bab ii tinjauan pustaka 2.1. penelitian terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/bab ii.pdf ·...

37
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai rujukan penelitian oleh peneliti yang berhubungan dengan kinerja keuangan dan peringkat obligasi sebagai berikut: a. Theofilus Steven Susanto, Bertha Silva Sutejo, dan Deddy Marciano(2012) Theofilus Steven Susanto, Bertha Silva Sutejo, dan Deddy Marciano meneliti kinerja keuangan perbankan terhadap rating obligasi bank di Indonesia dengan menggunakan rasio CAMEL. Variabel dependen yang digunakan berupa peringkat obligasi PT. Pefindo kategori investment grade. Variabel independen yang digunakan berupa rasio CAMEL yang terdiri dari CAR, NPL, BOPO, dan LDR. Penelitian menggunakan data sampel 27 bank yang diambil dari data Direktori Perbankan Indonesia tahun 2005-2009 dan menggunakan teknik analisis data ordered probit. Penelitian memperoleh hasil bahwa CAR, BOPO dan LDR memiliki pengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Jika CAR, BOPO, dan LDR naik maka peringkat obligasi akan naik dan sebaliknya. Sedangkan NPL berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi. Jika NPL nilainya meningkat maka akan menurunkan peringkat obligasi.

Upload: others

Post on 01-Mar-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai rujukan penelitian

oleh peneliti yang berhubungan dengan kinerja keuangan dan peringkat obligasi

sebagai berikut:

a. Theofilus Steven Susanto, Bertha Silva Sutejo, dan Deddy

Marciano(2012)

Theofilus Steven Susanto, Bertha Silva Sutejo, dan Deddy Marciano

meneliti kinerja keuangan perbankan terhadap rating obligasi bank di Indonesia

dengan menggunakan rasio CAMEL. Variabel dependen yang digunakan berupa

peringkat obligasi PT. Pefindo kategori investment grade. Variabel independen

yang digunakan berupa rasio CAMEL yang terdiri dari CAR, NPL, BOPO, dan

LDR. Penelitian menggunakan data sampel 27 bank yang diambil dari data

Direktori Perbankan Indonesia tahun 2005-2009 dan menggunakan teknik analisis

data ordered probit.

Penelitian memperoleh hasil bahwa CAR, BOPO dan LDR memiliki

pengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Jika CAR, BOPO, dan LDR naik

maka peringkat obligasi akan naik dan sebaliknya. Sedangkan NPL berpengaruh

negatif terhadap peringkat obligasi. Jika NPL nilainya meningkat maka akan

menurunkan peringkat obligasi.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

14

Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu

dengan penelitian saat ini, yaitu:

Persamaan Penelitian:

1. Variabel dependen menggunakan peringkat obligasi.

2. Penelitian menggunakan proksi CAR untuk permodalan serta menggunakan

proksi NPL untuk kualitas asset.

3. Sampel yang digunakan berupa industri perbankan di Indonesia.

Perbedaan Penelitian:

1. Penelitian terdahulu menggunakan seluruh variabel CAMEL sedangkan

penelitian saat ini hanya menggunakan variabel independen likuiditas,

rentabilitas, permodalan dan kualitas asset.

2. Variabel independen penelitian terdahulu menggunakan proksi BOPO untuk

variabel rentabilitas, sedangkan penelitian saat ini menggunakan proksi ROA

untuk variabel rentabilitas. Selain itu penelitian terdahulu menggunakan

proksi LDR untuk variabel likuiditas, sedangkan untuk penelitian saat ini

menggunakan proksi cash ratio.

3. Penelitian terdahulu menggunakan teknik analisis data ordered probit

sedangkan penelitian saat ini menggunakan teknik analisis data regresi linier.

4. Sampel penelitian terdahulu diambil pada periode 2005-2009 sedangkan

sampel penelitian saat ini diambil pada periode 2011-2015.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

15

b. Nelly Thamida dan Hendro Lukman (2013)

Nelly Thamida dan Hendro Lukman meneliti faktor kapitalisasi,

profitabilitas, likuiditas, dan reputasi auditor terhadap penetapan peringkat

obligasi industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel

dependen yang digunakan berupa peringkat obligasi PT. Pefindo yang

dikategorikan dalam skala ordinal. Variabel independen yang digunakan berupa

rasio kapitalisasi, rasio profitabilitas, rasio likuiditas, dan reputasi auditor.

Penelitian menggunakan data sampel sejumlah 84 industri perbankan yang

terdaftar di BEI tahun 2008-2012 dan menggunakan teknik analisis data regresi

logistik ordinal.

Penelitian memperoleh hasil bahwa kapitalisasi (permodalan) berpengaruh

negatif terhadap peringkat obligasi. Jika kapitalisasi (permodalan) tinggi maka

peringkat obligasi akan turun. Sebaliknya jika permodalan rendah maka peringkat

obligasi akan naik.

Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan

penelitian saat ini, yaitu:

Persamaan Penelitian:

1. Menggunakan variabel independen berupa rasio keuangan yaitu rasio

likuiditas, rasio rentabilitas (profitabilitas), dan rasio kapitalisasi

(permodalan).

2. Variabel dependen menggunakan kategori peringkat obligasi.

3. Sample yang digunakan berupa industri perbankan di Indonesia.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

16

Perbedaan Penelitian:

1. Pada penelitian terdahulu menggunakan variabel independen seperti rasio

permodalan, rasio profitabilitas, rasio likuiditas, dan reputasi auditor,

sedangkan penelitian saat ini menggunakan variabel independen kinerja

keuangan saja berupa rasio likuiditas, rasio profitabilitas (rentabilitas), rasio

permodalan, rasio kualitas asset.

2. Penelitian terdahulu menggunakan sampel periode 2008-2012 sedangkan

penelitian sekarang menggunakan sampel pada periode 2011-2015.

3. Penelitian terdahulu menggunakan teknik analisis regresi ordinal sedangkan

penelitian saat ini menggunakan teknik analisis regresi linier.

c. Tetty Widiyastuti, Djumahir, dan Nur Khusniyah (2014)

Tetty Widiyastuti, Djumahir, dan Nur Khusniyah meneliti faktor yang

mempengaruhi peringkat obligasi dengan menggunakan rasio keuangan sebagai

tolok ukurnya. Variabel dependen yang digunakan berupa peringkat obligasi,

sedangkan variabel independen yang digunakan adalah rasio-rasio keuangan

berupa rasio cakupan, rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan

risiko bisnis. Penelitian menggunakan data sejumlah 137 perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011 dan menggunakan teknik

analisis data berupa regresi berganda.

Penelitian memperoleh hasil bahwa rasio cakupan, rasio likuiditas, rasio

solvabilitas, dan rasio profitabilitas tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

Jika rasio cakupan, rasio likuiditas dan rasio profitabilitas naik, maka semakin

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

17

besar probabilitas obligasi perusahaan mendapatkan peringkat yang baik dan

sebaliknya jika rasio likuiditas dan rasio profitabilitas turun, maka semakin rendah

peringkat obligasi yang didapatkan oleh perusahaan. Penelitian juga memperoleh

hasil bahwa risiko bisnis berpengaruh negative terhadap peringkat obligasi. Jika

risiko bisnis rendah maka semakin besar peluang perusahaan dalam memperoleh

peringkat obligasi yang baik, dan apabila risiko bisnis tinggi maka semakin kecil

peluang perusahaan dalam memperoleh peringkat obligasi yang baik.

Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan

penelitian saat ini, yaitu:

Persamaan Penelitian:

1. Menggunakan variabel dependen berupa peringkat obligasi.

2. Menggunakan teknik analisis data regresi linier.

3. Menggunakan rasio likuiditas dan rasio profitabilitas.

Perbedaan Penelitian:

1. Penelitian terdahulu menggunakan sampel perusahaan manufaktur sedangkan

pada penelitian saat ini menggunakan sampel perbankan.

2. Penelitian terdahulu menggunakan variabel independen berupa rasio cakupan,

rasio solvabilitas, serta risiko bisnis. Penelitian saat ini menggunakan variabel

independen berupa rasio permodalan dan kualitas asset.

3. Penelitian terdahulu menggunakan sampel pada periode 2007-2011 sedangkan

penelitian saat ini menggunakan sampel pada periode 2011-2015.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

18

d. Rusfika dan Wahidahwati (2015)

Rusfika dan Wahidahwati meneliti faktor akuntansi dan non akuntansi

dalam memprediksi peringkat obligasi perusahaan non keuangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Variabel dependen yang digunakan berupa peringkat

obligasi PT. Pefindo yang dikategorikan dalam investment grade dan non

investment grade. Variabel independen yang digunakan berupa rasio produktifitas,

rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, rasio likuiditas, jaminan obligasi, umur

obligasi, dan reputasi auditor. Penelitian menggunakan data sampel sejumlah 192

perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013 dan menggunakan teknik

analisis data regresi logistik.

Penelitian memperoleh hasil bahwa profitabilitas, solvabilitas, likuiditas,

serta jaminan obligasi berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Jika

profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, dan jaminan obligasi naik maka peringkat

obligasi akan naik, sedangkan produktivitas, umur obligasi, dan reputasi auditor

tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan

penelitian saat ini, yaitu:

Persamaan Penelitian:

1. Variabel independen yang digunakan berupa rasio likuiditas, rasio profitabilitas

(rentabilitas), dan rasio solvabilitas (permodalan).

2. Variabel dependen yang digunakan berupa peringkat obligasi.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

19

Perbedaan Penelitian:

1. Penelitian terdahulu menggunakan faktor non akuntasi berupa jaminan

obligasi, umur obligasi dan reputasi auditor sedangkan penelitian saat ini

hanya menggunakan faktor akuntansi berupa rasio keuangan perbankan.

2. Sampel penelitian terdahulu menggunakan sample perusahaan non keuangan

periode 2010-2013, sedangkan penelitian saat ini menggunakan sampel

industri perbankan periode 2011-2015.

3. Teknik analisis data yang digunakan adalah pada penelitian terdahulu adalah

regresi logistik sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian saat ini adalah regresi linier.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

20

Table 2.1

PENELITIAN TERDAHULU

Tahun Peneliti Topik Sampel Variabel Teknik

Analisis Hasil

Dependen Independen

2012 Theofilus

Steven

Susanto,

Bertha Silva

Setejo, Deddy

Marciano

Penggunaan

rasio CAMEL

terhadap

rating obligasi

bank di

Indonesia

27 sampel

perbankan

tahun

2005-2009

Peringkat

obligasi

Rasio CAMEL

(CAR, NPL,

BOPO, LDR)

Ordered

probit

Penelitian

memperoleh hasil

bahwa CAR, BOPO,

dan LDR berpengaruh

positif sedangkan

NPL berpengaruh

negatif terhadap

peringkat obligasi.

2013 Nelly

Thamida dan

Hendro

Lukman

Faktor

kapitalisasi,

profitabilitas,

likuiditas dan

reputasi

auditor dalam

mempengaruhi

peringkat

obligasi

84 sampel

industri

perbankan

2008-2012

Peringkat

obligasi

Rasio

kapitalisasi,

rasio

profitabilitas,

dan rasio

likuiditas

Regresi

logistik

ordinal

Penelitian

membuktikan bahwa

kapitalisasi

berpengaruh negatif

terhadap peringkat

obligasi, sedangkan

profitabilitas,

likuiditas dan reputasi

auditor tidak

berpengaruh terhadap

peringkat obligasi

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

21

2014 Tetty

Widiyastuti,

Djumahir,

dan Nur

Khusniyah

Penggunaan

rasio

keuangan

dalam

memprediksi

peringkat

obligasi

137 sampel

perusahaan

manufaktur

Peringkat

obligasi

Rasio cakupan,

rasio likuiditas,

rasio

solvabilitas,

rasio

solvabilitas, dan

risiko bisnis

Regresi

linier

Penelitian

memperoleh hasil

bahwa rasio cakupan,

rasio likuiditas, rasio

solvabilitas, rasio

profitabilitas tidak

berpengaruh terhadap

peringkat obligasi,

sedangkan risiko

bisnis berpengaruh

negative terhadap

peringkat obligasi

2015 Rusfika dan

Wahidahwati

Prediksi

peringkat

obligasi

dengan

menggunakan

faktor

akuntansi dan

non akuntansi

192

perusahaan

non

keuangan

Peringkat

obligasi

Rasio

produktifitas,

rasio

profitabilitas,

rasio

solvabilitas,

rasio likuiditas,

jaminan

obligasi, umur

obligasi, dan

reputasi auditor

Regresi

logistik

Penelitian

memperoleh hasil

bahwa rasio

profitabilitas, rasio

solvabilitas serta

jaminan obligasi

berpengaruh positif

terhadap peringkat

obliges, sedangkan

produktifitas, umur

obligasi, dan reputasi

auditor tidak

berpengaruh terhadap

peringkat obligasi.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

22

2016 Rohyawati

Sholihin

Arpadika

Penilaian

peringkat

obligasi bank

dari kinerja

keuangan

bank

Sampel

industri

perbankan

2011-2015

Peringkat

obligasi

Rasio likuiditas,

rasio

rentabilitas,

rasio

permodalan, dan

rasio kualitas

asset

Regresi

linier

-

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

23

2.2. Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan beberapa teori untuk mendukung dan

memperkuat pembahasan dalam penelitian.Teori-teori tersebut di antaranya

adalah:

2.2.1. Obligasi

a. Pengertian Obligasi

Menurut Tjiptono Darmaji dan Hendy M. Fakhrudin (2011:12), obligasi

merupakan surat berharga mengenai perjanjian peminjaman sejumlah dana oleh

penerbit obligasi kepada masyarakat (investor) dimana penerbit obligasi

berkewajiban melunasi pokok utang beserta bunga secara berkala pada waktu

yang telah ditentukan kepada investor. Obligasi merupakan surat pengakuan

hutang yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintah atau perusahaan sebagai pihak

yang berhutang (Rusfika dan Wahidahwati: 2015). Menurut Abdul Halim

(2015:9) obligasi merupakan surat berharga mengenai kontrak antara pihak

pemberi dana (investor) dengan pihak yang membutuhkan dana (emiten). Obligasi

berbentuk selembar kertas yang berisi mengenai perjanjian pengembalian pokok

pinjaman, bunga pokok, ketentuan-ketentuan lain seperti identitas pemegang, serta

pembatasan-pembatasan atas tindakan hukum yang dilakukan oleh penerbit.

b. Jenis-Jenis Obligasi

Menurut Tarmiden Sitorus (2015:18), dari sisi metode pembayaran bunga

dan pokok serta jangka waktu, dikenal beberapa jenis obligasi yaitu :

1. Zero coupon bond, yaitu obligasi dengan bunga beserta pokok pinjaman

dibayarkan bersamaan pada saat jatuh tempo.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

24

2. Coupon bonds, yaitu obligasi yang menetapkan pembayaran bunga secara

periodik.

3. Fixed coupon bonds, yaitu obligasi dengan tingkat bunga kupon yang telah

ditetapkan sebelumnya dan dibayarkan secara periodik.

4. Floating coupon bonds, yaitu obligasi dengan tingkat bunga kupon yang

berubah secara periodik mengikuti suatu acuan tertentu.

5. Inflation-indexed bonds, yaitu obligasi dengan pembayaran jumlah pokoknya

disesuaikan dengan laju inflasi yang terjadi dalam suatu periode tertentu.

6. Perpetual bonds, yaitu obligasi dengan bunga yang dibayarkan secara

periodik, akan tetapi pokoknya tidak pernah dibayarkan atau tanpa jatuh

tempo.

7. Convertible bonds, yaitu obligasi yang memberikan hak kepada pemegangnya

untuk menukarkan obligasi yang dimilikinya menjadi saham dari emiten yang

sama.

8. Exchangeable bonds, yaitu obligasi yang memberikan hak kepada

pemegangnya untuk mengonversi obligasi miliknya ke saham perusahaan

afiliasi milik penerbitnya.

9. Callable bonds, yaitu obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk

membeli kembali obligasi pada harga tertentu sebelum jatuh tempo.

10. Puttable bonds, yaitu obligasi yang dapat dibeli kembali oleh emiten dari

pemegang obligasi dengan harga tertentu sebelum jatuh tempo.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

25

11. Assets-backed securities, yaitu obligasi yang dijamin dengan surat agunan

berbentuk asset seperti tagihan dan dikenal sebagai Efek Beragunan Aset

(EBA).

12. Mortgage bonds, yaitu obligasi yang dilengkapi dengan suatu agunan

berbentuk hipotek atas property (tanah dan atau bangunan) dalam penetapan

pembayaran pokok dan bunga.

c. Manfaat Obligasi

Apabila memilih investasi obligasi, investor akan memperoleh berbagai

manfaat. Manfaat-manfaat obligasi menurut Sunariyah (2011:216-218) yaitu :

1. Pendapatan bunga

Pendapatan bunga merupakan komponen utama dari investasi obligasi.

Tingkat bunga obligasi bersifat konstan karena tidak dipengaruhi harga pasar

obligasi. Pemegang obligasi dapat memperkirakan pendapatan yang akan

diterima karena di dalam perjanjian kontrak sudah tertulis secara pasti

mengenai hak-hak yang didapatkan.

2. Capital Gain

Capital gain merupakan selisih antara harga jual dan harga beli. Harga

obligasi dipengaruhi oleh tingkat suku bunga pasar dimana harga obligasi

dengan suku bunga pasar bergerak dengan arah berlawanan. Jadi, jika suku

bunga naik harga obligasi akan turun dan sebaliknya. Pergerakan nilai suku

bunga menyebabkan tidak stabilnya harga obligasi. Dengan pergerakan harga

obligasi ini maka investor dapat menentukan keputusan untuk menjual atau

membeli.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

26

3. Melindungi Risiko Inflasi

Perusahaan penerbit dapat mengatasi masalah inflasi apabila tingkat bunga

obligasi lebih tinggi daripada tingkat inflasi. Perusahaan ini merupakan

perusahaan yang mempunyai risiko tinggi dan likuiditasnya bagus.

4. Sebagai Agunan Kredit

Obligasi dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan karena dapat

digunakan sebagai agunan kredit bank dan untuk membeli instrument aktiva

lain.

d. Risiko Obligasi

Investasi dalam obligasi memiliki banyak risiko. Menurut Zalmi Zubir

(2012:6), potensi risiko yang akan dihadapi investor yaitu :

1. Risiko Tingkat Bunga

Risiko ini merupakan risiko yang disebabkan karena pergerakan tingkat

bunga yang akan memengaruhi harga obligasi. Harga obligasi akan turun jika

tingkat bunga pasar naik. Sebaliknya harga obligasi akan naik jika tingkat

bunga turun sehingga investor akan memperoleh keuntungan ketika menjual

obligasi tersebut, dan tidak disarankan bagi investor untuk menjual

obligasinya pada saat tingkat bunga pasar naik karena akan mengalami

kerugian.

2. Risiko Gagal Bayar (Default Risk)

Risiko gagal bayar terjadi saat perusaah emiten tidak mampu untuk

memenuhi kewajiban kepada investor dalam hal pembayaran bunga maupun

pokok pinjaman. Risiko ini bergantung pada kesehatan perusahaan.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

27

3. Call Risk

Risiko yang terjadi saat sebuah obligasi dibeli kembali oleh emiten sebelum

jatuh tempo. Obligasi akan dibeli kembali oleh emiten ketika tingkat bunga

pasar berada di bawah coupon rate kemudian emiten akan menerbitkan

kembali obligasi baru dengan kupon yang lebih rendah.

4. Purchasing Power Risk

Risiko ini merupakan risiko obligasi yang sangat dipengaruhi oleh inflasi.

Return obligasi akan baik jika inflasi rendah. Sebaliknya, jika inflasi tinggi

return obligasi akan buruk sehingga akan menurunkan daya beli obligasi.

5. Reinvestment Risk

Risiko ini merupakan risiko atas return investasi kupon obligasi dimana

kupon yang diterima investor diinvestasikan kembali pada tingkat bunga yang

lebih rendah.

6. Liquidity Risk

Risiko yang harus dihadapi investor ketika obligasi tidak aktif

diperdagangkan di bursa dan tidak ada kejelasan mengenai harga. Sehingga

investor akan mencari obligasi yang aktif diperdagangkan di bursa efek.

2.2.2. Peringkat Obligasi

1. Pengertian Peringkat Obligasi

Peringkat obligasi merupakan pernyataan mengenai keadaan perusahaan

emiten yang menunjukkan mengenai risiko untuk melakukan investasi obligasi

perusahaan tersebut. Peringkat mengukur risiko kegagalan emiten atau peminjam

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

28

mengalami kondisi tidak mampu memenuhi kewajiban keuangan (Rusfika dan

Wahidahwati: 2015). Peringkat obligasi perusahaan memberikan petunjuk bagi

investor tentang kualitas investasi obligasi yang mereka minati.

2. Jenis Peringkat Obligasi

Menurut Sunariyah (2011:214), rating obligasi dibagi menjadi dua jenis

yaitu:

a. Grade Bond

Yaitu obligasi yang masuk ke dalam peringkat yang layak untuk investasi

(Investment Grade). Peringkat yang termasuk ke dalam investment grade

adalah peringkat AAA, AA dan A menurut Standard & Poor’s atau

peringkat Aaaa, Aa, dan A menurut moody’s.

b. Non-grade Bond

Adalah obligasi yang telah diperingkat tetapi tidak termasuk peringkat

yang layak untuk investasi (non-investment grade). Peringkat yang masuk

kategori ini adalah BBB, BB dan B menurut Standard & Poor’s atau

peringkat Bbbb, Bb, dan B menurut moody’s.

3. Kegunaan Peringkat Obligasi

Menurut Sunariyah (2011:216), manfaat dan kegunaan peringkat obligasi

sebagai berikut:

1. Sebagai pertimbangan pihak lembaga keuangan untuk memberikan kredit

kepada perusahaan. Jika obligasi perusahaan tinggi, maka lembaga

keuangan akan dengan mudah memberikan kredit kepada perusahaan karena

akan mengalami risiko gagal bayar yang rendah.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

29

2. Sebagai dasar untuk menentukan tingkat bunga yang sesuai karena investor

akan tertarik dengan obligasi dengan tingkat bunga yang rendah karena

risiko gagal bayarnya kecil. Sedangkan investor akan meminta tingkat

bunga yang tinggi untuk perusahaan yang memiliki peringkat obligasi non

investment grade untuk mengompensasi risiko gagal bayar.

3. Sebagai acuan pemegang obligasi untuk mempertimbangkan risiko gagal

bayar perusahaan emiten.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

30

Tabel 2.2

TABEL PERINGKAT OBLIGASI MENURUT PEFINDO

Peringkat Keterangan

AAA

Obligasi peringkat AAA merupakan efek utang yang

memiliki peringkat tertinggi dan berisiko paling rendah serta

didukung oleh kemampuan obligor yang superior relatif

untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya sesuai

dengan perjanjian.

AA

Obligasi peringkat AA merupakan efek utang yang didukung

oleh kemampuan obligor yang sangat kuat untuk memenuhi

kewajiban jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian serta

tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan keadaan.

A

Obligasi peringkat A menunjukkan efek utang yang berisiko

investasi rendah dan memiliki kemampuan dukungan obligor

yang kuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan

perjanjian namun cukup peka terhadap perubahan yang

merugikan.

BBB

Obligasi peringkat BBB merupakan efek utang yang

memiliki risiko cukup rendah didukung oleh kemampuan

obligor yang memadai untuk memenuhi kewajiban sesuai

perjanjian namun dapat diperlemah oleh perubahan keadaan

bisnis dan perekonomian yang merugikan.

BB

Obligasi peringkat BB merupakan efek utang yang didukung

oleh kemampuan obligor yang sedikit lemah relatif

dibandingkan dengan entitas lainnya untuk memenuhi

kewajiban sesuai perjanjian namun dapat diperlemah oleh

perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang tidak

stabil.

B

Obligasi peringkat B merupakan efek utang yang

menunjukkan parameter perlindungan yang sangat lemah.

Walaupun obligor masih memiliki kemampuan untuk

memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya, namun

terdapat perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang

merugikan yang akan memperburuk kemampuan tersebut

untuk memenuhi kewajiban finansialnya.

CCC Obligasi peringkat C merupakan efek utang yang tidak

mampu lagi memenuhi kewajiban finansialnya serta hanya

bergantung kepada perbaikan keadaan eksternal.

D Obligasi peringkat D merupakan efek utang yang macet atau

emitennya sudah berhenti berusaha.

Sumber : PT.Pefindo

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

31

2.2.3. Laporan Keuangan

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2013:105), laporan keuangan merupakan

gambaran mengenai kondisi keuangan perusahaan pada jangka waktu tertentu.

Sedangkan menurut Dwi Prastowo (2011:5), laporan keuangan bertujuan untuk

menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi

keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam

pengambilan keputusan ekonomi. Veitzhal Rivai, et.al (2013:375),

mendefinisikan laporan keuangan sebagai laporan periodik yang disusun menurut

prinsip-prinsip akuntansi mengenai status keuangan dari individu, asosiasi, atau

organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan

ekuitas pemilik.

Pada dasarnya laporan keuangan bank sama dengan laporan keuangan

perusahaan. Namun perbedaannya terletak pada laporan komitmen dan kontinjensi

pada laporan keuangan bank, sedangkan perusahaan tidak. Bank diwajibkan

untuk menyampaikan laporan keuangan berupa neraca, laporan laba rugi, laporan

komitmen dan kontijensi, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.

Laporan keuangan sangat penting sebagai dasar untuk mengetahui kinerja sebuah

bank khususnya investor dalam mengambil keputusan investasi. Kondisi bank

dapat dilihat dari kinerja keuangan melalui pengukuran rasio keuangan bank.

2.2.4 Kinerja Keuangan Bank

Kinerja keuangan merupakan informasi penting bagi investor dalam

mengambil keputusan investasi. Kinerja keuangan menggambarkan suatu kondisi

keuangan perusahaan yang dapat dilihat dari masing-masing rasio keuangannya.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

32

Terdapat beberapa pengukuran kinerja keuangan melalui rasio-rasio keuangannya.

Kinerja keuangan bank dapat dilihat melalui tingkat likuiditas, profitabilitas,

permodalan, dan kualitas asset.

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan bank

dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut Veitzhal Rivai, et.al

(2013:145), likuiditas mencerminkan ketersediaan uang tunai yang cukup dan

disertai dengan kemampuan meningkatkan jumlah dana untuk memenuhi

kewajiban pembayaran terutama kepada nasabah yang dapat melakukan

permintaan penarikan dan permintaan kredit yang terjadi secara tidak terduga.

Berikut ini dijelaskan berbagai rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas.

a. Cash Ratio

Cash ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank

dalam membayar kembali simpanan nasabah pada saat ditarik. Menurut Veithzal

Rivai, et.al (2013:483), rumus yang dapat digunakan untuk mengukur Cash ratio

adalah:

Cash Ratio = ..........................................................(1)

Keterangan:

1. Aktiva likuid terdiri dari kas, giro BI, giro pada bank lain.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

33

2. Pasiva likuid merupakan dana pihak ketiga yang terdiri dari giro, tabungan,

deposito dan simpanan dari bank lain.

b. Loan to Deposite Ratio (LDR)

Loan to Deposite Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah

kredit yang diberikan bank dengan jumlah dana masyarakat yang dihimpun oleh

bank. Rumus yang digunakan dalam rasio ini menurut Veithzal Rivai, et.al

(2013:484) adalah:

LDR = .........................................(2)

Keterangan:

1. Kredit yang diberikan merupakan jumlah kredit yang disalurkan pada pihak

ketiga.

2. Dana pihak ketiga terdiri dari giro, deposito berjangka, dan tabungan.

c. Loan to Asset Ratio (LAR)

Loan to Asset Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan

aktiva yang dimiliki bank dan merupakan perbandingan antara jumlah kredit yang

diberikan oleh bank dengan total aktiva yang dimiliki bank. Menurut Veithzal

Rivai, et.al (2013:484), Loan to Asset Ratio dirumuskan dengan:

LAR = ..........................................(3)

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

34

Keterangan:

1. Kredit yang diberikan merupakan jumlah dana yang disalurkan pada nasabah

yang membutuhkan dana.

2. Jumlah asset merupakan total aktiva yang dimiliki oleh bank yang tertera

pada neraca.

d. Banking Ratio (BR)

Banking Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas bank

dengan membandingkan jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah deposit

yang dimiliki. Menurut Veithzal Rivai, et.al (2013:306), rasio ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

BR = ..................................................................(4)

Keterangan:

1. Total deposit terdiri dari giro, deposito berjangka, dan tabungan.

2. Total loans terdiri dari kredit yang diberikan.

e. Reserve Requirement (RR)

Reserve Requirement merupakan likuiditas wajib minimum yang harus dipelihara

dalam bentuk giro pada Bank Indonesia yang berlaku bagi semua bank. Menurut

Veithzal Rivai, et.al (2013:306), perhitungan ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Reserve Requirement = ...................................(5)

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

35

Keterangan:

1. Giro wajib minimum diperoleh dari pos neraca.

2. Dana pihak ketika diperoleh dari penjumlahan pos neraca pasiva (giro,

tabungan, deposito berjangka, dan sertifikat deposito).

f. Rasio Net Call Money to Current Assets (NCM to CA)

Rasio Net Call Money to Current Assets merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur seberapa besar kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar.

Rumus yang dapat digunakan untuk mengukur rasio ini adalah:

NCM = ...........................................(6)

Keterangan:

1. Call Money didapat dari neraca.

2. Aktiva lancar didapat dari penjumlahan kas, giro BI, SBI, giro pada bank lain,

deposito on call, call money.

2. Rasio Rentabilitas

Menurut Veithzal Rivai, et.al (2013:480), rentabilitas adalah rasio yang

digunakan untuk mengukur efisiensi dan kualitas pendapatan bank. Jika bank

memiliki laba yang tinggi diartikan bahwa kinerja bank baik sehingga investor

akan tertarik untuk berinvestasi khususnya investor obligasi karena jika suatu saat

bank dilikuidasi sehingga investor akan merasa terproteksi. Berikut ini dijelaskan

berbagai rasio yang digunakan untuk mengukur rentabilitas.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

36

a. Return on Total Asset (ROA)

Return on Total Asset merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan yang berasal dari

pengelolaan aktiva yang dimiliki. Menurut Veithzal Rivai, et.al (2013:480),

rumus yang digunakan untuk menghitung ROA yaitu:

ROA = …………………..…(7)

Keterangan:

1. Laba bersih sebelum pajak diperoleh dari perhitungan pada laporan laba/rugi.

2. Total asset diperoleh dari perhitungan pada neraca aktiva.

b. Return on Total Equity (ROE)

Return On Equity merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur

kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan

pembayaran dividen. Menurut Veithzal Rivai, et.al (2013:481), rumus yang

digunakan untuk menghitung ROE yaitu:

ROE = .........................................................(8)

Keterangan:

1. Laba bersih diperoleh dari perhitungan neraca (laporan laba/rugi).

2. Modal sendiri merupakan semua komponen ekuitas pada neraca.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

37

c. Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan earning

assets dalam menghasilkan pendapatan bunga bersih dalam pemanfaatan aktiva

produktif. Menurut Veithzal Rivai, et.al (2013:481), rumus yang dapat digunakan

untuk menghitung NIM yaitu:

NIM = .......(9)

Keterangan:

1. Perolehan pendapatan bunga bersih dilaporkan dari pos pendapatan laporan

laba/rugi.

2. Aktiva produktif terdiri dari kredit pihak ketiga, penyertaan pada pihak

ketiga, giro pada Bank Indonesia, surat berharga.

d. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

BOPO merupakan perbandingan antara beban operasional dengan pendapatan

operasional yang digunakan untuk mengukur kamampuan bank dalam melakukan

kegiatan operasional dan mengukur tingkat efisiensi bank. Menurut Veithzal

Rivai, et.al (2013:482), rumus yang dapat digunakan untuk menghitung BOPO

yaitu:

BOPO = X 100%................................................(10)

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

38

Keterangan:

1. Beban operasional diperoleh dari penjulalahan laba rugi (beban bunga).

2. Pendapatan operasional diperoleh dari penjumlahan laba rugi (pendapatan

bunga).

e. Fee Base Income Ratio

Fee Base Income Ratio merupakan pendapatan operasional di luar bunga.

Menurut Veithzal Rivai, et.al, rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini

adalah:

Fee Base Income Ratio = ..............(11)

Keterangan:

1. Pendapatan Operasional lain merupakan pendapatan operasional selain dari

pendapatan bunga yang diperoleh dengan melihat laporan laba/rugi.

2. Pendapatan operasional diperoleh dari penjumlahan laba rugi (pendapatan

bunga).

3. Rasio Permodalan

Permodalan merupakan cadangan dana yang digunakan untuk

mengembangkan usaha dan menangani kemungkinan terjadinya risiko kerugian.

Menurut Mudrajat Kuncoro dan Suhardjono (2011:519) permodalan merupakan

kemampuan bank dalam mempertahankan kecukupan modal dan kemampuan

manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

39

risiko-risiko yang dapat mempengaruhi besarnya modal bank. Menurut Veithzal

Rivai, et.al, berbagai rasio yang digunakan untuk mengukur permodalan adalah:

a. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio merupakan kemampuan bank untuk mengcover kerugian

yang timbul dari aktivitas yang dilakukan bank. Capital Adequacy Ratio digunakan

untuk mengetahui kecukupan modal bank dalam mengcover aktiva yang

mengandung risiko. Menurut Veithzal Rivai, et.al (2013:472), rumus yang

digunakan untuk mengukur rasio ini adalah:

CAR = …………………….(12)

Keterangan:

1. Modal inti dan modal pelengkap merupakan total modal serta dikurangi

penyertaan.

2. Perhitungan total aktiva tertimbang menurut risiko dihitung berdasarkan

jumlah atas aktiva tertimbang menurut risiko pasar, risiko kredit, dan risiko

operasional pada laporan keuangan.

b. Capital Adequacy Ratio 2 (CAR2)

Capital Adequacy Ratio 2 digunakan nntuk mengukur kemampuan dana internal

dalam menutupi kredit macet. Menurut Veithzal Rivai, et.al (2013:306), untuk

mencari Capital Adequacy Ratio 2 digunakan rumus berikut:

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

40

CAR2 = ...........................................(13)

Keterangan:

1. Modal (equity capital) terdiri dari modal disetor, cadangan umum, cadangan

lain, laba tahun berjalan, laba ditahan, dana setoran modal, dan jumlah modal.

2. Fixed Assets merupakan aktiva yang memiliki massa lebih dari satu tahun

yang dapat dihitung dari neraca.

3. Estimated Risk in Loans merupakan kredit macet.

c. Capital Ratio

Capital Ratio digunakan untuk mengetahui besarnya modal yang digunakan untuk

menutupi kegagalan kegiatan perkreditan. Menurut Veithzal Rivai, et.al

(2013:306), untuk menghitung Capital Ratio digunakan rumus berikut:

Capital Ratio = ..................................................(14)

Keterangan:

1. Modal (equity capital) terdiri dari modal disetor, cadangan umum, cadangan

lain, laba tahun berjalan, laba ditahan, dana setoran modal, dan jumlah modal.

2. Total loans merupakan dana bank dari pinjaman dari Bank Indonesia,

pinjaman dari bank lain, pinjaman subordinasi, pinjaman dari Lembaga

Keuangan Bukan Bank, dan obligasi.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

41

4. Rasio Kualitas Asset

Kualitas asset merupakan kemampuan bank dalam mengelola aktiva

produktif yang dimiliki bank agar memberikan manfaat berupa keuntungan.

Menurut Mudrajat Kuncoro dan Suhardjono (2012:519) kualitas aktiva produktif

menunjukkan kualitas asset yang berhubungan dengan risiko kredit yang

diakibatkan dari pemberian kredit dan investasi dana bank pada portofolio yang

berbeda. Bank yang memiliki kualitas aset yang baik akan terhindar dari risiko

kerugian. Menurut Veithzal Rivai, et.al (2013:475) rumus yang digunakan untuk

mengukur rasio ini adalah:

a. Non Performing Loan (NPL)

Non Performing Loan merupakan rasio perbandingan antara kredit bermasalah

dengan total kredit. Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola

kredit bermasalah dari seluruh kredit yang diberikan. Rumus untuk menghitung

rasio ini sebagai berikut:

NPL = X 100% …………………………….(15)

Keterangan:

1. Jumlah kredit bermasalah terdiri dari kredit dengan kolektibilitas kurang

lancar, diragukan, dan macet.

2. Total kredit merupakan jumlah keseluruhan kredit yang diberikan oleh pihak

ketiga yang terdiri dari semua kolektibilitas.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

42

b. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP)

Kualitas aktiva produktif merupakan perbandingan antara classified assets dengan

total earning assets. Classified assets yaitu kredit yang masuk dalam kriteria

kredit kurang lancar, diragukan, dan macet. Sedangkan total earning assets yaitu

kredit yang diberikan, surat berharga, aktiva antar bank, dan penyertaan. Menurut

Veithzal Rivai, et.al (2013:475), rumus yang dapat digunakan untuk menghitung

rasio ini adalah:

KAP = X 100%..............................................................(16)

Keterangan:

PPAP adalah Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang wajib dibentuk

untuk menutupi risiko kerugian.

c. Bad Debt Ratio (BDR)

Bad Debt Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa

besar debitur bank mengalami kesulitan dalam cash flow yang mengakibatkan

kesulitan dalam membayar angsuran pada bank. Menurut Veithzal Rivai, et.al

(2013:474), rumus yang dapat digunakan untuk menghitung BDR adalah:

BDR = ..........................(17)

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

43

Keterangan:

1. Kriteria aktiva produktif yang diklasifikasikan ialah aktiva produktif dalam

perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet.

2. Komponen aktiva produktif meliputi penyertaan saham, surat berharga, kredit

yang diberikan bank, dan tagihan pada bank lain.

2.2.5 Pengaruh Likuiditas Terhadap Peringkat Obligasi

Likuiditas merupakan kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban

jangka pendeknya. Menurut Veithzal Rivai, et.al (2013:145), likuiditas

merupakan kemampuan bank dalam menyediakan uang tunai untuk memenuhi

kewajibannya. Likuiditas dapat diukur dengan menggunakan Cash Ratio yaitu

untuk mengetahui kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban yang harus

segera dibayarkan dengan menggunakan aset likuid yang dimiliki bank.

Tingkat likuiditas yang tinggi diartikan bahwa tingkat persediaan aset

likuid yang dimiliki bank cukup sehingga bank akan mampu memenuhi

kewajiban-kewajibannya termasuk kewajiban membayar bunga obligasi dan

investor akan tertarik untuk berinvestasi karena mempunyai risiko gagal bayar

yang rendah. Bank yang memiliki likuiditas tinggi juga diartikan bahwa bank

akan mengalami penurunan pendapatan laba, sedangkan laba sangat penting bagi

bank yang menerbitkan obligasi karena laba dapat dimanfaat untuk pembayaran

bunga obligasi.

Jadi jika likuiditas bank tinggi maka peringkat obligasi akan baik, akan

tetapi jika likuiditas bank rendah maka peringkat obligasi juga akan buruk.

Likuiditas yang tinggi juga dapat menurunkan peringkat obligasi maka jika

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

44

likuiditas tinggi peringkat obligasi akan turun, sebaliknya jika likuiditas rendah

maka bank memiliki peluang untuk mendapatkan peringkat yang baik.

Theofillus Steven Susanto, Bertha Silva Sutejo, dan Deddy Marciano

(2012) memberikan bukti bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap peringkat

obligasi bank, yang berarti jika likuiditas tinggi maka peringkat obligasi bank

akan tinggi. Sebaliknya jika likuiditas rendah maka perolehan peringkat obligasi

akan rendah.

2.2.6 Pengaruh Rentabilitas Terhadap Peringkat Obligasi

Rentabilitas digunakan untuk mengukur perolehan laba dan tingkat

efisiensi usaha. Laba yang dihasilkan dapat didistribusikan untuk pembayaran

kupon bunga dan pokok pinjaman atas surat utang yang diterbitkan, sehingga para

pemegang surat utang merasa terjamin untuk mendapatkan pendapatan tetap

secara berkala (Ninik Amalia: 2013). Semakin tinggi tingkat rentabilitas bank

maka semakin rendah risiko bank mengalami default risk. Rentabilitas dapat

diukur dengan Return On Asset, yaitu untuk mengetahui seberapa besar tingkat

perolehan laba dari penggunaan asset yang dimiliki bank dalam kegiatan

operasionalnya. Nilai Return On Asset yang tinggi mengindikasikan perolehan

laba bank yang tinggi.

Jadi, jika rentabilitas bank tinggi maka peringkat obligasi bank tersebut

juga baik. Sebaliknya jika rentabilitas bank rendah maka perolehan peringkat

obligasi juga rendah.

Theofillus Steven Susanto, Bertha Silva Sutejo, dan Deddy Marciano

(2012) memberikan bukti bahwa profitabilitas/rentabilitas berpengaruh positif

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

45

terhadap peringkat obligasi yang berarti jika rentabilitas tinggi maka perolehan

peringkat obligasi akan tinggi dan sebaliknya jika rentabilitas rendah maka

perolehan peringkat obligasi juga akan rendah.

2.2.7 Pengaruh Permodalan Terhadap Peringkat Obligasi

Permodalan merupakan cadangan dana bank yang digunakan pada saat

bank mengalami kesulitan. Menurut Julius R. Latumaerissa (2014:47) permodalan

berfungsi sebagai sumber utama pembiayaan dan sebagai penyangga terhadap

kemungkinan terjadinya kerugian. Permodalan dapat diukur dengan menggunakan

Capital Adequacy Ratio untuk mengetahui kecukupan modal bank dalam

mengcover aktiva yang mengandung risiko. Jika permodalan bank besar maka

kemungkinan terjadinya risiko akan berkurang sehingga investor yakin untuk

berinvestasi karena bank akan terhindar dari risiko likuiditas sehingga bank dapat

membayar bunga dan pokok pinjaman obligasi. Jika permodalan besar maka

peringkat obligasi naik.

Permodalan yang besar juga dapat mengakibatkan rendahnya perolehan

peringkat obligasi. Adanya permodalan yang besar mengakibatkan banyaknya

modal yang menganggur sehingga modal tersebut tidak dimanfaatkan untuk

kegiatan operasional yang menghasilkan laba dimana laba tersebut dapat

dimanfaatkan untuk pembayaran bunga dan pokok pinjaman obligasi. Sehingga

jika permodalan besar, maka akan perolehan peringkat obligasi akan rendah,

sebaliknya jika permodalan bank rendah, maka perolehan peringkat obligasi akan

tinggi.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

46

Theofillus Steven Susanto, Bertha Silva Sutejo, dan Deddy Marciano

(2012) memberikan bukti bahwa permodalan berpengaruh positif terhadap

peringkat obligasi. Hal ini dapat diartikan bahwa jika permodalan besar maka

bank akan mendapatkan peringkat obligasi yang baik. Jika permodalan bank

rendah maka bank akan mendapatkan peringkat obligasi yang rendah. Serta Nelly

Thamida dan Hendro Lukman (2013) memberikan bukti bahwa permodalan

berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi. Jika nilai permodalan besar maka

bank akan mendapatkan peringkat obligasi yang rendah, sebaliknya jika

permodalan rendah akan peringkat obligasi yang didapatkan bank tinggi.

2.2.8 Pengaruh Kualitas Asset Terhadap Peringkat Obligasi

Kualitas asset adalah kemampuan bank dalam mengelola aktiva produktif

agar mendapat keuntungan.Pengelolaan aktiva produktif selain bank memperoleh

keuntungan juga terdapat risiko kerugian. Risiko kerugian yang dapat dialami

bank yaitu dengan adanya penyaluran dana, penanaman dana, dan penempatan

dana yang bermasalah. Menurut Veitzhal Rivai et.al (2013:473), penilaian

kualitas asset merupakan penilaian terhadap asset yang dimiliki bank dan

kecukupan manajemen kredit. Kualitas asset dapat diukur dengan Non Performing

Loan yang digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam mengelola

kredit bermasalah yang diberikan bank pada pihak ketiga.

Kualitas asset yang baik ditandai dengan adanya jumlah penanaman dana

bermasalah yang rendah, yang berarti bahwa nilai dari Non Performing Loan

rendah. Jika bank memiliki jumlah penanaman dana bermasalah yang rendah,

maka semakin besar keuntungan yang didapat bank. Sebaliknya semakin tinggi

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

47

jumlah penyaluran dana bermasalah, semakin rendah keuntungan yang didapatkan

sehingga peluang mengalami risiko gagal bayar tinggi. Sehingga kualitas asset

berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi.

Theofillus Steven Susanto, Bertha Silva Sutejo, dan Deddy Marciano

(2012) memberikan bukti bahwa kualitas asset berpengaruh negatif terhadap

peringkat obligasi. Semakin tinggi kualitas asset maka semakin rendah peringkat

obligasi. Sebaliknya semakin rendah kualitas asset maka semakin baik perolehan

peringkat obligasi.

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah suatu konsep pemikiran yang dituangkan

dalam bentuk bagan dalam suatu penelitian ilmiah mengenai variabel-variabel

yang diuji. Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu maka dapat digambarkan

kerangka pemikiran sebagai berikut:

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

48

H2

+/-

H3 +

H4 +/-

H5 -

-

H1

Gambar 2.1

KERANGKA PEMIKIRAN

Berdasarkan gambar kerangka pemikiran dalam penelitian ini menjelaskan

mengenai faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi perusahaan yang terdaftar

di BEI. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdapat variabel (X) yaitu

likuiditas (Cash Ratio), rentabilitas (ROA), permodalan (CAR), dan kualitas asset

(NPL) yang mempengaruhi variabel terikat (Y) peringkat obligasi.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesisi merupakan dugaan hasil penelitian sementara yang harus

dibuktikan melalui penelitian uji hipotesis. Berdasarkan perumusan masalah,

LIKUIDITAS

(Cash Ratio)

RENTABILITAS

(ROA)

PERINGKAT

OBLIGASI PERMODALAN

(CAR)

KUALITAS ASSET

(NPL)

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu a.eprints.perbanas.ac.id/2916/4/BAB II.pdf · 2017-08-28 · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian

49

tujuan penelitian dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

dapat diajukan hipotesis:

H1: Kinerja keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio rentabilitas, rasio

permodalan, dan rasio kualitas asset secara simultan berpengaruh terhadap

peringkat obligasi bank.

H2: Rasio likuiditas yang diukur dengan Cash Ratio memiliki pengaruh terhadap

peringkat obligasi bank.

H3: Rasio rentabilitas yang diukur dengan ROA memiliki pengaruh positif

terhadap peringkat obligasi bank.

H4: Rasio permodalan yang diukur dengan CAR memiliki pengaruh terhadap

peringkat obligasi bank.

H5: Rasio kualitas asset yang diukur dengan NPL memiliki pengaruh negatif

terhadap peringkat obligasi bank.