07. ddrt - pedestrian (radam, iphan)
DESCRIPTION
reklalinTRANSCRIPT
-
107
MODUL 8
PEJALAN KAKI
8.1 Pejalan Kaki Dalam Rekayasa Lalu Lintas
Salah satu elemen yang memerlukan perhatian pada rekayasa lalu
lintas adalah pejalan kaki terutama pada daerah urban dan lokasi CBD.
Pejalan kaki menghadirkan elemen konflik tajam dengan lalu lintas
kendaraan dan sering menimbulkan kecelakaan dan kelambatan lalu
lintas.
Pejalan kaki harus disediakan dan dipertimbangkan dalam situasi
beragam seperti pada persimpangan manapun dimana pejalan kaki harus
menyeberang jalan, pada tanjakan pejalan kaki harus mampu untuk
berbuat sedemikian aman dan dengan baik sekali, pada distrik bisnis
trotoar harus cukup lebar untuk menyediakan volume pejalan kaki umum.
Kecepatan pejalan kaki juga sangat mempengaruhi waktu signal pada
persimpangan atau penyeberangan, begitu pula dengan banyaknya ruang
yang dibutuhkan pejalan kaki untuk naik dan/atau turun kendaraan umum.
Pada kasus tersebut pejalan kaki dan sifatnya adalah masukan
penting kedalam keputusan rekayasa lalu lintas ,dan sebagaimana
mereka bermanfaat pada analisa yang teliti.
Sistem pejalan kaki direncanakan agar dapat berfungsi seperti jalur
pengumpan (feeder) dari jalur rute angkutan umum, yang menghubungkan
antara lokasi halte angkutan umum ke lokasi asal (misal: rumah) dan
tujuan perjalanan (misal: sekolah, kantor, pasar). Penyediaan sistem
pejalan kaki perlu memperhatikan lokasi-lokasi bangkitan pergerakan yang
relatif besar besar seperti stadion, convention centers, downtown
shopping malls, dan lain lain.
8.2 Fasilitas Pejalan Kaki
Berdasarkan Bina Marga (1999) tentang Pedoman Perencanaan Jalur
Pejalan Kaki Pada Jalan Umum, fasilitas pejalan kaki adalah seluruh
108
bangunan pelengkap yang disediakan untuk pejalan kaki guna
memberikan pelayanan demi kelancaran, keamanan dan kenyamanan,
serta keselamatan bagi pejalan kaki.
Fasilitas pejalan kaki terdiri dari beberapa jenis sebagai berikut :
(1) Jalur Pejalan Kaki yang terdiri dari :
a) Trotoar
b) Penyeberangan sebidang : zebra cross dan pelican cross
c) Penyeberangan tidak sebidang : jembatan penyeberangan
dan terowongan
(2) Penunjang Jalur Pejalan kaki yang terdiri dari :
a) Lapak tunggu
b) Lampu penerangan
c) Rambu
d) Pagar pembatas
e) Marka jalan
f) Pelindung/Peneduh
8.2.1 Jalur Pejalan Kaki
Jalur pejalan kaki adalah jalur atau lintasan khusus yang diperuntukan
untuk berjalan kaki. Lebar efektif minimum ruang pejalan kaki berdasarkan
kebutuhan orang adalah 60 cm ditambah 15 cm untuk bergoyang tanpa
membawa barang, sehingga kebutuhan total minimal untuk 2 orang
pejalan kaki berpapasan atau 2 orang pejalan kaki beriringan tanpa terjadi
berpapasan adalah 150 cm.
Dalam keadaan ideal untuk mendapatkan lebar minimum Jalur
Pejalan Kaki (W) dipakai rumus sebagai berikut:
2135
NNP
W !!" ............................................... (8.1)
Dimana :
W = lebar Jalur Pejalan Kaki.
P = volume pejalan kaki (orang/menit/meter)
-
109
N1 = lebar tambahan sesuai dengan keadaan setempat (m) seperti
tabel 8.1.
N2 = lebar tambahan karena ada fasilitas tambahan (m) seperti
tabel 8.2.
Tabel 8.1 Penambahan lebar jalur pejalan kaki akibat keadaan
N1(meter)
Keadaan
1,5
1,0
0,5
Jalan di daerah pasar
Jalan didaerah perbelanjaan bukan pasar
Jalan di daerah ain
Sumber : Petunjuk Perencanaan Trotoar, Bina Marga (1990)
Tabel 8.2 Penambahan lebar jalur pejalan kaki akibat penambahan fasilitas
Jenis fasilitas tambahan N2
(meter)
Kursi roda
Tiang lampu penerang
Tiang lampu lalu lintas
Rambu lalu lintas
Kotak surat
Keranjang sampah
Tanaman peneduh
Pot bunga
1,00 1,20
0,75 1,00
1,00 1,20
0,75 1,00
1,00 1,20
1,00
0,60 1,20
1,50
Sumber : Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan Kaki Pada Jalan Umum, Bina Marga (1999)
Secara umum penerapan terhadap jenis jalur pejalan kaki adalah;
1. Trotoar dapat direncanakan pada ruas jalan yang terdapat volume
pejalan kaki lebih dari 300 orang per 12 jam dan volume lalu lintas
lebih dan 1000 kendaraan per 12 jam pada waktu pengamatan yang
sama.
2. Penyeberangan Zebra dapat diterapkan pada ruas jalan tanpa APILL
dan di kaki persimpangan dengan kondisi;
110
o Apabila persimpangan diatur dengan APILL, hendaknya
pemberian waktu penyeberangan menjadi satu kesatuan
dengan lampu pengatur lalu lintas persimpangan.
o Apabila persimpangan tidak diatur dengan APILL, maka
kriteria batas kecepatan adalah < 40 km/jam.
3. Penyeberangan Pelikan dapat diterapkan pada ruas jalan dengan
APILL dengan kondisi;
o Apabila dipasang pada ruas jalan minimal 300 meter dari
persimpangan.
o Pada jalan dengan kecepatan operasional rata-rata lalulintas
kendaraan > 40 km/jam.
4. Dasar penentuan jenis fasilitas penyeberangan sebidang adalah
seperti tertera pada Tabel berikut;
Tabel 8.3 Jenis fasilitas penyeberangan berdasarkan PV2
P V2 P V Rekomendasi
> 108 50 - 1100 300 - 500 Zebra
> 2 x 108 50 - 1100 400 - 750 Zebra dengan pelindung/lapak tunggu
> 108 50 - 1100 > 500 Pelikan
> 108 > 1100 > 300 Pelikan
> 2 x 108 50 - 1100 > 750 Pelikan dengan pelindung/lapak tunggu
> 2 x 108 > 1100 > 400 Pelikan dengan pelindung/lapak tunggu
Sumber : Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan Kaki Pada Jalan Umum, Bina Marga (1999)
dimana :
P = Arus lalu lintas penyeberangan pejalan kaki sepanjang 100 m,
dinyatakan dalam orang/jam;
V = Arus lalu lintas kendaraan dua arah per jam, dinyatakan dalam
kendaraan/jam
Catatan : Arus penyeberangan jalan dan arus lalu lintas adalah rata-
rata arus lalu lintas pada jam-jam sibuk.
-
111
Permisalan diketahui P = 100 orang/jam dan V = 3500
kend./jam maka didapat PV2 = 100*(350)2 = 1,2 x 109.
Berdasarkan tabel 8.3 diatas maka jenis fasilitas
penyeberangan yang digunakan adalah pelikan dengan
pelindung/lapak tunggu.
5. Jenis fasilitas penyeberangan tidak sebidang dengan jembatan dapat
diterapkan bila jenis jalur penyeberangan dengan menggunakan
zebra atau pelikan sudah mengganggu lalu lintas. Ruang bebas jalur
lalu lintas kendaraan tidak kurang dari 2,5 meter.
6. Jenis fasilitas penyeberangan tidak sebidang dengan terowongan bila
jenis jalur penyeberangan dengan menggunakan jembatan tidak
memungkinkan untuk diadakan.
8.2.2 Penunjang Jalur Pejalan Kaki
Fasilitas penunjang jalur pejalan kaki adalah sebagai berikut ;
1. Lapak Tunggu
Lapak tunggu adalah fasilitas untuk berhenti sementara pejalan
kaki dalam melakukan penyeberangan. Penyeberangan dapat
berhenti sementara sambil menunggu kesempatan melakukan
penyeberangan berikutnya. Fasilitas tersebut diletakan pada
median jalan.
2. Lampu Penerangan
Lampu penerangan adalah fasilitas untuk memberikan cahaya yang
cukup terang sehingga apabila pejalan kaki melakukan
penyeberangan bisa terlihat pengguna jalan baik di waktu
gelap/malam hari.
3. Perambuan
Perambuan adalah fasilitas untuk memberikan petunjuk kepada
pengguna baik pejalan kaki maupun arus lalu lintas kendaraan.
Jenis rambu sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan keadaan
medan.
112
4. Pagar Pembatas
Pagar pembatas adalah fasilitas untuk memberikan kenyamanan
dan keselamatan bagi pengguna. Pagar pembatas diberikan pada
kondisi
# apabila volume pejalan kaki di satu sisi jalan sudah > 450
orang/jam/lebar efektif (dalam meter)
# Volume kendaraan sudah > 500 kendaraan/jam
# Kecepatan kendaraan > 40 km/jam, atau ;
# Kecenderungan pejalan kaki tidak meggunakan fasilitas
penyeberangan
5. Marka
Marka hanya ditempatkan pada jalur pejalan kaki penyeberangan
sebidang. Keberadaan marka mudah terlihat dengan jelas oleh
pengguna jalan baik di siang hari maupun malam hari.
6. Peneduh / Pelindung
Jenis peneduh disesuaikan dengan jenis Jalur pejalan kaki untuk
memberikan rasa nyaman dan aman kepada pejalan kaki tersebut.
Peneduh dapat berupa pohon pelindung ataupun atap.
8.3 Karakteristik Arus Pejalan Kaki
Aktivitas pejalan kaki akan mencakup walking, waiting and
processing, oleh karena itu desain pejalan kaki memerlukan data
karakteristik arus dan kecepatan jalan. Dalam kasus-kasus tertentu perlu
dipertimbangkan pula dalam penetapan kecepatan/arus bagi penyandang
cacat, manula dan sebagainya.
Arus rata-rata pejalan kaki berjalan pada suatu segmen pengamatan
diperhitungkan berdasarkan Arus rata-rata per menit pada interval puncak.
Arus rata-rata ini dinyatakan dalam satuan pejalan kaki setiap interval 15
menit dalam waktu pengamatan untuk dua arah. Arus rata-rata tersebut
dapat dijabarkan dalam persamaan berikut ;
-
113
e
p
W
VP
.15" .................................................. (8.2)
Dimana :
P = Arus rata-rata pejalan kaki pada suatu segmen pengamatan
(orang/menit/meter)
Vp = Total volume pejalan kaki per 15 menit (orang/15 menit)
We = Lebar effektif jalur pejalan kaki (m)
Pada tabel-tabel berikut dapat dilihat besaran variabel/standar yang
digunakan dalam analisis kuantitatif (perhitungan) kebutuhan
pengembangan pejalan kaki untuk kawasan perkotaan.
Tabel 8.4 Karakteristik arus pejalan kaki di jalur pejalan kaki dan tangga
Tingkat Pelayanan
Uraian
A B C D E F
Arus Rata Rata (org/min/m)
Jalur Pejalan Kaki < 0,68 0,68 - 2,13 2,13 - 3,40 5,10 - 3,40 5,10 - 8,50 Variabel
Naik Tangga < 1,70 2,38 - 1,70 3,40 - 2,38 4,42 - 3,40 4,42 - 5,78 Variabel
Turun Tangga < 2,04 2,72 - 2,04 3,74 - 2,72 4,76 - 3,74 4,76 - 6,46 Variabel
Ruang m2(/ Org)
Jalur Pejalan Kaki > 44,20 13,60 - 44,20 8,16 - 13,60 5,10 - 8,16 5,10 - 2,04 < 2,04
Tangga > 6,60 5,10 - 6,80 5,10 - 3,40 3,40 - 2,38 2,38 - 1,36 < 1,36
Kecepatan Berjalan (m/min)
Jalur Pejalan Kaki > 88,40 85,00 - 88,40 81,60 - 85,00 76,50 - 81,60 51,00 - 76,50 < 51,00
Naik Tangga 34,00 34,00 34,00 30,60 - 34,00 23,80 - 30,60 < 23,80
Turun Tangga 40,80 40,80 40,80 34,00 - 40,80 25,50 - 34,00 < 25,50
Sumber: Wolfgang S. Homburger And James H . Kell (1988)
114
Tabel 8.5 Tingkat pelayanan pejalan kaki
TINGKAT PELAYANAN A
Ruang Pejalan kaki: ! 15,30 m2/org
Arus rata rata: " 0,68 org/min/m
Pada Jalur pejalan kaki dengan LOS A, Kecepatan berjalan dapat dipilh secara bebas dan tak mungkin konflik antara pejalan kaki
TINGKAT PELAYANAN B
Ruang Pejalan kaki: ! 4,62 m2/org
Arus rata rata: " 2,38 org/min/m
Pada LOS B, Luas yang cukup tersedia untuk mengizinkan pejalan kaki memilih kecepatan berjalan, melalui jalur pejalan kaki yang lain, dan menghindari persilangan konflik dengan yang lain. Pada level ini pejalan kaki mulai sadar akan pejalan kaki yang lain, dan tanggapan kehadiran mereka adalah memilih jalur pejalan kaki
TINGKAT PELAYANAN C
Ruang Pejalan kaki: ! 2,77 m2/org
Arus rata rata: " 3,40 org/min/m
Pada LOS C, tersedia luas yang cukup untuk memilih kecepatan normal, Dimana arah balik atau pergerakan silang yang ada, akan terjadi konflik yang kecil dan kecepatan, volume akan sediki kurang.
TINGKAT PELAYANAN D
Ruang Pejalan kaki: ! m2/org
Arus rata rata: " 5,10 org/min/m
Pada LOS D, individu bebas untuk memilih kecepatan berjalan dan melalui jalan jalur pejalan kaki yang lain terbatas, Dimana persilangan atau pergerakan arus balik tersedia, probablitas konflik tinggi. LOS pantas menyediakan arus yang berubd ubah; bagaimanapun, sedapat mungkin pergesekan dan interaksi antara pejalan kaki mungkin akan terjadi
TINGKAT PELAYANAN E
Ruang Pejalan kaki: ! 0,69 m2/org
Arus rata rata: " 8,50 org/min/m
Pada LOS E, sebenarnya semua pejalan kaki akan memiliki kecepatan berjalan yang terbatas, sering memerlukan penyesuaian cara berjalan,
Pada range terendah dari LOS E, pergerakan menerus adalah mungkin hanya melalui berjalan dengan kaki terseret. Persilangan dan arus balik adalah mungkin hanya dengan kesulitan yang tinggi. Desaian volume melalui pendekatan kapasitas pejalan kaki, dengan menghasilkan kemacetan dan terhentinya arus
TINGKAT PELAYANAN F
Ruang Pejalan kaki: ! 0,69 m2/org
Arus rata rata: Variabel
Pada LOS F, seluruh kecepatan berjalan sama sekali terhambat.sering sentuhan dengan pejalan kaki yang lain tak dapat di hindarkan, persilangan dan pergerakan arus balik sebenarnya tidak mungkin terjadi. Tempatnya lebih menunjukan karakteristik antrian pejalan kaki dari pada arus pejalan kaki
Sumber: MKJI, 1997
-
115
Tabel 8.6 Kriteria tingkat pelayanan - fasilitas pejalan kaki
Tingkatpelayanan
Ruang (m2/org)
Kecepatan rata rata
(m/min)
Kecepatan arus(org/min/m)1
A > 15,03 >88,40 < 0,68
B > 4,62 >85,00 2,77 >81,60 1,73 >76,50 0,69 > 51,00 4,62 < 2,04 >85,00
-
117
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Bina Marga, (1999), Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan Kaki Pada Jalan Umum, No.032/T/BM/1999, PT. Mediatama Saptakarya, Jakarta.
Direktorat Pembangunan Jalan Perkotaan, (1997), Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta.
Direktorat Pembinaan Jalan Kota, (1990), Petunjuk Perencanaan Trotoar, No.007/T/BNKT/1990, Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta.
FRUIN, J., (1971), Pedestrian Planning and Design, Metropolitan Association of Urban Designers and Environment Planners, New York .
TRANSPORTATION RESEARCH BOARD (TRB), (1980), National Research Council Transportation Research Record, Circular 212, Washington, D.C.
Wolfgang S. Homburger And James H . Kell, (1988), Fundamental of Traffic Engineering, edisi 12,: University of California, Institute of Transportation Studies, Berkeley.