#08 bab ii

34
BAB II PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI KOTA DAN KEGIATAN PERDAGANGAN 2.1 Masyarakat Perkotaan Menurut R. Linton, seorang ahli antropologi mengemukakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya berpikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. Pada dasarnya pembangunan itu membutuhkan dukungan dan dorongan masyarakat karena pada intinya pembangunan itu ada karena masyarakat dan dimanfaatkan untuk masyarakat. 2.1.1 Fungsi Kota Kota mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting dan dominan dalam pertumbuhan ekonomi dan kehidupan masyarakat. Sangat penting fungsinya karena kota merupakan wadah konsentrasi permukiman penduduk dan berbagai kegiatan ekonomi sosial. Sangat dominan peranannya karena kota merupakan pintu gerbang masuknya segala pengaruh dan kemajuan yang berasal dari luar (Adisasmita, 2006: 159). Kota dapat berfungsi sebagai tempat pelayanan, pemasaran, kegiatan industri. Peribadatan, pendidikan, dan sebagainya (Jayadinata, 1999: 128). 4

Upload: muhammad-wildan

Post on 17-Sep-2015

246 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI KOTA DAN KEGIATAN PERDAGANGAN

TRANSCRIPT

BAB IIPENGERTIAN DAN KLASIFIKASI KOTA DAN KEGIATAN PERDAGANGAN

2.1 Masyarakat PerkotaanMenurut R. Linton, seorang ahli antropologi mengemukakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya berpikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. Pada dasarnya pembangunan itu membutuhkan dukungan dan dorongan masyarakat karena pada intinya pembangunan itu ada karena masyarakat dan dimanfaatkan untuk masyarakat.2.1.1 Fungsi Kota Kota mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting dan dominan dalam pertumbuhan ekonomi dan kehidupan masyarakat. Sangat penting fungsinya karena kota merupakan wadah konsentrasi permukiman penduduk dan berbagai kegiatan ekonomi sosial. Sangat dominan peranannya karena kota merupakan pintu gerbang masuknya segala pengaruh dan kemajuan yang berasal dari luar (Adisasmita, 2006: 159). Kota dapat berfungsi sebagai tempat pelayanan, pemasaran, kegiatan industri. Peribadatan, pendidikan, dan sebagainya (Jayadinata, 1999: 128).2.1.2 Karakteristik KotaMenurut Branch 1995, (Yuniar A. Rudi, 2011:26), jika setiap unsur kota ditinjau satu per satu secara terpisah, maka kota nampak tidak rumit. Namun pada hakekatnya kota memiliki berbagai komponen dan unsur, mulai dari komponen yang secara tidak terlihat, yaitu berupa kekuatan politik dan hukum yang mengarahkan kegiatan kota. Kota merupakan tempat yang dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, yang menggambarkan karakteristik, keragaman, dan kompleksitasnya, pembahasan mengenai karakteristik kota dan/atau kawasan perkotaan pada bagian ini sebagian besar didasarkan pada tinjauan yang telah dilakukan Branch, yang menguraikan kota secara fisik, sosial, ekonomi.2.1.3 Ciri Masyarakat PerkotaanCiri-ciri masyarakat Perkotaan secara umum ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat perkotaan, yaitu : Kehidupan keagamaannya berkurang, kadangkala tidak terlalu dipikirkan karena memang kehidupan yang cenderung kearah keduniaan saja, Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain (Individualisme). Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota. Jalan kehidupan yang cepat di kota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu. Perubahan-perubahan tampak nyata di kota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.Perbedaan ciri antara kedua sistem tersebut dapat diungkapkan secara singkat sebagai berikut:

Tabel 1Perbedaan Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat KotaMasyarakat PedesaanMasyarakat Kota

1. Perilaku homogen2. Yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan3. Perilaku yang berorientasi pada tradisi dan status4. Isolasi sosial, sehingga static5. Kesatuan dan kebutuhan kultural6. Banyak ritual dan nilai-nilai sakral Perilaku heterogen Yang dilandasi oleh konsep pengendalian diri dan kelembagaan Perilaku yang berorientasi pada rasionalitas dan fungsi Mobilitas sosial, sehingga dinamik Kebauran dan diversifikasi kultural Birokrasi fungsional dan nilai-nilai sekular individualisme

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa sebab-sebab itu sumbernya mungkin ada yang terletak di dalam masyarakat itu sendiri antara lain yaitu faktor-faktor:a. bertambah atau berkurangnya pendudukb. penemuan-penemuan baruc. pertentangan dalam masyarakat revolusi dalam masyarakatAda pula sebab-sebab perubahan sosial dan kebudayaan yang letaknya di luar masyarakat, yaitu yang datangnya sebagai pengaruh dari masyarakat lain atau dari alam sekitarnya; antara lain meliputi gempa bumi/banjir/topan, peperangan dan pengarah kebudayaan masyarakat lain. Karena hal inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku yang baru.2.1.4 Unsur Pertumbuhan KotaPenduduk di tiap-tiap perkotaan dapat bertambah melalui dua cara yaitu: melalui pertambahan alami (selisih angka kelahiran dan kematian) dan melalui perpindahan penduduk (migrasi).Pengertian kota dapat diukur berdasarkan jumlah penduduknya. Kriteria ini banyak digunakan para ahli dalam mendefinisikan istilah kota. Dalam berbagai literatur dinyatakan bahwa ukuran dari kota adalah jumlah penduduknya. Istilah kota, kemudian dikelompokkan berdasarkan jumlah penduduknya. Istilah ini juga dipakai di Indonesia, sehingga kota ada tingkatannya menjadi: Kota kecil, bila jumlah penduduknya antara 20.000 50.000 jiwa. Kota sedang, bila jumlah penduduknya antara 50.000 100.000 jiwa. Kota besar, bila jumlah penduduknya antara 100.000 1.000.000 jiwa. Kota metropolitan, bila penduduknya antara 1.000.000 10 juta jiwa. Kota megalopolis (megapolitan), bila penduduknya lebih dari 10.000.000 jiwa.Adapun faktor-faktor yang mendorong arus penduduk dari desa ke kota adalah tingkat pendapatan perorangan meningkat, pertambahan pendapatan cenderung dibelanjakan terutama untuk barang-barang non-pertanian, dan produksi dan konsumsi berdayaguna di perkotaan. Perkembangan masyarakat kota juga didorong oleh banyak faktor, yaitu: Pertambahan penduduk kota itu sendiri sudah menambah gengsi kepada warganya. Kontak sosial antara manusianya yang beraneka itu bersifat mengharuskan. Tanpa itu manusia akan merasa hidup terpencil. Penemuan mesin dan tenaga uap ditambah lagi dengan penggunaan modal besar dalam usaha dagang dan industri menciptakan pabrik-pabrik besar. Hal ini dapat menarik banyak tenaga kerja dari daerah pertanian melalui tingginya upah dan aneka jaminan sosial. Peranan transportasi dan komunikasi besar di kota. Dua itu yang menjamin kekompakan kehidupan masyarakat kota. Jika itu macet maka segala kegiatan akan menjadi lumpuh. Kesempatan untuk maju dan berhasil lebih banyak tersedia di kota dibandingkan di desa. Kota menawarkan fasilitas kesehatan dan pendidikan yang yang cukup sebagai sarana kenaikan jenjang sosial.

2.2 Pengertian dan Klasifikasi Kegiatan Perdagangan2.2.1Pengertian Kegiatan PerdaganganKegiatan perdagangan dalam perekonomian suatu kota secara umum dijalin oleh 3 (tiga) faktor yang mempunyai arti penting di dalam kehidupan suatu kota yaitu produksi, distribusi dan konsumsi. Ketiga kegiatan utama tersebut merupakan mata rantai yang saling berkaitan satu sama lain. (Ratcliff dalam Mangasi.H.S.T.Siagian. 2000:19).Kegiatan produksi merupakan kegiatan menghasilkan barang dan jasa dari bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Pihak yang melakukan kegiatan produksi ini disebut produsen. Kegiatan konsumsi merupakan kegiatan permintaan dari pihak yang memakai/menghasilkan barang/jasa. Pihak ini biasa disebut konsumen. Sedangkan kegiatan distribusi ialah kegiatan yang menghubungkan atau mempertemukan kegiatan produksi dengan kegiatan konsumen. Kegiatan inilah yang kemudian lebih dikenal sebagai kegiatan perdagangan kegiatan utama distribusi ini dilakukan oleh pihak yang disebut sebagai pedagang.2.2.2Klasifikasi Kegiatan PerdaganganKegiatan perdagangan dapat diklasifikasikan berdasarkan volume barang yang dijual. bentuk/tempat, jenis komoditas yang dijual, cara transaksi barang dan lain-lain. Berikut ini dijelaskan uraian mengenai klasifikasi di atas.a. Berdasarkan volume barang yang dijualBerdasarkan volume barang yang dijual, kegiatan perdagangan dibagi atas perdagangan grosir dan perdagangan eceran. Perdagangan grosir adalah perdagangan yang memperjualbelikan komoditas dalam partai atau skala yang besar dan konsumennya merupakan konsumen pertama yang akan mendistribusikan lagi kepada konsumen berikutnya. Sedangkan perdagangan eceran adalah perdagangan yang memperjualbelikan komoditas dalam partai kecil dan konsumennya merupakan konsumen akhir yang langsung memakai komoditas tersebut untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.Menurut Kotler, perdagangan eceran adalah semua perdagangan yang berkenaan dengan penjualan barang-barang dan jasa-jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi, bukan penggunaan bisnis. Hal ini sesuai dengan jumlah yang diperlukan untuk konsumen akhir seperti kebutuhan rumah tangga untuk langsung dikonsumsi. Meskipun definisi perdagangan eceran mencakupi barang dan jasa, namun pada umumnya ia lebih mengutamakan barang yang kongkrit (tangible goods). Didalamnya tidak tercakup jasa-jasa seperti listrik, jasa komunikasi ataupun hiburan. (Duddy Sujudi, 1974 : 9).b. Berdasarkan cara distribusi barangBerdasarkan cara distribusi barang kegiatan perdagangan dibagi atas 2 cara. Cara pertama adalah penjual mendatangi lokasi konsumen, sedangkan cara kedua adalah konsumen mendatangi lokasi penjual. Khusus untuk cara kedua, para pedagang akan menempati lokasi-lokasi dalam ruang yang menguntungkan dan strategis.c. Berdasarkan jenis komoditas yang dijualBerdasarkan jenis komoditas yang dijual menurut kegiatan perdagangan dapat digolongkan menjadi 3 yaitu :1. Kegiatan perdagangan komoditas primerMerupakan jenis perdagangan komoditas yang dibutuhkan sehari-hari seperti beras, sayur mayur, bumbu masak, daging, telur, buah-buahan dan sebagainya. Frekuensi pembelian harian tinggi dan volume pembelian komoditas ini biasanya dalam limit yang relatif kecil.2. Kegiatan perdagangan komoditas sekunderMerupakan komoditas yang mempunyai sifat pelayanan kebutuhan tidak teratur, dalam arti frekuensi pembelian tidak tetap, dimana rasa kebutuhan timbul dalam selang waktu tertentu. Komoditas ini dapat dikatakan agak jarang dibeli, akan tetapi pembeli akan sanggup mendapatkannya ke lokasi kegiatan walaupun jaraknya relatif jauh. Kelompok komoditi sekunder terdiri atas komoditas sandang dan kelontongan mahal seperti pakaian, sepatu, tekstil, alat-alat rumah tangga, buku dan alat-alat tulis, dan sebagainya.3. Kegiatan perdagangan komoditas tersierKegiatan perdagangan komoditas tersier memiliki karakteristik pelayanan kebutuhan penduduk yang jarang sekali dibeli dan biasanya dibeli oleh penduduk yang benar-benar perlu dan cukup mampu, seperti perhiasan, televisi, dan komoditi mewah/lux lainnya. (Sam Sumaji, 1968 : 2)Selanjutnya dan perbedaan jenis barang, pola lokasi kegiatan perdagangan di Kota Tasikmalaya dapat digolongkan : Pusat Perdagangan KotaKegiatan perdagangan cenderung berlokasi di pusat kota terdiri atas kegiatan perdagangan eceran barang-barang kebutuhan tersier, sekunder, primer dan perdagangan jasa. Kegiatan perdagangan yang berbeda di daerah pusat kota, di mana alun-alun sebagai inti dari pusat perdagangan ini, selain melayani kebutuhan penduduk yang ada di sekitarnya, melayani pula bagi keseluruhan penduduk kota, bahkan penduduk di sekitar wilayah kota. Pusat Perdagangan WilayahLokasi pusat perdagangan cenderung menyebar di daerah-daerah perumahan atau pada daerah transisi, tetapi masih berlokasi pada jalan-jalan utama kota dan umumnya berada pada daerah-daerah dengan aksesibilitas yang baik serta tidak terlalu jauh dari tempat kediaman penduduk. Kegiatan perdagangan disini melayani beberapa lingkungan perumahan atau lingkungan perumahan yang termasuk dalam bagian-bagian wilayah kota, jenis barang yang diperdagangkan sudah terbatas pada barang-barang kebutuhan primer dan sekunder. Pusat Perdagangan LingkunganLokasi perdagangan ini tersebar pada lingkungan-lingkungan perumahan penduduk dengan inti kegiatan adalah pasar-pasar lingkungan yang melayani lingkungan perumahan sebagai pelayanan lokal dan jenis barang yang diperdagangkan hanya berupa barang-barang kebutuhan sehari-hari atau jenis barang-barang primer (Sam Sumaji, 1968 :22).

2.3 Sejarah pasar dan perkembangan pasarSudah sejak zaman dahulu kota tidak akan pernah terlepas dari pusat kegiatan komersil yang disebut dengan pasar. Sejarah pasar di awali pada zaman pra sejarah, dimana didalam memenuhi kebutuhan manusia melakukan sistim barter yaitu suatu sistim yang di terapkan antara dua individu dengan cara menukar barang yang satu dengan barang yang lainnya dan akhirnya sistim barter ini berkembang secara luas. Proses penukaran barang tersebut menimbulkan masalah akan tempat di mana tempat sendiri berkaitan dengan jarak dan waktu tempuh. Semakin dekat jarak pertukaran semakin memudahkan memindahkan barang-barang sehingga terbentuk sebuah pertukaran barang-barang yang tidak jauh dari lingkungan kediaman mereka. Tempat tukar menukar inilah disebut dengan pasar. Dan setelah manusia mengenal mata uang sebagai alat tukar menukar yang menjadi dasar perhitungan bagi seluruh proses pertukaran barang maka proses tersebut disebut dengan proses jual beli. Dengan meningkatnya perkembangan penduduk, kehidupan sosial, ekonomi dan juga kemajuan teknologi khususnya dibidang perdagangan timbullah sekelompok individu baru yang bergerak dalam bidang pedagang. Pedagang-pedagang inilah yang membuat tempat-tempat yang lebih permanen untuk berdagang. (sumber http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar)2.4Pengertian PasarMenurut pengertiannya, pasar merupakan suatu tempat bagi manusia dalam mencari keperluan sehari-harinya (Trisnawati, 1988). Sedangkan menurut Belshaw (dalam Suprapto, 1988) pasar adalah tempat yang mempunyai unsur-unsur sosial, ekonomis, kebudayaan, politis dan lain-lainnya, tempat pembeli dan penjual (atau penukar tipe lain) saling bertemu untuk mengadakan tukar menukar.Jika dilihat dari mutu pelayanannya, kegiatan perdagangan dapat dibedakan atas kegiatan perdagangan tradisional dan kegiatan perdagangan modern. Kegiatan perdagangan tradisional di antaranya adalah pasar tradisional dan toko-toko eceran, sedangkan kegiatan perdagangan modern dijumpai dalam bentuk pasar modern yang dikenal dengan mal, pasar swalayan, hypermarket.Berdasarkan Perda Kota Tasikmalaya No. 2 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Pasar di Kota Tasikmalaya, yang dimaksud dengan : Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai tempat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Swasta, Koperasi atau Swadaya Masyarakat dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda, yang dimiliki / dikelola oleh pedagang kecil dan modal kecil dan menengah dan koperasi dengan usaha skala kecil dan modal kecil dan dengan proses jual beli melalui tawar menawar. Aktifitas transaksi antara penjual dan pembeli merupakan bagian tak terpisahkan dari aktifitas sosial ekonomi yang terjadi dalam suatu wilayah. Hal ini terjadi mengingat bahwa aktifitas transaksi antara pembeli dan penjual merupakan aktifitas antara yang sangat signifikan, disamping aktifitas produksi dan konsumsi. Selain itu, aktifitas jual beli ini merupakan aktifitas utama dari suatu kegiatan ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian, suatu wilayah yang di dalamnya terdapat populasi yang cukup tinggi dimana secara alami terjadi aktifitas produksi dan konsumsi, maka dengan sendirinya akan melibatkan aktifitas antara yang lain adalah aktifitas transaksi antara penjual dan pembeli.Secara umum dapat dikatakan bahwa aktifitas transaksi jual beli akan melibatkan beberapa hal pokok, yaitu prasarana tempat terjadinya transaksi, pelaku transaksi (penjual dan pembeli) dan lembaga/mekanisme yang memungkinkan terjadinya transaksi. Hal-hal pokok ini biasanya terdapat dan dipenuhi dalam suatu lembaga formal maupun informal yang disebut dengan pasar.Kegiatan pasar merupakan salah satu komponen kegiatan kota yang memerlukan pengaturan pola pelayanannya agar penduduk kota dapat terlayani merata dan terpenuhi kebutuhannya.Kegiatan pasar dalam hal ini mempunyai peranan penting dalam kehidupan kota, yaitu: Pasar merupakan pusat sosial ekonomi suatu lingkungan, dimana penduduk dapat memenuhi kebutuhannya, terutama kebutuhan akan barang-barang pokok sehari-hari dalam bentuk perdagangan eceran. (Sujarto, 2005).Adapun beberapa pengertian tentang pasar yang diantaranya sebagai berikut:Menurut Brian J.L. Berry, pasar adalah: Suatu tempat dimana terjadi proses tukar menukar, proses tukar menukar ini berlangsung bila sejumlah penjual dan sejumlah pembeli berkomunikasi satu sama lain dan akhirnya berkeputusan untuk memindah tangankan barang-barang yang diperjualbelikan itu kepada masyarakat pembeli. ( Berry, 1967). Selain itu, dikemukakan pula oleh Djoko Sujarto bahwa pasar secara fisik merupakan: Pemusatan beberapa pedagang tetap dan tidak tetap yang terdapat pada suatu ruangan terbuka atau tertutup. Selanjutnya para pedagang eceran tersebut, menempati bangunan - bangunan dengan kondisi: baik bangunan temporer, semi permanen, atau permanen. (Sujarto, 2005). Menurut Pemerintah Daerah sebagai pihak penyelenggara pasar, dan melalui seksi perusahaan pasar memberikan suatu pengertian praktis tentang pasar, yaitu:

Pasar merupakan sarana umum yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai tempat transaksi jual beli umum, dimana para pedagang secara teratur dan langsung memperdagangkan barang dan jasa dengan mengutamakan adanya barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari. (Seksi Perusahaan Pasar Kotamadya DT II Bandung). Aidit A.Gafar, mengemukakan tentang pengertian pasar secara konseptual, yaitu: Suatu lapangan atau pelataran yang sebagian beratap atau sebagian lagi terbuka, yang sesuai atau berdasarkan peraturan dan ketentuan pemerintah setempat, dengan tujuan sebagai tempat bagi pedagang-pedagang untuk secara teratur dan langsung memperdagangkan barang dan jasa kepada para pembeli. (Gafar, 1970). Trisnawati, mengemukakan Pasar merupakan suatu tempat bagi manusia dalam mencari keperluannya sehari-hari. (Trisnawati, 1988). Beshaw, mengemukakan Pasar adalah tempat yang mempunyai unsur - unsur sosial ekonomis, kebudayaan, politis dan lain-lainnya, tempat pembeli dan penjual (atau penukar tipe lain) saling bertemu untuk mengadakan tukar menukar. (Beshaw dalam Suprapto, 1988).Dari ulasan di atas dapat dikemukakan pengertian pasar pada beberapa segi, yaitu:1. Pengertian pasar secara fisik adalah suatu lapangan atau pelataran yang sebagian beratap, atau sebagian lain terbuka, seluruhnya beratap atau seluruhnya terbuka, dengan kondisi bangunan temporer, semi permanen, atau permanen.2. Pengertian pasar secara administrasi adalah pasar sebagai tempat kegiatan perdagangan eceran berdasarkan peraturan dan ketentuan pemerintah setempat.3. Pengertian pasar dalam bentuk kegiatannya (fungsionalnya) adalah sebagai tempat bagi pedagang-pedagang untuk secara teratur dan langsung memperdagangkan barang dan jasa kepada para pembeli.

Sesuai dengan kemajuan jaman, kini terjadi pergeseran nilai-nilai dalam bidang perbelanjaan, sehingga pola tradisional berubah ke pola modem. Penyebabnya antara lain adalah: perubahan gaya hidup, adanya tuntutan - tuntutan baru, meningkatkan pendapatan masyarakat dan pola penyediaan permintaan yang berubah. Pola permintaan yang semula sederhana berubah menjadi komplek. Hal ini mengakibatkan perubahan market, semula konsumen mengejar produsen, maka kini produsen yang mengejar konsumen. Semakin banyak barang yang ditawarkan, sehingga terjadi persaingan di antar produsen. Dari keadaan inilah tumbuhnya pusat-pusat perbelanjaan yang secara perlahan tapi pasti mulai menggeser pasar-pasar transisi. (Prayitno, 1989).Fasilitas perdagangan eceran (perpasaran) menurut (Jakti, 1988) dapat diperinci sebagai berikut:a. Pusat perbelanjaanb. Pusat pertokoanc. Toko serba adad. Pasar swalayane. Pasarf. Kaki limag. Perumahan (toko/warung)Sedangkan pasar itu sendiri masih dapat diperinci lagi berdasarkan jenis - jenisnya, yaitu: pasar kota, pasar wilayah, pasar lingkungan/distrik, pasar inpres, dan pasar induk. (Jakti, 1988).Pasar merupakan salah satu fasilitas perdagangan yang amat dibutuhkan oleh penduduk kota dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pertumbuhan dan perkembangan suatu pasar berlangsung melalui berbagai cara. Ada pasar yang sengaja dibangun oleh pemerintah dan ada pula pasar yang tumbuh melalui proses alami (dibangun oleh para pedagang secara bertahap dalam kurun waktu yang panjang.Menurut (Lubis, 2005), yang dianggap selama ini sebagai pasar tradisional adalah pasar yang bentuk bangunannya relatif sederhana, dengan suasana yang relatif kurang menyenangkan (ruang tempat usaha sempit, sarana parkir yang kurang memadai, kurang menjaga kebersihan pasar, dan penerangan yang kurang baik). Barang-barang yang diperdagangkan adalah barang kebutuhan sehari-hari dengan mutu barang yang kurang diperhatikan, harga barang relatif murah, dan cara pembeliannya dengan sistem tawar menawar. Para pedagangnya sebagian besar adalah golongan ekonomi lemah dan cara berdagangnya kurang profesional.Secara umum pasar dapat ditinjau dari dua segi utama, yaitu segi sosial ekonomis dan segi fisik (Ibrahim, 1979). Berdasarkan segi sosial ekonomis, pasar dibedakan pengertiannya secara kulturil, administrasi dan fungsi.Ketiga pengertian tersebut antara lain: Secara kulturil, pasar adalah tempat kegiatan perdagangan eceran berbagai jenis barang tanpa memandang apakah tempat itu disediakan secara resmi atau tidak oleh pemerintah setempat. Secara administrasi, pasar diartikan sebagai tempat kegiatan perdagangan eceran yang dibedakan atas pasar resmi dan tidak resmi. Pasar resmi ditetapkan oleh pemerintah kota berdasarkan surat keputusan kepala daerah setempat. Sedangkan pasar tidak resmi, tidak diakui secara hukum, namun diakui keberadaannya (de facto). Pasar-pasar tersebut secara tetap ditarik retribusinya. Secara fungsi, pasar merupakan tempat berbelanja barang-barang kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan oleh penduduk secara keseluruhan, tempat bekerja (berdagang) dan memberikan pendapatan kepada pedagang, dan sebagai fasilitas perkotaan yang memberikan pendapatan kepada pedagang, dan sebagai fasilitas perkotaan yang memberikan pendapatan bagi pemerintah kota.Berdasarkan segi fisiknya, pasar diartikan sebagai pemusatan beberapa pedagang tetap dan tidak tetap yang terdapat pada suatu ruangan terbuka atau ruangan tertutup atau suatu bagian tepi jalan. selanjutnya pengelompokkan para pedagang eceran tersebut menempati bangunan-bangunan dengan kondisi bangunan temporer, semi permanen, ataupun permanen.Sulistyowati (1999) merumuskan karakteristik umum kegiatan pasar tradisional sebagai berikut: Pengelolaan: Dikelola oleh pemerintah daerah (Dinas Pengelolaan Pasar) Terdiri dari unit-unit usaha kecil yang dimiliki perseorangan/ rumah tangga yang pengelolaannya masih tradisional Organisasi: Ada koperasi pedagang pasar, tetapi organisasi, dalam pengelolaan kegiatan berdagangnya sendiri tidak ada Kondisi fisik tempat usaha: Bangunan temporer, semi permanen atau permanen, terdiri atas toko, kios, jongko, los dan pelataran. Kebersihan tidak terjaga dengan baik (becek, kotor, bau, dll) sehingga mengurangi kenyamanan berbelanja. Gang antar kios/los terlalu sempit sehingga mengurangi keleluasaan bergerak Fasilitas parkir tidak memadai Barang: Barang yang dijual adalah barang-barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari (barang primer dan sekunder). Barang yang dijual umumnya lebih segar dan bervariasi. Harga barang relatif murah, tidak bersifat mati dan dapat ditawar. Penataan barang seadanya. Hubungan antara penjual dan pembeli: Terdapat interaksi antara penjual dan pembeli terlihat dari adanya tawar-menawar dalam proses jual beli Waktu kegiatan: Waktu kegiatan harian rata-rata dimulai pukul 06.00 hingga pukul 15.00/16.00 (9-10 jam). Namun adapula pasar yang dimulai pada malam hari.

Mekanisme perolehan komoditas: Barang-barang yang dijual di pasar tradisional diperoleh dari pasar induk/pasar yang lebih tinggi tingkatannya. Lokasi: Pada awalnya pasar tumbuh tanpa perencanaan karena berkembang dengan sendirinya, dan biasanya berlokasi di tempat-tempat yang dianggap strategis dan aksesibilitasnya baik (mudah dijangkau).

2.5Klasifikasi PasarBerdasarkan Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya No. 2 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Pasar Di Kota Tasikmalaya, pasar-pasar di daerah Pemerintah Daerah menetapkan klasifikasi perdagangan ke dalam pasar induk, pusat perbelanjaan dan toko modern, serta pasar tradisional berdasarkan kriteria tertentu.Pembagian jenis pasar adalah berdasarkan jenis barang yang diperjualbelikan sehingga dengan pertimbangan itu ditentukan jenis pasar umum, pasar mambo dan pasar khusus. Pasar umum adalah pasar yang menjual barang-barang kebutuhan penduduk baik primer, sekunder, tersier serta barang-barang khusus dan jasa-jasa lainnya. Biasanya ruang lingkup pelayanannya selain untuk konsumen kota juga dapat melayani penduduk disekitar kota bersangkutan (regional). Pasar mambo adalah pasar sore atau pasar malam yang biasanya menjual makanan dan minuman. Pasar khusus ditentukan dari spesialisasi jenis barang yang diperdagangkan seperti pasar khusus yang menjual bunga, onderdil dan lain-lain.Di lihat dari kegiatannya, pasar dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu;a. Pasar HarianPasar harian adalah pasar dimana terjadi kegiatan perdagangan setiap hari Adapun ciri-cirinya adalah ; Bangunan pasarnya relatif permanen bila dibandingkan dengan pasar mingguan. Pasar harian buka setiap hari. Pasar harian mempunyai wilayah pelayanan lebih dari satu desa dimana pasar itu berada.b. Pasar MingguanPasar mingguan adalah pasar dimana terjadi kegiatan perdagangan sekali (sehari) dalam seminggu. Adapun ciri-cirinya adalah ; Bangunan pasar merupakan bangunan temporer dan kadang di lapangan terbuka. Pasar mingguan ini hanya melakukan kegiatanya sehari dalam seminggu. Pasar mingguan ini mempunyai wilayah pelayanan di desa dimana pasar itu berada.Klasifikasi pasar berdasarkan statusnya dapat di bedakan menjadi dua yaitu ;a. Pasar Resmi adalah pasar yang bangunannya dan lokasinya telah memenuhi persyaratan teknik, planologi kota dan dapat dibenarkan oleh pemerintah kota.b. Pasar Tidak Resmi atau Tempat Penjualan Umum (TPU) ditinjau dari lokasi dan teknik bangunannya tidak dapat dibenarkan oleh pemerintah kota. Misalnya meja-meja liar atau jongko-jongko liar tempat jualan di sepanjang jalan tertentu (Eli mulyati 1992 : 65)Kegiatan perdagangan berdasarkan jenis barang yang diperdagangkan dapat digolongkan sebagai berikut:a. Kegiatan perdagangan barang-barang primer, merupakan jenis perdagangan barang-barang yang dibutuhkan sehari-hari, seperti beras, sayur-sayuran, buah-buahan, gula, kopi, minuman dan sebagainya.b. Kegiatan perdagangan barang-barang sekunder, merupakan barang-barang yang dibutuhkan hanya sekali-kali atau dibutuhkan dalam jangka waktu tertentu, seperti pakaian, alat-alat rumah tangga dan sebagainya.

c. Kegiatan perdagangan barang-barang tersier seperti radio, televisi, perhiasan dan sebagainya.Menurut tingkatnya pasar dibedakan menjadi tiga bagian (Winardi, 1962 : 182) yaitu;a. Pasar Dunia yaitu pasar yang keseluruhan permintaan dan penawaran yang berhubungan satu sama lainnya meliputi seluruh dunia.b. Pasar Regional atau Pasar Induk, yaitu pasar yang mempunyai fungsi pelayanan regional dan lokal serta sistem transaksinya secara borongan.c. Pasar Lokal atau Pasar Lingkungan, yaitu memiliki fungsi pelayanan lingkungan sekitar pasar dan transaksinya secara eceran.Klasifikasi Pasar Berdasarkan Pelayanannya, menurut Sansumaji yaitu ;a. Pusat Perdagangan Utama (Pusat Kota)Kegiatan perdagangan yang cenderung berlokasi di pusat kota , terdiri atas kegiatan perdagangan eceran.b. Pusat Perdagangan Kedua (Pusat Wilayah)Lokasi perdagangan cenderung menyebar ke daerah transisi (pinggiran kota), tetapi masih berlokasi pada jalan utama (regional). Jenis barang yang di perdagangkan sudah terbatas pada barang primer dan sekunder.c. Pusat Perdagangan Ketiga (Pusat Lingkungan)Lokasi perdagangan berada di lingkungan-lingkungan perumahan penduduk dengan inti kegiatan pasar-pasar lingkungan.Berdasarkan cara pengelolaanya pasar di bedakan menjadi tiga (EH Mulyati, 1992 : 72) yaitu;a. Pasar kabupaten, yaitu pasar yang secara administratif di bawah pengelolaan suatu dinas kabupaten dalam hal ini adalah dinas pendapatan kabupaten.b. Pasar Kecamatan, yaitu pasar yang secara administratif di bawah pengelolaan kecamatan dimana pasar itu berada.c. Pasar Desa, yaitu pasar yang secara administratif di bawah pengelolaan pemerintah desa dimana pasar itu berada.

Jenis pasar berdasarkan Perda Kota Tasikmalaya No. 2 Tahun 2009 terdiri dari:a. Menurut kegiatannya, antara lain: Pasar Grosir adalah pasar yang dalam kegiatannya terhadap permintaan dan penawaran barang atau jasa dalam jumlah besar. Pasar Induk adalah pasar yang dalam kegiatannya merupakan pusat pengumpulan, pusat pelelangan dan pusat penyimpanan bahan-bahan pangan sementara untuk disalurkan kepada pasar-pasar lain. Pasar Eceran adalah pasar yang dalam kegiatannya melayani permintaan dan penawaran barang dan atau jasa dalam jumlah kecil/satuan langsung kepada pembeli terakhir.b. Menurut waktu kegiatannya, antara lain: Pasar yang dalam kegiatannya berlangsung pada waktu tertentu dalam bentuknya berupa pameran/promosi produk. Pasar yang dalam kegiatannya berlangsung secara berkala dalam bentuknya berupa pameran/promosi produk, peringatan hari-hari besar dan kegiatan - kegiatan lainnya yang dalam penyelenggaraannya mengundang masyarakat secara umum.Penggolongan pasar menurut kepemilikannya terdiri dari:a. Pasar Pemerintah adalah tempat yang disediakan dan /atau ditempatkan oleh Walikota sebagai tempat berjualan umum atau sebagai tempat memperdagangkan barang dan/atau jasa.b. Pasar Swasta adalah Tempat yang disediakan oleh perorangan atau Badan Hukum yang telah mendapatkan persetujuan Walikota sebagai tempat berjualan umum untuk memperdagangkan barang dan/atau jasa.Sujarto (1983) membagi pasar berdasarkan jenisnya, yaitu pasar umum, pasar mambo dan pasar khusus. Pasar umum adalah pasar yang menjual barang-barang kebutuhan penduduk baik primer, sekunder, tersier serta barang-barang khusus. Pasar mambo adalah pasar sore atau pasar malam yang biasanya menjual makanan dan minuman.

Sedangkan pasar khusus ditentukan dari spesialisasi jenis barang yang diperdagangkan seperti pasar yang khusus menjual bunga, onderdil, dan lain-lain. Pasar yang dibahas dalam studi ini dibatasi hanya pada pasar umum yang menjual kebutuhan sehari-hari.

2.6 Proses Kegiatan Pasara. Penyaluran langsung kepada pemakaiProdusenKonsumen 1Konsumen 2Konsumen 3

Gambar 1. Penyaluran langsung kepada pemakai (Sumber : Wijaya Rosli, 1999)

b. Penyaluran dengan jasa perantaraProdusenPerantaraKonsumenKonsumenKonsumen

Gambar 2. Penyaluran dengan jasa perantara (Sumber : Wijaya Rosli, 1999)

c. Penyaluran melalui pedagang eceranProdusenPedagang EceranKonsumenKonsumenKonsumen

Gambar 3. Penyaluran melalui pedagang eceran (Sumber : Wijaya Rosli , 1999)d. Penyaluran melalui pedagang besar dan eceranKonsumenKonsumenKonsumenProdusenPedagang BesarPedagang Eceran

Gambar 4. Penyaluran melalui pedagang besar dan eceran(Sumber : Wijaya Rosli, 1999)

e. penyaluran melalui pedagang besar dengan menggunakan perantaraProdusenPerantaraPedagang BesarPedagang EceranKonsumenKonsumenKonsumen

Gambar 5. Penyaluran melalui pedagang besar dengan menggunakan perantara(Sumber : Wijaya Rosli, 1999)

Keterangan Hubungan Langsung Hubungan Tidak Langsung 2.7Bentuk Dan Pola Pasara. Pola pasar yang homogen (Homogeneous freferences) Menunjukkan suatu pasar dimana semua konsumen yang dapat dikatakan mempunyai pola yang sama (baik mengenai harga maupun kwalitasnya). Para konsumen mempunyai kesukaan yang sama terhadap merk yang ada.

Gambar 6. Pola pasar yang homogen (Sumber : Wijaya Rosli, 1999)b. Pola pasar yang menyebar (Diffused Freferences) Menunjukkan konsumen yang mempunyai sudut pandang yang berbeda beda tentang apa yang mereka inginkan.

Gambar 7. Pola pasar yang menyebar (Sumber : Wijaya, 1999)

c. Pola pasar yang menyebar secara terkoordinir (Berkelompok) Menunjukkan kemungkinan yang lain, yaitu pola yang mengelompok didalam suatu product space atau disebut juga dengan pasar tradisional.

Gambar 8. Pola pasar yeng menyebar secara terkoordinir (Sumber : Wijaya, 1999)

2.8Unsur Unsur Penunjang PasarUnsur unsur penunjang pasar yaitu pihak pihak yang berwenang dan berperan dalam berjalannya aktifitas dan kegiatan perdagangan pada suatu pasar. Unsur unsur pasar ini meliputi :1. PemerintahDalam hal ini pemerintah wajib menjaga dan mengatur kestabilan perekonomian serta kelanjutan ekonomi pembangunan, salah satunya adalah dengan menguasai sektor perpasaran dengan mengelola, menentukan klasifikasi pasar, membuat pajak pasar pada lingkup wilayah pengawasannya. Pembangunan bentuk fisik pasar biasanya dilakukan dengan menggunakan Anggaran Daerah atau Inpres.

PemerintahJawatan atau Dinas PasarPengelola PasarPerusahaan DaerahDinas pasarPasar sebagai pusat perdaganganPerusahaan DaerahPerusahaan DaerahPerusahaan yang memberikan otorita untuk mengelola pasar

Gambar 9. Pengaturan Kegiatan /Aktifitas Pasar (Sumber : Wijaya Rosli, 1999)

2. BankDalam hal ini bank berperan untuk membantu dalam pembiayaan bangunan dan memberikan modal untuk para pedagang, contohnya palaksanaan pembangunan pasar inpres, yang dibiayai melalui bank pemerintah, memberikan pinjaman kredit bagi para pedagang kecil yang disalurkan melalui bank pemerintah seperti BNI, BRI dan lain lain. 3. SwastaDalam hal ini swasta adalah merupakan para pedagang itu sendiri atau pelaksana (kontraktor) yang membiayai pembangunan pasar, dengan prinsip pembangunan fasilitas pasar dibiayai oleh dana dari masyarakat dan akan dikembalikan kepada masyarakat kedalam bentuk lain.

2.9Syarat Syarat Pasar Tradisional Menurut peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 112 tahun 2007, tentang pembangunan, penataan dan pembinaan pasar tradisionala. Aksesibilitas, yaitu kemungkinan pencapaian dari dan ke kawasan, Dalam kenyataanya ini berwujud jalan dan transportasi atau Pengaturan Lalulintas.b. Kompatibilitas, yaitu keserasian dan keterpaduan antara kawasan yang menjadi lingkungannya.c. Fleksibilitas, yaitu kemungkinan pertumbuhan fisik atau pemekaran kawasan pasar dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana.d. Ekologis, yaitu keterpaduan antara tatanan kegiatan alam yang mewadahinya.

2.10Uraian Jenis dan Fungsi Ruang dalam Pasar TradisionalRuang ruang yang dibutuhkan untuk melakukan atau melangsungkan kegiatan pada perencanaan pasar tradisional, antara lain :1. Kios dan Lods : Untuk melakukan kegiatan perdagangan, antara lain memerlukan kios, lods. Kios dan lods dibagi menjadi tiga bagian yaitu : untuk perbelanjaan basah, semi basah dan perbelanjaan kering. Berfungsi sebagai tempat kegiatan memajang dan menggelar barang dagangan bagii para pedagang dan sebagai tempat terjadinya transaksi antara padagang dan pengunjung atau pembeli.2.Kantor Pasar atau Ruang Pengelola : Untuk melakukan kegiatan pengelolaan pasar, memerlukan ruangan untuk para pegawai pengelola pasar. Berfungsi sebagai ruang atau wadah bagi pengelola pasar untuk menampung atau mendukung kinerja pengelola pasar.3. Fasilitas Umum : Untuk mendukung kegiatan pasar, penyediaan fasilitas pendukung antara lain disediakan, area parkir, pos satpam, klinik, toilet, bongkar muat, gudang, depot es, terminal angkutan kota. Berfungsi untuk mendukung atau membantu pengelola, pedagang dan pembeli dalam melakukan kegiatan didalam pasar.

5