, dan penelitian tenaga kesehatan, serta

Page 60: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 60/99

masyarakat, menjadi tempat pendidikan, dan penelitian tenaga kesehatan, serta

tempat penelitian dan pengembangan dalam rangka meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat melalui manajemen yang mandiri.

3. 

Maksud dan Tujuan, Fungsi, dan Kegiatan

Maksud dan tujuan Perjan RSCM adalah menyelenggarakan kegiatan

 jasa pelayanan, pendidikan, dan penelitian serta usaha lain di bidang kesehatan

yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan dan senantiasa

berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Berdasarkan maksud dan tujuan

tersebut, Perjan RSCM mempunyai 6 fungsi yaitu menyelenggarakan

pelayanan medis; pelayanan dan asuhan keperawatan; pelayanan rujukan;

pendidikan dan pelatihan; penelitian dan pengembangan; serta administrasi

umum dan keuangan. Kegiatan yang diselenggarakan yaitu pelayanan

kesehatan kepada masyarakat baik dalam bentuk promotif, preventif, kuratif

maupun rehabilitatif secara paripurna; pengembangan pelayanan, pendidikan,

dan penelitian proyek-proyek unggulan kesehatan sesuai dengan fungsinya

sebagai rumah sakit pendidikan rujukan nasional; pelayanan kesehatan

lainnya; serta pendidikan, penelitian dan usaha lain dalam bidang kesehatan.

4. 

Struktur Organisasi Perjan RSCM

Pimpinan tertinggi Perjan RSCM dipegang oleh seorang Direktur Utama

yang membawahi 4 Direktur, 1 Satuan Pengawas Intern, dan 1 Komite Medik.

Direktur Utama tersebut berada di bawah Dewan Pengawas. Tugas Direktur

Utama dan 4 Direktur di bawahnya dibantu oleh Sekretaris Direksi . Masing-

masing Direktur membawahkan beberapa bidang, bagian, departemen, unit

pelayanan, dan instalasi. Struktur organisasi Perjan RSCM yang lebih jelas

dapat dilihat pada Lampiran 4.

5.  Pelayanan Kesehatan

Perjan RSCM memberikan pelayanan medis dan penunjang medis.

Pelayanan medis yang diberikan terdiri atas rawat jalan dan rawat inap

  45

dan THT. Kunjungan penunjang terdiri atas hemodialisa, IGD (Instalasi

Page 61: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 61/99

j g p j g , (

Gawat Darurat) lantai 3, instalasi rekam medik, radiologi, dan radioterapi.

Poliklinik utama terdiri atas poliklinik anggrek, bedah plastik, PKS (Paviliun

Khusus Swasta), teratai, wijaya kusuma, cempaka, PTK (Paviliun Tumbuh

Kembang), dan bedah urologi.

Instalasi Rawat Inap Perjan RSCM dikelola oleh 23 bagian yaitu anak,

bedah jantung, bedah syaraf, bayi, bedah, Eria, ICCU ( Intensive Cardiac Care

Unit ), ICU ( Intensive Care Unit ), IGD, IW Anak ( Intermediate Ward  Anak),

 jiwa, kebidanan, kulit, mata, NICU (Neonatus ICU), penyakit dalam,

perinatologi, radioterapi, syaraf, THT (Telinga Hidung Tenggorokan), ULB

(Unit Luka Bakar), ICU anak, dan umum. Ruang rawat untuk pasien rawat

inap ada 3 yaitu Instalasi Rawat Inap A (IRNA A), Instalasi Rawat Inap B

(IRNA B), dan Paviliun Swadana. Paviliun Swadana terdiri atas paviliun

cendrawasih I sampai IV, mawar, melati, PTK I, PTK II, ULB, dan stroke.

Ruang rawat inap dibagi menjadi 4 tipe yaitu VIP, Kelas 1, Kelas 2, Kelas 3,

dan Kelas Khusus. Kelas Khusus terdiri atas pasien yang dirawat inap di ICU,

ICCU, IW anak, dan IGD lantai 2. Kapasitas tempat tidur untuk masing-

masing tipe ruang rawat inap yaitu 144 pada kelas VIP, 46 pada Kelas 1, 212

pada Kelas 2, 729 pada Kelas 3, dan 83 pada Kelas Khusus.

Selain pelayanan medis, Perjan RSCM juga memberikan pelayanan

penunjang medis. Pelayanan penunjang medis di Perjan RSCM dikelola oleh

instalasi patologi klinik, patologi anatomik, forensik, radiodiagnostik,

radioterapi, gizi, farmasi, tranfusi darah, dan pemulasaran jenazah.

6. 

Tenaga Kerja

Berdasarkan data pada tahun 2003, tenaga kerja di Perjan RSCM

mencapai ribuan orang. Jumlah yang sangat besar tersebut untuk

mengimbangi banyaknya pelayanan yang diberikan Perjan RSCM.

Perinciannya dapat dilihat pada Tabel 4

  46

Tabel 4 Jenis dan jumlah tenaga kerja di Perjan RSCM tahun 2003

Page 62: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 62/99

j g j j

No. Jenis Tenaga Jumlah

1. Tenaga Medis-PNS Departemen Kesehatan 566

-PNS Departemen Pendidikan Nasional 342

2. Tenaga Perawat 1282

3. Paramedis non Perawat 354

4. Tenaga non Medis 1327

Total 3801

Peserta Pendidikan Dokter Spesialis 1198

Sub. Total 5098Sumber : Bagian Penelitian dan Pelayanan Medik Perjan RSCM (2004)

Gambaran Umum IRNA B

IRNA B terdiri atas 7 lantai. Tiap lantai dibagi menjadi 2 bagian yaitu

kiri dan kanan. Lantai 1 untuk pasien neurologi, lantai 2 untuk pasien penyakit

kulit dan kelamin serta THT, lantai 3 untuk pasien anak dan mata, lantai 4 untuk

pasien penyakit dalam laki-laki, lantai 5 untuk pasien penyakit dalam perempuan,

lantai 6 untuk pasien penyakit dalam laki-laki dan perempuan, dan lantai 7 untuk

paviliun melati. Masing-masing lantai dikelola oleh tenaga medis dan non medis.

Tenaga medis seperti dokter, perawat, dan co-ass. Tenaga non medis seperti ahli

gizi, petugas gizi, petugas administrasi, petugas pengantar pasien, dan cleaning

service. Tenaga medis dan non medis bagian kiri dan kanan berbeda kecuali

dokter dan co-ass.

Gambaran Umum Unit Produksi Makanan

1.  Struktur Organisasi

Seiring dengan perubahan status RSCM menjadi perusahaan jawatan

(perjan) maka Unit Produksi Makanan (UPM) tidak lagi berada di bawah

Instalasi Gizi berdasarkan SK Dinas No. 207/TU./I/2003. UPM menjadi di

bawah Direktur Sarana & Prasarana dan sebagai bagian dari Unit Pelayanan

Umum & Utilitas sedangkan Instalasi Gizi dibawah Direktur Pelayanan Medik

& Keperawatan dan sebagai bagian dari Instalasi Penunjang Medik

  47

beberapa Pelaksana IV dan Pelaksana V. Strukrur organisasi UPM secara

Page 63: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 63/99

 jelas dapat dilihat pada Lampiran 5.

2. 

Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas pokok UPM yaitu memantau jumlah pelanggan dan

mengendalikan mutu, serta biaya dalam kegiatan penyelenggaraan makanan

mulai dari penerimaan, persiapan, pengolahan/pemasakan sampai dengan

pendistribusian makanan pasien, karyawan, dokter, dan peserta didik yang

mempunyai jatah makanan di rumah sakit.

Fungsi UPM yaitu :

a.  Mendata jumlah pasien, karyawan, pelanggan luar yang memesan

makanan ke UPM.

b. 

Menyelenggarakan perencanaan menu.

c.  Memantau mutu bahan makanan yang diterima.

d. 

Memantau persiapan bahan makanan.

e.  Mengawasi pengolahan/pemasakan makanan dan distribusi hasil

pemasakan.

f. 

Menilai dan mengendalikan mutu masakan (hasil olahan)/hasil produksi

makanan.

g.  Memantau dan mengevaluasi keluhan pelanggan, serta arus biaya

penyelenggaraan makanan.

3.  Tenaga Kerja

Tabel 5 Tingkat pendidikan pegawai UPM Perjan RSCM

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

1. S2 1

2. S1 1

3. D3 84. D1 1

5. SME/SMEA/SMKK/SMTK/SKKP 65

6. SMP 20

Total 96

  48

4. 

Jam Kerja

Page 64: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 64/99

Total jam kerja yang dibebankan kepada pegawai UPM yaitu 42

 jam/minggu. Banyaknya hari kerja ada 2 yaitu :

a.  Lima (5) hari kerja/minggu

Jumlah jam kerja yang harus dipenuhi yaitu 8 jam/hari. Ini berlaku untuk

Manager UPM dan pengawas.

Shift kerjanya :

• Subuh : Pukul 05.00-13.00

• Pagi : Pukul 07.30-15.30

• Sore : Pukul 11.30-18.30

b.  Enam (6) hari kerja/minggu

Jumlah jam kerja yang harus dipenuhi yaitu 7 jam/hari. Ini berlaku

untuk pegawai UPM selain Manager dan pengawas. Contohnya juru

masak, pegawai administrasi, dan lain-lain.

Shift kerjanya :

• Subuh : Pukul 05.00-12.00

• Pagi : Pukul 07.30-14.30

• Sore : Pukul 11.30-17.30

 

Malam : Pukul 18.30-05.005.

 

Penyelenggaraan Makan

a.  Perencanaan Menu

Perencanaan menu menjadi tanggung jawab Pelaksana V sebagai

penanggung jawab pengembangan resep makanan di bawah Manager II

Bidang Perencanaan dan Administrasi. Menu makanan dikembangkan

dari bahan makanan utama yang frekuensi pemakaiannya dalam satu siklus

menu sudah ditentukan terlebih dahulu. Setelah ditentukan menunya,

dibuat resep standar dengan cara trial and error  untuk menentukan jenis

  49

b.  Pengadaan Bahan Makanan

Page 65: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 65/99

Pengadaan bahan makanan dilakukan sesuai dengan perencanaan

kebutuhan bahan makananan yang dibuat setiap bulan. Perencanaan

bahan makanan didasarkan pada standar porsi bahan makanan, rata-rata

kekuatan pasien dan pegawai tiga bulan terakhir, harga pasar pada saat itu,

Rencana Kebutuhan Anggaran Tahunan, dan biaya pembelian bahan

makanan triwulan sebelumnya sehingga dihasilkan daftar kebutuhan dan

perkiraan biaya bahan makanan. Biaya yang ditetapkan per pasien per

hari untuk makanan saring kelas III B Rp 8.200, makanan lunak kelas III

B Rp 9.065, dan makanan biasa kelas III B Rp 9.370.

Daftar kebutuhan dan perkiraan biaya bahan makanan dijadikan

sebagai acuan pengadaan bahan makanan. Pengadaan bahan makanan

dilakukan melalui dua cara yaitu tender dan pembelian langsung. Tender

dilakukan oleh Panitia pembelian sampai mendapatkan rekanan yang

mampu memberikan harga paling rendah dan memiliki spesifikasi bahan

makanan sesuai dengan standar UPM. Rekanan pemenang tender akan

mengirimkan bahan makanan dalam jangka waktu yang berbeda-beda

(harian, mingguan, bulanan) tergantung pada jenis dan pemakaian bahan

makanan. Pembayaran dilakukan setiap 10 hari setelah rekanan

memenuhi semua pesanan. Pembelian langsung dilakukan khusus untuk

masakan VIP. UPM membeli langsung pada penjual bahan makanan

menggunakan uang muka kerja yang diberikan RS. Setiap bulan UPM

merekap penggunaan bahan makanan tersebut dan melaporkan biaya yang

dikeluarkan kepada pihak RS.

c. 

Penerimaan Bahan Makanan

Panitia penerimaan bahan makanan yang ditetapkan berdasarkan SK

Direktur RS bertanggung jawab pada penerimaan bahan makanan di

UPM Panitia tersebut memeriksa kualitas dan kuantitas setiap bahan

  50

d.  Penyimpanan Bahan Makanan

Page 66: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 66/99

Bahan makanan yang dibeli UPM ada yang langsung digunakan dan

ada yang tidak. Bahan makanan yang tidak langsung digunakan akan

disimpan pada tiga ruang penyimpanan yaitu ruang penyimpanan lauk

hewani & nabati; sayur, buah, & bumbu; dan bahan makanan kering.

Ruang penyimpanan lauk hewani & nabati serta sayur, buah, & bumbu

dilengkapi dengan refrigerator   dan  freezer   yang dapat diatur suhunya

untuk menjaga mutu bahan makanan. Ruang penyimpanan ini sekaligus

berfungsi sebagai ruang penyiapan beberapa bahan makanan.

e.  Penyiapan Bahan Makanan

Penyiapan bahan makanan bisa dilakukan di ruang penyimpanan

atau ruang pengolahan. Lauk hewani, buah, dan bumbu disiapkan di

ruang penyimpanan sedangkan lauk nabati dan sayuran disiapkan ruang

pengolahan. Jumlah bahan makanan yang disiapkan untuk diolah

disesuaikan dengan jumlah pasien rawat inap dan pegawai yang bertugas

pada hari itu, standar porsi bahan makanan, dan standar bumbu.

f. 

Pengolahan Bahan Makanan

Ruang pengolahan bahan makanan dibagi menjadi lima bagian.

Bagian pertama untuk makanan biasa pasien kelas I, II, dan III, pegawai,

dokter, dan co-ass. Kedua, untuk makanan diet. Ketiga, untuk snack

(makanan selingan). Keempat, untuk makanan anak dan saring dan

kelima, untuk pasien kelas VIP. Selain itu, ada satu bagian khusus untuk

memasak nasi dan bubur nasi. Setiap bagian dipegang oleh satu sampai

lima orang juru masak.

g. 

Pembagian Makanan

Pembagian makanan di UPM dilakukan sesuai dengan jadwal yang

telah ditentukan. Makan pagi dibagikan pukul 06.30 – 07.30, makan siang

pukul 11 30 12 30 dan makan sore pukul 17 00 18 00 Apabila pada jam

  51

masing menggunakan kereta makan yang terbuat dari stainless steel,

Page 67: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 67/99

rantang, atau container.

Pembagian makanan di ruangan dilakukan dengan dua cara yaitu

sentralisasi dan desentralisasi. Cara sentralisasi untuk ruang rawat kelas

III dan ruang rawat anak di IRNA A dan B sedangkan ruangan lainnya

menggunakan cara desentralisasi.

h.  Penyajian Makanan

Makanan untuk pasien di ruang rawat kelas I, II, III, dan VIP

disajikan menggunakan tempat makan yang berbeda. Pada kelas I dan II

makanan disajikan dengan tempat makan dari melamin, kelas III

menggunakan plato stainless steel, dan kelas VIP menggunakan tempat

makan keramik dengan garnish dan diwrapping.

6.  Pengawasan

Kegiatan produksi makanan di UPM diawasi oleh pengawas yang

bertugas secara bergantian. Satu orang pengawas bertugas pada jam makan

pagi dan dua orang pengawas bertugas pada makan siang dan sore. Selain itu,

dilakukan juga pengawasan terhadap mutu organoleptik makanan oleh tujuh

orang ahli gizi yang bergantian setiap harinya.

Karakteristik ContohUmur

Umur contoh yang berselang antara 26-70 tahun dikategorikan menjadi

dewasa awal, dewasa menengah, dan dewasa akhir. Mayoritas contoh termasuk

dewasa menengah yaitu 55%. Sisanya sebanyak 30% termasuk dewasa awal dan

15% dewasa akhir.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan kelompok umur

TotalKelompok Umur

n %

  52

Jenis Kelamin dan Jenis Penyakit Hati

J i k l i b i b h (85%) i l ki l ki d 15% i

Page 68: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 68/99

Jenis kelamin sebagian besar contoh (85%) yaitu laki-laki dan 15% sisanya

perempuan. Jenis penyakit hati yang diderita contoh dari yang paling banyak

sampai paling sedikit berturut-turut yaitu sirosis hati (60%), hepatoma (35%), dan

hepatitis B (5%). Contoh yang menderita sirosis hati lebih banyak berjenis

kelamin laki-laki daripada perempuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Akbar

(2002) dan Dalimartha (2004).

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan jenis penyakit hati

Jenis Kelamin

Laki-laki PerempuanTotal

Jenis Penyakit Hati

n % n % n %

Hepatitis B 1 5 - - 1 5

Sirosis Hati 9 45 3 15 12 60

Hepatoma 7 35 - - 7 35

Total 17 85 3 15 20 100

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan contoh menyebar dari tidak tamat SD/sederajat sampai

dengan S1. Paling banyak contoh berpendidikan tamat SMA/sederajat yaitu 30%

sedangkan paling sedikit contoh tidak tamat SMP/sederajat dan D3 masing-

masing sebesar 5%.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan

TotalTingkat Pendidikan

n %

Tamat Sekolah Dasar/sederajat 2 10

Tidak tamat Sekolah Dasar/sederajat 5 25

Tamat Sekolah Menengah Pertama/sederajat 2 10

Tidak tamat Sekolah Menengah Pertama/sederajat 1 5

Tamat Sekolah Menengah Atas/sederajat 6 30

Tidak tamat Sekolah Menengah Atas/sederajat - 0

D3 1 5

S1 3 15

  53

contoh pada pekerjaan wiraswasta, karyawan swasta, pensiunan, dan ibu rumah

t Si i i b 10% iliki k j b i b h

Page 69: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 69/99

tangga. Sisanya masing-masing sebesar 10% memiliki pekerjaan sebagai buruh

dan petani.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan

Total

Pekerjaan n %

Buruh 2 10

Petani 2 10

Wiraswasta 3 15

Karyawan Swasta 3 15

Pegawai Negeri Sipil 4 20

Pensiunan 3 15

Ibu Rumah Tangga 3 15

Total 20 100

Status Malnutrisi

Tidak semua contoh bisa diketahui status malnutrisinya berdasarkan berat

badan dan kadar albumin darah. Ada 5% contoh yang tidak diketahui kadar

albumin darahnya sehingga status malnutrisinya tidak bisa ditentukan sedangkan

95% sisanya mengalami malnutrisi. Contoh paling banyak mengalami malnutrisi

protein (kwashiorkor) dan malnutrisi ringan masing-masing sebesar 40%. Sisanya

sebesar 5% mengalami malnutrisi energi-protein berat dan 10% mengalami

malnutrisi sedang.

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan status malnutrisi

Total

Status Malnutrisi n %

Malnutrisi Energi-Protein Berat 1 5

Malnutrisi Sedang 2 10

Malnutrisi Energi (Marasmus) - 0Malnutrisi Ringan 8 40

Malnutrisi Protein (Kwashiorkor) 8 40

Tidak Malnutrisi - 0

Tidak Ada Data 1 5

  54

mortalitasnya lebih tinggi (Mendenhall et al. 1986 & Merli et al. 1996, diacu

dalam Morgan & Heaton 2000)

Page 70: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 70/99

dalam Morgan & Heaton, 2000).

Kondisi malnutrisi dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Oleh

karena itu, pemberian nutrisi (oral, enteral, parenteral, atau kombinasinya) dengan

memperhatikan kondisi pasien mutlak diperlukan.

Lama Perawatan

Contoh menyebar pada lama perawatan kurang dari 5 hari, 5-10 hari, dan

lebih dari 10 hari. Separuh contoh (50%) ada pada lama perawatan 5-10 hari

sedangkan persentase terendah yaitu sebesar 10% ada pada lama perawatan lebih

dari 10 hari.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan lama perawatan

Total

Lama Perawatan n %

< 5 hari 8 405 – 10 hari 10 50

> 10 hari 2 10

Total 20 100

Salah satu upaya untuk memperpendek hari perawatan dan mempercepat

penyembuhan penyakit yaitu dengan adanya penyelenggaraan makanan yang

dikelola pihak rumah sakit sehingga pasien memperoleh makanan sesuai dengankebutuhan gizinya (Moehyi 1986). Pasien yang menderita penyakit kronis kadang

memerlukan hari perawatan yang lama sehingga pasien mudah menghafal menu

yang disajikan rumah sakit. Akibatnya nafsu makan pasien hilang sebelum

makanan disajikan (Moehyi 1997).

Kebutuhan Energi-Protein Contoh

Kebutuhan energi contoh per hari berkisar antara 1800-2900 kkal dengan

rata-rata 2459±258 kkal pada laki-laki dan 1967±208 kkal pada perempuan.

Energi dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup, menunjang

  55

Kebutuhan protein contoh per hari berkisar antara 49,5-98,6 gram dengan

rata-rata 80 4±14 9 gram pada laki-laki dan 64 2±12 8 gram pada perempuan

Page 71: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 71/99

rata-rata 80,4±14,9 gram pada laki-laki dan 64,2±12,8 gram pada perempuan.

Fungsi utama protein yaitu membentuk jaringan baru dan mempertahankan

 jaringan yang sudah ada (Almatsier 2002). Proses sintesis dan degradasi protein

berpusat di hati (Lieber 1999). Pada penderita penyakit hati, protein dibutuhkan

dalam jumlah yang agak tinggi agar terjadi anabolisme protein (Yunahar 2004).

Akan tetapi, pada pasien yang mengalami ensefalopati, protein dibutuhkan dalam

 jumlah yang rendah untuk meminimalkan hasil metabolisme protein yang berupa

amonia. Ini terjadi karena hati tidak bisa bekerja maksimal dalam mengubah

amonia menjadi urea sebelum diekskresikan melalui urin (Nelson et al.  1994).

Amonia yang tidak terkonversi tersebut akan meracuni sistem saraf pusat

sehingga penderitanya mengalami ensefalopati yang ditandai dengan terjadinya

koma. Kondisi tersebut bisa berakhir dengan kematian (Eschleman 1996).

Ketersediaan Diet Hati

Jenis Diet Hati

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan jenis diet hati 

TotalJenis Diet Hati

n %

Sebelum Contoh Diteliti

Diet Hati I + Diet Hati II 3 15Diet Hati II 2 10

Diet Hati II + Diet Hati III 5 25

Diet Hati III 10 50

Total 20 100

Saat Contoh Diteliti

Diet Hati II 4 20

Diet Hati II + Diet Hati III 5 25

Diet Hati III 11 55

Total 20 100

Diet Hati yang disediakan UPM Perjan RSCM berupa makanan utama dan

makanan selingan. Menu dietnya bisa dilihat pada Lampiran 6, 7, dan 8. Selama

  56

diberikan pada pasien dengan kesulitan menelan, nafsu makan rendah, atau

sebagai perpindahan dari Diet Hati I sedangkan Diet Hati III diberikan pada

Page 72: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 72/99

sebagai perpindahan dari Diet Hati I sedangkan Diet Hati III diberikan pada

pasien dengan nafsu makan cukup, kondisinya cukup baik, atau sebagai

perpindahan dari Diet Hati II.

Diet Hati ada yang rendah garam dan tidak rendah garam. Diet Hati Rendah

Garam diberikan kepada pasien dengan asites (perut busung) berat dan

diuresisnya (kelancaran kencing) belum baik. UPM RSCM menyediakan Diet

Hati Rendah Garam hanya untuk Diet Hati Lunak atau Biasa. Menu Diet Hati dan

Diet Hati Rendah Garam sama hanya penambahan garam dapur pada sayur dan

lauk hewaninya berbeda.

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan diet hati rendah garam dan asites

Asites

Ya TidakTotalDiet Hati

Rendah Garamn % n % n %

Ya 2 10 1 5 3 15Tidak 8 40 9 45 17 85

Total 10 50 10 50 20 100

Ada 15% contoh yang mendapat Diet Hati Rendah Garam dengan 10%

mengalami asites hebat dan 5% menderita hipertensi. Sebanyak 40% contoh

dengan asites tidak mendapat Diet Hati Rendah Garam dengan alasan asites

ringan dan diuresisnya masih bisa diatasi dengan pemberian obat.

Ketersediaan Energi dan Protein Diet Hati

Rata-rata ketersediaan energi dan protein Diet Hati III Biasa lebih besar

daripada Diet Hati II Saring (Tabel 14). Hal ini dimungkinkan oleh jenis

makanan pada Diet Hati III yang lebih lengkap daripada Diet Hati II. Diet Hati III

terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran, dan buah

sedangkan pada Diet Hati II hanya terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, dan

buah.

Rata-rata ketersediaan energi dan protein Diet Hati III Biasa lebih besar

  57

sesuai dengan standar kandungan energi dan protein yang dikeluarkan rumah sakit

(Tabel 15).

Page 73: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 73/99

( )

Tabel 14 Rata-rata ketersediaan energi dan protein contoh per hari berdasarkan jenis diet hati

Kandungan Zat Gizi

Zat Gizi Diet Hati II

Saring

Diet Hati III

Lunak

Diet Hati III

Biasa

Energi (kkal) 1884±164 1733±143 1901±125

Protein (g) 54,1±5,4 62,2±7,3 65,3±4,4

Apabila rata-rata ketersediaan energi-protein Diet Hati (Tabel 14)dibandingkan dengan standar kandungan energi-protein makanan rumah sakit

(Tabel 15) maka nilainya tidak sama. Perbedaan ini dimungkinkan oleh

pemorsian makanan yang tidak sesuai standar sebab sulit untuk menyamakan

 jumlah dan besar potongan bahan makanan setiap porsi makanan. Meskipun

demikian, ketersediaan energi dan protein Diet Hati dirasa sudah sesuai dengan

alokasi biaya makanan yang dianggarkan rumah sakit.

Tabel 15 Kandungan energi dan protein makanan biasa, makanan lunak, dan

makanan saring kelas III per hari

Kandungan Zat Gizi

Zat Gizi Makanan

Saring

Makanan

Lunak

Makanan

Biasa

Energi (Kkal) 1765 1745 2048

Protein (g) 50,0 72,7 71,3Sumber: UPM Perjan RSCM (2001)

Konsumsi Energi dan Protein Contoh 

Konsumsi energi dan protein contoh berasal dari tiga sumber. Sumber

tersebut yaitu Diet Hati, makanan luar, dan cairan infus.

Tabel 16 Rata-rata konsumsi energi dan protein contoh per hari

Konsumsi Zat GiziSumber Energi dan Protein

Energi (Kkal) Protein (g)

Diet Hati

DH II Saring 1299±337 35,3±10,9

DH III Lunak 1145±343 44 7±16 1

  58

Konsumsi Energi dan Protein Diet Hati

Konsumsi energi Diet Hati contoh per hari antara 518 sampai 1947 Kkal

Page 74: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 74/99

g p p

dengan rata-rata 1293±374 Kkal. Energi harus dikonsumsi dalam jumlah yang

cukup agar sintesis protein dapat berlangsung dan penggunaan asam amino untuk

memenuhi kebutuhan energi dapat dicegah (Nelson et al. 1994).

Konsumsi protein Diet Hati per hari yaitu antara 22,5 sampai 65,2 gram

dengan rata-rata 43,2±14,9 gram. Konsumsi protein yang cukup diperlukan untuk

memperbaiki kondisi malnutrisi yang ditemukan pada sebagian besar penderita

penyakit hati serta mencegah terjadinya Koma Hepatik pada pasien yang

mengalami intoleransi protein (Nelson et al. 1994). 

Konsumsi Energi dan Protein Makanan Luar

Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi makanan luar

TotalKonsumsi Makanan Selain dari Rumah Sakit

n %Ya 17 85

Tidak 3 15

Total 20 100

Sebagian besar contoh (85%) mengkonsumsi makanan selain yang

disediakan rumah sakit (makanan luar). Rata-rata konsumsi energi makanan luar

203±213 Kkal dan rata-rata konsumsi protein makanan luar 6,1±6,7 gram.

Contoh mengkonsumsi makanan luar dengan alasan :

•  ingin makan makanan tertentu,

•  sudah merasa lapar tetapi makanan belum datang,

•  masih merasa lapar meskipun sudah menghabiskan makanan dari rumah sakit,

•  meneruskan kebiasaan makan makanan tertentu seperti saat tinggal di rumah,

atau

•  mengikuti saran dokter/salah satu anggota keluarga untuk mengkonsumsi

makanan tertentu.

  59

 jajanan. Makanan tersebut yaitu nasi, arem-arem, bubur ayam, bubur sum-sum,

ayam goreng, hati ayam, tempe, telur ayam kampung, telur ayam ras, pisang

Page 75: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 75/99

emas, pisang ambon, jus melon, apel merah, jeruk medan, jeruk mandarin,

kelengkeng, anggur, pir, semangka, Hepatosol, susu tinggi kalsium, susu  full

cream, susu non fat, susu kental manis, bubur kacang hijau, roti tawar, roti keju,

roti coklat, roti nanas, roti isi kelapa, biskuit, malkist, wafer, kue mangkok, putu

ayu, talam, kelepon, dan agar-agar.

Konsumsi Energi dan Protein Cairan InfusMacam cairan infus yang diberikan pada contoh selama penelitian yaitu

asering (larutan elektrolit), dextrose 5% (larutan infus karbohidrat), KAEN 3B

(larutan rumatan), NaCl 0,9% (larutan elektrolit), albumin 20% (larutan protein),

serta Triofusin 500 dan Triofusin E 1000 (larutan infus karbohidrat). Sebanyak

65% contoh mendapatkan infus selama diteliti. Hanya 35% contoh yang tidak

memakai infus. Rata-rata konsumsi energi dari cairan infus per hari sebesar

69±123 Kkal dan rata-rata konsumsi protein dari cairan infus per hari sebesar

1,0±4,4 gram. Menurut Wattlers et al.(1995) diacu dalam Karsono (2000), cairan

infus dapat menggantikan kehilangan cairan tubuh akut (resusitasi), memelihara

keseimbangan cairan tubuh dan zat gizi (rumatan), serta menjaga akses ke vena

untuk pemberian obat.

Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan jenis infus

TotalJenis Infus

n %

Asering 1 5

Dextrose 5 % 1 5

KAEN 3B 1 5

NaCl 0.9 % 3 15

NaCl 0.9 % + Dextrose 5 % 4 20

NaCl 0.9 % + Albumin 20% 1 5NaCl 0.9 % + Triofusin 500 1 5

NaCl 0.9 % + Dextrose 5 % +KAEN3B+Triofusin E 1000 1 5

Tidak pakai infus 7 35

Total 20 100

  60

maksimum tingkat ketersediaan energi dan protein terhadap kebutuhan energi dan

protein contoh masing-masing sebesar 105% (normal) dan 131% (di atas

Page 76: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 76/99

kebutuhan) sedangkan nilai minimumnya masing-masing sebesar 60% (defisit)

dan 57% (defisit).

Tabel 19 Rata-rata tingkat ketersediaan energi dan protein terhadap kebutuhan

energi dan protein

Tingkat Ketersediaan

terhadap Kebutuhan

(% angka kebutuhan)

Rata-rata Nilai Maksimum Nilai Minimum

Energi 78±12 105 60Protein 81±18 131 57

Makanan yang disediakan rumah sakit belum bisa memenuhi kebutuhan

contoh secara maksimum meskipun ragam makanannya dirasa sudah sesuai

dengan alokasi biaya makanan rumah sakit. Hal ini terlihat dari sebagian besar

contoh yang tergolong defisit pada tingkat ketersediaan energi terhadap kebutuhan

energi (85%) dan tingkat ketersediaan protein terhadap kebutuhan protein (75%).

Kondisi tersebut mungkin terjadi karena penyediaan makanan contoh tidak

didasarkan pada perhitungan kebutuhan gizi perorangan. Penyediaan makanan

hanya didasarkan pada jenis dietnya saja dengan merujuk pada kondisi kesehatan

contoh. Masing-masing jenis Diet Hati mempunyai standar pembagian bahan

makanan dan nilai gizi tertentu.Pemorsian makanan yang tidak sesuai dengan standar juga memungkinkan

terjadinya penyediaan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan contoh.

Standar pemorsian makanan disusun dalam satuan gram sedangkan pemorsian

makanan dilakukan menggunakan ukuran rumah tangga. Oleh karena itu, sulit

didapatkan pemorsian yang sesuai dengan standar.

Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan tingkat ketersediaan energi dan proteinterhadap kebutuhan energi dan protein

Energi ProteinTingkat Ketersediaan terhadap Kebutuhan

n % n %

  61

Tingkat Konsumsi Energi dan Protein terhadap Ketersediaan Energi dan

Protein

R t t ti k t k i i d t i t h d k t di i

Page 77: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 77/99

Rata-rata tingkat konsumsi energi dan protein terhadap ketersediaan energi

dan protein contoh masing-masing sebesar 71±17% dan 72±19%. Tingkat

konsumsi energi terhadap ketersediaan energi berkisar antara 29% sampai 98%

sedangkan tingkat konsumsi protein terhadap ketersediaan protein berkisar antara

35% sampai 99%.

Tabel 21 Rata-rata tingkat konsumsi energi dan protein terhadap ketersediaan

energi dan protein

Tingkat Konsumsi

terhadap Ketersediaan

(% angka ketersediaan)

Rata-rata Nilai Maksimum Nilai Minimum

Energi 71±17 98 29

Protein 72±19 99 35

Tingkat konsumsi energi dan protein terhadap ketersediaan energi dan

protein sebagian besar contoh yaitu 85% untuk energi dan 80% untuk proteintergolong defisit tingkat berat, sedang, dan ringan. Bahkan 50% contoh tergolong

defisit tingkat berat (Tabel 22). Contoh tidak mampu menghabiskan makanan

yang disediakan rumah sakit dengan alasan perutnya terasa begah setelah makan

beberapa suap, mual, sedang tidak selera makan, atau tidak cocok dengan rasa

makanannya. Menurut Noer (2003), keadaan anoreksia, mual, atau pembesaran

abdomen yang mengganggu dalam mengkonsumsi makanan dapat diatasi dengan

memberikan makanan lebih sering dalam jumlah yang kecil. Misalnya 4 sampai 6

kali pemberian makanan dalam sehari. Apabila cara di atas dirasa belum cukup

maka bisa dibantu dengan makanan tambahan yang dapat berupa larutan yang

mengandung 1-1,5 kkal/ml.

Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan tingkat konsumsi energi dan proteinterhadap ketersediaan energi dan protein

Energi ProteinTingkat Konsumsi terhadap Ketersediaan

n % n %

Derfisit Tingkat Berat 10 50 10 50

  62

Tingkat Konsumsi Energi dan Protein terhadap Kebutuhan Energi dan

Protein

Rata rata tingkat konsumsi energi terhadap kebutuhan energi contoh sebesar

Page 78: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 78/99

Rata-rata tingkat konsumsi energi terhadap kebutuhan energi contoh sebesar

67±22% dengan nilai maksimum 118% (normal) dan nilai minimum 29% (defisit

tingkat berat). Rata-rata tingkat konsumsi protein terhadap kebutuhan protein

contoh sebesar 66±22% dengan nilai maksimum 107% (normal) dan nilai

minimum 32% (defisit tingkat berat).

Tabel 23 Rata-rata tingkat konsumsi energi dan protein terhadap kebutuhan

energi dan protein

Tingkat Konsumsi

terhadap Kebutuhan

(% angka kebutuhan)

Rata-rata Nilai Maksimum Nilai Minimum

Energi 67±22 118 29

Protein 66±22 107 32

Tingkat konsumsi energi dan protein terhadap kebutuhan energi dan

protein mayoritas contoh (60%) tergolong defisit tingkat berat. Kondisi tersebutmenunjukkan bahwa konsumsi contoh masih rendah sehingga belum bisa

mencukupi kebutuhan energi dan proteinnya. Ini bisa terjadi karena 70% contoh

berada dalam kategori defisit tingkat berat dan sedang untuk tingkat konsumsi

energi terhadap ketersediaan energi. Disamping itu, 55 % contoh juga berada

dalam kategori defisit tingkat berat dan sedang untuk tingkat konsumsi protein

terhadap ketersediaan protein (Tabel 22).

Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan tingkat konsumsi energi dan protein

terhadap kebutuhan energi dan protein

Energi ProteinTingkat Konsumsi terhadap Kebutuhan

n % n %

Derfisit Tingkat Berat 12 60 12 60

Defisit Tingkat Sedang 3 15 1 5

Defisit Tingkat Ringan 3 15 5 25Normal 2 10 2 10

Di atas kebutuhan 0 0 0 0

Total 20 100 20 100

  63

kurang disukai contoh diakibatkan dari penggunaan bumbu masakan yang jenis

dan jumlahnya terbatas, terutama garam dapur dan bumbu-bumbu yang dapat

Page 79: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 79/99

merangsang saluran cerna meskipun bumbu tersebut mampu meningkatkan nafsumakan. Suhu makanan sumber karbohidrat utama seperti nasi/bubur sum-

sum/bubur havermout, lauk hewani/nabati, dan sayur yang sebaiknya disajikan

dalam keadaan panas biasanya sudah menjadi dingin saat diterima pasien. Hal ini

dimungkinkan oleh jarak bangsal dan UPM yang cukup jauh. Selain itu, makanan

dari UPM sudah diporsikan ke dalam plato sehingga luas permukaannya lebih

lebar dan cepat dingin.

Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan penilaian terhadap atribut makanan pada

waktu makan pagi

Skala Penilaian

Tidak Suka Kurang Suka SukaTotal

Atribut Makanan

n % n % n % n*)  %

Bentuk - 0,0 2 3,3 58 96,7 60 100

Warna - 0,0 4 6,7 56 93,3 60 100Tekstur 2 3,3 5 8,3 53 88,3 60 100

Bau 2 3,3 6 10,0 52 86,7 60 100

Rasa 4 6,7 18 30,0 38 63,3 60 100

Suhu 2 3,3 18 30,0 40 66,7 60 100Kebersihan alat makan - 0,0 3 5,0 57 95,0 60 100

*) n = 1 makan pagi x 3 hari x 20 orang

Penilaian contoh terhadap atribut makanan pada waktu makan siang (Tabel

26) lebih baik daripada makan pagi (Tabel 25). Ini terlihat dari contoh yang

menilai suka terhadap berbagai atribut makanan yang ditanyakan pada waktu

makan siang lebih banyak daripada makan pagi

Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan penilaian terhadap atribut makanan pada

waktu makan siang

Skala Penilaian

Tidak Suka Kurang Suka Suka

Total

Atribut Makanann % n % n % n*)  %

Bentuk - 0,0 - 0,0 60 100,0 60 100

Warna - 0,0 1 1,7 59 98,3 60 100Tekstur - 0,0 2 3,3 58 96,7 60 100

B 0 0 1 1 7 59 98 3 60 100

  64

Daya Terima Berdasarkan Waktu Makan

Sebagian besar contoh memiliki daya terima tinggi pada waktu makan pagi

Page 80: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 80/99

(90%). Bahkan 100% contoh memiliki daya terima tinggi pada waktu makansiang. Pada waktu makan pagi contoh cenderung memiliki daya terima yang lebih

rendah daripada makan siang. Hal ini terlihat dari contoh dengan daya terima

sedang pada waktu makan pagi lebih banyak daripada makan siang. Selain itu,

penilaian atribut makanan pada waktu makan pagi kurang baik dibandingkan

dengan makan siang (Tabel 25 dan 26).

Tabel 27 Sebaran daya terima contoh terhadap diet hati berdasarkan waktu makan

Waktu Makan

Pagi SiangDaya Terima

n % n %

Rendah - 0 - 0

Sedang 2 10 - 0

Tinggi 18 90 20 100

Total 20 100 20 100

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan 

Page 81: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 81/99

p

Pada penelitian ini mayoritas contoh termasuk dalam kategori umur dewasa

menengah. Contoh yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada

perempuan. Jenis penyakit hati yang diderita contoh dari yang paling banyak

yaitu sirosis hati, hepatoma, dan hepatitis. Pendidikan contoh paling banyak

tamat SMA/sederajat. Pekerjaan yang paling banyak dimiliki contoh yaitu PNS.

Malnutrisi protein (kwashiorkor) dan malnutrisi ringan paling banyak ditemukanpada contoh. Separuh dari contoh yang diteliti sedang menjalani rawat inap

selama 5-10 hari.

Kebutuhan energi contoh per hari berkisar antara 1800-2900 kkal dengan

rata-rata 2459±258 kkal pada laki-laki dan 1967±208 kkal pada perempuan.

Kebutuhan protein per hari berkisar antara 49,5-98,6 gram dengan rata-rata

80,4±14,9 gram pada laki-laki dan 64,2±12,8 gram pada perempuan.

Diet Hati yang disediakan UPM untuk contoh berupa Diet Hati I Cair, Diet

Hati II Saring, Diet Hati III Lunak, dan Diet Hati III Biasa dalam bentuk rendah

garam dan tidak rendah garam. Diet Hati III paling banyak diterima contoh

sebelum dan saat diteliti. Diet Hati Rendah Garam hanya diberikan pada sebagian

kecil contoh. Pada saat contoh diteliti rata-rata ketersediaan energi Diet Hati IISaring 1884±164 kkal, Diet Hati III Lunak 1733±143 kkal, dan Diet Hati III Biasa

1901±125 kkal sedangkan rata-rata ketersediaan protein Diet Hati II Saring

54,1±5,4 gram, Diet Hati III Lunak 62,2±7,3 gram, dan Diet Hati III Biasa

65,3±4,4 gram.

Konsumsi energi contoh berasal dari konsumsi Diet Hati, makanan luar,

dan cairan infus. Sebagian besar contoh mengkonsumsi makanan luar dan cairan

infus. Contoh rata-rata mengkonsumsi energi 1565±710 kkal per hari dan protein

50,3±26,0 gram per hari. Rata-rata konsumsi energi per hari dari Diet Hati

  66

energi dan protein terhadap ketersediaan energi dan proteinnya tergolong defisit

tingkat berat. Mayoritas contoh tergolong defisit tingkat berat pada tingkat

Page 82: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 82/99

konsumsi energi dan protein terhadap kebutuhan energi dan proteinnya.Pada umumnya contoh menyukai semua atribut makanan penentu daya

terima terhadap Diet Hati. Rasa yang kurang enak dan suhu makanan yang dingin

menyebabkan atribut rasa dan suhu paling kurang disukai contoh. Daya terima

terhadap Diet Hati dengan kategori tinggi dimiliki sebagain besar contoh pada

waktu makan pagi dan seluruh contoh pada waktu makan siang. Daya terima

contoh terhadap Diet Hati pada waktu makan siang labih baik daripada makan

pagi.

Saran

1. 

Pasien tanpa intoleransi protein (kondisi keseluruhan baik) yang

memerlukan Diet Hati cair setelah menjalani tindakan medis sebaiknya tidak

diberi Diet Hati I. Akan tetapi, bisa langsung mendapatkan Diet Hati II, III,

atau IV yang berbentuk cair sesuai dengan kondisi pasien tersebut agar

terpenuhi kebutuhan energi dan proteinnya.

2.  Tenaga medis (dokter/dokter muda) perlu berperan aktif dalam memberikan

penjelasan kepada pasien dan keluarganya tentang pentingnya terapi diet

yang berkaitan dengan penyakit pasien sehingga dapat mempercepat masa

penyembuhan.

3. 

Ahli gizi perlu meningkatkan frekuensi pemberian konseling gizi sehingga

memotivasi pasien untuk makan dan menghabiskan makanan yang

disediakan rumah sakit.

4. 

UPM sebaiknya mengkaji kembali standar nilai gizi yang ditetapkan untuk

masing-masing jenis Diet Hati agar bisa memenuhi kebutuhan gizi pasien

secara perorangan.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, N. 2002. Zat Pewarna dan Pengawet Makanan Pemicu Sirosis Hepatis.

Page 83: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 83/99

http:// www.tempo.co.id/medika/arsip/062002/fig-1.htm [23 Sep 2004].

Almatsier S. 1992. Pelayanan gizi rumah sakit dan perkembangan ilmu serta

teknologi. Gizi Indonesia 17: 97-104.

Almatsier S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Almatsier S, Jus’at I, Akmal N. 1992. Persepsi pasien terhadap makanan di

rumah sakit (Survei pada 10 rumah sakit di DKI Jakarta). Gizi Indonesia 

17: 87-96.

[Anonim]. 2003. Pedoman Cairan Infus. Ed Rev VIII. Jakarta: Otsuka

Indonesia.

[Anonim]. 2004. Sirosis: Merusak Semua Fungsi Hati. Sehat Plus 2(12): 24-27.

[Bagian Gizi RSCM, Persagi] Bagian Gizi Rumah Sakit Dr. Cipto

Mangunkusumo dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 2002. Penuntun Diit .

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Budiarto E. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran: Sebuah Pengantar 

.Jakarta: EGC.

Budihusodo U. 2004. Liver Vailure and Clinical Nutrition.

http://www.kalbe.co.id/kfportal.nsf/0/c09837f54f7f545047256e3000269f69

?OpenDocument&Autoframed&Click= [ 23 Sep 2004].

Budiyanto MAK. 2002.  Dasar-dasar Ilmu Gizi. Malang: Universitas

Muhammadiyah Malang.

Chairulsjah. 2004. Prevalensi Hepatitis Masih Tinggi.http://www.sinarharapan.co.id/nasional/2004/s0405.html [25 Feb 2005] .

Corwin EJ. 2001.  Buku Saku Patofisiologi. Pendit BU, penerjemah); Jakarta:

EGC. Terjemahan dari: Handbook of Pathophysiology.

Dalimartha S. 2004.  Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis. Jakarta:

Penebar Swadaya.

[Depdikbud] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Ed ke-2. Jakarta: Balai Pustaka.[Dir. BGM] Direktorat Bina Gizi Masyarakat. 1996.  Laporan Akhir Survei

Konsumsi Gizi Tahun 1995. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

  68

[Dir. Jen. Yan. Medik] Direktorat Jendral Pelayanan Medik. 2000. Statistik

 Rumah Sakit di Indonesia. Seri ke-3. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Page 84: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 84/99

Djojodibroto RD. 1997. Kiat Mengelola Rumah Sakit . Jakarta: Hipokrates.

Effendi, Y. H. 2002. Pengantar gizi kesehatan [diktat]. Bogor: Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Eschleman MM. 1996.  Introductory Nutrition and Nutrition Therapy. Ed ke-3.

Philapelphia: Lippincott.

Gibson RS. 1993.  Nutritional Assessment: A Laboratory Manual. New York:

Oxford Univ Pr.

Hardinsyah, Martianto D. 1992. Gizi Terapan. Bogor: Pusat Antar Universitas

Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Hardinsyah, Setiawan B, Marliyati SA. 1988.  Aspek Gizi dan Daya Terima Menu

dengan Pangan Pokok Beragam dalam Upaya Penganekaragaman

Konsumsi Pangan. Bogor: Laboratorium Gizi Masyarakat, Pusat Antar

Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Hartono A. 2000.  Asuhan Nutrisi Rumah Sakit: Diagnosis, Konseling, dan

Preskripsi. Jakarta: EGC.

Karsono S. 2000. Prinsip Terapi Cairan Intravena. Ed ke-1. Jakarta: Widatra

Bhakti.

Lesmana LA, Hasan I. 2001. Sirosis hati. Di dalam: Simadibrata M et al., editor.

Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:

Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. hlm 125-126.

Lieber CS. 1999. Nutrition in liver disorders. Di dalam: Shils ME, Olson JA,Shike M, Ross AC, editor.  Modern Nutrition in Health and Disease. Edke-9. Pennsylvania: Williams & Wilkins. hlm 1177-1189.

Mahan LK, Arlin MT. 1992. Krause’s Food, Nutrition, and Diet Therapy. Ed

ke-8. Philadelphia: WB Saunder.

Mansjoer A et al. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid ke-1. Ed ke-3.

Jakarta: Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.

Moehyi S. 1986.  Ilmu Gizi. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.

Moehyi S. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta:

Bhratara.

Moehyi S 1997 Pengaturan Makanan dan Diit untuk Penyembuhan Penyakit

  69

Nasoetion A. 1988. Cara Penilaian Kualitas Hidangan dan Konsumsi Pangan.

Bogor: Laboratorium Gizi Masyarakat, Pusat Antar Universitas Pangan dan

Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Page 85: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 85/99

Nasoetion A, Riyadi H, Mudjajanto ES. 1994.  Dasar-dasar Ilmu Gizi. Jakarta:Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Nelson JK, Moxness KE, Jensen MD, Gastineau CF. 1994.  Mayo Clinic Diet

 Manual: A Handbook of Nutrition Practices. Ed ke-7. Philadelphia:

Mosby.

Noer S. 2003. Gizi dan Penyakit Hati.

http://www.papdi.or.id/nutrisi/Nutrisi%2011%20gizi_dan_penyakit_hati.htm [23 Sep 2004].

Noras JU. 2000. Penilaian pasien terhadap pelayanan gizi di ruang rawat teratai

RSUP Fatmawati Jakarta [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

Papalia ED, Olds SW. 1986.  Human Development . New Yoerk: McGraw-Hill.

Pearce EC. 1999.  Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Handoyo SY,

penerjemah; Jakarta: Gramedia. Terjemahan dari:  Anatomy & Physiology for Nurses.

Ratnasari L. 2003. Daya terima makanan dan tingkat konsumsi energi-protein

pasien rawat inap penderita penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupatern Cilacap [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Bogor.

Rukmono, Manus MPB. 1989. Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. Di

dalam: Tim Penyusun, editor. Sejarah & Perjuangan RSCM-FKUI .

Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. hlm.

15-25.

Shulman ST, Phair JP, Sommers HM. 1994.  Dasar Biologis & Klinis Penyakit

 Infeksi. Wahab AS, penerjemah. Ed ke-4. Yogyakarta: Gajah Mada

University Pr. Terjemahan dari: The Biological & Clinical Basis of

 Infectious Diseases.

Singarimbun M. 1995. Metode dan poses penelitian. Di dalam: Singarimbun M,

Effendi S, editor.  Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. hlm 3-15.

Soeprapto. 1985.  Administrasi Rumah Sakit . Surabaya: Brata Jaya.

Sri L. 2004. Diet penyakit kanker. Di dalam: Almatsier S, editor. Penuntun Diet .

Ed Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm 201-204.

  70

Suhardjo, Hardinsyah, Riyadi H. 1988. Survei Konsumsi Pangan. Bogor: Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Sulaiman A, Julitasari. 1995.  Hepatitis A. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia.

Page 86: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 86/99

Sulaiman A, Kandun IN, Sastrosoewignjo RI, Budihusodo U. 1995.  Hepatitis B.

Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia.

Supariasa IPN, Bakri B, Fajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Sutardjo S. 2004. Pedoman menuju gizi seimbang. Di dalam: Almatsier S,

editor. Penuntun Diet . Ed Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm

12-26.

Tjiptoherijanto P. 1999. Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia. StudiIndonesia 9:1 [terhubung berkala]. http://psi.ut.ac.id/jsi/91prijono.htm [25

Feb 2005].

Tortora GJ, Anagnostakos NP. 1992. Principles of Anatomy and Physiology. Ed

ke-6. New York: Harper & Row.

Uripi V. 1993. Pengelolaan makanan di rumah sakit [diktat]. Bogor: Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Uripi V. 2001.  Menu untuk Penderita Hepatitis dan Gangguan SaluranPencernaan.  Jakarta: Puspa Swara.

Williams SR. 1995.  Basic Nutrition and Diet Therapy. Ed ke-10. St. Louise:

Mosby.

Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Yuliati LN. 2001. Manajemen jasa makanan dan gizi [diktat]. Bogor: Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Yunahar, H. 2004. Diet penyakit hati. Di dalam: Almatsier S, editor. Penuntun Diet . Ed Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm 120-129.

 

Page 87: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 87/99

LAMPIRAN

  72

Lampiran 1 Makanan yang boleh dan tidak boleh diberikan pada makanan

lunak

Golongan Bahan Makanan Makanan yang Boleh Diberikan Makanan yang Tidak Boleh

Diberikan

Page 88: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 88/99

DiberikanSumber karbohidrat Beras ditim, dibubur; kentang

direbus atau dipuree; makaroni,

mi, soun, misoa rebus; roti;

tepung beras, maizena,

hunkwee, havermout dibubur

atau dibuat puding

Nasi goreng, beras ketan,

bulgur, jagung, cantel, ubi,

singkong, tales

Sumber protein hewani Daging sapi, kerbau, ikan,

unggas direbus, dikukus,

disemur, ditim, dipanggang;

telur didadar, diceplok air,dicampur dalam makanan atau

minuman; keju, yogurt, susu

Daging berlemak banyak;

daging, ikan, telur digoreng;

ikan banyak duri; bandeng,

mujair, mas, selar, dansebagainya

Sumber protein nabati Tahu, tempe, oncom, direbus,

dikukus, dipanggang; kacang-

kacangan: kacang hijau, kacang

merah direbus dalam jumlah

terbatas; sari kedelai

Dalam bentuk digoreng

Lemak Mentega, margarin, minyak

goreng untuk menumis; santan

encer

Untuk menggoreng, santan

kental

Sayuran Sayuran yang tidak banyak

serat dan dimasak: bayam,

kangkung, kacang panjang,

buncis muda, oyong muda

dikupas, labu siam, labu

kuning, labu air, tomat, terubuk,

kembang kol dan ketimun yang

dikupas dan dikeluarkan bijinya

Sayuran mentah; sayuran

yang menimbulkan gas: kol,

sawi, lobak; sayuran yang

banyak serat: genjer, kapri,

daun singkong, daun kelor,

daun katuk, keluwih, melinjo,

pare, nangka muda, krokot

Buah-buahan Buah segar: pisang, pepaya, sari

sirsak, jeruk, mangga, sawo,dan alpukat; buah lain dimasak

dengan menghilangkan kulit

dan biji: nanas, jambu biji; buah

dalam kaleng dan sari buah

Buah-buahan yang banyak

mengandung serat dan/ataumenimbulkan gas: nangka,

durian, kedondong, nanas, dsb

Bumbu-bumbu Dalam jumlah terbatas: bumbu

dapur, pala, kayu manis, asam,

gula, garam

Cabe, merica, dan bumbu

lainnya yang merangsang

Minuman Teh encer, kopi encer, coklat,

susu, sirup

Minuman yang mengandung

alkohol : bir, wiski; minuman

yang mengandung gas: air

soda, limun, coca cola,

orange crush, dan sebagainya

Sumber: Bagian Gizi RSCM & Persagi (2002)

  73

Lampiran 2 Makanan yang boleh dan tidak boleh diberikan pada makanan

saring

Golongan Bahan makanan Makanan yang Boleh

Diberikan

Makanan yang Tidak Boleh

Diberikan

Page 89: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 89/99

Diberikan DiberikanSumbet karbohidrat Beras dibubur saring atau

dihaluskan; roti dipanggang;

krakers, biskuit; tepung-

tepungan: beras, maezena,

sagu, hunkwe, havermout

dibubur, dipuding, dsb; gula

pasir, sirup

Beas ketan, bulgur, jagung,

cantel, ubi, tales

Sumber protein hewani Daging giling saring atau

dihaluskan; telur ayam direbus

½ masak, diceplok air ataudicampur dalam makanan atau

minuman; susu

Daging berlemak; daging

digoreng; daging diawet;

dendeng, daging asap; ikandiawet; ikan banyak duri:

bandeng, mujahir, mas,

selar, dsb; telur digoreng

Sumber protein nabati Tahu giling, kacang hijau

saring atau dihaluskan; sari

dele

Sumber protein nabati lain

Lemak Mentega atau margarin dalam

 jumlah terbatas

Santan, minyak

Sayuran Sayurannyang rendah serat

dan disaring atau dihaluskan,seperti bayam, wortel, labu

kuning, labu siam

Sayuran mentah; sayuran

yang menimbulkan gas: kol,sawi, lobak; sayuran yang

banyak serat: genjer, kapri,

daun singkong, nangka

muda, keluwih, dsb

Buah-buahan Buah-buahan yang tidak

banyak dserat disaring atau

dihaluskan, seperti pepaya,

 jeruk, dsb

Buah-buahan yang banyak

serat dan/atau menimbulkan

gas: nangka, durian,

kedondonh, nanas, dsb

Bumbu-bumbu Bumbu yang tidak merangsang

dalam jumlah terbatas

Lombok, merica, dan

bumbu merangsang yanglain

Minuman Teh encer, kopi encer, coklat

dalam jumlah terbatas

Minuman yang

mengandung alkohol: bir,

wiski; minuman yang

mengandung gas: air soda,

minumjan botol ringan

(coca cola, fanta, dsb)

Sumber: Bagian Gizi RSCM & Persagi (2002)

  74

Lampiran 3 Makanan yang boleh dan tidak boleh diberikan pada diet rendah

garam

Golongan Bahan Makanan Makanan yang Boleh Diberikan Makanan yang Tidak Boleh

Diberikan

Page 90: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 90/99

DiberikanSumber karbohidrat Beras, bulgur, kentang,

singkong, terigu, tapioka,

hunkwee, gula, makanan yang

diolah dari bahan makanan

tersebut di atas tanpa garam

dapur dan soda seperti:

makaroni, mi, bihun, roti,

biskuit, kue kering, dan

sebagainya

Roti, biskuit dan kue-kue

yang dimasak dengan garam

dapur dan atau soda

Sumber protein hewani Daging dan ikan maksimum100 g sehari; telur maksimum 1

butir sehari; susu maksimum

200 g sehari

Otak, ginjal, lidah, sarden,keju; daging, ikan, dan telur

yang diawet dengan garam

dapur seperti: daging asap,

ham, bacon, dendeng, abon,

ikan asin, ikan kaleng, kornet,

ebi, udang kering, telur asin,

telur pindang, dan sebagainya

Sumber protein nabati Semua kacang-kacangan dan

hasilnya yang diolah dan

dimasak tanpa garam

Keju kacang tanah dan semua

kacang-kacangan dan hasilnya

yang dimasak dengan garamdapur dan lain ikatan natrium

Lemak Minyak, margarin tanpa garam,

mentega tanpa garam

Margarin dan mentega biasa

Sayuran Semua sayuran segar; sayuran

yang diawet tanpa garam dapur,

natrium benzoat, dan soda

Sayuran yang diawet dengan

garam dapur dan lain ikatan

natrium, seperti sayuran

dalam kaleng, sawi asin,

asinan, acar, dan sebagainya

Buah-buahan Semua buah-buahan segar;

buah-buahan yang diawet tanpagaram dapur, natrium benzoat

dan soda.

Buah-buahan yang diawet

dengan garam dapur dan lainikatan natrium

Bumbu-bumbu Semua bumbu-bumbu segar dan

kering yang tidak mengandung

garam dapur dan lain ikatan

natrium

Garam dapur, baking powder ,

soda kue, vetsin dan bumbu-

bumbu yang mengandung

garam dapur seperti: kecap,

terasi, maggi, saus tomat,

petis, tauco

Minuman Teh, kopi, minuman botol

ringan

Coklat

Sumber: Bagian Gizi RSCM & Persagi (2002)

  75

Page 91: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 91/99

  76

Lampiran 5 Struktur organisasi Unit Produksi Makanan Perjan RS Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta

Page 92: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 92/99

Lampiran 5 Struktur organisasi Unit Produksi Makanan Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Direktur Sarana & Prasarana

Manager III

UPM

Manager II Manager II OprasionalPerencanaan & Administrasi Pengolahan & Penyaluran Makanan

Pelaksana V Pelaksana IV Pelaksana IV Pelaksana V Pelaksana V Pelaksana V Pelaksana V Pelaksana IV Pelaksana IV

Pj Pj Pj Pj Pj Pj Pj Pj Pj

Makanan Kepegawaian Sarana & Pengembangan Penyediaan Pengolahan Pengolahan Pengolahan PengolahanSwadana Inventaris Alat Resep Makanan & Persiapan & Distribusi & Mutu Higiene & Makanan

Sanitasi Pegawai

Sumber: UPM Perjan RSCM (2004)

  77

Lampiran 6 Menu kelas III masakan diet dan masakan saring Perjan RSCM

Waktu MakanSiklusMenu Pagi Siang Sore

Hari

ke-I

Bubur sumsum+saus gula

merah (B, L, S)

Nasi (B), Bubur nasi (L),

Bubur sumsum+saus gula

Nasi (B), Bubur nasi (L),

Bubur sumsum+saus gula

Page 93: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 93/99

Telur rebus (B, L, S) merah/Bubur havermout+saus

santan (S)Daging bumbu sate manis (B,

L), Telur rebus (S)

Bihun goreng (B, L)Cah wortel (B, L)

Pisang Ambon (B, L, S)

merah/Bubur

havermout+saus santan (S)Ayam bumbu opor (B, L),

Telur rebus (S)

Tempe tumis (B, L)Sayur bening bayam (B, L)

Pepaya (B, L, S)

Hari

ke-II

Roti+gula aren (B, L)

Bubur sumsum+saus gulamerah (S)

Telur rebus (B, L, S)

Nasi (B), Bubur nasi (L),

Bubur sumsum+saus gulamerah/Bubur havermout+saus

santan (S)

Ikan panggang bumbu kuning

(B, L), Telur rebus (S)

Tahu bumbu tumis tanpa cabe(B, L)

Sayur asem (B, L)

Jeruk (B, L, S)

Nasi (B), Bubur nasi (L),

Bubur sumsum+saus gulamerah/Bubur

havermout+saus santan (S)

Telur bumbu semur (B, L),

Telur rebus (S)

Tempe bumbu tomat (B, L)Tumis kacang panjang+toge

(B, L)

Pisang ambon (B, L, S)

Harike-III

Bubur ayam (B, L), Bubursumsum+saus gula

merah/Bubur

havermout+saus santan (S)

Bawang goring, tongcay,

daun seledri (B, L)Ayam bumbu semur (B, L),

Telur rebus (S)

Nasi (B), Bubur nasi (L),Bubur sumsum+saus gula

merah/Bubur havermout+saus

santan (S)

Ayam laksa+kemangi (B, L),

Telur rebus (S)Tempe bacem (B, L)

Sup sayuran (B, L)Pepaya (B, L, S)

Nasi (B), Bubur nasi (L),Bubur sumsum+saus gula

merah/Bubur

havermout+saus santan (S)

Ikan panggang bumbu

kuning (B, L), Telur rebus(S)

Tahu semur (B, L)Sayur lodeh (B, L)Jeruk (B, L, S)

Hari

ke-IV

Nasi (B), Bubur nasi (L),

Bubur sumsum+saus gulamerah/Bubur

havermout+saus santan (S)

Telur dadar (B, L), Telurrebus (S)

Tumis kacang panjang (B, L)

Nasi (B), Bubur nasi (L),

Bubur sumsum+saus gulamerah/Bubur havermout+saus

santan (S)

Daging empal basah (B, L),Telur rebus (S)

Tempe bacem (B, L)Tumis buncis (B, L)

Pepaya (B, L, S)

Nasi (B), Bubur nasi (L),

Bubur sumsum+saus gulamerah/Bubur

havermout+saus santan (S)

Telur bumbu kuning (B, L),Telur rebus (S)

Mie goreng (B, L)Bening bayam (B, L)

Pisang ambon (B, L, S)

Hari

ke-V

Nasi (B), Bubur nasi (L),

Bubur sumsum+saus gulamerah/Bubur

havermout+saus santan (S)

Daging bumbu semur ( B,L), Telur rebus (S)

Cah wortel (B, L)

Nasi (B), Bubur nasi (L),

Bubur sumsum+saus gulamerah/Bubur havermout+saus

santan (S)

Ayam bumbu sapit (B, L),Telur rebus (S)

Tahu bacem (B, L)Tumis kacang panjang (B, L)

Jeruk (B, L, S)

Nasi (B), Bubur nasi (L),

Bubur sumsum+saus gulamerah/Bubur

havermout+saus santan (S)

Daging bumbu malbi (B, L),Telur rebus (S)

Mie goreng (B, L)Sup sayuran (B, L, S)

Pisang ambon (B, L, S)

Hari

ke-XXXI

Nasi (B), Bubur nasi (L),

Bubur sumsum+saus gulamerah/Bubur

h (S)

Nasi (B), Bubur nasi (L),

Bubur sumsum+saus gulamerah/Bubur havermout+saus

(S)

Nasi (B), Bubur nasi (L),

Bubur sumsum+saus gulamerah/Bubur

h (S)

  78

Lampiran 7 Menu selingan kelas III masakan diet dan masakan saring Perjan

RSCM

Waktu MakanJenis

Masakan

Siklus Menu

Siang MalamHari ke-I Agar-agar srikaya bumbu Cake tape Malkis

Page 94: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 94/99

Hari ke I Agar agar srikaya bumbu

spekuk

Cake tape Malkis

Hari ke-II Bubur kacang hijau Puding sagu ambon Biskuit

Hari ke-III Agar-agar coklat Lapis basah Roti bagelen

Hari ke-IV Puding maizena Zantar isi buah Malkis

Hari ke-V Bubur kacang hijau Balu zebra Roti bagelen

Masakan

Saring

Hari ke-XXXI Agar-agar srikaya bumbu

spekuk

Biskuat Creekers

Hari ke-I Puding agar-agar bumbu

spekuk

Pisang raja -

Hari ke-II Sus isi vla Pisang ambon -

Hari ke-III Agar-agar buah Cake marmer -

Hari ke-IV Puding maizena Jeruk -

Hari ke-V Puding cocktail Pepaya -

Masakan

Diet

Hari ke-XXXI Pepaya Puding cocktai -

Sumber: UPM Perjan RSCM (2001)

Keterangan :

• 

Menu selingan masakan saring untuk Diet Hati II Saring

• 

Menu selingan masakan diet untuk Diet Hati III Lunak dan Diet Hati IIIBiasa

  79

Lampiran 8 Standar makanan cair diet hati Perjan RSCM

Bahan Makanan Satuan DH I DH II DH III DH IV

Susu full cream gram - 80 40 150

Susu skim gram - - 80 150G l i 150 200 160 150

Page 95: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 95/99

Gula pasir gram 150 200 160 150

Maizena gram 20 20 20 20

Telur ayam butir - 1 1 -

Sirup gram 50 - - -

Nilai Gizi

Kalori Kkal 723 1296 1240 1910

Protein gram 1,83 30,3 48,4 94,2

Lemak gram 0,78 30,1 19,7 56,3Karbohidrat gram 183 231,8 221,4 276

Sumber: UPM Perjan RSCM (2000)

  80

Lampiran 9 Data kebutuhan energi-protein contoh berdasarkan jenis kelamin

Kebutuhan

Energi ProteinContoh Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

Page 96: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 96/99

a a e e pua a a e e pua

1 2400 - 57.6 -

2 2300 - 74.3 -

3 2700 - 94.5 -

4 2300 - 54.0 -

5 2300 - 75.6 -

6 2700 - 98.6 -

7 2700 - 87.8 -8 2900 - 97.2 -

9 - 1900 71.6

10 - 1800 71.6

11 - 2200 49.5

12 2400 - 81.0 -

13 2200 - 81.0 -

14 2700 - 87.8 -

15 2500 - 82.4 -16 2800 - 93.2 -

17 2400 - 75.6 -

18 1900 - 75.6 -

19 2300 - 98.6 -

20 2300 - 52.2 -

Rata-rata 2457 1900 81.5 72.0

Nilai maksimum 2900 2200 98.6 71.6

Nilai minimum 1900 1800 52.2 49.5Standar deviasi 274 208 14.6 13.0

Page 97: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 97/99

  82

Lampiran 11 Data konsumsi energi-protein contoh dari makanan luar

Konsumsi Makanan Luar

Energi Protein

Contoh Hari

ke-1

Hari

ke-2

Hari

ke-3

Hari

ke-1

Hari

ke-2

Hari

ke-3

Page 98: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 98/99

ke-1 ke-2 ke-3 ke-1 ke-2 ke-3

1 93 93 93 7.7 7.7 7.7

2 0 53 379 0.0 2.0 14.7

3 215 379 252 2.8 5.0 6.2

4 0 19 0 0.0 0.3 0.0

5 669 156 0 13.2 2.3 0.0

6 0 172 136 0.0 6.6 5.4

7 496 496 496 16.0 16.0 16.0

8 209 187 320 8.7 12.6 7.3

9 0 0 0 0.0 0.0 0.0

10 0 281 0 0.0 13.8 0.0

11 183 206 0 2.8 6.6 0.0

12 134 0 0 3.3 0.0 0.0

13 297 481 265 4.6 12.2 4.2

14 0 0 0 0.0 0.0 0.0

15 0 298 485 0.0 2.8 4.8

16 0 257 0 0.0 3.8 0.017 574 392 338 13.8 10.8 10.2

18 438 429 429 17.2 16.1 16.1

19 382 829 594 14.6 25.4 22.4

20 0 0 0 0.0 0.0 0.0

Rata-rata 203 6.1

Standar Deviasi 213 6.7

  83

Lampiran 12 Data konsumsi energi-protein contoh dari cairan infus

Page 99: 1, 20-23, 40.pdf

7/23/2019 1, 20-23, 40.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/1-20-23-40pdf 99/99

Konsumsi Cairan InfusJenis Cairan Infus

Energi ProteinContoh

Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3

1 NaCl 0.9% NaCl 0.9% NaCl 0.9% 0 0 0 0 0 0

2 - - - 0 0 0 0 0 0

3 NaCl 0.9% NaCl 0.9% - 0 0 0 0 0 0

4 NaCl 0.9% - NaCl 0.9% 0 0 0 0 0 0

5 - - - 0 0 0 0 0 0

6 NaCl 0.9% - Albumin 20% 0 0 0 0 0 20

7 NaCl 0.9%+Dextrose 5% NaCl 0.9%+Dextrose 5% NaCl 0.9%+Dextrose 5% 200 200 200 0 0 08 NaCl 0.9% NaCl 0.9%+Dextrose 5% Dextrose 5% 0 200 200 0 0 0

9 NaCl 0.9%+Triofusin 500 - NaCl 0.9% 250 0 0 0 0 0

10 Asering - - 0 0 0 0 0 0

11 - - - 0 0 0 0 0 0

12 - - - 0 0 0 0 0 0

13 - - - 0 0 0 0 0 0

14 - - - 0 0 0 0 0 0

15 Dextrose 5% Dextrose 5% Dextrose 5% 200 200 200 0 0 0

16 - Albumin 20%+NaCl 0.9% Albumin 20%+NaCl 0.9% 0 0 0 0 20 20

17 KAEN 3B KAEN 3B KAEN 3B 216 324 216 0 0 0

18 NaCl 0.9%+Dextrose 5% - NaCl 0.9% 400 0 0 0 0 0

19 - - - 0 0 0 0 0 020 NaCl 0.9%+Triofusin E 1000 KAEN 3B+Dextrose 5% KAEN 3B+Dextrose 5% 500 308 308 0 0 0

Rata-rata 69 1.0

Standar Deviasi 123 4.4