07 penangkapan ramah - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/manual-penangkapan_ramah.pdf ·...

44
i Volume -1

Upload: vucong

Post on 14-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

i

Volume -1

iii

PANDUANJENIS-JENIS PENANGKAPAN IKANRAMAH LINGKUNGAN

Kerjasama :

Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumberdaya AlamSATKER REHABILITASI DAN PENGELOLAAN TERUMBU KARANG(COREMAP II)TAHUN 2006

Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau KecilDEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANANTAHUN 2006

PT. BINA MARINA NUSANTARA (Konsultan Kelautan dan Perikanan)Kantor: Gedung Sarana Pengembangan Usaha Lt.8, Jl. Angkasa Blok B-9Kav 6 Kota Baru, Bandar Kemayoran, Jakarta 10720Telp. (021) 6546630, Fax. (021) 6546631, E-mail: [email protected]

Volume -1

iv

Kata Pengantar

Kebutuhan akan informasi dasar bagi pengelolaan sumberdaya terumbukarang berbasis masyarakat perlu dikaitkan dengan tujuan dan sasaranCBM-COREMAP II, yaitu bahwa masyarakat di sekitar lokasi terumbukarang sebagai target kegiatan COREMAP II dapat rnengetahui danmemahami CBM-COREMAP II. Hal ini merupakan dasar bagi perlunyapembuatan Paket Buku Panduan (Self Learning Material Pack) tentang CBM-COREMAP. Paket Buku Panduan, yang merupakan media pembelajaranmandiri bagi para fasilitator dan motivator serta masyarakat pesisir, meliputibeberapa tema. Setiap tema disusun secara runtut dan sistematis danmencakup hal-hal yang dapat dijadikan panutan atau contoh bagimasyarakat mengelola ekosistem terumbu karang dan ekosistem terkaitserta sumberdaya yang terkandung di dalamnya secara berkelanjutan danmandiri.

Sampai dengan saat ini, draft Paket Buku Panduan yang terdiri atas 10(sepuluh) judul buku telah selesai disusun, walaupun dengan keterbatasanwaktu yang tersedia. Dalam waktu dekat, kesepuluh draft buku panduanakan diujicobakan di 7 (tujuh) kabupaten yang menjadi lokasi COREMAP IIdi Indonesia Bagian Timur, untuk mendapatkan masukan-masukan dari parafasilitator, motivator, dan staff COREMAP II di daerah. Masukan dari merekaakan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam rangka memfinalisasikesepuluh buku tersebut sebelum kami serahkan kepada ManajemenCOREMAP II di Departemen Kelautan dan Perikanan di Jakarta.

Jakarta, Nopember 2006PT. Bina Marina Nusantara

v

Pengelolaan sumberdaya terumbu karang yang berkelanjutan menuntutkesinambungan upaya dan konsistensi sistem kebijakan, serta mensyaratkankemampuan sumberdaya manusia sebagai pengelola dan ketersediaaninformasi yang memadai sebagai dasar pengambilan keputusan. Peran manusia,terutama masyarakat pesisir sebagai pengguna dan pengelola sumberdayaalam pesisir dan laut, menjadi sentral dalam proses pengelolaan sumberdayaterumbu karang. Namun, pada kenyataannya, pemangku kepentinganpengelolaan sumberdaya terumbu karang selain memiliki beragamkepentingan terhadap pemanfaatan sumberdaya alam tersebut memilikikapasitas yang sangat bervariasi. Ada ketidakseimbangan kemampuan dalampengetahuan secara formal yang memadai di antara pemangku kepentingan.Rendahnya sebagian besar kapasitas pemangku kepentingan sumberdayaterumbu karang, memicu ketidakseimbangan pemanfaatan sumberdayatersebut. Dengan demikian, pembelajaran yang terus menerus bagi merekamerupakan hal yang sangat diperlukan dalam meningkatkan kapasitaspemangku kepentingan sumberdaya terumbu karang.

Namun demikian, tingginya kebutuhan peningkatan kapasitas sumberdayamanusia dan terbatasnya dana yang ada menyebabkan proses pembelajaranyang sangat diperlukan sebagai dasar pengelolaan sumberdaya pesisir dan lauttimpang. Sehubungan dengan itu, maka dirasakan penting untuk menyusunPaket Buku Panduan (Self Learning Material Pack) untuk pembelajaranmandiri pengelolaan terumbu karang berbasis masyarakat (Community-BasedManagement CBM). Hal ini karena salah satu pendekatan bagi pembelajaranmasyarakat yang paling efektif dan menjangkau lokasi terpencil adalah melaluimedia buku. Media buku dapat membawa pesan jauh lebih banyak dan luasdibandingkan media lainnya. Kegiatan ini bertujuan untuk menyediakaninformasi untuk seluruh tingkatan para pemangku kepentingan denganmenyediakan berbagai pilihan. Selain itu, kegiatan pengembangan BukuPanduan ini ditujukan untuk memberikan informasi mengenai berbagaistrategi pengelolaan sumberdaya terumbu karang dari sudut pandang

Sambutan Dirjen KP3K

vi

masyarakat nelayan, para manajer sumberdaya dan organisasi-organisasiyang bergerak di bidang lingkungan.

Materi Paket Buku Panduan merupakan pembelajaran dari pengalaman-pengalaman pelaksanaan program-program pengelolaan sumberdaya pesisirdan laut berbasis masyarakat di Indonesia maupun di luar negeri. PaketBuku Panduan terdiri atas 11(sebelas) judul sebagai berikut:(1) Panduan penyusunan Rencana Pengelolaan Terumbu Karang (RPTK)(2) Pengenalan Manfaat dan Fungsi Ekosistem Terumbu Karang dan

Ekosistem Terkait, serta Kondisi Terumbu Karang di Indonesia(3) Pembelajaran dari Program Pengelolaan Sumberdaya Alam Laut

Berbasis Masyarakat(4) Panduan Pengambilan Data dengan Metode RRA dan PRA.(5) Panduan Penyusunan Peraturan Desa tentang Daerah Perlindungan

Laut(6) Panduan Pengorganisasian Masyarakat(7) Panduan Mata Pencaharian Alternatif(8) Panduan Jenis-jenis Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan(9) Panduan Monitoring Berbasis Masyarakat(10)Panduan Pembuatan Daerah Perlindungan Laut, dan(11)Panduan Pengelolaan Pondok Informasi (Info Center).

Seluruh Paket Buku Panduan tersebut diharapkan dapat memberi manfaatbagi seluruh pihak, terutama masyarakat pesisir, para Terakhir, kamimengucapkan terima kasih kepada ketua dan seluruh anggota TimPenyusun atas kerja kerasnya sehingga seluruh paket buku panduan dapatdiselesaikan dengan baik. Kami juga mengucapkan terima kasih kepadasemua pihak yang telah memberikan masukan dalam penyusunan paketbuku panduan ini.

Jakarta, Nopember 2006Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil

vii

Sekapur Sirih

Ucapan terima kasih dan penghargaan disampaikan kepada semua pihakyang telah menyumbangkan pikiran dan tenaga sehingga penyusunan PaketBuku Panduan (Self Learning Material Pack) untuk pembelajaran mandiripengelolaan terumbu karang berbasis masyarakat (Community-Based Man-agement CBM) dapat diselesaikan dengan baik. Paket Buku Panduan inidapat diselesaikan karena kerja keras Tim Penyusun dan berkat kontribusiyang diberikan oleh Tim COREMAP II di Jakarta serta Tim COREMAPDaerah dan para fasilitator dan motivator desa di lokasi-lokasi CORMAP IIdi 7 (tujuh) kabupaten, yaitu Kabupaten Banggai Kepulauan, KabupatenButon, Kabupaten Selayar, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Sikka,Kabupaten Raja Ampat, dan Kabupaten Biak. Kontribusi yang sangatberharga berupa dukungan kesekretariatan dan logistik disediakan oleh PTBina Marina Nusantara.

viii

Daftar Isi

KATA PENGANTAR .................................................................................................. iv

SAMBUTAN DIRJEN KP3K ..................................................................................... v

SEKAPUR SIRIH ........................................................................................................ vii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii

BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 11. Mengapa Perlu Buku Panduan? ............................................................. 22. Buku Panduan untuk Siapa? ................................................................... 33. Bagaimana Menggunakan Buku Panduan? ........................................... 3

BAB 2. APAKAH PENGELOLAAN PERIKANAN ITU .................................... 5Cara penangkapan ikan yang merusak ..................................................... 61. Penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak ................ 62. Menggunakan Racun Sianida .................................................................. 83. Bubu ........................................................................................................... 104. Pukat Harimau ........................................................................................ 115. Pukat Dasar .............................................................................................. 11

BAB 3. ALAT TANGKAP IKAN YANG RAMAH LINGKUNGAN .............. 13a. Alat tangkap harus memiliki selektivitas yang tinggi ...................... 13b. Alat tangkap yang digunakan tidak merusak habitat, tempat

tinggal dan berkembang biak ikan dan organisme lainnya ........... 14c. Tidak membahayakan nelayan (penangkap ikan) ........................... 14d. Menghasilkan ikan yang bermutu baik ............................................. 15e. Produk tidak membahayakan kesehatan konsumen .................... 15f. Hasil tangkapan yang terbuang minimum ........................................ 15g. Alat tangkap yang digunakan harus memberikan dampak

minimum terhadap keanekaan sumberdaya hayati ....................... 16

ix

h. Tidak menangkap jenis yang dilindungi undang-undang atauterancam punah .................................................................................... 16

i. Diterima secara sosial .......................................................................... 16

Alat Tangkap yang ramah dan tidak ramah lingkungan ....................... 17 1. Penangkapan ikan hias ......................................................................... 17 2. Pukat Udang ........................................................................................... 22 3. Pukat Cincin ........................................................................................... 23 4. Pukat Kantong ....................................................................................... 24 5. Jaring Insang ............................................................................................ 24 6. Jaring Angkat ........................................................................................... 25 7. Pancing ..................................................................................................... 26 8. Perangkap ................................................................................................ 26 9.Alat pengumpul ..................................................................................... 2710. Alat penangkap lainnya ........................................................................ 27

BAB 4. PARTISIPASI MASYARAKAT ................................................................... 29

a. Keterlibatan dalam tatacara penangkapan ikan yang ramahlingkungan ............................................................................................... 30

b. Keterlibatan dalam pengelolaan sumberdaya ikan ......................... 31c. Keterlibatan dalam pengembangan kelembagaan........................... 31

BAB 5. RINGKASAN JENIS ALAT TANGKAP DAN DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN ................................................................ 32

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 36

1

Pendahuluan

1B A B

Perikanan merupakan sumberdaya yang sangat penting bagikehidupan masyarakat di Indonesia. 56 persen asupanprotein masyarakat Indonesia berasal dari ikan dan/atauproduk perikanan. Hingga tahun 2000 saja, perikananmemberikan penghidupan kepada sekitar lima juta nelayandengan nilai total hasil rata-rata sekitar 3,5 juta ton pertahunnya (reference 2003). Penangkapan ikan yang merusakyang banyak dilakukan belakanan ini telah menyebabkanberkurangnya ketersediaan ikan yang merupakansumberdaya pangan yang penting bagi kesejahteraanmasyarakat di Indonesia, khususnya yang tinggal di wilayahpesisir dan laut.

Penangkapan ikan yang merusak seperti penggunaan bomdan racun sianida serta alat penangkap ikan yang merusaklainnya menyebabkan hancurnya ekosistem terumbu karangdan berkurangnya ketersediaan ikan karang yang bernilaiekonomi tinggi. Perusakan ekosistem terumbu karang initelah dapat dirasakan dampaknya secara langsung olehmasyarakat. Berkurangnya hasil tangkapan ikan dan semakinjauhnya daerah jelajah penangkapan menunjukkan ekosistempesisir dan laut yang rusak. Ekosistem pesisir dan laut yangrusak selanjutnya tidak dapat menyediakan ikan dansumberdaya pesisir dan laut. Dan begitu seterusnya.

Saat ini, telah banyak dikembangkan metode penangkapanyang tidak merusak lingkungan. Selain karena tuntutan dankecaman dunia internasional yang akan memboikot ekspordari negara yang sistem penangkapan ikannya masih merusaklingkungan, pemerintah juga telah berupaya untukmelaksanakan tata cara perikanan yang bertanggung jawab

2

yang dikeluarkan FAO (suatu lembaga di bawah PBB untuk urusan pangan).Hal ini untuk menjamin keberlanjutan kegiatan perikanan yang menjadisalah satu andalan pemerintah untuk perolehan devisa negara. Salah satucontohnya adalah beberapa metode penangkapan ikan karang. Jenis alattangkap yang tidak merusak lingkungan bagi ikan karang antara lain pancingdan perangkap (trap) yang disesuaikan dengan kondisi perikanan danekosistem setempat.

1. Mengapa perlu buku panduan?

Kegiatan penangkapan ikan yang merusak menjadi masalah bagi ketersediaansumberdaya perikanan yang secara langsung dapat berpengaruh padakesejahteraan dan kecukupan gizi dan nutrisi bagi masyarakat. Dengandemikian, pengembangan cara penangkapan ikan yang ramah lingkungansangat diperlukan, terutama di wilayah pesisir dan laut yang sangattergantung pada sumberdaya perikanan, seperti di Kabupaten seperti Sikka,Pangkajene Kepulauan, Selayar, Buton, Wakatobi, Raja Ampat, dan BiakNumfor. Dengan bekal pengetahuan mengenai penangkapan ikan yangramah lingkungan, diharapkan para nelayan dapat turut menjaga kelestariansumberdaya pesisir dan laut yang sangat diperlukan bagi kehidupan mereka.

Buku Panduan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dariserangkaian Buku Panduan pembelajaran mandiri (self learning materialpack) yang dikembangkan bagi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan LautBerbasis Masyarakat di tujuh kabupaten yang terlibat dalam kegiatanCOREMAP di atas.

Tema-tema lain yang berkaitan dengan Buku Panduan Jenis-jenisPenangkapan Ikan Ramah Lingkungan adalah· Pengenalan Manfaat dan Fungsi Ekosistem Terumbu Karang dan

ekosistem terkait, serta kondisi terumbu karang di Indonesia

3

· Pembelajaran dan program-program pengelolaan sumberdaya lautberbasis masyarakat

· Panduan Pengambilan Data dengan metode Rural Rapid Appraisal danParticipatory Rural Appraisal

· Panduan Penyusunan Regulasi Tingkat Desa· Panduan Pengorganisasian Masyarakat· Panduan Mata Pencaharian Alternatif· Panduan Jenis-jenis Penangkapan Ikan yang Ramah dan Tidak Ramah

Lingkungan· Panduan Monitoring Berbasis Masyarakat· Panduan Penyusunan Daerah Perlindungan Laut· Panduan Pengelolaan Info Center, dan lain lain

2. Buku Panduan untuk Siapa?

Target utama Seri Buku Pembelajaran Mandiri adalah para FasilitatorCOREMAP II yang berada di tingkat kabupaten dan desa, yang kebanyakanadalah lulusan perguruan tinggi dan para Motivator Desa yang berasal daridesa-desa lokasi, yang kebanyakan lulusan SMP dan SMA. Motivator Desamerupakan kader pengelola terumbu karang di desa-desa di 7 (tujuh)Kabupaten COREMAP II di Indonesia Timur.

3. Bagaimana Menggunakan Buku Panduan?

Buku ini ditulis secara khusus bagi pembaca target utama sebagai acuandalam memberikan penyuluhan dan pelatihan mengenai dasar pengelolaanterumbu karang, khususnya jenis penangkapan ikan yang ramah lingkungan.Karenanya, informasi yang tersaji dalam buku ini bersifat ringkas dan dasarserta berkaitan langsung dengan perikanan di ekosistem terumbu karang.Pihak-pihak yang memerlukan informasi dan pengetahuan yang lebih dalamdapat membaca buku-buku ilmiah yang berkaitan dengan teknologi dan

4

metode penangkapan ikan ramah lingkungan, baik bagi wilayah ekosistemterumbu karang, maupun penangkapan ikan di laut lepas.

Buku panduan Panduan Jenis-jenis Penangkapan Ikan Ramah Lingkungandibagi menjadi dua bagian utama. Yang pertama adalah dasar pemahamanpengelolaan perikanan dan dasar teori dan hukum yang berkaitan denganmetode penangkapan ikan. Yang kedua adalah penjelasan mengenai metodepenangkapan yang benar dan merusak, serta penjelasan mengenaiketerlibatan masyarakat secara umum dalam mengelola sistem perikanannyabagi daerah masing-masing. Buku ini dilengkapi dengan gambar dan ilustrasiyang diharapkan dapat memperjelas pemahaman mengenai aspek-aspekyang perlu diperhatikan, terutama dalam kegiatan penangkapan ikan.

Seperti telah disampaikan di muka, Buku Panduan ini merupakan bagianyang tidak terpisahkan dari Seri Buku Panduan bagi pengelolaan terumbukarang berbasis masyarakat yang diterbitkan oleh COREMAP II.Diharapkan Buku Panduan ini dapat memberi manfaat bagi para fasilitatordan motivator desa dalam mendampingi masyarakat, serta masyarakat desapada umumnya, sehingga kelestarian sumberdaya perikanan di wilayahnyadapat terjaga dan dapat dimanfaatkan oleh kita dan anak cucu kita.

5

2B A B Apakah Pengelolaan

Perikanan Itu?

Menurut Panduan Kegiatan Terbaik mengenai Standar Intibagi Pengumpulan, Penangkapan dan Penyimpanan Ikan tahun2001, pengelolaan perikanan adalah suatu proses terpaduyang mencakup setiap aspek penangkapan ikan. Prosestersebut meliput kegiatan yang berawal dari pengumpulandan analisis informasi, perencanaan, pengambilan keputusan,pemanfaatan sumberdaya, dan perumusan tindakanpenegakan peraturan di bidang pengelolaan perikanan.Tindakan penegakan ini dilaksanakan oleh pihak yangberwenang sehingga dapat mengendalikan perilaku pihak yangberkepentingan. Hal ini ditujukan bagi terjaminnyakelangsungan produktivitas perikanan dan kesejahteraansumberdaya alam hayati di wilayah pesisir dan laut.

Cara penangkapan ikan yang merusak, dapat didefinisikansebagai kegiatan penangkapan ikan yang menimbulkankerusakan secara langsung, baik terhadap habitat (tempathidup dan berkembang biak) ikan maupun terhadaporganisme utama yang berperan penting dalam membangunsuatu habitat (contohnya adalah karang pembangun terumbu� scleractinian, dalam ekosistem terumbu karang, �lihatPanduan Pengenalan Ekosistem Terumbu Karang danEkosistem Lainnya).

Penangkapan ikan dengan cara yang merusak secara umumdipicu oleh tingginya permintaan konsumen untuk pasarperdagangan ikan, terutama ikan hidup. Konsumen dan pasarini berdaya amat kuat dalam mengendalikan harga ikan hiduptersebut, di samping kurangnya informasi dan rendahnyakesadaran konsumen mengenai bagaimana ikan-ikan yang

6

diperdagangkan tersebu ditangkap. Selain itu, kondisi masyarakatpenangkap ikan yang miskin dan kurang sejahtera, mendorong merekauntuk mencari cara untuk mendapatkan uang yang banyak dalam waktuyang singkat dan mudah. Dengan cara-cara penangkapan ikan yangmerusak, para penangkap ikan (nelayan) dapat meraih hasil yang banyakdalam waktu yang singkat. Kurangnya pemahaman mengenai siklus hidupikan dan ekosistem yang mendukungnya (yang menjadi tempat tinggal danberkembang biak) serta kurangnya penegakan hukum bagi penangkapanikan yang merusak ini mempersulit perbaikan kondisi perikanan (terutamaperikanan karang) yang mulai dirasakan oleh para penangkap ikan.

Penangkapan ikan yang merusak merupakan ancaman yang paling besar bagikelestarian ekosistem pesisir dan laut di Indonesia, khususnya diKabupaten Raja Ampat, Biak Numfor, Sikka, Buton, Wakatobi, PangkajeneKepulauan, dan Selayar, terutama ekosistem terumbu karang. Berikut iniadalah beberapa cara penangkapan ikan yang merusak. Dari sini dapat kitalihat bagaimana praktek penangkapan ikan yang merusak tersebut dapatmenghancurkan sumberdaya perikanan kita, yang sangat kita butuhkan bagikesejahteraan kita sendiri.

1. Cara penangkapan ikan yang merusak

1. Penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak• Awalnya, penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak

diperkenalkan di Indonesia pada masa perang dunia ke dua.Penangkapan ikan dengan cara ini sangat banyak digunakan, sehinggasering dianggap sebagai cara penangkapan ikan �tradisional� (Pet-Soededan Erdmann, downloaded 30 October 2006, 09.18, http://www.spc.int/coastfish/news/LRF/4/erdmann.htm).

• Meskipun peledak yang digunakan berubah dari waktu ke waktu hinggayang paling sederhana yaitu dengan menggunakan minyak tanah danpupuk kimia dalam botol, cara penangkapan yang merusak ini pada

7

dasarnya sama saja.Para penangkap ikanmencari gerombol ikanyang terlihat dandidekati denganperahunya. Denganjarak sekitar 5 meter,peledak yangumumnya memilikiberat sekitar satukilogram inidilemparkan ke

tengah-tengah gerombol ikan tersebut. Setelah meledak, para nelayantersebut memasuki wilayah perairan untuk mengumpulkan ikan yangmati atau terkejut karena gelombang yang dihasilkan ledakan denganmenyelam langsung atau dengan menggunakan kompresor. Ledakantersebut dapat mematikan ikan yangberada dalam 10 hingga 20 m radiuspeledak dan dapat menciptakan lubangsekitar satu hingga dua meter padaterumbu karang tempat ikan tersebuttinggal dan berkembang biak.

• Para penangkap ikan yangmenggunakan cara peledakan biasanyamencari ikan yang hidupnya bergerombol. Ikan-ikan karang yangberukuran besar seperti bibir tebal dan kerapu yang biasa hidup dibawah terumbu karang menjadi sasaran utamanya. Ikan ekor kuninghidup di sepanjang tubir, atau ikan kakaktua dan kelompok ikansurgeonfish, juga menjadi sasaran peledakan. Karena besarnya gelombangledakan, terkadang ikan yang ada di tepi perairan terbuka pun seringmenjadi sasaran. Ikan-ikan tersebut antara lain ikan mackerel dan ikansarden.

Menangkap ikan dengan menggunakan bom

Bom ikan

8

• Terumbu karang yang terkena peledakkan secara terus menerus,seringkali tinggal puing-puing belaka. Terumbu karang dalam yang rusakini sulit sekali untuk dipulihkan, karena kondisinya yang berupa puingdan tidak stabil, di atas substrat seperti ini larva karang sulit untuktumbuh dan berkembang biak (lihat Buku Panduan Mengenai EkosistemTerumbu Karang dan Ekosistem Terkait Lainnya). Selain itu, terumbukarang mati ini tidak lagi menarik bagi ikan dewasa yang berpindah danmencari tempat tinggal untuk membesarkan anakan ikannya, sehinggamenurunkan potensi perikanan di masa datang. Selain itu, peledakanterumbu karang juga menyebabkan banyaknya ikan dan organisme yanghidup dalam komunitas terumbu karang tersebut, yang bukanmerupakan sasaran penangkap ikan, turut mati.

• Penangkapan ikan dengan peledak seperti ini merupakan tindakan yangmelanggar hukum dan lebih banyak dijumpai di wilayah Indonesia timur.Hal ini karena populasi manusia yang lebih rendah menyebabkanberkurangnya peluang untuk tertangkap oleh patroli polisi lebih kecil.Selain itu, di perairan wilayah barat Indonesia menunjukkan ketersediaanikan yang telah sangat berkurang, sehingga menangkap ikan denganmenggunakan peledak tidak lagi menguntungkan (Pet-Soede danErdmann, downloaded 30 October 2006, 09.18, http://www.spc.int/coastfish/news/LRF/4/erdmann.htm).

2. Menggunakan Racun Sianida• Penggunaan racun sianida ini (sodium sianida) yang dilarutkan dalam air

laut banyak digunakan untuk menangkap ikan atau organisme yanghidup di terumbu karang dalam keadaan hidup. Racun sianida yangsering disebut sebagai �bius� biasanya merupakan cara favorit untukmenangkap ikan hias, ikan karang yang dimakan (seperti keluarga kerapudan Napoleon wrasse), dan udang karang (Panulirus spp.).

• Pada dasarnya, penangkapan ikan seperti ini melibatkan penyelamlangsung atau menggunakan kompresor yang membawa botol berisi

9

cairan sianida dan kemudian disemprotkan ke ikan sasaran untukmengejutkannya. Dalam jumlah yang memadai, racun ini membuat ikanatau organisme lain yang menjadi sasaran �terbius� sehingga parapenangkap ikan dengan mudah mengumpulkan ikan yang pingsantersebut. Seringkali, ikan dan udang karang yang menjadi target lalubersembunyi di dalam terumbu, dan para penangkap ikan inimembongkar terumbu karang untuk menangkap ikan tersebut.

• Cairan sianida yang digunakan untuk menangkap ikan berukuran besar,biasanya berupa larutan pekat yang dapat mematikan sejumlahorganisme yang hidup di terumbu karang, termasuk ikan-ikan kecil,invertebrata yang bergerak, dan yang paling parah, racun sianida jugamematikan karang keras.

• Racun sianida, bukan saja mencemari ekosistem terumbu karang yangdapat mematikan organisme yang tidak menjadi sasaran. Terumbu karangdapat rusak karena dibongkar oleh para penangkap ikan untukmengambil ikan yang terbius tersebut di rongga-rongga di dalamterumbu. Selain itu, dalam jangka waktu yang lama, ekosistem yangterkena racun sianida yang terus menerus dapat memberikan dampakburuk bagi ikan dan organisme lain dalam komunitas terumbu karang,juga bagi manusia.

Menangkap ikan dengan racun sianida

10

3. Bubu• Alat tangkap Bubu adalah jerat yang terbuat dari anyaman bambu yang

banyak digunakan di seluruh Indonesia. Belakangan ini, Bubu kembalipopular karena digunakan untuk penangkapan ikan perdagangan ikankarang hidup.

• Meskipun pada dasarnyaalat ini tidak merusak,namun pemasangan danpengambilannya sering kalimerusak terumbu karang.Bubu biasanya dipasangdan diambil oleh parapenangkap ikan dengancara menyelam denganmenggunakan kompresor.Dibandingkan denganpenangkapan yangmerusak lainnya, Bubutidak terlalu merusakkarena biasanya diletakkandi dasar lereng terumbu. Seringkali, perangkap tersebut disamarkan olehpecahan-pecahan karang hidup.

• Ada pula perangkap yang dipasang dari perahu dan diikat dengan taliyang dipancangkan. Bubu seperti inilah yang sering merusak terumbukarang. Hal ini karena Bubu dipasangi pemberat yang saatditenggelamkan dari perahu menabrak percabangan terumbu karang.Bubu seperti ini terutama merusak terumbu karang pada saat Bubuditarik oleh tali pemancang untuk mengangkatnya. Bila penggunaanBubu seperti ini terus meningkat, terutama untuk menangkap IkanKerapu, kegiatan penangkapan dengan alat Bubu akan menjadi sumberkerusakan terumbu karang di Indonesia.

Alat tangkap Bubu

11

4. Pukat Harimau• Pukat Harimau merupakan cara penangkapan yang merusak lainnya.

Pukat Harimau merusak terumbu karang, karena biasanya digunakan didasar (substrat) yang lunak untuk menjaring udang. Pukat Harimaudilarang digunakan di Indonesia karena jaring/pukat ini dapat merusakhamparan laut dan menangkap organisme yang bukan sasaranpenangkapan (by-catch). Namun demikian, meskipun kini penangkap ikandengan Pukat Harimau jarang dijumpai, kegiatan ini masih ditemukan,terutama di wilayah perbatasan.

• Berdasarkan definisinya, Pukat Harimau tidak termasuk dalam jenis alattangkap ikan yang merusak. Namun demikian alat tangkap inimemberikan pengaruh yang luar biasa buruk terhadap sumberdaya lautkhususnya terumbu karang, karena kemampuannya mengeruksumberdaya perikanan tersebut. Sebagai contoh, pukat harimau denganmodel yang baru, yang dioperasikan di Selat Lembeh pada tahun 1996hingga 1997 selama 11 bulan. Pukat ini menggunakan jerat-jaring yangsangat besar dan menangkap 1,400 Ikan Pari (Manta), 750 Marlin, 550Paus, 300 Ikan Hiu (termasuk Hiu Paus), dan 250 Lumba-lumba (Pet-Soede dan Erdmann, downloaded 30 October 2006, 09.18, http://www.spc.int/coastfish/news/LRF/4/erdmann.htm). Dampakpenangkapan ikan dengan menggunakan pukat tersebut terhadapkegiatan ekowisata mulai terasa, karena berkurangnya kelimpahanorganisme laut yang menjadi modal utama industri ekowisata ini.

5. Pukat Dasar• Pukat Dasar/Lampara Dasar dianggap sebagai salah satu penyebab

berkurangnya ketersediaan ikan di Indonesia. Hal ini karena PukatDasar yang sering digunakan untuk menangkap udang, juga �menangkap�ikan dan organisme lain serta karena mobilitasnya dapat mengeruk dasarlaut sehingga menimbulkan kerusakan ekosistem yang parah.

• Pukat Dasar berinteraksi secara langsung dengan sedimen dasar yangdapat menyebabkan hilang atau rusaknya yang organisme hidup tidak

12

bergerak seperti rumput laut dan terumbu karang. Pukat Dasar, dengankemampuan pengerukkannya, dapat pula membongkar terumbu karangatau batu dalam ukuran besar. Di dasar yang berpasir atau berlumpur,Pukat ini dapat memicu kekeruhan yang tinggi dan berakibat buruk bagikelangsungan hidup terumbu karang.

• Terhadap jenis (spesies), kerugian utama yang ditimbulkan Pukat Dasaradalah tertangkapnya organisme kecil dan jenis-jenis yang bukan sasaranpenangkapan (non-target), yang biasanya dibuang begitu saja di laut.Dampak terhadap spesies ini dapat dikurangi denan menggunakan jaringdengan ukuran tertentu yang dapat mengurangi peluang tertangkapnyaorganisme yang berukuran kecil.

13

3B A B Alat Tangkap Ikan yang Ramah

Lingkungan

Seperti telah dijelaskan dalam pendahuluan, Indonesia sangattergantung pada sektor perikanan, baik sebagai penghasil devisanegara, maupun sebagai pemasok protein bagi pendudukIndonesia. Karenanya, segala bentuk kegiatan penangkapan ikanyang merusak tidak lagi dilakukan. Sebagai sumberdaya alamyang pulih, ikan dapat dipanen terus menerus bila kita bijakdalam melakukan kegiatan perikanan tersebut. Hal ini harusterus menerus didorong karena perikanan yang ramahlingkungan dapat memberikan sumbangan sosial dan ekonomiyang sangat penting bagi kita semua.

Food Agriculture Organization (FAO, sebuah lembaga di bawahnaungan Perserikatan Bangsa Bangsa yang menangani masalahpangan dan pertanian dunia), pada tahun 1995 mengeluarkansuatu tata cara bagi kegiatan penangkapan ikan yangbertanggung jawab (Code of Conduct for Resposible Fisheries-CCRF). Dalam CCRF ini, FAO menetapkan serangkaian kriteriabagi teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan. Sembilankriteria tersebut adalah sebagai berikut:

a. Alat tangkap harus memiliki selektivitas yang tinggiArtinya, alat tangkap tersebut diupayakan hanya dapatmenangkap ikan/organisme lain yang menjadi sasaranpenangkapan saja. Ada dua macam selektivitas yang menjadi sub�kriteria, yaitu selektivitas ukuran dan selektivitas jenis. Sub-kriteria ini terdiri dari (yang paling rendah hingga yang palingtinggi):• Alat menangkap lebih dari tiga spesies dengan ukuran yang

berbeda jauh

14

• Alat menangkap paling banyak tiga spesies dengan ukuran yang berbedajauh

• Alat menangkap kurang dari tiga spesies dengan ukuran yang kuranglebih sama

• Alat menangkap satu spesies saja dengan ukuran yang kurang lebihsama.

b. Alat tangkap yang digunakan tidak merusak habitat, tempattinggal dan berkembang biak ikan dan organisme lainnya

Penangkapan Ikan yang Merusak). Ada pembobotan yang digunakan dalamkriteria ini yang ditetapkan berdasarkan luas dan tingkat kerusakan yangditimbulkan alat penangkapan. Pembobotan tersebut adalah sebagai berikut(dari yang rendah hingga yang tinggi):� Menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang luas� Menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang sempit� Menyebabkan sebagaian habiat pada wilayah yang sempit� Aman bagi habitat (tidak merusak habitat)

c. Tidak membahayakan nelayan (penangkap ikan)Keselamatan manusia menjadi syarat penangkapan ikan, karena bagaimanapun, manusia merupakan bagian yang penting bagi keberlangsunganperikanan yang produktif. Pembobotan resiko diterapkan berdasarkanpada tingkat bahaya dan dampak yang mungkin dialami oleh nelayan, yaitu(dari rendah hingga tinggi):• Alat tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat kematian pada

nelayan• Alat tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat cacat menetap

(permanen) pada nelayan• Alat tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat gangguan

kesehatan yang sifatnya sementara• Alat tangkap aman bagi nelayan

15

d. Menghasilkan ikan yang bermutu baikJumlah ikan yang banyak tidak banyak berarti bila ikan-ikan tersebut dalamkondisi buruk. Dalam menentukan tingkat kualitas ikan digunakan kondisihasil tangkapan secara morfologis (bentuknya). Pembobotan (dari rendahhingga tinggi) adalah sebagai berikut:• Ikan mati dan busuk• Ikan mati, segar, dan cacat fisik• Ikan mati dan segar• Ikan hidup

e. Produk tidak membahayakan kesehatan konsumenIkan yang ditangkap dengan peledakan bom pupuk kimia atau racun sianidakemungkinan tercemar oleh racun. Pembobotan kriteria ini ditetapkanberdasarkan tingkat bahaya yang mungkin dialami konsumen yang harusmenjadi pertimbangan adalah (dari rendah hingga tinggi):• Berpeluang besar menyebabkan kematian konsumen• Berpeluang menyebabkan gangguan kesehatan konsumen• Berpeluang sangat kecil bagi gangguan kesehatan konsumen• Aman bagi konsumen

f. Hasil tangkapan yang terbuang minimumAlat tangkap yang tidak selektif (lihat butir 1), dapat menangkap ikan/organisme yang bukan sasaran penangkapan (non-target). Dengan alat yangtidak selektif, hasil tangkapan yang terbuang akan meningkat, karenabanyaknya jenis non-target yang turut tertangkap. Hasil tangkapan non-target, ada yang bisa dimanfaatkan dan ada yang tidak. Pembobotan kriteriaini ditetapkan berdasarkan pada hal berikut (dari rendah hingga tinggi):• Hasil tangkapan sampingan (by-catch) terdiri dari beberapa jenis

(spesies) yang tidak laku dijual di pasar• Hasil tangkapan sampingan (by-catch) terdiri dari beberapa jenis dan ada

yang laku dijual di pasar

16

� Hasil tangkapan sampingan (by-catch) kurang dari tiga jenis dan lakudijual di pasar

• Hasil tangkapan sampingan (by-catch) kurang dari tiga jenis dan berhargatinggi di pasar.

g. Alat tangkap yang digunakan harus memberikan dampakminimum terhadap keanekaan sumberdaya hayati (biodiversity)

Pembobotan criteria ini ditetapkan berdasasrkan pada hal berikut (darirendah hingga tinggi):• Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian semua mahluk

hidup dan merusak habitat• Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian beberapa spesies

dan merusak habitat• Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian beberapa spesies

tetapi tidak merusak habitat• Aman bagi keanekaan sumberdaya hayati

h. Tidak menangkap jenis yang dilindungi undang-undang atauterancam punah

Tingkat bahaya alat tangkap terhadap spesies yang dilindungi undang-undang ditetapkan berdasarkan kenyataan bahwa:• Ikan yang dilindungi sering tertangkap alat• Ikan yang dilindungi beberapa kali tertangkap alat• Ikan yang dilindungi �pernah� tertangkap• Ikan yang dilindungi tidak pernah tertangkap

i. Diterima secara sosialPenerimaan masyarakat terhadap suatu alat tangkap, akan sangat tergantungpada kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di suatu tempat. Suatu alatditerima secara sosial oleh masyarakat bila: (1) biaya investasi murah, (2)menguntungkan secara ekonomi, (3) tidak bertentangan dengan budayasetempat, (4) tidak bertentangan dengan peraturan yang ada. Pembobotan

17

criteria ditetapkan dengan menilai kenyataan di lapangan bahwa (dari yangrendah hingga yang tinggi):• Alat tangkap memenuhi satu dari empat butir persyaratan di atas• Alat tangkap memenuhi dua dari empat butir persyaratan di atas• Alat tangkap memenuhi tiga dari empat butir persyaratan di atas• Alat tangkap memenuhi semua persyaratan di atas

Bila ke sembilan kriteria ini dilaksanakan secara konsisten oleh semua pihakyang terlibat dalam kegiatan perikanan, dapat dikatakan ikan dan produkperikanan akan tersedia untuk dimanfaatkan oleh kita dan generasi anakcucu kita. Hal yang penting diingat adalah bahwa generasi saat ini (baca:kita) memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan bahwa kita tidakmengurangi ketersediaan ikan bagi generasi yang akan datang denganpemanfaatan sumberdaya ikan yang ceroboh dan berlebihan. Perilaku yangbertanggungjawab ini dapat menghasilkan peningkatan ketersediaan ikan,yang kemudian akan memberikan sumbangan yang penting bagi ketahananpangan, dan peluang pendapatan yang berkelanjutan.

Alat Tangkap yang ramah dan tidak ramah lingkungan

1. Penangkapan ikan hias• Ikan hias merupakan salah satu sumberdaya ekosistem terumbu karang

yang berperan penting dalam kegiatan ekonomi di wilayah pesisir danlaut. Penangkapan ikan hias ini sering kali menggunakan racun sianidakarena kemudahannya mendapatkan racun sianida serta kepastianmendapatkan hasil yang tinggi. Seperti telah dijelaskan di muka,menggunakan racun sianida untuk menangkap ikan karang dapatberakibat buruk bukan saja pada ikan itu sendiri, tetapi juga padaterumbu karang yang terkena racun, serta pada manusia yangmenyemprotkan racun tersebut dan yang memakannya (untuk ikankarang yang dimakan).

18

• Masalah yang sering terjadi dalam kegiatan penangkapan ikan hias lautyang berasal dari terumbu karang adalah tingginya tingkat kematian ikan.Mengapa ikan hias hasil tangkapan tersebut mudah mati? Ada beberapasebab yang sering menjadi sumber kematian ikan hias tersebut, dankesemua ini berkaitan dengan prinsip penangkapan ikan hias ramahlingkungan.

• Penyebab matinya ikan hias hasil tangkapan:- Penggunaan racun sianida/potassium yang berlebihan- Teknik dekompresi yang kurang tepat- Kurangnya oksigen saat penyimpanan- Ikan teracuni oleh amoniak buangan ikan yang tercampur dalam air- Terlalu banyak ikan dalam satu wadah penyimpanan- Ikan terjemur sinar matahari- Prosedur penangan dan pengangkutan yang kurang baik

Dalam kegiatan penangkapan ikan hias di terumbu karang yang ramahlingkungan, ada serangkaian kriteria yang harus dilaksanakan. Penangkapanikan hias ramah lingkungan mencakup:- Tata cara penangkapan- Penanganan dan penyimpanan- Persyaratan lain yang berkaitan dengan perawatan dan prinsip-prinsip

praktis yang perlu diketahui sehingga kegiatan penangkapan ikan hiasdari terumbu karang ini dapat berkelanjutan.

Selain itu, ada serangkaian alat tangkap yang diperlukan bagi ikan hias yangramah lingkungan ini. Alat dan bahan tersebut antara lain:- Jaring penghalang- Serok- Ember dekompresi

Prinsip utama yang harus diperhatikan dalam pengumpulan ikan dari lautadalah sebagai berikut:

19

- Dilarang menggunakan bahan-bahan kimia dalam menangkap ikan- Dilarang menghancurkan koloni karang secara sengaja- Menghindari perusakan karang yang tidak sengaja- Jika terjadi kerusakan kecil pada percabangan karang, maka karang

yang patah tersebut harus diselipkan dengan rapat ke koloni semulaatau dengan substratnya. Dengan cara ini peluang hidup karang yangpatah ini meningkat

Persyaratan umum penanganan, penyimpanan, danpenangkaran:• Ikan dari lokasi yang berlainan tidak boleh dicampur dalam suatu wadah

yang sama• Perjalanan pengumpulan dan penangkapan yang singkat (tidak terlalu

lama)• Penangkapan harus selalu menggunakan ember yang mengapung• Setelah pengumpulan dan penangkapan, ikan harus ditandai dengan

informasi mengenai:- Penangkap- Pengumpul- Lokasi penangkapan- Lokasi pengumpulan- Tanggal dan jam penangkapan

• Kualitas dan suhu air dalam wadah yang harus dijaga, antara lain dengancara:- Menempatkan wadah di tempat yang teduh dan mengganti air dengan

air laut yang bersih/segar- Menghindari penggantian air yang terlalu sering dan ceroboh serta

keteduhan yang berubah-ubah- Memastikan periode penyimpanan antara penangkapan dan

pemngiriman yang singkat kepada pembeli yang mampu melakukanpenyesuaian suhu yang tepat

20

Penanganan dan Penyimpanan• Jangan memegang ikan saat menangani ikan• Gunakan serok (lihat bagian berikutnya untuk cara pembuatan) dengan

hati-hati• Serok harus terbuat dari bahan yang lembut dan bermata jaring kecil• Kantong plastik dan toples penyimpanan sebaiknya tidak dibiarkan

terkena panas matahari langsung• Lindungi tempat penyimpanan dengan kotak atau terpal hitam• Ember bisa digunakan sebagai alat penyimpanan sementara dan

dekompresi• Bila menggunakan ember dan botol sebagai tempat penyimpanan, maka

hal berikut harus menjadi perhatian:- Ember dan/atau botol harus disimpan dalam laut dengan kedalaman 3

meter dengan sirkulasi air yang baik- Direndam dalam air laut yang baru/segar setelah pengapalan- Ikan harus segera direndam dalam air laut yang baru/segar bila dalam

ember/botol penyimpanan ada organisme yang mati.• Bila menggunakan kantong plastik sebagai tempat penyimpanan atau

untuk pengiriman, maka harus diperhatikan hal berikut:- Kantong plastik harus memiliki ukuran yang cukup bagi ikan sehingga

ikan tersebut dapat bergerak bebas- Gunakan kantong plastik yang bersih/baru- Gunakan satu kantong plastik untuk satu ekor ikan saja- Usahakan penggantian air untuk menjaga kesegaran ikan- Kantong plastik berisi ikan harus disimpan di tempat teduh dan sejuk- Kantong plastik tidak boleh digunakan untuk menyimpan ikan lebih

dari 24 jam• Jangan menuangkan ikan langsung dari atas ke wadah penyimpanan

(ember/toples). Masukkan serok ke dalam air, kemudian baru ikandilepaskan

• Jangan biarkan ikan berada terlalu lama di luar air, upayakan ikan selaluberada di dalam air dan kemudian pindahkan ke wadah yang tersedia

21

• Jangan menaruh ikan dalam kantong plastik dan/atau toples yangtertutup tanpa lubang

• Usahakan agar ikan-ikan yang ditangkap dari dalam laut disimpan dalamtoples yang tutupnya berlubang dan diletakkan dalam air laut yangdangkal

• Usahakan agar mengganti air secara teratur dan dengan hati-hati. Ikandapat mengalami stress dengan penggantian air yang tergesa-gesa danceroboh

• Sebelum diangkut dengan kapal, jaga agar ikan dalam toples yangberlubang tersebut dapat disimpan di dasar laut dekat pantai selama tigahingga 5 hari sehingga saat pengangkutan usus ikan-ikan tersebutkosong

• Kecuali untuk jenis-jenis yang biasa hidup berdua atau lebih, usahakanhanya menempatkan satu ikan dalam satu toples

• Usahakan agar ikan tidak kelaparan• Jangan menusuk gelembung ikan saat ikan ditangkap• Angkut ikan-ikan dengan kapal seminggu setelah penangkapan dengan

menggunakan toples yang tutupnya berlubang• Periksa kondisi ikan setiap hari dan buang ikan/organisme lain yang mati• Dekompresi ikan selama 24 jam dalam toples yang tutupnya berlubang

di kedalaman tiga hingga lima meter.

Pencatatan• Para pengumpul dan penangkap ikan harus selalu mencatat dengan

benar dan tepat hal yang berkaitan dengan kematian pada setiap tahapproses dari penangkapan, penyimpanan, hingga pengangkutan/pengiriman. Catatan ini dapat disimpan sebagai jurnal atau buku log.

• Dokumentasi, seperti telah disampaikan di muka harus mencakup:- Jenis/spesies- Lokasi pengambilan- Lokasi pengangkutan- Lokasi tujuan pengiriman

22

- Tanggal pengambilan/penangkapan- Tanggal pengangkutan- Tanggal tiba di tempat pengiriman- Nama penangkap- Catatan kematian saat kedatangan atau setelah kedatangan

Dengan melaksanakan prinsip penangkapan ikan hias ramah lingkungan, kitabisa memastikan bahwa hasil tangkapan kita bermutu tinggi, kuat, danbernilai ekonomi tinggi.

2. Pukat Udang• Pukat udang dioperasikan di Indonesia setelah adanya pelarangan

penggunaan trawl melalui Keppress No. 39 tahun 1980 (Baskoro, 2006).Seperti terlihat dengan jelas dari namanya, alat ini terutama digunakanuntuk menangkap udang, selain juga ikan yang ada di perairan dasar(demersal).

• Alat ini dioperasikandengan cara ditarikpada dasar perairanoleh satu atau duakapal (di sampingatau di belakangkapal) dalam jangkawaktu tertentu.Jaring ditarik secarahorizontal(mendatar) di dalamair. Alat ini dilengkapidengan papan pembuka mulut jaring (otter board) yang membuat mulutjaring terbuka selama kegiatan penangkapan dilakukan.

• Pukat memiliki jaring yang berbentuk kerucut dan terdiri atas tiga bagian.Bagian-bagian tersebut adalah:

Pukat Dasar

23

- Dua lembar sayap (wing)- Tali penarik sebagai penghubung ke dua sayap di atas (warp)- Badan (body)- Kantong (codenc)- By-catch Excluder Device/BED (alat penangkal hasil samping)

BED adalah bingkai berjeruji yang dipasang antara bagian badan dankantong. BED berfungsi sebagai penyaring dan/atau alat yangmeloloskan ikan yang bukan menjadi sasaran utama penangkapan(ikan target). BED merupakan komponen kunci yang menjadikanPukat Udang termasuk ke dalam alat tangkap ramah lingkungan)karena memberikan nilai selektivitas yang tinggi.

3. Pukat Cincin• Alat ini ditujukan

sebagai penangkapikan pelagis yangbergerombol dipermukaan

• Pada umumnya, alatini berbentuk empatpersegi panjangdilengkapi yangdilwatkan melaluicincin yang diikatkanpada bagian bawah jaring (tali ris bawah. Dengan menarik tali kerucutbagian bawah ini, jaring dapat dikuncupkan (lihat gambar) dan jaring akanmembentuk semacam �mangkuk�.

• Perlu diperhatikan, penggunaan alat tangkap ini hanya untuk ikan pelagisyang bergerombol di laut lepas.

• Bila alat ini digunakan untuk ikan demersal (di dasar perairan), makapukat cincin akan merusak terumbu karang.

Pukat Cicin

24

4. Pukat Kantong• Pukat kantong

dioperasikan denganmelingkari daerahperairan untukmenangkap ikanyang berada dipermukaan (pelagik)dan ikan di dasarperairan (demersal)maupun udang.

• Pukat seperti ini adayang digunakan di atas perahu (ditarik oleh perahu) dan hasilnyalangsung dinaikkan ke geladak perahu, dan ada yang ditarik ke arahpantai dan hasil tangkapan langsung dikumpulkan di pantai.

• Alat ini terdiri dari kantong, badan pukat, dua lembar sayap yangdipasang pada kedua sisi mulut jaring, dan tali penarik

5. Jaring Insang• Jaring insang

digunakan untukmenangkap ikandengan caramenghadang ruayagerombolan ikan.Ikan-ikan yangtertangkap padajaring umumnyakarena terjerat dibagian belakang penutup insang atau terpuntal oleh mata jaring.Biasanya ikan yang tertangkap dalam jaring ini adalah jenis ikan yangmigrasi vertical maupun horizontalnya tidak terlalu aktif

Pukat Kantong

Jaring Insang

25

• Ada berbagai jenis jaring insang, yang terdiri dari satu lapis jaring,dualapis, maupun tiga lapis jaring. Jaring insang memiliki mata jaring yangsama ukurannya pada seluruh badan jaring. Jaring ini kemudiandibentangkan untuk membentuk semacam dinding yang dapat menjerat.Jaring insang dilengkapi dengan pelampung di bagian atas jaring danpemberat pada bagian bawahnya.

• Notes: apakah ada persyaratan besar mata jaring sehingga memilikiselektivitas tinggi?

6. Jaring Angkat• Jaring angkat

dioperasikandenganmenurunkan danmengangkatnyasecara vertikal.Jaring ini biasanyadibuat denganbahan jaring nionyang menyerupaikelambu, karenaukuran matajaringnya yang kecil (sekitar 0,5 cm). Jaring kelambu kemudian diikatkanpada bingkai bambu atau kayu yang berbentuk bujur sangkar.

• Dalam penggunaannya, jaring angkat sering menggunakan lampu atauumpan untuk mengundang ikan. Biasanya dioperasikan dari perahu,rakit, bangunan tetap, atau langsung.

• Dari bentuk dan cara penggunaannya, jaring angkat dapat mencakupbagan perahu, bagan tancap (termasuk kelong), dan serok

Jaring Angkat

26

7. Pancing• Pada dasarnya alat ini

menangkap ikandengan mengundangdengan umpan akanuatau buatan, yangdikaitkan pada matapancing.

• Terdiri dari duabagian utama, yaitutali dan pancing.Bahan, ukuran tali, dan besarnya mata pancing beragam sesuai denganukuran ikan yang akan ditangkap. Jumlah mata pancing yang ada padatiap alat juga tergantung dari jenis pancingnya.

• Alat pancing ada pula yang dilengkapi dengan perangkat lain sepertitangkai, pemberat, pelampung, dan kili-kili

• Ada berbagai jenis alat pancing untuk tujuan penangkapan ikan yangberbeda, mulai dari alat yang paling sederhana untuk penangkapan ikanyang sifatnya rekreasi, hingga ukuran dan bentuk khusus bagipenangkapan ikan skala besar (industri).

• Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa untuk jenis pancing yangdigunakan untuk penangkapan ikan skala besar (seperti misalnya rawaituna), sebaiknya digunakan di wilayah laut lepas, karena dapatmenyangkut pada terumbu karang dan merusaknya.

8. Perangkap• Perangkap merupakan alat yang sifatnya tidak bergerak yang berbentuk

�kurungan� yang menjebak ikan untuk masuk. Keberhasilan alat inidalam menangkap ikan sangat tergantung pada jenis ikan dan polapergerakan (migrasi) ikan tersebut.

• Ada beberapa jenis bahan yang sering digunakan untuk membuatperangkap yang tergantung dari jenis ikan yang akan ditangkap dan lokasi

Pancing Dasar

27

penangkapan. Bahan-bahan seperti bambu,kawat, rotan, jaring, tanah liat, dan plastiksering digunakan.

• Perangkap biasanya dan dapat digunakandi hampir setiap lokasi. Dasar perairan,permukaan, sungai arus deras, atau didaerah pasang surut. Sero, jermal, danbubu merupakan jenis perangkap yangsering digunakan.

Hal yang harus diperhatikan dalammemanfaatan perangkap terutama bubu disekitar terumbu karang adalah carapemasangan dan pengangkatannya. Memasangdan mengangkat bubu harus dilakukan secara hati-hati sehingga tidakmengganggu dan/atau merusak terumbu yang sangat diperlukan olehkomunitas ikan. Sedapat mungkin hindari pemasangan di atas terumbukarang.

9. Alat pengumpul• Alat ini sangat penting diketahui karena memiliki selektivitas tinggi,

sederhana dalam bentuk dan rancangannya, serta biasanya digunakandalam skala yang kecil.

• Alat pengumpul ini terdiri dari berbagai jenis, bentuk, dan carapenggunaannya. Salah satu contohnya adalah alat pengumpul kerang diperairan dangkal yang berupa penggaruk (rake) atau alat pengumpulrumput laut yang berbentuk galah dengan cabang di ujungnya.

10. Alat penangkap lainnya• Ada jenis alat yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam jenis alat

tangkap yang telah dijelaskan di atas. Alat tangkap tersebut antara lainadalah jala, tombak, senapan/panah, maupun harpun tangan.

Perangkap

28

• Alat-alat tangkap jenis ini,karena selektivitasnya tinggi(setiap alat digunakan untuksatu jenis tertentu saja),skala pengoperasiannyayang terbatas dan kecil,temasuk dalam alat tangkapyang ramah lingkungan.

• Jala memiliki prinsippenangkapan seperti jaring.Yang harus diperhatikanadalah penentuan besarmata jaring pada jala, sehingga sesedikit mungkin jala tersebut menangkapikan yang bukan menjadi sasaran penangkapan.

• Tombak, alat yang terdiri dari batang yang ujung berkait balik (matatombak) dan tali penarik yang diikatkan pada mata tombak.

• Senapan adalah penangkap yang terdiri dari tangkai/badan senapan dananak panah. Alat ini digunakan dengan cara menyelam di perairan karang.Dengan panah biasa, penangkapan umumnya dilakukan di dekat pantaiatau perairan yang dangkal

Alat tangkap tombak

29

4B A B Partisipasi Masyarakat

Seperti telah berulang kali dikemukakan, sumberdaya ikanmerupakan modal dasar pembangunan perikanan. Hasilperikanan merupakan bagian yang sangat penting bagikesejahteraan masyarakat Indonesia. Kenyataannya bahwasumberdaya perikanan, meskipun dapat pulih, tidak takterbatas. Artinya, tanpa pengetahuan akan sifat, jenis, tempatdan daur hidup sumberdaya ikan serta pengelolaan(termasuk keterlibatan masyarakat dalam penangkapannya)yang baik, sumberdaya ikan yang sangat kita perlukan diyakinitidak akan mencukupi ketersediaannya. Dengan demikiandalam pemanfaatannya, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dari semua pihak sehingga ketersediaan sumberdayaikan tersebut dapat lestari.

Masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir, terutama yangbekerja sebagai nelayan, memiliki peran yang sangat pentingbagi pengelolaan perikanan. Hal ini karena masyarakat pesisirsecara langsung dipengaruhi dan mempengaruhi ketersediaansumberdaya perikanan. Tidak saja sangat tergantung matapencahariannya pada ketersediaan sumberdaya perikanan,masyarakat nelayan juga memiliki wewenang dan akseslangsung dengan sumberdaya perikanan tersebut.

Dari kondisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwamasyarakat, meskipun sering tidak disadari terutama olehmasyarakat nelayan itu sendiri, memegang kendali yang sangatpenting bagi keberlanjutan pemanfaatan perikanan.Meskipun diakui bahwa perilaku masyarakat nelayan sangattergantung pada kebiasaan, adat istiadat, serta kondisiekonomi serta sosialnya, sedikit saja keterlibatannya pada

30

pengelolaan perikanan, pengaruhnya akan sangat besar terhadapketersediaan sumberdaya perikanan yang tidak tak terbatas ini. Sepertitelah dibuktikan di beberapa lokasi di Indonesia (lihat Seri Buku Panduan:Panduan Pembuatan Peraturan Desa dan Buku Panduan Pembelajaran dariPengelolaan Berbasis Masyarakat, COREMAP II) pemberdayaan masyarakatnelayan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan akan meningkatkan rasamemiliki, percaya diri, serta akan memiliki komitmen yang tinggi dalammendukung penegakkan hukum. Hal ini karena mereka memilikikemampuan untuk mengatur akses dan menegakkan hukum untukmemastikan ketersediaan sumberdaya perikanan yang sangatdibutuhkannya.

Ada beberapa usulan yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat yangdiajukan dalam buku panduan ini, dan dapat dikelompokkan menjadi tiga hal,yaitu:• Keterlibatan dalam tata cara penangkapan ikan yang ramah lingkungan• Keterlibatan dalam pengelolaan bersama• Keterlibatan dalam aspek kelembagaan

a. Keterlibatan dalam tatacara penangkapan ikan yang ramahlingkungan.

• Tata cara penangkapan ikan ramah lingkungan penting dilakukan karenahal ini terkait langsung dengan kondisi sumberdaya perikanan. Secarafisik, perusakan habitat dan turunnya hasil tangkapan terutamadisebabkan oleh cara dan alat tangkap ikan yang tidak baik.

• Secara konsisten mengacu kepada kriteria penangkapan ikan yangbertanggung jawab seperti telah diuraikan dalam Bab III, dapatmembantu terjaminnya ketersediaan ikan.

• Mengembangkan kesepakatan tertulis mengenai alat tangkap yang bolehdan yang dilarang di wilayahnya harus dibangun sebagai acuanpenegakkan hukum dan penyelesaian pertikaian

31

b. Keterlibatan dalam pengelolaan sumberdaya ikan.• Pengelolaan sumberdaya ikan di wilayah pesisir terutama di wilayah yang

memiliki terumbu karang, sangat beragam, demikian pula partisipasimasyarakatnya. Pengelolaan sumberdaya perikanan dan/atau terumbukarang tidak akan dibahas secara rinci dalam buku ini, karena telahbanyak dibahas dalam Seri Buku Panduan yang lain. Yang akandisampaikan di sini adalah contoh-contoh kegiatan pengelolaansumberdaya ikan yang dapat menjadi gambaran bagaimana masyarakatdapat ikut terlibat.- Menetapkan kawasan konservasi yang merupakan wilayah �tabungan�

bagi ketersediaan ikan- Membuat kesepakatan wilayah dan jalur penangkapan di kawasan

konservasi yang telah ditetapkan dan disepakati bersama- Membangun dan mengelola rumpon sebagai alat tangkap ramah

lingkungan yang dapat meningkatkan penghasilan- Menetapkan kesepakatan untuk kegiatan pemantauan, pengawasan,

dan patroli (monitoring, control, and surveillance) terhadap kawasankonservasi dan/atau rumpon yang telah dibangun bersama

- Menetapkan dan berkomitmen dalam penegakkan hukum

c. Keterlibatan dalam pengembangan kelembagaan• Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan kelembagaan akan

berdampak positif bagi masyarakat itu sendiri yang berujung padaperbaikan kondisi sumberdaya alam dan lingkungannya. Partisipasimasyarakat dalam pengembangan kelembagaan ini dapat menjamintersalurkannya aspirasi masyarakat dengan baik.

• Seperti halnya butir di atas tentang pengelolaan sumberdaya ikan, halpengembangan kelembagaan tidak akan secara khusus dibahas di sini.Yang tersaji berikut ini adalah contoh-contoh bagaimana masyarakatdapat berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan perikanan. Contoh-contoh tersebut antara lain:

32

- Masyarakat disarankan untuk aktif dalam organisasi yang ada diwilayah tersebut, baik organisasi nelayan, pemuda, dan sebagainya.

- Ikut terlibat dan memprakarsai pembuatan peraturan (misalnyaperaturan desa) tentang kesepakatan yang telah dibangun bersama

- Mencari dukungan hukum dan kebijakan yang berkaitan denganpemanfaatan sumberdaya ikan yang berkelanjutan

- Terus menerus mencari pengetahuan yang berkaitan denganpengetahuan dasar tentang hal-hal yang berkaitan dengan sumberdayaalam pesisir dan laut.

33

Ringkasan Jenis Alat Tangkapdan Dampaknya terhadapLingkungan5

B A B

1.Trawl : Pukat udang (shrimp trawl)

· Target : udang dan ikan dasar· Pada umumnya tidak dioperasikan di

daerah terumbu karang· Tidak selektif· Cenderung membahayakan kelestarian

sumberdaya udang bila jumlah unit tidakdikendalikan

· Rawan konflik sosial

2. Pukat kantong : payang (seine net)

· Target : ikan pelagis· Sulit dioperasikan di daerah terumbu

karang, kecuali di perairan sekitarnya· Cukup selektif bila ukuran mata jaring

pada kantong diperbesar· Jarang menyebabkan konflik sosial

3. Pukat cincin : pukat cincin (purseseine)

· Target : Ikan pelagis· Pada umumnya tidak dioperasikan di

daerah terumbu karang· Cukup selektif bila ukuran mata jaring

diperbesar· Cenderung membahayakan kelestarian

sumberdaya ikan bila jumlah tidakdikendalikan

· Rawan konflik sosial

4. Jaring insang : jaring insang tetap(bottom set gillnet)

· Target : segala jenis ikan, demersal, ikankarang maupun ikan pelagis

· Dapat dioperasikan di daerah terumbukarang, walaupun jaring mudah rusak

· Cukup selektif, mata jaring perludisesuaikan dengan ikan target

· Jarang menyebabkan konflik sosial

34

5. Jaring angkat : bagan tancap(stationery lift net)

· Target : ikan pelagis kecil yang tertarikcahaya lampu

· Dapat dioperasikan di dekat daerahterumbu karang

· Cenderung membahayakan kelestariansumberdaya ikan bila jumlah unit tidakdikendalikan

· Jarang menyebabkan konflik sosial

6. Pancing : rawai tuna (tuna longline)

· Target : tuna, cucut· Tidak dioperasikan di daerah terumbu

karang· Selektif· Dapat membahayakan kelestarian

sumberdaya ikan bila jumlah unit tidakdikendalikan

· Jarang menyebabkan konflik sosial

7. Perangkap : bubu (portable fishpot)

· Target : ikan karang, ikan demersal· Banyak dioperasikan di daerah terumbu

karang· Cenderung merusak terumbu karang bila

operator menggunakan bahan pemberatdari karang

· Cenderung tidak selektif· Jarang menyebabkan konflik sosial

8. Alat pengumpul kerang

· Target : kerang-kerangan· Dapat dioperasikan di daerah terumbu

karang yang sudah mati· Jumlah perlu dikendalikan· Tidak ada laporan konflik sosial

35

9. Alat pengumpul rumput laut

· Target : rumput laut· Tidak dioperasikan di daerah

terumbu karang· Jumlah perlu dikendalikan· Tidak ada laporan konflik sosial

10. Muro Ami

· Target : ikan karang dan ikan pelagis· Sejak dulu merupakan alat tangkap

utama di daerah terumbu karang· Tidak selektif· Cenderung membahayakan

kelestarian sumberdaya ikan· Kerusakan terumbu karang terjadi

karena kegiatan operator· Jarang terjadi konflik sosial

11. Lain-lain : jala tebar

· Target : segala jenis ikan· Sering dioperasikan di daerah

terumbu karang· Kemampuan menangkap ikan

rendah· Tidak ada laporan konflik sosial

12. Garpu dan tombak

· Target : segala jenis ikan· Dapat dioperasikan di daerah

terumbu karang· Kemampuan menangkap ikan

rendah· Kerusakan terumbu karang oleh

operator· Tidak ada laporan konflik sosial

36

Anonim. 2000. Cara Penangkapan Ikan Hias Yang Ramah Lingkungan.www.terangi.or.id/publications/pdf/tkprmhlkngn.pdf. Downloaded 22September 2006, 10:25

Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2005. PetunjukTeknis Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan. Direktorat KapalPerikanan dan Alat Penangkapan Ikan tahun 2005. Jakarta.

Fa�asili, Ueta. 2001. Principles of Community Fisheries Management. WorkingPaper 4 in 2nd SPC Heads of Fisheries Meeting, Noumea, NewCaledonia., 23 - 27 July 2001

Food and Agriculture Organization. 1997. FAO Technical Guidance for Re-sponsible Fisheries. Foor and Agriculture Organization of The UnitedNations.

Katon, Brenda M. and Robert S. Pomeroy. 1999. Fisheries Management of SanSalvador Island, Philippines: A Shared Responsibility, in Society andNatural Resources Journal, 12:777-795

Pet-Soede, Lida & Mark Erdmann. 1999. An Overview and Comparison ofDestructive Fishing Practices in Indonesia. Unpublish working paper,Dept of Dish Culture and Fisheries, Wageningen Agricultural Univer-sity, The Netherlands, and Dept of Integrative Biologym University ofCalifornia, Berkeley USA. http://govdocs.aquake.org/cgi/reprint/2006/101/1010030.pdf, downloaded 30 Oktober 2006, 09:18

Sondita, M. Fedi A. dan Iin Solihin, Eds. 2006. Kumpulan Pemikiran TentangTeknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung Jawab: KenanganPurnabakti Prof Dr. Ir. Daniel R. Monintja, Dept. PemanfaaanSumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, InstitutPertanian Bogor.

Subani, Waluyo Drs., Ir. H. R. Barus. 1988. Alat Penangkapan Ikan dan UdangLaut di Indonesia, dalam: Jurnal Penelitian Perikanan Laut, EdisiKhusus. Balai Penelitian Perikanan Laut, Badan Penelitian danPengembangan Pertanian, Dept. Pertanian, Jakarta.

Zakariah, Zahaitun Mahani. 2006. Destructive Fishing in Malaysia: The Needfor Local Participation in Fisheries Management. Unpublisedpaper.www.mima.gov.my/mima/htmls/papers/pdf/zmz/zmz_busan.pdf.Downloaded 08 September 2006. 08:15

Daftar Pustaka