kisah gajah “kurcaci” kalimantan (utara)yang terancam punah filekaltim tahun 2007 – 2012 ......

2
Kisah Gajah “kurcaci” Kalimantan (Utara)yang terancam punah Beberapa tahun yang lalu terjadi kehebohan terkait keberadaan gajah di Kalimantan. Kehebohan ini terjadi karena keberadaan satwaliar ini di bumi Kalimantan belum diketahui oleh banyak orang. Banyak spekulasi tentang asal-usul satwaliar ini, tetapi kalangan ilmuwan umumnya sepakat bahwa ini adalah sub spesies gajah yang hanya hidup di Pulau Kalimantan yang diberi nama ilmiah Elephas maximus borneensis. Gajah Kalimantan ini memiliki ukuran lebih kecil dari gajah biasa sehingga sering di sebut Gajah Kerdil atau Gajah Kurcaci. Dalam bahasa Inggris, gajah ini dinamakan Bornean Pygmi Elephant. Sebaran gajah Kalimantan meliputi daerah aliran Sungai Kinabatangan, (Sabah, Malaysia) dan Nunukan (Kalimantan Utara, Indonesia). Di Nunukan, habitat gajah kurcaci Kalimantan ini adalah hutan-hutan di kecamatan Tulin Onsui, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Masyarakat di wilayah habitat gajah tersebut sering menyebut satwaliar ini dengan sebutan “nenek’. Sebutan sebagai tanda hormat masyarakat terhadap satwaliar tersebut. Populasi Gajah Kalimantan di wilayah Nunukan menurut penelitian WWF-BKSDA Kaltim tahun 2007 – 2012 diperkirakan hanya sekitar 20-80 ekor. Secara keseluruhan populasi gajah Kalimantan (di Sabah dan Kalimantan Utara) termasuk ke dalam kategori satwaliar “endangered” atau terancam punah. Misteri Asal Usul Gajah Kalimantan Sejak awal, asal usul gajah Kalimantan yang berukuran mini ini mengundang banyak tanya. Gajah ini pernah dikabarkan merupakan keturunan gajah hadiah yang dibawa oleh Sultan Sulu ke kerajaannya. Dikisahkan bahwa penguasa Negeri Sulu yang terletak di lepas pantai timur laut pulau Kalimantan itu melepasliarkan gajah hadiah tersebut di hutan Kalimantan. Pendapat ini di dukung oleh sebuah laporan berjudul ”Origins of the Elephants Elephas Maximus L of Borneo”, yang diterbitkan dalam ”Sarawak Museum Journal”. Laporan itu menyatakan bahwa tidak ada bukti arkeologis mengenai keberadaan gajah dalam jangka panjang di Borneo. Menurut laporan tersebut, hal itu memperkuat kemungkinan asal-usul satwa besar ini dari Pulau Jawa dan menjadikan harapan bahwa gajah Jawa yang sudah punah karena perburuan, ternyata masih tersisa di Kalimantan karena dipindahkan ratusan tahun yang lalu. Namun, sebagaimana telah disinggung di muka, ada juga cerita lain yang mengisahkan bahwa gajah Kalimantan adalah hadiah dari negeri India untuk Sultan Sulu. Perdebatan mengenai asal usul gajah Kalimantan ini sepertinya belum akan berakhir. Akan tetapi dari bentuk dan ukurannya, gajah Kalimantan berbeda dengan gajah dari Asia dan India. Pada tahun 2014, WWF dan peneliti dari Universitas Columbia melakukan penelitian terhadap DNA gajah Kalimantan. Hasilnya membuktikan bahwa gajah tersebut berbeda dengan gajah yang ada di Sumatera, Thailand dan Afrika. Kesimpulannya gajah Kalimantan adalah satwaliar asli Borneo/Kalimantan. Kesimpulan tersebut diperkuat lagi oleh hasil penelitian Universitas Mulawarman yang menguji DNA Gajah Kalimantan di balai riset Amerika Serikat (AS). Penelitian tentang DNA gajah Kalimantan juga menunjukkan bahwa satwaliar langka ini sudah ada di bumi Borneo sejak 30.000 tahun lalu. Namun ada juga yang berpendapat bahwa kedua teori tersebut atas mungkin saja benar adanya dimana gajah Kalimantan berasal dari Asia yang bermigrasi atau di bawa ke Kalimantan kemudian mengalami proses adaptasi sehingga berevolusi menjadi spesies baru yaitu gajah berukuran kecil. Nampaknya perdebatan mengenai asal usul Gajah ini mungkin akan terus berlanjut. Cerita Rakyat si Gajah Kecil Masyarakat Kecamatan Tulin Onsui, Kabupaten Nunukan sejak lama mengenal gajah Kalimantan sebagai makhluk yang tidak boleh diganggu. Gajah ibarat makhluk gaib yang mempunyai ikatan batin dengan nenek moyang masyarakat di wilayah itu. Masyarakat suku Agabag , suku asli yang mendiami sungai Tulid, menghormati gajah Foto : WWF - A.Christy WILLIAMS

Upload: trandieu

Post on 13-Apr-2019

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kisah Gajah “kurcaci” Kalimantan

(Utara)yang terancam punah

Beberapa tahun yang lalu terjadi kehebohan terkait keberadaan gajah di Kalimantan. Kehebohan ini terjadi karena keberadaan satwaliar ini di bumi Kalimantan belum diketahui oleh banyak orang. Banyak spekulasi tentang asal-usul satwaliar ini, tetapi kalangan ilmuwan umumnya sepakat bahwa ini adalah sub spesies gajah yang hanya hidup di Pulau Kalimantan yang diberi nama ilmiah Elephas maximus borneensis. Gajah Kalimantan ini memiliki ukuran lebih kecil dari gajah biasa sehingga sering di sebut Gajah Kerdil atau Gajah Kurcaci. Dalam bahasa Inggris, gajah ini dinamakan Bornean Pygmi Elephant. Sebaran gajah Kalimantan meliputi daerah aliran Sungai Kinabatangan, (Sabah, Malaysia) dan Nunukan (Kalimantan Utara, Indonesia). Di Nunukan, habitat gajah kurcaci Kalimantan ini adalah hutan-hutan di kecamatan Tulin Onsui, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Masyarakat di wilayah habitat gajah tersebut sering menyebut satwaliar ini dengan sebutan “nenek’. Sebutan sebagai tanda hormat masyarakat terhadap satwaliar tersebut. Populasi Gajah Kalimantan di wilayah Nunukan menurut penelitian WWF-BKSDA Kaltim tahun 2007 – 2012 diperkirakan hanya sekitar 20-80 ekor. Secara keseluruhan populasi gajah Kalimantan (di Sabah dan Kalimantan Utara) termasuk ke dalam kategori satwaliar “endangered” atau terancam punah.

Misteri Asal Usul Gajah Kalimantan

Sejak awal, asal usul gajah Kalimantan yang berukuran mini ini mengundang banyak tanya. Gajah ini pernah dikabarkan merupakan keturunan gajah hadiah yang dibawa oleh Sultan Sulu ke kerajaannya. Dikisahkan bahwa penguasa Negeri Sulu yang terletak di lepas pantai timur laut pulau Kalimantan itu melepasliarkan gajah hadiah tersebut di hutan Kalimantan.

Pendapat ini di dukung oleh sebuah laporan berjudul ”Origins of the Elephants Elephas Maximus L of Borneo”, yang diterbitkan dalam ”Sarawak Museum Journal”. Laporan itu menyatakan bahwa tidak ada bukti arkeologis mengenai keberadaan gajah dalam jangka panjang di Borneo. Menurut laporan tersebut, hal itu memperkuat kemungkinan asal-usul satwa besar ini dari Pulau Jawa dan menjadikan harapan bahwa gajah Jawa yang sudah punah karena perburuan, ternyata masih tersisa di Kalimantan karena dipindahkan ratusan tahun yang lalu. Namun, sebagaimana telah disinggung di muka, ada juga cerita lain yang mengisahkan bahwa gajah Kalimantan adalah hadiah dari negeri India untuk Sultan Sulu. Perdebatan mengenai asal usul gajah Kalimantan ini sepertinya belum akan berakhir. Akan tetapi dari bentuk dan ukurannya, gajah Kalimantan berbeda dengan gajah dari Asia dan India. Pada tahun 2014, WWF dan peneliti dari Universitas Columbia melakukan penelitian terhadap DNA gajah Kalimantan. Hasilnya membuktikan bahwa gajah tersebut berbeda dengan gajah yang ada di Sumatera, Thailand dan Afrika. Kesimpulannya gajah Kalimantan adalah satwaliar asli Borneo/Kalimantan. Kesimpulan tersebut

diperkuat lagi oleh hasil penelitian Universitas Mulawarman yang menguji DNA Gajah Kalimantan di balai riset Amerika Serikat (AS). Penelitian tentang DNA gajah Kalimantan juga menunjukkan bahwa satwaliar langka ini sudah ada di bumi Borneo sejak 30.000 tahun lalu. Namun ada juga yang berpendapat bahwa kedua teori tersebut atas mungkin saja benar adanya dimana gajah Kalimantan berasal dari Asia yang bermigrasi atau di bawa ke Kalimantan kemudian mengalami proses adaptasi sehingga berevolusi menjadi spesies baru yaitu gajah berukuran kecil. Nampaknya perdebatan mengenai asal usul Gajah ini mungkin akan terus berlanjut.

Cerita Rakyat si Gajah Kecil

Masyarakat Kecamatan Tulin Onsui, Kabupaten Nunukan sejak lama mengenal gajah Kalimantan sebagai makhluk yang tidak boleh diganggu. Gajah ibarat makhluk gaib yang mempunyai ikatan batin dengan nenek moyang masyarakat di wilayah itu. Masyarakat suku Agabag , suku asli yang mendiami sungai Tulid, menghormati gajah

Foto : WWF - A.Christy WILLIAMS

dengan sebutan “nenek”. Mereka percaya bahwa nenek moyang mereka dapat mengerti bahasa gajah.

Dalam kepercayaan masyarakat adat Agabag, gajah telah berjasa kepada mereka. Satwaliar inilah yang menuntun nenek moyang suku Agabag menemukan makanan pokok pertama mereka yaitu ubi (iloy). Selain itu gajah pulalah yang memberikan petunjuk kepada nenek moyang mereka dalam membuat api dari bambu kering yang digesek. Nilai-nilai tradisional tersebut melekat erat dalam kehidupan masyarakat suku Agabag. Mereka percaya bahwa jika ada yang mengganggu gajah maka dia akan mendapatkan “busung”. Busung adalah semacam kondisi buruk yang dialami karena melanggar nilai-nilai tradisional.

Ada sebuah ungkapan yang sangat masyur tentang gajah yakni “gajah selalu ingat”. Ungkapan ini ternyata muncul bukan tanpa dasar. Berdasarkan penelitian, gajah memiliki daya ingat yang kuat. Selain itu, dalam pengetahuan tradisional masyarakat Agabag, dipercaya gajah memiliki perasaan yang begitu peka dan halus. Dikisahkan suatu ketika seekor gajah menerjang seorang warga yang ada dihadapannya karena ia mungkin mengira akan di bunuh, hingga akhirnya warga tersebut meninggal. Setelah warga tersebut dikuburkan, pada malam harinya tanpa di sangka-sangka si gajah mendatangi kuburan dan duduk di dekat kuburan tersebut sampai beberapa malam. Si gajah tersebut tampak menyesali perbuatannya sehinga menyebabkan orang tersebut meninggal. Kisah tersebut menggambarkan betapa gajah sebenarnya tidak suka menyerang apabila tidak dalam kondisi terancam. Kejadian tersebut juga menunjukkan bahwa si gajah mempunyai ingatan yang kuat dengan peristiwa yang sudah dialaminya.

Sebaran Gajah Kalimantan

Sebagaimana di sebutkan di atas bahwa populasi gajah liar di Kalimantan, Indonesia hanya berkisar 20 – 80 ekor. Populasi gajah tersebut diketahui tersebar di daerah Sebuku, Kabupaten Nunukan dan mulai sering dijumpai penduduk sejak tahun 1960-an. Kecamatan Sebuku saat ini sudah mengalami pemekaran menjadi kecamatan Tulin Onsoi, wilayah administrasi dimana sering ditemukan gajah. Habitat utama gajah Kalimantan ini meliputi: hutan dipterocarpa dataran rendah, hutan dipterocarpa perbukitan, hutan tepian-sungai, hutan pegunungan rendah dan hutan rawa (WWF Indonesia, 2006). Di Pulau Kalimantan, populasi gajah sebagian besar berada di negara Malaysia yakni di daerah aliran Sungai Kinabatangan, wilayah Negara Bagian Sabah. Di Kalimantan, Indonesia, sebaran gajah Kalimantan hampir seluruhnya terbatas pada daerah aliran Sungai Sebuku. Hanya kadang-kadang, gajah soliter (bersifat menyendiri), dapat mencapai wilayah Kecamatan Sembakung (WWF Indonesia, 2006). Populasi gajah di Negara Bagian Sabah sekitar 1.000 ekor Sutedja (2006).

Peta Sebaran Gajah Borneo

Ancaman Kepunahan

Gajah Kalimantan kini terancam punah. Hal ini diakibatkan maraknya aktivitas manusia yang menyebabkan penyusutan dan gangguan tehadap habitatnya. Pengembangan perkebunan kelapa sawit dan hutan tanaman industri diduga semakin mempersempit habitat gajah sehingga satwaliar ini kesulitan untuk mencari makan. Kondisi ini kemudian juga membawa gajah berkonflik dengan manusia, misalnya dengan merambah ke wilayah perkebunan sawit masyarakat.

Kondisi ini tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi stakeholder terkait antara lain Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara, Pemerintah Kabupaten Nunukan, BKSDA, termasuk Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan untuk dapat menjaga kelestarian Gajah Kalimantan. Bagaimana agar hubungan turun temurun antara masyarakat adat dan Gajah ini tidak rusak karena menurunnya luas habitat Gajah yang berakibat Gajah mencari makan di kebun-kebun warga. Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan berencana berkoordinasi dengan BKSDA Kaltim dan stakeholder terkait lain untuk merumuskan program kegiatan sehingga diharapkan di masa datang si “nenek” tidak hanya akan menjadi cerita dongeng atau legenda karena sudah punah.